39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian
Kondisi awal merupakan keadaan anak sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas yang telah dilakukan dikelompok
B I Ngudi Rahayu II Kopeng, menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas anak dikelompok
B I Ngudi Rahayu II masih rendah, belum sesuai dengan perkembangan kreativitas anak pada
umumnya. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar minat anak ketika
kegiatan pembelajaran berkarya masih kurang, tidak fokus sama guru dan lebih memilih
bercerita dengan teman dan tidak luput dari mereka yang sering bermain sendiri. Hasilnya
pekerjaan mereka tidak terselesaikan dengan sempurna.
Pada observasi dalam kegiatan berkarya dengan barang-barang bekas, masih banyak
ditemukan anak yang membuat bentuk karya sama persis dengan teman sebangkunya dan masih
bergantung dengan contoh yang diberikan oleh guru. Dari 15 siswa di kelas, hanya 3 anak yang
mempunyai kreatifitas baik dan 12 yang lain masih kurang. Di lihat dari masalah tersebut, dapat
diidentifikasi permasalahan dikelompok B1 TK Ngudi Rahyu II Kopeng perkembangan
kreativitas sebagian anak masih rendah. Adapun kondisi awal yang diperoleh melalui observasi
Prasiklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 4.1
Kreativitas Anak Prasiklus
Dikelompok TK Ngudi Rahayu II Kopeng
No Kategori f Prosentase
1 Baik 3 20%
2 Cukup 4 27%
3 Kurang 8 53%
Jumlah 15 100
40
Berdasarkan prosentase keberhasilan belajar prasiklus dapat dilihat dari grafik diatas.
Bahwa dalam perkembangan kreativitas anak kelompok di TK Ngudi Rahayu II Kopeng belum
berkembang dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasilnya sebesar 20% atau 3 anak mencapai
kategori baik, 27% atau 4 anak mencapai kategori cukup dan 53% atau 8 anak mencapai kategori
kurang dalam mengembangkan kreativitas. Dari masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi
permasalahan di Kelas B1 yaitu anak masih kurang dalam mengembangkan kreativitasnya.
Grafik 4.1 Kreativitas Anak Prasiklus
Dikelompok TK Ngudi Rahayu II Kopeng Pra Siklus
Data yang diperoleh ini akan dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan membuat
perencanaan penelitian agar dapat meningkatkan kreativitas anak memanfaatkan bahan limbah
kelompok B 1 di TK Ngudi Rahayu II Kopeng melalui kegiatan berkarya dengan tema
“Rumahku” menggunakan pendekatan contextual teaching and learning.
Dari hasil analisis data hasil belajar pra siklus ini dijadikan sebagai sampel penelitian.
Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus dan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning.
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
baik cukup kurang
41
4.2 Pelaksanaan Penelitian Siklus I
4.2.1 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH)
b. Menentukan materi dan tema kegiatan
c. Menyiapkan bahan berupa bahan limbah
d. Menyiapkan lembar observasi tentang kreativitas anak
e. Membuat lembar evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam
kegiatan pembelajaran
4.2.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai
dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat ditahap perencanaan oleh
peneliti dengan dibantu guru kelas dan satu asisten. Tahap pelaksanaan pada Siklus I ini
terdiri dari 2 pertemuan. Adapun gambaran pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
4.2.3 Pelaksanaan Siklus I
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 02 November 2015. Sesuai dengan
RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian.
1) Kegiatan Awal
Pembelajaran dimulai dengan membaca doadan mengabsen anak,
menyanyikan lagu selamat datang, lihat kebunku, mengingatkan hari, tanggal,
dan tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari,
mengajak anak berkeliling lingkungan sekolah untuk mengamati rumah dan
sekolah.
2) Kegiatan Inti
Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai tema hari ini. Guru
menjelaskan dan memberi contoh kegiatan berkreativitas yang akan
dilakukan,kemudian membagikan bahan-bahan limbah yang sudah diseleksi,
guru memberikan tugas kepada anak untuk membangun rumah seperti yang
42
anak-anak imajinasikan, dan guru memberikan bimbingan pada anak yang
merasa kesulitan.
3) Kegiatan Akhir
Guru menanyakan kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama
belajar dan bermain bersama di sekolah. Guru menanyakan perasaan anak
selama bermain bersama. Doa pulang.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 09 November 2015. Sesuai dengan RKH
yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan pembelajaran
sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Pembelajaran dimulai dengan membaca doa dan mengabsen anak,
menyanyikan lagu selamat datang, di sekolah, mengingatkan hari, tanggal, dan
tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari.
