19
BAB IV
SUNTINGAN TEKS
A. Inventarisasi Naskah
Inventarisasi naskah adalah mendaftar semua naskah yang terdapat di
berbagai perpustakaan dan museum dengan melihat katalog yang ada. Katalog
ini akan mempermudah dalam pencarian naskah yang akan diteliti. Katalog-
katalog yang telah diteliti. Katalog penunjang penelitian adalah sebagai berikut.
1. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
2. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra
Universitas Indonesia (Behrend, T. E. dan Tutik Pudjiastuti (Ed.),
1997),
3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 5A (Edi S. Ekadjati
dan Undang A. Darsa, 1999),
4. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts (Streff, Joan de
Lijster dan Witkam, Jan Just, 1998)
5. Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari (Achadiati
Ikram, Tjiptaningrum F. Hasan, dan Dewati Kramadibrata, 2001)
Dari beberapa katalog yang sudah diteliti, Teks “Pasal Obat” menunjukkan teks
tunggal. Teks “Pasal Obat” layak untuk diteliti.
20
B. Deskripsi Naskah
Tahap selanjutnya yang harus dilalui setelah inventarisasi naskah
adalah deskripsi naskah. Deskripsi naskah menguraikan hal-hal mengenai isi
naskah dan pokok-pokok isi naskah secara terperinci untuk mengetahui keadaan
naskah dan isi naskah tersebut. Deskripsi naskah dalam penelitian ini meliputi :
judul naskah, nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, keadaan naskah,
ukuran naskah, tebal naskah, jumlah baris pada setiap halaman naskah, huruf,
aksara, dan tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bentuk teks, fungsi sosial teks,
dan catatan-catatan lain.
Deskripsi naskah teks “Fasal Obat” adalah sebagai berikut .
1. Judul Naskah
Dalam naskah tidak disebutkan judul secara jelas. Dalam katalog Induk
Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia judul naskah Ramalan Gempa, Obat, Doa dan Azimat dengan
judul teks adalah “Fasal Obat“. Pemberian judul tersebut berdasarkan
isinya tentang macam-macam obat. Dalam teks ini penulisan obat
dikelompokkan dalam pasal-pasal. Berdasarkan hal tersebut penulis
kemudian memberi judul berdasarkan isi teks. Teks yang menjadi objek
penelitian ini berjudul “Fasal Obat”. Secara implisit judul ini terdapat
dalam teks sebagai berikut.
Pasal pada menyatakan obat sakit dalam perut yang
Tiada afiait oleh segala obat pertama lada kedua jabar hitam
Ketiga jamawaj keempat bawang putih kelima daun kurat ke
21
Enam lamar puyang padi ketujuh halimirah kedelapan senti
Hali kesembilan mengali kesepuluh buah pala kesebelas bawang
Lawang keduabelas daun tirta buahan ketiga
Belas akar keempat belas sulat kulit manis kelima
2. Nomor Naskah
Naskah ini bernomor ML 464. ML merupakan singkatan dari Melayu,
kode koleksi naskah Melayu di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia.
3. Tempat Penyimpanan Naskah
Naskah ini tersimpan sebagai salah satu koleksi naskah Melayu yang
berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Salemba Raya
28A, Jakarta, Indonesia.
4. Keadaan Naskah
Fisik naskah masih utuh dan lengkap, artinya tidak terdapat lembaran-
lembaran naskah yang hilang, menggunakan kertas impor (deskripsi
naskah Perpustakaan Nasional RI), tulisan jelas terbaca dan ditulis dengan
tinta hitam dan abu-abu. Penjilidan masih baik dan dijilid dengan karton
biru tua.
5. Ukuran Naskah
1. Ukuran lembaran naskah
22
p x l = 12 x 20 cm
2. Ukuran ruang teks
p x l = 10 x 18 cm
6. Tebal Naskah
Tebal naskah seluruhnya 40 halaman, tidak terdapat halaman yang kosong.
Teks “Fasal Obat” berjumlah 8 halaman.
Perhatikan tabel berikut.
No Halaman Teks
1
2
3
4
1-26
27-34
35-36
36-40
Teks Ramalan Gempa
Teks Pasal Obat
Teks Doa
Teks Azimat
7. Jumlah Baris pada Setiap Halaman Naskah
Jumlah baris pada setiap halaman naskah rata-rata 15 baris.
