BLH Yogyakarta ambil sampel limbah industri batikAntaranews.com
Kulon Progo (ANTARA News) - Tim gabungan Kantor Lingkungan Hidup Kulon Progo dan Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta mengambil sampel air yang diduga tercemar limbah cair sisa pewarnaan industri batik di daerah itu.
Kasubid Penaatan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY, Ruruh Haryata di Kulon Progo, Senin, mengatakan, sampel yang diambil dari beberapa titik, berupa limbah cair langsung dari lokasi industri batik serta di sungai.
"Untuk melihat potensi pencemaran yang mungkin terjadi karena melihat secara fisik ada dugaan limbah belum dikelola dengan baik. Hasilnya dua minggu sampai satu bulan," kata Ruruh.
Dia mengatakan, dari hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh BLH DIY akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk segera membangun Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
Industri batik, kata dia, merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang baru berkembang dan bangkit setelah sempat stagnan.
"Untuk itu, menurut kami pemerintah kabupaten segera mencarikan solusi yang cepat untuk mengatasi pembuangan limbah industri batik ini," katanya.
Dia mengatakan, seluruh pabrik batik di DIY memiliki IPAL, khususnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Namun, industri batik yang paling bermasalah di Kabupaten Kulon Progo.
"Hampir seluruh pabrik di DIY, kecuali Kulon Progo memiliki IPAL. Ini harus menjadi perhatian pemerintah Kulon Progo untuk segera dicarikan masalah. Sejauh ini, kami belum mendapatkan adanya laporan dari masyarakat terkait pencamaran limbah industri batik," katanya.
Kepala KLH Kulon Progo Heri Purnomo mengatakan bahwa indikasi terjadinya pencemaran lingkungan sampai ke sungai dari limbah industri batik di Kecamatan Lendah tersebut berdasarkan adanya laporan masyarakat.
Ada sekitar lima warga yang mengalami iritasi gatal-gatal di bagian kaki setelah mencari rumput di Sungai Rowo Jembangan.
"Diduga karena limbah batik, airnya cokelat-coklat, juga ditemukan ada ikan mati yang ususnya keluar. Warga yang gatal-gatal itu kemudian meminta dilakukan penelitian di perairan itu," katanya.
Menurut Heri, dalam industri batik, pewarna yang mengandung zat-zat kimia memang sering kali digunakan, seperti adanya kandungan HCL, Nitrit, dan soda kostik. Bahkan dikhawatirkan ada juga kandungan logam berat yang bisa membahayakan kesehatan, seperti menyebabkan kanker.
"Secara peraturan seharusnya setiap pengusaha yang menggunakan zat kimia wajib berizin. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah memiliki IPAL. Akan tetapi, di sini semua belum berizin, juga belum mempunyai IPAL," katanya. (STR/D007)
Pengelolaan limbah batik
Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pendidikan, juga dikenal sebagai kota budaya. Sebagai kota budaya, Yogyakarta banyak menyimpan peninggalan-peninggalan bersejarah juga kesenian-kesenian yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Salah satu karya seni yang sangat terkenal dari Yogyakarta adalah kain batik, sehingga di Yogyakarta banyak dijumpai industri kerajinan batik, baik dalam skala besar maupun kecil.
Seperti yang kita ketahui bersama, batik mempunyai nilai yang sangat tinggi. Banyak juga yang menyebut batik itu mewah, gaul, fashionable, budaya Indonesia, dan sebagainya. Tapi, dibalik keindahannya ternyata batik menghasilkan limbah yang berbahaya. Limbah ini tidak hanya dari hasil produksinya, tapi dari proses pembuatan batik itu sendiri. Penyebabnya adalah bahan pewarna kimia, zat organik, zat tersuspensi, garam-garam terlarut, lilin, soda dan naftol. Setelah proses pewarnaan, batik akan mengalami proses pencucian. Kebanyakan pengrajin batik akan membuang hasil cucian tersebut ke sungai ataupun selokan air. Dari kegiatan tersebut limbah batik atau zat kimia mulai menyebar.
