Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2018/2019 hal 1
BLOK ELEKTIF
TOPIK LEADERSHIP
1. PENDAHULUAN
Blok elektif dilaksanakan pada tahun ke 3 semester 6 dengan waktu keseluruhan
selama 6 minggu. Pada blok ini mahasiswa dapat memilih dua topik yang diminati dari
empat topik yang disediakan dalam blok ini, yaitu Entrepreneurship, Leadership,
Alternative Medicine, dan Occupational Health. Masing-masing topik akan diselesaikan
selama 3 minggu yang terdiri dari 2 minggu aktif dan 1 minggu ujian. Pada modul ini
selanjutnya hanya membahas topik tentang Leadership.
Blok ini akan dipelajari dengan menggunakan metode kuliah dan kegiatan mandiri/
kunjungan lapangan.
2. TUJUAN BLOK
Setelah menyelesaikan blok leadership ini, mahasiswa akan mampu:
Mendefinisikan pemimpin dan kepemimpinan
Membedakan pemimpin formal, informal dan mengetahui etika profesi Pemimpin
Memahami Pembentukan tim dan kaderisasi
Mengetahui Teori kepemimpinan
Mengetahui Pendekatan kepemimpinan
Mengidentifikasi Tipe-tipe kepemimpinan
Mengetahui Peranan pemimpin dan staf dalam manajemen
Menerapkan Koordinasi
Memahami Wewenang dan pendelegasian wewenang
Melakukan Komunikasi dalam kepemimpinan
Memahami Motivasi dalam kepemimpinan
Memganalisa Konflik dan pengelolaan konflik
Memahami Keputusan dan pengambilan keputusan
3. TOPIK YANG RELEVAN
Definisi pemimpin dan kepemimpinan
Pemimpin formal, informal dan etika profesi Pemimpin
Pembentukan tim dan kaderisasi
Teori kepemimpinan
Pendekatan kepemimpinan
Tipe-tipe kepemimpinan
Koordinasi
Peranan pemimpin dan staf dalam manajemen
Wewenang dan pendelegasian wewenang
Komunikasi dalam kepemimpinan
Motivasi dalam kepemimpinan
Konflik dan pengelolaan konflik
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2018/2019 hal 2
Keputusan dan pengambilan keputusan
4. TOPIC TREE
5. STRATEGI PEMBELAJARAN
5.1 Kuliah
Materi Kuliah Durasi Dosen
Definisi pemimpin dan
kepemimpinan
2 x 50 menit Dr.dr.H. Syamsul Arifin, M.Pd
Teori dan Pendekatan kepemimpinan 2 x 50 menit dr.H. Adenan, M.Kes
Pemimpin formal, informal dan etika
profesi Pemimpin
2 x 50 menit Fuazie Rahman, SKM, MPH
Koordinasi 2 x 50 menit Dr.dr.H. Syamsul Arifin, M.Pd
Komunikasi dalam kepemimpinan 2 x 50 menit dr.H. Adenan, M.Kes
Motivasi dalam kepemimpinan 2 x 50 menit Fuazie Rahman, SKM, MPH
Keputusan dan pengambilan
keputusan
2 x 50 menit dr.H. Adenan, M.Kes
5.2 Kunjungan lapangan :
1. melakukan pengamatan terhadap peran pemimpin dan staf dalam sebuah
organisasi
2. melakukan pengamatan terhadap tipe-tipe kepemimpinan
5.3 Diskusi :
a. Pertemuan pertama tentang konflik
b. Pertemuan kedua tentang wewenang dan pendelegasian wewenang
Leadership
Pendekatan
Kepemimpinan
Pengambilan
keputusan
Teori
kepemimpinan
pendelegasian
dan koordinasi
Tipe-tipe
kepemimpinan
Kaderisasi
dan
Motivasi
Konflik
Komunikasi
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2018/2019 hal 3
5.4 Tugas Mandiri
Berupa tugas berupa tugas baca tentang topik Pembentukan tim dan kaderisasi,
selanjutnya membuat analisis dengan menjawab 5W + 1 H tentang kelompok yang
anda bentuk dalam menjalani kepaniteraaan klinik nanti.
6 PENILAIAN
6.1 Bentuk ujian
Untuk kuliah dan tutorial : ujian tulis
Untuk Kunjungan lapangan : penyusunan laporan kunjungan
6.2 Bentuk soal
Untuk kuliah dan tutorial : MCQ atau vignette
Untuk Kunjungan lapangan : presentase dan laporan
6.3 Komponen penilaian
1. Sumatif (memiliki prosentase dalam nilai akhir) terdiri atas:
a. Ujian tulis : 50 %
b. Presentase dan laporan : 40 %
c. Mandiri : 10 %
2. Formatif (tidak memiliki prosentase dalam nilai akhir namun dapat menjadi
prasyarat mengikuti ujian tulis), terdiri atas :
a. Kunjungan lapangan : menjadi prasyarat mengikuti ujian tulis. Apabila
tidak ikut serta dalam kunjungan lapangan tanpa alasan jelas tidak
diperkenankan mengikuti ujian tulis.
b. Etika : menjadi prasyarat mengikuti ujian tulis blok
d. Standar Penilaian
6.3.1.1.1 Mahasiswa harus lulus untuk setiap komponen penilaian, dengan
ketentuan sebagai berikut:
6.3.1.1.1.1 Nilai Bawah Lulus Ujian Tulis : 65
6.3.1.1.1.2 Nilai Bawah Lulus presentasi dan laporan : 70
6.3.1.1.2 Remediasi dilakukan jika mahasiswa tidak memenuhi nilai bawah lulus
ujian baik ujian tulis maupun laporan kunjungan. Remediasi hanya dilakukan
untuk komponen penilaian yang belum memenuhi nilai bawah lulus ujian dan
dilakukan pada akhir semester bersama-sama remediasi untuk blok lainnya pada
semester yang sama.
6.3.1.1.3 Penilaian akhir merupakan gabungan dari semua komponen penilaian di
atas dengan menggunakan PAP (criterion reference) dengan rentang penilaian
sebagai berikut:
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2018/2019 hal 4
Taraf Penguasaan
Kemampuan Nilai (angka) Nilai (huruf) Bobot
80% - 100%
75% - 79%
70% - 74%
65% - 69%
60% - 64%
55% - 59%
50% - 54%
0% - 49%
80 – 100
75 – 79
70 – 74
65 – 69
60 – 64
55 – 59
50 – 54
00 – 49
A
B+
B
C+
C
D+
D
E
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0
e.Cetak biru soal
No Departemen Jumlah
soal
1 Definisi pemimpin dan kepemimpinan 6
2 Pembentukan tim dan kaderisasi 6
3 Teori kepemimpinan 8
4 Pemimpin formal, informal dan etika profesi
Pemimpin
8
5 Koordinasi 7
6 Pendekatan kepemimpinan 10
7 Motivasi dalam kepemimpinan 7
8 Tipe-tipe kepemimpinan 10
9 Wewenang dan pendelegasian wewenang 8
10 Komunikasi dalam kepemimpinan 10
11 Konflik dan pengelolaan konflik 10
12 Keputusan dan pengambilan keputusan 10
TOTAL 100
7 TIM BLOK
Koordinator : Dr. dr. H. Syamsul Arifin, M.Pd
8 NARASUMBER
8.1 Dr. dr. H. Syamsul Arifin, M.Pd
8.2 dr.H. Adenan, M.Kes
8.3 Fauzie Rahman, SKM, M.Kes
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi FK ULM TA 2018/2019 hal 5
9 REFERENSI
1. Arifin, Syamsul .Leadership (Seni dan Ilmu Kepemimpinan). Penerbit Mitra
Wacana Media, Jakarta. 2012
2. Kenneth N. Wexley dan Gary A.Yuki, Perilaku Organisasi dan Psikologi
Personalia, Jakarta: Bina Aksara,hlm. 189. 1988
3. Gumilar, Gumgum. Komunikasi dan Kepemimpinan Dalam Organisasi.
Disampaikan dalam Training Leadership yang diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unikom Bandung. Selasa, 8 April 2008
4. Siagian, S.P.1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan .Jakarta : Rineka Cipta
5. Rivai, V. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
6. Gumilar G. Kepemimpinan dalam organisasi. Diajukan pada Penalaran dan
Keilmuan Keorganisasian Manajemen Informatika, selasa 22 Juni 2004, Bandung:
Universitas Komputer Indonesia, 2004.
7. Sarros JC & Butchatsky O. Leadership, Australia's Top CEOs: Finding out what
makes them the best. Sydney: Harper Business, 1996.
8. Winardi, 2000 Kepemimpinan dalam manajemen. PT Rineka Cipta. Jakarta.
9. Wursanto. Dasar-dasar ilmu Organisasi. Yogyakarta; Andi Yogyakarta, 2003
10. Salusu J. Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia,1996.
11. Handayaningrat, Soewarno (1985). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Managemen. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Gunung Agung.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 6
10 JADWAL KEGIATAN
Minggu 1 (5 s.d 9 November 2018)
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
08.00-08.50 Kuliah
Kuliah :
Pemimpin formal,
informal dan etika
profesi Pemimpin
Tugas Mandiri
Pembentukan Tim
dan Kaderisasi
09.00-09.50 Pengantar Topik Kuliah:
Teori dan Pendekatan
Kepemimpinan
Kuliah :
Koordinasi 10.00-10.50 Kuliah
Definisi Pemimpin
dan kepemimpinan 11.00-11.50
12.00-12.50 Diskusi skenario 1
13.00-13.50
14.00-14.50
15.00-15.50
Minggu 2 ( 12 s.d 16 November 2018)
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
08.00-08.50
09.00-09.50 Kuliah Pakar
Skenario 1
(Fauzie Rahman,
SKM, MPH)
Kuliah
Komunikasi dalam
kepemimpinan
Kuliah :
Motivasi dalam
kepemimpinan
Kuliah
Pengambilan
Keputusan
Kunjungan
Lapangan 10.00-10.50
11.00-11.50
12.00-12.50 Diskusi
skenario 2
13.00-13.50
14.00-14.50
15.00-15.50
16.00-16.50
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 7
Minggu 3 (19 – 23 November 2018)
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
08.00-08.50
LIBUR NASIONAL
Pengumpulan
Tugas mandiri
dan Laporan
Revisi
Ujian Tulis 09.00-09.50 Kuliah Pakar
Skenario 2
(dr.H.Adenan,
M.Kes)
Presentasi Laporan
Kunjungan
10.00-10.50
11.00-11.50
12.00-12.50
13.00-13.50
14.00-14.50
15.00-15.50
16.00-16.50
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 8
11. EVALUASI TOPIK
Topik dikatakan berhasil apabila:
a. Kehadiran mahasiswa
Kuliah : minimal 80%
Kunjungan lapangan : 100%
b. Kehadiran narasumber : 100%
c. Tingkat kelulusan mahasiswa : 100%
d. Kualitas kelulusan mahasiswa : Nilai Blok 100% memenuhi NBL
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 9
FORMAT LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KEPEMIMPINAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PENULISAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III GAMBARAN UMUM SUMBERDAYA MANUSIA
3.1 Jumlah SDM
3.2 Jenis Kelamin SDM
3.3 Pendidikan SDM
3.4 Golongan Umur SDM
3.5. Masa Kerja SDM
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 TEMUAN LAPANGAN
4.2 PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA:
LAMPIRAN: dokumentasi saat kunjungan lapangan
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 10
Lampiran : Bahan Diskusi
Kasus I
Sebuah RSUD dengan 236 tempat tidur dan BOR 65%, sejak dua tahun yang lalu di
pimpin oleh seorang dokter senior. Dalam menjalankan fungsi manajerialnya banyak
sekali dipengaruhi oleh karakter kepribadiannya yang bersifat keras kepala dan kurang
kooperatif. Komunikasinya dengan para dokter rumah sakit tidak berjalan dengan baik.
