Download - BRINCC Prelim Report Bahasa Indonesian
PRELIMINARY REPORT OF THE BRINCC EXPEDITION JANUARY 2012 Versi Bahasa Indonesia
2
CONTENTSRingkasan - biodiversiti Ringkasan - sosial Tentang ekspedisi ini Tujuan proyek Anggkota tim ekspedisi Lokasi penelitian Owa-owa Amphibi Entomologi Mamalia besar Mamalia kecil Burung Botani Sosial Terimakasih 3 4 5 6 7 8 9 13 18 24 27 33 48 67 74
Bila menggunakan data dari laporan ini silakan gunakan kutipan berikut Cheyne SM, Zrust M, Hoeing A, Houlihan PR, Rowland D, Rahmania M, Breslin K (2012). Barito River Initiative for Nature Conservation and Communities (BRINCC) Preliminary Report. In BRINCC Expedition Reports; 74 pages. Palangka Raya, Indonesia: BRINCC Expedition.
2
3
RINGKASANEkspedisi ini telah mengkaji keanekaragaman hayati di tiga lokasi dan melaksanakan kajian sosial ekologi di dua desa di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Ringkasan hasil survey keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut: Amfibi Secara keseluruhan di-identifikasi 452 individu dari 37 jenis dari 4 keluarga; Bufonidae (9), Megorphrydae (5), Ranidae (17), Rhacophoridae (6). Burung 223 jenis di-identifikasi termasuk 16 jenis endemik Kalimantan, 3 jenis terdaftar di IUCN Red List sebagai Terancam Punah (terancam punah) dan 7 jenis tercatat di IUCN Red List Rentan (rentan). Entomologi Lebih dari 100 jenis kupu-kupu ditemukan Mamalia besar 11 jenis terekam di camera traps: 10 mamalia dan satu burung. Enam jenis lain direkam berdasarkan tanda atau pengamatan termasuk macan dahan (Neofelis diardi) Primata 8 jenis ditemukan dan perkiraan kepadatan untuk owa-owa adalah 1.59-3.04 kelompok/km2. Mamalia kecil Sepuluh jenis di-identifikasi termasuk Chestnut-Bellied Rat (Maxomys ochraceiventer) yang termasuk di IUCN Red List, dengan catatan Data kekurangan (Kekurangan data) Hasil ini menunjukkan bahwa daerah ini punya nilai konservasi keanekaragaman hayati tinggi.
Photo M. Zrust
3
4
RINGKASAN
Ringkasan hasil survey sosial adalah sebagai berikut: Pemetaan sumberdaya alam menggambarkan lokasi sumberdaya tradisional dan modern yang penting untuk masyarakat Informasi pemetaan dikumpulkan melalui pemetaan partisipatif sebagai masukan untuk memperoleh pengakuan resmi untuk hutan desa Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di kedua desa hampir 100% tergantung pada hutan dan sumberdaya alam di sekitarnya. Di kedua desa warga merasa bahwa jumlah binatang dan tumbuhan telah berkurang dalam lima tahun terakhir. Pola penghidupan yang sebelumnya berkesinambungan telah berubah menjadi gaya hidup yang lebih berorientasi dan tergantung pada pasar. Komoditi termasuk daging, bagian binatang, ikan, burung (jarang), kayu, emas dan batu permata. Ada pergeseran dari operasi penebangan kayu komersil dan sekarang sedang dilakukan eksplorasi batu bara. Telah ditemukan batu bara Pemerintah punya beberapa program untuk membantu masyarakat.
4
5
TENTANG EKSPEDISI INI
Ekosistem hutan tropis terancam secara global oleh kegiatan manusia dan perubahan iklim. Ini terutama berlaku bagi hutan tropis di Kalimantan, di mana penebangan kayu, legal maupun ilegal, pertambangan batu bara dan konversi ke lahan pertanian (kelapa sawit dan perkebunan akasia), maupun kebakaran hutan skala luas yang semakin sering terjadi, mengancam salah satu daerah keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Pada saat pelestarian hutan di pedalaman Kalimantan tidak tentu, lebih banyak informasi dibutuhkan tentang kondisi ekosistem hutan di daerah ini, khusunya tentang keragaman alamiah yang tergantung padanya, guna meningkatkan pengetahuan tentang daerah ini serta menjadi landasan untuk perencanaan konservasinya. Untuk mengumpulkan informasi
tentang keanekaragaman binatang dan tumbuhan serta informasi hidrologis, kami telah survey beberapa lokasi di sepanjang Sungai Murung di bagian utara Kalimantan Tengah, Indonesia. Daerah ini, yang terbentang antara Pegunungan Mller di utara sampai muara Sungai Murung dengan Sungai Barito di bagian selatan, baru dua kaliPhoto M. Zrust
disurvey ilmiah secara singkat. Survey mamalia besar dan kecil, burung, serangga, amfibi dan reptil telah dilaksanakan di tiga lokasi sepanjang Sungai Murung, dengan ambil contoh di hutan desa, hutan rimba dan wilayah dengan tingkat gangguan tinggi di dekat Desa Kelasin. Kepadatan primate dihitung untuk owa-owa (Hylobates muelleri x Hylobates albibarbis) sebagai bagian dari proyek lebih luas di lokasi berbeda-beda terpencar di Kalimantan. Bersama-sama informasi ini meningkat pengetahuan ilmiah daerah ini, melengkapi penelitian mendalam yang dilakukan oleh LSM lain di bagian hilir di DAS lain. Diharapkan ini akan meningkatkan profil daerah ini dan kesadaran tentang ancaman yang dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Selain itu akan membantu meningkatkan kemampuan di teknik konservasi dan kegiatan ekspedisi, baik untuk anggota dari Indonesia maupun dari luar negeri.
5
6
TUJUAN PROYEK
Proyek ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut: 1. Jenis binatang dan tumbuhan apa yang terdapat di sepanjang Sungai Murung? 2. Apakah distribusi dan kelimpahan berbeda antara hutan dengan tingkat gangguan yang berbeda? 3. Apakah kepadatan populasi owa-owa terpengaruh oleh ciri vegetasi di daerah ini? 4. Apa tingkat gangguan manusi di daerah ini dan bagaimana pemetaan SDA dan teknik sosial lain dapat digunakan untk mengidentifikasi kebutuhan lokal di sepanjang Sungai Murung?
Photo M. Zrust
6
7
ANGKOTA TIM EKSPEDISI
DAFTAR PESERTA EKSPEDISI: Dominic Rowland (UK) Pemimpin Ekspedisi dan Tenaga Medis Dr Susan Cheyne (UK) Direktor Ilmiah dan Tenaga Medis Andrea Hoeing (Germany) Wakil Pemimpin Ekspedisi (Masyarakat: Sosial Ekologi) Laura D'Arcy (UK) Penasehat Ilmiah Michal Zrust (Czech Republic) Wakil Pemimpin Ekspedisi (Keanekaragaman hayati) Mila Rahmania (Indonesia) Pimpinan proyek Herpetologi (amfibi dan reptil) Iis Sabahudin (Indonesia)- Pimpinan proyek: Ilmu sosial (Antropologi) Erisa Maranata Muray (Indonesia) Anggota tim: ilmu Sosial (Antropologi) Andhi Suncoko (Indonesia) Anggota tim: Ilmu Sosial (Sosial Politik) Peter Houlihan (USA) - Pimpinan proyek: Entomologi Juli Setiawan (Indonesia) Anggota tim: Burung Katherine Breslin (UK) - Pimpinan proyek: Burung Deni Doang (Indonesia) Anggota Tim: Ilmu Sosial (Ekonomi) Edwin Hermawan (Indonesia) Anggota tim: Keanekaragaman Hayati M. Yunnus Adrian Saputra (Indonesia) Anggota tim: Mamalia kecil Kursani (Indonesia) Pimpinan Botani Suparjan T Uring (Indonesia) Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Murung Raya Junaidi Shalat (Indonesia) - Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Murung Raya Leni (Indonesia) Administrasi SDA, Pemerintah Kabupaten Murung Raya Jaya (Indonesia) Asisten Peneliti dari Desa Tumbang Tujang Pak Bahni (Indonesia) Asisten Peneliti dari Desa Tumbang Tujang
7
8
LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Murung Raya
Kalimantan Tengah
Borneo
8
9
OWA-OWA - Dr Susan CheynePendahuluan Owa-owa adalah primata kecil arboreal (hidup di pohon), dengan 17 jenis tersebar di hutan di Asia Tenggara, Cina Selatan dan India. Di Kalimantan terdapat dua jenis owa-owa, Hylobates albibarbis, dan owa-owa Kalaweit, Hylobates muelleri. Kedua jenis ini terancam, terutama oleh perusakan habitat atau konversi menjadi lahan pertanian dan terdaftar sebagai terancam punah Terancam Punah di IUCN Red List of Threatened species 2008 (www.iucnredlist.org). Semua jenis punya wilayah dengan kelompok terdiri dari sepasang owa-owa dengan anak-anaknya. Menggunakan kebiasaan nyanyi merupakan metoda praktis dan efisien waktu untuk memperkirakan kepadatannya, karena kelompokOwa-owa betina dewasa (H. mulleri x albibarbis) - Susan M. Cheyne
kelompok owa-owa dapat dihitung dengan mendengar duet di pagi hari pada waktu yang relatif singkat. Penelitian di seluruh dunia telah menemukan bahwa kepadatan primata dipengaruhi oleh mutu habitatnya. Ditemukan bahwa kebakaran hutan dan penebangan kayu berdampak negatif kelimpahan primata dan mengakibatkan kepadatan owa-owa lebih rendah, terutama karena turunnya ketersediaan pakan. Walaupun demikian, temuan menggambarkan bahwa owa-owa bisa bertahan di hutan terganggu karena dapat menyesuaikan pakannya, namun potensi reproduksi turun oleh perubahan pola makan ke makan dedaunan. Sepain itu ada kecenderungan kurang kelimpahan primata di pinggir hutan. Di Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat ditemukan kepadatan Southern Bornean gibbon (Hylobates albibarbis) berhubungan negatif dengan ketinggian, yang berhubungan dengan berkurangnya pohon besar dan turunnya ketersediaan pakan owa-owa, sedangkan untuk Mllers gibbon (Hylobates muelleri) tidak ada informasi. semua jenis owa-owa sekarang terdaftar sebagai minimal terancam punah Terancam Punah di IUCN Red list, termasuk jenis yang diteliti kami, owa-owa endemik. Tujuan utama program ini adalah memantau besarnya populasi owa-owa, kepadatan dan distribusi. Lebih luas, kami juga meneliti dampak gangguan manusia dan tindakan konservasi terhadap populasi owa-owa. Selain itu survey kepadatan owa-owa dilaksanakan di sejumlah lokasi untuk tujuan pemantauan.9
10
OWA-OWAMetoda
Kepadatan owa-owa diperkirakan dengan menggunakan hitungan titik tetap, seperti diuraikan oleh Brockelman dan Ali (1987), di tiga lokasi survey tertentu di dalam wilayah penelitian. Metoda ini direkomendasi untuk survey owa-owa dengan alasan sebagai berikut: pertama, karena perilaku owa-owa yang sulit dilihat dan kebiasaan tinggal di tajuk pohon membuat penggunaan jalur transek untuk survey tidak berhasil *Brockelman dan Ali 1987; Brockelman dan Srikosamatara 1993b; O'Brien dkk. 2004; Nijman dan Menken 2005; Cheyne dkk. 2007; Hamard dkk. 2010+. Keduanya, karena perilaku wilayah memungkinkan pemetaan secara efisien dari titik triangulasi (Sutherland, 2000). Suara nyaring owa-owa, yang terdengar sampai jarak cukup jauh memungkinkan perekaman jarak lebih jauh daripada pengataman visual *Davies 2002+. Terakhir, hitungan titik tetapPhoto M. Zrust
memungkinkan survey cepat dan efisien waktu dengan hasil yang lebih pasti daripada jalur transek dalam waktu yang sama (Nijman dan Menken, 2005).
Perkiraan kepadatan diperoleh dengan rumus berikut, dikembangkan oleh Brockelman dan Ali (1987): D = n / *p(m) x E+ Di mana jumlah kelompok terdengar di suatu daerah ditentukan dengan memetakan , p(m) adalah perkiraan persentase kelompok yang diperkirakan bernyanyi selama waktu sampel m hari, dan E adalah wilayah kedengaran efektif *Brockelman dan Ali 1987; Nijman dan Menken 2005; Cheyne dkk. 2007+. Faktor koreksi p(m) ditentukan di tiap lokasi dengan rumus: p(m) = 1 *1- p(1)+m dengan p(1) adalah peluang nyanyi di hari tertentu, dan m adalah jumlah hari survey. Wilayah kedengaran efektif dihitung untuk setiap lokasi menggunakan radius tetap 1 km dari tiap titik pengamatan dan ditentukan dengan wilayah di mana minimal dua titik pengamatan bisa mendengar owa-owa nyanyi.10
11
OWA-OWAHasil Hutan produksi di Kelasin dan Hutan desa di Tumbang Tujang punya kepadatan yang sama, yaitu 2 kelompok owa-owa /km2, sedangkan di daerah perladangan Tumbang Tujang (Daerah pertanian terfragmentasi) punya kepadatan terendah dengan 1.55 kelompok owa-owa /km2. Lokasi hutan rimba di Sungai Borah memiliki kepadatan tertinggi dengan 2.6-3kelompok owa-owa/km2. Tabel di bawah ini memperlihatkan hasil setiap lokasi penelitian.
