BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.231, 2015 PERATURAN BERSAMA. Teroris. Identitas. Orang. Korporasi. Pencantuman.
PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
NOMOR 01/PB/MA/II/2015
NOMOR 03 TAHUN 2015
NOMOR 1 TAHUN 2015
NOMOR B.66/K.BNPT/2/2015
NOMOR 01/1.02/PPATK/2/15
TENTANG
PENCANTUMAN IDENTITAS ORANG DAN KORPORASI DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS DAN PEMBLOKIRAN SECARA SERTA MERTA ATAS DANA MILIK ORANG ATAU KORPORASI
YANG TERCANTUM DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,
2015, No.231 2
Menimbang : a. bahwa upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi ancaman tindak pidana terorisme dan aktivitas yang mendukung terjadinya aksi terorisme;
b. bahwa salah satu bentuk upaya pencegahan tindak pidana pendanaan terorisme yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme dilakukan melalui pencantuman identitas orang dan korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan pemblokiran secara serta merta atas dana milik orang atau korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;
c. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme belum mengatur secara rinci mengenai tata cara pencantuman identitas orang dan korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan pemblokiran secara serta merta atas dana milik orang atau korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;
d. bahwa sumber pencantuman identitas orang atau korporasi ke dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris berasal dari Pemerintah Republik Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pencantuman Identitas Orang dan Korporasi Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris, dan Pemblokiran Secara Serta Merta Atas Dana Milik Orang atau Korporasi yang Tercantum Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris;
Mengingat : Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406);
2015, No.231 3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENCANTUMAN IDENTITAS ORANG DAN KORPORASI DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS, DAN PEMBLOKIRAN SECARA SERTA MERTA ATAS DANA MILIK ORANG ATAU KORPORASI YANG TERCANTUM DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS.
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:
1. Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam rangka menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris.
2. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
3. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
4. Dana adalah semua aset atau benda bergerak atau tidak bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang diperoleh dengan cara apa pun dan dalam bentuk apa pun, termasuk dalam format digital atau elektronik, alat bukti kepemilikan, atau keterkaitan dengan semua aset atau benda tersebut, termasuk tetapi tidak terbatas pada kredit bank, cek perjalanan, cek yang dikeluarkan oleh bank, perintah pengiriman uang, saham, sekuritas, obligasi, bank draf, dan surat pengakuan utang.
5. Pemblokiran adalah tindakan mencegah pentransferan, pengubahan bentuk, penukaran, penempatan, pembagian, perpindahan, atau pergerakan Dana untuk jangka waktu tertentu.
6. Penyedia Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat PJK adalah Setiap Orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangan, baik secara formal maupun nonformal.
2015, No.231 4
7. Lembaga Pengawas dan Pengatur adalah lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan, pengaturan, dan/atau pengenaan sanksi terhadap PJK.
Pasal 2
Peraturan Bersama ini bertujuan untuk:
a. mewujudkan koordinasi dan kerja sama yang optimal antar instansi terkait dalam pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;
b. meningkatkan efisiensi waktu penetapan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan efektivitas Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris; dan
c. memberikan petunjuk teknis bagi instansi terkait dalam pelaksanaan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
Pasal 3
(1) Ruang lingkup Peraturan Bersama ini meliputi:
a. pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;
b. perpanjangan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris; dan
c. penghapusan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
(2) Identitas orang dan Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c bersumber dari Pemerintah Republik Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 4
(1) Pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) disertai dengan Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
(2) Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris
2015, No.231 5
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap semua Dana yang dimiliki atau dikuasai, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh orang atau Korporasi berdasarkan daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
(3) Dana yang dimiliki atau dikuasai, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi Dana yang secara nyata dikendalikan oleh orang atau Korporasi yang ada dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris atau dikendalikan oleh orang lain atas nama orang atau Korporasi yang ada dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
Pasal 5
(1) Setiap instansi terkait harus melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Pemblokiran secara serta merta oleh PJK atau instansi berwenang.
(2) Dalam hal instansi terkait yang berwenang menemukan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan Pemblokiran secara serta merta, instansi terkait mengenakan sanksi sesuai dengan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Permohonan pengecualian Pemblokiran atas Dana untuk pengeluaran dasar dan luar biasa yang diajukan oleh orang atau Korporasi yang namanya tercantum dalam daftar Perserikatan Bangsa-Bangsa, diajukan dan mendapatkan pertimbangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 7
(1) Setiap instansi terkait harus mempedomani petunjuk teknis mengenai tata cara pengajuan pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bersama ini.
(2) Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;
b. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
c. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia;
d. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;
e. Badan Intelijen Negara;
f. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; dan
g. Lembaga Pengawas dan Pengatur.
2015, No.231 6
(3) Pengajuan pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;
b. Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;
c. perpanjangan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris; dan
d. penghapusan pencantuman identitas orang atau Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
(4) Pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a bersumber dari:
a. Pemerintah Republik Indonesia; dan
b. Perserikatan Bangsa-Bangsa.
(5) Pencantuman atau pembaruan pencantuman yang bersumber dari Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, dapat berasal dari laporan hasil penyelidikan yang memberikan alasan yang cukup untuk pencantuman.
