56
BAB III
KONDISI EKSISTING
INSTITUSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
III.1. SEJARAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Salah satu dari kementerian yang dibentuk sesaat setelah proklamasi kemerdekaan
adalah Kementerian Pekerjaan Umum. Pembentukan jenis dan nomenklatur
kementerian pada saat itu tidak lepas dari pengaruh sistem pemerintahan Hindia
Belanda. Istilah "Pekerjaan Umum" adalah terjemahan dari istilah bahasa
Belanda "Openbare Werken". Di dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda
bidang “Openbare Werken” tergabung ke dalam “Dep. Van Verkeer &
Waterstaat” yang pada zamannya lebih dikenal sebagai “Dept V & W”.
Departemen ini sebenarnya merupakan penggabungan dua departemen yaitu
“Dept. Van Guovernements Bedri Jven” dan “Dept. Van Burgewrlijke Openbare
Werken”. Dept V dan W dikepalai oleh seorang Direktur, yang membawahi
beberapa Afdelingen dan Diensten sesuai dengan tugas/wewenang depertemen ini,
yang termasuk bidang PU (openbare werken) adalah afdeling waterstaat, dengan
onder afdelingen: (1). Lands gebouwen, (2). Wegen, (3). Irrigatie & Assainering,
(4). Water Kracht, dan (5). Constructie burreau (untuk jembatan). Di samping
yang tersebut di atas, yang meliputi bidang PU (Openbare Werken) juga termasuk
afdelingen havenwezen (Pelabuhan), afdelingen electriciteitswezen (Kelistrikan)
dan afdelingen luchtvaart (Penerbangan Sipil).
Sementara itu, di daerah-daerah juga dibentuk organisasi “Openbare werken”
sebagai berikut:
a. Di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur urusan
Waterstaat/openbare werken diserahkan pada Pemerintahan Provinsi yang
disebut: “Provinciale Waterstaatdienst" (semacam Kanwil) dan dikepalai
oleh seorang Hoofd Provinciale Waterstaatsdients (H.P.W).
57
b. Di wilayah Gouv. Yogyakarta dan Gouv. Surakarta urusan-urusan
Pekerjaan Umum/Waterstaat dijalankan oleh "Sultanas Werken" (Yogya)
"Rijkswerken" (Surakarta) dan “Mangkunegaran-werken".
c. Untuk daerah luar Jawa, meliputi Gouv. Sumatera, Borneo (Kalimantan),
dan Grote Oost (Indonesia Timur) terdapat organisasi "Gewestelijke
Inspectie v/d Waterstaat" dikepalai oleh seorang Inspektur. Di wilayah
Residentie (gabungan beberapa kabupaten) terdapat "Residentie Water
Staatsdienst" yang dahulu dikenal dengan nama "Dienst der B.O.W".
Organisasi ini dikepalai oleh "E.A.Q" (Eerst Aanwzend
Waterstaatsambtenar).
Sebagai pedoman bagi Kementerian “Openbare werken” dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan perundang-
undangan (Regelink) yakni A.W.R. 1936, B.W.R 1934 dan W.V.O/W.V.V.
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang dalam perang Pasifik pada tahun 1942,
maka Indonesia dibagi oleh Jepang dalam tiga wilayah pemerintahan militer, yaitu
Jawa/Madura, Sumatera, dan Indonesia Timur serta tidak ada Pusat Pemerintahan
tertinggi di Indonesia yang menguasai ketiga wilayah pemerintahan tersebut.
Di bidang pekerjaan umum, pada tiap-tiap wilayah organisasi Pemerintahan
Militer Jepang tersebut, tetap diberlakukan organisasi pekerjaan umum bentukan
Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak Jepang. Kantor
pusat "V & W" di Bandung dinamakan "Kotubu Bunsitsu". Sejak saat itu,
digunakan istilah "Pekerjaan Oemoem" (P.O) atau Oeroesan Pekerdjaan Oemoem
(O.P.O), di samping "Doboku" lazim dipergunakan. Kotubu Bonsitsu di Bandung
hanya mempunyai hubungan dengan wilayah Pemerintahan di Jawa/Madura
sedangkan hubungan dengan luar Jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di
daerah-daerah dan di Karesidenan-Karesidenan pada umumnya berdiri sendiri-
sendiri.
58
Setelah Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945, maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur
merebut kekuasaan Pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan
(Jakarta/Bandung) maupun di lingkungan Pemerintahan Daerah. Sesudah
Pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka para Menteri
mulai menyusun organisasi beserta stafnya. Pekerjaan Umum pada waktu itu
(1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung “V & W”
(dikenal dengan nama Gedung Sate).
Ketika Belanda ingin berkuasa kembali dengan membonceng (bersama) tentara
sekutu masuk ke Indonesia, terjadilah pertentangan fisik dengan pemuda
Indonesia yang mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang telah
didudukinya, antara lain "Gedung Sate" yang telah menjadi Gedung Departemen
Pekerjaan Umum. (peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa heroik "3
Desember 1945" yang kemudian tanggal 3 Desember tersebut ditetapkan sebagai
Hari Kebaktian Pekerjaan Umum).
Seiring dengan revolusi fisik dari tahun 1945 s.d. 1949, Pemerintah Pusat RI di
Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta.
Begitu juga halnya sebagian besar kementerian termasuk Kementerian PU
mengungsi ke Purworejo. Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui
kemerdekaan Republik Indonesia, maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta
berpindah lagi ke Jakarta.
Sepanjang perjalanan sejarah, secara organisasional, Kementerian Pekerjaan
Umum juga mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan situasi politik dan
suksesi kepemimpinan yang terjadi pada masa itu. Sebagai gambaran, secara garis
besar dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Saat pertama kali dibentuk dan sampai dengan sebelum tentara Belanda
masuk kembali ke Yogyakarta, susunan Kementerian Pekerjaan Umum
Perhubungan dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai.
59
b. Khusus pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), Kementerian
Perhubungan dan Pekerjaan Umum RIS dibagi dalam beberapa
Departemen dengan beberapa Jawatan dan instansi.
c. Kementerian Perhubungan dan Pekerjaan Umum RIS tersebut terdiri atas
penggabungan tiga Departemen sebelum sistem federal, yaitu: (1)
Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw dulu (kecuali Mynbouw yang
masuk dalam kementerian Kemakmuran), (2) Departemen Van Waterstaat
di Wederopbouw dan (3) Departemen Van Scheepvaart.
d. Penggabungan dari tiga Departemen dari pemerintahan federal dalam satu
Kementerian yaitu Kementerian Perhubungan Tenaga dan Pekerjaan
Umum RIS dianggap perlu. Hal ini dimaksudkan agar hubungan tiga
Departemen tersebut satu dengan lain menjadi sangat erat, dengan alasan
perlunya koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan pula untuk
melancarkan semua tugas yang dibebankan pada Kementerian
Perhubungan Tenaga dan Pekerjaan Umum RIS.
e. Pada masa Kabinet Dwikora atau Kabinet 100 Menteri, yang pada masa
itu dibentuk Koordinator Kementerian, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Tenaga (PUT) mengalami perubahan organisasi menjadi 5 (lima)
departemen di bawah Kompartemen PUT Kabinet Dwikora yang ketika itu
membawahi Departemen Listrik dan Ketenagaan, Departemen Bina
Marga, Departemen Cipta Karya Konstruksi, Departemen Pengairan
Dasar, dan Departemen Jalan Raya Sumatera.
f. Pada masa Kabinet Ampera, sebagai kabinet pertama dalam masa Orde
Baru, kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir. Soetami sebagai
Menteri. Nama kementerian pada saat itu adalah Kementerian Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik. Nama ini dipakai sampai tahun 1976.
g. Pada tahun 1976, yaitu pada masa Kabinet Pembangunan II, kementerian
ini berubah menjadi Departemen Pekerjaan Umum. Nomenklatur ini
paling lama bertahan yaitu selama 23 tahun, yaitu sampai dengan tahun
1999.
60
h. Pada masa presiden Abdurachman Wahid (1999–2000), Departemen
Pekerjaan Umum diganti menjadi Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah (Kimbangwil) dan dibentuk kementerian baru
yaitu Kementerian Negara Pekerjaan Umum.
i. Setelah presiden Abdurachman Wahid digantikan oleh Megawati menjadi
presiden, Presiden Megawati (2000–2004) membentuk kabinet baru dan
merubah “Departemen Kimbangwil” menjadi “Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah” (Kimpraswil).
j. Pada masa presiden Susilo Bambang Yudoyono (2004–sekarang),
Departemen Kimpraswil diubah kembali menjadi Departemen Pekerjaan
Umum dan dibentuk institusi baru yaitu Kementerian Negara Perumahan
Rakyat.