8. Huruf, Aksara dan Tulisan
a. Jenis tulisan
Jenis tulisan yang dipakai adalah Arab Melayu (Jawi).
b. Ukuran huruf
23
Ukuran huruf yang dipakai dalam penulisan berukuran sedang (medium).
c. Bentuk huruf
Bentuk huruf yang dipakai bentuk tegak lurus (perpendicular).
d. Keadaan tulisan
Keadaan tulisan cukup baik dan jelas, tetapi ada beberapa tulisan
yang tidak jelas sehingga sulit untuk dibaca.
e. Jarak antarhuruf
Jarak antarhuruf rapi tidak terlalu renggang.
f. Goresan pena
Goresan pena dalam teks tampak tebal.
g. Warna tinta
24
Warna tinta yang dipakai dalam teks ada dua macam, yaitu tinta
abu-abu dan hitam. Tinta abu-abu dipakai untuk menulis kata
‘Pasal”
h. Pemakaian tanda baca
Dalam naskah ini tidak digunakan tanda baca yang sifatnya
standar. Di dalamnya terdapat kata-kata tumpuan yang berfungsi
sebagai pembatas antarkalimat, antaralinea, misalnya dan, dan
demikian lagi, adapun.
9. Cara Penulisan
1. Penempatan tulisan pada lembar naskah
Cara penempatan tulisan pada lembar naskah, yaitu teks ditulis dari
arah kanan ke kiri, cara seperti ini mengikuti cara penulisan huruf
Arab. Penulisan teks pada lembaran naskah secara bolak-balik. Kedua
sisi halaman pada setiap lembar naskah ditulisi semua. Cara penulisan
seperti ini biasanya disebut dengan istilah recto dan verso. Pada
halaman pertama tidak ditulis dengan cara bolak-balik.
2. Pengaturan ruang tulisan
Ruang tulisan terbentuk secara bebas, tidak ada pembatas, misalnya
garis yang mengatur ruang tulisan.
3. Penomoran naskah
25
Penomoran naskah merupakan tambahan orang lain dengan
menggunakan pensil.
10. Bahan Naskah
Bahan naskah adalah kertas Eropa. Kertas ini sudah berwarna kecoklatan.
Watermark kertas tidak tampak dengan jelas akibat lapuknya kertas
sehingga kapan tahun pembuatan kertas dan pembuat tidak dapat diketahui
secara pasti.
11. Bahasa Naskah
Bahasa yang digunakan dalam naskah ini adalah bahasa Melayu klasik.
12. Fungsi Sosial Teks
Fungsi sosial teks adalah membantu ilmu baru di bidang kesehatan. Serta
dapat dimanfaatkan masyarakat untuk pengganti obat kimia.
C. Ikhtisar Isi Teks
Halaman naskah Halaman teks Isi Teks
27 1 1. Obat Sakit Perut
2. Rempah-rempah yang dibutuhkan
3. Cara meramu obatnya
26
4. Cara meminumnya
28
29-30
31-32
2
3-4
5-6
5. Obat sakit perut
6. Rempah-rempah yang dibutuhkan
7. Cara meramu obatnya
8. Obat sakit mata.
9. Obat sakit batuk
10. Rempah-rempah yang dibutuhkan
11. Cara meramu obatnya
12. Obat sakit mata.
13. Rempah-rempah yang dibutuhkan
14. Cara meramu obatnya
15. Obat sakit batuk
16. Rempah-rempah yang dibutuhkan
17. Cara meramu obatnya
18. Obat sakit telinga
19. Rempah-rempah yang dibutuhkan
20. Cara meramu obatnya
21. Obat sakit pinggang
27
D. Kritik Teks
Kritik teks adalah suatu kegiatan menilai teks apa adanya. Kegiatan kritik
teks ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh adanya tradisi salin menyalin
teks yang memungkinkan timbulnya kesalahan salin tulis, dan melalui kritik
teks akan mendapatkan teks (bacaan) yang benar, yaitu bacaan yang
mendekati teks aslinya. Tujuan kritik teks adalah menelusuri kembali suatu
naskah dalam keadaan asli mungkin, dengan jalan membandingkan dengan
naskah-naskah sejenis dalam segala segi dan aspeknya, mulai dari bentuk
tulisan, ejaan, leksikologi, morfologi, sintaksis sampai kepada isi ceritanya.
