Download - BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4
60
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengembangan
Hasil penelitian dan pengembangan berupa modul elektronik berbasis
kearifan lokal ngubat padi menggunakan aplikasi kvisoft flipbook maker pada
kelas V Sekolah Dasar Tema 8. Modul yang dikembangkan menggunakan model
pengembangan ADDIE. Langkah-langkah model ADDIE terdiri dari 5 tahapan
yaitu : analisis (analysis), perencanaan (design), pengembangan (development),
implementasi (implementation), dan evaluasi (evaluation). Namun, pada
penelitian ini, modul yang akan dikembangkan tidak diimplementasikan ke
peserta didik dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Modul yang akan
dikembangkan di validasi oleh validator.
4.1.1 Tahap Analisis (analysis)
Tahapan awal pada model pengembangan ADDIE adalah tahap analisis.
Untuk tahap analisis peneliti menganalisis beberapa hal yang meliputi analisis
kebutuhan, analisis karakteristik peserta didik, analisis bahan ajar, dan analisis
kurikulum. Keempat analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut:
4.1.1.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui gambaran awal guna
mendapat informasi tentang tradisi ngubat padi dan pembelajaran berbasis
kearifan lokal yang menunjang penelitian ini. Analisis kebutuhan dilakukan
melalui wawancara tokoh adat, tokoh masyarakat, dinas pendidikan dan
kebudayaan Kabupaten Tebo, guru kelas V, serta peserta didik di sekolah dasar.
Wawancara
61
yang dilakukan membantu peneliti dalam mengembangkan produk yang
dikembangkan.
Pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal penting untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran karena dapat menanamkan nilai-nilai budaya yang ada
di lingkungan Adapun hasil wawancara kepada tokoh masyarakat dan tokoh adat
dalam menggali informasi tentang tradisi ngubat padi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Wawancara Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat
Nama Jabatan Hasil Wawancara
Bapak Halui Pemangku Adat Tradisi ngubat padi berasal dari Desa Teluk Kasai
Rambahan, Tebo Ulu, Tebo, Jambi. Dikenal dengan nama
ngubat padi karena padi-padi masyarakat sering diganggu
hewan-hewan seperti burung, tikus, dan hama lainnya yang
kemudian diselamatkan dengan cara diubat. Tradisi ini sudah
ada sejak zaman nenek moyang yang tidak dapat
diperkirakan berapa lamanya. Awal mula tradisi ini ialah
berasal dari mata pencaharian masyarakat berupa pertanian
padi. ketika padi belum siap panen kemudian terserang hama
seperti burung, tikus, dan hama lainnya yang dapat merusak
padi maka itu semua harus di basmi. Oleh karena itu,
masyarakat melaksanakan tradisi ngubat padi untuk mengusir
hama tersebut agar padi siap di panen. Setelah selesai
melaksanakan tradisi ngubat padi, terdapat pantangan yang
harus diingat oleh masyarakat yaitu agar tidak bertani,
merumput, atau melakukan hal-hal lain disekitar sawah
selama 3 hari. Hal ini untuk memastikan bahwa hama-hama
tersebut benar-benar hilang. Tahapan mulanya adalah
mempersiapkan segala perlengkapan dan bahan-bahan yang
dibutuhkan. Dalam kegiatannya ada masak ketupat,
memanggil bapak imam, bapak kades, dan seluruh
masyarakat desa. Urutan kegiatannya yaitu membaca surah
al-fatihah, kemudian surah al-ikhlas, do’a dan tahlil, adzan,
sembahyang hajat, makan bersama, dan pemberian pupuk.
Perlengkapan tradisi ini berupa makanan untuk dimakan
bersama seperti ketupat, ketan, kunyit, gula, kelapa, bubur
abang (merah), dan lain-lain serta obat-obatan untuk padi
seperti pupuk, air, dan lain-lain.
Bapak
Nasrudin
Masyarakat Tradisi ngubat padi dikenal karena padi-padi masyarakat
sering diganggu hewan-hewan seperti burung, tikus, dan
hama lainnya yang kemudian diselamatkan dengan cara
diubat. Tradisi ini dilakukan ketika padi berusia dua bulan.
Tahapan mulanya adalah mempersiapkan segala
62
perlengkapan dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Dalam
kegiatannya ada masak ketupat, memanggil bapak imam,
bapak kades, dan seluruh masyarakat desa. Urutan
kegiatannya yaitu membaca surah al-fatihah, kemudian surah
al-ikhlas, do’a dan tahlil, adzan, sembahyang hajat, makan
bersama, dan pemberian pupuk. Perlengkapan tradisi ini
berupa makanan untuk dimakan bersama seperti ketupat,
ketan, kunyit, gula, kelapa, bubur abang (merah), dan lain-
lain serta obat-obatan untuk padi seperti pupuk, air, dan lain-
lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat di
Desa Teluk Kasai Rambahan, dapat disimpulkan bahwa tradisi ngubat padi telah
ada secara turun temurun dari nenek moyang. Pelaksanaan tradisi ngubat padi
yaitu pada saat padi yang ditanam berusia 2 bulan. Dinamakan ngubat padi karena
bermula saat padi-padi diserang hama seperti tikus, burung, dan lainnya yang
kemudian harus diubat agar padi dapat terhindar dari hama dan dapat dipanen.
Selain wawancara dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat, peneliti juga
melakukan wawancara terhadap dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten
Tebo tentang tradisi ngubat padi serta pembelajaran di sekolah dasar di wilayah
Kabupaten Tebo. Adapun hasil wawancara dengan dinas pendidikan dan
kebudayaan Kabupaten Tebo adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Tebo
Nama Jabatan Hasil Wawancara
Bapak Sindi
SH, MH
Kepala Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan
Tradisi di kabupaten tebo ini sangat beragam, mulai
dari adat istiadat, tarian, tuturan dan lain-lain. Tarian
yang sangat terkenal sekarang adalah tari Nek pung dari
sungai keruh. Kalau tradisi ngubat padi seperti yang
akan kamu teliti itu bapak baru mengenalnya dan
memang ada di desa teluk kasai rambahan. Namun,
bapak belum pernah terlibat dalam tradisi ngubat padi
tersebut. Keterlibatan pemerintah dalam tradisi ngubat
padi ini lebih ditekankan pada dinas pendidikan dan
kebudayaan bagian kebudayaannya yang bertugas
mendata tradisi-tradisi yang ada di Tebo. Tanggapan
dari adanya tradisi ini ya bagus untuk dilestarikan karena
pastinya memiliki dampak positif. Dukungan dari
63
pemerintah tentunya ada, dalam bentuk perhatian dan
pelestarian, kalau dari dana tidak ada.
Harapan pemerintah semoga kedepannya tradisi ini
tetap lestari, tradisi ini berdampak positif bagi
kelangsungan hidup masyarakatnya baik dari segi sosial
dan ekonomi masyarakat. Hal positif dari tradisi ngubat
padi ini tentunya dari segi kebersamaan masyarakatnya
dan hasil tradisi yaitu panen padi yang melimpah yang
berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi.
tradisi di kabupaten Tebo yang diintegrasikan ke dalam
pembelajaran di sekolah dasar terdapat pada muatan
lokal lingkungan hidup (LH), dan belum
menggabungkan tradisi ngubat padi kedalamnya. Ada
keterkaitan antara tradisi ngubat padi dengan kondisi
sosial budaya ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dilihat
dari runtutan kegiatan yang ada dalam kegiatan tradisi
ngubat padi serta hasil panen yang dirasakan
masyarakatnya.
Ibu Ika
Ramadhani
Bidang Kebudayaan
(Kepala Seksi Bidang
Kesenian)
Sebenarnya dari bidang kebudayaan selalu mendata
tradisi atau kebudayaan yang ada di Tebo, tetapi kalau
tradisi ngubat padi belum terdata dan justru dengan
adanya adik mengangkat tradisi ngubat padi ini maka
kami akan turun langsung untuk lebih mengenal tradisi
ngubat padi. Dukungan dana kalau dari dinas pendidikan
dan kebudayaan tidak ada. Tetapi pada tahun 2020
APBD dianggarkan untuk melaksanakan kegiatan
GSMS yaitu Gerakan Seniman Masuk Sekolah yang
bersifat umum tetapi tetap mendahulukan seniman lokal.