Komunikasi dan kerjasamanya dengan Pemerintah Daerah terutama Kepala Dinkes dan
Walokota tidak berjalan dengan baik. Akibatnya setelah satu tahun menjabat mulai
timbul konflik, baik intern dan ekstern.
Kasus 2
Seorang dokter baru yang dipercaya memimpin sebuah sebuah puskesmas yang pada satu
tahun terakhir terlihat tanda-tanda semangat kerja yang menurun, tugas-tugas banyak yang
tertunda, pada jam-jam tertentu banyak karyawan yang tidak ada di tempat, sehingga
sering ,muuncul masalah antara keluarga pasien dengan pihak pusk`esmas. Di bagian
administrasi banyak karyawan yang mengeluh masalah gaji yang tidak cukup. Para
karyawan akan melaksanakan tugas bila ada perintah dari atasan. Setelah mengkaji hal-hal
di atas, salah satu teknik yang diambil pimpinan baru tersebut dengan memberikan
wewenang/pendelegasian wewenang tugas dan tanggung jawab kepada bawahannya sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 11
BLOK ELEKTIF
TOPIK ALTERNATIVE MEDICINE
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 12
BLOK ELEKTIF
TOPIK ALTERNATIVE MEDICINE
1. Pendahuluan
Blok alternative medicine akan dilaksanakan pada fase II semester VII. Blok ini
akan diselenggarakan selama 3 minggu, yang terdiri dari 2 minggu digunakan untuk
pembelajaran dan 1 minggu digunakan untuk ujian. Mahasiswa akan belajar mengenai
pengobatan alternatif yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama
penduduk Kalimantan Selatan. Pengobatan ini meliputi pengobatan menggunakan herbal
(tanaman) dan menggunakan akupunktur/acupressure. Berbagai penyakit yang dapat
disembuhkan dengan pengobatan herbal dan akupunktur/accuprssure, termasuk masalah
yang mungkin muncul akibatnya. Kemandirian dan keaktifan mahasiswa dalam belajar dan
pencarian informasi terbaru perlu ditekankan untuk menunjang kedinamisan pelaksanaan
kegiatan dalam blok secara keseluruhan.
Selain pemahaman terhadap materi-materi terkait, juga diperlukan praktek untuk
mendukung teori yang diajarkan berupa praktikum baik yang terkait dengan pengobatan
menggunakan herbal maupun akupunktur/acupressure.
Mahasiswa juga akan mempelajari sikap profesionalisme yang terkait dengan topik
di atas. Oleh karena itu, pada blok ini akan digunakan strategi pembelajaran berupa metode
kuliah dan praktikum.
2. Tujuan Blok
Pada akhir blok, mahasiswa kedokteran diharapkan akan mampu:
1. Mengetahui penggunaan bahan-bahan dan metode alternatif yang dapat digunakan
untuk pengobatan
2. Mengetahui undang-undang yang mengatur tentang obat tradisional
3. Mengetahui tahap-tahap pengembangan obat tradisional
4. Mengetahui kandungan tanaman yang berkhasiat obat
5. Mampu melakukan pengekstraksian dan pengujian tanaman yang akan digunakan untuk
pengobatan
6. Mampu melakukan pengujian kualitatif kandungan tanaman berkhasiat obat
7. Mengetahui prinsip terapi acupressure/akupunktur
8. Mengetahu titik-titik acupressure yang digunakan untuk aplikasi kasus dokter umum
9. Mampu melakukan acupressure untuk kasus-kasus sederhana
3. Topik yang Relevan
Farmakologi
Topik 1. Pengantar Obat Tradisional
Topik 2. Undang-undang obat tradisional
Topik 3. Pengembangan obat tradisional
Topik 4. Ekstraksi
Topik 5. Penapisan Fitokimia & kromatografi
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 13
Akupunktur/acupressure
Topik 1. Falsafah acupressure/akupunktur
Topik 2. Pengenalan Meridien
Topik 3. Fisiologi accupressure/akupunktur
Topik 4. Teknik Accupressure
Topik 5. Pengenalan titik-titik pada aplikasi kasus dokter umum
4. Topik Tree
5. Metode Pembelajaran
1. Kuliah
Kuliah akan diberikan oleh dosen yang berkompeten dengan waktu maksimal 3 x
50 menit/kali pertemuan. Pada saat kuliah diharapkan terjadi pembicaraan 2 arah
antara mahasiswa dan dosen. Dosen diharapkan menggunakan metode-metode
perkuliahan efektif yang telah diperoleh pada waktu pelatihan, sehingga dosen
tidak mendominasi kelas. Pendalaman materi akan diperoleh mahasiswa melalui
tutorial dan belajar mandiri. Adapun materi kuliah yang akan diberikan meliputi :
Farmakologi
Pengantar Obat Tradisional (1 x 50 menit)
Undang-undang obat tradisional (2 x 50 menit)
Pengembangan obat tradisional (2 x 50 menit)
Ekstraksi (3 x 50 menit)
Penapisan Fitokimia & kromatografi (2 x 50 menit)
Akupunktur/acupressure
Falsafah acupressure/akupunktur (2 x 50 menit)
Pengenalan Meridien (2 x 50 menit)
Fisiologi accupressure/akupunktur (1 x 50 menit)
Teknik accupressure (1 x 50 menit)
Pengenalan titik-titik pada aplikasi kasus dokter umum (2 x 50 menit)
2. Praktikum
Pada blok ini akan dilakukan kegiatan praktikum yang bertujuan :
(1) memperkuat teori yang diberikan dan atau (2) melatih keterampilan untuk
pengembangan obat herbal dan accupressur. Praktikum akan dilangsungkan di
laboratorium terkait dengan waktu maksimal 3 x 50 menit/kali praktikum melalui
ALTERNATIVE
MEDICINE
Accupressure/akupunktur
Herbal medicine
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 14
praktek langsung maupun demonstrasi. Materi praktikum yang harus diikuti
mahasiswa meliputi :
a. Farmakologi
- Ekstraksi (3 x 50 menit)
- Penapisan fitokimia (3 x 50 menit)
- Pembuatan Obat Tradisional I (3 x 50 menit)
- Pembuatan Obat Tradisional II (3 x 50 menit)
b. Acupressure
- Praktikum I (3 x 50 menit)
- Praktikum II (3 x 50 menit)
3. Mandiri
Strategi pembelajaran lainnya yang digunakan pada blok ini adalah belajar mandiri.
Tujuan belajar mandiri yaitu memperdalam materi yang diberikan pada saat
perkuliahan, mencari penjelasan untuk menjawab sasaran belajar yang ditetapkan
pada saat tutorial, mempelajari materi-materi yang tidak diberikan pada saat
perkuliahan namun terkait dengan tujuan blok serta mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen. Untuk belajar mandiri disediakan waktu 50-150 menit per
kegiatan. Belajar mandiri dapat dilakukan di perpustakaan, di ruang internet, di
rumah dan tempat lain baik secara perorangan maupun kelompok.
5. Sistem Penilaian
A. Bentuk ujian
Ujian teori dalam bentuk ujian tulis.
B. Bentuk soal
Soal ujian teori dibuat dengan tipe Multiple Choice Question (MCQ). Soal dibuat
berdasarkan cetak biru yang telah ditetapkan dengan mengacu pada standar
pembuatan soal.
C. Penilaian
a. Formatif, yang merupakan prasyarat ujian:
Kehadiran di perkuliahan : 80%
Kehadiran praktikum : 100%
Etika pada praktikum : sufficient (berbasis checklist)
Etika pada perkuliahan : sufficient (berbasis checklist)
b. Sumatif :
Ujian tulis berupa soal MCQ (vignette & nonvignette: pilihan ganda dengan
satu jawaban benar) : 60%
Praktikum : 30%
Mandiri : 10%
c. Standar Penilaian
Standar penilaian menggunakan PAP/criterion-reference dengan nilai patokan
berdasarkan aturan institusi.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 15
Tabel 1. Standar penilaian yang digunakan pada blok elektif
Nilai Angka Nilai Huruf Konversi IP
≥ 80 A 4
75,00 - 79,99 B+ 3,5
70,00 - 74,99 B 3
65,00 - 69,99 C+ 2,5
60,00 - 64,99 C 2
55,00 - 59,99 D+ 1,5
50,00 - 54,99 D 1
<50,00 E 0
d. Remediasi:
Jika nilai ujian tulis berada di bawah nilai lulus (NBL) 65 maka mahasiswa
diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilai ujian tulis dan keterampilan yang
dilakukan di minggu terakhir blok.
Apabila setelah remediasi I, nilai akhir blok masih berada di bawah nilai batas
lulus blok, maka akan dilakukan remedial II untuk ujian tulis. Setelah dilakukan
remediasi II maka nilai maksimal blok yang akan diperoleh adalah C.
Apabila setelah remediasi II, nilai akhir blok masih berada di bawah nilai batas
lulus blok, maka mahasiswa diwajikan mengulang blok.
e. Cetak biru soal ujian
Tabel 2. Cetak biru soal ujian tulis blok elektif
Sasaran belajar
Bagian
Farmakologi Accupressure/
Akupunktur
Mengetahui penggunaan bahan-bahan dan
metode alternatif yang dapat digunakan untuk
pengobatan
4 4
Mengetahui undang-undang yang mengatur
tentang obat tradisional 8
Mengetahui metode ekstraksi obat tradisional 16
Mengetahui kandungan tanaman yang
berkhasiat obat 8
Mengetahui golongan kandungan dan cara
pengujian obat tradisional 12
Mengetahui prinsip terapi
acupressure/akupunktur 12
Mengetahui titik-titik acupressure yang
digunakan untuk aplikasi kasus dokter umum 12
T O T A L = 75 43 32
7. Tim Topik
Sekretaris : Dr. Isnaini, S.Si., Apt., M.Si
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 16
8. Daftar Kontributor blok
Bagian Farmakologi/farmasi
Bagian Akupunktur/accupressure
9. Narasumber:
Narasumber yang akan memberikan kuliah pada blok ini disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Daftar nama dosen pemberi materi kuliah
NO BAGIAN DOSEN MATERI KULIAH
1 Farmakologi Dr. Isnaini, S.Si., Apt., M.Si Pengantar Obat Tradisional
Pengembangan Obat
Tradisional
Undang-undang Obat
Tradisional
Penapisan Fitokimia &
Kromatografi
Metode Ekstraksi
2 Accupressure/
Akupunktur
Dr Pagan Pambudi, SpS Falsafah
acupressure/akupunktur
Pengenalan Meridien
Fisiologi
acupressure/akupunktur
Teknik Accupuressure
Pengenalan titik-titik pada
aplikasi dokter umum
10. Referensi
Blok ini ditunjang oleh referensi sebagai berikut :
1. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta
2. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta
3. Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI, Jakarta
4. Gunawan, D., dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Penebar
Swadaya. Jakarta
5. Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka.