(6) Penghapusan pencantuman identitas orang atau Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d dilakukan atas dasar:
a. telah melampaui jangka waktu pencantuman identitas orang atau Korporasi;
b. keberatan yang diajukan oleh Setiap Orang;
c. permintaan Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
d. alasan demi hukum.
(7) Ketentuan mengenai petunjuk teknis pencantuman atau pembaruan pencantuman, perpanjangan, penghapusan, dan Pemblokiran secara serta merta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
2015, No.231 7
Pasal 8
(1) Setiap instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) bertanggung jawab atas tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bersama ini.
(2) Setiap instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) harus melakukan koordinasi dalam pelaksanaan pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris.
(3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan baik secara elektronis maupun nonelektronis.
(4) Koordinasi secara elektronis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui media komunikasi berupa surat elektronik yang terenkripsi.
Pasal 9
(1) Pelaksanaan koordinasi dalam rangka pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh pimpinan masing-masing instansi terkait.
(2) Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.
Pasal 10
Pelaksanaan Peraturan Bersama ini dapat dievaluasi berdasarkan kesepakatan bersama.
Pasal 11
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
2015, No.231 8
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Februari 2015 KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MUHAMMAD HATTA ALI
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, SAUD USMAN NASUTION
A.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WAKIL KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, BADRODIN HAITI
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, SAUD USMAN NASUTION
Diundangkan di Jakarta, pada tanggal 11 Februari 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY
2015, No.231 9
LAMPIRAN I
PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN
KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
NOMOR: 01/PB/MA/II/2015
NOMOR: 03 TAHUN 2015
NOMOR: 1 TAHUN 2015
NOMOR: B.66/K.BNPT/2/2015
NOMOR: PER-01/1.02/PPATK/02/15
TENTANG
PENCANTUMAN IDENTITAS ORANG DAN KORPORASI DALAM DAFTAR
TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS DAN PEMBLOKIRAN SECARA
SERTA MERTA ATAS DANA MILIK ORANG ATAU KORPORASI YANG
TERCANTUM DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS
PETUNJUK TEKNIS PENCANTUMAN ATAU PEMBARUAN PENCANTUMAN,
PERPANJANGAN, PENGHAPUSAN, DAN PEMBLOKIRAN SECARA SERTA MERTA
2015, No.231 10
2015, No.231 11
2015, No.231 12
2015, No.231 13
2015, No.231 14
2015, No.231 15
2015, No.231 16
2015, No.231 17
2015, No.231 18
2015, No.231 19
2015, No.231 20
2015, No.231 21
2015, No.231 22
2015, No.231 23
2015, No.231 24
2015, No.231 25
2015, No.231 26
2015, No.231 27
2015, No.231 28
2015, No.231 29
2015, No.231 30
2015, No.231 31
2015, No.231 32
2015, No.231 33
2015, No.231 34
2015, No.231 35
2015, No.231 36
2015, No.231 37
2015, No.231 38
2015, No.231 39
2015, No.231 40
LAMPIRAN II
PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN
KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
NOMOR :
01/PB/MA/II/2015
03 TAHUN 2015
1 TAHUN 2015
B.66/K.BNPT/2/2015
PER-01/1.02/PPATK/02/15
TENTANG
PENCANTUMAN IDENTITAS ORANG DAN KORPORASI DALAM
DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS
DAN
PEMBLOKIRAN SECARA SERTA MERTA ATAS DANA MILIK ORANG ATAU
KORPORASI YANG TERCANTUM DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN
ORGANISASI TERORIS
PEJABAT PELAKSANA KOORDINASI
Ketua : Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan
Wakil Ketua : Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal, Kepolisian
Negara Republik Indonesia
Anggota : 1. Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan
Senjata, Direktorat Jenderal Multilateral
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
2. Direktur Perjanjian Politik, Keamanan, dan
Wilayah, Direktorat Jenderal Hukum dan
Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri
2015, No.231 41
Republik Indonesia
3. Kepala Divisi Hukum, Kepolisian Negara Republik
Indonesia
4. Direktur Tindak Pidana Khusus, Badan Reserse
Kriminal, Kepolisian Negara Republik Indonesia
5. Kepala Detasemen 88, Kepolisian Negara Republik
Indonesia
6. Direktur Perdata, Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia
7. Direktur Lintas Batas dan Kerjasama Luar Negeri,
Direktorat Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
8. Direktur Penegakan Hukum, Kedeputian Bidang
Penindakan Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme
9. Direktur Eksekutif Kebijakan Sistem Pembayaran,
Bank Indonesia
10. Asisten Deputi Koordinasi Hubungan Multilateral,
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Republik Indonesia.
11. Advisor Senior Bidang Kajian Governance dan
Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang,
Bidang Audit Internal, Manajemen Risiko dan
Pengendalian Kualitas, Otoritas Jasa Keuangan
12. Direktur 3.2, Badan Intelijen Negara
13. Direktur Kerjasama dan Hubungan Masyarakat,
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
14. Direktur Hukum, Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan
2015, No.231 42
KETUA MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA,
MUHAMMAD HATTA ALI
MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA,
RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI
A.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
WAKIL KEPALA KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
BADRODIN HAITI
KEPALA BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN TERORISME,
SAUD USMAN NASUTION
KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN
ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,
MUHAMMAD YUSUF