Harapan pemerintah semoga kedepannya tradisi ini tetap
lestari, tradisi ini berdampak positif bagi kelangsungan
hidup masyarakatnya baik dari segi sosial dan ekonomi
masyarakat. Kemudian harapannya semoga tradisi
ngubat padi ini dapat dikenal luas oleh masyarakat luar.
Bapak Guruh
Puji Raharjo
Kepala Seksi Bidang
Pembinaan PTK SD
Ada banyak tradisi yang ada. Contoh yang sedang
terkenal itu tari nek pung, tutur doak, tari lukah gilo, dan
lain-lain. Kalau tradisi ngubat padi saya kurang paham.
Kalau kaitannya dengan pembelajaran belum, tradisi di
kabupaten Tebo yang diintegrasikan ke dalam
pembelajaran di sekolah dasar terdapat pada muatan
lokal lingkungan hidup (LH), dan belum
menggabungkan tradisi ngubat padi kedalamnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Tebo dapat disimpulkan bahwa tradisi ngubat padi masih belum
banyak dikenal oleh khalayak umum. Tradisi ini memiliki banyak nilai positif.
64
dinas pendidikan dan kebudayaan mendukung dan mengapresiasi pelestarian
tradisi ngubat padi ini. Namun, untuk kaitannya dengan pembelajaran, tradisi ini
masih belum diintegrasikan. Tradisi di Kabupaten Tebo yang diintegrasikan ke
dalam pembelajaran di sekolah dasar terdapat pada muatan lokal lingkungan
hidup (LH), dan belum menggabungkan tradisi ngubat padi kedalamnya.
4.1.1.2 Analisis Karakteristik Peserta Didik
Analisis karakteristik peserta didik dalam penelitian pengembangan modul
elektronik ini sangat penting dan diperlukan untuk mengetahui dan memahami
kondisi psikologis, fisik, dan emosional peserta didik dalam proses pembelajaran.
Analisis kemampuan awal peserta didik merupakan kegiatan untuk
mengidentifikasi peserta didik dari segi kebutuhan dan karakteristik dalam
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku atau tujuan dan materi
(Taufik, 2019:2).
Usia peserta didik di kelas V Sekolah Dasar rata-rata yaitu 10-11 tahun.
Pada masa ini, peserta didik akan mempelajari sesuatu yang dikaitkan dengan
penglaman. Oleh karena itu penggunaan modul elektronik dengan memanfaatkan
teknologi dirasa mudah dipahami oleh peserta didik karena lebih memudahkan
peserta didik dalam memahami konsep. Kemudian, modul elektronik disajikan
dalam bentuk yang menarik untuk menimbulkan minat belajar siswa. Hal ini
sesuai dengan pendapat piaget dalam asrial (2019) yang menyatakan bahwa
“karakter peserta didik berada pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), yaitu
peserta didik cenderung berpikir secara konkret (nyata) dalam belajar”. Selain itu,
peserta didik mulai berpikir kreatif dalam menata gagasan atau ide, namun dalam
penyelesaian masalah mereka masih membutuhkan bantuan orang lain.
65
Peserta didik kelas V Sekolah Dasar jika ditinjau dari segi kognitif telah
mampu memahami adanya sebab akibat, suka bereksperimen, dan memiliki
kemampuan berkomunikasi atau berbicara yang baik. Dari segi psikomotorik
perkembangan peserta didik perempuan lebih cepat dibandingkan dengan peserta
didik laki-laki. Dari segi sosio-emosional peserta didik kelas V Sekolah Dasar
telah mampu mengenali dan memahami diri sendiri dan orang lain (SNF FEB UI,
2016). Peserta didik kelas V SD juga memiliki karakteristik senang mencoba hal-
hal yang baru. Dengan adanya pengembangan modul elektronik maka peserta
didik dapat belajar dari hal baru yang juga dapat memanfaatkan perkembangan
TIK.
4.1.1.3 Analisis Bahan Ajar
Bahan ajar berbasis kearifan lokal sangat penting dan diperlukan dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran dengan mengaitkan kearifan lokal dapat
memberikan pengetahuan, keterampilan serta perilaku baik yang sesuai dengan
nilai dan aturan yang berlaku di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu,
pembelajaran kearifan lokal dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang bersifat
kontekstual.
Analisis bahan ajar dilakukan dengan mewawancarai guru kelas V Sekolah
Dasar dan peserta didik kelas V. Wawancara dilakukan di SD Negeri 55/I Sridadi.
Adapun hasil wawancara dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil Wawancara Guru dan Peserta Didik
Nama Jabatan Hasil Wawancara
Ibu Ngian
Sawitri, S. Pd
Guru Kelas Vc Media pembelajaran TIK itu media pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan
materi pembelajaran dengan menggunakan media
elektronik seperti laptop dan proyektor. Dalam proses
pembelajaran sudah pernah menggunakan media TIK
66
bahkan lebih dari satu jenis media TIK diantaranya
adalah flash disk, laptop, dan proyektor. Media TIK
yang digunakan sangat membantu dalam menyampaikan
materi pelajaran. Selain itu, membantu siswa dalam
belajar karena lebih mempermudah dan dapat membantu
siswa untuk mengikuti perkembangan IPTEK. Proses
pembelajaran berlangsung tidak jauh beda dengan
pembelajaran yang menggunakan media cetak, proses
pembelajaran yang mengasikan dan menyenangkan serta
membantu siswa untuk belajar mandiri dan bekerja sama
dengan temannya. Artinya, respon peserta didik sangat
positif dalam penggunaan media TIK. Kendala yang
dihadapi yaitu ketika listrik padam dan kurangnya
peralatan di setiap kelas sehingga perlu menyesuaikan
dengan materi pembelajaran yang sekiranya memang
perlu menggunakan media TIK dan membagi jadwal
dengan guru yang lain.
Kearifan lokal itu budaya atau tradisi khas
masyarakat di suatu daerah atau tempat. Kearifan lokal
yang ada di Jambi sangat banyak dan beragam, seperti
tari sekapur sirih, tari joget batanghari, tradisi tapa
malenggang di Batanghari dan masih banyak lagi.
Pernah mengaitkan pembelajaran dengan kearifan lokal,
tetapi hanya lisan saja.
Bahan ajar yanag digunakan yaitu buku guru dan
buku siswa, dan jika diperlukan ditambah dengan koran,
video animasi, dan gambar yang disesuaikan dengan
materi pembelajaran. Tidak ada bahan ajar khusus yang
berisi kearifan lokal dalam pembelajaran. Bahan ajar
elektronik yaitu yang dibuat dengan aplikasi tertentu.
Harapan saya yaitu semoga modul elektronik yang
berbasis kearifan lokal ini dapat disahkan dan diterapkan
untuk membantu para guru serta peserta didik dalam
belajar baik dari pengetahuan dasar, keagamaan, budaya,
sosial masyarakat, dan ekonomi masyarakat setempat.
Kemudian saya harap modul yang nantinya akan
dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik.
Rendra Adi
Surya
Akbar
Afgan
Raka
Fanosa
Febri Cintia
Ristini
Peserta Didik Kelas
Vc
Peserta didik mengetahui tentang media TIK atau
media elektronik. 4 orang peserta didik dapat
mengoperasikan hp dan laptop. Pada saat pembelajaran
sudah menggunakan media elektronik. Menurut mereka,
suasana belajar dengan menggunakan media TIK asik,
menyenangkan, dan menarik karena ada gambar dan
video. Hasil belajar peserta didik berbeda-beda. 3 orang
peserta didik menjawab bahwa hasil belajar mereka
meningkat. Sedangkan yang lain menjawab tidak ada
perubahan hasil belajarnya. Peserta didik juga sudah
67
mengetahui tradisi atau kebudayaan yang ada di Jambi.
kebudayaan yang mereka tahu diantaranya adalah tari
sekapur sirih, batik Jambi, baju melayu, yasinan, dan
lain-lain. Peserta didik pernah belajar tentang
kebudayaan sekitar pada saat proses pembelajaran di
kelas. Peserta didik tertarik jika ada modul elektronik
yang menghubungkan tradisi atau kebudayaan dengan
proses pembelajaran.
