Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 322 ] P a g e
BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR
PENGEMBANGAN LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI GUNA
MENUNJANG KOMPETENSI CALON GURU EKONOMI
Leny Noviani & Sri WahyuniFKIP-Universitas Sebelas Maret
AbstrakLaboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang prosespembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Laboratoriummenjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metodepembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaranberbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen maupunmahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yangdikemukakan dosen, memantapkan mengkonstruksi konsep yang dipelajari, danmengembangkan keterampilan berpikir. Peranan Laboratorium PendidikanEkonomi adalah sebagai sumber belajar, metode pembelajaran dan prasaranapendidikan.
Kata Kunci: Laboratorium Pendidikan Ekonomi, sumber belajar, prasaranapendidikan
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu masih merupakan prioritas pembangunan pendidikan di
Indonesia. Sasarannya adalah perbaikan mutu proses belajar mengajar di kelas dengan
berorientasi pada setiap aspek perkembangan mahasiswa. Secara naluriah, mahasiswa
menginginkan pengalaman belajar yang konkret, menyenangkan, dan mencakup semua
aspek perkembangan dirinya.
Sesuai dengan Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi bagian IV yaitu pembelajaran di perguruan tinggi harus bersifat
interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan
berpusat pada mahasiswa. Tuntutan pembelajaran tidak mungkin dapat terpenuhi
apabila tidak didukung oleh kemampuan dosen dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran yang mendorong keaktifan mahasiswa. Selain kemampuan dosen,
keberhasilan pembelajaran yang dimaksud juga memerlukan sarana dan prasarana yang
memadai, termasuk laboratorium. Pada Permendikbud No. 49 Tahun 2014 pasal 31,
prasarana minimal yang harus dimiliki dalam menunjang pembelajaran di perguruan
tinggi adalah laboratorium. Dengan demikian, dosen dapat memfasilitasi kegiatan
pembelajaran berbasis laboratorium.
Saat ini, ketika membicarakan tentang laboratorium selalu identik dengan
laboratorium IPA yang lengkap dengan sarana praktikum dan laboran. Laboratorium
tidak semata-mata diperlukan di bidang studi eksakta (sain dan teknologi) melainkan
juga pada bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS), termasuk bidang Pendidikan
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
P a g e [ 323 ]
Ekonomi. Laboratorium sebenarnya diperlukan semua program studi untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Adapun yang
dimaksud dengan laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajar-
mengajar bidang studi Ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan
di mana miniatur kegiatan Ekonomi dapat terlihat. Laboratorium di Program Studi
Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) sebagian besar
meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang berupa toko, bank, pajak, mini office,
dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi memiliki beberapa laboratorium
tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep
ilmu ekonomi belum ada.
Richardson (1957: 70) menyatakan bahwa laboratorium mempunyai beberapa
fungsi yaitu: 1) dapat melahirkan berbagai macam masalah untuk dipecahkan, 2) tempat
yang baik bagi siswa untuk melakukan eksperimen, latihan, demonstrasi atau metode
yang lain, 3) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa akan
peranan ilmuwan, 4) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa
akan fakta, prinsip, konsep dan generalisasinya, 5) memberikan peluang kepada
mahasiswa untuk bekerja dengan alat dan bahan tertentu, bekerja sama dengan teman,
termotivasi untuk mengungkapkan dan menemukan dan kepuasan atas hasil yang
dicapai, 6) merintis perkembangan sikap, kebiasaan yang baik dan keterampilan yang
bermanfaat.
Berdasarkan pendapat di atas, laboratorium menjadi tempat untuk mendalami
konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan
keterampilan. Selain itu, laboratorium juga sebagai tempat bagi mahasiswa untuk belajar
memahami konsep ekonomi melalui optimalisasi keterampilan proses serta
mengembangkan sikap ilmiah.
Peralatan di laboratorium dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana baik di
laboratorium, kelas maupun dibawa keluar kelas/lingkungan, untuk meningkatkan
keterampilan proses. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya menjadi lebih terampil
tetapi juga mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah dan juga pencapaian hasil
pengetahuannya (Freedman, 1997: 353). Jadi laboratorium sangat diperlukan dalam
pembentukan sikap ilmiah mahasiswa.
Terdapat empat alasan mengenai pentingnya praktikum (Woolnough dan Allsop;
1985). Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar. Melalui kegiatan
laboratorium, mahasiswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu
dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum di mana mahasiswa
menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya. Kedua, praktikum mengembangkan
keterampilan dasar melakukan eksperimen. Melakukan eksperimen merupakan kegiatan
yang banyak dilakukan oleh para ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan
beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, menganalisis dan mengkomunikasikan
hasil praktikum untuk memahami konsep-konsep ekonomi. Dengan kegiatan praktikum,
mahasiswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 324 ] P a g e
dengan melatih kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan sekaligus
mempraktikkan dan mengobservasi dengan cermat, dan menginterprestasikan
eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Di dalam
kegiatan praktikum, mahasiswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan
eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen,
menginterpretasi data perolehan, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang
harus dibuatnya. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Dari kegiatan
tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman mahasiswa
terhadap materi pelajaran, khususnya konsep-konsep ekonomi yang abstrak.
Kegiatan praktikum dalam laboratorium dapat dijadikan sarana untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan memperbaiki miskonsepsi pada siswa (Roth,
1992). Dengan demikian keberadaan laboratorium dapat digunakan sebagai sarana
dalam melaksanakan praktikum yang terkait dengan miniatur kegiatan ekonomi
sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan memperbaiki miskonsepsi pada
mahasiswa. Mengingat pentingnya laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber
belajar maka penting untuk mewujudkan laboratorium pendidikan ekonomi yang dapat
menunjang kegiatan pembelajaran ekonomi. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan
laboratorium Pendidikan Ekonomi pada LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi
dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan yang profesional.
PENTINGNYA LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI
Ketersediaan sarana prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan menjadi
penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. Salah satu sarana
prasarana yang penting adalah laboratorium. Widyarti (2005:1) menyatakan bahwa
laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian
yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya
infrastruktur laboratorium yang lengkap. Pengertian laboratorium juga dapat diartikan
dalam bermacam-macam sudut pandang.
Menurut Ikhwan Insan Cita (2012), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan
dan fungsinya dapat dibagi menjadi:
1. Laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan
mahasiswa untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi
tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut.
2. Laboratorium pengembangan. Laboratorium pengembangan mengembang tugas
khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh personil-personil
yang ada di laboratorium tersebut.
3. Laboratorium metodologi pengajaran. Laboratorium metodologi pengajaran di
mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan
(performance) dosen dalam tugasnya. Jadi, laboratorium metodologi pengajaran
merupakan wahana dan tempat pengembangan kompetensi pedagogis (keguruan)
bagi calon guru.
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
P a g e [ 325 ]
4. Laboratorium penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu yang ditekuni.
Dengan demikian, laboratorium penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk
melakukan kegiatan ilmiah dalam penemuan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau
hukum-hukum dalam bidang ilmu yang digelutinya atau disebut sebagai produk
ilmiah.
Laboratorium ialah tempat untuk melatih mahasiswa dalam hal keterampilan
melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak hanya berarti ruangan atau
bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah, misalnya dalam bidang sains
(science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan sebagainya, melainkan juga termasuk tempat
aktivitas ilmiahnya sendiri baik berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset,
observasi, demonstrasi yang terkait dalam kegiatan belajar-mengajar termasuk
pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain laboratorium adalah kegiatan ilmiah dalam
suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau dosen atau pihak lain, baik berupa
praktikum, observasi, penelitian, demonstrasi dan pengembangan model-model
pembelajaran yang dilakukan dalam rangka kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, pengertian laboratorium tidak hanya termasuk di
dalamnya gedung atau ruang dan peralatannya, seperti misalnya laboratorium kimia,
fisika, teknik, dan sebagainya. Akan tetapi pengertian laboratorium termasuk juga
sekolah/kelas dan bahkan masyarakat sendiri. Organisasi, lembaga/instansi, alam sekitar
juga merupakan laboratorium yang merupakan sumber belajar dan media dalam proses
belajar-mengajar yang tidak akan habis.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk pembelajaran ekonomi hendaknya
tidak hanya menyampaikan teori saja, namun juga menghubungkan antara teori dan
praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam praktek sedangkan yang terdapat dalam
pengalaman praktik dicari dasar-dasarnya dalam teori. Hubungan antara teori dan
praktek bersifat integratif, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap
saling mengisi dan saling mengkaji. Hubungan antara teori dan praktek inilah yang
menjadi alasan logis mengapa laboratorium dan fasilitas lain dalam proses pembelajaran
menjadi penting.
Dengan demikian, laboratorium diperlukan semua program studi untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun,
Laboratorium di Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga
Keguruan (LPTK) sebagian besar meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang
berupa toko, bank, pajak, mini office, dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi
memiliki beberapa laboratorium tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum
yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik pembelajaran
ekonomi belum ada. Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi
peserta didik, seperti di berbagai universitas di negara-negara maju mempunyai
laboratorium pendidikan ekonomi. Misalnya di Department of Economics and Related
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 326 ] P a g e
Studies University of York, Heslington mempunyai laboratorium ekonomi yang bernama
EXEC laboratory (center for economics experimental) yang digunakan untuk melakukan
percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ini merupakan laboratorium
terbaik di dunia.
La Jolla (2008), laboratorium ekonomi digunakan untuk mempelajari
pengambilan keputusan ekonomi strategis. Dengan mengembangkan kombinasi teori
ekonomi, teori permainan, ekonomi perilaku, percobaan laboratorium, dan penelitian
survei. Pemanfaatan Laboratorium Pendidikan Ekonomi untuk lebih memahami interaksi
manusia atas keputusan-keputusan ekonomi. Dengan demikian yang dimaksud dengan
laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajar-mengajar bidang studi
ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan di mana miniatur
kegiatan ekonomi dapat terlihat.
Kedudukan Laboratorium Pendidikan Ekonomi beserta alat yang ada di dalamnya
termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Laboratorium beserta alat yang ada di
dalamnya merupakan sarana dan prasarana yang diperlukan secara langsung oleh dosen
maupun mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Peralatan dalam laboratorium pendidikan ekonomi mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: a) menjelaskan konsep, sehingga
mahasiswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan dosen;
b) memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang
dipelajari; dan c) mengembangkan keterampilan berpikir.
Di samping peranannya yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar,
laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan
prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar berarti
merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah
atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai
metode pendidikan, berarti kegiatan laboratorium pendidikan ekonomi memandang
posisinya sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai
prasarana pendidikan, laboratorium pendidikan ekonomi merupakan wadah proses
belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam
kondisi yang dapat dikendalikan.
Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan
percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan
bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang
dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan
konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih
menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan
dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri.
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
P a g e [ 327 ]
FUNGSI LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI
Kertiasa (2006), fasilitas laboratorium adalah sarana fisik laboratorium seperti
fasilitas ruangan, instalasi listrik, air dan gas. Laboratorium sebagai tempat sekelompok
orang yang melakukan berbagai macam kegiatan penelitian, pengamatan, pelatihan, dan
pengujian ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik Decaprio (2013).
Laboratorium saat ini bukan saja dipakai oleh ilmu pengetahuan alam tetapi juga
digunakan ilmu pengetahuan sosial. Laboratorium sosial dapat berupa lingkungan yang
menjadi objek suatu pengamatan dan percobaan. Dengan demikian, laboratorium
pendidikan ekonomi dapat diartikan sebagai sarana atau tempat yang mendukung proses
pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan pemahaman,
keterampilan, dan inovasi di bidang ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah sebuah ruangan, di mana dosen dan mahasiswa dapat
melakukan praktik yang terkait dengan ilmu ekonomi maupun metodologi pembelajaran
ekonomi.
Secara umum laboratorium memiliki beberapa fungsi, seperti yang diungkapkan
oleh Decaprio (2013) sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan
praktik.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan
mahasiswa, dosen ataupun peneliti lainnya.
3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti untuk mencari hakikat
kebenaran ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan
sosial.
4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat
media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan
kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset atau pun eksperimentasi yang
akan dilakukan.
5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan
sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran
ilmiah dengan cara penelitian, uji coba maupun eksperimentasi.
6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam
keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses
kegiatan kerja di laboratorium.
7. Laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah
melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah akademi,
maupun masalah yang terjadi di tengah masyarakat yang membutuhkan penanganan.
8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para mahasiswa, dosen, aktivis,
peneliti dan lain-lain untuk memahami ilmu pengetahuan yang masih bersifat
abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 328 ] P a g e
Berdasarkan fungsi laboratorium yang telah diungkapkan di atas, maka fungsi
laboratorium pendidikan ekonomi antara lain:
1. Laboratorium sebagai sumber belajar Ekonomi
Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau
melakukan percobaan yang berkaitan dengan kompetensi dalam mata pelajaran
ekonomi. Misalnya pojok bursa dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk
menggali mengenai informasi dan data tentang pasar modal dan melakukan simulasi
yang terkait dengan perdagangan surat-surat berharga. Contoh lain misalnya
laboratorium ekspor impor, yang dapat digunakan sebagai sumber belajar mengenai
prosedur ekspor dan impor beserta perangkatnya.
2. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai prasarana pembelajaran ekonomi
Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan prasarana pendidikan dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Laboratorium ini terdiri dari ruang tertutup
maupun ruang terbuka. Ruang tertutup dilengkapi dengan berbagai perlengkapan
dengan didesain dalam berbagai situasi yang dapat dikendalikan, khususnya
peralatan dan perlengkapan untuk melakukan simulasi kegiatan ekonomi. Ruang
terbuka, merupakan kondisi nyata yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dan
sarana pendidikan, misalnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh orang-orang di
sekitar mahasiswa. Dosen dan mahasiswa dapat memanfaatkan laboratorium dalam
mengaplikasikan metode percobaan/simulasi dan metode pengamatan.
Dosen yang profesional akan selalu di tuntut kreativitasnya dalam membuat alat-
alat sederhana, media pembelajaran yang inovatif untuk menjelaskan teori dan konsep
ilmu ekonomi agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Dalam kegiatan pembelajaran
diperlukan alat peraga yang dapat digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran
ekonomi. Alat peraga ada ada yang sederhana yaitu dapat dibuat oleh dosen maupun
mahasiswa dan alat peraga yang tidak dapat dibuat sendiri karena keterbatasan biaya
dan kemampuan misalnya layar, LCD, Laptop/komputer, cash register dan lainnya. Alat-
alat peraga ini menjadi hal yang penting dalam laboratorium pendidikan ekonomi.
Dalam tulisan ini, laboratorium pendidikan ekonomi yang ingin dikembangkan
adalah ruangan, di mana terdapat berbagai media pembelajaran, peralatan, data-data
maupun buku-buku ekonomi yang dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam
memperdalam konsep ekonomi. Dengan demikian akan ada transfer knowledge yang
terkait dengan aplikasi model pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan
LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi dapat
digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk mengaplikasikan kompetensi-
kompetensi ekonomi guna menunjang proses pembelajaran ekonomi. Beberapa bentuk
kegiatan yang dapat dilakukan dalam laboratorium Pendidikan Ekonomi antara lain: 1)
Simulasi Kelangkaan dan Pilihan, 2) Simulasi produksi “Block Note”, 3) Simulasi lelang, 4)
Simulasi pasar “apel” (kompetensi permintaan dan penawaran), 5) Pojok bursa, 6) Pojok
perpajakan, 7) Pojok ekspor-impor, 8) Pojok perbankan, dan sebagainya.
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
P a g e [ 329 ]
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN EKONOMI DI LABORATORIUM PENDIDIKAN
EKONOMI
Prosedur dalam praktikum pembelajaran ekonomi sebagai implementasi
penggunaan laboratorium Pendidikan Ekonomi dapat dicontohkan sebagai berikut:
1. Simulasi Kelangkaan dan Pilihan dalam Konteks Ekonomi Indonesia
Dalam kegiatan ini, mahasiswa diminta berpartisipasi sebagai produsen dari dua
barang, sehingga mereka dapat mendalami masalah kelangkaan. Mereka membuat
pilihan tentang penggunaan sumber daya yang langka untuk memproduksi dua
barang atau satu dari dua barang. Selanjutnya mereka membuat kurva kemungkinan
produksi, memasukkan biaya oportunitas dan menyimpulkan bahwa: kelangkaan
mengharuskan pilihan dan setiap pilihan memiliki biaya oportunitas. Pada awal
pembelajaran, dosen menjelaskan bahwa mahasiswa akan berperan menjadi
produsen. Membentuk kelas menjadi kelompok kecil antara 2-3 orang per kelompok.
Setiap kelompok di berikan media berupa potongan gambar dan gunting. Setiap
kelompok memiliki sumber yang sama untuk memproduksi beberapa segi empat atau
segitiga. Dosen memberikan waktu beberapa menit pada mahasiswa untuk membuat
segi empat dan atau segitiga. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, mahasiswa
membuat tabel dan menggambar kurva kemungkinan produksi dalam grafik.
Mahasiswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan temuannya berdasarkan
eksperimen mengenai: kelangkaan yang dihadapi kelompok, sumber daya yang
digunakan dalam memproduksi segitiga dan persegi, menjelaskan biaya oportunitas,
dan menjelaskan kurva kemungkinan produksi. Pada akhir pembelajaran dosen
memberikan konfirmasi mengenai konsep yang telah dipelajari melalui eksperimen
produksi segitiga dan persegi (Liudmila Guinkel (Rusia) dari Old Mac Donald to Uncle
Sam, 2002, Dewan Pendidikan Ekonomi, New York).
