82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Efektivitas Penerapan Pendekatan Discovery Learning
a. Kemampuan Guru dalam Mengelola Kegiatan
Pembelajaran yang Menerapkan Pendekatan
Discovery Learning
Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam
mengelolah kegiatan pembelajaran yang menerapkan
pendekatan discovery learning di kelas menggunakan
instrumen lembar pengamatan kemampuan guru dalam
mengelolah pembelajaran yang menerapkan pendekatan
discovery learning. Kemampuan guru diamati oleh dua
orang pengamat, yakni guru kimia di SMA Kristen 1
Kupang Ibu Yohana R. Tampani, S.Pd sebagai pengamat
1 dan Bapak Steven,S.Pd sebagai pengamat 2. Kedua
pengamat melakukan penilaian berdasarkan pedoman
penilaian pada lembar pengamatan kemampuan guru
dalam mengelolah pembelajaran yang menerapkan
pendekatan discovery learning. Hasil pengamatan ini juga
digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen.
Adapun hasil analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang menerapkan pendekatan discovery learning disajikan
pada Tabel 4.1.
83
Tabel 4.1
Hasil Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelolah Pembelajaran
yang Menerapkan Pendekatan Discovery Learning dan Reliabilitas
Instrumen
No
Langkah-
Langkah
Discover
y
Learning
Aspek yang
diamati
Keterlaksanaan Rpp
Rata-Rata Ket Rpp 01 Rpp 02 Rpp 03
P.1 P.2 P.1 P.2 P.1 P.2
1
I. Kegiatan Pendahuluan
Memberi salam
pembuka 4 4 4 4 4 4 4
4,00
Baik
2
Meminta salah
satu siswa
memimpin doa
4 4 4 4 4 4 4 Baik
3
Mengecek
Kehadiran
peserta didik
4 4 4 4 4 4 4 Baik
4
Menyampaikan
topik materi
yang akan
dipelajari
4 4 4 4 4 4 4 Baik
5 Membagi LKS
dan bahan ajar 4 4 4 4 4 4 4 Baik
II. Kegiatan Inti
6
a.
Stimulati
on
(Pember
ian
Ransang
an)
Memberikan
motivasi 3,5 3 3 3,2 3,5 3 3,2
3,
1
Cuku
p
baik
7
Peserta didik
menyimak
informasi dari
guru tentang
materi
pembelajaran
3,5 3,5 3 3,4 3 3,5 3,3
Cuku
p
baik
8
Mengarahkan
siswa ke
kegiatan
pembelajaran
3 3 3 3,2 3 3,2 3
Cuku
p
baik
9
b.
Problem
statemen
t
(Identifi
kasi
masalah
)
Membimbing
peserta didik
dalam
merumuskan
masalah
3,5 3 3 3 3 3 3
3,
1
Cuku
p
baik
10
Membimbing
peserta didik
untuk
merumuskan
3,5 3 3,5 3 3,5 3 3,2
Cuku
p
baik
84
hipotesis
11
c. Data
collectio
n
(pengum
pulan
data)
Membagi siswa
kedalam
kelompok
4 4 4 4 4 4 4
3,
5
Baik
12
Mengarahkan
siswa untuk
membaca bahan
ajar dan dasar
teori
3,7 3,5 3,5 3,5 3,5 3,4 3,5 Baik
13
Mengarahkan
siswa
merumuskan
jawaban
terhadap
rumusan
masalah ,
jawaban
tersebut
dituiskan pada
LKS sebagai
rumusan
hipotesis
3,5 3,4 3,5 3,2 3,5 3,4 3,4
Cuku
p
baik
14
Mengarahkan
siswa mengecek
kelengkapan
alat dan bahan
3 3 3 3,4 3 3,4 3,1
Cuku
p
baik
15
Mengarahkan
siswa merangkai
alat uji elektrolit
dan menguji
daya hantar
listrik beberapa
larutan
berpedoman
pada prosedur
kerja di LKS
4 3,8 3,7 3,5 4 3,8 3,8 Baik
16
d. Data
processi
ng
(pengola
han
data)
Mengarahkan
siswa mencatat
hasil
pengamatan
4 4 4 4 4 4 4
3,
6
Baik
17
Mengarahkan
siswa
mendiskusikan
hasil percobaan
3,5 3,2 3,5 3,4 3,5 3,4 3,4
Cuku
p
baik
18
Mengarahkan
siswa
melakukan
analisis data dan
menjawab
pertanyaan pada
LKS
3,5 3,7 3,5 3,7 3,5 3,7 3,6 Baik
19
e.
Verificat
ion
(Pembu
Membuat
laporan
sementara untuk
dipresentasikan
3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
3,
6
Baik
85
20
ktian)
Memberikan
kesempatan
kepada salah
satu kelompok
untuk
mempresentasik
an hasil kerja
kelompok
3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 Baik
21
Memberikan
kesempatan
kepada
kelompok lain
untuk memberi
tanggapan
4 3,8 4 3,8 4 3,8 3,9 Baik
22
f.
Generali
zation
(Menari
k
Kesimpu
lan)
Meminta siswa
membuat
kesimpulan dari
hasil percobaan 3,8 3,4 3,5 3,5 3,5 3,2 3,4
3,
5
Cuku
p
baik
23
Mempertegas
kesimpulan dari
siswa
3,8 3,7 3,5 3,5 3,5 3,7 3,6 Baik
RATA-RATA 3,
4
Cuku
p
baik
III. Kegiatan
Penutup
24
Mempersilahka
n siswa untuk
duduk kembali
ketempat
semula
3 3 3 3,2 3 3,2 3
3,
6
Cuku
p
baik
25
Membimbing
siswa membuat
rangkuman
3 3,4 3,5 3 3,5 3,4 3,3
Cuku
p
baik
26 Memberi kuis
kepada siswa 4 4 4 4 4 4 4 Baik
27
Meminta siswa
untuk menjawab
kuis yang
diberikan
3,8 3,7 3,8 3,7 3,8 3,5 3,7 Baik
28
Mempertegas
rangkuman
keseluruhan
pembelajaran
dari siswa
3,5 3,5 3,8 3,4 3,5 3,2 3,4
Cuku
p
baik
29
30
31
Memberi tugas
individu kepada
siswa
4 4 4 4 4 4 4 Baik
Meminta salah
seorang siswa
untuk
memimpin doa
4 4 4 4 4 4 4 Baik
Memberikan
salam penutup 4 4 4 4 4 4 4 Baik
IV. Pengelolaan Waktu
32 Guru dan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 Bai
86
peserta didik
memulai dan
mengakhiri
pembelajaran
tepat waktu
k
V. Suasana Kelas
33
Peserta didik
antusias dalam
kegiatan
pembelajaran
3 3 3 3,2 3 3,2 3
3,1
Cuk
up
baik
34
Guru antusias
dalam kegiatan
pembelajaran
3 3,4 3,5 3,4 3 3,5 3,3
Cuk
up
baik
Jumlah nilai 123 105 121 103 131 122 121 3,4
Cuk
up
baik
Rata-Rata 3,6 3,1 3,5 3,0 3,8 3,5
3,3
Cuk
up
baik 3,3 3,2 3,6
Reabilitas 93% 93% 96% 94%
(Sumber: Olahan Data
Peneliti)
Tabel 4.1 diatas menunjukkan skor rata-rata penilaian
kegiatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan discovery
learning dengan 34 aspek penilaian sebesar 3,3 dan tergolong
kategori baik, dan rata-rata koefisien reliabilitas instrumen
pengelolaan pembelajaran yang diamati oleh pengamat 1 dan
pengamat 2 adalah 94% dinyatakan baik sebab koefisien reliabilitas
instrumen ≥ 75%.
b. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar
1) Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Sikap Spiritual (KI-1)
Untuk mengetahui ketuntasan indikator sikap spiritual
(KI-1), digunakan instrumen lembar observasi sikap spiritual dan
angket sikap spiritual selama proses pembelajaran. Ketuntasan
indikator hasil belajar sikap spiritual dapat dilihat pada Tabel 4.2
dan 4.3.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator Aspek Sikap
Spiritual (KI-1) dengan Instrumen Lembar Observasi
87
No. Aspek yang diamati
Proporsi tiap
aspek
Proporsi
indikator
Ketuntasan
Proporsi ≥
0,74 P1 P2 P3
1. Berdoa sebelum memulai kegiatan
pembelajaran 0,89 0,89 0,79 0,85 Tuntas
2. Berdoa setelah memulai kegiatan
pembelajaran 0,68 0,74 0,84 0,75 Tuntas
3. Berdoa dengan cara yang baik dan
berkonsentrasi 0,84 0,79 0,74 0,79 Tuntas
4. Berdoa sesuai ajaran agama yang
dianutnya 0,79 0,89 0,79 0,82 Tuntas
RATA-RATA 0,80 0,82 0,79 0,80 Tuntas
(Sumber: Olahan Data
Peneliti)
Keterangan:
P1 = Proporsi pertemuan 1
P2 = Proporsi pertemuan 2
P3 = Proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.2, semua indikator hasil
belajar sikap spiritual (KI-1) siswa yang dinilai dengan Lembar
Observasi Sikap Spiritual (KI-1) tuntas dengan proporsi rata-rata
0,80. Secara rinci dapat dilihat pada matriks halaman 315,
Lampiran 19.
Tabel 4.3
Hasil Analsis Data Ketuntasan Indikator Aspek Sikap
Spiritual (KI-1) dengan Instrumen Lembar Angket
No. Aspek yang diamati
Proporsi tiap
aspek
Proporsi
indikator
Ketuntasan
Proporsi ≥
0,74 P1 P2 P3
1.
Saya mengucap syukur ketika
saya berhasil mengerjakan
tugas
0,84 0,83 0,88 0,85 Tuntas
2.
Saya mengucap syukur ketika
saya mendapat nilai ulangan
yang tinggi
0,84 0,89 0,83 0,85 Tuntas
3.
Saya mengucap syukur ketika
saya mendapat nilai ulangan
yang jelek
0,75 0,88 0,87 0,83 Tuntas
88
4.