Dari kunjungan yang telah kami lakukan (mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta) pada semester III (tahun 2011), kami melakukan pengambilan sampel limbah batik yang berada di kawasan Bantul, kemudian melakukan pengolahan sederhana di laboratorium rekayasa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Jogja untuk mengetahui karakteristik limbah batik, kami diharapkan mampu menentukan kadar koagulan atau tawas untuk limbah industri batik, dan mampu melakukan pengolahan limbah cair dari ekualisasi, sedimentasi, aerasi sampai tahap filtrasi.
proses pembuatan batik di salah satu industri di Bantul, Yogyakarta
limbah mengalir dari bak koagulasi ke bak sedimentasi
air limbah batik keluar lewat outlet, terlihat warna merah sudah tidak terlalu pekat
sementara limbah mengalami pengolahan, mahasiswa (saya) menyiapkan campuran limbah dan koagulan untuk mengantisipasi apabila kurang
limbah batik mengalir dari bak ekualisasi ke bak koagulasi
Bagan Pengolahan Limbah Batik Sederhana
Diposkan oleh yohana maria di 20.00
Stop Limbah Batik Warisan Dunia!REP | 02 October 2013 | 17:12 Dibaca: 431 Komentar: 6 1
Deretan mobil bernomer polisi luar kota berjajar terparkir di halaman rumah kerajinan Batik Soga, Laweyan, Surakarta. Mobil-mobil berplat nomer polisi Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan BK Medan, kini menjadi pemandangan umum di Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu tempat tujuan wisata di Kota Solo ini lebih ramai lagi dikunjungi saat musim liburan tiba. Tidak hanya industri rumahan batik yang meraup keuntungan. Industri produk makanan skala rumahan khas Solo, perhotelan, hingga pengemudi becak dan tukang parkir ikut menikmati rejeki dari industri ini.
Batik memang tengah menjadi primadona. Bahkan pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu, Badan Kebudayaan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) UNESCO telah mengakui batik sebagai warisan budaya dunia khas Indonesia. Tidak heran jika Kota Solo, selain Pekalongan dan Yogyakarta, yang menjadi icon Kota Batik, terus menggenjot produksi batik. Sentra industri kerajinan batik tradisional yang pernah gulung tikar dihidupkan kembali.
Guna mendongkrak popularitas Batik Solo, Pemerintah Kota Solo menggelar Karnaval Batik Solo atau Solo Batik Carnival (SBC). Event tahunan ini diadakan setiap bulan Juni sejak
tahun 2008. SBC juga kerap ditampilkan dalam karnaval-karnaval yang dilaksanakan di Kota Solo.
Bak gayung bersambut, dukungan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada ‘Intangible Cultural Heritage’ ini pun sangat besar. Dua tahun lalu, Presiden meresmikan pembukaan ‘World Batik Summit 2011’ di Jakarta Convention Center. Dalam acara bertema Indonesia Global Home of Batik ini, Presiden mengingatkan bahwa setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
Oleh geliat promosi dan dukungan dari pelbagai kalangan, para muda kini tidak malu lagi mengenakan batik. Aktifitas membatik dari puluhan pengrajin rumahan mampu meraup omset hingga ratusan juga rupiah per harinya.
Namun, di tengah gencarnya dukungan pada batik, sungai yang mengalir di sisi selatan Kampoeng Batik Laweyan justru menjadi rusak keberadaannya. Sungai itu hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah kerajinan Batik Soga Laweyan. Jika Anda berniat mampir, berbalik badanlah. Berjalanlah ke arah selatan masuk Gang Trubus yang berada persis di seberang jalan rumah batik tersebut. Anda akan melihat bagaimana buruknya kondisi sungai.
Persis di samping jembatan yang menghubungkan Kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo itu terdapat aliran selokan yang menjadi jalur pembuangan limbah batik. Warna airnya kerapkali berganti. Terkadang airnya seperti bercampur dengan semen atau tepung. Pertemuan arus kecil itu menimbulkan buih dan busa. Kondisi ini diperparah oleh sampah-sampah rumah tangga yang sengaja dibuang ke sungai.
Dari arah hulu, sungai yang mengalir ke arah Baron, Tipes, hingga ke Gading dan bermuara bermuara ke Sungai Bengawan Solo ini telah berwarna pekat. Sepintas melihat kondisi airnya, hampir dipastikan tidak ada makluk yang bisa bertahan hidup, kecuali jentik-jentik nyamuk yang hidup di air genangan limbah rumah tangga. Hanya ikan sapu-sapu yang bisa bertahan hidup dan bahkan semakin berkembang biak di air limbah tersebut. Ikan, udang, yuyu, dan binatang lain telah lenyap dari jejaring kehidupan sungai. Jika hidung sedang tidak mampet, bau busuk sungai yang mengalir di sebelah selatan Kampoeng Batik Laweyan ini tercium hingga jarak 300 meter. Kondisi air semakin buruk, pekat, dan busuk di musim kemarau seperti sekarang. Nyamuk di rumah-rumah warga sepanjang sungai pun luar biasa banyaknya.