2. Simulasi Produksi “Block Note”
Melalui sebuah simulasi produksi ini, mahasiswa belajar tentang apa produktivitas,
mengapa produktivitas penting bagi pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana
meningkatkannya. Tujuan kegiatan praktik produksi ini, adalah mahasiswa dapat:
menyebutkan keunggulan dan kelemahan produksi berdasarkan sistem borongan dan
spesialisasi, mendefinisikan produktivitas pekerja sebagai output per pekerja,
mengidentifikasi efek dari teknologi baru terhadap produktivitas pekerja, dan
menganalisis bagaimana produktivitas dapat meningkat melalui spesialisasi,
pelatihan dan pendidikan, investasi modal, dan peningkatan teknologi. Dalam
kegiatan ini, dapat menggunakan alat atau bahan dari kertas bekas sebagai bahan
baku dalam pembuatan block note, gunting, penggaris, spidol dan klip. Pada awal
pembelajaran, dosen membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Satu kelompok besar
sebagai kelompok spesialisasi dan yang lain sebagai kelompok borongan. Masing-
masing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 anggota.
Setiap kelompok kecil harus memproduksi block note dengan sumber daya yang telah
disediakan dengan teknik sesuai kelompok besar. Apabila kelompok kecil merupakan
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 330 ] P a g e
anggota kelompok spesialisasi, maka kelompok tersebut harus memproduksi dengan
menggunakan metode spesialisasi dan sebaliknya. Dosen mengatur jalannya waktu
produksi hingga 3 putaran/3 kali proses produksi. Dosen memberikan alat produksi
sebagai temuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas kepada kelompok yang
dapat memproduksi paling banyak produk. Setelah kegiatan praktik produksi selesai,
mahasiswa mendiskusikan: kelemahan dan kelebihan masing-masing metode
produksi, upaya untuk meningkatkan produktivitas pekerja, dampak temuan
teknologi dalam kegiatan produksi. Pada akhir pembelajaran, dosen memberikan
penjelasan mengenai konsep yang dipelajari melalui kegiatan praktik dan
mengkaitkan dengan konsep pertumbuhan ekonomi. (Elaine C. Coulson dan Sarapage
McCorkle. 1994)
SIMPULAN
Sebuah laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun, laboratorium untuk
praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik
pembelajaran ekonomi di berbagai LPTK di Indonesia belum ada. Laboratorium
pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi peserta didik, yang digunakan
untuk melakukan percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ekonomi juga
digunakan untuk mempelajari pengambilan keputusan ekonomi strategis.
Pembelajaran berbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen
maupun mahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yang
dikemukakan dosen, memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan
bahan yang dipelajari, dan mengembangkan keterampilan berpikir. Peranan
Laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan;
dan prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar
berarti merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan
masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai metode pendidikan, sebagai observation method dan experimental method.
Sedangkan sebagai prasarana pendidikan, merupakan wadah proses belajar mengajar
yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat
dikendalikan.
Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan
percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan
bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang
dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan
konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih
menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
P a g e [ 331 ]
dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri. Pembelajaran dengan berbasis
laboratorium akan memunculkan transfer knowledge yang terkait dengan aplikasi model
pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan LPTK, khususnya prodi Pendidikan
Ekonomi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk
mengaplikasikan kompetensi-kompetensi ekonomi guna menunjang proses
pembelajaran ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Decaprio, Richard. (2013). Tips Mengelola Laboratorium Sekolah, IPA, Bahasa, Komputerdan Kimia. Jogyakarta: Diva Press.
Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT. (2006). Peningkatan KualitasPembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT
Elaine C. Coulson dan Sarapage McCorkle. (1994). Master Curriculum Guide in Economics,Teaching Strategies 5-6. New York: Council on Economic Education
Freedman, M. P. (1997). Relationship among laboratory instruction, attitude towardsciense, and achievement in science knowledge. Journal of Research in ScienceTeaching (vol: 34). New York: John Willey & Sons.
Insan Cita, Ikhwan. (2012). Pengenalan Laboratorium. Diakses darihttp://ikhwaninsancita.blogspot.com/2012/12/lab/html. Pada tanggal 2 April 2015
Liudmila Guinkel. (2002). Teaching Strategies. Old Mac Donald to Uncle Sam. New York:Council on Economic Education
Muslim, Much. Azis. Pengelolaan Laboratorium. Di Akses dari http://unnes.info. Padatanggal 20 Januari 2013.
Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Ramdhan, Bilyardi. (2009). Manajemen Laboratorium. Diakses dari http://ummi.bilyardi.ac.id. Pada tanggal 21 Januari 2013.
Richardson, J. S. (1957). Science teaching in secondary schools. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.
Robbins, Stephen. P & Coulter, Mary. 2007. Manajemen. Alih bahasa Harry Slamet. Edisike delapan, Jilid I. Jakarta: PT Indeks
Roth, K.J. (1992). Science Education: It’s Not Enough to Do or Relate. Relevant ResearchVol II. The National Science Teachers Association.
Suyanta. (2010). Manajemen Operasional Laboratorium. Diakses darihttp://uny.suyanta.ac.id. Pada tanggal 20 Januari 2013.
Syahza, Almasdi. (2011). Manajemen Laboratorium. Diakses darihttp://almasdi.unri.ac.id. Pada tanggal 20 Januari 2013.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 332 ] P a g e
MEMANFAATKAN EDMODO
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI
Laksmi Mahendrati DwiharjaUniversitas Negeri Surabaya
AbstrakSeiring dengan pesatnya e-learning sebagai salah satu media pendukungpembelajaran, Edmodo menyediakan kemudahan bagi guru dan siswa untukmeminimalisir hambatan belajar di kelas dan untuk meningkatkanprofesionalisme guru. Edmodo menjadikan hambatan ruang dan waktu dapatdiminimalisir dengan network berbasis lingkungan sekolah. Pembelajaranakuntansi kerap dipandang kurang menarik, maka guru didorong untuk lebihkreatif dalam mengoperasikan e-learning Edmodo dengan menerapkan berbagaimetode pembelajaran dalam cyber class seperti pemberian tugas mandiri, games,maupun diskusi. Beberapa hambatan pemanfaatan Edmodo dapat diminimalisirdengan beberapa solusi yang membutuhkan kerjasama antara guru dan siswa.Dengan Edmodo, siswa diharapkan lebih aktif berpartisipasi dalampembelajaran akuntansi dan tujuan belajar dapat tercapai sekalipun siswa danguru tidak berada dalam satu ruangan. Pemanfaatan Edmodo secara luas jugadiharapkan mampu meningkatkan kompetensi siswa agar lebih siap menghadapiMEA.
Kata kunci: e-learning, Edmodo, pembelajaran akuntansi
PENDAHULUAN
Pendidikan dianggap sebagai kelembagaan pokok dalam mengembangkan
keahlian dan pengetahuan, serta sebagai salah satu bentuk investasi. Undang-undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pengertian pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki
andil yang sangat besar untuk mencetak pemikir dan pelaku bangsa agar mampu
memberikan kontribusi positif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sistem pendidikan Indonesia mengalami perkembangan seiring meningkatnya
kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas, terutama saat ini Indonesia tengah
dihadapkan oleh arus Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga berbagai metode dan
strategi pembelajaran mengalami perbaikan berkelanjutan untuk memenuhi tuntutan
global. Berbagai upaya dan alternatif pembelajaran diimplementasikan guna
meningkatkan mutu pendidikan dari segala aspek, yang merubah sistem konvensional
menjadi lebih relevan dengan kebutuhan yang makin kompetitif. Indonesia perlu
mengenalkan dan mengimplementasikan konsep edukasi yang berputar di aktivitas yang
beragam, program-program yang bervariasi untuk menciptakan sebuah suasana
pengembangan murid yang baik (Sastroprawiro, 2011).
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
P a g e [ 333 ]
Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang secara umum dinilai cukup
sulit oleh para siswa. Dalam mempelajari akuntansi yang bersifat prosedural, tentunya
memerlukan perhatian dari guru agar siswa tertarik dan mampu mencapai target yang
telah ditentukan. Secara umum dilihat dari perspektif siswa, akuntansi merupakan ilmu
yang melulu soal angka, kurang fun, dan kaku. Namun bukan berarti tidak ada
kesempatan untuk memberikan “warna” dalam pembelajaran akuntansi, karena dengan
kreativitas dan menggunakan aplikasi yang tersedia, pendidik mampu meningkatkan
minat belajar akuntansi peserta didik. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran adalah Edmodo. Edmodo merupakan media sosial yang mendukung
pembelajaran, dengan tampilan hampir serupa facebook
Sebagian besar pembelajaran akuntansi dilakukan dengan metode tradisional
dengan sistem teacher centered. Hal ini telah lumrah dilakukan di manapun karena
akuntansi merupakan ilmu prosedural yang telah memiliki konsep baku secara nasional
maupun internasional. Seringkali pula durasi yang diberikan dalam kelas tatap muka
dirasa kurang, sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. Memanfaatkan media e-
learning seperti Edmodo sebagai sarana pendukung pembelajaran akuntansi dengan
menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang menarik, diharapkan dapat
meminimalisir hambatan berupa waktu, jarak, dan meningkatkan minat siswa terhadap
akuntansi.
PEMBAHASAN
Pembelajaran Akuntansi
Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan proses, yang dapat didukung
dengan berbagai metode, sarana-prasarana, dan pengkondisian. Metode, sarana dan
kondisi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar diset sedemikian rupa untuk
mendukung belajar siswa. Guru mengimplementasikan dan mengembangkan metode
sesuai dengan materi ajar yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, bentuk pengajaran dan
digunakan oleh pendidik dapat disesuaikan dengan materi, kebutuhan siswa, dan target
yang akan dicapai. Rooijakkers (1993), menguraikan bahwa pengajar hendaknya bekerja
dengan cara seperti tersebut di bawah ini, agar dapat memilih bentuk pengajaran secara
tepat:
1. Memilih bentuk pengajaran yang akan meningkatkan proses belajar sebesar-
besarnya. Untuk itu pengajar perlu mengetahui secara mendalam tujuan apa yang
ingin ia capai, dan bagaimana tiap langkah dari proses belajar harus dipenuhi.
2. Meneliti faktor-faktor apa yang mungkin bisa menghambat. Kalau ada hambatan,
maka hambatan apa saja yang dapat diatasi dan hambatan mana yang sama sekali
tidak dapat diatasi.
Keahlian guru dalam penyelenggaraan dan mengolah pembelajaran berkontribusi
dalam professional development. Widayati (2013) menguraikan aspek-aspek
profesionalitas guru yang dapat dilihat dari; (1) Peningkatan kualitas pembelajaran
dengan memberdayakan berbagai aspek sehingga guru meningkat kreativitas dan
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 334 ] P a g e
produktivitasnya. Kreativitas dan produktivitas menjangkau berbagai aspek pendukung
pembelajaran dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran, metode, media, evaluasi, dan
tindak lanjut; (2) Penguasaan, penerapan, dan produk ilmu pengetahuan dan teknologi,
seperti menulis buku, karya ilmiah, penelitian, membuat alat peraga, penerapan aspek
teknologi dalam pembelajaran seperti media baik yang dihasilkan dalam bentuk software
maupun hardware. Dengan cara demikian, dapat dikembangkan unit produksi yang
memberikan kontribusi pada sekolah, mengembangkan jiwa kewirausahaan, kerjasama,
dan sebagainya; (3) Kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan orang lain
juga dapat dijadikan tolok ukur profesionalitas guru. Guru-guru dapat menyebarluaskan
temuannya ke berbagai media sehingga para stakeholder dapat turut merunut dan
memanfaatkan karya guru; (4) Penerapan strategi atau teknologi baru dalam
pembelajaran seperti e-learning, lesson study, quantum learning, konstruktivisme; (5)
Memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran seperti internet dan (6)
Motivasi terus berkembang untuk maju dan berkualitas dalam pembelajaran,
administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan
kualitas pembelajaran.
Setelah melakukan pengidentifikasian dan menyusun bahan ajar, selanjutnya,
guru mulai merancang strategi belajar manakah yang akan diimplementasikan, yang
mampu mendukung kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran terdiri dari
rangkaian materi dan prosedur untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa secara
efektif dan efisien. Salah satu tuntutan bagi guru adalah meningkatkan kompetensi siswa
dengan strategi maupun metode belajar yang merangsang dan meningkatkan kognitif
peserta didik. Guru memberikan pembelajaran, tetapi tetap membuka adanya reaksi,
respons, dan uneg-uneg dari siswa (Mulyoto, 2013).
Guru berperan mengarahkan pemikiran siswa untuk menggali pola pikir peserta
didik dengan instrumen strategi aktivitas belajar yang tepat, sehingga merangsang siswa
untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Partisipasi siswa sangatlah penting untuk
mengetahui sejauh mana level berpikir siswa telah tercapai. Partisipasi juga bisa
dijadikan salah satu acuan untuk evaluasi pembelajaran berikutnya, sehingga proses dan
hasil belajar akan terus berkembang.
Pembelajaran akuntansi dapat didefinisikan sebagai serangkaian prosedur belajar
yang bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan metode-metode akuntansi
berdasarkan kaidah keilmuannya. Peserta didik diharapkan mampu memahami
pentingnya akuntansi sebagai bahasa bisnis dalam membuat keputusan demi
keberlangsungan suatu entitas, dan membuat pelaporan keuangan sesuai standar
kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran akuntansi dilakukan dengan
menerapkan strategi belajar pendukung agar aktivitas belajar dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
P a g e [ 335 ]
Edmodo
Ketiadaan jarak sebagai dampak dari internet dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu alternatif pembelajaran. Daryanto (2013) menjelaskan bahwa karena sifat internet
yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program
pendidikan yang disediakan di jaringan internet kapan saja sesuai dengan waktu luang
mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber
belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi komunikasi,
multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu
ketinggalan zaman.
Kemudahan akses internet menjangkau seluruh belahan dunia memungkinkan
berbagai inovasi dalam bidang pendidikan, yakni mempermudah koneksi peserta didik
dengan pendidik, salah satunya dengan memanfaatkan Edmodo. Edmodo merupakan
social network berbasis lingkungan sekolah (school based environment) yang
dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O'Hara, dengan fitur-fitur pendukung proses
belajar mengajar. Edmodo dapat diakses bebas di www.edmodo.com oleh guru, siswa,
maupun orang tua siswa. Edmodo telah banyak digunakan sebagai Professional
Development Tools oleh banyak praktisi pendidikan di U.S, seperti Lia Nielsen dan
Marianthe Williams (www.techlearning.com, November 2014).
Edmodo berpengaruh cukup besar dalam inovasi pembelajaran menggunakan
teknologi jaringan internet. “It is estimated that more than twenty-nine million teachers
and students around the world are using Edmodo on daily basis
(http://www.edmodo.com/about). Edmodo was also recognized by the American
Association of School Librarians in 2011 as one of the top 25 websites that foster the
qualities of information, creativity, active participation, and collaboration in the category
entitled ‘Social Networking and Communication’” (Kongchan, 2012 dalam Al-
Kathiri,2014).
Bila dibandingkan dengan media sosial Learning Management System lainnya,
Edmodo memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (1) Mirip facebook, mudah
digunakan, (2) Closed group collaboration, hanya yang memiliki group code yang dapat
mengikuti kelas, (3) Free, diakses online, dan tersedia untuk perangkat smartphone ,
android dan iphone, (4) Tidak memerlukan server di sekolah, (5) Dapat diakses
dimanapun dan kapanpun, (6) Edmodo selalu diupdate oleh pengembang, (7) Edmodo
dapat diaplikasikan dalam satu kelas, satu sekolah, antar sekolah dalam satu kota atau
kabupaten, (8) Edmodo dapat digunakan bagi siswa, guru, dan orang tua, (9)
Edmodo digunakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan model sosial media,
learning material, dan evaluasi, (10) Edmodo mendukung model team teaching, co-
teacher, dan teacher, (11) Terdapat notifikasi, (12) Fitur badge dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan motivasi siswa (Priowirjanto,2013)
Sedangkan Menurut Rusman (2013), e-learning dalam kegiatan pembelajaran
memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut, (1) Tersedianya fasilitas e-moderating di
mana dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 336 ] P a g e
melalui teknologi internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu
dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. (2) Guru dan siswa dapat
menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstuktur dan terjadwal melalui
internet, sehingga keduanya saling mengetahui sampai seberapa jauh bahan ajar
dipelajari, (3) Siswa dapat belajar atau mengulang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
setiap saat di mana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
(4) Bila peserta didik memerlukan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan (5) Baik guru dan siswa dapat melakukan diskusi terhadap
masalah pembelajaran melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang
lebih banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan wawasan yang lebih luas, (6)
Berubahnya peran siswa menjadi aktif dan lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran,
(7) Relatif lebih efisien bagi siswa yang bertempat tinggal jauh karena siswa dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran melalui e-learning
Bullen dan Beam dalam Rusman (2013) juga menguraikan kelemahan e-learning
dalam kegiatan pembelajaran antara lain; (1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa
atau bahkan antar sesama siswa itu sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Kurangnya
interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam kegiatan pembelajaran, (2)
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dengan memanfaatkan e-
learning sehingga muncul aspek bisnis, (3) Kegiatan pembelajarannya cenderung ke arah
pelatihan pada siswa daripada pendidikan, (4) Berubahnya guru dari yang semula
menguasai teknik pembelajaran yang berpusat pada guru, kini juga dituntut mengetahui
teknik pembelajaran yang menggunakan komputer dan internet, (5) Peserta didik yang
tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, (6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet secara gratis sehingga
dibutuhkan biaya untuk menggunakan fasilitas internet di tempat lain (7) Kurangnya
tenaga yang mengetahui, memahami dan mempunyai ketrampilan untuk
mengoperasikan internet dan (8) Kurangnya tenaga ahli yang bisa dalam hal penugasan
bahasa pemrograman komputer.
