16
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Deskripsi Obyek Penulisan
4.1.1 Lokasi
Agrowisata D’emmerick merupakan satu tempat wisata yang
terletak di kaki Gunung Merbabu sekitar 4 km, atau sekitar 15 menit dari
kota Salatiga menuju obyek wisata Kopeng. Luasan kawasan Agrowisata
D’emmerick seluas 5,2 ha. Nama D’emmerick diambil dari pendirinya
yang bernama Adolph Theodoor Jocobus Van Emmerick yang merupakan
warga negara asing berkebangsaan Belanda. Lokasi agrowisata D’emerick
berada di Desa Salib Putih yang terkenal karena kesejukan, keasrian dan
pemandangan yang indah. Agrowisata D’emmerick sendiri tepatnya
beralamatkan di Desa Salib Putih, Jalan Hasanudin (Jalan Raya Salatiga –
Kopeng KM 4) Salatiga - Jawa Tengah, Indonesia. Agrowisata
D’emmerick didirikan dengan visi “Menjadikan D’emmerick lebih dapat
dikenal sebagai tempat Agrowisata”, sementara misinya adalah
“Memanfaatkan SDM yang ada di sekitar D’emmerick, sehingga
perekonomian warga sekitar dapat meningkat”.
4.1.2 Layout D’emmerick
Agrowisata D’emmerick merupakan hotel yang dasarnya dibangun
dengan konsep resort dengan dikelilingi kebun kopi, cengkih dan pohon
kapuk randu dan juga menawarkan suasana pegunungan dilereng
Merbabu. Namun dalam perkembangannya pengelola Agrowisata
D’emmerick mengembangkan kawasan tersebut menjadi tujuan objek
wisata seperti taman bunga dan wahana adventurepark.
Pada kawasan tersebut pengunjung juga dapat melakukan
aktivitas, seperti: Paint Ball, Field Trip Program SD, SMP, sementara
bagi siswa SMA dapat melakukan aktivitas pengembangan vegetatif
tanaman (Stek, Cangkok, Okulasi, Sambung), menanam dan memanen
17
sayur, bercocok tanam dalam pot, peternakan dan memerah susu sapi,
pengetahuan tentang biogas, pembuatan pupuk bokhasi
Konsep pengembangan Agrowisata D’emmerick memang didesain
untuk menggabungkan penginapan dengan wisata bernuansa adventure.
Konsep agrowisata tersebut terlihat pada layout D’emmerick.Pada
penelitian ini (Gambar 4), peneliti berfokus pada evaluasi lanskap yaitu
pada bagian: taman bunga dan adventurepark.
Sumber: D’emerick, 2019.
Gambar 3 Layout D’emmerick salatiga
Beberapa wahana yang tersedia di lokasi tersebut antara lain: wahana
archery, wahana motor ATV, wahana flaying fox, wahana high rope, wahana
ninja kids, taman kelinci; gedung-gedung yang dapat digunakan untuk keperluan
rapat, seminar, maupun untuk acara pernikahan.
Berikut beberapa foto (Gambar 6) yang menampilkan beberapa Fasilitas
dan wahana yang tersedia di kompleks Agrowisata D’emmerick Salatiga.
18
Gambar 4 fasilitas dan wahana D’emmerick salatiga
4.2 Pengelolaan Lanskap di Agrowisata D’emmerick Salatiga
Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan melalui wawancara dengan
pihak supervisor bagian lanskap diperoleh informasi, bahwa pada dasarnya
Agrowisata D’emmerick dikelola oleh PT. Rumekso yang membawahi 3 (tiga)
unit bidang usaha (Gambar 6) yang berada di kawasan agrowisata D’emmerick,
yaitu: hotel, peternakan, dan perkebunan.
19
Gambar 5 Bagan Struktur Organisasi Agrowisata D'emmerick
Pada pengelolaan lanskap di Agrowisata, berada di bawah pengawasan
supervisor lanskap. Supervisor dari staf dan gardener akan bertanggung jawab
secara langsung kepada pimpinan dalam pengelolaan lanskap areal Agrowisata
D’emmerick yang terdiri dari pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi.
Untuk menciptakan lanskap yang indah tentunya terdapat kiat-kiat dalam
pengelolaan lanskap yang dilakukan oleh manajemen di Agrowisata D’emmerick
Salatiga. Untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan lanskap yang dilakukan
tersebut, penulis memfokuskan pengamatan dari 4 (empat) faktor, yaitu: faktor
fisik, faktor biologi, faktor sosial budaya, dan faktor ekonomi. Berkaitan dengan
faktor fisik, manajemen Agrowisata D’emmerick Salatiga melakukan berbagai
upaya kebijakan dengan menyediakan lahan yang cukup, menanami lahan dengan
berbagai macam tanaman dan sekaligus menyediakan area dan fasilitas untuk
memperbanyak tanaman sebagai elemen lanskap, di nursery (Gambar 7) yang
berada di D’emmerick, guna untuk menekan biaya pembuatan taman.