4.1.1.4 Analisis Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu,
kurikulum dijadikan sebagai acuan sekolah dalam melangsungkan proses
pembelajaran. Sekolah Dasar Negeri 55/I Sridadi menerapkan pembelajaran
dengan kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan, guru
menggunakan buku siswa dan buku guru terbitan pemerintah.
Buku-buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan telah mengaitkan kearifan lokal didalamnya. Kearifan lokal yang
ada di buku tersebut berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Namun,
dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang
bermakna dan nyata yang dekat dengan lingkungan peserta didik. Kemudian,
guru mengalami kesulitan untuk menjelaskan pembelajaran kepada peserta didik
mengenai contoh yang terdapat pada buku karena kurang relevan dengan situasi
peserta didik. Oleh karena itu, perlu adanya bahan ajar pendukung berbasis
kearifan lokal provinsi Jambi yang disusun dan dirancang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Bahan ajar yang dibutuhkan dapat berupa modul
68
elektronik berbasis kearifan lokal dari provinsi Jambi. Modul yang
dikembangkan bukan sebagai pengganti buku guru dan buku siswa melainkan
sebagai sumber belajar pendukung yang digunakan secara beriringan dengan
buku siswa dan buku guru yang di produksi oleh KEMENDIKBUD. Selanjutnya,
untuk menyiapkan bahan ajar atau modul elektronik, diperlukan penjabaran
kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran agar produk yang
dikembangkan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
Tabel 4.4 KD dan Indikator PPKn
Komptensi Dasar Indikator
1.3 Mensyukuri keragaman sosial masyarakat
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam
konteks Bhineka Tunggal Ika
1.3.1 Mensyukuri keragaman sosial masyarakat
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam
konteks Bhineka Tunggal Ika
2.3 Bersikap toleran dalam keragaman sosial
budaya masyarakat dalam konteks Bhineka
Tunggal Ika
2.3.1 Menunjukkan sikap toleran dalam
keragaman sosial budaya masyarakat dalam
konteks Bhineka Tunggal Ika
3.3 Menelaah keragaman sosial budaya
masyarakat
3.3.1 Mengidentifikasi keragaman sosial
budaya masyarakat
4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang
mendukung keragaman sosial budaya
masyarakat
4.3.1 Membuat kegiatan yang mendukung
keragaman sosial budaya masyarakat
Tabel 4.5 KD dan Indikator Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar Indikator
3.8 Menguraikan urutan peristiwa atau tindakan
yang terdapat pada teks nonfiksi
3.8.1 Menganalisis urutan peristiwa atau
tindakan yang terdapat pada teks nonfiksi
4.8 Menyajikan kembali peristiwa atau tindakan
dengan memperhatikan latar cerita yang
terdapat pada teks fiksi
3.8.2 Mempertunjukkan peristiwa atau tindakan
dengan memperhatikan latar cerita yang
terdapat pada teks fiksi
Tabel 4.6 KD dan Indikator IPS
69
Kompetensi Dasar Indikator
3.3 Menganalisis peran ekonomi dalam upaya
menyejahterakan kehidupan masyarakat di
bidang sosial dan budaya untuk memperkuat
kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia serta
hubungannya dengan karakteristik ruang
3.3.1 Menganalisis peran ekonomi dalam upaya
menyejahterakan kehidupan masyarakat di
bidang sosial dan budaya untuk memperkuat
kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia serta
hubungannya dengan karakteristik ruang
4.3 Menyajikan hasil analisis tentang peran
ekonomi dalam upaya menyejahterakan
kehidupan masyarakat di bidang sosial dan
budaya untuk memperkuat kesatuan dan
persatuan bangsa
4.3.1 Menyelesaikan hasil analisis tentang
peran ekonomi dalam upaya menyejahterakan
kehidupan masyarakat di bidang sosial dan
budaya untuk memperkuat kesatuan dan
persatuan bangsa
Berdasarkan penjabaran analisis kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran maka kearifan lokal “tradisi ngubat padi” dapat diintegrasikan pada
tema 8 subtema 1 pembelajaran 3 di kelas V Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan
tradisi ngubat padi erat kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, serta berkaitan dengan peran ekonomi masyarakat dalam upaya
menyejahterakan kehidupan di bidang sosial dan budaya untuk memperkuat
kesatuan dan persatuan. Selain itu, tradisi ngubat padi ini merupakan tradisi yang
berkaitan dengan sumber daya alam dan sebagai bentuk rasa syukur serta menjaga
hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu, melalui
pembelajaran kearifan lokal ngubat padi ini, peserta didik dapat memperoleh nilai
karakter seperti toleran dan selalu peduli lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, analisis karakteristik peserta didik,
analisis kurikulum, dan analisis bahan ajar yang telah dijabarkan, dapat dipahami
bahwa tuntutan kurikulum yang diterapkan dalam proses pembelajaran
menekankan pada integrasi kearifan lokal atau potensi-potensi yang dimiliki
daerah masing-masing dalam pembelajaran. Bahan ajar berbasis kearifan lokal
dengan menggunakan aplikasi belum diterapkan dalam proses pembelajaran.
Peserta didik di kelas V Sekolah Dasar sudah mampu menggunakan media
70
elektronik seperti HP, Laptop, dan lain-lain. Oleh karena itu, berdasarkan
pemaparan hasil temuan awal di sekolah dasar, dinas pendidikan dan kebudayaan
serta lingkungan masyarakat, maka peneliti mengevaluasi dengan cara membuat
sebuah modul elektronik berbasis kearifan lokal dengan menggunakan aplikasi.
Aplikasi yang digunakan untuk mengembangkan modul tersebut adalah aplikasi
kvisoft flipbook maker.
4.1.2 Tahap Perancangan (Design)
Setelah melalui tahap analisis, selanjutnya melakukan perancangan
terhadap modul yang akan di kembangkan.
4.1.2.1 Rancangan Awal Pembuatan Modul Elektronik
Tahapan ini dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan memperoleh
hasil yang maksimal dengan persiapan sebagai berikut:
a. Membaca literatur atau sumber mengenai tata cara pembuatan modul
elektronik.
b. Studi pustaka dan observasi mengenai tradisi Ngubat Padi.
c. Mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan
modul elektronik seperti desain cover, file pdf, musik, gambar, video
dan lainnya yang mendukung materi pembelajaran.
d. Aplikasi filmoraGo pada Hand Phone untuk mengedit video.
71
Gambar 4.1 Aplikasi FilmoraGo
e. Menginstal aplikasi kvisoft flipbook maker untuk menampilkan produk.
Gambar 4.2 Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker
f. Memasukkan file pdf yang telah disiapkan kedalam aplikasi kvisoft
flipbook maker dengan menggunakan menu next document pada layar
aplikasi.
Gambar 4.3 Tampilan Menu Utama Aplikasi
Kvisoft Flipbook Maker
g. Pilih file dokumen dengan format pdf yang akan dimasukkan ke dalam
aplikasi.
72
Gambar 4.4 Memilih dan Memasukkan File Pdf
h. Tunggu hingga menampilkan halaman awal file. Kemudian pilih menu
star. Setelah itu, tunggu proses hingga 100 %
a) Gambar Proses Awal File Pdf Menjadi Modul
b) Gambar Proses File Pdf Menjadi Modul
Gambar 4.5 Proses Mengubah File Pdf Menjadi Modul Elektronik
i. Memasukkan video kedalam file pdf yang telah ditambahkan pada
aplikasi kvisoft flipbook maker. Pilih menu edit page => pilih halaman
73
yang akan dimasukkan video => pilih menu video => tarik kursor
hingga membentuk tabel pada layar => pilih file video yang akan
dimasukkan => Klik play video when enter the page=> klik open =>
pilih save and edit pada tampilan kanan atas menu.
a) Gambar Sebelum Ditambahkan Video
b) Gambar Sesudah Ditambahkan Video
Gambar 4.6 Menambahkan Video Dalam Modul Elektronik
j. Setelah semua tahap selesai, modul dapat langsung digunakan. Modul
juga dapat disimpan melalui menu Publish pada menu bagian atas =>
pilih format EXE => pilih start. Jika ingin keluar aplikasi maka pilih
close project dan kemudian save file.
