Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
eksperimen, karena mengujicobakan perlakuan pendekatan dalam pembelajaran
matematika di dalam kelas. Dalam penelitian ini unsur manipulasi perlakuan yaitu
pembelajaran menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan
peneliti untuk mengetahui seberapa jauh hubungan sebab akibat pendekatan
pemecahan masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir
kreatif peserta didik.
Dalam penelitian ini diambil dua kelompok peserta didik dengan
pembelajaran yang berbeda. Kelompok yang satu merupakan kelompok
eksperimen, yaitu kelompok peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan pemecahan masalah. Sedangkan kelompok lain adalah kelompok
kontrol, yaitu kelompok peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional
dengan metode ekspositori. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan
menggunakan instrumen tes yang sama. Pengelompokkan subjek dilakukan secara
acak. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol pretes-postes. Desain penelitian tersebut berbentuk:
(Sugiyono, 2009)
Keterangan:
R = pemilihan sampel secara random ( acak )
R O1 X O2
R O1 O2
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
40
X = perlakuan pembelajaran pemecahan masalah
O1 = pengukuran ( pretes pada kelompok eksperimen dan kontrol)
O2 = pengukuran ( postes pada kelompok eksperimen dan kontrol)
Pada desain ini setiap kelompok diberi tes awal (O1), dan setelah diberi
perlakuan diukur dengan tes akhir (O2). Hal ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif peserta didik sebelum
dan sesudah pembelajaran.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik sekolah dasar di
Kabupaten Garut Kecamatan Cigedug. Pemilihan sampel dalam penelitian ini
dilakukan secara acak berstrata (stratifikasi random) (Sudjana:2007), yaitu
sekolah yang memiliki perbedaan-perbedaan atau karakteristik yang tidak sama.
Dalam penelitian ini dipilih sekolah yang memiliki perbedaan dalam katagori
sebagai sekolah berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah dilihat dari
kemampuan akademik peserta didiknyanya. Dari data yang tersedia di Kantor
UPTD Pendidikan Dasar Kecamatan Cigedug memiliki 17 Sekolah Dasar. Untuk
menentukan seberapa besar jumlah sekolah yang berada pada kelompok atas,
berapa besar sekolah yang berada pada kelompok sedang dan rendah, maka dapat
kita pedomani Arikunto (2007), yang membuat besarnya kelompok atas adalah
27% dari urutan peringkat sekolah teratas disebut kelompok baik, sedangkan
besarnya kelompok bawah 27% dari urutan peringkat sekolah terbawah disebut
kelompok kurang, dan sisanya merupakan kelompok cukup. Sehingga diperoleh
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
41
sekolah dengan peringkat baik sebanyak 5 sekolah, peringkat sedang 7 sekolah
dan kelompok dengan peringkat rendah sebanyak 5 sekolah. Sedangkan
pertimbangan urutan peringkat sekolah berdasarkan hasil UASBN dan UKK
Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Kecamatan Cigedug.
Alasan dipilihnya sekolah pada strata-strata ini dikarenakan pada level ini
kemampuan akademik peserta didiknya relatif seimbang untuk masing-masing
level. Menurut Darhim ( 2004 ) sekolah yang berasal dari level tinggi (baik)
cenderung memiliki hasil belajar yang lebih baik tetapi baiknya itu bisa
disebabkan oleh faktor lain diluar faktor edukatif, bukan akibat baiknya
pembelajaran yang dilakukan. Demikian juga halnya dengan sekolah pada level
rendah, cenderung hasil belajarnya akan kurang dan itu bisa terjadi bukan akibat
kurang baiknya pembelajaran yang dilakukan.
Sekolah dengan level baik terpilih kelas V SDN Sukahurip 01 sebagai
kelas eksperimen dan kelas V SDN Cintanagara 01 sebagai kelas kontrol. Sekolah
dengan level cukup terpilih kelas V SDN Cintanagara 02 sebagai kelas
eksperimen dan kelas V SDN Sindangsari 01 sebagai kelas kontrol. Sedangkan
sekolah dengan level kurang terpilih kelas V SDN Cigedug 03 sebagai kelas
eksperimen dan kelas V SDN Sindangsari 04 sebagai kelas kontrol, karena hanya
terdapat masing-masing satu rombongan belajar.
Alasan peneliti menentukan kelas V sebagai subjek dalam penelitian ini
karena dengan asumsi bahwa pada tingkat ini, kondisi aktivitas peserta didik
masih cukup stabil dan tidak terganggu oleh aktivitas ujian sekolah. Serta pada
kelas ini peserta didik sudah memiliki prasyarat dalam melakukan pembelajaran.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
42
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, dan variabel
terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif.
D. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Untuk memperoleh data yang representatif digunakan dua jenis instrumen,
yaitu jenis tes dan non tes. Instrumen jenis tes adalah soal-soal kemampuan
berpikir kritis dan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non tes yaitu lembar
observasi selama proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas guru dan
peserta didik, angket skala sikap, wawancara, kuesioner, dan jurnal untuk
mengetahui respon guru dan peserta didik terhadap pembelajaran pemecahan
masalah.
Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap
pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji coba instrumen (untuk tes
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dan skala sikap). Sebelum soal
diujicobakan, peneliti mendiskusikan terlebih dahulu dengan rekan-rekan S2
angkatan 2008, guru kelas V SD Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Untuk mengetahui
keterbacaan instrumen diujicobakan kepada peserta didik SDN Sukarasa 3 dan 4
Bandung. Tahap berikutnya dikonsultasikan kepada pembimbing. Setelah itu
instrumen tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik serta skala sikap
diujicobakan di SD Percontohan UPI Bandung.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
43
Uji coba intrumen dilakukan untuk melihat validitas butir tes, reliabilitas
tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Selanjutnya data hasil
uji coba instrumen kemudian dianalisis dengan menggunakan program excel.
Masing-masing jenis instrumen tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, pada awal
pembelajaran dilakukan pretes kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik
yang terkait dengan bahan ajar. Materi yang dipakai dalam tes kemampuan
berpikir kritis dan kreatif berdasar kepada KTSP untuk kelas V pada semester I
yaitu luas bangun datar dan volume bangun ruang.
Pada akhir pembelajaran dilakukan postes, dengan soal yang diujikan
setara (memiliki kisi-kisi, jumlah soal, nomor soal, dan tingkat kesukaran yang
sama) dengan soal pretes. Dalam hal ini, jika soalnya sama antara pretes dan
postes dikhawatirkan peserta didik menjawab soal dengan benar disebabkan
soalnya sudah hapal.
a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis disajikan dalam bentuk tes uraian dengan
maksud untuk mengukur kemampuan menganalisis argumen serta kemampuan
melakukan dan mempertimbangkan induksi. Soal tes ini diberikan secara tertulis
dalam bentuk uraian karena berkaitan juga dengan hasil belajar kategori tingkat
tinggi yaitu kemampun berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam matematika
(Ibrahim:2007).
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
44
Tes kemampuan berpikir kritis ini disusun oleh penulis dengan langkah-
langkah pengembangan sebagai berikut: Menyusun kisi-kisi yang sesuai dengan
bahan ajar kemampuan berpikir kritis, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, nomor soal. Langkah kedua menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi
serta membuat alternatif kunci jawabannya. Langkah ketiga yaitu menilai validitas
isi soal, validitas konstruk, dan kebenaran kunci jawaban. Langkah keempat
mempertimbangkan keterbacaan soal, apakah soal-soal tersebut dapat dipahami
atau tidak. Dan langkah terakhir mengujicobakan soal tes yang dilanjutkan dengan
menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Untuk memperoleh data yang autentik, maka diperlukan sistem penskoran
yang proporsional untuk tiap item soal dari kedua tes. Soal yang diberikan
berbentuk soal pemecahan masalah dan skor jawaban peserta didik disusun
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis sebagaimana disajikan dalam
Tabel 3.1 yang merupakan pengembangan dari Enis (1981) hasil modifikasi dari
Mathematics General Rubric (Hudiono, 2007:38). Penjabaran kemampuan
berpikir kritis didasarkan pada empat indikator yaitu: 1) Mengidentifikasi dan
menjastifikasi konsep, 2) Menggeneralisasi 3) Menganalisis algoritma, 4)
Memecahkan masalah,
Tabel 3.1
Rubrik Peskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan Kritis yang
Dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor
Mengidentifikasi dan
menjastifikasi konsep
Tidak memberikan konsep yang
diharapkan untuk memecahkan
masalah
1
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
45
Memberi konsep yang tidak
relevan dengan pemecahan
masalah
Memberi konsep tetapi
penyelesaian salah
Memberi konsep dan penyelesaian
benar
2
3
4
Menggeneralisasi Tidak memberi jawaban
Memberi jawaban yang tidak rinci
dan salah
Memberi jawaban yang tidak rinci
tetapi hasil benar
Memberi jawaban yang rinci tetapi
hasil salah
Memberi jawaban yang rinci dan
hasil benar
0
1
2
3
4
Menganalisis Algoritma Tidak ada penyelesaian
Ada penyelesaian tetapi prosedur
tidak jelas
Menggunakan satu prosedur dan
mengarah pada jawaban benar
Menggunakan satu prosedur yang
benar tetapi salah menghitung
Menggunakan satu prosedur dan
jawaban benar
0
1
2
3
4
Memecahkan Masalah Tidak memahami masalah/tidak
ada jawab
Tidak memperhatikan syarat-
syarat soal/interpretasi soal kurang
tepat
Merencanakan penyelesaian tetapi
konsep tidak tepat
Memberi konsep tetapi
0
1
2
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
46
penyelesaian salah
Merumuskan masalah/menyususn
model matematika dengan baik
3
4
b. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes kemampuan berpikir kreatif berupa tes uraian yang dikembangkan
berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif: kelancaran (fluency); elaborasi
(elaboration); keaslian (originality); dan keluwesan (flexibility).