Saya menyadari bahwa larutan
elektrolit dan nonelektrolit
bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari
0,76 0,87 0,82 0,81 Tuntas
5
Saya menyadari ketentuan
yang ditetapkan Tuhan Yang
Maha Esa
adalah yang terbaik bagi kita
melalui materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit
0,80 0,76 0,83 0,79 Tuntas
6
Saya menyadari kebesaran
Tuhan merupakan bagian dari
materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit
0,75 0,76 0,75 0,75 Tuntas
7
Saya menyadari bahwa
pengetahuan yang diperoleh
dapat berubah kapan saja
0,79 0,76 0,75 0,76 Tuntas
8
Saya menyadari bahwa
pengetahuan yang diperoleh
sesuai dengan perkembangan
IPTEK
0,78 0,80 0,83 0,80 Tuntas
RATA-RATA 0,78 0,81 0,82 0,80 Tuntas
(Sumber: Olahan
Data Peneliti)
Keterangan :
P1 = proporsi pertemuan 1
P2 = proporsi pertemuan 2
P3 = proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.3, semua indikator hasil
belajar sikap spiritual (KI-1) siswa yang dinilai dengan Lembar
Angket Sikap Spiritual (KI-1) dinyatakan tuntas dengan proporsi
rata-rata 0,80. Secara rinci dapat dilihat pada matriks halaman
317, Lampiran 19.
2) Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Sikap Sosial (KI-2)
Untuk mengetahui ketuntasan indikator sikap sosial (KI-
2), digunakan instrumen lembar observasi sikap sosial dan angket
89
sikap sosial selama proses pembelajaran. Ketuntasan indikator
hasil belajar sikap sosial dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5.
Tabel 4.4
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator Aspek
Sikap Sosial (KI-2) dengan Instrumen Lembar
Observasi
No. Aspek yang diamati
Proporsi tiap aspek
Proporsi
indikato
r
Ketuntasan
Proporsi ≥
0,74 P1 P2 P3
Mengumpulkan tugas tepat
waktu 0,76 0,79 0,82 0,79 Tuntas
2.
Mengumpulkan laporan
praktikum tepat waktu 0,79 0,76 0,79 0,78 Tuntas
3.
Tidak keluar masuk kelas
saat pembelajaran
berlangsung 0,82 0,72 0,79 0,77 Tuntas
4.
Tetap berada dalam
kelompok selama kegiatan
praktikum atau diskusi
berlangsung
0,82 0,75 0,72 0,76 Tuntas
5
Jujur dalam mengerjakan
tugas individu 0,82 0,75 0,79 0,78 Tuntas
6
Jujur dalam menjawab soal
kuis 0,79 0,78 0,78 0,78 Tuntas
7
Jujur dalam mengambil
data/ informasi dalam
menjawab pertanyaan 0,78 0,78 0,78 0,78 Tuntas
8
Jujur dalam mengolah data
pratikum 0,80 0,76 0,78 0,78 Tuntas
9
Saling membantu dalam
mengumpulkan data
praktikum ataupun diskusi
0,79 0,79 0,76 0,78 Tuntas
90
kelompok.
10
Bekerja sama dalam
memecahkan masalah 0,79 0,80 0,79 0,79 Tuntas
11
Bekerja sama dalam
membuat kesimpulan 0,76 0,78 0,75 0,76 Tuntas
12
Bekerja sama dalam
menyelesaikan diskusi tepat
waktu 0,78 0,76 0,78 0,77 Tuntas
13 Aktif mengumpulkan data
0,78 0,76 0,78 0,77 Tuntas
14 Aktif bertanya
0,76 0,78 0,82 0,78 Tuntas
15
Aktif memberi saran dan
masukan 0,84 0,82 0,84 0,83 Tuntas
16
Aktif dalam kegiatan
praktikum ataupun diskusi
kelompok 0,79 0,76 0,79 0,78 Tuntas
17
Sopan santun dalam
berpakaian 0,84 0,84 0,84 0,84 Tuntas
18
Menggunakan bahasa yang
santun ketika
menyampaikan pendapat
atau menyampaikan
pertanyaan.
0,84 0,84 0,80 0,82 Tuntas
19 Tanggung jawab dalam mempresentasikan hasil diskusi
0,83 0,79 0,80 0,80 Tuntas
20
Tanggung jawab dalam
menjaga kerapian 0,82 0,83 0,78 0,81 Tuntas
RATA-RATA 0,80 0,74 0,78 0,77 Tuntas
(Sumber: Olahan Data Peneliti)
Keterangan :
P1 = proporsi pertemuan 1
91
P2 = proporsi pertemuan 2
P3 = proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.4, semua indikator hasil
belajar sikap sosial (KI-2) siswa yang dinilai dengan Lembar
Observasi Sikap Sosial dinyatakan tuntas dengan proporsi rata-
rata 0,77. Secara rinci dapat dilihat pada matriks halaman 322,
lampiran 19.
Tabel 4.5
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator Aspek Sikap Sosial (KI-
2) dengan Instrumen Lembar Angket
No. Aspek yang
Diamati
Proporsi tiap aspek Proporsi
indikator
Ketuntasan
Proporsi ≥
0,74 P1 P2 P3
1. Disiplin 0,79 0,89 0,89 0,85 Tuntas
2. Jujur 0,84 0,79 0,79 0,80 Tuntas
3. kerja sama 0,79 0,84 0,79 0,80 Tuntas
4. Proaktif 0,79 0,79 0,84 0,80 Tuntas
5. sopan santun 0,94 0,94 0,79 0,89 Tuntas
6. Tanggungjawa
b 0,79 0,79 0,84 0.80 Tuntas
Rata-rata 0,82 0,84 0,82 0,82 Tuntas
(Sumber: Olahan Data Peneliti)
Keterangan :
P1 = proporsi pertemuan 1
P2 = proporsi pertemuan 2
P3 = proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.5, semua indikator hasil
belajar sikap sosial (KI-2) siswa yang dinilai dengan Lembar
Angket Sikap Sosial (KI-2) dinyatakan tuntas dengan proporsi
92
rata-rata 0,82. Secara rinci dapat dilihat pada matriks halaman
333, Lampiran 19.
3) Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Pengetahuan (KI-3)
Ketuntasan Indikator Hasil Belajar (IHB) materi pokok
larutan elektrolit dan nonelektrolit terdiri dari 7 indikator. Untuk
rata-rata ketuntasan indikator soal essay sebesar 0,78 dinyatakan
tuntas melalui hasil analisis dari skor Tes Hasil Belajar.
Ketuntasan indikator hasil belajar pengetahuan dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator Aspek
Pengetahuan (KI-3) dengan Instrumen Lembar Penilaian
Tes Hasil Belajar Uraian
No. Indikator No.
Soal
Proporsi
Tiap Soal
Proporsi
Indikator
Soal
Ketuntasan
Proporsi ≥
0,74
1.
Menjelaskan pengertian
larutan elektrolit dan
nonelektrolit. 1
0,88 0,88
Tuntas
2.
Mengidentifikasi sifat larutan
elektrolit dan nonelektrolit
berdasarkan data hasil
percobaan.
2
0,83 0,83
Tuntas
3.
Menjelaskan pengertian
larutan elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan
nonelektrolit.
3
0,90 0,90
Tuntas
4.
Mengidentifikasi sifat larutan
elektrolit kuat, lemah dan
nonelektrolit berdasarkan data
hasil percoban.
4
0,86 0,86
Tuntas
5.
Menjelaskan sifat larutan
elektrolit berdasarkan
ikatannya.
5
0,92 0,92
Tuntas
6.
Mengelompokkan larutan
berdasarkan jenis ikatannya. 6
0,89 0,89
Tuntas
93
7.
Menganalisis sifat larutan
elektrolit dan nonelektrolit
berdasarkan data hasil
percobaan.
7
0,92 0,92
Tuntas
Rata-rata 0,88 Tuntas
(Sumber: Olahan
Data Peneliti)
Berdasarkan data pada Tabel 4.6, semua indikator hasil
belajar aspek pengetahuan (KI-3) siswa yang dinilai dengan Tes
Hasil Belajar Uraian (KI-3) tuntas dengan proporsi rata-rata 0,88.
Secara rinci dapat dilihat pada matriks halaman 336, Lampiran
19.
4) Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Keterampilan (KI-4)
Data hasil analisis ketuntasan indikator hasil belajar aspek
keterampilan (KI-4) yang diperoleh dengan Lembar Observasi
Kinerja, Presentasi, Portofolio, dan THB Proses. Ketuntasan
indikator hasil belajar keterampilan dapat dilihat pada Tabel 4.7,
4.8, 4.9, dan 4.10.
a) Penilaian Kinerja
Tabel 4.7
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator Aspek
Keterampilan (KI 4) dengan Lembar Observasi Kinerja
NO ASPEK YANG
DINILAI
PROPORSI RATA-
RATA
KET
Proporsi ≥
0.74 P1 P2 P3
1 Persiapan
Praktikum
0,84 0,84 0,84 0,77
TUNTAS
2 Pelaksanaan
praktikum
0,82 0,78 0,82 0,82
TUNTAS
3 Kegiatan akhir
praktikum
0,87 0,80 0,82 0,80
TUNTAS
RATA-RATA 0,78 0,83 0,80 0,82 TUNTAS
(Sumber: Olahan Data
Peneliti)
94
Keterangan :
P1 = proporsi pertemuan 1
P2 = proporsi pertemuan 2
P3 = proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.7, semua indikator hasil
belajar aspek keterampilan (KI-4) siswa yang dinilai
dengan Lembar Observasi Kinerja dinyatakan tuntas
dengan proporsi rata-rata 0,82. Secara rinci dapat dilihat
pada matriks halaman 342, Lampiran 19.
b) Penilaian Presentasi
Tabel 4.8
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator
Aspek Keterampilan (KI-4) dengan
Lembar Penilaian Presentasi
No. Aspek yang
Diamati
Proporsi tiap aspek Proporsi
indikator
Ketuntasan
Proporsi ≥
0,74 P1 P2 P3
1.
