perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BUDIDAYA TANAMAN PARE PUTIH (Momordica charantia L)
DI ASPAKUSA MAKMUR UPT USAHA PERTANIAN
TERAS BOYOLALI
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi
DIII Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan
Disusun oleh :
BENY KRISTIAWAN
H 3308062
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS HORTIKULTURA DAN ARSITEKTUR PERTAMANAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas segala
Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah
lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas
Petanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Heru Irianto, MM., selaku Koodinator Program DIII Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ir. Panut Sahari, MP., Ketua Program Studi DIII Agribisnis Minat
Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Ir. Pratignja Sunu, MP selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapak Ir. Suharto,PR, MP., selaku Dosen Penguji II.
6. Ibu Puji, selaku Pembimbing lapangan di tempat magang, yang telah
memberikan banyak ilmu selama magang di Aspakusa Makmur.
7. Bapak, Ibu serta semua keluarga yang ada di rumah, terima kasih atas
semua kasih sayang dan dorongan semangat yang telah diberikan.
Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu
dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih
banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi
perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Surakarta, Mei 2011
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3
A. Tanaman Pare............................................................................................ 3
B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare..................................................... 6
III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN........................................................ 18
A. Waktu dan Tempat……………………………………………………… 18
B. Metode Pelaksanaan................................................................................. 18
C. Sumber Data............................................................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 20
A. Kondisi Umum......................................................................................... 20
B. Kegiatan umum di Aspakusa Makmur Boyolali..................................... 24
C. Teknik Budidaya Tanaman Pare Putih Aspakusa Makmur..................... 36
D. Analisis Usaha Tani Tanaman Pare Putih/300 m² Aspakusa makmur.......39
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 43
A. Kesimpulan.............................................................................................. 43
B. Saran........................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Persiapan dan pengolahan lahan....................................................... 25
Gambar 4.2 Persemaian tanaman pare................................................................. 27
Gambar 4.3 Pemasangan ajir............................................................................... 29
Gambar 4.4 Pemasangan net............................................................................... 29
Gambar 4.5 Penyiangan rumput.......................................................................... 30
Gambar 4.6 Pemupukan....................................................................................... 31
Gambar 4.7 Pemangkasan cabang bawah pare putih............................................ 32
Gambar 4.8 Penyemptotan Insektisida dan Fungisida.......................................... 33
Gambar 4.9 Perambatan........................................................................................ 34
Gambar 4.10 Panen pare putih.............................................................................. 36
Ganbar 4.11 Crapping........................................................................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare.................................. 4
Tabel 4.1 Data komoditas yng ditanam tiap kecamatan kabupaten Boyolali...... 21
Tabel 4.2 Struktur organisasi Asosiasi Aspakusa Makmur.............................. 23
Tabel 4.3 Biaya Tetap Produksi Buah Pare Putih................................................ 39
Tabel 4.4 Biaya Variabel Produksi Buah Pare Putih............................................ 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan pare sebagai sayur tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Teknik budidayanya yang mudah dan tidak tergantung pada musim
menyebabkan tanaman ini tersedia hampir setiap saat. Meskipun demikian,
diantara beberapa jenisnya belum dibudidayakan secara komersial sehingga
hasilnya pun belum optimal.
Pare putih (Momordica charantia L) merupakan anggota famili
Cucurbitaceae dan tergolong tanaman herba berumur satu tahun atau lebih,
tumbuh menjalar dan memanjat. Batangnya mempunyai alat pembelit yang
terletak di dekat daun. Bentuk daunnya menjari, berbentuk kaki tanpa daun
penumpu. Tanaman ini berkelamin tunggal dan berumah satu/dua (Setiawan
dan Trisnawati, 1993).
Pare merupakan sayuran buah. Dahulu tanaman pare kurang diminati.
Tanaman ini hanya ditanam sebagai usaha sambilan mengingat rendahnya
permintaan dari konsumen. Sekarang dunia pare mulai semarak dengan
munculnya hasil-hasil penelitian tentang potensi tanaman tersebut, terutama
mengenai kandungan zat dan varietas-varietas baru yang lebih unggul dalam
hal rasa dan penampakan. Akhirnya sayuran ini mampu merambah
supermarket. Langkah maju ini menunjukkan bahwa pare telah membentuk
citra tersendiri (Anonim, 2008).
Pengembangan teknik budidaya suatu tanaman di suatu tempat kadang
berbeda dengan tempat lain yang disesuaikan dengan kondisi tanah, pengaruh
iklim dan pengaruh lainya. Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali merupakan
lembaga kerjsama agrobisnis antara Indonesia dengan Taiwan yang
mengembangkan dan mengenalkan suatu teknik bididaya tanaman kepada
petani lokal guna mensuplai kebutuhan konsumen baik daerah maupun
orientasi ekspor, akan tetapi Aspakusa Makmur sekarang berdiri sendiri dan
tidak bekerjasama lagi dengan Taiwan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dahulu tanaman pare hanya ditanam sebagai usaha sampingan, kerena
mengingat rendahnya permintaan dari konsumen. Namun sejak adanya
penelitian tentang kandungan zat yang terdapat didalamnya, maka permintaan
akan kebutuhan tanaman pare sekarang semakin meningkat. Peluang pasar
juga semakin terbuka, hal ini dapat dilihat dengan masuknya pare di
supermarket-supermarket. Teknik penanaman tanaman pare tergolong
sederhana, tidak memerlukan perlakuan khusus, kerena tanaman pare
mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi. Di beberapa daerah ada yang
sudah membudidayakan pare secara komersial.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan
mengenal lapangan kerja yang ada pada bidang pertanian secara luas.
b. Memperluas pengetahuan sehubungan antara teori dan penerapannya,
sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa terjun dalam dunia kerja.
c. Agar mahasiwa memperoleh pengalaman dan ketrampilan kerja yang
praktis, yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta
mengatasi permasalahan yang didapat dalam kegiatan di bidang
pertanian.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara langsung proses pembudidayaan tanaman pare.
b. Mengetahui teknis budidaya tanaman pare dari pengolahan tanah
sampai panen.
c. Melakukan pengamatan dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pada budidaya tanaman pare putih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Pare
Pare bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim
panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan pusat utama tanaman pare terdapat di Asia
tropis terutama daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma. Belum ditemukan data
atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia.
Pare baik sekali ditanam di dataran rendah, seperti tegalan maupun di pekarangan,
jika tanaman pare ditanam didataran tinggi, biasanya buahnya kecil-kecil dan pertumbuhan
buahnya kurang normal, syarat yang penting untuk tumbuhnya pare ialah tanahnya gembur,
banyak mengandung humus, dan pH nya antara 5-6. Tanaman tersebut tidak memerlukan
banyak sinar matahari, jadi dapat tumbuh di tempat yang agak teduh atau ternaungi.
Tanamam pare dianjurkan untuk ditanam di pekarangan rumah. Adapun waktu tanam yang
baik ialah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. (Hendro Sunarjono, 2004)
Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Sub-Devisio: Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica Charantia L.
Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat.
Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin.
Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan
bawahnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Rukmana, 1997).
Kriteria panen tanaman sayuran pare putih yaitu warna buah putih susu, berat sekitar
700 gram, ukuran buah 30x9 cm, daging tebal, tahan penyakit virus, cocok untuk suhu 16-350
C, semai hingga panen 65 hari (Chen Yi Sung dan Ratri Nuraini, 2004)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala,
sebagian bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Buah pare berbentuk bulat
panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan di dalamnya
terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta
permukaannya tidak rata (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Di bawah ini dapat dilihat daftar
kandungan gizi pada daun dan buah pare :
Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare
Nomor Zat Buah pare Daun pare 1. Air 91,2 g 80 g 2. Kalori 29 g 44 g 3. Protein 1,1 g 5,6 g 4. Lemak 1,1 g 0,4 g 5. Karbohidrat 0,5 g 12 g 6. Kalsium 45 mg 264 mg 7. Zat Besi 1,4 mg 5 g 8. Fosfor 64 mg 666 mg 9. Vitamin A 18 SI 5,1 mg 10. Vitamin B 0,08 mg 0,05 mg 11. Vitamin C 52 mg 170 mg 12. Folasin - 88 ug
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981)
Tanaman pare yang dibudidayakan pada umumnya dikelompokkan dalam tiga jenis,
yaitu :
1. Pare Putih (Pare Gajih atau Pare Bodas)
Pare ini berasal dari India dan Afrika. Pada abad ke-17 menyebar ke Brazil dan
sekarang telah menyebar ke Asia Tenggara, Cina dan Karibia. Ciri-ciri pare putih adalah
buahnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, dan berwarna putih. Permukaan buah
berbintil-bintil dengan ukuran besar dan arahnya sepanjang buah, rasa buah tidak begitu
pahit.
