BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan hasil olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka
beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua ( HKCA Panua )
Kawasan HKCA Panua secara administrasi terletak di kecamatan Paguat
dan Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Sedangkan secara geografis
terletak antara 0°32 - 0° 44 LU dan 121°41 - 122°0 BT. Kawasan ini dapat ditempuh
dengan menggunakan kenderaan roda empat maupun roda dua. Lokasi Cagar Alam
Panua ini berada pada jarak sekitar 160 km dari Kota Gorontalo, dan dapat dicapai
melalui Jalan Trans Sulawesi yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam ( 180 menit ).
Adapun batas – batas wilayah dari Kawasan HKCA Panua adalah :
Sebelah Utara : Berbatasan denagan Desa Teratai Kecamatan Marisa.
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Teluk Tomini.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Maleo Kecamatan Paguat.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Tomini.
Luas keliling Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua adalah 45.575
ha dan sudah ditata batas. Tata batas dilapangan dilakukan dengan pemasangan pal
batas yang jumlahnya 290 buah.
2. Topografi
Kawasan ini mempunyai topografi mulai dari dataran rendah hingga berbukit
dengan ketinggian mencapai 1. 420 meter dari permukaan laut.
3. Jenis tanah
Jenis tanah pada kawasan ini sebagian besar berwarna merah, kuning, dan
agak kehitam – hitaman sebagian besar berlempung dan berpasir dengan kedalaman
0, 60 meter.
4. Iklim
Keadaan iklim di wilayah Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua
relatif normal. Curah hujan umumnya tersebar merata sepanjang tahun dengan
periode antara bulan November – Januari dan Maret – Mei. Masa kering antara bulan
Agustus – September. Angin dan topografi sangat berpengaruh terhadap curah hujan
di wilayah ini. Sebagai contoh wilayah bagian utara dan tengah (Libuo dan Bunuyo)
curah hujannya tinggi karena pengaruh angin timur laut. Secara umum curah hujan di
daerah Hutan Panua curah hujan antara 1.700 – 2.200 mm per tahun. Sedangkan di
wilayah Gorontalo rata – rata 1.200 mm per tahun. Adapun suhu udara rata – rata
antara 20° - 28 ° C.
5. Jenis Flora dan Fauna
Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua memiliki potensi biotik
kawasan berupa flora dan fauna. Disebelah utara Jalan Trans Sulawesi dapat dijumpai
beberapa jenis flora antara lain : Beringin (Ficus Sp), Cempaka (Michelia Spp ),
Nantu (Nyatoh ), Kayu Damar ( Agathis Cabillardiari ). Sedangkan disebelah selatan
Jln. Trans Sulawesi sebagian besar ditumbuhi Mangrove dan dipesisir pantai
ditumbuhi Cemara (Casuarina Junghuhiana), Anggrek (Coelogyne Pandurate Sp).
Jenis Satwa yang terdapat didalam Cagar Alam Panua antara lain : Maleo
(Macrocephalon Maleo), Anoa (Buballus Depresicorrnis), Burung Rangkong
(Phyticerox Casidix).
6. Kondisi Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Sekitar Kawasan
Tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan masih tergolong cukup
rendah. Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun
yang tidak mengerti pendidikan dasar padahal dalam usia tersebut seharusnya mereka
wajib mengikuti pendidikan.
Inilah kondisi masyarakat sekitar kawasan yang diharapkan bisa membantu
pemerintah dalam hal pemanfaatan kawasan hutan konservasi ini sehingga
diharapkan akan mencapai tujuan pemanfaatan yang optimal.
7. Kegiatan Wisata yang dapat dilakukan di Kawasan HKCA Panua
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Kawasan HKCA Panua adalah
sebagai berikut :
1. Sight Seeing.
2. Berkemah yang banyak dilakukah oleh anak – anak pramuka.
3. Hiking yang banyak dilakukan oleh anak pecinta alam.
4. Fotografi.
5. Penelitian Flora dan Fauna yang banyak dilakukan oleh peneliti.
6. Studi.
4.2 Hasil Penelitian
Adapun data yang diperoleh penulis dalam pemanfaatan Kawasan Hutan
Konservasi Cagar Alam Panua antara lain :
4.2.1 Data Kunjungan Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua
Berdasarkan hasil penelitian, pengunjung yang datang ke Kawasan HKCA
Panua cukup bervariasi, mulai dari kelompok pecinta alam, pelajar, peneliti, maupun
wisatawan yang menyenangi kawasan alam / wisata minat khusus. Tujuan mereka
mengunjungi Kawasan HKCA Panua ini juga berbeda – beda seperti berkemah,
fotogarafi, melihat flora dan fauna langka, meneliti, maupun meng-explore hutan
konservasi. Kondisi ini dapat menggambarkan seberapa besar potensi dan
pemanfaatan di Kawasan HKCA Panua dimasa depan.