Penguasaan
materi
1 0,89 0,94 0,89 0,90 Tuntas
2 0,84 0,78 0,94 0,85 Tuntas
3 0,78 0,89 0,94 0,87 Tuntas
4 0,94 0,89 0,94 0,92 Tuntas
5 0,84 0,78 0,94 0,85 Tuntas
2.
Media
presentasi
1 0,89 0,94 0,84 0,89 Tuntas
2 0,78 0,89 0,89 0,85 Tuntas
3 0,89 0,78 0,89 0,85 Tuntas
4 0,94 0,89 0,94 O,92 Tuntas
5 0,84 0,89 0,84 0,85 Tuntas
6 0,89 0,89 0,78 0,85 Tuntas
3.
Kerjasama
1 0,84 0,84 0,84 0,84 Tuntas
2 0,78 0,84 0,89 0,83 Tuntas
95
3 0,78 0,84 0,94 0,85 Tuntas
Rata-rata 0,85 0,86 0,89 0,85 Tuntas
(Sumber: Olahan Data
Peneliti)
Keterangan :
P1 = proporsi pertemuan 1
P2 = proporsi pertemuan 2
P3 = proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.8, semua indikator
hasil belajar aspek keterampilan (KI-4) siswa yang dinilai
dengan Lembar Penilaian Presentasi dinyatakan tuntas
dengan proporsi rata-rata 0,85. Secara rinci dapat dilihat
pada matriks halaman 351, Lampiran 19.
c) Penilaian Portofolio
Tabel 4.9
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator Aspek
Keterampilan (KI-4) dengan Lembar Penilaian
Portofolio
NO
ASPEK
YANG
DINILAI
Proporsi tiap aspek RATA-
RATA
Keterangan
Proporsi ≥
0,74 P1 P2 P3
1 Judul 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
2 Tujuan 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
3 Rumusan
masalah 0,89 0,89 0,89 0,89 TUNTAS
4 Dasar teori 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
5 Hipotesis 0,92 0,92 0,92 0,92 TUNTAS
6 Alat dan
bahan 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
7 Prosedur
kerja 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
8 Data
Pengamatan 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
9 Pembahasan 0,78 0,81 0,80 0,80 TUNTAS
10 Kesimpulan 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
11 Daftar 1,00 1,00 1,00 1,00 TUNTAS
96
Pustaka
RATA-RATA 0,96 1,00 0,97 0,96 TUNTAS
(Sumber: Olahan Data Peneliti)
Keterangan :
P1 = proporsi pertemuan 1
P2 = proporsi pertemuan 2
P3 = proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.9, semua indikator hasil
belajar aspek keterampilan (KI-4) siswa yang dinilai
dengan Lembar Penilaian Portofolio tuntas dengan proporsi
rata-rata 0,96. Secara rinci dapat dilihat pada matriks
halaman 359, Lampiran 19.
d) Penilaian THB Proses
Tabel 4.10
Hasil Analisis Data Ketuntasan Indikator Aspek
Keterampilan (KI-4) dengan Lembar Penilaian THB
Proses
NO ASPEK
YANG
DINILAI
PROPORSI RATA-
RATA
KET
Proporsi ≥
0,74 P1 P2 P3
1 Merumuskan
masalah
0,85 0,85 0,85 0,85 TUNTAS
2 Merumuskan
hipotesis
0,87 0,85 0,90 0,87 TUNTAS
3 Menampilkan
data hasil
percobaan
0,95 0,90 0,87 0,90 TUNTAS
4 Pembahasan 0,90 0,95 0,96 0,93 TUNTAS
5 Merumuskan
kesimpulan
0,96 0,92 0,86 0,91 TUNTAS
RATA-RATA 0,91 0,89 0,88 0,90 TUNTAS
(Sumber: Olahan Data
Peneliti)
97
Keterangan :
P1 = proporsi pertemuan 1
P2 = proporsi pertemuan 2
P3 = proporsi pertemuan 3
Berdasarkan data pada Tabel 4.10, semua indikator hasil
belajar aspek keterampilan (KI-4) siswa yang dinilai dengan Tes
Hasil Belajar Proses (THB Proses) tuntas dengan proporsi rata-
rata 0,90. Secara rinci dapat dilihat pada matriks halaman 367,
Lampiran 19.
e) Rekapan Proporsi Indikator Rata-Rata dari Aspek-
Aspek Keterampilan.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Data Proporsi Rata-Rata Aspek
Keterampilan
NO ASPEK
KETRAMPILAN
PROPORSI
INDIKATOR
Keterangan
Proporsi ≥ 0.74
1 Kinerja 0,80 TUNTAS
2 Presentasi 0,80 TUNTAS
3 Portofolio 0,86 TUNTAS
4 THB Proses 0,91 TUNTAS
RATA-RATA 0,84 TUNTAS
(Sumber: Olahan
Data Peneliti)
Berdasarkan data pada Tabel 4.11, rata-rata
ketuntasan indikator hasil belajar keterampilan dari
4 aspek keterampilan (KI-4) sebesar 0,84 dan
dinyatakan tuntas. Secara rinci dapat dilihat pada
matriks halaman 374, Lampiran 19.
c. Ketuntasan Hasil Belajar
98
Ketuntasan hasil belajar meliputi empat aspek
yaitu kompetensi sikap yang terdiri dari sikap spritual dan
sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan.
Analisis data hasil ketuntasan belajar untuk
keempat aspek tersebut menggunakan analisis yang sama,
dimana untuk menentukan tuntas tidaknya didasarkan
pada penilaian acuan yakni siswa dikatakan tuntas
belajarnya apabila nilai akhir hasil belajar yang diperoleh
≥ KKM (NA ≥ 74).
1) Ketuntasan Hasil Belajar Sikap Spiritual (KI-1)
Rata-rata ketuntasan hasil belajar sikap spiritual
diperoleh dengan menggunakan instrumen observasi
dan angket. Hasil belajar sikap spiritual dapat dilihat
pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar
Aspek Sikap Spiritual (KI-1)
NO KODE
SISWA
OBSERVASI
ANGKET
NILAI KI
1
Keterangan
P ≥ 74
1 RK 75 74 74 Tuntas
2 UT 75 76 75 Tuntas
3 RL 75 81 78 Tuntas
4 YS 75 84 80 Tuntas
5 GB 92 75 83 Tuntas
6 OYN 83 78 80 Tuntas
7 RN 75 79 77 Tuntas
8 SL 92 86 89 Tuntas
9 AL 75 74 74 Tuntas
10 RK 75 81 78 Tuntas
11 RF 58 91 74 Tuntas
12 RA 83 85 84 Tuntas
13 SKL 75 79 77 Tuntas
14 VTO 83 77 80 Tuntas
15 SAKB 83 76 79 Tuntas
99
NO KODE
SISWA
OBSERVASI
ANGKET
NILAI KI
1
Keterangan
P ≥ 74
16 GA 92 94 93 Tuntas
17 TN 83 88 85 Tuntas
18 YIT 100 72 86 Tuntas
19 JEB 83 89 86 Tuntas
∑ 1533 1540 1536
RATA-RATA 81 81 81 Tuntas
(Sumber: Olahan
Data Peneliti)
Keterangan :
Rumus KI 1
Berdasarkan data pada Tabel 4.12 di atas,
terlihat bahwa nilai sikap spiritual dari 19 orang
siswa tuntas dengan rata-rata ketuntasan hasil
belajar sikap spiritual yang diperoleh sebesar 81.
Secara rinci dapat dilihat pada matriks halaman 321,
Lampiran 19.
2) Ketuntasan Hasil Belajar Sikap Sosial (KI-2)
Rata-rata ketuntasan hasil belajar sikap sosial
diperoleh dengan menggunakan instrumen observasi
dan angket. Hasil belajar sikap sosial dapat dilihat pada
Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Hasil Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar
Aspek Sikap Sosial (KI -2)
NO KODE
SISWA OBSERVASI ANGKET
NILAI
KI 2
KET
P ≥ 74
1 RK 69 86
77 Tuntas
2 UT 83 73
78 Tuntas
100
NO KODE
SISWA OBSERVASI ANGKET
NILAI
KI 2
KET
P ≥ 74
3 RL 69 86
77 Tuntas
4 YS 84 80
82 Tuntas
5 GB 84 100
92 Tuntas
6 OYN 80 86
83 Tuntas
7 RN 77 100
88 Tuntas
8 SL 84 93
88 Tuntas
9 AL 68 93
80 Tuntas
10 RK 81 93 87 Tuntas
11 RF 70 93 81 Tuntas
12 RA 83 100 91 Tuntas
13 SKL 80 73 76 Tuntas
14 VTO 77 100 88 Tuntas
15 SAKB 88 100
94 Tuntas
16 GA 82 86
84 Tuntas
17 TN 87 100
93 Tuntas
18 YIT 72 93
82 Tuntas
19 JEB 81 100
90 Tuntas
∑ 1499 1735 1645
RATA-RATA 78 91 86 Tuntas
(Sumber: Olahan
Data Peneliti)
Keterangan :
Rumus KI2:
Berdasarkan data pada Tabel 4.13 di atas,
nilai sikap sosial dari 19 orang siswa tuntas dengan
101
rata-rata ketuntasan hasil belajar sikap sosial yang
diperoleh siswa sebesar 86. Secara rinci dapat dilihat
pada matriks halaman 335, Lampiran 19.
3) Ketuntasan Hasil Belajar Aspek Pengetahuan (KI-
3)
Ketuntasan hasil belajar kognitif diperoleh
dengan menggunakan instrumen THB, tugas dan kuis.