Majalah Kedokteran Indonesia 57 (7) : 205 - 211
6. Stein, A. 2005. Accupressure guide to aleviate Headache, Neck and Join paint, anxiety
attack and Other Ailments. Authorhouse
7. Focks, C. 2008. Atlas of Acupuncture 1st edition. Munchen-Churchil-livingstone
8. Gala, D. Be Your Own Doctor with Acupressure. Ahmadabad. Navnet Publication.
9. Saputra, K. Indrawati A. 2009. Akupunktur Indonesia. Surabaya. Airlangga University
Press
10. White A, Cumming M, Filshie J, 2008. An Introduction to Western Medical
Acupuncture. New York. Churchil-Livingstone
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 17
11. JADUAL KEGIATAN BLOK ELEKTIF (ALTERNATIVE MEDICINE)
Minggu I (12 - 16 Nopember 2018)
Jam SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
08.00-09.00
09.00-10.00 Kuliah:
Pengantar Obat
Tradisional
Kuliah:
Undang-undang obat
tradisional
Kuliah:
Ekstraksi
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00 Kuliah: Pengembangan Obat
Tradisional
Praktikum
Ekstraksi
13.00-14.00 Kuliah:
Falsafah
acupressure/Akupunktur
Kuliah:
Pengenalan titik-titik
accupressur pada
aplikasi kasus dokter
umum
14.00-15.00
15.00-16.00 Kuliah:
Fisiologi acupressure
16.00-17.00
17.00-18.00
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 18
Minggu II (12 – 16 Nopember 2018)
Jam SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
08.00-09.00
09.00-10.00 Kuliah: Penapisan fitokimia &
kromatografi Praktikum
Penapisan fitokimia
Praktikum
Akupunktur II 10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00 Kuliah:
Pengenalan Meridien
Praktikum
Akupunktur I
14.00-15.00
15.00-16.00 Kuliah:
Teknik acupressure
16.00-17.00
17.00-18.00
Minggu III (19 – 23 Nopember 2018)
Jam SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT
08.00-09.00
LIBUR
BERSAMA
09.00-10.00 Praktikum:
Pembuatan Obat
Tradisional I
Praktikum:
Pembuatan Obat
Tradisional II
Ujian Blok 10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 19
12. Evaluasi Blok
Blok dinyatakan berhasil apabila memenuhi kriteria seperti pada tabel 3
Tabel 3. Indikator keberhasilan blok
Indikator Alat ukur Target
Kehadiran mahasiswa DHMD Kuliah > 80%
Praktikum : 100%
Kehadiran tutor dan
instruktur
Daftar hadir dosen 100%
Tingkat kelulusan DPNA 100%
Kualitas kelulusan DPNA IP Blok >2,75
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 20
EKSTRAKSI
Nita Fujiarti, SFarm, Apt, MPH
Alam memberikan kepada kita bahan alam yang terdapat di darat dan di laut berupa
tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diidentifikasi dan menentukan sistematikanya
akan diperoleh bahan alam yang dapat berkhasiat sebagai obat. Jika bahan alam yang
berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh
bahan yang siap pakai atau simplisia.
Simplisia (obat gubal), merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat
yang belum mengalami perubahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
dikeringkan. Ada beberapa jenis simplisia, yaitu:
1. Simplisia Nabati adalah tanaman atau bagian tanaman yang telah dikeringkan. Bagian
yang dibuat simplisia bisa seluruh tanaman atau hanya sebagian. Yang dimaksudkan
sebagian bisa berupa batang, kulit batang, akar, daun, umbi, bunga, buah atau biji
tanaman.
2. Simplisia Hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia Mineral adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum diolah
atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Tahapan Pengolahan Simplisia:
1. Pemanenan
Penentuan saat panen suatu tanaman obat hendaknya selalu diingat akan kuantitas
dan kualitas simplisia. Hal ini mengingat jumlah zat berkhasiat dalam tanaman tidak selalu
konstan sepanjang tahun atau selama siklus hidupnya, tetapi selalu berubah dipengaruhi
oleh perubahan lingkungan. Misalnya tanaman Kelembak (Rheum Officinale) tidak
mengandung derivate antrakinon dalam musim dingin, melainkan antranol, yang diubah
menjadi antrakinon pada musim panas. Umur tanaman umumnya juga merupakan faktor
penting dalam akumulasi bahan yang diinginkan.
Beberapa penentuan (pedoman) yang harus diperhatikan saat panen:
a. Biji (semen) dipanen pada saat buah sudah tua atau buah mengering, misalnya biji
kedawung.
b. Buah (fructus) dikumpulkan pada saat buah sudah masak atau sudah tua tetapi belum
masak, misalnya Iada (misalnya pada pemanenan lada, kalau dilakukan pada saat buah
sudah tua tetapi belum masak akan dihasilkan lada hitam (Piperis nigri Fructus); tetapi
kalau sudah masak akan dihasilkan lada putih (Piperis aIbi Fructus).
c. Daun (folia) dikumpulkan pada saat tumbuhan menjelang berbunga atau sedang
berbunga tetapi belum berbuah atau sewaktu proses fotosintesa maksimal yaitu
sebelum pembentukan buah, misalnya tanaman Saga (Abrus praecatorius).
d. Bunga (flores/flos) dipanen pada saat masih kuncup (misalnya cengkeh atau melati)
atau tepat mekar (misalnya bunga mawar, bunga srigading).
e. Kulit batang (cortex) diambil dari tanaman atau tumbuhan yang telah tua atau umun
yang tepat, sebaiknya pada musim kemarau sehingga kulit kayu mudah dikelupas.
f. Umbi Iapis (bulbus) dipanen pada waktu umbi mencapai besar optimum, yaitu pada
waktu bagian atas tanaman sudah mulai mengering (misalnya bawang putih dan
bawang merah).
g. Rimpang atau “empon-empon (rhizome) dipanen pada waktu pertumbuhan maksimal
dan bagian di atas tanah sudah mulai mengering, yaitu pada permulaan musim
kemarau.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 21
2. Pengumpulan
Pada tahapan ini simplisia langsung diangkut dari tempat panen dan diletakkan di
tempat yang terlindung matahari langsung, serta harus diperhatikan pengaruh kontaminan
dan mikroorganisme.
3. Sortasi basah
Sortasi basah merupakan tahap awal pemisahan atau pemilahan simplisia dengan
bahan pengotor (impurity) yang terbawa saat pemanenan.
4. Pencucian
Pencucian dilakukan menggunakan air mengalir untuk menghilangkan debu serta
pengotor yang melekat, kemudian sesudah dicuci, bahan diangin-anginkan untuk
mengurangi air yang menempel.
5. Pengeringan
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera
dikeringkan. Tujuan utama proses pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk
menjamin dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, serta mencegah terjadinya
proses atau reaksi enzimatika yang dapat menurunkan mutu.
Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban dan aliran udara
(ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari sinar matahari atau panas buatan.
Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau
komponen lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi dengan
aliran udara berlengas rendah secara teratur. Untuk simplisia yang mengandung alkaloida,
umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 60oC.
Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukan, hendaknya simplisia
jangan ditumpuk terlalu tebal dan sebelum dikeringkan simplisia yang berukuran besar
dirajang agar ukuran menjadi lebih kecil, sehingga proses penguapan dapat berlangsung
dengan cepat. Sering suhu yang tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna simplisia
menjadi lebih menarik. Misalnya pada pengeringan Temulawak, suhu awal pengeringan
dengan panas buatan antara 50o-55oC. Pengeringan simplisia, dapat dilakukan
menggunakan: Almari pengering, Oven maupun dibawah sinar matahari.
6. Sortasi kering
Sortasi kering merupakan tahapan kedua pemisahan atau pemilahan simplisia
dengan bahan pengotor (impurity).
7. Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran mikroba dengan penambahan kloroform, eter atau pemberian bahan atau
penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan
kesehatan.
8. Pengemasan
Pengemasan simplisia dilakukan untuk mempertahankan mutu simplisia dalam
penyimpanan.
Setelah diperoleh simpisia, proses selanjutnya ialah penyarian isi atau kandungan
zat aktif dari simplisia melalui proses yang disebut ekstraksi. Ekstraksi atau penyarian
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 22
merupakan peristiwa perubahan massa zat aktif yang berada di dalam sel, ditarik oleh
cairan penyari sehingga zat aktif larut di dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian
akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari
semakin luas.
Istilah ekstraksi hanya digunakan untuk penyarian zat-zat dari bahan asal dengan
menggunakan cairan penyari/penarik/pelarut. Cairan penyari yang dipergunakan disebut
menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces, cairan yang dipisahkan disebut
macerate/liquid/colatura/solution atau perkolat.
Tujuan utama dari proses ekstraksi adalah untuk mendapatkan zat-zat yang
berkhasiat sebanyak mungkin, supaya lebih mudah digunakan daripada simplisia asal.
Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab pada umumnya
simplisia terdapat dalam keadaan tercampur yang memerlukan cara-cara penyarian dan
cairan-cairan penyari tertentu.
Syarat cairan penyari:
• Sifat cairan penyari yaitu harus dapat melarutkan senyawa yang diinginkan, “like
dissolved like”
• Mudah dihilangkan/dipisahkan/diuapkan
• Inert
• Tidak beracun
• Tidak mudah terbakar
• Pelarut dimurnikan dengan destilasi berulangkali
Macam-macam cairan penyari:
1. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada suhu
kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya: garam-garam
alkaloida, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.
Kelemahan penggunaan pelarut air, yaitu tidak bisa bertahan lama karena merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur.
2. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, umumnya pelarut yang baik
untuk alkaloida, glikosida, dammar-damar, minyak atsiri. Tetapi tidak cocok untuk
melarutkan jenis-jenis gom, gula dan albumin.
3. Glycerinum (Gliserin)
Terutama digunakan sebagai cairan penambah pada cairan menstrum, untuk
penarikan simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin adalah pelarut yang baik
untuk tannin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut
dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak
kering.
4. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan
sediaan obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 23
5. Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut
yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak.
6. Aceton
Tidak dipergunakan untuk sediaan obat dalam, dengan bau yang tidak enak dan
sukar hilang dari sediaan. Pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak, minyak
atsiri dan damar.
7. Cholorform
Tidak dipergunakan untuk sediaan obat dalam, karena efek farmakologinya.
Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
Metode penyarian merupakan salah satu bagian dari isolasi bahan alam. Metode
dasar penyarian adalah maserasi, perkolasi, dan sokletasi serta infundasi. Pemilihan
terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang
baik. Berdasarkan cairan penyarinya, metode penyarian dapat dibedakan:
a. Dengan pelarut organik, yaitu metode: Perkolasi, Maserasi, Sokletasi
b. Dengan pelarut air, yaitu metode: Infundasi, Dekoksi, Hidrodestilasi
Metode penyarian:
1. Maserasi
Maserasi adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia
tersebut dalam cairan penyari pada suhu 15-25oC. Maserasi juga merupakan proses
pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan cara penyarian menggunakan alat (perkolator) yang
simplisianya terendam dalam cairan penyari, dimana zat-zatnya terlarut dan larutan
tersebut akan menetes secara beraturan keluar dan diulangi dengan beberapa kali
penyarian.
Keuntungan dari metode perkolasi ialah preparat yang didapat dalam bentuk pekat
dan berarti penghematan menstrum. Secara umum perkolasi dipergunakan untuk
pembuatan ekstrak cair yang simplisianya mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan
atau rusak oleh pemanasan.
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan penyarian berkesinambungan menggunakan alat yang disebut
Soxlet. Penyarian berkesinambungan menggabungkan dua proses. Uap cairan penyari naik
ke atas melalui pipa samping. Kemudian diembunkan kembali oleh pendingin balik. Cairan
turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun
melarutkan zat aktif serbuk simplisia. Karena adanya sifon setelah pelarut mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan
karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Keuntungan
lainnya adalah cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh
hasil yang lebih pekat. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga
dapat menyari zat aktif lebih banyak. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan
tanpa menambah volume cairan penyari. Sedangkan kerugian dari metode Sokletasi adalah
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 24
larutan dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang
cocok.
4. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian simplisia nabati menggunakan cairan penyari
pada suhu 90oC selama 15 menit. Cara penyariannya ialah dengan mencampurkan
simplisia sesuai dengan derajat halusnya dengan air secukupnya di dalam panci infus.
Panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil
sesekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Infus Daun Sena dan
simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah din gin dan tidak boleh diperas.
Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga
memperoleh massa seperti bubur, buah Adas Manis dan buah Adas harus dipecah terlebih
dahulu. Infus yang tidak mengandung bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan
10% simplisia.
UNDANG-UNDANG OBAT TRADISIONAL
Obat tradisional (OT) adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan galenik (sarian) atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan. Sumber obat tradisional lebih banyak
berasal dari tumbuhan, maka obat tradisional sering diidentikkan dengan tanaman obat
(herbal medicine).
Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS), menyebutkan obat tradisional
merupakan bahan atau ramuan bahan tumbuhan, hewan, mineral, termasuk biota laut atau
sediaan galenik yang telah digunakan secara turun temurun dan telah uji pra klinik/klinik
seperti obat herbal terstandar dan fitofarmaka untuk menjembatani pengembangan obat
tradisional kearah pemanfaatan dalam pelayanan kesehatan formal dan pemanfaatan
sumber daya alam Indonesia.
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara
dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
Pada Sistem Kesehatan nasional (SKN) disebutkan bahwa pengembangan dan
peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi,
aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik
untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan
formal.
Obat tradisional telah diterima secara luas di Negara-negara yang tergolong
berpenghasilan rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa Negara berkembang obat
tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan
kesehatan strata pertama. Sementara itu menurut data World Health Organitation (WHO)
di banyak negara maju (60%) penggunaan obat tradisional makin populer.
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa
dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu, namun demikian pada
umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang
memadai. Mengingat hal tersebut dan menyadari bahwa Indonesia sebagai mega-senter
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 25
tanaman obat di dunia, maka perlu disusun suatu kebijakan untuk obat tradisional yang
dapat menjadi acuan semua pihak yang terkait didalamnya.
Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS) berdasarkan KepMenKes RI.
No:381/Menkes/SK/III/2007 adalah dokumen resmi yang berisi pernyataan komitmen
semua pihak yang menetapkan tujuan dan sasaran nasional di bidang obat tradisional
beserta prioritas, strategi dan peran berbagai pihak dalam penerapan komponen-komponen
pokok kebijakan untuk pencapaian tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang
kesehatan.
Tujuan KOTRANAS adalah:
1. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam (SDA) & ramuan tradisional secara
berkelanjutan untuk digunakan sebagai OT dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan.
2. Menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia secara lintas sektor agar mempunyai
daya saing sebagai sumber ekonomi masyarakat dan devisa negara yang berkelanjutan.
3. Tersedianya OT yang terjamin mutu khasiat dan keamanannya, teruji secara ilmiah dan
dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam pelayanan
kesehatan formal.
4. Menjadikan OT sebagai komoditi unggul yang memberikan multi manfaat yaitu
meningkatkan ekonomi masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja dan
mengurangi kemiskinan
Ruang Lingkup KOTRANAS adalah:
Ruang lingkup KOTRANAS meliputi pembangunan di bidang OT untuk
mendukung pembangunan kesehatan dan ekonomi dalam upaya mendapatkan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas.
Pemanfaatan dan pengembangan obat tradisional di berbagai daerah di Indonesia
yang merupakan warisan turun temurun berdasarkan pengalaman/empirik selanjutnya
berkembang melalui pembuktian ilmiah melalui uji pra-klinik dan uji klinik. Obat
tradisional yang didasarkan pada pendekatan “warisan turun temurun” dan pendekatan
empirik disebut jamu, sedangkan yang berdasarkan pendekatan ilmiah melalui uji pra-
klinik disebut obat herbal terstandar dan yang telah melalui uji klinik disebut fitofarmaka.
POKOK-POKOK DAN LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN
Upaya pengembangan OT merupakan rangkaian kegiatan panjang, bidang yang
luas dengan permasalahan yang kompleks serta melibatkan banyak pihak. Sementara itu
sumber daya untuk itu sangat terbatas. Sehingga upaya pengembangannya harus dilakukan
dengan langkah-langkah terpadu dan komprehensif, melibatkan semua sector dan program
terkait. Maka diperlukan adanya pokok-pokok dan langkah-langkah kebijakan yang jelas
dan merupakan komitmen semua pihak yang terkait hal-hal sebagai berikut:
a. Budidaya dan Konservasi sumber daya obat tradisional
Sasaran:
Tersedianya secara berkesinambungan bahan baku OT yang memenuhi standar
mutu yang dapat dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat
Langkah kebijakan:
1. Peningkatan pengembangan lintas program untuk penetapan komoditas dan
pengembangan tumbuhan obat unggulan.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 26
2. Peningkatan SDM dengan pendidikan dan pelatihan untuk menyediakan SDM
kompeten dalam penyediaan bahan alam untuk bahan baku OT.
3. Peningkatan produksi mutu dan daya saing komoditas tumbuhan unggulan melalui
Good Agriculture Practices(GAP), Good Agriculture Collecting Practices (GACP)
& (SOP) masing2 komoditas.
4. Pelaksanaan survei dan evaluasi secara menyeluruh tumbuhan obat yang dapat
dimanfaatkan.
5. Pemetaan kesesuaian lahan, yang menunjukkan daerah-daerah potensial untuk
pengembangan tumbuhan obat.
6. Pelaksanaan konservasi untuk mencegah kepunahan akibat eksplotasi berlebihan
maupun biopiracy melalui regulasi, penelitian dan pengembangan.
7. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan budidaya dan konservasi SDA.
8. Pembentukan Bank Plasma Nutfah/sumber genetik tumbuhan obat.
b. Keamanan dan Khasiat Obat Tradisional
Sasaran:
OT yang beredar memenuhi persyaratan keamanan dan khasiat.
Langkah kebijakan:
1. Pengembangan inventarisasi data uji praklinik.
2. Penapisan berdasarkan data uji praklinik dan data ekonomi.
3. Pengembangan uji klinik terhadap tumbuhan obat /ramuan hasil penapisan.
4. Pembentukan forum komunikasi lintas sektor dan program antara pemerintah pusat,
propinsi, kabupaten kota dan institusi terkait.
c. Mutu Obat Tradisional
Sasaran:
OT dan bahan OT yg beredar memenuhi persyaratan mutu.
Langkah kebijakan:
1. Penyusunan spesifikasi tumbuhan obat.
2. Penyusunan spesifikasi dan standar bahan baku/revisi Materia Medika Indonesia.
3. Penyusunan spesifikasi dan standar sediaan galenik.
4. Penyusunan dan penerapan sistem mutu untuk penanganan pasca panen dan
pengolahan produk.
5. Penyusunan Farmakope OT Indonesia.
d. Aksesibilitas
Sasaran:
Sarana pelayanan kesehatan dan masyarakat dapat memperoleh OT yang telah
memenuhi keamanan dan mutu serta terbukti khasiatnya sesuai kebutuhan dengan
harga yang terjangkau.
Langkah kebijakan:
1. Pengembangan industri OT dalam negeri.
2. Pengupayaan akses khusus (Special Acces) OT yang dilindungi paten dan/atau
belum diproduksi untuk penanganan penyakit, karena obat konvensional yang ada
belum terbukti efektif.
3. Pengembangan, perlindungan dan pelestarian ramuan tradisional yang terbukti
bermanfaat dengan memperhatikan hak-hak masyarakat asli/masyarakat lokal
sebagai pemilik ramuan tersebut.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 27
4. Pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam upaya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit dan pengobatan penyakit yg sederhana.
e. Penggunaan yang tepat
Sasaran:
Penggunaan OT dalam jumlah, jenis, bentuk sediaan, dosis, indikasi dan komposisi
yang tepat disertai informasi yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan.
Langkah kebijakan:
1. Penyediaan informasi OT yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan.
2. Pendidikan dan pemberdayakan masyarakat untuk penggunaan OT secara tepat dan
benar.
3. Penyusunan peraturan untuk menunjang penerapan berbagai langkah kebijakan
penggunaan OT yang tepat.
4. Pelaksanaan komunikasi, informasi dan edukasi untuk menunjang penggunaan OT
yang tepat.
f. Pengawasan
Sasaran:
Masyarakat terlindungi dari OT yang tidak memenuhi persyaratan.
Langkah Kebijakan:
1. Pelaksanaan penilaian dan pendaftaran OT.
2. Pelaksanaan perizinan dan sertifikasi sarana produksi.
3. Pengujian mutu dengan laboratorium yang terakreditasi.
4. Pemantauan penandaan dan promosi OT.
5. Peningkatan surveilan dan vijilan pasca pemasaran OT yang diintregasikan dengan
obat.
6. Penilaian kembali terhadap OT yang beredar.
7. Peningkatan sarana dan prasarana pengawasan OT serta pengembangan tenaga
dalam jumlah dan mutu sesuai dengan standar kompentensi.
8. Peningkatan kerjasama regional maupun internasional di bidang pengawasan.
9. Pengawasan untuk mencegah peredaran OT berbahan kimia & selundupan.
10. Pengembangan Peran Serta Masyarakat (PSM) untuk melindungi dirinya sendiri
terhadap OT sub standar melalui KIE.
g. Penelitian dan pengembangan
Sasaran:
Peningkatan penelitian di bidang OT untuk menunjang penerapan KOTRANAS.
Langkah kebijakan:
1. Pelaksanaan identifikasi penelitian yang relevan dan penyusunan prioritas dengan
mekanisme kerja yang erat antara penyelenggara upaya Pengembangan OT dan
pelayanan kesehatan formal dengan penyelenggara penelitian dan pengembangan.
2. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan penelitian termasuk
penetapan penelitian antar berbagai lembaga penelitian.
3. Peningkatan kerjasama internasional di bidang penelitian dan pengembangan OT.
4. Pembinaan penyelenggaraan penelitian yang relevan dan diperlukan dalam
pengembangan OT mulai dari teknologi konvensioanl sampai dengan teknologi
terkini.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 28
5. Peningkatan pembagian hasil (benefit sharing) atas perolehan HKI terhadap
kearifan lokal.
6. Perlu adanya regulasi pertukaran SDA OT dan pemanfaatan hasil penelitian dan
pengembagan OT di tingkat nasional & regional.
h. Industrilisasi OT
Sasaran:
Pengembangan industry OT sebagai bagian integral dari pertumbuhan ekonomi
nasional.
Langkah Kebijakan:
1. Pembentukan aliansi strategis dalam pengembangan OT.
2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi di bidang industri OT melalui
pemberian insensif kebijakan perpajakan dan perbankan serta kepastian proses
perizinan.
3. Penyiapan peraturan yang tepat untuk menjamin perkembangan dunia usaha OT.
4. Peningkatan promosi OT melalui pameran dan ekspo di tingkat nasional dan
internasional
i. Dokumentasi & Data base
Sasaran:
Tersedianya database yang terkini dan lengkap guna menunjang OT.
Langkah kebijakan:
1. Pengumpulan dan pengolahan data yang meliputi berbagai jenis data yang
berkaitan dengan pengembangan OT.
2. Pengkajian dan analisis data ilmiah dan empiris mengenai khasiat dan keamanan
OT.
3. Pembuatan Bank data yang mencakup seluruh aspek OT Indonesia.
4. Pertukaran informasi secara elektronik dan bentuk cetakan.
5. Pelayanan informasi termasuk informasi dan konsultasi usaha.
j. Pengembangan SDM
Sasaran:
Tersedianya SDM yang menunjang pencapaian tujuan KONTRANAS.
Langkah kebijakan:
1. Pengintregasian KONTRANAS dan berbagai aspek obat tradisional ke dalam
kurikulum pendidikan dan pelatihan tenaga terkait terutama pada pendidikan
kedokteran.
2. Pengintegrasian kedalam kurikulum pendidikan berkelanjutan organisasi profesi
terkait.