Tabel III.1. Perkembangan ke-PU-an di Indonesia22
Nama Masa Kedudukan Bidang ke-PU-an
Jaman Kolonial Belanda (Ned. India) (Tahun 1940)
1. Lands gebouwen 2. Wegen 3. Irrigatie & Assainering 4. Water Kracht 5. Constructie burreau (jembatan) 6. Havenwezen (pelabuhan) 7. Afd.Luchvaart (Penerbangan Sipil)
Jaman Indonesia Merdeka, terdiri dari:
1. Fase 1945-1949
1. Listrik & Gas 2. Pengairan 3. Jalan-jalan 4. Gedung-gedung 5. Pelabuhan 6. Perkapalan 7. Lapangan Terbang Sipil
2. Fase 1949-1950
1. Pengairan dan Assainering 2. Jalan-jalan dan Penerbangan Sipil 3. Gedung-gedung 4. Perlautan 5. Perhubungan
22 Diolah dari website Dep. PU, Humas Puskompu, Humas Ditjen SDA
61
Nama Masa Kedudukan Bidang ke-PU-an
3. Fase sesudah 1950
1. Sekretaris Jenderal 2. Direktur Jenderal PU 3. Direktur Jenderal Perairan 4. Direktur Jenderal Perumahan 5. Direktur Jenderal Tugas-tugas khusus
4. Tahun 1965
1. Departemen Listrik dan Ketenagaan 2. Departemen Bina Marga 3. Departemen Cipta Karya dan Konstruksi4. Departemen Pengairan Dasar 5. Departemen Jalan raya Sumatera
5. Tahun 1966
1. Dep. Listrik dan Tenaga 2. Dep. Bina Marga 3. Dep. Pengairan 4. Dep. Cipta Karya dan Konstruksi
Era Orde Baru :
6. Tahun 1966 – 1976 Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
7. Tahun 1976 – 1999 Departemen Pekerjaan Umum Era Reformasi :
8. Tahun 1999 – 2001 1. Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah 2. Kementerian Negara Pekerjaan Umum
9. Tahun 2001 – 2004 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
10. Tahun 2004 – sekarang 1. Departemen Pekerjaan Umum 2. Kementerian Negara Perumahan Rakyat
Tabel III.2. Perkembangan nomenklatur Departemen Pekerjaan Umum22
No. Tahun / Periode Nomenklatur ke-PU-an 1 1945 – 1950 Kementerian Pekerjaan Umum 2 1950 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perhubungan 3 1950 – 1959 Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga 4 1959 – 1961 Kementerian Muda Pekerjaan Umum
(dibawah Kementerian Produksi) 5 1961 – 1966 Kementerian Pekerjaan Umum 6 1966 - 1976 Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik 7 1976 – 1999 Departemen Pekerjaan Umum 8 1999 – 2001
Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kementerian Negara Pekerjaan Umum
9 2001 – 2004 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 10 2004 – sekarang Departemen Pekerjaan Umum
Kementerian Negara Perumahan Rakyat
62
Sejak kemerdekaan sampai dengan tahun 1960, pembangunan infrastruktur ke-
PU-an dilakukan langsung oleh pemerintah melalui Departemen/Kementerian
Pekerjaan Umum dengan cara swakelola23. Pada masa tersebut, Dep. PU berperan
sebagai regulator, pelaksana, sekaligus operator. Kemampuan pihak swasta dalam
mebangun infrastruktur dimulai pada tahun 1960, pada saat dilakukan
nasionalisasi perusahaan Belanda menjadi perusahaan negara. Mulai masa
tersebut pembangunan infrastruktur selain dilaksanakan secara swakelola juga
dilaksanakan oleh perusahaan negara tersebut yang diberikan secara penunjukkan
langsung (tanpa tender).
Pada awal tahun 1970, dilakukan pembangunan berbasis Pelita (Pembangunan
Lima Tahun), perusahaan negara berubah status menjadi BUMN dan pelaksanaan
pembangunan insfrastruktur mulai dilaksanakan dengan cara tender. Peran Dep.
PU sebagai pelaksana konstruksi mulai berkurang dan peran sebagai regulator
mulai bertambah. Pada tahun 1990 peran Dep. PU sebagai regulator semakin
meningkat sementara peran operator sudah ada yang diserahkan kepada BUMN.
Departemen Pekerjaan Umum mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Departemen Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi24:
1. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan
teknis di bidang pekerjaan umum dan permukiman;
2. pelaksanaan uruian pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya;
3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya;
4. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang
tugas dan fungsinya kepada Presiden.
23 Swakelola adalah pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh pelaksana
dengan menggunakan tenaga sendiri, tenaga dari luar, atau tenaga upah borongan 24 Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005, Pasal 55 dan Pasal 56
63
III.2. DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
Sesuai dengan unit kerja dan tugas eselon I25, Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air (Ditjen SDA) mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang sumber daya air.
Tugas eselon I tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
Ditjen SDA menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknik di bidang sumber daya air sesuai peraturan
dan perundangan;
b. penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja pelaksanaan
kebijakan di bidang sumber daya air;
c. pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air meliputi irigasi, rawa
dan pantai, sungai, danau, waduk dan bendungan, termasuk penyediaan air
baku dan pemanfaatan air tanah;
d. pelaksanaan pengaturan pengelolaan sumber daya air;
e. pembinaan dan bantuan teknis pengelolaan sumber daya air dan evaluasi
termasuk konservasi dan pemeliharaan;
f. pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi di bidang sumber
daya air;
g. penyusunan norma, standar, pedoman, dan manual di bidang sumber daya
air; dan
h. pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal.
Tugas dan fungsi yang dilaksanakan oleh Ditjen SDA dilakukan melalui unit
organik yaitu Direktorat Pelaksana dan Unit Pelaksana Teknik (UPT), atau di
lingkungan Ditjen SDA, UPT dikenal dengan Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS) atau Balai Wilayah Sungai (BWS).
25 Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005, Pasal 34
64
Dalam menjalankan tugas pembangunan, sesuai dengan fungsi manajemen, fungsi
koordinasi dilakukan oleh Sekretariat Ditjen SDA, fungsi pendukung dilakukan
oleh Direktorat Bina Program dan Direktorat Bina Pengelolaan SDA, dan fungsi
pelaksana dilakukan oleh Direktorat Irigasi, Direktorat Rawa dan Pantai, serta
Direktorat Sungai, Danau dan Waduk. Fungsi utama unit organik ini melakukan
fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasaan, serta sedikit fungsi
pembangunan. Fungsi pembangunan sebagian besar dilaksanakan oleh UPT.
Sampai dengan saat ini, UPT di lingkungan Ditjen SDA berjumlah 32 unit, terdiri
dari 12 unit BBWS, 19 unit BWS, dan 1 unit Balai Bendungan. UPT Ditjen SDA
lebih dititikberatkan kepada fungsi pembangunan dan fungsi pembinaan,
khususnya pembinaan teknis bidang sumber daya air.
Pelaksanaan pembangunan di daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang dilaksanakan
oleh UPT merupakan salah satu penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 yang menyebutkan bahwa salah satu “urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum” adalah bidang sumber daya air.26
Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk
memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air
agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu,
pembangunan di bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan
daya rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman.
III.2.1 VISI DAN MISI DITJEN SUMBER DAYA AIR
Sumber daya air dari hari kehari semakin dirasakan penting oleh seluruh
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari lamanya proses penyusunan dan
pembahasan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air karena begitu
banyak pihak yang merasa berkepentingan turut menyumbangkan pemikirannya
dalam penyusunan undang-undang tersebut. Kesadaran dan kepedulian bersama
26 Sepuluh sub-bidang urusan pemerintah bidang pekerjaan umum meliputi : sumber daya air, bina marga, perkotaan dan perdesaan, air minum, air limbah, persampahan, drainase, permukiman, bangunan gedung dan lingkungan, serta jasa konstruksi
65
untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air, di samping mendayagunakannya,
merupakan hal yang positif dan perlu terus dikembangkan di masyarakat. Oleh
karena itu, informasi mengenai kegiatan apa yang telah dan akan dilakukan perlu
disebarluaskan sehingga masyarakat dapat ikut memahami dan pada akhirnya ikut
merasa memiliki dan mau ikut menjaga serta memeliharanya. Kesadaran bahwa
apa yang sudah dibangun adalah merupakan fasilitas yang ditujukan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat hendaknya dapat terus dipupuk dan
dikembangkan sehinga pada saatnya masyarakat tidak hanya menerima apa yang
telah dikerjakan pemerintah tetapi dapat ikut berpartisipasi dalam seluruh proses
pengelolaan sumber daya air sesuai dengan kemampuan masing-masing, termasuk
menentukan apa yang sebenarnya mereka butuhkan sehingga arah pembangunan
ke depan benar-benar sesuai dengan keinginan masyarakat. Untuk itu, Ditjen SDA
memiliki tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat, sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam mewujudkan amanat tersebut, Ditjen SDA memiliki visi dan misi sebagai
berikut27:
Visi : Gambaran umum keadaan yang akan dicapai pada tahun 2025:
Tertingkatkannya perlindungan masyarakat dari bencana daya rusak air.
Tercapainya pengelolaan SDA berdasar pola pengelolaan wilayah sungai yang menyeluruh, terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.
Terpenuhinya kecukupan air bagi sebagian besar masyarakat dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian rakyat.
Terwujudkannya keterlibatan peran masyarakat secara aktif dalam pengelolaan SDA melalui Dewan SDA yg merupakan Forum Dialog dan Koordinasi antar Pemilik Kepentingan yang terlegitimasi.