Banyaknya soal untuk tes kemampuan berpikir kreatif ini tujuh item soal
yang terdiri dari dua soal untuk mengukur kemampuan berpikir keaslian, dua
item soal untuk mengukur berpikir kelancaran, dua item untuk mengukur
kemampuan berpikir kelenturan, dan satu soal untuk mengkur kemampuan
berpikir keterperincian. Tes kemampuan berpikir kreatif ini penulis susun dengan
langkah-langkah pengembangannya sama seperti yang dilakukan pada
penyusunan tes kemampuan berpikir kritis.
Soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif disusun dalam bentuk
tes uraian. Soal yang diberikan berbentuk soal pemecahan masalah dan skor
jawaban peserta didik disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif
sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.2 yang merupakan pengembangan dari Enis
(1981) hasil modifikasi dari Mathematics General Rubric (Hudiono, 2007:38).
Penjabaran kemampuan berpikir kreatif didasarkan pada empat indikator yaitu : 1)
Originality (keaslian), 2) Fluency (kelancaran), 3) Flexibility (kelenturan). 4)
Keterperincian.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
47
Tabel 3.2
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan
Kreatif yang Dinilai Reaksi terhadap soal/masalah Skor
Originality (Keaslian) Tidak menjawab
Tidak menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban dan mengarah pada
jawaban salah
Tidak menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban tetapi mengarah
pada jawaban benar
Menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban tetapi mengarah
pada jawaban salah
Menggambarkan gagasan/ide dalam
memberikan jawaban dan jawaban benar
0
1
2
3
4
Fluency (Kelancaran) Tidak memberikan ide yang diharapkan
untuk memecahkan masalah
Memberi ide yang tidak relevan dengan
pemecahan masalah
Memberi ide tetapi penyelesaian salah
Memberi ide dan penyelesaian benar
1
2
3
4
Flexibility (Kelenturan) Tidak menjawab
Memberi jawaban yang tidak beragam
dan salah
Memberi jawaban yang tidak beragam
tetapi benar
Memberi jawaban yang beragam tetapi
salah
Memberi jawaban yang beragam dan
benar
0
1
2
3
4
Keterperincian Tidak memberi jawaban
Memberi jawaban yang tidak rinci dan
0
1
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
48
salah
Memberi jawaban yang tidak rinci tetapi
hasil benar
Memberi jawaban yang rinci tetapi hasil
salah
Memberi jawaban yang rinci dan hasil
benar
2
3
4
c. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen tes yang disusun untuk tes kemampuan berpikir kritis dan tes
kemampuan berpikir kreatif masing-masing terdiri dari dua set soal, satu set untuk
pretes dan satu set untuk postes. Setelah mendapatkan persetujuan dari
pembimbing kemudian diujicobakan kepada peserta didik kelas VI di Sekolah
Dasar Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Selanjutnya penulis menganalisis
hasil uji coba tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda soal tersebut.
1. Uji Validitas
Untuk menentukan validitas isi soal tes kemampauan berpikir kritis dan
kreatif yang dipakai pada penelitian ini, dilakukan atas pertimbangan dari ahli
atau orang yang dianggap ahli dalam hal tersebut (Sugiyono, 2009). Untuk
memperoleh item soal atau set soal yang memiliki validitas banding yang handal,
digunakan perhitungan dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson
(Arikunto, 2007:72). Koefisien korelasi hasil perhitungan kemudian
diinterpretasikan, dengan klasifikasi menurut Arikunto (2007:75) adalah sebagai
berikut : 0,00 < rxy ≤ 0,20 (validitas sangat rendah), 0,20 < rxy ≤ 0,40
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
49
(validitas rendah), 0,40 < rxy ≤ 0,60 (validitas sedang), 0,60 < rxy ≤ 0,80
(validitas tinggi), 0,80 < rxy ≤ 1,00 (validitas sangat tinggi).
Hasil perhitungan rxy di atas dibandingkan dengan rxy tabel dengan derajat
kebebasan (df) = (n-2) dan menggunakan taraf signifikansi 5 %. Perhitungan
korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan bantuan program Excel. Untuk
hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.1 halaman 266 dan B.4
halaman 277.
