i
LAPORAN KINERJA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU
TAHUN 2019
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN RIAU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LAKIN) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau (BPTP Riau)
merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap akuntabilitas kinerja sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.
Laporan ini untuk memenuhi amanat yang dituangkan dalam Perpres Nomor 29
Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja, bahwa
setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara diwajibkan
mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tupoksi dan penggunaan sumberdaya.
BPTP Riau sabagai salah satu UPT Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Balitbangtan) sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
19/Permentan/OT.020/5/2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pengkajian,
perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam
penyusunan laporan ini disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga
laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi BPTP Riau dalam perbaikan kinerja
ke depan.
Kepala Balai,
Dr. Salwati, SP. M.Si. NIP. 19730307 199803 2 001
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Penyusunan LAKIN mengacu pada pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang sesungguhnya pada suatu periode atau pada saat pengukuran dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan rencana, standar atau benchmark tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan-penjelasan atas outcome yang diobservasi dan memahami logika-logika di dalam intervensi publik. Sistem pengukuran kinerja yang didesain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk dari evaluasi. Pada Tahun Anggaran 2019, BPTP Riau telah menetapkan 9 sasaran strategis yang dicapai melalui satu program prioritas, yaitu: Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, untuk mendukung Program Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yaitu Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Sasaran tersebut adalah: 1) Tersedianya teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi, 2) Terdiseminasinya teknologi inovasi pertanian ke pengguna, 3) Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pertanian, 4) Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi, 5) Terdokumentasinya Sumberdaya Genetik, 6) Tersedianya dukungan inovasi teknologi di Daerah Perbatasan, 7) Tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan IP kawasan pertanian, 8) Meningkatnya komunikasi, koordinasi, dan diseminasi hasil inovasi teknologi Balitbangtan dan 9) Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Riau mengawalinya dengan perencanaan, yaitu dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses, menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil: capaian >100%; (2) berhasil: capaian 80-100%; (3) cukup berhasil: capaian 60-79%; dan (4) tidak berhasil: capaian 0-59%. Dari evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan menunjukkan bahwa kinerja BPTP Riau selama tahun 2019 secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai keberhasilan dari sasaran yang ditargetkan pada tahun tersebut. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan didukung oleh anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut.
iii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Tugas, Fungsi dan Organisasi BPTP Riau ........................................... 2
II. PERENCANAAN KINERJA ......................................................................... 6
2.1. Visi .................................................................................................... 6
2.2. Misi ................................................................................................... 6
2.3. Tujuan ............................................................................................... 6
2.4. Fungsi dan Sasaran ......................................................................... 7
2.5. Kegiatan ......................................................................................... 8
2.6. Perjanjian Kinerja Tahun 2019 ......................................................... 13
III. AKUNTABILITAS KINERJA ................................................................... 15
3.1. Capaian Kinerja .............................................................................. 15
3.1.1. Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2019 .... 16
3.1.2. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2019 dengan Target Renstra ... 45
3.1.3. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi ......................... 47
3.2. Akuntabilitas Keuangan ................................................................... 47
3.2.1. Realisasi Keuangan ............................................................... 48
3.2.2. Pengelolaan PNBP ................................................................. 48
3.2.3. Hibah Langsung Luar Negeri ..... Error! Bookmark not defined.
IV. PENUTUP .......................................................................................... 49
4.1. Ringkasan Capaian Kinerja .............................................................. 49
4.2. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja ............................................. 49
LAMPIRAN .................................................................................................. 50
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Sasaran Strategis, Judul Kegiatan dan Alokasi Anggaran BPTP Riau TA.
2019 .................................................................................................................................. 11
Tabel 2. Perjanjian Kinerja BPTP Riau Tahun 2019 .................................................. 14
Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kegiatan BPTP Riau TA 2019 .. 15
Tabel 4. Pencapaian Kinerja BPTP Riau berdasarkan perjanjian kinerja TA 2019 17
Tabel 5. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi ................................................................. 18
Tabel 6. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2019 dengan Target Renstra ................ 46
Tabel 7. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja TA. 2019 ...................... 48
v
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau ............ 4
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peran penting terhadap ekonomi nasional, yang
dapat dilihat dari kontribusi terhadap produk domestik bruto, penyerap tenaga
kerja, neraca perdagangan, penyedia bahan pangan, bahan energi, pakan dan
bahan baku industri, serta sumber pendapatan masyarakat di pedesaan. Program
penelitian dan pengkajian di bidang pertanian mengacu pada tantangan tersebut
sehingga diharapkan dapat mendukung program pembangunan pertanian di
Kementerian Pertanian khususnya dan program pertanian di Indonesia pada
umumnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah unit pelaksana
teknis di bidang pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh kepada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BBP2TP). Sebagai unit pelaksana teknis di tingkat provinsi
dalam bidang penelitian dan pengembangan pertanian, BPTP Riau senantiasa
melaksanakan tugasnya sebagai instansi pemerintah dan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan negara akan mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber
daya dengan berdasarkan suatu perencanaan strategis yang telah ditetapkan
dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN).
LAKIN BPTP Riau merupakan alat umpan balik dalam pengambilan
keputusan bagi lembaga, dan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan
tindakan-tindakan yang dianggap perlu guna mengarahkan arah pengkajian dan
penelitian sesuai dengan tujuan dan sasaran balai. LAKIN BPTP Riau disusun
mengacu pada Peraturan Presiden RI Perpres 29/2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dan PermenpanRB No.
53/2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP
berdasarkan PERMENPAN 29/2010 mengubah menjadi penyusunan LAKIN
berdasarkan PERMENPAN 53/2014.
2
Fungsi LAKIN adalah sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif,
sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP Riau menuju
terwujudnya good governance, dan sebagai wujud transparansi serta
pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Penyusunan LAKIN mengacu pada pengukuran kinerja. Pengukuran
kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang sesungguhnya
pada suatu periode atau pada saat pengukuran dilakukan dengan suatu
pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan rencana, standar atau
benchmark tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan
penjelasan-penjelasan atas outcome yang diobservasi dan memahami logika-
logika di dalam intervensi publik. Sistem pengukuran kinerja yang didesain
dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk dari evaluasi.
Evaluasi untuk penilaian LAKIN meliputi 5 komponen yaitu adalah 1).
perencanaan kinerja yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan
penetapan kinerja, 2). pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan
pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran, 3). pelaporan
kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan,
penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja, 4). evaluasi
kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan
hasil evaluasi, dan 5). pencapaian kinerja terdiri dari kinerja yang dilaporkan
(output dan outcome), dan kinerja lainnya.
1.2. Tugas, Fungsi dan Organisasi BPTP Riau
BPTP Riau terbentuk sejak tahun 1994, adapun tugas pokok BPTP seperti
termuat dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor
19/Permentan/OT.020/5/2017 tanggal 22 Mei 2017, yaitu melaksanakan
pengkajian, perakitan, pengembangan, dan diseminasi teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi. Secara terinci, fungsi BPTP, adalah: (a) Pelaksanaan
penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, laporan pengkajian,
perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi, b). pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi; (c) Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan
perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (d) Pelaksanaan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (e) perakitan
3
materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi, f). pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan
diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, g)
Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi; (h) Pemberian pelayanan teknik pengkajian,
perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; dan
(i) Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan Balai.
Struktur organisasi BPTP Riau berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 19/Permentan/OT.020/5/2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian terdiri dari:
a. Kepala
b. Subbagian Tata Usaha
c. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Tugas dan fungsi masing-masing unit organisasi tersebut adalah :
1. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan rumah
tangga.
2. Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian
Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan program, rencana kerja,
anggaran, pemantauan, evaluasi pelaporan, dan penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana teknis pengkajian,
perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi
3. Kelompok Jabatan Fungsional.
a. Kelompok Jabatan Fungsional Peneliti
- Melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi
4
- Melakukan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi
- Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
b. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh
- Melakukan perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil
pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil
pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi
- Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya,
Sampai dengan 31 Desember 2019, BPTP Balitbangtan Riau memiliki sumberdaya
manusia sebanyak 68 orang, yang terbagi kedalam 3 kelompok, yaitu struktural,
fungsional khusus dan fungsional umum. Berdasarkan hal tersebut terdapat 3
5
pegawai pejabat struktural, 27 pegawai fungsional khusus dan 36 pegawai
fungsional umum. Pegawai fungsional khusus terdiri dari peneliti (27 orang),
Penyuluh (12 orang), teknisi litkayasa (8 orang), dan pranata komputer (1
orang).
6
II. PERENCANAAN KINERJA
BPTP Riau merupakan salah satu unit pelaksana teknis Eselon 3 Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang secara hirarkis merupakan
functional unit Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berdasarkan
hierarchical strategic plan, maka BBP2TP menyusun Rencana Aksi dari Visi, Misi,
Kebijakan, dan Program Badan Litbang Pertanian, yang selanjutnya pada tataran
rencana strategis BPTP/UPT (functional unit) dituangkan menjadi Rencana
Operasional. Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, stretegi, dan program Badan
Litbang 2015-2019 mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Pertanian, yang
selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan, strategi, dan program seluruh
satuan kerja Badan Litbang Pertanian, termasuk BBP2TP dan BPTP Riau.
2.1. Visi
“Menjadi lembaga pengkajian inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
terkemuka di Indonesia”
2.2. Misi
1. Menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi
2. Mengembangkan jejaring kerjasama
3. Memberikan pelayanan prima pengkajian dan informasi teknologi spesifik
lokasi
4. Mengembangkan sumberdaya manusia yang profesional dan mandiri
2.3. Tujuan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah unit pelaksana
teknis di bidang pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi, yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinir
oleh Kepala BBP2TP. Oleh karena itu BPTP Riau memiliki kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan capaian kinerja yang telah dilaksanakan atas
pelaksanaan DIPA tahun 2019. Dengan demikian tujuan penyusunan LAKIN BPTP
Riau adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan gambaran kinerja BPTP Riau selama tahun 2019
7
2. Untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi BPTP Riau dalam mencapai sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan
3. Untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna,
berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, dan
4. Sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan
instansi pemerintah dan dalam rangka perwujudan good governance.
2.4. Fungsi dan Sasaran
BPTP Riau mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan,
pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Fungsi
1. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan
laporan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi;
2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna
spesifik lokasi;
3. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi;
4. Pelaksanaan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
5. Perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi;
6. Pelaksanaan bimbingan teknis materi penyuluhan dan diseminasi hasil
pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi;
7. Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi;
8. Pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi tepat guna spesifik lokasi;
9. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan
perlengkapan BPTP.
8
Sasaran
Sasaran strategis BPTP Riau adalah:
1. Tersedianya teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi
2. Terdiseminasi teknologi inovasi pertanian ke pengguna
3. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pertanian
4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik
5. Terdokumentasinya Sumberdaya Genetik
6. Tersedianya dukungan inovasi teknologi di Daerah Perbatasan
7. Tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan IP kawasan
pertanian
8. Meningkatnya komunikasi, koordinasi, dan diseminasi hasil inovasi teknologi
Balitbangtan
9. Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB
2.5. Kegiatan
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, program/kegiatan
BPTP Riau selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sasaran strategis yaitu :
Sasaran 1: Tersedianya teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui penyempurnaan
sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang didasarkan pada
kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis lainnya), potensi
sumberdaya wilayah, dan mendukung kegiatan strategis Kementan.
Penyempurnaan sistem pengkajian mencakup metode pelaksanaan pengkajian
serta monitoring dan evaluasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam 2 (dua) sub
kegiatan yaitu: a). Kajian Formulasi Pakan Ternak Berbasis Sumber Daya Lokal
b). Perakitan Teknologi Budidaya Jagung Toleran Genangan Spesifik Lokasi
Sasaran 2: Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik
lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi
pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam 13 (tiga belas) sub kegiatan yaitu:
1). Pameran, diseminasi hasil litkaji, dan publikasi inovasi pertanian, 2).
Pendampingan kawasan perkebunan, 3). Pendampingan pengembangan
9
kawasan peternakan, 4). Pendampingan pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura, 5). Tagrimart dan OPAL, 6). Pendampingan Gerakan Petani
Milenial, 7) Pendampingan upaya-upaya khusus peningkatan produksi dan
produktivitas komoditas strategis, 8). Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan
Komoditas Pepaya, 9). Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Komoditas
Kelapa Dalam, 10). Pendampingan UPSUS SIWAB di Provinsi Riau, 11). Unit
pembibitan ayam skala rumah tangga, 12). Unit inti plasma pembibitan ayam
skala rumah tangga di Provinsi Riau, dan 13). Pengembangan Ayam KUB pada
Sentra Pakan Berbasiskan Sumberdaya Lokal
Sasaran 3: Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan sintesis kebijakan
pembangunan pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas padi
yang didukung oleh sektor perkebunan yang tangguh. Oleh karena itu, analisis
kebijakan ditujukan untuk : 1) menyediakan rekomendasi kebijakan terkait
replanting berwawasan lingkungan dan tidak merugikan bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar dan 2) Upaya peningkatan indeks swasembada beras di
Provinsi Riau melalui pembangunan jaringan irigasi, penyediaan benih
berkualitas, penggunaan alsintan dan penguasaan inovasi teknologi yang
merespon dinamika dan perubahan iklim.