Terlaksanakannya suatu prinsip pembiayaan jasa pengelolaan SDA yang dapat memberikan insentif dan disintensif dgn memanfaatkan berbagai sumber daya secara sinergi dan teritegrasi.
27 Website Ditjen SDA (http://www.pu.go.id/satminkal/dijen_sda/data/visi & misi.asp)
66
Misi : Mengonservasi SDA secara berkelanjutan. Mendayagunakan SDA secara adil serta memenuhi
Persyaratan kualitas dan kuantitas untuk berbagai kebutuhan masyarakat.
Mengendalikan daya rusak air. Memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat dan
Pemerintah dalam pengelolaan SDA. Meningkatkan keterbukaan serta ketersediaan data dan
informasi dalam pengelolaan SDA.
Adapun permasalahan, sasaran, arah kebijakan dan program dari pembangunan di
bidang sumber daya air meliputi:
1. Permasalahan
Secara umum, permasalahan-permasalahan yang dihadapi di dalam
pembangunan di bidang sumber daya air, adalah:
a. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan dalam
perspekfif ruang dan waktu.
b. Meningkatkan ancaman terhadap keberlangsungan sumber daya air
(air permukaan dan air tanah).
c. Menurunnya kemampuan penyediaan air.
d. Meningkatnya potensi konflik air.
e. Kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi.
f. Makin meluasnya abrasi pantai.
g. Lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan ketatalaksanaan.
h. Rendahnya kualitas data dan sistem informasi.
i. Kerusakan prasarana sumber daya air akibat bencana.
2. Sasaran
Sasaran umum pembangunan sumber daya air adalah:
a. Tercapainya pola pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan
berkelanjutan.
b. Terkendalinya potensi konflik air.
c. Terkendalinya pemanfaatan air tanah.
67
d. Meningkatnya kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi
masyarakat.
e. Berkurangnya dampak bencana banjir dan kekeringan.
f. Terkendalinya pencemaran air.
g. Terlindunginya daerah pantai dari abrasi laut terutama pada pulau-
pulau kecil, daerah perbatasan , dan wilayah strategis.
h. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat.
i. Meningkatnya kualitas koordinasi dan kerjasama antar instansi.
j. Terciptanya pola pembiayaan yang berkelanjutan.
k. Tersedianya data dan sistem informasi.
l. Pulihnya kondisi sumber daya air (prasarana, air baku, banjir)
terutama pada daerah perkotaan dan bencana.
3. Arah Kebijakan
Pengelolaan sumber daya air dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
a. Mewujudkan keserasian antara:
Konservasi dan pendayagunaan.
Hulu dan hilir; yang berkeadilan.
Pemanfaatan air permukaan dan air tanah; conjuctive use.
Pengelolaan demand dan supply.
Pemenuhan kebutuhan jangka pendek dan panjang.
b. Pendayagunaan sumber daya air: prioritas rumah tangga di wilayah
rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.
c. Irigasi:
Peningkatan fungsi, rehabilitasi dan O&M.
Skema insentif, menghindari alih fungsi.
d. Pengendalian banjir:
Konservasi non-konstruksi.
e. Pengembangan sistem informasi.
f. Penataan kelembagaan, peran dan fungsi stakeholders,
pembentukan Lembaga Dewan SDA.
68
4. Program
Untuk mencapai sasaran dan arah kebikan sebagaimana yang telah
disebutkan diatas, maka kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan terdiri dari
lima program di bawah ini, meliputi:
a. Pengembangan, pengelolaan, dan konservasi sungai, danau, dan
sumber air lainnya.
b. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan
pengairan lainnya.
c. Penyediaan dan pengelolaan air baku.
d. Pengendalian banjir dan pengamanan pantai.
e. Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan.
III.2.2 KELEMBAGAAN DITJEN SUMBER DAYA AIR
Semenjak dibentuk unit kerja yang menangani bidang sumber daya air (dulu
dikenal dengan pengairan), kelembagaan sumber daya air telah mengalami
perubahan nomenklatur baik nama direktorat jenderal maupun nama
direktoratnya. Perubahan tersebut mempengaruhi pula tugas dan fungsi direktorat
jenderal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana pengelolaan sumber
daya air. Namun demikian, tugas pengelolaan bidang sumber daya air tetap
menjadi tugas utama walaupun terjadi perubahan nomenklatur.
69
Tabel III.3. Nomenkatur Ditjen yang melaksanakan pengelolaan sumber daya air Nama Departemen
(Periode) Nama Direktorat
Jenderal Nama Unit Kerja
Departemen Pekerjaan Umum
(1976 – 1994)
Direktorat Jenderal
Pengairan
Sekretariat Ditjen, Direktorat Bina Program, Direktorat Sungai, Direktorat Rawa, Direktorat Irigasi I, Direktorat Irigasi II, Direktorat Peralatan
Departemen Pekerjaan Umum
(1994 – 1999)
Direktorat Jenderal
Pengairan
Sekretariat Ditjen, Direktorat Bina Program, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Rawa, Direktorat Sungai, Direktorat Irigasi
Departemen Permukiman dan Pengembangan
Wilayah (1999 – 2001)
Direktorat Jenderal
Pengembangan Perdesaan
Sekretariat Ditjen, Direktorat Program dan Evaluasi, Direktorat Pengairan Perdesaan, Direktorat Perdesaan Wilayah Barat, Direktorat Perdesaan Wilayah Tengah, Direktorat Perdesaan Wilayah Timur
Direktorat Jenderal Penataan
Ruang dan Pengembangan
Wilayah
Direktorat Penatagunaan Sumber Daya Air, Direktorat Sungai dan Danau
Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah (2001 – 2004)
Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air
Sekretariat Ditjen, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Penatagunaan SDA, Direktorat SDA Wilayah Barat, Direktorat SDA Wilayah Tengah, Direktorat SDA Wilayah Timur
Departemen Pekerjaan Umum (2004 – sekarang)
Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air
Sekretariat Ditjen, Direktorat Bina Program, Direktorat Bina Pengelolaan SDA, Direktorat Sungai Danau dan Waduk, Direktorat Irigasi, Direktorat Rawa dan Pantai
A. PERIODE ORDE BARU (S.D. 1994)
Kelembagaan pengelolaan sumber daya air di tingkat pusat pada masa orde baru
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengairan28, melaksanakan sebagian tugas
pokok Departemen Pekerjaan Umum di bidang pengairan. Ditjen Pengairan
melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis dan pemberian perizinan dan pengaturan
bidang pengairan,
b. penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pembangunan bidang
pengairan,
c. penyelenggaraan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokok ditjen.
28 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 211/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum
70
Fungsi koordinasi dan penunjang dilaksanakan oleh Sekretariat Ditjen Pengairan
yang bertugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Ditjen Pengairan. Sekretariat Ditjen Pengairan
melaksanakan fungsi pelayanan informasi bidang pengairan; penelaahan peraturan
bidang pengairan; urusan administratif kerumahtanggaan, keuangan, kepegawaian
dan umum.
Fungsi technostructure dilaksanakan oleh Direktorat Bina Program Pengairan
yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi di bidang perencanaan,
penyusunan program, pengembangan pemanfaatan sumber air berdasarkan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Dirjen Pengairan. Fungsi yang dilaksanakan
oleh Direktorat Bina Program Pengairan meliputi: penyusunan rencana dan
program pengairan; penyusunan rencana pengembangan wilayah sungai; evaluasi
proyek dan pemberian izin pemanfaatan air; kerjasama lintas sektoral, dan
administrasi bantuan luar negeri.
Fungsi technostructure juga dilaksanakan oleh Direktorat Peralatan, yang bertugas
melaksanakan perencanaan, pengadaan, pembinaan peralatan, instalasi
pembekalan, jasa serta inventarisasi kekayaan milik negara. Fungsi yang
dilaksanakan oleh Direktorat Peralatan adalah merencanakan kebutuhan dan
melakukan pengadaan peralatan dan instalasi; menyimpan dan memelihara
peralatan, instalasi, perlengkapan dan bahan; membina pengadaan jasa konstruksi
dan jasa konsultan; inventarisasi dan dokumentasi kekayaan milik negara;
pembinaan teknis pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pengoperasian,
pemerliharaan, dan penghapusan peralatan dan instalasi.
Fungsi pelaksanaan (operating core) dilaksanakan oleh direktorat teknis yaitu
Direktorat Sungai, Direktorat Rawa, Direktorat Irigasi I, dan Direktorat Irigasi II.
Masing-masing direktorat bertugas melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen
Pengairan di bidang pengaturan, pembinaan, pembangunan, eksploitasi,
pemeliharaan, pemanfaatan jaringan pengairan, sesuai bidangnya masing-masing.
Fungsi yang diemban adalah penyusunan rencana dan program; pelaksanaan
71
survey, studi kelayakan, dan rencana teknis; pelaksanaan dan pembinaan teknis
pembangunan/konstruksi; serta penyiapan pelaksanaan eksploitasi dan
pemeliharaan.
Melihat tugas dan fungsi dari Ditjen Pengairan (masa periode sampai dengan
tahun 1994) tersebut dapat diketahui bahwa pelaksana pembangunan baik di Pusat
maupun di Daerah masih berada di tingkat Pusat. Semua kendali terhadap
pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air berada di tingkat pusat.