2. Pare Hijau (Pare Gengge atau Pare Kodok)
Ciri-ciri pare hijau adalah buah berbentuk lonjong kecil dan berwarna hijau.
Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus, rasa buah pahit.
3. Pare Ular (Pare Belut atau Pare Alas Leuweung)
Pare ular sebenarnya bukan genus Momordica, namun termasuk genus
Trichosanthus (Trichosanthus anquina L. sin. T. Cucumerina). Pare ini berasal dari India
dan sekarang telah tersebar ke Asia Tenggara, Jepang, Cina, Afrika Barat, Karibia,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Amerika (tropis) dan Australia. Ciri-ciri pare ular adalah buah berbentuk bulat panjang,
agak melengkung, dan panjangnya mencapai ± 60 cm. Permukaan (kulit) buah berwarna
belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular. Rasa daging buah tidak begitu
pahit (Rukmana, 1997).
Rasa pahit pada tanaman pare disebabkan oleh kandungan zat sejenis glukosida
yang disebut momordisin dan charantin. Para ahli kesehatan menemukan kandungan zat
lain pada tanaman pare, antara lain insulin dan resin. Meskipun semua pare rasanya pahit,
namun setiap jenis memiliki tingkat kepahitan yang berbeda-beda (Anonim, 2009)
Tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah
sampai ketinggian 500 m/dpl. Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering
menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Persyaratan iklim yang
dikehendaki tanaman pare, antara lain daerah yang mempunyai suhu antara 18°C-24°C,
tempatnya terbuka atau mendapat sinar matahari penuh, kelembapan udara cukup tinggi
antara 50%-70% dan curah hujannya relatif rendah (60mm-200mm/bulan) (Hendro
Sunarjono, 2004).
Lokasi kebun pare harus memenuhi persyaratan tanah yang memadai. Tanah yang
paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya
(pH) antara 5-6 (Nazaruddin, 1999).
B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare
1. Persiapan lahan tanam
Lahan untuk kebun pare disiapkan dalam bentuk bedengan atau langsung membuat
lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak antar lubang 60 cm – 200
cm. Tata cara penyiapan lahan untuk kebun pare adalah membersihkan lahan dari rumput
liar (gulma), lalu olah tanahnya sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur.
Tanah dikeringanginkan selama ± 15 hari. Kemudian buat bedengan berukuran
lebar 60 cm – 80 cm(sistem 1 baris) atau 2 m – 4 m(sistem 2 baris), tinggi 30 cm – 40
cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak antar bedengan 40 cm – 60 cm.
Lalu sebarkan pupuk organik (20 ton/ha) di atas permukaan bedengan. Sebaiknya pupuk
ini diberikan 2-3 minggu sebelum penanaman. Lalu sebarkan seluruh dosis pupuk
kompos organik dan pupuk SP 36 pada bedengan, lalu dicampur merata dengan lapisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanah atas. Pasang mulsa pada tiap bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik
dikeringanginkan selama 3-5 hari agar pupuk melarut dengan air tanah (Rukmana, 1997)
Jarak antar lubang pada mulsa 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Ukuran ini
bervariasi tergantung jenis tanaman dan jumlah pemberian pupuk dasarnya. Lubang
tanam dibiarkan terjemur matahari selama ± 3 hari agar bibit penyakit yang mungkin ada
terbasmi.
2. Penyiapan benih dan bibit
Tanaman pare dapat dibudidayakan secara langsung dengan biji atau melalui
persemaian.
a. Penanaman langsung
Untuk penanaman langsung, lahan yang telah disiapkan dapat dilubangi
dengan kedalaman 3-4 cm dengan jarak sesuai dengan jarak tanam yang dipilih. Ke
dalam tiap lubang tersebut dimasukkan 1-2 benih lalu ditutup dengan sedikit tanah
dan dibarengi dengan pemberian furadan untuk menangkal serangan nematoda yang
dapat merusak pertumbuhan benih. Supaya kelembapan tanahnya terpelihara, setelah
selesai penanaman tanah di sekitar tanaman tersebut disiram. Penyiraman selanjutnya
dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
b. Penanaman tidak langsung (melalui persemaian)
Persemaian bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tunas yang merata,
presentase daya tumbuh yang tinggi dan penghematan penggunaan benih. Persemaian
memerlukan tanah yang remah. Tanah yang keras akan mengganggu pertumbuhan
bibit. Di samping itu, tanah persemian juga harus cukup mengandung bahan organik
sehingga dapat menyimpan air. Tanah persemaian tidak perlu terlalu subur. Tanah
yang terlalu subur mengakibatkan pertumbuhan bibit terlalu cepat. Sebaliknya tanah
persemaian yang kurang subur menyebabkan pertumbuhan akar bibit relatif lebih
besar dari batangnya.
Langkah-langkah dalam persemaian adalah dengan menyiapkan plastik
polybag berukuran 8 cm x 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya. Siapkan media
semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Isi tiap
polybag dengan media semai hingga cukup penuh. Siram media semai dengan air
bersih hingga cukup basah. Semaikan benih pare yang telah berkecambah sebanyak 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
butir pada tiap polybag dengan kedalaman 1 cm – 1,5 cm. Biarkan benih pare tumbuh
hingga berdaun 3 - 4 helai. Siram secara kontinu 1-2 kali sehari atau tergantung cuaca
(Setiawan dan Trisnawati, 1993).
3. Penanaman
Waktu tanam pare yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Namun, di
daerah yang keadaan tanah atau pengairannya memadai penanaman dapat dilakukan
sepanjang tahun. Pada sistem penanaman melalui persemain, pemindahan bibit ke
lahan dapat dilakukan ketika bibit berdaun 3-4 helai. Bibit yang dipilih adalah yang
pertumbuhannya subur dan nampak sehat. Waktu tanam bibit pare yang paling baik
adalah pada pagi atau sore hari ketika suhu udara dan terik matahari tidak terlalu
tinggi.
Cara penanamannya adalah siram media semai dalam polybag dengan air
bersih hingga cukup basah. Keluarkan bibit pare bersama akar-akar dan tanahnya dari
polybag dengan cara membalikkan posisi bibit, kemudian polybag diambil secara
hati-hati. Letakkan bibit dalam lubang tanam yang telah disediakan. Timbunlah
dengan tanah di sekelilingnya dan tekan sedikit. Siram tanah di sekitar pangkal
batang bibit pare dengan air bersih hingga cukup basah (Anonim, 2009).
4. Pemeliharaan tanaman
a. Penyiraman (pengairan)
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman pare memerlukan ketersediaan air yang
memadai. Penyiraman dilakukan 2 x sehari, tergantung cuaca dan keadaan tanah. Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah tanah tidak terlalu basah
(menggenang) ataupun terlalu kering (Rukmana, 1997).
b. Pemupukan
Selain pupuk dasar, tanaman pare perlu juga diberi pupuk susulan berupa
campuran Urea dan kcl dengan perbandingan 1:2 untuk tanah berpasir. Sedangkan
untuk tanah liat komposisinya 1:2. Setiap tanaman diberi 6 gr, berarti untuk setiap
tanaman memerlukan 2 gr Urea dan 4 gr ZA.
Pupuk susulan pertama diberikan ketika tanaman berumur 3 minggu.
Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk sedalam 5 cm pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jarak 10 cm dari batang tanaman. Pupuk campuran tersebut diberikan lagi 2 minggu
kemudian dengan dosis ½ pupuk susulan pertama.
Selain pupuk tadi, tanaman pare juga diberi pupuk tambahan berupa pupuk
majemuk NPK dengan dosis 5 gr/tanaman. Pupuk majemuk ini diberikan 2 minggu
setelah pemberian pupuk susulan yang pertama. Interval pemberiannya 2 minggu
sekali sampai tanaman berusia 4 bulan.