74
Gambar 4.7 Menyimpan Modul Elektronik
k. Modul elektronik telah disimpan dan dapat digunakan kembali.
4.1.2.2 Desain Fisik dan Isi Modul Elektronik
Halaman sampul didesain dengan gambar dan bentuk yang menarik dengan
perpaduan warna yang kontras. Pemilihan warna yang tepat dan menarik
bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik ketika membuka modul,
sehingga peserta didik termotivasi untuk membacanya. Warna yang terdapat pada
halaman sampul modul ini yaitu warna hijau, putih, hitam, kuning, biru tua, dan
biru muda. Pada halaman sampul disisipkan gambar persawahan yang bertujuan
untuk menunjukkan bahwa modul elektronik tersebut berisi tentang pembelajaran
dengan mengaitkan kearifan lokal tradisi ngubat padi.
Halaman sampul bertuliskan judul “MODUL ELEKTRONIK” pada bagian
paling atas. Kemudian disusul kalimat “Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal
Tradisi Ngubat Padi”. Jenis huruf yang digunakan yaitu arial dengan format
WordArt. Ukuran 44 pt, 28 pt, 24 pt. Selanjutnya, pada bagian bawah halaman
sampul tertera tema, sub tema, dan pembelajaran yang menjadi fokus isi modul
elektronik serta ditujukan untuk kelas V SD/MI. Nama penulis modul juga
dicantumkan pada halaman sampul.
75
Ukuran kertas yang digunakan dalam pembuatan modul elektronik
berukuran A4 21 cm x 29,7 cm. Margin pada kertas dibuat 0 cm. Pemilihan
ukuran ini disesuaikan dengan tata letak ilustrasi gambar, penulisan dan
sebagainya agar memudahkan produk untuk digunakan dan dibaca.
Warna pada modul elektronik harus dipertimbangkan agar tampilannya
menarik perhatian peserta didik. Warna memiliki efek yang lebih kuat dari
bentuk, warna juga dapat menciptakan tingkat perhatian yang tinggi (Oktaviana,
2017). Kemudian, terdapat warna-warna yang harus dihindari yaitu warna yang
terlalu menyala seperti merah terang, kuning cerah dan lain sebagainya yang
dapat membahayakan mata.
Adapun isi modul yang dikembangkan yaitu sebagai berikut:
1. Halaman Sampul
Gambar 4.8 Halaman Sampul
Halaman sampul atau cover modul berisi informasi terkait judul modul,
tema, subtema, pembelajaran, kelas, lambang Universitas Jambi, dan juga nama
penulis. Halaman sampul disajikan dengan memadukan warna yang kontras dan
pencahayaan warna yang sesuai yang dapat menarik minat pembaca.
76
2. Kata Pengantar
Gambar 4.9 Kata Pengantar
Kata pengantar ditulis pada halaman kedua setelah halaman sampul. Kata
pengantar ditujukan untuk berkomunikasi dengan pembaca. Kata pengantar berisi
ucapan rasa syukur kepada Allah SWT serta pihak-pihak yang membantu dalam
mengembangkan modul elektronik. Selain itu, maksud dan tujuan pengembangan
modul juga dijelaskan secara singkat. Permohonan maaf atas kelemahan produk
yang dikembangkan dan pemberian saran serta masukan dari pembaca untuk
perbaikan modul elektronik kedepannya juga tertuang pada paragraf akhir kata
pengantar.
3. Daftar Isi
Gambar 4.10 Daftar Isi
77
Daftar isi terletak pada halaman setelah kata pengantar. Daftar isi
bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam mengetahui isi serta memudahkan
dalam mencari halaman yang ingin dituju secara cepat. Hal ini dikarenakan pada
daftar isi disajikan gambaran isi secara keseluruhan dari bagian isi modul
elektronik.
4. Petunjuk Penggunaan Modul
Gambar 4.11 Petunjuk Penggunaan Modul
Petunjuk penggunaan modul elektronik terdiri dari dua jenis yaitu
petunjuk tata cara pengoperasian modul elektronik (disajikan diluar modul
elektronik) dan petunjuk penggunaan isi modul elektronik (disajikan pada modul
elektronik).
5. KI, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
78
a) Gambar Kompetensi Inti
b) Gambar Kompetensi Dasar dan Indikator
c) Gambar Tujuan Pembelajaran
Gambar 4.12 KI, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran
Penyajian kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran
disajikan secara berurutan pada modul elektronik. Penyajian ini bertujuan untuk
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
taksonomi bloom.
79
6. Peta Konsep
Gambar 4.13 Peta Konsep
Peta konsep berisi bagan yang memuat antara satu konsep dengan konsep
lainnya. Bagan tersebut dibuat secara skematis tentang materi yang akan disajikan
dalam modul elektronik sehingga dapat memudahkan pembaca untuk mengetahui
sekilas isi modul.
7. Uraian Materi dan Kegiatan Peserta Didik
a) Gambar Uraian Materi Pembelajaran
80
b) Gambar Kegiatan Peserta Didik
Gambar 4.14 Materi Pembelajaran Dan Kegiatan Peserta Didik
Materi pelajaran yang disajikan pada modul elektronik berpedoman pada
buku guru dan buku siswa. Proses pembelajaran atau kegiatan peserta didik dalam
modul elektronik disajikan melalui teks bacaan tentang tradisi yang dikaitkan
dalam pembelajaran, gambar, video, serta soal-soal latihan. Isi materi dan
kegiatan peserta didik disesuaikan dengan karakteristik peserta didik kelas tinggi
khususnya kelas V Sekolah Dasar.
8. Prakarya
81
Gambar 4.15 Prakarya
Prakarya disajikan pada modul elektronik bertujuan untuk menilai
keterampilan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Prakarya yang disajikan
sesuai dengan kearifan lokal yang diangkat pada modul elektronik. Penyajian
gambar, daftar alat dan bahan, dan cara kerja dapat mempermudah peserta didik
dalam menyelesaikan kegiatannya.
9. Glosarium
Gambar 4.16 Glosarium
Glosarium ialah daftar istilah yang jarang ditemui. Glosarium terletak di
bagian akhir suatu buku dan menyertakan istilah-istilah dalam buku atau modul
tersebut. Glosarium dapat memudahkan pembaca untuk memperoleh pengetahuan
atau istilah baru yang belum diketahui.
82
10. Daftar Pustaka
Gambar 4.17 Daftar Pustaka
Daftar Pustaka berisi literatur yang digunakan oleh penulis dalam
membuat modul elektronik. Daftar rujukan yang digunakan yaitu buku guru tema
8 kelas V, buku siswa tema 8 kelas V, link video dari youtube yang telah diadopsi
dan telah diberi izin oleh pemilik chanel youtube, serta skripsi penulis.
11. Biografi Penulis
Gambar 4.18 Biografi Penulis
Biografi penulis atau daftar riwayat penulis disajikan dengan tujuan untuk
mempermudah memberi informasi kepada pembaca. Hal ini juga untuk
memudahkan pembaca apabila hendak menghubungi penulis.
83
4.1.3 Tahap Pengembangan (Development)
Tahap pengembangan yaitu tahap lanjutan dari desain yang telah
dirancang untuk menjadi sebuah produk. Produk yang telah dibuat harus melalui
tahap uji validasi agar produk tersebut layak dan praktis untuk digunakan.