Pembagian kewenangan antara pusat dan daerah pada masa itu masih sangat kecil
atau dapat dikatakan tidak ada porsi daerah kecuali untuk pekerjaan minoritas
tertentu.
Selain itu pula terdapat keberadaan Kanwil Departemen Pekerjaan Umum di
setiap provinsi yang berfungsi sebagai “kepanjangan tangan atau wakil”
pemerintah pusat di daerah. Peran pemerintah daerah sangatlah terbatas dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang sumber daya air.
Kelembagaan Ditjen Pengairan pada masa itu adalah:
Sekretariat Ditjen Pengairan, terdiri dari Bagian Informasi Tatalaksana,
Bagian Kepegawaian, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan Bagian
Umum.
Direktorat Bina Program Pengairan, terdiri dari Subdirektorat (Subdit.)
Perencanaan Pembangunan Pengairan, Subdit. Perencanaan Wilayah
Sungai, Subdit. Evaluasi Proyek, Subdit. Kerjasama Lintas Sektoral, Subdit.
Administrasi Bantuan Luar Negeri, dan Bagian Tata Usaha.
Direktorat Sungai, terdiri dari Subdit. Perencanaan Teknis, Subdit.
Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Barat, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan
Wilayah Timur, Subdit. Pengendalian Erosi dan Bencana Alam, Subdit.
Pembinaan Eksploitasi dan Pemeliharaan, dan Bagian Tata Usaha.
Direktorat Rawa, terdiri dari Subdit. Perencanaan Teknis, Subdit.
Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Barat, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan
72
Wilayah Tengah, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Timur, Subdit.
Pembinaan Eksploitasi dan Pemeliharaan, dan Bagian Tata Usaha.
Direktorat Irigasi I, terdiri dari Subdit. Perencanaan Teknis, Subdit.
Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Barat, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan
Wilayah Timur, Subdit. Pemugaran, Subdit. Pembinaan Eksploitasi dan
Pemeliharaan, dan Bagian Tata Usaha.
Direktorat Irigasi II, terdiri dari Subdit. Perencanaan Teknis, Subdit.
Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Barat, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan
Wilayah Timur, Subdit. Pengembangan Air Tanah, Subdit. Pembinaan
Eksploitasi dan Pemeliharaan, dan Bagian Tata Usaha.
Direktorat Peralatan, terdiri dari Subdit. Pengadaan Peralatan, Subdit.
Pengadaan Instalasi, Subdit. Pengadaan Jasa, Subdit. Inventarisasi, dan
Bagian Tata Usaha.
Tabel III.4. Jumlah jabatan struktural Ditjen Pengairan (s.d. 1994) No Nama Direktorat Es. I Es. II Es. III Es. IV 1 Ditjen Pengairan 1 2 Sekretariat Ditjen Pengairan 1 5 15 3 Direktorat Bina Program Pengairan 1 6 24 4 Direktorat Sungai 1 6 24 5 Direktorat Rawa 1 6 23 6 Direktorat Irigasi I 1 6 24 7 Direktorat Irigasi II 1 6 24 8 Direktorat Peralatan 1 5 19 JUMLAH 1 7 40 153
B. PERIODE ORDE BARU (1994 – 1999)
Kelembagaan pengelolaan daya air di tingkat pusat pada masa orde baru
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengairan29, melaksanakan sebagian tugas
pokok Departemen Pekerjaan Umum di bidang pengairan. Ditjen Pengairan
melaksanakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis dan pemberian perizinan dan pengaturan
bidang pengairan,
29 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 211/KPTS/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum
73
b. penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pembangunan bidang
pengairan,
c. penyelenggaraan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokok ditjen.
Secara umum, tugas dan fungsi Ditjen Pengairan pada era sebelum 1994 dan
sesudah 1994 tidak mengalami perubahan. Namun, pada era 1994 mengalami
perubahan yang mendasar yaitu pada direktorat pelaksana. Pada era sebelum
1994, direktorat pelaksana adalah direktorat teknis sesuai sektor pengairan seperti
sungai, rawa dan irigasi, sedangkan pada era setelah 1994, direktorat pelaksana
adalah sesuai wilayah yaitu wilayah barat, tengah, dan timur. Selain itu, terdapat
perubahan fungsi seperti fungsi peralatan yang dihilangkan.
Pada era setelah 1994 ini, fungsi koordinasi dan penunjang dilaksanakan oleh
Sekretariat Ditjen Pengairan yang bertugas memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Ditjen Pengairan.
Sekretariat Ditjen Pengairan melaksanakan pelaksanaan dan pembinaan hukum;
urusan administratif kerumahtanggaan, keuangan, kepegawaian, dan umum.
Fungsi technostructure dilaksanakan oleh Direktorat Bina Program, Direktorat
Bina Teknik, dan Direktorat Pendayagunaan dan Pengamanan Sumber Daya Air.
Direktorat Bina Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi di bidang pembinaan perencanaan, penyusunan dan evaluasi program dan
anggaran, serta pelaksanaan program pembangunan pengairan, berdasarkan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Dirjen Pengairan. Fungsi yang dilaksanakan
oleh Direktorat Bina Program meliputi: penyusunan rencana umum pembangunan
pengairan; penyusunan program dan anggaran pembangunan pengairan;
pelaksanaan administrasi bantuan luar negeri; evaluasi pelaksanaan dan manfaat
program pembangunan pengairan; dan pengembangan program pembangunan
pengairan.
74
Direktorat Bina Teknik mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok
Ditjen Pengairan di bidang pembinaan penerapan teknologi pengairan,
berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Dirjen Pengairan. Fungsi
yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Teknik adalah penyusunan rencana dan
program pengembangan penerapan teknologi pengairan; penyiapan dan
penyebarluasan pedoman dan standar pelaksanaan pembangunan serta
pemantauan dan evaluasi atas penerapan teknologi; serta pembinaan kegiatan
survey, investigasi, perencanaan, dan perencanaan teknis.
Direktorat Bina Pendayagunaan dan Pengamanan Sumber Daya Air mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Pengairan di bidang
pendayagunaan dan pengamanan sumber daya air, berdasarkan kebijaksanaan
teknis yang ditetapkan oleh Dirjen Pengairan. Fungsi yang dilaksanakan oleh
Direktorat Bina Pendayagunaan dan Pengamanan Sumber Daya Air adalah
pelaksanaan konservasi sumber daya air; pembinaan, pengelolaan, dan
pemanfaatan sumber daya air; pembinaan peran serta swasta dan masyarakat;
pembinaan lembaga pengairan; dan pengamanan sumber daya air.
Sementara itu, fungsi pelaksanaan (operating core) dilaksanakan oleh direktorat
teknis yaitu Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah Barat, Bina Pelaksanaan
Wilayah Tengah, dan Bina Pelaksanaan Wilayah Timur. Masing-masing
direktorat wilayah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen
Pengairan di bidang pembinaan pelaksanaan pembangunan, operasi dan
pemeliharaan prasarana dan sarana dasar bidang pengairan sesuai dengan
wilayahnya, berdasarkan teknis yang ditetapkan oleh Dirjen Pengairan.
Sedangkan fungsi yang diemban adalah penyusunan rencana dan program kerja
pembangunan, operasi dan pemeliharaan; pembinaan pelaksanaan pembangunan,
operasi dan pemeliharaan; dan pembinaan administrasi pelaksanaan
pembangunan, operasi dan pemeliharaan. Wilayah Barat meliputi provinsi yang
ada di Pulau Sumatera, sedangkan Wilayah Tengah meliputi provinsi yang berada
di Pulau Jawa, Bali dan Kalimantan. Sedangkan Wilayah Timur meliputi seluruh
provinsi di luar Wilayah Barat dan Tengah.
75
Melihat tugas dan fungsi dari Ditjen Pengairan tersebut dapat diketahui pada masa
periode 1994–1998, pelaksana pembangunan baik di Pusat maupun di Daerah
masih berada di tingkat Pusat. Semua kendali terhadap pembangunan infrastruktur
bidang sumber daya air masih berada di tingkat pusat tetapi fungsi utama
direktorat pelaksana sudah mengarah sebagai fungsi pembinaan. Pada masa itu
sudah didengungkan wacana akan rencana desentralisasi pusat dan daerah, dan
hilangnya fungsi kanwil departemen di setiap provinsi.
Kelembagaan Ditjen Pengairan pada masa tersebut adalah:
Sekretariat Ditjen Pengairan, terdiri dari Bagian Kepegawaian, Bagian
Keuangan, Bagian Administrasi Perlengkapan, Bagian Hukum, dan Bagian
Umum.
Direktorat Bina Program, terdiri dari Subdit. Perencanaan Umum, Subdit.
Program dan Anggaran, Subdit. Administrasi Bantuan Luar Negeri, Subdit.
Evaluasi Pelaksanaan dan Manfaat Program, Subdit. Pengembangan
Program Sektoral, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Bina Teknik, terdiri dari Subdit. Sungai, Subdit. Irigasi, Subdit.
