Transcript

Pikiran Rakyat .UNPAD(XNDN UNPAD

r:co Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 0 Sabtu 0 Minggu

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16.__ ~~211!!'::0_21. 2:2 2_3. 2~ .!5__..~~._.2._7_~2_8_----:2::-9 __ .3_0-=--_3_'o Mar 0Apr 0Me! • Jun 0Jul 0 Ags 0Sep 0 Okt 0Nov 0Des

Berdayakan RPH'!Oleh ROCHADI TAWAF

H EBOH berkepan-jangan akibat pena-yangan kekejaman

rumah potong hewan (RPH)di Indonesia oleh 1V ABCpa-da acara "Four Corners" (Se-nin, 30/5/2011) dibuktikanoleh maraknya berita headlinedi koran-koran dan mediaelektronik di negeri kanguruyang menganggap bahwaorang-orang Indonesia sangat"bengis dan sadis" serta tidaklagi memiliki nonna kesejah-teraan ternak (animal wel-fare) dalam memperlakukanternak di RPH. Demikianjugaterjadi di harian ini, beritatersebut telah menjadi beritautama dalam beberapa ming-gu terakhir ini.Secara logika aka! sehat, se-

harusnya tayangan tersebuttidak mungkin terjadi di RPHIndonesia yang religius danmemiliki konsep ASUH(aman, sehat, utuh, dan halal)dalam pernotongan ternak.Namun, faktanya kebengisanyang terjadi tidak terbantah-kan ditunjukkan dalam tayan-gan itu.Akibatnya, pemerintah Aus-

tralia secara resmi mengu-mumkan embargo atas RPHdi Indonesia yang "kebiada-bannya" terekam dalam ta-yangan tersebut. Sementaraberbagai pendapat di Australia

menyatakan bahwa hal ini me-rupakan bagian dari pembela-jaran, sekaligus upaya menye-lamatkan "citra" Australia se-bagai negara yang menghor-mati "kesejahteraan ternak" dimatadunia. .Dampak dari tayangan ter-

sebut, telah menarik perhatiankepala negara RI yang kemu-dian memberikan arahanlangkah yang harus dilakukanantara lain; mengenai peng-aturan permintaan dan pe-nawaran, stok, harga, roadmap akan daging sapi, pene-lusuran kebenaran tayangantersebut, dan upaya menjun-jung tinggi kesejahteraan ter-nak.Kasus seperti ini telah terja-

di pula di Mesir, pada 2006,sehingga Mesir diembargoatas kasus ini oleh Australiasampai dengan 2009. Padasaat itu, Mesir tidak melawandan tunduk terhadap keingin-an Australia dalam mene-gakkan "kesejahteraan he-wan". Sejak kejadian tersebut,pemerintah Mesir mulai mem-berlakukan dan menegakkan"kesejahteraan hewan" dalambisnisnya.Kawalan yang dilakukan

oleh Australia yaitu denganmengharuskan data setiap sapiimpor yang masuk ke Mesirterekam dalam National Live-stock Identification System(NLIS). Sapi impor dari Aus-tralia kemudian diberi penan-da elektronik di telinganya, ke-mudian dipindai sehinggaterdaftar dalam sistem kom-puter. Dengan cara ini, ek-sportir di Australia bisa me-mastikan tak ada sapi dariAustralia yang dibawa keluardari kawasan yang sudah di-tentukan (Black Horse, 2011)sehingga kekejaman dankebengisan di RPH tidak akanterjadi lagi.Bagaimana dengan Indone-

sia? Penulis berkeyakinan,

Australia akan mengambil ke-bijakan yang sama atas kejadi-an ini dengan kebijakan yangpernah dilakukannya terhadapMesir. Indikasi ini tampakdengan diturunkannya tim in-dependen dari Australia dalambeberapa minggu ini untukmembahas masalah tersebutdi Indonesia. Sebenarnya, ke-bijakan embargo' ekspor sapiatas Indonesia telah menuaikontroversi di Australiasendiri. Pasalnya, bisnis yangmenghasilkan devisa yang be-sar bagi Australia ini telah ber-akibat terhadap kerugian danmenimbulkan pengangguranbesar-besaran bagi peternaksapi potong di kawasan North-ern Territory, Queensland, danWestern Australia.