Pimpinan
Supervisor
Peternakan
Supervisor Hotel Supervisor Lanskap
Staf Garderner
20
Gambar 6 Areal Pembiakan Nursery
Pihak manajemen juga menyediakan sarana prasarana peralatan
pemeliharaan yang dibutuhkan untuk pengelolaan taman seperti pemotong
rumput, sabit, cangkul, sarung tangan, dan alat penyiraman tanaman sprinkler
irigasi. Peralatan-peralatan tersebut setiap tahunnya juga dievaluasi sehingga
dapat diketahui mana yang perlu diganti dan mana yang perlu dipertahankan,
selain itu semua sarana prasana yang digunakan juga harus memenuhi standar
SNI. Pihak manajemen juga menggunakan pupuk organik dari daun yang
berguguran untuk dijadikan bahan fermikompos, dan pestisida untuk membasmi
hama. Langkah lain yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah membuat
kebijakan dimana dalam penataan lanskap dibuat sesudah adanya desain yang
dilakukan oleh pihak supervisor dan telah disetujui oleh atasan.
Berkaitan dengan faktor biologi, salah satu hal yang dilakukan oleh pihak
manajemen adalah melakukan penanaman tanaman dengan menyesuaikan iklim
dan tempat indor maupun outdor, sekaligus menyesuaikan tanaman yang tahan air
dan tidak tahan air yang banyak. Berikut beberapa contoh gambar 8 tanaman
outdor yang di tanam di areal Lanskap Agrowisata D’emmerick Salatiga.
21
Gambar 7 Taman dengan Beraneka Jenis Bunga dan Warna
Berkaitan dengan faktor sosial budaya, berkaitan dengan hal ini penulis
memperoleh beberapa informasi dari pihak supervisor, yaitu: berkaitan dengan
rekruitmen karyawan, peningkatan kualitas SDM, peningkatan kualitas karyawan,
dan perilaku pengunjung. Dari aspek rekruitmen karyawan, bagian supervisor dan
staf kantor biasanya diserahkan langsung kepada pihak manajemen PT.Rumekso.
PT. Rumekso mempunyai standar dalam rekruitmen yang menempati posisi
supervisor dan staff kantor. Posisi tersebut harus memiliki kwalifikasi pendidikan
sesuai dengan kebutuhan dalam pengelolaan lanskap. Hal tersebut penting, untuk
memastikan pengelolaan lanskap dapat menunjang keberlanjutan pengelolaan
lanskap. Sementara untuk karyawan bagian gardenner, pihak manajemen
melakukan rekrutmen langsung dengan mengambil masyarakat sekitar. Syarat
utama gardener adalah bersedia dan masih mampu bekerja untuk dipekerjakan
dengan sistem outsourcing. Mereka hanya bertugas untuk perawatan tanaman,
sehingga tidak dibutuhhkan kwalifikasi pendidikan yang tinggi. Namun dalam
pelaksanaan dilapangan manajemen agrowisata menempatkan seorang supervisor
22
untuk mengawasi dan memastikan hasil kerja gardener sesuai dengan standar
yang sudah di tentukan.
Berdasarkan aspek peningkatan SDM, peningkatan kualitas SDM
dilakukan oleh supervisor dengan melakukan briefing (pengarahan) setiap hari
sebelum pekerjaan dimulai, dan melakukan pelatihan kepada gardener yang
diadakan setiap 1 bulan sekali, contoh: pelatihan membersihkan gulma (dangir),
pelatihan melakukan pemotongan pohon (trimming), pemberian pupuk yang tepat
untuk tanaman. Berdasarkan aspek peningkatan kualitas pelayanan, penilaian
aspek ini diukur dari beberapa indikator, seperti: penampilan karyawan,
kehandalan karyawan dalam memberikan pelayanan, dan kompensasi yang
diberikan kepada karyawan. Untuk menjaga penampilan karyawan, karyawan
mendapatkan seragam kerja satu tahun sekali, sehingga seluruh karyawan
memiliki seragam yang sama. Untuk penampilan, petugas pelayanan tentunya
mereka harus rapi dan bersih, itu sudah menjadi ketentuan. Tapi untuk petugas
lapangan, seperti halnya garderner, kerapian penampilan bukan menjadi tuntutan
dalam bekerja, yang penting mereka mampu bekerja dengan baik dalam
pengelolaan lanskap.
