Download - Budaya konteks pendidikan
Pendahuluan
Sejarah manusia merupakan perlombaan antara pendidikan dan bencana
antarbudaya. Jika pendidikan tersebut tidak bersifat antar budaya, maka hal itu tidak dapat
disebut sebagai pendidikan, melainkan sekedar penanaman dasar-dasar nasionalis atau
agama – David Coulby
Anak-anak harus diajarkan bahwa benar ada perbedaan rasial, namun di atas semua
perbedaan tersebut, pada dasarnya kita semua lebih banyak memiliki kesamaan,
dibandingkan perbedaan – Maya Angelou
Menurut Margaret Mead (1901-1978) budaya adalah perilaku yang dipelajari dari
sebuah masyarakat atau sub kelompok. Ada banyak pengertian mengenai kebudayaan yang
dipergunakan. Kluckhohn dan Kroeber mencatat sekitar 175 definisi kebudayaan yang
berbeda. Koentjaraningrat mengartikan budaya dalam arti sempit dan luas. Dalam arti
sempit budaya itu adalah kesenian (Koentjaraningrat, 2000). Secara luas, Koentjaraningrat
mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
E.B. Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta
kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut
Raymond Williams (1921-1988) budaya meliputi meliputi organisasi produksi, struktur
keluarga, struktur lembaga yang mengungkapkan atau mengatur hubungan-hubungan
sosial, bentuk komunikasi yang khas dalam anggota masyarakat. Menurut Claude Levi-
Strauss, kebudayaan harus dipandang dalam konteks teori komunikasi yaitu sebagai
keseluruhan sistem simbol (bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai
tingkat memungkinkan dan mengatur komunikasi (Cremers, 1997: 147). Hal ini karena
manusia adalah homo simbolicum. Kita lihat bahwa budaya diartikan selalu dalam konteks
hubungannya sebagai anggota masyarakat. Koentjaraningrat lebih sistematis dalam
memerinci unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat
(2000: 2) adalah sebagai berikut:
Sistem religi dan upacara keagamaan.
Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
Sistem pengetahuan
Bahasa
Kesenian
Sistem mata pencaharian hidup
Sistem teknologi dan peralatan
Secara garis besar unsur-unsur yang berada di urutan bagian atas merupakan unsur
yang lebih sukar berubah daripada unsur-unsur di bawahnya. Namun perlu diperhatikan,
karena ada kalanya sub unsur dari suatu unsur di bawahnya lebih sukar diubah dari pada
sub unsur dari suatu unsur yang tercantum di atasnya. Misalnya sub-sub unsur hukum waris
yang merupakan sub unsur dari hukum (bagian dari unsur sistem dan organisasi
kemasyarakatan) lebih sukar berubah bila dibandingkan dengan sub-sub unsur arsitektur
tempat pemujaan (bagian dari sub unsur prasarana upacara yang menjadi bagian dari sistem
religi).
Masjid, gereja, tasbih, kitab suci merupakan contoh kongkrit sistem religi dan
upacara keagamaan. Ada pembagian warisan di antara keluarga Anda, ada walikota, ada
kantor dan tokoh politik, anak SD memakai seragam merah putih yang kesemuanya itu
merupakan contoh sistem dan organisasi kemasyarakatan. Buku IPS anak SD, ada orang
yang menghitung uang kembalian merupakan contoh kecil dari sistem pengetahuan. Ada
orang yang berbahasa Madura, bahasa Jawa dan ada yang berbahasa Indonesia merupakan
bagian dari unsur bahasa. Panggung seni, ada lukisan, ada gambar reklame yang indah
sebagai perwujudan unsur kesenian. Penjual sayuran, sopir angkot, seorang guru
berseragam abu-abu yang memasuki sekolah, remaja yang memakai seragam pertokoan
tertentu yang semuanya itu merupakan contoh kongkrit unsur sistem mata pencaharian
hidup. Ada komputer, internet, ada cangkul dan sabit, ada Handphone merupakan contoh
sistem teknologi dan peralatan.
Wujud Kebudayaan
Kalau kita perhatikan definisi budaya seperti diuraikan di atas, maka wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000: 5) bisa terdiri dari:
1. Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam
pikiran dari warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup, yang
nampak pada karangan, lagu-lagu. Fungsinya adalah pengatur, penata, pengendali, dan
pemberi arah kelakuan manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan,
yaitu sistem nilai budaya (yang paling abstrak dan luas), sistem norma-norma (lebih
kongkrit), dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas sehari-hari (aturan sopan
santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.
2. Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti
pola tertentu. Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
3. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda
yang dapat diraba dan dilihat.
Ketiga wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak
terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan idiil memberi arah pada perbuatan dan karya
manusia. Pikiran atau ide dan karya manusia menghasilkan benda kebudayaan fisik.
Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama
makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola
perbuatan, bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
Budaya dan Lingkungan
Pada dasarnya kita tidak bisa lepas dan terpisah dari lingkungan kita. Pada dasarnya
kelompok sosial merupakan kolektivitas manusia yang kurang lebih permanen yang hidup
bersama dan berinteraksi dengan berbagai lingkungan disekitarnya. Kelompok sosial harus
bertahan hidup dengan beradaptas pada lingkungannya. Pengetahuan, ide, dan ketrampilan
yang memungkinkan suatu kelompok untuk bertahan hidup dapat dipandang sebagai
program bertahan hidup atau budaya.
