/' ~·. \ ( I
.
REPUBLIK ll\'DOJ\TESIA
PENGATURANTAMBAHAN
ANTARA
PEMERINT AH REPUBLIK INDONESIA
DAN
PEMERINTAH AUSTRALIA
TENT ANG
KEMITRAAN AUSTRALIA-INDONESIA
DALAM BIDANG
MANAJEMEN RISIKO BENCANA
Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah Indonesia) dan
Pemerintah Australia (Pemerintah Australia), selanjutnya secara
terpisah akan disebut sebagai "Pihak" dan secara bersama akan
disebut sebagai "Para Pihak";
Pengaturan tambahan ini merupakan bentuk kesepahaman antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia;
Merujuk pada Perjanjian Umum di Bidang Kerjasama Pembangunan
(GADC) yang di tandatangani di Jakarta, tanggal 9 Juli 1998;
Berdasarkan pada hubungan persahabatan antara Para Pihak dalam
upaya memberikan kontribusi lanjutan untuk peningkatan kemitraan di
bidang manajemen risiko bencana;
Memahami pentingnya mempromosikan hubungan kerja yang jelas dalam
kesiapsiagaan dan meningkatkan tanggap darurat yang efektif;
Berkeinginan untuk melanjutkan dan memperkuat kerja sama dalam
bidang yang menjadi kepentingan bersama, yang akan mendukung untuk
membangun masyarakat tangguh terhadap bencana melalui kemitraan;
dan
Sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
di masing-masing negara;
Telah mencapai kesepahaman sebagai berikut:
1. Nama Aktivitas
Nama aktivitas adalah Kemitraan Indonesia Australia dalam bidang
Manajemen Risiko Bencana ("Aktivitas").
2. Tujuan
Para Pihak akan bekerjasama untuk melaksanakan Aktivitas ini untuk
mendukung kebutuhan pembangunan Indonesia. Tujuan dari Aktivitas ini
adalah untuk meningkatkan kesiapsiagaan Indonesia untuk melakukan
respon pada bencana skala besar melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan kolaborasi kebijakan.
3. Ruang Lingkup Kerjasama
Ruang lingkup kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Australia adalah sebagai berikut:
a. Pertukaran informasi terkait manajemen risiko bencana;
b. Kolaborasi dalam solusi inovasi ilmu pengetahuan untuk manajemen
risiko bencana, termasuk program lnaSAFE;
2
I" [ I
.I
I
'
.
c. Bantuan teknis, pelatihan dan peningkatan kapasitas di bidang
manajemen risiko bencana;
d. Bantuan untuk melakukan respon dan pemulihan dari bencana, jika
diperlukan;
e. Aktivitas lainnya yang terkait dengan manajemen risiko bencana
sebagaimana disepakati secara tertulis oleh Para Pihak.
4. Koordinasi dan lmplementasi
1. Para Pihak akan bertanggung jawab untuk menkoordinasikan dan
melibatkan organisasi atau entitas lainnya, bila diperlukan dan
dibutuhkan, untuk melaksanakan Aktivitas yang tertera dalam
Pengaturan Tambahan ini.
2. Organisasi atau pihak terkait dapat termasuk, antara lain, lembaga
pemerintah di level nasional maupun daerah, lembaga sosial
masyarakat, kalangan akademisi dan perusahaan komersial untuk
pelaksanaan manajemen operasional, tenaga ahli teknis dan ilmuwan
atau yang berperan di bidang Penanggulangan Bencana.
5. Pihak Pelaksana
1. Untuk Pelaksanaan Pengaturan Tambahan:
a. Pemerintah Indonesia menunjuk Sadan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) sebagai pihak pelaksana;
b. Pemerintah Australia menunjuk Departemen Luar Negeri dan
Perdagangan (DFAT) sebagai pihak pelaksana.
2. Unit Manajemen Koordinasi Proyek (PCMU), terdiri dari staf senior di
BNPB (Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dan Deputi
Bidang Penanganan Darurat) dan stat senior DFAT (pejabat level
Minister Counselor dan Counselor) akan dibentuk untuk menyediakan
arahan strategi dan saran. PCMU akan bertemu secara tahunan untuk
mendiskusikan dan menyetujui Rencana Kerja Tahunan (AWP).
3
3. Unit Manajemen Koordinasi Proyek (PCMU), yang terdiri dari BNPB
dan stat DFAT, akan dibentuk dan bertanggung jawab untuk
melaksanakan aktivitas yang telah disepakati dalam AWP.