Penilaian kehandalan karyawan, khusus bagian pelayanan, kehandalan
merupakan hal yang menjadi tuntutan, sebab bagaimanapun juga pengunjung
membutuhkan kehandalan dari karyawan, khususnya berkaitan dengan bidang
pekerjaan mereka. Sedang untuk bagian garderner penilaian dilakukan oleh pihak
supervisor dengan level A, B, dan C, dan sampai saat ini belum pernah ada
garderner yang dinilai dengan level C. Hal tersebut menunjukkan bahwa
garderner selama ini telah dinilai mampu bekerja secara baik oleh supervisor
pada gambar 9. Berkaitan dengan upah secara umum pihak manajemen
Agrowisata D’emmerick masih menerapkan upah dengan standar UMR yang
berlaku di wilayah Kabupaten Semarang.
23
Gambar 8 Salah Satu Aktivitas Garderner
Pihak manajemen juga mengakui bahwa selama ini belum ada tunjangan
atau fasilitas lain yang diberikan kepada karyawan. Khusus untuk bagian
garderner jika hasil pekerjaan dinilai pada level A dan B, maka akan diberi
tambahan upah. Kemudian berkaitan dengan perilaku pengunjung, pihak
manajemen memberlakukan kebijakan bahwa setiap pengunjung yang melanggar
aturan, misal: merusak tanaman kami beri sangsi, seperti teguran atau ganti rugi,
namun demikian terkait dengan pelanggaran-pelanggaran kecil seperti: perilaku
pengunjung yang kurang tertib dalam membuang sampah, pihak pengelola sampai
saat ini belum memberikan sangsi sama sekali.
Sementara berkaitan dengan faktor ekonomi, faktor ekonomi dalam hal
ini dinilai dari aspek ketersediaan dana yang digunakan oleh pihak manajemen
dalam mengelola kebutuhan lanskap. Pengelolaan lanskap di Agrowisata
D’emmerick sampai saat ini hanya mengandalkan pemasukan dana dari tamu
yang berkunjung (Tabel 1), dan dana tersebut dinilai cukup untuk memenuhi
kebutuhan operasional di lanskap Agrowisata D’emmerick.
24
Tabel 1 Rekapitulasi Administrasi Pemasukan Januari-Desember 2018
NO BULAN WAHANA PEMASUKAN
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 JANUARY 169 27 94 68 55 46
20.880.000
2 FEBRUARY 57 0 34 35 27 12
6.855.000
3 MARET 52 16 38 10 17 16
7.220.000
4 APRIL 66 1 56 51 31 7
8.015.000
5 MEI 87 0 60 52 64 37
14.320.000
6 JUNI 616 47 463 388 324 334 131
91.100.000
7 JULI 132 5 139 94 87 119 37
24.305.000
8 AGUSTUS 100 31 79 118 44 46 5 14.970.000
9 SEPTEMBER 47 4 34 16 23 25 5 5.705.000
10 OKTOBER 39 0 67 17 57 30 30 11.775.000
11 NOVEMBER 39 25 21 32 17 18 0 1 5.740.000
12 DESEMBER 194 58 137 135 79 101 69 63 32.820.000
TOTAL 1365
131 1064 849 729 554 326 243.705.000
Sumber: Data Primer statistic adventure park 2018 Diolah, 2019
Ket:
1) Wahana archery target
2) Wahana archery battle
3) Wahana motor ATV
4) Wahana flaying fox
5) Wahana high rope
6) Wahana ninja kids
7) Wahana taman kelinci
8) Wahana happyh soul
Pada tabel dapat dilihat bahwa selama bulan Januari s/d Desember 2018
pemasukan yang diperoleh dari kunjungan tamu sebesar Rp 243.705.000,-.
Berdasarkan uraian penjelasan tersebut di atas maka secara garis besar
pengelolaan lanskap yang dilakukan oleh pihak manajemen Agrowisata
D’emmerick telah memenuhi persyaratan pengelolaan lanskap yang baik.
25
Dikemukan oleh Arifin (2001), bahwa dalam melakukan pengelolaan lanskap,
terdapat 4 (empat) faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai
tingkat keberhasilan pengelolaan lanskap, yaitu: 1). Faktor Fisik, meliputi
sumberdaya lahan-taman, iklim, peralatan, dan bahan-bahan pemeliharaan. 2).