Keberhasilan bertahan hidup suatu kelompok tergantung pada jenis lingkungan yang
dihadapi kelompok. Pertama, ada lingkungan geografis, atau habitat fisik. Lingkungan ini
memberi berbagai keunikan alamiah di mana kelompok sosial itu beradaptasi dengan atau
mengubah lewat teknologinya.
Kedua, anggota kelompok sosial harus hidup bersama dan berinteraksi. Kelompok
sosial sebagai satu keseluruhan memiliki kelompok lain sebagai tetangga yang akan
membentuk lingkungan sosial dengan mana mereka juga berinteraksi. Beberapa dari
kelompok ini ada interaksi lokal dan memungkinkan interaksi tatap muka, sedangkan yang
lain lebih berjarak.
Dalam skala dunia, kelompok sosial utama seperti negara hidup dalam lingkungan sosial
regional dan global dan harus beradaptasi dengan negara lain. Bagian budaya sebagian
besar tersusun dari semua kebiasaan dan aturan yang memungkinkan semua skala interaksi
yang berbeda ini dilakukan. Ketiga, ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak
memikirkannya karena tidak terlihat atau berinteraksi di dalam dunia ini. Namun nyatanya
sangat mempengaruhi hidup jutaan manusia.
Pembahasan
Budaya dalam Konteks Pendidikan
Budaya tidak dapat dipisahkan hubungannya dari pendidikan, orang-orang yang
dibesarkan dalam budaya akan belajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan budaya mereka.
Jadi, walaupun manusia secara biologis sama, karena pengalaman budaya mereka, secara
sosial, mereka tumbuh berbeda. Sekolah sebagai sebuah wadah mendapatkan pengalaman
dan sekolah menjadi sebuah konteks di mana baik proses sosialisasi maupun pembelajaran
terjadi.
Beberapa alasan pentingnya membahas hal ini, yang pertama, kita dapat
memperoleh pengetahuan yang berharga dengan mempelajari persepsi dan pendekatan
suatu budaya pada pendidikan. Pepatah orang cina mengatakan “ilmu merupakan harta
yang mengikuti pemiliknya ke manapun”sedangkan orang latin berpendapat bahwa
pendidikan lebih dari sekedar sekolah, Tapi orang latin percaya bahwa “pendidikan juga
memiliki konotasi evaluasi moral di mana anak yang berpendidikan akan menghormati
orang yang lebih tua dan orang yang memiliki otoritas, memiliki perilaku yang baik, dan
menghargai orang lain”.
Kedua, tujuan tradisional sekolah erat hubungannya dengan kemampuan intelektual
atau fungsi sosial yang diasosiasikan dengan masyarakat pada umumnya. Yang ketiga,
pengaruh budaya pada pendidikan adalah menyadari pengetahuan informal suatu budaya.
Saville Troike menekankan hal ini dengan menyatakan bahwa anak-anak seharusnya
menginternalisasi nilai dasar dan kepercayaan budaya mereka.
Keempat, banyak nanti berhubungan dengan orang dengan budaya yang berbeda,
kesadaran akan perbedaan budaya dalam pendidikan dapat menolong anda memahami
perilaku komunikasi tertentu ketika hal tersebut dimanifestasikan dalam ruangan yang
multikultural. Intinya, budaya mengajrakan tujuan yang sama yaitu mengabadikan budaya
dan meneruskan sejarah dan tradisinya dari generasi ke generasi. Sistem budaya dari
pendidikan formal dan informal berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Dimana budaya mempengaruhi pandangan, nilai, dan persepsi setiap generasi.
Sekolah memberikan petunjuk untuk hidup dengan layak. Herbert Spencer
berpandangan bahwa “pendidikan membentuk karakter objeknya”, dan Henry
mengembangkan pandangan ini dengan menyatakan bahwa anak-anak dibentuk oleh
sekolah, sehingga anak-anak menyadari apa yang harus mereka ketahui supaya
memperoleh hidup yang produktif, sukses, dan memuaskan. Syarat pertama untuk
memperoleh kemampuan komunikasi multikultural dalam konteks pendidikan adalah
memahami dinamika yang berhubungan dengan budaya dan pendidikan.
Dinamika Pendidikan Yang Berubah
Menurut The Condition of Education, 2008, Laporan dari Pusat Data Statistik
Pendidikan Nasional, pendaftaran pada sekolah umum di Amerika Serikat meningkat pesat,
dan lembaga pelajar nasional menjadi sangat beragam. Murid-murid dari subkultur yang
beragam meliputi 43 persen dari pendaftar sekolah umum, dan satu dari lima murid adalah
orang latin. Sebagai tambahan, 20 persen dari anak sekolah menggunakan bahasa selain
bahasa Inggris di rumah, dan sekitar lima persen berbicara bahasa Inggris dengan lancar.
Dari hal ini kita harus menyadari bahwa pendidikan sebagai suatu interaksi lintas
budaya yang melibatkan berbagai etnis, pandangan dan gaya hidup serta gaya belajar.
Sistem Pendidikan Yang Berbeda Secara Budaya
Semua budaya dengan dengan sistem pendidikan formal cenderung mengajarkan hal
yang sama: bahasa, matematika, ilmu pengetahuan, sejarah, agama, dan sebagainya.