Sasaran 4: Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bio-
industri spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan dengan
melaksanakan pengkajian tentang model pertanian bio-industri berbasis kelapa
sawit. Hasil pengkajian diharapkan menghasilkan suatu model pertanian bio-
industri berbasis sumberdaya lokal yang selanjutnya akan direplikasi di wilayah
lain. Strategi ini diwujudkan dalam 1 (satu) kegiatan yaitu model pertanian bio-
industri terpadu sawit-sapi di Provinsi Riau
Sasaran 5: Terdokumentasinya Sumberdaya Genetik
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melakukan eksplorasi,
identifikasi, dan karakterisasi untuk mengetahui karakter morfologi dan potensi
10
secara agronomi padi lokal pesisir. Strategi ini diwujudkan dalam 1 (satu)
kegiatan yaitu SDG yang terkonservasi dan terdokumentasi
Sasaran 6: Tersedianya dukungan inovasi teknologi di Daerah
Perbatasan
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah identifikasi potensi
daerah perbatasan. Potensi daerah dikembangkan sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah perbatasan. Strategi ini diwujudkan dalam 1 (satu)
kegiatan yaitu dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan
Sasaran 7: Tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan
IP kawasan pertanian
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah identifikasi dan
inventarisasi sumberdaya air untuk memberikan rekomendasi pembangunan
infrastruktur dan tata kelola air dan demplot penerapan inovasi teknologi pola
tanam tumpang sari tanaman (Turiman) dan/atau tumpang gilir tanaman padi
gogo , jagung dan kedelai dalam rangka peningkatan indeks pertanaman lahan
kering/ sawah tadah hujan/rawa pada MT I dan/atau MT II. Kegiatan ini
melibatkan petani sehingga nantinya petani dapat mereplikasikannya. Strategi
ini diwujudkan dalam 1 (satu) kegiatan yaitu Pengembangan Pola Tanam
Mendukung Peningkatan IP
Sasaran 8: Meningkatnya komunikasi, koordinasi, dan diseminasi hasil
inovasi teknologi Balitbangtan
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan peningkatan
kemampuan penyuluh baik penyuluh BPTP maupun penyuluh lapang dalam
mendampingi petani di lapangan. Penyuluh perlu dibekali pengetahuan dan
keterampilan inovasi teknologi pertanian. Strategi ini diwujudkan dalam 5 (lima)
kegiatan yaitu : 1). Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah, 2). Singkronisasi
Materi Hasil Litkaji dan Program Penyuluhan Pusat dan Daerah, 3). Kaji Terap
Inovasi Pertanian, 4). Pemberdayaan Kebun Percobaan Siak Hulu dan Sei
Mandau di Riau dan 5). Kerjasama dan Singkronisasi Kegiatan Satker
11
Sasaran 9: Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah pembinaan dan
pengawalan teknologi perbenihan yang diterapkan oleh petani penangkar benih,
pembinaan kapasitas kelembagaan penangkar benih di daerah, dan manajemen
pengelolaan benih sumber. Strategi ini diwujudkan dalam 1 (satu) kegiatan yaitu
perbanyakan benih, manajemen UPBS dan penguatan penangkar.
Selain sembilan sasaran di atas BPTP Riau pada tahun 2019 juga
melakukan kegiatan layanan manajemen pengkajian dan percepatan diseminasi
inovasi teknologi pertanian, yaitu:
1. Penyusunan rencana program dan penyusunan rencana anggaran
2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
3. Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan
4. Operasional pemeliharaan laboratorium
5. Pembinaan peningkatan kapasitas kelembagaan dan implementasi 9001:2008
6. Pengelolaan Perlengkapan BMN
7. Peningkatan kapasitas SDM
8. Rumah Tangga dan Administrasi Kepegawaian
9. Pengelolaan Pustaka, Website, Database dan PPID
Selanjutnya program tersebut akan dicapai melalui beberapa kegiatan.
Adapun masing-masing judul kegiatan dan alokasi anggarannya untuk rencana
kinerja tahun 2019, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sasaran Strategis, Judul Kegiatan dan Alokasi Anggaran BPTP Riau TA. 2019
NO Sasaran Strategis Judul Kegiatan Alokasi Anggaran (Rp. 000)
1 Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
1. Kajian Formulasi Pakan Ternak Berbasis Sumber Daya Lokal
2. Perakitan Teknologi Budidaya Jagung Toleran Genangan Spesifik Lokasi a. Perakitan Teknologi
jagung Toleran Genangan Spesifik Lokasi Lahan Pasang Surut
b. Perakitan Teknologi
419.530
269.030
12
NO Sasaran Strategis Judul Kegiatan Alokasi Anggaran (Rp. 000)
Jagung di Lahan Gambut
c. Adaptasi Varietas Unggul Baru dan Galur Harapan Jagung
2 Terdiseminasi teknologi inovasi pertanian ke pengguna
1. Pameran, Diseminasi Hasil Litkaji, dan Publikasi Inovasi Pertanian
2. Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan
3. Pendampingan Kawasan Perkebunan
4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
5. Tagrimart dan OPAL 6. Pendampingan Gerakan
Petani Milenial 7. Pendampingan Upaya-
Upaya Khusus Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditas Strategis dan SAPIRA
8. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Komoditas Pepaya (3.750 batang)
9. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Komoditas Kelapa Dalam (1.375 butir)
10. Pendampingan UPSUS SIWAB di Provinsi Riau
11. Unit Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga
12. Unit Inti Plasma Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga di Provinsi Riau
13. Pengembangan Ayam KUB pada Sentra Pakan Berbasiskan Sumberdaya Lokal di Provinsi Riau
155.641
80.000
80.000
85.000
138.641 50.000
561.852
30.000
15.813
92.989
129.011
264.194
352.000
3 Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pertanian
Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian
59.925
13
NO Sasaran Strategis Judul Kegiatan Alokasi Anggaran (Rp. 000)
4 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi
Model Pertanian Bioindustri Terpadu Sawit-Sapi Di Provinsi Riau
149.663
5 Terdokumentasinya Sumberdaya Genetik
Sumber Daya Genetik (SDG) 80.000
6 Tersedianya dukungan inovasi teknologi di Daerah Perbatasan
Pengembangan Model Lumbung Pangan di Wilayah Perbatasan
66.452
7 Meningkatnya komunikasi, koordinasi, dan diseminasi hasil inovasi teknologi Balitbangtan
1. Peningkatan komunikasi, koordinasi dan diseminasi hasil inovasi teknologi badan litbang pertanian a. Peningkatan Kapasitas
Penyuluh Daerah b. Singkronisasi Materi
Hasil Litkaji dan Program Penyuluhan Pusat dan Daerah
c. Kaji Terap Inovasi Pertanian
2. Pemberdayaan Kebun Percobaan Siak Hulu dan Sei Mandau di Riau
3. Singkronisasi Kegiatan Satker
4. Kerjasama Pengkajian Teknologi Pertanian
167.748
150.000
50.000
536.940
8 Tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan IP kawasan pertanian
Pengembangan Pola Tanam Mendukung Peningkatan IP
225.000
9 Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB
Produksi Benih Sebar Padi 90.000
2.6. Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,
transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada tahun 2019 BPTP
Riau memilik perjanjian kinerja seperti pada tabel di bawah ini.
14
Tabel 2. Perjanjian Kinerja BPTP Riau Tahun 2019
No.
Sasaran Indikator Kinerja Target
1. Dimanfaatkannya hasil kajian dan pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi
1. Jumlah paket teknologi spesifik lokasi yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir)
11 paket teknologi
2. Rasio paket teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan terhdap jumlah pengkajian teknologi spesifik lokasi yang dilakukan pada tahun berjalan
100 %
3. Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan
1 Rekomendasi
kebijakan
2. Meningkatnya kualitas layanan publik BPTP Riau
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan publik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
3 nilai IKM
15
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Capaian Kinerja
Pada Tahun Anggaran 2019, BPTP Riau telah menetapkan 9 sasaran
strategis (Tabel 1) yang dicapai melalui satu program prioritas, yaitu:
Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian,
untuk mendukung Program Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yaitu
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri
Berkelanjutan. Kedelapan sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan
indikator kinerja kegiatan seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kegiatan BPTP Riau TA 2019
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
3 teknologi
2 Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi terdiseminasi ke pengguna
3 teknologi
3 Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan
1 rekomendasi
4 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi
Jumlah model pertanian bioindustri
1 model
5 Terdokumentasinya Sumberdaya Genetik
Jumlah aksesi SDG 5 aksesi
6 Tersedianya dukungan inovasi teknologi di Daerah Perbatasan
Jumlah model pertanian daerah perbatasan
1 model
7 Tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan IP kawasan pertanian
Jumlah provinsi 1 provinsi
8 Meningkatnya komunikasi, koordinasi, dan diseminasi hasil inovasi teknologi Balitbangtan
Jumlah provinsi 1 provinsi
9 Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB
Jumlah produksi benih sumber
9 ton
16
Jumlah teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BPTP Riau
selama tahun 2019 tersebut mendukung terciptanya scientific base Badan
Litbang Pertanian. Demikian pula halnya untuk output teknologi yang
didiseminasikan kepada stakeholder merupakan impact base dari hasil kegiatan
pengkajian yang telah dilakukan. Dengan demikian capaian kinerja yang telah
dihasilkan oleh BPTP Riau selama tahun 2019 tersebut mengarah kepada spirit
Badan Litbang yaitu “Science-Innovation-Network”. Disamping itu,
keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah diterapkannya
Sistem Pengendalian Intern (SPI) lingkup BPTP Riau. Mekanisme monitoring dan
evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat bulanan penanggung jawab kegiatan,
pelaporan bulanan masing-masing kegiatan, seminar tengah tahun/evaluasi
tengah tahun dan uji petik kegiatan ke lokasi, serta seminar akhir tahun.
Sedangkan realisasi keuangan dipantau menggunakan program i-monev berbasis
web yang diupdate setiap minggu serta penerapan Permenkeu No.249/2011
setiap bulannya untuk seluruh kegiatan di BPTP Riau.
3.1.1. Capaian Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan instansi pemerintah dapat
dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan
sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja juga didefinisikan sebagai suatu
metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan
yang selalu ditetapkan. Pengukuran keberhasilan kinerja suatu Instansi
Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran. Pengertian
indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan indikator kinerja yang berlaku untuk
semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (1)
Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan harus
berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil,
manfaat dan dampak, (5) harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif,
data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat dikumpulkan, diolah dan
dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi yaitu (1)
17
dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan
(2) membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Riau mengawalinya
dengan perencanaan, yaitu dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya
manusia, melalui suatu proses, menghasilkan suatu teknologi dan memberikan
kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat
dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang
telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria
keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang
dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk
mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu
(1) sangat berhasil: capaian >100%; (2) berhasil: capaian 80-100%; (3) cukup
berhasil: capaian 60-79%; dan (4) tidak berhasil: capaian 0-59%.
Tabel 4. Pencapaian Kinerja BPTP Riau berdasarkan perjanjian kinerja TA 2019
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
TARGET CAPAIAN PERSENTASE
1 Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
3 teknologi 4 Teknologi
133
2 Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi terdiseminasi ke pengguna
4 teknologi 13 Teknologi
325
3 Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan
1 rekomend
asi
2 rekomend
asi
200
4 Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi
Jumlah model pertanian bioindustri
1 model 1 model 100
5 Terdokumentasinya Sumberdaya Genetik
Jumlah aksesi SDG
5 aksesi 5 aksesi 100
6 Tersedianya dukungan inovasi teknologi di Daerah Perbatasan
Jumlah model pertanian daerah perbatasan
1 model 1 model 100
7 Tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan IP kawasan pertanian
Jumlah provinsi 1 provinsi 1 provinsi 100
18
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA
TARGET CAPAIAN PERSENTASE
8 Meningkatnya komunikasi, koordinasi, dan diseminasi hasil inovasi teknologi Balitbangtan
Jumlah provinsi 1 provinsi 1 provinsi 100
9 Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB
Jumlah produksi benih sumber
9 ton 2,04 Ton
22,67%
Tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja BPTP Riau selama tahun 2019
secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai keberhasilan dari
sasaran yang ditargetkan pada tahun tersebut. Hal ini dapat dicapai karena
kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan didukung oleh
anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2019 BPTP Riau, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja
sebagai berikut
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah inovasi teknologi spesifik lokasi
3 teknologi 4 teknologi 133
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2019 telah
tercapai sebesar 133 persen, atau terealisasi 4 teknologi dari target 3 teknologi.