Ketuntasan hasil belajar kognitif dapat dilihat pada
Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Hasil Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar
Aspek Pengetahuan (KI-3)
NO KODE
SISWA
NILAI
NILAI
K3 3
KET
P ≥ 74 KUIS TUGAS THB
1 RK 83 88 66 76 Tuntas
2 UT 90 87 66 77 Tuntas
3 RL 100 97 64 81 Tuntas
4 YS 83 94 61 75 Tuntas
5 GB 80 96 62 75 Tuntas
6 OYN 87 92 61 75 Tuntas
7 RN 87 97 61 76 Tuntas
8 SL 70 97 66 75 Tuntas
9 AL 90 88 66 77 Tuntas
10 RK 83 98 64 77 Tuntas
11 RF 90 100 54 74 Tuntas
12 RA 100 94 56 76 Tuntas
13 SKL 83 92 67 77 Tuntas
14 VTO 90 97 59 76 Tuntas
15 SAKB 83 94 67 78 Tuntas
16 GA 100 100 53 76 Tuntas
17 TN 90 98 61 77 Tuntas
18 YIT 87 99 57 75 Tuntas
19 JEB 77 93 66 75 Tuntas
∑ 1653 1801 1177 1452
RATA-RATA 87 95 62 76 Tuntas
(Sumber: Olahan Data
Peneliti)
Keterangan :
102
Rumus KI3:
Berdasarkan data pada Tabel 4.14 di atas,
semua siswa yang dinilai aspek pengetahuannya
dinyatakan tuntas dengan rata-rata ketuntasan hasil
belajar aspek pengetahuan yang diperoleh siswa
sebesar 76. Secara rinci dapat dilihat pada matriks
halaman 340, Lampiran 19.
4) Ketuntasan Hasil Belajar Aspek Keterampilan (KI-
4)
Rata-rata ketuntasan hasil belajar keterampilan
diperoleh dari lembar penilaian kinerja, lembar
penilaian tes hasil belajar proses, lembar penilaian
presentasi, dan lembar penilaian portofolio.
Ketuntasan hasil belajar keterampilan dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.15
Hasil Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar Aspek Keterampilan
No Kode
Siswa
Nilai Nilai
KI 4
Ket
P ≥ 74 Presentasi Kinerja Portofolio THB
Proses
1 RK 83 81 86 89 85 Tuntas
2 UT 80 81
86 89 84 Tuntas
3 RL 86 79
84 89 84 Tuntas
4 YS 86 81
84 89 85 Tuntas
5 GB 80 76
84 89 82 Tuntas
6 OYN 83 77
86 89 84 Tuntas
7 RN 86 77
86 89 84 Tuntas
103
No Kode
Siswa
Nilai Nilai
KI 4
Ket
P ≥ 74 Presentasi Kinerja Portofolio THB
Proses
8 SL 86 78
86 89 85 Tuntas
9 AL 75 74 86 89 81 Tuntas
10 RK 86 81
86 89 85 Tuntas
11 RF 92 82
86 93 87 Tuntas
12 RA 89 80
86 93 87 Tuntas
13 SKL 81 79
86 93 85 Tuntas
14 VTO 89 80 86 93 87 Tuntas
15 SAKB 80 76 86 93 84 Tuntas
16 GA 86 86
88 93 88 Tuntas
17 TN 86 78
88 93 86 Tuntas
18 YIT 86 90 88 93 89 Tuntas
19 JEB 79 79
88 93 85 Tuntas
∑ 1521 1512 1635 1730 1604
RATA-
RATA 80 80 86 91 84 Tuntas
(Sumber: Olahan Data Peneliti)
Berdasarkan data pada Tabel 4.15 di atas,
semua siswa yang dinilai aspek keterampilannya
dinyatakan tuntas dengan rata-rata ketuntasan hasil
belajar aspek keterampilan yang diperoleh siswa
sebesar 84. Secara rinci dapat dilihat pada matriks
halaman 374, Lampiran 19.
5) Ketuntasan Hasil Belajar secara Keseluruhan
Analisis ketuntasan hasil belajar rata-rata secara keseluruhan
dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16
Hasil Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar secara Keseluruhan
NO KODE NILAI NA KET
104
SISWA KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 P ≥ 74
1 RK 74 77 76 85 78 Tuntas
2 UT 75 78 77 84 79 Tuntas
3 RL 78 77 81 84 81 Tuntas
4 YS 80 82 75 85 79 Tuntas
5 GB 83 92 75 82 80 Tuntas
6 OYN 80 83 75 84 79 Tuntas
7 RN 77 88 76 84 80 Tuntas
8 SL 89 88 75 85 81 Tuntas
9 AL 74 80 77 81 78 Tuntas
10 RK 78 87 77 85 81 Tuntas
11 RF 74 81 74 87 79 Tuntas
12 RA 84 91 76 87 82 Tuntas
13 SKL 77 76 77 85 79 Tuntas
14 VTO 80 88 76 87 81 Tuntas
15 SAKB 79 94 78 84 82 Tuntas
16 GA 93 84 76 88 83 Tuntas
17 TN 85 93 77 86 83 Tuntas
18 YIT 86 82 75 89 81 Tuntas
19 JEB 86 90 75 85 81 Tuntas
∑ 1536 1645 1379 1600 1527
RATA-RATA 81 86 73 84 80 Tuntas
(Sumber: Olahan Data
Peneliti)
Keterangan:
NA : nilai akhir siswa
Berdasarkan data pada Tabel 4.16 di atas,
dapat dikemukakan bahwa hasil belajar semua siswa
untuk aspek sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-
2), pengetahuan (KI-3), dan keterampilan (KI-4)
dinyatakan tuntas dengan rata-rata ketuntasan hasil
belajar secara keseluruhan yang diperoleh dari 19
orang siswa sebesar 80. Secara rinci dapat dilihat
pada matriks halaman 375, Lampiran 19.
4.1.2 Analisis Sikap Ilmiah
105
Pengambilan data sikap ilmiah peserta didik terhadap
pembelajaran menggunakan instrumen sikap ilmiah . Nilai
yang diperoleh peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17
Nilai sikap ilmiah peserta didik
No.
Kode
Peserta
Didik
Nilai KET
1 RK 73 Baik
2 UT 80 Baik
3 RL 73 Baik
4 YS 73 Baik
5 GB 80 Baik
6 OYN 73 Baik
7 RN 73 Baik
8 SL 80 Baik
9 AL 67 Baik
10 RK 80 Baik
11 RF 80 Baik
12 RA 80 Baik
13 SKL 73 Baik
14 VTO 80 Baik
15 SAKB 73 Baik
16 GA 80 Baik
17 TN 80 Baik
18 YIT 80 Baik
19 JEB 80 Baik
RATA-RATA 77 Baik
(Sumber: Olahan Data Peneliti)
Berdasarkan tabel 4.17 di atas, dapat
dikatakan bahwa rata-rata ketuntasan sikap ilmiah
peserta didik adalah 77 dan termasuk dalam kategori
baik. Secara rinci dapat dilihat pada matriks
halaman 376, Lampiran 19.
106
4.1.3 Analisis Kemampuan Analisis
Pengambilan data kemampuan analisis peserta didik
terhadap pembelajaran menggunakan instrumen tes kemampuan
analisis. Nilai yang diperoleh peserta didik dapat dilihat pada
Tabel 4.18:
Tabel 4.18
Hasil Analisis Kemampuan Analisis
No.
Kode
Peserta
Didik
Nilai KET
1 RK 75 Baik
2 UT 75 Baik
3 RL 79 Baik
4 YS 75 Baik
5 GB 79 Baik
6 OYN 71 Baik
7 RN 79 Baik
8 SL 68 Kurang Baik
9 AL 68 Kurang Baik
10 RK 75 Baik
11 RF 79 Baik
12 RA 82 Baik
13 SKL 79 Baik
14 VTO 75 Baik
15 SAKB 79 Baik
16 GA 82 Baik
17 TN 82 Baik
18 YIT 79 Baik
19 JEB 75 Baik
RATA-RATA 77 Baik
(Sumber: Olahan Data Peneliti)
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas, dapat
dikatakan bahwa rata-rata ketuntasan tes
kemampuan analisis peserta didik adalah 77 dan
107
termasuk dalam kategori tinggi. Secara rinci dapat
dilihat pada matriks halaman 377, Lampiran 19.
4.1.4 Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak digunakan data nilai akhir hasil belajar yang
disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan kemudian
dihitung normalitasnya dengan menggunakan rumus chi-
kuadrat. Dari hasil perhitungan diperoleh = 6,36 dan
dengan derajat kebebasan (dk) = k – 2 = 5 – 2 = 3 dan taraf
kesalahan 5% maka dicari pada tabel chi-kuadrat dan
diperoleh = 7,815. Dengan membandingkan X
2hitung
dan X2
tabel diperoleh
atau 6,36 ≤ 7,815
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
sehingga analisis korelasi dan regresi dapat dilanjutkan.
b. Uji Linearitas
1. Uji linearitas Y atas X1
Uji linearitas dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui apakah data berpola linear atau tidak. Hasil
yang diperoleh melalui uji linearitas akan menentukan
teknik analisis regresi yang akan digunakan. Setelah
dilakukan uji linearitas untuk sikap ilmiah diperoleh nilai
Fhitung = 8,677. Dengan dk pembilang = 2 dan dk
penyebut = 17, untuk taraf signifikan 5% maka diperoleh
nilai Ftabel =3,68. Dengan membandingkan Fhitung dan
108
Ftabel diperoleh Fhitung ≥ Ftabel atau 8,677 ≥ 3,68 maka
dapat disimpulkan bahwa data variabel sikap ilmiah
terhadap hasil belajar berpola linear sehingga uji regresi
dapat dilanjutkan.
2. Uji linearitas Y atas X2
Setelah dilakukan uji linearitas untuk
kemampuan analisis diperoleh nilai Fhitung = 6,05.
Dengan dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 17, untuk
taraf signifikan 5% maka diperoleh nilai Ftabel =3,68.
Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel diperoleh
Fhitung ≥ Ftabel atau 6,05 ≥3,68 maka dapat disimpulkan
bahwa data motivasi intrinsik terhadap hasil belajar
berpola linear sehingga uji regresi dapat dilanjutkan.
4.1.5 Uji Korelasi
1) Korelasi sederhana (Korelasi Pearson Product Moment
(PPM)
Analisis korelasi pearson product moment digunakan
untuk mengetahui derajat hubungan atau korelasi dan
kontribusi variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).
Pada penelitian ini digunakan dua variabel bebas yaitu
sikap ilmiah (X1), kemampuan analisis (X2) dan satu
variabel terikat yaitu (hasil belajar (Y)). Korelasi pearson
product moment dilambangkan dengan (r), berdasarkan
hasil analisis diperoleh nilai sebagai berikut.