Hasil analisis validitas item soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis untuk
Pretes dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)
Nomor soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,741 tinggi dipakai
2 0,753 tinggi dipakai
3 0,753 tinggi dipakai
4 0,642 tinggi dipakai
5 0,846 sangat tinggi dipakai
6 0,910 sangat tinggi dipakai
7 0,906 sangat tinggi dipakai
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat diketahui bahwa item soal untuk
Pretes pada Tes Kemampuan Berpikir Kritis memiliki derajat validitas tinggi
untuk soal nomor 1, 2, 3, 4, dan validitas sangat tinggi untuk soal nomor 5, 6, dan
7. Dengan demikian seluruh item soal tersebut dipakai dalam penelitian.
Sedangkan hasil analisis untuk item soal Postes pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
50
Tabel 3.4
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)
Nomor soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,756 tinggi dipakai
2 0,767 tinggi dipakai
3 0,718 tinggi dipakai
4 0,597 sedang dipakai
5 0,828 sangat tinggi dipakai
6 0,870 sangat tinggi dipakai
7 0,913 sangat tinggi dipakai
Dari Tabel 3.4 di atas, diketahui bahwa item soal untuk Postes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kritis memiliki derajat validitas tinggi untuk soal nomor 1,
2, dan 3, validitas sedang untuk soal nomor 4, dan validitas sangat tinggi untuk
soal nomor 5, 6, dan 7. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh soal dapat dipakai
dalam penelitian ini.
Sementara itu analisis uji validitas item soal untuk Pretes dan Postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif hasil perhitungannya secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran B.7 halaman 288 dan B.10 halaman 299, dengan r tabel
untuk n = 30 dengan taraf signifikansi 5 % dengan derajat kebebasan (df) =
(n-2) adalah 0, 361.
Hasil perhitungan validitas untuk item soal Pretes pada Kemampuan
Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
51
Tabel 3.5
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)
Nomor Soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,835 sangat tinggi dipakai
2 0,861 sangat tinggi dipakai
3 0,746 tinggi dipakai
4 0,727 tinggi dipakai
5 0,809 sangat tinggi dipakai
6 0,903 sangat tinggi dipakai
7 0,919 sangat tinggi dipakai
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, diketahui bahwa soal nomor 3 dan 4
memiliki validitas tinggi, dan soal nomor 1, 2, 5, 6, dan 7 memiliki validitas
sangat tinggi. Dengan demikian keseluruhan soal tersebut bisa dipakai dalam
penelitian.
Selanjutnya hasil perhitungan uji validitas soal Postes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini.
Tabel 3.6
Validitas Item Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)
Nomor Soal rxy hitung Validitas Keterangan
1 0,817 sangat tinggi dipakai
2 0,849 sangat tinggi dipakai
3 0,728 tinggi dipakai
4 0,470 sedang dipakai
5 0,825 sangat tinggi dipakai
6 0,892 sangat tinggi dipakai
7 0,865 sangat tinggi dipakai
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
52
Dari Tabel 3.6 di atas, nampak bahwa soal nomor 1, 2, 5, 6, dan 7
memiliki validitas sangat tinggi. Sedangkan soal nomor 3 validitasnya tinggi dan
nomor 4 validitasnya sedang. Berdasarkan hal tersebut, seluruh soal dapat dipakai
pada penelitian ini.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keajegan hasil tes. Suatu tes
dinyatakan mempunyai tarap kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2007:86)
Adapun cara menghitung koefisien reliabilitas yang digunakan adalah cara
Cronbach Alpha. Hal ini berdasar pendapat Arikunto (2007:109) bahwa untuk
menghitung koefisien reliabilitas pada bentuk soal yang memiliki jawaban
beraneka ragam, seperti skala likert atau soal uraian menggunakan cara Cronbach
Alpa.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan di
interpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P Guilford (Suherman dan
Sukjaya, 1990: 177), yaitu r ≤ 0,20 (sangat rendah ), 0,20 < r ≤ 0,40 (rendah ),
0,40 < r ≤ 0,60 (sedang), 0,60 < r ≤ 0,80 (tinggi), 0,80 < r ≤ 1,00 (sangat
tinggi).
Perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan bantuan program
excel. Perhitungan lengkap untuk tes kemampuan berpikir kritis ini disajikan
dalam Lampiran B.2 halaman 268 dan B.5 halaman 279. Sedangkan perhitungan
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
53
koefisien reliabilitas untuk tes kemampuan berpikir kreatif disajikan pada
Lampiran B.8 halaman 290 dan B.11 halaman 301.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas set soal untuk Pretes dan Postes
pada Tes Kemampuan Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas
Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis untuk Pretes dan Postes
Set Soal r11 rtabel Interpretasi
Pretes Kemampuan Berpikir Kritis 0,89 0,367 sangat tinggi
Postes Kemampuan Berpikir Kritis 0,883 0,367 sangat tinggi
Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, seluruh soal untuk pretes dan postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kritis memiliki koefisien yang sangat tinggi, dengan
demikian soal ini dipakai pada penelitian.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas set soal untuk Pretes dan Postes
pada Tes Kemampuan berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas
Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Pretes dan Postes
Set Soal r11 rtabel Interpretasi
Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif 0,91 0,367 sangat tinggi
Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 0,879 0,367 sangat tinggi
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
54
Pada Tabel 3.8 di atas tampak bahwa set soal untuk Pretes dan Postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif memiliki reliabilitas sangat tinggi. Dengan
demikian set soal ini dipakai pada penelitian.
