Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 38
BBaabb iiVV
RReennccaannaa rreennoovvaassii iippaall ggeedduunngg bbpppptt jjaakkaarrttaa
Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor
122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, BPPT telah mengambil
keputusan untuk melakukan renovasi IPAL yang ada. Renovasi ini
dimulai dari kegiatan evaluasi dan redisain system pengelolaan dan
IPAL existing, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pekerjaan
fisik renovasi dan modifikasi IPAL existing.
Renovasi dan modifikasi IPAL dilakukan dengan teknologi
biofilter untuk memperbaiki kinerja IPAL dan meningkatkan kualitas
hasil olahan IPAL sehingga diharapkan outlet-nya dapat memenuhi
standar baku mutu yang berlaku (PerGub DKI Jakarta No. 122 tahun
2002 serta memperbaiki dan modifikasi unit re-use dengan teknologi
ultra filtrasi sehingga kualitas air hasil re-use dapat lebih baik serta
dapat digunakan dengan baik untuk keperluan flashing toilet, dan
siram taman yang ada di sekitar gedung.
4.1. Baku Mutu Limbah Domestik
Untuk memberikan standar kualitas air limbah domestik
yang akan dibuang ke saluran umum dan mencegah terjadinya
pencemaran akibat pembuangan air limbah domestik tersebut, maka
Pemda DKI Jakarta telah menetapkan Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 39
Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1: Baku Mutu Limbah Cair Domestik
PARAMETER SATUAN INDIVIDUAL
RUMAH TANGGA
KOMUNAL
pH 6 – 9 6 – 9
KMnO4 Mg/l 85 85
TSS Mg/l 50 50
Ammoniak Mg/l 10 10
Minyak & Lemak Mg/l 10 10
Senyawa Biru Metilen Mg/l 2 2
COD Mg/l 100 80
BOD Mg/l 75 50
Sumber : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005.
4.2. Pengelolaan Limbah Gedung BPPT Setelah Renovasi
Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan limbah yang telah
dilakukan di gedung BPPT saat ini ada beberapa sumber limbah
yang belum diolah di IPAL, untuk itu maka system pengelolaan
akan diredisain untuk mengolah semua limbah yang ada (yang
berasal dari clean out (CO), dan dari water closed (WC) dan dari
floor drain (FD), limbah kantin ) akan diolah terlebih dahulu di IPAL
sebelum dibuang ke saluran. Empat (4) buah bak pengumpul yang
sudah ada akan tetap dipertahankan, dan dalam system
pengumpulan limbah ini akan dilengkapi dengan system pemisahan
minyak (oil trap) untuk memisahkan minyak-minyak yang banyak
terkandung dari limbah kantin sebelum dicampur dengan limbah
dari sumber lainnya. Pemisahan minyak akan dilakukan secara
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 40
fisika dengan system flotasi. Minyak yang sudah terkumpul akan
diambil secara manual agar tidak menganggu proses pengolahan di
IPAL maupun dalam system pengumpulan limbah. Dengan
terpisahnya minyak dari limbah, maka akan mengurangi beban
kerja IPAL yang akan didisain.
Dalam sistem pengelolaan limbah yang baru ini air hujan juga
akan dikelola dengan menambahakan fasilitas sumur resapan. Jadi
semua air hujan akan diresapkan melalui sumur-sumur resapan
yang ada, dan jika sumur resapan sudah tidak mampu lagi
menampung limpasan air hujan baru dialirkan ke saluran umum
melalui lubang over flow yang ada. Untuk disain dan perencanaan
pembuatan fasilitas sumur resapan ini, diharapkan dilakukan
perencanaan disain terlebih dahulu.
Contoh foto oil trap ini dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1,
sedangan system pengumpulan limbah secara keseluruhan dari
semua kamar mandi yang ada di gedung dapat dilihat seperti pada
gambar 4.2 dan flwo sheet rencana sistem pengelolaan limbah
dapat dilihat seperti gambar 4.3.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 41
Gambar 4.1 : Foto Oil Trap.
CO = Celean out, WC = Water Closed, FD = Floor Drain
Gambar 4.2 : Rencana Sistem Perpipaan Limbah Gedung
BPPT.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 42
Gambar 4.3 : Flwo Sheet Rencana Sistem Pengelolaan Limbah di
Area Gedung BPPT.
Dengan adanya perbaikan system pengelolaan air dan system re-
use air tersebut, maka akan banyak diperoleh berbagai
keuntungan, antara lain :
- Terjadi penghematan pemakaian air bersih,
- Semua limbah yang dihasilkan akan diolah di IPAL terlebih
dahulu, dan semua buangan air yang disalurkan ke saluran
umum telah memenuhi baku mutu kualitas limbah buangan
sehingga tidak akan mencemari lingkungan disekitarnya.