109
a) Korelasi PPM sikap ilmiah (X1) dengan Hasil
Belajar (Y)
Hubungan antara sikap ilmiah dengan hasil belajar
diuji menggunakan analisis korelasi Pearson Product
Moment (PPM) setelah terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan linearitas. Berdasarkan hasil analisis
korelasi untuk pengujian hubungan sikap ilmiah siswa
dengan hasil belajar diperoleh nilai = 0,581.
Berdasarkan kriteria, koefisien korelasi di atas
tergolong dalam kategori cukup kuat yang artinya bahwa
sikap ilmiah siswa memiliki hubungan yang cukup kuat
dalam menentukan hasil belajar siswa. Setelah
menghitung nilai korelasi ( ), kemudian dihitung lagi
sumbangan atau kontribusi sikap ilmiah terhadap hasil
belajar (KP) dan diperoleh hasil sebesar 33,8%. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel sikap ilmiah memberikan
sumbangan (kontribusi) terhadap hasil belajar sebesar
33,8% dan sisanya 66,2% ditentukan oleh variabel lain
di luar variabel yang diteliti.
Setelah itu dilanjutkan dengan uji signifikansi
dengan menggunakan rumus thitung diperoleh nilai thitung =
2,946 dan dengan tingkat kesalahan α = 0,05, serta dk =
n - 2 = 19 - 2 = 17, diperoleh nilai = 2,11. Dengan
membandingkan thitung dan ttabel diperoleh ≥
atau 2,946 ≥ 2,11 maka disimpulkan bahwa hubungan
110
antara sikap ilmiah dengan hasil belajar siswa kelas X
IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang adalah signifikan.
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16
disajikan pada Tabel 4.19 dan 4.20:
Tabel 4.19
Hasil Analisis Korelasi Sikap Ilmiah dengan
Hasil Belajar
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .581a .338 .299 1.698
Tabel 4.20
Hasil Analisis Signifikansi (thitung) Korelasi Sikap Ilmiah
dengan Hasil Belajar
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
59.194 7.413 7.985 .000
.284 .096 .581 2.946 .009
b) Korelasi PPM Kemampuan Analisis (X2) dengan Hasil
Belajar (Y)
Hubungan antara kemampuan analisis dengan hasil
belajar diuji menggunakan analisis korelasi Pearson
Product Moment (PPM) setelah terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas dan linearitas. Berdasarkan hasil analisis
korelasi untuk pengujian hubungan kemampuan analisis
siswa dengan hasil belajar diperoleh nilai = 0,524.
Koefisien korelasi di atas tergolong dalam kategori kuat.
111
Kemudian dihitung lagi sumbangan atau kontribusi
kemampuan analisis terhadap hasil belajar (KP) dan
diperoleh hasilnya sebesar 7,5%. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel kemampuan analisis memberikan
sumbangan (kontribusi) terhadap hasil belajar sebesar 7,5%
dan sisanya 92,5% ditentukan oleh variabel lain di luar
variabel yang diteliti.
Setelah itu dilanjutkan uji signifikansi dengan
menggunakan rumus thitung diperoleh nilai thitung = 2,539 dan
dengan tingkat kesalahan α = 0,05, serta dk = n - 2 = 19 - 2
= 17, diperoleh nilai = 2,11. Dengan membandingkan
thitung dan ttabel diperoleh ≥ atau 2,539 ≥ 2,11
maka disimpulkan bahwa hubungan antara kemampuan
analisis dengan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA
Kristen 1 Kupang adalah signifikan.
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16
disajikan pada Tabel 4.21 dan 4.22.
Tabel 4.21
Hasil Analisis Korelasi Kemampuan Analisis dengan
Hasil Belajar
Tab
el
4.22
H
a
sil Analisis Signifikansi (thitung) Korelasi
Kemampuan Analisis dengan Hasil Belajar
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .524a .275 .232 1.776
112
B Std. Error Beta
1 (Constant) 61.748 7.593 8.133 .000
MOTIVASI INTRINSIK .251 .099 .524 2.539 .021
2) Korelasi ganda
Hubungan sikap ilmiah dan kemampuan analisis
dengan hasil belajar dianalisis menggunakan analisis
korelasi ganda. Berdasarkan hasil analisis korelasi ganda
antara sikap ilmiah dan kemampuan analisis dengan hasil
belajar diperoleh nilai:
= 0,677
Berdasarkan kriteria, koefisien korelasi di atas
berada pada kategori kuat. Kemudian dihitung lagi
sumbangan atau kontribusi sikap ilmiah dan kemampuan
analisis terhadap hasil belajar (KP) dan diperoleh hasilnya
sebesar 20,9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap
ilmiah dan kemampuan analisis memberikan sumbangan
(kontribusi) terhadap hasil belajar sebesar 20,9% dan
sisanya 79,1% ditentukan oleh variabel lain di luar variabel
yang diteliti.
Setelah itu dilanjutkan uji signifikansi dengan
menggunakan rumus Fhitung diperoleh nilai Fhitung = 6,757
dan dengan tingkat kesalahan α = 0,05, serta Ftabel = F {(1-
0.05) dk = 2), (dk = 19 -2 - 1 = 16)} =F {(0.95)}, diperoleh
nilai Ftabel = 3,63. Dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel
diperoleh ≥ atau 6,757 ≥ 3,63 maka
113
disimpulkan bahwa hubungan antara sikap ilmiah dan
kemampuan analisis dengan hasil belajar siswa kelas X IPA
2 SMA Kristen 1 Kupang adalah signifikan.
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16
disajikan pada Tabel 4.23 dan 4.24.
Tabel 4.23
Hasil Analisis Korelasi Sikap Ilmiah dan Kemampuan
Analisis dengan Hasil Belajar
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .677a .458 .390 1.583
Tabel 4.24
Hasil Analisis Signifikansi (Fhitung) Korelasi Sikap
Ilmiah dan Kemampuan Analisis dengan Hasil Belajar
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 33.883 2 16.941 6.757 .007a
Residual 40.117 16 2.507
Total 74.000 18
4.1.6 Uji regresi
1) Regresi sederhana
114
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Analisis regresi dilanjutkan karena pada analisis korelasi
terdapat hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Pada penelitian ini digunakan dua variabel
bebas yaitu sikap ilmiah (X1), kemampuan analisis (X2) dan
satu variabel terikat yaitu hasil belajar (Y). Berdasarkan
hasil analisis diperoleh nilai sebagai berikut :
a) Regresi Sederhana Sikap Ilmiah (X1) terhadap Hasil
Belajar (Y)
Pengaruh ketelitian terhadap hasil belajar siswa
dianalisis menggunakan persamaan regresi sederhana.
Berdasarkan perhitungan statistik di peroleh persamaan:
59.194+ 0,284X
Persamaan ini kemudian diuji signifikansinya
dengan menggunakan rumus analisa varians atau yang
sering disebut anova, yang menghasilkan Fhitung = 8.677
dan Ftabel = 3,68 pada dk pembilang= 2 dan dk
penyebut= 17 dengan taraf signifikan 5%. Karena Fhitung
≥ Ftabel yakni 8,677 ≥ 3,68 maka tolak Ho, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah
terhadap hasil belajar dengan menerapkan pendekatan
discovery learning.
115
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16
disajikan pada Tabel 4.25 dan 4.26.
Tabel 4.25
Hasil Analisis Persamaan Regresi Sikap
Ilmiah terhadap Hasil Belajar
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 59.194 7.413 7.985 .000
SIKAP
ILMIAH .284 .096 .581 2.946 .009
Tabel 4.26
Hasil Analisis Signifikansi (Fhitung) Sikap Ilmiah
terhadap Hasil Belajar
ANOVAb
Model Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 25.006 1 25.006 8.677 .009a
Residual 48.994 17 2.882
Total 74.000 18
b) Regresi sederhana Kemampuan Analisis (X2) terhadap Hasil
Belajar (Y)
Pengaruh kemampuan analisis terhadap hasil belajar
siswa dianalisis menggunakan persamaan regresi sederhana.
Berdasarkan perhitungan statistik di peroleh persamaan:
61.748+ 0,251X
Persamaan ini kemudian diuji signifikansinya
dengan menggunakan rumus analisa varians atau yang
116
sering disebut anova, yang menghasilkan Fhitung = 6.448 dan
Ftabel = 3,68 pada dk pembilang= 2 dan dk penyebut = 17
dengan taraf signifikan 5%. Karena Fhitung ≥ Ftabel yakni
6.448 ≥ 3,68 maka tolak Ho, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara kemampuan analisis terhadap hasil belajar
dengan menerapkan pendekatan discovery learning.
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16
disajikan pada Tabel 4.27 dan 4.28.
Tabel 4.27
Hasil Analisis Persamaan Regresi Kemampuan
Analisis terhadap Hasil Belajar
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 61.748 7.593 8.133 .000
KEMAMPUAN
ANALISIS .251 .099 .524 2.539 .021
Tabel 4.28
Hasil Analisis Signifikansi (Fhitung)
Kemampuan Analisis terhadap Hasil
Belajar
ANOVAb
Model Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 20.349 1 20.349 6.448 .021a
Residual 53.651 17 3.156
Total 74.000 18
c) Regresi ganda
Pengaruh sikap ilmiah dan kemampuan analisis
terhadap hasil belajar siswa dianalisis menggunakan
117
persamaan regresi ganda. Berdasarkan perhitungan statistik
di peroleh persamaan:
Ŷ = 50.395 + 0,222 X1 + 0,177 X2
Persamaan ini kemudian diuji signifikansinya
dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Fhitung = 6,757
dan Ftabel = 3,63, pada dk pembilang = 2 dan dk penyebut =
17 dengan taraf signifikan 5 %. Karena Fhitung ≥ Ftabel yakni
6,757 ≥ 3,63 maka tolak Ho dan terima Ha, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah dan
kemampuan analisis terhadap hasil belajar dengan
menerapkan pendekatan discovery learning. Hasil
perhitungan dengan menggunakan SPSS 16 disajikan pada
tabel 4.29 dan 4.30.