3. Analisis Tingkat Kesukaran
Bermutu atau tidaknya butir-butir soal pada instrumen dapat diketahui dari
derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir soal
tersebut. Soal tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik,
apabila soal-soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang
terlalu mudah tidak dapat merangsang peserta didik untuk berusaha
memecahkannya, dan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik
putus asa dan tidak bersemangat lagi untuk mencoba karena diluar jangkauannya
(Arikunto, 2007:207).
Setelah diperoleh nilai tingkat kesukaran atau indeks kesukaran soal,
selanjutnya diinterpretasikan dengan mengacu pada ketentuan yang diajukan
Suherman dan Sukjaya (1990:213)
Perhitungan indeks kesukaran dilakukan dengan menggunakan program
Excel. Perhitungan lengkap untuk tes kemampuan berpikir kritis disajikan dalam
Lampiran B.3 halaman 271 dan Lampiran B.6 halaman 282. Sedangkan
perhitungan lengkap indeks kesukaran untuk tes kemampuan berpikir kreatif
disajikan dalam Lampiran B.9 halaman 293 dan Lampiran B.12 halaman 304.
Hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Pretes pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.9 berikut ini:
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
55
Tabel 3.9
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,313 sedang
2 0,359 sedang
3 0,281 sukar
4 0,328 sedang
5 0,422 sedang
6 0,563 sedang
7 0,453 sedang
Dari Tabel 3.9 di atas diperoleh tingkat kesukaran untuk soal nomor 3
tergolong sukar, sedangkan soal lainnya tingkat kesukarannya sedang. Dengan
demikian seluruh soal ini dapat dipakai dalam penelitian.
Hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Postes pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,484 sedang
2 0,406 sedang
3 0,250 sukar
4 0,343 sedang
5 0,359 sedang
6 0,453 sedang
7 0,469 sedang
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diperoleh tingkat kesukarannya soal-soal
tersebut berderajat sedang, kecuali untuk soal nomor 3 tergolong sukar. Dengan
demikian seluruh soal ini dapat dipakai dalam penelitian.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
56
Selanjutnya hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Pretes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)
Nomor
Soal
Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,359 sedang
2 0,328 sedang
3 0,359 sedang
4 0,234 sukar
5 0,422 sedang
6 0,531 sedang
7 0,500 sedang
Dari data pada Tabel 3.11 di atas, diperoleh informasi bahwa enam soal
tingkat kesukarannya sedang, satu soal tingkat kesukarannya berderajat sukar.
Dengan demikian dalam penelitian ini seluruh soal dapat dipakai.
Berikutnya hasil perhitungan indeks kesukaran item soal Postes pada
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3.12
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)
Nomor
Soal
Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,391 sedang
2 0,391 sedang
3 0,391 sedang
4 0,297 sukar
5 0,434 sedang
6 0,500 sedang
7 0,484 sedang
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
57
Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, diperoleh informasi bahwa hanya soal
nomor 4 yang sukar, sedangkan yang lainnya tingkat kesukarannya sedang. Oleh
karena itu soal-soal ini dipakai pada penelitian.
4. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara peserta didik berkemampuan tinggi dengan peserta didik berkemampuan
rendah (Arikunto, 2007:211). Perhitungan daya pembeda dilakukan dengan
menggunakan program Excel. Perhitungan lengkap Daya Pembeda ini disajikan
dalam Lampiran B.3 halaman 271 , B.6 halaman 282, B.9 halaman 293, dan B.12
halaman 304.
Hasil perhitungan Daya Pembeda untuk soal Pretes pada Tes Kemampuan
Berpikir Kritis disajikan dalam Tabel 3.13 berikut ini.
Tabel 3.13
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal
Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Pretes)
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,500 baik
2 0,531 baik
3 0,313 cukup
4 0,406 cukup
5 0,500 baik
6 0,750 baik
7 0,719 baik
Dengan memperhatikan Tabel 3.13 di atas, soal-soal untuk Pretes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kritis memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada
kategori baik.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
58
Hasil perhitungan Daya Pembeda item soal Postes untuk Tes Kemampuan
Berpikir Kritis dapat dilihat pada Tabel 3.14 di bawah ini.
Tabel 3.14
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal
Tes Kemampuan Berpikir Kritis (untuk Postes)
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,469 baik
2 0,563 baik
3 0,250 cukup
4 0,375 cukup
5 0,594 baik
6 0,906 sangat baik
7 0,938 sangat baik
Berdasarkan Tabel 3.14 di atas, soal-soal untuk Postes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kritis memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada
kategori baik. Untuk soal nomor 6 dan 7 berkategori sangat baik.
