BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
3.1.1 Setting
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kutowinangun 04 yang beralamat di
Jalan Butuh No. 1A Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Penelitian ini dilakukan
selama tiga bulan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yaitu pada bulan
Februari, Maret, dan April. Pelaksanaannya meliputi 2 siklus, dimana setiap siklusnya
terdapat 2 kali pertemuan.
3.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 04
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang berjumlah 35 siswa dengan 23 siswa
perempuan Dan 12 siswa laki-laki. Sekolah ini memiliki kemajemukan Dan
heterogenitas siswa. SD Negeri Kutowinangun 04 ini adalah Sekolah berstandar
Nasional (SSN) Dan menyandang status Sekolah Model Sekolah Sehat (SMSS),
selain itu sekolah ini juga memiliki banyak prestasi dalam bidang akademik maupun
non akademik. Sekolah ini mempunyai 8 guru, 2 karyawan dan seorang kepala
sekolah dengan jumlah seluruh murid 202 siswa.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:60). Jadi yang
dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu
sebagai objek penelitian yang ditetapkan Dan dipelajari sehingga memperoleh
informasi untuk menarik kesimpulan. Sugiyono (2009) menyampaikan bahwa
36
37
variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
3.2.1 Variabel bebas (independen variable)
Variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada
penelitian ini adalah teknik akrostik.
Kata akrostik berasal dari kata Perancis acrostiche dan Yunani akrostichis yang
artinya sebuah sajak yang huruf awal baris-barisnya menyusun sebuah atau beberapa
kata. Menurut Rose Colin (2008:35) akrostik adalah sajak atau susunan kata-kata
yang seluruh huruf awal atau akhir tiap barisnya merupakan sebuah kata nama diri
yang digunakan untuk mengingat hal lain. Teknik akrostik adalah salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh guru untuk memudahkan siswa untuk mengingat sebuah
materi yang ingin diingat dengan cara menggunakan huruf awal, tengah atau akhir
dalam sebuah kalimat atau frase tertentu.
Di Indonesia teknik akrostik dikenal dengan sebutan jembatan keledai.
Jembatan keledai membuat sesuatu yang sulit diingat menjadi mudah diingat.
Biasanya digunakan karena ingatan alami kita sulit menerima sesuatu yang kurang
menarik. Jembatan keledai adalah cara untuk mengingat sesuatu dengan urutannya
yang biasanya berupa susunan kata atau susunan kata yang mudah diingat. Cara ini
sudah dibuktikan lebih efektif Dan efisien untuk menyimpan informasi dalam ingatan
jangka panjang, terutama jika dibantu dengan visualisasi (contohnya, membayangkan
kalimat tersebut dalam situasi yang berhubungan dengan topik yang dibicarakan).
3.2.2 Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah minat
dan hasil belajar.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus
menerus yang disertai rasa senang. Menurut Slameto (2003), minat merupakan
38
sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan
bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan
menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan.
Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Minat belajar adalah salah satu
bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan serangkaian kegiatan
jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Nana Sudjana (2004:22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Sedangkan menurut Dimyati (dalam Nabisi, 1999:4) dampak pembelajaran adalah
hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka dalam ijazah atau
kemampuan meloncat setelah latihan dan hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Menurut Arikunto
(2006:55), hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seseorang siswa untuk
mengetahui sejauh mana materi pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima
oleh siswa. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran
dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian bertujuan untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi yang telah dipelajari dan
ditetapkan.
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur PTK di atas merupakan model PTK spiral yang disampaikan oleh
Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2005:80), penelitian tindakan adalah suatu
siklus spiral yang terdiri dari rencana tindakan, tindakan dan observasi, dan refleksi
yang selanjutnya diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
39
Gambar 3.1: Model PTK spiral dari Kemmis dan Taggart.
3.3.1 Pra Siklus
Observasi awal dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian ini dilaksanakan,
yaitu untuk mendapatkan data-data awal yang ada di lapangan (tempat penelitian).