Edmodo yang memberikan kontribusi positif dan solusi terhadap hambatan
pembelajaran, seperti waktu yang terbatas, adanya kegiatan yang tidak memungkinkan
untuk menghadiri tatap muka di kelas, maupun jarak. Edmodo mendorong peserta didik
untuk lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya, mempermudah akses
orang tua dalam mengawasi jalannya proses belajar anak-anaknya, serta memberikan
wadah bagi pendidik untuk mengembangkan profesionalitas dengan memanfaatkan
layanan kelas virtual Edmodo. Dengan pesatnya teknologi informasi saat ini dan besarnya
pemanfaatan internet secara global, seharusnya seluruh kelemahan e-learning telah
ditekan seminimal mungkin. Adapun terkait tenaga ahli, sesungguhnya, penggunaan
Edmodo yang berupa sosial media terkait kemudahan aksesnya bahkan melalui mobile
phone sekalipun, satu-satunya tenaga ahli yang diperlukan hanyalah kemampuan guru
mengoperasikan Edmodo dan kreativitas mengelola kelas virtual tersebut.
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
P a g e [ 337 ]
Pemanfaatan Edmodo dalam Pembelajaran Akuntansi
E-learning, dalam hal ini Edmodo, merupakan pembelajaran yang dapat
berlangsung kapanpun dan di manapun sehingga tidak diharuskan berada dalam satu
dimensi waktu dan ruang. Pembelajaran akuntansi kerap kali dilakukan secara
behavioristik, dikarenakan akuntansi memang ilmu pengetahuan mengenai pencatatan
finansial yang bersifat prosedural dengan aturan yang telah ditetapkan. Siklus akuntansi,
ayat jurnal, hingga pelaporan keuangan telah diatur dalam konsep baku dan sistematis.
Seringkali pula karena keterbatasan waktu atau karakteristik individual siswa, siswa
tidak mengajukan pertanyaan apabila terdapat pertanyaan yang tidak dipahami. Hal ini
dapat mengakibatkan kurangnya pencapaian kompetensi untuk beberapa siswa.
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan,
presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya bergantung dari satu atau lebih
tiga model dasar dialog atau komunikasi sebagai berikut (Boettcher,1999 dalam
Daryanto, 2013) ; (1) Komunikasi antara guru dengan siswa;(2) Komunikasi antara siswa
dengan sumber belajar;(3) Komunikasi siswa dengan siswa. Edmodo dalam
pembelajaran akuntansi dapat diterapkan sebagai media blended e-learning, sebagaimana
yang umumnya masih diterapkan di Indonesia. Keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran dapat ditunjang dengan menggunakan e-learning Edmodo. Media
pembelajaran yang diterapkan dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
kemudahan memperoleh informasi, keterampilan guru mengoperasikan media, durasi,
dan yang paling penting adalah sesuai kemampuan berpikir siswa. Selanjutnya
berdasarkan tiga model dasar dialog atau komunikasi di atas, maka dapat diuraikan
beberapa teknik belajar yang dapat diimplementasikan dengan dukungan Edmodo:
Tugas Mandiri
Johnson (2009), menguraikan bahwa menugaskan murid mengerjakan tugas
mandiri memiliki banyak keuntungan. Pertama, anda bebas memanaskan kelas dan dapat
bertindak sebagai pemberi informasi daripada pemimpin kelas. Kedua, murid-murid
akan belajar bertanggung jawab atas pendidikan mereka; mereka memiliki kesempatan
untuk melatih kemampuan penting seperti menentukan prioritas dan mengelola waktu;
dan mereka dapat belajar sesuai pola yang mereka kehendaki. Ketiga dan mungkin yang
terpenting, dengan memberi tanggungjawab lebih di pundak murid-murid anda, anda
menunjukkan bahwa anda percaya pada kepandaian dan kemampuan belajar mereka.
Tugas mandiri akuntansi dapat berupa latihan soal, pemecahan kasus informasi
keuangan perusahaan yang membantu siswa untuk berpikir lebih kritis, maupun berupa
penelitian mandiri. Menurut Yamin (2008), belajar mandiri memiliki manfaat yaitu: (1)
memupuk tanggung jawab, (2) meningkatkan ketrampilan,(3) memecahkan masalah, (4)
mengambil keputusan, (5) berpikir kreatif, (6) berpikir kritis, (7) percaya diri yang kuat, serta
(8) menjadi guru bagi dirinya sendiri.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 338 ] P a g e
Tugas mandiri yang biasa diterapkan dalam pembelajaran akuntansi adalah
pemberian modul bagi siswa untuk dikerjakan secara individual. Modul yang diberikan
pada siswa dapat disesuaikan terhadap kompetensi apa yang harus dicapai oleh siswa.
Parkinson & Chew (2011) menggunakan modul akuntansi konvensional berbasis e-
learning bernama Moodle, hampir serupa dengan fasilitas pada Edmodo. Gomez dan
Berrocoso (2012) juga menggunakan Moodle sebagai e-learning platform untuk aktivitas
pembelajaran dan menilai kompetensi akuntansi siswa. “The uses of Moodle range from its
role as a storage and distribution location for materials such as slides and coursework
assignments, to a forum for discussion between staff/students and students/students”
(Parkinson & Chew,2011). Selanjutnya dalam pemanfaatan Moodle, Gomez dan
Berrocoso (2012) menyebutkan bahwa “In the module we used two tools: an overall
activity table and an activity sheet. With the former we list all the activities devised, with the
following information for each line: activity reference and description, competencies, sub-
competencies and indicators to be developed and assessed, and timeframe. Moodle
dianggap praktis, mudah diakses dan dapat dijangkau kapanpun di manapun bagi siswa.
Kemudahan akses pembelajaran memang sangatlah penting baik bagi guru maupun
siswa.
Karena kurang lebih fungsi, manfaat, tujuan dan operasional Moodle hampir sama
dengan Edmodo, maka dapat diterapkan penggunaan yang sama pula. Sebagai contoh,
pemberian modul laporan keuangan perusahaan sederhana yang mencakup jurnal, buku
besar, neraca saldo, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan
posisi keuangan, cashflow, hingga jurnal penyesuaian. Guru dapat membuat latihan soal
dan kriteria penilaian kemudian meng-upload di Edmodo. Guru dapat menguraikan
terlebih dahulu dalam video yang diupload via Edmodo berupa tutorial singkat teknis
tugas dan mengumumkannya pada seluruh siswa. Selanjutnya guru menetapkan batas
waktu due date pengumpulan tugas.
Untuk beberapa sekolah, terutama pada masa prakerin siswa SMK, guru
memberikan modul manual bagi siswa untuk dikerjakan selama prakerin, dan
dikumpulkan pada waktu yang ditentukan. Teknik ini memang unggul dalam kepraktisan,
efisiensi waktu dan tenaga, serta penilaian yang mudah. Namun juga memiliki kelemahan,
antara lain kembali lagi pada masalah proses belajar pada umumnya, guru dapat
langsung menjatuhkan penilaian bahwa level kognitif yang dicapai setiap siswa adalah
sama, yakni terselesaikannya modul tersebut. Sekalipun dalam masa prakerin, untuk
beberapa sekolah dilangsungkan seminggu sekali, proses belajar mengajar tetap
dilakukan untuk memenuhi mata pelajaran yang telah ditetapkan, tentunya kontrol guru
tetaplah sangat terbatas dikarenakan durasi mengajar.
Hal tersebut dapat diminimalisir dengan memanfaatkan Edmodo. Sebagai
gambaran, misalnya, setelah guru memberikan modul baik manual maupun via Edmodo,
guru tetap dapat memberikan perhatian lebih di luar kelas. Guru dapat menghimbau
siswanya untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan modul,
ataupun ada instruksi yang tidak dipahami siswa, baik secara private message maupun
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
P a g e [ 339 ]
sharing pada teman-temannya. Di sini, guru dapat mengontrol dan membantu siswa
sembari memberikan penilaian dan evaluasi baik secara subjektif maupun objektif.
Subjektif untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana siswa telah belajar, dan objektif
terhadap hasil tugas siswa. Selanjutnya, guru dapat mengindentifikasi permasalahan apa
yang selanjutnya akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya, untuk memastikan seluruh
siswa mencapai hasil belajar yang ditentukan, berdasarkan informasi kesulitan siswa
yang disampaikan pada guru via Edmodo.
Games
Guru dapat memanfaatkan Edmodo untuk menciptakan kompetisi ringan berupa
games yang menyenangkan. Topik games dapat disesuaikan dengan materi pelajaran,
dilakukan secara berkala seusai pemberian materi, dan diambil dari peristiwa ekonomi
atau sosial. Salah satu contoh materi akuntansi yang dapat dijadikan kuis maupun games
singkat adalah introduction, dengan contoh topik adalah kasus keuangan sehari-hari.
Dapat pula mengajak siswa untuk berargumentasi sejauh mana peran informasi
keuangan berguna dalam sebuah usaha, bagaimana cara pencatatan yang baik dan
prosedur pencatatan yang seharusnya berdasarkan perspektif mereka. Siswa dapat
dibimbing untuk mengembangkan wawasan mereka berdasarkan permasalahan
informasi keuangan yang mereka pahami dalam kehidupan sehari-hari ataupun dari
media, lalu dikembangkan sesuai daya nalar masing-masing. Seiring dengan kompleksitas
pemahaman yang meningkat, maka guru juga dapat meningkatkan level games atau kuis
sembari mengontrol daya serap dan pemahaman siswa untuk dilakukan evaluasi secara
kontinyu.
Pembelajaran menggunakan Edmodo telah beberapa kali dilakukan dan
memberikan hasil yang cukup signifikan. Dalam salah satu penelitian eksperimental yang
dilakukan oleh Al-Kathiri (2014) terhadap 42 siswa dengan pembelajaran menggunakan
metode tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, menghasilkan pencapaian yang
signifikan secara positif. Selanjutnya dalam pembelajaran akuntansi, peletakan dasar-
dasar pengetahuan akuntansi sangatlah diperlukan untuk menapaki level selanjutnya,
sebagaimana setiap ilmu pasti memiliki dasar yang harus dipahami terlebih dahulu.
Dalam meletakkan dasar-dasar akuntansi baik persamaan, tujuan, maupun prosedur
akuntansi, guru dapat memanfaatkan pengetahuan awal siswa tentang subjek materi
untuk digali lebih dalam dengan bantuan Edmodo, yakni kuis maupun game kilat.
Diskusi
Dolvin dan Pyles (2011) menekankan bahwa telah ditunjukkan pada siswa
,metode instruksi “chalk and talk” masih menjadi metode yang paling populer dalam
pelajaran keuangan (e.g Saunders, 2001, Farooqi Saunders, 2004; Iqbal. Farooqi &
Saunders, 2006) sebagaimana disiplin lainnya yang serupa seperti ekonomi (Becker &
Watts, 1996; Becker & Watts, 2001). Karena sifatnya yang memang membutuhkan
banyak latihan soal, pelajaran akuntansi dirasa kurang merangsang antusiasme siswa
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 340 ] P a g e
untuk bertanya, berargumen, dan mengetahui lebih dalam ilmu akuntansi. Di samping
latihan soal, tentunya kita dapat memberikan nuansa pembelajaran yang berbeda,
misalnya merangsang partisipasi aktif siswa untuk mendiskusikan isu-isu akuntansi,
kesalahan-kesalahan dalam pencatatan laporan keuangan serta implikasinya bagi
perusahaan.
Sardiman (2009) dalam Anisa dan Ratnasari (2013) mengemukakan bahwa
mengetahui apa yang dipelajari adalah awal yang baik untuk belajar. Dengan mengakses
materi terlebih dahulu, siswa mengetahui apa yang akan mereka pelajari sehingga
mereka lebih siap untuk belajar. Kesiapan akan meningkatkan partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran. Siswa mengkonstruksikan berbagai pengetahuan dan
pengalamannya untuk menguraikan, menganalisis dan menjawab persoalan yang
diberikan oleh guru sesuai cara mereka masing-masing. Dengan kreativitas guru dalam
mengontrol alur diskusi, guru harus dapat terus-menerus merangsang keingintahuan,
pertanyaan-pertanyaan, argumen-argumen dan seluruh bentuk respon dari perspektif
siswa. Mengkonstruksikan pengetahuan untuk mendalami materi terbukti lebih efektif
hasilnya dibandingkan metode tradisional. Fowler (2006) pun mendukung metode
pembelajaran aktif, dan menjelaskan bahwa lebih sering berpikir berdasarkan
pengalaman, maka hasilnya akan lebih baik. Penelitian Fowler pun menunjukkan bahwa
kelas aktif terbukti dapat memahami konsep dengan lebih baik.
Sharing Antar Guru
Edmodo tidak hanya menjadi media komunikasi antara guru dengan murid, akan
tetapi dapat menjadi wadah sharing dengan guru-guru pengampu akuntansi lainnya
untuk mengembangkan metode pembelajaran akuntansi. Dengan berbagi permasalahan,
pengalaman dan pendapat, maka metode pembelajaran akuntansi dapat berkembang,
baik dalam strategi pembelajaran, solusi kesulitan-kesulitan siswa, kelamahan dan
kelebihan penerapan berbagai metode pembelajaran akuntansi, bahkan dapat melakukan
kolaborasi pembelajaran secara online. Sebagaimana dikutip dari Kruger & Bester
(2014), yang menyatakan bahwa Edmodo was chosen for several reasons. Lecturers can
(and should) invite students to join the classrooms that they create. Edmodo can be used to
communicate with their students, share information, post assignments and perform
assessments. Other lecturers can also join as “observing teachers” and can therefore benefit
not only by means of their own participation but also by observing that of other lecturers.
Lecturers (“Teachers” on Edmodo) can join communities.
Meningkatkan Pembelajaran Menggunakan Edmodo
Chyun dan Mark (2005), mendeskripsikan alasan kepuasan dan ketidakpuasan
penggunaan e-learning sebagai berikut:
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
P a g e [ 341 ]
Gambar 1. Profil Faktor Kepuasan dan Ketidakpuasan dalam Konteks e-Learning
Berdasarkan gambar tersebut, maka dalam penerapan Edmodo, guru dapat
merencanakan dan melaksanakan tindakan defensif untuk meminimalisir hambatan
akibat ketidakpuasan siswa terhadap e-learning Edmodo. Kalimat yang tidak di-bold
menunjukkan sebab-sebab ketidakpuasan dalam pembelajaran e-learning. Maka dari itu,
guru wajib memiliki solusi konkret guna meningkatkan kepuasan siswa sehingga
berdampak positif pada kesuksesan belajar. Untuk meningkatkan kepuasan e-learning
siswa, Chyun dan Mark (2005) mengemukakan proses sistematis untuk mengurangi
masalah e-learning, yang dikonsepkan dalam five step SIEME process; (1) Separate
unhealthy attrition from healthy attrition;(2)Investigate satisfying and dissatisfying
factors;(3) Eliminate or reduce dissatisfying factors;(4)Maintain and/or add satisfying
factors, and; (5) Evaluate attrition in e-learning continuously.
Edmodo menyediakan fitur serupa direct message antara siswa dengan guru,
namun tidak antar siswa. Dengan tools tersebut, siswa dapat berkonsultasi secara
langsung dengan guru bila menemui kesulitan dalam belajar akuntansi. Karena sifatnya
yang private message, siswa tidak akan malu untuk menanyakan hambatan yang
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 342 ] P a g e
dihadapi dan guru dapat memberikan arahan yang tepat secara personal pada siswa.
Edmodo memiliki kelebihan berupa tidak terikat dimensi ruang dan waktu, sehingga
siswa dan guru dapat mengakses 24/7. Siswa yang kurang memahami materi akuntansi,
dapat dengan mudah berkomunikasi dengan guru tanpa perlu menghadiri tatap muka di
kelas. Al-Kathiri (2014) menjelaskan bahwa “the chat features of Edmodo allows students
to broaden both the type and amount of their communication offering them opportunities
to increase their confidence and motivation”. Fitur dalam Edmodo mampu memotivasi dan
mendukung proses belajar siswa, karena sifatnya yang mampu menghubungkan langsung
kedua pihak. Hal ini dapat membantu mengurangi kecenderungan guru yang senantiasa
memukul rata level kognitif siswa sebagaimana yang sering terjadi di dalam kelas.
Diharapkan dengan Edmodo, hambatan-hambatan belajar yang dialami oleh guru
maupun siswa dapat diminimalisir.
SIMPULAN
Ilmu akuntansi yang bersifat prosedural memang biasa disajikan dalam kelas
kovensional yang berpusat pada guru. Namun dengan kreativitas, banyak peristiwa
dalam ranah akuntansi yang bisa menjadi topik menarik untuk didiskusikan bahkan
dalam forum edmodo, sehingga siswa juga bisa mengasah kognitif mereka untuk
menyelami fenomena akuntansi sederhana hingga tingkat kompleksitas yang mampu
mereka terima. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji sejauh mana e-
learning mampu memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Sebagaimana penelitian
eksperimental Al-Kathiri (2014) mengenai pembelajaran menggunakan metode
tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, yang menghasilkan pencapaian yang
signifikan secara positif, penggunaan e-learning dalam blended learning oleh Anisa dan
Ratnasari (2013) juga terbukti meningkatkan kesiapan, partisipasi, antusiasme dan
korelasi. Beberapa strategi belajar akuntansi yang dapat diterapkan dengan Edmodo
yakni tugas mandiri, diskusi, dan games. Untuk penilaiannya, dapat dibuat indikator
penilaian aktivitas dan kompetensi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga
aspek penilaian tercakup lebih luas.
Implikasi lebih jauh dalam pemanfaatan Edmodo adalah, selain meningkatkan
efisiensi, juga meratakan tembok keterbatasan ruang dan waktu. Beberapa kelemahan
dari Edmodo adalah merupakan kelebihan dari pembelajaran face-to face, yakni
komunikasi antar siswa dengan guru dan pengawasan guru secara langsung dalam kelas.
Akan tetapi pengkombinasian keduanya akan meningkatkan kualitas pembelajaran
akuntansi mengingat segala kemudahan yang ditawarkan oleh Edmodo bagi guru dan
siswa. Penggunaan Edmodo yang telah dimanfaatkan secara luas untuk meningkatkan
profesionalisme guru, tak lepas dari kreativitas guru untuk dalam mengelola
pembelajaran secara virtual yang efektif dan efisien. Diharapkan dengan e-learning
Edmodo, kompetensi peserta didik akuntansi siap bersaing menghadapi arus MEA
mendatang.