Perbedaan yang signifikan dapat ditemukan dalam apa dan bagaimana budaya mengajarkan
sesuatu hal. Karena perbedaan ini menjelaskan bentuk pendidikan dalam budaya.
Pada dasarnya kita sadari bahwa semua manusia adalah sama, namun yang
membedakan adalah pendidikannya. Perbedaan tersebut menyangkut pengaruh budaya
pada sistem dunia pendidikan. Apa yang diajarkan dalam budaya adalah penting dalam
mempertahankan suatu budaya dan hal ini biasanya menjadi tanggung jawab utama sistem
pendidikan formal dalam suatu budaya.
Pelajaran sejarah merupakan hal yang umum dalam semua budaya, namun masing-
maisng budaya menekankan sejarahnya sendiri. Abba Eban menuliskan bahwa suatu negara
menulis sejarahnya dalam gambarannya sendiri.
Pelajaran bahasa juga merupakan hal yang umum, namun sama halnya dengan sejarah,
budaya yang pertama kali mengajarkan bahasanya sendiri. Ketika kita diajarkan sejarah dan
budaya di sekolah, kita menyebarkan budaya tersebut dan menanamkan kepercayaan dan
nilai, termasuk pada prasangka atau perspektif yang dimiliki. Sekolah secara sadar atau
tidak, telah menanamkan perilaku etnosentrismenya.
Pendidikan Multikultural
Ketika membahas multikultural atau studi budaya lainnya, maka konsep ethic dan
emic akan selalu muncul. Kedua istilah antropologi ini dikembangkan oleh Pike (1967). Pike
memakai istilah ini untuk menjelaskan dua sudut pandang dalam mempelajari perilaku
multikultural. Ethic adalah sudut pandang dalam mempelajari budaya dari luar sistem
budaya itu, dan merupakan pendekatan awal dalam mempelajari suatu sistem budaya asing.
Sementara emic sebagai sudut pandang merupakan studi perilaku dari dalam sistem budaya
tersebut (Segall, 1990). Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul konsisten pada semua
budaya, emic adalah aspek kehidupan yang muncul dan benar hanya pada satu budaya
tertentu. Jadi, ethic menjelaskan universalitas suatu konsep kehidupan, sedangkan emic
menjelaskan keunikan dari sebuah konsep budaya.
Sebuah perilaku manusia kita akui kebenarannya sebagai sebuah ethic, maka dapat
dikatakan bahwa perilaku tersebut universal termasuk kebenarannya. Misalnya, ekspresi
tertawa pada semua budaya adalah untuk mengekspresikan rasa senang. Sebaliknya,
sebuah perilaku atau nilai hanya diketemukan pada satu budaya dan hanya benar pada
budaya tersebut, dalam studi Pendidikan Multikultural tidak boleh digeneralisasi. Misalnya,
Suku Dayak di Kalimantan yang memenggal kepala setiap musuh yang dibunuh atau Suku
Indian yang mengambil kulit kepala dari musuhnya yang telah meninggal adalah salah satu
perilaku emic yang khas dan benar hanya pada budaya tersebut. Perilaku khas Suku Dayak
itu tidak dapat digeneralisir dalam analisa untuk menjelaskan perilaku seluruh suku di
Indonesia.
Pendidikan Multikultural menurut Banks merupakan suatu rangkaian kepercayaan
(set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya
dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan
pendidikan dari individu, kelompok, maupun negara.
Menurut Bennet, pendidikan multikultural merupakan suatu pendekatan belajar-
mengajar yang didsarkan pada nilai dan kepercayaan demokratis dan menegaskan
pluralisme budaya dalam masyarakat yang saling bergantungan satu sama lainnya.
Pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses
pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan
supaya siswa, baik pria maupun wanita, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok
ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama
untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
Dasar Pendidikan Multikultural
Kesadaran nilai penting keragaman budaya. Perlu peningkatan kesadaran bahwa
semua siswa memiliki karakteristik khusus karena usia, agama, gender, kelas sosial, etnis,
ras, atau karakteristik budaya tertentu yang melekat pada diri masing-masing. Pendidikan
multikultural berkaitan dengan ide bahwa semua siswa tanpa memandang karakteristik
budayanya itu seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah.
Perbedaan yang ada itu merupakan keniscayaan atau kepastian, namun perbedaan itu harus
diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan.
Gerakan pembaharuan pendidikan
Ide penting lain dalam Pendidikan Multikultural adalah bahwa sebagian siswa karena
karakteristik tersebut di atas, ternyata ada yang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk
belajar di sekolah favorit tertentu, sedangkan siswa dengan karakteristik budaya yang
berbeda tidak memiliki kesempatan itu. Beberapa karakteristik institusional dari sekolah
secara sistematis menolak kelompok siswa untuk mendapatkan kesempatan pendidikan
yang sama, walaupun itu dilakukan secara halus. Dalam arti, dibungkus dalam bentuk aturan
yang hanya bias dipenuhi oleh segolongan tertentu dan tidak bias dipenuhi oleh golongan
yang lain. Pendidikan Multikultural bisa muncul berbentuk bidang studi, program, dan
praktek yang direncanakan lembaga pendidikan untuk merespon tuntutan, kebutuhan, dan
aspirasi berbagai kelompok.