Kegiatan kritik teks sangat memperhatikan kelainan bacaan yang ada
dalam teks. Kelainan bacaan tersebut disebabkan oleh perubahan yang
dilakukan oleh penyalin. Perubahan-perubahan itu merupakan kesalahan salin
tulis baik sengaja maupun tidak. Kegiatan salin-menyalin teks tersebut
menyebabkan korupsi atau rusak bacaan tidak dapat dihindari.
Bentuk-bentuk kesalahan yang biasa terjadi dalam penulisan naskah lama,
dinamakan dengan istilah-istilah filologi sebagai berikut.
Substitusi, yaitu penggantian huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat,
dan paragraf. Dalam naskah ini hanya ditemukan satu bentuk kesalahan yaitu
substitusi. Perincian kesalahan salin tulis dari masing-masing kasus dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut.
28
Tabel Substitusi
No. Hal. / Baris Baca Latin Edisi
1.
8/15
jampurkan
campurkan
E. Suntingan Teks
1. Pengantar
Salah satu tujuan penelitian ini adalah menyediakan suntingan
teks “Fasal Obat”. Dengan suntingan ini diharapkan tersedia bentuk
29
teks “ Fasal Obat” yang baik dan benar; baik dalam arti mudah dibaca
karena telah ditransliterasikan dari huruf Arab ke huruf Latin; benar
maksudnya isi teks dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
“Menyunting adalah menyediakan naskah untuk siap cetak atau siap
diterbitkan yang memperlihatkan segala sistematika penyalinan, isi,
dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi dan struktur)” (KBBI, 1995:
977).
Dalam transliterasi teks disajikan dengan menggunakan tanda-tanda
khusus sebagai berikut.
1. Tanda garis miring dua ( // ), digunakan untuk menunjukkan pergantian
halaman.
2. Kata, frase atau kalimat yang diberi angka (1,2,3,…), di kanan atas dapat
dilihat di dalam catatan kaki.
3. Angka (1,2,3,…) yang terdapat pada sisi pias kanan teks, menunjukkan
halaman naskah.
4. Tanda kurung dua, [ ], menunjukkan penghilangan huruf atau suku kata
oleh penyunting.
5. Tanda kurung siku, ( ), menunjukkan tambahan dari penyunting.
6. Tanda kurawal, { }, menunjukkan skolia atau kekurangan teks yang
tercatat dalam pias teks.
7. Tanda hubung, --- , menunjukkan teks tidak dapat dibaca oleh penyunting.
Pedoman ejaan yang digunakan dalam suntingan “Fasal Obat” ini
adalah sebagai berikut.
30
1. Ejaan dalam suntingan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang terdapat
pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
(EYD).
2. Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah diserap dalam bahasa
Indonesia disesuaikan dengan EYD.
3. Kosa kata arkais dan kosa kata yang menunjukkan ciri khas bahasa asal
(Melayu) ditulis miring.
4. Istilah-istilah dan kosa kata dalam bahasa Arab yang belum diserap ke
dalam bahasa Indonesia ditulis sesuai dengan pedoman transliterasi dan
ditulis miring.
5. Penulisan kata ulang disesuaikan dengan EYD.
2. Pedoman Transliterasi
1. Huruf ain ( ع) yang terletak di tengah dan disukunkan, diedisikan
menjadi k, pada kosakata yang telah diserap dalam bahasa Indonesia,
dan ( ‘ ) jika terdapat pada kosakata yang belum diserap.
2. Kata-kata bahasa Arab yang belum diserap dalam bahasa Indonesia
diedisikan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tasydid ّ dilambangkan dengan huruf rangkap. Misalnya :
azza wa jalla‘لجوزع
b. Tanda maddah alif ( ا), wawu ( و), dan ya ( ي ) sebagai penanda
vokal panjang diedisikan memberi garis datar di atasnya. Misalnya:
ā, ī, ū.
31
c. Kata sandang ( ل ا) yang diikuti huruf qamariyah diedisikan
dengan /al-/, apabila terletak di awal kalimat. Apabila terletak di
tengah kalimat atau frase maka diedisikan dengan /′l-/, sedangkan
kata sandang ( ل ا) yang diikuti huruf syamsiyah diedisikan
menjadi huruf syamsiyah yang mengikutinya.
3. Huruf-huruf pendiftong, yaitu au ( و ا) dan ai ( ي ا) ditulis dengan
vokal /au/ untuk و اdan vokal /ai/ untuk ي ا .