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
P a g e [ 343 ]
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kathiri, F. (2015). Beyond the Classroom Walls: Edmodo in Saudi Secondary SchoolEFL Instruction, Attitudes and Challenges. English Language Teaching. 8(1), 189-198.
Anisa, A.A., & Ratnasari, A. (2013). Blended Learning: Improving Motivation in LearningAccounting Case of SMKN 1 Bantul 2012/2013. Jurnal Pendidikan AkuntansiIndonesia. 6 (1).155-159
Chyung, S.Y & Mark, V. (2005). An Investigation of the Profiles of Satisfying andDissatisfying Factors in E-Learning. Performance Improvement Quarterly. 18 (2).108-110
Daryanto. (2013). Media Pembelajaran, Peranannya Sangat Penting dalam MencapaiTujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Dolvin, S.D. & Pyles, M.K. (2011). The Influence of Simulation Performance on StudentInterest. Journal of Economic Education Research.13 (3), 35.
Gomez, A.C & Berrocoso, J.V. (2012). Design of A Competency-Based Assessment Model InThe Field of Accounting. Contemporary Issues In Educational Research-SpecialEdition. 5 (5), 346.
Johnson, L. (2009). Pengajaran yang Kreatif dan Menarik: Cara Membangkitkan MinatSiswa Melalui Pemikiran. Jakarta: Indeks.
Kruger, M. & Bester, R. (2014). Mobile Learning: A Kaleidoscope. Electronic Journal of e-Learning. 12 Issue 1, 61.
Lou, F. (2006). Active Learning: An Empirical Study of The Use of Simulation Games InThe Introductory Financial Accounting Class. Academy of Educational LeadershipJournal.10 (3). 94-100.
Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka
Parkinson, A. & Chew, L. (2011). Student Perception of E-learning Components Within anUndergraduate Accounting Module: A Pilot Study. Annual International Conferenceon Education & e-Learning. 3
Priowirjanto, G. (2013). Southeast Asian Ministers Of Education Organization RegionalOpen Learning Centre.
Rooijakkers, A. (1993). Mengajar Dengan Sukses, Petunjuk Untuk Merencanakan danMenyampaikan Pengajaran. Jakarta: Grasindo
Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sastroprawiro, W.N. (2011). The Missing Abundance Mentality in Our Curriculum dalamSeri Pemikiran Mahasiswa: Ekonomi Indonesia di Mata Anak Muda UI. FEUI:Baduose Media
Techlearning (2014) How To Improve Professional Learning. Diakses dariwww.techlearning.com pada tanggal 10 April 2015
Widayati, A. (2013). Studi Tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran AkuntansiDalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Akuntansi SMK di DIY. JurnalPendidikan Akuntansi Indonesia.11 (1).
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 344 ] P a g e
Yamin, M. (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:Gsung Persada Press.
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
P a g e [ 345 ]
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PENGELOLAAN USAHA
BERBASIS KNOWLEDGE MANAGEMENT UMKM DI KEDIRI
Rr. ForijatiUniversitas Nusantara PGRI Kediri
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Modul PembelajaranPengelolaan Usaha berbasis Knowledge management UMKM. Prosedurpengembangan dalam penelitian ini adalah 1) Studi pendahuluan yaitumengeksplorasi kebutuhan UMKM dan mengeksplorasi knowledge managementUMKM 2) pembuatan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha BerbasisKnowledge Management UMKM 3) validasi dari expert: ahli rancanganpembelajaran, ahli isi bidang ilmu, ahli media pembelajaran 4) pelaksanaankegiatan pengembangan (uji coba prototype) 5) evaluasi kegiatan dengan modelCIPP (Context, Input, Process dan Product). Hasil pengembangan, secarakonseptual menurut tanggapan/penilaian ahli rancangan, ahli isi bidang ilmudan ahli media pembelajaran menunjukkan produk pengembangan yangdihasilkan dinyatakan tepat dan layak untuk dimanfaatkan sebagai modulpembelajaran. Secara teknis operasional dari hasil uji coba kelompok kecil danujicoba lapangan menunjukkan bahwa produk pengembangan yang diujicobakanmenghasilkan perolehan belajar yang positif bagi subjek uji coba (pebelajar). Halini ditandai dengan nilai hasil uji validitas berada dalam skala 80% - 100% ataumasuk kualifikasi sangat baik. Dari dua puluh lima orang subjek uji cobalapangan diperoleh hasil rerata nilai test akhir sebesar 79,68, sedangkan reratanilai tes awal sebesar 52,76. Dengan menggunakan Paired Samples Test,didapatkan nilai t-value -11,486 pada tingkat signifikansi .000. Hal ini berartiterdapat peningkatan yang signifikan hasil tes akhir dari tes awal.
Kata Kunci: Pengembangan Modul Pengelolaan Usaha, Knowledge ManagementUMKM
PENDAHULUAN
Pengalaman berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang
menunjukkan bahwa UMKM mempunyai peran yang penting dalam pengembangan
ekonominya. Di seluruh dunia, pemerintah juga mengakui kontribusi UMKM terhadap
lapangan kerja dan pembangunan ekonomi juga mempunyai peran potensial dalam
proses penetapan kebijakan publik (Storey, 2005). Peran UMKM dalam perekonomian
negara sangat penting dan strategis karena telah terbukti menjadi penyelamat
perekonomian pasca krisis dan menjadi penyedia lapangan tenaga kerja terbesar. Selain
itu, tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan akan menekan angka
kemiskinan, untuk itulah memberdayakan UMKM identik dengan menggerakkan
ekonomi rakyat (Siswoyo, 2009). Usaha mikro kecil menengah, dengan karakteristik
skalanya yang serba terbatas, memiliki segala kekuatan dan kelemahan. Kekuatan
dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai
tantangan lingkungan. Di antara sejumlah kekuatan yang ada pada usaha kecil adalah
fleksibilitas untuk berkreasi, kemampuan untuk melakukan inovasi dan kemampuan
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 346 ] P a g e
melakukan tindakan yang tidak mungkin dilakukan oleh usaha berskala besar, dan juga
yang terutama karena daya tahan terhadap krisis. Di samping kekuatan, berbagai
kelemahan masih dimiliki oleh UMKM antara lain: a) kurangnya pemodalan, b) minimnya
pengetahuan dalam hal pengelolaan usaha, c) kesulitan dalam hal pemasaran, d)
persaingan usaha yang ketat, e) kendala bahan baku (Hadiyati Ernani, 2010). Dengan
segala kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh UMKM, maka diperlukan
pendampingan dan pemberdayaan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan suatu modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge
management UMKM dan juga mengevaluasi keefektifan penggunaan modul tersebut
dengan evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dari Stufflebeam
Knowledge management atau sering disingkat KM sendiri sejatinya dapat diartikan
sebagai sebuah tindakan sistematis untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan
mendistribusikan segenap jejak pengetahuan yang relevan kepada setiap anggota
organisasi tersebut (Widayana, 2005). Knowledge Management merupakan suatu
paradigma pengelolaan informasi yang berasal dari pemikiran bahwa pengetahuan yang
murni sebenarnya tertanam dalam benak dan pikiran setiap individu atau manusia
sehingga harus ditemukan mekanisme penyebarannya (information and experience
sharing) agar terjadi peningkatan pengetahuan dari masing-masing pelaku kegiatan di
dalam perusahaan. Oleh karena itulah dalam implementasinya yang terjadi adalah
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencari, membentuk, dan
menyebarkan berbagai ide, gagasan, pengetahuan, dan pengalaman dari satu atau
sekelompok orang ke satu atau sekelompok orang lainnya di dalam sebuah perusahaan.
Ilmu pengetahuan yang diciptakan dari pengetahuan perorangan yang harus dikelola
menjadi pengetahuan organisasi. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual
dan pendapat para pakar di bidangnya. Knowledge Management dibangun dengan
landasan adanya budaya knowledge sharing (Anantatmula, 2005). Oleh sebab itu dengan
adanya sharing pengetahuan antar UMKM terutama dalam satu sentra usaha akan terjadi
transfer ilmu yang akan memperkaya strategi dan pengetahuan dalam pemberdayaan
usaha mikro kecil dan menengah. Dengan adanya transfer pengetahuan dan ketrampilan
antar UMKM terutama dari satu sentra, akan mengatasi beberapa permasalahan seperti:
Pertama, tidak dimilikinya aset produksi yang memadai, ditambah lagi
terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan sehingga sering menyebabkan
produktivitas dan pendapatan pengusaha kecil menjadi rendah. Pendapatan yang
diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pokok, sehingga kecil
kemungkinan mereka bisa menabung dan memiliki modal yang cukup untuk
meningkatkan atau membuka usaha baru. Kedua, karena nilai tukar hasil produksi
pengusaha kecil acapkali tertinggal dengan hasil produksi dari usaha berskala besar,
khususnya yang berasal dari sektor industri modern. Di sisi lain, akses pengusaha kecil ke
pusat-pusat pemasaran umumnya juga cenderung rendah karena dalam banyak hal
kelembagaan usaha rakyat belum berperan maksimal dalam menfasilitasi kegiatan
ekonomi rakyat. Di berbagai wilayah pedesaan kegiatan ekonomi pasar relatif sepi, dan
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
P a g e [ 347 ]
kalau pun ada umumnya lebih sebagai ajang bagi pengusaha dari luar desa untuk
menyerap produk-produk masyarakat desa dengan harga yang kurang adil. Ketiga,
karena sebagian besar pengusaha kecil umumnya tidak atau belum memiliki produk
unggulan yang bisa diandalkan dalam arti produk itu memiliki prospek pemasaran yang
cerah di pasaran dan hasil yang menguntungkan. Kalau pun ada sebagian pengusaha kecil
yang memiliki produk komoditi tertentu, sering terjadi hasilnya kurang menguntungkan
karena lemahnya posisi mereka dalam mata rantai perdagangan. Sudah menjadi rahasia
umum bahwa dalam proses penjualan, biasanya pihak yang dominan menentukan harga
adalah para pedagang atau tengkulak bukan para pengusaha kecil. Keempat Pengusaha
UMKM sering tidak mempunyai catatan keuangan sehingga tidak mengetahui secara pasti
keuntungan yang di dapat dan juga ketika akan mengakses pemodalan ke perbankan,
mereka cenderung tidak bisa membuat proposal kredit ataupun menghitung berapa
sesungguhnya modal yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Kondisi UMKM di atas
menjadi fenomena universal di Indonesia, termasuk di Kediri.
Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa UMKM di wilayah Kediri masih
menggunakan manajemen tradisional. Salah satu ciri manajemen tradisional adalah tidak
memiliki laporan keuangan dan baik pengeluaran maupun penerimaan yang ada tidak
tercatat dengan baik. Mereka tidak membutuhkan laporan keuangan yang mencatat alur
penerimaan dan pengeluaran setiap hari asalkan usaha yang dilakukan tetap berjalan.
Apabila UMKM tidak memiliki laporan keuangan maka UMKM tersebut tidak bersifat
bankable. Kalau laporan keuangan tidak ada maka akses ke bank juga akan terkendala.
Dari kondisi UMKM yang ada di Kediri maka dibutuhkan bantuan pendampingan dan
pelatihan dalam mengembangkan usahanya, karena hanya 2,60% yang pernah
mendapatkan pelatihan akuntansi/keuangan/pembukuan dan 2,30% yang pernah
mendapatkan pelatihan Manajemen Usaha (Bappeda Kota Kediri, 2009). Hal ini juga di
dukung dari hasil eksplorasi penelitian tentang kebutuhan UMKM di Kediri akan
pendampingan dan pelatihan, UMKM memerlukan pelatihan tentang aspek produksi
sebesar 38%, aspek manajemen usaha sebesaaar 56%, aspek desain produk 46% dan
aspek kewirausahaan sebesar 15% (Forijati, 2014).
Dari data di atas, maka diperlukan suatu bentuk bantuan teknis berupa pelatihan
pengelolaan Usaha untuk UMKM, di mana dalam pelatihan tersebut diperlukan suatu
modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM yang
dapat digunakan oleh UMKM dalam mempelajari bagaimana mengelola usahanya dengan
baik. Modul Pemberdayaan ini berupa Modul Pembelajaran di susun dan di kembangkan
oleh peneliti dari pengamatan pada saat dilakukan FGD Knowledge Management UMKM
dan dari survey pada UMKM di Kediri. Berdasarkan survey pada UMKM di Kediri di
dapatkan bahwa jenis layanan yang dibutuhkan oleh UMKM 56% berupa pelatihan
Manajemen Usaha. Pelatihan Manajemen Usaha yang diperlukan oleh UMKM sebagian
besar berupa aspek pengelolaan keuangan usaha. Karena salah satu kelemahan dari
pelaku UMKM adalah minimnya pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan keuangan
usaha mereka.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 348 ] P a g e
METODE
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kediri Jawa Timur. Studi ini berada pada
desain penelitian dan pengembangan (Research and Development). Subjek uji coba adalah
pengusaha UMKM di Kediri. Untuk uji coba kelompok di ambil 9 orang. Dan untuk uji
coba lapangan diambil 25 (dua puluh lima) pengusaha mikro kecil menengah dengan
karakteristik yang sama. Suparman (1997) memberikan batasan sampel untuk uji coba
lapangan berkisar antara 10 – 30 orang. Jenis data yang di kumpulkan berupa data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa pelaksanaan pemberdayaan dengan
menggunakan modul pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM berupa
catatan lapangan dan hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif berupa data dari hasil
pengembangan melalui studi eksperimen semu atau uji coba terhadap modul
pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM
Teknis analisis data yang digunakan adalah 1) Analisis Validitas (Validity Analysis)
2) Uji Perbedaan, dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui pelatihan dengan
menggunakan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management
UMKM yang dikembangkan, dilakukan Pre test dan Post test. Data skor tes awal (pre test)
dan skor tes akhir (post test) pada uji coba lapangan dianalisis dengan menggunakan alat
bantu komputer melalui program SPSS. Uji statistik dengan menggunakan Paired sample
t-test (uji t-test) untuk uji beda, Sebelum menggunakan uji t-test terlebih dahulu di
analisis kenormalan distribusi dan bentuk data dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov sehingga syarat statistik parametrik terpenuhi. Uji beda dengan t-test ini
digunakan untuk menganalisis perbedaan rata-rata hasil pengukuran pre test dan post
test dari pemberdayaan UMKM melalui pelatihan dengan menggunakan Modul
Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management UMKM.
Prosedur pengembangan desain pemberdayaan UMKM berbasis knowledge
management ini, mengikuti tahap-tahap sebagai berikut. 1) Tahap Pertama,
mengeksplorasi kendala-kendala dan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami UMKM,
untuk kemudian melaksanakan sharing knowledge dengan menggunakan proses SECI
(Socialization, Externalization, Combination, Internalization). Selain itu juga melakukan
studi pendahuluan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan (need assessment)
UMKM dengan melakukan eksplorasi lapangan untuk mencari model pemberdayaan
berbasis knowledge management yang sesuai dengan karakteristik Usaha Mikro Kecil
Menengah. Selain itu, dalam studi pendahuluan ini juga mulai di kembangkan draf desain
instruksional Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management
UMKM yang terdiri dari komponen sebagai berikut: a) Kompetensi b) Tujuan
Pengembangan Modul c) Indikator d) Skenario pembelajaran yang terdiri atas: alokasi
waktu, tujuan pembelajaran, dasar pemikiran, langkah-langkah pembelajaran e) Materi
ajar f) Evaluasi berupa lembar kerja yang terdapat pada akhir tiap bagian pembelajaran.
Hasil draf desain instruksional tersebut di validasi oleh draf awal desain pembelajaran
melalui diskusi, justifikasi dan konsultasi dengan ahli (expert judgment) untuk
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
P a g e [ 349 ]
mendapatkan program pembelajaran yang diinginkan. Penilaian tersebut di dasarkan
pada makna dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam menilai proses
pemberdayaan melalui pemberian pelatihan dengan menggunakan modul pembelajaran
pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM:
Tabel 1. Persentase Penilaian Ahli Rancangan Pembelajaran, Ahli Isi Bidang Ilmu danAhli Media Pembelajaran, Pelaku UMKM
Tingkat Pencapaian Kualifikasi
80% - 100%
66% - 79%
56% - 65%
Kurang dari 56%
Sangat baik/Sangat Jelas/Sangat Sesuai/ Sangat
Menarik/Sangat Tepat, Tidak Perlu Revisi.
Baik/Cukup Jelas/ Sesuai/ Menarik/ Tepat, Tidak
Perlu Revisi
Cukup Baik/Cukup Jelas/Cukup Sesuai/ Cukup
Menarik/Cukup Tepat/Perlu Direvisi
Tidak baik/Tidak Jelas/Tidak Sesuai/ Tidak
Menarik/Tidak Tepat/ Perlu direvisi
2) Pada tahap kedua merupakan studi pengembangan, berupaya untuk
mengembangkan dan menyusun model prosedural yang menjadi konstruktif draf awal
atau prototipe model pembelajaran berupa modul pembelajaran pengelolaan usaha
berbasis knowledge management UMKM. Dalam ujicoba terbatas ini juga dikaji efektivitas
dan keterlaksanaan program menurut alokasi waktu yang disediakan dalam pengajaran.
Pada uji kelompok ini juga akan di uji validitas dan reliabilitas instrumen evaluasi
pelatihan yang nantikan akan di gunakan sebagai instrumen evaluasi pelatihan pada Uji
lapangan. Hasil dari tahap ke dua akan diujicobakan pada uji kelompok kecil dan di revisi
untuk dilanjutkan pada tahap ke tiga yaitu tahap uji lapangan. 3) Pada tahap ke tiga yaitu
melakukan uji lapangan, tujuan yang dicapai adalah merekonstruksi draf awal/prototype.