Proses pendidikan
Pendidikan Multikultural juga merupakan proses pendidikan yang tujuannya tidak
akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural adalah proses menjadi.
Pendidikan Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang terus menerus (an
ongoing process), dan bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama
dari Pendidikan Multikultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh, bukan
sekedar meningkatkan skor.
Ada beberapa hal dasar dalam memahami Pendidikan Multikultural yaitu:
Kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi sepenuhnya
Penyiapan pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antarbudaya
Penyiapan pengajar agar memudahkan belajar bagi setiap siswa secara efektif tanpa
memperhatikan perbedaan atau persamaan budaya dengan dirinya
Partisipasi aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala bentuknya.
Dengan menghilangkan penindasan di sekolahnya sendiri, kemudian menghasilkan
lulusan yang sadar dan aktif secara sosial dan kritis
Pendidikan harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan pengalaman
siswa
Pendidik, aktivis, dan yang lain harus mengambil peranan lebih aktif dalam mengkaji
kembali semua praktik pendidikan, termasuk teori belajar, pendekatan mengajar,
evaluasi, psikologi sekolah dan bimbingan, materi pendidikan dan buku teks, dan
lainlain.
Arti Pentingnya Keberadaan Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural dapat menjadi elemen yang kuat dalam kurikulum
Indonesia untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan hidup (life skills).
Masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat multikultur yang mencakup berbagai macam
perspektif budaya yang berbeda. Pendidikan Multikultural dapat melatih siswa untuk
menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan. Pendidikan Multikultural sebagai
kesadaran merupakan suatu pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa budaya
merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan perilaku manusia. Budaya memiliki
peranan yang sangat besar dalam menentukan arah kerja sama maupun konflik
antarsesama manusia. Pendidikan Multikultural dipersepsikan sebagai suatu jembatan
untuk mencapai kehidupan bersama dari umat manusia dalam era globalisasi yang penuh
tantangan baru. Pertemuan antar budaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus
menimbulkan salah paham.
Tujuan Pendidikan Multikultural
Dua tujuan penting dari pendidikan multikultural ini adalah untuk mengajarkan
budaya orang lain tanpa streotip atau pengertian yang salah dan untuk mengajarkan budaya
seseorang tanpa pandangan negatif. Sehingga dibutuhkan strategi pendidikan dimana latar
belakang budaya siswa digunakan untuk mengembangkan pengajaran dalam ruangan kelas
dan lingkungan sekolah yang efektif. Hal tersebut diarancang untuk mendukung dan
mengembangkan konsep budaya, keragaman, kesetaraan, keadilan sosial, dan demokrasi
dalam konteks sekolah formal.
Fungsi Pendidikan Multikultural
Menurut The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) fungs Pendidikan
Multikultural adalah sebagai berikut:
Memberi konsep diri yang jelas
Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya
Membantu memahami bahwa konflik antara ideal-realitas itu memang ada pada setiap
masyarakat
Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making), partisipasi
sosial, dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills).
Budaya dan Pembelajaran
Aristoteles menuliskan bahwa belajar merupakan kesenangan alamiah, tidak
terbatas hanya pada filsuf, namun merupakan hal yang umum bagi semua manusia.
Walapun belajar merupakan hal yang alamiah bagi manusia, namun setiap orang memiliki
cara yang berbeda dalam belajar. Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk
mengumpulkan dan mengolah informasi serta bagaimana ia belajar dan memecahkan
masalah dalam situasi sehari-harinya.
Kemampuan kognitif seseorang diperoleh melalui proses sosialisasi yang panjang,
disebut juga dengan suatu pilihan belajar. Dimana sepanjang waktu, setiap budaya telah
menggunakan pendekatan untuk mempelajari apa yang paling cocok dengan kebutuhan.
Hofstede menjelaskan proses ini sebagai sesuatu di mana pertumbuhan kognitif ditentukan
oleh tuntutan lingkungan tempat tinggal seseorang, seseorang akan mengerjakan dengan
baik hal-hal yang penting baginya dan kemampuan kognitif ini berakar pada pola suatu
masyarakat. Sebagai akibatnya, cara yang disukai orang-orang untuk belajarpun beragam
dan keragaman ini memengaruhi cara orang untuk mempelajari dan mengolah informasi.
Ketika anak sekolah masuk dalam kelas multikultural berasal dari latar nelakang budaya
berbeda, sehingga mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai pendidikan. Hal ini
menyangkut dua hal, pertama cara budaya untuk mengetahui, dan kedua adalah pilihan
belajar budaya. Yang mana kedua hal ini memengaruhi cara murid-murid belajar dan
berpartisipasi dalam proses pendidikan.
Pilihan Belajar Kultural
kebebasan pada suatu bidang vs Kepekaan terhadap sesuatu bidang
pilihan belajar didasarkan pada bagaimana orang-orang cenderung melihat
lingkungan mereka dan apakah mereka fokus pada semua bidang atau berkonsentrasi pada
sebagian bidang.
Kerja sama vs Kompetisi
Gaya belajar ini mencerminkan apakah murid-murid lebih suka bekerja sama atau
bekerja sendiri dengan berkompetisi dengan lainnya.
Uji coba vs “lihat, kemudian kerjakan”
Ada orang yang menyukai belajar dengan melibatkan mereka dalam satu pekerjaan,
demgan uji coba tapi ada juga yang dengan melihat orang lain terlebih dahulu hingga dia
merasa yakin kemudian dia mengerjakan hal trsebut.
