Transcript
Page 1: BERLOMBA lomba dlm kebaikan.doc

BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN (Al Mubâdarah Ila Al-Khairât)

Firman Allah SWT yang artinya:” Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.Yang demikian itu itu adalah karunia yang amat besar”. (QS. 35:32)

Dari ayat ini kita dapat mengidentifikasi dua hal, yaitu:

1. Umat Islam merupakan umat pilihan Allâh SWT baik secara fardiyah (personal) maupun jama`ah (Komunitas).

Pada hakikatnya Allâh SWT mewariskan Kitabullah yang mulia ini kepada hamba-hamba pilihan Allâh SWT singkatnya setiap individu muslim merupakan hamba terpilih untuk diamanatkan al-Qur`?n kepadanya, sedang selain muslim maka ia bukanlah hamba pilihan. Hal ini lebih dipertegas dalam firman-Nya:

Dan `Izzah itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (QS. 63:8).

Sebagai umat pilihan lebih tegasnya dalam surat Al-Imran, ayat 110; Allâh SWT berfirman:

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. 3:110).

2. Kaum muslimin terbagi menjadi 3 golongan.

A. Kelompok Zhâlimun Linafsihi (Zalim terhadap dirinya sendiri). Kelompok pertama ini adalah kelompok yang sikapnya kontradiktif (bertentangan) dengan al-Qur`an.

B. Kelompok Muqtashid (Pertengahan).

C. Kelompok Sâbiqun Bil Khairât (Orang yang berlomba dalam kebaikan).

Semangat Al-Mubâdarah Ilal Khairât (berlomba-lomba dalam kebaikan) yang terdapat dalam diri seorang mukmin merupakan cerminan lahiriah dari kesungguhan keimanannya kepada Allâh SWT dan hari akhirat. Atau dengan kata lain, seberapa jauh semangat berlomba dalam kebaikan yang dimiliki seseorang maka sejauh itulah kesungguhan keimanannya kepada Allâh SWT. dan hari akhirat. Keyakinan kepada Allâh SWT dan hari Akhirat inilah yang pada akhirnya mendorong Rasûlullâh SAW, seorang yang ma`shum, melakukan shalat malam sampai bengkak kedua tumitnya, sehingga Beliau SAW ditanya:

"Mengapa anda memaksa diri begini? Padahal Allâh SWT telah mengampuni segala dosa anda, baik yang telah lalu maupun yang akan datang." Jawab Rasûlullâh SAW "Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba Allâh yang bersyukur?". (H.R. Muslim dari Al-Mughîrah bin Sya`bah).

Dan semangat Al-Mubâdarah Ilal Khairât merasuki jiwa-jiwa sahabat. Sebagai bukti pernah suatu ketika sekelompok shahabat ra. datang kepada Rasûlullâh SAW untuk menyampaikan keluhannya:

Dari Abû Dzar r.a. katanya beberapa orang sahabat Nabî SAW pernah berkata kepada beliau, "Kaum hartawan dapat memperoleh pahala yang lebih banyak. Mereka shalat seperti kami shalat, puasa seperti kami puasa, dan bersedekah dengan kelebihan harta mereka." Nabî SAW menjawab : "Bukankah Allâh saw telah menjadikan berbagai macam cara untuk kamu bersedekah? Setiap kalimat

Page 2: BERLOMBA lomba dlm kebaikan.doc

tasbih adalah sedekah; setiap kalimat takbir adalah sedekah; setiap kalimat tahmid adalah sedekah; setiap kalimat tahlil adalah sedekah; amar ma`ruf dan nahyi mungkar (mengajak kepada kebajikan dan melarang kepada yang mungkar) adalah sedekah; bahkan pada kemaluanmu pun terdapat pula unsur sedekah." Tanya mereka, "Ya Rasulullah, apakah jika salah seorang dari kami memuaskan hawa nafsu (kepada istrinya) maka dengan perbuatan itu ia mendapat pahala. Jawab Rasûlullâh SAW " bukankah kalau ia melakukannya pada sesuatu yang haram (selain istrinya) maka ia akan mendapatkan dosa? Begitu pula jika ia melakukannya pada yang dihalalkan (istri) maka ia berhak mendapatkan pahala." (H.R. Muslim).