Hylobates muelleri muelleri betina (foto dari Programme Kalaweit Susan M. Cheyne)
Betina deawsa H. mulleri x albibarbis Susan M. Cheyne
Tabel kelompok/km2 dan individu/km2 Nomor Letak Jenis lokasi 1 2 3 4 5 6 Kalasin S. Jalo Kalasin Ladang Tumbang Tujang (Selatan) Ladang Tumbang Tujang Utara (Camp) Sungai Mur-ing x Borah Selatan Sungai Borah Pondok (Utara) Mulleri dan Hybrid Mulleri Mulleri dan Hybrid Mulleri Mulleri dan Hybrid Mulleri
Kelompok /km2 2.05 2.04 1.59 2.00 3.04 2.67
Individu/ km2 20 20 16 32 36 32
Owa-owa belum kawin/km2 1 1 0.8 1.6 1.8 1.6
Jumlah owaowa / km2 21 21 16.8 33.6 37.8 33.611
12
OWA-OWA
Daftar jenis (semua primata)
Jenis
Nama Bhs. Inggris
Nama Bhs. Indonesia Owa-owa (Kalaweit) Bekantan
IUCN Status
Hylobates muelleri
Mllers Gibbon
Terancam punah
Nasalis larvatus
Proboscis monkey
Terancam punah
Presbytis frontata
White-fronted langur
Lutung dahi putih Binatang hantu/ inkir
Rentan
Tarsius bancanus ssp. Borneanus
Western/Horsfields tarsier
Rentan
Nycticebus menagensis
Bornean Slow loris
Kukang
Rentan
Macaca nemestrina
Pig-tailed macaque
Beruk
Rentan
Presbytis rubicunda
Maroon langur
Luting merah/ kelasi Kera
Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Tidak terdaftar
Macaca fascicularis
Long-tailed macaque
Hylobates muelleri x H. albibarbis
Hybrid gibbon
Owa-owa (Kalaweit)
12
13
AMFIBIMila Rahmania
Pendahuluan Selain sebagai komponen penting dalam rantai makanan di ekosistem hutan tropis, amfibi terutama dari orde Anura sangat peka terhadapa perubahan lingkungan dan oleh karenanya bisa menjadi indikator biologis degradasi lingkungan. Pada saat ini tidak ada informasi tentang keragaman amfibi di Kabupaten Murung Raya di informasi umum, sehinggaLeptobrachium abbotti
penelitian
ini
menjadi
yang
paling
komprehensif untuk wilayah ini.
Amfibi memerankan peranan penting dalam rantai makanan. Amfibi adalah binatang malam yang hidup di habitat air dan tanah. Katak, khususnya dari orde Anura, sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Penurunan populasi Anura bisa disebabkan oleh pencemaran, perubahan iklim dan kehilangan habitat dan lahan basah.
Kabupaten Murung Raya terletak di utara Kalimantan Tengah dari kaki Pegunungan Mller di utara hingga Sungai Busang.
Keragaman biota, terutama amfibi di lokasi ini belum pernah diamati dan diteliti. Sehingga diperlukan kajian keanekaragaman hayati
khusus tentang amfibi untuk mengetahui prioritas konservasi yang diperlukan di lokasi ini. Penelitian tentang keragaman amfibi di beberapa lokasi di Kabupaten Murung Raya dilakukan untuk mengetahui keragaman dan ciri tipe habitat.Megophrys nasuta
13
14
AMPHIBIANSMetoda Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2011 di lokasi di Kecamatan Uut Murung; yaitu Desa Tumbang Tujang, Hutan di Sungai Bora, dan Desa Kelasin.Informasi yang dikumpulkan
termasuk (i)nama jenis, jumlah individu dan jumlah jenis, SVL (snout-vent length/ panjang badan dari hidung hingga tunggir),kegiatan kalau ada dan posisi di lingkungannya, (ii) data habitat termasuk nama lokasi, waktu pengamatan, cuaca, substrat,d an vegetasi. Metoda pengamatan adalah Visual Encounter Survey (VES) berdasarkan Heyer dkk. (1994) yang dilakukan dua jam pada malam hari. Perhitungan keragaman jenis menggunakan Shannon-Wiener index (Brower & Zar, 1977), indeks pemerataan jenis (species evenness index) dihitung nilai kesamaan (evenness value) (Brower & Zar, 1977), kepadatan populasi, peluang penemuan, index kemiripan jenis (species similarity index) antar lokasi (Brower &Zar, 1977), frekuensi relatif dan informasi habitat dianalisa secara deskriptif.
Survey
dilakukan
dengan
metoda
Visual
Encounter Survey, secara standard untuk upaya survey per wkatu di dua lokasi Sungai Bora dan sekitar Desa Kalasin. Survey juga dilakukan di Hutan desa Tumbang Tujang. Survey dilakukan menelesuri anak sungai dan sekitar sumber air serta di jalur transek di hutan. Informasi dianalisa dengan beberapa cara, termasuk keragaman jenis (species diversity) menurutPhoto M. Zrust
indeks Shannon-Wiener, indeks pemerataan jenis (species evenness index) dengan menghitung nilai kesamaan (evenness value), kepadatan populasi, peluang temu, index kemiripan jenis (species similarity index) antar lokasi frekuensi relatif dan informasi habitat dianalisa secara deskriptif.14
15
AMPHIBIANSHasil Secara keseluruhan 452 individu dari 37 jenis di-identifikasi dari 4 keluarga; Bufonidae (9), Megorphrydae (5), Ranidae (17), Rhacophoridae (6). Satu jenis lain, ditemukan di 2 lokasi di Sungai Borah belum dapat di-identifikasi dan dibawa ke Museum Zoologi Bogoriense untuk di-identifikasi. Curva
akumulasi jenis mengindikasikan bahwa upaya survey sudah
cukup, namun belum mencapai bagian datar/puncak yang sudah
menggambarkan
komprehensif. Dari 37 jenis, 25 (67.6%) terdaftar di IUCN redlist sebagai jenis terancam punah, 4 di antaranya diklasifikasi sebagai endemik Kalimantan. Dari ke- 25 jenis ini, 15 terdaftar sebagai Setidaknya Kekhawatiran, 8 hampir terancam, 1 rentan dan 1 kurang data (lihat lampiran untuk daftar jenis). Satu jenis yang tercatat di programZSL Evolutionarily Distinct and Globally Terancam Punah (EDGE).
Dari 452 individu dari 37 jenis amfibi, keluarga Ranidae punya jumlah individu tertinggi (45.95%), kemudian keluarga Bufonidae (24.32%), keluarga Rhacophoridae (16.22%), dan keluarga Megorphryidae (13.51%), sedangkan jenis dengan jumlah individu tertinggi adalah Limnonectes leporina (28.10%) dan Limnonectes kuhlii (10.84%). Jenis amfibi dengan jumlah individu terendah adalah Ansonia minuta, Pedostibes hosii, Pedostibes rugosusu, Leptobrachium abbotti, Leptobrachium nigrops, Leptolalax dringi, Limnonectes blythi, Limnonectes palavanensis, Polypedates colleti, Rhacophorus gadingensis, Rhacophorus pictus mencapai 0.22%.
15
16
AMPHIBIANSSPECIES LISTFamily Bufonidae Species Author Other Names Whitebelly Stream Toad, White-lipped Slender Toad Brown Slender Toad, Matang Stream Toad Long-fingered Stream Toad IUCN Status Notes
Ansonia albomacula- Inger, 1960 ta Ansonia leptopus Ansonia longidgita Gunther, 1872 Inger, 1960
Hampir terancam Tidak terdaftarHampir terancam
Endemik Kalimantan
Endemik dan sebelumnya hanya terekam di Malaysian BorneoEndemik Kalimantan Endemik Kalimantan
Ansonia minuta Ansonia spinulifer Pedostibes hosii Pedostibes rugosus Phrynoidis aspera (Bufo asper) Dicroglossidae Limnonectes blythi Limnonectes finchi Limnonectes ibanorum Limnonectes ingeri Limnonectes kuhlii Limnonectes laticeps Limnonectes leporinus Limnonectes palavanensis
Inger, 1960
Tiny Stream Toad, Dwarf Slender Toad
Hampir terancam Hampir terancam Setidaknya Kekhawatiran
Mocquard, 1890 Spiny Slender Toad, Kinabalu Stream Toad Boulenger, 1892 Tree Toad, Boulenger's Asian Tree Toad Inger, 1958 Gravenhorst, 1829
Green Tree Toad, Hampir terancam Inger's Asian Tree Toad River Toad, Malayan Giant Toad Setidaknya Kekhawatiran
Endemik Kalimantan
Boulenger, 1920 Giant Asian River Frog, NA Blyth's River Frog Inger, 1966 Inger, 1964 Rough Guardian Frog, Finch's Wart Frog Tributary Wart Frog, Rough-backed River Frog Greater Swamp Frog, Inger's Wart Frog Large-headed Frog, Kuhl's Creek Frog Setidaknya Kekhawatiran Hampir terancam Endemik Kalimantan
Kiew, 1978 Tschudi, 1838
Hampir terancam Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran NA Setidaknya Kekhawatiran Hampir terancam
Endemik Kalimantan
Boulenger, 1882 Corrugated Frog, Rivulet Frog Andersson, 1923 Giant River Frog
Boulenger, 1894 Smooth Guardian Frog Lesser Swamp Frog
Limnonectes parama- Inger, 1966 crodon
16
17
AMPHIBIANSSPECIES LISTFamily Species Author Cochran, 1926 Berry & Hendrickson, 1963 Dubois, 1987 Matsui, 1997 Schlegel, 1837 Schlegel, 1837 Other Names Lowland Litter Frog Black-eyed Litter Frog IUCN Status Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Notes
Megophryidae Leptobrachium abbotti Leptobrachium nigrops Leptolalax dringi Leptolalax hamidi Megophrys nasuta Ranidae Hydrophylax chalconotus (Rana chalconata) Hylarana picturata (Rana picturata) Hylarana raniceps (Rana raniceps) Hylarana signata (Rana signata) Meristogenys macrophthalmus
Dring's Slender Litter Frog Hampir terancam Endemik Kalimantan White-bellied Slender Litter Frog, Asian Toad Long-nosed Horned Frog, Bornean Horned Frog White-lipped Frog Rentan Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Data kekurangan Endemik dan sebelumnya hanya terekam di Malaysian Borneo Hose's Rock Frog, Poisonous Rock Frog Rock Frog White-spotted Tree Frog, Painted Indonesian Treefrog Black-spotted Tree Frog, Collett's Whipping Frog Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Hampir terancam Endemik Kalimantan
Boulenger, 1920 Peters, 1871 Gunther, 1872 Matsui, 1986
Spotted Stream Frog Peters' Malaysian Frog, White-lipped Frog Striped Stream Frog
Odorrana hosii (Rana hosii) Staurois natator Rhacophoridae Nyctixalus pictus (Rhacophorus pictus) Polypedates colletti Polypedates macrotis Rhacophorus pardalis Rhacophorus gadingensis
Boulenger, 1891 Gunther, 1858 Peters, 1871
Boulenger, 1890 Boulenger, 1891
Setidaknya Kekhawatiran
Dark-eared Tree Frog, Setidaknya Bongao Tree Frog, Brown- Kekhawatiran striped Tree Frog Gliding Tree Frog Gading Tree Frog Setidaknya Kekhawatiran Data kekurangan 17
Gunther, 1858 Das & Haas, 2005
18
ENTOMOLOGIPeter HoulihanPendahuluan Di ekosistem yang terancam mengidentifikasi daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi dan memahami proses ekologis lebih luas yang melandasi keanekaragaman ini esensial untuk memastikan ada harapan pelestarian. Untuk tujuan ini perlu dilakukan kajian cepat tentang keanekaragaman hayati dan kesehatan hutan. Serangga, khususnya kupu-kupu, merupakan indikator kuat keanekaragaman hayati, yang sering punya hubungan dengan kesehatan hutan secara keseluruhan. Sejarah hidup yang beragam dan kompleks serta plastisitas fenotipik luas dari banyak serangga membuat mereka taksa model ideal untuk memantau perubahan baru di ekosistem hutan dan memahami perbedaan ekologis antara tipe hutan, geografi (seperti ketinggian dan hidrologi) dan dampak perubahan pemanfaatan lahan dan fragmentasi hutan. Walaupun pada saat ini tidak ada publikasi tentang penelitian entomologi di Kabupaten Murung Raya BRINCC bertujuan agar penelitian seperti ini berkontribusi pada perkiraan kekayaan jenis sepanjang Sungai Barito. Dengan demikian perkiraan keragaman komunitas serangga dapat digunakan sebagai indikator untuk daerah yang menopang tingkat keragaman yang tinggi taksa yang lain. Kepentingan konservasi tinggi daerah-daerah ini akan menarik perhatian dan memprediksi daerah yang punya risiko kehilangan hutan lebih besar.Amathuxidia amythaon (Jantan)
Tujuan:
Dokumentasi jenis serangga yang menghuni hutan yang tidak dilindungi dan hampir tidak diteliti di bagian hulu Sungai Barito.