Data-data inilah yang nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk menentukan
tindakan yang harus dilakukan pada langkah-langkah selanjutnya. Hasil observasi
awal yang telah peneliti lakukan bahwa dalam proses pembelajaran IPS, siswa kelas
V SD Negeri Kutowinangun 04 antaranya adalah guru dalam proses pembelajaran
masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah dalam
menyampaikan materi pelajaran, guru kurang menguasai teknik yang tepat dalam
menyampaikan pembelajaran sehingga membuat siswa tidak tertarik dan mudah
kehilangan fokus.
Sedangkan dari sisi siswa diantaranya adalah siswa sering bermain sendiri di
dalam kelas sewaktu pembelajaran berlangsung, kurang memperhatikan guru sewaktu
menerangkan suatu materi pelajaran, kurang memiliki keberanian dalam bertanya
maupun dalam mengutarakan pendapatnya baik kepada guru maupun kepada sesama
teman waktu proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan hasil belajar siswa
40
sebagian besar rendah (di bawah KKM yaitu 70). Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil
ulangan harian siswa kelas V pada mata pelajaran IPS. Dari 35 siswa, hanya 12 siswa
(34.2%) yang tuntas mencapai KKM sedangkan 23 siswa (65.8%) belum tuntas
belajarnya dengan nilai rata-rata kelasnya yaitu 67.6. Demikian keadaan yang ada di
SD Negeri Kutowinangun 04 sebagai hasil observasi awal oleh peneliti, yang
digunakan dasar untuk menentukan tindakan yang peneliti lakukan pada langkah-
langkah selanjutnya.
3.3.2 Siklus 1
Pada Siklus I dirancang sebagai tindak lanjut dari Pra Siklus. Kegiatan yang
dilakukan pada Siklus I merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang timbul pada Pra Siklus. Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan (6 x 35 menit), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Sebelum penelitian dilaksanakan, maka peneliti merancang atau
merencanakan berbagai tindakan dalam pembelajaran. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan teknik
akrostik.
2. Mengembangkan skenario pembelajaran.
3. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran.
4. Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama
mendapat tindakan.
5. Pada kegiatan akhir yaitu memberikan sejumlah soal tes formatif kepada
siswa untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksanakan.
2. Implementasi Tindakan dan Observasi
Pada siklus ini pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sedangkan
peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Adapun langkah-
langkah pembelajaran yang ditempuh adalah sebagai berikut:
41
A. Kegiatan awal
Tahap persiapan
Guru memotivasi siswa dengan beberapa pertanyaan sebagai apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran.
B. Kegiatan inti
Tahap penyampaian
Guru menyampaikan materi pelajaran IPS tentang Proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
Tahap pelatihan
Guru memberi pertanyaan yang memancing ingatan siswa mengenai
pelajaran yang sudah disampaikan. Apabila siswa mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan, guru kemudian mencontohkan teknik
menghafal menggunakan akrostik. Guru memberikan contoh langkah-
langkah dalam membuat singkatan menggunakan teknik akrostik dan cara
membaca singkatan akrostik. Siswa diberi kesempatan untuk membuat
singkatan akrostik sesuai kreatifitas masing-masing. Siswa maju ke depan
kelas untuk menuliskan hasil pekerjaannya dan memperagakan cara
menghafal menggunakan teknik akrostik kemudian dibahas bersama-sama.
C. Kegiatan penutup
Tahap akhir
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dilakukan,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Mengadakan
refleksi cara menghafal dengan teknik konvensial dengan teknik akrostik.