Validasi dilakukan oleh dosen validator dan guru sekolah dasar yang berkaitan
dengan tingkatan kelas V Sekolah Dasar. Validasi yang dilakukan terdiri dari
validasi materi, validasi media, dan validasi bahasa yang divalidasi oleh dosen
validator. Sedangkan untuk validasi ahli praktisi dilakukan oleh guru sekolah
dasar. Penilaian berupa saran perbaikan menjadi pedoman bagi peneliti untuk
melakukan proses perbaikan modul elektronik.
4.1.3.1 Validasi Ahli Materi
Validasi materi divalidasi oleh dua validator yaitu Bapak Drs. Syahrial, M.
Ed., Ph. D dan Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd. Validasi dengan
Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd dilakukan pada tanggal 12
November 2020 dan validasi dari Bapak Drs. Syahrial, M. Ed., Ph. D pada tanggal
24 November 2020. Adapun hasil penilaian validator terhadap materi dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Penilaian Validator Materi
No Deskriptor Skor Perolehan
(Bapak Drs.
Syahrial, M.
Ed., Ph. D)
(Bapak Agung
Rimba
Kurniawan, S.
Pd., M. Pd)
1. Kesesuaian materi yang disajikan dengan
Kompetensi Inti (KI)
5 5
2. Kesesuaian materi yang disajikan dengan 5 5
84
Kompetensi Dasar (KD)
3. Kesesuaian materi yang disajikan dengan tujuan
pembelajaran
5 5
4. Kesuaian konsep dengan materi dalam kurikulum
2013
5 5
5. Modul elektronik mudah dipahami sehingga dapat
membantu pemahaman konsep bagi peserta didik
4 4
6. Materi manusia dan lingkungan sesuai dengan
tuntutan kurikulum
5 5
7. Materi pada modul eleketronik mendorong peserta
didik untuk mencari informasi lebih dalam
5 5
8. Keruntutan materi sesuai dengan alur pikir peserta
didik
4 4
9. Materi yang terdapat pada modul elektronik sesuai
dengan tingkat perkembangan intelektual peserta
didik
5 5
10. Materi yang terdapat pada modul elektronik sesuai
dengan tingkat perkembangan sosio-emosional
peserta didik
4 5
Jumlah 47 48
Rata-rata 4,7 4,8
Median 5 5
Modus 5 5
Presentase 94% 96%
Kategori Sangat Valid Sangat Valid
Berdasarkan jumlah skor hasil validasi materi dari kedua validator, maka
diperoleh hasil dengan menggunakan rumus:
∑
Keterangan:
R = Rerata hasil penilaian para ahli/ praktisi
Vij = Skor hasil penilaian para ahli/ praktisi ke-j kriteria
85
n = Banyaknya para ahli/ praktisi yang menilai
m = banyaknya kriteria/nomor item
maka, jika dikonversikan data tersebut kedalam rumus diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Validasi Materi oleh Bapak Drs. Syahrial, M. Ed., Ph. D (Validator I)
∑
=
=
= 4,7
Hasil perhitungan penilaian validasi materi oleh Bapak Drs. Syahrial, M.
Ed., Ph. D dengan menggunakan rumus diperoleh hasil angka rata-rata adalah 4,7.
Sedangkan untuk median data diperoleh hasil angka 5, modus data diperoleh hasil
angka 5, dan presentase kevalidan diperoleh 94% yang diperoleh melalui
penghitungan dengan microsoft excel. Sedangkan untuk presentase hasil validasi
materi dapat disajikan dalam bentuk diagram pie chart sebagai berikut:
Gambar 4.19 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Materi Validator I
Hasil data yang diperoleh termasuk dalam kategori sangat valid. Saran
perbaikan yang diberikan oleh validator yaitu urutan materi dipastikan kembali
70%
30%
Hasil Validasi Materi Validator I
Sangat Baik
Baik
86
kesesuaiannya dengan alur pikir peserta didik dan tambahkan peta konsep untuk
memudahkan peserta didik memahami materi yang akan dipelajari. Modul harus
sesuai dengan karakteristik peserta didik untuk upaya mencapai kompetensi yang
diharapkan. (Anggraini, 2015: 288). Pada modul yang dikembangkan, materi yang
disajikan harus akurat dan lengkap. Sejalan dengan Nuralamsyah & Rosmiati
(2017) menyatakan bahwa pada modul harus terdapat kelengkapan isi. Artinya, isi
atau materi yang disajikan pada modul harus lengkap dibahas sehingga para
pembaca akan memahami isi tersebut.
b. Validasi Materi oleh Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd
(Validator II)
∑
=
=
= 4,8
Hasil perhitungan penilaian validasi materi oleh Bapak Agung Rimba
Kurniawan, S. Pd., M. Pd dengan menggunakan rumus diperoleh hasil angka 4,8.
Sedangkan untuk median data diperoleh hasil angka 5, modus data diperoleh hasil
angka 5, dan presentase 96% yang diperoleh melalui penghitungan dengan
microsoft excel. Sedangkan untuk presentase hasil validasi materi dapat disajikan
dalam bentuk diagram pie chart sebagai berikut:
87
Gambar 4.20 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Materi Validator II
Hasil validasi materi dari validator II dapat dikategorikan sangat valid.
Kemudian validator II tidak memberikan saran perbaikan pada kolom yang telah
disediakan. Namun, tetap disampaikan bahwa materi dalam modul benar-benar
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sosio-emosional peserta didik
kelas V Sekolah Dasar dan sesuai dengan Kompetensi Dasar serta indikator yang
dikembangkan. Penyusunan materi harus sesuai dengan kompetensi dasar (Aji,
Hudha, & Rismawati, 2017: 47). Bahan ajar membantu siswa untuk mempelajari
suatu kompetensi atau kompetensi dasar sehingga mampu menguasai kompetensi
secara menyeluruh (Muqodas, Sumardi, dan Berman, 2015:108). Oleh karena itu,
peneliti menyesuaikan indikator yang dikembangkan berdasarkan tabel Kata
Kerja Operasional Taksonomi Bloom.
Berikut disajikan gambar saran perbaikan dari kedua validator ahli materi:
80%
20%
Hasil Validasi Materi Validator 1
Sangat Baik
Baik
88
a. Saran perbaikan validator I
b. Saran perbaikan validator II
Gambar 4.21 Saran Perbaikan oleh Validator Ahli Materi
Saran dan perbaikan dari validator I dan validator II termasuk dalam
indikator kelayakan isi. Sedangkan pada validasi materi terdapat 3 indikator yaitu
kelayakan isi, komponen kebahasaan dan komponen penyajian. Komponen
89
kebahasaan yaitu modul yang dikembangkan berisi gambar, diagram, dan ilustrasi
sesuai dengan kearifan lokal daerah dan sesuai untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik. Istilah-istilah teknis sesuai dan berlaku dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini sejalan dengan peendapat Ardi, Nyeneng, & Ertikanto, 2015:71)
bahwa “isi materi sesuai dengan kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan rasa
ingin tahu siswa”. Oleh karena itu, sajian materi, gambar, dan ilustrasi pada modul
disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari dengan mengaitkan kearifan lokal
didalamnya. Komponen penyajian
4.1.3.2 Validasi Ahli Media
Validasi media divalidasi oleh dua validator yaitu Bapak Drs. Syahrial, M.
Ed., Ph. D dan Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd. Validasi dengan
Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd dilakukan pada tanggal 12
November 2020 dan validasi dari Bapak Drs. Syahrial, M. Ed., Ph. D pada tanggal
24 November 2020. Adapun hasil penilaian validator terhadap media dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Penilaian Validator Media
No Deskriptor Skor Perolehan
(Bapak Drs.
Syahrial, M. Ed.,
Ph. D)
(Bapak Agung
Rimba
Kurniawan, S.
Pd., M. Pd)
1. Kesesuaian ukuran modul elektronik dengan
standar ISO.
4 4
2. Modul elektronik dibuat sesuai dengan materi
pembelajaran
5 5
3. Penggunaan warna dan huruf dapat
memperjelas isi modul elektronik.
4 4
90
4. Tampilan gambar modul elektronik bersih. 4 4
5. Modul elektronik dapat menarik minat belajar
peserta didik.