4. Pengaturan terperinci lanjutan mengenai mekanisme, sumber daya
untuk pelaksanaan Pengaturan Tambahan ini akan dijabarkan lebih
Ian jut dalam AWP.
5. Segala perubahan dan tambahan dari Pihak Pelaksana akan
dikomunikasikan dan dikonsultasikan antara Para Pihak dan
dijabarkan dalam kesepakatan tertulis antara Para Pihak.
6. Lokasi Kegiatan
1. Kegiatan akan dikoordinasikan di Jakarta dengan aktivitas lain di
wilayah Indonesia sebagaimana diputuskan oleh Para Pihak.
2. Kegiatan akan dilaksanakan di Provinsi yang menjadi prioritas BNPB
dan akan dimuat dalam AWP.
3. Setiap perubahan area kerja, akan diputuskan secara tertulis oleh Para
Pihak.
7. Deskripsi Kegiatan
1. Kegiatan adalah komitmen dari Pemerintah Australia dengan estimasi
mencapai dana maksimum AUD 8 Juta dari tanggal 1 Januari 2016
hingga 30 Juni 2018. Pengaturan Tambahan ini akan tetap berlaku
hingga tanggal 31 Desember 2018 untuk membantu evaluasi dan
pelaporan.
2. Aktivitas akan bertujuan untuk memperkuat kesiapsiagaan Pemerintah
Indonesia untuk merespon kejadian bencana skala besar, melalui
kolaborasi kebijakan dan inovasi di bidan9 ilmu pengetahuan.
4
Kegiatan juga akan mendukung kesiapan Australia dalam membantu
Indonesia untuk melakukan upaya tanggap darurat dan pemulihan
bencana.
3. Para Pihak akan bekerja untuk keberlangsungan kegiatan. Pemerintah
Indonesia akan bertanggung jawab penuh untuk melaksanakan dan
kepemilikan atas kegiatan ini sebagai hasil dari Pengaturan
Tambahan ini.
4. Seluruh pembiayaan, kegiatan spesifik dan program akan dimuat
dalam Rencana Kerja Tahunan (AWP) dan disepakati bersama setiap
tahun.
8. Tugas Para Pihak
1. Pemerintah Indonesia akan:
a. Memfasilitasi kerja sama antara Pemerintah Australia dan BPBD di
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota dan pihak terkait lainnya di area
kerja.
b. Memfasilitasi Pemerintah Australia dalam mendapatkan ijin yang
dibutuhkan untuk masuk dan keluar Indonesia bagi stat dan tenaga
ahli asing yang telah disetujui, begitu juga izin kerja dan izin tinggal
yang bersangkutan.
c. Memfasilitasi pembebasan dan pengecualian pajak, jika
memungkinkan, sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku di
Republik Indonesia.
d. Melakukan pengawasan dan evaluasi atas pelaksanaan program
aktivitas yang dijabarkan dalam Pengaturan Tambahan dalam kerja
sama dengan lembaga pemerintahan terkait.
5
2. Pemerintah Australia akan:
a. Dalam pelaksanaan kerja sama dibawah Pengaturan Tambahan ini,
mematuhi aturan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Indonesia;
b. Melaksanakan seluruh program yang telah disepakati oleh Para
Pihak dalam Pengaturan Tambahan ini;
c. Mengalokasikan pendanaan sejumlah AUD 8 Juta, khusus untuk
implementasi program dalam Pengaturan Tambahan ini. Kontribusi
dari Pemerintah Australia akan mencakup pelaksanaan,
manajemen dan pengawasan kegiatan dan aktivitas terkait lainnya.
Pencairan kontribusi dari Pemerintah Australia untuk Aktivitas ini
akan mengacu pada aturan dan persetujuan normal tahunan dari
Parlemen Australia.