3. Peningkatan kerjasama nasional dan internasional untuk pengembangan SDM.
k. Pemantauan & Evaluasi
Evaluasi kebijakan:
Informasi tentang penyelenggaraan melaporkan luaran(output), mengukur dampak
(outcome), mengevaluasi pengaru (impact) pada kelompok sasaran, memberikan
rekomendasi dan penyempurnaan kebijakan
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 29
Sasaran:
Menunjang penerapan Kotranas melalui pembentukan mekanisme pematauan dan
evaluasi kinerja serta dampak kebijakan guna mengetahui hambatan dan penerapan
strategi yang efektif.
Langkah Kebijakan:
1. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala paling lama setiap 5 tahun.
2. Pelaksanaan dan indikator pemantauan mengikuti pedoman yang ditetapkan dan
dapat bekerjasama dengan pihak lain.
3. Pemanfatan hasil pemantauan dan evaluasi untuk tindak lanjut berupa penyesuaian
kebijakan.
KOTRANAS yang telah ditetapkan ini diharapkan mampu sebagai:
a. Pedoman dan arah dalam bertindak dari berbagai pemangku kepentingan di bidang
OT nasional.
b. Pelaksanaannya memerlukan pengorganisasian, penggerakan, pemanantauan,
pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
c. Keberhasilan tergantung pada moral, etika, dedikasi, kompetensi, intregritas, kerja
keras dan ketulusan segenap pemangku kepentingan di bidang OT.
Beberapa kebijakan pemerintah terkait pengaturan OT di Indonesia yang mendukung
pelaksanaan KOTRANAS adalah sebagai berikut:
1. Kepmenkes RI. No: 661/MENKES/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat
Tradisional.
2. Kepmenkes RI. No: 659/MENKES/SK/X/1991 Tentang Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik (CPOTB).
3. Peraturan Kepala BPOM RI. No: HK.00.05.4.1380 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB).
4. Permenkes RI. No: 246/MENKES/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Obat
Tradisional Dan Pendaftaran Obat Tradisional
5. Kep.Kepala BPOM RI No: HK.00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokan Dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 30
AKUPRESUR SEDERHANA UNTUK DOKTER
dr Pagan Pambudi, M.Kes., SpS
SEJARAH PENGOBATAN AKUPUNKTUR DAN AKUPRESUR
Pengobatan dengan menggunakan jarum atau tekanan pada titik-titik tertentu
(akupunktur dan akupresur telah dikenal manusia sejak lama. Teks pertama tentang
akupunktur Huang Di Nei Jing telah ada sejak 100-200 tahun sebelum masehi yang
berisikan cara-cara pengobatan dengan menggunakan tanaman dan jarum. Wang Wei-Yi
(987–1067) membuat patung perungu yang menjelaskan dengan detail titik-titik
akupunktur dan pada era dinasti Ming terbit buku kompendium akupunktur dan moksibusi
yang telah menjabarkan 361 titik akupunktur yang masih digunakan hingga saat ini. Pada
tahun 1680 Willem Ten Rhijne seorang dokter VOC adalah dokter barat pertama yang
menulis tentang akupunktur dan pada tahun 1912 Sir Williams Oseler menulis pada buku
Osler’s Textbook of Medicine bahwa akupunktur adalah pilihan terbaik untuk nyeri
pinggang. Pada tahun 1971 james reston seorang reporter senior koran new york Times
menjalani operasi usus buntu di Cina dan mengalami komplikasi ileus paralitik yang
membaik dengan terapi akupunktur dan menuliskan pengalamannya pada kolom khusus di
new York Times ang meningkatkna rasa keingintahuan dokter-dokter di barat untuk
mempelajari akupunktur dan mencoba mencari penjelasan ilmiah untuk terapi ini. Pada
tahun 1979 akupunktur diakui oleh WHO sebagai salah satu bentuk pengobatan tradiional
yang bermanfaat untuk pengobatan penyakit-penyakit seperti migrain, stroke, nyeri
punggung, paralisis fasialis dll.
Di Indonesia akupunktur dan akupresur mulai dikenal bersamaan dengan masuknya
perantau cina. Pada tahun 1963 Departemen Kesehatan Indonesia atas instruksi menteri
kesehatan saat itu Prof. Dr. Satrio membentuk tim riset Ilmu pengobatan Tradisional Timur
termasuk akupunktur maka sejak saat itu praktik akupunktur secara resmi dillakukan di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Akupunktur dan akupresur telah semakin
diakui keberadaannya sebagai salah satu bentuk layanan kesehatan di Indonesia dengan
diterbitkannyaa permenkes yang mengatur pelayanan akupunktur dan pengobatan
tradisional lain serta pengaturan tentang proses perijinannya sesuai dengan Kepmenkes Ri
no 1076/Menkes/SK/VII/2003 tanggal 24 Juli tahun 2003.
MEKANISME KERJA AKUPUNKTUR DAN AKUPRESUR
Sejak jaman dahulu kala dimana ada bagian tubuh yang terasa sakit kita menggosok
atau memijatnya untuk mengurangi keluhan, jika kita memperhatikan refleks natural ini
maka evolusi perkembangan akupresur dapat dimengerti. Sejak ribuan tahun yang lalu
orang mengamati bahwa keluhan tertentu dapat disembuhkan atau dikurangi dengan
menekan titik-titik tertentu pada tubuh. Observasi yang berlangsung lama ini melahirkan
suatu hipotesa bahwa terdapat kaitan antara organ dalam tubuh dengan permukaan tubuh
yang pada akhirnya membawa kepada teori meridian dan titik-titik akupunktur yang
berlaku sampai saat ini.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 31
Mekanisme kerja akupunktur dalam mengobati gejala penyakit yang dijelaskan
menurut patofisologi pengobatan tradisional Cina sudah ketinggalan jaman dan seringkali
tidak tepat dalam menjelaskan suatu fenomena penyakit. Sebagai contoh influenza yang
telah diketahui dengan baik disebabkan oleh visrus menurut teori pengobatan tradisional
cina disebabkan oleh paru yang terserang angin panas. Stroke menurut TCM disebabkan
oleh angin dari organ hati yang naik dan menyumbat ke atas suatu hal yang sulit diterima
oleh seorang dokter yang telah belajar anatomi dan fisiologi barat. Ttik-titik akupunktur
terletak dalam 12 meredian suatu saluran imajiner yang menurut TCM menghubungkan
antara permukaan tubuh dengan organ secara anatomis tidak pernah ada. Namun demikian
fakta empiris menunjukkan akupunktur bermanfaat untuk mengobati berbagai macam
gangguan medis membuat para ahli kedokteran barat mencoba mencari mekanisme kerja
akupunktur yang pada akhirnya bermuara pada 5 mekanisme yaitu: 1) sentral, 2)
segmental. 3) ekstrasegmental 4) lokal dan 5)myofascial trigger point.
Efek lokal
Akupunktur/akupresur merangsang otot dan saraf pada daerah yang distimulasi
menyebabkan keluarnya berbagai mediator kimia salah satunya adalah calcitonin genere
related peptide (CGRP) yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di daerah tersebut
sehingga merangsang proses penyembuhan.
Efek segmental
Selain memberikan efek lokal, rangsangan dari titik akupresur juga naik ke level medula
spinalis sesuai dengan dermatom dan myotom daerah yang dimanipulasi dan menekan
aktivitas kornu dorsalis sehingga aktivitas sensorik terhadap nyeri berkurang. Sebagai
contoh, nyeri pada lutut mempunyai segmen medula spinalis yang sama dengan titik-titik
lokal dekat lutut seperti Dubi (ST-33), dan rangsangan pda titik tersebut terbukti dapat
mengurangi nyeri pada lutut.
Efek Ekstrasegmental
Potensial aksi dari titik akupunktur atau akupresur dari kornu dorsalis berlanjut ke atas
sampai level batang otak. Terdapat mekanisme penghambatan nyeri pada level ini yaitu
pada sistem periaquaductal gray area yang merupakan neuron-neuron serotonin yang
memiliki banyak reseptor opioid. Aksi potensial akupunktur akan mengaktifkan sistem ini
dan meningkatkan endorphin yang merupakan morfin endogen dalam tubuh sehingga
menimbulkan analgesia secara umum tidak tergantung lokasi titik. Efek ekstrasegmental
biasanya tidak cukup kuat analgesianya namun cukup membantu.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 32
Gambar 2.1. Mekanisme kerja akupunktur
Efek Sentral
Setelah melewati batang otak, aksi potensial dari titik akupunktur/akupresur akan
diteruskan ke seluruh bagian otak termasuk hipothalamus dan sistem limbik. Dari kedua
sistem ini akupunktur mempunyai efek yang luas terhadap emosi dan berbagai organ
melalui Hypothalamus-pituitary axis (HPA Axis). Pada banyak pasien, akupunktur dapat
menenangkan dan meningkatkan perasaan lebih baik, sehat dan lebih termotivasi. Pasien
mungkin masih merasa nyeri namun tidak lagi mempersoalkan rasa nyeri tersebut.
Myofascial Trigger point
Cedera otot karena olah raga atau aktivitas sehari-hari seperti mengangkat benda yang
berat sering menimbulkan daerah kecil yang nyeri tekan dan lambat menyembuh. Daerah
ini disebut dengan Myofascial trigger point yang mekanisme terjadinya belum dimengerti
benar. Penjaruman di daerah ini dengan tehnik dry needling dapat memperbaiki aliran
darah dan segera menghilangkan nyeri
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 33
Gambar 2.2. Jalur nosiseptif, setiap kotak menunjukkan lokasi modulasi nyeri nosiseptif
Mekanisme lain yang belum diketahui
Fisiologi manusia menurut kedokteran barat hingga saat ini masih belum dapat
menjelaskan semua fenomena. Mekanisme nyeri kronis hingga saat ini sepenuhnya
diketahui dan selalu menjadi tema dalam pertemuan-pertemuan ilmiah kedokteran dalam
20 tahun terakhir tanpa perkembangan yang berarti. Sementara banyak fakta empiris yang
membuktikan bahwa akupunktur efektif untuk meredakan nyeri bahkan melalui titik yang
tidak bisa dijelaskan menurut teori segmental maupun ekstrasegmental misalnya nyeri sakit
gigi yang berkurang dengan pemijatan titik ST-44 Chongyang yang ada di ujung kaki. Hal
ini menimbulkan pertanyaan sekaligus tantangan bagi para ilmuwan yang tertarik dibidang
ini untuk menggali mekanisme lain dari akupunktur dan akupresur.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 34
FILSAFAT PENGOBATAN AKUPUNKTUR YIN YANG DAN HUKUM LIMA
UNSUR
Filsafat Yin dan Yang
Dasar dari pengobatan tradisional cina adalah filsafat yin dan yang dan hukum lima
unsur. Segala aspek di dunia selalu mempunyai unsur yin dan yang dalam derajat rasio
yang selalu dinamis. Yin dan yang mempunyai pengertian bahw segala sesuatu di dunia
bersifat saling berlawanan, saling seimbang dan saling tidak mutlak. Tabel berikut
merupakan contoh Yin dan yang dalam berbagi aspek.
Tabel 2.1. Yin dan yang
Yin Yang
Dada Punggung
Dingin Panas
Organ padat (Zang) Organ berongga (Fu)
Malam Siang
Dalam Luar
lambat Cepat
Aplikasi teori Yin dan Yang dalam patofisologi penyakit
Pada pandangan kedokteran modern , Yin dan Yang diartikan sebagai homeostasis
yang merupakan kesatuan antara sistem imun, sistem endokrin dan sistem saraf. Yang
menguasai fungsi tubuh yang sifatnya cepat dan menguasai bagian kepala dan leher yaitu
sistem saraf dan sistem otonom yang diperlukan untuk pergerakan, proses berpikir dan
pergerakan organ. Yin bersifat lambat dengan durasi lama menguasai sistem organ, sistem
imun dan sistem endokrin. Timbulnya suatu penyakit dalam pandangan TCM disebabkan
ketidakseimbangan Yin dan Yang akibat adanya suatu patogen, baik patogen dari dalam
maupun dari luar.