5 5
6. Desain tampilan modul elektronik yang
digunakan menarik.
4 4
7. Modul elektronik dibuat sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
5 5
8. Modul elektronik yang digunakan dapat dibaca
dengan jelas.
4 4
9. Materi yang disajikan pada modul elektronik
memiliki penekanan konsep yang jelas.
4 5
10. Modul elektronik sangat praktis digunakan
dalam pembelajaran.
5 5
11. Modul elektronik menggunakan kalimat yang
efektif dan mudah dipahami.
5 5
12. Modul elektronik dibuat sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
5 5
13. Kemudahan dalam mengoperasikan modul
elektronik.
5 5
14. Modul elektronik dapat digunakan secara
berulang-ulang.
5 5
15. Modul elektronik disusun dengan penempatan
tata unsur letak (judul,subjudul,halaman,dll)
yang konsisten.
5 5
Jumlah 69 70
Rata-rata 4,6 4,6
Median 5 5
Modus 5 5
Presentase 92% 93%
Kategori Sangat Valid Sangat Valid
Berdasarkan jumlah skor hasil validasi media, maka diperoleh hasil dengan
menggunakan rumus sama seperti pada rumus validasi materi yaitu:
a. Validasi Media oleh Bapak Drs. Syahrial, M. Ed., Ph. D (Validator I)
91
∑
=
=
= 4,6
Hasil perhitungan penilaian validasi media oleh Bapak Drs. Syahrial, M.
Ed., Ph. D dengan menggunakan rumus diperoleh hasil angka 4,6. Kemudian
dengan menggunakan aplikasi microsoft excel diperoleh hasil median=5,
modus=5, dan presentase=92% . Sedangkan untuk presentase hasil validasi materi
dapat disajikan dalam bentuk diagram pie chart sebagai berikut:
Gambar 4.22 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Media Validator I
Berdasarkan data yang diperoleh maka hasil validasi media oleh validator
I dapat dikategorikan dalam ketegori sangat valid. Saran perbaikan yang diberikan
yaitu untuk penyajian isi modul tulisannya lebih diperbesar agar dapat terlihat dan
terbaca dengan baik. Ukuran huruf sangat berpengaruh terhadap keterbacaan suatu
modul (Lubna, 2017:86). Hal ini dikarenakan prosedur dalam menulis, bahasa
yang akan digunakan (tingkat keterbacaan yang mudah dimengerti) (Habibi,
Chandra, & Azima, 2019:11).
60%
40%
Hasil Validasi Media Validator I
Sangat Baik
Baik
92
b. Validasi Media oleh Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd
(Validator II)
∑
=
=
= 4,6
Hasil perhitungan penilaian validasi media dengan menggunakan rumus diperoleh
hasil angka 4,6. Kemudian dengan menggunakan aplikasi microsoft excel
diperoleh hasil median=5, modus=5, dan presentase 93%. Sedangkan untuk
presentase hasil validasi materi dapat disajikan dalam bentuk diagram pie chart
sebagai berikut:
Gambar 4.23 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Media Validator II
Hasil validasi media oleh validator II dapat dikatakan sangat valid. Saran
perbaikan yang diberikan oleh validator adalah cover atau halaman sampul kurang
menarik sehingga perlu perbaikan seperti penggunaan font huruf, ukuran huruf,
ukuran kertas, serta teknik pencahayaan. Selain itu, background pada isi modul
perlu diperhalus atau diperbaiki kembali. Tampilan halaman modul yang bewarna
cerah dapat membuat tulisannya konsisten dan jelas (Ditasari, Penitia, & Kasmui,
2013: 333). Oleh karena itu, peneliti memperbaiki halaman sampul sesuai dengan
67%
33%
Hasil Validasi Media Validator II
Sangat Baik
Baik
93
saran validator dengan menggunakan warna cerah seperti hijau muda, putih, dan
biru pada halaman sampul modul. Kemudian untuk judul pada cover harus
disesuaikan tata letak dan fokus materi yang akan diajarkan. Judul bahan ajar
menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul (Purwati &
Suhirman, 2017:171).
a. Saran perbaikan validator I
b. Saran perbaikan validator II
Gambar 4.24 Saran Perbaikan oleh Validator Ahli Media
94
Setelah saran perbaikan diberikan oleh validator, selanjutnya peneliti
melakukan revisi validasi media terhadap modul elektronik. Adapun hasil
perbaikan yang telah peneliti sesuaikan dengan saran perbaikan dari validator
adalah sebagai berikut:
a) Halaman Sampul Sebelum Revisi b) Halaman Sampul Sesudah Revisi
a) Background Sebelum Revisi b) Background Sesudah Revisi
Gambar 4.25 Sebelum dan Sesudah Revisi Validasi Media
4.1.3.3 Validasi Ahli Bahasa
Validasi Bahasa divalidasi oleh dua validator yaitu Bapak Drs. Syahrial,
M. Ed., Ph. D dan Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd. Validasi
dengan Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd dilakukan pada tanggal 12
95
November 2020 dan validasi dari Bapak Drs. Syahrial, M. Ed., Ph. D pada tanggal
24 November 2020. Adapun hasil penilaian validator terhadap bahasa dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Penilaian Validator Bahasa
No Deskriptor Skor Perolehan
(Bapak Drs.
Syahrial, M.
Ed., Ph. D)
(Bapak
Agung
Rimba
Kurniawan,
S. Pd., M.
Pd)
1. Kalimat yang digunakan sesuai isi pesan atau
informasi yang ingin disampaikan sesuai dengan tata
kalimat bahasa yang benar
5 5
2. Kalimat yang digunakan berupa kalimat efektif yang
sederhana
5 5
3. Kalimat yang digunakan tidak menimbulkan makna
ganda
5 5
4. Istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar
Bahasa Indonesia
4 4
5. Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa
yang sederhana agar mudah dipahami
5 5
6. Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa
yang menarik dan lazim dalam komunikasi tulis
Bahasa Indonesia
5 5
7. Bahasa yang digunakan dapat membuat peserta didik
senang ketika membaca
4 4
8. Bahasa yang digunakan dapat menumbuhkan minat
peserta didik untuk membaca secara tuntas
4 4
9. Bahasa yang digunakan mendorong peserta didik
untuk bertanya
4 4
10. Bahasa yang digunakan memperjelas suatu konsep 5 5
11. Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik
5 5
12. Bahasa yang dgunakan sesuai dengan tingkat 5 5
96
kematangan emosional peserta didik
13. Tata kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah
tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4 5
14. Ejaan yang digunakan mengacu kepada pedoman
Ejaan Yang Disempurnakan
4 4
15. Penggambaran ikon atau simbol harus konsisten
antar-bagian dalam buku
5 5
Jumlah 79 70
Rata-rata 4,6 4,6
Median 5 5
Modus 5 5
Presentase 92% 93%
Kategori Sangat Valid Sangat Valid
Berdasarkan jumlah skor hasil validasi bahasa, maka diperoleh hasil dengan
menggunakan rumus sama seperti pada rumus validasi materi dan media yaitu:
a. Validasi Bahasa oleh Bapak Drs. Syahrial, M. Ed., Ph. D (Validator I)
∑
=
=
= 4,6
Hasil perhitungan penilaian validasi media oleh Bapak Drs. Syahrial, M.
Ed., Ph. D dengan menggunakan rumus diperoleh hasil angka 4,6. Kemudian
dengan menggunakan aplikasi microsoft excel diperoleh hasil median=5,
modus=5, dan presentase=92%. Sedangkan untuk presentase hasil validasi materi
dapat disajikan dalam bentuk diagram pie chart sebagai berikut:
97
Gambar 4.26 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Bahasa Validator I
Hasil validasi media oleh validator I dapat dikatakan sangat valid. Saran
perbaikan yang diberikan oleh validator yaitu periksa kembali kalimat yang
kurang efektif dan juga penulisan yang salah-salah. Dengan penguasaan kalimat
efektif, maka akan mempermudah pembaca mengerti maksud penulis (Citra &
Afnita, 2019). Hal ini juga dikarenakan kebahasaan harus menggunakan bahasa
yang menarik dan komunikatif (Anggoro, 2015:125). Oleh karena itu, peneliti
memeriksa kembali kalimat yang terdapat pada modul.
b. Validasi Bahasa oleh Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd
(Validator II)
∑
=
=
= 4,6
Hasil perhitungan penilaian validasi media pada tahap I dengan menggunakan
rumus diperoleh hasil angka 4,6. Kemudian dengan menggunakan aplikasi
microsoft excel diperoleh hasil median=5, modus=5, dan presentase=93%.