Sementara jumlah kunjungan ke Kawasan HKCA Panua ini cukup baik, yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Data kunjungan wisata minat khusus di Kawasan Cagar Alam Panua.
No
Tahun
Jumlah Kunjungan Wisata Minat Khusus
Wisatawan Nusantara
Wisatawan Mancanegara
1
2010
465 orang
10 Orang
2
2011
510 orang
13 Orang
3
2012
632 orang
23 Orang
Sumber : Badan Konservasi Cagar Alam Panua & Statistik Kepariwisataan
Kab.Pohuwato, Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa kunjungan tiap tahunnya
selalu meningkat, dan wisatawan yang datang kebanyakan adalah wisatawan
nusantara yang di dominasi oleh wisatawan lokal Gorontalo.
4.2.2 Fungsi pemanfaatan Kawasan HKCA Panua di Kabupaten Pohuwato
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak pengelola dalam rangka
pemanfaatan kawasan hutan konservasi ini, maka pemanfaatan dapat dibagi menjadi
1. Pembagian Zonasi pemanfaatan ekowisata.
Pihak pengelola dalam hal ini Badan Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) telah membagi zona kawasan konservasi menjadi 5 zona, antara lain zona
inti, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan lokal, zona pemanfaatan umum,
dan zona pemanfaatan pariwisata. Pada zona pemanfaatan pariwisata pihak pengelola
tidak melakukan pembangunan fasilitas karena hutan konservasi adalah hutan yang
dilindungi, dan pihak pengelola bekerjasama dengan Dinas Kehutanan, Dinas
Pariwisata, dan masyarakat sekitar kawasan cagar alam untuk melakukan penjagaan,
pemeliharaan, penghijauan pada Cagar Alam Panua.
Pengunjung Kawasan HKCA Panua selain bisa mengunjungi Zonasi
Pemanfaatan Pariwisata, pengunjung juga bisa mengunjungi 3 zonasi lainnya, yaitu :
1. Zona Perlindungan Bahari yaitu zona kawasan yang terhubungan dengan Pantai
Tanjung Maleo yang direncanakan oleh pengelola Kawasan HKCA Panua dan
Pemerintah Kabupaten Pohuwato untuk dijadikan tempat penangkaran Penyu,
selain itu pada zonasi ini difasilitasi Speed Boat oleh BKSDA untuk menyeberang
ke Pulau Lahe.
2. Zona Pemanfaatan Lokal yaitu zona kawasan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar kawasan untuk membuka lahan pertanian demi menunjang ekonomi
masyarakat sekitar kawasan. Pada zona ini pengunjung dapat melihat bagaimana
masyarakat sekitar kawasan dalam membuat Madu Alami, serta dapat belajar
bagaimana bercocok tanam yang baik.
3. Zona Pemanfaatan umum di Kawasan HKCA Panua dimanfaatkan sebagai tempat
yang direncanakan untuk dibangun fasilitas seperti cottage, & Restaurant.
Kawasan HKCA Panua pada zona ini, banyak dimanfaatkan oleh pengunjung
untuk bersantai di tepi Pantai Tanjung Maleo, dimanfaatkan untuk berkemah oleh
anak – anak pecinta alam.