Tabel 4.29
Hasil Analisis Persamaan Regresi Ganda Sikap Ilmiah
dan Kemampuan Analisis terhadap Hasil Belajar
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 50.395 8.348 6.037 .000
SIKAP ILMIAH .222 .096 .455 2.323 .034
KEMAMPUAN
ANALISIS .177 .094 .369 1.882 .078
Tabel 4.30
Hasil Analisis Signifikansi (Fhitung) Sikap
Ilmiah dan Kemampuan Analisis
terhadap Hasil Belajar
118
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 33.883 2 16.941 6.757 .007a
Residual 40.117 16 2.507
Total 74.000 18
4.2 Pembahasan
4.2.1 Efektivitas Pembelajaran yang Menerapkan
Pendekatan Discovery Learning
a. Kemampuan Guru Mengelola Kegiatan
Pembelajaran yang Menerapkan Pendekatan
Discovery Learning
Dalam Buku Kode Etik Guru, kata “kompetensi”
diartikan sebagai “pengetahuan atau keterampilan”.
Jadi secara sederhana kompetensi dapat diartikan
sebagai kemampuan. Undang-Undang No.14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen pasal 10 mengemukakan
bahwa kompetensi guru itu mencakup kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan discovery learning di
kelas ada beberapa aspek yang diamati. Aspek-aspek
119
tersebut meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
kegiatan penutup, pengelolaan waktu dan suasana
kelas.
Berdasarkan hasil analisis kemampuan guru
dalam mengelola kegiatan pembelajaran pada Tabel 4.1
menunjukkan bahwa rata-rata keterlaksanaan
pembelajaran sebesar 3,3 termasuk kategori baik dan
reliabilitas instrumen pengelolaan pembelajaran yang
diperoleh dinyatakan tuntas sebesar 94%.
1. Kegiatan Pendahuluan
Kemampuan guru mengelola pembelajaran
pada kegiatan pendahuluan yang menerapkan
pendekatan discovery learning ada beberapa
tahapan, antara lain memberi salam
pembuka,berdoa, mengecek kehadiran siswa,
menyampaikan topik pembelajaran, membagi
bahan ajar .
Adapun segala kegiatan tersebut dirancang
sedemikian rupa, dimana hal ini dimaksudkan agar
dapat terciptanya suasana belajar yang bisa
mendorong dan memfokuskan siswa sehingga
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Kegiatan pendahuluan sendiri adalah suatu
kegiatan pemanasan. Dikatakan demikian karena
pada tahap ini dilakukan penggalian tentang
120
pengetahuan anak untuk memantapkan
pengetahuan siswa terhadap konsep-konsep yang
telah dikuasai yang berkaitan dengan materi
pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti,
untuk kegiatan pendahuluan adalah 4,00 dan
tergolong dalam kategori baik karena skor yang
diperoleh berada pada rentangan skor 3,50 - 4,00
(Wuwur, 2004). Ini berarti pengajar melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang
disiapkan.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar.
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti
menggunakan pendekatan discovery learning
terdiri dari enam langkah. Adapun langkah-
langkah pembelajarannya dimulai dari tahap
pertama yaitu stimulation (pemberian ransangan),
dimana pada langkah ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan pembelajaran. Stimulus
yang diberikan dengan teknik bertanya, yaitu
121
dengan mengajukan pertanyaan yang dapat
menimbulkan keinginan untuk menyelidiki sendiri,
mengarahkan siswa ke kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti,
untuk langkah pertama adalah 3,1 dan tergolong
dalam kategori cukup baik.
langkah kedua yaitu problem statement
(identifikasi masalah). Pada langkah ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah-
masalah mengenai apa yang sudah dilihat dan
disimak, membimbing siswa dalam merumuskan
masalah dan hipotesis. Hal ini dimaksudkan agar
dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan
sebagai salah satu cara untuk membantu siswa agar
mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti,
untuk tahap kedua adalah 3,1 dan tergolong dalam
kategori cukup baik.
Langkah ketiga, yaitu data collection
(pengumpulan data). Pada langkah ini guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
122
relevan untuk membuktikan benar tidaknya
hipotesis yang mereka buat dan langkah
pengumpulan data ini merupakan tindak lanjut dari
identifikasi masalah, mengarahkan siswa
merumuskan jawaban terhadap rumusan masalah
dan jawaban tersebut dituliskan pada LKS sebagai
rumusan hipotesis, mengarahkan siswa merangkai
alat uji elektrolit dan menguji daya hantar listrik
beberapa larutan berpedoman pada prosedur kerja
di LKS. Konsekuensi dari langkah ini adalah siswa
belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu
yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi.
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti,
untuk langkah ketiga adalah 3,5 dan tergolong
dalam kategori baik. Artinya bahwa guru mampu
memfasilitasi peserta didik untuk menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
melalui berbagai cara kemudian melakuakn
eksperimen.
Langkah keempat yaitu data processing
(pengolahan data). Pada langkah ini, siswa
menganalisis data hasil percobaan yaitu dengan
mencatat hasil pengamatan, mendiskusikan hasil
123
percobaan, menjawab pertanyaan pada LKS.
Proses ini bertujuan untuk menemukan hubungan
antara informasi-informasi yang diperoleh.
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti,
untuk langkah keempat adalah 3,6 dan tergolong
dalam kategori baik. Artinya bahwa guru mampu
memfasilitasi siswa untuk memproses informasi
yang sudah dikumpulkan melalui kegiatan
eksperimen.
Langkah kelima, yaitu verification
(pembuktian). Pada langkah ini, siswa membuat
laporan sementara untuk dipresentasikan,
memberikan kesempatan kepada salah satu
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok, memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk memberi tanggapan. Ini
berarti terjadi pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang dibuat
sebelumnya dihubungkan dengan hasil data
processing. Pembuktian dilakukan untuk
membandingkan data hasil percobaan dengan teori
dari berbagai literatur. Pada tahap ini guru
diharapkan memberikan kesempatan kepada
124
peserta didik untuk membuktikan apa yang
dieksperimenkan dengan literatur yang ada.
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti,
untuk langkah kelima adalah 3,6 dan tergolong
dalam kategori baik. Artinya bahwa guru mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membuktikan apa yang telah mereka
eksperimenkan dengan literatur yang ada.
Langkah keenam, yaitu generalization
(menarik kesimpulan). Generalisasi dilakukan
untuk membuat kesimpulan sementara dari hasil
percobaan. Pada langkah ini siswa membuat
kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan
dengan bimbingan guru.
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti,
untuk langkah keenam adalah 3,5 dan tergolong
dalam kategori baik. Artinya bahwa guru mampu
membimbing siswa menyimpulkan berdasarkan
data percobaan.
Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata
skor yang diperoleh guru dalam hal ini peneliti
untuk kegiatan inti adalah 3,4 dan tergolong dalam
kategori cukup baik karena skor yang diperoleh
125
berada pada rentangan skor 3,00 – 3,49 (Wuwur,
2014). Ini berarti pengajar melaksanakan kegiatan
pembelajaran cukup sesuai dengan RPP yang
disiapkan.
Melalui enam langkah pembelajaran yang
menerapkan pendekatan discovery learning, siswa
diberikan ruang yang sangat cukup untuk
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
sebagai hasil dari proses belajarnya.
3. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru melakukan
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan, yaitu membimbing siswa membuat
rangkuman, memberikan kuis, memberikan tugas
rumah, membuat kesimpulan terakhir, dan
memberikan rasa syukur dengan berdoa setelah
menyelesaikan pembelajaran.
Adapun rata-rata skor yang diperoleh guru
untuk kemampuan aspek tersebut adalah 3,6 dan
tergolong dalam kategori baik.
4. Pengelolaan Waktu
Pengelolaan waktu yang dimaksud adalah
kemampuan guru dalam melaksanakan semua
kegiatan dan tahap-tahap pembelajaran sesuai
dengan waktu yang direncanakan dalam RPP.
126
Adapun rata-rata skor yang diperoleh guru
untuk kemampuan aspek tersebut adalah 3,5 dan
tergolong dalam kategori baik.
5. Suasana Kelas
Suasana kelas yang dimaksud adalah
bagaimana keantusiasan siswa dan guru selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Adapun rata-rata skor yang diperoleh guru
untuk aspek tersebut adalah 3,1 dan tergolong
dalam kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan
guru cukup menguasai kelas dan cukup kesulitan
dalam mengontrol kondisi kelas sehingga baik
guru maupun siswa cukup antusias dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Secara keseluruhan dari hasil analisis data,
rata-rata skor dari kedua pengamat/penilai yang
menilai kemampuan guru mengelola pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan discovery learning
adalah 3,3 dan tergolong dalam kategori cukup
baik.
Pada tabel 4.1 menunjukkan nilai reliabilitas
dari instrumen, dimana nilai reliabilitas instrumen
penilaian pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan discovery learning untuk
RPP 01 adalah 93%, RPP 02 adalah 93% dan RPP
127
03 adalah 96%. Hal ini berarti bahwa perangkat
pembelajaran yang akan digunakan telah disiapkan
secara baik sehingga memudahkan guru dan siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu,
ketersediaan LKS dan bahan ajar untuk membantu
siswa menyelesaikan masalah yang diajukan sesuai
dengan model pembelajaran yang diterapkan
membuat siswa cukup antusias dan aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
tuntutan kurikulum bahwa perangkat pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas dan ketuntasan pembelajaran.
Rata-rata nilai reliabilitas untuk ketiga RPP
adalah 94%. Ini menunjukkan bahwa nilai
reliabilitas instrumen telah memenuhi syarat yaitu
≥ 75%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
instrumen Lembar Penilaian Kemampuan Guru
Mengelola Pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan discovery learning yang disediakan
reliabel dan layak digunakan.
b. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar
Ketuntasan indikator hasil belajar siswa dalam
kegiatan pembelajaran terdiri dari 4 aspek penilaian,
yaitu sebagai berikut:
128
1. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Sikap Spiritual
(KI-1)
Ketuntasan indikator hasil belajar aspek
sikap spiritual (KI-1) diperoleh dari hasil analisis
skor observasi dan angket setiap siswa pada setiap
indikator. Rata-rata proporsi untuk indikator sikap
spiritual yang menggunakan Lembar Observasi
sebesar 0,80 dan Lembar Angket sebesar 0,80
(lihat tabel 4.2 dan 4.3). Dari rata-rata proporsi
indikator, diperoleh indikator hasil belajar sikap
spiritual 81, dapat digolongkan dalam kategori
tuntas sebab proporsi rata-rata yang diperoleh ≥
0,74. Hal ini dikarenakan siswa sudah memiliki
sikap spritual yang ditanamkan pada saat proses
pembelajaran. Selain itu, sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa bisa
menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa (Implementasi Kurikulum 2013).
2. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Sikap Sosial
(KI-2)
Ketuntasan indikator hasil belajar aspek sikap
sosial (KI-2) diperoleh dari hasil analisis skor
observasi dan angket setiap siswa pada setiap
indikator. Rata-rata proporsi untuk indikator sikap
spiritual yang menggunakan Lembar Observasi
129
sebesar 0,77 dan Lembar Angket sebesar 0,82 (lihat
tabel 4.4 dan 4.5). Dari rata-rata proporsi indikator,
diperoleh indikator hasil belajar sikap sosial 86,
dapat digolongkan dalam ketegori tuntas sebab
proporsi rata-rata yang diperoleh ≥ 0,74. Hal ini
dikarenakan aspek sikap sosial siswa sudah
ditanamkan selama proses pembelajaran. Sikap
sosial yang dimiliki siswa sangat mempengaruhi
hasil belajar siswa.
3. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Aspek
Pengetahuan (KI-3)
Ketuntasan indikator hasil belajar aspek
penegtahuan (KI-3) diperoleh dari tiga aspek,
yakni kuis, tugas, dan ulangan, yang masing-
masing memiliki proporsi rata-rata berturut-turut
0,87, 0,95, dan 0,62. Tes hasil belajar siswa
diberikan setelah selesainya proses pembelajaraan
pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Kompetensi inti 3 mempunyai 7 indikator yang
dijabarkan dengan 7 butir dan diperoleh hasil 76,
dapat digolongkan tuntas sebab proporsi rata-rata
P ≥ 74. Hal ini disebabkan karena siswa telah
memahami materi tentan larutan elektrolit dan
nonelektrolit.
130
4. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar Aspek
Keterampilan (KI-4)
Ketuntasan indikator hasil belajar aspek
keterampilan (KI-4) diperoleh dari empat aspek,
yakni kinerja, presentasi, portofolio, dan tes hasil
belajar proses, yang masing-masing memiliki
proporsi rata-rata berturut-turut 0,80, 0,80, 0,86,
dan 0,91. Hal ini dikarenakan semua tahap yang
dinilai dilakukan oleh siswa dengan baik.
Kompetensi inti 4 (KI-4) berkaitan dengan
hubungan kerja dan keterampilan siswa yang
dibentuk dalam kelompok belajar. Selain itu model
yang digunakan juga mendukung ketuntasan
indikator aspek keterampilan karena model ini
lebih menekankan pembelajaran yang berpusat
pada siswa dimana siswa sendiri yang menemukan
dan memecahkan masalah itu sendiri.
Berdasarkan hasil analisis, semua indikator
hasil belajar aspek keterampilan (KI-4) dinyatakan
tuntas dengan rata-rata proporsi 0,84 dan
digolongkan dalam keategori tuntas sebab proporsi
rata-rata yang diperoleh ≥ 0,74.
c. Ketuntasan Hasil Belajar
131
Ketuntasan hasil belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran dilihat dari 4 aspek penilaian, yaitu sebagai
berikut :
1. Ketuntasan Hasil Belajar Sikap Spiritual (KI-1)
Hasil belajar sikap spiritual dari 19 orang
siswa yang diperoleh melaui observasi yang
dilakukan sebanyak 3 kali selama proses
pembelajaran dan angket setelah jam pembelajaran
berakhir menggunakan instrumen Lembar Observasi
dan Lembar Angket Penilaian Diri Sikap Spiritual
(KI 1) dengan menerapkan pendekatan discovery
learning adalah tuntas dengan nilai rata-rata 81.
Dikatakan tuntas sebab nilai rata-rata hasil belajar
siswa lebih besar dari kriteria ketuntasan minimal
yang ditetapkan di SMA Kristen 1 Kupang yaitu 74.
Dengan tuntasnya hasil belajar siswa, berarti siswa
sudah bersyukur atas rahmat dan karunia Tuhan
Yang Maha Esa serta menyadari bahwa ketentuan
yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah
yang terbaik.
2. Ketuntasan Hasil Belajar Sikap Soial (KI-2)
Hasil belajar sikap sosial dari 19 orang siswa
yang diperoleh melaui observasi yang dilakukan
sebanyak 3 kali selama proses pembelajaran dan
angket setelah jam pembelajaran berakhir
132
menggunakan instrumen Lembar Observasi dan
Lembar Angket Penilaian Diri Sikap Sosial (KI 2)
dengan menerapkan pendekatan discovery learning
adalah tuntas dengan nilai rata-rata 86. Dikatakan
tuntas sebab nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih
besar dari kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan di SMA Kristen 1 Kupang yaitu 74.
3. Ketuntasan Hasil Belajar Aspek Pengetahuan (KI-3)
Hasil belajar aspek pengetahuan dari 19
orang siswa yang mengikuti kegiatan belajar
mengajar dinilai melalui kuis, tugas, dan tes hasil
belajar menggunakan instrumen Kuis, Tugas dan
Lembar Tes Hasil Belajar (Ulangan). Semua siswa
tuntas dengan nilai rata-rata 76. Dikatakan tuntas
sebab nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih besar
dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan di
SMA Kristn 1 Kupang yakni 74. Tuntasnya hasil
belajar siswa salah satunya dikarenakan selama
proses pembelajaran, guru selalu memberikan
apersepsi dan motivasi sebelum masuk dalam
kegiatan inti pembelajaran, sehingga siswa mampu
mengaitkan materi yang baru dipelajari dengan
pengetahuan awal yang dimilikinya yang dapat
memudahkan dirinya untuk menguasai konsep,
prinsip kerja dan peranan larutan elektrolit dan
133
nonelektrolit dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa dapat menganalisis dan mengerjakan soal
kuis, tugas, dan tes hasil belajar dengan baik. Selain
itu, model pembelajaran yang digunakan yaitu
pendekatan discovery learning sesuai dengan materi
yang diajarkan, dimana melalui pendekatan
discovery learning maka dapat membantu siswa
untuk memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan-
ketrampilan serta proses-proses kognitif.
4. Ketuntasan Hasil Belajar Aspek Keterampilan (KI-
4)
Ketuntasan hasil belajar aspek keterampilan
(KI-4) dinilai dari aspek kinerja, presentasi,
portofolio dan THB proses dengan menggunakan
instrumen Lembar Observasi Kinerja, Lembar
Penilaian Portofolio, Lembar Penilaian Presentasi
dan THB Proses. Rata-rata hasil belajar kinerja dari
19 orang siswa sebesar 80, presentasi sebesar 80,
portofolio sebesar 86, dan THB proses sebesar 91.
Dari 19 orang siswa yang mengikuti kegiatan belajar
mengajar, semuanya dinyatakan tuntas dengan nilai
rata-rata 84. Dikatakan tuntas sebab nilai rata-rata
hasil belajar siswa lebih besar dari kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan di SMA Kristen
1 Kupang yakni 74. Tuntasnya hasil belajar siswa
134
salah satunya dikarenakan semua siswa sudah
menunjukkan unjuk kerja selama melakukan
percobaan, mempresentasikan hasil diskusi,
menyusun laporan hasil percobaan, menjawab
pertanyaan dalam tes hasil belajar proses dengan
baik dan benar. Salah satu kelebihan dari
pendekatan discovery learning, yakni pembelajaran
berpusat pada siswa dan menekankan pada aspek
keterampilan, di mana siswa diberikan kesempatan
untuk menemukan jawaban atas rasa ingin tahunya
sendiri. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan
sendirinya akan memberi hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya, akan
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Bruner dalam Dahar dalam Trianto,
2009: 38).
5. Ketuntasan Hasil Belajar Secara Keseluruhan
Nilai akhir hasil belajar siswa didapat dari ( 1
x nilai rata-rata KI 1) ditambah (1 x nilai rata-rata
KI 2) ditambah (3 x nilai rata-rata KI 3) ditambah (2
x nilai rata-rata KI 4 ) dibagi 7. Secara keseluruhan
rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas X IPA 2
SMA Kristn 1 Kupang pada materi pokok larutan
135
elektrolit dan noelektrolit adalah 85 dan dinyatakan
tuntas sebab nilai rata-rata hasil belajar siswa lebih
besar dari kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan di SMA Kristen 1 Kupang yakni 74.
Hasil belajar secara keseluruhan dinyatakan tuntas
karena selama proses pembelajaraan siswa
menunjukan sikap spritual dan sikap sosial yang
baik, selain itu siswa telah menguasai konsep materi
larutan elektrolit dan noelektrolit. Dengan
menggunakan pendekatan discovery learning, maka
siswa akan dilatih untuk berpikir analitis dan
memecahkan masalah serta dapat berkomunikasi
dengan baik.
4.2.2 Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah pada dasarnya merupakan reaksi
ataupun perilaku dalam melakukan suatu pekerjaan.
Tingkat Sikap ilmiah dapat dilihat dari bagaiamana siswa
memiliki rasa keingintahuan serta menanggapi suatu
permasalahan dan melaksanakan tugas. Siswa dengan
sikap ilmiah tinggi cenderung mempunyai hasil belajar
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah (Pambudi Teguh dkk, 2016:79-80)
Sikap ilmiah siswa dalam penelitian ini diukur
menggunakan tes angket. Dari hasil analisis data,
136
diperoleh nilai tes sikap ilmiah rata-rata siswa adalah 77
dan termasuk dalam kategori tinggi.
4.2.3 Kemampuan Analisis
Kemampuan analisis adalah keamampuan yang kuat
yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya pengaruh
dari luar yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
kegiatan. Kemampuan analisis mengacu kepada kemampuan
menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau faktor
penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian
yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya
dapat lebih dimengerti. Siswa yang memiliki kemampuan
analisis yang baik akan mampu mencapai hasil belajar yang
baik daripada siswa yang kurang memiiki kemampuan analisis
karena akan menghambat pencapaian hasil belajaranya (Putri
Ariyanti dk, 2017:88).