Pupuk daun juga baik diberikan dengan konsentrasi 0,2% (2cc/liter) untuk tiap
tanaman. Interval penyemprotannya 1 minggu sekali. Pemupukan melalui daun
dilaksanakan untuk menghindari larutnya unsur hara sebelum dapat diserap oleh akar.
Beberapa unsur hara yang efektif disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca,
Mg serta unsur-unsur hara mikro. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
antara pukul 08.00-10.00 atau pada sore hari pada pukul 15.30-16.30. Untuk tanaman
pare, biasanya petani menggunakan pupuk daun Lauxin (Setiawan dan Trisnawati,
1993).
c. Pemasangan tempat merambat tanaman
Tanaman pare merupakan tanaman merambat dan berkulit buah tipis serta
halus. Oleh karena itu, perlu tempat merambat untuk menjauhkan buahnya dari tanah
agar tidak busuk. Tanaman yang berumur 2-3 minggu harus sudah dibuatkan turus
atau para-para. Bentuknya bisa bermacam-macam sesuai dengan jenis tanaman pare.
Macam-macam bentuk turus dan para-para adalah sebagai berikut :
1. Sistem ajir (turus)
Tata cara pemasangan ajir adalah dengan cara menyiapkan ajir dari bilah bambu
atau batang kayu kecil setinggi 2 m – 2,5 m. Tancapkan ajir di dekat tanaman pare
secara tegak ± 10 cm. Pasang bambu atau kayu yang menghubungkan ajir dengan
turus lainnya kemudian ikat erat-erat.
2. Sistem para-para mendatar
Tata cara pemasangan para-para mendatar adalah dengan menyiapkan tiang
bambu atau batang kayu kecil setinggi 1 m – 1,5 m dan bilah bambu untuk para-para
sesuai kebutuhan. Pasang (tancapkan) tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10
cm – 15 cm dari batang tanaman. Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para
secara mendatar yang menghubungkan antar bilah bambu, kemudian ikat erat-erat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Sistem para-para setengah lingkaran
Tata cara pemasangan para-para setengah lingkaran adalah dengan menyiapkan
bilah bambu minimal sepanjang 5 m. Tancapkan kedua ujung bilah bambu
membentuk setengah lingkaran yang menghubungkan antar tanaman pare. Pasang
bambu secara horizontal yang menghubungkan antar tiang, kemudian ikat erat-erat
(Rukmana, 1997).
d. Penyiangan
Gulma yang tumbuh di kebun pare merupakan pesaing dalam kebutuhan air,
unsur hara, dan sinar matahari bagi tanaman pare. Oleh karena itu, rumput perlu
disiangi (dibersihkan). Waktu penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan
penggemburan tanah dan pemupukan, yaitu saat tanaman pare berumur 15, 30, 45
atau tergantung keadaan pertumbuhan rumput liar. Penyiangan dilakukan dengan
mencabut atau membersihkan semua rumput liar secara hati-hati menggunakan
tangan ataupun cangkul ( Hendro Sunarjono, 2004).
e. Pemangkasan (perompesan)
Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3
minggu. Tunas yang tumbuh kesamping setelah pemangkasan dirambatkan ke kiri
dan ke kanan para-para atau ajir. Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman
berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong.
Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah atau terkena
serangan penyakit.
Panjang batang pare harus diatur untuk mendapatkan produksi optimum.
Panjang batang yang ideal untuk tanaman pare adalah 2-3m. Jika panjang batang
telah melebihi batas tersebut, maka harus dipangkas karena tidak akan produktif lagi
menghasilkan bunga. Bagian yang dipangkas adalah pucuknya. Pemangkasan dapat
menggunakan tangan atau gunting (Nazaruddin, 1999).
f. Pembungkusan buah
Tanaman pare yang berumur 1,5 – 2 bulan mulai berbunga betina yang kelak
menjadi buah. Pada stadium buah masih kecil atau pentil sebaiknya segera dilakukan
pembungkusan buah dengan kantong plastik, kertas minyak ataupun dengan
dedaunan. Pembungkusan buah pada stadium pentil bertujuan menghindari atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menekan kemungkinan serangan hama lalat buah penyebab busuk dan ulat pada buah
pare.
Cara membungkus buah pare adalah dengan menyiapkan bahan berupa kantong
plastik, kertas minyak atau dedaunan yang cukup lebar dan tali. Tentukan (pilih) buah
pare yang masih kecil (stadium pentil). Bungkuskan kantong plastik pada buah pare
hingga seluruh bagian buah tertutup. Ukuran pembungkus harus lebih besar daripada
buah pare. Ikat kantong plastik pada bagian pangkal atau tangkai buah pare erat-erat.
Biarkan buah pare terbungkus hingga ukurannya mencapai maksimal atau siap petik
(panen) (Anonim, 2009)
5. Pengendalian hama dan penyakit
Yang dimaksud dengan hama tanaman pare adalah semua binatang yang
merugikan tanaman ini. Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua
gangguan pada tanaman pare yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan juga
kekurangan unsur-unsur hara dalam tanah. Dari hasil penelitian para ahli, dapat
diidentifikasikan hama-hama yang mengganggu tanaman pare. Hama penting yang
sering menyerang tanaman pare adalah sebagai berikut :
a. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat ini menyerang pada malam hari, daun tanaman bisa ludes. Keesokan
harinya hanya tinggal tanaman yang rusak, sedangkan hamanya sudah bersembunyi
di dalam tanah. Ulat grayak atau Spodoptera litura merupakan keluarga Noctuidae.
Hama ini bersifat polifag (makan bermacam-macam famili tanaman). Ulat dan
ngengat ulat grayak hanya keluar pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari.
Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas, yaitu pada ruas perut
yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam, dibatasi
garis kuning pada samping dan punggungnya.
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara
mekanis, yaitu telur yang ada dan baru menetas diambil bersama-sama dengan daun
tempat menempelnya. Pengambilan ini jangan sampai terlambat sebab apabila ulat
telah besar akan bersembunyi di dalam tanah. Diberantas secara biologis, yaitu
disemprot dengan Bacillus thungiriensis atau Borrelinavirus litura. Pembersihan
gulma supaya tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ulat. Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Decis 2,5 EC
atau Supracide 40 EC sesuai konsentrasi yang dianjurkan.
b. Lembing atau Kumbang Daun (Epilachna sparsa)
Daun pare yang terserang lembing atau kumbang daun hanya tinggal tulang
daun. Daun menjadi kering dan kecoklatan. Akibatnya, produksi tanaman akan turun.
Bentuk lembing atau kumbang ini bulat, warnanya merah dengan bercak-bercak
hitam sebanyak 12-26. Lembing ini memiliki bulu-bulu halus. Lembing ini sangat
rakus dan dapat hidup lebih dari 3 bulan.
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara
mekanis, yaitu telur, larva dan kutu dapat ditangkap dengan tangan dan dimatikan.
Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Curacron 500 EC,
Decis 2,5 EC, Confidor 200 SL, Marshall dan lain-lain dengan konsentrasi yang
dianjurkan. Berusaha tani dengan mengembangkan sistem rotasi (pergiliran
tanaman).
c. Lalat Buah (Dacus cucurbitae Coq)
Gejala serangan lalat buah ini adalah daging buah tidak dapat dimakan karena
telah berubah menjadi air dengan ratusan belatung yang menjijikkan. Dari luar
keadaan buah tersebut tampak sehat. Jika menyerang batang, menyebabkan batang
menjadi bisulan dan buahnya menjadi kecil-kecil berwarna kuning. Pada tingkat
serangan berat menyebabkan buah busuk dan rontok.
Lalat yang dewasa ukurannya sedang ± 0,5 cm, warnanya kuning dan
sayapnya datar. Pada tepi ujung sayapnya terdapat bercak-bercak berwarna cokelat
kekuningan. Lalat ini menusuk kulit buah dengan meletakkan telur sekitar 100-120
butir. Telur ini akan menetas 2-3 hari kemudian, lalu menjadi larva (ulat) yang akan
membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama 2 minggu. Ulat
yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat
terowongan sedalam 2-5 cm dan berpupa.
