BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.)
KARYA ILMIAH
Oleh
AFIFI RAHMADETIASSANI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2013
BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.)
Karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan MATA KULIAH SEMINAR
Oleh
Afifi Rahmadetiassani 083112620150008
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2013
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL Karya Ilmiah, Jakarta, Februari 2013 Afifi Rahmadetiassani Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.) x + 30 halaman, 1 tabel dan 8 gambar
Indonesia memiliki kekayaan jenis kupu-kupu dan nilai endemisitas tertinggi di dunia. Kupu-kupu memiliki peran yang penting dalam ekosistem, yaitu sebagai polinator, bioindikator lingkungan, bahan makan, objek wisata dan ojek studi serta diperjual belikan di pasar regional dan internasioanl untuk dijadikan koleksi.
Salah satu kupu-kupu yang memiliki permintaan pasar yang tinggi adalah kupu-kupu raja helena (Troides helena L.). Jenis ini banyak diperjual belikan karena memiliki warna yang indah, menarik dan memiliki nilai estetika. Eksploitasi yang berlebihan dapat berdampak terhadap kelestariannya. Saat ini, jenis ini dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan termasuk kategori Appendiks II CITES.
Upaya konservasi yang diperlukan untuk melestarikan populasi kupu-kupu raja helena dengan menggunakan prinsip perlindungan (save), penelitian (study), dan pemanfaatan (use). Pada penerapannya, upaya perlindungan dilakukan scara in-situ seperti pada TN. Bantimurung Bulungsaraung dan secara ex-situ pada Museum Kupu TMII.
Daftar bacaan: 56 (1973 -2013).
Judul Karya Ilmiah : BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-
KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.)
Nama Mahasiswa : Afifi Rahmadetiassani Nomor Pokok : 083112620150008
Menyetujui
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Hasni Ruslan, dra. MSi Tatang Mitra Setia, drs. MSi
Dekan
Imran S. L. Tobing, drs. MSi
Tanggal Lulus : 1 Februari 2013
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini. Tulisan yang bersifat telaah pustaka ini disusun guna untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah Seminar pada Fakultas Biologi Universitas
Nasional.
Dengan tersusunnya karya ilmiah yang berjudul Bioekologi dan Strategi
Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.), pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dra. Hasni Ruslan, MSi sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan
saran, bimbingannya dan dukungan kepada penulis hingga tersusunnya karya
ilmiah.
2. Drs. Tatang Mitra Setia, MSi sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan
saran, bimbingan dan dukungannya kepada penulis hingga tersusunnya karya
ilmiah.
3. Drs. Imran. S. L. Tobing, MSi selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas
Nasional.
vi
4. Dra. Ikhsan Matondang, MSi sebagai Pembimbing Akademik Angkatan 2008
yang telah memberikan semangat dan bimbingannya dalam penulisan karya
ilmiah.
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Biologi Universitas Nasional yang telah banyak
memberi dorongan serta dukungan kepada penulis.
6. Untuk kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang terus memberikan
motivasi, semangat dan juga dukungannya baik moril maupun materil, serta
kesabarannya dan juga ketulusan dalam setiap doanya.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008: Zulfikar S.Si., Marlia, Fajar, Devi,
Joandini, Angga, There, Tenno, Rika, Akbar, Anita, Dita, Hamdani, Nur, Arfan,
Kiki, dan Dera yang selalu memberikan semangat, saran, kekompakan yang tidak
bakal terlupakan selama perkuliahan.
8. M. Arif Rifqi, S.Si. sahabat dekatku yang selalu memberikan semangat dan
masukan-masukan yang bermanfaat untuk penulisan karya ilmiah.
9. Teman-teman BSO KSPL “Chelonia”, BBC, JBS, KKI, WWF, IWP, TRASHI,
PP-IPTEK yang memberikan persahabatan, semangat, kreativitas dan ilmu-ilmu
selama ini.
10. Alumni dan teman-teman semua angkatan Fakultas Biologi Universitas Nasional
Jakarta atas motivasi, saran dan nasehat kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan karya ilmiah yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
vii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam hal materi maupun teknik
penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bimbingan,
saran, dan kritik yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki karya ilmiah ini
sehingga bermanfaat dan dapat dijadikan bahan acuan oleh semua pihak.
Jakarta, Februari 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x
BAB
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
II. BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................................................. 3
A. Morfologi .............................................................................................................. 3 B. Klasifikasi ............................................................................................................. 5 C. Siklus Hidup ......................................................................................................... 6
III. EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ......................................................... 11
A. Makanan ............................................................................................................. 11 B. Dsitribusi dan Habitat ......................................................................................... 12 C. Peran dalam Ekosistem ....................................................................................... 14
IV. STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................ 16
A. Ancaman ............................................................................................................. 16
B. Strategi Konservasi ............................................................................................. 17 C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung .............. 20 D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah ................................................................................................................... 21
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Naskah
1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia......... ...................... 13
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Naskah
1. Morfologi kupu-kupu ........................................................................ 4
2. Seksual Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina dan Jantan Serta Ciri Pembedanya .......................................................... 5
3. Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena ............................................. 6
4. Telur Kupu-Kupu Raja Helena ......................................................... 7
5. Larva Kupu-Kupu Raja Helena......................................................... 7
6. Pupa Kupu-Kupu Raja Helena ......................................................... 8
7. Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba ................... 10
8. Pakan Larva Kupu-Kupu Raja Helena ............................................. 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sekitar 2.500 jenis kupu-kupu, jumlah tersebut
menunjukkan Indonesia menjadi salah satu negara tertiggi yang memiliki memiliki
kekayaan jumlah jenis kupu-kupu di dunia yang berada di bawah Brazil dan Peru
yang memiliki 3.700 jenis. Namun, secara endemisitas Indonesia menempati
peringkat pertama yaitu sebanyak 35% (Peggie, 2011). Menurut Pasaribu (2012),
Indonesia memiliki 121 jenis kupu-kupu dari suku Papilionidae dan 44% dari jumlah
tersebut termasuk jenis endemik.