Toleransi vs Ketidaktoleransian terhadap ambiguitas(perbedaan, ketidakpastian)
Terkadang dalam kehidupan sehari-hari ada orang yang bisa memberi toleransi
menghadapi ambuitas tapi ada juga yang tidak.
Ada dua dimensi kognitif dalam memahami pilihan belajar, yaitu persepsi dan
penilaian. Dimensi persepsi berhubungan dengan indra dan instuisi. Indra meliputi wawasan
dan hal-hal asbtrak, sementara intuisi melibatkan wawasan dan abstraksi. Dimensi penilaian
dihubungkan dengan pemikiran dan perasaan. Pemikiran berhubungan dengan logika dan
objektivitas, sedangkan perasaan melibatakan emosi dan spontanitas. Semua pembelajaran
melibatakan baik persepsi maupun penilaian, sehingga model ini menghasilkan empat
kombinasi yang menggambarkan pilihan budaya, yaitu:
a. Indra – pemikiran (preferensi penguasaan)
Cenderung realistis, praktis dan berdasarkan fakta. Berorientasi pada hasil, menyukai
sebuah tindakan dibandingkan kata-kata atau teori.
b. Intuitif – pemikiran (preferensi pemiahaman)
Berisfat teoritis, intelektual, dan beorientasi pada penegtahuan, mereka cenderung
menyukai tantangan secara intelektual dan selalu menyelesaikan sesuatu untuk diri
mereka sendiri.
c. Indra – perasaan (preferensi interpersonal)
Diarahkan secara sosial, ramah, dan interpersonal, sensitif terhadap perasaan mereka
sendiri dan juga perasaan orang lain, cenderung bekerja paling baik ketika secara emosi
terlibat dalam suatu pembelajaran.
d. Intuitif - perasaan ( preferensi ungkapan diri)
Biasanya ingin tahu, berwawasan, dan imaginatif. Orang yang berani bermimpi dan
setia pada nilai mereka sendiri.
Gaya Pembelajaran Relasional
Gaya relasional ini merujuk pada cara dimana orang-orang menghubungkan dirinya.
Seperti aspek lain dalam perilaku manusia, bagaimana manusia berinteraksi dipelajari dalam
konteks budaya. Gaya relasional individual dibawa ke dalam ruangan kelas dan dapan
mempengaruhi interaksi kelas.
Tiga gaya yang relevan dengan pendidikan multikultural:
Ketergantungan/Kemandirian
Gaya relasional ini menunjukkan sejauh mana siswa bergantung pada dukungan,
pertolongan, dan pendapat guru mereka. Bagi seorang pendidik, ia dapat
mengembangkan strategi dukungan yang efektif bagi murid-murid yang kelihatannya
menunjukkan sedikit inisiatif atau kemandirian.
Partisipasi/Pasif
Beberapa siswa suka untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
sedangkan yang lain lebih suka pasif. Beberapa budaya melatif anak-anak mereka
untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajran dengan menanyakan
pertanyaan dan terlibat dalam diskusi. Namun pada situasi lain para pendidik atau
pengajar malah memiliki semua informasi dan membagikannya pada siswa yang
kemudian diharapkan untuk mendengar dan mencatat dengan pasif.
Impulsif/Reflektivitas
Siswa dari latar belakang budaya yang berbeda akan memiliki perbedaan dalam
berapa lama mereka memikirkan suatu jawaban atau masalah sebelum akhirnya
mengambil suatu kesimpulan atau menyatakan jawaban. Siswa yang impulsif
cenderung memberikan respon yang cepat terhadap suatu pernyataan atau
pertanyaan tertentu. Sebaliknya, reflektivitas justru siswa cenderung mengamati
suatu hal dari semua sisi masalah dan semua implikasi yang mungkin sebelum
menjawab suatu pernyataan atau memberi respon membutuhkan waktu yang lebih
banyak.
dari perbedaan tersebut, lembaga pendidikan multikultura harusnya mampu
menemukan cara dimana semua siswa menggunakan gaya belajar dan relasional yang sesuai
dengan latar belakang berbagai budaya yang ada.
Gaya Motivasi Budaya
Gaya ini merupaka alasan dasar mengapa seseorang ingin belajar. Dalam hal ini ada
empat gaya motivasi yang berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan multikultural, antara
lain:
- Motivasi intrinsik
Seseorang memiliki dorongan dari diri sendiri untuk menjadi sukses
- Motivasi ekstrinsik
Seseorang membutuhkan dorongan/ motivasi tidak dari dalam dirinya sendiri,
melainkan karena adanya dorongan dari luar, seperti orang tua.
- Belajar atas permintaan
Terjadi dalam lingkungan yang telah memiliki kurikulum. Misalnya di Asia, dituntut
untuk belajar semua hal atau menguasi semua ilmu pengetahuan.
- Belajar ketika tertarik
Beberapa orang percaya bahwa mereka seharusnya mempelajari apa yang berguna
dan penting bagi mereka dan apa yang mereka sukai.
Menjadi Kompeten secara Multikultural
Proses untuk menjadi kompeten merupakan hal yang harus dikembangkan
seseorang dalam berbagai cara melihat, mengevaluasi, mempercayai, dan mengerjakan.