Pelaksanaan Uji lapangan yaitu dengan melalui pelatihan yang menggunakan sarana
modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM akan di
evaluasi oleh pihak eksternal dengan menggunakan instrumen evaluasi pemberdayaan
CIPP (context, Input, Process, Product). Penilaian CIPP dengan menggunakan Tabel 2.
Tabel 2. Tabel Standar Konversi Data Kuantitatif ke KualitatifRerata Skor Klasifikasi Kesimpulan
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 350 ] P a g e
> 4,2 Sangat baik Sangat sesuai, sangat lengkap, Sangatjelas, sangat dapat digunakan.
> 3,4- 4,2 Baik Baik, sesuai, jelas, dapat digunakan> 2,6 – 3,4 Cukup Cukup sesuai, cukup baik, cukup
jelas, cukup dapat digunakan.> 1,8 – 2,6 Kurang Kurang sesuai, kurang baik, kurang
jelas , kurang dapat digunakan. ≤1,8 Sangat kurang Tidak sesuai, tidak baik, tidak jelas,
tidak dapat digunakan.Sumber: Sudjiono, 2008
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prototipe produk pengembangan yang diuji dalam penelitian ini meliputi Modul
Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM. Setelah Draf
Prototipe produk pengembangan selesai di susun selanjutnya dimintakan tanggapan atau
penilaian dari ahli rancangan pembelajaran. Data hasil tanggapan atau penilaian ahli
rancangan pembelajaran berupa data kuantitatif yang dihimpun dengan menggunakan
instrumen angket. Komponen-komponen yang dimintakan tanggapan atau penilaian
meliputi: Skenario Pembelajaran yang meliputi: a) alokasi waktu, b) tujuan
Pembelajaran, c) dasar Pemikiran dan langkah-langkah kegiatan. Uraian isi pembelajaran
yang meliputi: bagian I yaitu: Mengetahui Biaya suatu Usaha, bagian II yaitu Pemodalan
Usaha Kecil, bagian ke III yaitu mengelola uang dengan cash flow, bagian ke IV yaitu
menyusun laporan keuangan sederhana. Semua komponen tersebut dinilai dari aspek
rancangan pembelajaran dengan rentang (score) 1 – 4 dengan interpretasi: 4 (sangat
jelas), 3 (jelas), 2 (kurang jelas), 1 (sangat kurang jelas). Setiap besaran nilai yang
diberikan ditransformasikan dalam bentuk persentase.
Rancangan komponen-komponen modul secara umum dapat dikatakan sudah
layak, kelayakan ini dibuktikan dari hasil tanggapan/penilaian ahli rancangan
pembelajaran, ahli media pembelajaran dan ahli isi bidang ilmu bahwa dari segi aspek:
pewajahan (sampul) di nilai 84% sudah baik, akan tetapi ada masukan bahwa cover
dibuat menarik dan ada gambar-gambar tentang UMKM, sehingga menarik minat
pembaca akan isi modul tersebut. Kata pengantar di nilai 84% sudah baik, hanya perlu
kata-kata knowledge management konsisten dan diubah miring menjadi knowledge
management. Diperlukan tambahan daftar tabel dan daftar gambar, sehingga lebih
memudahkan dalam mencari tabel. b) Komponen-komponen yang terdapat pada
skenario pembelajaran yang terdiri dari alokasi waktu, Tujuan diubah menjadi tujuan
pembelajaran, dasar pemikiran dan langkah-langkah kegiatan menjadi langkah-langkah
pembelajaran, dapat dikatakan sudah sesuai (80 – 100%), hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut : untuk Alokasi waktu bagian I,II dan III sudah 100% artinya alokasi waktu yang
sediakan sesuai dengan materi yang akan diberikan pada pemberdayaan (pelatihan
pelaku UMKM), sedangkan untuk bagian IV 88%, dikatagorikan baik. Tujuan
Pembelajaran yaitu untuk bagian I 92%, bagian II 92%, bagian III 100% dan bagian IV
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
P a g e [ 351 ]
88%, hal ini diartikan bahwa tujuan pembelajaran telah sesuai dengan isi materi maupun
dengan alokasi waktu serta dasar pemikiran dari modul pembelajaran pengelolaan usaha
berbasis knowledge management UMKM tersebut, dan ada masukan untuk tujuan di
tambah dengan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. c) Materi
pembelajaran secara keseluruhan dapat disimpulkan sudah sesuai, jelas dan cocok untuk
digunakan sebagai buku acuan dalam program pemberdayaan UMKM. Hal ini dibuktikan
dengan persentase jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam angket berada pada
kisaran 81% - 100% atau masuk skala penilaian sangat layak, di samping itu revisi hanya
pada pemberian keterangan di setiap gambar dan tabel pada materi pembelajaran.
d)Untuk komponen-komponen evaluasi dalam modul yang di tulis dengan lembar kerja
sudah baik, akan tetapi lebih baik diberikan uraian di bawah yaitu kunci jawaban terletak
di slide presentasi yang berada di lembar terakhir modul.
Analisis Data Hasil Skor Tes Awal Dan Tes Akhir Pada Uji Coba Lapangan
Sebelum di uji dengan menggunakan Paired sample t-test (uji t-test), terlebih
dahulu di uji kenormalan distribusi dan bentuk data dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov sehingga syarat statistik parametrik terpenuhi. Dan hasil dari uji normalitas adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Post test
N 25
Normal Parameters(a,b)Mean 79,68
Std. Deviation 8,265
Most Extreme Differences Absolute ,163
Positive ,125
Negative -,163
Kolmogorov-Smirnov Z ,815
Asymp. Sig. (2-tailed) ,520
Tabel 4. Paired Samples Test
Paired Differencest df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation
Std.ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
DifferenceLower Upper
Pair1
Pretest -Posttest
-26,920 11,719 2,344 -31,757 -22,083 -11,486 24 ,000
a) Dari Tabel paired samples correlations didapatkan bahwa nilai selisih rata-rata dari pre
test dan post test adalah: 52,76 - 79,68 = - 26,920, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan untuk
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 352 ] P a g e
mempelajari Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management
UMKM.
b) Dari Tabel Paired Samples Test, didapatkan nilai t-value di atas nilai kritis 1,96 dan
didapatkan nilai t = -11,486 lebih besar dari 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan untuk mempelajari Modul
Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM. Dan dari sig =
0,00 (sig < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
pengetahuan akan manajemen usaha untuk UMKM sebelum dan setelah mempelajari
modul tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan Modul
Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM ini dapat
mencapai tujuan pembelajaran yaitu tujuan pemberdayaan. Dan dapat dikatakan bahwa
produk pengembangan ini sebagai salah satu sumber belajar layak digunakan untuk
mengembangkan usaha bagi pelaku UMKM maupun dapat dijadikan pegangan bagi
konsultan/pendamping UMKM dalam memberikan pelatihan pada UMKM.
Dari hasil CIPP dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Context (Konteks), Rerata
total skor sebesar 4,07 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar konversi data
kuantitatif ke kualitatif, termasuk klasifikasi sangat baik, artinya bahwa pelaksanaan
pemberdayaan UMKM dengan menggunakan modul pembelajaran pengelolaan usaha
berbasis knowledge management UMKM sangat sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM..
Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku UMKM ketika mengikuti pelatihan, di
peroleh bahwa mereka sangat terbantukan dengan adanya pelatihan dengan
menggunakan modul tersebut. 2) Input, Penilaian Input terdiri dari: pertimbangan
terhadap sarana dan prasarana pemberdayaan (pelatihan pengelolaan usaha berbasis
knowledge management UMKM), strategi yang digunakan dalam pemberdayaan
(pelatihan), kelengkapan dan kesesuaian materi yang digunakan dalam pemberdayaan
(pelatihan) dan juga tutor yang memberikan pelatihan. Hasil analisis yang diperoleh dari
evaluator diperoleh nilai-nilai aspek Input sebagai berikut : 4,00. Rerata total skor Input
adalah 4,00 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif ke
kualitatif dikatagorikan sangat baik. Artinya bahwa aspek input dalam pemberdayaan
UMKM sangat sesuai, hal ini terlihat dari kesesuaian sarana dan prasarana dalam proses
pemberdayaan, kejelasan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge
management UMKM yang diberikan pada peserta pelatihan juga alat-alat tulis dalam
pelaksanaan diskusi berkelompok. Di samping itu strategi pembelajaran yang digunakan
oleh konsultan/pendamping UMKM yaitu dengan membelajarkan pebelajar akan
pentingnya knowledge sharing melalui diskusi berkelompok antar pelaku UMKM untuk
memecahkan sebuah permasalahan pada perusahaan dan berdiskusi. Di samping itu
kenyamanan tempat pelaksanaan pemberdayaan (pelatihan) yang berada pada tempat
yang jauh dari kebisingan, dan juga ditunjang dengan kesiapan tutor yaitu
konsultan/pendamping UMKM. 3) Process (Proses), Penilaian Proses dalam hal ini
adalah Proses selama berlangsungnya Pemberdayaan (pelatihan dengan menggunakan
modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM yang
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
P a g e [ 353 ]
meliputi: Kejelasan petunjuk/pedoman dalam pemberdayaan, kejelasan materi yang
digunakan, kesesuaian waktu yang digunakan, kejelasan metode dan media dalam
pemberdayaan, dan kemenarikan strategi pembelajaran. Hasil analisis yang diperoleh
dari evaluator dapat di sajikan sebagai berikut : 3,79. Dari data diatas diperoleh rerata
skor sebesar 3,79 apabila di konsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif
ke kualitatif di katagorikan sangat baik yang artinya bahwa pelaksanaan pemberdayaan
UMKM sangat baik dan sesuai. Hal ini dibuktikan dengan Kejelasan Petunjuk/pedoman
yang di sampaikan oleh konsultan/pendamping UMKM sebagai tutor/pendamping
UMKM. Di samping itu juga kejelasan materi, media dan metode yang digunakan sangat
dimengerti oleh peserta pemberdayaan (pelatihan) sehingga peserta sangat antusias dan
berpartisipasi terhadap pelatihan. Dan terdapat pemahaman akan pentingnya knowledge
sharing (berbagi pengetahuan dan pengalaman antar pelaku Usaha Mikro Kecil
Menengah). Pada saat berlangsungnya pelatihan Konsultan/pendamping UMKM selaku
tutor juga memberikan feedback/balikan pada setiap pemecahan kasus. Kasus yang di
berikan sesuai dengan kasus yang terjadi di lapangan. 4) Product (Produk), Hasil analisis
data yang diperoleh dari lembar kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh evaluator
tentang aspek-aspek komponen produk diperoleh nilai-nilai aspek konteks sebagai
berikut: 4,00. Rerata total skor sebesar 4,00 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar
konversi data kuantitatif ke kualitatif termasuk klasifikasi sangat baik, hal ini berarti
bahwa output dari pemberdayaan ini sangat baik dan bermanfaat bagi pelaku usaha
mikro kecil menengah.
SIMPULAN
Penelitian pengembangan ini membahas mengenai pemberdayaan UMKM
berbasis knowledge management. Berbasis knowledge management dalam hal ini adalah
bahwa dalam prosedur pengembangannya pengelolaan pengetahuan dilaksanakan
dengan knowledge sharing (berbagi ilmu). Knowledge sharing tercermin dalam Modul
Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge Management UMKM yaitu dalam
langkah-langkah pembelajaran selalu di utamakan budaya sharing (berbagi) pengalaman
dan ketrampilan akan pengelolaan usaha terutama UMKM dalam satu sentra usaha.
Pemberdayaan UMKM merupakan suatu sistem di mana terdapat diskusi dan saling
bertukar informasi dan pengetahuan. Oleh karena itu, mengelola pengetahuan adalah
bagaimana pengetahuan itu di kelola dan dibagikan kepada pelaku UMKM yang
membutuhkannya. Oleh sebab itu, inti dari knowledge management tersebut adalah
berbagi ilmu baik antar UMKM yang berada dalam satu sentra.
Sedangkan kajian tentang produk pengembangan yang telah direvisi dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1) Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis
Knowledge Management UMKM yang dikembangkan oleh peneliti. Modul ini dipakai oleh
UMKM dalam pengembangan usahanya. Berdasarkan pengamatan pada saat proses
knowledge management melalui FGD (Focus Group Discussion) di peroleh data bahwa
UMKM sangat membutuhkan sebuah bahan ajar tentang Manajemen (pengelolaan usaha)
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 354 ] P a g e
untuk mengembangkan usahanya. Produk pembelajaran berupa Modul Pengelolaan
Usaha berbasis knowledge management UMKM yang dikembangkan ini dirancang dengan
memuat komponen-komponen yang memudahkan pebelajar yaitu pelaku UMKM.
Komponen-komponen tersebut adalah (1) Skenario pembelajaran yang terdiri dari :
Alokasi waktu pembelajaran, Tujuan Pembelajaran Dasar Pemikiran, Langkah-langkah
pembelajaran. (2) Materi pembelajaran yang terdiri dari 4 bagian yaitu bagian I :
Mengetahui biaya suatu usaha, bagian II : Pemodalan UMKM, bagian III : Mengelola uang
dengan Cash flow dan bagian IV : Menyusun Laporan Keuangan UMKM. (3) Soal Latihan.
Hasil dari uji coba terhadap komponen-komponen Modul Pembelajaran Pengelolaan
Usaha berbasis knowledge management UMKM menunjukkan bahwa ahli rancangan
pembelajaran menilai produk pengembangan sudah layak yang ditandai dengan
pengujian validasi persentase jawaban atas angket berada pada kisaran 81% - 100%.
Ahli isi bidang ilmu memberikan penilaian bahwa Modul sangat baik dan layak dengan
validasi kisaran 81% - 100%. Selanjutnya ahli media pembelajaran menilai produk
pengembangan ini sudah layak untuk digunakan dan diaplikasikan oleh UMKM dengan
kisaran validasi 80% - 100%. Demikian juga subjek uji coba kelompok dan uji coba
lapangan, kesemuanya menilai bahwa komponen-komponen Modul Pengelolaan Usaha
berbasis knowledge management UMKM sangat baik dan menarik untuk dipelajari.
Validasi dari jawaban kedua subjek uji coba baik uji coba kelompok maupun uji coba
lapangan tersebut berada pada kisaran 81% - 100%, yang artinya bahwa Modul
Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge Management UMKM, sangat layak
dan sangat sesuai untuk dipergunakan dalam mengembangkan usahanya, karena sesuai
dengan pengetahuan dan ketrampilan dan juga kendala-kendala yang ada di lapangan
untuk diselesaikan baik secara mandiri, maupun dengan berdiskusi antar pelaku UMKM
terutama yang berada dalam satu sentra. Modul yang dihasilkan ini dapat di terapkan
untuk menghasilkan modul-modul pendampingan UMKM dengan menggunakan sharing
pengetahuan baik antar pendamping maupun antara pelaku usaha mikro kecil menengah
sebagai suatu sistem pemberdayaan UMKM. Knowledge Management yang merupakan
pengelolaan pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi semua organisasi
yang menginginkan organisasinya berkembang (Organization Learning). Pengetahuan
yang dibagi tidak akan bisa habis, justru akan lebih berkembang dan menjadi kekayaan
ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anantatmula, V, 2005. Knowledge Management Criteria, Chapter 11 in Stankosky,M,Creating The Discipline of Knowledge Management, Elsevier Inc.
Forijati, 2014, Pengembangan Model Pemberdayaan UMKM berbasis KnowledgeManagement di Kediri, UNP Kediri.
Gagne. R,M, Briggs, L.J, 1988. Principles ot instructional Design. Second Edition, New York:United States of America.
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
P a g e [ 355 ]
Hadiyati, E. 2010. Kemitraan UMKM Teori dan Aplikasi BUMN-Bank,Malang: BayumediaPublising
Kemp, J.E. 1985, Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development.California:Fearon Publications
Moeloeng, 1989.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosda karya.
Nonaka, Ikujiro & Takeuchi, Hirotaka, 1995. The Knowledge-Creating Company: HowJapanese Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford: Oxford UniversityPress
Santyasa, IW, 2009b. Teori Pengembangan Modul. Bali, Universitas Pendidikan Ganesha.
Siswoyo, B.B. 2009. Pengembangan dan Pemberdayaan UMKM Ke Arah PercepatanPembangunan Ekonomi. Makalah disajikan dalam Orasi Ilmiah Pada WisudaProgram Sarjana STIE PGRI Jombang tanggal 31 Oktober 2009.
Stufflebeam, D.L & Shinkfield, A.J. 1995. Systematic evaluation. Boston: Kluwer NijhofPublishing.
Storey.D.J. 2005. Competitive Experience of UK SMEs : Fair and Unfair, Report to TheCompetition. London: Commission London.
Sudijono, Anas, 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfa Beta.
Suparman, A. 1997. Desain Instruksional: Program Pengembangan Ketrampilan DasarTeknik Instruksional (Pekerti) untuk Dosen Muda. Jakarta: PAU-PPAIUniversitas Terbuka.
Widayana, L. 2003a. Change Management. Surabaya: Heksa Enterprise.
Widayana, L. 2005b. Knowledge Management: An Emerging Discipline Rooted in a LongHistory. Knowledge Research Institute, Inc.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 356 ] P a g e
PENERAPAN MODEL PAIKEM DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKTI
TRANSAKSI KEUANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KETUNTASAN BELAJAR SISWA
Moh. Danang BahtiarPascasarjana UNESA
AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan model PAIKEM(aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) dengan menggunakan mediavisual bukti transaksi keuangan dalam pembelajaran akuntansi di SMAN 1 Warudan mengetahui aktivitas belajar siswa, keterampilan mengajar guru danketercapaian ketuntasan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini terdiriatas 4 siklus dengan subjek 39 siswa kelas XI. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi, dokumentasi, wawancara dan tes. Data dianalisissecara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas belajar siswa terusmengalami peningkatan yang dapat dibuktikan dengan melihat antusiasme daripara siswa dalam bertanya, memberikan pendapat dan berdiskusi. Keterampilanmengajar guru dalam pelaksanaan model PAIKEM juga meningkat disertaidengan meningkatnya ketuntasan belajar. Pada siklus pertama tingkatketuntasan mencapai 84,61%, siklus kedua 89,74%, siklus ketiga 97,43%, dansiklus terakhir 100%.