d. Memenuhi seluruh komitmen untuk bantuan keuangan dan
perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan program ini serta
untuk menyediakan tenaga ahli asing, jika tenaga ahli dari
Indonesia tidak tersedia, dalam kerangka alih pengetahuan dan
teknologi ke stat lokal serta masyarakat sesuai dengan hukum dan
aturan yang berlaku di Republik Indonesia;
e. Penugasan atas tenaga ahti asing dan segala perubahannya akan
disetujui oleh Pemerintah Indonesia dalam bentuk persetujuan
tertulis;
f. Mengharuskan tenaga ahti asing dari pemerintah Australia untuk
mengikuti orientasi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia;
g. Mengharuskan seluruh tenaga ahli dari Pemerintah Australia untuk
mematuhi peraturan imigrasi terkait perizinan dan prosedur
pengawasan orang asing;
h. Memprioritaskan penggunaan produk buatan lokal yang aman dan
ramah lingkungan untuk material dan peralatan yang digunakan
untuk pelaksanaan kegiatan ini;
i. Penyediaan pelatihan dan bantuan teknis dalam rangka
pelaksanaan kegiatan dan peningkatan kapasitas dari pelaksana
program;
6
j . Memberikan informasi kepada Pemerintah Indonesia mengenai
perubahan yang mungkin terjadi dalam program/proyek yang telah
disetujui, atau jika ada pembatalan program/proyek yang disetujui,
yang dengan alasan tertentu tidak dapat dilaksanakan;
k. Mendukung dan memberikan kontribusi untuk membuat laporan 3
(tiga) bulanan bersama dengan BNPB, dan menyertakan dokumen
Serita Acara Serah T erima (BAST) yang ditandatangani oleh
Pemerintah Indonesia dan Kementerian terkait.
9. Barang, Jasa, Personil dan Peralatan yang disediakan
1. Pemerintah Indonesia, sesuai dengan hukum dan aturan yang
berlaku, akan menyediakan barang, jasa, personil dan peralatan
kegiatan sebagai berikut:
Nominasi, perekrutan dan seleksi personil yang menjadi perwakilan
pemerintah untuk berpartisipasi dalam kegiatan terkait sesuai dengan
aktivitas spesifik yang telah disepakati dalam AWP.
2. Pemerintah Australia akan menyediakan barang, jasa dan peralatan
untuk Aktivitas:
a. Rekrutmen, pemilihan mitra dan manajemen stat yang dibutuhkan
dengan berkonsultasi dengan BNPB.
b. Peralatan yang diperlukan untuk efisiensi dan efektivitas operasi
kegiatan ini.
c. Pengawasan dan arahan strategis atas konteks kebijakan Aktivitas
ini.
10. Pengaturan Pengawasan, Telaahan, Evaluasi dan Pelaporan
A. Pengawasan dan Evaluasi
1. Kegiatan pengawasan dan evaluasi ini akan dilakukan bersama
antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia.
7
T elaahan dan evaluasi kemajuan pelaksanaan Kegiatan akan
dilaksanakan minimal secara tahunan dan atau pada waktu yang
disepakati kedua pemerintahan untuk mengukur kemajuan sesuai
dengan indikator performa yang telah disepakati dalam AWP.
2. Pemerintah Australia akan melaksanakan evaluasi kegiatan reguler
yang independen. Evaluasi ini akan diadakan di tengah-tengah
periode kegiatan ataupun pada akhir penyelesaian pelaksanaan
kegiatan. Evaluasi akan dipandu oleh Pemerintah Australia dan
akan dilaksanakan oleh konsultan atau stat independen dari
Pemerintah Australia.
B. Pengaturan Pelaporan
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia akan melakukan
pengawasan dan pelaporan reguler atas Kegiatan ini.
Hal ini akan dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dan didukung
oleh kontraktor yang ditunjuk oleh Pemerintah Australia yang telah
dikonsultasikan kepada lembaga mitra Pemerintah Indonesia, untuk
menginformasikan kemajuan, mengatur risiko, melakukan perbaikan
pelaksanaan kegiatan serta untuk menyiapkan performa standard dan
laporan yang efektif. Laporan juga akan meliputi output kegiatan,
capaian dan indikator performa dan pengukuran yang ditentukan.
11. Hak Kekayaan lntelektual
Mengacu pada ayat 1, Pasal VII GADC, kecuali jika ditetapkan lain dalam
Pengaturan Aktivitas di bawah Pengaturan Tambahan ini, Para Pihak
memutuskan bahwa dalam rangka kerjasama kegiatan ini, kepemilikan
Hak Kekayaan lntelektual yang dikembangkan akan dimiliki bersama oleh
Para Pihak.
8
12. Kerahasiaan
Jika salah satu Pihak ingin membuka data rahasia dan/atau informasi
yang dapat dipertukarkan, diperoleh, dibagi, dan/atau muncul dari
kegiatan kerja sama di bawah Pengaturan Tambahan ini kepada pihak
ketiga, Pihak yang memberikan akses data harus terlebih dahulu meminta
izin tertulis dari Pihak lainnya, sebelum pemberian akses data tersebut
dilakukan.