Hukum Lima Unsur.
Teori yin dan yang saja tidak cukup untuk menjelaskan patofisologi penyakit secara TCM
maka untuk melengkapinya ditambahkan dengan hukum lima unsur. Menurut filosofi cina
kuno terdapat 5 unsur yang mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk dalam
fisiologi tubuh manusia. Unsur tersebut adalah kayu, api, tanah, logam dan air yang
mempunyai hubungan saling menghidupi dan saling membatasi. sebagaimana terlihat
pada grafik berikut:
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 35
Gambar 3.1. Hubungan lima unsur dalam PTC. Kayu menghidupi api, api menghidupi
tanah, tanah menghidupi logam, logam menghidupi air, air menghidupi kayu.
Hubungan saling membatasi: api membatasi logam, logam membatasi kayu,
kayu membatasi tanah, tanah membatasi air
Bila terjadi disharmoni energi terjadilah hubungan menindas dan menghina, contoh unsur
api yang terlalu kuat dia kan menindas logam dan menghina air.
Tabel 2.2. Pembagian organ menurut Hukum lima unsur
Organ padat
(zang)
Organ berongga
(Fu)
Unsur
Jantung Usus kecil Api
Paru Usus besar Logam
Limpa Lambung Tanah
Ginjal Kandung kencing Air
Hati Kandung empedu Kayu
Pericard Tiga pemanas Api
Hubungan lima unsur digunakan dalam mendiagnosa dan mengobati berbagai penyakit,
sebagai contoh: Pasien dengan sindroma down dibawa oleh orang tuanya karena sulit tidur
dan marah-marah. Bila dilihat dari 5 unsur pasien dengan sindroma down berarti secara
genetik dia lemah, berarti unsur ginjal (air) lemah akibatnya tidak ada yang membatasi api
(jantung), energi jantung yang berlebihan tergambar dari gejala sulit tidur dan marah-
marah. Sehingga manipulasi pada pasien ini adalah memanipulasi titik-titik pada meredian
jantung dan pericard untuk menenangkan misalnya titik PC-6 dan HT-7 dan memperkuat
ginjal misalnya dengan memanipulasi titik KI-1, dan KI-3. Hal ini menjelaskan pada
pengobatan akupunktur atau akupresur, satu penyakit dapat mempunyai titik terapi pada
beberapa meridian yang berbeda
Api
Tanah
Logamair
Kayu
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 36
SISTEM ORGAN DAN PATOFISOLOGI PENYAKIT
Pada pengobatan tradisional Cina, sistem organ tidak serumit pada kedokteran
modern, terdapat organ padat yang disebut orang Zang yang bersifat Yin, organ berongga
yang disebut organ Fu yang bersifat Yang dan organ istimewa, Setiap organ Zang
berpasangan dengan organ Fu. Tabel berikut menunjukkan pembagian organ menurut PTC
Tabel 3.1. pembagian organ menurut PTC
Organ padat (zang) Organ berongga (Fu) Organ istimewa
Jantung Usus kecil Otak
Paru Usus besar Tulang
Limpa Lambung Kandung empedu
Ginjal Kandung kencing Pembuluh darah
Hati Kandung empedu
Pericard Tiga pemanas
Fungsi organ dalam PTC agak sedikit berbeda bila dibandingkan dengan fungsi organ
dalam kedokteran barat meskipun juga terdapat banyak kesamaan. Fungsi organ menurut
PTC tidak hanya mempengaruhi fisologis sesuai fungsi organ tersebut menurut kedokteran
barat akan tetapi juga mempengaruhi emosi, proses berpikir dan dipengaruhi juga oleh
lingkungan. Setiap organ mempunyai hubungan dengan organ lain berdasarkan teori lima
unsur. Berikut fungsi organ menurut PTC:
Jantung: menguasai darah, mengontrol pembuluh darah, tempat semangat, mengontrol
keringat, tergambar pada lidah
Pericard: sebagai pelindung jantung, fungsinya pada PTC mirip jantung
Paru: Mengatur pernafasan dan energi, bersama-sama jantung mengontrol pembuluh
darah, mengatur keseimbangan cairan, mengatur suara, mengontrol kulit, keringat dan
rambut tubuh
Limpa: Limpa pada pengertian TCM meliputi lien dan pankreas ia berfungsi mengatur
transformasi dan transportasi makanan, mengontrol darah, mengontrol otot dan keempat
ekstremitas, mempengaruhi proses berpikir.
Ginjal: menyimpan jing (material genetik), mengatur reproduksi, memproduksi sumsum,
mengisi otak dan mengatur tulang, bermanifestasi pada rambut kepala, mengatur lubang
kencing dan kemaluan.
Hati: menyimpan darah, mengontrol tendon, emosi marah, mengatur aliran qi (energi)
Kandung empedu: mengontrol aliran empedu, mengontrol tendon dan mempengaruhi
kemampuan mengambil keputusan
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 37
Fungsi organ Fu, hampir mirip dengan fungsi organ-organ tersebut dalam kedokteran barat
hanya jauh lebih sederhana.
Tabel 3.2. Lima unsur pada pembagian organ
Organ Zang Organ Fu Unsur Emosi Jaringan Tercermin di
Paru Usus besar Logam Sedih Kulit Bulu tubuh
Jantung Usus Kecil Api Gembira Pembuluh
darah
Wajah
Hati Gall
bladder
Kayu Marah tendon Mata
Ginjal Baldder Air Cemas Tulang Rambut
kepala
Limpa Lambung Tanah Berpikir Otot Bibir
PATOFISOLOGI PENYAKIT
Penyebab penyakit menurut PTC sangat sederhana terdiri dari enam faktor eksogen,
7 faktor emosi, Faktor perilaku, Musibah, Stagnasi darah dan lendir, Faktor keturunan
Tabel 3.3. Faktor Eksogen
Faktor
eksogen Ciri khas
Bagian tubuh yang
diserang Penyakit
Angin Akut, perubahan
cepat
Tubuh bagian atas Nyeri kepala,
kejang, stroke,
urtikaria,
Dingin Kontraksi, stagnasi Semua bagian tubuh Nyeri tulang,
banyak kencing,
gangguan
pencernaan
Panas Demam, cepat haus,
air seni jarang
Semua bagian tubuh
Kering Mulut kering, haus,
kulit pecah-pecah,
batuk dengan riak
lengket
Terutama Saluran nafas Batuk,
tonsilofaringitis
Lembab Berat, kenal
,pengeluran cairan,
sekret
Semua bagian tubuh Leukore, otorea,
kepala terasa berat
Api Demam tinggi, haus,
Gusi bengkak,
gelisah, sulit tidur
Semua bagian tubuh Stomatitis,
konstipasi, ulkus
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 38
Tabel 3.4. Faktor endogen
Emosi Organ
Gembira Jantung
Marah Hati
Sedih dan Murung paru
Takut dan terkejut Ginjal
Cemas Limpa
Tabel 3.3. Organ dan penyakit terkait
Organ Penyakit terkait
Paru Alergi, penyakit saluran nafas
Jantung Keluhan kardiovaskular, bicara berlebihan, tertawa berlebihan
Hati Nyeri kepala, hipertensi, epilepsi, stroke, disfungsi ereksi, dismenore
Ginjal Keluhan tulang dan sendi, keluhan telinga, gangguan tumbuh kembang
saraf, gangguan reproduksi, seks, nyeri pinggang
Limpa Gangguan otot, perdarahan spontan, gangguan pencernaan
Faktor perilaku
Faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyakit antara lain, salah diet, lelah dan
stress, kurang latihan, merokok, narkoba, pekerjaan tertenttu dan lain-lain
Faktor Musibah
Faktor musibah yang dimaksud di sini adalah kecelakaan, digigit binatang.
Cairan lendir dan stagnasi darah
Cairan lendir yang dimaksud disini adalah cairan tubuh yang disebabkan oleh
disfungsi organ. Contoh retensi lendir dalam paru akan menyebabkan penyakit dengan
dahak. Stagnasi darah disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah manifestasinya tergantung
organ yang terkena, misalnya stagnasi darah di paru dapat menyebabkan sesak nafas dan
batuk darah.
Faktor keturunan
Pada PTC faktor keturunan akibat jing qi yang tidak baik dari kedua orang tua juga
dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.
Tabel. 3.4. Sindroma Organ
organ Berlebihan Defisiensi
Paru Batuk kering kuat, hidung berair,
bersin-bersin
Nafas lemah, batuk riak putih dan
encer, suara lemah, sistem imun lemah,
sesak nafas
Jantung Jantung berdebar-debar, nadi cepat
kuat, sulit tidur, gelisah, tertawa
Jantung berdebar, nadi lemah, mudah
lelah, tidak bersemangat
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 39
belebihan
Limpa Nyeri ulu hati, nafsu makan
berlebihan
Tidak suka makan, perut kembung,
kelemahan otot, perdarahan spontan,
impotensi
Hati
dan
empedu
Mudah marah, nyeri kepala, stroke,
kejang, nyeri haid, hipertensi
Depresi, melankolia, impotensi,
Ginjal Tidak ada sindroma ginjal berlebihan Nyeri pinggang, nyeri tulang dan sendi,
impotensi, infertilitas, rambut memutih,
kurang pendengaran, gangguan tumbuh
kembang saraf, banyak kencing, libido
menurun,
Contoh kasus:
Nyeri kepala tipe tegang dan hipertensi
Seorang wanita datang dengan keluhan nyeri kepala,
Nyeri kepala dirasakan pada kepala bagian belakang, sudah 2 minggu sudah diberi obat
sebentar hilang lalu kambuh lagi. Selain itu ibu ini juga sering mengeluh gatal-gatal pada
kulit yang menurut dokter sebelumnya karena alergi dan sering berdebar-debar.Pada
wawancara selanjutnya diketahui wanita ini sedih karena anak kesayangannya meninggal
karena sakit. Pasien diketahui juga suka makan asin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: T:
190/110, nadi 100 x permenit kuat, tegang pada oto trapezius.
Pembahasan
Masalah yang ada: Nyeri kepala, gatal-gatal, hipertensi, nadi cepat dan kuat
Organ yang terlibat:
Nyeri kepala hati berlebihan (unsur kayu)
Mudah marah hati berlebihan (unsur kayu)
Hipertensi hati berlebihan (unsur kayu)
Sedih paru defisien (unsur kayu)
Gatal-gatal Paru defisien (unsur logam)
Berdebar-debar, nadi kuat Jantung berlebihan
Analisis berdasarkan hukum lima unsur
Sedih melukai paru sehingga paru mengalami defisien, akibatnya tidak ada yang
membatasi hati (logam membatasi kayu) menyebabkan hati berlebihan termanifestasi pada
sifat suka marah, nyeri kepala dan hipertensi. Pasien juga suka asin sehingga melukai
ginjal dan mengurangi pembatasan pada jantung dengan manifestasi berdebar-debar.
