Download - Bukan Milikmu Lilik Subari
Bukan Milikmu
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penciptaan
Sesungguhnya kesenian sebagai ungkapan rasa keindahan merupakan
salah satu kebutuhan manusia yang universal. Ia tidak hanya menjadi milik orang
kaya atau orangyang serba kecukupan, melainkan juga menjadi milik atau
kebutuhan semua orang. Seperti pendapat R. Firth (1954), bahwa apabila
disbanding dengan ekonomi, kesenian itu dapat dianggap sebagai kemewahan dan
seringkali dianggap kebutuhan nomer dua. Akan tetapi nyatanya kesenian itu
terdapat di setiap masyarakat, manusia, kapan saja dan dimana saja mereka
hidup.1
Sebagai seniman creator dituntut untuk menciptakan karya baru yang
bermutu. Rancangan penciptaan yang diwujudkan dalam suatu bentuk karya ini
merupakan hasil kreativitas. Dengan tetap berorientasi pada konsep kreativitas
yang dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengolah sesuatu yang
baru, baik dari sumber yang sudah ada maupun dari hasil imajinasi pencipta.
Dalam bidang tehnologi, proses kreatif berakhir dengan sebuah penemuan atau
invensi, sedangkan kesenian sebagai cabang kebudayaan, maka kreativitas dan
inventivitas saling kait-mengkait dengan pertimbangan etis.2
Pada dasarnya karya yangdihasilkan merupakan tingkat peradaban yang
berlaku dalam sekitar penciptaannya. Seni sendiri merupakan sarana pemenuhan
kebutuhan akan kesenangan, meskipun pada perkembangan selanjutnya karya seni
tidak lagi merupakan ungkapan estetis, tetapi dari masing-masing individu sang
seniman, hasil yang terwujud lebih merupakan ungkapan kreatif dalam suatu
masyarakat.3
1 S. Budisantosa, “Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia”, Makalah disampaikan dalam Diskusi
Buku, Terbitan perdana STSIPRESS, STSI Surakarta, 1992, p.2.
2 Y. Sumandiyo Hadi, S.S.T., Pengantar Kreativitas Tari, Yogyakarta : Akademi Seni Tari
Indonesia, Yogyakata, 1983, p.7.
3 Umar Kayam, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta : Sinar Harapan, 1981. p. 38.
Bukan Milikmu
2
Berkaitan dengan nilai-nilai budaya perlu pula dikemukakan pendapat R.
Sieber : “ Penghias kehidupan itu sebagai upaya memperindah atau melengkapi,
dalam arti baik dan mengandung maksud tertentu”.4 Artinya , budaya selalu
melekat pada kehidupan manusia, baik secara individu maupun dengan
masyarakat sekitarnya. Ada dua aspek kesenian yang perlu diperhatikan , yaitu
konteks estetika atau penyajiannya yang mencakup bentuk dan keahlian yang
melahirkan gaya, dan konteks makna yang mencakup pesan dan kaitan lambang-
lambangnya. Dalam rangka kedua konteks itulah pendekatan masalah kesenian
hendaknya dipahami. Tidak mungkin orang bicara kesenian tanpa memperhatikan
bentuk, wujud dan gayanya. Begitu pula tidak mungkin orang bicara soal kesenian
tanpa memperhatikan pesan-pesan yang terkandung secara simbolis, disamping
kegiatan kesenian itu sendiri merupakan perwujudan fungsi dari subsistem
kebudayaan tertentu.
Karya tari bukan milikmu ini dirancang berdasarkan pada cerita siklus Panji
Kudonorowongso yang penuh dengan berbagai bentuk cobaan dalam memadu
kasih, dalam perjalanan hidup, dalam putaran waktu yang silih berganti.
2. Keaslian Penciptaan
Bentuk pengkajian mengacu pada tari tradisi Tari Topeng Dalang
Kedungmonggo Malang. Sebuah tawaran dalam upaya mentransformasikan
gagasan kedalam bentuk visual dibutuhkan perjalanan panjang dalam proses
penciptaannya. Membutuhkan waktu untuk kontemplasi yang pengadaannya tentu
bersamaan dengan pengalaman-pengalaman hidup yang dijalani. Kondisi tawar-
menawar biasa dilihat pada pergulatan estetik antar komponennya seperti adanya
berbagai rangsang yang menjadikan sumber ide tersebut berkembang dan nampak
beragam. Meskipun orisinalitas itu sangat relative, penulis berkeyakinan bahwa
belum ada yang mengangkat dan menggarap karya seperti tersebut diatas,
sehingga rancangan ini merupakan karya seni baru.