Faktor Biologi, meliputi jenis tanaman dan hewan atau satwa liar. 3). Faktor
Sosial Budaya, meliputi organisasi pengelola, sumber daya manusia, perilaku
pengunjung dan pengalaman berekreasi. 4). Faktor Ekonomi, meliputi
ketersediaan dana dan kemampuan pengguna atau masyarakat. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dikatakan, apabila pihak pengelola sudah memenuhi
keempat faktor tersebut dalam pengelolaan lanskap berarti sudah dapat dikatakan
baik.
Arifin (2002) juga mengemukakan bahwa dalam menilai pengelolaan
sebuah lanskap juga dapat dilihat dari 4 (empat) aspek, yaitu: perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan (directing), dan
pengawasan (controlling). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam
pengelolaan lanskap, pihak manajemen Agrowisata D’emmerick melakukan
sebuah perencanaan dengan matang. Perencanaan tersebut tampak dari beberapa
kebijakan manajemen dalam pengelolaan lanskap, seperti: pengadaan tenaga kerja
untuk kebutuhan lanskap seluas 5,2 ha. Manajemen memutuskan bahwa untuk
mengelola lanskap seluas itu dibutuhkan 1 (satu) orang supervisor, 1 (satu) orang
staf, dan 12 orang garderner.
Perencanaan lainnya tampak dari tugas yang perlu dilakukan oleh
supervisor, seperti: melakukan pengelolaan lanskap dengan dibantu 1 orang staf
dan 12 orang garderner, bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja dari
garderner. Tugas lain dari supervisor yaitu: mengusulkan kebutuhan sarana
prasarana lanskap untuk menjaga kebersihan dan merawat tanaman , dan merubah
tampilan lanskap setiap tahunnya. Kebijakan ini diambil untuk memberikan
suasana yang tidak monoton bagi pengunjung. Perubahan desain tersebut
dilakukan terlebih dahulu dengan supervisor membuat perencanaan yang
berkaitan dengan desain lanskap dan kebutuhan biayanya yang kemudian
diserahkan kepada pihak manajemen untuk dikoreksi. Setelah pihak manajemen
26
menyetujui, baru dilakukan perubahan desain lanskap sesuai dengan usulan
supervisor.
Pengorganisasian, pengorganisasian tampak dari adanya struktur
organisasi dalam pengelolaan lanskap, beserta job deskripsi tugas masing-masing
bagian. Seperti yang telah disinggung pada paragraph sebelumnya, supervisor
bertugas meningkatkan kinerja dari garderner, melakukan penilaian kinerja
garderner, mengusulkan kepada manajemen tentang kebutuhan sarana prasarana
lanskap, dan mengusulkan perubahan desain beserta kebutuhan biayanya. Tugas
staf melakukan seluruh administrasi dari aktivitas yang dilakukan oleh supervisor
dalam pengelolaan lanskap.
Sementara tugas dari garderner, diantaranya yaitu: memelihara keindahan
lanskap, menjaga kebersihan area lanskap, mengelola tanah, memupuk,
menyiram, memangkas tanaman lanskap (trimming), dan membersihkan gulma
(dangir), memelihara dan membersihkan peralatan yang digunakan, menempatkan
tanaman baru dari areal pembiakan nursery ke lokasi lanskap, mengembangkan
tanaman (menstek, mencangkok, menanam bibit, memelihara tanaman di areal
pembiakan nursery, membersihkan, merawat, dan menata atau memotong semua
rumput yang ada di area lanskap), melaporkan segala hal yang diperlukan kepada
staf supervisor, menciptakan dan membina suasana kerja yang sehat dan
melaksanakan semua perintah supervisor lainnya.
Pengaturan, pengaturan tampak dari adanya upaya supervisor untuk
melakukan koordinasi kerja dengan staf dan garderner. Cara tersebut ditempuh
oleh supervisor dengan melakukan briefing (pengarahan) setiap hari sebelum
pekerjaan dimulai. Fungsi briefing dalam hal ini menurut supervisor dilakukan
untuk memastikan agar garderner melakukan apa yang diinginkan dan
mengetahui apa harus mereka lakukan. Kegiatan tersebut juga dilakukan sebagai
upaya saling memberi motivasi, dan membantu pemecahan masalah yang
dihadapi oleh garderner. Menurut supervisor kegiatan saling memberi motivasi
merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan tugas garderner. Hal-hal yang
selama ini dilakukan oleh supervisor adalah memberikan umpan balik, dan
memanggil garderner yang kurang termotivasi, serta memanggil garderner yang
27
sekiranya terlibat konflik dengan rekan kerjanya atau yang menghadapi kendala
dalam pekerjaannya.