Kupu-kupu merupakan salah satu hewan yang digolongkan dalam bangsa
Lepidoptera. Secara etimologis, Lepidoptera berasal dari bahasa Latin lepido (sisik)
dan bahasa Yunani pteron (sayap). Sisik-sisik pada sayap kupu-kupu tersebut
tersusun seperti genteng serta memiliki pola warna dan corak yang menarik. Bangsa
Lepidoptera dicirikan mempunyai dua pasang sayap yang tertutup sisik, memiliki
ukuran tubuh kecil sampai besar dan tipe mulut pada larva adalah penggigit
sedangkan pada dewasa penghisap (Hadi dkk., 2009).
Kupu-kupu memiliki pola warna yang indah dan menjadikan kupu-kupu
bernilai tinggi, sehingga banyak orang yang tertarik dan berusaha menangkap kupu-
kupu dari alam baik untuk penelitian, koleksi pribadi, maupun untuk diperdagangkan.
Perdagangan kupu-kupu dilakukan di dalam negeri hingga ke dunia internasional
(National Research Council, USA, 1983). Kondisi tersebut dapat menimbulkan
2
eksploitasi yang berlebihan dan tidak terkontrol. Selain itu, pembukaan lahan dan ahli
fungsi hutan untuk keperluan ekonomi dapat menyebabkan kupu-kupu kehilangan
habitatnya (Peggie, 2011). Apabila hal ini terus terjadi akan berakibat penyusutan
populasi dan menyebabkan kepunahan jenis kupu-kupu.
Salah satu jenis kupu-kupu yang dilindungi dan bernilai di Indonesia adalah
kupu-kupu raja helena (Troides helena). Secara undang-undang, jenis ini dilindungi
secara nasional oleh PP. No. 7 tahun 1999 dan internasional dalam Appendix II
CITES. Kupu-kupu raja helena ini merupakan salah satu jenis yang mendapatkan
permintaan pasar yang tinggi (Peggie, 2011). Nilai perdagangan awetan kupu-kupu di
dunia dapat mencapai US$ 100 per tahun. Seperti kasus yang terjadi di Irian Jaya,
harga awetan kupu-kupu jenis Onithoptera spp. dan Triodes spp. dapat mencapai
US$ 0,5-100 per spesimennya (Supriatna, 2008). Oleh karena itu kajian konservasi
yang berhubungan dengan jenis ini menjadi sangat penting untuk mencegah
kepunahannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai aspek bioekologi beserta
strategi konservasi kupu-kupu raja helena dengan harapan dapat menjadi referensi
ilmiah untuk pelestariannya.
3
BAB II
BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA
A. Morfologi
Kupu-kupu raja helena termasuk ke dalam suku Papilionidae dengan
karakteristik memiliki tubuh yang besar dengan pola warna yang indah (Noerdjito
dan Aswari, 2003), pada umumnya mempunyai sifat sexual dimorphic yaitu yaitu
terdapat perbedaan morfologi antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina dan
memiliki sifat polymorphic yaitu terdapat beberapa pola sayap pada kupu-kupu betina
(Peggie dan Amir, 2006), pada beberapa jenis kupu-kupu suku ini, terdapat sayap
belakang yang memanjang seperti ekor (Vane-Wright dan de Jong, 2003). Oleh
karena itu suku Papilionidae disebut juga sebagai kupu-kupu ekor burung walet atau
swallow tail (Borror dkk., 1996).
Menurut Fleming (1983) dan Nurjannnah (2010), secara umum, tubuh kupu-
kupu dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen
(perut) (Gambar 1). Kepala kupu-kupu berbentuk bulat kecil, terdapat sepasang
antena, sepasang mata dan alat mulut (Smart, 1976). Antena kupu-kupu berukuran
panjang, ramping dan terdiri dari segmen-segmen. Antena tersebut berfungsi sebagai
alat peraba, perasa , pengecap, pembau serta pendengar (Borror dkk., 1996). Kupu-
kupu mempunyai tipe alat mulut penghisap (proboscis). Proboscis tersebut bisa
digulung jika kupu-kupu tidak melakukan aktivitas makan (Scoble, 1992).
Gambar 1. Morfologi
Kupu-kupu raja helena memiliki
2010; Pasaribu, 2012). Kupu
di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning
garis-garis hitam pada masing
depan berwarna abu
Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999)
serta apabila direntangkan dapat mencapai 9,8
belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap
(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999).
Pada kupu-kupu betina memiliki kepala
lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut
umumnya berwarna abu
depan berwarna abu-abu, coklat atau hitam
Gambar 1. Morfologi Kupu-Kupu (Nurjannah, 2010)
kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme (Gambar 2)
2010; Pasaribu, 2012). Kupu-kupu jantan memiliki kepala hitam dengan sisik merah
di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning
garis hitam pada masing-masing segmen dan sisi dalam berwarna kuning, sayap
depan berwarna abu-abu atau hitam dengan sedikit warna putih
Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999) dan memiliki panjang 6
abila direntangkan dapat mencapai 9,8-13,8 cm (Peggie, 2011). Pada
belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap
(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999).
kupu betina memiliki kepala hitam coklat dengan memiliki
lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut
umumnya berwarna abu-abu, coklat, atau kuning, yang ditutupi sisik hitam, sayap
abu, coklat atau hitam (Simbolon dan Iswari, 1990;
4
Kupu (Nurjannah, 2010).
seksual dimorfisme (Gambar 2) (Krafiani,
kupu jantan memiliki kepala hitam dengan sisik merah
di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning-putih yang tertutup
masing segmen dan sisi dalam berwarna kuning, sayap
abu atau hitam dengan sedikit warna putih (Simbolon dan
dan memiliki panjang 6-8,4 cm
(Peggie, 2011). Pada sayap
belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap
(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999).
hitam coklat dengan memiliki
lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut
abu, coklat, atau kuning, yang ditutupi sisik hitam, sayap
(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk.,
1992; Sihombing, 1999)
dapat mencapai 11-15 cm
kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik
putih (Simbolon dan Iswari, 1990;
Gambar 2. Seksual D(B) Serta Ciri Pembedanya :Tujuh Vena Lurus, (3) Bercak Hitam Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak Terlalu Besar (Peggie, 2011)
B. Klasifikasi
Kupu-kupu raja
dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1758
kupu-kupu raja helena menurut
berikut :
1992; Sihombing, 1999) yang memiliki panjang 7,3-9,5 cm dan apabila direntangkan
15 cm (Peggie, 2011), sayap belakang ditandai dengan warna
kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik
utih (Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992).
Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina (A) dan Jantan embedanya : (1) Hitam Tanpa Gurat Pada Tepi Sayap
ena Lurus, (3) Bercak Hitam yang Masuk ke Dalam Hanya Sedikit, (4) Tidak Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak
(Peggie, 2011).
aja helena atau dikenal juga dengan nama
oleh Linnaeus pada tahun 1758 (Collins dan Morris, 1985)
kupu raja helena menurut Tsukada dan Nishiyama (1982)
5
9,5 cm dan apabila direntangkan
sayap belakang ditandai dengan warna
kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik-bintik hitam dan
Betina (A) dan Jantan Hitam Tanpa Gurat Pada Tepi Sayap, (2) Memiliki
e Dalam Hanya Sedikit, (4) Tidak Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak
atau dikenal juga dengan nama Common Birdwing
(Collins dan Morris, 1985). Klsifikasi
1982) adalah sebagai
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Subkelas : Pterygota
Bangsa : Lepidoptera
Suku : Papilionidae
Marga : Troides
Jenis : Troides helena
C. Siklus Hidup
Kupu-kupu mengalami
hidupnya terdapat empat tahapan fase, yaitu
(Gambar 3) (Borror et al, 199
bertelur (Mardiana, 200
sepanjang hidupnya (
Gambar 3. Siklus Hidup Kupu
: Arthropoda
: Insekta
: Pterygota
Lepidoptera
: Papilionidae
: Troides
Troides helena (Linneaus, 1758)
Siklus Hidup
kupu mengalami metamorfosis sempurna, dimana dalam siklus
hidupnya terdapat empat tahapan fase, yaitu fase telur, larva, pupa
or et al, 1996). Kupu-kupu betina setelah melakukan kopulasi akan
Mardiana, 2002) dan dapat menghasilkan telur lebih kurang 100 butir
(Fitzgerald, 1999).
Gambar 3. Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201
6
metamorfosis sempurna, dimana dalam siklus
telur, larva, pupa dan dewasa
betina setelah melakukan kopulasi akan
lebih kurang 100 butir
Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
Telur kupu-kupu raja
berwarna orange yang berfungsi sebagai pere
Telur-telur tersebut kemudian
kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (
2000).
Gambar 4. Telur Kupu
Saat telur menetas menjadi ulat (larva)
memakan kulit telurnya
memperoleh makan dari tanaman inangnya
Dalam fase ini, larva akan mengala
mengantisipasi kulit yang tidak elastis
Gambar 5. Larva
Fase selanjutnya adalah pupa
tidak ada aktivitas fisik (Sihombing, 1999).
kupu raja helena berwarna putih, bulat licin dan dilapisi
nge yang berfungsi sebagai perekat (Gambar 4)
kemudian diletakkan pada daun atau tangkai
kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (
Gambar 4. Telur Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201
menetas menjadi ulat (larva) (Gambar 5), larva tersebut akan
memakan kulit telurnya sendiri (Departemen Kehutanan, 1996) dan langsung
memperoleh makan dari tanaman inangnya untuk di makan (Opler dan Strawn, 2000).
Dalam fase ini, larva akan mengalami pergantian kulit, hal ini dikarenakan
sipasi kulit yang tidak elastis (Pasaribu, 2012).
Larva Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201
Fase selanjutnya adalah pupa (Gambar 6), dimana masa ini merupakan masa
tidak ada aktivitas fisik (Sihombing, 1999). Menurut Carey-Huges dan Pickford
7
dilapisi oleh cairan
(Gambar 4) (Mardiana, 2002).
daun atau tangkai daun oleh kupu-
kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (Opler dan Strawn,
Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
larva tersebut akan
1996) dan langsung
(Opler dan Strawn, 2000).
al ini dikarenakan
Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
dimana masa ini merupakan masa
Huges dan Pickford
(1977), pupa kupu-kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis
apabila terganggu. Fase ini diakhiri dengan kupu
kupu tersebut keluar da
2012).
Gambar 6. Pupa
Sayap kupu-kupu
menetas dari pupanya.
mengalir ke vena sayap, sehingga sayap kupu
berkembang sempurna, kupu
(Pallister, 1986). Kupu
jam setelah menjadi imago, sedangkan kupu
perkawinan setelah satu atau dua hari
Faktor-faktor yang mempengaruhi
helana yaitu faktor abiotik
kelembaban, curah hujan dan cahaya
kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis
Fase ini diakhiri dengan kupu-kupu dewasa (imago) dimana kupu
kupu tersebut keluar dari pupa dengan cara membuka bagian atas
Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201
kupu masih lemah dengan tubuh yang menggelembung ketika
menetas dari pupanya. Tubuh kupu-kupu akan mengempis, setelah cairan tersebut
mengalir ke vena sayap, sehingga sayap kupu-kupu dapat membentang. Setelah sayap
berkembang sempurna, kupu-kupu siap terbang dan dapat melakukan
u-kupu betina dapat langsung dikawini oleh pejantan sekitar dua
enjadi imago, sedangkan kupu-kupu jantan baru dapat melakukan
perkawinan setelah satu atau dua hari setelah menetas dari pupa (Sihombing, 1999).
faktor yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu
yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik
rah hujan dan cahaya matahari (Rizal, 2007).
8
kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis
kupu dewasa (imago) dimana kupu-
ian atas pupa (Pasaribu,
Butterfly Circle Cheeklist, 2013).
menggelembung ketika
empis, setelah cairan tersebut
kupu dapat membentang. Setelah sayap
kupu siap terbang dan dapat melakukan atifitasnya
kupu betina dapat langsung dikawini oleh pejantan sekitar dua
kupu jantan baru dapat melakukan
(Sihombing, 1999).
keberhasilan siklus hidup kupu-kupu raja
. Faktor abiotik meliputi suhu,
(Rizal, 2007). Menurut Romoser
9
(1973), suhu tubuh kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu juga
mempengaruhi kelembaban, curah hujan dan cahaya matahari pada suatu habitat. Jika
suhu suatu habitat tinggi, maka kelembaban, curah hujan pada habitat tersebut rendah
dan cahaya matahari pada habitat tersebut tinggi. Suhu yang ideal bagi kupu-kupu
adalah 15°C-45°C (Jumar, 2000), kelembaban ideal berkisar 84-92% (Borror dkk.,
1996) dan curah hujan yang ideal berkisar 2.000-4.000 mm/tahun (Handayani, 2012).