Sehingga dapat dikatakan berhasil. Adapun rincian kegiatan ini sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi
No Jenis Teknologi Jumlah Teknologi
1 Kajian Formulasi Pakan Ternak Berbasis Sumber Daya Lokal
1
2 Perakitan Teknologi jagung Toleran Genangan Spesifik Lokasi Lahan Pasang Surut
1
3 Perakitan Teknologi Jagung di Lahan Gambut 1
4 Adaptasi Varietas Unggul Baru dan Galur Harapan Jagung 1
Total 4
19
a. Kajian Formulasi Pakan Ternak Berbasis Sumber Daya Lokal
Pengkajian ini dilaksanakan di Kabupaten Kep. Meranti, Provinsi Riau yang
difokuskan pada penggalian potensi ketersediaan bahan pakan berbasis
sumberdaya lokal, formulasi ransum lengkap (complete feed) untuk ternak
berbasis sumberdaya lokal dan analisis nutrisi formulasi pakan lengkap
(complete feed).
Bahan pakan yang akan ditingkatkan nutrisinya adalah ampas sagu melalui
teknologi fermentasi. Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah
ampas sagu, ragi tempe, ultra mineral dan urea. Alat pendukung yang
dibutuhkan adalah dandang pengukus, sendok kayu, bak plastik dan tray
fermentasi. Langkah awal sebelum bahan baku difermentasi, dilakukan
penimbangan guna menentukan jumlah mineral dan urea yang akan
ditambahkan didalam substrat. Bahan baku diusahakan agak basah dengan
kadar air sekitar 30%. Selanjutnya substrat dikukus dalam dandang selama
30 menit. Setelah substrat mencapai suhu kamar, ditambahkan ragi tempe
0,5%, urea 0,8% dan mineral 1,2%. Substrat yang telah diinokulasikan
dengan ragi tempe serta urea dan mineral, ditempatkan dalam tray
fermentasi dan ditutup. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang hingga
tumbuh kapang. Proses pertumbuhannya diawali dengan terlihat adanya hifa,
miselium dan spora dipermukaan substrat. Jika telah terbentuk spora putih
diseluruh permukaan substrat, dilakukan pemanenan, dikeringkan dan
digiling. Selanjutnya bahan hasil fermentasi siap digunakan didalam
penyusunan ransum.
Bahan penyusun formulasi pakan yang dibuat terdiri dari ampas sagu, ampas
sagu fermetasi (ASF), jagung, kulit kopi, ikan rucah, pakan ayam komersil.
Peningkatan kualitas nutrisi sumberdaya lokal dapat dilakukan melalui
teknologi fermentasi . Fermentasi ampas sagu menggunakan ragi tempe dan
silase ampas sagu meningkatkan nutrisi bahan asal terutama kandungan
protein kasarnya
20
b. Perakitan Teknologi jagung Toleran Genangan Spesifik Lokasi Lahan Pasang
Surut
Pengkajian dilaksanakan di sawah pasang surut rentan genangan air Desa
Muara Kelantan Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak. Bahan yang
digunakan untuk pengujian adalah benih jagung varietas Sukmaraga, Bisma
dan Nasa 29 sebanyak 30 kg/ha, fungsida methalaxi/ridomil, pupuk Urea 300
kg/ha, SP 36 150 kg/ha, KCl 150 kg/ha, ameliorant/pupuk organic 5 ton/ha,
Pupuk pelengkap cair 5 liter/ha, dolomite 2 ton/ha, Furadan 3G 10 kg/ha,
fungisida 2 liter/ha, herbisida 10 liter/ha, insektisida 6 liter/ha. Kajian
menggunakan Rancangan Acak Strip Plot dengan 3 kali ulangan. Penanaman
jagung dilakukan dengan menerapkan prinsip jajar legowo zig zag dengan
jarak tanam 70 x 40 x 25 cm, 1 biji per lubang.
Hasil kajian menunjukkan bahwa produksi jagung tertinggi pada varietas
Nasa 29 (10,88 ton/ha diikuti Sukmaraga 9,75 ton/ha dan terendah Bisma
9,47 ton/ha). Pengusahaan jagung di lahan pasang surut memberikan
peluang pendapatan bagi petani dengan nilai BC Ratio antara 1,92-3,15
c. Perakitan Teknologi Jagung di Lahan Gambut
Pengkajian dilaksanakan di Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak pada
lahan petani dengan luasan 1 hektar. Bahan yang digunakan untuk pengujian
adalah benih jagung 30 kg/ha, fungsida methalaxi/ridomil, pupuk Urea 300
kg/ha, SP 36 150 kg/ha, KCl 150 kg/ha, amelioran (kompos tankos, pupuk
kandang ayam, atau arang sekam dengan dosis 5 ton/ha), pupuk pelengkap
cair 5 liter/ha, dolomit 2 ton/ha, Furadan 3G 5 kg/ha, fungisida 2 liter/ha,
herbisida 10 liter/ha, insektisida 6 liter/ha. Perakitan teknologi budidaya
jagung di lahan gambut yang akan diterapkan adalah penggunaan 3 jenis
VUB jagung (Nasa 29, Bima 2, dan Bima 20 Uri), penggunaan 3 jenis
amelioran berupa pupuk kandang, kompos arang sekam padi, dan kompos
tandan kosong sawit.
Kajian dilaksanakan dengan menerapkan model rancangan acak kelompok
(RAK) 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jenis VUB (V): 1.
Nasa 29 (V1), Bima 2 (V2), dan Bima 2 Uri (V3). Faktor kedua adalah jenis
ameliorant (A): kompos tankos kelapa sawit (A1), pupuk kandang ayam (A2),
dan sekam bakar padi (A3), sehingga diperoleh 27 kombinasi perlakuan (plot),
dengan ukuran plot adalah 10 m x 32 m.
21
Perlakuan varietas jagung yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan varietas jagung
yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol,
diameter tongkol, dan jumlah baris pertongkol, namun belum memberikan
pengaruh yang nyata terhadap berat jagung pipilan kering dan produksi
tanaman jagung. Pemberian amelioran yang berbeda tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
Kombinasi varietas dan amelioran memberikan interaksi yang tidak nyata
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Hasil analisis usaha
tani jagung di lahan gambut belum memberikan keuntungan karena
penggunaan pembenah tanah/amelioran yang sangat tinggi sehingga
mempengaruhi biaya saprodi
d. Adaptasi Varietas Unggul Baru dan Galur Harapan Jagung
Pengkajian dilaksanakan pada agroekosistem lahan pasang surut yang
merupakan kawasan pengembangan pertanian tanaman pangan rawan banjir
di Kec. Sei Mandau, Kabupaten Siak. Hal-hal yang dikaji adalah keunggulan
dan adaptasi dari varietas dan paket teknologi yang diintroduksikan dilihat
dari segi teknis, fisik dan sosial ekonomi. Kegiatan yang dilakukan merupakan
percobaan lapang menggunakan lahan petani seluas 2 ha, dengan
melibatkan 2 orang petani kooperator. Penanaman jagung dilakukan dengan
cara ditugal menggunakan jarak tanam 75 x 20 cm, satu biji per lubang
tanam. Percobaan dirancang menggunakan Split Plot Design dengan petak
utama adalah paket teknologi (3 taraf) dan anak petak adalah varietas (8
taraf) dengan ulangan tiga kali. Percobaan dilakukan pada lahan tergenang
(G1) dan lahan tidak tergenang (G0). Setiap plot percobaan berukuran 7 m x
9 m dengan jarak antar blok/ulangan 1 m dan jarak antar plot dalam ulangan
0,6 m. Penggenangan : 12, 22, 32 HST, hingga layu.
Ketahanan varietas terhadap genangan maksimum 5 hari: Varietas Srikandi,
Sukmaraga, Bima 20 Uri. Paket pemupukan menambah ketahanan terhadap
genangan, dengan daya hasil varietas pada genangan:
Pupuk A : Srikandi 21,3 kg, Sukmaraga 19,7 kg
Pupuk B : Sukmaraga 45,4 kg dan Srikandi 40,1 kg
Pupuk C : Sukmaraga 52,5 kg dan Srikandi 52,6 kg
22
Sasaran 2 : Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik
lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah teknologi spesifik lokasi
terdiseminasi ke pengguna. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi spesifik lokasi terdiseminasi ke pengguna 4 13 325
a. Pameran, Diseminasi Hasil Litkaji, dan Publikasi Inovasi Pertanian.
Diseminasi inovasi hasil penelitian dan pengkajian BPTP telah dilaksanakan
melalui expose/pameran yaitu pameran tarhib Ramadhan, Riau Expo, KTNA
expo, dan PEDA. Selain itu juga telah dilaksanakan publikasi pada media
massa/online dan pembuatan video yang diunggah di youtube.
Meningkatkan kapasitas peneliti dan penyuluh BPTP dilaksanakan melalui
pramu pameran dengan memberikan penjelasan kepada pengunjung tentang
teknologi yang ditampilkan, penulisan berita online, narasumber video
dieminasi, dan pembuatan makalah bulletin Inovasi Pertanian.
b. Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan peternakan yang
dilaksanakan di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kampar merupakan
suatu upaya mempercepat transfer teknologi Balitbangtan kepada peternak
sebagai pengguna teknologi tersebut di lapangan. Bentuk kegiatan
pendampingan berupa pelatihan, bimbingan teknis dan pembuatan demplot
adalah pendekatan yang dilakukan untuk efektivitas transfer teknologi
tersebut.
Bimbingan teknis (Bimtek) yang dilaksanakan selama kegiatan pendampingan
kawasan peternakan tahun 2019, sebanyak 3 kali. Bimbingan teknis pertama
adalah tentang “Manajemen Kesehatan dan Reproduksi Ternak Sapi”, yang
dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2019, di aula Desa Surya Indah
kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan. Pelaksanaan bimbingan
teknis kedua adalah tentang pengolahan pakan dalam rangka kemandirian
pakan. Kegiatan ini ditaja oleh Dinas Peternakan Provinsi Riau, yang
23
mendapatkan alokasi kegiatan pakan olahan di unit pengolah pakan (UPP)
ruminansia untuk kemandirian pakan dalam mendukung UPSUS SIWAB..
Bimbingan teknis ketiga dilaksanakan di kabupaten Indragiri Hulu yang
merupakan kegiatan Dinas Peternakan Provinsi Riau, beupa rangkaian dari
program Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) melalui
Tugas Pembantuan (TP) Provinsi berupa hibah bantuan alat dan mesin,
bahan pakan serta bangunan kepada 33 unit pengolah pakan (UPP) unggas
dan ruminansi.
Kegiatan Pelatihan Pengembangan kawasan peternakan berupa pembuatan
Urea Molases Blok (UMB), Mineral blok dan Complete Feed di Desa Surya
Indah Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten pelalawan, Sedangkan untuk
dempot pada kegiatan ini berupa demplot hijaun Indigofera dilakukan di
kelompok Suka Lembu Indah dan Sumber Rezeki, dengan luas masing-
masing 1.000 m2 dan 250 m2.
Kegiatan pendampingan peternakan lainnya merupakan permintaan dari
kelompok peternak Bina Bersama yang berlokasi di Desa Hangtuah,
Kecamatan Perhentian Raja, Kabupaten Kampar berupa pendampingan
peternak sapi perah.
c. Pendampingan Kawasan Perkebunan
Kegiatan pendampingan kawasan perkebunan dilaksanakan di Parit Biuku
Darat, Desa Pembenaan, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir.
Bentuk Pendampingan BPTP Riau adalah sebagai berikut: sinkronisasi dan
identifikasi permasalahan perkebunan kelapa di tingkat provinsi dan
kabupaten, sosialisasi pendampingan pengembangan kawasan perkebunan
kelapa di tingkat lapangan dan demplot inovasi teknologi pengendalian hama
kumbang kelapa serta pengelolaan pertanaman kelapa untuk meningkatkan
produksi.
Implementasi pendampingan berupa demplot pengendalian hama kumbang
menggunakan ferotrap dan pengelolaan tanaman kelapa melalui pemupukan
spesifik lokasi. Areal demplot menggunakan lahan kelapa petani terserang
hama kumbang, dengan luas demplot sekitar 40 ha dan mengikutsertakan
petani pemilik lahan sebagai koperator. Ferotrap ditempatkan sebanyak 1
unit per ha sehingga untuk 40 ha ditempatkan ferotrap sebanyak 40 unit.