2) Kegiatan Inti
Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai hewan yang hidup di
sekitar rumah. Guru menjelaskan dan memberi contoh kegiatan berkarya yang
akan dilakukan. Guru membagikan bahan limbah yang telah diseleksi
diantaranya adalah cangkang telur, kapuk/kapas, kertas bekas dan lem.Guru
memberikan tugas kepada anak untuk membuat hasil karya dengan bahan yang
tersedia, guru memberikan bimbingan pada anak yang mempunyai kesulitan.
3) Kegiatan Akhir
Guru menanyakan kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama
belajar dan bermain bersama di sekolah. Guru menanyakan perasaan anak
salama bermain bersama. Doa pulang.
43
Tabel 4.2 Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatif Kelompok B I
di TK Ngudi Rahayu II Kopeng Siklus I
Berdasarkan tabel di atas pada siklus I pertemuan I diperoleh data 3 anak (20%) yang
masuk kategori baik, 4 anak (27%) yang masuk kategori cukup, 8 anak (53%) yang masuk
kategori kurang. Pada siklus I pertemuan kedua diperoleh 6 anak (40%) yang masuk kategori
baik, 5 anak (33%) yang masuk kategori cukup, 4 anak (27%) yang masuk kategori kurang.
Dilihat dari data-data tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan Siklus I menjadi
acuan untuk melaksanakan Siklus II. Hal-hal yang masih kurang dalam Siklus I akan diperbaiki
pada Siklus II.
Grafik 4.2
Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatif Kelompok B 1 di TK
Ngudi Rahayu II Kopeng Siklus I
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Pertemuan 1 Pertemuan 2
baik
cukup
kurang
Kategori
Siklus I
Pertemuan 1 Pertemuan 2
f (%) f (%)
Baik 3 20 6 40
Cukup 4 27 5 33
Kurang 8 53 4 27
Jumlah 15 100 15 100
44
Grafik di atas menggambarkan hasil kegiatan kreativitas anak memanfaatkan bahan
limbah melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning Siklus I. Warna biru
menunjukkan kategori baik dengan hasil porsentase 20% pada pertemuan 1 dan 40% pada
pertemuan 2. Sedangkan warna merah menujukan kategori cukup dengan hasil persentase 27%
pada pertemuan 1 dan 33% pada pertemuan 2. Selanjutnya pada warna hijau menunjukkan
kategori kurang dengan hasil prosentase 53% pada pertemuan 1 dan 27% pada pertemuan 2.
4.2.4 Refleksi
Dalam pelaksanaan siklus I peneliti mengalami beberapa kendala atau hambatan yang
sekiranya perlu dilakukan tindakan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut.
Adapun hambatan atau kendala yang dialami peneliti diantaranya adalah :
1) Hasil belajar anak pada kegiatan pembelajaran belum mencapai indikator
yangditetapkan.
2) Guru kurang memotivasi anak serta menggali pengetahuan siswa tentang membuat
karya sesuai tema.
3) Penggunaaan media alat peragadalam siklus I kurang dimanfaatkan seefektif mungkin
oleh guru.
4) Guru jarang melakukan bimbingan kepada siswa untuk memecahkan masalah.
5) Pada sebelum dan saat memulai pelajaran guru belum begitu memahami dan menguasai
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan contextual teaching
and learning.
6) Siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan menggambar pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
7) Pada saat pembelajaran berlangsung guru kurang melibatkan siswa sehingga pada saat
pembelajaran guru yang banyak bicara dan siswa terkesan pasif.
45
Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada anak pada akhir siklus I, diketahui bahwa
nilai rata-rata yang diperoleh anak sudah menunjukan adanya peningkatan bila dibandingkan
dengan data awal pra siklus sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Walaupun demikian
peneliti dan guru kelas sepakat untuk melakukan tindakan siklus berikutnya (siklus 2) untuk
meyakinkan dan menguatkan hasil yang diperoleh pada siklus I, seperti yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
4.3 Tahap Rencana Perbaikan
Berdasarkan uraian di atas peneliti dan guru kelas yang bersangkutan menyimpulkan
bahwa proses kegiatan pembelajaran berkreatifitas dengan menggunakan pendekatan contextual
teaching and learningyang dilaksanakan pada siklus I masih belum optimal, walaupun hasil
belajar kreatifitas menggambar anak dikelompok B 1 TK Ngudi Rahayu II Kopeng setelah
dilaksanakan siklus I mengalami peningkatan dari hasil belajar kreatifitas anak sebelum
dilakukan penelitian tindakan kelas (data awal). Tahap perbaikan perencanaan digunakan penulis
dan guru setelah melalui tahap refleksi, perbaikan yang dilakukan adalah merevisi kesalahan dan
kekurangan menjadi hambatan dalam siklus sebelumnya untuk dasar menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik disiklus selanjutnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perbaikan perencanaan ini mulai dengan menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran Siklus II
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun RKH yang disesuaikan dengan indikator dan tema/sub tema.
b. Menyiapkan alat dan bahan ajar yang sesuai dengan materi kegiatan proses belajar.
c. Mempersiapkan reward berupa pin berbentuk bintang untuk anak yang dapat
menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik lagi.
d. Guru mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul di setiap pertemuan.