Guru memberikan sejumlah soal tes evaluasi kepada siswa untuk mengukur
sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan
Observasi dilakukan oleh guru kelas V sebagai observer dengan
mengamati proses pembelajaran di kelas. Observasi diarahkan pada poin-
poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Pengisian lembar
42
observasi tersebut dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil
pengamatan dimasukan dalam lembar observasi yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
3. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti bersama guru kelas V menganalisis hasil pekerjaan
siswa dan hasil observasi. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses
dan hasil pembelajaran. pada tahap ini dilakukan analisis terhadap temuan-
temuan yang berkaitan dengan hambatan dan kekurangan yang dijumpai selama
pembelajaran berlangsung. Kelebihan akan tetap dipertahankan, sedangkan
kekurangan akan diperbaiki dan disempurnakan pada siklus II.
3.3.3 Siklus II
Rancangan pelaksanaan siklus II dilakukan setelah mengevaluasi tindakan pada
siklus I. Pada siklus II dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I tetapi
didahului perencanaan ulang berdasarkan refleksi pada siklus I, sehingga kelemahan-
kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. Siklus II
dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan (6 x 35 menit). Pada siklus ini siswa
dilibatkan secara langsung menggunakan teknik akrostik dengan sistem kompetisi.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Perencanaan
Sama seperti pada siklus I. Peneliti merancang atau merencanakan berbagai
tindakan dalam pembelajaran. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan teknik
akrostik.
2. Mengembangkan skenario pembelajaran.
3. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran
4. Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama
mendapat tindakan.
43
5. Pada kegiatan akhir yaitu memberikan sejumlah soal tes formatif kepada
siswa untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksanakan.
2. Implementasi Tindakan dan Observasi
A. Kegiatan awal
Tahap persiapan
Guru memotivasi siswa dengan beberapa pertanyaan sebagai apersepsi,
menyanyikan lagu, dan melihat video, menyampaikan tujuan pembelajaran.
B. Kegiatan inti
Tahap penyampaian
Guru menyampaikan materi pelajaran IPS tentang Proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
Tahap Kompetisi
Guru mengulas kembali beberapa singkatan akrostik yang telah dibuat pada
siklus I. Siswa dibagi dalam kelompok. Secara bekerja kelompok siswa akan
membuat singkatan dengan menggunakan teknik akrostik sesuai kreatifitas
kelompok. Kelompok akan maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil
kerjanya. Kelompok yang membuat singkatan paling menarik, mudah
diingat dan bermakna adalah pemenangnya.
C. Kegiatan penutup
Tahap akhir
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dilakukan,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Mengadakan
refleksi cara menghafal dengan teknik konvensial dengan teknik akrostik.
memberikan sejumlah soal tes formatif kepada siswa untuk mengukur sejauh
mana tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan
Observasi dilakukan oleh guru kelas V sebagai observer dengan
mengamati proses pembelajaran di kelas. Observasi diarahkan pada poin-
poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Hasil pengamatan
44
dimasukkan dalam lembar observasi untuk mengetahui apakah ada
perubahan dari proses pembelajaran agar dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal.
3. Refleksi
Peneliti menganalisis hasil evaluasi sebagai umpan balik hasil yang
diperoleh pada siklus II. Dalam menganalisis pada siklus II ini peneliti dibantu
oleh guru kelas. Kemudian peneliti bersama guru berdiskusi apakah masih ada
yang perlu dilakukan lagi untuk perbaikan pembelajaran dan menganalisis
apakah hasil evaluasi akhir masih ada siswa yang belum tuntas atau sudah tuntas
semua. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan-peningkatan
yang diharapkan sudah tercapai.
3.4 Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.4.1 Jenis Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yaitu data
yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan siswa dan guru; dan data kuantitatif
adalah data yang diperoleh langsung dari skor yang diperoleh dari hasil tes formatif.
3.4.2 Teknik pengumpulan data
Sebelum mengumpulkan data dalam penelitian perlu melakukan pengamatan
terlebih dahulu, kemudian menentukan teknik apa yang akan digunakan.
Pengumpulan data adalah mengamati variable yang akan diteliti dengan teknik tes,
angket interview, observasi, dokumentasi, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto,
2002:126).
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian tindakan ini adalah
teknik tes dan non tes yang terdiri dari:
45
a. Teknik tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2002: 127).