24
Pada lahan yang sama dilakukan pemupukan spesifik lokasi untuk
meningkatkan produktivitas kelapa.
d. Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
Pendampingan pengembangan kawasan hortikultura dilaksanakan di
Kabupaten Kampar, Siak dan Pelalawan. Pelaksanaan kegiatan
pendampingan dilakukan dengan berbagai metoda kegiatan antara lain: (a)
Temu lapang, (b) Memembangun kerjasama antar lembaga internal gapoktan
dan kemitraan dengan pihak lain, (c) Demplot kegiatan untuk percontohan
dan diseminasi teknologi pertanian, (d) Memberikan bantuan terbatas untuk
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan agribisni hortikultura pada
suatu kawasa tertentu.
Temu lapang dan bimbingan teknis berkaitan dengan budidaya tanaman,
penguatan kelembagaan tanaman hortikultura. Dalam temu lapang petani
juga diberi pembinaan cara berorganisasi yang baik, diperkenalkan teknologi
yang baru, mencari peluang pasar dan koneksi di luar desa. Kegiatan
demplot, dilalukan di Kabupaten Kampar dan Siak untuk tanaman bawang
merah mulai dari persemaian benih TSS sampai pada kegiatan pemanenan.
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura di
Kabupaten Pelalawan antara lain: pembuatan rumah bibit tanaman
hortikultura untuk komoditas manggis dan pepaya merah delima serta
perbanyakan tanaman jeruk nipis secara vegetatif
e. Tagrimart dan OPAL
Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan Obor Pangan Lestari
(OPAL) melewati 3 tahapan yakni; pengembangan model dan inisiasi
pendampingan, replikasi terus berlanjut dengan pengawalan dari penyuluh,
petani dapat melakukan pengolahan atau telah dapat langsung berhubungan
dengan industry pengolahan.
Kegiatan OPAL BPTP Riau dilaksakan di dua tempat yaitu halaman kantor
BPTP Riau dan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar Putih desa Tambak
kecamatan Langgam kabupaten Pelalawan (sebagai display/percontohan
kegiatan OPAL) untuk tingkat kabupaten.
Kegiatan OPAL pada KWT Mawar Putih diawali dengan pertemuan Kelompok
yang dihadiri oleh anggota kelompok, BPTP Riau, UPTD Benih Tanaman
Hortikulturan dan Plasma Nutfah, Koordinator Penyuluh Kecamatan, dan
25
Penyuluh. Lokasi yang digunakan adalah lahan UPTD Benih Tanaman
Hortikulturan dan Plasma Nutfah dan pekarangan anggota KWT Mawar Putih.
Beberapa komoditas yang dibudidayakan adalah kacang panjang, kangkung,
bayam, sawi, cabe rawit, seledri, tanaman rempah, papaya merah delima,
jagung, dan ayam KUB. Selain itu dibangun Kebun Benih Desa seluas 3x4 m
dan kandang ayam KUB 4x6 m. OPAL di pekarangan BPTP Riau dilakukan
dengan renovasi KBI yang meliputi memperbaiki rak benih, atap dan dinding
kawat. Selain itu dilakukan juga pertanaman dilakukan di lahan halaman
depan dan tengah kantor. Penanaman dilaksanakan di lahan, polybag, pot,
vertikultur, dan hidroponik. Beberapa sayuran yang ditanam antara lain kubis,
okra, bawang merah, bayam, kenikir, seledri, tomat, cabai, terung,
kangkung, dll.
f. Pendampingan Gerakan Petani Milenial
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: mengikuti launching Santri Tani
Milenial 2019 di Tasikmalaya, penyerahan benih Pepaya Merah Delima untuk
mendukung Program Santri Tani Milenial, pendampingan Poktan Wadi Abuya
Yayasan Al Anshar budidaya Pepaya Merah Delima, dan memberikan bahan
penunjang kegiatan berupa benih dan pupuk ke Kelompok Tani Bina
Swadaya Tani Riau (BINASTARI)
Santri Tani Milenial merupakan salah satu program strategis Kementerian
Pertanian yang memprioritaskan pada pemuda masa depan bangsa, bermoral
dan berintegritas dalam upaya menumbuhkembangkan santri tani milenial. ini
salah satu bentuk menyukseskan Program Pembangunan Pertanian menuju
Lumbung Pangan Dunia 2045 yang menjadi komitmen pemerintah dalam hal
ini Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian telah melaunching
program ini dengan melibatkan Dinas Pertanian dan BPTP seluruh Indonesia
dan lebih kurang 10.000 000 santri yang berasal dari 34 provinsi. Peluncuran
Program Santri Tani Milenial merupakan salah satu terobosan untuk
meningkatkan produktivitas pertanian sehingga kedepannya kalangan santri
akan menjadi generasi penerus baik dibidang pertanian maupun peternakan.
Hal ini juga diharapkan dapat menjadi solusi kelangkaan petani muda di
Indonesia. Ditahun 2019 Kementerian Pertanian memberi dukungan 1 (satu)
juta ekor ayam untuk seluruh santri di Indonesia dan juga membagikan
ternak sapi, kambing serta benih padi, hortikultura dan toga. Bantuan
26
tersebut langsung disalurkan ke daerah-daerah dimana 80% pertanian
berada di pedesaan dengan pendampingan oleh UPT Kementan.
Untuk mendukung dan mensukseskan program santri milenial tersebut BPTP
Riau menyerahkan 1.000 benih Pepaya Merah Delima kepada Yayasan Al
Anshar Pekanbaru. Diharapkan dengan bantuan ini, pihak yayasan dapat
mengembangkan Pepaya Merah Delima Balitbangtan dan mendorong
peningkatan produktivitas pertanian khususnya bidang hortikultura.
Disamping itu juga dapat dijadikan bekal oleh santri Yayasan Al Anshar
Pekanbaru sehingga dapat menghasilkan entrepreneur muda bidang
pertanian ketika kembali ke masyarakat. Selain menyerahkan benih papaya,
BPTP Riau juga melaksanakan pendampingan budidaya Pepaya Merah Delima
dengan cara menerangkan dan mempraktekkan cara perawatan tanaman,
pembuangan buah yang tidak normal, pemupukan, dan penentuan panen
buah pepaya.
Sedangkan pembinaan kelompok tani Bina Swadaya Tani Riau (BINASTARI),
dengan memberikan bahan penunjang kegiatan berupa benih dan pupuk.
g. Pendampingan Upaya-Upaya Khusus Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Komoditas Strategis dan SAPIRA
Pendekatan yang ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah
pendekatan yang menganut azas-azas; partisipatif, dinamis dan sinergis,
keterkaitan peneliti, penyuluh, aparat pemda dan petani. Pendampingan
dalam bentuk Demplot dilakukan di lahan petani, oleh petani dan kawalan
teknologi oleh peneliti dan penyuluh.
Pelaksanaan kegiatan pendampingan melalui pencatatan luas tambah tanam
(LTT), Rapat kordinasi untuk penyamaan persepsi dalam penentuan target
luas tambah tanam, sinkronisasi data LTT setiap kabupaten/kota di Provinsi
Riau, bimbingan teknis (bimtek) kelembagaan, teknologi tumpang sari
tanaman, bimtek uji varietas unggul baru dan bimtek budidaya cabai
mendukung kegiatan Kawasan pertanian sejahtera (SAPIRA). Pelaksanaan
demplot tanaman padi dengan teknologi Jarwo Super di desa Simandolak
Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi seluas 5 ha, demplot tumpang
sari tanaman Desa Bumi Mulia Kecamatan Logas Tanah darat Kabupaten
Kuantan Singingi seluas 2 ha, demplot display Varietas Unggul Baru (VUB) di
Desa Pangkalan Serik Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar seluas 5 ha,
27
demplot display VUB di Desa Gobah Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar
seluas 3 ha, Demplot uji VUB di Desa Sei Upih Kecamatan Mendol Kabupaten
Pelalawan seluas 5 ha, Demplot padi sawah di Desa Tanjung Medang
Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis, demplot tanaman cabai di
Desa Bunga Raya Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak.
LTT Padi pada tahun 2019 Provinsi Riau mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya di mana pada tahun 2018, angka LTT Padi Provinsi Riau seluas
45.965,3 ha dan pada tahun 2019, angka LTT Padi hanya seluas 39.221,8 ha
atau mengalami penurunan seluas 6.743,5 ha. LTT jagung pada periode
April-September tahun 2019, mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelalawan, Kampar,
Bengkalis, Rokan Hilir, Kepulauan Meranti, Kota Pekanbaru dan Kota Dumai
dengan defisit terbesar di Kota Pekanbaru dengan luas 2.171 Ha. surplus LTT
jagung tertinggi adalah Kabupaten Indragiri Hilir dengan angka surplus seluas
936 Ha. Sedangkan untuk LTT kedelai pada tahun periode April-September
2019 mengalami defisit yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, yakni: Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Kampar,
Rokan Hulu, Bengkalis, Rokan Hilir dan Kota Pekanbaru dengan defisit
terbesar dimiliki oleh Kabupaten Indragiri Hulu yang memiliki angka defisit
seluas 1.108,8 Ha. Kabupaten Siak yang memiliki angka surplus LTT kedelai
seluas 5,7 Ha sedangkan beberapa kabupaten atau kota lain seperti Indragiri
Hilir, Pelalawan, Kepulauan Meranti serta Dumai tidak memiliki pertumbuhan
LTT kedelai.
h. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Komoditas Pepaya (3.750 batang)
Kegiatan dukungan perbenihan komoditas pepaya dilaksanakan di Desa
Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Lahan yang
digunakan sebagai areal untuk pembibitan tanaman pepaya merupakan lahan
milik masyarakat dan sekaligus menjadi petani kooperator karena sudah
terbiasa menanam dan membibitkan tanaman pepaya.
Ruang lingkup kegiatan meliputi; pembangunan rumah pembibitan,
bimbingan produksi benih dan pembibitan serta melaksanakan pembibitan
pepaya sampai dengan bibit pepaya mempunyai ketinggian sekitar 16-21 cm
atau pada saat bibit berumur 46-59 hari.
28
Perbenihan pepaya diproduksi sebanyak 3.750 batang dalam rangka
dukungan perbenihan komoditas pepaya di Provinsi Riau dan didistribusikan
ke beberapa kabupaten/kota. Untuk Kabupaten Pelalawan sebanyak 1.400
batang yang terdistribusi ke Kecamatan Bandar Sei Kijang dan Pelalawan.
Untuk Kampar sebanyak 1.600 batang yang terdistribusi di Kecamatan Siak
Hulu dan Bangkinang Kota. Untuk Kabupaten Siak sebanyak 500 batang bibit
yang terdistribusi di Kecamatan Dayun. Untuk Kecamatan Kuantan Singingi
Kecamatan Sentajo Jaya sebanyak 500 batang
i. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Komoditas Kelapa Dalam (1.375
butir.
Kegiatan Dukungan Perbenihan Komoditas Kelapa dilaksanakan di lahan
petani kelapa Desa Pengalihan Kecamatan Enok Kabupaten Indragiri Hilir.
Ruang lingkup kegiatan meliputi pembibitan kelapa berdasarkan inovasi
teknologi yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan yang meliputi: pemilihan
bibit, pemeliharaan bibit, pemupukan bibit serta penyaluran bibit dengan
estimasi umur bibit siap tanam (umur 7-8 bulan).
j. Pendampingan UPSUS SIWAB di Provinsi Riau
Kegiatan pendampingan Upsus Siwab ini adalah di Kabupaten Kampar dan
Kuantan Singingi. Pendekatan pendampingan dalam rangka mensukseskan
kegiatan Upsus Siwab ini, dilakukan dalam bentuk kegiatan antara lain:
melakukan koordinasi dan sosialisasi Upsus Siwab di Kabupaten Kampar dan
Kuantan Singingi, ikut memantau perkembangan capaian target Siwab secara
harian melalui data yang masuk via grup whatsapp, terutama untuk wilayah
supervisi yang ditangani yaitu Kabupaten Kampar dan Kuantan Singingi,
mendampingi kegiatan pelayanan terpadu berupa pemeriksaan
kebuntingan, sinkronisasi berahi, pengibatan ternak, pemberian vitamin, dll,
di wilayah supervisi serta mendiseminasikan pengetahuan dan teknologi pada
kelompok ternak yang memiliki performance rendah di wilayah Kabupaten
Kampar dan Kuantan Singingi.