4.3 Pelaksanaan Penelitian Siklus II
4.3.1 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
46
a) Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH)
b) Menentukan materi dan tema kegiatan
c) Menyiapkan bahan berupa bahan limbah terpilih
d) Menyiapkan lembar observasi tentang kreativitas anak
e) Membuat lembar pengamatan guru dalam kegiatan pembelajaran
4.3.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai
dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat dalam tahap perencanaan
oleh peneliti dengan dibantu guru kelas dan satu asisten. Tahap pelaksanaan pada
Siklus II ini terdiri dari 2 pertemuan.
4.3.3 Pelaksanaan Siklus II
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16 November 2015. Sesuai dengan
RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Pembelajaran dimulai dengan membaca doa dan mengabsen anak,
menyanyikan lagu selamat datang, dan bungaku, mengingatkan hari, tanggal,
dan tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari,
mengajak anak untuk berkeliling dikebun.
2) Kegiatan Inti
Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai taman/kebun dan
memeberi umpan balik kepada siswa untuk mengingat apa yang pernah anak-
anak lihat disekitar rumah atau lingkungan tempat tinggalnya. Guru
menjelaskan dan memberi contoh kegiatan pembelajaran yaitu menyatukan
seluruh karya kreatif yang akan dilakukan kemudian membagikan bahan
berupa berupa kardus bekas, ampas kelapa, lem kertas dan pewarna. Guru
memberikan tugas kepada anak untuk menyatukan karya kreativitas anak pada
kardus yang telah dibagikan, memberi renovasi atau inovasi mengenai rumah
47
dan lingkungan rumah. Guru memberikan bimbingan pada anak yang
membutuhkan.
3) Kegiatan Akhir
Guru menanyakan kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama
belajar dan bermain bersama di sekolah.Guru menanyakan perasaan anak
salama bermain bersama. Doa pulang.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 23 November 2015. Sesuai dengan
RKH yang telah dibuat pada tahap perencanaan penelitian, Adapun kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Pembelajaran dimulai dengan membaca doa dan mengabsen anak,
menyanyikan lagu selamat datang, di sekolah, mengingatkan hari, tanggal,
dan tahun kepada anak, menyampaikan tema/sub tema yang akan dipelajari.
2) Kegiatan Inti
Guru mengajak anak untuk tanya jawab mengenai tanaman/tumbuhan
yang hidup disekitar rumah dan lingkungan tempat tinggalnya. Guru
menjelaskan dan memberi contoh kegiatan berkreativitas yang akan dilakukan
kemudian membagikan bahan berupa kertas yang sudah tidak terpakai, guru
memberikan tugas kepada anak untuk membuat pohon-pohonanmenggunakan
kertas yang telah dibagikan, guru memberikan bimbingan pada anak yang
membutuhkan.
3) Kegiatan Akhir
Guru melakukan evaluasi dengan tanya jawab tentang materi yang telah
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan yang akan
dicapai oleh guru dalam penyampaian materi pada anak, guru menanyakan
kepada anak pengalaman main yang telah dilakukan selama belajar dan
48
bermain bersama di sekolah. Guru menanyakan perasaan anak salama bermain
bersamakemudian berdoa pulang.
Hasil observasi setelah proses pembelajaran siklus II pertemuan kedua
anak-anak sangat senang dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran
berkreativitas memanfaatkan bahan limbah menggunakan pendekatan
contextual teaching and learning,bahkan mereka ingin melakukannya lagi
dihari-hari selanjutnya. Sebagian besar anak-anak sudah bisa memecahkan
masalah tugas yang diberikan oleh guru dan hasilnya kreativitas anak
meningkat.
Tabel: 4.3
Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatifkelompok B 1
di TK Ngudi Rahayu II Kopeng Siklus II
Kategori
Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 f (%) f (%)
Baik 9 60 13 87 Cukup 4 27 2 13
Kurang 2 13 0 0 Jumlah 15 100 15 100
Berdasarkan tabel di atas pada siklus II pertemuan I diperoleh data 9 anak (60%) yang
masuk kategori baik, 4 anak (27%) yang masuk kategori cukup, 2 anak (13%) yang masuk
kategori kurang. Pada siklus II pertemuan 2 diperoleh data 13 anak (87%) yang masuk kategori
baik, 2anak (13%) yang masuk kategori cukup.