4. Ta marbuthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan
dhammah, ditransliterasikan /h/. Untuk hamzah ( ء) mati
ditransliterasikan dengan huruf /k/.
5. Huruf-huruf yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan
dhammah, pada akhir kalimat ditransliterasikan dengan huruf mati.
Misalnya: الرحيم 'r-Rahīm.
Tabel Pedoman Transliterasi
Huruf Nilai Huruf Nilai
Th ط A ا
Zh ظ B ب
‘ ع T ت
Gh غ S ث
F ف J ج
Q ق H ح
32
K ك Kh خ
L ل D د
M م Z ذ
N ن R ر
W و Z ز
H ه S س
Y ي Sy ش
Sh ص
Dh ض
Ng غ P ق
Ny ث G ک
C ج
33
3. Suntingan Teks
Pasal pada menyatakan obat sakit dalam perut yang tiada afiat
oleh segala obat. Pertama lada, kedua jabar hitam, ketiga jamawaj,
keempat bawang putih, kelima daun kurat, keenam lamar puyang
padi, ketujuh halimirah, kedelapan sentihali, kesembilan mengali,
kesepuluh buah pala, kesebelas bawang lawang, keduabelas daun
tirta buahan, ketiga belas akar janama nasara, keempat belas sulat
kulit manis, kelima belas kulit takar. Setelah lengkap sekalian bagi
itu, maka kita bahagi tiada’ lada satu bahagi dan kuah?. Serta
Jempah sebahagi dan sekalian janur sebahagi maka, sekalian itu
ditutup lah pada liang setelah lumat maka, ingatkan Apabila hendak
kita makan maka ambil sedikit kita telan atau kita minum insyaallah
ta’ali afiat tamat.
Ini obat jangan keluar pertama tatap kerbau, kedua sakang,
ketiga kayu cendana diasah. Ketiganya pada batu hingga seratnya
kaku maka sebuah kekar? sedikit kita telan atau kita minum tamat.
Pasal pada menyatakan obat kayu dalam perut dan mulutnya pun
busang. Tatkala berkata-kata akhirnya putus perutnya oleh nyakit itu,
akan obatnya ambil daun kermang, dan daun runang dan daun
bawang merah maka pipih hampir bedakan diminum afiat.
Pasal obat mata buat larangan ambil kedaki. Dibasuh maka
perahkan kematanya afiat olehnya. Obat mata buat larangan ambil
hati hiu maka pasir. Setelah sudah maka makan dan ambil sedikit
sapukan pada mata afiat.
Pasal ini obat batuk, adapun batuk itu berbagi-bagi
adakalahnya basah perangainya ada kerang perangainya maka yang
basah dalam dada pada paru-paru akan obatnya ambil air madu
sedikit maka dipermasang perlahan-lahan. Juga pada apa maka
diperbubah akan darkam barata itu enam kuping, dan mustakai enam
34
kipang, maka memarkan maka, dan bubah jirahim enam kipang dan
haliya yang sudah dilerpadang enam kipang dan nata haliya enam
kupang dan lada pudi enam kipang maka dimemarkan sekaliannya.
Jadi akan manjun, maka dimakan pagi-pagi tafkala belum makan dan
tafkala tidur maka tafkala berubah dimakan nasar dengan air maka
jangan lain supaya segera sembuh. Olehnya obat banyak yang
kurang tiyada ku disertanya balanama. Tafkala batuk itu sebab
berkambuh perangai sajak besarnya kurang, yaitu perakit sadui
namanya tempatnya dalam di diperparukan obatnya ambil haliya.
Maka disebur empat kali atau lima kali dibuang jua airnya. Dibuih
air lain pula setelah sudah didesir maka jahar kuranglah penyapa
lumatlah campurkan dengan tepung kandam. Maka dipermasuk
beserta susur, dan minyak sapi, dan lagi maka jadikan kalaji maka
makan pagi-pagi petang jelangan. Makan makanan yang lain dada
ambil kapur? lagi kayu menasir, dan lada sulah, dan hali pada, dan
sukasar, dan hakagu. Maka pipasara semuanya akan airnya manina
Itu air madu maka minum tiga pagi afiat. Olehnya sebagai lagi obat
banyak itu satuk ambil bawaang dan hati lakakusara tujuh hari sara
maka makan afiat olehnya sebagai lagi obat banyak disupat pada
mengaku saban maka diminum tiga pagi ini yafda.