Kupu-kupu membutuhkan cahaya matahari yang optimum untuk berjemur dan
menghangatkan tubuhnya. Jika suhu tubuh kupu-kupu sudah meningkat maka kupu-
kupu akan mencari tempat berteduh (Sihombing , 1999). Suatu habitat bila mengalami
kondisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan kupu-kupu, maka kupu-kupu tersebut
akan mengalami kematian.
Faktor biotik yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu-kupu raja
helena seperti penyakit, parasitoid, predator dan pakan (Rizal, 2007). Menurut
Syahputra (2011), penyakit yang sering dijumpai pada kehidupan kupu-kupu adalah
infeksi jamur dan virus. Penyakit ini sering menyerang pada fase larva dan pupa yang
menyebabkan larva atau pupa menghitam dan membusuk. Parasitoid dapat
menyerang pada fase telur, larva dan pupa yang dapat menyebabkan kematian
(Ruslan, 2012).
Setiap fase kehidupan kupu-kupu memiliki predator yang berbeda. Menurut
Syaputra (2011), pada fase telur, predator yang sering dijumpai adalah semut, pada
fase larva predator yang sering dijumpai adalah kumbang, belalang, kadal dan pada
fase pupa predator yang sering ditemui adalah kadal dan tikus (Syaputra, 2011).
Menurut Hoi-Sen (1983), kadal, burung, semut, laba
predator pada fase kupu
Gambar 7. Pemangsaan
Selain itu, faktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan
Pakan dalam kehidupan kupu
tersebut menjadi sumber energi bagi larva dan kupu
memenuhi energinya, pakan digun
biak (Clark dkk., 1996)
Sen (1983), kadal, burung, semut, laba-laba dan bunglon merupakan
predator pada fase kupu-kupu dewasa (Gambar 7).
Gambar 7. Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba
aktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan
Pakan dalam kehidupan kupu-kupu memiliki peran yang penting, karena pakan
tersebut menjadi sumber energi bagi larva dan kupu-kupu. Selain
memenuhi energinya, pakan digunakan sebagai tempat berlindung dan berkembang
biak (Clark dkk., 1996).
10
laba dan bunglon merupakan
aba (Nurjannah, 2010).
aktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan hidup kupu-kupu.
kupu memiliki peran yang penting, karena pakan
. Selain digunakan untuk
kan sebagai tempat berlindung dan berkembang
EKOLOGI KUPU
A. Makanan
Kupu-kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan
hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme
mengkonsumsi nektar bunga (
dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku d
morfologi (Sihombing, 1999).
tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan).
tanaman yang digunakan sebagai tanaman
tanaman Aristolochia foveolata
2002).
Gambar 8. Pakan Larva Kupu dan (B) Aristolochia foveolata
Menurut hasil
Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah
BAB III
EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA
kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan
hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme bersama tumbuhan
mengkonsumsi nektar bunga (Borror dkk., 1996). Tipe dan jumlah makanan yang
dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku d
morfologi (Sihombing, 1999). Menurut Ross dkk. (1992), kupu
tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan).
tanaman yang digunakan sebagai tanaman inang yang paling banyak digunakan, yaitu
Aristolochia foveolata dan Aristolochia tagala (Gambar
Pakan Larva Kupu-Kupu Raja Helena (A) Aristolochia Aristolochia foveolata (Pasaribu, 2012).
hasil penelitian Krafiani (2010), kupu-kupu raja helena
Kupu Taman Mini Indonesia Indah menyukai 9 tanaman berbunga yang
A
11
KUPU RAJA HELENA
kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan
bersama tumbuhan dengan cara
). Tipe dan jumlah makanan yang
dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku dan
(1992), kupu-kupu jenis ini
tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan). Salah satu jenis
inang yang paling banyak digunakan, yaitu
(Gambar 8) (Salmah dkk.,
Aristolochia tagala
kupu raja helena di Taman
tanaman berbunga yang
B
12
digunakan sebagai pakan. Jenis tanaman berbunga itu anatara lain krosandra
(Crossandra infundibuliformis), tunbergia (Thunbergia laurifolia), melati (Jasminum
sambac), jati emas (Cordia subcordata), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima),
kaca piring (Gardenia jasminoides), soka (Ixora paludosa), nona makan sirih
(Clerodendrum thomsoniae) dan pagoda (Clerodendrum paniculatum).
Selain itu, kupu-kupu raja helena juga menghisap air kubangan, kotoran dan
bangkai hewan untuk mendapatkan nutrisi dan mineral seperti sodium klorida dan
larutan yang kaya nitrogen. Nutrisi ini digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau
aktivitas khusus seperti kawin. Kupu-kupu jantan biasanya membutuhkan mineral
garam dan asam amino pada saat melakukan perkawinan (Sihombing, 1999; Krafiani,
2010).
B. Distribusi dan Habitat
Secara umum, kupu-kupu mampu hidup pada ketinggian 0-2.000 mdpl
(Mattimu dkk, 1977) dan secara spesifik, kupu-kupu raja helena dapat hidup pada
ketinggian 0-1.000 m dpl (Peggie, 2011). Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang
bersih, sejuk, tidak terpolusi (Odum, 1993 ; Amir dkk., 2003). Kupu-kupu raja
helena tersebar di Benua Asia meliputi Nepal, Kamboja, Cina, India, Brunei, Laos,
Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam dan Indonesia (Tsukada dan
Nishiyama, 1982). Distribusi di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Kalimantan (The Global Butterfly Information System, 2012).