49
Gambar 4.3
Grafik perbandingan porsentase ketuntasan kreatifitas Anak menciptakan hasil karya kreatif
Siklus II
Grafik di atas menggambarkan hasil kegiatan kreativitas anak memanfaatkan bahan
limbah melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning Siklus II. Warna biru
menunjukkan kategori baik dengan hasil porsentase 60% pada pertemuan pertama dan 87% pada
pertemuan kedua. Sedangkan warna merah menunjukan kategori cukup dengan hasil porsentase
27% pada pertemuan pertama dan 13% pada pertemuan kedua. Selanjutnya pada warna hijau
menunjukkan kategori kurang dengan hasil porsentase 13% pada pertemuan pertama.
Hasil tes siklus II mengalami peningkatan kreatifitas anak daripada tahap siklus I.
Berdasarkan hasil observasi data awal, diketahui kreatifitas yang baik diperoleh siswa secara
keseluruhan sebesar 20% meningkat menjadi 40% pada siklus I dan meningkat lagi pada
pertemuan 1 siklus 2 menjadi 60% dan meningkat lagi menjadi 87% pada siklus 2. Peningkatan
yang terjadi dirasa sudah sangat signifikan dan kreatifitas yang diperoleh siswa secara
keseluruhan sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pertemuan I Pertemuan II
baik
cukup
kurang
50
4.4.4 Refleksi Siklus II
Pada akhir kegiatan siklus 2 diadakan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari observer.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap tindakan yang
dilakukan guru dalam kegiatan berkreativitas dengan menggunakan pendekatan contextual
teaching and learning, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada sebelum dan saat memulai pembelajaran guru sudah memahami dan menguasai
langkah – langkah pendekatan contextual teaching and learning.
2. Penggunaan media pembelajaran dalam siklus 2 sudah dilakukan secara optimal oleh
guru.
3. Siswa sudah antusias untuk terlibat dalam penggunaan media pembelajaran pada saat
pembelajaran berlangsung.
Hasil refleksi tersebut adalah pembelajaran dalam menerapkan pendekatan contextual
teaching and learning pada siklus II pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan
berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar hasilnya lebih
baik lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning sehingga pembelajaran dilakukan
dengan aktif dan anak tidak ramai sendiri. Setelah dilaksanakan proses pembelajaran pada siklus
II kreativitas siswa meningkat hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I pertemuan I untuk kriteria
baik sebesar 20%, kriteria cukup sebesar 27% dan kriteria kurang sebesar 53%, hasil siklus I
pertemuan II untuk kriteria baik sebesar 40%, kriteria cukup sebesar 33% dan kriteria kurang
sebesar 27%. Pada hasil siklus II pertemuan I untuk kriteria baik sebesar 60%, kriteria cukup
sebesar 27% dan kriteria kurang sebesar 13%, hasil siklus II pertemuan II untuk kriteria baik
sebesar 87%, kriteria cukup sebesar 13% dan kriteria kurang sebesar 0%. Dengan capaian
sebesar 87% pada siklus II pertemuan ke II maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus
selanjutnya, karena hasil dari siklus II pertemuan ke II sudah mencapai indikator keberhasilan
yang ditentukan.
51
Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah dapat dikatakan berhasil, yang dapat
ditunjukan dari meningktanya kreatifias anak dalam berkreativitas yaitu 13 atau 87% mencapai
kategori baik dari 15 jumlah anak. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan dalam
penerapan pendekatan contextual teaching and learning pada siklus 2 berhasil karena
memperoleh penilaian kreatifitas anak pada pertemuan pertama adalah 60% meningkat menjadi
87%. Dari uraian diatas peneliti dan guru dikelompok di kelompok B 1 TK Ngudi Rahayu II
Kopeng menyimpulkan hasil refleksi pada siklus 2, bahwa kreatifitas anak dalam berkreativitas
memanfaatkan bahan limbah dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning
pada siklus 2 sudah tercapai secara optimal. Penggunaan pendekatan contextual teaching and
learning dapat meningkatkan kreatifitas anak dalam berkreativitas.
Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan guru yang bersangkutan
membuat kesepatan untuk menghentikan tindakan pada siklus 2.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum tindakan (kondisi awal) diperoleh
kreatifitas anak rendah. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru
masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga anak jenuh untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar. Dampak dari
kondisi tersebut yaitu kreatifitas dalam berkreatifitas menciptakan karya anak rendah.