Selain kegiatan tersebut juga dilakukan pengembangan hijauan pakan ternak
berupa rumput odot dan indigofera telah dilakukan oleh BPTP Balitbangtan
Riau pada kelompok ternak dan tumbuh dengan baik.
29
Peningkatan populasi sapi dan kerbau melalui indikator IB, bunting dan
kelahiran, yang ditetapkan pemerintah pada T.A. 2019 untuk provinsi Riau
tercapai sesuai target yang ditetapkan dengan persentase capaian berturut-
turut 116,78%, 176,63% dan 132,24%.
k. Unit Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga
Kegiatan unit pembibitan ayam skala rumah tangga dilaksanakan di Desa
Tambak Dusun 2 Semenai Tunggal Kecamatan Langgam Kabupaten
Pelalawan, Desa Merangkai dan Teluk Merbau Kecamatan Dayun Kabupaten
Siak, Desa Mekar Sari Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti.
Cakupan kegiatan meliputi: menyediakan fasilitas budidaya ayam KUB
dengan jenis bibit Pullet KUB dan DOC parentstock KUB, menyediakan DOC
KUB untuk pembesaran ayam siap potong, perbanyakan DOC menggunakan
mesin tetas kapasitas 300 butir dan 900 butir untuk Kabupaten Siak
sedangkan di Kabupaten Kepulauan Meranti menggunakan mesin tetas
kapasitas 100 butir sebanyak 2 unit, menyediakan formulasi pakan murah
berbasiskan sumberdaya lokal, serta melaksanakan bimtek Kelompok Tani
Maju Makmur Desa Merangkai Kec Dayun Kabupaten Siak.
l. Unit Inti Plasma Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga di Provinsi Riau
Unit inti pembibitan yang ditempatkan pada Kebun Percobaan Kubang Jaya
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar melakukan budidaya ayam sejak
dari DOC parent stock hingga menjadi indukan yang berproduksi.
Ruang lingkup kegiatannya meliputi: 1) Penyediaan fasilitas kandang yang
merupakan hal yang paling utama sebagai tempat/wadah untuk melakukan
budidaya pemeliharaan ayam. Kandang menjadi salah satu faktor penting
dalam pemeliharaan ayam sejak dari DOC parent stock hingga menjadi
indukan yang berproduksi, 2) Pemeliharaan atau budidaya ayam Sekub
merupakan budididaya ayam final stock bertujuan untuk menghasilkan ayam
potong konsumsi. Ayam Sekub merupakan persilangan dari ayam pejantan
Sensi dengan ayam betina KUB, 3) Pembelajaran dan peningkatan
pengetahuan selama proses budidaya ayam KUB pada unit inti maupun
plasma. Diseminasi yang telah dilakukan pada kegiatan ini berlangsung
dengan bentuk usaha pembesaran ayam pada unit plasma dan usaha
pembibitan ayam pada unit inti. Pada setiap tahapan budidaya diberi
30
penjelasan dan pengawalan terutama pada unit plasma sejak persiapan dan
pemeliharaan DOC ayam final stock hingga mencapai umur panen. Dengan
demikian terjadi perubahan dan peningkatan pengetahuan unit plasma dalam
mengelola usaha pembesaran ayam Sekub sebagai ayam kampung unggul.
m. Pengembangan Ayam KUB pada Sentra Pakan Berbasiskan Sumberdaya Lokal
di Provinsi Riau
Pengembangan ayam KUB pada sentra pakan berbasiskan sumberdaya lokal
dilaksanakan di Desa Merangkai Kecamatan Dayun Kabupaten Siak, Desa
Mekar Sari Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti dan Desa Ulu
Pulau Kecamatan Bantan serta Desa Pematang Duku Kecamatan Bengkalis
Kabupaten Bengkalis.
Cakupan kegiatan meliputi: 1). Penyediaan fasilitas budidaya ayam KUB
berupa kandang pembibitan ukuran 7 x 12 m di Kabupaten Siak dan
Kepulauan Meranti, DOC KUB Parentstock 600 ekor per Kabupaten, Pakan
311, Bahan pakan lokal, tempat pakan dan minum, mineral dan starbio ayam,
vitachick, Therapi, Vaksin ND dan Gumboro. 2). Penyediaan Fasilitas
Pengolahan Pakan Lokal berupa; Gudang dan bangunan pengolahan pakan
lokal 2 unit, mesin penepung 2 unit, mesin mixer/pengaduk pakan ternak 1
unit, mesin pelet 2 unit, oven pengering otomatis 2 unit, mesin tetas
kapasitas 1.000 butir 2 unit. 3) Penyediaan Pakan murah berbasiskan
sumberdaya lokal.
Sasaran 3 : Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah rekomendasi kebijakan.
Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah rekomendasi kebijakan 1 2 200
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan sintesis kebijakan
pembangunan pertanian yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas padi
yang didukung oleh sektor perkebunan yang tangguh. Oleh karena itu, analisis
31
kebijakan ditujukan untuk: 1) menyediakan rekomendasi kebijakan terkait
replanting berwawasan lingkungan dan tidak merugikan bagi lingkungan dan
masyarakat sekitar melalui Kajian Organisme Pengganggu Tanaman di
Kabupaten Indragiri Hilir dan 2) Upaya peningkatan indeks swasembada beras di
Provinsi Riau melalui pembangunan jaringan irigasi, penyediaan benih
berkualitas, penggunaan alsintan dan penguasaan inovasi teknologi yang
merespon dinamika dan perubahan iklim.
Lokasi kegiatan survei, inventarisasi lapang, identifikasi dan penelitian kajian
organisme pengganggu tanaman di Kabupaten Indragiri Hilir dilakukan di Desa
Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran dan Desa Sungai Nyiur Kecamatan
Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir. Berdasarkan temuan fakta-fakta hasil
kajian di kebun kelapa masyarakat dan lahan replanting kelapa sawit milik
perusahaan di Desa Tanjung Simpang dapat disimpulkan bahwa kerusakan
kebun kelapa milik masyarakat disebabkan oleh ledakan populasi hama
kumbang tanduk akibat kegiatan replanting PT THIP. Berdasarkan temuan fakta-
fakta hasil kajian di kebun kelapa masyarakat dan lahan bukaan baru milik
perusahaan di Desa Sungai Nyiur Kecamatan Tanah Merah dapat disimpulkan
bahwa kerusakan kebun kelapa milik masyarakat disebabkan oleh ledakan
populasi hama kumbang tanduk akibat kegiatan bukaan lahan PT Krisna Kereta
Kencana (K3). Upaya pengendalian kumbang yang dapat dilakukan diantaranya
sanitasi, penggunaan Baculovirus oryctes, pemanfaatan feromon dan
pemanfaatan kanfer (naftalene balls). Secara umum tata kelola kebun kelapa
yang baik membutuhkan komitmen dan tindakan bersama dari petani kelapa,
masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan setiap aspek yang mendukung
budidaya kelapa yang baik, misalnya sebagaimana yang pernah dituangkan
dalam DED 2012.
Penelitian Peningkatan Indeks Swasembada Beras di Provinsi Riau ini merupakan
desk study dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara langsung dengan petani lokal, petani transmigrasi,
penyuluh lapangan, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Badan
Litbang Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Riau dan instansi
terkait lainnya. Metode yang digunakan adalah pendekatan sistem dinamik, yang
mampu menganalisis suatu sistem secara dinamis dan berubah sesuai dengan
32
waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ketersediaan beras di Provinsi
Riau yang dirancang-bangun telah dapat bekerja dengan baik dengan tingkat
ketepatan yang baik pula. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi
ketersediaan beras baik untuk memenuhi kebutuhan wilayah Riau. Model yang
telah dibuat dan kemungkinan pengembangannya dapat dipakai sebagai alat
untuk melandasi pengambilan keputusan maupun penentuan kebijakan stok
beras Riau sebagai lumbung padi di masa mendatang secara lebih komprehensif.
Dari beberapa skenario yang telah dicoba diatas, dapat disimpulkan bahwa
skenario gabungan (skenario-6) yaitu dengan menerapkan kebijakan
peningkatan pendayagunaan lahan dan peningkatan produksi melalui
peningkatan IP (dengan irigasi teknis dan penerapan mekanisasi pertanian),
penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk berimbang, penanganan
pascapanen dan penggunaan saprodi lainnya, memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan Riau dalam memasok beras di wilayahnya.
Kemampuan Riau dalam memasok beras adalah 83.69% jika persentase
masyarakat yang mengkonsumsi beras 30% dan jika terjadi pergeseran
konsumsi menjadi 40%, maka kemampuan pasokannya menjadi 62,77%.
Sasaran 4 : Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian bio-
industri spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah model pertanian bioindustri 1 model 1 model 100
Kegiatan lanjutan ini dilaksanakan di Desa Pelambaian Kecamatan Tapung,
Kabupaten Kampar. Pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan
produktivitas, pendapatan dan lingkungan. Penguatan model pertanian bio
industri, pengaktifan kembali instalasi biogas, menghitung kelayakan inovasi
teknologi pembuatan pakan ternak, pembuatan kompos, pembuatan urea
molasses blok, pembuatan pupuk organik cair, perbaikan kualitas asap cair
sebagai pestisida nabati, pengawet makanan, koagulasi karet, pembuatan jamu
ternak dan pembuatan mikro organisme lokal, dalam kegiatan ini juga dilakukan
33
pengujian uji efektifitas asap cair untuk pengawet ikan patin dan ikan nila,
pembenahan kelembagaan melakukan pelatihan kelembagaan ekonomi petani
(KEP), melakukan FGD kelembagaan agribisnis, melakukan study banding ke
lokasi sawit-sapi untuk peningkatan kapasitas petani koperator, pembuatan
rekomendasi kebijakan untuk kelanjutan bioindustri di Kabupaten Kampar,
melakukan penyerahan model pertanian bioIndustri ke Pemda Kabupaten
Kampar. Pada tahun 2019 ini juga dilakukan bimbingan teknis yang bermanfaat
untuk peningkatan kapasitas petani koperator. Untuk mengetahui kandungan
unsur hara pupuk cair organik yang dibuat juga dilakukan analisis dan dikemas
dalam botol, kemudian dilakukan packaging. Untuk kegiatan pakan komplit pada
tahun ini dilakukan perbaikannya berupa teknologi yang mudah, murah biaya
dan dapat dilaksanakan oleh petani dan masyarakat.
Tahap selanjutnya adalah diseminasi model pertanian bioindustri terpadu sawit-
sapi kepada stakeholder terkait seperti Pemda, petani dan peternak serta pelaku
usaha. Kegiatan ini dilaksanakan setelah semua inovasi teknologi yang
diterapkan menunjukkan kinerja yang baik dan secara teknis dan ekonomis
menguntungkan dan pembuatan rekomendasi sebagai acuan program Dinas
Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Kampar, dan melakukan serah terima
model pertanian bioindustri untuk didampingi oleh dinas terkait.
Model pertanian bioindustri ini awalnya dilakukan Kelompok Tani Fokus Hasil
Gemilang Desa Palambaian dan Kelompok Tani Puja Kesuma di Indrapuri saat
ini sudah berkembang ke Kelompok Tani Amanah Desa Indra Sakti dan
Kelompok Tani Bina Muktisari. Sistem pemeliharaan ternak di Kelompok Tani
FHG, Amanah dan Bina Mukti Sari secara intensif (dikandangkan), sementara di
Kelompok Tani Puja Kesuma dilakukan dengan cara dilepas di kebun sawit dan
sore dikandangkan.
Produk asap cair bermanfaat untuk pengawet makanan berupa ikan pati dan ikan
nila, koagulasi getah karet, pestisida alami, untuk pengawet makanan
konsentrasi 5%, penyimpanan di hari ke 3 ikan tersebut masih segar dan tidak
berbau.
Beberapa produk bioindustri yang dihasilkan masing-masing kelompok di 4 desa
(Palambaian, Indrapuri, Indra Sakti dan Mukti Sari) telah memiliki kemajuan
34
berupa kemasan yang dapat menarik konsumen, sehingga nanti dalam
pemasaran akan lebih dikenal oleh konsumen.
Pembenahan kelembagaan yang telah dilakukan berupa aspek pembenahan
administrasi, pembenahan dan kinerja kelompok dan aspek ketersediaan bahan
produksi.
Sasaran 5: Terdokumentasinya Sumberdaya Genetik
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah aksesi SDG. Adapun
pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah aksesi SDG 5 aksesi 5 aksesi 100
Padi sawah yang akan dilestarikan berasal dari beberapa kabupaten penghasil
padi di Provinsi Riau. Sebanyak 43 aksesi akan di tanam dalam kotak kayu
berukuran panjang 8m, lebar 0,6m dan tinggi 0,3m, di lahan Instalasi Penelitian
dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Kubang Jaya BPTP Balitbangtan
Riau, masing-masing aksesi sebanyak 5 rumpun.