Fokusnya ada pada memahami dan belajr untuk menegosiasikan perbedaan budaya di
antara negara-negara demikian juga dalam negara kita sendiri.
Sebagai seorang yang berada dalam lingkungan yang multikultural hendaknya
mampu memahami diri sendiri terlebih dahulu sebelum berusaha memahami orang lain.
Refleksi diri merupakan dinamika yang penting dalam mengenal diri sendiri. Setelah itu baru
kita memahami keberagaman yang ada pada lingkungan kita. Dalam hal ini kita harus
menjalankan proses belajar dalam berbagai perbedaan budaya yang ada dalam diri setiap
orang yang kita jumpai setiap harinya.
Strategi Komunikasi Multikultural
Komunikasi yang efektif tergantung pada penggunaan strategi komunikasi yang
tepat. Perlu dipikirkan budaya dimana pesan dibentuk. Dalam arti luas strategi komunikasi
yang efektif harus berdasarkan sejumlah faktor dan asumsi. Terdapat dua faktor khusus
dalam hal ini:
Kesiapan
Taggar menyarankan seorang pengajar atau pendidik untuk menggunakan cara
mengajar yang dapat digunakan untuk menigkatkan pengaruh kesiapan, antara lain:
- Mengembangkan atmosfir kelas yang nayaman dan mengintegrasi kepercayaan dan
nilai dari kelompok budaya.
- Menyediakan banyak kesempatan untuk mendiskusikan topik global dan
hubungannya dengan siswa
- Diskusi lebih baik jika membahas mengenai kepercayaan dan prkatik budaya yang
unik
- Sensitif pada berbagai kebudayaan yang berbeda dari siswa
Empati
Merupakan kemampuan untuk mengasumsikan peranan orang lain dan
membayangkan dunia seperti cara orang lain melihatnya, meprediksi secara akurat
motivasi, tindakan, perasaan, dan kebutuhan orang lain.
*-----------*
Arab Saudi
Sistem Pendidikan di Arab Saudi
Kerajaan Arab Saudi berdiri pada tahun 1932 dan menempati 80 persen luas
semenanjung Arab. Secara geografis negara ini berbatasan dengan Jordania, Kuwait, dan
Irak di sebelah utara, Laut Merah di sebelah barat, Qatar dan Uni Emirat Arab di sebelah
timur, serta Yaman dan Oman di sebelah selatan. Saudi Arabia adalah negara yang
menganut hukum berbasis Islam dimana hukum syariah sebagai dasar konstitusi dan sistem
hukum.
Sistem Pendidikan di Arab Saudi memisahkan antara anak laki-laki dan anak
perempuan sesuai dengan syariat islam. Secara umum sistem pendidikan dibagi 3 bagian
utama yaitu :
1. Pendidikan umum untuk anak laki-laki
2. Pendidikan umum untuk anak perempuan
3. Pendidikan Islam tradisional untuk anak laki-laki
Secara umum, ada dua lembaga yang menangani pendidikan di Saudi Arab, yaitu:
Departemen ilmu pengetahuan dan budaya
Menangani pendidikan dasar, menegah, baik umum maupun khusus.
Departemen Pengajaran Tinggi
Menangani pendidikan tinggi baik umum maupun agama.
Pendidikan umum untuk anak laki-laki dan anak perempuan berada dibawah
Yurisdiksi Presidensi Umum untuk Pendidikan. Kedua jenis pendidikan tersebut mengikuti
kurikulum yang sama dan mengambil ujian tahunan yang sama.
Pendidikan islam tradisional bagi laki-laki difokuskan untuk membentuk calon-calon
anggota dewan ulama. Kurikulum untuk sekolah islam tradisional juga sebagian
menggunakan kurikulum pendidikan umum, tetapi fokusnya pada studi islam dan bahasa
arab. Untuk pendidikan agama, dilakukan dibawah supervisi dari Universitas Islam Imam
Saud (Riyadh) dan Universitas Islam Madinah (Madinah).
Sebagian besar kurikulum baru dikhususkan untuk agama. Secara khusus, menghafal
Al-Quran, penafsiran dan pemahaman dari Quran (Tafsir) dan penerapan tradisi Islam untuk
kehidupan sehari-hari. Agama adalah juga belajar di tingkat universitas di samping mata
pelajaran lain, dan diwajibkan bagi semua siswa.. Ada juga dua universitas Islam (disebutkan
di atas) yang berfokus terutama pada pelajaran agama.
Pendidikan umum dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Pra-Pendidikan Dasar
Pra- Pendidikan Dasar ini sama dengan Pendidikan Taman Kanak-Kanak dari usia 4 –
5 tahun pendidikan ini ditawarkan secara gratis dan bersifat sukarela. Program yang akan
diberikan pada pendidikan ini adalah program pedagogis, dan tidak terorganisir untuk
mempersiapkan diri masuk sekolah.