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara kebersihan harus dijaga.
Semua buah yang telah terserang dikumpulkan menjadi satu dan dimusnahkan. Lalat
ditangkap dengan umpan minyak citronella yang dapat menarik lalat jantan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan protein hydrolysat dicampur insektisida, misalnya malathion. Lalat yang
memakan umpan tersebut akan mati. Tanah dicangkul atau dibajak sehingga
kepompong yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari dan mati. Buah
dibungkus dengan kertas minyak atau plastik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
d. Trips
Gejala yang ditimbulkan adalah daun muda dan tunas menjadi keriting,
tanaman menjadi kerdil. Penyebab dari gejala tersebut adalah hama yang bernama
ilmiah Thrips parvispinus Karny. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
melakukan sanitasi lingkungan dengan memusnahkan sisa tanaman dan inang yang
berada di sekitar tanaman pare. Dapat juga dengan menyemprotkan insektisida seperti
marshall, dimetoate, sipermetrin (Rukmana, 1999).
Penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab
penyakit ada beberapa macam, yaitu disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus,
kekurangan air dan lain-lain. Pada tanaman pare, beberapa jenis penyakit yang dapat
menyerang adalah sebagai berikut :
a. Penyakit embun tepung (powdery mildew)
Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah
tanaman. Daun yang terserang menjadi kuning, cokelat dan akhirnya mengering.
Selain daun, juga menyerang batang yang masih muda sehingga batang seperti
dilapisi oleh tepung (powder). Jika seluruh daun sudah terserang, tanaman akan
lemah dan mati atau buah yang dihasilkan tidak normal. Penyebab gejala tersebut
adalah cendawan Oidium sp.
Penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan mengurangi kelembapan di
sekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik,
membuang bagian yang terserang. Disemprot dengan fungisida sulfur berdosis
2gr/liter air sebagai pencegahan dan penyembuhan (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
b. Penyakit antraknosa
Gejalanya adalah daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah
juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Disebabkan oleh
cendawan Colletrichum sp. Pengendalian dilakukan dengan cara memusnahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bagian tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan
fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) (Rukmana, 1997)
c. Penyakit layu
Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mangerut
dan mengering. Bibit yang baru berkecambah dan tanaman muda akan mati beberapa
saat setelah terinfeksi. Tanaman dewasa yang terserang tidak akan sembuh. Gejala
tersebut disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.
Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang,
menyiramkan larutan fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) ke tanah
bekas tanaman yang sakit, dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan
patogen.
d. Penyakit virus
Gejala serangan tampak jelas pada daun muda, yaitu terdapat bercak
kekuning-kuningan. Penyakit ini menyerang semua stadium tumbuh. Penyebab gejala
tersebut adalah cucumber mosaic virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan cara
memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga),
menyeleksi bibit yang akan dipindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang agar
kondisi tanaman lebih baik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).
6. Panen dan pasca panen
a. Panen
Pemanenan buah pare tergantung pada tujuan penggunaannya. Buah yang
dipetik untuk tujuan konsumsi berbeda dengan buah yang dipetik untuk tujuan
pengadaan benih. Untuk tujuan konsumsi, buah dapat dipetik ketika belum tua benar.
Ciri-ciri buah pare siap dipanen adalah ukuran buah maksimum, namun tidak terlalu
tua. Bintil-bintil permukaan kulit tampak masih agak rapat dengan galur yang belum
melebar. Buah berwarna hijau keputih-putihan atau putih susu, tergantung jenis atau
varietasnya. Sedangkan ciri-ciri buah pare yang digunakan untuk pengadaan benih
adalah buah berwarna kuning, daging buah lunak dan bintil-bintil kulitnya sudah
melebar.
Panen pertama dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan sejak
tanam benih atau 2 bulan setelah pindah tanam bibit dari persemain. Panen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berikutnya dilakukan secara periodik 2 kali dalam seminggu atau tergantung
kebutuhan. Cara panen buah pare adalah dengan memetik satu persatu bersama
sebagian tangkai buah. Pemetikan dilakukan secara perlahan dan hati-hati dengan
tangan, pisau maupun gunting tajam (Nazaruddin, 1999).
b. Pasca panen
Pare termasuk sayuran yang mudah rusak dan cepat busuk. Untuk
mempertahankan kesegaran buah pare perlu penanganan pasca panen yang memadai.
Setelah hasil panen dikumpulkan dalam tempat penyimpanan seperti karung,
keranjang atau container lalu dilakukan sortasi dan grading. Hal ini betujuan untuk
mengklasifikasikan buah menurut jenis, ukuran (berat) dan warna. Kemudian buah
dibersihkan dengan cara dicuci dan dikeringkan. Pengemasan dapat dilakukan dengan
memasukkan buah pada kantong plastik ataupun disesuaikan permintaan pasar.
Setelah itu buah dapat dipasarkan kepada konsumen baik secara langsung ataupun
tidak langsung (Hendro Sunarjono, 2004).
7. Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh kegiatan usaha
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran mencakup usaha perusahaan
yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan,
menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai,
menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut.
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu
sistem (Dharmmasta dan Handoko, 1997).
8. Analisis usaha tani
Ilmu usaha tani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh
dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, pengelolaan) yang terbatas
untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Beberapa
elemen dalam teori ekonomi yang mungkin sangat penting dan relevan terhadap
penelitian usaha tani mencakup prinsip keunggulan komparatif, kenaikan hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berkurang, substitusi, analisis biaya, biaya yang diluangkan, pemilihan cabang usaha
dan bakutimbang tujuan.
Prinsip analisis biaya ini sangat penting untuk diketahui, karena tiap petani
dapat menguasai pengaturan biaya produksi dan usaha taninya. Penggolongan biaya
produksi berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada
kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contohya sewa lahan. Biaya tidak
tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya
ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi, contohnya upah kerja. Penentuan
apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau biaya tidak tetap tergantung sebagian
pada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu dipertimbangkan (Soekartawi, et al,
1986).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di
ASPAKUSA MAKMUR, yang beralamat di Desa Teras, Kec. Teras, Kab.
Boyolali, Jawa Tengah. Adapun pelaksanaan magang ini kurang lebih 1 bulan,
yaitu dari tanggal 14 Februari - 16 Maret 2011.
B. Metode Pelaksanaan
Pada Praktek Kerja Magang (PKM) ini metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Observasi (pengamatan)
Kegiatan Observasi (pengamatan) ini dilakukan secara rutin
selama berlangsungnya kegiatan PKM. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk melengkapi data yang sudah diperoleh yang akan dipergunakan
sebagai materi dalam penyusunan laporan praktek kerja magang.
2. Wawancara
Metode wawancara yang dilakukan dalam kegiatan PKM ini yaitu
dengan cara melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau
pihak yang terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan teknologi benih unggulan tanaman pare.
3. Pelaksanaan Kegiatan Magang Perusahaan
Praktek kerja magang dengan secara langsung mengikuti kegiatan
teknologi benih unggulan tanaman pare. Selain itu juga mengikuti semua
kegiatan yang dilaksanakan di ASPAKUSA MAKMUR sesuai jadwal
yang telah ditentukan.
4. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia
yang berhubungan dengan kegiatan praktek magang. Data tersebut
didapatkan dari internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat
informatif dan relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden. Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini data primer diperoleh
dari wawancara dengan manajer perusahaan, karyawan maupun masyarakat
sekitar perusahaan dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner yang
dibuat oleh penulis.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumber. Dalam kegiatan magang ini yang menjadi sumber data
sekunder yaitu diambil dari buku, arsip dan jurnal yang berhubungan
dengan kegiatan magang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum
1. Profil Asosiasi Aspakusa Makmur
Aspakusa Makmur adalah kelompok agribisnis yang terbentuk bulan November 2005
atas prakarsa pimpinan Taiwan Technical Mission, Mr. Lee Ching Shui. Kelompok ini
dibina Taiwan Technical Mission dalam hal budidaya, serta pasca panen sampai
pemasarannya sehingga dapat berkembang baik seperti saat ini. Peran pemerintah dalam hal
ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali
dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali juga sangat besar kontribusinya untuk
kemajuan kelompok agribisnis Aspakusa Makmur. Kelompok ini berlokasi di kecamatan
Teras, Kabupaten Boyolali yang beranggotakan petani asparagus, bunga kucai, sayur-
sayuran dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali.