Agrobisnis sapi potongSelamtt:iJti. agmbisnis sapi

potong dipisahkan oleh sekat-sekat offfarm I, onfarm , danoff farm 11.Off farm I adalahsarana praproduksi yang men-dukung budi daya sepertipakan, obat-obatan, alat danmesin, serta sarana perbibitan.Sedangkan onfarm adalah ak-tivitas budi daya mulai daribreeding, rearing, danfeedlot.Selanjutnya, di off farm 11adalah pascaproduksi mulaidari pemotongan (RPH), pro-cessing, dan pemasaran.Dalam sistem agrobisnis

sapi potong, perlu dilakukanperubahan yang secara prinsipmembagi dua on farm, yaitudengan memindahkan saranaperbibitan ke on farm I(sarana bibit, perbibitan, danrearing) dan memindahkanRPH ke on farm 11 (pengge-mukan dan pemotongan atauRPH). Perubahan berdasarkansistem agribisnis ini akanberdampak terhadap luaranproduk yang dihasilkan olehbudidaya adalah daging. Padakasus ini, usaha penggemukansapi potong yang dilakukandengan teknologi budidayayang canggih tidak akandirusak oleh sistem RPH yangtidak bertanggung jawab.

Kliping Humas Onpad 2011

Artinya, luaran hasil industriini berupa daging berkualitas.Sebenarnya, implementasioperasionalnya telah di-lakukan oleh Kementrian Per-tanian yang memindahkangarapan RPH yang semula diDirektorat Jenderal P2HP kinidi Direktorat J enderal Peter-nakan. Secara lebih spesifikbisa diterjemahkan bahwapara peternak penggemukan(feedloter) akan bertanggungjawab terhadap kualitas dag-ing yang dihasilkannya. Olehkarena itu, inisiatif operasion-al pembenahan atau pene-gakkan kesejahteraan ternakberada dan menjadi tanggungjawab para peternak pengge-mukan (feedloter), tidak lagidilepas ke pihak lainnya.Kebijakan ini, secara opera-

sioal memberikan keleluasaankepada para peternak pengge-mukan untuk secara otomatisdapat membangun RPHsekaligus menegakkan kese-jahteraan temak, tanpa prose-dur baru untuk mendapatkanizin membangun RPH. Kebi-jakan ini merupakan alternatifterbaik karena akan secaracepat mampu merubah polaperilaku pemotongan sesuaidengan konsep ASUH yang"halal dan toyib".

PembenahanAtas kasus yang terjadi terse-

but, sebenarnya pemerintahdan para pelaku bisnis tidakperlu khawatir, apabila kitamampu memberdayakan RPHdi negeri ini. Selain itu, kitaharus membenahi secara tekniskondisi RPH yang ada sesuaidengan Peraturan Menteri Per-tanian Nomor 381/Kpts-/OT.140/1O/2005 tentang Pe-doman Sertifikasi Kontrol Ve-teriner, dan Peraturan MenteriPertanian Nomor 13/Permen-tan/OT.140/1/201O tentangPersyaratan Rumah PotongHewan Ruminansia dan UnitPenanganan Daging. •Sebenarnya RPH memiliki

fungsi utama melindungi kon-sumen terhadap kehalalan ter-

nak yang dipotong dan menja-ga kualitas daging yang di-hasilkan. Kedua fungsi utamatersebut, pada saat ini sudahterabaikan. Para pengnsahabaru berpikir sederhana, asalhalal disembelih menurutsyariat Islam. Padahal haruslebih dari itu bahwa proses pe-motongan memerlukan waktuistirahat yang cukup, per-lakuan pada pemotongantidak boleh "dilakukan ~nyik-saan".Seharusnya temak sebelum

dipotong harus dalam keadaanistirahat, dimandikan, dandipotong pada keadaan tenangsehingga proses keteganganotot dapat dihindarkan. Reali-tanya, hampir di semua RPHtidak memiliki infrastrukturyang dibutuhkannya sehinggaapa yang ditayangkan di acara"Four Corners" TV ABC me-mang benar terjadi. Pemerin-tah seharusnya melengkapiseluruh infrastruktur RPHyang sesuai dengan aturan. Ji-ka pemerintah dapat mere-konstruksi ulang seluruh RPHyang ada secara fisik, rasa-rasanya embargo perdaganganternak oleh Australia terhadapIndonesia akan segera di-cabut.***

Penulis, dosen FakultasPeternakan Universitas Pa-djadjaran, Ketua tPB [SP!.

1-


Top Related