Rawa dan Pantai, Subdit. Air Tanah, Subdit. Bangunan Besar, dan
Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Pendayagunaan dan Pengamanan Sumber Daya Air, terdiri dari
Subdit. Konservasi Sumber Daya Air, Subdit. Bina Pendayagunaan dan
Pemanfaatan Sumber Daya Air, Subdit. Bina Peranserta Swasta dan
Masyarakat, Subdit. Bina Lembaga Pengairan, Subdit. Bina Pengamanan
Sumber Daya Air, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah Barat terdiri dari Subdit. Wilayah
Barat I, Subdit. Wilayah Barat II, Subdit. Wilayah Barat III, Subdit.
Wilayah Barat IV, Subdit. Wilayah Barat V, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah Tengah, terdiri dari Subdit. Wilayah
Tengah I, Subdit. Wilayah Tengah II, Subdit. Wilayah Tengah III, Subdit.
Wilayah Tengah IV, Subdit. Wilayah Tengah V, dan Subbagian Tata Usaha.
76
Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah Timur, terdiri dari Subdit. Wilayah
Timur I, Subdit. Wilayah Timur II, Subdit. Wilayah Timur III, Subdit.
Wilayah Timur IV, Subdit. Wilayah Timur V, dan Subbagian Tata Usaha.
Tabel III.5. Jumlah jabatan Struktural Ditjen Pengairan (1994 s.d. 1999) No Nama Direktorat Es. I Es. II Es. III Es. IV 1 Ditjen Pengairan 1 2 Sekretariat Ditjen Pengairan 1 5 15 3 Direktorat Bina Program 1 5 21 4 Direktorat Bina Teknik 1 5 21 5 Direktorat Pendayagunaan dan Pengamanan
SDA 1 5 21
6 Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah Barat 1 5 21 7 Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah
Tengah 1 5 21
8 Direktorat Bina Pelaksanaan Wilayah Timur 1 5 21 JUMLAH 1 7 35 141
C. PERIODE KABINET REFORMASI (1999 – 2001)
Pada periode reformasi ini, Departemen Pekerjaan Umum mengalami perubahan
yang cukup drastis. Nomenklatur departemen berubah menjadi Departemen
Permukiman dan Pengembangan Wilayah, dan Direktorat Jenderal Pengairan
berubah menjadi Direktorat Jendral Pengembangan Perdesaan.
Tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengembangan Perdesaan30 adalah
melaksanakan sebagian tugas pokok pemerintah di bidang pengembangan
perdesaan. Fungsi Ditjen Pengembangan Perdesaan meliputi:
a. perumusan kebijakan teknis dan pemberian perizinan dan pengaturan
bidang pengembangan perdesaan,
b. penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pembangunan bidang
pengembangan perdesaan,
c. penyelenggaraan pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokok ditjen.
30 Keputusan Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah nomor 7/KPTS/M/2000 dan No. 23/KPTS/M/2000 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah
77
Fungsi koordinasi dan penunjang dilaksanakan oleh Sekretariat Ditjen
Pengembangan Perdesaan yang bertugas memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Ditjen Pengembangan
Perdesaan. Sekretariat Ditjen Pengembangan Perdesaan melaksanakan
penyusunan rencana, program kegiatan, dan anggaran, pengembangan sistem
informasi dan tatalaksana, pembinaan hukum; urusan administratif
kerumahtanggaan, keuangan, kepegawaian, dan umum.
Fungsi technostructure dilaksanakan oleh Direktorat Program dan Evaluasi, dan
Direktorat Pengairan Perdesaan.
Direktorat Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi di bidang pembinaan dan penyusunan rencana umum program dan
anggaran, prioritas program; pembinaan dan penyusunan studi kelayakan
program; pengolahan, pengumpulan data, evaluasi dan penyajian data;
penyusunan, pelaksanaan, dan pemantauan administrasi bantuan luar negeri; serta
penyusunan pengembangan sistem informasi, evaluasi kinerja dan manfaat
pelaksanaan program.
Direktorat Pengairan Perdesaan mempunyai tugas melaksanakan sebagaian tugas
dan fungsi di bidang pembinaan dan perencanaan teknik irigasi, rawa dan pantai;
pembinaan dan perencanaan sungai, waduk, dan danau; penyiapan pemberdayaan
lembaga pengelola prasarana; penyiapan fasilitasi operasi dan pemeliharaan
prasarana; serta pengembangan air tanah.
Fungsi pelaksanaan (operating core) dilaksanakan oleh direktorat teknis yaitu
Direktorat Perdesaan Wilayah Barat, Direktorat Perdesaan Wilayah Tengah, dan
Direktorat Perdesaan Wilayah Timur. Masing-masing direktorat wilayah
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen Pengembangan
Perdesaan di bidang pembinaan pelaksanaan pengembangan sosial ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat; pengembangan irigasi, rawa, dan pantai;
pengembangan sungai, waduk, dan danau; pengembangan jalan perdesaan; dan
78
pengembangan air bersih dan sanitasi, sesuai dengan wilayahnya, berdasarkan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Dirjen Pengembangan Perdesaan.
Namun demikian, dalam periode ini, pengelolaan sumber daya air ternyata juga
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah
melalui Direktorat Penatagunaan Sumber Daya Air dan Direktorat Sungai dan
Danau.
Kelembagaan Ditjen Pengembangan Perdesaan pada masa tersebut adalah:
Sekretariat Ditjen Pengembangan Perdesaan, terdiri dari Bagian
Perencanaan dan Informasi Tatalaksana, Bagian Kepegawaian, Bagian
Keuangan, Bagian Hukum dan Perundang-Undangan, dan Bagian Umum.
Direktorat Program dan Evaluasi, terdiri dari Subdit. Perencanaan Umum,
Subdit. Pemrograman dan Pembiayaan, Subdit. Informasi Pengembangan
Perdesaan, Subdit. Pendayagunaan Bantuan Luar Negeri, Subdit. Evaluasi
Kinerja, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Pengairan Perdesaan, terdiri dari Subdit. Perencanaan Teknik
Irigasi, Rawa dan Pantai, Subdit. Perencanaan Teknik Sungai, Waduk dan
Danau, Subdit. Pemberdayaan Lembaga Pengelolaan Prasarana, Subdit.
Fasilitas Operasi dan Pemeliharaan Prasarana, Subdit. Pengembangan Air
Tanah, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Perdesaan Wilayah Barat, terdiri dari Subdit. Pengembangan
Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, Subdit. Pengembangan
Irigasi, Rawa dan Pantai, Subdit. Pengembangan Sungai, Waduk dan
Danau, Subdit. Pengembangan Jalan Perdesaan, Subdit. Pengembangan Air
Bersih dan Sanitasi Perdesaan, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Perdesaan Wilayah Tengah, terdiri dari Subdit. Pengembangan
Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, Subdit. Pengembangan
Irigasi, Rawa dan Pantai, Subdit. Pengembangan Sungai, Waduk dan
Danau, Subdit. Pengembangan Jalan Perdesaan, Subdit. Pengembangan Air
Bersih dan Sanitasi Perdesaan, dan Subbagian Tata Usaha.
79
Direktorat Perdesaan Wilayah Timur, terdiri dari Subdit. Pengembangan
Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, Subdit. Pengembangan
Irigasi, Rawa dan Pantai, Subdit. Pengembangan Sungai, Waduk dan
Danau, Subdit. Pengembangan Jalan Perdesaan, Subdit. Pengembangan Air
Bersih dan Sanitasi Perdesaan, dan Subbagian Tata Usaha.
Kelembagaan di lingkungan Ditjen Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah
pada masa tersebut yang melaksanakan fungsi pengelolaan sumber daya air
adalah:
Direktorat Penatagunaan Sumber Daya Air, terdiri dari Subdit. Perencanaan
Sumber Daya Air, Subdit. Konservasi Sumber Daya Air, Subdit.
Pengelolaan Sumber Daya Air, Subdit. Sosialisasi Program Sumber Daya
Air, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Sungai dan Danau, terdiri dari Subdit. Pelestarian Daerah Aliran
Sungai, Subdit. Pengamanan Sungai, dan Pelestarian Rawa dan Danau,
Subdit. Pengaman Kawasan Gunung Berapi, Subdit. Pencegahan Erosi
Kawasan Pantai, dan Subbagian Tata Usaha.
Tabel III.6. Jumlah jabatan Struktural Ditjen Pengembangan Perdesaan dan Ditjen Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah yang melaksanakan pengelolaan sumber daya air (1999 s.d. 2001) No Nama Direktorat Es. I Es. II Es. III Es. IV A Ditjen Pengembangan Perdesaan
1 Ditjen Pengembangan Perdesaan 1 2 Sekretariat Ditjen Pengembangan Perdesaan 1 5 13 3 Direktorat Program dan Evaluasi 1 5 11 4 Direktorat Pengairan Perdesaan 1 5 11 5 Direktorat Perdesaan Wilayah Barat 1 5 11 6 Direktorat Perdesaan Wilayah Tengah 1 5 11 7 Direktorat Perdesaan Wilayah Timur 1 5 11
B Ditjen Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah 1 Ditjen Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah 1 2 Direktorat Penatagunaan Sumber Daya Air 1 4 9 3 Direktorat Sungai dan Danau 1 4 9
JUMLAH 2 8 38 86
80
D. PERIODE KABINET REFORMASI (2001 – 2004)
Pergantian pimpinan pemerintahan “di pertengahan jalan” membuat perubahan
kembali terhadap nomenklatur Departemen Permukiman dan Pengembangan
Wilayah yang berubah menjadi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Hal ini juga menyebabkan terjadinya perubahan nomenklatur terhadap direktorat
jenderal yang ditugaskan menangani bidang sumber daya air. Pada tahun 2001,
nomenklatur Direktorat Pengembangan Perdesaan berubah menjadi Ditjen. SDA.