Kontras jika libur lebaran tiba. Biasanya, beberapa hari aliran air sungai terlihat jernih walau kehijauan. Bebatuan di dasar sungai tampak jelas tidak seperti hari biasa. Hal ini mengingatkan saya pada masa lebih dari 15 tahun lalu. Anak-anak masih bisa bermain di jernihnya air sungai. Bersama teman-teman sebaya, selepas pulang sekolah menjaring udang dan ikan. Di sepanjang sungai terdapat sumber air ‘belik’ yang sangat jernih. Menurut Pakdhe Hadi ‘Tempe’ yang pernah menjadi juragan tempe, dahulu kedelai yang hendak dibuat tempe dicuci di sungai ini. Hampir semua warga yang tinggal di pinggir kali memanfaatkan belik untuk mandi. Saat ini, tidak dilarangpun anak-anak wegah bermain walau hanya di pinggiran sungai karena baunya menusuk hidung.
Lebih ke hilir lagi, kondisi sungai lebih parah. Semasa kanak-kanak, PT Batik Keris yang berada di Kabupaten Sukoharjo langsung membuang limbahnya yang masih panas ‘mongah-mongah’ lewat parit selebar dan setinggi sekitar satu meter. Warna air yang keluar dari lubang-lubang selokan pabrik itu berwarna-warni. Sebagian warga di sekitar pabrik sering
memanfaatkan parit air limbah menjadi tempat buang hajat, termasuk saya yang kanak-kanak saat itu.
Meskipun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sudah dibangun di kawasan Kampoeng Batik Laweyan pada tahun 2008, upaya ini masih kurang optimal. Diakui atau tidak, industri-industri besar di luar Kota Surakarta turut menyumbangkan limbahnya mengalir hingga ke Sungai Bengawan Solo yang masyur itu.
Upaya pengolahan limbah ramah lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Surakarta. Pengolahan limbah batik agar lebih ramah lingkungan harus menjadi perhatian bersama. Perlu perhatian dan kerjasama semua pihak, baik Kabupaten atau Kota yang berbatasan dengan Kota Surakarta, serta pemerintah pusat untuk mencari solusi bersama mengelola limbah batik lebih ramah lingkungan.
Pelestarian batik oleh Pemerintah Kota Surakarta sangat penting diapresiasi dan didukung. Namun, stigma yang menyebut bahwa selain menjadi warisan budaya dunia, limbah batik juga menjadi warisan dunia harus segera dihentikan.
*Warga pinggir kali yang terpapar limbah batik
Mahasiswa UNS Ciptakan Alat Pengolah Limbah BatikSelasa, 15 Januari 2013 13:59 WIB
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM, SOLO - Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menciptakan alat pengolah limbah
batik. Lewat alat itu, limbah batik berupa cairan keruh dan bau berubah
menjadi air bening.
Alat tersebut dinamakan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia
atau disingkat menjadi UPAL RE. Alat ini mulai dikembangkan sejak tahun
2009. Menurut Budi Utomo, ketua tim riset, saat kali pertama dikembangkan,
alat hanya sebatas digunakan untuk praktik di laboratorium.
"Saat itu kapasistasnya hanya 4 liter," kata Budi, Selasa (15/1/2013). Alat
kemudian dikembangkan untuk skala lebih besar dan sempurna pada tahun
ini. Setelah dimodifikasi menjadi portable, alat itu mampu mengolah air limbah
sebanyak 250 liter.
Selasa siang, alat yang sekilas mirip alat angkut itu dipraktikan. Bak dari
logam yang di dalamnya terdapat lempengan besi dan alumunium diguyur
limbah cair batik 10 jeriken. Lempengan tadi sudah dialiri listrik.
"Saat dinyalakan, lempengan tadi akan mengeluarkan gelembung yang
mengikat zat kimia pada limbah," kata Budi.