13. Pembatasan Personil
1. Pemerintah Australia akan memastikan bahwa setiap personilnya,
para ahli yang terlibat pada kegiatan di Indonesia akan mematuhi dan
menghormati hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
2. Pelanggaran atas ketentuan di atas dapat mengakibatkan pencabutan
izin personil/ahli dimaksud dan langkah-langkah lain sebagaimana
diwajibkan dalam hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.
14. Penyelesaian Perbedaan
1. Perbedaan yang timbul karena penafsiran atau penerapan
Pengaturan Tambahan ini akan diselesaikan secara damai untuk
mencapai kesepakatan antara Para Pihak.
2. Para Pihak akan melakukan konsultasi setiap saat sesuai permintaan
tertulis dari salah satu Pihak mengenai hal apapun yang berkaitan
dengan Pengaturan Tambahan ini dan akan berupaya bersama-sama
dalam semangat kerja sama, itikad baik dan saling percaya untuk
menyelesaikan secepatnya setiap kesulitan atau kesalahpahaman
yang mungkin timbul.
9
15. Amandemen
1. Pengaturan tambahan ini dapat diamandemen setiap saat melalui
Pertukaran Surat yang ditandatangani oleh Para Pihak.
2. Amandemen akan berlaku pada waktu yang ditentukan oleh Para
pihak.
16. Pemerintahan yang Balk
Pelaksanaan Pengaturan Tambahan ini merupakan bentuk komitmen
Para Pihak sebagai wujud pelaksanaan prinsip pemerintahan yang baik.
17. Masa Berlaku dan Pengakhiran
1. Pengaturan Tambahan ini akan berlaku pada saat penandatanganan
oleh Para Pihak dan akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2018.
2. Salah satu Pihak dapat mengakhiri Pengaturan Tambahan ini dengan
mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada Pihak lain. Pengaturan
Tambahan ini akan berakhir dalam jangka waktu 3 bulan setelah
pemberitahuan tertulis dimaksud diterima oleh Pihak lain.
3. Pengakhiran Tambahan ini tidak akan mempengaruhi kegiatan yang
sedang berlangsung hingga selesainya kegiatan tersebut, kecuali
Para Pihak menentukan lain.
10
Ketentuan di atas merupakan kesepakatan yang telah dicapai oleh Para
Pihak dalam Pengaturan ini.
DITANDATANGANI dalam rangkap dua di Jakarta pada ~ 'N'lu 2016
dalam Bahasa Indonesia dan lnggris, seluruh naskah memiliki kekuatan
hukum yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran, maka naskah
dalam Bahasa lnggris yang akan berlaku.
Untuk Pemerintah Republik Indonesia Untuk Pemerintah Australia
Dody Ruswandi Fleur Davies
Sekretaris Utama BNPB Penasihat Utama
II
REPUBUK INDONESIA
SUBSIDIARY ARRANGEMENT
BETWEEN
THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
AND
THE GOVERNMENT OF AUSTRALIA
RELATING TO THE
AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP
ON DISASTER RISK MANAGEMENT
The Government of the Republic of Indonesia (GOI) and the Government
of Australia (GOA), hereinafter singularly referred to as the "Party" and
jointly referred to as the "Parties";
This Subsidiary Arrangement expresses the understanding between the
GOI and the GOA;
Referring to the General Agreement on Development Cooperation (GADC)
done at Jakarta, on the ninth day of July 1998;
Guided by the traditional friend ly relations between the Parties and their
endeavour(s) to contribute to further enhance the partnership on disaster
risk management;
Understanding the importance of promoting a clear working relationship in
the preparedness and enhanced effectiveness of response;
Intending to continue and strengthen cooperation in areas of mutual
interest, which will help to build a disaster resilient community through
partnership; and
Pursuant to the prevailing laws and regulations in their respective
countries;
Have reached the following understandings.
1. Name of Activity
The name of the activity is the Australia Indonesia Partnership on Disaster
Risk Management ("the Activity").
2. Purpose
The Parties will cooperate in implementing the Activity in support of the
development needs of Indonesia. The purpose of the Activity is to
strengthen Indonesia's preparedness to respond to a large-scale disaster
through science innovation and policy collaboration.
3. Scope of Cooperation
The scope of program cooperation between GOI and GOA will be as
follows:
a. Exchange of information related to disaster risk management.
b. Collaboration on innovative scientific solutions for disaster risk
management, including the lnaSAFE program.
c. Technical assistance, training and capacity building in disaster risk
management.
d. Assistance to respond and recover from disasters, if deemed
necessary.
e. Any other activities related to disaster risk management as mutually
determined in writing by the Parties.