Nomenklatur ini tetap digunakan sampai dengan saat ini.
Pada masa tersebut, Ditjen SDA31 mempunyai tugas merumuskan dan
melaksanakan perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang sumber
daya air. Fungsi yang diemban adalah perumusan kebijakan departemen dalam
bidang sumber daya air; pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; perumusan
standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur bidang sumber daya air; dan
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi.
Fungsi koordinasi dan penunjang dilaksanakan oleh Sekretariat Ditjen SDA yang
bertugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di
lingkungan Ditjen SDA. Sekretariat Ditjen SDA melaksanakan penyusunan
rencana dan anggaran rutin, pelayanan informasi publik; penyusunana rancangan
peraturan, hubungan masyarakat, evaluasi dan penyempurnaan organisasi dan
tatalaksana; pelaksanaan urusan administratif kerumahtanggaan, keuangan,
kepegawaian, dan umum; serta analisis dan evaluasi hasil pengawasan kegiatan di
bidang sumber daya air.
Fungsi technostructure dilaksanakan oleh Direktorat Bina Teknik dan Direktorat
Penatagunaan Sumber Daya Air.
31 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor 01/KPTS/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
81
Direktorat Bina Teknik mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan,
program dan pengganggaran, standardisasi dan bimbingan teknis, serta evaluasi
pelaksanaan kebijakan di bidang teknis sumber daya air. Fungsi yang diemban
adalah perumusan kebijakan teknis di bidang penanganan pengembangan air
baku, sungai, waduk, danau, irigasi, air tanah, rawa dan pantai serta bencana alam;
penyusunan norma dan standar di bidang penanganan air baku, sungai, waduk,
danau, irigasi, air tanah, rawa dan pantai serta bencana alam; perumusan
kebijakan program jangka menengah dan tahunan serta penanganannya;
bimbingan teknis di bidang penanganan air baku, sungai, waduk, danau, irigasi,
air tanah, rawa dan pantai serta bencana alam; pengelolaan informasi tatalaksana
di bidang penanganan air baku, sungai, waduk, danau, irigasi, air tanah, rawa dan
pantai serta bencana alam; evaluasi pemanfaatan kegiatan penanganan air baku,
sungai, waduk, danau, irigasi, air tanah, rawa dan pantai serta bencana alam.
Direktorat Penatagunaan Sumber Daya Air mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, serta evaluasi di bidang
penatagunaan sumber daya air. Fungsi yang diemban adalah perumusan kebijakan
pengembangan wilayah sungai, penyusunan pengembangan sistem pengelolaan
wilayah sungai; perumusan kebijakan di bidang konservasi sumber daya air;
penyusunan kelembagaan pengelolaan sumber daya air; dan bimbingan teknis
hidrologi.
Fungsi pelaksanaan (operating core) dilaksanakan oleh direktorat teknis yaitu
Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Barat, Direktorat Sumber Daya Air Wilayah
Tengah, dan Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Timur. Masing-masing
direktorat wilayah mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Ditjen
SDA di bidang perumusan kebijakan perencanaan teknis, pelaksanaan, bimbingan
teknis di bidang pengelolaan dan pengembangan sumber daya air, sesuai dengan
wilayahnya, berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Dirjen Sumber
Daya Air.
82
Kelembagaan Ditjen SDA pada masa itu adalah:
Sekretariat Ditjen Sumber Daya Air, terdiri dari Bagian Kepegawaian dan
Ortala, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan Bagian Umum.
Direktorat Bina Teknik, terdiri dari Subdit. Penyiapan Kebijakan dan
Strategi, Subdit. Penganggaran dan Kerjasama Luar Negeri, Subdit. Air
Baku, Sungai, Waduk, dan Danau, Subdit. Irigasi, Air Tanah, Rawa dan
Pantai, Subdit. Evaluasi Kinerja, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Penatagunaan Sumber Daya Air, terdiri dari Subdit. Perencanaan
Wilayah Sungai, Subdit. Pengelolaan Wilayah Sungai, Subdit. Konservasi
Sumber Daya Air, Subdit. Kelembagaan Sumber Daya Air, Subdit.
Hidrologi, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Barat terdiri dari Subdit. Perencanaan
Teknis, Subdit. Wilayah I, Subdit. Wilayah II, Subdit. Wilayah III, Subdit.
Wilayah IV, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Tengah, terdiri dari Subdit.
Perencanaan Teknis, Subdit. Wilayah I, Subdit. Wilayah II, Subdit. Wilayah
III, Subdit. Wilayah IV, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Timur, terdiri dari Subdit.
Perencanaan Teknis, Subdit. Wilayah I, Subdit. Wilayah II, Subdit. Wilayah
III, Subdit. Wilayah IV, dan Subbagian Tata Usaha.
Tabel III.7. Jumlah jabatan Struktural Ditjen SDA (2001 s.d. 2004) No Nama Direktorat Es. I Es. II Es. III Es. IV 1 Ditjen Sumber Daya Air 1 2 Sekretariat Ditjen Sumber Daya Air 1 4 12 3 Direktorat Bina Teknik 1 5 11 4 Direktorat Penatagunaan Sumber Daya Air 1 5 11 5 Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Barat 1 5 11 6 Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Tengah 1 5 11 7 Direktorat Sumber Daya Air Wilayah Timur 1 5 11 JUMLAH 1 6 29 67
83
E. PERIODE KABINET INDONESIA BERSATU (2004 – SEKARANG)
Pengelolaan sumber daya air di tingkat pusat pada masa kabinet Indonesia Bersatu
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air32, yang bertugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan serta standardisasi teknis di bidang
sumber daya air. Ditjen SDA melaksanakan fungsi perumusan kebijakan teknis di
bidang sumber daya air; penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja
pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air; pelaksanaan kebijakan di
bidang sumber daya air meliputi irigasi, rawa, pantai, sungai, danau, waduk,
bendungan termasuk penyediaan air baku dan pemanfaatan air tanah; pelaksanaan
pengaturan sumber daya air; pembinaan dan bantuan teknis pengelolaan sumber
daya air dan evaluasi termasuk konservasi dan pemeliharaan; pengembangan
sistem pembiayaan dan pola investasi di bidang sumberdaya air; serta penyusunan
norma, standar, pedoman dan manual di bidang sumber daya air.
Fungsi koordinasi dan penunjang dilaksanakan oleh Sekretariat Ditjen SDA yang
bertugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di
lingkungan Ditjen SDA. Sekretariat Ditjen SDA melaksanakan penyusunan
rencana dan anggaran operasional, penyajian informasi publik; penyusunanan
rancangan peraturan, hubungan masyarakat, evaluasi dan penyempurnaan
organisasi dan tatalaksana; pelaksanaan urusan administratif kerumahtanggaan,
keuangan, kepegawaian, dan umum; serta analisis dan evaluasi hasil pengawasan
kegiatan di bidang sumber daya air.
Fungsi technostructure dilaksanakan oleh Direktorat Bina Program dan Direktorat
Bina Pengelolaan Sumber Daya Air.
Direktorat Bina Program mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan
dan strategi, penyusunan program dan anggaran, penatalaksanaan kerja sama
internasional, penyelenggaraan data dan informasi serta evaluasi kinerja
pengelolaan sumber daya air. Fungsi yang diemban adalah perumusan kebijakan 32 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum
84
dan strategi, dan penyiapan penyelenggaraan kerjasama investasi pengelolaan
sumber daya air; pembinaan dan penatalaksanaan, pinjaman dan hibah, serta
penyelenggaraan kerjasama internasional dalam pengelolaan sumber daya air;
penyusunan program dan anggaran pengelolaan sumber daya air; pembinaan dan
penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air; evaluasi kinerja pelaksanaan
kebijakan dan program pengelolaan sumber daya air; serta penyusunan norma,
standar, pedoman dan manual dalam perumusan kebijakan dan strategi,
penyusunan program dan anggaran, penatalaksanaan kerjasama internasional,
evaluasi kinerja, dan penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air.
Direktorat Bina Pengelolaan SDA mempunyai tugas melaksanakan pembinaan
pelaksanaan pengelolaan hidrologi dan kualitas air pada sumber air wilayah
sungai, kelembagaan sumber daya air, kemitraan dan peran masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air, serta pengendalian pengelolaan sumber daya air.