Membuat urutan DNA spesimen-spesimen yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman keragaman melalui DNA barcoding
Mengevaluasi variasi fenotip dan genotip jenis pada ketinggian berbeda Mengidentifikasi jenis, sub-jenis dan fenotip yang sebelumnya belum diketahui ilmu pengetahuan
18
19
ENTOMOLOGITujuan
Memperkirakan kekayaan jenis secara keseluruhan komunitas serangga di Sungai Barito dengan menggunakan kurva akumulasi dan indeks keragaman.
Menggunakan serangga sebagai indikator keanekaragaman hayati untuk mengkaji daerah mana punya risiko kehilangan hutan lebih tinggi dan demikian punya prioritas konservasi lebih tinggi.
Mempublikasi hasil dalam majalah ilmiah, literatur ilmu populer dan media lokal. Melatih mahasiswa dan pekerja konservasi lokal dalam beberapa metoda survey populasi serangga agar merangsang pemantauan secara rutin di daerah Sungai Barito dan daerah Kalimantan lain yang memerlukan dokumentasi dan konservasi jenis.
Metoda Penelitan entomolgi BRINCC 2011 terfokus pada ekologi dan keragaman kupu-kupu. Perangkap dengan umpan
buah dan penjaringan tangan digunakan untuk survey komunitas kupu-kupu di tiap lokasi. Perangkap dipasang satu meter dari pemukaan tanah di pinggir anak sungai dan pematang gunung dengan menggunakan umpan pisang yang difermantasi dengan gula. Metoda pengumpulan informasi lain termasuk penggunaan malaise trap, pitfall traps,dan penangkapan malam jenis serangga malam untukFoto: Penangkapan malam dengan menggunakan peralatan dari BioQuip Products
megnembangkan metoda survey untuk pemantauan dan upaya inventarisasi jumlah taksa serangga yang lebih besar di masa mendatang. Duapuluh tiga hari penangkapan dilakukan di Hutan Desa Tumabng Tujang dan 15 hari penangkapan di hutan rimba di lokasi Sungai Borah. DNA dari contoh spesimen-spesimen akan diurutkan untuk memberi pemahaman lebih mendalam tentang biogeografi jenis pegunungan Kalimantan yang kurang dipelajari dan keragaman fenotip yang didapat diseluruh nusantara. Mayoritas jenis kupu-kupu di pulau Kalimantan berasal dari populasi utara dan selatan. Namun banyak jenis yang terekam di penelitian ini terlihat unik dari distribusi geografis ini, mengindikasi kehadiran hidrida atau jenis baru.
19
20
ENTOMOLOGIHASIL Hasil Walaupun analisa data belum selesai, semua hasil akan dijabarkan dalam seri tulisan di majalah ilmiah serta di dalam laporan lengkap Ekspedisi BRINCC yang akan terbit 2012. Secara keseluruhan lebih 100 jenis kupu-kupu dicatat dan akan dijadikan buku panduan tentang jenis kupu-kupu di Hulu Barito. Teridentifikasi variasi morfologi dan mungkin sub-species baru (menunggu konfirmasi)
Penelitian
ini
adalah pertama
penelitian tentang
komprehensif
kupu-kupu di Kabupaten Murung Raya region, berkontribusi titik
informasi penting untuk mengisi titik kosong di pulau Kalimantan. Penelitian entomologi BRINCC akan memberi pemahaman lebih besar tentang distribusi kupu-kupu
Kalimantan, khususnya berkaitan dengan ketinggian.Informasi ini
menjawab pertanyaan dasar ekologi dan evolusi, bertujuan untuk lebih memahami keragaman jenis secara spasial dan dalam waktu. Pada waktu bersamaan hasil ini akan menunjukkan daerah yang punya potensi sebagai titik penting keanekaragaman hayati multi-taksa, mendukung upaya konservasi yang diperlukan untuk hutan rentan dan terancam ini. Data genetis untuk serangga di Asia Tenggara masih terbatas dan penelitian ini menjadi landasan penting untuk penelitian di masa mendatang. DNA barcoding merupakan bagian dari penelitian memastikan ada yang terdepan di penelitian entomologi dan bahwa data ini tetap bisa diakses umum guna memajukan ilmu pengetahuan global.
20
21
ENTOMOLOGIDaftar jenis (sementara) Daftar di bawah ini sementara dan tambahan / revisi akan dilakukan setelah specimen dari keluarga Lycaenidae, Hesperidae, dan Pieridae telah di-identifikasi. Sebagian individu yang telah di-identifiaksi hingga tingkat genus, tapi belum sampai jenis tidak dimasukkan dalam daftar ini. Jenis terekam dengna penangkapan di perangkap dengna umpan atau jaring tangan dan pengamatan. Terima kasih pada Dr. Rosichon Ubaidillah dan Dr. Djunijanti Peggie di LIPI untuk membantu ekspor sejumlah jenis untuk idnetifikasi. Spesimen akan ditinggalkan di Museum Zoologi Bogor setelah analisa selesai.Family Papilionidae Subfamily Papilioninae Species Graphium agamemnon Graphium antiphates Graphium bathycles Graphium doson Graphium evemon Graphium sarpedon Papilio demolion Trogonoptera brookiana brookiana Troides sp. Nymphalidae Charaxinae Agatasa calydonia Charaxes bernardus Charaxes borneensis borneensis Charaxes distanti Charaxes durnfordi Charaxes fervens Charaxes solon Polyura athamas Polyura delphis Polyura hebe Prothoe franck Danainae Euploea mulciber Euploea radamanthus Idea stolli Ideopsis vulgaris Heliconiinae Morphinae Terinos clarissa Terinos terpander Amathuxidia amythaon Faunis kirata Faunis phaon Faunis stomphax Thaumantis noureddin Thauria aliris aliris Author Linnaeus, 1758 Cramer, 1775 Zinnken, 1831 Felder & Felder, 1864 Boisduval, 1836 Linnaeus, 1758 Cramer, 1776 Wallace, 1855 Hbner, 1819 Hewitson, 1854 Fabricius, 1793 Butler, 1869 Honrath, 1885 Distant, 1884 Butler, 1896 Fabricius, 1793 Drury, 1773 Doubleday, 1843 Butler, 1866 Godart, 1824 Cramer, 1777 Fabricius, 1793 Moore, 1883 Butler, 1874 Boisduval, 1836 Hewitson, 1862 Doubleday, 1847 de Nicville, 1891 Erichson, 1834 Westwood, 1858 Westwood, 1851 Frhstorfer, 1902 IUCN: Setidaknya Kekhawatiran Bornean Subspecies 21 IUCN: Setidaknya Kekhawatiran Bornean Subspecies IUCN: Setidaknya Kekhawatiran CITES Appendix II Notes
22
ENTOMOLOGIFamily Nymphalidae (continued) Nymphalinae Subfamily Species Zeuxidia amethystus Zeuxidia aurelius Zeuxidia doubledayi Amnosia decora Athyma asura Athyma pravara pravara Athyma reta Bassarona dunya Cirrochroa satellita Cupha arias Dophla evelina Euripus nyctelius Euthalia sp. Kallima buxtoni Kallima spiridiva Lexias dirtea Lexias pardalis Moduza procris Neptis magadha Pandita sinope Rhinopalpa polynice Tanaecia clathrata clathrata Pseudergolinae Satyrinae Dichorragia nesimachus Coelites epiminthia Coelites euptychioides euptychioides Elymnias sp. Lethe sp. Melanitis leda Mycalesis amoena Mycalesis anapita Mycalesis maianeas Mycalesis mnasicles mnasicles Mycalesis oroatis Mycalesis orseis borneensis Mycalesis patiana Mycalesis thyateira Neorina lowii Ragadia makuta Ypthima sp. Author Butler, 1865 Cramer, 1777 Westwood, 1851 Doubleday, 1849 Moore, 1858 Moore, 1857 Moore, 1858 Doubleday, 1848 Butler, 1869 Felder, 1867 Stoll, 1790 Doubleday, 1845 Hbner, 1819 Moore, 1879 Grose-Smith, 1885 Fabricius, 1793 Moore, 1878 Cramer, 1777 Felder & Felder, 1867 Moore, 1858 Cramer, 1779 Vollenhoeven, 1862 Doyere, 1840 Westwood, 1851 Felder & Felder, 1867 Hbner, 1818 Hbner, 1819 Linnaeus, 1758 Druce, 1873 Moore, 1858 Hewitson, 1864 Hewitson, 1864 Hewitson, 1864 Frhstorfer Eliot, 1969 Frhstorfer, 1909 Doubleday, 1849 Horsfield, 1829 Hbner, 1818 Bornean Subspecies Endemik Kalimantan Bornean Subspecies Bornean Subspecies Bornean Subspecies Notes
22
23
ENTOMOLOGI
Family Lycaenidae
Subfamily Lycaeninae
Species Amblypodia narada Arhopala sp. Caleta elna Drupadia ravindra Eooxylides tharis
Author Horsfield, 1828 Boisduval, 1832 Hewitson, 1876 Horsfield, 1828 Geyer, 1837 Watson, 1893
Notes
Hesperidae
Hesperiinae
Koruthaialos sp.
Pieridae
Coliadinae Pierinae
Eurema tominia Appias lyncida Cepora iudith Pareronia valeria Prioneris cornelia
Vollenhoven, 1865 Cramer, 1777 Fabricius, 1787 Cramer, 1776 Vollenhoeven, 1865
IUCN: Setidaknya Kekhawatiran
Endemik Kalimantan IUCN: Setidaknya Kekhawatiran
Riodinidae
Riodininae
Paralaxita orphna Paralaxita telesia Taxila haquinus
Boisduval, 1836 Hewitson, 1861 Fabricius, 1793
Butterfly trap baited with fermenting bananas
23
24
MAMALIA BESARDr Susan CheynePendahuluan Di hutan tropis Kalimantan terdapat 5 jenis kucing: Macan dahan / Sunda clouded leopard (Neofelis diardi), bay cat (Pardofelis badia), marbled cat (Pardofelis marmorata), flat-headed cat (Prionailurus planiceps), dan leopard cat (Prionailurus bengalensis). Dua terancam punah, dua terancam dan yang diperkirakan habitat utamanya
cepat menghilang atau berubah. Ekologi perilaku dari semua jenis tidak diketahui dengan baik dan dampak kerusakan dan pengelolaan hutan pada setiap jenis tidak jelas . Perkiraan kucing manusia penurunan oleh populasi gangguan dan
dituduh biasa:
degradasi
fragmentasi habitat, dan perburuan (langsung dan tidak langsung). Jenis kucing diburu secara luas untuk Landak kulitnya, yang sering jadi barang bergengsi. Taring mereka bernilai tinggi dan tulang dan
organ kadang-kadang digunakan sebagai obat tradisional. Ditambah dengan beberapa restoran yang menghidangkan macan dahan, konon untuk turis Asia yang kaya. Macan dahan juga dibunuh sebagai hasil sampingan perburuan babi, ruda dan monyet.
Rusa24
25
MAMALIA BESARMetoda dan Hasil 10 camera traps dipasang di dua lokasi penelitian: Sungai Borah dan Tumbang Tujang. Sebelas jenis tertangkap oleh camera traps: 10 mamalia dan 1 burung Species Babi berjenggot Bornean Muntjac Landak biasa Kuau raja Greater mouse deer Kancil Beruk Kelasi Rusa Luwak ekor pendek Tupai
Walaupun waktu pemasangan kamera di Sungai Borah (hutan rimba), lebih singkatpersentase binatang tertangkap lebih tinggi dan lebih beragam (7 jenis vs. 5). Di bawah ini ringkasan hasil kamera tiap lokasi.