2
4. Coordination and Implementation
1. The Parties will be responsible for coordinating and engaging with
other organizations or entities, as appropriate and necessary, for the
implementation of activities identified pursuant to this Subsidiary
Arrangement.
2. These organizations or entities may include, among others, national
and sub-national government agencies, civil society, academia and
commercial companies, for the provision of operational management,
technical and scientific expertise, or otherwise having a role in Disaster
Risk Management.
5. Implementing Authorities
1. For the implementation of the Subsidiary Arrangement;
a. GOI appoints the National Disaster Management Authority (BNPB)
as the implementing authority.
b. GOA appoints the Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT)
as the implementing authority.
2. A Project Coordination Management Unit (PCMU), consisting of senior
BNPB staff (Prevention and Preparedness Deputy and Emergency
Response Deputy) and senior DFAT staff (Minister Counselor and
Counsellor) will be formed to provide strategic direction and advice.
The PCMU will meet annually to discuss and approve the Annual Work
Plan (AWP).
3. A Project Management Unit (PMU), consisting of BNPB and DFAT
staff, will be formed and be responsible for implementing the Activity as
per the AWP.
3
4. Further details of the mechanisms, modalities to implement this
Subsidiary Arrangement will be described in the AWP.
5. Any change or addition to the Implementing Authorities will be
communicated and consulted between the Parties and mutually
determined in writing.
6. Activity Location
1. The Activity will be coordinated in Jakarta with activities throughout
Indonesia as mutually decided upon by the Parties.
2. The Activity will be conducted in BNPB's priority provinces which will
be stipulated in AWP.
3. Any change of working areas, will be mutually determined in written by
The Parties.
7. Activity Description
1. The Activity is an Australian Government commitment estimated up to
a maximum of AUD 8 million from 1 January 2016 to 30 June 2018.
The Subsidiary Arrangement will remain in force until 31 December
2018 to assist with evaluation and reporting.
2. The Activity will aim to strengthen GOl's preparedness to respond to a
large-scale disaster, through science innovation and policy
collaboration. The Activity will also support Australian readiness to
assist Indonesia to respond and recover from disasters.
3. Both parties will work towards the sustainability of the Activity. GOI will
take progressive responsibility for the implementation and full
ownership of the Activity at the conclusion of this Subsidiary
Arrangement.
4
4. All funding, specific activities and programs will be incorporated in the
Annual Work Plan and mutually determined each year.
8. Duties of the Parties
1. GOlwill:
a. Facilitate the cooperation between GOA and Disaster Management
Authority in province/district/city and other related stakeholders in
working areas.
b. Facilitate GOA in obtaining permits required to enter and leave
Indonesia for approved expatriate staff and experts, as well as their
working and staying permits.
c. Facilitate the tax exemption and relief, as appropriate, in
accordance with the prevailing laws and regulations of the Republic
of Indonesia.
d. Monitor and evaluate the implementation of the program activities
described within this Subsidiary Arrangement in cooperation with
related government institutions.
2. GOA will :
a. In implementing the cooperation under this Subsidiary
Arrangement, comply with regulations as stipulated by GOI;
b. Implement all programs that have been mutually decided under this
Subsidiary Arrangement;
c. Allocate funding amounting up to AUD 8 million exclusively for
program implementation under this Subsidiary Arrangement. The
GOA contributions will cover implementation, management and
monitoring of the Activity and related activities. The provisions and
disbursement of GOA contributions to the Activity will be subject to
the normal Australian annual Parliamentary approval of
appropriations.
s
d. Fulfill commitments for financial assistance and necessary
equipment for the implementation of its programs, and provide
foreign experts only if Indonesian experts are not available, within
the framework of transfer knowledge, technology to local staff and
communities in accordance with prevailing laws and regulation of
Republic of Indonesia.
e. The assignment of any foreign expert and any changing will be
approved by GOI in writing;
f. Require all foreign experts of GOA to follow orientation held by GOI;
g. Require all foreign experts of GOA to comply with immigration
regulations relating to permits and foreign monitoring procedures;
h. Prioritize the use of environmentally - friendly locally made
products for equipment and material used in the implementation of
the Activity;
i. Provide training and technical assistance in order to implement the
Activity and increase the capacity of program officers;
j. Inform GOI of any changes which occur within the approved
programs/projects, or if the approved programs/projects are
cancelled or, for whatever reason, cannot be implemented;
k. Support and contribute to 3 (three) monthly reporting together with
BNPB, which may also include the document of Record of Transfer
(Serita Acara Serah Terima/BAST) signed by the GOI and the
relevant ministry.