Pengawasan, pengawasan tampak dari adanya penilaian kinerja
karyawan, khusus bagian garderner penilaian kinerja dilakukan oleh pihak
supervisor dengan level A, B, dan C. Level A berarti kinerja garderner dinilai
baik, level B berarti kinerja garderner dinilai cukup baik, dan level C berarti
kinerja garderner dinilai buruk. Menurut supervisor sampai saat ini belum pernah
ada garderner yang dinilai dengan level C. Kegiatan pengawasan juga tampak
dari pemberian peralatan garderner yang memadai dalam pengelolaan lanskap.
Supervisor mendapat laporan dari stafnya tentang peralatan-peralatan apa saja
yang perlu dibeli lagi karena rusak. Berdasarkan laporan tersebut supervisor
memberikan perintah kepada staf untuk membuat rincian peralatan yang rusak
beserta biayanya untuk kemudian dilaporkan kepada pihak manajemen.
Pengawasan juga tampak dari adanya program dari supervisor untuk
melakukan pelatihan kepada gardener yang diadakan setiap 1 bulan sekali,
contoh: pelatihan membersihkan gulma (dangir), pelatihan melakukan
pemotongan pohon (trimming), pemberian pupuk yang tepat untuk tanaman.
Menurut supervisor kegiatan pengawasan yang selama ini diterapkan sema-mata
untuk memenuhi kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan garderner dalam
menjalankan pekerjaannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa dalam
pengelolaan Agrowisata D’emmerick, pihak manajemen telah menerapkan
pendekatan manajemen, baik melalui fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan (directing), dan pengawasan
(controlling). Upaya manajemen tersebut dilakukan semata-mata untuk
menghasilkan sebuah lanskap yang indah sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah
lokasi agrowisata yang menarik, dan memberikan kepuasan bagi masyarakat.
Hasil wawancara dengan supervisor juga ditemukan kelemahan yang
dilakukan oleh pihak manajemen Agrowisata D’emmerick dalam pengelolaan
lanskap. Kelemahan yang dimaksud adalah : Pertama belum diberlakukannya
28
sangsi secara tegas bagi pengunjung yang membuang sampah sembarangan di
areal lanskap. Kedua masih belum adanya SOP pemeliharaan taman .
Belum adanya kebijakan tentang hal tersebut juga dinilai merupakan
sebagai bentuk kelemahan, sebab kebiasaan pengunjung yang membuang sampah
sembarangan dapat berakibat pada kotornya lokasi lanskap, sehingga akan
mengurangi keindahan dan kepuasan pengunjung lainnya. Selain itu masalah
tersebut juga meningkatkan anggaran dalam pengelolaan lanskap secara
keseluruhan. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, penting memasukkan
kebiasaan pengunjung yang membuang sampah sembarangan sebagai salah satu
bagian pelanggaran yang dikenakan sangsi kepada pengunjung, namun pihak
manajemen juga perlu menambah jumlah tempat-tempat pembuangan sampah
yang ada terlebih dahulu sebagai upaya antisipasi jika terdapat pengunjung yang
protes bahwa apa yang mereka lakukan tersebut karena tidak tersedianya tempat
sampah yang cukup di areal lanskap.
Ketiadaan SOP pemeliharaan juga dapat menjadi kelemahan dalam
pengelolaan tanaman untuk jangka panjang. Bentuk petunjuk pelaksanaan kerja
yang dilakukan oleh supervisor secara lisan melalui penyampain rapat pada pagi
hari, berpotensi menimbulkan mis komunikasi antar gardener maupun gardener
dan supervisor. Mis komunikasi tersebut berdampak pada tidak efektifnya
perawatan dan pengelolaa taman untuk jangka panjang.
Pernyataan tersebut memberikan dukungan pada pendapat Kaligis (2014),
bahwa tingkat kepuasan pengunjung terhadap agrowisata dapat dilihat dari
kebersihan dalam lingkungan obyek wisata, kebersihan toilet yang ada dalam
kawasan obyek wisata dan terkelolanya tanaman di sekitar agrowisata.
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Sternloff
(1984), bahwa secara kuantitatif kepuasan pengunjung dapat terlihat dari
penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dengan baik, selain banyaknya pengunjung
yang datang ke lokasi. Sementara secara kualitatif, kepuasan pengunjung dapat
diperoleh dengan pengoperasian dan pemeliharaan kawasan rekreasi dengan
menggunakan standar setinggi mungkin.