Menurut Peggie (2011), Indonesia memiliki 19 sub jenis yaitu (Tabel 1) :
13
Tabel 1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia
No. Jenis Lokasi
1 Troides helena typhaon Sumatera Barat dan Sumatera Utara
2 Troides helena demeter Pulau We, Aceh
3 Troides helena hypnos Simeulue
4 Troides helena hermes Pulau Banyak
5 Troides helena isara Nias
6 Troides helena nereis Enggano
7 Troides helena bunguranensis Natuna Besar
8 Troides helena venus Pulau Subi, Natuna
9 Troides helena rayae Belitung
10 Troides helena dempoensis Sumatera Selatan
11 Troides helena sugimotoi Karimata
12 Troides helena orientis Kalimantan
13 Troides helena Helena Jawa dan Bali
14 Troides helena nereides Bawean
15 Troides helena antileuca Kangean
16 Troides helena sagittatus Lombok
17 Troides helena hahneli Komodo
18 Troides helena propinquus Sumbawa
19 Troides helena hephaestus Sulawesi Menurut Panjaitan (2011), habitat merupakan komponen yang penting bagi
kelangsungan hidupnya. Keberadaan dan kondisi vegetasi digunakan oleh kupu-kupu
sebagai sumber pakan, berkembang biak dan sebagai tempat berlindung. Kupu-kupu
menyukai tempat yang terbuka atau tempat yang memiliki tutupan kanopi yang tidak
rapat. Hal tersebut merupakan adaptasi perilaku kupu-kupu yang selalu membutuhkan
14
sinar matahari untuk berjemur. Apabila kondisinya tidak sesuai dengan kebutuhan
hidupnya, kupu-kupu akan melakukan perpindahan untuk mencari tempat baru yang
lebih baik untuk melangsungkan hidupnya (Whalley, 1992; Clark dkk., 1996).
Menurut Whalley (1992), kupu-kupu sangat tergantung dengan adanya tumbuhan dan
rentan terhadap perubahan lingkungan. Apabila terjadi perubahan yang drastis
terhadap kondisi lingkungannya, beberpa jenis kupu-kupu akan mengalami
kepunahan (Borror dkk., 1996).
C. Peran Dalam Ekosistem
Kupu-kupu raja helena memiliki fungsi yang cukup penting baik secara
ekologis maupun ekonomis. Fungsi kupu-kupu secara ekologis antara lain sebagai
penyerbuk tanaman (Sembel, 1993), bioindikator lingkungan yang bersih dan tidak
tercemar (Depatemen Kehutanan, 2008) dan sebagai plasma nutfah kekayaan jenis
kupu-kupu di Indonesia (Peggie, 2011). Jenis ini memiliki warna yang menarik dan
ukuran yang relatif besar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri (Peggie, 2011).
Secara ekologi, populasi kupu-kupu yang tidak terkontrol dapat potensi
sebagai hama, misalnya pada stadia larva dari kupu-kupu dari suku Danaidae,
Amanthusidae, Nymphalidae, Papilionideae, Pieridae dan Hesperidae. Larva-larva
tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian dan tanaman hias
(Salmah, 1994). Apabila populasi larva tersebut terus meningkat tanpa adanya
predator alaminya, maka ia dapat menjadi hama potensial (Tresnawati, 2010).
Secara ekonomis, kupu-kupu dapat digunakan sebagai bahan makanan,
koleksi (Sihombing, 1999), perdagangan (Peggie, 2011), objek wisata dan objek studi
15
untuk masyarakat umum (Panjaitan, 2011) karena kupu-kupu memiliki warna yang
indah, menarik dan memiliki nilai estetika (National Research Council, USA, 1983 ;
Peggie, 2011).
16
BAB IV
STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA
A. Ancaman
Berkurangnya suatu habitat, dapat menurunkan populasi kupu-kupu raja
helena, dimana penurunan habitat dapat menyebabkan melemahnya kemampuan
hidup dengan rusaknya tanaman inang (Mac Kinnon, 1992). Rusaknya tanaman inang
terjadi karena adanya aktivitas manusia dalam mengkonversi habitat alami (Rizal,
2007). Menurut McKee dkk., (2003), manusia banyak melakukan konversi habitat
alami untuk dijadikan lahan pertanian maupun tempat tinggal. Tingginya populasi
manusia, menyebabkan sumber kebutuhan terus meningkat, sehingga pemanfaatan
sumber daya alam tidak bisa dihindarkan. Jika pemakaian sumber daya alam secara
berlebih dapat mempengaruhi keanekaragam hayati (Indrawan dkk., 2007), salah
satunya adalah kupu-kupu.
Selain terjadinya penurunan habitat, ancaman yang dapat menurunkan
populasi kupu-kupu adalah perburuan dan perdagangan. Menurut Soehartono dan
Mardiastuti (2003), pada tahun 1992-1999 kupu-kupu raja helena merupakan salah
satu kupu-kupu yang banyak diminati pada pasar perdagangan internasional. Kupu-
kupu raja helena diekspor sebanyak 23.895 ekor pada tahun 1985-2005 (Simbolon
dan Iswari, 1990). Permintaan pasar yang terus meningkat, menyebabkan perburuan
terhadap kupu-kupu sangat tinggi, khususnya kupu-kupu raja helena (Noerdjito dan
Aswari, 2003).
17
Untuk mencegah kepunahan, pemantauan populasi kupu-kupu perlu
dilakukan. Hal ini dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999, menyebutkan bahwa Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditetapkan sebagai otoritas keilmuwan. LIPI memiliki
kewenangan untuk memonitor izin perdagangan, realisasi perdagangan serta
memberikan rekomendasi kepada otoritas pengelola tentang pembatasan pemberian
izin perdagangan satwa liar maupun tumbuhan (Noerdjito dan Aswari, 2003).
B. Strategi Konservasi
Konservasi merupakan upaya multi disiplin yang dilakukan untuk
menghadapi berbagai tantangan demi melindungi jenis dan ekosistem. Pada
prinsipnya, upaya tersebut dilakukan dengan melindungi keanekaragaman jenis dan
komunitas biologi, mencegah dan menghambat kepunahan jenis, memelihara
kompleksitas ekologi, menjaga keberlanjutan proses evolusi dan memanfaatkan
potensi secara berkelanjutan (Indrawan, dkk. 2007). Berdasarkan perumusan konsep
tentang konservasi, menurut Supriatna (2008), upaya tersebut dampak dilakukan
dengan pendekatan yang menyeluruh dengan prinisp Save (perlindungan), Study
(penelitian) and Use (pemanfaatan).