Komoditas asparagus dan bunga kucai merupakan komoditas andalan kelompok ini di
karenakan belum banyak petani yang membudidayakan tanaman ini, pangsa pasar masih
terbuka luas dan harga yang stabil, namun demikian sayuran yang lain juga sangat penting.
Dalam melaksanakan kegiatan agribisnis yaitu pengiriman sayur ke berbagai
supermarket dilaksanakan oleh manajer, supir, dan tenaga grading. Pada awalnya
pembentukan kelompok, pemasaran hanya di supermarket Hokky Panglima Sudirman
Surabaya, Hakiki Farm dan Harya di Jakarta, kemudian atas bimbingan Taiwan Technical
Mission, Mr. Wu Chiung Feng ahli pemasaran dari Taiwan Technical Mission, menambah
kerjasama dengan beberapa supermarket baru sehingga tujuan pemasaran saat ini menjadi
13 lokasi yaitu :
Semarang : Hypermart Java Mall, Carrefour Semarang, Carrefour Srondol.
Surabaya : Hokky Panglima Sudirman, Hokky Graha Family
Solo : Hypermart Grand Mall, Hypermart Solo Square, Carrefour Solo Baru, Sunday
market
Yogyakarta : Carrefour Ambarukmo, Carrefour Maguwo
Selain di supermarket kami juga mengadakan promosi langsung ke konsumen di
Sunday market Gelora Manahan Solo setiap hari Minggu. Jenis sayuran yang kami pasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
± 128 macam sayuran yang merupakan sayuran dataran tinggi dan dataran sedang dan
biofarmaka.
Demi mengikuti perkembangan zaman dan meningkatkan daya saing kelompok
Aspakusa Makmur juga mengembangkan berbagai macam sayuran organik yang tentu saja
tak lepas dari bimbingan Taiwan Technical Mission. Hingga saat ini telah berdiri beberapa
unit green house khusus untuk mengembangkan sayuran organic. Sayuran organik itu antara
lain: Caisim, Sawi sendok, Daun bawang besar, Tomat, Wortel, Selada Keriting, Bayam
merah, Kailan, Brokoli, Kangkung, Zukini, buncis, dan lain-lain.
Demi mengikuti perkembangan dan lebih memantapkan kelembagaan maka kelompok
ini bermetamorfosis dari Kelompok Agribisnis Aspakusa Makmur Boyolali menjadi
Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali.
Hingga saat ini jumlah anggota ( 37 orang ) dan anggota mitra ± 103 orang tersebar di
berbagai wilayah kabupaten Boyolali namun di wilayah Ampel dan Selo hanya ketua
kelompoknya saja yang menjadi anggota. Komoditas yang dibudidayakan petanipun
menyesuaikan dengan wilayah masing-masing sehingga tercipta keberagaman produksi.
Tabel 4.1. Data komoditas yang ditanam tiap kecamatan kabupaten Boyolali
Wilayah
Kecamatan
Jumlah
petani Luas m2
Komoditas yang ditanam
Selo 22 66000 Labu siam,kapri, kol putih, sawi putih, kentang
Teras 6 7000 Bayam merah, bayam hijau, gambas, jagung manis, timun lokal,kangkung, pare putih, pare hijau
Boyolali
kota
8 4000 Bunga kucay, daun genjer, bunga genjer
Ampel 32 40500 Tomat, boncis kecil, lobak,sawi asin, timun jepang
Sumber : Analisis Data Sekunder
2. Letak Geografis
Praktek Kerja Magang (PKM) di Aspakusa Makmur Teras, Boyolali terlatak di
Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dan mempunyai batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Sambi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebelah Selatan : Kecamatan Tulung
Sebelah Barat : Kecamatan Mojosongo
Sebelah Timur : Kecamatan Banyudono
3. Keadaan Alam
Jenis tanah di Aspakusa Makmur Boyolali adalah regosol coklat keabuan dengan
struktur tanah geluh berpasir dan Ph tanahnya berkisar 5,5-6 dengan topografi datar,
sedangkan iklim daerah tersebut adalah :
Suhu udara : 200 – 300 C.
Curah hujan : 200 mm/tahun – 1600 mm/ tahun.
Ketinggian tempat : 250 mdpl
Kelembapan tanah : 50% - 80%
Aspakusa Makmur di Boyolali memiliki komoditas utama adalah tanaman
hortikultura. Adapun area agroklimat usahanya adalah sebagai berikut :
Kecamatan Teras, mewakili dataran rendah – dataran sedang
Kecamatan Cepogo, mewakili dataran sedang – dataran tinggi
4. Struktur Organisasi Aspakusa Makmur
Tabel 4. 2. Struktur Organisasi Asosiasi Aspakusa Makmur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Tugas dan Kewajiban pengurus
a. Menjalankan peraturan – peraturan dalam anggaran dasar
b. Membuat rencana anggaran rumah tangga mengenai semua hal yang tidak atau tidak
cukup diatur dalam anggaran dasar dengan membuat peraturan – peraturan yang berguna
untuk Asosiasi
c. Membuat rencana kerja Asosiasi
d. Membuat laporan kegiatan per tahun
e. Mewakili Asosiasi untuk tugas- tugas keluar
f. Memajukan assosiasi
g. Membangun kerjasama dengan pihak lain untuk menguatkan asosiasi.
ASPAKUSA MAKMUR
PENGURUS
MANAJER PEMASARAN
MANAJER LAHAN
KEUANGAN
TENAGA GRADING + SUPIR
A N G G O T A
JAGA MALAM
TENAGA LAHAN
BKP Prov. JATENG DISTANBUHUT Byll KKP Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Susunan Pengurus
Ketua : Purwanto
Bendahara : Suwoto
Sekretaris : Sudono
Seksi
Produksi : Marsudi
Pengadaan Barang : Suyatno
3. Visi dan Misi
a. Meningkatkan kesejahteraan petani
b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) anggota dan masyarakat
c. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian sesuai agroklimatnya
d. Meningkatkan kwalitas dan kwantitas produk pertanian
B. Kegiatan Umum di Aspakusa Makmur
Kegiatan – kegiatan Asosiasi Aspakusa Makmur antara lain :
1. Pelatihan bagi siswa/ mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan pelatihan
meliputi budidaya, penanganan pasca panen, sortasi, pengemasan, hingga pemasaran.
2. Penelitian/percontohan membudidayakan berbagai sayuran baru sebelum diterapkan oleh
petani misalnya pare putih, sukini dan lain-lain.
3. Bekerjasama dengan supermarket Carrefour, Hypermart dan lainya untuk memasarkan
hasil panen petani.
4. Melakukan sortase hasil panen petani sebelum dikirim ke berbagai supermarket.
5. Sebagai wahana tukar pengalaman dan studi banding bagi kelompok lain.
6. Jual langsung ke konsumen setiap hari Minggu di Sunday market Gelora Manahan Solo.
7. Turut serta dalam berbagai pameran ataupun pasar petani.
8. Memproduksi sekaligus memasarkan minuman segar siap konsumsi, yaitu juice rosella
yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
C. Teknis Budidaya Tanaman Pare Putih Aspakusa Makmur
Dalam proses budidaya pare putih di Aspakusa Makmur memerlukan cara budidaya
yang benar agar dihasilkan buah pare putih yang berkualitas dan baik. Disamping itu juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dibutuhkan cara penanganan buah pare putih pada periode pra panen, panen dan pasca panen
yang dapat menjaga mutu benih agar lebih baik. Di bawah ini cara budidaya tanaman pare
putih :
1. Persiapan dan pengolahan lahan
Gambar 4.1.
Persiapan dan
pengolahan
lahan
Tahap
awal dalam
tata laksana
budidaya
tanaman pare
putih adalah pemilihan lokasi yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Sebelum
ditanam, tanah terlebih dahulu diseterilkan dengan cara tidak ditanami pare secara terus
menerus melainkan digilir penanamannya dengan tanaman lain atau dengan menerapkan
sistem rotasi tanaman. Persiapan dan pengolahan lahan ini dilakukan ± 1 bulan sebelum
tanam. Setelah panen dilakukan, lahan didiamkan selama ± 1 minggu agar bibit penyakit
yang mungkin ada dalam tanah dapat terbasmi oleh sinar matahari.