Setelah beberapa menit dinyalakan, alat mulai bekerja. Gelembung kecil-kecil
mulai muncul di permukaan air. Semakin lama, gelembung busa semakin
banyak. Saat disentuh, gelembung itu mengandung zat warna yang
mengental.
"Ini namanya flog. Flog adalah gumpalan zat kimia batik dibawa oleh
gelembung," kata Budi lagi.
Saat air limbah dikeluarkan lewat keran, air yang keluar sudah mulai jernih.
Sekitar 30 menit, air kembali dicek. Hasilnya air yang keluar jauh lebih jernuh
dan tak berbau.
"Kandungan zat kimia sudah menjadi flog. Limbah pun menjadi bening dan
layak aman dibuang ke sungai," ujar Budi.
Alat itu diperuntukkan bagi industri batik rumahan. Namun alat juga bisa
dikembangkan untuk pabrik batik skala besar. Berapa besar biaya yang
dibutuhkan, Budi masih belum bisa menghitung.
"Jadi kalau pakai alat ini, limbah yang dibuang ke sungai lebih aman, tak
mencemari lingkungan," terang Budi. (*)
Pengolahan Limbah Batik dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt)
Rizqi Amaliasani
12513044
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang Km 14.4, Sleman, Yogyakarta, 55584
Abstrak
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dariproses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat, padatan tersuspensi, atau zat organic. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat, apabila limbah batik ini dialirkan langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, maka akan menurunkan kualitas lingkungan dan merusak kehidupan yang ada di lingkungan tersebut. Karena potensinya yang cukup besar, maka perlu adanya usaha pengelolaan
limbah dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum. Sehingga limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
Kata kunci : batik, tekstil, limbah, sintetik, polutan, drainase
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Batik merupakan salah satu dari kebudayaan Indonesia yang berupa kain bermotif. Hingga sekarang pesona batik disukai baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Keindahan dan kecantikan batik Indonesia terletak pada begitu banyaknya perubahan dan motif yang muncul dalam perbedaan kebudayaan. Batik sebagai kekayaan Indonesia memiliki nilai seni yang tinggi. Jenis, corak, motif batik tradisional maupun modern tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Potensi Industri batik secara ekonomi cukup memberikan pendapatan yang besar kepada negara, baik dari segi penyerapan tenaga kerja maupun pemasukan devisa dan pajak. Permintaan pasar untuk konsumsi lokal dan luar negeri terbuka luas sehingga memberikan peluang yang besar untuk perkembangan industri ini.
Batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Industri batik nasional semakin berkembang akibat semakin banyaknya permintaan terhadap batik. Sejak dicanangkan hari batik nasional pada tanggal 2 Oktober 2009 omzet pengusaha batik naik hingga 50% (Suhendra, 2009). Pada beberapa daerah mulai muncul kampung batik sebagai sentra batik khas daerah masing – masing. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah penjualan Batik di Yogyakarta sebanyak 30% di bulan Desember 2009 dibandingkan sebelumnya dan peminat Batik mulai meluas dari orang tua hingga kaum remaja. Euforia Batik pun menjadi tampak sangat jelas di masyarakat. Semua sekolah mewajibkan siswa-siswinya memakai seragam Batik di hari tertentu. Karyawan bank, pegawai negeri, penyiar televisi, hingga instansi-instansi swasta pun memakai Batik. Peminat batik pun tidak lagi orang-orang tua, namun juga remaja kini mulai memakai batik.
Ditambah lagi baju Batik tidak hanya dipakai disaat acara resmi, bahkan waktu santai pun menggunakan batik.
Pada mulanya pembuatan batik diproduksi secara tradisional, namun sekarang beberapa industri batik sudah menggunakan teknologi modern dalam produksi maupun rancangannya. Akan tetapi pembuatan batik secara tradisional masih menjadi usaha sebagian besar masyarakat di daerah penghasil batik seperti Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Jabar, dan daerah-daerah lain di luar Jawa.