Menurut Supriatna (2008), upaya perlindungan dapat berupa legalisasi atau
perlindungan secara hukum baik dalam skala regional maupun internasional. Upaya
penelitian dapat meliputi penelitian keanekaragamana hayati, habitat, komunitas,
potensi ekowisata dan lain sebagainya. Sedangkan, upaya pemanfaatan dapat
18
dilakukan dengan ekowisata, fungsi ekosistem, dan komoditas perdagangan yang
dieksploitasi secara terbatas dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Perlindungan (Save)
Perlidungan kupu-kupu dapat dilakukan di habitat aslinya (in-situ) dan di luar
habitat asilnya (ex-situ). Perlindungan in-situ biasanya dilakukan di kawasan
konservasi baik itu Taman Nasional, Cagar Alam atau yang sejenis sedangkan
perlidungan ex-situ biasanya dilakukan di taman kupu-kupu buatan atau laboratorium
penelitian (Indrawan dkk., 2007; Supriatna, 2008). Pelestarian secara in-situ dan ex-
situ merupakan strategi yang saling melengkapi. Individu kupu-kupu raja helena
yang berasal dari ex-situ secara bertahap bisa dilepas ke alamnya untuk mendukung
upaya in-situ. Pelestarian ex-situ yang terus berkembang, akan membantu dalam
pengendalian perburuan di alam dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai upaya konservasi (Indrawan dkk., 2007).
Bentuk dan warna kupu-kupu raja helena yang indah, membuat jenis ini
banyak diminati oleh para kolektor sehingga perlu dilakukan perlindungan untuk
konservasi. Menurut Supriatna (2008), jenis ini memiliki angka perdagangan
internasional yang paling tinggi, periode 1985-2005, Indonesia mengekspor sebanyak
23.895 ekor. Permintaan yang tinggi, membuat CITES (Convention on International
Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mengkategorikan jenis ini
masuk dalam Appendiks II, dimana kupu-kupu raja helena walaupun tidak masuk
jenis yang terancam punah berdasarkan daftar merah (redlist) IUCN, namun dapat
terancam punah apabila perdagangannya terus berlangsung tanpa ada regulasi yang
19
jelas dan tegas (Supriatna, 2008). Hal tersebut diperkuat dengan masukanya jenis ini
dalam daftar tumbuhan dan satwa dilindungi pada Peraturan Pemerintah. No. 7 Tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Krafiani, 2010).
2. Penelitian (Study)
Keindahan morfologis dan fungsi yang penting dalam ekosistem menjadikan
kupu-kupu juga menarik ilmuan untuk meneliti. Penelitian tentang kupu-kupu
menjadi sesuatu yang menarik, karena masih banyak jenis yang belum terungkap di
Indonesia. Jenis kupu-kupu raja helena tersendiri saat ini sudah diteliti mengenai :
biodiversitasnnya, morfologi, siklus hidup dan perilakunya (Krafiani, 2010; Pasaribu,
2012). Selain itu, terdapat buku panduan kupu-kupu Indonesia yang dilindungi, di
dalamnya terdapat jenis termasuk kupu-kupu raja helena (Pegie, 2011). Penelitian
kupu-kupu jenis ini dapat melindungi keberadaannya dengan mengetahui populasi
dan trend populasinya, sehingga dengan memadukan dengan analisis
keterancamannya, dapat diketahui upaya mitigasi untuk mencegah hal tersebut.
Selain bidang tersebut, masih banyak potensi penelitian yang masih terbuka,
antara lain keanekaragaman berbasis genetik, keanekaragaman ekosistem, ekologi
dan dampaknya terhadap perubahan iklim, biokonservasi, manajemen pengelolaan
konservasinya, analisis fragmentasi habitat, ancaman jenis eksotik dan lain
sebagainya (Supriatna, 2008).
3. Pemanfaatan (Use)
Pemanfaatan dalam hal ini dimaksudkan untuk mengambil manfaat setelah
kedua prinsip save dan study sudah dilakukan, sehingga dapat dipertanggung
20
jawabkan ukuran pemanfaatannya (Indrawan, dkk., 2007). Menurut Nurjannah
(2010), potensi yang dimiliki jenis kupu-kupu raja helena menjadikannya sebagai
salah satu penyumbang devisa bagi sub-sektor kehutanan Indonesia dan kupu-kupu
raja helena menjadi salah satu daya tarik di Taman Nasional Bantimurung dan diakui
secara internasional sejak masa Alfred Russul Wallace (Sumah, 2012).
Ketiga prinsip diatas dapat menghasilkan output yang saling terkait berupa
pemanfaatan berkelanjutan, perlindungan yang menguntungkan banyak pihak,
penerapan etnobiologi, pemanenan satwa liar dalam batas tertentu dan lain
sebagainya (Supriatna, 2008).
C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung
Pelestarian kupu-kupu di TN. Bantimurung-Bulung Saraung merupakan
contoh konservasi dalam habitat aslinya (in-situ). Menurut Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, taman
nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli
yang dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dengan
luas ± 43.750 ha. Secara administratif kawasan ini, terletak di Kabupaten Maros dan
Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18
Oktober 2004 (Sumah, 2012).
21
Menurut Sumah (2012), TN Babul merupakan salah satu taman nasional
yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga taman nasional ini dijuluki
sebagai Kingdom of Butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi jenis
kupu-kupu yang langka dan endemik, di antaranya adalah Graphium androcles,
Papilio blumei, Troides helena dan lain sebagainya.
Keragaman kupu-kupu yang tinggi di kawasan ini telah banyak
dilaporkan. Alfred Russel Wallace pada tahun 1890 bahwa terdapat 256 jenis kupu-
kupu dalam kawasan Bantimurung (Departemen Kehutanan, 2008). Mattimu dkk.,
(1987) juga melaporkan terdapat 103 jenis kupu-kupu yang ditemukan di hutan
wisata Bantimurung. Noerdjito dan Amir (1992) menemukan 64 jenis kupu-
kupu di sekitar kawasan taman nasional. Departemen Kehutanan, (2008)
melaporkan sebanyak 82 jenis kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul.
Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu di TN Babul sangat
tinggi. Tekanan ini berupa perubahan ekologi pada habitat akibat pembangunan,
jumlah pengunjung yang meningkat, dan penangkapan yang berlebihan untuk
kepentingan koleksi pribadi maupun komoditas perdagangan. Dalam prakteknya,
penerapan prinsip perlindungan masih lebih rendah dibandingkan pemanfaatan. Hal
tersebut terlihat pada banyaknya tekanan terhadap populasinya (Sumah, 2012).
D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini
Indonesia Indah
Pelestarian kupu-kupu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan
contoh konservasi di luar habitat aslinya (ex-situ). Manifestasi konsep Miniatur
22
Indonesia di TMII juga meliputi aspek biodiversitas. Perhimpunan Kebun Binatang
seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) membuat
inisiatif untuk membuat museum serangga. Pada bulan Maret 1992, museum
serangga mulai dibangun dan pada tanggal 18 Apil 1993 sudah diresmikan. Tujuan
dari pembuatannya adalah untuk mengenalkan keanekaragaman serangga, sehingga
dapat merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensi
alamnya (Krafiani, 2010).
Pada tahun 1998, atas bantun Yayasan Sarana Wana Jaya, di dalam museum
serangga dibangun taman kupu-kupu, laboratorium, kandang penangkaran dan
kandang pupa sehingga diubah namanya menjadi museum serangga dan taman kupu.
Kawasan ini memiliki luas 500m2 dengan kondisi fisik kawasan, dibuat sedemikian
rupa menyerupai habitat alami kupu-kupu. Untuk kebutuhan air, berasal dari sumur
bor dengan pompa air dan terdapat dua air terjun buatan serta kolam air. Secara
klimatologi pada tahun 1999, curah hujan rata-rata 162,5 mm (Krafiani, 2010).
Kondisi vegetasi kawasan ini, ditanami jenis tanaman berbunga yang
berfungsi sebagai pakan larva dan kupu-kupu, tanaman hias, tempat berlindung dan
tempat beristirahat. Seperti, sirsak (Annona muricata), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), soka (Ixora paludosa), nona
makan sirih (Clerodendrum thomsonae), pagoda (Clerodendrum paniculatum),
beringin (Ficus benjamina), pisan-pisangan (Heliconia sp.), belimbing wuluh
(Averrhoa blimbi), jarak pagar (Jatropa curcas), bunga kupu-kupu (Bauhinia
purpurea), jambu biji (Psidium guajava), dan lain-lain. Selain itu, terdapat beberapa
23
hewan seperti kijang, jelarang, kancil, burung merak dan lain-lain. Pengelolaan
kawasan ini, dilakukan dalam bentuk ekowisata dalam penangkaran dan penelitian.
Kupu-kupu di kawasan ini bersal dari pupa yang dibeli dari PT. Ikas Amboina
di Bali seperti jenis Troides helena dan berbagai jenis lainnya (Krafiani, 2010). Pada
lokasi ini, terdapat kandang penetasan pupa yag memperlihatkan cara peletakan pupa
yang akan ditetaskan. Kandang penetasan pupa dibangun secara permanen dan
terdapat beberapa kotak kaca yang menjadi tempat peragaan telur kupu-kupu.
Menurut Alikodra (2002), taman kupu-kupu yang baik adalah kawasan yang
memadukan komponen fisik maupun biotik yang merupakan suatu kesatuan dalam
penangkaran satwa liar. Seperti, keselarasan antara tumbuhan, keberadaan air,
pengaturan udara, suhu, kelembaban dan keberadaan predator sangat penting untuk
dipertimbangkan.
Menurut penelitian Krafiani (2010), jenis kupu-kupu helena dikawasan ini
secara baik memfaatkan jenis bunga pagoda (Clerodendrum pangiculatum) dan jati
emas (Cordia subcordata) sebagi tanaman pakan kupu-kupu dan paling banyak
digunakan. Di dalam aktifitas hariannya, jenis ini lebih banyak hinggap di pohon cabe
jawa (Piper retrofractum) dan tunbergia (Thunbergia lorifolia).
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kupu-kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme.
2. Kupu-kupu raja helena merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang
banyak dieksploitasi dalam perdagangan nasional dan internasional.
3. Kupu-kupu raja helena dilindungi oleh peraturan pemerintah no. 7 tahun
1999 dan termasuk dalam daftar Appendix II CITES.
4. Strategi konservasi kupu-kupu raja helena dapat dilakukan dengan Save
(perlindungan), Study (penelitian) dan Use (pemanfaatan).
B. Saran
1. Perlu kajian lebih lanjut tentang ekologi, konservasi kupu-kupu raja
helena dan upaya konservasinya, karena masih sedikit literatur yang
membahasa hal tersebut.
2. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang status konservasi kupu-kupu raja
helena pada khususnya dan kupu-kupu secara umum.
25
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H. S. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.
Bogor. 2002.
Amir, M., W.A. Noerdjito,dan S. Kahono. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003.
Borror, D. J. , C. A.Triplehorn dan N.F. Johnson. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1996.
Butterfly Circle Cheeklist. Troides helena. http://www.butterflycircle.com/ checklist%20V2/CI/index.php/start-page/startpage. Januari, 2013.
Carey-Hughes, J. dan Pickford J. B. The Occurrence of Troides helena (Linn.) in Hongkong. JHKBRAS 16 : 301-304. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S.F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.
Clark L. R., Geigera P. W., Hughes R. D. dan Morris R. F. The Ecology of Insect Population in Theory Practice. The English Language Book Society and Chapmen and Hall. Canberra. 1996.
Collins, N. M. dan M. G. Morris. Threatened Swallowtail Butterflies of The World The IUCN Red Data Book. Switzerland : IUCN, Glad and Cambridge. 1985. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Departemen Kehutanan. Penangkaran Kupu-Kupu. Pusat Penyuluhan Kehutanan. Jakarta. 1996.
Departemen Kehutanan. Identifikasi dan Pemetaan Kupu-Kupu. Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos. Sulawesi Selatan. 2008.
26
Departemen Kehutanan. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Periode 2008-2027. Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos. Sulawesi Selatan. 2008.
Fitzgerald, E. Aktif Student Guide to Butterflies. Welcome to Butterfly Farm. University of New Hampshire with Aktif Bachelor’s Degee Instar Environmental Science. http://www.butterflyfarm.co.cr/.1999. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan Dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.