2. Pendidikan Dasar
a. Sekolah Dasar
Pada Pendidikan Dasar anak-anak mulai masuk sekolah pada usia 6 – 11 Tahun
Pendidikan dasar di Arab Saudi berlangsung selama enam tahun. Anak-anak harus lulus
ujian pada akhir kelas 6 dari sekolah dasar dan memperoleh Sertifikat Pendidikan Dasar
Umum, untuk memenuhi persyaratan untuk sekolah menengah. Kurikulum atau mata
pelajaran yang ada di pendidikan dasar adalah sebagai berikut : Bahasa Arab, Pendidikan
seni, Geografi, Sejarah, Ekonomi rumah (untuk anak perempuan ), Matematika, Pendidikan
Jasmani (untuk anak laki-laki), Studi islam dan Sain. Sertifikat: shahadat Al Madaaris Al
Ibtidaa'iyyah (Umum Elementary School Certificate)
b. Sekolah Menengah
Pada Pendidikan Menengah anak-anak mulai masuk sekolah pada usia 12 – 14 tahun.
Pendidikan menengah di Arab Saudi berlangsung selama tiga tahun dan ini adalah tahap
akhir dari pendidikan menengah. Kurikulum yang ada di pendidikan menengah
adalah sebagai berikut: Bahasa Arab, Pendidikan seni, Geografi, Sejarah, Ekonomi rumah
(untuk anak perempuan), Matematika, Pendidikan Jasmani (untuk anak laki-laki), Studi
Islam dan Sain dan bahasa tambahannya adalah bahasa Inggris.
Sertifikat: shahadat Al-Kafa'at Al-Mutawassita (Intermediate School Certificate).
3. Pendidikan Menengah
Pada Pendidikan Sekunder anak-anak mulai masuk sekolah pada usia 15 – 17 tahun.
Pendidikan Sekunder ini menawarkan 3 program yaitu Pendidikan Menengah Umum,
Pendidikan Menengah Agama, Pendidikan Menengah Teknik. Pendidikan ini berlangsung
selama 3 tahun.
a. Pendidikan Menengah umum
Selama tahun pertama siswa menggunakan kurikulum yang umum dan dua tahun
berikutnya siswa dibagi menjadi 2 bagian yaitu ilmiah dan sastra. Siswa yang mendapat skor
60 persen dalam semua mata pelajaran tahun pertama dapat memilih antara ilmiah dan
sastra dan apabila siswa tersebut mendapat skor di bawah 60 persen dalam semua mata
pelajaran tahun pertama maka siswa tersebut harus memilih sastra. Kurikulum Umum :
Bahasa Arab, Biologi, Kimia, Bahasa Inggris, Geografi, Sejarah, Ekonomi rumah (untuk anak
perempuan), Matematika, Pendidikan Jasmani (untuk anak laki-laki) dan pelajaran agama.
Setelah siswa tersebut menyelesaikan sekolahnya, maka siswa yang lulus Ujian Sekunder
Umum akan menerima sertifikat Shada al- Marhalat ath-Thanawiyya), yang digunakan untuk
studi ke universitas atau bentuk-bentuk pendidikan yang lebih tinggi.
b. Pendidikan Menengah Agama
Pendidikan ini hanya untuk anak laki-laki saja, dimana nantinya akan menjadi ulama.
Kurikulum di sini memiliki fokus utama tentang islam dan Arab. Selain itu Sastra Arab,
Inggris, Budaya umum, Geografi dan Sejarah. Setelah menyelesaikan ujian siswa akan
menerima sertifikat shahadat Al Thanawiyyah Al ‘Aama lil Ma’aahid Al ilmiyya dengan mana
mereka bias masuk ke pendidikan agama tinggi.
c. Pendidikan Menengah Teknik
Ada 3 jenis pendidikan yang ditawarkan pada tingkat ini yaitu Kejuruan,
Komersial dan Pertanian. Pada Kejuruan ini ditawarkan beberapa bidang yaitu Arsitektur,
Auto mekanika, Listrik, Mesin mekanik, Logam mekanika dan Radio dan televisi.
Kurikulum untuk pelajaran umum adalah Bahasa Arab, Kimia, Bahasa inggris, Matematika,
Pendidikan Jasmani, Fisika, Agama.
Komersial mencakup mata pelajaran: bahasa Arab, Inggris, Pembukuan dan Akutansi,
Komersial korespondensi, Ekonomi. Keuangan Matematika, Umum matematika, Geografi,
Manajemen dan sekretaris dan Agama. Cabang.
Pertanian menawarkan subyek: Agronomi peternakan,Agricultural economics,
farm manajemen, Hortikultural, Marketing, Plant Gizi, Terapan biologi, Terapan kimia,
Matematika Terapan, Applied Physics, Arab, Inggris dan Islam.
4. Perguruan Tinggi
Pendidikan ini disediakan oleh 7 universitas, beberapa perguruan tinggi untuk
perempuan. Beroperasi dibawah yurisdiksi Kementerian Pendidikan Tinggi. Universitas Islam
Madinah dikelola oleh Dewan menteri.
Seperti dinyatakan sebelumnya Perguruan Tinggi di Arab Saudi menawarkan dua
jenis pendidikan yaitu Islam tradisional dan berorientasi Baat. Universitas Islam Madinah
dan Imam Muhammad bin Saud Universitas Islam focus pada hukum Islam, studi Al-Quran,
Bahasa Arab dan ilmu-ilmu social. Akses ke lembaga-lembaga pendidikan tinggi didasarkan
pada hasil Pendidikan Menengah Umum. Masing-masing fakultas dapat menyelenggarakan
ujian masuk sendiri. Untuk mencapai gelar S.1 memerlukan waktu 4 tahun kecuali jurusan
Farmasi dan kedokteran memerlukan waktu 5 tahun karena di tambah dengan pelatihan
klinis, teknik dan Kedokteran hewan.