Industri batik merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam proses produksinya, batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Industri batik banyak meggunakan bahan-bahan kimia dan air. Bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan. Pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat, padatan tersuspensi, atau zat organik. Proses pembatikan secara garis besar terdiri dari pemolaan, pembatikan tulis, pewarnaan/pencelupan, pelodoran/penghilangan lilin, dan penyempurnaan (Purwaningsih, 2008)
Pada proses pewarna batik, baik pewarna dasar ataupun pewarna lanjut diindikasikan menggunakan campuran kimia yang sangat beracun dan berbahaya. Umumnya limbah batik akan langsung dibuang ke sungai melalui drainage air hujan. Industri batik merupakan industri yang potensial mengandung logam berat yang merupkan limbah berbahaya, sehingga dapat menyebabkan rusaknya lingkungan. Agar memenuhi batas aman pembuangan limbah batik ke lingkungan yang ditetapkan maka harus dilakukan pengolahan terhadap limbah ini sebelum dibuang ke sungai. Salah satu alternatif pengolahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakan logam inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi larutan. Metode ini merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan dan sangat sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik. Sehingga limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
2. Studi Pustaka
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya
merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi 2004)
Gambar 2.1. Alur Proses Pembuatan Batik Beserta Limbahnya
(Sumber : Anonim, 1997 dalam Purwaningsih, 2008).
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah adalah berukuran mikro, dinamis, penyebarannya berdampak luas dan antar generasi akan berdampak dalam jangka panjang. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah (Anonim,2009)
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian yaitu : limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel, serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi pengolahan menurut tingkatan perlakuan dan pengolahan menurut karakteristik limbah (Anonim,2009)
Kualitas limbah cair industri batik sangat tergantung jenis proses yang dilakukan,
pada umumnya limbah cair bersifat basa dan kadar organik yang tinggi yang
disebabkan oleh sisa-sisa pembatikan. Pada proses pencelupan (pewarnaan) umumnya
merupakan penyumbang sebagian kecil limbah organik, namun menyumbang wama
yang kuat, yang mudah terdeteksi, dan hal ini dapat mengurangi keindahan sungai
maupun perairan. Pada proses persiapan, yaitu proses nganji atau penganjian,
menyumbang zat organik yang banyak mengandung zat padat tersuspensi. Zat padat
tersuspensi apabila tidak segera diolah akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan
dapat digunakan untuk menilai kandungan COD dan BOD.
Kebanyakan penggunaan bahan pencelup dengan struktur molekul organik yang
stabil tidak dapat dihancurkan dengan proses biologis, untuk menghilangkan warna air
limbah yang efisien dan efektif adalah dengan perlakuan secara biologis, fisik dan kimia
(Alaerts, 1984 dalam Purwaningsih, 2008).
Karakteristik Air limbah Batik
Karakteristik air limbah dapat digolongkan dalam sifat fisika, kimia dan biologi.
Dengan mengetahui jenis polutan yang terdapat dalam air limbah, dapat ditentukan unit
proses yang dibutuhkan.
a. Karakter Fisika
Karakter fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna, dan padatan. Temperatur
menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan kedalam skala. Bau
merupakan parameter yang subyektif. Pengukuran bau tergantung pada sensitivitas
indera penciuman seseorang. Adanya bau yang lain pada air limbah, menunjukkan
adanya komponen-komponen lain di dalam air tersebut. Misalnya, bau seperti telur
busuk menunjukkan adanya hidrogen sulfida. Pada air limbah, warna biasanya
disebabkan oleh adanya materi disolved, suspended, dan senyawa-senyawa koloidal,
yang dapat dilihat dari spektrum warna yang terjadi. Padatan yang terdapat di dalam air
limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating, settleable, suspended atau dissolved.
b. Karakter kimia
Karakter kimia air limbah meliputi senyawa organik dan senyawa anorganik. Senyawa
organik adalah karbon yang dikombinasi dengan satu atau lebih elemen-elemen lain (O,
N, P, H). Saat ini terdapat lebih dari dua juta senyawa organik yang telah diketahui.
Senyawa anorganik terdiri atas semua kombinasi elemen yang bukan tersusun dari
karbon organik. Karbon anorganik dalam air limbah pada umumnya terdiri
atas sand, grit, dan mineral-mineral, baik suspended maupun dissolved. Misalnya:
klorida, ion hidrogen, nitrogen, fosfor, logam berat dan asam.
c. Karakter Biologis
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam semua
bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/ml. Kebanyakan
merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses
kehidupan (tumbuh, metabolisme, dan reproduksi). Secara tradisional, mikroorganisme
dibedakan menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh
karena itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan kedalam kategori protista, status
yang sama dengan binatang ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara terpisah.
Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses
biologis. Bakteri juga berperan penting untuk mengevaluasi kualitas air(Purwaningsih,
2008).
Pengaruh Limbah Industri Batik Terhadap Lingkungan
Pengelolaan lingkungan adalah usaha atau upaya agar tanah, air dan udara tidak
tercemar oleh air buangan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran potensial lebih
lanjut pada penderita pencemaran potensial yaitu manusia dan mahluk hidup lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan lingkungan adalah terkendalinya
dan terpeliharanya kesehatan secara menyeluruh (Sumarwoto,
1993 dalam Purwaningsih, 2008).
Lingkungan hidup adalah kesatuan dengan kesemua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya (Rusidana,
2006 dalamPurwaningsih, 2008).
Air bekas cucian pembuatan batik yang menggunakan bahan-bahan kimia banyak
mengandung zat pencemar/racun yang dapat mengakibatkan gangguan terhadap
lingkungan, kehidupan manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Zat warna dapat
mengakibatkan penyakit kulit dan yang sangat membahayakan adalah dapat
mengakibatkan kanker kulit (Sugiharto, 1987 dalamPurwaningsih, 2008).
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air. Hal ini mengakibatkan
matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air, juga dapat menimbulkan kerusakan pada
tanaman atau tumbuhan air, sehingga proses self purification yang seharusnya dapat
terjadi pada air limbah menjadi terhambat (Sugiharto, 1987 dalam Purwaningsih, 2008).
Semakin banyak zat organik dalam perairan akan mengalami pembusukan akibat
selanjutnya adalah timbulnya bau hasil penguraian zat organik. Di samping bau yang
ditimbulkannya, maka menumpuknya ampas akan memerlukan tempat yang banyak dan
mengganggu keindahan tempat di sekitarnya. Dan selain bau dan tumpukan ampas yang
mengganggu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan
pemandangan (Purwaningsih, 2008).
Kita semua tentunya tahu dan mengerti, bahwa manusia sebenarnya dapat hidup
secara harmonis dengan alam, seandainya manusia memperlakukan alam dengan baik,
dan tidak memanfaatkan sumber daya alam yang dikandung tidak berlebihan. Usaha-
usaha untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mempertahankan kwalitas
lingkungan hidup yang seimbang dalam segala bentuk belumlah mencapai hasil yang
memuaskan. Kualitas lingkungan dan kehidupan manusia terus menurun akibat ulahnya
sendiri.
Salah satu penyebab ulah manusia yang tidak peduli itu, adalah ketidaktahuannya mengenai peran keanekaragaman hayati dan perlunya pelestarian lingkungan hidup untuk menopang kehidupan manusia.
Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan
memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk lingkungan.
Selain kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang
berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang Artinya : dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)
3. Metodelogi Penulisan
Metode Pengumpulan Data
Penulis dalam mengumpulkan data dalam daftar pustaka menggunakan metode pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsumg diperoleh penulis dari subjeknya. Data sekunder biasanya berwujud data laporan yang tersedia. Dalam hal ini, data sekunder dioeroleh melalui buku, jurnal dan artikel.
Metode Analisis Data
Metode yang penulis gunakan dalam analisis data adalah metode deskriptif yaitu menyajikan data secara sistematis agar mudah untuk dimengerti.
4. Pembahasan Laporan
Dalam makalah ini peneliti menemukan metode baru untuk mengolah limbah batik dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakan logam inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi larutan. Metode ini merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan dan sangat sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik. Hasil akhirnya adalah air dan gas karbon dioksida. Penemuan baru dalam mengolah limbah batik dengan menggunakan metode elektrolisis dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 2. Rangkaian alat yang digunakan untuk mengolah limbah batik
Gambar 3. Rangkaian alat yang digunakan untuk mengolah limbah batik di laboratorium
Cara Kerja Alat
1. Limbah batik dimasukkan dalam bak elektrolisis, kemudian ditambah 0,25 kg untuk setiap 100 L limbah batik, kemudian dimasukkan elektroda, katoda dan anoda masing-masing berbahan platinum dan dilengkapi dengan pengaduk.
2. Kedua elektroda dihubungkan dengan sumber arus DC melalui voltmeter dengan potensial maksimum 5 Volt.
3. Elektrolisis limbah batik dijalankan dengan memasukkan potensial sebesar 5 V dan elektrolisis dihentikan jika larutan sudah menjadi jernih.