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan gulma yang ada pada lahan, agar
tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pare putih.
Kemudian tanah dibajak atau dicangkul supaya menjadi gembur, lalu dibuat
bedengan setengah jadi dengan campuran pupuk kompos organik 650kg/300 m² dan
pupuk SP36 17 kg /300 m². Ukuran lebar 120 cm, panjang 20 m, tinggi 30 cm. Dalam 1
bedengan ditanami 15 tanaman pare, sedangkan jarak antar bedengan yang digunakan
untuk saluran irigasi adalah ± 30cm. Jarak tanamnya 120 cm, ukuran ini dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan.
Setelah bedengan setengah jadi selesai dibuat, kemudian didiamkan terlebih
dahulu selama 3-4 hari agar komposisi pupuk yang diberikan tersebut dapat tercampur
dengan matang. Kemudian dilakukan penimbunan tanah agar bedengan menjadi
sempurna, dengan ukuran 50cm. Pemasangan mulsa hendaknya sampai bawah bedengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hingga hampir menutup semuanya, untuk mempersempit pertumbuhan gulma. Lubang
tanam dibuat dengan menggunakan kaleng susu bekas dengan ukuran ± 10cm. Kemudian
para-para yang terbuat dari bambu dipasang dengan tinggi 2,5 m, pada setiap lubang
tanam dengan kedalaman ± 20cm dan tiap batang dihubungkan dengan batang lainnya
berbentuk mendatar dan dipasangi net untuk tempat menjalarnya tanaman pare putih.
2. Pemulsaan
Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan telah diratakan, sebelum dipasang
mulsa pastikan bedengan sudah ditaburi pupuk kompos organik 650 kg/300 m2 dan SP
36 17 kg/300 m2 .Kemudian pasang mulsa plastik hitam perak dengan panjang 20 m
dalam 8 bedengan dan dibuat lubang tanam dengan jarak 120 cm pada setiap bedengan.
Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada siang hari. Warna perak mulsa
plastik berada dipermukaan atas bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik dikering
angin selama 3 – 5 hari agar pupuk melarut dengan air tanah.
3. Persemaian
Gambar 4.2.
Persemaian
tanaman
pare putih
Sebe
lum ditanam
di lahan,
tanaman
pare melalui proses persemaian terlebih dahulu agar bibit yang ditanam terseleksi dengan
baik untuk menghasilkan tanaman berkualitas dan sehat. Benih yang digunakan yaitu
benih dari Taiwan dengan varietas Highmoon dengan berat 10 gram yang berisi 50 biji.
Media semai yang digunakan adalah dari tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 2
lalu dicampur dan dimasukkan dalam tempat persemaian yaitu pottrey yang tiap 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pottrey berisi 100 lubang, cara memasukkan media dalam media sendiri diratakan
dengan menggunakan potongan bambu dan kemudian diratakan. Untuk pematahan
dormansi sebelum benih pare disemai pecahkan kulit biji pada bagian pangkal biji
dengan menggunakan gunting dengan tujuan agar benih cepat tumbuh akarnya, karena
biji pare merupakan biji yang memiliki cangkang (kulit) yang keras. Setelah peletakan
benih, kemudian rendam benih selama ± 12 jam dalam toples dan setelah selesai
perendaman, buang air rendaman tersebut dan bilas benih dengan air bersih, kemudian
benih ditanam di setiap lubang pottrey yang sudah berisi media. Setelah selesai ditanam
media disiram dan diletakkan di tempat yang atasnya ditutup dengan atap plastik. Setelah
bibit berumur 14-15 hari dapat ditanam di lahan yang telah disiapkan.
4. Penanaman
Dalam penanaman pare putih untuk pemanfaatan lahan menggunakan sistem
tumpangsari dengan ditanam sawi asin karena umur panen pare putih yang lama kita
tanami sayuran sawi asin sebab perawatannya mudah dan tidak banyak hama yang
menyerang sekaligus umur panen yang relatif cepat sehingga sebelum pare putih panen
sawi asin sudah bisa panen.
Penanaman bibit pare putih dilakukan pada pagi sebelum jam 9 atau sore hari
setelah jam 3, agar suhu matahari tidak terlalu panas. Sebelum bibit ditanam, bedengan
disiram terlebih dahulu agar lembab. Penanaman dilakukan dengan cara media pada
pottrey dibasahi dengan air agar mudah dilepas, kemudian pottrey dibalik dengan
perlahan untuk mengeluarkan seluruh akar beserta tanah yang sudah mengepal bersama
media tanah sehingga tanaman tidak akan stres. Kemudian dimasukkan dalam lubang
yang telah disiapkan sedalam 2-3cm, tekan sedikit dengan posisi bibit tegak lurus. Lalu
siram tanah di sekitar tanaman untuk menjaga kelembapan dan untuk mengurangi tingkat
kelayuan tanaman pare.
5. Pemeliharaan
a. Pengairan
Pada awal pertumbuhan tanaman pare memerlukan ketersedian air yang cukup
untuk pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan secara kontinu 3 hari sekali pada pagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan sore hari, tergantung pada keadaan tanah dan cuaca. Dalam pengairan jangan
terlalu basah (menggenang) atau terlalu kering. Pengairan dilakukan dengan cara dileb
atau disiram di sekeliling tanaman. Seusai pengairan, keadaan air dalam parit atau
saluran irigasi tidak boleh menggenang. Hal ini bertujuan agar akar tanaman tidak
terendam air sehingga mengakibatkan kebusukan.
b. Pemasangan Tempat Merambat Tanaman
Tanaman pare bersifat menjalar/merambat. Pada awal pertumbuhan tanaman (
setinggi 0,5 cm ) harus segera dipasang ajir atau tempat merambat agar kelak buah
pare tidak mengenai tanah. Cara memasang tempat merambatkan tanaman pare putih
adalah sebagai berikut :
1. Pemasangan ajir
Gambar 4.3. Pemasangan Ajir
Tata cara pemasangan ajir yaitu
a) Siapkan ajir dengan membelah bambu setinggi 1 m.
b) Tancapkan ajir di dekat tanaman pare putih secara tegak sampai mengenai net di
atasnya.
c) Ikat tanaman pare dengan menggunakan tali rapiah dan mengikatnya sendiri jangan
terlalu kencang karena bisa mengkibatkan tanaman mati, penalian menggunakan
cara teknik menyilang agar tanaman pare selalu tumbuh ke atas.
2. Pemasangan para-para mendatar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.4. Pemasangan net
Tata cara pemasangan para-para mendatar yaitu
a) Siapkan tiang bambu setinggi 2, 5 m dan bilah bambu untuk di pasang di atasnya
yang selanjutnya untuk tempat pemasangan net.
b) Pasang/tancapkan tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10 cm-15 cm dari
batang tanaman.
c) Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para mendatar kemudian tali erar-erat.
d) Pasang net di atas para-para kemudian tarik ke bawah dan tali dengan kuat.
c. Pengendalian gulma (penyiangan)
Gambar 4.5. Penyiangan rumput
Penyiangan dilakukan sedini mungkin dengan mencabut rumput (gulma) secara
manual agar pertumbuhan tanaman pare putih tidak terganggu. Jika sudah terlihat ada
rumput langsung dicabut dan dibuang, tidak dibiarkan besar baru dicabut karena
rumput tersebut akan mengambil unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh
tanaman pare. Minimal penyiangan dilakukan 1 minggu sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Pemupukan
Gambar 4.6. Pemupukan
Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare putih agar tumbuh baik dan subur
serta ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan
pemupukan susulan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk ZA dicampur dengan ponska
dengan dosis 5 kg dan 3 kg per luas lahan 300 m² pada 3 minggu hari setelah tanam
dengan interval pemupukan 1 minggu sekali. Kemudian 1 minggu kemudian memberi
pupuk dengan campuran pupuk Za dan Mutiara dengan dosis 5 kg dan 3 kg per luas
lahan 300 m², pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan segenggam pupuk di
dalam lubang tanam mulsa ± 30 cm dari pangkal batang, pemupukan ini bertujuan
untuk menyamakan pertumbuhan tanaman pare. Kemudian untuk pemupukan susulan
dilakukan sebulan sekali yaitu dengan menggunakan pupuk Za 5 kg/300 m2 . Pupuk
ZA mengandung senyawa Sulfur dalam bentuk Sulfat yang mudah diserap dan
Nitrogen dalam bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman, manfaat
pupuk ZA bagi tanaman pare sendiri yaitu memperbaiki rasa dan warna hasil panen
dan tanaman lebih sehat serta lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (hama,
penyakit, kekeringan).
e. Penyulaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Apabila terlihat dalam suatu lubang, tanamannya mati maka langsung dilakukan
penyulaman atau penggantian dengan tanaman baru yang lebih baik. Penyulaman
dilakukan maksimal 5 hari setelah tanam bibit, apabila dilakukan lebih dari itu maka
pertumbuhan tanaman tidak akan maksimal karena sudah tertinggal jauh
pertumbuhannya dengan tanaman yang lain sehingga mengakibatkan tanaman tumbuh
tidak seragam.
f. Pemangkasan
Gambar 4.7. Pemangkasan cabang bawah pare putih
Tanaman pare putih merupakan jenis tanaman yang tumbuhnya merambat
seperti tanaman pare jenis yang lainya dan memiliki banyak cabang. Maka dari itu
pemangkasan perlu dilakukan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal dan
menghasilkan buah yang maksimal pula, pemangkasan dilakukan pada cabang ke-5
atau pada cabang batang 50 cm ke bawah. Pemangkasan dilaksanakan 3 kali yaitu saat
umur 3 minggu dan 5 minggu dengan tujuan agar tunas tumbuh melebar. Sedangkan
pemangkasan berikutnya pada umur 6 minggu dengan membuang cabang yang tua dan
tumbuh, daun kering serta cabang yang rusak pemangkasan dilakukan dengan
menggunakan pisau atau gunting.
Pemangkasan dilakukan pada waktu pagi hari agar luka yang ditimbulkan cepat
mengering. Setelah dilakukan pemangkasan lalu cabang yang dipelihara dirambatkan
kekanan dan kekiri pada lanjaran atau para-para, pada setiap batang terdapat 2 cabang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanaman pare. Batang diikat dengan tali rafia, pengikatan tidak terlalu kencang tetapi
dapat menahan cabang dengan baik yaitu dengan cara tali rapiah di tali pada batang
pare secara menyilang agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.
g. Pengendalian hama dan penyakit
Gambar 4.8.
Penyemprotan
Insektisida dan Fungisida Pare putih
Salah satu kendala yang paling berarti dalam budidaya tanaman pare putih
adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Hama yang menyerang
adalah kumbang, lalat buah, dan ulat daun. Sedangkan penyakit yang menyerang
tanaman pare putih adalah penyakit bercak daun akibat jamur cercospora dan layu
tanaman akibat cendawan (jamur) Fusarium oxysporium. Penyakit tersebut
diakibatkan karena musim hujan yang terus-menerus sehingga memudahkan jamur
untuk cepat berkembang biak dan dengan cepat penyebarannya. Untuk mencegah
serangan hama dan penyakit tersebut dapat disemprotkan fungisida Dithan 55 gr/14 lt
per luas lahan 300 m². Sedangkan insektisida yang disemprotkan adalah Curacron,
Desis dan Confidor dengan dosis 10 ml/14 lt per luas lahan 300 m². Penyemprotan ini
dilakukan 1 minggu sekali setelah 5 hari tanam. Penyemprotan menggunakan 2 alat
penyemprot yaitu handsprayer untuk menyemprot tanaman pare putih yang masih
muda dan sprayer untuk menyemprot tanaman pare putih yang tua dan untuk
pengendalian ulat daun sendiri dengan cukup memilah-milah daun bagian bawah,
apabila ada ulat cukup dibasmi dan dimatikan dengan tangan dan tanda –tandanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
daun berlubang. Sedangkan untuk tanaman pare putih yang terkena penyakit layu
fusarium untuk segera dipotong tanamannya atau dicabut agar tidak menyebar ke
tanaman lain karena fusarium cepat sekali penyebaranya apalagi pada saat musim
hujan sekarang ini.
Apabila hama dan penyakit telah menyerang maka pengendalian yang dapat
dilakukan adalah dengan membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman pare,
mengumpulkan dan mematikan vektor, membuang daun atau bagian tanaman yang
terserang jika serangan masih sedikit namun bila serangan telah menyebar dan banyak
di bagian tubuh tanaman maka tanaman tersebut langsung dibuang dan dimusnakan
agar tidak menyebar ke tanaman yang lainnya. Selain itu untuk mencegah juga
dilakukan dengan memberikan air irigasi yang bersih, maksudnya adalah air tidak
berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik atau air yang sudah tercemar.
h. Perambatan
Gambar 4.9. Perambatan
Tanaman pare putih yang sudah berumur 3 minggu cabang -cabang tanaman
akan memanjang, bagian cabang yang bawah harus di pangkas sedangkan yang bagian
ujung atau atas harus dirambatkan ke atas samping pada net agar cabang tidak
merambat turun ke tanah dan kelak buah tidak mengenai tanah serta buah akan
menggantung di atas net sehingga mudah saat pemanenan. Perambatan harus
dilakukan secara hati-hati dan pelan – pelan agar batang tidak rusak atau putus yang
mengakibatkan tanaman pare tidak bisa tumbuh ke atas tetapi menyebabkan
munculnya cabang baru yang akan tumbuh ke samping dan bisa pula menyebabkan
tanaman layu dan mati apabila tidak dilakukan secara hati-hati. Tanaman pare tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dirambatkan sampai mengelilingi para-para yang mendatar agar memudahkan saat
memanen buah pare putih.
i. Pembungkusan Buah
Tanaman pare putih yang berumur 1,5-2 bulan mulai berbunga betina yang
kelak menjadi buah. Pada stadium buah yang masih kecil atau pentil sebaiknya segera
dilakukan pembungkusan buah atau pembrongsongan dengan menggunakan kantong
plastik/ plastik polybag yang bewarna hitam. Pembungkusan buah pada stadium kecil
bertujuan menghindari atau menekan kemungkinan serangan hama lalat buah
penyebab busuk dan ulat buah pare putih.
6. Panen
Gambar 4.10. Panen pare
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah usia tanaman 60 hari atau sekitar 2 bulan, panen pertama dapat dilakukan.
Pare putih yang siap panen adalah buah yang telah berwarna putih susu, ukuran buah
maksimum dan memiliki daging buah yang tebal serta bintil-bintil permukaan kulit
tampak melebar dan merata apabila binti-bintil masih rapat berarti buah pare putih
tersebut masih memungkinkan untuk bertambah besar. Perlu diperhatikan juga sebelum
panen pertama sebaiknya buah pertama yang muncul untuk segera dipotong agar memacu
perkembangan buah kedua, ketiga dan selanjutnya menjadi memanjang dan besar serta
maksimal karena apabila buah pertama tidak dipotong pun buah pare tersebut bentuknya
akan bulat besar dan tidak maksimal. Cara pemanenan yaitu dengan memotong tangkai
buah dengan perlahan bisa menggunakan pisau, gunting atau tangan kosong, saat
pemanenan dilihat buah pare putih yang masih dibrongsong dengan polibag berwarna
hitam dengan cara meraba brongsong tersebut dan dilihat, apabila sudah memungkinkan
untuk siap panen brongsong kembali ditutupkan ke seluruh bagian pare putih kemudian
potong pada tangkai buah dan masukkan ke dalam rak beserta bronsongnya secara hati-
hati agar buah tidak rusak atau luka. Untuk panen selanjutnya dapat dilakukan dengan
melihat kenampakan fisik tanaman pare, sampai buah habis dapat dilakukan ± 20 kali
petik tergantung jenis dan varietas tanaman pare. Pemanenan dilakukan 1 minggu 3 x
dengan interval panen 3 hari sekali, yaitu panen dilakukan pada hari senin, rabu dan sabtu.