4 S. Budisantosa, op. cit., p. 4.
Bukan Milikmu
3
3. Tujuan Penciptaan
Karya tari dengan judul bukan milikmu ditata sebagai symbol ungkapan
aktualisasi diri dalam satu kesatuan aspek kreativitas. Adapun dalam kaitannya
dengan kekaryaan adalah :
a. Karya tari dapat dihayati nilai ungkapnya
b. Dalam penuangan gagasan menemukan berbagai kemungkinan
garap medium
c. Mencari warna baru dalam kehidupan tari
4. Faedah Dan Kegunaan
Isu-isu, berita tentang kesetiaan, kasih sayang dalam kehidupan manusia
sangat kompleks keberadaannya, untuk itu pencipta sangat tertarik untuk
mengangkat ke dalam sebuah karya tari ini. Kehadirannya dalam segala situasi
dan kondisi yang memunculkan daya pikat yang memunculkan sebuah inspirasi.
4.1. Memberikan sebuah bentuk apresiasi
4.2. Membentuk sebuah wacana, dengan melibatkan berbagai aspek seni di
dalamnya.
4.3. Penciptaan ini lebih merupakan suatu bentuk pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman dalam penciptaan karya
seni.
Bukan Milikmu
4
BAB II
KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
Ada beberapa rangsang yang dipakai dalam rancangan penciptaan ini,
yaitu rangsang ideasional, visual dan kinestetik yang dijadikan sebagai sumber
penciptaan dalam rancangan karya ini. Berawal dari membaca buku tentang cerita
panji dalam perbandingan, melihat dan mengamati berbagai bentuk kegiatan
ataupun hiburan di televisi serta lingkungan kehidupan antara laki-laki dan
perempuan. Dari kejadian sehari-hari yang ditangkap, baik lewat pendengaran,
penglihatan, media cetak maupun elektronik, pencipta tergugah lalu munculah
sebuah gagasan untuk merangkum dan mentransformasikan ke dalam sebuah
bentuk karya.
Rangsang ideasional, gerak dirangsang dan dibentuk dengan intensitas
untuk menyampaikan gagasan. Suatu missal, bila gagasan yang dikomunikasikan
adalah perang, maka pilihan gerak terbatas pada gerak yang memberikan kesan
seperti perang. Oleh karena itu gagasan mempunyai konsep lingkaran cahaya
tertentu yang memberikan kerangka kerja untuk menciptakan tari.
Rangsang visual, dari pengamatan gambar visualakan muncul gagasan
latar belakangnya, garis-garisnya baik yang berkesan kuat maupun lemah, wujud,
ritme, tekstur, warna, fungsi kelengkapan, sudutnya yang akan ditransformasikan
ke dalam sebuah karya tari lewat garap mediumnya.
Rangsang kinestetik, tari disusun berdasarkan gerak dan kadangkala gerak
itu sendiri berfungsi sebagai rangsang kinestetis, sehingga dari susunan gerak-
gerak sebab akibat, akan memiliki sebuah gaya, suasana yang akan dikembangkan
untuk membentuk tari. Dalam hal ini gerak tidak dimaksudkan dalam fungsi
komunikatif, kecuali sifat alami yang terdapat pada gerak itu sendiri. Meskipun
tidak berkecenderungan untuk mengalihkan gagasan apapun tetapi itu memiliki
gaya, suasana, teba dinamis, pola atau bentuk dan frase gerak dapat digunakan dan
dikembangkan untuk membentuk tari.
Bukan Milikmu
5
BAB III
LANDASAN PENCIPTAAN
Pencipta mempunyai pemikiran bahwa penanaman nilai kehidupan bisa
disublimasikan pada karya seni, sehingga melalui komunikasi garap mediumnya,
peranan karya tari bukan saja sebagai budaya kreativitas, melainkan mempunyai
konotasi sebagai komunikasi pendidikan religi, nilai estetis. Oleh karena itu karya
tari harus mampu mengungkap isi pengalaman hidup yang bermakna bagi
pengembangan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan jiwa yang lebih baik sebagai
transformasi nilai filosofis kehidupan kesenian.