4. Hasil elektrolisis limbah batik merupakan limbah yang berwarna jernih, kemudian dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, COD dan logam berat dengan AAS.
Hasil Uji Coba Alat
a. Hasil analisis limbah batik setelah dielektrolisis dengan spektrofotometer UV-Vis
Gambar 2. Hasil analisis dengan spektrofotometer UV-Vis
Berdasarkan gambar di atas limbah batik yang semual berwarna biru (warna hitam) setelah diolah dengan elektrolisis berubah menjadi jernih (warna merah) dalam waktu 15 menit dan dengan bantuan garam dapur dengan penambahan garam dapur.
b. Hasil analisis COD dan analisis logam berat dengan AAS
Hasil analisis komponen komponen limbah disesuaikan dengan baku mutu limbah cair berdasarkan PP No 20 tahun 1990 ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Parameter Hasil Analisis PP No.20 tahun 1990
(Air Golongan D)
COD 39,8 mg/L 100 mg/L
Cr-Total 0,05 mg/L 1,0 mg/L
Pb-Total 0,03 mg/L 1,0 mg/L
Cd-Total 0,03 mg/L 0,01 mg/L
As-Total 0,01 mg/L 1,0 mg/L
Hg-Total 0,002 mg/L 0,005 mg/L
Berdasarkan hasil analisis limbah batik setelah diolah dengan teknik elektrolisis menghasilkan larutan jernih dan setelah dianalisis sangat aman untuk digunakan sebagai air minum, air keperluan rumah tangga, industri dan pertanian. Air yang telah diolah dapat langsung dibuang ke lingkungan.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui proses analisis dan sistesis masalah, maka kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Terciptanya pemahaman bahwa di samping produk yang dihasilkan, terdapat limbah yang menimbulkan dampak negatif di mana hal tersebut tidak bisa dianggap remeh.
2. Limbah pewarna yang dihasilkan oleh kegiatan produksi pada industri pembuatan kain batik biasanya terjadi pada proses pencelupan dan pewarnaan. Umumnya limbah cair bersifat basa dan kadar organik yang tinggi yang disebabkan oleh sisa-sisa pembatikan.Salah satu alternatif pengolahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakan logam inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi larutan. Metode ini merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan dan sangat sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik. Sehingga limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
5.2 Saran
Pada dasarnya segala sesuatu yang terlalu banyak dan berlebihan akan membuka peluang besar timbulnya permasalahan, maka diperlukan suatu langkah sedini mungkin terhadap limbah batik sebagai antisipasi timbulnya masalah yang lebih besar. Dengan memandang bahwa limbah adalah suatu hasil yang bukan merupakan tujuan utama dari sebuah proses, maka akan terkandung pengertian bahwa bukan tidak terdapat sisi manfaat pada barang tersebut.
Teknik pengolahan limbah batik dengan elektrolisis merupakan teknik yang lebih mudah, murah dan efisien dan mudah untuk dioperasikan, tidak memerlukan keahlian tinggi dan sederhana. Teknik ini tidak menghasilkan limbah baru sehingga aman untuk lingkungan. Teknik ini juga tidak memerlukan dana yang tinggi karena hanya memerlukan arus listrik yang rendah dan garam dapur yang murah.
Daftar Pustaka
Anonim. (2009). Batik. Didownload dari http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
Setyaningsih, H. 2007. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi karbon aktif.Tesis Program Pasca Sarjana UI. Jakarta.
Wardhana, W. A., 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi
Limbah Cair Industri Batik di download di http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/29480/2/Pemetaan-Limbah-Cair-Industri-Batik-(kandungan-Logam)-di-Kabupaten-Bangkalan-dengan-Sistem-Informasi-Geografis-(SIG).pdf
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/20/137468/Limbah-Sablon-dan-Batik-Mengkhawatirkan
Penemuan Teknik baru Untuk pengolahan Limbah Batik, di download di http://bappeda.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/03/PENEMUAN-TEKNIK-BARU-UNTUK-PENGOLAHAN-LIMBAH-BATIK.
Peran Manusia Sebagai Khalifah, di download dari http://sitinuralfiah.wordpress.com/bahan-ajar-2/manusia-sebagai-