Dalam pengukuran hasil belajar ranah kognitif mayoritas menggunakan tes
tertulis. Adapun bentuk tes yang akan digunakan yaitu tes objektif (pilihan
ganda). Dalam tes objektif jawaban tes sudah tertentu siswa hanya memilih
jawaban dari alternatif yang dibuat oleh penulis soal. Dinamakan pilihan
berganda karena penulis butir soal selalu menyediakan lebih dari dua alternatif
jawaban untuk dipilih satu diantaranya sebagai jawaban yang benar atau yang
paling benar.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif. Tes formatif
berbentuk pilihan ganda digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah
diberi teknik akrostik.
b. Non-Tes
Non tes dalam penelitian ini berupa angket minat, observasi dan dokumentasi.
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007:220). Data yang
dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian
tindakan kelas dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran (Kunandar 2008: 128). Observasi digunakan untuk mengamati
pelaksanaan pembelajaran melalui penggunaan teknik akrostik mata pelajaran
IPS siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 04 Salatiga.
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Nana Syaodih Sukmadinata
2011:223). Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang nama siswa,
46
nomor induk, nilai laporan tugas dan juga keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran melalui dokumentasi elektronik pada siswa kelas V SD Negeri
Kutowinangun 04, dimana keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan
di akhir tiap-tiap siklus dengan memberikan sejumlah soal kepada siswa, catatan
refleksi siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
pembelajaran di mata siswa, serta sebagai bahan masukan untuk perbaikan
kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Angket yang digunakan merupakan angket tertutup. Artinya angket yang
pengisiannya dengan cara mencentang salah satu item jawaban yang sudah
disiapkan oleh peneliti.
3.4.3 Instrumen penelitian
Dalam penelitian, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas
dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-
cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui keberhasilan peneliti dalam melakukan
tindakan yang dilihat dari hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Adapun
kisi-kisi soal dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1Kisi-Kisi Soal Evaluasi
Siklus Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal
1. Menyebutkan peristiwa
menjelang Proklamasi
1, 3, 9, 5, 11, 15,
18, 20, 21, 22, 24
26, 29
1
2.3 Menghargai
jasa dan peranan
tokoh dalam
memproklamasikan
kemerdekaan.
2. Menyebutkan tokoh-tokoh
penting dalam peristiwa
2, 6, 8, 10, 13, 16,
17, 19, 25, 27, 28
47
Proklamasi Kemerdekaan.
3. Memberi contoh perilaku
yang meneladani pahlawan-
pahlawan Kemerdekaan
7, 12, 14, 23, 30
1. Menyebutkan peristiwa
pertempuran dalam rangka
mempertahankan
kemerdekaan.
1, 4, 5, 7, 8, 10, 12,
13 17, 26,
2. Menyebutkan usaha-usaha
diplomasi para pemimpin
bangsa
2, 3, 6, 9, 11, 14,
18, 20, 21, 22, 23,
24, 25, 27, 29, 302
2.4 Menghargai
perjuangan para
tokoh dalam
mempertahankan
kemerdekaan.
3. Menceritakan jasa-jasa
yang telah dilakukan
pahlawan dalam
mempertahankan
kemerdekaan.
15, 16, 19, 28
2. Non Tes
a. Lembar observasi
Lembar observasi yang menjadi instrumen pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah lembar observasi guru dan lembar observasi aktivitas siswa.
Lembar observasi pembelajaran ini dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen lembar
observasi dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.2Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru
Indikator Aspek yang diamati
1. Persiapan
1. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan baik
2. Guru mempersiapkan alat dan media pembelajaran
48
3. Guru mempersiapkan setting kelas sebelum pembelajaran
4. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan mental
Kegiatan Awal
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
kepada siswa.
6. Guru memberi motivasi dan apersepsi untuk menarik perhatian
siswa.