Penyebab penyakit pada kasus ini:
Penyebab endogen: emosi sedih
Perilaku yang salah: suka asin
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 40
TEORI MEREDIAN
Meridian adalah suatu sistem saluran yang membujur dan melintang yang berfungsi
mengalirkan QI (energi) dan daarah, menghubungkan atas dan bawah, kiri dan kanan,
muka belakang, organ dalam dengan permukaan kulit, tendon, otot dan tulang. Secara
ilmu anatomi fisik secara fisik saluran ini tidak ada. Terdapat 12 meridian umum dan 8
meridian istimewa, pada pokok bahasan ini hanya dibahas 12 meridian umum, meredian
ren dan du yaitu:
1. Meridian Paru (LU)
2. Usus besar (LI)
3. Lambung (ST)
4. Limpa (SP)
5. Jantung (HT)
6. Usus Kecil (SI)
7. Kandung kemih (BL)
8. Ginjal (KI)
9. Pericard (PC)
10. Tiga pemanas (TE)
11. Kandung empedu (GB)
12. Liver (Liv)
Meredian Paru
Keluar dari titik Zang fu (LU 1) naik sampai klavikula turun
menyusuri aspek volar bagian lateral lengan atas mencapai
fossa cubiti aspek volar bagan lateral lengan bawah menuju
pergelangan tangan dan berakhir di bagian lateral tepi atas
ujung jari.
Titik yang penting pada meredian ini adalah: LU 5. LU 6,
LU 7, LU 9 (lokasi dapat dilihat pada atlas)
Meridian Pericard
Berasal dari dada, berjalan ditengah sisi volar fosa cubiti
selanjutnya berjalan di antara tendon palmaris longus dan
fleksor carpi radialis ke telapak tangan dan ke jari tengah
tangan sampai titik Zhongchong PC 9. Titik yang penting pada
akupresur untuk meredian ini adalah PC 6 neiguan, dan PC 8
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 41
Meridian jantung
Berasal dari jantung, muncul keluar dari aksila pada titik
HT-1 Jiquan berjalan pada sisi medial aspek volar lengan
atas menuju siku bertemu pada titik HT-3 selanjutnya
berjalan di sisi medial bagian volar lengan bawah sampai di
pergelangan tangan erdapat titik meredian HT-7 shenmen
kemudian mengikuti sisi medial lengan bagian volar sampai
tepi medial batas kuku atas pada jari kelingking pada titik
HT-9.
Titik akupresur yang penting pada meredian ini adalah: titik
HT-3 , 5,6,7 dan 9
Sebagai review perlu diingat 3 meredian Shao yin tangan
yaitu meredian paru, pericard dan jantung keluar dari dada berjalan pada sisi volar lengan
secara berurutan dari lateral ke medial menurut posisi anatomis
Meredian Usus Besar
Dimulai dari lateral batas atas pangkal kuku (Titik LI-1)
berjalan pada sisi lateral bagian dorsal lengan, bertemu
dengan titik LI-4 Hegu, selanjutnya berjalan disisi radial
lengan bawah sampai kebahu, berjalan sepanjang sisi
anterior acromion naik ke vertebra cervicalis VII, turun ke
fossa clavicular lalu turun ke bawah menuju organ usus
besar. Dari Fossa clavicular ini bercabang ke atas menuju
leher, menembus pipi, masuk ke gusi rahang bawah erjalan
mengelilingi bibir atas lalu menyilang meredian kanan
menyilang ke kiri bertemu titik LI 20 Yingxiang pada lipat
nasolabial kiri dan sebaliknya.
Titik akupresur yang tepat pada meredian ini adalah LI 4,
LI 5, LI-7, LI 11, LI 18 dan LI 20
Meridian Sanjiao (Triple energizer)
Berasal dari ujung jari manis Guangchong TE-1 berjalan ke atas di
antara tulang metakarpal 4 dan 5, berjalan sepanjang sis dorsal
lengan bawah di antara tulang radius dan ulna, menuju ke atas
menembus olecranon, berjalan sisi tengah ari bagian dorsal lengan
atas menembus darah bahu bertemu dengan meredian kandung
empedu, masuk ke fossa supraclavicular bercabang di dada
berhubungan dengan pericard, menuju ke bawah berhubungan
dengan jiao atas, tengah, dan bawah. Dari dada muncul cabang ke
atas naik melalui leher , berjalan dibelakang telinga menuju
bagian dahi turun menuju pipi dn infra orbital.
Titik akupresus yang penting pada meredian ini adalah SJ-
6,14,21,23
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 42
Meridian usus Kecil
Dimulai dari titik SI 1 Shaoze berjalan sepanjang sisi ulnar
dorsum manus sampai pergelangan tangan dan melewati
processus styloideus dari ulna, naik pada sisi ulnar lengan sisi
posterior menuu sendi bahu berputar sekitar skapula , turun ke
fossa supraclvicular berhubungan dengan jantung lalu turun
berhubungana dengan usus kecil.
Titik akupresur yang penting pada meredian ini adalah SI 3, SI 4,
SI 9, SI 18 dan SI 19.
Sebagai review, 3 meredian Shao yang tangan berjalan pada sisi
dorsal lengan berturut-turut dari sisi radial ke ulnar adalah
meredian usus besar, triple energizer dan usus kecil
Meridian Limpa
Berawal dari titik Yinbai SP-1 pada ujung ibu jari kaki berjalan
sepanjang sisi medial kaki melewati pertemuan metatarsal I dengan
falangeal naik melewati depan maleolus medialis berjalan di samping
tibia, Pada 8 cun proksimal maleolus menyilang meredian hati berjalan
di anteromedial lutut dan paha masuk ke abdomen dan organ limpa
melewati diafragma dan menuju ke daerah sub lingual. Titik penting
pada meridian limpa pada akupresur adalah SP 3, 4,6,9 10,15
Meridian Ginjal
Dimulai dari plantar pedis KI -1 Yongquan muncul dari
tuberositas os naviculare berjalan dibelakang maleolus medialis
masuk ke tumit naik sepajang sisi medial kaki hingga paha
menuju ke kolumna vertebralis bertemu dengan GV-1 Changqiang
berhubungan dengan kandung kemih, muncul kembali dari ginjal
menembus diafragma masuk ke paru berjalan sepanjang
tenggorok dan berakhir di lidah.
Titik-titk akupresusr yang penting pada meredian ginjal adalah KI
1, KI 3 dan KI 5
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 43
Meredian Hati
Berawal dari dorsal ibu jari titik LR-1 Dadun erjalan sepanjang
dorsum pedis, menembus daerah 1 cun di depan maleolus medialis
berjalan ke atas sepanjang sisi medial dari lutut, medial paha sampai
pubis, melingkar sekitar genitalia eksterna menuju perut bawah,
selanjutnya melingkari lambung dan berhubungan dengan hati dan
kandung empedu. Dari sini dilanjutkan menembus diafragma
bercabang pada daerah kosta dan hypochondrium berjalan ke atas
menuju sisi posterior tenggorokan ke nasofarng, ke otak, berjalan dan
muncul di dahi, berhubungan dengan meridian du di vertex.
Organ yang dipengaruhi oleh meridian hati adalah: mata, kandung
empedu, lambung, tenggorokan dan hidung.
Gangguan terkait meridian hati: gangguan menstruasi, impotensi,
gangguan saluran cerna, hipertensi, stroke dan epilepsi.
Titik-titik penting pada meredian hati yang penting adalah: LR-3,
LR-6, LR-8
Perlu diingat, 3 meridian Yin kaki berada pada sis medial kaki
berturut-turut dari lateral ke medial adalah hati, limpa dan ginjal.
Meridian Lambung
Perjalanan meridian lambung melalaui hidung, gusi rahang atas,
sulcus nasolabialis, tenggorokan, lambung, paha medial, lutut, tibia
bagian lateral, dorsum pedis dan berakhir pada ujung jari kaki II.
Titik akupresur yang penting pada Meridian lambung adalah; ST 1,2,
3, 4, 6, 17,21,29, 34,35,36, 41,42,44
Indikasi manipulasi titik pada meridian lambung adalah: sakit gigi,
gangguan pencernaan dan paralisis facialis
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 44
Meridian Kandung kemih
Dimulai dari canthus internus, melalui kepala, berhubungan
dengan otak, turun sepanjang leher
posterior dan punggung, daerah
lumbosacaral, tungkai bagian posterior dan
berakhir pada ujung jari kelingking. Titik-
titik meridian kandung kemih pada
punggung sejajar dengan vertebra adalah
titik shu belakang dari tiap organ yang
mempunyai indikasi untuk mengobati kelainan pada organ yang
bersangkutan.
Titik-titik yang penting pada meridian kandung kemih adalah,
BL-1 semua titik shu, BL-10, BL-40, BL-57, BL-60, BL36 dan
BL 37. Titik-titik pada meridian BL sering diambil untuk
mengatasi gangguan organ yang bersangkutan, nyeri kepala, dan
nyeri punggung bawah dan kelemahan pada ekstremitas inferior.
Meridian kandung empedu
Dimulai dari canthus eksternus, perjalanan meridian empedu banyak
berada di daerah kepala lateral, belakang telinga, bahu, sisi lateral
tubuh dan tungkai dan berakhir pada sisi lateral jari kaki ke IV.
Titik-titik yang penting pada meridian kandung empedu adalah: GB-
1, 2, 20, 21,34,37,40
Titik-titik pada meridian kandung empedu sering digunakan untuk
mengobati nyeri kepala, migrain, vertigo, kelainan sisi lateral tungkai
bawah.
Meridian Du
Dimulai perut bawah, perineum naik pada garis tengah tubuh bagian dorsal, terus ke
puncak kepala melewati dahi turun sampai ke pertengahan bibir.
Titik yang penting pada meridian Du adalah, Du-14,20,26
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 45
Meridian Ren
Berawal dari perut bagian bawah berjalan ke garis tengah tubuh bagian depan hingga ke
wajah.
Titik-titik yang penting pada meridian ini adalah: CV 1,2,3,4,5, 6, 9, 12,17, 22
MENENTUKAN LOKASI TITIK AKUPRESUR
Penentuan titik akupunktur atau akuprressure sangat penting katena manipulasi pada titik
yang tepat akan memberikan efek terapi yang baik. Telah dibuktikan bahwa titik-titik
akupunktur mempunyai sifat elektrik yang berbeda dengan bagian lain dalam tubuh. Untuk
melokalisir titik akupunktur/akupressure diperlukan pengenalan lokasi-lokasi anatomi yang
khas seperti penonjolan tulang. lipatan-ipatan kulit dan lubang-lubang tertentu dan lain-lain
yang secara umum sudah diketahui oleh dokter atau mahasiswa kedokteran yang telah
melewati pelajaran anatomi.
Yang perlu diperhatikan disini adalah satuan pengukuran jarak dengan menggunakan
istilah cun. Cun (inchi cina) adalah ukuran relatif berdasarkan panjang ruas jari pasien ,
jadi 1 cun antara pasien satu dan pasien lainnya dapat berbeda jika diukur dalam satuan
centimeter. Gambar berikut menunjukkan cara pengukuran dengan menggunakan satuan
cun.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 46
Gambar 5.1. mengukur cun dengan jari: A= 1 cun, D = 1,5 cun, E=2 cun dan F=3 cun
Contoh melokalisir titik akupresur
Titik LU-1 Zhongfu berada pada ruang intercosta 1, 6 cun dari garis tengah, cara
melokalisir titik ini lihat gambar sebagai berikut:
Gambar 5.2. Contoh cara melokalisir titik akupresur
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 47
Gambar 5.2. Cun merupakan ukuran relatif: jarak antar prcessus mastoideus=9 cun, lebar
dahi=9 cun, glabella ke batas rambut = 3 cun, dari batas rambut atas sampai
occiput = 12 cun, ociput ke vertebra cervicalis & = 3 cun, jarak fossa
suprasternal sampai proc xiphoideus = 9 cun, proc xiphoideus ke umbilicus
=8 cun, umbilicus ke simphisis pubis = 5 cun, axila ke fossa cubiti = 9 cun,
fossa cubiti sampai wrist = 12 cun, trocahnter sampai lutut 19 cun, genu
sampai maleolus lateralis 16 cun, lipat glutea sampai lipat poplitea =14 cun
PEMILIHAN TITIK
Terdapat berbagai cara menentukan titik akupunktur, yang akan dibahas disini adalah
berdasarkan analisa sindroma organ dan resep menurut literatur. Secara umum pemilihan
titik terdapat dua jenis titik yaitu titik simptomatis yang dapat berupa titik-titik lokal
didaerah yang nyeri atau titik yang telah diketahui berkhasiat meredakan keluhan tertentu
walaupun lokasinya jauh dari tempat keluhan dan titik kausatif yang bersifat memperbaiki
kelainan dasar organ yang menyebabkan keluhan tersebut. Pilihan titik juga dapat
berdasarkan pengelompokan titik-titik tersebut sebagaimana pada tabel 5.1
Contoh:
Kasus Dispepsia karena defisiensi limpa (menurut PTC)
Titik Simptomatis lokal adalah CV-12 Zhongwan, lokasinya di epigastrium, titik
simptomatis lain adalah ST-36 suzanli yang terletak pada tibia proksimal yang merupakan
titik perintah untuk keluhan ambung dan abdomen
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 48
Titik kausatifnya dapat dipakai Sp4 Dadun, Sp 6 Sanyinjiao.