- Dengan system re-use ini, tidak akan mengurangi jumlah
pemakaian air di setiap unit serta tidak akan menurunkan
kualitas air yang digunakan.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 43
4.3. Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah
Dalam merencanakan suatu IPAL, maka perlu ditempuh
beberapa langkah pengerjaan yang dimulai dari survai lapangan,
analisa laboratorium, analisis data dan pemilihan teknologi (proses)
yang akan digunakan. Jika langkah-langkah tersebut telah ditempuh
baru dilakukan disain IPAL yang direncanakan. Pekerjaan tidak
hanya sampai di sini, pemilihan peralatan perlu dilakukan dengan
tepat. Setiap unit alat (pompa, blower, bahan bangunan) mempunyai
karakteristik yang berbeda dan harus disesuaikan dengan sifat-sifat
limbah yang akan diolah serta kondisi lingkungannya.
Pemilihan proses, sistem dan spesifikasi alat yang tidak
tepat atau disain IPAL yang salah akan menimbulkan berbagai
persoalan di dalam IPAL itu sendiri, misalnya :
biaya investasi, operasional maupun perawatannya akan
menjadi mahal,
sistem tidak dapat bekerja secara optimal,
hasil olahan tidak seperti yang diinginkan,
sulit dalam pengendalian/operasional,
Peralatan cepat rusak (korosi, panas, tidak awet dll).
Untuk menghindari hal-hal seperti tersebut di atas, maka
dalam perencanaan suatu IPAL harus dilakukan tahap demi tahap
mulai dari survai sumber limbah, dilanjutkan dengan upaya
minimalisasi limbah, manajemen pengelolaan limbah, sampai
dengan pemilihan teknologi dan sistem IPAL yang akan digunakan.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 44
Dalam satu jenis limbah dengan karakteristik tertentu
terkadang mengandung berbagai macam bahan pencemar di
dalamnya, yang mana setiap jenis polutan tersebut mempunyai sifat-
sifat yang berlainan. Jika menghadapi limbah seperti ini, maka
diperlukan teknik-teknik untuk mengkombinasikan proses maupun
sistem yang akan digunakan, yang mana sistem manajemen limbah
dari sumbernya juga memegang peran yang sangat penting.
4.3.1. Kriteria Perencanaan
Pemilihan teknologi pengolahan air limbah sangat ditentukan
oleh karakteristik air limbah yang akan diolah serta kualitas air
olahan yang diinginkan. Pemilihan teknologi yang tepat, disamping
akan mendapatkan kualitas hasil olahan yang baik juga akan
menghemat biaya operasional IPAL. Kualitas air hasil olahan
ditentukan oleh Peraturan Pemerintah setempat dan peruntukan
badan air atau sungai dimana air olahan IPAL tersebut akan
dibuang. Teknologi pengolahan air limbah yang akan digunakan
harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu
lingkungan.
Pengelolaannya harus mudah.
Konsumsi energi sedapat mungkin rendah.
Biaya operasinya rendah.
Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil.
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang
cukup besar.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 45
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
Perawatannya mudah dan sederhana.
4.3.2. Pemilihan Proses
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan seperti
tertera pada Bab III tersebut di atas, maka hasil olahan IPAL
tersebut belum dapat memenuhi standar baku mutu yang
diharapkan, sehingga diperlukan renovasi dan modifikasi IPAL
tersebut dengan teknologi yang lebih baik lagi. Ada berbagai
teknologi IPAL yang tersedia, dan masing-masing teknologi ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Agar
hasil dari modifikasi ini nantinya dapat memberikan hasil yang
maksimal, maka diperlukan adanya pemilihan teknologi yang akan
diterapkan.
Untuk mengkaji secara keseluruhan tentang keunggulan dan
kelemahan setiap jenis proses pengolahan dapat dilakukan dengan
cara pembobotan (scoring) terhadap tiap jenis teknologi yang akan
dipilih. Skoring dilakukan dengan skala 1(satu) untuk yang terburuk
sampai dengan 5 (lima) untuk yang terbaik. Hasil pembobotan untuk
beberapa jenis proses pengolahan air limbah secara biologis seperti
yang telah diuraikan di atas, ditunjukkan seperti pada Tabel 4.2.
Berdasarkan beberapa macam proses pengolahan air limbah
seperti uraian di atas, untuk proses pengolahan air limbah domestik
yang paling sesuai yakni proses pengolahan dengan Sistem
Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob.
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 46
Tabel 4.2. : Pembobotan Terhadap Beberapa Jenis Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis
KRITERIA PERENCANAAN
JENIS PROSES Kualitas Air Olahan
Kumudahan Operasional
Biaya Operasional
Kebutuhan Energi
Biaya Investasi
Jumlah Lumpur
Penghilangan Amoniak
Kebutuhan Lahan
JUMLAH SKOR
Proses Lumpur Aktif 5 2 2 2 5 1 3 5 25
RBC 3 3 3 3 4 4 3 5 28
Trickling Filter 3 3 4 3 4 4 3 3 27
Proses Anaerobik 1 3 5 5 4 5 1 3 27
Aerated Lagon 2 4 4 4 3 4 2 1 24
Biofilter Anaerobik 1 5 5 5 5 1 1 3 26
Biofilter Aerobik 5 5 1 2 4 3 5 4 29
Biofilter Anaerob-Aerob 5 5 4 4 3 5 5 3 34
Keterangan :
Bobot : 1 = Terburuk 5 = Terbaik