9. Materials, Services, Personnel and Equipment to be Supplied
1. The GOI , to the extent permitted by prevailing laws and regulation, will
provide the following materials, services, personnel and equipment for
the Activity:
Nomination, recruitment and selection of personnel to represent the
Government and to participate in the relevant activities in accordance
with the specific activities approved under the AWP.
6
2. The GOA will provide the following materials, services and equipment
for the Activity:
a. Recruitment. selection of partners and management of necessary
staff in consultation with BNPB.
b. Necessary equipment for the efficient and effective operation of
the Activity.
c. Strategic direction and monitoring the policy context of the Activity.
10. Monitoring, Review, Evaluation and Reporting Arrangements
A. Monitoring and Evaluation
l . The Activity monitoring and evaluation will be undertaken jointly by
the GOI and GOA. The review and evaluation of progress in the
implementation of the Activity will be conducted at least annually,
and/or at a time mutually convenient to both governments to
measure progress against mutually decided performance indicators
as outlined in the AWP.
2. The GOA will undertake regular independent evaluations of the
activities. These evaluations will typically be held both mid-way and
near completion of the Activity implementation period. Evaluations
will be commissioned by GOA and will be undertaken by
consultants or GOA staff independent of Activity implementation.
B. Reporting Arrangements
The GOI and GOA will undertake regular monitoring and reporting of
the Activity. This will be undertaken by the GOI and supported by a
GOA appointed contractor in consultation with GOI partner agencies to
inform both governments of progress, to manage risks, to continuously
improve the delivery of activities as well as to prepare standard
performance and effectiveness reporting. Reporting will include activity
outputs, outcomes, and defined performance indicators and measures.
7
11. Intellectual Property Rights
Pursuant to paragraph 1 of Article VII of the GADC, and unless stated
otherwise in an Activity arrangement to which this Subsidiary
Arrangement applies, the Parties have decided that in accordance with
the cooperative nature of the Activity, ownership of any Intellectual
Property rights developed will be jointly owned by the Parties.
12. Confidentiality
If either Party wishes to disclose confidential data and/or information
that may be exchanged, acquired, shared, and/or resulted from the
cooperation activities under this Subsidiary Arrangement to any third
party, the disclosing Party should obtain prior written consent from the
other Party, before any disclosure can be made.
13. Limitation of Personnel
1. GOA will ensure that its personnel, experts involved in activities in
Indonesia observe and respect the laws and regulations of the
Republ ic of Indonesia.
2. Any violation of the above provision may result in the revocation of the
permit of that personnel/expert and other measures required by the
prevailing laws and regulations of the Republic of Indonesia.
14. Settlement of Differences
1. Differences that may arise concerning its interpretation or application
will be dealt with in an amicable way as the appropriate method of
achieving the peaceful settlement of those differences between the
Parties.
8
2. The Parties will consult together at any time upon written request of
either Party regarding any matter relating to this Subsidiary
Arrangement and will endeavour jointly in a spirit of cooperation, good
faith and mutual trust to resolve expeditiously any difficulties or
misunderstandings that may arise.
15. Amendments
1. This Subsidiary Arrangement maybe amended at any time through an
Exchange of Letters signed by the Parties.
2. Such amendment will commence on a date as may be determined by
the Parties.
16. Good Governance
The implementation of this Subsidiary Arrangement constitutes a
commitment by both Parties to good governance principles.
17. Commencement and Termination
I. This Subsidiary Arrangement will take effect on signature by both
Parties and will conclude on 31 December 2018.
2. Either Party may terminate this Subsidiary Arrangement by giving
written notice of its intention to terminate to the other Party. In the
event that written notice of termination is given, this Subsidiary
Arrangement will terminate three months after the date that the other
Party receives that notice of the intention to terminate.
3. Termination of this Subsidiary Arrangement will not affect the
implementation of any on-going activities undertaken under this
Subsidiary Arrangement until completion of such activities, unless the
Parties mutually decide otherwise.
9
The foregoing represents the understanding reach between the Parties
referred to in this Arrangement.
SIGNED in duplicate in Jakarta on fit, M ~l 2016 in
Indonesian and English languages. all text having equal validity. In case of
any divergence of interpretation, the English text will prevail.
For the Government of the Republic of For the Government of Australia
Indonesia
Dody Rus
Secretary General
Fleur Davies
Minister Counsellor