Lokasi
Jumlah kamera
Jumlah malam kamera
Jumlah foto
Jumlah foto individu binatang
Tumbang Tujang Sungai Borah
10
24
465
8
Rasio Penangkapan (fotos/ malam penangkapan ) 0.33
% penagkapan binatang
Jumlah jenis
1.72
5
10
16
124
9
0.56
7.26
7
25
26
MAMALIA BESARInforms jenis dari camera trap SPESIES Squirrel unknown Pig-tailed macaque Bearded pig Sambar deer Bornean Muntjac Short-tailed Mongoose Mouse deer Red langur Greater mouse deer Common porcupine Great Argus Pheasant Nama Latin NA Macaca nemestrina Sus barbatus Rusa unicolor Muntiacus atherodes Herpestes brachyurus Tragulus kanchil Presbytis rubicunda Tragulus napu Hystrix brachyura Argusianus argus Nama Bahasa Indoneisa Tupai Beruk Babi hutan Rusa besar Kijang Luwak Kancil Kelasi Kancil Landak Kuau IUCN Status NA Rentan Rentan Rentan Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran
Informs jenis dari metoda lain Jenis Clouded Leopard Marbled cat Banded palm Civet Sun bear Leopard cat Smalltoothed palm civet Otter Nama Latin Neofelis diardi Pardofelis marmorata Hemigalus derbyanus Helarctos malayanus Prionailurus bengalensis Arctogalidia trivirgata IUCN Status Rentan Rentan Rentan Rentan Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran NA Metoda konfirmasi Pengamatan Jejak kaki Pengamatan Bekas cakar Pengamatan Pengamatan Nama Bhs Indonesia Macan dahan Kucing batu Musang Beruang madu Kucing liar Musang akar
NA
Jejak kaki
Berang-berang26
27
MAMALIA KECILMichal ZrustPendahuluan Mamalia kecil punya peranan kunci di ekosistem hutan; mereka menyebarkan biji, menyebarkan jamur mycorrhizal dab mangsa serangga dan benih. Informs tentang keragaman dan kelimpahan mamalia kecil penting untuk memahami proses-proses ekologis; termasuk dinamika populasi, demografi populasi, susunan komunitas, dan fungsi hutan. Informs ini dapat kemudian membantu mengidentifikasi daerah dengna keanekaragaman hayati tinggi, membuat prioritas konservasi dan membantu kita untuk memahami dampak penebangan kayu dan fragmentasi habitat. Selain itu jenis mamalia kecil yang berbeda-beda memiliki toleransi berbeda-beda terhadap perubahan habitat dan susunan vegetasi tergantung sejarah kehidupan dan pemanfaatan habitat.
Informs
umum
tentnag
mamalia kecil di Murung raya sangat terbatas. Maka
penelitian mamalia kecil oleh BRINCC memungkinkan kami untu kmenambah informasi kunci untuk mengetahui jenis lintas
penyebaran
Kalimantan, mengembangkan perkiraanPhoto M. Zrust
dasar untuk
populasi memantau
penting di masa mendatang
perubahan
danmeingkatkan pemahaman jenis mana paling peka terhadap
kehilangan habitat dan perubahan penggunaan lahan. Pemantauan peragaman mamalia kecil merupakan cara cepat dan murah sebagai indikasi fungsi ekosistem yang sehat atau tidak sehat. Pemahaman dinamika ini memungkinkan ahli konservasi untuk mengusulkan metoda praktis untuk mengurangi dampak perubahan habitat kalau terjadi.
27
28
MAMALIA KECILMetoda
Penelitian sistem
ini
menggunakan jalur
penangkapan
dengan 128 perangkap kawat yan dibuat lokal, terbagi dalam 8 jalur dengan 16 perangkap masing-masing. Dua lokasi
digunakan dalam penelitian ini: Hutan Desa dan hutan rimba Sungai Borah. Di tiap lokasi penangkapan dilakukan 18 hari berturut-turut menghasilkanPhoto M. Zrust
2304 malam penangkapan di tiap lokasi. Di Hutan Desa umpan di jalur dilakukan selang-seling dengan kelapa segar dan ikan asin. Namun hasil dengan umpan ikan asin sangat rendah, sehingga semua perangkap di Sungai Borah menggunakan kelapa segar. Setelah ditangkap semua individu dibius dengan eter, ditimbang, diukur dan diperiksa kelamin dan pengembangan seksual. Lokasi penangkapan dicatat dan setiap individu ditanda secara unik dengan Monel ear tags untuk tujuan
penangkapan ulang. Parasit luar dikumpulkan dari setiap jenis baru dan disimpan dalam alkohol untuk di-identifkasi oleh ahli nanti.
Photo M. Zrust
28
29
MAMALIA KECILHasil
Analisa data beluma selesai dan akan dicantumkam dalam laporan ilimiah lengkap ekspedisi BRINCC. Namun, hasil awal dan pengamatan memungkinkan untuk mengambil beberapa kesimpulan awal.
Jumlah jenis antar lokasi kurang lebih sama (lihat kotak) , namun jumlah individu kurang di hutan rimba (56) dibandingkan dengan Hutan Desa (127). Hutan rimba menghasilkan lebih banyak LongTailed Giant Rats, Whiteheads Rat, dan Brown Spiny Rats, kedua terakhir terdaftar sebagai rentan di IUCN Red List.
Analisa akan menghitung luas teritori rata-rata dan jangkauan dan distribusi luas teritori, indeks keragaman, dan perbandingan habitat dan tipe hutan dan analisa ekologis lain.
Analisa metodologi akan berkontribusi pada diskusi tentang dampak beberapa jenis umpan, mencuci perangkap, pembiusan dengan eter, dan dampak luas teritori pada rancangan jalur. Kemungkinan bahwa karena hasil penelitian ini rancangan penangkapan yang digunakan secara luas harus diubah, setidaknya untuk skenario ekspedisi.
Photo M. Zrust
29
30
MAMALIA KECIL
Umpan Efektivitas perangkap ditentukan oleh efektivitas umpan. Ini dibuktikan dengan jelas pada kegiatan menangkapan di Hutan Desa Tumbang Tujang. Ikan asin sering disebut sebagai umpan yang cocok (dan bahkan yang dianjurkan) untuk menangkap mamalia kecil. Namun, kami menemukan bahwa tidak satu individu ditangkap sehingga tidak cocok sebagai umpan pada penelitian ini. Alasan mengapa tidak diketahui, namun punya implikasi penting bagi ekspedisi selanjutnya. Pada kondisi ekspedisi umpan harus ringan, padat, tahan lama dan relatif murah dan yang paling penting mudah didapatkan di daerah terpencil. Ikan asin memenuhi semua kriteria ini dan oleh karenanya seharusnya menjadi umpan andalan. Sayangnya pada penelitian ini kami menemukan umpan ini tidak menarik mamalia kecil. Kelapa sebagian memenuhi kriteria ini, tetapi punya volume besar dan berat, ketahanannya di rimba sekitar satu bulan. Luas teritori Bagian penelitian ini masih perlu analisa lebih lanjut. Salah satu penemuan menarik adalah bahwa sebagian besar tikus ditangkap dalam wilayah yang kecil dan bila tertangkap ulang biasanya di beberapa perangkap saja, namun beberapa individu di Borah pindah antara jalur. Satu ekor Brown Spiny Rat muda ditangkap ulang sekitar 160 meter dari titik penangkapan pertama dalam perangkap yang secara acak dipasang perbedaaan di kema. ketinggian Juga sekitar ada 60
meter antara kedua lokasi ini. Walaupun pada penelitian ini hanya ditemukan tiga kasus seperti ini, ini menunjukkan harus mungkinPhoto M. Zrust
bahwa diubah
rancangan dengan
penangkapan di masa mendatang mempertimbangkan lebih bahwa luas teritori daripada
diperkirakan sebelumnya. Dampak bauh
Apakah sebaiknya perangkap dicuci atau tidak setelah penangkapan seringkali diperdebatkan. Kami menggunakan kesempatan kegagalan umpan ikan asin untuk melakukan eksperimen di lokasi kedua. Ditemukan perbedaan yang cukup penting antara penangkapan di perangkap yang sebelumnya sudah pernah dimasuki binatang dengan perangkap yang belum pernah dimasuki.30
31
SMALL MAMMALSMeskipun akan memerlukan analisa lebih komplek untuk memahami lebih mendalam, jelasnya perangkap yang pernah dimasuki oleh binatang lain (berarti ada bauh tikus lain) menangkap lebih banyak binatang sejak awal. Pada kenyataan baru pada hari kedelapan jumlah penangkapan antara kedua perlakuan kurang lebih sama. Ini juga aspek penting yang perlu dipertimbangkan kalau merencanakan penelitian penangkapan. Hasil lain Ada masih banyak hasil menarik dari penelitian ini yang akan membantu meningkatkan pengetahuan praktis tentang bagaimana melakukan survey mamalia kecil pada ekspedisi. Misalnya kami menemukan bahwa Chestnut-Bellied Rats lebih peka terhadap pembiusan dengan eter daripada jenis tikus lain. Perangkap buatan lokal dari kawat ayam hanya bertahan selama kurang lebih satu bulan di hutan rimba karena kawat berkaratan dan dengan muda tikus melarikan diri; Dark-Tailed Rats jauh lebih ganas daripada jenis lain dan tidak mau dimasukkan dalam kantong. Ini merupakan beberapa contoh dari pengetahuan bahwa ekspedisi seperti ini bisa menghasilkan sebagai masukan untuk kegiatan di masa mendatang. Kami akan menerbitkan hasil-hasil ini dalam laporan akhir ekspedisi yang akan disebarkan luas.
Kesimpulan dan tindak lanjut Penelitian menghasilkan beberapa
temuan yang penting dan menarik dan analisa lengkap kemungkinan besar akan mengungkap detil-detil menarik lain. Informasi ini akan disebarkan ke IUCN, ZSL, dan penerbit buku Mamalia Kalimantan untuk menyebarkan hasil kami. Kami harap informasi ini akanPhoto M. Zrust
membantu manajer konservasi akan bekerja lebih efektif di daerah ini, menciptakan penelitian yang lebih
tepat sasaran dan memberi pemerintah dan LSM lokal pengetahuan lebih besar untuk memahami potensi dampak lingkungan akibat kegiatan perusahaan yang ingin mengeksploitasi sumberdaya alam di daerah ini.31
32
MAMALIA KECILDaftar jenis
Brown Spiny Rat (Maxomys rajah), Hutan Desa (HD), Bora (B), Rentan Red Spiny Rat (Maxomys surifer) HD, B, Setidaknya Kekhawatiran Whiteheads Rat (Maxomys whiteheadi) HD, B, Rentan Long-Tailed Giant Rat (Leopoldamys sabanus) HD, B, Setidaknya Kekhawatiran Chestnut-Bellied Rat (Maxomys ochraceiventer) HD, B, Data kekurangan Grey Tree Rat (Lenothrix canus) HD, Setidaknya Kekhawatiran Dark-Tailed Tree Rat (Niviventer cremoriventer) HD, Rentan Mullers Rat (Sundamys muelleri) HD, B, Setidaknya Kekhawatiran Whiteheads Rat subspecies (Maxomys whiteheadi piratae) B, No data on Redlist Large Treeshrew (Tupaia tana) B, Setidaknya Kekhawatiran
Photo M. Zrust
32
33
BURUNGKatherine BreslinPendahuluan
Walaupun secara umum terdapat dengan kepadatan rendah, peran burung sebagai indikator keanekaragaman hayati telah terbukti, terutama karena dokumentasi taksonomi yang baik dan kemudahan identifikasi di lapangan. Burung punya beberapa peran ekologis di dalam ekosistem hutan: penyerbukan, penyebaran dan pemangsaan biji, dan oleh karenanya meneliti kumpulan komunitas burung memberi indikasi tentang proses ekologis lebih luas.
Di Kalimantan ada beberapa studi burung dilakukan di Sungai Barito oleh proyek Barito Ulu. Namun penelitian ini dilakukan bertahun-tahun yang laludengan hanya sedikit waktu di daerah hulu. Penyebaran jenis banyak diperkirakan dari distribusi di Semenanjung Malaysia, namun barusan diketahui dsitribusi ini tidak akurat.
Photo Peter Houlihan
Megalaima rafflesii (Red-crowned Barbet) 33
34
BURUNGMetode
Penelitian metoda
ini
menggunakan titik
hitungan
independen dan transek di ketiga lokasi pada ketinggian berbeda. Hitungan titik sering digunakan di seluruh dunia untuk menghitung kelimphan relatif dan kepadatan. Di kedua lokasi hitungan penelitian titik pertama independenPhoto M. Zrust
dilakukan dari jam 5 8 pagi. Jarak antar titik-titik hitung minimal 150 meter satu dari yang lain, 38 titik diselesaikan untuk setiap lokasi. Di tiap titik hitung ada jeda 5 menit sebelum perekaman guna memberi kesempatan pada burung kembali. Di tiap titik burung direkam selama 10 menit dengan memperkirakan jarak ke burung. Di lokasi ketiga dan pada sisa hari di lokasi lain jalur transek dilakukan untuk membuat inventarisasi jenis di daerah ini. Transek dilakukan dengan jalan pelan pada jam berbeda dengan mencacat jenis berdasarkan suara dan pengamatan untuk memperoleh jumlah jenis maksimal. Informasi tentang vegetasi dikumpulkan di kedua lokasi pertama dengan membuat plot 100m x 4m, mengukur dan mengidentifikasi semua pohon dengan diameter lebih 10 cemtimeter tinggi dada. Hasil A) Perjumpaan jenis Secara keseluruhan 222 jenis burung di-identifikasi dari pengamatan di ketiga lokasi. Di Hutan Desa Tumbang Tujang ditemukan 157 jenis berbeda, di Sungai Bora 153 jenis dan hanya 98 jenis di Kelasin. Jumlah jenis yang ditemukan di tiap lokasi dan tidak ditemukan di kedua lokasi lain adalah masing-masing 51, 42 dan 23. Walaupun di Tumbang Tujang dan Sungai Bora jumlah jenis hampir sama ada 45 jenis di Sungai Borah yang tidak ditemukan di Tumbang Tujang. Ada 19 jenis di Kalasin yang tidak direkam di Tunbang Tujang maupunSungai Bora.34
35
BURUNGHasil B) Jenis endemik
Ada 50 lebih jenis burung endemik Kalimantan, 16 di antaranya di-identifikasi selama penelitian ini, dengan 8 pengamatan di Sungai Borah, kemudian 6 di Hutan Desa Tumbang Tujang dan 3 di Kelasin.