Direktorat Bina Pengelolaan SDA melaksanakan fungsi penyiapan norma,
standar, pedoman dan manual pengelolaan hidrologi dan kualitas air pada sumber
air, perencanaan sumber daya air wilayah sungai, kelembagaan sumber daya air,
kemitraan dan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air, serta
pengendalian pengelolaan sumber daya air; pembinaan pelaksanaan hidrologi dan
kualitas air pada sumber air, perencanaan sumber daya air wilayah sungai,
kelembagaan sumber daya air, kemitraan dan peran masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air, serta pengendalian pengelolaan sumber daya air;
pembinaan dalam penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Wilayah Sungai (PPK BLU WS); pembinaan dalam pelaksanaan pengusahaan
sumber daya air oleh BUMN/BUMD33; pembinaan pelaksanaan AMDAL bidang
sumber daya air; serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC).
Fungsi pelaksanaan (operating core) dilaksanakan oleh direktorat teknis yaitu
Direktorat Direktorat Sungai, Danau dan Waduk; Direktorat Irigasi; dan
33 BUMN/BUMD adalah Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah yang melaksanakan tugas pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan pengusahaan sumber daya air sesuai amanat UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
85
Direktorat Rawa dan Pantai. Masing-masing direktorat teknis mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Ditjen SDA di bidang perumusan kebijakan dan
strategi, pembinaan dan evaluasi perencanaan teknis, pembinaan program dan
kegiatan, pembinaan pelaksanaan konstruksi, pembinaan persiapan dan
pelaksanaan operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi, pendayagunaan
dan pengendalian daya rusak air, sesuai dengan kewenangannya yaitu bidang
sungai, danau, waduk dan bendungan; bidang irigasi, air tanah, air baku; serta
bidang rawa, tambak dan pengamanan pantai.
Masing-masing direktorat teknis melaksanakan fungsi perumusan kebijakan dan
strategi serta program kegiatan; evaluasi kelayakan perencanaan dan program
kegiatan; monitoring dan evaluasi program kegiatan; pembinaan dan evaluasi
perencanaan teknis, pembinaan pelaksanaan konstruksi, pembinaan persiapan dan
pelaksanaan operasi dan pemeliharaan serta pendayagunaan lahan dalam rangka
konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air; pembinaan dan
bantuan teknik kepada provinsi dan kabupaten/kota dalam perencanaan teknis,
pelaksanaan konstruksi, persiapan dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan serta
pendayagunaan lahan dalam rangka konservasi, pendayagunaan dan pengendalian
daya rusak air; pembinaan penanggulangan dan penanggulangan bencana alam;
serta penyusunan dan penyiapan norma, standar, pedoman, manual (NSPM)
perencanaan dan pelaksanaan konstruksi, persiapan dan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan dalam rangka konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya
rusak air.
Kelembagaan Ditjen SDA pada saat ini adalah:
Sekretariat Ditjen Sumber Daya Air, terdiri dari Bagian Kepegawaian dan
Ortala, Bagian Keuangan, Bagian Hukum dan Perundang-Undangan, dan
Bagian Umum.
Direktorat Bina Program, terdiri dari Subdit. Kebijakan dan Strategi, Subdit.
Program dan Anggaran, Subdit. Kerjasama Luar Negeri, Subdit. Data dan
Informasi Sumber Daya Air, Subdit. Evaluasi Kinerja, dan Subbagian Tata
Usaha.
86
Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air, terdiri dari Subdit. Hidrologi
dan Kualitas Air, Subdit. Perencanaan Wilayah Sungai, Subdit.
Kelembagaan Sumber Daya Air, Subdit. Kemitraan dan Peran Masyarakat,
Subdit. Pengendalian Pengelolaan Sumber Daya Air, dan Subbagian Tata
Usaha.
Direktorat Sungai, Danau dan Waduk, terdiri dari Subdit. Perencanaan
Teknis, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Barat, Subdit. Pembinaan
Pelaksanaan Wilayah Timur, Subdit. Bendungan, Subdit. OP dan
Penanggulangan Bencana Alam, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Irigasi, terdiri dari Subdit. Perencanaan Teknis, Subdit.
Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Barat, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan
Wilayah Timur, Subdit. Penyediaan Air Baku dan Pemanfaatan Air Tanah,
Subdit. OP dan Penanggulangan Bencana Alam, dan Subbagian Tata Usaha.
Direktorat Rawa dan Pantai, terdiri dari Subdit. Perencanaan Teknis, Subdit.
Pembinaan Pelaksanaan Wilayah Barat, Subdit. Pembinaan Pelaksanaan
Wilayah Timur, Subdit. Pengamanan Pantai, Subdit. OP dan
Penanggulangan Bencana Alam, dan Subbagian Tata Usaha.
Tabel III.8. Jumlah jabatan Struktural Ditjen SDA (2004 s.d. sekarang) No Nama Direktorat Es. I Es. II Es. III Es. IV 1 Ditjen Sumber Daya Air 1 2 Sekretariat Ditjen Sumber Daya Air 1 4 12 3 Direktorat Bina Program 1 5 11 4 Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air 1 5 11 5 Direktorat Sungai, Danau, dan Waduk 1 5 11 6 Direktorat Irigasi 1 5 11 7 Direktorat Rawa dan Pantai 1 5 11 JUMLAH 1 6 29 67
87
Struktur organisasi Ditjen Sumber Daya Air pada saat ini dapat dilihat pada
gambar III.1 berikut.
Gambar III.1. Struktur organisasi Ditjen Sumber Daya Air
Seiring dengan perkembangan pemerintahan di Indonesia, aspek desentralisasi
menjadi isu strategis yang harus diterapkan dalam semua aspek pemerintahan. Isu
pembagian kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2004. Kewenangan Pemerintah
Pusat dalam pengelolaan sumber daya air telah dituangkan dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan
Penetapan Wilayah Sungai dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
390/PRT/M/2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi Yang Pengelolaannya
Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
88
Tabel III.9. Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai No Kriteria Jumlah WS 1 Wilayah Sungai Lintas Negara 5 2 Wilayah Sungai Lintas Provinsi 27 3 Wilayah Sungai Strategis Nasional 37 4 WS Lintas Kabupaten/ Kota, dalam Provinsi 51 5 WS Dalam Kabupaten / Kota 13 Jumlah 133
Permen PU No. 11A/PRT/M/2006
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pelaksanaan tugas yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dapat
dilakukan melalui tiga cara yaitu:
a. dilakukan sendiri oleh pemerintah (melalui Ditjen SDA atau UPT-nya),
b. dilimpahkan sebagian urusan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah
berdasarkan asas dekonsentrasi,
c. ditugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau
pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
Gambar III.2. Skema Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
89
III.3. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI
DAERAH
Sejalan dengan penerapan peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, pengelolaan
sumber daya air terbagi menjadi kewenangan pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah pusat
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum (dalam
pengelolaan sumber daya air dilakukan oleh Ditjen SDA) dan di daerah dilakukan
melalui UPT Ditjen SDA yang tersebar hampir di seluruh provinsi.
UPT adalah satuan organisasi yang melaksanakan tugas teknis operasional dan
atau tugas teknis penunjang dari organisasi induknya, melaksanakan kegiatan
yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat, berprinsip pada dukungan
terhadap pelaksanaan tugas organisasi induknya, bersifat mandiri, dan secara
otonom mengelola kepegawaian, keuangan dan perlengkapannya sendiri34.
UPT Ditjen SDA secara umum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
sumber daya air yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan
pemeliharaan dalam rangka konsevasi sumber daya air, pengembangan sumber
daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada
wilayah sungai. UPT Ditjen SDA35 menyelenggarakan fungsi a) penyusunan pola
dan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai; b) penyusunan
rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah
sungai; c) pengelolaan sumber daya air yang meliputi konservasi sumber daya air,
pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai; d) penyiapan rekomendasi
teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan
pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai; e) operasi dan pemeliharaan
34 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian 35 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga
90
sumber daya air pada wilayah sungai; f) pengelolaan sistem hidrologi; g)
penyelenggaraan data dan informasi sumber daya air; h) fasilitasi kegiatan Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai; i) pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air; dan j) pelaksanaan ketatausahaan
UPT.
Gambar III.3. Struktur organisasi UPT Ditjen SDA
Tabel III.10. Jumlah jabatan Struktural UPT di lingkungan Ditjen SDA
No Nama UPT Jml UPT
Es. II.b
Es. III.a
Es. III.b
Es. IV
1 Balai Besar Wilayah Sungai (Tipe A) 9 9 45 99 2 Balai Besar Wilayah Sungai (Tipe B) 3 3 12 27 3 Balai Wilayah Sungai (Tipe A) 11 11 44 4 Balai Wilayah Sungai (Tipe B) 8 8 24 5 Balai Bendungan 1 1 4 JUMLAH 32 12 20 57 198
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota juga memiliki kewenangan
dalam pengelolaan sumber daya air dalam bidang pengaturan, pembinaan,
pembangunan/ pengelolaan, serta pengawasan dan pengendalian.36 Pemerintah
36 Lampiran PP No. 38 Tahun 2007, butir C dan PP No. 7 Tahun 2008
91
Provinsi dan Kabupaten/Kota diberi kewenangan untuk membentuk unit kerja
(Dinas Provinsi/Kab/Kota) yang bertugas melaksanakan tugas tersebut. Dalam hal
ini Pemerintah provinsi membentuk dinas37 yang menangani pengelolaan sumber
daya air. Nomenklatur dinas sangat beragam, mengingat penamaan dinas
disesuaikan dengan keterbatasan pembentukan dinas, sehingga beberapa dinas
melaksanakan beberapa tugas sektoral seperti penggabungan bidang sumber daya
air, bidang bina marga, bidang keciptakaryaan, bidang tata ruang, dan sebagainya.