Kegiatan Inti
2. Pelaksanaan
pembelajaran
7. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas sehingga
mudah dipahami siswa
8. Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan urutan
sesuai prosedur dan alokasi waktu yang direncanakan.
9. Pembelajaran dilakukan secara bervariasi, tidak monoton dan
tidak membosankan
10. Media pembelajaran di dalam pelaksanaan pembelajaran
digunakan secara efektif.
11. Memberikan petunjuk serta pelatihan penggunaan teknik
akrostik dengan jelas.
12. Guru melibatkan siswa dalam penggunaan teknik akrostik.
13. Guru membimbing siswa secara berimbang untuk semua
siswa.
14. Mengorganisasikan siswa ke dalam beberapa kelompok siswa
yang heterogen
15. Menginformasikan kepada semua kelompok tentang topik-
topik yang akan dibahas dengan jelas.
16. Memandu siswa dalam mengerjakan, mendiskusikan dan
mempresentasikan tugas kelompoknya
17. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya atau
49
memberikan tanggapan kepada hasil kelompok-kelompok lain.
18. Guru memberikan penghargaan terhadap setiap kelompok
yang memenangkan kompetisi.
19. Guru selalu bersikap terbuka dan tidak menganggap negatif
apabila siswa melakukan kesalahanan dalam proses belajarnya
Kegiatan Akhir
20. Apabila siswa bertanya, maka guru memberikan jawaban
dengan jelas dan memuaskan
21. Memberikan stimulus kepada peserta didik untuk aktif dan
kreatif menemukan konsep/ide pokok pembelajaran dari materi
yang sudah dipelajari.
22. Guru memberikan tes evaluasi dan menjelaskan langkah-
langkah sebelum siswa mengerjakan.
23. Guru terbuka dalam memberi penilaian.
3. Penutup
24. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada
akhir kegiatan atau akhir sesi tertentu
25. Guru memberikan reinforcement (penguatan) kepada siswa-
siswanya dengan cara yang positif
b. Angket Minat Belajar Siswa
Angket minat siswa digunakan untuk mengetahui minat siswa dalam mengikuti
pelajaran IPS menggunakan teknik akrostik. Angket yang digunakan merupakan
angket tertutup. Pada tabel 3.4 berikut ini akan disajikan kisi-kisi angket minat
siswa.
50
Tabel 3.3Kisi-Kisi Angket Minat belajar Siswa
No Indikator Item Angket Minat
1. Kesukaan
a. Gairah siswa saat mengikuti pelajaran IPS
b. Respon siswa saat mengikuti palajaran IPS
2, 4, 14, 16, 12, 13
3, 22, 23,17,25
2. Ketertarikan
a. Perhatian saat mengikuti pelajaran IPS di sekolah
b. Konsentrasi siswa saat mengikuti pelajaran IPS
11
1, 21
3. Perhatian
a. Keterlibatan siswa disaat mengikuti pelajaran IPS
b. Kemauan siswa untuk mengerjakan tugas, bertanya
kepada yang lebih mampu jika belum memahami
materi dan mencari buku penunjang yang lain saat
menemui kesulitan.
19
6, 10, 15
4. Keterlibatan
a. Kesadaran tentang belajar di rumah
b. Langkah siswa setelah ia tidak masuk sekolah
c. Kesadaran siswa untuk mengisi waktu luang
d. Kesadaran siswa untuk bertanya
e. Kesadaran untuk mengikuti les pelajaran IPS
7, 182420958
3.5 Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ditentukan dalam penelitian ini adalah
1. Minat belajar dikatakan berhasil ditingkatkan apabila 90% siswa mempunyai
minat belajar tinggi terhadap pembelajaran IPS.
2. Hasil belajar 90% siswa sudah menunjukkan ketuntasan dan sesuai dengan nilai
KKM yang ditetapkan yaitu 70.
51
3. Dalam pelaksanaan guru mempu melaksanakan kegiatan sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran yang ada. Kemampuan guru harus memperoleh nilai rata-
rata 3,2 dari skor rentangan 1 – 4.