Panen dilakukan dengan frekwensi 20 kali panen dan mendapatkan hasil 800 kg, jadi
dapat diperoleh rata-rata setiap satu tanaman pare putih dapat menghasilkan 6,6 kg buah
dan setiap satu tanaman rata-rata menghasilkan ± 10 buah. Kendala dari kurang
maksimalnya hasil panen juga dikarenakan musim hujan secara terus-menerus sehingga
mengakibatkan bunga menjadi berguguran dan serangan lalat buah. Setelah panen pare
putih harus dihindarkan dari terik matahari langsung. Buah yang telah dipetik kemudian
diletakkan dalam krak yang selanjutnya dimasukkan dalam coolroom dan menunggu
proses selanjutnya.
7. Pasca panen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.11. Crapping
Setelah buah dikumpulkan di gudang penyimpanan, proses selanjutnya adalah
disortasi atau pengkelasan dengan memilih buah pare yang mulus (baik), layu, busuk atau
abnormal. Setelah dilakukan sortasi buah pare putih yang berkualitas bagus dilakukan
perlakuan crapping yaitu dengan membungkus pare satu persatu dengan lapisan plastik
dengan menggunakan alat hand wrapper, setelah selesai ngrapping pare putih yang sudah
dicrapping diberi label Aspakusa Makmur. Kemudian setelah selesai semua pare putih
dimasukkan kembali dalam krak dengan berat 2 kg dan ditimbang bersama krak tersebut,
selesai ditimbang pare putih disimpan ke dalam coolroom.
8. Pemasaran
Buah pare putih dalam pemasaran untuk kualitas yang A dikirim ke supermarket-
supermarket yang sudah terikat kerjasama dengan Aspakusa Makmur. Pengiriman
dilakukan menunggu daftar pesanan tiap supermarket yang membutuhkan stok pare putih.
Misalnya Hypermart Solo GrandMall membutuhkan stok pare putih 50 kg pada hari senin,
kemudian tenaga sortir Aspakusa Makmur menyiapkan pare putih 50 kg dan dikirim ke
Hypermart Solo Grandmall pagi hari. Pemasaran juga dilakukan di Manahan Solo setiap
hari Minggu jam 5 pagi sampai jam 12 siang. Aspakusa Makmur mematok harga pare
putih per 1 kg dengan harga Rp 5.500. Sedangkan untuk yang kualitas rendah (B)
dipasarkan ke pasar-pasar tradisional dengan harga per 1 kg Rp 4000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Analisis usaha tani
ANALISIS USAHA TANI
PRODUKSI BUAH PARE PUTIH PER 300 m² (dalam 4 Bulan)
DI ASPAKUSA MAKMUR TERAS BOYOLALI
Tabel 4.3 Biaya Tetap Produksi Buah Pare Putih
No. Keterangan Kebutuhan Umur
Ekonomis (bulan)
Harga (Rp)
Total Kebutuhan
(Rp)
Total Biaya (Rp)
1. Sewa lahan 1 4 270.000 270.000 270.000 2 Cangkul 3 50 50.000 150.000 12.000 3 Gembor 1 40 20.000 20.000 2.000 4 Gunting 2 40 5.000 10.000 1.000 5 Bambu 100 20 2.000 200.000 40.000 6 Net 4 40 100.000 400.000 40.000 7 Potrey 3 24 20.000 60.000 10.000 8 Mulsa 160 m 10 2000 320.000 128.000 9 Rafia 1 gulung 4 9.000 9.000 9.000 Jumlah Biaya Tetap 512.000
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan :
Rumus untuk menghitung total biaya :
Total biaya : bulanxisUmurEkonom
uhanTotalKebut4
Umur ekonomis adalah perkiraan umur barang mengalami kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4 Biaya Variabel Produksi Buah Pare Putih
No. Keterangan Kebutuhan Satuan Harga Satuan
(Rp) Jumlah (Rp)
1. Benih 25 10 gram 8000 20.000 2. Kompos Organik 650 kg 350 227.500 3. Pupuk SP 36 17 kg 2300 39.100 4. Pupuk ZA 20 kg 1500 30.000 5. Pupuk Ponska 3 kg 2300 6.900 6. Mutiara 3 kg 7000 21.000 7. Desis 100 ml 175 17.500 8. Dithane 0,5 kg 55000 27.500 9. Curacron 100 ml 210 21.000 10 Confidor 100 ml 340 34.000 11 Tenaga kerja Persiapan lahan - Bajak traktor 1 hr x 35,000 = 35.000 35.000 -Pengolahan tanah 3 org x 1 hr x 15,000 = 45.000 45.000 Penanaman 2 org x 1 hr x 15,000 = 30.000 30.000 Perawatan+panen 1 org x 65 hr x 18,000 = 1.170.000 1.170.000 Jumlah Biaya Variabel 1.724.500
Sumber : Analisis Data Primer
Biaya Tetap = Rp 512.000
Biaya Variabel = Rp 1.724.500
Harga buah pare putih kelas A siap jual = Rp 5.500/kg
Harga buah psre putih kelas B siap jual = Rp 4.000/kg
Jumlah Produksi buah pare putih per 4 bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelas A = 600 kg
Kelas B = 200 kg
a) Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 512.000 + Rp 1.724.500
= Rp 2.236.500
b) 1.Penerimaan = Harga kelas A x Jumlah Produksi kelas A
= Rp 5.500 x 600 kg
= Rp 3.300.000
2. Penerimaan = Harga kelas B x Jumlah Produksi kelas B
= Rp 4.000 x 200 kg
= Rp 800.000
Penerimaan = Penerimaan A + Penerimaan B
Total = Rp 3.300.000 + Rp 800.000
=Rp 4.100.000
c) Keuntungan = Penerimaan – Biaya Total
= Rp 4.100.000 – Rp 2.236.500
= Rp 1.863.500
d) Analisis Kelayakan Usaha Tani (B/C Ratio)
B/C Ratio = oduksiTotalBiaya
paTotalPendaPr
tan
= Rp 4.100.000
Rp 2.236.500
= 1,83
Artinya dengan modal Rp 2.236.500, usaha agribisnis pare putih akan memperoleh hasil
penjualan sebesar 1,83 kali.
e) BEP Harga
BEP Harga = oduksiTotal
TotalBiayaPr
= kg
Rp800
500.236.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
= Rp 2.795
Artinya jika modal usaha Rp 2.236.500 dan total produksi 800 kg dengan harga jual Rp
2.795 sudah mencapai titik impas.
f) BEP Produksi
BEP Produksi = aJualH
oduksiTotalBiayaarg
Pr
= 500.5
500.236.2Rp
Rp
= 406,6 kg
Artinya dengan modal usaha Rp 2.236.500 dan harga jual pare putih Rp 5.500 dengan
jumlah produksi 406,6 kg sudah mencapai titik impas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang di Asosiasi Aspakusa Makmur
Boyolali adalah
1. Aspakusa Makmur adalah suatu kelompok agribisnis yang mengelola berbagai macam
sayuran dataran tinggi dan dataran rendah dengan tenaga grading serta pemasarannya di
beberapa supermarket di wilayah Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Solo.
2. Aspakusa Makmur beranggotakan kelompok tani asparagus, bunga kucai, sayur-sayuran
dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali.
3. Peran Pemerintah dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas
Pertanian Kabupaten Boyolali dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali sangat
besar kontribusinya untuk kemajuan kelompok agribisnis Aspakusa Makmur.
4. Dalam proses budidaya pare putih di Aspakusa Makmur memerlukan cara budidaya yang
benar agar dihasilkan buah yang baik. Di samping itu juga dibutuhkan cara penanganan
buah pare putih pada periode pra panen, panen dan pasca panen yang dapat menjaga mutu
benih agar lebih baik.
5. Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare putih agar tumbuh baik dan subur serta
ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan
pemupukan susulan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali adalah
1. Dapat meningkatkan produksi tanaman produk hortikultura untuk dipasarkan di dalam
dan luar negeri.
2. Dapat terus meningkatkan kualitas dan menjamin kesejahteraan tenaga gradding agar
Aspakusa Makmur dapat terus maju dan berkembang menjadi suatu perusahaan yang
besar dan berkualitas.