Kata Kunci: Model PAIKEM, Media Visual Bukti Transaksi Keuangan, danKetuntasan Belajar Siswa.
PENDAHULUAN
Mata pelajaran akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk
menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Sedangkan tujuan dari
diajarkannya mata pelajaran akuntansi adalah untuk membekali tamatan SMA dalam
berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-
konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang baik dan benar untuk kepentingan
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk tujuan ke masyarakat,
sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa (Depdiknas, 2004).
Salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran akuntansi adalah siklus akuntansi
perusahaan jasa. Pada pokok bahasan ini yang di dalamnya mempelajari, materi jurnal,
posting ke buku besar, neraca saldo, kertas kerja, dan laporan keuangan tidak hanya
menyangkut rumus-rumus hafalan saja tetapi juga pemahaman yang harus diserap oleh
siswa sehingga dapat menjelaskan dan menyusun prosedur akuntansi mulai dari
pencatatan ke dalam buku jurnal hingga sampai pada penyusunan laporan keuangan
dengan baik dan benar.
Pada umumnya, model pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi yang
diterapkan di sekolah adalah model pembelajaran yang bersifat konvensional. Model ini
cukup mudah dilakukan karena tidak menuntut usaha yang terlalu banyak, baik dari guru
maupun siswa. Model pembelajaran ini lebih berorientasi pada guru saja, sedangkan
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 357 ]
siswa hanya dibiarkan duduk, mendengar, menghafal, menjawab jika ada pertanyaan,
atau bertanya jika guru mendorong siswa untuk berperan aktif dalam materi yang
disampaikan. Guru cenderung mendominasi dalam proses pembelajaran dan kurang
memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa
lain, sehingga siswa cenderung pasif dan suasana kelas terasa membosankan. Di samping
itu kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi di SMA
dimungkinkan karena media pengajaran yang digunakan guru masih sederhana, yaitu
masih menggunakan media papan tulis saja.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan observasi dan wawancara di
SMA Negeri 1 Waru diperoleh data bahwa dalam mata pelajaran akuntansi khususnya
pada pokok bahasan melakukan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa, cara
penyampaian materi oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah, resitasi
(penugasan) dan pemberian latihan-latihan soal. Seringkali guru hanya menerangkan
sebatas pada apa yang tertulis di dalam buku diktat dan Lembar kerja Siswa (LKS) saja,
tanpa mengenalkan lebih jauh lagi bagaimana bentuk-bentuk yang sebenarnya dari
berbagai macam bukti transaksi secara nyata, termasuk menguraikan prosedur
dikeluarkannya bukti transaksi tersebut hingga menjadi dokumen sumber yang dijadikan
sebagai dasar pencatatan di dalam jurnal dan buku besar. Hal ini tentunya akan
membawa suasana belajar yang cenderung pasif, karena siswa kurang dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran, siswa cenderung hanya menerima pengetahuan yang
diberikan oleh guru tanpa memberikan kesempatan untuk mendapatkan
pengetahuannya sendiri melalui serangkaian kegiatan pembelajaran. Selain itu media
pembelajaran yang digunakan oleh guru juga masih konvensional, yaitu berupa papan
tulis yang tentunya kurang menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran karena siswa
cenderung bosan pada materi yang diajarkan, sehingga nantinya dapat berakibat pada
kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan pada akhirnya
ketuntasan belajar siswa belum dapat tercapai secara maksimal.
Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai
ketuntasan belajar siswa untuk mata pelajaran Ekonomi/Akuntansi kelas XI Sosial pada
tahun pelajaran 2011 – 2012 yang dihitung berdasarkan hasil ulangan harian yang telah
dilaksanakan sebelumnya, di mana tingkat ketuntasan belajar siswa untuk kelas XI Sosial
1 mencapai 38 % dan kelas XI Sosial 2 mencapai 50 %. Sedangkan tingkat
ketidaktuntasan untuk kelas XI Sosial 1 sebesar 62 % dan kelas XI Sosial 2 sebesar 50 %.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat ketidaktuntasan belajar siswa di SMA
Negeri 1 Waru untuk mata pelajaran Akuntansi dapat dikatakan masih cukup besar,
terutama untuk kelas XI Sosial 1 di mana tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal
masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu
70 %. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut maka guru hendaknya
merancang sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar yang selama ini sudah dilaksanakan agar menjadi lebih baik lagi
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 358 ] P a g e
dan permasalahan belajar yang selama ini dihadapi oleh siswa dapat terpecahkan
sehingga nantinya dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
Guru hendaknya dapat memilih suatu model pembelajaran yang dapat membuat
suasana belajar di dalam kelas menjadi lebih hidup, siswa menjadi lebih aktif dan suasana
belajar yang menyenangkan. Selain itu, guru mata pelajaran akuntansi hendaknya juga
dapat melakukan berbagai macam inovasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
sehingga kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Guru juga
harus lebih kreatif lagi dalam menciptakan dan menggunakan berbagai macam media
pembelajaran yang dapat membantu dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga
peserta didik dapat lebih memahami isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
pelaksanaan PTK adalah dengan menerapkan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran Aktif, Inovatif, kreatif, Efektif
dan Menyenangkan (PAIKEM), adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik melakukan kegiatan (proses belajar) yang beragam untuk mengembangkan
keterampilan, sikap, dan pemahaman melalui berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan,
dan efektif. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1
menyatakan bahwa: ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik” (Mas’ud, 2009).
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa dalam pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru harus menyelenggarakan
pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), hal ini
dikarenakan dasar hukumnya sudah jelas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator
hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dalam proses pembelajaran.
Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam model PAIKEM
adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Menurut Sudjana (2007:7), beberapa
jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat
digolongkan menjadi media grafis (visual), media fotografis, media tiga dimensi, media
proyeksi, media audio dan lingkungan.
Salah satu jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah
media visual. Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan
(Munadi, 2008:56). Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan
sikap dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar
yang diatur guru pada hakikatnya lebih efektif jika dilakukan dengan menggunakan
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 359 ]
lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya.
Lambang-lambang tersebut dicerna dan disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan
yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila
penerima pesan (siswa) dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai
lingkungan belajarnya. Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang
verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang
dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba
menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang
sebenarnya atau realisme (Sudjana, 2007).
Pada pokok bahasan melakukan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan
jasa, guru dapat melakukan inovasi dalam proses pembelajaran yaitu dengan
menerapkan model PAIKEM yang digabungkan dengan menggunakan media
pembelajaran visual berupa bukti-bukti transaksi keuangan. Hal ini bertujuan agar dalam
proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, siswa dapat terlibat secara aktif dan
banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih memposisikan
dirinya sebagai fasilitator dalam proses belajar siswa. Selain itu dengan menggunakan
media pembelajaran visual berupa bukti-bukti transaksi keuangan tentunya dapat lebih
menarik minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena siswa dapat
mengetahui secara langsung bagaimana bentuk dari macam-macam bukti transaksi
tersebut kemudian komponen apa saja yang tertera dalam bukti transaksi tersebut serta
bagaimana cara menganalisis bukti transaksi tersebut sampai dengan prosedur
pencatatannya ke dalam jurnal dan buku besar, sehingga nantinya proses pembelajaran
yang berlangsung dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi
siswa.
Adanya model pembelajaran PAIKEM akan menjadikan suasana belajar lebih
menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
karena siswa lebih dilibatkan secara aktif di dalam setiap tahapan dalam proses
pembelajaran baik secara individu maupun kelompok, sementara kedudukan guru hanya
sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan belajar siswa. Hal ini tentunya selain
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan juga akan
memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa sehingga kompetensi yang
telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) Dengan Menggunakan
Media Pembelajaran Visual Bukti-Bukti Transaksi Keuangan Pada Mata Pelajaran
Akuntansi Sebagai Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas XI Sosial di SMA
Negeri 1 Waru ”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dengan menggunakan
media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 360 ] P a g e
akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, (2) Bagaimana aktivitas belajar siswa ketika
diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-
bukti transaksi keuangan, (3) Bagaimana keterampilan mengajar guru dalam
menerapkan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-
bukti transaksi keuangan, (4) Bagaimana ketercapaian ketuntasan belajar siswa siswa
setelah diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual
bukti-bukti transaksi keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model PAIKEM dengan
menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata
pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, selain itu juga untuk mengetahui aktivitas
belajar siswa ketika diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media
pembelajaran visual bukti-bukti transaksi dan keterampilan mengajar guru dalam
menerapkan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-
bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, serta
ketercapaian ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya model PAIKEM dengan
menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata
pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru.
Model Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan)
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas peserta didik dalam menyukseskan berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di dalam kelas
sehingga mereka mendapat berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman
dan kompetensinya (Mulyasa, 2006:191).
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered.
Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk
menkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman
sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada
paradigma konstruktivistik di mana dapat membantu siswa untuk menginternalisasi,
membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru yang terjadi melalui kreasi
pemahaman baru dan merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru (Santyasa,
2005:5).
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru
untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang
bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah (Mulyasa,
2006:192).
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman
baru dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 361 ]
yang ingin dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian pembelajaran (Mulyasa, 2006:193).
Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan
peserta didik tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (Not Under Pressure). Dengan
kata lain pembelajaran menyenangkan adalah pola hubungan yang baik antara guru
dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra
belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru
belajar dari peserta didiknya (Mulyasa, 2006:194).
Kelima prinsip pembelajaran tersebut saling melengkapi satu sama lain, karena
keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif,
yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran yang
menyenangkan ditandai dengan besarnya perhatian siswa terhadap tugas sehingga hasil
belajar (tujuan pembelajaran) meningkat. Selain itu, dalam jangka panjang diharapkan
siswa menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat
(life long learn).
Garis Besar Gambaran Pembelajaran Dengan Menggunakan Model PAIKEM
Pelaksanaan PAIKEM secara singkat digambarkan dalam buku pelatihan awal
program MBS kerja sama Pemerintah Indonesia dengan UNESCO dan UNICEF (Soediono,
2003:3-4), adalah sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning by
doing).
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ”pojok baca”.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.
6. Secara rinci pelaksanaan PAIKEM dapat dilihat pada tabel 1.
Gambaran pelaksanaan PAIKEM sebagaimana dalam Tabel 1 merupakan
gambaran secara luas di mana guru diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih
poin mana yang sesuai pada kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran disebut PAIKEM
jika semua kegiatan (dalam kolom kemampuan guru) dapat dilaksanakan.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 362 ] P a g e
Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan PAIKEM
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar1. Guru merancang dan mengelola KBM yang
mendorong siswa untuk berperan aktif dalampembelajaran.
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatanyang beragam, misalnya:a. percobaanb. diskusi kelompokc. memecahkan masalahd. mencari informasie. menulis laporan/cerita/puisif. berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajaryang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan,misal:a. alat yang tersedia atau yang dibuat
sendirib. gambarc. studi kasusd. nara sumbere. lingkungan
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untukmengembangkan keterampilan.
Siswa :a. melakukan percobaan, pengamatan
atau wawancarab. mengumpulakan data/jawaban dan
mengolahnya sendiric. menarik kesimpuland. memecahkan masalah, mencari rumus
sendirie. menulis laporan/hasil karya lain
dengan kata-kata sendiri4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisanatau tulisan.
Melalui :a. diskusib. lebih banyak pertanyaan terbukac. hasil karya yang merupakan pemikiran
anak sendiri5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar
dengan kemampuan siswa.a. Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan tertentu)b. Bahan pelajaran disesuaikan dengan
kemampuan kelompok tersebutc. Tugas perbaikan atau pengayaan
diberikan6. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa
sehari-hari.a. Siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya sendirib. Siswa menerapkan hal yang dipelajari
dalam kegiatan sehari-hari7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara
terus menerus.a. Guru memantau kerja siswa.b. Guru memberikan umpan balik
Sumber: Depdiknas (dalam Sudrajat).
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 363 ]
Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Djamarah (1995:137-140), ada dua fungsi utama dari media
pembelajaran. Fungsi yang pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan
fungsi yang kedua adalah sebagai media sumber belajar. Sedangkan menurut Sudjana
(2007:2), manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar;
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan di
kelas XI Sosial, SMA Negeri 1 Waru yang teletak di Jalan Brantas Barito, Wisma Tropodo,
Waru-Sidoarjo. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2011-2012
semester genap mulai bulan Februari sampai dengan April.
Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media pembelajaran
visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi yang akan
disampaikan kepada siswa kelas XI Sosial 1 SMA Negeri 1 Waru. Sedangkan subjek dalam
penelitian ini adalah Kepala SMAN 1 Waru, Guru mata pelajaran akuntansi, dan Siswa
kelas XI Sosial 1 yang berjumlah 39 siswa.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan
rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari beberapa putaran atau
siklus. Bagian yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain guru, siswa dan
pengamat. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Pelaksanaan
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat kali putaran (Empat
siklus) dan tiap putaran pada penelitian ini mengikuti alur rancangan penelitian tindakan
kelas dalam beberapa tahap sebagai berikut:
Tahap 1: Perencanaaan (Plan)
Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat rancangan
kegiatan dan persiapan penelitian yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mendesain perangkat atau instrumen pembelajaran yang digunakan, yaitu meliputi
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan
buku siswa.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 364 ] P a g e
2. Mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu berupa lembar
observasi kegiatan belajar mengajar yang meliputi aktivitas guru dan siswa, lembar
evaluasi atau tes dan lembar validasi atau uji kelayakan instrumen pembelajaran.
3. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan.
4. Mempersiapkan soal untuk pos tes dan tes formatif.
Tahap 2: Kegiatan dan Pengamatan (Action and Observation)
Pada tahap ini meliputi tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti serta mengamati
dampak atau hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Pelaksanaan kegiatan penelitian
ini dilakukan dalam empat kali putaran dengan rincian sebagai berikut:
Putaran 1 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan
menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan.
Putaran 2 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-
bukti transaksi keuangan.
Putaran 3 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-
bukti transaksi keuangan.
Putaran 4 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-
bukti transaksi keuangan.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung juga dilakukan kegiatan pengamatan
oleh 2 orang observer atau pengamat yaitu guru mata pelajaran akuntansi, dimana 1
orang observer bertugas untuk mengamati aktivitas guru dan 1 orang observer bertugas
untuk mengamati aktivitas siswa.
Tahap 3: Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi
dan merumuskan umpan balik terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada tahap
ini peneliti melihat dan memperhatikan serta mempertimbangkan hasil dari tindakan
yang telah dilakukan. Kegiatan pembelajaran dianalisis berdasarkan lembar observasi
yang diisi pengamat (observer) selama proses kegiatan belajar mengajar dan ketuntasan
belajar siswa dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil post tes pada tiap
putaran dan juga hasil tes formatif. Kekurangan-kekurangan yang terekam dalam lembar
observasi dan hasil tes siswa diupayakan perbaikannya pada putaran berikutnya.
Tahap 4: Revisi (Revisied)
Pada tahapan ini peneliti membuat rancangan untuk melakukan revisi
(perbaikan) dari kekurangan-kekurangan yang diperoleh dari kegiatan refleksi pada
setiap putaran untuk dilakukan perbaikan pada putaran berikutnya.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Lembar
observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, (2) Lembar evaluasi
siswa (pos tes dan tes formatif), dan (3) Lembar validasi dan uji kelayakan instrumen
pembelajaran.
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 365 ]
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Analisis data mengenai penerapan model PAIKEM dengan
menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif naratif atau deskriptif kualitatif yaitu
data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang
pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model PAIKEM yang meliputi
prosedur, langkah-langkah atau tahapan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
pada setiap putaran dalam siklus PTK.
Analisis data aktivitas siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model
PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi
keuangan dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung oleh pengamat dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung frekuensi
dan persentase masing-masing aktivitas yang muncul selama kegiatan pembelajaran,
yaitu:
Persentase Aktivitas Siswa = ∑ Frekuensi aktivitas siswa yang muncul x 100%
∑ Total frekuensi aktivita (Nur dalam Dzikroh, 2006:34)
Untuk penilaian terhadap keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model
PAIKEM dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan
penentuan skor pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru, di mana kriteria
pemberian skor yang digunakan adalah sebagai berikut:
Nilai 1 = Sangat Kurang Baik
2 = Kurang Baik
3 = Cukup Baik
4 = Baik
5 = Sangat Baik (Riduwan, 2008:13)
Penentuan skor penilaian keterampilan mengajar guru tersebut dibuat
berdasarkan skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif. Keberhasilan guru dalam mengelola kelas dapat dilihat dari persentase perolehan
skor pada tiap putaran dalam proses belajar mengajar yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase aktivitas guru = ∑ Nilai perolehan aktivitas guru x 100 %
∑ Nilai maksimal aktivitas guru (Riduwan, 2008:15)
Interpretasi skor persentase aktivitas guru tersebut dikonversikan dengan kriteria:
Angka (0 % - 20 %)= Sangat Kurang Baik
(21 % - 40 %)= Kurang Baik
(41 % - 60 %)= Cukup Baik
(61 % - 80 %)= Baik
(81 % - 100%) = Sangat Baik (Riduwan, 2008:15)
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 366 ] P a g e
Di SMA Negeri 1 Waru siswa dikatakan tuntas belajar pada pelajaran akuntansi
apabila telah memperoleh daya serap 70%. Suatu kelas juga dikatakan tuntas ketika
kelas tersebut terdapat 70% siswa yang telah mencapai nilai 70. Nilai ketuntasan
tersebut diperoleh dari penentuan KKM untuk pelajaran akuntansi kelas XI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I
Pada siklus pertama ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti
transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap perencanaan,
tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada pertemuan pertama ini total persentase
skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru dalam
menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 52,30% dengan kategori cukup baik. Hasil
penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan
pembelajaran berlangsung pada putaran pertama menunjukkan jumlah keaktifan siswa
yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan,
menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain
serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 48 %, sikap inovatif siswa yang
meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh
guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada
guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 14 %, sikap
kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan
kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran
dalam buku catatan muncul sebanyak 18 %.
Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi
tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 15 %, dan
sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan
yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya
pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 4 %. Sedangkan perilaku yang tidak
relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan
atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran
berlangsung muncul sebanyak 1 %.
Dari hasil pos tes pada putaran pertama menunjukkan jumlah ketuntasan secara
klasikal mencapai 84,61 %, di mana jumlah siswa yang tuntas sebanyak 33 orang siswa
dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang siswa. Rata-rata nilai pos tes siswa pada
putaran pertama ini sebesar 78,84.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran pertama ini masih memiliki
banyak kekurangan, di antaranya: guru terlalu cepat dalam menerangkan materi
pelajaran sehingga siswa kurang dapat mengikuti materi yang disampaikan, guru harus
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 367 ]
memperhitungkan pengelolaan waktu agar tahapan pembelajaran dapat terselesaiakan
sesuai dengan waktu yang ditetapkan, guru masih kurang dapat memotivasi siswa untuk
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pada pertemuan
berikutnya perlu diadakan revisi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut.
Siklus II
Pada siklus kedua ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media
pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai
dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran
kedua ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan
mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 63,07 % dengan
kategori baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama
kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran kedua menunjukkan jumlah keaktifan
siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan,
menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain
serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 49 %, sikap inovatif siswa yang
meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh
guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada
guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 16 %, sikap
kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan
kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran
dalam buku catatan muncul sebanyak 18 %.
Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi
tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 11 %, dan
sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan
yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya
pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 5 %. Sedangkan perilaku yang tidak
relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan
atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran
berlangsung muncul sebanyak 1 %.
Dari hasil pos tes pada putaran kedua menunjukkan jumlah ketuntasan secara
klasikal mencapai 89,74 %, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35 orang siswa
dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 orang siswa. Rata-rata nilai pos
tes siswa pada putaran kedua ini sebesar 86,33.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran kedua ini juga masih memiliki
banyak kekurangan, di antaranya: guru harus terus berusaha untuk selalu memotivasi
siswa agar bersikap aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, guru harus lebih
tegas dalam mengelola waktu, guru harus selalu membimbing siswa atau kelompok yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan, dan guru juga
harus lebih kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, pada
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 368 ] P a g e
pertemuan berikutnya perlu diadakan revisi untuk memperbaiki kekurangan-
kekuranagan tersebut.
Siklus III
Pada siklus ketiga ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual
bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap
perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran ketiga ini total
persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru
dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 72,30 % dengan kategori baik. Hasil
penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan
pembelajaran berlangsung pada putaran ketiga menunjukkan jumlah keaktifan siswa
yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan,
menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain
serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 49 %, sikap inovatif siswa yang
meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh
guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada
guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 15 %, sikap
kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan
kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran
dalam buku catatan muncul sebanyak 17 %.
Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi
tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 14 %, dan
sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan
yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya
pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 4 %. Sedangkan perilaku yang tidak
relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan
atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran
berlangsung muncul sebanyak 1 %.
Siklus IV
Pada siklus keempat ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media
pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai
dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran
keempat ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan
mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 78,46% dengan
kategori baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama
kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran keempat menunjukkan jumlah
keaktifan siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab
pertanyaan, menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 369 ]
kelompok lain serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 50 %, sikap
inovatif siswa yang meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan
yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-
ide baru baik kepada guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul
sebanyak 16 %, sikap kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan
hasil diskusi dengan kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman
materi pelajaran dalam buku catatan muncul sebanyak 17 %.
Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi
tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 12 %, dan
sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan
yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya
pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 5 %. Sedangkan perilaku yang tidak
relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan
atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran
berlangsung muncul sebanyak 0 % atau tidak ada siswa yang berperilaku tidak relevan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran ketiga ini sudah dapat berjalan
dengan baik, walaupun demikian guru harus terus meningkatkan keterampilan mengajar
yang dimilikinya dan juga tidak bosan-bosan untuk selalu berusaha memotivasi siswa
agar bersikap aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal.
Secara umum pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran keempat ini dapat
dikatakan berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penilaian
keterampilan mengajar guru dalam menerapkan PAIKEM, di mana semua aspek
keterampilan mengajar guru hampir semuanya dapat dilaksanakan dengan baik. Selain
itu, hasil penilaian terhadap aktivitas guru pada putaran ke empat ini juga mengalami
peningkatan apabila dibandingakan dengan putaran yang sebelumnya. Walaupun
demikian, guru tetap harus selalu meningkatkan keterampilan mengajarnya agar dapat
mencapai kategori sangat baik, serta selalu menciptakan suasana belajar yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara optimal.
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
Analisis Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM
Data hasil pengamatan pada lembar observasi aktivitas siswa dalam PAIKEM
selama empat kali putaran dapat ditampilkan pada Gambar 1. Dari Gambar 1 tersebut
dapat kita lihat hasil penilaian terhadap pengamatan aktifitas siswa yang muncul selama
kegiatan pembelajaran pada pada putaran I sampai dengan putaran IV. Dari hasil
pengamatan aktivitas siswa tersebut dapat dilihat bahwa keaktifan siswa terus
mengalami peningkatan pada tiap putarannya, dimana putaran pertama tingkat keaktifan
siswa mencapai 48%, putaran kedua mencapai 49%, putaran ketiga mencapai 49% dan
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 370 ] P a g e
putaran keempat mencapai 50%. Hal ini dikarenakan guru selalu berusaha untuk
memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk sikap inovatif
siswa juga mengalami peningkatan pada tiap putaran, dimana putaran pertama sikap
inovatif siswa muncul sebesar 14%, putaran kedua naik menjadi 16%, pada putaran
ketiga inovatif siswa mengalami penurunan menjadi 15% tetapi pada putaran keempat
mengalami peningkatan lagi menjadi 16%.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Fre
kuensiAktivitassiswa
Putaran I Putaran II Putaran III Putaran IV
Putaran
Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM
Aktif
Inovatif
Kreatif
Efektif
Menyenangkan
Perilaku YangTidak Relevan
Gambar 1. Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM
Untuk kreativitas siswa pada putaran pertama muncul sebanyak 18%, kemudian
pada putaran kedua muncul sebanyak 18%. Pada putaran ketiga dan keempat kreativitas
siswa mengalami sedikit penurunan menjadi 17%. Hal ini mungkin dikarenakan guru
masih kurang maksimal dalam memotivasi siswa untuk memunculkan kreativitasnya.
Sedangkan untuk sikap efektif pada putaran pertama muncul sebanyak 15%, pada
putaran kedua mengalami penurunan sebesar 11%, tetapi pada putaran ketiga
mengalami peningkatan kembali sebesar 14% dan pada putaran keempat mengalami
penurunan kembali menjadi 12%. Untuk sikap menyenangkan pada putaran pertama
muncul sebesar 4%, putaran kedua mengalami peningkatan menjadi 5%. Pada putaran
keempat sikap menyenangkan siswa mengalami penurunan menjadi 4%, tetapi pada
putaran keempat mengalami peningkatan kembali menjadi 5%.
Untuk perilaku siswa yang tidak relevan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung frekuensinya terus mengalami penurunan pada tiap putaran, di mana pada
putaran pertama sampai dengan ketiga hanya muncul sebesar 1%, dan pada putaran
keempat mengalami penurunan menjadi 0%. Hal ini dikarenakan guru selalu berusaha
untuk menertibkan siswa dengan cara memberikan peringatan berupa teguran atau
hukuman yaitu dengan memberikan kartu hijau, kuning dan merah kepada siswa yang
berperilaku tidak relevan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam PAIKEM
terus mengalami peningkatan pada tiap putarannya, walaupun terkadang juga
mengalami sedikit penurunan pada aktivitas tertentu. Hal ini berlawanan dengan
perilaku siswa yang tidak relevan selalu mengalami penurunan pada tiap putaran.
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 371 ]
Analisis Pengamatan Keterampilan Mengajar Guru Dalam Menerapkan Model
PAIKEM
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam lembar observasi
aktivitas guru dalam menerapkan model PAIKEM selama empat kali putaran dapat
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Penilaian Keterampilan Mengajar Guru Dalam Menerapkan Model PAIKEM
No. Tahap
Pembelajaran
Putaran
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori
1. Pendahuluan 60% Cukup 66,66% Baik 73,33% Baik 80% Baik
2. Kegiatan Inti 48% Cukup 64% Baik 72% Baik 76% Baik
3. Penutup 60% Cukup 60% Cukup 60% Cukup 80% Baik
4. Pengelolaan
Waktu
40% Kurang 60% Cukup 80% Baik 80% Baik
5. Suasana Kelas 53,33% Cukup 60% Cukup 73,33% Baik 80% Baik
Total Skor 52,30% Cukup 63,07% Baik 72,30% Baik 78,46% Baik
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa keterampilan mengajar guru dalam
menerapkan model PAIKEM terus mengalami peningkatan pada tiap putaran. Hal ini
dapat dilihat perolehan skor pada setiap tahap pembelajaran yang dilakukan, yaitu
meliputi kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dan
juga suasana kelas yang selalu mengalami peningkatan pada tiap putaran. Selain itu
keberhasilan guru dalam menerapkan model PAIKEM dan mengelola kelas juga dapat
dilihat dari total perolehan skor penilaian terhadap keterampilan mengajar guru yang
juga selalu mengalami peningkatan, dimana pada putaran pertama memperoleh total
skor sebesar 52,30 dengan kategori cukup baik. Pada putaran kedua total skor yang
diperoleh guru mengalami peningkatan sebesar 63,07% dengan kategori baik. Pada
putaran ketiga total skor yang diperoleh guru juga mengalami peningkatan sebesar
72,30% dengan mendapatkan kategori baik. Begitu pula pada putaran keempat total skor
yang diperoleh guru meningkat sebesar 78,46% dengan mendapatkan kategori baik.
Peningkatan tersebut terjadi karena guru selalu memperhatikan masukan-masukan dan
saran dari pengamat pada kegiatan refleksi sehingga guru terus berusaha untuk selalu
memperbaiki kekurangannya pada putaran berikutnya.
Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Diterapkannya Model PAIKEM
Setelah melaksanakan kegiatan penelitian di SMA Negeri I Waru, peneliti
memperoleh data berupa nilai yang diperoleh siswa dari pelaksanaan pos tes pada
putaran I sampai dengan Putaran IV dan juga tes formatif pada akhir seluruh putaran.
Pada ketuntasan belajar, siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih besar
atau sama dengan 70, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila dalam kelas
tersebut terdapat lebih besar atau sama dengan 70% siswa yang tuntas belajar.
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 372 ] P a g e
Hasil analisis nilai pos tes siswa kelas XI Sosial 1 SMA Negeri I Waru selama empat
kali putaran dan juga nilai tes formatif pada akhir seluruh putaran pada mata pelajaran
akuntansi pokok bahasan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perhitungan Nilai Rata-Rata, Ketuntasan Kelas dan Persentase Ketuntasan Kelas
Keterangan
Pos Tes
Putaran I
Pos Tes
Putaran II
Pos Tes
Putaran
III
Pos Tes
Putaran
IV
Tes
Formatif
Nilai rata-rata 78,84 86,33 88,28 88,38 88,51
Jumlah siswa yang belum tuntas 6 4 1 0 0
Jumlah siswa yang tuntas 33 35 38 39 39
Ketuntasan kelas 84,61% 89,74% 97,43% 100% 100%
Berdasarkan tabel 3 dapat diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai siswa terus
mengalami peningkatan pada tiap putaran. Pada putaran pertama rata-rata nilai pos tes
siswa sebesar 78,84. Kemudian pada putaran kedua rata-rata nilai pos tes siswa
mengalami peningkatan menjadi 86,33. Pada putaran ketiga rata-rata nilai pos tes siswa
juga mengalami peningkatan menjadi 88,28. Demikian pula pada putaran keempat, rata-
rata nilai pos tes siswa juga mengalami peningkatan menjadi 88,38. Sedangkan dari hasil
tes formatif juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai siswa sebesar 88,51.
Selain itu, dalam tabel 3 dapat juga dapat diketahui ketercapaian ketuntasan
belajar siswa secara klasikal pada tiap putarannya, di mana tingkat ketuntasan kelas pada
putaran pertama mencapai 84,61% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 33
orang siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 orang siswa. Pada
putaran kedua ketuntasan kelas mengalami peningkatan menjadi 89,74% apabila
dibandingkan dengan ketuntasan kelas pada putaran pertama yaitu sebesar 84,61%.
Jumlah siswa yang tuntas belajar pada pertemuan kedua ini bertambah menjadi 35 orang
siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar berkurang menjadi 4 orang siswa. Pada
putaran ketiga tingkat ketuntasan kelas mengalami peningkatan menjadi 97,43% bila
dibandingkan dengan ketuntasan kelas pada putaran pertama dan kedua yaitu sebesar
84,61% dan 89,74%. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada putaran ketiga ini juga
mengalami peningkatan menjadi 38 orang dan hanya terdapat 1 orang siswa yang tidak
tuntas belajarnya. Sedangkan pada putaran keempat ketuntasan kelas mengalami
peningkatan sebesar 100% di mana seluruh siswa dinyatakan tuntas dalam belajar. Dari
hasil tes formatif juga dapat diketahui bahwa ketuntasan kelas mencapai 100% dengan
jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 39 orang siswa, atau semua siswa
dinyatakan tuntas dalam belajar.
Berdasarkan data hasil rata-rata nilai pos tes dan tes formatif siswa di atas dapat
diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap
putaran baik ketuntasan belajar secara individual maupun ketuntasan belajar secara
klasikal, sehingga secara umum dapat dikatakan penerapan model Pembelajaran Aktif,
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
P a g e [ 373 ]
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media
pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dapat meningkatkan ketuntasan
belajar siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data yang telah diperoleh dari
penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti
transaksi keuangan pada kompetensi dasar tahap pencatatan siklus akuntansi
perusahaan jasa di SMAN 1 Waru, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama,
penerapan model PAIKEM dilaksanakan dalam empat putaran (4 siklus). Putaran
pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan putaran ketiga
sampai dengan keempat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) yang digabungkan dengan menggunakan media pembelajaran
visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kedua, aktivitas belajar siswa dalam PAIKEM
menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan. Ketiga, keterampilan mengajar guru dalam menerapkan
PAIKEM menunjukkan kategori yang baik dan keempat, ketercapaian ketuntasan belajar
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model PAIKEM selalu mengalami
peningkatan pada tiap putaran dengan memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70.
Pembelajaran model PAIKEM pada penelitian ini masih belum sempurna baik
ditinjau dari segi guru, siswa maupun instrumen yang digunakan. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut: Pertama, penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media
pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada pokok
bahasan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa maupun perusahaan dagang,
karena hal ini telah terbukti dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Kedua,
keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM pada penelitian ini
sudah baik, namun perlu ditingkatkan untuk penelitian yang selanjutnya agar
mendapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal. Ketiga, guru hendaknya selalu
menciptakan susana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dan
juga berpusat pada siswa, dimana kedudukan guru hanya sebagai fasilitator atau
pembimbing siswa dalam belajar. Hal ini dilakukan agar suasana kegiatan pembelajaran
di dalam kelas menjadi lebih hidup. Keempat, model PAIKEM hendaknya dapat juga
diterapkan dan dikembangkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang lain. Kelima,
bagi guru mata pelajaran akuntansi maupun para peneliti lain yang hendak melakukan
penelitian sejenis, hendaknya lebih kreatif lagi dalam menciptakan dan mengembangkan
berbagai jenis media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mata pelajaran
akuntansi, karena penggunaan media pembelajaran yang menarik dapat lebih
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 374 ] P a g e
memotivasi siswa untuk belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan pada akhirnya ketuntasan belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Dzikroh. (2006). Penerapan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif danMenyenangkan) Dalam Materi Cahaya Sebagai Upaya Peningkatan KetuntasanBelajar Siswa Di Kelas VIII-B MTs. Muhammadiyah 1 Dukun Gresik, Skripsi padajurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNESA (tidak diterbitkan).
Kurikulum. (2004). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi SMA dan MA 2003.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Mas’ud, Abu. (2009). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan(PAIKEM). Jurnal Pendidikan, (Online), (http://www.google.co.id/search jurnalPAIKEM, diakses 5 Januari 2011).
Mulyasa, E. Dr, M.Pd. (2006). Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Suatu Pendekatan Baru. Jakarta: GaungPersada Press.
Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Santyasa, I Wayan, M. Si. (2005). Model Pembelajaran Inovatif dalam ImplementasiKurikulum Berbasis Kompetensi. ”Makalah disampaikan dalam Penataran Guru-Guru SMP, SMA dan SMK se Kabupaten Jembrana, Bulan Juni-Juli 2005 diJembrana- Bali”.
Soediono. (2003). Menciptakan masyarakat peduli pendidikan anak program manajemenberbasis sekolah, kerjasama pemerintah Indonesia UNESCO dan UNICEF.
Sudjana, Nana, & Ahmad Rivai. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.
Sudrajat, Akhmad, M.Pd. (2008). Konsep PAKEM, Jurnal PAKEM (Online),(http://www.google.co.id/search jurnal PAIKEM, diakses 25 Januari 2011).