Pasal pada menyatakan obat Isyak. Ambil akar dayab tujuh
akarnya dan buang tujuh hulasar, dan lada tujuh belas biji, dan beras
sedikit maka lumpangkan beri dimakannya afiat. Olehnya sebagai
lagi obat Isak maka ambil kadaki barta dua masa dan Sanataha hali
pada barata dua masa maka pakis airnya madu maka kalika maka
telan tiga pagi Afiat. Olehnya sebagai lagi obat isak ambil juga
masam atau air belimbing yarasaki pada sedaya dipermasak. Jadikan
sajunaka maka ambil hingga maka hanjurkan dalam air itu maka
diminum pagi2 afiat olehnya sebagai lagi obat isak. Ambil pucuk
dayab tujuh tarik, dan bawang putih tujuh hulas, dan beras sejumput,
dan kadamayangka sedikit maka pipis airnya juga masam maka
ditelan atau diminum. Afiat sebagai lagi obat isyak ambil air terong
35
parta dan air madu sehingga serasar jadi maka diminum afiat.
Olehnya sebagai lagi obat isak atau batuk disusut pada mangkuk,
maka dibubah airnya dan lada pudi dihancurkan dalamnya maka
henapkan maka diminum ini yang disurat.
Pasal obat mata sapar ambil injen-injen putih dan beras. Maka
kikis keduanya maka diperjelang afiat olehnya. Sebagai lagi obat
mata sapar ambil biji bayam?maka isah dengan dengan air mawar
peji maka diperjelang afiat olehnya. Sebagai lagi obat mata sapar
ambil peji dan sayadalapakam sedikit dan kadaki maka ditapa lumat-
lumat dijampurkan ketiganya maka dimasukan kedalam neraca,
maka diperahkan pada mata afiat olehnya.
Pasal obat telinga berdarah atau bernanah itu ambil daun perah
pada telinga obat tuli ambil maka kelusuk perah pada telinga sebagai
lagi obat telinga tuli ambil tahi kuda diperahkan pada telinga afiat.
Sebagai lagi obat telinga barata panpara ambil daun kajang muda
kelusuk dengan minyak maka diperahkan dalam telinga. Afiat
olehnya sebagai lagi obat telinga bernanah ambil akar pasak
datapatap lumat2 dayu minyak lang dan bawang putih. Maka
dipermasakan gapai hingga mendidih bangkit. Setelah masak maka
perah ke dalam telinga sebagai lagi obat telinga sakit. Seperti
dicucuk-cucuk ambil maman hitam pipis perahkan pada telinga.
Afiat sebagai lagi obat lama berada dalam telinga ambil kadama
harmuz? dan daun sirih kelusuk maka perahkan dalam telinga.
Afiyat pasal obat kayak dalam parta ambil daun kurma’ dan daun
dunang dan daun badang merah maka pipis hempas pada tubuh
airnya diminum afiat sebagai lagi obat kayak ambil daun layang
ambil dan daun balimbang pasak maka tutu-tutuk perah airnya
jempurkan dengan sebagai lagi obat kalang-kalang ambil senjali
batang maka mamah dengan sirih pinang afiat.
Pasal obat sakit pinggang. Pertama jura putih, kedua jura
manasa, ketiga bawang putih, lima buah dipipis lutung. Ketiganya
36
bubah sedikit ditelan tiga pagi niscaya sembuhlah. Pasal obat yaitu
seperti kudal tatak besar-besar sedikit dada pada kudal. Pertama
bawang merah pipis lumat-lumat maka dijamak dengan minyak
likan maka dikusukkan padanya tamat.
Daftar Kata Sukar
Arti didapatkan dari Kamus Dewan tahun 2003 Edisi ketiga
jabar : mengubah bentuk agar mudah dipahami (hal 505)
hali : tumbuhan jahe (hal 431)
mirah : permata yang berwarna merah (hal 892)
sulat : tersusun rapi (hal 1315)
tutuk : tumbuhan (hal 1501)
Kudal : sangat kotor (hal 702)
Kalang : penyangga (hal 564)
Pipa : pembuluh (hal 1042)
Sara : kelam/kabut (hal 1191)
Kapur : benda putih yang diperoleh dari kulit kerang (hal 576)