60%
40%
Hasil Validasi Bahasa Validator I
Sangat Baik
Baik
98
Sedangkan untuk presentase hasil validasi materi dapat disajikan dalam bentuk
diagram pie chart sebagai berikut:
Gambar 4.27 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Bahasa Validator II
Hasil validasi media oleh validator I dapat dikatakan sangat valid. Saran
perbaikan yang diberikan oleh validator yaitu periksa kembali penulisan yang
salah seperti penggunaan tanda baca, susunan huruf, kata, dan kalimat. Kalimat
yang ada di dalam modul harus lugas atau tidak mengandung makna ganda. Hal
ini dikarenakan bahan ajar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
berdasarkan ilmu bahasa dan sastra Indonesia (Romansyah, 2016:63). Berikut
disajikan gambar saran perbaikan dari validator.
67%
33%
Hasil Validasi Bahasa Validator II
Sangat Baik
Baik
99
a. Saran perbaikan validator I
b. Saran perbaikan validator II
Gambar 4.28 Saran Perbaikan oleh Validator Ahli Bahasa
Berdasarkan hasil validasi bahasa yang dilakukan terhadap modul
elektronik, validator memberikan saran perbaikan mengenai indikator lugas,
komunikatif, dan indikator kesesuaian dengan kaidah bahasa. Selain indikator
100
tersebut, indikator dialogis dan interaktif, serta indikator kesesuaian dengan
perkembangan peserta didik juga menjadi acuan dalam pengembangan modul dari
segi bahasa.
4.1.3.4 Validasi Ahli Praktisi
Validasi ahli praktisi divalidasi oleh guru kelas V Sekolah Dasar. Di SD
Negeri 55/I Sridadi terdapat 3 guru yang mengajar di kelas V, yaitu Ibu Sugiah, S.
Pd., Ibu Muhibah, S. Pd., dan Ibu Ngian Sawitri S. Pd. Validasi dilakukan pada
tanggal 18 November 2020. Adapun hasil penilaian validator terhadap kepraktisan
modul dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Penilaian Validator Praktisi
No. Deskriptor Skor Perolehan
Ibu
Sugiah,
S. Pd
Ibu
Muhibah,
S. Pd
Ibu
Ngian
Sawitri,
S. Pd
1. Modul elektronik jelas penyajiannya rapi dalam
penyusunannya.
5 5 5
2. Modul elektronik dibuat rapi dalam
penyusunannya.
4 5 5
3. Modul elektronik bersih dalam penyajiannya 5 5 5
4. Modul elektronik menarik minat peserta didik. 5 5 5
5. Modul elektronik sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
5 4 5
6. Modul elektronik sesuai dengan topik yang
diajarkan.
5 5 5
7. Modul elektronik mudah digunakan dan mudah
dipindahkan.
4 5 4
8. Modul Elektronik dapat digunakan secara berulang. 5 5 5
9. Modul elektronik berkualitas baik 5 5 5
101
10. Modul elektronik sesuai dengan kebutuhan siswa
dan mudah dibawa ataupun disimpan.
5 5 4
Jumlah 48 49 48
Rata-rata 4,8 4,9 4,8
Median 5 5 5
Modus 5 5 5
Presentase 96% 98% 96%
Kategori Sangat
Praktis
Sangat
Praktis
Sangat
Praktis
Berdasarkan jumlah skor hasil validasi kepraktisan tahap I, maka diperoleh hasil
dengan menggunakan rumus sama seperti pada rumus validasi materi, media, dan
bahasa yaitu:
a. Validasi oleh Ibu Sugiah, S. Pd (Validator I)
∑
=
=
= 4,8
Hasil perhitungan penilaian validasi kepraktisan pada tahap I oleh Ibu
Sugiah, S. Pd dengan menggunakan rumus diperoleh hasil angka 4,8. Kemudian
dengan menggunakan aplikasi microsoft excel diperoleh hasil median=5,
modus=5, dan presentase=96%. Sedangkan untuk presentase hasil validasi materi
dapat disajikan dalam bentuk diagram pie chart sebagai berikut:
102
Gambar 4.29 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Praktisi Validator I
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka penilaian dari validator I dapat
dikategorikan sangat praktis. Saran perbaikan yang diberikan oleh validator yaitu
modul elektronik yang dikembangkan dirasa agak sulit untuk digunakan karena
menggunakan laptop. Berikut gambar saran perbaikan yang diberikan oleh
validator I ahli praktisi:
Gambar 4.30 Saran Perbaikan Oleh Validator I Ahli Praktisi
b. Validasi oleh Ibu Muhibah, S. Pd (Validator II)
80%
20%
Hasil Validasi Praktisi Validator I
Sangat Baik
Baik
103
∑
=
=
= 4,9
Hasil perhitungan penilaian validasi kepraktisan pada tahap I oleh Ibu
Muhibah, S. Pd dengan menggunakan rumus diperoleh hasil angka 4,9. Kemudian
dengan menggunakan aplikasi microsoft excel diperoleh hasil median=5,
modus=5, dan presentase=98%. Sedangkan untuk presentase hasil validasi materi
dapat disajikan dalam bentuk diagram pie chart sebagai berikut:
Gambar 4.31 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Praktisi Validator II
Berdasarkan hasil pemerolehan, maka validasi dari validator II dapat
dikategorikan dalam kategori sangat praktis. Saran perbaikan yang diberikan oleh
validator yaitu modul elektronik perlu dipastikan lagi kesesuaiannya dengan
karakteristik peserta didik. Modul harus sesuai dengan karakteristik peserta didik
sebagai upaya pencapaian kompetensi yang diharapkan (Anggraini, 2015:288).
Berikut gambar saran perbaikan yang diberikan oleh validator I ahli praktisi:
90%
10%
Hasil Validasi Praktisi Validator II
Sangat Baik
Baik
104
Gambar 4.32 Saran Perbaikan Oleh Validator II Ahli Praktisi
c. Validasi oleh Ibu Ngian Sawitri, S. Pd (Validator III)
∑
=
=
= 4,8
Hasil perhitungan penilaian validasi kepraktisan pada tahap I oleh Ibu
Ngian Sawitri, S. Pd dengan menggunakan rumus diperoleh hasil angka 4,8.
Kemudian dengan menggunakan aplikasi microsoft excel diperoleh hasil
median=5, modus=5, dan presentase 96%. Sedangkan untuk presentase hasil
validasi materi dapat disajikan dalam bentuk diagram pie chart sebagai berikut:
105
Gambar 4.33 Diagram Pie Chart Hasil Validasi Praktisi Validator III
Hasil perolehan yang diberikan oleh validator III dapat dikategorikan
sangat praktis. Saran perbaikan yang diberikan oleh validator yaitu modul
elektronik tidak bisa dibagikan tanpa menggunakan aplikasi. Validator juga
menyampaikan bahwa “hal ini bukan kesalahan peneliti, namun alangkah baiknya
jika modul yang dikembangkan dapat digunakan dan dibagikan kepada peserta
didik agar lebih terbantu dalam proses pembelajaran daring ini”. Modul elektronik
memiliki keunggulan dalam hal kemudahan mengoperasikannya (Saddhono,
Sulaksono, & Rahim, 2019). Modul elektronik dengan menggunakan aplikasi
kvisoft flipbook maker dapat dijalankan pada Gom Player ataupun Pot Player
(Suyasa & Divayana, 2018:229). Sehingga pada intinya modul elektronik yang
dikembangkan harus dijalankan menggunakan aplikasi.