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
P a g e [ 375 ]
PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Siti Mazilatus SholikhaFakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
AbstrakPerbaikan mutu peserta didik merupakan hal yang penting dalam mencapaitujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menghadapiMasyarakat Ekonomi ASEAN. Penguatan proses pembelajaran pada kurikulum2013 dilakukan melalui pendekatan saintifik yang dianggap cukup efektif dalammenciptakan peserta didik yang berkarakter dan kreatif. Tujuan dari penulisanmakalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi informasidalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi. Pada sisi lain,penggunaan Teknologi Informasi dapat mendukung proses pembelajaranekonomi dengan pendekatan tersebut. Berdasarkan pada beberapa penelitianyang telah dilakukan sebelumnya, penerapan teknologi informasi dalampendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi dapat diaplikasikan melaluimedia animasi film, internet, maupun berbagai macam data yang diperoleh dariberbagai sumber penelitian. Penerapan teknologi informasi tersebut terbuktiefektif dalam mempermudah para pendidik dalam proses pembelajaran sertadapat meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan memudahkanpara siswa dalam memahami pembelajaran ekonomi.
Kata kunci: Teknologi Informasi, Pendekatan Saintifik
PENDAHULUAN
Masyarakat dunia pada saat ini dihadapkan pada arus globalisasi dalam berbagai
aspek kehidupan. Fenomena globalisasi tersebut melanda masyarakat dunia tanpa
terkecuali. Salah satu contoh globalisasi yang saat ini sedang dihadapi masyarakat di
kawasan Asia Tenggara adalah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2015. MEA merupakan kesepakatan bersama negara-negara kawasan Asia Tenggara
untuk melakukan kerja sama di berbagai aspek kehidupan. Kesepakatan bersama ini
dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat
kawasan Asia Tenggara untuk berkompetisi dalam berbagai bidang. Solusi yang dianggap
paling bijak dalam menghadapi kompetisi ini adalah dengan cara perbaikan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM).
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui
pendidikan. Hal ini didukung oleh pernyataan Munadi (2010) yang mengatakan bahwa
fungsi pendidikan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam
masyarakat dan sebagai agen pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa
depan. Seperti yang kita semua ketahui, bahwa sejak lahir manusia telah mendapat
pendidikan, baik itu pendidikan informal dari keluarga, pendidikan formal dari sekolah,
maupun pendidikan nonformal dari kursus atau pelatihan. Dalam hal akademik dan
peningkatan kemampuan soft skill, pendidikan formal dari sekolah mempunyai peran
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 376 ] P a g e
penting dalam mewujudkannya. Akan tetapi, saat ini masih banyak peserta didik di
Indonesia yang memiliki karakter moral yang kurang baik. Fenomena ini tentu saja
menimbulkan kemirisan dalam dunia pendidikan kita.
Perbaikan mutu peserta didik merupakan hal yang penting dalam mencapai
tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM. Akan tetapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa
untuk mencapai tujuan tersebut guru sebagai teladan dari para siswa juga harus memiliki
kompetensi yang mumpuni dalam mendukung profesinya. Dalam bukunya, Suryadi
(1999) mengatakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, seorang guru
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Pengorbanan tersebut tentu saja
diperlukan para guru untuk menunjang keprofesionalitasannya sebagai seorang
pendidik. Di sisi lain, perkembangan kurikulum pendidikan juga dapat mempengaruhi
kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan yang
dapat mendukung perbaikan kompetensi seorang guru dan mampu meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar sangat diperlukan.
Dunia pendidikan Indonesia baru-baru ini melaksanakan kurikulum pendidikan
terbaru, yaitu Kurikulum 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PERMENDIKBUD) No. 59 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Penguatan proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilakukan
melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu
dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar,
dan mengkomunikasikan. Meskipun dalam pelaksanaannya menuai pro dan kontra yang
pada akhirnya berujung pada keputusan hanya sekolah-sekolah tertentu yang
menerapkan pelaksanaan kurikulum ini, namun pendekatan saintifik dianggap cukup
efektif dalam menciptakan peserta didik yang berkarakter dan kreatif.
Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang terkait dengan pendekatan saintifik
dilaksanakan pada semua mata pelajaran, termasuk juga pada mata pelajaran ekonomi.
Pada sisi lain, mengingat arus globalisasi yang terjadi saat ini juga mencakup aspek
kemajuan dalam penggunaan teknologi informasi, diharapkan penggunaan TI tersebut
dapat mendukung proses pembelajaran ekonomi dengan pendekatan saintifik. Dalam
penelitiannya, Salamor (2013) menjelaskan bahwa salah satu bidang yang mendapatkan
dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi adalah bidang pendidikan,
di mana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi
dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang
memiliki unsur-unsur pendidik sebagai media dan sumber informasi. Dalam upaya
menyiapkan SDM yang kompetitif, Sarbani (2013) menyarankan agar seorang peserta
didik harus memperhatikan fenomena perkembangan teknologi informasi sebagai bekal
untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerja kelak.
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
P a g e [ 377 ]
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik sebuah
rumusan masalah, yaitu bagaimana penerapan teknologi informasi dalam pendekatan
saintifik pada mata pelajaran ekonomi? Selanjutnya, dapat dituliskan juga bahwa yang
menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penerapan teknologi informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknologi Informasi
Maharsi (2000) mengatakan bahwa teknologi informasi muncul sebagai akibat
semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya
persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan,
serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang
ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru
dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan
interpreter. Pada awalnya, teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada
pemrosesan data, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir
semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi
informasi. Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi
komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras,
perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya.
Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk
menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan.
Rahardjo (2002) mendefinisikan Teknologi Informasi adalah sebagai suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan serta
merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini
menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk
menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan
kebutuhan. Teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya
saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman,
yaitu untuk membantu mempermudah peserta dalam mendapatkan informasi kekinian
mengenai materi pelajaran yang diterima.
Ishak (2008) memaparkan bahwa Teknologi Informasi (TI) dilihat dari kata
penyusunnya terdiri dari kata teknologi dan informasi, di mana secara mudahnya TI
didefinisikan sebagai hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi
dari pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi akan lebih cepat, lebih luas
sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya. Disebutkan juga pengertian lain dari TI,
yaitu pemanfaatan hardware dan software yang digunakan untuk penyimpanan (store),
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 378 ] P a g e
penemuan kembali (retrieve), dan memanfaatkan (use) informasi. Selain itu, Jaedun
(2010) juga memaparkan bahwa Teknologi Informasi (Information Technology atau IT),
sebenarnya merupakan kombinasi antara teknologi komputer (hard-ware dan soft-ware)
yang berfungsi untuk mengolah dan menyimpan informasi, dengan teknologi komunikasi
yang memiliki fungsi untuk transmisi informasi. Teknologi informasi adalah sama dengan
teknologi lainnya, hanya informasi merupakan komoditas yang diolah dengan teknologi
tersebut. Dalam hal ini, Teknologi mengandung konotasi memiliki nilai ekonomi.
Sedangkan Hariyadi dalam Ardoni (2005), mengatakan teknologi informasi diberi
batasan sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran
berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir
karena adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat
mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah perpaduan antara
teknologi komputer dengan informasi, di mana informasi tersebut diolah dengan
menggunakan teknologi komputer sehingga menghasilkan sebuah teknologi yang mampu
memberikan informasi dan kemudahan-kemudahan lainnya bagi para pemakainya.
Pendekatan Saintifik
Fauziah (2013), mendefinisikan pendekatan saintifik sebagai suatu pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain itu, Hosnan (2014) mengatakan
implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati bentuk,
mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisi data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan,
akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Pembelajaran dengan metode
saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa, 2) melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3)
melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan tingkat tinggi siswa, dan 4) dapat mengembangkan
karakter siswa.
Meskipun dalam pendekatan saintifik bercirikan berpusat pada siswa, namun
guru juga memiliki peranan penting sebagai fasilitator dan pengamat dalam proses
pembelajaran. Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
saintifik adalah: 1) menyediakan sumber belajar, 2) mendorong siswa berinteraksi
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
P a g e [ 379 ]
dengan sumber belajar (menugaskan), 3) mengajukan pertanyaan agar siswa
memikirkan hasil interaksinya, 4) memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta
memberikan scaffolding, 5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan
kemampuan berpikir siswa, 6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan
motivasi mengajar guru, 7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi, 8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan
prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Proses pembelajaran pada pendekatan saintifik menyentuh pada tiga ranah, yaitu:
1) ranah sikap, menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu mengapa”, 2) ranah keterampilan, menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. 3) ranah pengetahuan, menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”, 4) hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik
(soft skills) serta manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara
layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan.
Penerapan Teknologi Informasi dalam Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran
Ekonomi
Pada pendekatan saintifik terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang
meliputi: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasikan/
mengolah informasi/ menalar, 5) mengkomunikasikan pembelajaran, dan 6) membentuk
jejaring.
Metode mengamati (observing) mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Dalam pembelajaran ekonomi, pengamatan dapat dilakukan terhadap
hal-hal seperti proses terbentuknya harga serta hubungan antara permintaan dan
penawaran. Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui
berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya melalui video, gambar, grafik, bagan,
dsb. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatullah (2011), tentang penggunaan media
pembelajaran film animasi menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama terjadi peningkatan hasil belajar. Pada
kelas eksperimen terjadi peningkatan yang lebih tinggi yakni sebesar 0,34 (sedang)
sedangkan pada kelas kontrol hanya terjadi peningkatan sebesar 0,10 (rendah). terdapat
perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan
dan tidak menggunakan media pembelajaran film animasi. Konsep-konsep abstrak
ekonomi yang selama ini hanya ditampilkan melalui buku-buku teks selama kegiatan
pembelajaran, bisa disajikan secara langsung dan kontekstual melalui film animasi yang
ditayangkan selama kegiatan pembelajaran. Siswa bisa mengamati langsung berbagai
proses yang terjadi yang merupakan gambaran riil dari kegiatan konsumsi yang
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 380 ] P a g e
dicontohkan melalui kegiatan mengkonsumsi suatu barang, kegiatan produksi, dan
kegiatan distribusi yang ditunjukkan dengan gambaran sebuah toko yang menjual dan
memasarkan barang-barang produksi. Penyajian film animasi dalam durasi-durasi
pendek dan menggabungkan antara animasi tokoh dan berbagai kegiatannya dengan
sejumlah kejadian-kejadian nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, membuat
siswa menjadi tidak lekas bosan dan bisa mengulang kembali ketika mereka memerlukan
pendalaman materi pada pokok bahasan tertentu secara lebih mudah. Beberapa siswa
yang ditanya oleh peneliti mengaku lebih memahami dan mengerti konsep-konsep
pembelajaran IPS (ekonomi).
Metode menanya (questioning) adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi
pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang efektif dan
berkompeten mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Inayah, dkk. (2013) diperoleh hasil bahwa kompetensi
guru berpengaruh secara langsung positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi sebesar 40,9%. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk
menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Artinya guru dapat menumbuhkan sikap
ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya dalam hukum
permintaan dinyatakan ketika harga naik maka jumlah barang yang diminta akan turun,
namun kenyataannya setiap menjelang hari raya walaupun harga cenderung naik tetapi
permintaan juga ikut naik. Mengapa demikian? Diusahakan setelah ada pengamatan, yang
bertanya bukan guru, tetapi yang bertanya adalah peserta didik.
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih
banyak, mencari referensi lain dari internet, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Aisyah (2013) terhadap Tingkat Penggunaan Internet oleh Mahasiswa Akuntansi
Angkatan 2009 dan 2010 di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,
menjelaskan bahwa sebesar 91.30 % internet digunakan responden untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan tugas perkuliahan. Dengan memanfaatkan search
engine, materi-materi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat. Selain menghemat
tenaga dan biaya dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet
cenderung lebih up to date. Dari berbagai kemudahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
siswa bisa menggunakan internet untuk belajar sendiri secara cepat, sehingga akan
meningkatkan dan memperluas pengetahuan, belajar berinteraksi, dan mengembangkan
kemampuan pemahaman dalam bidang mata pelajaran ekonomi.
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
P a g e [ 381 ]
Dalam Permendikbud Nomor 81 a Tahun 2013 dinyatakan bahwa
mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (Associating) adalah memproses
informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/
eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya, serta menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Definisi
lain menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan menalar, yaitu: 1) cara
menalar, terdiri dari penalaran induktif dan penalaran deduktif, 2) analogi, yaitu suatu
proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang
mempunyai kesamaan atau persamaan, 3) kemampuan menghubungkan antarfenomena
atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam
daya nalar peserta didik, di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu
memaknai hubungan antarfenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat, dan
4) eksplorasi, adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan
memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif. Sebagai contoh, data-
data yang diperoleh dari berbagai pusat penelitian seperti Badan Pusat Statistik (BPS)
bisa dimanfaatkan untuk belajar menalar data-data yang diperoleh. Selain bisa
memanfaatkan teknologi informasi, data yang diperoleh juga bisa digunakan sebagai
latihan untuk berfikir kritis.
Dalam Permendikbud No. 18 a Tahun 2013 dijelaskan bahwa kegiatan
mengkomunikasikan pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan
mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik dapat
mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada
yang harus diperbaiki. Dalam kegiatan mengkomunikasikan, peserta didik diharapkan
sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan
khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih terasah. Para siswa
bisa saja menggunakan bantuan teknologi informasi seperti penggunaan LCD atau power
point untuk mempresentasikan hasil observasinya. Atau bahkan mungkin dengan
tampilan power point yang menarik akan semakin meningkatkan minat belajar siswa
pada mata pelajaran ekonomi.
Membentuk jejaring (networking) adalah model pembelajaran berupa kerja sama
antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya
sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga
siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa
buku bacaan, internet, saluran radio, TV, guru, teman, saudara, atau orang tua yang
dianggap ahli olehnya. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
[ 382 ] P a g e
tahapan ini siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah
dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa
pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi, dan guru berfungsi
sebagai fasilitator. Terdapat empat sifat kelas dalam membentuk jaringan yaitu: 1) guru
dan peserta didik saling bertukar informasi, 2) guru berbagi tugas dan kewenangan
dengan peserta didik, 3) guru sebagai mediator, 4) kelompok peserta didik yang
heterogen. Pembentukan jejaring pada pendekatan saintifik ini akan melatih siswa untuk
bekerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, secara otomatis kemampuan soft
skills siswa juga akan terbentuk.
SIMPULAN
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati bentuk, mengidentifikasi atau menemukan masalah,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pada pendekatan
saintifik terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi: 1) mengamati, 2)
menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasikan/ mengolah informasi/
menalar, 5) mengkomunikasikan pembelajaran, dan 6) membentuk jejaring. Berdasarkan
pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penerapan teknologi
informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi dapat diaplikasikan
melalui media animasi film, internet, maupun berbagai macam data yang diperoleh dari
berbagai sumber penelitian. Penerapan teknologi informasi tersebut terbukti efektif
dalam membantu para pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan kreativitas,
kemampuan berpikir kritis, serta memudahkan para siswa dalam memahami fenomena
ekonomi yang sedang terjadi. Sehingga, dapat diketahui bahwa pemanfaatan teknologi
informasi dapat mempermudah para pendidik dalam menerapkan pendekatan saintifik
pada mata pelajaran ekonomi serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami permasalahan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nur Mimin. (2013). Tingkat Penguasaan dan Penggunaan ICT (Information andCommunication Technology) Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas NegeriYogyakarta. Jurnal Nominal/ Volume II Nomor I/ Tahun 2013.
Ardoni. (2005). Teknologi Informasi: Kesiapan Pustakawan Memanfaatkannya. JurnalStudi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.2, Desember 2005.Rahardjo, Budi.(2002). Memahami Teknologi Informasi. Jakarta: P.T Elex Media Komputindo.
Fauziah, Resti, dkk. (2013). Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
P a g e [ 383 ]
Inayah, dkk. (2013). Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan FasilitasBelajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPSSMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal PendidikanInsan Mandiri, Vol. 1 No. 1 Tahun 2013.
Ishak. (2008). Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal StudiPerpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008.
Jaedun, Amat dan Ishartiwi. (2010). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasisebagai Sumber Belajar Alternatif. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ishartiwi,%20M.Pd.,%20Dr.%20/Bahan%20Pengayaan%20Makalah%20Sumber%20Belajar.pdf pada tanggal 27 Maret 2015.
Maharsi, Sri. (2000). Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap BidangAkuntansi Manajemen. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 2, No. 2, Nopember2000: 127 – 137.
Munadi, Sudji. (2010). Implementasi Transformasi Teknologi dalam MeningkatkanKualitas Pembelajaran Kejuruan Bidang Teknik. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/IMPLEMENTASI%20TRANSFORMASI%20TEKNOLOGI%20DALAM%20MENINGKATKAN%20KUALITAS%20PEMBELAJARAN%20MENINGKATKAN%20KUALITAS%20PEMBELAJARAN%20KEJURUHAN%20BIDANG%20TEKNIK.pdf pada tanggal 05 April 2015.
Pembelajaran Berbasis Masalah. INVOTEC Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan,(Online), IX (2): 165-178.
PERMENDIKBUD No. 59 Tahun 2014.
PERMENDIKBUD No. 81 a Tahun 2013.
Rahmatullah, Muhammad. (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran FilmAnimasi Terhadap Hasil Belajar: Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPS SiswaKelas VII SMPN 6 Banjarmasin. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, ISSN 1412-565X.Diakses dari http://jurnal.upi.edu/file/17-Muhammad_Rahmattullah.pdf pada tanggal29 April 2015.
Salamor, Lisye. (2013). Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pemanfaatan ICT PadaPembelajaran di Sekolah. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015.
Sarbani, Yohanes Adven, Endang Siti Astuti, dan Kertahadi. (2013). Analisis PenggunaanTeknologi Informasi pada Tenaga Kependidikan Sekolah. Jurnal Profit Volume 7 No.1.
Suryadi, Ace. (1999). Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan isu Teori dan AplikasiJakarta: Balai Pustaka.