C) Burung yang dijual
Jenis burung dari Kalimantan yang punya nilai jual merupakan burung berkicau yang sering digunakan di perlombaan, hingga burung tiung dan nuri yang popular sebagai burung peliharaan karena bisa meniru. Tim sosial sedang menganalisa dampak perdagangan burung berkicau pada populasi burung berkicau di daerah ini.
D) Jenis terancam
Dari 223 jenis burung ada 154 jenis yang Setidaknya Kekhawatiran, 2 jenis sedang di-evaluasi dan 3 yang belum di-evaluasi oleh IUCN Red List. Ada 55 jenis yang hampir terancam, termasuk yang sering dijumpa seperti rangkong badak. Jenis hampir terancam termasuk Tokhtor Sunda (Bornean Ground Pheasant) yang tercacat di ketiga lokasi dan sering dijumpa di Sungai Borah. Ada 7 jenis yang diklasifikasi sebagai rentan, termasuk Cucak Rawa, yang perdagangannya sedang diselidiki. Dua jenis yang tercatat sebagai terancam punah di-identifikasi, Kuau Kerdil Kalimantan dan Bangau Storm, keduanya hanya ditemukan di lokasi hutan rimba di Sungai Borah.
35
36
BURUNGHasil
Sebuah grafik yang menunjukkan kurva akumulasi spesies dari Tumbang Tujang, Bora Sungai dan Kalasin.
JUMLAH JENIS Jenis Endemik IUCN Jenis terancam IUCN Jenis Rentan
222 16 3 7
36
37
BURUNGDaftar spesies
English Name Ardeidae Javan Pond-heron Ciconiidae Storm's Stork Accipitridae Jerdon's Baza Brahminy Kite Grey-headed Fish-eagle Crested Serpent-eagle Changeable Hawk-eagle Phasianidae Long-billed Partridge Blue-breasted Quail Crested Partridge Crestless Fireback Bulwer's Pheasant Bornean Peacock-pheasant Great Argus Charadriidae Little Ringed Plover Columbidae Pink-necked Green Pigeon Mountain Imperial Pigeon Ruddy Cuckoo-dove Little Cuckoo-dove Psittacidae Blue-rumped Parrot Blue-crowned Hanging-parrot
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Blekok sawah
Ardeola speciosa
Bangau Storm
Ciconia stormi
Terancam Punah
Baza jerdon Elang bondol Elang-ikan kepala kelabu Elang-ular bido Elang brontok
Aviceda jerdoni Haliastur indus Ichthyophaga ichthyaetus Spilornis cheela Spizaetus cirrhatus
Puyuh siul-selanting Puyuh batu Puyuh sengayan Sempidan merah Sempidan Kalimantan Kuau-kerdil Kalimantan Kuau raja
Rhizothera longirostris Coturnix chinensis Rollulus rouloul Lophura erythrophthalma Lophura bulweri Polyplectron schleiermacheri Argusianus argus Rentan Y
Terancam Punah Y
Cerek-kalung kecil
Charadrius dubius
Punai gading Pergam gunung Uncal buau Uncal kouran
Treron vernans Ducula badia Macropygia emiliana Macropygia ruficeps
Nuri tanau Serindit Melayu
Psittinus cyanurus Loriculus galgulus
37
38
BURUNG
English Name Cuculidae Moustached Hawk-cuckoo Malaysian Hawk-cuckoo Indian Cuckoo Oriental cuckoo Banded Bay Cuckoo Plaintive Cuckoo Rusty-breasted Cuckoo Violet Cuckoo Drongo Cuckoo Asian Koel Black-bellied Malkoha Chestnut-bellied Malkoha Raffles's Malkoha Red-billed Malkoha Chestnut-breasted Malkoha Bornean Ground-cuckoo Short-toed Coucal Greater Coucal Lesser Coucal
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Kangkok kumis Kangkok Melayu Kangkok India ? Wiwik lurik Wiwik kelabu Wiwiwk uncuing Kedasi ungu Kedasi hitam Tuwur Asia Kadalan beruang Kadalan saweh Kadalan selaya Kadalan kembang Kadalan birah Tokhtor Sunda Bubut teragop Bubut besar Bubut alang-alang
Cuculus vagans Cuculus fugax Cuculus micropterus Cuculus optatus Cacomantis sonneratii Cacomantis merulinus Cacomantis sepulcralis Chrysococcyx xanthorhynchus Surniculus lugubris Eudynamys scolopaceus Rhopodytes diardi Rhopodytes sumatranus Rhinortha chlorophaea Zanclostomus javanicus Rhamphococcyx curvirostris Carpococcyx radiatus Centropus rectunguis Centropus sinensis Centropus bengalensis Hampir terancam Rentan Y
38
39
BURUNG
English Name Strigidae Reddish Scopsowl Collared Scopsowl Barred Eagle-owl Brown Boobook Brown Wood-owl Podargidae Sunda frogmouth Javan Frogmouth Caprimulgidae Malaysian Eared Nightjar Large-tailed Nightjar Savanna Nightjar Apodidae Glossy Swiftlet Silver-rumped Swift Little Swift Hemiprocnidae Grey-rumped Tree-swift Whiskered Tree-swift Dicruridae Hair-crested Drongo
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Celepuk merah Celepuk reban Beluk jampuk Punggok coklat Kukuk beluk
Otus rufescens Otus lempiji Bubo sumatranus Ninox scutulata Strix leptogrammica
Paruh-kodok tanduk Paruh-kodok Jawa
Batrachostomus cornatus Batrachostomus javensis
Taktarau Melayu Taktarau besar Cabak kota
Eurostopodus temminckii Caprimulgus macrurus Caprimulgus affinis
Walet sapi Kapinis-jarum kecil Kapinis rumah
Collocalia esculenta Rhaphidura leucopygialis Apus affinis
Tepekong jambul Tepekong rangkang
Hemiprocne longipennis Hemiprocne comata
Srigunting jambul-rambut
Dicrurus hottentottus Dicrurus paradiseus 39
Greater Raquet-tailed Drongo Srigunting batu
40
BURUNG
English Name Trogonidae Red-naped Trogon Diard's Trogon
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Luntur kasumba Luntur diard
Harpactes kasumba Harpactes diardi Harpactes orrhophaeus Harpactes duvaucelii Harpactes oreskios
Cinnamon-rumped Trogon Luntur tunggir-coklat Scarlet-rumped Trogon Orange-breasted Trogon Alcedinidae Blue-eared Kingfisher Blue-banded Kingfisher Stork-billed Kingfisher Banded Kingfisher Collared Kingfisher Rufous-backed kingfisher Rufous-collared kingfisher Meropidae Red-bearded Bee-eater Bucerotidae White-crowned Hornbill Bushy-crested Hornbill Wrinkled Hornbill Wreathed Hornbill Black Hornbill Asian Pied Hornbill Rhinoceros Hornbill Helmeted Hornbill Enggang jambul Enggang klihingan Julang jambul-hitam Julang emas Kangkareng hitam Kangkareng perut-putih Rangkong badak Rangkong gading Cirik-cirik kumbang Raja-udang meninting Raja-udang kalung-biru Pekaka emas Cekakak batu Cekakak sungai Udang punggung-merah Cekakak-hutan Melayu Luntur putri Luntur harimau
Alcedo meninting Alcedo euryzona Pelargopsis capensis Lacedo pulchella Halcyon chloris Ceyx rufidorsa Actenoides concretus Rentan
Nyctyornis amictus
Berenicornis comatus Anorrhinus galeritus Rhyticeros corrugatus Rhyticeros undulatus Anthracoceros malayanus Anthracoceros albirostris Buceros rhinoceros Rhinoplax vigil
40
41
BURUNG
English Name Capitonidae Gold-whiskered Barbet Red-crowned Barbet Red-throated Barbet Mountain Barbet Yellow-crowned Barbet Golden-naped Barbet Blue-eared Barbet Black-throated Barbet Brown Barbet Picidae Rufous Piculet Rufous Woodpecker Crimson-winged Yellownape Banded Woodpecker Common Goldenback Olive-backed Woodpecker Buff-necked Woodpecker Great Slaty Woodpecker White-bellied Woodpecker Grey-capped Woodpecker Grey-and-buff Woodpecker Maroon Woodpecker
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Takur gedang Takur tutut Takur warna-warni Takur gunung Takur topi-emas Takur tengkuk-emas Takur tenggerat Takur leher hitam Takur ampis
Megalaima chrysopogon Megalaima rafflesii Megalaima mystacophanos Megalaima monticola Megalaima henricii Megalaima pulcherrima Megalaima australis Megalaima eximia Calorhamphus fuliginosus Setidaknya Kekhawatiran Y Setidaknya Kekhawatiran Y
Tukik tikus Pelatuk kijang Pelatuk sayap-merah Pelatuk merah Pelatuk besi Pelatuk Raffles Caladi badok Pelatuk kelabu-besar Pelatuk ayam Caladi belacan Caladi tikotok Pelatuk pangkas
Sasia abnormis Celeus brachyurus Picus puniceus Picus miniaceus Dinopium javanense Dinopium rafflesii Meiglyptes tukki Mulleripicus pulverulentus Dryocopus javensis Dendrocopos canicapillus Hemicircus concretus Blythipicus rubiginosus Reinwardtipicus validus
Orange-backed Woodpecker Pelatuk kundang
41
42
BURUNG
English Name Eurylaimidae Dusky Broadbill Black-and-red Broadbill Banded Broadbill Black-and-yellow Broadbill Green Broadbill Pittidae Banded Pitta Garnet Pitta Blue-headed Pitta Hirundinidae Pacific Swallow Campephagidae Bar-bellied Cuckoo-shrike Bar-winged Hemipus Irenidae Green Iora Greater Green Leafbird Lesser Green Leafbird Blue-winged Leafbird Asian Fairy Bluebird Sturnidae Hill Myna
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Madi kelam sempur-hujan sungai Sempur-hujan rimba Sempur-hujan darat Madi-hijau kecil
Corydon sumatranus Cymbirhynchus macrorhynchos Eurylaimus javanicus Eurylaimus ochromalus Calyptomena viridis
Paok pancawarna Paok delima Paok kepala-biru
Pitta guajana Pitta granatina Pitta baudii Rentan Y
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
Kepudang-sungu Sumatera Jingjing bukit
Coracina striata Hemipus picatus
Cipoh jantung Cica-daun besar Cica-daun kecil Cica-daun sayap-biru Kacembang gadung
Aegithina viridissima Chloropsis sonnerati Chloropsis cyanopogon Chloropsis cochinchinensis Irena puella
Tiong emas
Gracula religiosa 42
43
BURUNG
English Name Pycnonotidae Straw-headed Bulbul Black-and-white Bulbul Black-headed Bulbul Bornean Bulbul Grey-bellied Bulbul Puff-backed Bulbul Yellow-vented Bulbul Olive-winged Bulbul Cream-vented Bulbul Red-eyed Bulbul Spectacled Bulbul Finsch's Bulbul Ochraceous Bulbul Grey-cheeked Bulbul Yellow-bellied Bulbul Hook-billed Bulbul Buff-vented Bulbul Hairy-backed Bulbul Common Streaked Bulbul Cinereous bulbul Turdidae Chestnut-capped thrush Oriental Magpie-robin White-rumped Shama Chestnut-naped Forktail Bornean forktail
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Cucak rawa Cucak sakit-tubuh Cucak kuricang Cucak kuning Cucak kelabu Cucak rumbai-tungging Merbah cerukcuk Merbah belukar Merbah corok-corok Merbah mata-merah Merbah kacamata Empuloh leher-kuning Empuloh ragum Empuloh janggut Empuloh irang Empuloh paruk-kait ? Brinji rambut-tunggir Brinji bergaris Brinji kelabu
Pycnonotus zeylanicus Pycnonotus melanoleucos Pycnonotus atriceps Pycnonotus montis Pycnonotus cyaniventris Pycnonotus eutilotus Pycnonotus goiavier Pycnonotus plumosus Pycnonotus simplex Pycnonotus brunneus Pycnonotus erythropthalmos Criniger finschii Criniger ochraceus Criniger bres Criniger phaeocephalus Setornis criniger Hypsipetes charlottae Hypsipetes criniger Hypsipetes malaccensis Hemixos cinereus
Rentan
Setidaknya Y Kekhawatiran
Rentan
Terancam Punah
Y
Anis kembang Kucica kampung Kucica hutan Meninting cegar ?