Terdapat ratusan titik akupunktur/akupresur yang terus berkembang jumlahnya, namun
yang harus diingat adalah titik titik utama pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1. Titik-titik akupunktur utama
Tabel 5.2. Titik perintah
Daerah Titik
Lambung dan abdomen ST-36
Jantung dan dada PC-6
Kepala dan leher belakang LU-7
Pinggang bawah BL-40
Wajah dan mulut LI-4
Pingsan dan syok DU-26
Untuk pemula yang harus diperhatikan adalah titik Mu depan (front Mu), titik Shu
belakang (Backshu), titik Yuan dan titik perintah.
Titik Mu depan, shu belakang dan titik yuan selain bermakna terapi juga berguna dalam
membantu diagnosis. Bila titik-titik tersebut ditekan menimbulkan nyeri berarti terdapat
gangguan pada organ yang diwakili titik yang bersangkutan. Contoh: Pada pasien dengan
batu ginjal atau nefritis sering kali kita dapatkan nyeri ketok punggung (flank pain) pada
daerah tersebut terletak titik shu belakang ginjal (BL-23 shenshu). Titik mu depan
digunakan pada terapi gangguan organ yang bersifat akut terutama untuk organ yang,
sedangkan titik shu belakang digunakan untuk terapi penyakit yang bersifat kronis dan
melibatkan organ yin. Titik yuan organ yin dapat dipakai untuk menguatkan qi organ yang
bersangkutan sedangkan titik yuan organ yang dapat digunakan untuk mengusir patogen
yang menyebabkan penyakit atau mengurangi kondisi ekses.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 49
TEKNIK AKUPRESUR
Untuk mendapatkan efek akupresur yang diharapkan, tempat pemijatan harus tepat dengan
tehnik pemijatan yang benar. Beberapa petunjuk yang dapat digunakan agar dapat
menetukan lokasi akupresur yang tepat adalah:
1. Memperhatikan dengan cermat atlas titik akupunktur dan akupresur
2. Titik yang tepat biasanya nyeri atau sensitif pada pemijatan
3. Titik yang tepat biasanya agak berbeda dengan daerah sekitarnya terlihat agak
pucat, agak bengkak dan agak sedikit hangat
4. Beberapa ahli menggunakan alat untuk mendeteksi titik-titik ini karena titik
akupunktur dan akupressur mempunyai tahanan yang lebih kecil dibanding daerah
sekitar, namun tehnik ini kurang praktis karena memerlukan waktu yang lama.
Pemijatan biasanya dengan menggunakan ibu jari atau jari yang lain atau dengan
menggunakan alat bantu, Bila menggunakan jari perhatikan jari harus bersih dan kuku
terpotong dengan baik agar tidak melukai pasien. Beberapa hal yang harus diperhatikan
saat melakukan akupresur:
1. Ruangan yang nyaman
2. Posisi pasien yang rileks dan memudahkan terapis untuk melakukan akupresur
dapat duduk atau berbaring
3. Jangan melakukan akupresur bila pasien sangat lemah, sesak nafas berat,
takikardia, tekanan darah sangat tinggi atau sangat rendah
4. Pasien sebaiknya makan dahulu bila lapar dan akupresur dikerjakan 1-2 jam
sesudah makan.
5. Sebaiknya tidak dilakukan setelelah mandi air panas dalam 11/2 jam
6. Tidak boleh dilakukan pada daerah dengan sikatrik atau luka
7. Tidak boleh dilakukan didaerah fraktur atau cidera lain
8. Bila diduga ada kerusakan vertebra, akupresur tidak boleh dilakukan pada daerah
tersebut
9. Hati-hati pada ibu hamil, hindari titik-titik LI-4, Sp-6, ST-36
10. Lama pemijatan tergantung dari penyakit dan usia pasien
11. Derajat tekanan juga disesuaikan dengan penyakit dan keadaan umum pasien.
Pemijatan dilakukan dengan pedoman sebagai berikut:
Pemijatan ringan, biasanya dengan menggunakan telapak jari (gambar 7.2) dilakukan bila:
1. Pasien pertama kali datang dan tidak tahan nyeri
2. Daerah yang dipijat nyeri akut
3. Ada inflamasi disekitar titik akupresur
4. Otot didaerah akupresur lemah dan atrofi
Pemijatan kuat, dengan ujung jari dilakukan bila
1. Penyakit kronis
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 50
2. Kondisi pasien cukup baik
3. Pasien tidak lelah
Setidaknya tiap titik dipijat selama satu menit dengan tehnik “pumping” memijat dan
melepas, durasi pemijatan disesuaikan dengan umur (tabel 5.3).
Tabel 5.3. Lama Pemijatan Dan Usia Pasien
Usia Durasi
Bayi baru lahir 1-3 menit
3-6 bulan 1-4 menit
6-12 bulan 1-5 menit
1-3 tahun 3-7 menit
3-12 tahun 5-10 menit
Dewasa 5-15 menit atau lebih lama
B
Gambar 7.2. Posisi jari saat melakukan akupresur, A bila mealkukan tekanan yang
ringan, B bila tekanan kuat
AKUPRESUR UNTUK KASUS-KASUS SEDERHANA DALAM PRAKTEK
SEHARI HARI
8.1. Migrain dan Nyeri kepala
Kepala bagian depan
Titik yang digunakan berturut-turut: BL-2, Yintang, GB 14, LI-4, ST-36, Liv-3 masing-
masing 1 menit kecuali LI-4 2 menit
Kepala bagian belakang
Titik yang digunakan berturut-turut: LI-4, ST-3, GB-20, GV-16, ST-36, masing-masing 1
menit kecuali GV-16 dan LI-4, 2 menit
Kepala bagian samping
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 51
Titik-titik yang digunakan berturut-turut: GB-20, Taiyang, ST-3, TE-5, ST-36, GB, 34
masing-masing 1 menit kecuali GB-34
Kepala atas
Titik-titik yang digunakan berturut-turut: GV-20, ST-3, ST-36, Liv-3, masing-masing satu
menit kecuali GV-20 2 menit
8.2. Sakit Gigi
Titik-titik yang digunakan: LI-4, ST-6, ST-3, selama masing-masing 1 menit kecuali LI-4
8.3. Nyeri dan kaku leher
Titik-titik yang digunakan; GB-20, BL-10, GB-21, LI-4, GV-16 semua 1 menit kecuali LI-
4 dan GV-16
8.4. Nyeri dan Kaku Pada Bahu
Titik-titik yang digunakan: GB 21, TE-15, TE-14, LI-15, LI-14, LI-11, BL-57 selama 1
menit
8.5. Nyeri pinggang bawah
Titik-titik yang digunakan: BL-23-25, BL27-34, BL-48, BL-54
masing-masing 2 menit kecuali BL-48 dan 54 selama 1 menit
Gambar 8.1. Titik-titik yang digunakan pada nyeri kepala dan sakit gigi: A: BL-2, B.
yintang, C. GB-14, ST-3, E. Taiyang, F. ST-6, G. GV-20, H. GV-16, I.
GB-20, J. ST-36, J. GB-34, K. LI-4, L. TE-5, M. LIV-3, N. ST-36, arah
panah merah adalah arah pemijatan.
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 52
Gambar 8.2 Titik-titik yang digunakan pada nyeri leher dan bahu: A = GB-20, B = BL-10.
C = GV-16, D=GB-21, E=TE-15, F=TE-14, G=LI-15, H=LI-14, I-LI-11,
J=LI-4
Gambar 8.3. Titik akupresur pada nyeri pinggang bawah
8.6. Osteoarthritis genu
Titik-titik yang digunakan adalah: ST-35 , Titik lokal di patela medial , SP-9, B-54
masing-masing selama 1 menit
Gambar 8.4. Titik akupresur pada osteoarthritis genu
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 53
8.7. Hipertensi
Titik-titik yang digunakan: PC-6, ST-36, KI-3, TE-15, semua dipijat searah dengan aliran
qi merdian titik tersebut selama 1 menit kecuali PC-6 selama 3 menit.
8.6. Dispepsia
Titik-titik yang digunakan: CV-12, CV-6, P6, ST 36, SP-4, semua satu menit kecuali P 6 =
3 menit dan CV-12 = 2 menit
Gambar 8.5. Titik-titik yang dipergunakan pada hipertensi, searah jarum jam PC-6
neiguan, ST-36 suzanli, TE-15 dan KI-3 Taixi
Gambar 8.6. Titik akupresur pada dispepsia
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 54
8.7 Dismenorea
Titik-titik yang digunakan: CV-6 (1 menit) , Sp-12, Sp-13, B27-34, (2 menit) BL-48, ST-
36, Sp-6, Liv-3 (1 menit)
8.10. Asma Bronkial:
Titik-titik yang digunakan: LU-1, BL-13, ST-36, semua satu menit keculai BL-13 dua
menit
Gambar 8.7. Titik akupresur pada dismenorea
Gambar 8.8. Titik akupresur pada asma
Blok Elektif (Leadership – Alternative Medicine)
Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran ULM TA 2018/2019 hal 55
PENUTUP
Bahan yang diberikan pada buku blok ini sesungguhnya hanyalah suatu introduksi
dari ilmu akupunktur/akupresur yang masih sangat luas untuk digali dan dipelajari lebih
lanjut. Satu hal yang harus dipegang oleh calon dokter yang mempelajar ilmu pengobatan
alternatif adalah untuk mengambil sisi-sisi yang bermanfaat dari tehnik-tehnik pengobatan
alternatif ini dengan tidak melupakan/ mempertentangkan antara ilmu kedokteran modern
yang menjadi standar pendidikan dokter di Indonesia. Perpaduan antara pengobatan
modern barat dengan pengobatan timur justru sering meningkatkan keberhasilan terapi.
Sebagai contoh melakukan akupresur pada pasien hipertensi tidak harus dilakukan dengan
menghentikan obat antihipertensi melainkan memberikan keduanya secara simultan hal ini
merupakan nilai lebih seorang dokter dibanding seorang pengobat tradisional. Semoga
buku blok akupresur ini yang sederhana ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Stein, A. 2005. Accupressure guide to aleviate Headache, Neck and Join paint, anxiety
attack and Other Ailments. Authorhouse
Focks, C. 2008. Atlas of Acupuncture 1st edition. Munchen-Churchil-livingstone
Gala, D. Be Your Own Doctor with Acupressure. Ahmadabad. Navnet Publication.
Saputra, K. Indrawati A. 2009. Akupunktur Indonesia. Surabaya. Airlangga University
Press
White A, Cumming M, Filshie J, 2008. An Introduction to Western Medical Acupuncture.
New York. Churchil-Livingstone