Hasil perhitungan Daya Pembeda untuk item soal Pretes Kemampuan
Berpikir Kreatif disajikan dalam Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Pretes)
Nomor
Soal
Daya Pembeda Interpretasi
1 0,594 baik
2 0,469 baik
3 0,469 baik
4 0,406 baik
5 0,281 cukup
6 0,625 baik
7 0,813 sangat baik
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
59
Berdasarkan Tabel 3.15 di atas, soal-soal untuk Pretes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif memiliki Daya Pembeda yang termasuk pada
kategori baik.
Untuk hasil perhitungan Daya Pembeda item soal Postes pada Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif dapat dilihat pada Tabel 3.16 di bawah ini.
Tabel 3.16
Perhitungan Daya Pembeda Item Soal
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif (untuk Postes)
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,594 baik
2 0,594 baik
3 0,531 baik
4 0,406 baik
5 0,563 baik
6 0,688 baik
7 0,719 sangat baik
Dari Tabel 3.16 di atas diketahui bahwa seluruh item soal memiliki daya
pembeda berkategori baik. Sedangkan untuk soal nomor 7 berkategori sangat
baik.
2. Skala Sikap Peserta Didik
Skala sikap dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap sikap
peserta didik terhadap pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah.
Dalam hal ini peserta didik diminta kesediaannya untuk memberikan pendapat
atau sikap terhadap pernyataan-pernyataan baik itu positif ataupun negatif.
Skala sikap ini memiliki pilihan jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (SS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Instrumen skala sikap ini
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
60
diberikan kepada peserta didik setelah keseluruhan proses pembelajaran dan
postes selesai dan diberikan pada kelas eksperimen saja.
Pembuatan skala sikap ini mengacu kepada ciri-ciri kemampuan berpikir
kreatif peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif. Selanjutnya skala
sikap ini dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk meminta pertimbangan
mengenai validitas isi skala sikap tersebut. Skala sikap dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan jawaban responden (Mulyana, 2005)
Hasil ujicoba angket skala sikap dianalisis menggunakan program Excel
dengan uji Alpha-Cronbach. Dari 28 item pernyataan yang diberikan kepada 30
responden, didapatkan hasil bahwa ke 28 pernyataan tersebut valid dan reliabel
maka semuanya dapat dipakai dalam penelitian ini. Selanjutnya mengenai
pemberian skor dan perhitungan lengkap disajikan dalam Lampiran B.13 halaman
310.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas peserta didik dan
guru selama proses pembelajaran berlangsung, interaksi antara peserta didik dan
guru, serta interaksi peserta didik dengan peserta didik dalam pembelajaran
pemecahan masalah. Lembar observasi terdiri dari dua bagian yaitu lembar
observasi aktivitas guru dan lembar observasi bagi peserta didik. Guru bertindak
sebagai pelaksana langsung model pembelajaran pemecahan masalah di kelas
Eksprimen. Sedangkan pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dilakukan
oleh peneliti dan 1 orang guru di sekolah tersebut sebagai observer. Pengamatan
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
61
dilakukan selama tujuh kali pertemuan dan hasilnya dicatat dalam lembar
observasi yang telah disediakan. Sedangkan daftar isian adalah daftar pertanyaan
bagi guru pengamat yang telah mengamati proses pembelajaran. Lembar
observasi untuk peserta didik dan guru berturut-turut disajikan dalam Lampiran
A.12 halaman 173 dan Lampiran A.13 halaman 176 . Sementara itu hasil analisis
observasi peserta didik dan guru berturut-turut disajikan dalam Lampiran C.48-
C.50 halaman 376-378 dan Lampiran C. 51-C.53 halaman 379-383.
4. Kuesioner
Kuessioner ini diberikan kepada guru-guru di sekolah tempat penelitian.
Dalam kuessioner ini diberikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam hal ini
para guru diharapkan untuk melengkapi daftar isian sebagai informasi atau
pendapatnya. Lembar kuesioner untuk guru disajikan dalam Lampiran A.14
halaman 179.
5. Jurnal
Jurnal berisi kesan peserta didik selama dilaksanakan pembelajaran
matematika dengan pendekatan pemecahan masalah. Pengisian jurnal oleh peserta
didik untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan dan minat peserta didk
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Menganalisis jurnal kesan peserta didik dengan mengelompokan kesan
atau komentar peserta didik dalam kelompok komentar positif, negatif, biasa, atau
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
62
tidak berkomentar kemudian dihitung persentasenya. Format Jurnal tercantum
dalam Lampiran A. 17 halaman 183.
6. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui sikap dan kesan peserta didik
secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah. Wawancara berisi tanggapan peserta didik
terhadap penyajian pembelajaran oleh guru, proses pembelajaran yang dialami,
penyajian masalah, serta soal-soal pemecahan masalah yang tergolong soal-soal
non rutin. Wawancara juga dilaksanakan dengan guru yang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Wawancara dengan guru dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana sikap dan pendapatnya terhadap pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Pedoman wawancara termuat dalam Lampiran A.15 dan A.16 halaman
181 dan 182.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ada enam cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu melalui tes, skala sikap, lembar observasi, kuesioner, jurnal dan wawancara.
Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran, sedangkan skala sikap, jurnal,
kuesioner, dan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran dan postes.
Lembar observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung untuk mengamati
kinerja guru dan aktivitas pembelajaran siswa.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
63
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data selanjutnya diolah
melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pengolahan Data Hasil Tes
a) Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan
sistem penskoran yang digunakan.
b) Membuat tabel yang berisikan skor tes hasil kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
c) Menghitung rerata skor tes setiap kelas
d) Menghitung deviasi standar untuk mengetahui penyebaran kelompok
e) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-
Smirnov.
f) Melakukan uji homogenitas untuk mengetahui tingkat kehomogenan
distribusi populasi data tes dengan menggunakan uji Levene.
g. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g factor (N-Gains) dengan rumus:
g = eMaks
ePost
SS
SS
Pr
Pr
(Hake dalam Nirmala, 2009)
h. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata ( uji-t) dengan
menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples Test.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
64
2. Pengolahan data skala sikap
3. Pengolahan data lembar observasi
4. Pendeskripsian tanggapan guru tentang pembelajaran dan tes yang diberikan
yang diperoleh dari data kuesioner
5. Pendeskripsian tanggapan peserta didik tentang pembelajaran dan tes yang
diberikan yang diperoleh dari data jurnal dan wawancara.
G. Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan dalam studi ini dirancang sesuai dengan
pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan pemecahan masalah, dengan materi
beradasarkan kurikulum KTSP untuk kelas V semester I. Dengan materi bahasan
luas bangun datar dan volume bangun ruang. Selain itu, bahan ajar yang
digunakan pada kelas eksperimen didesain sesuai dengan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif peserta didik dalam matematika, seperti: kemampuan
menganalisis argumen, melakukan dan mempertimbangkan induksi, berpikir
lancar, luwes, orisinil, dan elaborasi, dapat berkembang dengan baik.
Secara umum bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran melalui
pendekatan pemecahan masalah memiliki dua bentuk, yaitu bahan ajar yang
dikemas dalam bentuk pemecahan masalah dan bahan ajar yang dikemas dalam
bentuk pengantar pada masalah. Bahan ajar yang dikemas dalam bentuk pengantar
kepada masalah disampaikan secara langsung tanpa melalui pengolahan dalam
aktivitas belajar. Dengan kata lain bahan ajar yang dikemas dalam bentuk
pengantar pada masalah ini mempunyai sifat informatif. Hal ini sesuai dengan
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
65
yang dikemukakan Suryadi (2005) bahwa bahan ajar yang disampaikan secara
langsung tanpa melalui pengolahan dalam aktivitas belajar disebut bahan ajar
yang bersifat informatif. Sedangkan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk sajian
masalah menuntut peserta didik untuk berpikir lebih dari biasa dan beraktivitas
mengarah pada kemampuan berpikir kritis dan kreativitas peserta didik dalam
matematika yang diharapkan. Secara lengkap bahan ajar termuat dalam Lampiran
A.19 halaman 223.
H. Kegiatan Pembelajaran
Proses dan praktek pembelajaran akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didik. Kebanyakan proses dan praktek pembelajaran hanya
membuat peserta didik malas dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran,
penyebabnya adalah kurang berpartisipasinya peserta didik dalam pembelajaran di
kelas, yang merupakan akibat dari pendekatan yang kurang tepat dalam
mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Dengan dilakukannya penelitian ini
diharapkan dapat mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan proses dan hasil belajar matematika peserta didik yang
diharapkan, termasuk diantaranya permasalahan kurang berpartisipasinya peserta
didik dalam pembelajaran tersebut.
Sesuai dengan desain penelitian yang dikemukakan di atas, di kelas
kontrol pembelajaran dilakukan melaui pendekatan konvensional (biasa),
sedangkan di kelas eksperimen pembelajaran dilakukan melalui pendekatan
pembelajaran pemecahan masalah matematika.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
66
Kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan sebagaimana
biasanya guru memulai pembelajarannya dengan membahas soal-soal yang
diberikan waktu yang lalu, kemudian dilanjutkan dengan memberikan penjelasan
konsep yang baru secara informatif dilanjutkan dengan memberikan contoh soal,
dan berakhir dengan memberikan soal-soal rutin untuk latihan serta ditutup
dengan memberikan pekerjaan rumah.
Sedangakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen, aspek-aspek
pembelajaran yang menyangkut bahan ajar dan pola interaksi di dalam kelas yang
dijabarkan dalam bentuk skenario pembelajaran. Secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran A.18 halaman 184.
Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan pemecahan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal (± 10 menit)
a. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk menggali kemampuan
awal yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.
b. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen terdiri
dari 4-5 orang. Pengelompokan berdasarkan hasil pretes matematika peserta
didik.