Sebelum masuk ke kawasan hutan konservasi ini, pengunjung atau
wisatawan harus memiliki izin tertulis dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (
BKSDA ) Sulawesi Utara, karena di Gorontalo belum mempunyai kantor BKSDA,
yang ada hanya kantor pembagian wilayah sebagai kantor pengawasan terhadap
konservasi. Setelah mendapatkan surat izin masuk kawasan hutan konservasi, akan
ada petugas yang mengantarkan pengunjung / wisatawan untuk menyusuri kawasan
hutan. Masuk Kawasan Cagar Alam Panua harus pada jam 10.00 am – 01.00 pm &
04.00 pm – 06.00 pm karena pada jam itu Burung Maleo tidak melakukan aktivitas
bertelur. Dalam kawasan hutan pengunjung tidak diizinkan membawa makanan,
kecuali air mineral. Makanan yang dibawa harus dititipkan di pos penjaga dekat
Pantai Tanjung Maleo, hal ini dilakukan agar para pengunjung tidak akan
meninggalkan sisa – sisa makanannya di dalam Kawasan Hutan Konservasi Cagar
Alam Panua.
Peran pengelola Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua sangatlah
penting demi penjagaan, pemeliharaan kawasan hutan. Salah satu peran BKSDA
yang sangat penting yaitu melaksanakan rancangan konservasi, karena rancangan
konservasi itu sangat berguna demi kelangsungan hidup flora & fauna yang berada di
kawasan hutan. Pihak pengawas lapangan di Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam
Panua ada 5 orang, setiap harinya mereka menjalankan tugas untuk menjaga Kawasan
HKCA Panua, memindahkan telur Burung Maleo lalu menimbun telur Maleo di dekat
pesisir Pantai Tanjung Maleo, memberi makan Burung Maleo yang berada dalam
penangkaran, serta menjaga kebersihan kawasan cagar alam sesuai dengan program
BKSDA yaitu melaksanakan rancangan konservasi.
Untuk menyelenggarakan tugasnya, BKSDA mempunyai fungsi :
1. Penyusunan program pengembangan kawasan cagar alam, serta promosi dan
informasi.
2. Pelaksanaan konservasi kawasan serta jenis tumbuhan dan satwa.
3. Pengamanan Kawasan dan jenis sumber daya alam hayati di luar kawasan.
4. Pembinaan Cinta Alam dan penyuluhan konservasi sumber daya alam.
Pemanfaatan HKCA Panua sebagai destinasi berbasis ekowisata telah
diterapkan oleh BKSDA pada tahun- tahun sebelumnya, tetapi karena banyaknya
kendala, maka pemanfaatannya baru bisa dilakukan pada tahun 2009. Pengelola
memanfaatkan zona intensif di Kawasan HKCA Panua sebagai kegiatan pariwisata
mengalami tantangan karena kunjungan wisatawan di Kawasan HKCA Panua belum
terlalu banyak, yang datang lebih banyak tergolong pelajar, mahasiswa, dan
wisatawan lokal. Kegiatan pariwisata yang dilakukan di Kawasan HKCA Panua
adalah sight Seeing, berkemah, hiking, fotografi, penelitian flora & fauna, melihat
penangkaran Burung Maleo, menikmati fasilitas Out Bound , melihat Green House
flora yang ada di Kawasan HKCA Panua. Pemanfaatan area untuk pariwisata belum
terlalu di perhatikan karena dilihat dari kondisi Kawasan Hutan Konservasi Cagar
Alam Panua yang harus dipertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem, tetapi karena
banyak yang meminati perjalanan ketempat yang masih alami.
Pemanfaatan Kawasan HKCA Panua sebagai destinasi berbasis ekowisata
difasilitasi oleh pengelola sebagai berikut :
1. Penangkaran Burung Maleo yang bisa dilihat langsung oleh pengunjung yang
datang ke HKCA Panua.
2. Penyediaan fasilitas Out Bound pada zona pemanfaatan pariwisata.
3. Green House yang bisa dilihat langsung oleh pengunjung.
Salah satu prinsip pengelolaan konservasi di Cagar Alam adalah harus
adanya prinsip pengakuan apresiasi dan partisipasi yaitu adanya subsidi silang dalam
pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam ( KPA ) dan Kawasan Suaka Alam ( KSA )
yang diharapkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan, khususnya dalam
menjamin dan meningkatkan pengamanan kawasan. Pengamanan kawasan di
Kawasan HKCA Panua adalah langsung dari pihak Polisi Kehutanan dari Dinas
Kehutanan Pohuwato, ini merupakan bentuk kerjasama dari pihak pengelola dengan
instansi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan Kawasan HKCA Panua. Selain
itu BKSDA dan Dinas Kehutanan Pohuwato sama – sama meningkatkan pengamanan
pada kawasan, kedua instansi ini membuat peraturan tentang tata tertib wisatawan
lokal maupun asing yang akan berkunjung ke Kawasan HKCA Panua agar tidak
merusak kawasan Cagar Alam. Pengelola akan memberikan sangsi pada
wisatawan yang dalam melakukan aktivitas wisatanya tidak bertanggung jawab pada
lingkungan Kawasan HKCA Panua. Sangsi yang diberikan berupa teguran, dan
nasehat agar kiranya wisatawan yang datang lebih mencintai alam dan lingkungan .
2. Pengelolaan Destinasi Berbasis Ekowisata
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak Dinas Kehutanan
Kabupaten Pohuwato dalam rangka pemanfaatan Kawasan HKCA Panua sebagai
destinasi berbasis ekowisata, Dinas Kehutanan telah memberikan tanggung jawab
sepenuhnya pada BKSDA agar memanfaatkan dengan sebaik – baiknya daerah
pemanfaatan ekowisata. Selain itu Dinas Kehutanan bersama – sama mengadakan
pelestarian hutan dalam hal ini pemanfaatan hutan secara lestari dan pengawetan
berbagai sumber alam yang berada di dalam sekitar Kawasan HKCA Panua.
Pengelolaan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga secara terus – menerus dapat
memberikan produksi dan jasa yang diharapkan, tetapi tidak mengurangi fungsi
Kawasan HKCA Panua sebagai destinasi ekowisata dan tidak menimbulkan dampak
lingkungan yang tidak diinginkan.
Peran dan fungsi Dinas Kehutanan pada Kawasan HKCA Panua sangat
penting demi penjagaan, pemeliharaan, dan penghijauan kawasan hutan. Dinas
Kehutanan melakukan upaya penanganan pada masalah perambah hutan melalui
program – program pemukiman kembali ( resettlement ). Karena itu, upaya semacam
ini perlu dilanjutkan dengan pendekatan yang lebih partisipatif. Meningkatnya jumlah
perambah hutan telah menjadi masalah dalam kerangka pelestarian ekosistem hutan,
jika ini terjadi maka akan banyak satwa langka yang ada di Kawasan HKCA Panua
ini punah.
3. Promosi Kawasan HKCA Panua
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pihak Dinas Pariwisata
Kabupaten Pohuwato dalam rangka pemanfaatan Kawasan HKCA Panua, Dinas
Pariwisata merupakan satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan kegiatan bidang Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, dan
Telekomunikasi. Dalam bidang Pariwisata, telah dilakukan berbagai program dan
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek dan daya tarik wisata dengan
melibatkan masyarakat setempat.
Dinas Pariwisata sangat berperan dalam hal mempromosikan Kawasan
HKCA Panua, karena cagar alam ini adalah satu – satunya destinasi wisata minat
khusus di Kabupaten Pohuwato. Berbeda dengan daerah wisata yang diizinkan
pembangunan fisik dan kegiatan manusia untuk berekreasi, wilayah cagar alam
dilindungi keasliannya untuk menjaga otentisitas ekosistem beserta flora dan
faunanya, tetapi wilayah cagar alam tidak dilarang untuk kegiatan rekreasi karena
dalam wisatanya adalah wisata yang bertanggung jawab.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan, penulis
menemukan kajian pembahasan yang berkaitan dengan pemanfaatan kawasan
ekowisata diantaranya tahap pemanfaatan, pelestarian, penjagaan pada kawasan,
faktor penghambat dalam pemanfaatan Kawasan HKCA Panua, serta bagaimana
konsep pengelolaan, maka pembahasan ini dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
4.3.1 Penerapan pemanfaatan, pelestarian dan penjagaan di Kawasan HKCA
Panua sebagai destinasi berbasis ekowisata.
Penerapan pemanfaatan, pelestarian dan penjagaan di Kawasan HKCA
Panua secara kelembagaan, instansi yang berwenang dalam pengelolaan dan
pemanfaatan Kawasan HKCA Panua adalah Departemen Kehutanan dalam hal ini
Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Namun demikian dalam persoalan
lingkungan tidak menjadi tanggung jawab satu instansi saja, tidak saja menjadi
tanggung jawab Departemen Kehutanan, tetapi pemerintah kabupaten/propinsi dan
juga masyarakat harus secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap kelestarian
sumber daya alam di wilayahnya.