Dari sini kita dapat melihat bagaimana para sahabat dari kalangan yang kurang mampu berusaha untuk mencari jalan agar tetap dapat berlomba dengan para sahabat lainnya yang dikaruniakan kelebihan harta.

Belum lagi kisah sahabat Rasûlullâh SAW yang mulia, Abdurrahman bin Auf r.a. dikisahkan suatu hari kafilah dagang beliau itu memasuki Madinah, terdiri dari 700 kendaraan, mengangkut makanan, barang-barang dan segala apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Saat kafilah itu masuk Madinah, begitu besarnya kafilah beliau sampai-sampai bergetarlah bumi dengan hebatnya, sehingga menimbulkan suara gemuruh dan kebisingan. 'Aisyah ra. pun bertanya: "Getaran apakah ini?", dikatakan kepadanya: "Ini adalah kafilah Abdurrahman bin Auf, sebanyak 700 unta membawa gandum, tepung dan makanan. 'Aisyah ra. berkata:"Semoga Allâh SWT memberkatinya di dunia atas apa yang telah ia sumbangkan, dan pahala akhirat itu jauh lebih besar. Aku telah mendengar Rasûlullâh SAW bersabda:"Abdurrahman bin Auf akan masuk surga dalam keadaan merangkak".Sebelum untanya berlutut, tatkala berita gembira dari Umul Mukminin sampai ke telinganya, bahwa dirinya akan masuk surga, dia langsung berlari menuju 'Aisyah ra., seraya berkata: "Ibunda, apakah engkau sendiri yang mendengarnya dari Rasûlullâh SAW? 'Aisyah ra. menjawab: "Benar". Abdurrahman ra. langsung meloncat kegirangan, lantas berkata: "Bila aku sanggup, aku akan memasukinya dalam keadaan berdiri. Wahai ibunda, aku bersaksi kepadamu, bahwa unta-unta ini beserta muatannya, seluruhnya kuserahkan untuk keperluan di jalan Allâh SWT. Semenjak hari yang indah itu, Abdurrahman r.a. semakin giat mengumpulkan harta dan meyumbangkannya.

Itulah fakta sejarah yang mengambarkan betapa semangat Al-Mubâdarah Ilal Khairât telah merasuki jiwa-jiwa para sahabat, sehingga kita dapati dalam beberapa hadîts pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para sahabat kepada Rasûlullâh SAW mengenai aulawiyâtil a`mâl (amal-amal unggulan), seperti:

Dari 'Aisyah ra. bahwa Rasûlullâh SAW pernah ditanya: "Amalan apa yang paling disukai Allâh SWT ", Beliau menjawab: "Amalan yang kontinyu (langgeng) walaupun sedikit." (H.R. Muslim).

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. ia berkata:

"Ada salah seorang sahabat Rasûlullâh SAW yang berjalan melewati suatu tempat yang memiliki sumber mata air tawar kecil, dan dia merasa kagum kepadanya, kemudian berkata, "Seandainya aku dapat mengucilkan diri dari manusia kemudian tinggal di tempat ini! (yakni untuk beribadah). Namun, aku tidak akan melakukannya sebelum aku meminta izin terlebih dahulu kepada Rasûlullâh SAW. Kemudian ia menceritakannya kepada Rasûlullâh SAW, dan beliau bersabda: "Jangan engkau lakukan, karena sesungguhnya keikutsertaan kamu dalam perjuangan di jalan Allâh SWT adalah lebih utama daripada shalat selama 70 tahun. Tidakkah kamu senang apabila Allâh SWT . mengampuni dosamu, dan memasukkanmu ke surga. Berjuanglah di jalan Allâh SWT Barangsiapa yang menyisingkan lengan baju untuk berjuang di jalan Allâh SWT maka wajib baginya surga." (H.R. At-Tirmidzî, hadîts hasan)

Semoga kita termasuk kelompok yang senantiasa bersemangat dalam mengisi hidup dengan amal shalih. Amiin.


Top Related