Fleming, W. A. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second Edition. Kuala Lumpur : Longeman. 1983. Dalam Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu-Kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae : Lepidoptera) dengan Pakan Daun Cempaka dan Daun Sirsak. E. Trenawati. Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Hadi, H. M., U. Tarwotjo dan R. Rahadian. Biologi Insekta Entomologi. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009.
Handayani, V. D., I. G. Sugiyanta dan Zulkarnain. Deskripsi Habitat Kupu-Kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/10/articles/ desember 2012/VivaDesiHandayani_0813034051.pdf. 2012.
Hoi-Sen, Y. Malaysian Butterflies an Introduction. Tropical Press SDN. BHD. 1983.
Indrawan, M., R.B. Primack, dan J. Supriatna. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2007.
Jumar. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. 2000.
Krafiani, S. S. Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Mac Kinnon, K. Nature’s Treasure House The Wildlife of Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1992.
27
Mardiana, A. Daur Hidup Kupu Raja Troides helena Linnaeus (Lepidoptera : Papilionidae) di Penangkaran Kupu Curug Cilember, Sukabumi. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2002. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Mattimu, A. A., H. Sugando dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar. 1977. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku Beberapa Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa daerah di Kabupaten Bogor. O. F. M. Simanjuntak. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000.
Mattimu, A. A., H. Sugondo dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar. 1987.
McKee, J.K., P. W. Sciulli, C. D. Fooce dan T. A. Waite. Forecasting Global Biodiversity Threats Associated With Human Population Growth. Biological Conservation 115 : 161-164. 2003.
National Research Council,USA. Butterfly Farm in Papua New Guinea. Managing
Tropical Animal Resources. National Academy Press. Washinton DC. 1983. Dalam Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. M. Amir, W.A. Noerdjito dan S. Kahono. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003.
Noerdjito, W. A. dan M. Amir. Kekayaan Kupu-Kupu di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH . 1992.
Noerdjito, W. A. dan P. Aswari. Metode Survei Dan Pemantauan Populasi Satwa. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI. Cibinong. 2003.
Nurjannah, S. T. Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Odum, E. P. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1993.
28
Opler, P. Strawn, S. Children’s Butterfly Site. Midcontinent Ecological Science Center. http://www.mesc.usgs.gov/butterfly/butterfly-faq.html. 2000. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.
Pallister, J.C. Kupu-Kupu dan Ngengat. Di dalam : Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 6
Kehidupan Tumbuhan Kehidupan Hewan Edisi Bahasa Indonesia. Grolier Interbnational, Inc. 1986. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Panjaitan, R. Komunitas Kupu-Kupu Super Famili Papilionoidea (Lepidoptera) di
Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2011.
Pasaribu, S. F. Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.
Peggie, D. dan Amir, M. Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanical Garden. Pusat Penelitian Biologi, LIPI dan Nagao Natural Environment Foundation Japan. Bogor. 2006.
Peggie, D. Precious and Protected Indonesian Butterflies. PT Binamitra Megawarna. Jakarta. 2011.
Penang Butterfly Farm. http://www.butterfly-insect.com/yellow-birdwings/troides-helena-life-cycle.html. Januari, 2013.
Rizal,S. Populasi Kupu-Kupu di Kawasan Wisata Lubuk Minturun Sumatera Barat. Mandiri 9 : 170-184. 2007.
Romoser, W. S. The Science of Entomology. New York: Macmillan Publishing Co.,Inc. p 449. 1973. Dalam Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis
29
Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Ross, M. J. J. O’Brien dan L. Flynn. Ecological Site Classification of Florida Keys Terrestrial Habitat. Biotropica : 488-502. 1992.
Ruslan, Hasni. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.
Salmah, S. Kupu-Kupu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Anai. Sumatra Nature Study Center. Padang. 1994.
Salmah, S., I. Abbas dan Dahlemi. Kupu-Kupu Papilionidae di Taman Nasional Kerinci Seblat. Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. Jambi. 2002.
Scoble, M.J. The Lepidoptera Form, Function, and Diversity. The Natural History Museum in Association with Oxford University Press. Oxford. 1992.
Sembel, D. T. A Scientific Approach to the Roles of Butterflies with Special Emphasis on Pests of Crops. The Paper Presented at International Butterfly Conference. Ujung Pandang. 1993.
Sihombing, D. T. H. Satwa Harapan I : Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya Cacing Tanah, Bekicot, Keong Mas, Kupu-Kupu dan Ulat Sutra. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. 1999.
Simbolon, K. dan A. Iswari. Jenis Kupu-Kupu yang Dilindungi Undang-Undang di Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan RI. Jakarta. 1990.
Smart, P. The Illustrated Encyclopedia of Butterfly World in Colour. Paul Smart Pres. Stone. J. L. S. Keeping and Breeding Butterflies and Other Exotica. Blandford, London.1976. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku Beberapa Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa Daerah di Kabupaten Bogor. O. F. M. Simanjuntak. Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000.
Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. Pelaksanaan Konservasi CITES di Indonesia. Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta. 2003.
30
Sumah, A. S. W. Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tesis Progam Studi Bisains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.
Supriatna, J. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2008.
Sutedja, I. G. N. N., D. Pratiwi, Ruhiyat dan S. Wibowo. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Dilindungi Biota Laut, Kupu-Kupu dan Reptilia. Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta. 1992.
Syaputra, M. Pengelolaan Penangkaran Kupu-Kupu di PT Ikas Amboina dan Bali Butterfly Park Tabanan Bali. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2011.
The Global Butterfly Information System. Troides (Troides) helena (Linnaeus, 1758). Museum für Naturkunde Leibniz-Institut für Evolutions- und Biodiversitätsforschung, Germany. http:// http://www.globis.insects-online.de/species&v=475. Desember, 2012.
Tresnawati, E. Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu-Kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae : Lepidoptera) dengan Pakan Daun Cempaka dan Daun Sirsak. Tesis Program Studi Biosains. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Tsukada E, Nishiyama Y. Butterflies of South East Asian Islands. Volume ke-1, Papilionidae. Japan: Plapac Co,Ltd. hlm 214-224. 1982. Dalam Biologi Troides helena helena Dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.
Vane-Wright, R. I. dan de Jong. The Butterflies of Sulawesi : Annotated Checklist for
A Critical Island Fauna. Zoo Verh Leiden 343:3/267. 2003.
Whalley. Kupu-Kupu dan Ngengat. PT. Saksama. Jakarta.1992.