80%
20%
Hasil Validasi Praktisi Validator III
Sangat Baik
Baik
106
Gambar 4.34 Saran Perbaikan Oleh Validator III Ahli Praktisi
Selain indikator validasi ahli praktisi yang telah dibahas oleh validator
tentang kesesuaian modul elektronik dengan karakteristik peserta didik dan
tentang kepraktisan dalam menggunakan modul, terdapat beberapa indikator
lainnya yang penting untuk diperhatikan dalam kepraktisan modul elektronik yang
dikembangkan. Penyajian modul elektronik yang dikembangkan harus menarik
minat peserta didik (Itriana, Amelia, dan Martaningsih, 2017:68). Selain itu,
modul elektronikm yang dikembangkan harus memuat tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai (Sumandya, 2016:55). Artinya, modul elektronik yang
dikembangkan cocok dengan sasaran.
Peneliti melakukan evaluasi terhadap tahapan pengembangan yang telah
dilakukan. Evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk melihat dan menilai produk
yang dikembangkan. Produk yang dikembangkan berupa modul elektronik
berbasis kearifan lokal ngubat padi menggunakan aplikasi kvisoft flipbook maker
107
pada kelas V Sekolah Dasar tema 8. Evaluasi yang dilakukan berpedoman dari
hasil penilaian produk oleh validator kevalidan dan validator praktisi. Selama
tahap pengembangan, produk yang dikembangkan mendapat saran perbaikan dari
validator. Oleh karena itu, evaluasi dari tahap pengembangan ini yaitu peneliti
memperbaiki produk yang dikembangkan sesuai dengan arahan saran dan
perbaikan yang diberikan.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (Research &
Development). Produk yang akan dikembangkan pada penelitian ini berupa modul
elektronik berbasis kearifan lokal atau pembelajaran dengan mengaitkan kearifan
lokal. Pengembangan modul elektronik beracuan pada penerapan kurikulum 2013
dan berpedoman pada buku guru dan buku siswa yang digunakan dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar. Produk yang akan dikembangkan pada penelitian
ini yaitu modul elektronik yang ditujukan pada tema 8 subtema 1 pembelajaran 3
kelas V SD/MI. Tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita” dan subtema 1 “Manusia dan
Lingkungan” pembelajaran 3 memuat muatan pembelajaran PPKn, Bahasa
Indonesia, dan IPS.
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model ADDIE yang
dirancang oleh Robert Maribe Branch. Alasan peneliti menggunakan model
ADDIE ini karena sifat model ADDIE yang sederhana dan tidak rumit. Kemudian
struktur pengembangan yang sistematis lebih mudah dipahami dan dilakukan.
Selain itu, model ADDIE telah banyak digunakan dan berhasil dalam penelitian
yang dilakukan oleh peneliti lain.
108
Prosedur pengembangan ADDIE yaitu terdiri dari tahap analisis (analyze),
perancangan (design), pengembangan (development), implementasi
(implementation), dan evaluasi (evaluation). Namun pada penelitin ini peneliti
hanya dapat memfokuskan pada tahapan analisis, perancangan dan
pengembangan, dimana pada setiap tahapan yang dilakukan mengandung tahapan
evaluasi. Untuk tahapan implementasi tidak dapat dilakukan karena terkendala
pandemi covid-19. Sehingga peneliti tidak dapat melihat keefektivan modul
elektronik yang seharusnya dilihat dari respon peserta didik.
Pada tahap analisis yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan modul elektronik berbasis
kearifan lokal ngubat padi. Pada tahap analisis peneliti melakukan analisis
kebutuhan, analisis karakteristik peserta didik, analisis kurikulm dan analisis
bahan ajar. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui keberadaan kearifan
lokal yang juga menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan
wawancara dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan dinas pendidikan dan
kebudayaan kabupaten tebo untuk mengetahui mengenai kearifan lokal ngubat
padi. Setelah itu, peneliti menganalisis karakteristik peserta didik khusunya
peserta didik kelas V Sekolah Dasar. Analasis bahan ajar dilakukan dengan
melakukan wawancara kepada guru kelas untuk mengetahui ketersediaan dan
penggunaan media elektronik atau media berbasis TIK dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya analisis kurikulum dengan melihat kesesuaian kearifan
lokal yang akan diintegrasikan ke dalam modul elektronik dengan KI, KD, dan
Indikator yang dikembangkan.
109
Sebelum produk dikembangkan, peneliti merancang terlebih dahulu desain
modul mulai dari ukuran modul, sampul modul, hingga isi modul. Selain itu,
peneliti memilih aplikasi kvisoft flipbook maker untuk membuat modul elektronik
tersebut. Pada tahap pengembangan, peneliti melakukan validasi modul elektronik
yang terdiri dari validasi ahli materi, validasi ahli media, dan validasi ahli bahasa.
Validasi ini dilakukan oleh dua validator, yaitu Bapak Drs. Syahrial, M. Ed., Ph.
D sebagai validator I dan Bapak Agung Rimba Kurniawan, S. Pd., M. Pd sebagai
validator II.
Setelah dilakukan penilaian terhadap modul elektronik, para validator
memberikan penilaian dan dapat dikategorikan sangat valid. Pada saat penilaian
validator tetap memberikan saran perbaikan yang kemudian peneliti revisi sesuai
arahan perbaikan tersebut. Selain menguji kevalidan modul elektronik, peneliti
juga menguji kepraktisan modul yang dinilai oleh validator. Validator ahli praktisi
yaitu guru yang mengajar di kelas V Sekolah Dasar. Pada produk yang
dikembangkan, validator ahli praktisi terdiri dari tiga validator yaitu Ibu Sugiah,
S. Pd sebagai validator I, Ibu Muhibah, S. Pd sebagai validator II, dan Ibu Ngian
Sawitri, S. Pd sebagai validator III. Setelah dilakukan penilaian dan perhitungan
angket validasi praktisi yang telah diberikan oleh validator, modul yang
dikembangkan dapat dikatakan sangat praktis. Peneliti merevisi modul elektronik
sesuai dengan arahan saran perbaikan dari validator.
Modul elektronik berbasis kearifan lokal yang dikembangkan layak
digunakan dalam proses pembelajaran. Kelayakan modul elektronik dapat
diperoleh dari hasil validasi kevalidan dan validasi kepraktisan. Hal ini dapat
110
dilihat dari penilaian modul yang valid dan praktis dari validator ahli materi, ahli
media, ahli bahasa, dan juga ahli praktisi.
Produk yang dikembangkan memuat pembelajaran yang telah disesuaikan
dengan Kompetensi Dasar PPKn 1.3, 2.3, 3.3, dan 4.3 yang mana isi dari materi
pembelajaran merupakan hasil dari mengaitkan kearifan lokal tradisi ngubat padi.
Sikap yang ingin dikembangkan dari penyajian materi pembelajaran yaitu sikap
rasa syukur dan juga sikap toleran dalam keragaman sosial budaya masyarakat
dalam konteks Bhineka Tunggal Ika. Peserta didik diarahkan untuk menelaah
keragaman sosial budaya masyarakat dan juga membuat daftar kegiatan yang
mendukung keragaman sosial budaya masyarakat.
Selanjutnya, materi pembelajaran juga disesuaikan dengan Kompetensi
Dasar Bahasa Indonesia 3.8 dan 4.8 yang mana berisi tentang menguraikan urutan
peristiwa atau tindakan yang terdapat pada teks nonfiksi. Oleh karena itu teks
nonfiksi yang disajikan berupa teks tentang tradisi ngubat padi yang ada di
Kabupaten Tebo. Sedangkan untuk pembelajaran mengenai teks fiksi, peserta
didik diarahkan untuk bermain drama dengan mengadopsi cerita tentang tradisi
ngubat padi tersebut. Penyajian materi yang berkaitan dengan Kompetensi Dasar
IPS 3.3 dan 4.3 yaitu peserta didik diarahkan untuk mengamati video tentang
kegiatan tradisi ngubat padi dan menganalisis peran ekonomi dalam upaya
menyejahterakan kehidupan masyarakat di bidang sosial dan budaya.