Dalam rangka otonomi daerah diharapkan untuk lebih menekankan prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah baik sumber daya manusia dan alamnya, maupun
tatanan serta budaya yang ada dan akan selalu bekembang. Proses otonomi daerah
perlu diartikan sebagai tanggung jawab, kewajiban dan wewenang pembangunan dari
para pelaku (stakeholders) di pusat pemerintahan ke semua pelaku pembangunan di
daerah otonom, baik di tingkat propinsi, kabupaten dan kota (Soerjani, 2000).
Di era Otonomi Daerah tentu tidak diharapkan bahwa yang terjadi adalah
hanya berupa pemindahan sebagian kewenangan politik, administrasi dan finansial ke
tata pemerintahan yang ada di daerah (propinsi/kabupaten/kota) tanpa menangkap
peluang-peluang perbaikan yang bisa dicapai dengan era yang baru ini
(desentralisasi).
Prinsip umum kelestarian yang diterapkan dalam pemanfaatan cagar alam
sebagaimana dinyatakan Uppon dan Bass (1995) dalam Sardjono (2004), adalah :
a. Kelestarian Lingkungan (environmental sustainability) menunjukkan bahwa
ekosistem mampu mendukung kehidupan organisme secara sehat, disamping
pada waktu yang bersamaan mampu memelihara produktifitas. Hal ini
mensyaratkan pengelolaan hutan yang menghormati dan dibangun atas dasar
proses-proses alami.
b. Kelestarian Sosial (social sustainability) ; merefleksikan hubungan antara
pembangunan dan norma-norma sosial, suatu kegiatan secara sosial lestari
bilamana memiliki kesesuaian dengan norma-norma sosial atau tidak melebihi
kapasitas masyarakat untuk suatu perubahan, dan
c. Kelestarian Ekonomi (economic sustainability) ; menuntut bahwa keuntungan
bagi suatu (beberapa) kelompok tidak melebihi biaya yang diperlukan dan
kapital yang setara dapat diwariskan dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, kewenangan konservasi
masih ada di tangan pemerintah pusat, padahal ada banyak inisiatif di tingkat
daerah mengenai pengelolaan kawasan konservasi yang belum terakomodir oleh
peraturan pusat. Hal ini menjadi pertanyaan, sejauh mana masyarakat
memberikan masukan bagi peraturan di pusat terkait dengan pengelolaan kawasan
konservasi (Eddy Manopo Angi, 2005).
Kawasan yang ditetapkan pemerintah pusat sebagai kawasan dengan fungsi
konservasi berada di wilayah administratif daerah. Pemerintah daerah tentu lebih
memahami kondisi aktual dan kebutuhan bagi pemanfaatan destinasi ekowisata yang
baik.
Pemanfaatan destinasi adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan –
tindakan planning, organizing, actuating dan controlling dimana masing – masing
bidang digunakan, baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan diikuti secara
berurutan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula. Adapun
tindakan – tindakan pemanfaatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan ( Planning )
Perencanaan di Kawasan HKCA Panua yaitu bukan pada fasilitasnya, tetapi
bagaimana merencanakan Cagar Alam ini dapat diharapkan menjadi salah satu
destinasi ekowisata tanpa mengurangi adanya hal – hal yang tidak diinginkan, yaitu
keluhan wisatawan terhadap akses ke Kawasan HKCA Panua. Prinsip pengelolaan
ekowisata dalam satu kawasan yang dilindungi dapat menjamin keutuhan dan
kelestarian ekosistem hutan, oleh karena itu terdapat beberapa butir prinsip
pengelolaan ekowisata yang harus dipenuhi.
2. Pengorganisasian ( Organizing )
Penyusunan organisasi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan
usaha menyusun organisasi yaitu membuat suatu struktur, wewenang formal melalui
bagian – bagian yang akan dilaksanakan, dengan meliputi menentukan batas – batas
tugas ( wewenang ) dan tanggung jawab, kegiatan yang mengkoordinasikan bagian –
bagian dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, mengelompokkan kegiatan –
kegiatan yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana kedalam unit – unit kerja secara
menentukan hubungan kerja kedalam unit – unit kecil. Di Kawasan HKCA Panua
setiap karyawan dalam hal ini pengelola di BKSDA bertujuan memberikan info yang
aktul, benar, terpercaya tentang Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua, serta
bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung di Kawasan HKCA Panua. Badan
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) adalah organisasi pelaksana tugas teknis
di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam. Badan Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai tugas penyelenggaraan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan pengelolaan kawasan
cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, koordinasi teknis
pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan
satwa liar di luar kawasan konservasi berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, UPT Badan Konservasi Sumber Daya
Alam menyelenggarakan fungsi :
1. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan
taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar
kawasan konservasi.
2. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan
taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar
kawasan konservasi.
3. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung; penyidikan,
perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan dan tumbuhan dan satwa liar di
dalam dan di luar kawasan konservasi.
4. Pengendalian kebakaran hutan.
5. Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
6. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya.
7. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
serta pengembangan kemitraan.
8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi.
Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam.
3. Penggerakan ( Actuating )
Penggerakan yang dimaksud adalah untuk menuntun, membimbing, serta
mengawasi jalannya kegiatan wisata minat khusus. Actuating atau tahap penggerakan
ini merupakan penggerakan dari pengelola guna memberikan konsep – konsep
kelestarian lingkungan.
4. Pengawasan ( Controling )
Pengawasan terhadap lingkungan Kawasan HKCA Panua adalah
pengawasan terhadap satwa – satwa langka yang ada di hutan tersebut. Dalam
pengawasan dan pemanfaatanya pengelola harus memperhatikan standarisasi sesuai
manfaat hutan tersebut. Pengawasan terhadap Kawasan HKCA Panua dilakukan oleh
BKSDA dan Dinas Kehutanan demi tercapainya penjagaan yang terarah.
Sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka berikut ini
peneliti menjelaskan tentang faktor penghambat dari pemanfaatan HKCA Panua.
a. Partisipasi Masyarakat
Berkembangnya industri pariwisata karena didukung oleh tingkat partisipasi
dari masyarakat sebagai pengguna ataupun pelayanan jasa. Namun kurangnya minat
wisata khusus memberikan kurangnya pengunjung di Kawasan HKCA Panua karena
tingkat partisipasi masyarakat setempat sangat rendah padahal tempat wisata ini
sangat mudah dijangkau oleh pengunjung, akses ke cagar alam sangat mudah tanpa
melalui hambatan atau ancaman yang berbahaya.
Tingkat partisipasi masyarakat juga berhubungan dengan upaya peningkatan
kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan karena dengan pendidikan
akan sangat berpengaruh pada tingkat kesadaran masyarakat akan pemanfaatan
kawasan ini sebagai kawasan ekowisata. Mayoritas penduduk di sekitar Kawasan
HKCA Panua ini memeluk agama islam dengan mata pencaharian masyarakat sekitar
berdasarkan hasil observasi adalah petani dan nelayan.
Usaha peningkatan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan kawasan
HKCA Panua dapat dilakukan oleh pengelola kawasan dalam hal ini BKSDA dan
Dinas kehutanan agar dapat memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan kawasan
HKCA Panua, serta selalu melibatkan masyarakat dalam pemanfaatan dan
pengembangan wisata minat khusus.
Cagar Alam ini sangat menarik untuk dikunjungi karena selain pengunjung /
wisatawan bisa menikmati pesona keindahan hutan, pengunjung juga bisa menikmati
keindahan pantai yang sangat indah yaitu Pantai Tanjung Maleo yang berada di
pinggir bibir Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua.
Faktor penghambat lainnya adalah perambahan yang dilakukan oleh
masyarakat disekitar Kawasan HKCA Panua bukan sepenuhnya berorientasi pada
kayu saja akan tetapi lebih pada praktek membuka lahan untuk usaha pertanian dan
perkebunan. Secara alamiah, apabila dari masyarakat setempat berpartisipasi secara
langsung dalam bentuk berprofesi sebagai pengguna pariwisata, maka pengunjung
dari luar daerah akan tertarik berkunjung ke cagar alam ini.
Padahal, banyak peran yang bisa dimainkan masyarakat dalam pengembangan
objek wisata tersebut. Masyarakat lokal semestinya dilibatkan dalam proses
perencanaan, pembangunan, pengawasan pariwisata. Namun usaha pelibatan
masyarakat dalam pengembangan pariwisata mengalami kendala dalam
penerapannya, karena :
1. Sumber daya masyarakat lokal kurang dan bahkan tidak mengetahui visi
pemanfaatan pariwisata secara jelas.
2. Rendahnya minat dan kesadaran ( awareness ) sumber daya masyarakat local
terhadap pentingnya pariwisata.
3. Rendahnya kemampuan sumber daya masyarakat local dalam bidang
kepariwisataan.
4. Kesenjangan budaya ( cultural berrier ) antara sumber daya masyarakat lokal dan
wisatawan.
Hal inilah yang menjadikan masyarakat lokal hanya menjadi objek dan
penonton saja dan bukan sebagai subjek atau pelaku pariwisata. Dalam hal ini
pengelola bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Pohuwato untuk
mengizinkan masyarakat kawasan untuk memanfaatkan Zona Pemanfaatan Lokal
untuk dijadikan sebagai lahan pertanian untuk menunjang ekonomi masyarakat
sekitar kawasan. Hal ini dilakukan agar masyarakat sekitar kawasan tidak merambah
hutan, dan tetap menjaga kelestarian hutan konservasi.
b. Promosi Pemasaran
Tidak berkembangnya Kawasan HKCA Panua dibandingkan dengan
kawasan lain dapat dilihat dari sepinya pengunjung, baik pengunjung wisatawan lokal
maupun wisatawan mancanegara. Sepinya pengunjung tersebut diakibatkan oleh
kurangnya promosi pemasaran cagar alam, padahal Kawasan HKCA Panua ini dapat
dipasarkan secara global karena memiliki panorama alam yang sangat indah. Jenis
satwa yang terdapat di Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam Panua ini sangat
beragam sehingga dapat menunjang kegiatan – kegiatan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan pariwisata berbasis ekowisata.
Kelemahan yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal mempromosikan
pemasaran Kawasan HKCA Panua adalah kurangnya akses komunikasi kedaerah lain
sehingga potensi cagar alam ini kurang tersosialisasi secara publik. Padahal, pihak
pengelola selain membuat brosur tentang cagar alam juga melakukan promosi
pemasaran wisata dapat dilakukan melalui akses situs internet, dan promosi melalui
situs internet sudah mulai dilakukan sejak tahun 2005. Distribusi brosur / leaflet dapat
diletakkan di pintu masuk Bandar Udara, di hotel – hotel yang bisa bekerjasama
membantu promosi wisata minat khusus. Distributor ini dilakukan agar para
wisatawan yang datang ke Gorontalo dapat membaca informasi tentang objek – objek
wisata yang ada di Gorontalo.
Promosi juga berpengaruh pada interaksi wilayah / daerah dengan wilayah /
daerah lainnya, dengan menggunakan jenis sarana tertentu. Banyaknya wilayah /
daerah yang berhubungan merupakan interaksi. Pola interaksi wilayah wilayah sangat
ditentukan oleh karakteristik fisik wilayah.
Secara administratif, Gorontalo merupakan provinsi muda di Indonesia
sehingga potensi yang ada di daerah ini belum terlalu dikenal oleh wisatawan
nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Berdasarkan kondisi ini, interaksi
wilayah sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan pemasaran pariwisata. Kendala
tersebut masih dalam tahap melakukan upaya – upaya untuk mencari solusi dengan
cara menawarkan kerjasama dengan pihak tertentu.
Kemudian, yang menghambat faktor interaksi wilayah tersebut adalah
tinjauan secara geografis. Secara geografis, daerah Gorontalo berbatasan dengan
Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Utara. Hubungan transportasi
dengan Provinsi Sulawesi Tengah hanya dilalui oleh transportasi darat, hubungan
transportasi Gorontalo – Manado pada umumnya melalui transportasi darat dan
frekuensi transportasi udara hanya 4 ( empat ) kali dalam seminggu, dan hubungan
Gorontalo – Makassar adalah melalui transportasi udara dengan tingkat frekuensi
setiap hari, serta kapal penumpang yang menghubungkan daerah Gorontalo dengan
daerah lainnya melalui transportasi laut. Berdasarkan kurangnya transportasi tersebut,
maka potensi daerah Gorontalo kurang tersosialisasi karena wisatawan sangat kurang
yang berkunjung di daerah ini, maka dari itu pengelola harus melakukan kerjasama
dengan Dinas Perhubungan agar kiranya dapat mengoptimalisasikan transportasi
yang ada di Gorontalo dengan cara menambah transportasi udara, agar akses menuju
Gorontalo mudah dicapai.
4.3.2 Konsep pengelolaan Kawasan HKCA Panua di Kabupaten Pohuwato
Daerah Gorontalo mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik
wilayah nusantara maupun wisatawan mancanegara. Oleh karena itu, pemerintah
Gorontalo telah mencanangkan program pengembangan pariwisata sejak terbentuk
menjadi provinsi yang ke 32 di Indonesia.Hal ini bertujuan agar kawasan wisata
tersebut dapat dikelola dengan professional serta dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat di sekitarnya, selain menambah devisa negara. Lebih lanjut lagi,
pengembangan program pariwisata seharusnya dapat memberikan dampak positif
bagi masyarakat sekitar dan memberikan kesadaran sikap bagi masyarakat Gorontalo
dalam menyonsong peran pariwisata yang semakin mengglobal.
Oleh karena itu, agar wisatawan banyak yang berkunjung pada objek wisata
ini, perlu suatu strategi pengembangan program pariwisata. Berdasarkan masalah
tersebut, konsep yang ditawarkan penulis tentang konsep pemanfaatan Kawasan
HKCA Panua adalah sebagai berikut :
a. Konsep Aman
Aman adalah suatu kondisi atau keadaan yang memberikan suasana tenang
dan tenteram bagi wisatawan. Selain itu juga berarti bebas dari rasa takut dan
khawatir akan keselamatan jiwa, raga dan harta milik atau bebas dari ancaman,
gangguan, dalam menciptakan pesona aman di Kawasan HKCA Panua pengelola
harus bekerjasama dengan polisi hutan dan masyarakat setempat.
Berdasarkan pengamatan di Kawasan HKCA Panua dapat dilihat dari
aktivitas para pengunjung, dimana mereka tidak mengkonsumsi makanan pada saat di
Kawasan HKCA Panua, karena yang boleh dibawa didalam Kawasan HKCA Panua
hanya air mineral. Hal ini dilakukan agar konsep ekowisata berbasis lingkungan tetap
terjaga.
b. Konsep Tertib.
Tertib adalah suatu kondisi atau keadaan yang mencerminkan suasana tertib
dan teratur secara disiplin dalam semua kehidupan masyarakat. Termasuk tertib
dalam segi peraturan dimana wisatawan akan mendapat suasana pelaksanaan
peraturan yang konsisten dan seragam dimana saja. Tertib dari segi waktu dimana
wisatawan akan menemukan segala sesuatu yang pasti waktunya sesuai terjadwal.
Tertib dari segi mutu pelayanan dimana wisatawan akan mendapatkan mutu
pelayanan yang bermutu tinggi. Tertib dalam segi informasi dimana wisatawan selalu
mudah mendapatkan informasi yang akurat dan dalam bahasa yang mudah
dimengerti.
c. Konsep Ramah Tamah
Ramah tamah adalah sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam
pergaulan hormat dan sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, suka menyapa, suka
memberikan pelayanan dan ringan tangan untuk membantu tanpa pamrih, baik yang
diberikan oleh petugas / aparat unsur pemerintah maupun usaha pariwisatayang
secara langsung melayaninya.
Sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan, penduduk sekitar Kawasan
HKCA Panua sangat ramah dan mereka selalu melakukan komunikasi pada
wisatawan yang datang. Keramah tamahan penduduk setempat merupakan daya tarik
tersendiri bagi Kawasan HKCA Panua. Lagi – lagi hal ini butuh peran aktif dari
instansi terkait untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat
yang bertindak sebagai “tuan rumah”. Kalau hal ini dilaksanakan secara baik, maka
pengunjung di tempat ini akan bertambah jumlahnya.