2. Kegiatan Inti (± 50 menit)
a. Peserta didik dihadapkan pada masalah:
Peserta didik duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
67
Guru membagikan bahan ajar pada setiap peserta didik, yang disajikan
dalam bentuk soal-soal pemecahan masalah yang harus didiskusikan pada
kelompok masing-masing.
Guru mempersilahkan peserta didik untuk membaca dan memahami
LKPD sebelum diskusi kelompok, kemudian memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya, barangkali ada bagian-bagian yang
perlu dijelaskan.
b. Diskusi kelompok
Peserta didik berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
Pada saat peserta didik berdiskusi, guru berkeliling pada setiap kelompok
untuk memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan.
Guru membantu kelompok yang mengalami kesulitan dengan
menggunakan teknik scaffolding, artinya guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan arahan secara lisan agar peserta didik sampai pada solusi.
Guru memberikan bantuan kepada peserta didik secukupnya hanya pada
saat peserta didik mengalami kesulitan saja.
c. Diskusi Kelas /menyajikan hasil kerja kelompok di depan kelas
Setelah diskusi kelompok, guru mempersilakan peserta didik untuk
menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Menyajikan hasil kelompok secara bergiliran. Kesempatan pertama
diberikan kepada kelompok yang siap menyajikan hasil pekerjaannya,
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
68
tetapi seandainya tidak ada kelompok yang siap maju, guru menunjuk
kelompok secara acak untuk menyajikannya di depan kelas.
Pada saat satu kelompok menyajikan pekerjaanya di depan kelas
(perwakilan), anggota kelompok lain mencermati, mengoreksi, terhadap
pekerjaan yang disajikan.
Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap apa yang disajikan.
Kelompok penyaji menanggapi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
peserta didik atau kelompok lain.
Selama diskusi berlangsung, guru bertindak sebagai fasilitator dan
moderator jalannya diskusi supaya peserta didik dapat mengkonstruksi
pengetahuannya.
Guru bersama-sama dengan peserta didik melakukan refleksi yaitu
menganalisis kembali proses pemecahan masalah yang telah disajikan.
Apabila proses pemecahan masalah sudah benar, maka guru bertanya
kepada peserta didik mengenai alternatif pengerjaan yang lain.
d. Guru meminta peserta didik untuk memahami setiap cara pengerjaan yang
disajikan oleh setiap kelompok dan bertanya apabila ada cara penyelesaian
masalah yang diberikan tidak dipahami.
3. Kegiatan Akhir (± 10 menit)
Guru mengulas kembali tentang konsep yang telah dipelajari, dan
membimbing peserta didik untuk membuat rangkuman materi
pembelajaran yang dianggap penting.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
69
Peserta didik diberi soal latihan secara individu sebagai tahapan
mengaplikasikan konsep yang baru saja dipahami.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan
pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
Guru menginformasikan materi dan tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran serta melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab.
b. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi pelajaran
Guru memberikan latihan-latihan soal, peserta didik diminta
menyelesaikan secara individu
Guru meminta salah seorang peserta didik untuk mengerjakan di depan
kelas
Guru mengecek pemahaman peserta didik dengan memberi respon
lanjutan dan meminta peserta didik lain untuk memberikan tanggapan
terhadap pekerjaan peserta didik yang maju ke depan kelas.
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik yang belum memahami
konsep untuk bertanya.
c. Kegiatan Akhir
Guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan soal untuk dikerjakan di rumah.
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
70
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah kegiatan berikut ini:
1. Sebagai langkah awal, peneliti berkonsultasi kepada Kepala UPTD
Pendidikan Dasar Kecamatan Cigedug Kabupten Garut untuk
mengumpulkan informasi mengenai keadaan Sekolah Dasar di wilayah
tersebut.
2. Menentukan sampel penelitian, yang selanjutnya sampel dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kotrol dengan
kategori level sekolah tinggi, sedang dan kurang.
3. Mengadakan observasi terhadap sekolah yang akan dijadikan sebagai
lokasi penelitian
4. Membuat kesepahaman dengan guru kelas V dan memberikan pelatihan
penerapan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) agar
penelitian bisa berjalan sesuai rencana yang sudah disiapkan.
5. Mengadakan pretes kepada masing-masing kelompok untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam matematika yang
terkait langsung dengan bahan ajar, yaitu konsep luas bangun datar dan
volume bangun ruang di kelas V.
6. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah pada kelompok eksperimen, dan pembelajaran konvensional pada
kelompok kontrol selama 14 jam (7 kali pertemuan).
7. Memberikan tes pada akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar
siswa (2 jam pelajaran).
Hayat Nandang Kurnia, 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Mata Pelajaran Matematika Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
71
8. Memberikan data angket, kuessioner, jurnal, dan wawancara kepada
peserta didik dan guru.
9. Mengolah dan menganalisis data.
10. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian.