169
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan mengacu pada hasil
interpertasi dan pembahasan terhadap pengembangan desain materi kurikulum
muatan lokal Siwalima yang ditujukan pada Tingkat Sekolah Menengah Atas di
Kota Ambon yang telah dikemukakan pada bab IV dapat ditarik beberapa
simpulan dan rekomendasi yang dapat digunakan sebagai acuan dan panduan bagi
penyelengara pendidikan khususnya guru sebagai pelaksana kurikulum muatan
lokal Siwalima .
5.1. Simpulan
Berdasarkan deskripsi, analisis, dan pembahasan data hasil penelitian
mengenai kondisi Siwalima budaya Maluku, desain materi yang cocok
dikembangkan untuk mengembangkan desain materi kurikulum muatan lokal
Siwalima dan ketercapian implementasi desain materi kurikulum muatan lokal
Siwalima dalam rangka pengembangan desain materi kurikulum muatan lokal
Siwalima pada Tingkat Sekolah Menengah Atas dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi Siwalima Budaya Maluku
Pada umum masyarakat Maluku baik penduduk asli maupun pendatang
mengetahui Siwalima budaya Maluku baik mencakup: Sistem pemerintahan
negeri adat, adat sasi, pela gandong, masohi dan makan patita, pengetahuan
masyarakat didukung juga dengan adanya pemberlakuan logo dan moto Siwalima
170
yang digunakan pemerintah Maluku sebagai lambang pemerintah Maluku.
Siwalima memiliki arti miliki bersama terlihat dari adanya kesamaan budaya yang
dimiliki masyarakat Maluku. Kondisi Siwalima budaya Maluku,
pemberlakuannya masih bertahan terlihat dari adanya; relevansi dengan
kehidupan sekarang, relevansi dengan kehidupan akan datang, dan pengetahuan
dan sikap siswa terhadap nilai-nilai Siwalima budaya Maluku yang berlaku
dimasyarakat. Gambaran tentang kondisi Siwalima Budaya Maluku ini terurai
sebagai berikut:
a. Relevansi dengan kehidupan sekarang
Umumnya masyarakat Maluku baik penduduk asli maupun pendatang
seperti: Jawa, Bugis, Makasar maupun Buton bukan hanya mengetahui
kebudayaan tersebut tetapi juga ditunjukan dengan mentaati dan melaksanakan
budaya tersebut. Relevansi budaya Siwalima budaya Maluku dengan kehidupan
masyarakat juga ditunjukan dengan adaya upaya penyelesaian konflik panjang
tahun 1999-2004 yang mengarah pada isu SARA dengan menggunakan
pendekatan Siwalima budaya Maluku. Hal ini karena Siwalima budaya Maluku
tersebut turut mengatur kehidupan masyarakat Maluku. Pemberlakuan ini
ditunjukan dengan pelaksanaanya dimasyarakat yakni:
1) Pemerintahan negeri adat dalam implementasi pelaksanaannya mengatur
tentang pelaksanaan pemerintahan negeri (pada masyarakat umum
mengenalnya dengan sebutan kampung), hal ini karena dilatarbelakangi
kondisi masyarakat Maluku pada setiap daerah-daerah di Maluku sejak
171
dahulu terbentuk pemerintahan-pemerintahan kecil yang dipimpin oleh
seorang kepala pemerintahan dimana masyarakat Maluku mengenal dan
menyebutnya sebagai Raja.
2) Adat sasi dalam implementasi pelaksanaannya mengatur tentang pengelolaan
dan pemeliharaan lingkungan yang menjadi kebutuhan pangan masyarakat
Maluku pada umumnya, yang mencakup baik didarat maupun laut.
3) Pela gandong dalam implementasi pelaksanaannya mengatur tentang status
ikatan-ikatan menyangkut perserikatan-perserikatan yang telah terjalin sejak
dulu dan dilaksanakan serta ditaati diantara masing-masing anggota
masyarakat negeri adat yang terdapat didaerah-daerah di Maluku.
4) Masohi dalam implementasi pelaksanannya menyangkut kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan masyarakat berhubungan dengan kegiatan kerja yang
dilakukan secara bersama-sama baik menyangkut kepentingan bersama
maupun kepentingan pribadi dari masing-masing orang selaku anggota
masyarakat dalam negeri adat.
5) Makan Patita dalam implementasi pelaksanaannya mengatur tentang
kebiasaan-kebiasaan penyelenggaraan makan bersama yang dilaksanakan
oleh masyarakat negeri adat dalam kegiatan-kegiatan negeri adat.
2. Relevansi dengan Kehidupan akan datang
Keberadaan masyarakat untuk tetap mempertahankan budaya Siwalima
yang menunjukan relevansi dengan kehidupan akan datang adalah adanya sikap
masyarakat yang meyakini Siwalima budaya Maluku mencakup sistem
172
pemerintahan negeri adat, adat sasi, ikatan pela gandong, masohi, dan makan
patita membawa kemaslahatan bagi semua anggota masyarakat dan adanya rasa
takut apabila tidak mentaati dan melaksanakan nilai-nilai budaya tersebut baik
karena adanya pengaruh dari pemerintah negeri adat maupun sanksi yang
dipercaya akan menimpa baik pribadi dari masyarakat tersebut maupun
masyarakat negeri adat secara luas.
Faktor lain yang menyebabkan Siwalima budaya Maluku tetap
diberlakukan sampai dengan kehidupan yang akan datang didasarkan pada nilai-
nilai yang terkandung dalam Siwalima budaya Maluku bersifat Universal yakni:
1) Sistem pemerintahan negeri adat dengan sifatnya mengatur pemerintahan
ketertiban masyarakat maka nilainya lebih banyak mengandung nilai-nilai
kebersamaan yang berhubungan dengan kepentingan bersama. Hal tersebut
terlihat dalam menjalankan pemerintahannya raja selaku kepala pemerintahan
negeri dibantu oleh beberapa badan yang bekerja untuk kepentingan
masyarakat.
2) Sasi dengan keberadaannya mengatur pengelolan alam terkandung nilai
penghargaan terhadap alam yang ditujukan dengan dengan adanya
perlindungan terhadap sumber daya alam. Pelaksaanaannya dilakukan dengan
cara perlindungan sumber daya alam didarat dilakukan terhadap hasil-hasil
hutan seperti kelapa, cengkih, pala, pisang dll sedangkan perlindungan
sumber daya alam dilaut dilakukan terhadap ikan, maupun biota-biota laut
173
lainya. Hal ini ditunjukan dengan adanya larangan tidak boleh diambil
sebelum waktunya sebagimana ketentuan yang telah diatur dalam adat sasi.
3) Pela Gandong dalam pelaksanaanya dengan keterikatan hubungan yang
terjalin antara beberapa daerah di Maluku bukan hanya terjadi karena
persamaan secara letak georafis dan agama yang sama tetapi juga hubungan
yang terjalin ini karena perbedaan tersebut dalam kehidupan masyarakat
terlihat adanya pengakuan akan adanya nilai-nilai kemanusian
4) Makan Patita pelaksanaannya dilakukan dengan cara masyarakat secara
pribadi dari masing-masing anggota masyarakat negeri adat menyiapkan
sejumlah makanan baik yang dimasak secara pribadi maupun bahan-bahan
makanan disediakan dari masing-masing anggota masyarakat adat kemudian
dimasak secara bersama-sama ditata pada satu tempat tampa menggunakan
meja makan hanya diatas tanah beralaskan daun-daun setelah itu proses untuk
makan makanan tersebut dilakukan secara bersama-sama anggota masyarakat
dalam negeri adat tampa memandang usia, status seseorang dalam
masyarakat maupun perbedaan-perbedaan status agama. Hal ni secara jelas
menggambarkan adanya nilai-nilai kebersamaan, saling menghargai, saling
membantu dan bekerja sama.
5) Masohi, dalam pelaksanaannya pada masayarakat Maluku dilakukan dengan
cara bekerja secara bersama-sama yang melibatkan masyarakat negeri adat
baik untuk kepentingan bersama maupun kepentingan pribadi dilakukan
dengan cara dimana, masyarakat Maluku biasa menyebutnya dengan sebutan
174
“ badati” yakni menyumbangkan tenaga, materi berupa uang maupun barang.
Hal menjelaskan nilai-nilai yang terkandung di dalam pelaksanaan masohi
yakni meliputi; kerja sama, tolong menolong, saling menghargai, dan
menghormati orang lain.
Kondisi Siwalima budaya Maluku yang meliputi: Sistem pemerintahan
negeri adat, adat sasi, ikatan pela gandong, kebiasaan-kebiasaan Makan patita dan
masohi sampai saat ini masih memiliki relevansi dengan kehidupan yang akan
datang berdasarkan temuan penelitian terlihat, selain dari adanya kehidupan
masyarakat Maluku yang masih tetap memberlakukan budaya-budaya tersebut
dalam kehidupan sehari-hari banyak diantara para pemerhati budaya Maluku
sampai dengan saat ini masih melakukan pengkajian terhadap budaya-budaya
Maluku sebagai bentuk kepedulian dan upaya untuk melestarikan nilai-nilai
budaya tersebut yang kemudian dituangkan dalam karya-karya ilmiah, buku-buku,
koran dan bahkan majalah khusus yang memuat budaya-budaya Maluku hal ini
dimaksudkan sebagai bentuk panduan dan pedoman bagi masyarakat luas yang
ada di Maluku terhadap pelaksaanan-pelaksanaan budaya tersebut. Pengakuan
akan adanya budaya-budaya Maluku tersebut juga mendapat perhatian yang
memiliki kekuatan hukun dalam bentuk pengakuan dari pemerintah Maluku yang
diperkuat dengan dikeluarkannya PERDA No 14 thn 2005 tentang penetapan
kembali negeri sebagai kesatuan masyarakat hukum adat dalam wilayah
pemerintahan Maluku.
175
3. Pengetahuan dan sikap siswa terhadap nilai-nilai budaya Siwalima yang
berlaku dimasyarakat
Gambaran kondisi Siwalima budaya Maluku ini juga terlihat dari temuan
hasil angket dan wawancara yang mengkaji pengetahuan dan sikap siswa terhadap
nilai-nilai budaya Siwalima yang berlaku dimasyarakat yang melibatkan 100
siswa SMA di Ambon mencakup empat sekolah yakni; SMA Siwalima Ambon,
SMA Pertiwi Ambon, SMA 13 Ambon, dan SMA 5 Ambon,. Selaku genarasi
muda anak Maluku yang produktif yang akan menjalankan perannya dimasyarakat
menunjukan pada umumnya siswa mengetahui Siwalima budaya Maluku tersebut
hal ini ditunjukan dengan adanya dari 100 siswa sebagian besar yakni 87%
mengakui pernah mendengar, pengetahuan ini diperoleh lebih banyak dari guru,
orangtua, teman dan kemudian buku. Pengetahuan ini Pada dasarnya hanya
namanya saja, konten dari Siwalima budaya-budaya meliputi; sistem
pemerintahan adat, sasi, pela gandong, masohi dan makan patita tidak diketahui
anak, namun pada sisi lain ada keinginan anak untuk mempelajari hanya saja
karena kesibukan aktivitas sekolah dan tidak menjadi satu keharusan untuk anak
memepelajarinya. Keberdaan ini juga didukung dengan adanya sikap senang
sekali apabila Siwalima budaya-budaya tersebut dipelajari disekolah melalui mata
pelajaran muatan lokal.
2. Desain Materi Kurikulum Muatan Lokal Siwalima
Pemberlakuan Siwalima budaya Maluku yang masih relevansi dengan
kehidupan masyarakat Maluku dalam pelaksanaannya, namun tidak diperkuat
176
dengan adanya pengetahuan dari masyarakat luas khususnya pengetahuan dan
sikap siswa tentang Siwalima budaya Maluku yang berlaku dimasyarakat yang
akan membekali mereka selaku masyarakat produktif menjalankan perannya
dalam masyarakat. Upaya mendesain materi kurikulum muatan lokal yang paling
cocok dan tepat untuk mentrasformasi nilai-nilai budaya Maluku tersebut
ditunjukan melalui hasil penelitian dengan melakukan indentifikasi materi,
penetapan materi, pengemasan materi dan melakukan pengkajian bentuk akhir
dari desain materi kurikulum muatan lokal Siwalima terlihat sebagai berikut:
1. Prosedur Identifikasi materi Siwalima
Identifikasi materi dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan, pendekatan
konsensus dan pendekatan analitisi menunjukan bahwa bahan, atau materi yang
menjadi isi kurikulum Siwalima yang berlaku dimasyarakat adalah sistem
pemerintahan adat, adat sasi, masohi dan makan patita. Hal ini merujuk pada
temuan hasil penelitian dari pendapat pakar dan diperkuat dengan observasi
kehidupan budaya masyarakat Maluku kegiatan-kegiatan tersebut pada umumnya
diterapkan baik sebagai pribadi maupun anggota mansyarakat pakar juga
menyatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam budaya-budaya Siwalima
tersebut nilai-nilainya bersifat Universal, ini sangat bermanfaat bukan hanya bagi
pemerintah dalam menata kehidupan bermasyarakat pada masayarakat Maluku
tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat Maluku sendiri, sedangkan bagi siswa
ketika dimasukan kedalam kurikulum muatan lokal Siwalima selain mengenalkan
anak terhadap lingkungannya yang kemudian akan menuntut perannya dalam
177
masyarakat, siswa juga dapat menumbuhkan dan menerapkan nilai-nilai yang
bersifat universal tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik Ia selaku pribadi
dalam hidup bersama sebagai anggota masyarakat maunpun sebagai anggota
masyarakat dalam negeri adat.
2. Penetapan materi muatan lokal Siwalima
Dalam penetapan materi muatan lokal Siwalima sistem pemerintahan
negeri adat, adat sasi, ikatan pela gandong, masohi dan makan patita secara
keseluruhan dimasukan sebagai bahan materi yang dipelajari dalam mata
pelajaran muatan lokal dengan berpedoman pada pendapat pakar budaya, tokoh
masyarakat dan pakar pendidikan karena budaya-budaya Siwalima tersebut
penting dalam kehidupan bermasyarakat Maluku yang dalam implementasi
pelaksanaannya merupakan satu paket kesatuan/bagian dari yang lain dimana
dalam sistem pemerintahan negeri adat dalam pelaksanaannya mengatur sasi,
membangun dan mengatur hubungan-hubungan Pela Gandong. Sedangkan makan
patita dan masohi merupakan bagian-bagian dari masayarakat negeri adat yang
telah menjadi kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat negeri adat
dalam pemerintahan negeri adat. Ini berati menunjukan bahwa tanpa adaya
pemerintahan negeri adat baik sasi, pela gandong, makan patita maupun masohi
tidak dilaksanakan dalan masyarakat.
Berdasakan Penelusuran dokumen dan pengaan terhadap lingkungan
aktual budaya Maluku, penetapan materi pemerintahan adat, adat sasi, pela
gandong dan kegiatan makan patita dan masohi adalah terdiri dari:
178
� Pemerintahan negeri adat mencakup: a. Menguraikan asal usul terbentuknya pemerintahan negeri adat b. Menyebutkan jabatan-jabatan dalam pemerintahan negeri adat c. Mengidentifikasikan fungsi-fungsi jabatan dalam pemerintahan negeri adat
� Sasi mencakup: a. Menjelaskan pengertian sasi b. Menguraikan bentuk-bentuk dan tata cara pelaksanaan sasi c. Mengemukakan sanksi pelanggaran terhadap sasi
� Pela gandong mencakup: a. Menjelaskan pengertian pela gandong b. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk ikatan pela gandong c. Menguraikan wujud ikatan pela gandong dalam Perserikatan Bi-Negeri dan
Multi-Negeri � Kegiatan Makan Patita dan Masohi mencakup:
a. Menguraikan pengertian kegiatan makan patita dan masohi masyarakat negeri adat
b. Menguraikan pelaksanaan kegiatan makan patita dan masohi masyarakat negeri adat
c. Mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan makan patita dan masohi masyarakat negeri adat
3. Pengemasan Materi Muatan Lokal Siwalima
Temuan hasil penelitian dari pendapat pakar dan pengkajian dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan Siwalima budaya Maluku mencakup: sistem
pemerintahan negeri, adat sasi, ikatan pela gandong, masohi dan makan patita
dalam rangka pengemasan materi menunjukan:
1. Materi yang sederhana, konkrit untuk dipelajari pembelajarannya
menggunakan berpikir induktif mulai dari mencari fakta dan diambil
kesimpulan adalah pemerintahan negeri adat dan sasi. karena Sistem
pemerintahan memiliki lembaga yang ada dan hidup dalam masyarakat
sekaligus memiliki badan-badan yang menjalankan fungsinya secara nyata,
dan dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat negeri adat sedangkan sasi
memiliki sumber hukum yang jelas dan diatur langsung baik melalui
179
pemerintah negeri adat maupun keterlibatan pihak gereja pada kalangan
masyarakat kristen. Sedangkan
2. Materi yang dianggap abstrak, sulit untuk dipelajari dan pembelajarannya
menggunakan berpikir deduktif yakni dimulai dengan konsep kemudian diuji
berdasarkan fakta adalah ikatan pela gandong, masohi dan makan patita. Hal
ini karena pela-gandong, memiliki sifat filsafat hanya ada dan terikat dalam
pikiran manusia pelaksanaannya hanya dapat ditunjukan melalui sikap dari
pihak-pihak yang terikat dalam hubungan tersebut, sama halnya dengan
kebiasaan masohi dan makan patita pelaksanaannya tidak diatur dalam hukum
adat dalam pemerintahan negeri adat tetapi menjadi kebiasaan dari
masyarakat negeri adat yang ditunjukan dengan sikap.