29
4.3 Kepuasan Pengunjung Agrowisata D’emmerick Salatiga
Berdasarkan data pengunjung pada bulan Januari sampai Desember 2018
(Gambar 10) menunjukkan adanya ketidakstabilan pengunjung pada setiap
wahana. Sebagai salah satu contoh pada wahana Archeri Target menunjukkan
peningkatan pengunjung mencapai angka lebih dari 600 pengunjung. Namun
sebaliknya, pada bulan Febuari semua kunjungan wahana wisata termasuk
Archery Target juga mengalami penurunan. Kenaikan dan penurunan jumlah
pengunjung Agrowisata sangat berkaitan dengan kalender liburan anak-anak
sekolah. Fakta tersebut terlihat pada daftar kunjungan Januari-Desember 2018.
Gambar 9 Grafik Kunjungan Wahana Januari- Desember 2018
Berdasarkan temuan data di atas, peneliti telah melakukan analisa tentang
tingkat kepuasan pengunjung terhadap berbagai wahana yang tersedia di
Agrowisata D’emmerick. Jenis wahana yang menarik perhatian pengunjung
adalah wahana Acheri Target. Wahana ini menjadi salah satu permainan yang
menarik minat pengunjung ke lokasi wisata. Sedangkan wahana yang masih
minim peminatnya adalah wahana Taman Kelinci dan wahana Ninja Kids.
Sampai sekarang bulan November 2019, wahana Achery Target dan
wahana High Rope (Gambar 11) masih menjadi wahana paling menarik buat
pengunjung Agrowisata D’emmerick. Hasil wawancara dengan pengunjung yang
menggunakan wahana tersebut menyatakan bahwa wahana Archery Target dan
wahana High Rope memberikan kesenangan tersendiri untuk mereka. Kesenangan
0
100
200
300
400
500
600
Jan Feb Mrt Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
Ku
nju
nga
n
Bulan
Daftar Kunjungan Januari-Desember
A Target A Battle ATV Flayingfox
High Rope Ninja kIds T Kelinci Happy Soul
30
tersebut juga tampak dari ekpresi wajah pengunjung ketika menyampaikan
pernyataan mereka setelah bermain pada kedua wahana tersebut.
Berikut beberapa foto wahana yang menjadi tempat bermain populer bagi
para pengunjung.
Sumber :Arsip foto D’emerick.
Gambar 101 Wahana Archery Target dan wahana High Rope
Setelah pengunjung merasa puas menggunakan berbagai wahana di lokasi
Agrowisata D’emmerick, mereka dapat beristirahat di restoran yang berada di
sekitar kolam renang (Gambar 12). Lokasi kolam renang yang berada di dekat
restoran dan berada di tempat yang tinggi memungkinkan pengunjung dapat
melihat pemandangan kota Salatiga dari tempat duduk yang berada di sekitar
restoran. Suasana cerah pada sore sampai malam hari juga menjadi daya tarik
pengunjung untuk tinggal lebih lama karena mereka mendapat peluang melihat
gemerlap lampu di kota Salatiga. Ketersediaan berbagai fasilitas pada lokasi
Agrowisata D’emmerick merupakan sarana penunjang untuk menarik pengunjung
mengunjungi lokasi tersebut.
Gambar 11 Restoran dan kolam renang
31
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Kaligis (2014), bahwa
kepuasan pengunjung dapat dinilai berdasarkan sarana dan prasarana yang
disediakan oleh pengelola. Selain itu pernyataan tersebut di atas juga memberikan
dukungan pada pendapat Sternloff (1984), bahwa kepuasan pengunjung secara
kualitatif diperoleh dari banyaknya pengunjung yang datang ke lokasi agrowisata.
Berbagai fasilitas di Agrowisata D’emmerick seperti tempat parkir yang
luas, kelengkapan sarana permainan, pemandangan yang bagus serta pelayanan
yang baik dari para pegawai sudah dilaksanakan oleh menejemen agrowisata. Pun
demikian, masih terdapat beberapa lokasi yang masih kurang terperhatikan
dengan baik di tunjukan pada Gambar 13. Beberapa kondisi sekitar agrowisata
seperti kurangnya kebersihan beberapa titik lokasi, lambatnya peremajaan
peralatan wahana, minimnya informasi penunjuk arah, dan minimnya ketersediaan
tong sampah dapat menurunkan kepuasan pengunjung pada lokasi agrowisata.
Gambar 12 Foto lokasi Agrowisata yang kurang terkelola
Minimnya pengawasan supervisor kepada staf dan garderner,
menyebabkan berbagai fasilitas yang tersedia tidak terjaga kwalitasnya dengan
baik. Situasi tersebut menandakan bahwa sistim pengorganisasian pengelolaan
32
agrowisata belum berjalan dengan obtimal. Sistem pengawasan dan
perngorganisasian yang kurang baik, dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Apabila situasi
tersebut terbiarkan, dapat dipastikan bahwa kepuasan pengunjung akan berkurang
sehingga dapat mempengaruhi jumlah pengunjung pada agrowisata tersebut.
4.4 Evaluasi Pengelolaan Lanskap Agrowisata D’emmerick Salatiga
Untuk melakukan evaluasi terhadap pengelolaan lanskap Agrowisata
D’emmerick Salatiga digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan
dengan mengkombinasikan data hasil penulisan yang meliputi data faktor
eksternal yang berupa analisis peluang dan ancaman, maupun faktor internal yang
berupa analisis kekuatan dan kelemahan. Berkiatan dengan hal tersebut maka
penulis perlu melakukan pengklasifikasian data hasil penulisan, baik yang
diperoleh penulis melalui hasil wawancara dan kuesioner ke dalam 4 (empat)
kategori, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Berikut hasil pengklasifikasian data hasil penulisan ke dalam 4 (empat)
kategori tersebut,
1. Kategori Kekuatan
a. Lahan agrowisata merupakan milik sendiri dari yayasan D’emerik.
b. Luas lahan mendukung pengembangan lanskap secara ideal.
c. Lanskap dilengkapi fasilitas bermain anak.
d. Lanskap dilengkapi dengan wahana advanturepark.
e. Lanskap dilengkapi dengan restoran dan tempat istirahat yang juga
menawarkan pemandangan yang menarik bagi pengunjungnya.
f. Peralatan yang digunakan garderner dalam pengelolaan lanskap sudah
sesuai standar SNI.
g. Terdapat kebijakan pemanfaatan sampah organik seperti: daun-daun
tanaman yang berguguran sebagai pupuk organik dalam menekan biaya
pengeluaran pemeliharan tanaman, dan menjaga kesuburan lahan.
h. Terdapat tempat pembibitan tanaman yang dibutuhkan untuk taman,
sehingga menekan biaya kebutuhan pengeluaran untuk tanaman.
33
i. Terdapat kebijakan untuk meningkatkan kapasitas gardener melalui
berbagai pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan secara berkala.
j. Terdapat organisasi kerja untuk memastikan tujuan pengelolaan lanskap.
k. Ketersediaan dana yang cukup dalam pengelolaan lanskap.
2. Kategori Kelemahan
a. Belum ada SOP pengelolaan taman bagi tenaga gardener
b. Kurangnya beberapa fasilitas seperti tong sampah di seputar Agrowisata
c. Kondisi lokasi beberapa titik di sekitar agrowisata yang kurang terawat.
d. Lemahnya supervisor melakukan pengawasan kepada staf dan gardener.
e. Belum dilakukannya peremajaan fasilitas yang tersedia.
3. Kategori Peluang
a. Ketersediaan sumber daya manusia yang cakap dibidang pertanian.
b. Lokasi Agrowisata yang strategis sehingga mudah dijangkau dan mudah
ditemukan oleh para pengunjung.
c. Semakin meningkatnya masyarakat yang melakukan kunjungan wisata.
d. Terdapat perubahan tren wisata masyarakat dari wisata pantai ke wisata
taman bunga dan wisata adventure.
e. Ketersediaan lahan di sekitar areal lanskap yang dapat dimanfaatkan oleh
pengelola untuk menambah luas lanskap
4. Kategori Ancaman
a. Lokasi lanskap yang berada di wilayah perbukitan lereng Gunung
Merbabu sehingga rawan akan terjadinya bencana gunung meletus dan
tanah longsor.
b. Adanya persaingan dengan tempat agrowisata lainnya yang telah lama
berdiri yang berada tidak jauh dari tempat berdirinya lanskap.
Berdasarkan pengkategorian tersebut maka dapat dikemukakan, bahwa aspek
kekuatan lanskap Agrowisata D’emmerick dievaluasi dengan menggunakan 11
(sebelas) indikator, aspek kelemahan dievaluasi dengan menggunakan 5 (lima)
indikator, aspek peluang dievaluasi dengan menggunakan 5 (lima) indikator, dan
aspek ancaman dievaluasi dengan menggunakan 2 (dua) indikator.