Zoothera interpres Copsychus saularis Copsychus malabaricus Enicurus ruficapillus Enicurus borneoensis Not Listed Y
43
44
BURUNG
English Name Timaliidae White-browed Shrike babbler Black-capped Babbler Short-tailed Babbler White-chested Babbler Ferruginous Babbler Horsfield's Babbler Abbott's Babbler
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Ciu besar Pelanduk topi-hitam Pelanduk ekor-pendek Pelanduk dada-putih Pelanduk merah Pelanduk semak Pelanduk Asia
Pteruthius flavicapis Pellorneum capistratum Trichastoma malaccense Trichastoma rostratum Trichastoma bicolor Trichastoma sepiarium Trichastoma abbotti Garrulax mitratus Malacopteron magnirostre Malacopteron affine Malacopteron cinereum Malacopteron magnum Malacopteron albogulare Pomatorhinus montanus Napothera crassa Napothera epilepidota Stachyris rufifrons Stachyris nigriceps Stachyris poliocephala Stachyris maculata Stachyris leucotis Stachyris nigricollis Stachyris erythroptera Macronous gularis Macronous ptilosus Setidaknya Kekhawatiran Y Hampir terancam Y
Chestnut-capped Laughing-thrush Poksai genting Moustached Babbler Sooty-capped Babbler Scaly-crowned Babbler Rufous-crowned Babbler Grey-breasted Babbler Asi kumis Asi topi-jelaga Asi topi-sisik Asi besar Asi dada-kelabu
Chestnut-backed Scimitar-babbler Cica-kopi Melayu Mountain Wren-babbler Eye-browed Wren-babbler Rufous-fronted Babbler Grey-throated Babbler Grey-headed Babbler Chestnut-rumped Babbler White-necked Babbler Black-throated Babbler Chestnut-winged Babbler Striped Tit-babbler Fluffy-backed Tit-babbler Berencet gunung Berencet berkening Tepus dahi-merah Tepus kepala-hitam Tepus kepala-kelabu Tepus tunggir-merah Tepus telinga-putih Tepus kaban Tepus merbah-sampah Ciung-air coreng Ciung-air pongpong
44
45
BURUNG
English Name Sylviidae Oriental Reed Warbler Mountain tailorbird Dark-necked Tailorbird Rufous-tailed Tailorbird Ashy Tailorbird Yellow-bellied Warbler Muscicapidae Grey-chested Rhinomyias Verditer Flycatcher Indigo flycatcher Little pied flycatcher Rufous-chested Flycatcher Dark Blue Flycatcher Hill Blue Flycatcher Bornean Blue Flycatcher Sunda Blue Flycatcher Malaysian Blue Flycatcher Pygmy Blue Flycatcher Grey-headed Flycatcher Acanthizidae Flyeater
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Kerakbasi besar Cinenen gunung Cinenen belukar Cinenen merah Cinenen kelabu Cikrak bambu
Acrocephalus orientalis Orthotomus cuculatus Orthotomus atrogularis Orthotomus sericeus Orthotomus ruficeps Abroscopus superciliaris
Sikatan-rimba dada-kelabu Sikatan hijau-laut Sikatan ninon Sikatan belang Sikatan dada-merah Sikatan besar Sikatan cacing Sikatan Kalimantan Sikatan biru-langit Sikatan Melayu Sikatan kerdil Sikatan kepala-abu
Rhinomyias umbratilis Eumyias thalassina Eumyias indigo Ficedula westermanni Ficedula dumetoria Cyornis concretus Cyornis banyumas Cyornis superbus Cyornis caerulatus Cyornis turcosus Muscicapella hodgsoni Culicicapa ceylonensis Setidaknya Kekhawatiran Rentan Y
Remetuk laut
Gerygone sulphurea
45
46
BURUNG
English Name Monarchidae Rufous-winged Philentoma Black-naped Monarch Asian Paradise-flycatcher White-throated Fantail Pied Fantail Spotted Fantail Sittidae Velvet-fronted Nuthatch Dicaeidae
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Philentoma sayap-merah Kehicap ranting Seriwang Asia Kipasan gunung Kipasan belang Kipasan mutiara
Philentoma pyrhopterum Hypothymis azurea Terpsiphone paradisi Rhipidura albicollis Rhipidura javanica Rhipidura perlata
Munguk beledu
Sitta frontalis
Yellow-breasted Flowerpecker Pentis raja Crimson-breasted Flowerpecker Yellow-rumped Flowerpecker Pentis pelangi Pentis Kalimantan
Prionochilus maculatus Prionochilus percussus Prionochilus xanthopygius Prionochilus thoracicus Dicaeum chrysorrheum Dicaeum trigonostigma Dicaeum cruentatum Setidaknya Y Kekhawatiran
Scarlet-breasted Flowerpecke Pentis kumbang Yellow-vented Flowerpecker Orange-bellied Flowerpecker Scarlet-backed Flowerpecker Zosteropidae Everett's White-eye Estrildidae Dusky Munia Scaly-breasted Munia Chestnut Munia Bondol Kalimantan Bondol Peking Bondol Rawa Kacamata belukar Cabai rimba Cabai bunga-api Cabai merah
Zosterops everetti
Lonchura fuscans Lonchura punctulata Lonchura malacca 46
47
BURUNG
English Name Nectariniidae Plain Sunbird Brown-throated Sunbird Red-throated Sunbird Ruby-cheeked Sunbird Purple-naped Sunbird Olive-backed Sunbird Crimson Sunbird Scarlet Sunbird Little Spiderhunter Thick-billed Spiderhunter Long-billed Spiderhunter
Indonesian name
Species Name
IUCN status
Endemic
Burung-madu polos Burung-madu kelapa Burung-madu leher-merah Burung-madu belukar Burung-madu rimba Burung-madu sriganti Burung-madu sepah-raja Burung-madu ekor-merah Pijantung kecil Pijantung kampung Pijantung besar
Anthreptes simplex Anthreptes malacensis Anthreptes rhodolaema Anthreptes singalensis Hypogramma hypogrammicum Nectarinia jugularis Aethopyga siparaja Aethopyga temminckii Arachnothera longirostra Arachnothera crassirostris Arachnothera robusta Arachnothera affinis
Streaky-breasted Spiderhunter Pijantung gunung Corvidae Common Green Magpie Crested Jay Black Magpie Bornean treepie Slender-billed Crow Large-billed crow Ekek layongan Tangkar ongklet Tangkar kambing Tangkar-uli Kalimantan Gagak hutan Gagak kampung
Cissa thalassina Platylophus galericulatus Platysmurus leucopterus Dendrocitta radiceus Corvus enca Corvus macrorhynchos Hampir terancam Y
47
48
BOTANI
TIM Kursani, Dr Susan Cheyne, Dominic Rowland
Survey mengukur semua pohon dengan diameter di atas 10 sentimeter tinggi dada dilaksanakan di 2 dari 3 lokasi, yaitu di Hutan Desa Tumbang Tujang dan Sungai Bora. Survey sistematis semua pohon dilaksanakan oleh anggota tim yang sudah berpengalaman dan semua identifikasi jenis dilakukan oleh pak Kursani.Measuring dbh
Nama lokal dicatat, bila ada. Hutan disurvey di tiga habitat: pematang, lembah dan bantaran sungai. Semua plot berukuran 100x10m dan minimal 2 plot disurvey untuk setiap habitat.
Ringkasan data dari Tumbang Tujang SITE Jumlah spesies 68 53 66 55 26 14 11 Jumlah famili 35 25 15 21 21 14 10 Ketinggian rata-rata (m) 15.39 19.12 16.3 16.8 12.71 13.44 14.33 Kisaran tinggi (m) 6-40 6-35 6-40 6-40 6-25 6-26 6-28 Rata-rata dbh 20.21 24.20 27.97 25.25 15.25 19.37 16.05 Kisaran dbh
Hutan Desa Ridge Hutan Desa Valley Hutan Desa Riparian Tujang Ladang Side Mammal Plot 1 Mammal Plot 2 Mammal Plot 3
10.06 84.07 10.38 64.07 10.44 100.82 9.84 119.84 10.19 40.76 8.56 - 52.8 8.73 - 32.1
48
49
BOTANI
Family Achariaceae
Species Hydnocarpus sp 1 Hydnocarpus woodii
Local Name
IUCN
Anacardiaceae
Gluta malayana Gluta motleyana Gluta sp Koordersiodendron pinnatum Mangifera pajang Parishia maingayi Pentaspadon motleyi
Rangsan Rangsan Rangsan
Anjem Kelau
Palajau Sangat Terancam Punah Kayu sampun Lobi Lobi Malajujut Masubak Pantung Kumpang Durian Sangat Terancam Punah
Annonaceae
Cyanthocalyx sp Mezzetia havilandii Polyalthia glauca Polyalthia sumatrana Xylopia malayana
Apocynaceae
Alstonia sp Dyera costulata Gymnacranthera contracta
Bombacaceae
Durio sp Kostermansia sp.
49
50
BOTANI
Family Burseraceae
Species Canarium littorale Canarium sp Dacryodes rostrata Santiria laevigata Santiria rubiginosa Santiria tomentosa
Local Name Mahusum
IUCN Setidaknya Kekhawatiran
Calophyllaceae
Calophyllum sp. Calophyllum sp. 1 Pinaga Nahum
Cannabaceae Celastraceae Centroplacaceae Chrysobalanaceae
Gironniera nervosa Kokoona sp. 1 Bhesa paniculata Maranthes corymbosa Parinari sp. 1
Kayu batu Manggis Manggis Mundar Gandis
Clusiaceae
Garcinia havilandii Garcinia mangostana Garcinia sp. Garcinia dulcis Garcinia grandifolia
Crypteroniaceae Dilleniaceae
Crypteronia griffithii Dillenia bornensis Dillenia sumatrana Jamehing Tampuru Sangat Terancam Punah
50
51
BOTANI
Family Dipterocarpaceae
Species Dipterocarpus cornutus Dipterocarpus fagineus Dipterocarpus pachyphyllus Dipterocarpus palembanicus Dipterocarpus sublamellatus Dryobalanops aromatica Dryobalanops oblongifolia Hopea mengerawan Hopea nutans Hopea semicuneata Hopea sp 1 Hopea sp 1 Hopea sp 2 Hopea sumatrana
Local Name Bajan Bajan Bajan Bajan Bajan Salompeng Salompeng Bangkirai
IUCN Setidaknya Kekhawatiran
Terancam Punah
Bangkinang Rasak Rasak Bangkirai Bangkirai Rentan Setidaknya Kekhawatiran varieties
51
52
BOTANI
Family
Species Shorea agamii Shorea atrinervosa Shorea beccariana Shorea crassa Shorea hemsleyana Shorea kunstleri Shorea laevis Shorea leprosula Shorea macroptera Shorea maxwelliana Shorea multiflora Shorea parvifolia Shorea pauciflora Shorea platyclados Shorea sagitatta Shorea scrobiculata Shorea seminis Shorea sp Shorea sp 1 Shorea sp 1 Shorea stenoptera Vatica bella Vatica micrantha Vatica oblongifolia Vatica sp 1 Vatica umbonata
Local Name Parupuk Kayu batu Kakawang Kayu batu Lampung Kayu batu Kayu batu Nyaru Bolu Kayu batu
IUCN
Setidaknya Kekhawatiran Malcut Kayu batu Tahan Konot Tuntung Saluang Tahan Lutup Kayu batu Palepek Mangkabang Kayu batu Kayu batu Data kekurangan
Rasak Rasak Rasak
Rasak
52
53
BOTANI
Family Ebenaceae
Species Diospyros argentea Diospyros confertiflora Diospyros sp
Local Name Merung Menong Menong Bangkinang
IUCN
Elaeocarpaceae Euphorbiaceae
Elaeocarpus griffithii Blumeodendrom sp Blumeodendrom tokbrai Macaranga beccariana Macaranga hosei Macaranga hypoleuca Macaranga triloba Mallotus leucodermis Mallotus muticus Meuallotus echinanthus Moultonianthus sp Moultonianthus sp 2 Merrah Neoscortechinia sp
Terancam Punah Setidaknya Kekhawatiran Data kekurangan Sangat Terancam Punah
Mahang baputi Mahang Balanti Balanti
Fagaceae
Castanopsis megacarpa Castanopsis sp 1 Castanopsis sp 2 Lithocarpus sp1
Kayu Ampit Takolok Ampit Tabalien Ampit Pampaning Setidaknya Kekhawatiran
53
54
BOTANI
Family Gentianaceae Hypericaceae Lauraceae
Species Fagraea racemosa Cratoxylum arborescens Beilschmiedia palembanica Beilschmiedia sp. Cryptocarya benangensis Cryptocarya crassinervia Cryptocarya sp. 1 Dehaasia incrassata Dehassia sp.