Sebanyak 5 varietas lokal durian asal kabupaten Kepulauan Meranti telah
dikarakterisasi dan didaftarkan di PPVTPP sehingga untuk mempertahankan
keberadaan pohon induk perlu dilakukan duplikasi, kegiatan untuk menduplikasi
pohon induk dilakukan secara in-situ di Desa Bokor Kecamatan Rangsang Barat
Kab. Kepulauan Meranti. Lima varietas tersebut adalah Blewah Meranti dengan
tanda daftar no. 909/PVL/2018, Calung Meranti dengan Tanda Daftar No.
910/PVL/2018, Kacang Pui Meranti dengan tanda daftar No. 911/PVL/2018,
Durian Kesep Meranti dengan Tanda Daftar No. 912/PVL/2018, Durian Tembage
Meranti dengan Tanda Daftar No. 913/PVL/2018. Sebagai tindak lanjut dari
terbitnya tanda daftar adalah upaya pelepasan varietas sebagai legalitas untuk
peredaran benih dari varietas tersebut. Sebanyak 100 batang bawah disiapkan
untuk perbanyakannya.
Tanaman buah lokal yang terdapat di kebun plasma nutfah Kab. Pelalawan akan
diperbanyak terbatas hanya empat jenis, keempat varietas tersebut adalah
Rukam, Cempedak Betung, Ridan dan Terung-terung. Selain cempedak Betung,
35
jenis tanaman buah akan diperbanyak dengan cara cangkok, untuk Cempedak
Betung diupayakan dengan sambung pucuk.
Uji multi lokasi padi lahan pesisir dilakukan pada beberapa lokasi dengan
agroekosistem pasang surut yang ada di Provinsi Riau. Varietas-varietas yang
akan diujicobakan adalah varietas-varietas padi dari Kabupaten Kepulauan
Meranti yang potensial untuk dikembangkan. Sebanyak 12 aksesi diuji multilokasi
pada empat lahan sawah pasang-surut yang berbeda. Uji multilokasi dilakukan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Sebanyak 12 aksesi sebagai perlakuan
diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 unit percobaan. Luas satu unit
percobaan adalah 4 m x 3 m. lokasi pelaksanaan berada di: 1. Desa Sendaur
Kec. Rangsang Pesisir, 2. Desa Anak Setatah Kec. Rangsang Barat, dan 3). Desa
Sungai solok Kec. Kuala Kampar.
Eksplorasi dan karakterisasi tanaman dilakukan di kabupaten Pelalawan, Rokan
Hulu dan Indragiri Hilir. Eksplorasi dan karakterisasi di Kabupaten Pelalawan
dilakukan terhadap tanaman buah-buahan yang ada di kebun koleksi plasma
nutfah dan pekarangan masyarakat di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Sei Kijang
dan Langgam. Eksplorasi dan karakterisasi di kabupaten Rokan Hulu dilakukan
untuk padi lahan kering (gogo) sedangkan di Kecamatan Rokan IV Koto
dilakukan observasi dan karakterisasi tanaman buah Tampuh dan Manggis
varietas lokal Rokan. Observasi dan karakterisasi di Kabupaten Indragiri Hilir
dilakukan terhadap varietas lokal pinang Seluang di kecamatan Enok.
5 aksesi yang telah didaftarkan adalah: Durian Srindit, Durian Tuk Sulung, Buah
Kuras, Cempunek dan Pulasan Mini.
Sasaran 6: Tersedianya dukungan inovasi teknologi di Daerah
Perbatasan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah produksi benih sumber.
Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah model pertanian daerah perbatasan 1 Kab 1 Kab 100
36
Pengkajian Dukungan Inovasi Teknologi Pertanian Daerah dilaksanakan di
Kabupaten Bengkalis. Kegiatan identifikasi, analisis potensi dan permasalahan
pertanian dilakukan PRA oleh tim peneliti bersama-sama dengan penyuluh
lapangan, tokoh formal dan informal tingkat kecamatan serta pelaku utama dan
pelaku usaha yang terkait dengan kegiatan usahatani. Selanjutnya, hasil analisis
tersebut akan disampaikan kembali kepada pejabat pengambil kebijakan di
tingkat Kabupaten Bengkalis. Lokasi pengkajian merupakan wilayah kepulauan
yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, seperti Singapura dan
Malaysia. Kecamatan yang paling dekat dengan negara tetangga tersebut adalah
Kecamatan Rupat Utara.
Berdasarkan data dan informasi dari potensi, peluang dan permasalahan
serta Focus Group Discussion yang telah dilakukan untuk Kabupaten Bengkalis,
maka dapat disimpulkan alternatif strategi pengelolaan wilayah perbatasan dalam
rangka perancangan Model LPWP spesifik Kabupaten Bengkalis adalah: perbaikan
infrastruktur dan optimalisasi pengembangan sarana prasarana sumberdaya
pertanian khususnya, peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan,
peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian, peningkatan
kapasitas SDM dan penguatan kelembagaan petani, pengembangan lembaga
permodalan dan pemasaran dan sinkronisasi perencanaan pembangunan dalam
memformulasikan kebijakan wilayah perbatasan dengan mempertimbangkan
kondisi potensi daerah dan kelembagaan lokal.
Sasaran 8: Tersedianya dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan
IP kawasan pertanian
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah provinsi 1 provinsi 1 provinsi 100
Kegiatan yang dilakukan adalah identifikasi dan inventarisasi sumberdaya air
untuk memberikan rekomendasi pembangunan infrastruktur dan tata kelola air
dan demplot penerapan inovasi teknologi pola tanam tumpang sari tanaman
(Turiman) dan/atau tumpang gilir tanaman padi gogo , jagung dan kedelai dalam
37
rangka peningkatan indeks pertanaman lahan kering/ sawah tadah hujan/rawa
pada MT II dan/atau MT III. Kegiatan Sosialisasi Identifikasi Infrastruktur SDA
dan Katam dilakukan di tiga lokasi yaitu Taluk Kuantan, Bangkinang, dan
Indragiri Hilir.
Kegiatan survey indentifikasi sumberdaya air dilakukan di 4 (empat) kabupaten
yakni Kabupaten Kampar, Kuantan Singingi, Rokan Hulu dan Indragiri Hilir.
Kegiatan survey identifikasi sumberdaya air di Kabupaten Kampar di lakukan di 2
(dua) kecamatan yakni Kecamatan Bangkinang dan Kecamatan Kampar.
Berdasarkan survey diketahui bahwa Kelurahan Pasir Sialang Kec. Bangkinang
Kab. Kampar, mempunyai luas baku sawah: 90 Ha yang ditanami padi pada MT
II tahun 2018 seluas 82 Ha dan MT I tahun 2019 (April- September) 78 ha.
Sumber air utama dipersawahan tersebut tadah hujan, pompanisasi dari sumur
dangkal dan anak sungai. Sedangkan desa Muara Uwai mempunyai baku sawah
135 ha, pada MT II tahun 2018 ditanami padi seluas 106 ha, dan pada MT I
tahun 2019 135 ha. Sebagai sumberdaya air di desa Muara Uwai terdapat 5
sumur dangkal, 2 sumur dalam dan 2 sumur artesis. Selain menggunakan sumur
dangkal, Poktan ini juga memanfaatkan anak sungai akuari yang berjarak 200 m
dari persawahan. Air dipompa ke lahan menggunakan mesin diesel, namun
permasalahan yang ada, hingga saat ini selang untuk mengalirkan air ke
persawahan kurang panjang.
Survey sumberdaya air di Kecamatan Kampar, dilakukan di Desa Penyesawan,
luas lahan baku sawah di desa ini sekitar 130 ha, sebagian besar baru ditanami
dengan IP 100, namun tiga tahun terakhir telah ada yang melakukan dengan IP
200 seluas 20 ha. Sedangkan di Desa Pulau Tinggi, sebagai lokasi sampel adalah
Kelompok Tani Ihsan. Lahan sawah di poktan ini seluas 48 ha. Sumber air
berasal dari daeran Irigasi (DI) Tibun, namun permasalahan yang dihadapi
adalah patahnya beberapa bagian saluran irigasi primer yang melewati
perkebunan karet rakyat, sehingga air tidak dapat mencapai persawahan. Untuk
mengatasi masalah ini, pemerintah desa telah berinisiatif memanfaatkan sumber
mata air yang ada diperbukitan dekat persawahan sejarak 3 km dengan
pipanisasi, namun hal tersebut juga meghadapi kendala dimana mata air
menghilang seiring waktu berjalan, hingga saat ini masih ada jaringan pipa dan 2
bak penampungan air berukuran 3x2x1,5 m.
38
Survey Sumberdaya Air di Kabupaten Kuantan Singingi dilakukan di Desa Koto
Kecamatan Cerenti. Luas lahan baku sawah di desa ini sekitar 150 ha, sebagian
besar baru ditanami padi dengan indeks pertanaman 100, namun dua tahun
terakhir telah ada yang melakukan penanaman padi dengan indeks pertanaman
200 yakni seluas 20 ha. Pembangunan infrastruktur sumberdaya air yang
disarankan di wilayah ini berupa sumur artesis dan perbaikan saluran irigasi
dengan jangkauan pelayanan seluas kurang lebih 98 ha.
Berdasarkan survey sumberdaya air di kecamatan Rambah ada dua lokasi yakni
Desa Rambah Tengan Hulu dan Menaming. Dari hasil pengamatan, embung
sudah dibangun dan dalam kondisi baik, akan tetapi tidak berfungsi dengan baik
karena petani setempat sudah enggan untuk menanam padi dan lebih memilih
untuk berkebun dengan komoditas tanaman kelapa sawit. Sementara di
kecamatan Rambah Samo terdapat beberapa hamparan yang belum memiliki
infrastruktur air namun luasannya relatif sedikit. Pengambilan data sumberdaya
air di Desa Karya Mulia, diketahui bahwa berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan terdapat sumber mata air yang berpotensi dapat mengaliri persewahan
dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Rekomendasi untuk sarana
pengairan adalah dengan membangun dam disekitar sumber mata air dan bak
penampung di area persawahan yang akan dialiri dengan menggunakan pipa.
Dengan adanya sumber air yang menjamin akan ketersediaan air maka
berpotensi pula dalam peningktan IP pada persawahan di desa Karya Mulia yakni
dari IP 200 sampai IP 250.
Demplot Penerapan Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Indeks
Pertanaman berlokasi di Kelompok Tani Subur Jaya Desa Parit 1 Api - Api
Kecamatan Bandar Laksamana Kabupaten Bengkalis dengan luas 5 ha. Teknologi
yang diintroduksikan yakni penggunaan VUB Inpari 34 Agritan yang toleran lahan
salin. Benih yang digunakan merupakan Benih Dasar bersertifikat, maka hasil
demplot direncanakan untuk menjadi sumber benih padi penangkar untuk musim
tanam berikutnya. Disamping hasil Pada lokasi demplot dilaksanakan kegiatan
Penanaman padi IP 200 seluas 100 hektar yang bersumber dana APBD Provinsi
Riau. Lokasi memiliki potensi sumberdaya air atau infrastruktur air yakni embung
dan long storage. Berdasar Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu MT Asep -
Sept 2019 pada lokasi musim tanam padi yakni padi April Dasarian II-III.
Pertumbuhan vegetatif tanamam dengan rata-rata tinggi tanaman sekitar 114 -
39
131 cm, pertumbuhan anakan sebanyak 20 - 27 anakan produktif. Hasil padi
Inpari 34 Agritan rata – rata diperoleh sebanyak 3,4 ton/ha.
Demplot penerapan Inovasi Teknologi pola tanam mendukung peningkatan
indeks pertanaman pada pola tumpang sari tanaman (Turiman) padi gogo,
jagung dan kedelai dilakukan pada MT II di desa Hang Tuah, Kecamatan
Perhentian Raja, Kabupaten Kampar pada bulan Agustus sampai dengan
Desember 2019. Bersamaan dengan ini terdapat program tumpang sari padi –
jagung dari Dinas Pertanian Kabupaten Kampar seluas 150 hektar, dengan
pemberian bantuan Benih Jagung Hibrida (Bisi2) dan Padi varietas Ciherang.
Teknologi yang diintroduksikan adalah Teknologi Turiman (Tumpangsari) Padi
Gogo-Jagung dan Jagung- Kedelai di lahan replanting sawit.