34
Langkah analisis SWOT dalam penulisan ini dilakukan dengan tahap-
tahapan sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, secara ringkas
dijelaskan sebagai berikut: Langkah pertama, Indikator-indikatornya diberikan
bobot masing-masing dengan skala mulai 1,0 (tidak penting) sampai 4 (sangat
penting). Langkah kedua, menjumlahkan bobot kekuatan dan kelemahan untuk
menghitung bobot relatif masing-masing indikator untuk kekuatan dan
kelemahan, sehingga total nilai bobot menjadi 1 (100%). Dengan cara yang sama
dihitung bobot dan bobot relatif untuk peluang dan ancaman. Langkah ketiga,
menentukan rating, yaitu analisis penulis terhadap kemungkinan yang akan terjadi
dalam jangka pendek. Nilai rating untuk variabel kekuatan diberi nilai 1 sampai
dengan 4. Nilai 1 apabila kemungkinan indikator bersangkutan kinerjanya
semakin menurun dibanding perusahaan pesaing, nilai 2 apabila dimungkinkan
indikator kinerjanya sama, sedang indikator 3 dan 4, dimungkinkan kinerjanya
lebih baik dibanding perusahaan pesaing. Penilaian yang sama juga dilakukan
untuk penilaian variabel peluang.
Nilai ranting untuk variabel kelemahan diberi nilai 1 sampai dengan 4.
Nilai 1 apabila indikator perusahaan yang diamati memiliki banyak kelemahan
dibanding perusahaan pesaing, sebaliknya jika kelemahan sedikit atau semakin
menurun dibanding perusahaan pesaing maka kelemahan semakin kecil, sehingga
perusahaan amatan dapat diberikan nilai 3 atau 4. Penilaian tersebut juga berlaku
pada variabel ancaman.
Langkah keempat, menentukan nilai skor, nilai skor diperoleh berdasarkan
hasil perkalian nilai bobot relatif dengan rating masing-masing indikator. Total
nilai skor mendekati 1 untuk faktor internal menunjukkan bahwa semakin banyak
kelemahan internal dibanding kekuatannya. Sedang semakin nilai mendekati 4,
semakin banyak kekuatan perusahaan amatan dibanding kelemahannya. Begitu
juga untuk penilaian faktor eksternal.
Gabungan kedua kondisi internal dan eksternal tersebut selanjutnya
dimasukkan dalam internal ekternal matrik, sehingga dapat diketahui posisi
persaingan yang terjadi, sehingga dapat ditentukan strategi yang tepat untuk
memenangkan persaingan pada tahun-tahun selanjutnya.
35
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai internal sebesar 3,41, sedang
nilai eksternalnya adalah sebesar 3,75, sehingga dapat digambarkan Diagram
Analisis SWOT (Gambar 13) sebagai berikut: (Lampiran)
Gambar 13 Bagan Diagram Analisis SWOT
Melihat diagram matrik SWOT tersebut di atas dapat diketahui bahwa
posisi lanskap Agrowisata D’emmerick berada pada kuadran 1, hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam posisi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (grown oriented
strategy), artinya perusahaan diharapkan mampu memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Adapun 4 strategi kemungkinan alternatif yaitu adalah
1. SO (Strengts-Opportunities):
a. Mengoptimalkan wahana yang sudah ada, dan menambah berbagai
fasilitas untuk memanfaatkan lahan yang masih tersedia.
b. Mempertahankan kwalitas peralatan yang digunakan untuk
pengelolan lanskap yang sudah memiliki SNI.
c. Menambah lokasi-lokasi pembibitan sekaligus sebagai tempat
edukasi bagi para pengunjung.
BERBAGAI PELUANG
BERBAGAI ANCAMAN
KEKUATAN
INTERNAL KELEMAHAN
INTERNAL
1. Mendukung Strategi
Agresif
3. Mendukung Strategi
Turn Around
4. Mendukung Strategi
Defensif
2. Mendukung Strategi
Diversifikasi
(3,41;3,75)
36
d. Meningkatkan berbagai pelatihan peningkatan kapasitas seluruh
pegawai agrowisata sesuai dengan bidangnya masing-masing.
2. ST (Strengts-Threats):
a. Memaksimalkan SDM yang tersedia sesuai dengan bidangnya
b. Meningkatkan promosi Agrowisata D’emerik melalui berbagai
media cetak dan elektronik
3. WO (Weaknesses-Opportunities):
a. Segera menyusun SOP pengelolaan taman agar taman semakin
indah dan menambah daya tarik pengunjung.
b. Menyepakati jadwal pengawasan antara supervisor dengan
gardener.
c. Menyediakan tempat sampah yang sudah terkelompokkan menjadi
tempat sampah organik dan anorganik.
4. WT (Weaknesses- Threats):
a. Menambah berbagai fasilitas bermain anak yang mengandung
unsur edukasi.
b. Melakukan inventarisasi fasilitas dan peralatan sebagai dasar
pengambilan kebijakan perbaikan dan peremajaan fasilitas yang
dimiliki.
c. Menambah beberapa spot foto yang menarik disekitar restoran.