Bertolak dari temuan penelitian tersebut, dalam pengemasan materi
kurkulum muatan lokal Siwalima dilakukan mulai dari yang sederhana, konkrit
untuk dipelajari pembelajarannya menggunakan berpikir induktif mulai dari
mencari fakta dan diambil kesimpulan menuju pada hal yang dianggap sulit
(kompleks), abstrak dan pembelajarannya menggunakan berpikir deduktif mulai
dari konsep kemudian diuji berdasarkan fakta yang diamati. Untuk itu desain
materi kurikulum muatan lokal Siwalima urutan sekuens pembelajarannya dimulai
dengan; Pertama, sistem pemerintahan adat,. Kedua, adat sasi. Ketiga, ikatan pela
gandong. Keempat, kebiasaan-kebiasaan masohi dan makan patita.
180
4. Bentuk akhir desain materi kurikulum muatan lokal Siwalima
Berdasarkan temuan hasil penelitian yang dilakukan melalui validasi
terhadap materi-materi dengan pakar budaya, tokoh masyarakat, dan pakar
pendidikan materi-materi muatan lokal Siwalima sudah terwakili karena dalam
validasi tersebut tidak ditemukan adanya kekurangan-kekurangan yang
menunjukan kelemahan terhadap desain materi muatan lokal Siwalima. pendapat
pakar lebih ditekankan pada implementasi pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilangsungkan yakni meliputi:
• Standar Kompentensi hanya ada satu Standar Kompentensi yang berfungsi
untuk menaungi Kompentensi Dasar yang dalam pelaksanaannya pada
pembelajaran Kompentensi Dasar berfungsi untuk dapat mencapai Standar
Kompentensi untuk memudahkan siswa dalam memahami budaya Siwalima
Maluku sekaligus pencapaiannya dapat diukur dalam waktu yang singkat
melalui Kompentensi Dasar.
• Strategi pembelajaran dilakukan secara kontekstual guru berfungsi sebagai
fasilitator dalam pembelajaran dan siswa dituntut untuk lebih berperan dalam
pembahasan materi serta perlu adanya kunjungan ke perpustakaan budaya-
budaya Maluku maupun kunjungan-kunjungan pada pemerintahan negeri adat.
• Evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan belajar siswa para pakar
pendidikan menekankan bukan hanya menilai hasil tes siswa tetapi juga proses
pembelajaran yang berlangsung dalam kelas dan lembaran portofolio tugas-
tugas dari siswa yang berkaitan dengan Siwalima budaya Maluku.
181
3. Ketercapaian Implementasi Desain Materi Kurikulum Muatan Lokal Siwalima.
Pengembangan desain materi kurikulum muatan lokal Siwalima yang
dilakukan melalui pengkajian kondisi Siwalima budaya Maluku sebagai bentuk
analisis terhadap kebutuhan dan kemudian dilakukan desain materi melalui
identifikasi materi, penetapan materi dan pengemasan materi serta validasi desain
materi guna memperoleh penyempurnaan materi untuk memperoleh desain materi
sempurna dilakukan uji coba terbatas dan uji coba luas dengan menekankan pada
pelaksanaan hasil implementasi desain materi kurikulum muatan lokal dan
hambatan implementasi desain materi kurikulum muatan lokal Siwalima, terlihat
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Hasil Implementasi Desain Materi Kurikulum Muatan Lokal
Temuan hasil penelitian dalam uji coba luas dan terbatas yang
dilaksanakan terlihat bahwa guru muatan lokal yang melaksanakan uji coba desain
materi dengan latar belakang dispilin ilmu ekonomi, sosiologi, sejarah dan biologi
mampu untuk melaksanakan pembelajaran muatan lokal Siwalima, hal ini terlihat
sangat komunikatif dengan adanya interaksi guru dengan siswa, siswa dengan
siswa berlangsung dengan baik dalam pembelajaran dan proses pembelajaran ini
juga teridentifikasi kekurangan-kekurangan desain materi sebagaimana terungkap
dari adanya pernyataan guru Mulok SMA Siwalima dalam uji coba terbatas bahwa
tidak adanya materi yang menungkapkan sususnan masyarakat negeri adat. Pada
uji coba luas sesuai pernyataan guru Mulok SMA Pertiwi, SMA Neg 13, dan
SMA 5 teridentifikasi kekurangan materi yang mencakup: pengetahuan anak tidak
182
dibekali dengan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya-budaya Maluku seperti
nilai-nilai yang terkandung dalam adat sasi dan ikatan pela gandong, Tidak
adanya penjelasan kata Siwalima dan sebaiknya penjelasan dari materi ikatan pela
gandong dipisahkan.
Berdasarakan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mata
pelajaran kurikulum muatan lokal dengan menggunakan desain materi ini
meningkatkan minat siswa dalam belajar apa yang dipelajari siswa menjadi
sesuatu yang penting dan menyenangkan yang dirasakannya. Hal ini karena nilai-
nilai tersebut menjadi kebutuhan dalam menjalakan peran mereka dimasyarakat
khususnya pada masyarakat negeri adat. Dalam menjalankan mata pelajaran
kurikulum muatan lokal dengan menggunakan desain materi kurikulum muatan
lokal Siwalima dapat dilakukan oleh guru yang berlatar belakang pendidikan apa
saja, asalkan dengan latar belakang guru adalah orang Maluku asli sebab hal ini
memudahkan guru Mulok tersebut dalam melaksanakan kurikulum muatan
Siwalima.
Terkait dengan pelaksanaan uji coba terbatas dan luas untuk mengkaji
kekurangan-kekurangan dalam penyempurnaan desain materi dapat disimpulkan
bahwa desain materi yang cocok dan tepat sebagai pedoman bagi Guru dan Siswa
untuk mendekatkan anak dengan lingkungan budaya Maluku dalam proses
pembelajaran mata pelajaran kurikulum muatan lokal Siwalima adalah sebagai
berikut:
183
Standar Kompentensi :
Siswa mampu mengenal, beradaptasi dengan budaya Siwalima Maluku yang
mencakup; Sistem pemerintahan negeri adat, Sasi, Pela Gandong, kebiasaan-
kebiasaan Makan patita dan Masohi serta mampu menerapkan dan
mengembangkan nilai-nilai budaya Siwalima Maluku tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
Kompentensi Dasar
Materi Pokok
Materi Pembelajaran
Indikator Sumber Bahan
Siswa mampu mengetahui tentang sistem pemerintahan negeri adat dan menghubungkanya dalam kehidupan sehari-hari.
Sistem pemerintahan negeri adat
1. Mendeskripsikan asal usul terbentuknya pemerintahan negeri adat.
2. Menjabarkan susunan masayarakat Maluku dalam negeri adat.
3. Menyelidiki jabatan-jabatan dalam pemerintahan negeri adat.
4. Menganalisis fungsi-fungsi jabatan –jabatan dalam pemerintahan negeri adat
1. Menguraikan asal usul terbentuknya pemerintahan negeri adat.
2. Menjelaskan sususunan masyarakat negeri adat.
3. Menyebutkan jabatan-jabatan dalam pemerintahan negeri adat.
4. Menidentifikasi fungsi-fungsi jabatan dalam pemerintahan negeri adat
1.HUKUM ADAT Ambon-Lease, 1987: Ziwar Effendi,SH.
2.Perwujudan
Pela Dalam Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Maluku, 1996: Drs.T.J.A.Uneputy.
3.Seni
Budaya Pela Gandong dari Pulau Ambon, 1996: Diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku.
Siswa mampu memahami adat sasi yang diselenggarakan
Adat Sasi 1. Mendeskripsikan pengertian sasi.
1. Menjelaskan pengertian sasi.
184
dalam negeri adat dengan mengamati pelaksanaanya dalam masyarakat
2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk sasi dan tata cara pelaksanaan sasi.
3. Mengidentifikasi sanksi-sanksi pelanggaran terhadap sasi.
4. Mengidentifikas
ikan nilai-nilai yang terkadung dalam pelaksanaan sasi
2. Menguraikan bentuk-bentuk dan tata cara pelaksanaan sasi.
3. Mengemukan sanksi-sanksi pelagaran terhadap sasi.
4. Mengemukakan
nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan sasi
4.MALUkU Menyambut Masa Depan, 2005: Diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku
5.MIMBAR
DAN TAKHTA. (Hubungan Lembaga-lembaga Keagamaan dan Pemerintah di Maluku Tengah): Disusun oleh Frank L. Cooley (1987). Penerbit PUSTAKA SINAR HARAPAN. Jakarta.
6.Peraturan
Daerah Nomor: 14 Tahun 2005 Tentang Penetapan Kembali Negeri Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Dalam Wilayah Pemerintahan Provinsi Maluku: Diterbitkan oleh BIRO HUKUM DAN HAM
Siswa mampu menerima ikatan pela gandong dalam masyarakat negeri adat dengan melakukan pengkajian terhadap ikatan-ikatan pela gandong yang ada dalam masyarakat.
Ikatan Pela Gandong
1. Mendeskripsikan pengertian pela gandong.
2. Menganalisis bentuk-bentuk ikatan pela gandong.
3. Menelusuri
wujud ikatan pela gandong dalam perserikatan Bi-negeri dan Multi-negeri.
4. Menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam ikatan pela gandong
1. Menjelaskan pengertian ikataan pela gandong.
2. Menklasifikasik
an bentuk-bentuk pela gandong.
3. Menguraikan wujud ikatan pela gandong dalam perserikan Bi-negeri dan Multi Negeri.
4. Mengemukakan nilai-nilai yang terkandung dalam ikatan pela gandong.
185
Siswa mampu mendeskripsikan kebiasaan-kebiasaan makan patita dan masohi yang dilakukan masyarakat dalam pemerintahan negeri adat
Kegiatan Makan Patita dan Masohi
1. Mendeskripsikan pengertian kegiatan makan patita dan masohi.
2. Menguraikan pelaksanaan kegiatan makan patita dan masohi masyarakat negeri adat.
3. Menganalisis
nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan makan patita dan masohi masyarakat negeri adat.
1. Menguraikan pengertian kegiatan makan patita dan masohi masyarakat negeri adat.
2. Menguraikan
pelaksanaan kegiatan makan patita dan masohi masyarakat negeri adat.
3. Mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan makan patita dan masohi dalam masyarakat negeri adat
SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI MALUKU TAHUN 2005.
2) Hambatan Implementasi Desain Materi Kurikulum Muatan Lokal
Siwalima
Temuan penelitian menunjukan sekalipun pembelajaran ini dapat
dilaksanakan oleh guru dengan latar belakang disiplin ilmu apapun tidak mampu
menutupi hambatan-hambatan untuk mencapai standar kompentensi dalam
pembelajaran kurikulum muatan lokal Siwalima. sebagaimana pernyataan guru
Mulok bahwa adanya kesulitan mencari referensi buku-buku untuk menambah
wawasan materi-materi Mulok Siwalima, Hal lain yang diungkapkan oleh guru
186
adalah sulitnya siswa-siswa bukan asli Maluku untuk memahami materi-materi
Mulok Siwalima dan terlalu sulitnya untuk menuntaskan pembelajaran dengan
kepadatan materi Mulok Siwalima dengan waktu yang disedikan dalam kurikulum
sekolah yang hanya 90 menit.
Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hambatan yang dapat dirasakan dalam melaksanakan mata pelajaran
kurikulum muatan lokal dengan mengunakan desain materi kurikulum muatan
lokal Siwalima ini adalah: 1) langkahnya referensi-referensi tentang budaya –
budaya Maluku tersebut, hal ini karena dilatarbelakangi kondisi Maluku tahu 1999
sampai 2003 yang pernah mengalami kerusuhan yang mengakibatkan terbakarnya
gedung-gedung tempat kearsipan dari dokumen-dokumen tersebut, 2) waktu 90
menit yang disedikan oleh kurikulum sekolah untuk mata pelajaran Mulok
merupakan salah satu penghambat untuk melaksanakan kurikulum muatan lokal
Siwalima dan 3) komunitas anak yang jauh dari lingkungan budaya Maluku yakni
siswa yang berasal dari daerah lain karena adanya kesulitan upaya untuk
mentrasformasi nilai-nilai budaya pelaksanaan pembelajaran Muatan lokal
Siwalima,.
187
5. 2. Rekomendasi
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan peneliti terhadap budaya–
budaya Siwalima Maluku mencakup; sistem pemerintahan negeri adat, sasi, ikatan
pela gandong, masohi dan makan patita untuk menghasilkan desain materi
kurikulum muatan lokal Siwa Lima yang yang cocok dan tepat, mengkaji
ketercapaian dan hambatan implementasi desain materi tersebut, maka ada
beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi terhadap pihak-pihak terkait
antara lain:
1. Rekomendasi Kepada Kepala Sekolah, Guru dan Siswa
Sesuai dengan hasil penelitian desain materi kurikulum muatan lokal
Siwalima yang memperlihatkan hambatan-hambatan dalam pembelajaraan, maka
direkomendasikan kepada:
Kepala Sekolah
• Kepala sekolah selaku pengambil kebijakan sekolah agar dalam pembelajaran
mata pelajaran muatan lokal Siwalima dengan padatnya materi untuk
mencapai kompentensi dalam muatan lokal Siwalima penentuan jam
pembelajaran dikembalikan pada alokasi waktu yang seharusnya dalam
kurikululum muatan lokal yakni 2 jam pelajaran.
• Kepala sekolah selaku penentu manajemen sekolah untuk menyediakan buku-
buku yang menjadi referensi-referensi bagi siswa untuk mempelajari
Siwalima budaya Maluku.
188
• Kepala sekolah selaku inovator sekolah terkait dengan pembelajaran muatan
lokal Siwalima perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan Siwalima budaya Maluku di sekolah dalam rangka pelaksanaan
implementasi dari mata pelajaran muatan lokal Siwalima sebagai bentuk
melengkapi pengetahuan siswa dalam pembelajaran untuk di alikasikan pada
kehidupan sehari-hari.
Guru
• Guru selaku pelaksana kurikulum dalam mata pelajaran muatan lokal
Siwalima melaksanakan pembelajaran sebaiknya jangan hanya berpusat pada
guru, untuk membangun pengetahuan siswa khususnya siswa dengan latar
belakang bukan asli Maluku dilakukan dengan pembelajaran yang sifatnya
inkuiri mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya sehingga fungsi
guru hanya fasilitator.
• Upaya guru untuk membangun kognitif, afektif dan psikomorik siswa dalam
pembelajaran muatan lokal Siwalima dapat dilakukan dengan mengunjugi
tempat budaya Siwalima seperti; seperti mengunjungi museum Siwalima,
cagar-cagar budaya Maluku, negeri-negeri adat dll.
• Dalam rangka pembelajaran muatan lokal Siwalima sebagai bentuk untuk
mendekatkan anak dengan lingkungan budaya Maluku sebaiknya pengampuh
guru mata pelajaran adalah guru yang berlatar belakang asli Maluku, lebih
khusus lagi guru disiplin ilmu IPS (PPKn, Antropoogi, Sosiologi, Sejarah).
189
Siswa
Upaya siswa dalam pencarian referensi akibat dari kesulitan buku-buku untuk
memenuhi kebutuhan belajar memperkaya wawasan tentang Siwalima budaya
Maluku dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan
fasilitas internet dan mengunjugi tempat budaya Siwalima seperti; seperti
mengunjungi museum Siwalima, cagar-cagar budaya Maluku, negeri-negeri adat
dll.
2. Rekomendasi Kepada Dinas Pendidikan Maluku
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan keberhasilan dalam pelaksanaan
pembelajaran kurikulum muatan lokal Siwalima perlu dukungan dari pemerintah
dalam hal ini Dinas Pendidikan Maluku untuk itu diharapkan memperhatikan
pengadaan buku-buku referensi Siwalima budaya Maluku baik dengan melalui
pemberian pada sekolah-sekolah maupun pengadaan yang dilakukan pada
perpustakaan-perpustakaan yang ada di Maluku atau badan-badan kearsipan
Maluku sehingga menjadi hal yang mudah untuk dijangkau baik oleh siswa
maupun guru. Pengadaan-pengadaan buku tersebut sebagai referensi juga perlu
dilakukan pengkajian mendalam untuk mendesain buku pelajaran muatan lokal
Siwalima.
190
3. Rekomendasi Kepada Pengembang Kurikulum
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa penelitian hanya
dilakukan dalam rangka menghasilkan materi apa yang menjadi isi atau bahan
yang akan dipelajari oleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran kurikulum
muatan lokal Siwalima sebagai upaya untuk mendekatkan anak dengan
lingkungan budayanya. Untuk memperoleh pembelajaran yang dapat memperoleh
hasil yang lebih baik dalam muatan lokal Siwalima, diharapkan para pengembang
kurikulum untuk melakukan penelitian lebih lanjut yakni mencakup: Model,
pendekatan dan strategi pembelajaran bagaimana yang tepat dilaksanakan dalam
pembelajaran muatan lokal Siwalima agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan
dan model evaluasi bagaimana yang tepat dilakukan untuk mengukur keberhasilan
siswa dalam pembelajaran.
191