Sebagai contoh di Provinsi Jawa Tengah, dibentuk Dinas Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Tengah yang merupakan suatu dinas yang bertugas melaksanakan
pengelolaan sumber daya air di provinsi Jawa Tengah, sementara di provinsi DI
Yogyakarta (DIY) dibentuk Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah
(Kimpraswil) Provinsi DIY, dan yang bertugas dalam melaksanakan pengelolaan
sumber daya air adalah Bidang Pengairan. Selain menangani bidang sumber daya
air, Dinas Kimpraswil Provinsi DIY juga melaksanakan tugas bidang bina marga
dan bidang cipta karya. Jadi, pembentukan dinas yang menangani pengelolaan
sumber daya air sangat bergantung kepada kebijakan masing-masing pemerintah
daerah. Bagi pemerintah daerah yang memiliki keleluasaan untuk membentuk
“banyak” dinas dapat menjadikan pengelolaan sumber daya air dalam satu dinas
tersendiri, sedangkan yang memiliki keterbatasan akan membentuk dinas yang
menangani beberapa tugas seperti urusan pengelolaan sumber daya air dan urusan
lainnya, tetapi hal itu juga tidak terlepas dari besarnya beban tugas yang harus
dilaksanakan oleh dinas tersebut.
Persyaratan akan jumlah dinas yang dapat dibentuk oleh pemerintah daerah
didasarkan pada variabel jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan bobot masing-masing sebesar
40%, 35% dan 25%. Apabila jumlah nilai yang diperoleh di bawah 40, maka
jumlah dinas yang dapat dibentuk adalah 12 dinas, sedangkan untuk nilai 40 s.d.
70 dapat dibentuk 15 dinas, dan untuk nilai di atas 70 dapat dibentuk 18 dinas.
Dari keseluruhan dinas yang dibentuk tersebut harus dapat melaksanakan
37 UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 41 tahun 2007
92
kewenangan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dalam pelaksanaan
terjadi penggabungan beberapa tugas dan fungsi dalam satu dinas.
Sebagai contoh akan disampaikan dinas yang mengelola bidang sumber daya air
di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut.
Dinas SDA Provinsi Jawa Tengah38 melaksanakan tugas yang menjadi
kewenangan sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugas kewenangan desentralisasi di bidang sumber daya air
yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
b. Melaksanakan kewenangan di bidang sumber daya air yang bersifat lintas
kabupaten/kota.
c. Melaksanakan kewenangan kabupaten/kota di bidang sumber daya air yang
dikerjasamakan dengan atau diserahkan kepada Provinsi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
d. Melaksanakan kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada
Gubernur dan tugas pemeliharaan di bidang sumber daya air sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dinas SDA Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis di bidang sumber daya air sesuai
kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur.
b. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, pelaksanaan fasilitasi,
monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya air.
c. Pelaksanaan pembangunan, perbaikan dan peningkatan, serta eksploitasi dan
pemeliharaan prasarana dan sarana sumber daya air.
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian teknis pembangunan, perbaikan
dan peningkatan, eksploitasi, dan pemeliharaan prasarana dan sarana sumber
daya air.
e. Pelaksanaan pengaturan pemanfaatan, pengendalian, dan pengembangan
sumber daya air.
38 Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah (http://www.psda.jawatengah.go.id)
93
f. Pelaksanaan fasilitas penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama
pengelolaan sumber daya air.
g. Pelaksanaan pengelolaan perizinan di bidang sumber daya air.
h. Pelaksanaan perumusan penetapan standar pengelolaan sumber daya air
permukaan.
Gambar III.4. Struktur Organisasi Dinas SDA Provinsi Jawa Tengah
Dinas Kimpraswil Provinsi DI Yogyakarta39 melaksanakan tugas sesuai
kewenangan sebagai berikut:
a. Menyusun program dan pengendalian bina marga, pengairan, dan ciptakarya
sesuai dengan rencana strategis Pemerintah Daerah.
b. Merumuskan kebijakan teknis di bidang bina marga, pengairan, dan
ciptakarya.
c. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan jalan provinsi dan nasional.
d. Menyusun tata ruang Propinsi berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah
Daerah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta melaksanakan
pengendalian atas pelaksanaan tata ruang Propinsi dengan Kabupaten/Kota.
39 Website Pemda DIY, Dinas Kimpraswil Prov DIY (http://www.pemda-diy.go.id)
94
e. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan pengairan lintas Kab./Kota,
tertentu serta strategis.
f. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan
pembangunan bangunan gedung negara.
g. Memfasilitasi bantuan teknis dibidang pengairan, bina marga, dan cipta
karya Pemerintah Kabupaten/Kota.
h. Memberdayakan sumberdaya dan mitra kerja di bidang bina marga,
pengairan, cipta karya, dan jasa konstruksi.
Dinas Kimpraswil Provinsi DI Yogyakarta menyelenggarakan fungsi:
a. Menyusun program dan pengendalian bina marga, pengairan, dan ciptakarya
sesuai dengan rencana strategis Pemerintah Daerah.
b. Merumuskan kebijakan teknis di bidang bina marga, pengairan, dan
ciptakarya.
c. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan jalan propinsi dan nasional.
d. Menyusun tata ruang Provinsi berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah
Daerah dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta melaksanakan
pengendalian atas pelaksanaan tata ruang Provinsi dengan Kabupaten/Kota.
e. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan pengairan lintas
Kabupaten/Kota.
f. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan
pembangunan bangunan gedung negara.
g. Memfasilitasi bantuan teknis di bidang pengairan, bina marga, dan cipta
karya Pemerintah Kabupaten/Kota.
h. Memberdayakan sumberdaya dan mitra kerja di bidang bina marga,
pengairan, cipta karya, dan jasa konstruksi.
95
Gambar III.5. Struktur Organisasi Dinas Kimpraswil Provinsi DIY
III.4. HUBUNGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA
AIR TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
UPT merupakan unit pelaksana pusat yang berada di daerah dan melaksanakan
tugas pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. Keberadaan UPT
di daerah merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah pusat terhadap
pelaksanaan tugas yang menjadi kewenangannya. Namun demikian, mengingat
UPT berada dalam wilayah administrasi pemerintahan daerah terutama
Pemerintah Provinsi, perlu adanya koordinasi yang baik antara UPT dengan
pemerintah daerah. Hubungan kelembagaan antara UPT dan pemerintah daerah
diwujudkan melalui peningkatan peran Kepala Daerah sebagai koordinator
wilayah, sebagai pelaksana kegiatan pusat di daerah, baik yang dilakukan
langsung oleh pemerintah pusat, secara dekonsentrasi ataupun secara tugas
pembantuan.
96
Gambar III.6. Pola Pendelegasian Wewenang Pusat dan Daerah
Pendelegasian kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dilakukan
melalui dua cara yaitu dengan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Dekonsentrasi40 merupakan pelimpahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah
Pusat kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu. Tugas pembantuan41 adalah penugasan dari
Pemerintah Pusat kepada daerah dan atau desa, dari pemerintah Provinsi kepada
kabupaten/kota dan atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk melakukan tugas tertentu.
40 UU No. 32/2004 ps. 1 angka 8 41 UU No. 32/2004 ps. 1 angka 9
97
Gambar III.7. Hubungan Kewenangan UPT dan Pemerintah Daerah
Harmonisasi hubungan pusat dan daerah diperlukan karena terjadinya perubahan
pola pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan oleh pemerintah pusat, terutama
disebabkan adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
pengelolaan keuangan Negara. Hal tersebut mempengaruhi penyelenggaraan
pembangunan fisik yang pada awalnya hanya dilaksanakan sendiri oleh Pusat
tetapi kemudian dilaksanakan secara tugas pembantuan maupun dilaksanakan
sendiri dan juga penambahan peran Kepala Dinas PU Provinsi dari koordinator
wilayah menjadi pelaksana Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Tugas
Pembantuan. Rentang kendali pelaksanaan kegiatan yang awalnya terpusat dan
jauh diubah menjadi tidak terpusat dan dekat dengan pelaksanaan kegiatan.
98
Perubahan penyelenggaraan tersebut dapat dilihat pada gambar III.8 berikut.
Gambar III.8. Pergeseran Penyelenggaraan Pembangunan42
Dengan terbentuknya UPT di daerah diharapkan terjadi adanya:
1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam sistem pengelolaan anggaran
2. Pelayanan kepada masyarakat berorientasi pada input-output-outcome
3. Meningkatnya kualitas infrastruktur PU
4. Meningkatnya profesionalitas SDM
5. Meningkatnya jenjang karir
6. Meningkatnya tingkat koordinasi
7. Meningkatnya manfaat bagi daerah.
42 Bahan Sosialisasi UPT, Ditjen SDA, 2006