Local Name
IUCN
Erat
Bahunei Daun Besar
Penguan Pangwan Sangat Terancam Punah (endemic to Malaysia)
Eusideroxylon zwageri Phoebe grandis Lecythidaceae Barringtonia lanceolata Planchonia grandis Leguminosae Dialium indum Dialium patens Koompassia malaccensis Millettia albiflora Ormosia sp Parkia speciosa Parkia sp. Sindora beccariana Sindora coriacea
Tabalien (Ulin)
Prutap Gunung
Kurangi Kurangi Ompas Tampung Rentan
Petai
Terancam Punah Terancam Punah
Marijang Merijang 54
55
BOTANI
Family Lythraceae Malvaceae Melastomataceae
Species Lagerstroemia sp Sterculia sp Astronia masubak Memecylon sp Memecylon sp Memecylon sp Memecylon sp Memecylon sp (daun besar merah) Memecylon sp1 Memecylon sp1 Memecylon sp1 Pternandra coerulescens Pternandra sp
Local Name
IUCN
Kayu Gadang Masubak Tameas Putih Tameas Putih Tameas Putih Tameas Putih tamias Tameas Tameas Tameas Brunsolan Jambu Burung Katatiwar Hutan Rentan
Meliaceae
Aglaia ganggo Sandoricum beccariana
Moraceae
Artocarpus anisophyllus Artocarpus elasticus Artocarpus integer Artocarpus kemando Artocarpus nitidus Artocarpus odoratissimus Parartocarpus bracteatus
Papuan Tarap Tiwadak Tiwadak Banyo Tumpang Bintorong Bintorong
Terancam Punah
55
56
BOTANI
Family Myristicaceae
Species Horsfieldia sp. Knema hookerana Knema laurina Myristica lowiana Myristica villosa
Local Name Kumpang Kumpang Kumpang Kampang Kumpang Barun Sulan Jambu Mundu Jambu Burung Jambu burung Kangkuhis Hutan Jambu Jambu
IUCN
Myrtaceae
Rhodamnia cinerea Syzygium bankense Syzygium polyanthum Syzygium sp. 1 Syzygium sp. 2 Merrah Syzygium sp. 2 Merrah Syzygium sp. 3 Syzygium sp. 4
Olacaceae Oxaridaceae Pentaphylacaceae Pentaphylacaceae
Strombosia sp. Santiria griffithii Ternstroemia javanica Ternstroemia wallichiana Rentan
56
57
BOTANI
Family Phyllanthaceae
Species Aporosa lunata Aporosa sp 1 Aporosa sp 2 Baccaurea bracteata Baccaurea macrocarpa Baccaurea reticulata Baccaurea sp Glochidion superbum
Local Name Mulok Molok Molok Sungai
IUCN
Sangat Terancam Punah
Puwak/Mawi Kalibun
Polygalaceae
Xanthophyllum affine Xanthophyllum amoenum Xanthophyllum obscurum Xanthophyllum palembanica Xanthophyllum rufum Xanthophyllum stipitatum Mallalin Setidaknya Kekhawatiran
Proteaceae Putranjivaceae Rosaceae Rubiaceae
Heliciopsis sp1 Drypetes pendula Prunus javanica Canthium glabrum Gardenia tubifera Neolamarckia cadamba Porterandia anisophylla Pternandra anisophylla Benkel Hutan Kori Kopian
57
58
BOTANI
Family Sapindaceae
Species Arytera sp Nephelium cuspidatum Nephelium sp Xerospermum noronhianum
Local Name
IUCN
Mariti Hutan (Rambutan) Tangkuis
Sapotaceae
Madhuca magnifolia Madhuca kingiana Madhuca motleyana Palaquium maingayi Palaquium sp Payena lucida Pouteria sp
Puntik Setidaknya Kekhawatiran Puntik Puntik Puntik Puntik Sangat Terancam Punah Setidaknya Kekhawatiran
Theaceae Thymelaeaceae Tiliaceae
Adinandra dumosa Gonystylus sp Microcos sp Pentace borneensis Pentace glauca Pentace kingiana Senek Sengek Ramin Jirak Danum
58
59
BOTANI
SUMMARY FROM BORA RIVER SITESITE Number of species 68 Number of families 11 Average height (m) 15.035 Height range (m) 6-45 average dbh dbh range
Bora Gibbon Site (opposite) Bora Ridge Plot Bora S.M. Plot 1 Bora S.M. Plot 2 Bora S.M. Plot 3 Bora S.M. Plot 4 Bora Sungai Satai Bora Valley Plot Murung gibbon site
24.4586
10.19-91.08
22 48 12 12 4 62 25 30
21 12 7 8 3 15 15 13
17.785 14.725 13.27 12.905 18.375 14.725 17.88 18.065
6-50 8-38 6-32 6-25 8-30 3-38 8-37 6-45
28.92675 19.48726 18.83758 14.82166 29.85669 28.40446 24.34395 23.28025
9.55-152.86 10.31-58.59 9.87-46.49 10.5-20.95 11.14-64.64 10.19-116.24 10.44-85.98 5.98-81.4
59
60
BOTANISPECIES FROM BORA RIVER SITEFamily Anacardiaceae Species Buchaniania sp. Campnosperma auriculata Pentaspadon motleyi Spondias cythera Spondias sp. Annonaceae Mezzetia havilandii Polyalthia glauca Apocynaceae Gymnacranthera contracta Gymnacranthera euginifolia Gymnacranthera sp. Tabernaemontana macrocarpa Arecaceae Oncosperma horridum Pholidocarpus majadum Bombacaceae Durio kutejensis Durio oxleyanus Kostermansia malayana Burseraceae Canarium sp. Dacryodes rostrata Dacryodes rugosa Calophyllaceae Cannabaceae Celastraceae Centroplacaceae Chrysobalanaceae Mesua sp. 1 Gironniera nervosa Kokoona sp. Bhesa sp. Licania sp. Parinari oblongifolia Kayu abu handiung Sirang Papakin Karatungen Rentan Lobui Kumpang Kumpang Kumpang Bajan Local Name Bakah Garih biowau Tarangtang IUCN
60
61
BOTANISPECIES FROM BORA RIVER SITEFamily Cluseaceae Species Garcinia mangostana Garcinia sp. 1 Garcinia dolcis Dipterocarpaceae Dipterocarpus conaserum Dipterocarpus elaeocarpus Dipterocarpus elongatus Dipterocarpus fagineus Dipterocarpus grandiflorus Dipterocarpus lowii Dipterocarpus oblongifolius Dipterocarpus pachyphyllus Dipterocarpus sublamellatus Hopea mengerawan Hopea sp. 1 Shorea angustifolia Shorea antrinervosa Shorea atrinervosa Shorea beccariana Shorea crassa Shorea kunstleri Shorea macroptera Shorea palembanica Kakawang Gambir Kayu Batu Jangaan Kakawang Sangat Terancam Punah - Light Red Meranti Sangat Terancam Punah Kayu Batu Kacuhui Bajan Bajan Sangat Terancam Punah Bajan Ohit Bajan Gandis Local Name Mangis IUCN
61
62
BOTANISPECIES FROM BORA RIVER SITEFamily Dipterocarpaceae Species Shorea parvifolia Shorea scrobiculata Shorea sp. Shorea sp. Shorea sp.1 Shorea sp.2 Merrah Shorea stenoptera Shorea uliginosa Shorea xanthophyla Vatica cinerea Vatica mangachapoi Vatica micrantha Vatica oblongifolia Vatica sumatrana Vatica umbellata Ebenaceae Diospyros merung Diospyros siamang Elaeocarpaceae Elaeocarpus griffithii Elaeocarpus sp.1 Merung Bangkinang Bangkinang Rasak Rasak Rassk Rasak Setidaknya Kekhawatiran Rassak Terancam Punah Lampung Local Name Lampung behas Kayu batu Mangkabang Mangkabang Kayu batu Kalapeh Sangat Terancam Punah Rentan Sangat Terancam Punah IUCN Terancam Punah
62
63
BOTANISPECIES FROM BORA RIVER SITEFamily Euphorbiaceae Species Macaranga conifera Macaranga hosei Macaranga hosei Macaranga hypoleuca Mallotus echinanthus Mallotus leucodermis Mallotus sp. Moultonianthus esinatus Moultonianthus sp Neoscortechinia forbesii Blumeodendrom sp. 1 Fagaceae Castanopsis inermis Lithocarpus sp. Lamiaceae Lauraceae Teijsmanniodendron sp. Ctenophyllum sp. Dehaasia firma Dehassia incrassata Lecythidaceae Abdulmajidia chaniana Barringtonia lanceolata Planchonia grandis Planchonia sp. Panguwan Pangwang Rentan Pampaning Kalumpai pohing Balanti Balanti Mahang bahangdang Mahang bahangdang Local Name IUCN
63
64
BOTANISPECIES FROM BORA RIVER SITEFamily Leguminosae Species Dialium indum Dialium keranji Dialium patens Dialium sp. Koompassia malaccensis Millettia albiflora Sindora beccariana Lythraceae Malvaceae Duabanga sp. Heritiera simplicifolia Sterculia rubiginosa Melastomataceae Memecylon laurinium Pternandra barunsulan Pternandra sp. 1 Pternandra sp. 2 Astronia sp. Meliaceae Meszetia sp. 1 Sandoricum beccariana Moraceae Artocarpus elasticus Artocarpus kemando Artocarpus nitidus Artocarpus sp. Parartocarpus aurophilus Tiwadak Banyo Tampang Barun Sulan Salompeng Ompas Tampang marijang Binuang Lambing Data kekurangan Setidaknya Kekhawatiran Local Name Kurangi Kurangi Kurangi IUCN
64
65
BOTANISPECIES FROM BORA RIVER SITEFamily Myristicaceae Species Horsfieldia irya Knema hookerana Knema latifolia Myristica eliptica Myristica sp Myristica villosa Knema percourisa Myristica gigantea Myrtaceae Eugenia griffithii Eugenia polyantha Eugenia polyantha Syzygium sp 1 Putih Syzygium sp 2 Syzygium sp daun kecil Syzygium sp2 Merrah Tristaniopsis merguensis Pentaphylacaceae Phyllanthaceae Ternstroemia sp Aporosa sp Baccaurea bracteata Baccaurea macrocarpa Mollok Rambui hutan Maui Kumpang jambu burung Mundu Mundu Jambu Burung Jambu Burung Jambu burung Jambu Burung Palawan Hampir terancam Kumpang Kumpang Kumpang Kumpang Kumpang daraya Local Name IUCN Setidaknya Kekhawatiran Rentan Setidaknya Kekhawatiran Setidaknya Kekhawatiran
65
66
BOTANISPECIES FROM BORA RIVER SITEFamily Polygalaceae Species Xanthophyllum vitellinum Xanthophyllum apinea Xanthophyllum bullatum Xanthophyllum griffithii Xanthophyllum obscurum Xanthophyllum palembanica Xanthophyllum rufum Xanthophyllum stipitatum Proteaceae Helica robusta Helica sp 1 Rubiaceae Sapotaceae Canthium peralabum Planchonella obovata Pouteria sp Palaquium sp1 Symplocaceae Thymelaeaceae Symplocos ramosissima Amyxa pluricornis Puntik Puntik Hangkang Jirak bangkai Local Name IUCN
66
67
SOSIAL Andrea Hoeing
Iis Sabahudin, Erisa Maranata Muray, Andhi Suncoko, Deni Doang and Andrea Hoeing
Pendahuluan Penelitian oleh tim sosial ekspedisi BRINCC dilaksanakan di dua desa di sepanjang Sungai Murung: Tumbang Tujang dan Kelasin, yang terletak di Kabuapten Murung Raya, kecamatan Uut Murung, Kalimantan Tengah, Indonesia.
Tim sosial tinggal di Tumbang Tujang dari tanggal 10 Juli hingga 17 Agustus dan dari tanggal 18 Agustus hingga 22 September 2011 di Kelasin. Tim terdiri dari 5 anggora: empat mahasiswa dari Indonesia , 2 dari Universitas Indonesia (UI), Jakarta dan 2 dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor dan satu mahasiswa Jerman dari Georg-August Universitt, Gttingen. Tujuan kegiatan tim sosial adalah untuk lebih memahami kehidupan di kedua desa, belajar tentang sejarah desa, mata pencaharian, persepsi lokal pentingnya alam; kegiatan juga meliputi pemetaan para pemangku kepentingan, dan mempelajari program yang sudah berjalan. Kebutuhan dan ancaman potensial terhadap masyarakat dan lingkungannya dikaji. Selain itu tim mendampingi warga untuk membuat peta sketsa wilayah di mana mereka menggambarkan tempat-tempat penting untuk kehidupan mereka dan melatih beberapa orang di desa bagaimana menggunakan GPS yang dipinjamkan kepada masyarakat untuk sekitar satu tahun agar mereka berpeluang menghasilkan peta yang lebih terinci termasuk semua informasi yang warga ingin tampilkan di dalam peta yang akan dikembalikan ke desa untuk di-cek apakah semua informasi benar. Kalau peta akhir sudah dikonfirmasi oleh masyarakat, peta ini dapat dimanfaatkan unutk mendukung proses perencanaan penataan ruang atau permohonan pengakuan hutan desa
Semua data dari diskusi kelompok terfokus ditinggalkan di desa, di rumah ketua BPD di Tumbang Tujang dan sekretaris desa di Kelasin.
67
68
SOSIALTambahan informasi dikumpulkan oleh mahasiswa dari Indonesia terfokus pada ketertarikan masingmasing, termasuk adat dan budaya oleh Erisa Maranata Muray dan Iis Sabahudin, tentang sosial politik oleh by Andhi Sucoko dan tentang sosial ekonomi oleh Deni Doang .
Metoda Setelah memperkenalkan seluruh tim dan minta persetujuan untuk melaksanakan penelitian dan membahas tujuan dan perspektif ekspedisi, tim keanekaragaman hayati berangkat dan tim sosial mulai kegiatannya.