3.6 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah Deskriptif
Komparatif yaitu teknik statistik dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus
II dengan menggunakan skor rata-rata, skor minimal, skor maksimal, persentase, dan
standar deviasi. Selain menggunakan analisis kualitatif, peneliti juga menggunakan
analisis kuantitatif dengan teknik prosentase (statistik sederhana).
Untuk mengetahui keberhasilan tiap siklus yang telah digunakan dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) ini, yaitu dengan ketuntasan belajar siswa dengan
pencapaian KKM ≥70. Hasil belajar dapat diukur apabila setiap siswa telah mencapai
nilai KKM ≥70 maka dinyatakan tuntas atau berhasil.
Untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa dianalisis dengan cara menghitung
ketuntasan belajarnya sebagai berikut:
00100Pr x
siswaJumlah
belajartuntasyangsiswaJumlahesentase
Pemberian skor untuk lembar angket minat belajar siswa menggunakan skala
sikap, yaitu dalam bentuk skor. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu
angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga tugas siswa hanya memilih
jawaban yang menurutnya sesuai. Angket berisi 25 pertanyaan. Alternatif jawaban
yang digunakan dalam angket ini ada 4, yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang,
tidak pernah. Pengukuran minat secara klasikal didasarkan pada rata-rata skor yang
diperoleh siswa, kemudian diambil kesimpulan sesuai kriteria dengan menggunakan
rumus berikut ini :
52
00100x
NXB
mP
Keterangan :
P = persentase
m = skor minat
N = jumlah siswa
B = skor maksimal
Hasil perolehan nilai minat belajar siswa dianalisis dengan pedoman pada
sebagai berikut (Yonny, dkk. 2012:176) :
Kualifikasi Persentase Minat Siswa
75% - 100% = Tinggi
50% - 74,99% = Cukup
25% - 49,99% = Sedang
0% - 24,99% = Rendah
3.7 Uji Prasyarat Instrument Penelitian
Uji prasyarat instrumen Peru dilakukan sebum melakukan penelitian. Hal ini
dimaksudkan agar instrumen yang akan digunakan dalam mengukur variabel
memiliki validitas dan reliabilitas sesuai dengan ketentuan. Instrument dikatakan
valid apabila instrumen tersebut telah melalui uji reliabilitas. Untuk melaksanakan uji
coba instrumen dalam penelitian ini akan mengambil responden diluar sampel,
responden penelitian sebanyak 32 siswa kelas V SD Negeri Ujung-Ujung 03 Dusun
Mukus Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
3.7.1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas adalah suatu alat yang menunjukkan seberapa jauh suatu
instrumen memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya.
Arikunto (2006: 168-169) mengatakan, tinggi rendahnya validitas instrumen
53
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud.
Uji validitas dilakukan oleh bantuan SPSS 20,0. Mengenai kriteria tinggi
rendahnya validitas setiap butir instrumen, ada berbagai pendapat. Kriteria instrumen
menurut Saifuddin Azwar dalam Naniek Sulistya Wardani (2010) menyatakan bahwa
suatu item instrumen dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item to total
correlation ≥ 0,20. Kategori inilah yang digunakan untuk menentukan apakah item
valid atau tidak. Menghitung validitas bertujuan untuk menilai ketepatan instrument
tersebut untuk mengukur kemampuan siswa.
Pada soal evaluasi siklus I dan siklus II dibuat 30 soal pilihan ganda. Setelah
dilakukan uji validitas menggunakan SPSS 20,0 Pada siklus I dari 30 soal terdapat 5
soal yang tidak valid yaitu pada nomor soal 3, 11, 14, 25, 27 dan soal yang valid
terdapat 26 soal yaitu pada nomor soal 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 28, 29, 30. Sehingga digunakan 25 soal untuk soal evaluasi
pada siklus 1.