Berdasarkan perolehan kreatifitas anak dalam kegiatan berkreativitas dikelompok B1 TK
Ngudi Rahayu II Kopeng masih ada anak yang kreatifitasnya belum mencapai kategori baik.
Dari hasil observasi sebelum tindakan (kondisi awal) yang mencapai kategori baik sebanyak 3
siswa atau 20%, yang mencapai kategori cukup ada 4 atau 27% dan yang mencapai kategori
kurang 8 siswa atau 53%. Kondisi ini menyatakan bahwa kreatifitas anak belum mencapai
indikator kinerja yang sudah ditetapkan 80%.
Oleh karena itu diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik. Siswa akan lebih tertarik
mengikuti pembelajaran dan pemahaman materi apabila siswa dapat melihat sesuatu yang nyata
52
dan dapat terlibat dalam pembelajaran dengan kondisi yang menyenangkan. Sehingga siswa
tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti pembelajaran berkreativitas.
Gambar tabel 4.4
Hasil Perbandingan Siklus I Dan Siklus II
No Nilai Siklus I Siklus II f % F %
1 Baik (11-15) 6 40% 13 87% 2 Cukup (6-10) 5 33% 2 13% 3 Kurang (1-5) 4 27% 0 0%
Jumlah 15 100% 15 100%
Berdasarkan tabel 4.4 anak yang mencapai peningkatan kreativitas pada siklus I
Tindakan II Siswa yang berada pada kategori Baik 6 anak atau 40%, selanjutnya pada
siklus II Tindakan II kategori Baik meningkat menjadi 13 anak atau 87%.
Grafik 4.4
Perbandingan Ketuntasan Kreativitas anak menciptakan hasil karya kreatif kelompok B 1 di TK Ngudi Rahayu II Kopeng
Berdasarkan data yang diperoleh melalui siklus I, dan siklus II pada Gambar 4.4
membuktikan bahwa kegiatan berkreativitas memanfaatkan bahan limbah menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat membantu guru untuk meningkatkan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Siklus I Siklus II
Baik
Cukup
Kurang
53
kemampuan kretativitas siswa. Hal ini dapat diketahui melalui peningkatan prosentase
keberhasilan dari hasil siklus I dan siklus II seperti yang sudah tertera pada gambar grafik 4.4.
4.4 Pembahasan Siklus I dan Siklus II
Dalam kegiatan pembelajaran siklus I guru menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning. Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pembelajaran
sebelumnya. Siswa mulai aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan
tunjuk jari. Dalam kegiatan pembelajaran guru menekankan pada pentingnya pemecahan
masalah, kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks, kegiatan belajar dipantau dan
diarahkan agar anak dapat belajarmandiri, mendorong anak untuk belajar dengan temannya
dalam kelompok atau secara mandiri, pelajaran menekankan pada konteks kehidupan anak yang
berbeda-beda dan menggunakan penilaian otentik.
Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat adanya peningkatan
kreatifitas anak. Kreatifitas anak meningkat dengan adanya proses belajar yang bermakna serta
melibatkan kemampuan yang dimiliki anak. Pada siklus I guru menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning kreatifitas anak yang mencapai kategori baik sebanyak 3
siswa atau 20% yang mencapai kategori cukup ada 4 atau 27% dan yang mencapai kategori
kurang 8 siswa atau 53%. Serta indikator kinerja yang ditetapkan 80% yang tercapai hanya 20%.
Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pada siklus 2. Pada siklus 2 guru menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning beserta perbaikkannya dan didapatkan hasil
kreatifitas anak lebih meningkat dan anak mencapai kategori yang telah ditetapkan. Jadi,
pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah model pembelajaran yang tepat digunakan
karena dapat meningkatkan kreatifitas anak dalam memanfaatkan bahn limbah. Peningkatan
kemampuan guru dalam membimbing siswa menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning sudah terlihat sangat baik, langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan baik dan
guru juga sudah menguasai metode dengan baik, hal tersebut dilihat dari lembar observasi yang
menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan kreativitas siswa.
Menurut Sanjaya (2009: 255) menjelaskan bahwa: “Pendekatan Contextual Teaching and
Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
54
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Keunggulan pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena pendekatan Contextual Teaching and Learning. menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui berkreativitas.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah model
pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu
seharusnya guru dapat menggunakan model pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu, pendekatan Contextual Teaching and Learning, juga dapat diterapkan
pada mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa demi meningkatkan
kreatifitas anak pada mata pelajaran yang diajarkan.