Kemampuan Analisis siswa dalam penelitian ini diukur
menggunakan tes kemampuan analisis. Tes kmampuan analisis
berisi 5 butir soal. Dari hasil analisis data, diperoleh nilai rata-
rata siswa sebesar 77 dan berada pada kategori Kuat.
4.2.4 Hubungan Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis
dengan Hasil Belajar
1. Hubungan Sikap Ilmiah dengan Hasil Belajar
Sikap ilmiah merupakan perilaku seseorang
ketika dihadapkan pada suatu masalah. Salah satu
contonya rasa ingintahu, sikap berani, kerja sama,
137
mengahargai pendapat sesama dan lain sebagainya.
Apabila seseorang tidak memiliki sikap ilmiah yang
baik, maka akan membuat orang tersebut susah. Peserta
didik adalah individu yang memiliki keunikan berbeda
satu sama lain.
Hubungan antara sikap ilmiah dengan hasil
belajar diuji menggunakan analisis korelasi Pearson
Product Moment (PPM) setelah terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan linearitas. Berdasarkan
hasil analisis korelasi untuk pengujian hubungan sikap
ilmiah siswa dengan hasil belajar diperoleh nilai =
0,581 dan berada pada kategori kuat yang artinya sikap
ilmiah siswa memiliki hubungan yang sangat kuat
dalam menentukan hasil belajar siswa. Setelah
menghitung nilai korelasi ( ), kemudian dihitung
lagi sumbangan atau kontribusi sikap ilmiah terhadap
hasil belajar (KP) dan didapatkan hasilnya sebesar
33,8%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap
ilmiah memberikan sumbangan (kontribusi) terhadap
hasil belajar sebesar 33,8% dan sisanya 66,2%
ditentukan oleh variabel lain di luar variabel yang
diteliti.
Setelah itu dilanjutkan uji signifikansi dengan
menggunakan rumus thitung dan membandingkannya
dengan ttabel diperoleh ≥ atau 2,946 ≥ 2,11
138
maka hubungan antara sikap ilmiah dengan hasil
belajar siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang
adalah signifikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa ada hubungan
yang signifikan antara sikap ilmiah siswa dengan hasil
belajar yang menerapkan pendekatan discovery
learning pada materi pokok larutan elektrolit dan
nonelektrolit siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1
Kupang tahun pelajaran 2017/2018”.
2. Hubungan Kemampuan Analisis dengan Hasil
Belajar
Kemampuan analisis merupakan salah satu
faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar peserta
didik. Kemampuan analisis mengacu kepada
kemampuan menguraikan materi kedalam komponen-
komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu
memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan
yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat
lebih dimengerti (Arifuddin,dkk, 2017:88).
Hubungan antara kemampuan analisis dengan
hasil belajar diuji menggunakan analisis korelasi
Pearson Product Moment (PPM) setelah terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas dan linearitas.
Berdasarkan hasil analisis korelasi untuk pengujian
139
hubungan kemampuan analisis siswa dengan hasil
belajar diperoleh nilai = 0,524.
Berdasarkan kriteria, koefisien korelasi di atas
berada pada kategori kuat yang artinya kemampuan
analisis siswa memiliki hubungan yang kuat dalam
menentukan hasil belajar siswa. Setelah menghitung
nilai korelasi ( ), kemudian dihitung lagi
sumbangan atau kontribusi kemampuan analisis
terhadap hasil belajar (KP) dan didapatkan hasilnya
sebesar 27,5%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
kemampuan analisis memberikan sumbangan
(kontribusi) terhadap hasil belajar sebesar 27,5% dan
sisanya 72,5% ditentukan oleh variabel lain di luar
variabel yang diteliti.
Setelah itu dilanjutkan uji signifikansi dengan
menggunakan rumus thitung dan membandingkannya
dengan ttabel diperoleh ≥ atau 2,539 ≥ 2,11
maka disimpulkan bahwa hubungan antara kemampuan
analisis dengan hasil belajar siswa kelas X IPA 2 SMA
Kristen 1 Kupang adalah signifikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kemampuan analisis siswa
dengan hasil belajar yang menerapkan pendekatan
discovery learning pada materi pokok larutan elektrolit
140
dan nonelektrolit siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen
1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018”.
3. Hubungan Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis
dengan Hasil Belajar
Hubungan sikap ilmiah dan kemampuan
analisis dengan hasil belajar dianalisis menggunakan
analisis korelasi ganda.
Berdasarkan hasil analisis korelasi ganda antara
sikap ilmiah dan kemampuan analisis dengan hasil
belajar diperoleh = 0,677 dan berada pada
kategori kuat yang artinya sikap ilmiah dan
kemampuan analisis siswa memiliki hubungan yang
kuat dalam menentukan hasil belajar siswa. Setelah
menghitung nilai korelasi ( ), kemudian dihitung
lagi sumbangan atau kontribusi sikap ilmiah dan
kemampuan analisis terhadap hasil belajar (KP) dan
diperoleh hasilnya sebesar 45,8%. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel sikap ilmiah dan kemampuan analisis
memberikan sumbangan (kontribusi) terhadap hasil
belajar sebesar 45,8% dan sisanya 54,2% ditentukan
oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti.
Setelah itu dilanjutkan uji signifikansi dengan
menggunakan rumus Fhitung dan membandingkan Fhitung
dengan Ftabel diperoleh ≥ atau 6,757 ≥
141
3,63 maka disimpulkan bahwa hubungan antara sikap
ilmiah dan kemampuan analisis dengan hasil belajar
siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang adalah
signifikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa ada hubungan
yang signifikan antara sikap ilmiah dan kemampuan
analisis siswa dengan hasil belajar yang menerapkan
pendekatan discovery learning pada materi pokok
arutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X IPA
2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018”.
4.2.5 Pengaruh Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis
terhadap Hasil Belajar.
1. Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar
Pengaruh sikap ilmiah terhadap hasil belajar
siswa, dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis
statistik regresi sederhana yakni diperoleh persamaan
sebagai berikut:
59,194 + 0,284X
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan
bahwa konstanta sebesar 59,194 menyatakan jika tidak
ada sikap ilmiah maka hasil belajar yang diperoleh
adalah 59,194. Koefisien regresi sebesar 0,284
menyatakan bahwa setiap penambahan (tanda +) satu
satuan sikap ilmiah akan meningkatkan hasil belajar
142
sebesar 0,284. Sebaliknya, jika penurunan satu satuan
sikap ilmiah maka semakin rendah pula hasil belajar.
Jadi, tanda + menyatakan arah hubungan searah,
dimana peningkatan atau penurunan sikap ilmiah akan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan hasil belajar.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
regresi sederhana dan diperoleh nilai Fhitung ≥ Ftabel atau
8,677 ≥ 3,68, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara sikap ilmiah terhadap hasil belajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah siswa
terhadap hasil belajar yang menerapkan pendekatan
discovery learning pada materi pokok larutan elektrolit
dan nonelektrolit siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen
1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018”.
2. Pengaruh Kemampuan Analisis terhadap Hasil
Belajar
Pengaruh kemampuan analisis terhadap hasil
belajar siswa, dapat dilihat dari hasil perhitungan
analisis statistik regresi sederhana yakni diperoleh
persamaan sebagai berikut:
61.748 + 0,251X
Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan
bahwa konstanta sebesar 61.748 menyatakan jika tidak
143
ada kemampuan analisis maka hasil belajar yang
diperoleh adalah 61.748. Koefisien regresi sebesar
0,251 menyatakan bahwa setiap penambahan (tanda +)
satu satuan kemampuan analisis akan meningkatkan
hasil belajar sebesar 0,251. Sebaliknya, jika penurunan
satu satuan kemampuan analisis maka semakin rendah
pula hasil belajar. Jadi, tanda + menyatakan arah
hubungan searah, dimana peningkatan atau penurunan
kemampuan analisis akan mengakibatkan kenaikan
atau penurunan hasil belajar.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
regresi sederhana dan diperoleh nilai Fhitung ≥ Ftabel atau
6.448 ≥ 3,68, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara kemampuan analisis terhadap hasil
belajar.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara kemampuan analisis
siswa terhadap hasil belajar yang menerapkan
pendekatan discovery learning pada materi pokok
larutan elektrolit dan noelektrolit siswa kelas X IPA 2
SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018”.
3. Pengaruh Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis
terhadap Hasil Belajar
144
Pengaruh sikap ilmiah dan kemampuan analisis
terhadap hasil belajar siswa, dapat dilihat dari hasil
analisis statistik regresi ganda yakni diperoleh
persamaan sebagai berikut:
Ŷ = 50.395 + 0,222 X1 + 0,177 X2
Dari persamaan regresi ganda diatas dapat
dijelaskan bahwa konstanta sebesar 50.395 menyatakan
bahwa jika tidak ada sikap ilmiah dan kemampuan
analisis, maka hasil belajar yang diperoleh sebesar
50.395. Koefisien regresi ganda sebesar 0,222 dan
0,177 menyatakan bahwa setiap penambahan (+) satu
satuan sikap ilmiah dan kemampuan analisis akan
meningkatkan hasil belajar sebesar 0,222 dan 0,177.
Sebaliknya, jika penurunan satu satuan sikap ilmiah
dan kemampuan analisis, maka semakin rendah pula
hasil belajar. Jadi, (+) menyatakan arah hubungan
searah dimana peningkatan atau penurunan sikap
ilmiah dan kemampuan analisis akan mengakibatkan
kenaikan atau penurunan hasil belajar.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
regresi sederhana dan diperoleh nilai Fhitung ≥ Ftabel
yakni 6.757≥ 3,63 yang menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah dan
145
kemampuan analisis terhadap hasil belajar dengan
menerapkan pendekatan discovery learning.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah dan
kemampuan analisis siswa terhadap hasil belajar yang
menerapkan pendekatan discovery learning pada
materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa
kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun
pelajaran 2017/2018”.