Sedangkan pada siklus II terdapat 5 soal yang tidak valid yaitu pada nomor
soal 10, 16, 23, 24 dab 27 dan soal yang valid terdapat 25 soal yaitu pada nomor soal
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 28, 29, 30.
Dari hasil ini maka digunakan 25 soal untuk soal evaluasi siklus II.
3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Selain harus valid, instrumen juga harus memenuhi standar reliabilitas. Suatu
instrumen dikatakan reliabel jika dapat dipercaya untuk mengumpulkan data
penelitian. Suharsimi Arikunto (2006:178) menyatakan bahwa reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah cukup
baik. Suatu hasil pengukuran dapat dikatakan reliabel jika alat pengukur tersebut
dapat dipercaya, sehingga mendapatkan hasil yang tetap dan konsisten. Dalam
menghitung reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.
54
Rumus Cronbach’s Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya berbentuk skala. Reliabilitas instrumen yang kurang dari 0,6 adalah
kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik (Duwi Priyanto,
2008: 26). Langkah selanjutnya adalah menafsirkan perolehan angka koefisien
reliabilitas dengan berpedoman pada penggolongan sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : Sangat rendah
Setelah dilakukan uji reliabilitas menggunakan SPSS 20,0 pada soal pilihan
ganda siklus I dan siklus II. Pada siklus I hasil uji reliabilitas menunjukkan
cronbach’s Alpha 0,803. Sedangkan pada siklus II hasil uji reliabilitas menunjukkan
cronbach’s Alpha 0,841. Sehingga dapat diartikan kedua jenis soal ini memiliki
angka koofisien reliabilitas tinggi. Berikut disajikan tabel 3.5 dan tabel 3.6
cronbach’s Alpha pada soal pilihan ganda siklus I dan siklus II.
Tabel 3.4cronbach’s Alpha Soal Pilihan Ganda Siklus I
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.803 26
Tabel 3.5cronbach’s Alpha Soal Pilihan Ganda Siklus II
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.841 26
55
3.7.3 Uji Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik,
disamping memenuhi validitas Dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari
tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-
soal yang termasuk mudah, sedang Dan sukar secara proposional. Persoalan yang
penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi
dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar (Sudjana, 2011:137).
Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut :
N
BI
Keterangan :
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = Jumlah siswa
Kriteria indeks kesulitan soal sebagai berikut :
I = 0,00-0,30 = soal kategori sukar
I = 0,31-0,70 = soal kategori sedang
I = 0,71-1,00 = soal kategori mudah
Tabel 3.6Taraf Kesukaran Soal Siklus I
Indeks Kesukaran No Item Jumlah Item
Mudah1, 2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 16, 19, 25,26, 27, 28
15
Sedang 7, 12, 14, 17, 18, 20, 21, 22, 29, 30 10Sukar 4, 5, 15, 23, 24 5
Total item 30
Berdasarkan table 3.7 dari 30 soal item yang memiliki kategori mudah ada 15
soal yaitu pada item 1, 2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 16, 19, 25, 26, 27, dan 28. Item yang
56
memiliki kategori sedang ada 10 soal yaitu 7, 12, 14, 17, 18, 20, 21, 22, 29, dan 30.
Item yang memiliki kategori sukar ada 5 soal yaitu 4, 5, 15, 23, dan 24.
Tabel 3.7Taraf Kesukaran Soal Siklus II
Indeks Kesukaran No Item Jumlah ItemMudah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 15, 17,
18, 20, 2216
Sedang 10, 11, 16, 19, 21, 24, 26, 27, 30 9Sukar 13, 23, 25, 28, 29 5
Total item 30
Berdasarkan table 3.8 dari 30 soal item yang memiliki kategori mudah ada 16
soal yaitu pada item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12, 14, 15, 17, 18, 20, dan 22. Item yang
memiliki kategori sedang ada 9 soal yaitu 10, 11, 16, 19, 21, 24, 26, 27, dan 30. Item
yang memiliki kategori sukar ada 5 soal yaitu 13, 23, 25, 28, dan 29.