Pada hari-hari pertama tugas utama adalah berbaur dengan warga dan mengumpulkan informasi umum tentang hidup di desa. Guna ini dilakukan diskusi informal. Pada waktu bersamaan dilaksanakan pertemuan perkenalan tim sosial dengan mengundang warga. Pertemuan ini termasuk: Perkenalan tim, apa rencana kami dalam beberapa minggu dan alasan datang, diskusi tentang peta (jenis peta yang di-inginkan warga dan wilayah penting yang akan dipetakan) Pembuatan alur sejarah desa Pembagian kelompok-kelompok (berdasarkan jenis pekerjaan) untuk melanjutkan diskusi kelompok fokus pada hari dan minggu mendatang.
Kelompok Diskusi Fokus Kami membagi jenis pekerjaan menjadi 4 kategori utama, yang diundang untuk diskusi kelompok terfokus yang kami dampingi (kami berupaya untuk se-sedikit mungkin terlibat, kami menjelaskan kegiatan dan membantu bila ada pertanyaan, tetapi kegiatan dilaksanakan oleh warga). Ada 3 kegiatan:
Mata Pencaharian Dalam kegiatan ini kelompok mulai mengisi tabel: jenis-jenis pekerjaan berbeda, komoditi, langkah pekerjaan, peralatan dan bahan yang digunakan dan keterlibatan aktor yang berbeda (warga, pedagang, LSM dan pemerintah) Kalender Musim kalender musim menunjukkan bulan-bulan ketika warga melaksanakan pekerjaan, bulan yang disuka , masalah yang ada dan hal lain yang berpengaruh pada pekerjaan yang ditulis di tabel68
69
SOSIALMetoda
Peta sketsa Peta sketsa dimulai dengan kertas kosong di mana kelompok diskusi pertama menggambarkan unsur dasar seperti sungai, danau, gunung, pemukiman, jalan dsb. Informasi ini dapat diperbaiki kapan saja dan oleh siapa saja. Setelah menggambarkan informasi dasar kelompok mulai menggambar daerah-daerah di mana mereka bekerja dan ditambah dengan wilayah penting lain, Foto 1: Salah satu kelompok diskusi di Kelasin.
misalnya tempat keramat, sumber air atau apa saja yang belum dimasukkan. Pada akhirnya kami
bertanya kepada semua peserta apakah mereka setuju dengan peta yang dihasilkan dan memberitahu bahwa peta ini dinamis yang dapat diubah apabila warga mengingat tempat yang belum dimasukkan.
Kuesioner Bagian lain penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan pendapat pribadi tentang beberapa topik: tingkat penghidupan, persepsi tentang alam, persepsi tentang kedatangan orang dari luar desa dsb. Kami minimal mewawancarai lima orang dari setiap kelompok, yaitu kelompok ibu dan bapak (umur (20-39 tahun, di atas 40 tahun) ditambah satu kelompok tokoh masyarakat.
Metoda distribusi Batu Kegiatan lain di mana kami kumpulkan kelompok campuran (bapak dan ibu, muda dan tua) dalam sebuah pertemuan informal pada sore atau malam hari di pinggir jalan atau serambi. Kami mengevaluasi tingkat penting relatif dari tipe habitat yang berbeda berkaitan dengan pemenuhan bermcam-macam kebutuhan. Untuk mengumpulkan informasi ini kami menggunakan metoda distribusi batu.
69
70
SOSIAL
Pelatihan GPS Kami melatih warga yang tertarik mempelajari penggunaan alat GPS dan satu orang di setiap desa untuk menyimpan data. Kemudian kami melakukan beberapa perjalanan untuk mengambil titik koordinat dengan GPS sebagai referensi peta sketsa untuk memungkinkan menghasilkan peta dengan GIS.
Anak-anak dan BRINCC Tugas lain tim sosial adalah ikut mengajar di sekolah, terutama Sekolah Dasar yang ada di kedua desa, termasuk pelajar SMP yang sedang pulang kampung selama liburan. Kami mengajar Bahasa Inggris dan permainan seperti mainan owa-owa dari buku BRINCC untuk melibatkan anakSalah satu pelatihan GPS pada sore hari dengan warga di Kelasin.
anak dalam pendidikan lingkungan. Tugas ini di Kelasin, di
mana tim sosial hanya terdiri dari dua orang, terutama dilakukan oleh tim keanekaragaman hayati. Belajar dari dan mengajar anak-anak, khususnya di Tumbang Tujang di mana kami punya waktu lebih banyak dan tim lebih besar, juga termasuk mengajar bikin gelang dan belajar dari anak-anak yang membawa kami ke hutan tentang pengetahuan mereka tentang tumbuhan, binatang, perburuan dan metoda pertanian.
Mengajar Bahasa Inggris pada pelajar di Tumbang Tujang (kiri) dan Kelasin (kanan)
70
71
SOSIALHasil Pemetaan dn hutan desa Pada pertemua pertama kami membahas apa topic yang menarik bagi warga. Di Tumbang Tujang kami menemukan bahwa warga sudah menetapkan suatu wilayah yang mereka sebut dengan hutan desa, yang dikelola secara lestari terutama untuk melindungi mata air yang digunakan untuk memperoleh air bersih. Sekarang warga perlu membuat peta batas wilayah ini untuk mendapatkan pengakuan resmi untuk hutan desa. Di Kelasin warga tidak yakin tentang batas hutan desa, karena mereka berpendapat bahwa seluruh hutan yang ada di wilayah desa adalah hutan desa dan milik mereka. Kami membahas jenis peta apa mereka ingin buat pertama dan memetakan sumber air di seberang pemukiman yang sangat penting untuk penyediaan air bersih.
Masalah air Di kedua desa air Sungai Barito tidak layak dikonsumsi. Warga mengeluh bahwa mereka kena sakit perut kalau minim air Barito. Untuk pergi ke sumber air bersih di kedua desa warga harus menggunakan perahu. Di Kelasin warga hanya perlu menyeberang ke anak sungai di seberang pemukiman. Di Tumbang Tujang warga harus menggunakan ces (perahu dengan motor) selama 15 menit menuju ke hilir untuk mengambil air dari anak sungai di hutan desa. Ada beberapa mata air kecil di dekat pemukiman Tumbang Tujang, yang tidak cukup untuk kebutuhan seluruh desa, sehingga sering dialokasi pada beberapa keluarga. Sebagian warga tidak mampu menggunakan ces (karena benzin mahal) sehingga terpaksa mengkonsumsi air Barito dan menjadi sakit. Di Tumbang Tujang sudah ada rencana pemerintah untuk membangun fasilitas air bersih dari sumber air di hutan desa ke pemukiman untuk penyediaan air bersih yang lebih baik.
Alam dan Masyarakat Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga dari kedua desa hampir 100 persen tergantung pada hutan di sekitarnya. Untuk ketersediaan air bersih, seperti diceritakan di atas, untuk berburu, untuk mengumpulkan kayu api, kayu untuk bangun rumah, mencari obat tradisional, mencari ikan di muaramura anak sungai dan Sungai Barito dan untuk pertanian untuk kebutuhan beras dan sayur.71
72
SOSIALDi kedua desa warga merasa bahwa jumlah binatang daan tumbuhan telah menurun dalam 5 tahun terakhir. Jarang ada orang yang merasa jumlah jenis meningkat. Di Kelasin warga sudah mengalami perubahan di alam dan mengalami masalah dengan hama di ladang sejak 2006. Sehingga sebagian besar warga sadar pentingnya pelestarian alam.
Dampak Pasar Kedua desa sudah masuk ke pasar nasional dan internasional. Pengaruh dari orang luar telah mengubah interaksi alam-manusia. Ketika sebelumnya pola penghidupan berkesinambungan sekarang gaya hidup berubah menjadi lebih berorientasi pada dan tergantung pada pasar. Komoditi termasuk daging, bagian binatang, ikan, burung (jarang), kayu, emas dan batu permata. Di
Tumbang Tujang sumber pendapatan utama adalah emas, batu permata dan gaharu (lihat foto 4). Di Kelasin sumber utama adalah ulin, meranti dan gaharu. Pada masa lampau terutama perusahaan kayu yang beroperasi di daerah ini. Sekarang survey untuk pertambangan batu bara dimulai, dan kami dengar masih ada perusahaan pertambangan lain yang tertarik pada daerah ini. Salah satu pengalaman jelek di masa lalu di kedua desa adalah perusahaan yang tidak peduli pada aturan adat dan menebang pohon adat tanpa permisi. Pemerintah punya beberapa program untuk membantu masyarakat, misalnya semua anak sekolah dibebaskan dari biaya pendidikan.72
73
SOSIAL
Beberapa hasil potensial dari kegiatan tim sosial Setelah menyelesaikan semua analisa kami harap ada gambaran lebih jelas tentang kebutuhan dan ancaman bagi masyarakat dan alam. Selain itu akan ada peta menunjukkan semua wilayah yang punya kepentingan sosial serta akan digabungkan dengan hasil tim keanekaragaman hayati tentang nilai konservasi tinggi dari segi kelimpahan jenis. Hasil lain dari penelitian ini adalah peningkatan sumberdaya manusia dan pelatihan bagi warga dalam penggunaan alat GPS, pada kesempatan ini masih terbatas, namun diharapkan di masa mendatang akan lebih banyak.
Diharapkan peta yang dibuat oleh BRINCC akan membantu masyarakat untuk mendapat pengakuan terhadap hutan desa, agar penyediaan air bersih terjamin di masa satu
mendatang.
Salah
peluang bagi Kelasin adalah untuk mengukur batas hutan adat, walaupun pada saat ini belum secara dapat formal dilindungi (misalnyaM. Zrust
sudah ada areal perusahaan kayu. Perusahaan yang sudah beroperasi bisa diminta untuk menghormati adat dan menghindari daerah yang sudah punya batas yang jelas.
Setelah mengkaji kebutuhan dan ancaman utama terhadap masyarakat dan alam, kami harap melalui penyebaran informasi dan kerjasama dengan pemerintah dan LSM mengembangkan program konservasi di daerah ini.
73
74
UCAPAN TERIMA KASIHBarito Initiative for Nature Conservation and Communities ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang dan organisasi berikut (disebut tidak dalam urutan tertentu), karena tanpa dukungan mereka ekspedisi ini tidak dapat dilaksanakan: AZA Ape Tag, WildCRU (Professor David McDonald), Clouded Leopard Project, Lewin Education, Fauna &Flora International (Godwin Limberg and Darmawan Liswanto and Ratu), The Zoological Society of London (Laura DArcy), Centre for the International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatlands (Dr Suwido and Yunsiska Ermiasi , Bupati Murung Raya, OuTrop (Simon Husson), BioQuip (Celia Whitman), LIPI (Dr Rosichon Ubaidillah and Dr Djunijanti Peggie), The Maryland Entomological Society (Fred Paras, Phil Kean and Eugene Scarpulla), German Academic Exchange Service (DAAD), Dr Matthias Waltert, Laura D'Arcy, Dr Irendra Radjawali and Emeline, Indonesian Ministry of Science and Technology and the Indonesian Department of Forestry, Jaringan Kerja Permetaan Partisipatif (JKPP Palangkaraya), Yayasan Tambuhak Sinta (Horma), Institute Pertanian Bogor (Pak Sadiwibowo), Pak Bani, Ibu Bani, Ibu Rita, Ibu Yetti, Pak Hadi, Marie Hammard, Nick Brickle, WWF Palangkaraya (Pak Ambang), Waldhofschule in Templin, Pak Sion, Pak Jaya, Pak Cali, Royal Geographical Society (Shane Winser), Steve Oliver, Dr David Chivers, Rupert Ridgeway, Stephen Edwards, Dr Gregory Ball, Lindy Thompson, Dr Konstans Wells, Dr Erik Meijaard, Professor Shukor Md. Nor, Andy Royle, Dr Jay Malcolm, Dr Robert Anthony, Dr Robert Parmenter, and Dr Eric Rexstad, Professor Dankmar Bhning, Dr Murray Efford, Dr David Borchers, Professor Steve Buckland, and Dr Paul M. Lukacs. Of course we would like to thank those who joined our research: Leni Mentari Dewi, Suparjan, Junaidi Shalat, Andhi Suncoko, Iis Sabahudin, Deny Doang, Erisa Maranata Murray, Laurio Leonald, Edwin Hermawan, Mila Rahmania, Muhammad Saputra (Yunus), Juli Setiawan, Kursani. Kami berutang budi dan sangat berterima kasih kepada masyarakat desa Tumbang Tujang dan Kalasin karena tanpa dukungan mereka penelitian ini tidak mungkin dilaksanakan. Anda membuat kami merasa seperti di rumah sendiri dan menjadi kami bagi dari keluarga dan kerabat Anda.
Sponsor kami:
M. Zrust
"BioQuip Products bergembira telah menjadi bagain dari ekspedisi BRINCC dengan memberi dukungan peralatan untuk koleksi dan buku-buku. Sebagai salah satu pembuat peralatan entomologi terkemuka BioQuip bertekad untuk memajukan studi serangga dengan menyediakan produk, buku dan pelayanan pelanggan yang bermutu selama 64 tahun " LED Lenser berbangga telah mendukung ekspedisi penting ini ke datar