Demplot seluas 3 ha yang berada di hamparan lahan replanting sawit. Jarak
tanam yang digunakan untuk padi adalah 25 x 25 cm sedangkan jarak tanam
untuk jagung adalah 60 x 25 cm. Sedangkan, jarak tanam Turiman jagung-
kedalai adalah 20 x 30 x 75. Penanaman jagung dan kedelai pada satu lubang
tanam ditanam sebanyak 1-2 butir benih. Sebelum ditanami lahan replanting
kelapa sawit diberikan pupuk kandang ayam sebanyak 3 ton/ha dan dolomit
sebanyak 1 ton/ha. Turiman jagung– kedelai diperoleh hasil sebanyak 2,2
ton/ha jagung dan 1,75 ton/ha kedelai
Sasaran 8: Meningkatnya komunikasi, koordinasi, dan diseminasi hasil
inovasi teknologi Balitbangtan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah provinsi 1 provinsi 1 provinsi 100
a. Peningkatan Kapasitas Penyuluh Pertanian Didaerah Dalam Memahami Inovasi
Pertanian
Dilaksananakan dengan 70 orang peserta yang terdiri dari penyuluh provinsi,
penyuluh daerah dari Kecamatan Perhentian Raja, Siak Hulu, Kampar Kiri Hilir,
Kampar Kiri Tengah, Kampar, Tambang, Kota Pekanbaru dan Provinsi Riau.
Materi Bimtek terdiri dari Tumpang Sari Padi Gogo dan Jagung, Budidaya dan
40
Pengelolaan Ayam KUB, dan Rencana Aksi Inovasi Teknologi untuk Programa
Penyuluhan Pertanian. Pada kesempatan tersebut juga diserahkan buku saku
untuk masing-masing Kecamatan yang berjudul (i) Teknologi budidaya
Budidaya Sayuran Dataran Rendah sebanyak 100 eksemplar; (ii) Teknologi
Bujangseta Tanaman Jeruk sebanyak 100 eksemplar, (iii) Teknologi Turiman
JaGo Super sebanyak 200 eksemplar, (iv) Teknologi Budidaya Ayam KUB
sebanyak 100 eksemplar.
b. Temu Teknis Inovasi Pertanian
Dilaksanakan di 2 Kabupaten yaitu di Kabupaten Pelalawan dengan jumlah
peserta 40 orang yang terdiri dari penyuluh dan koordinator penyuluh, petani
dan penyuluh swadaya dan KTNA. Materi yang dibahas pada kegiatan ini
terdiri dari : (i) Program Strategis Kementan di Provinsi Riau, (ii) Dasar
Metode Pemilihan Media Penyuluhan dan Diseminasi, (iii) Teknologi Largo
super dan Turiman mendukung UPSUS PAJALE, (iv) Sosialisasi OPAL, dan (v)
Program Proliga Gertambe (Produksi Lipat Ganda melalui Gerakan Tanam
Cabe) serta (vi) Model pendekatan Cooperative Farming dalam menumbuhkan
dan mengembangakan pertanian berbasis korporasi
Kegiatan Temu Teknis di Kabupaten Kampar diikuti oleh 40 orang yang terdiri
dari Kepala BPP dan Penyuluh se Kabupaten Kampar serta petani maju. Materi
yang disampaikan adalah : program mendukung Upsus Pajale tahun 2019 di
Kabupaten Kampar, teknologi largo dan turiman, teknologi budidaya Ayam
KUB, dan strategi dasar pemilihan metoda media penyuluhan dan diseminasi.
c. Sinkronisasi Materi Hasil Litkaji dengan Programa Penyuluhan Pertanian
Sinkronisasi ini dilaksanakan di BPTP Riau dengan jumlah peserta sebanyak 40
orang terdiri dari: Penyuluh BPTP, penyuluh provinsi, penyuluh kabupaten dan
KTNA provinsi. Materi yang disampaikan antara lain : Kebijakan Program Dinas
TPH dan Bun Propinsi Riau, Dukungan BPTP BaLitbangtan Riau dalam
mensukseskan program strategis Kementan (Serasi, Sapira, Siwab, Upsus, dll),
Teknologi Tumpang Sari (Turiman) Padi dan Jagung, Teknologi Budidaya
Bawah Merah dengan biji, dan Teknologi Formulasi Pakan untuk Ayam
Kampung Unggul Badan Litbang (KUB).
d. Kaji Terap Teknologi Inovasi Pertanian
Kegiatan Kaji Terap ini dilakukan di desa Hang Tuah, Kecamatan Perhentian
Raja, Kabupaten Kampar. Demplot untuk Kaji terap seluas 2 ha yang berada
41
di hamparan lahan replanting sawit. Pada Tumpangsari padi gogo dan jagung
ini ditanam varietas Inpago 9 untuk padi gogo dan Nasa 29 serta ProvitA
untuk jagung. Jarak tanam yang digunakan untuk padi adalah 20x15 cm
sedangkan jarak tanam untuk jagung adalah 30x30 cm. Sedangkan, jarak
tanam antara padi dan jagung dibuat beberapa kombinasi yaitu 50 cm, 65 cm
dan 75 cm. Penanaman padi pada satu lubang tanam ditanam sebanyak 5
butir benih sedangkan untuk jagung sebanyak 1 butir benih. Sistem tanam
yang digunakan untuk padi adalah Legowo 4:1 sedangkan untuk jagung
adalah Legowo 2:1. Sebelum ditanami lahan replanting kelapa sawit diberikan
pupuk kandang ayam sebanyak 2 ton/ha dan dolomit sebanyak 750 kg/ha.
Pupuk anorganik diberikan berdasarkan hasil Perangkat Uji Tanah Kering
(PUTK) yaitu 200 kg Urea per hektar, 150 kg TSP per hektar dan 50 kg KCl per
hektar. Pemupukan susulan Urea diberikan berdasarkan hasil uji Bagan Warna
Daun (BWD). Pemupukan diberikan pada saat tanam, 21 HST dan 55 HST.
Berdasarkan hasil demplot Kaji Terap di Desa Hang Tuah Kabupaten Kampar
diperoleh produksi padi gogo yang terbaik diberikan pada jarak tanam padi-
jagung 50 cm sedangkan produksi jagung terbaik diberikan pada jarak tanam
padi-jagung 75 cm.
Percontohan ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi petani di kawasan
hamparan dan penyuluh di beberapa BPP terdekat (BPP Perhentian Raja,
Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri tengan dan Siak Hulu). Selain itu, salah satu
upaya untuk mendiseminasikan teknologi selain melalui demplot adalah
melalui sosialisasi atau temu lapang. Dari hasil temu lapang/sosialisasi tanam
dan temu lapang panen/sosialisasi hasil dengan melihat keragaan pertanaman
maka petani di kawasan hamparan dan penyuluh di beberapa BPP terdekat
dapat mereplikasi teknologi Turiman padi gogo dan jagung di wilayah
binaannya.
e. Pemberdayaan Kebun Percobaan Siak Hulu dan Sei Mandau di Riau
Kegiatan yang dilakukan adalah pemagaran keliling dengan kawat berduri,
pembukaan lahan KP (penebangan kayu akasia dengan hand traktor),
pembukaan jalan kebun, pembuatan parit penyaluran air di dalam kebun,
pembuatan embung dengan ukuran 20 x 70 cm dengan kedalaman 1 m,
perawatan plasma nutfah, tanaman buah-buahan (rambutan rapiah, sirsak
madu, sawo, kelapa hibrida, kelengkeng rasa durian, durian matahari,
42
mangga, papaya merah delima dan alpukat) tanaman pagar (jambu jambak,
matoa merah dan nangka genjah), pemasangan portal dan pembuatan papan
merk IP2TP.
f. Sinkronisasi Kegiatan Satker
Kegiatan yang dilakukan adalah rapat koordinasi dan gerakan percepatan
tanam dan rekonsiliasi data LTT Provinsi Riau. Pada kegiatan tersebut dihadiri
oleh Kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau, Kepala BPTP Riau selaku Penanggung Jawab UPSUS Pajale Provinsi Riau
dan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Riau serta diikuti oleh kepala bidang
atau kepala seksi yang membidangi tanaman pangan seluruh kabupaten/kota
se-Provinsi Riau, LO kabupaten/kota se-Provinsi Riau dan Peneliti Penyuluh.
Materi yang disampaikan antara lain : Evaluasi LTT Pajale bulan Juli-Agustus
dan Target LTT bulan September-Oktober 2019 oleh penanggung jawab
UPSUS pajale Provinsi Riau, sinkronisasi data tanaman tahun 2019 (luas
tanam, luas panen, produksi dan Produktivitas; Teknologi Gowah, dan
Penggunaan Aplikasi AcrGIS).Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan
workshop LTT pajale.
g. Kerjasama Pengkajian Teknologi Pertanian
Kegiatan ini meliputi kerjasama dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri
Hilir dengan judul kegiatan Kajian Organisme Pengganggu Tanaman di
Kabupaten Indragiri Hilir dilakukan di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan
Pelangiran dan Desa Sungai Nyiur, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten
Indragiri Hilir. BPTP Riau pada tahun 2019 ini menerima 77 siswa dan
mahasiswa magang yang terdiri dari 2 siswa SMK N 1 Kuok, 8 mahasiswa
Universitas Andalas Sumatera Barat, 4 siswa SMK YAPIM, 2 siswa SMK Yabri,
13 mahasiswa UNRI, 8 mahasiswa UNILAK, 19 mahasiswa Universitas Islam
Riau, 3 siswa SMK N 4 Pekanbaru, 13 mahasiswa UIN Suska, 3 mahasiswa
STMIK dan 2 siswa SMK Pertanian Terpadu Riau. Selain itu pada kegiatan
kerjasama ini, BPTP Riau juga menjadi narasumber dalam bebagai intansi
antara lain :
1. Usman, SP dengan materi Eksplorasi dan Identifikasi Buah-Buahan
Unggul Lokal di Provinsi Riau bekerjasama dengan UPT. Perbenihan
Serifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
43
2. Dr. Parlin H Sinaga dengan materi Inovasi Teknologi Varietas Unggul
Baru Padi Pasang Surut Spesifik Riau bekerjasama dengan Dinas TPH
Bun Prov. Riau
3. Suhendri Saputra, SP dengan materi Varietas Unggul Baru Spesifik
Lokasi dan Varietas Tahan Naungan bekerjasama dengan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Rohil
4. Agussalim Simanjuntak, SPt, M.Si dengan materi Manajemen Pakan
dan Pemasaran Ternak bekerjasama dengan Distan dan Perikanan
Pekanbaru
5. Ir Destiwarni, MP dengan materi Varietas Unggul Baru Spesifik Lokasi
dan Varietas Tahan Naungan bekerjasama dengan Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kab. Rohil
6. Suhendri Saputra, SP dengan materi Varietas Unggul Baru Spesifik
Lokasi dan Varietas Tahan Naungan bekerjasama dengan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Rohil
7. Sri Swastika, SP dengan materi Pengendalian Penyakit Keriting Daun
Tanaman Cabai bekerjasama dengan BPP Kec. Kampar Kiri
8. Drs. Empersi, M.Si dengan materi Pemanfaatan Mikroba untuk
Tanaman bekerjasama dengan BPTP Sumbar
9. Yayu Zuriyati, S.Pt, M.Si dengan materi Teknologi Pemanfaatan Zero
Waste pada Sistem Integrasi Tanaman Ternak bekerjasama dengan
Disnak Keswan Prov Riau
10. Dr. Nana Sutrisna dengan materi Sinergitas Pengingkatan Pertanian
Berkelanjutan Pada Sektor Tanaman Pangan di Indonesia bekerjasama
dengan UIR
11. Dr. Nana Sutrisna dengan materi Kebijakan Program BPTP Riau
bekerjasama dengan Distan Siak
12. Ir. Oni Ekalinda dengan materi Peranan Penyuluhan Dalam
Pengembangan Teknologi Pertanian Melalui Program BPTP
bekerjasama dengan Distan Siak
13. Rachmiwati Yusuf, S.Pi, M.Si dengan materi Teknik Budidaya Tanaman
Sayuran Yang Bernilai Ekonomi di Lahan Pekarangan bekerjasama
dengan Dinas TPH Rohul
44
14. Suhendri Saputra, SP dengan materi Pengendalian OPT pada Tanaman
Sayuran dan Buah-Buahan bekerjasama dengan Dinas TPH Rohul
15. Ir. Oni Ekalindadengan materi Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi
Penyuluh beke rjasama dengan Dinas TPHNak Inhil
16. Dahono, SP, M.Si dengan materi Kajian Teknologi Pertanian Prov. Riau
bekerjasama dengan Distan Bengkalis
17. Sri Swastika, SP dengan materi Budidaya Tanaman Hidroponik
bekerjasama dengan BPP Kec. Kampar Kiri
18. Fahroji, STP, M.Sc dengan materi Pengolahan Nanas bekerjasama
dengan Distan TPHBun Prov. Riau
19. Dr. Parlin H Sinaga dengan materi Pengembangan SDG Varietas
Unggul Lokal Pelalawan di instansi Dinas TPHorti Pelalawan
20. Fahroji, STP, M.Sc dengan materi Manajemen Alsintan bekerjasama
dengan UNRI
21. Suhendri Saputra, SP dengan materi Teknik Produksi Bawang Merah
Secara Generatif bekerjasama dengan Dinas TPHBun Prov Riau
22. Suhendri Saputra, SP dengan materi Budidaya Tanaman Buah
bekerjasama dengan RAPP
23. Agussalim Simanjuntak, SPt, M.Si dengan materi Pengolahan Pakan
Menggunakan Teknologi Tepat Guna bekerjasama dengan Disnak
Keswan Prov Riau
24. Yayu Zuriyati, S.Pt, M.Si dengan materi Pengolahan Pakan
Menggunakan Teknologi Tepat Guna bekerja sama dengan Disnak
Keswan Prov Riau
25. Ir. Oni Ekalinda dengan materi Tumpangsari Pajale bekerja sama
dengan Dinas TPHBun Prov Riau
26. Eka Novriandeni, SPt dengan materi Aplikasi Takesi bekerjasama
dengan Dinas TPHBun Prov Riau
27. Suhendri Saputra, SP dengan materi Budidaya Bawang Merah TSS
bekerja sama dengan Dinas TPHBun Prov Riau
28. Dahono, SP, M.Si dengan materi Bioindustri sapi-sawit bekerjasama
dengan Dinas TPHBun Prov Riau
29. Reni Astarina, SST dengan materi Budidaya Pepaya Merah Delima
bekerjasama dengan Dinas TPHBun Prov Riau
45
30. Jakoni, SP, MP dengan materi Pengolahan Pupuk dari Limbah organic
bekerjasama dengan Kelurahan Tanah Datar, Pekanbaru
31. Dwi Sisriyenni, SPt, M.Si dengan materi Pengembangan Peternakan
bekerjasama dengan UNRI
32. Sri Swastika, SP dengan materi Tata Cara Penggunaan Alat Taskit
pada Pupuk bekerjasama dengan BPP Kec. Kampar Kiri
Sasaran 9 : Tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah produksi benih sumber.
Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah produksi benih sumber 9 ton benih padi
2,040 Ton
22,67%
Produksi Benih untuk Percepatan Diseminasi Varietas Unggul Baru
Pelaksanaan kegiatan produksi benih sebar padi di Desa Pangkalan Serik tahap
pertama (I) seluas 2 (dua) hektar yaitu Varietas Batang Piaman dan Logawa.
Sedeangkan tahap kedua (II) seluas 5 (lima) hektar yaitu Varietas Inpara 10,
Inpago 11, Inpari 32, Inpari 42 dan Inpari 43 .
Varietas Inpara 10 hanya menghasilkan 93 kg GKG (gabah berwarna hitam dan
tidak layak benih) yang disebabkan serangan hama burung, walang sangit dan
kepik yang populasi hamanya cukup besar. Beberapa penyebab bahwa Inpara 10
ini mendapat serangan berat dari hama burung, kepik dan walang sangit adalah
dimulai pada minggu ke tiga bulan Oktober (10 hari menjelang panen)
dikarenakan tanaman disekitar sudah panen semua, sementara Inpara 10 ini
termasuk varietas yang berumur agak panjang dibandingkan dengan keempat
vareitas lainnya (Inpago 11, Inpari 32, Inpari 42 dan Inpari 43). dihentikannya
pekerja yang menjaga burung karena dianggap sudah kurang efektif dan
ditambah kondisi hujan yang turun hampir setiap hari Varietas Inpara 10 yang
tergolong sangat berat sehingga menyebabkan puso ini karena diareal sekitar
sudah tidak ada lagi pertanaman karena sudah dipanen. Hasil uji sertifikasi benih
sebanyak 2.040 kg, sedangkan sekitar 3000 kg benih tidak lolos sertifikasi.
46
Pendistribusian benih dari kegiatan produksi benih sebar padi pada TM II tahun
2018 di Kabupaten Siak dan Rokan Hulu yang telah didistribusikan benihnya
sebanyak empat varietas yaitu ; Logawa, Inpara 10, Inpago Unsoed.1 dan Inpari
32 dengan total jumlahnya sebanyak 10.675 kg pada tahun 2019 keberbagai
daerah di Provinsi Riau.
3.1.2. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2019 dengan Target Renstra
Hasil evaluasi pengukuran capaian kinerja BPTP Riau tahun 2019 dengan
target renstra dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengukuran Capaian Kinerja TA 2019 dengan Target Renstra
Sasaran Indikator Kinerja
Kegiatan
Target
Renstra 2019
Capaian 2019
Tersedianya inovasi pertanian
unggul spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik
lokasi 2 teknologi 4 Teknologi
Adanya sinergi operasional serta
terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Jumlah model -model
Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri
spesifik lokasi 2 model 1 model
Terdisiminasinya inovasi
pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya
umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian
unggul spesifik lokasi
Jumlah teknologi yang
didiseminasikan ke pengguna
3 teknologi 13 Teknologi
Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan
mendukung percepatan
pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik
lokasi
Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung
empat sukses
Kementerian Pertanian. 1
rekomendasi
2
rekomendasi
Terjalinnya kerjasama nasional
dan internasional di bidang
pengkajian, diseminasi, dan pendayagunaan inovasi pertanian
Jumlah sinergi
operasional pengkajian
dan pengembangan inovasi pertanian unggul
spesifik lokasi
1 kerjasama 2 kerjasama
Beberapa sasaran mengalami peningkatan dari target renstra tahun 2019
yang sudah ditetapkan, tetapi sasaran adanya sinergi operasional serta
terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul
47
spesifik lokasi tidak mencapai target yang sudah ditentukan. Hal ini
dikarenakan……
Pada tahun 2019 terdapat penambahan sasaran strategis yang
mendukung program penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bio industri
berkelanjutan antara lain ; Terdokumentasinya Sumber Daya Genetik,
tersedianya dukungan inovasi teknologi di daerah perbatasan, tersedianya
dukungan inovasi teknologi untuk peningkatan IP kawasan pertanian,
meningkatnya komunikasi koordinasi dan diseminasi hasil inovasi teknologi
Balitbangtan dan tersedianya benih untuk percepatan diseminasi VUB.
3.1.3. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi
BPTP Riau tahun 2019 secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah
mencapai keberhasilan sebagaimana telah ditetapkan pada perjanjian kinerja
pada tahun 2019. Dalam pencapaian indikator kinerja pada tahun 2019
khususnya pada tersedianya benih sumber ada mengalami kendala tidak
mencapai target yang telah ditetapkan yang disebabkan karena musibah banjir
yang menggenangi lahan produksi, sehingga menyebabkan tanaman mati
(puso). Selama tahun 2019 keberhasilan yang dicapaian oleh BPTP Riau antara
lain disebabkan oleh kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang
tepat waktu; intensifnya kegiatan pertemuan masing-masing tim
penanggungjawab; dan sumbangsih substansi teknis dari para narasumber
dalam forum seminar proposal dan pertemuan lainnya.
Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan oleh BPTP Riau kedepannya
adalah dengan Memilih lokasi yang tepat, bebas banjir dan mengatur jadwal
tanam berdasarkan prediksi curah hujan dai BMKG.
3.2. Akuntabilitas Keuangan
Dalam menjalankan tupoksinya, BPTP Riau didukung oleh sumber
dana utama yang berasal dari dana APBN yang tertera dalam DIPA BPTP
Riau dengan alokasi dana sebesar Rp. 12.892.058.000 yang digunakan untuk
membiayai program utama Balai yang dilaksanakan pada tahun 2019 yaitu
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan.
48
3.2.1. Realisasi Keuangan
Jumlah anggaran yang terserap yaitu sebesar Rp. 12.678.984.083 atau
98,35%. Pagu dan realisasi anggaran Tahun 2019 berdasarkan jenis belanja
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Belanja TA. 2019
No Uraian Pagu (Rp)
Realisasi (Rp)
Sisa (Rp)
Realisasi (% )
1 Pegawai 5.240.386.000 5.157.606.744 82.779.256 98,42
2 Barang 5.823.402.000 5.753.944.539 69.457.461 98,81
3 Modal 1.828.270.000 1.767.432.800 60.837.200 96,67
Total 12.892.058.000 12.678.984.083 213.073.917 98,35
3.2.2. Pengelolaan PNBP
Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) selama tahun 2019 sebesar
Rp. 90.038.616,- atau mencapai 28.71 % diatas pagu target yang telah
ditentukan pada TA 2019 sebesar Rp. 46.695.000.-
49
IV. PENUTUP
4.1. Ringkasan Capaian Kinerja
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja
menunjukkan bahwa kinerja penelitian dan pengkajian BPTP Riau dan sasaran
kumulatif tahun 2019 telah dicapai dengan “Sangat Baik” dengan skor
131,47%, namun beberapa kegiatan masih belum optimal. Capaian indikator
kinerja kegiatan penelitian BPTP tahun 2019 umumnya telah terealisasi sesuai
target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan
yang direncanakan telah dapat dilaksanakan dengan baik. Demikian pula dengan
capaian sasaran kumulatif BPTP Riau dalam tahun 2019, baik yang mencakup
keluaran kegiatan penelitian maupun kegiatan diseminasi teknologi dan
kerjasama penelitian juga menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini terlihat dari
realisasi capaian dan target yang telah ditetapkan. Beberapa sasaran telah
melebihi target yaitu tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi dan
terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Hasil evaluasi dan analisis terhadap capaian kinerja Satker BPTP Riau
tahun 2019 Jumlah anggaran BPTP Riau pada TA. 2019 adalah 12.892.058.000
yang terserap yaitu sebesar Rp. 12.678.984.083 atau 98.35%.
4.2. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja
Untuk meningkatkan kinerja maka langkah-langkah yang bisa dilakukan
antara lain :
1. Memilih lokasi yang tepat, bebas banjir dan mengatur jadwal tanam
berdasarkan prediksi curah hujan dai BMKG
2. penggunaan teknik budidaya yang tepat, penggunaan teknologi
terbaru dan penggunaan input yang berkualitas
50
LAMPIRAN
1. Kajian Formulasi Pakan Ternak Berbasis Sumber Daya Lokal
2. Perakitan Teknologi Budidaya Jagung Toleran Genangan Spesifik Lokasi a. Perakitan Teknologi jagung Toleran Genangan Spesifik Lokasi Lahan
Pasang Surut
b. Perakitan Teknologi Jagung di Lahan Gambut
51
c. Adaptasi Varietas Unggul Baru dan Galur Harapan Jagung
3. Dokumentasi Pameran, Diseminasi Hasil Litkaji, dan Publikasi Inovasi Pertanian
4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Peternakan
5. Pendampingan Kawasan Perkebunan
52
6. Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura
7. Tagrimart dan OPAL
8. Pendampingan Gerakan Petani Milenial
9. Pendampingan Upaya-Upaya Khusus Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditas Strategis dan SAPIRA
53
10. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Komoditas Pepaya
11. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Komoditas Kelapa Dalam
12. Pendampingan UPSUS SIWAB di Provinsi Riau
13. Unit Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga
54
14. Unit Inti Plasma Pembibitan Ayam Skala Rumah Tangga di Provinsi Riau
15. Pengembangan Ayam KUB pada Sentra Pakan Berbasiskan Sumberdaya Lokal di Provinsi Riau
16. Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian
17. Model Pertanian Bioindustri Terpadu Sawit-Sapi Di Provinsi Riau
55
18. Sumber Daya Genetik (SDG)
19. Pengembangan Model Lumbung Pangan di Wilayah Perbatasan
20. Peningkatan komunikasi, koordinasi dan diseminasi hasil inovasi teknologi badan litbang pertanian a. Peningkatan Kapasitas Penyuluh Daerah
b. Singkronisasi Materi Hasil Litkaji dan Program Penyuluhan Pusat dan Daerah
56
c. Kaji Terap Inovasi Pertanian
21. Pemberdayaan Kebun Percobaan Siak Hulu dan Sei Mandau di Riau
22. Singkronisasi Kegiatan Satker
23. Kerjasama Pengkajian Teknologi Pertanian
57
24. Pengembangan Pola Tanam Mendukung Peningkatan IP
25. Produksi Benih Sebar Padi