Untuk program Pascasarjana memerlukan waktu 2 tahun, Gelar master diberikan
dalam bidang ekonomi, bisnis dan administrasi public, akuntasi, teknik, seni dan humaniora,
ilmu kelautan, ilmu bumi, meteorology, lingkungan dan lahan kering ilmu pertanian, hukum
islam.
Untuk gelar doktor memerlukan waktu 3 tahun setelah gelar master calon harus
menyerahkan Disertasi berdasarkan penelitian mandiri. Bidang-bidang yang ditawarkan
adalah hukum Islam, Bahasa arab dan studi Islam , Ilmu-Ilmu sosial, Islam propagasi,
Komunikasi dan Orientalisme.
Referensi lain mengenai pendidikan tinggi di arab saudi, terbagi menjadi dua bagian
utama yakni Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum. Namun demikian, sekarang sudah
sangat banyak universitas yang menggabungkan keduanya. Jenis perguruan tinggi di Arab
Saudi adalah institut untuk perempuan (college for women), institut administrasi publik
(institute of public administration) dan institut keguruan (teacher training college). Semua
universitas berada di bawah supervisi Kementerian Pendidikan Tinggi (Ministry of Higher
Education) kecuali Universitas Islam Madinah (Islamic University of Medinah), Universitas
terbaik di Arab Saudi untuk pendidikan agama Islam, yang berada di bawah supervisi dewan
menteri (Council of Ministers). Untuk memasuki perguruan tinggi di Arab Saudi, calon
mahasiswa harus memenuhi tes masuk perguruan tinggi (General Secondary Education
Certificate Examination) atau Tawjihi.
Pendidikan Tinggi Universitas
Untuk pendidikan tinggi universitas, tingkatannya sama seperti universitas pada
umumnya, yaitu: Strata 1 (Bachelor), Strata 2 (Master), dan Strata 3 (Doctor). Untuk S1,
waktu yang dibutuhkan adalah 4 tahun (minimal), tetapi untuk teknik, medis, dan farmasi
dibutuhkan minimal 5 tahun untuk menyelesaikannya. Untuk S2 (Master) dibutuhkan
minimal 2 tahun untuk menyelesaikannya dengan syarat harus sudah menyelesaikan S1.
Ada dua jalur untuk S2, dengan tesis (by thesis) atau dengan kuliah (by course).
Apabila kita mengambil jalur tesis, maka setelah menyelesaikan matakuliah yang sudah
ditentukan, kita harus menyelesaikan tesis kurang lebih selama satu tahun ( 2 semester),
sedangkan untuk jalur kuliah, kita hanya perlu menyelesaikas seluruh mata kuliah yang telah
ditentukan, namun dengan jumlah mata kuliah yang lebih banyak.
Untuk S3, lama waktu yang dibutuhkan adalah 3 tahun setelah menyelesaikan S2.
untuk S3, kita harus menyelesaikan mata kuliah dan mengumpulkan disertasi yang
merupakan hasil riset independen yang telah dilakukan. Selain itu, tambahan syarat kadang-
kadang diperlukan, seperti: minimal mempublikasikan jurnal internasioanl atau konferensi
internasional. Sebagai tambahan, ada beberapa universitas khusus untuk perempuan yang
sebagian besar berfokus kepada ilmu pendidikan. Jenjang yang tersedia untuk universitas
khusus perempuan ini mulai dari S1 sampai S3.
Universitas besar di Arab Saudi di antaranya King Saud University, King Fahd
University of Petroleum and Mineral, King Abdul Aziz University, King Faisal University, dan
universitas baru King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).
Pendidikan Tinggi Non Universitas
a. Technical College
Pendidikan tinggi ini setara dengan diploma yang harus diselesaikan selama 3 tahun.
Bidang-bidang yang tersedia: control otomatis, sistem elektrikal otomatis, otomotif,
perlengkapan elektrik, instalasi elektrik, kimia industri, elektronik industri, dan teknik
produksi.
b. Higher Technical Institute
Pendidikan ini seperti layaknya D1 yang dapat diselesaikan selama 1 tahun saja.
c. Higher Technical Institutes for Financial and Commercial Science
Pendidikan tinggi ini khusus untuk ilmu keuangan dan komersial. Kurikulum yang
tersedia adalah: akuntansi, korespondensi komersil dan bisnis, bahasa ingris, asuransi,
kebudayaan Islam, pemasaran dan periklanan, pembelian dan inventori, dan
kesekretariatan. Lama pendidikan yang harus ditempuh adalah selama 2 tahun.
d. The Institute of Public Administration
Lama studi untuk jenis pendidikan tinggi ini adalah selama 2 sampai 3 tahun. Bidang-
bidang yang tersedia adalah: perbankan (2 tahun), pemrosesan data elektronik (2.5 tahun),
administrasi rumah sakit (2 tahun), ilmu kepustakaan (3 tahun), ilmu personil (2 tahun), ilmu
kesekretariatan (2 tahun), dan ilmu pergudangan (2 tahun).
e. Teacher Training College
Untuk pendidikan keguruan terbagi menjadi 3 jurusan: guru sekolah dasar dan
menengah pertama (primary school), guru sekolah menengah atas (secondary school), dan
guru pendidikan lanjut (higher education).