Perwujudan bentuk yang dihasilkan oleh rangkaian gerak dalam aktivitas
tubuh dan ungkapan yang dihadirkan yang bersumber dari dorongan-dorongan
spontanitas yang menyatu dari gambaran jiwa sebagai pancatan kemudian
menghubungkannya ke dalam bentuk akhir sebagai kesatuan antara gerak, pikiran
serta perasaan apapun yang akan diungkapkan ke dalam “ujud” phisik. Dengan
demikian, bentuk dalam segala kaitannya berarti pengaturan. Setiap karya seni
agar mengandung makna, harus tumbuh dari pengalaman batin penciptanya dan
berkembang sejalan dengan mekarnya ide. Wujud yang tampak dari sebuah karya
seni, tumbuh dari gejolak batin yang dilandasi oleh konsepsi-konsepsi yang sejati.
Bentuk seni mewujud berdasarkan akar prinsip yang sama dengan yang melandasi
mewujudnya tingkah laku dan kegiatan hidup manusia.
Pengertian ini menhadirkan dua macam bentuk, pertama, bentuk yang
tidak terikat : bentuk batin, gagasan atau bentuk yang merupakan hasil pengaturan
unsure-unsur pemikiran atau hal-hal yang sifatnya batiniah yang kemudian tampil
sebagai isi tarian. Isi berkepentingan dengan tema atau ide yang hendak
diungkapkan dalam sebuah karya tari. Kedua, adalah bentuk luar yang merupakan
hasil pengaturan dan pelaksanaan elemen-elemen motorik yang teramati. Bentuk
luar berkepentingan dengan bagaimana kita mengolah elemen-elemen gerak dan
menentukan hubungana saling mempengaruhi antar elemen-elemen yang
digunakan.
Bukan Milikmu
6
Aspek bentuk ini meliputi :
a. “wujud” merupakan bentuk sebagai rangkaian gerak.
b. Ragam, sebagai “wujud” yang sudah ditetapkan kedalam perbendaharaan.
c. Kemantapan ekspresi yang menghasilkan kualitas gerak.
d. Aspek komposisi, meliputi pola lantai, repetisi atau pengulangan, rangkaian
gerak, desain kelompok, dinamika.
Gerak tubuh kita mempunyai ukuran besar kecil atau volume. Figure penari yang
bergerak menciptakan desain di dalam ruang dan hubungan timbal-balik antara
gerak dan ruang yang akan membangkitkan corak dan makna tertentu. Besar
kecilnya jangkauan gerak tari ini erat hubungannya dengan perasaan yang dapat
dilihat pada kerangka wujud yang terbentuk oleh hubungan antara anggota-
anggota tubuh, yang berupa garis-garis gerak. Kerangka wujud yang berupa garis-
garis gerak itu sangat berpengaruh pada watak gerak tari, misalnya, gerakan yang
besar dan kuat erat kaitannya dengan ide dan perasaan yang bebas dan terbuka.
Namun hal ini juga belum tentu benar, karena dalam perwujudan ungkapan ide
juga dipengaruhi oleh tehnik. Yaitu suatu cara dan aturan untuk mencapai bentuk
yang sudah ditetapkan yang keduanya merupakan mekanisme di dalam proses
menuju perwujudan ungkap tari dengan jelas. Sebagai alat pencapaian,
pengendalian ataupun mengkoordinasikan tubuh untuk menghasilkan bentuk
sikap dan gerak yang diinginkan.
Ritme menunjukkan sebuah pola hubungan timbal balik atau perbedaan.
Ritme dalam gerak meliputi pengaturan pola-pola gerak yang terdiri dari
serangkaian permulaan, perkembangan dan akhir. Ketiga pola gerak yang
mengarah pada suatu struktur yaitu awal-tengah-akhir, hadir dalam gerak tari
melalui tegangan otot. Dalam setiap gerak ada momen dari penggunaan energi
dan saat rileks atau pengendoran dari ketegangan. Hubungan timbal balik tersebut
merupakan siklus kerja dalam pengaturan bentuk.
Penggabungan gerak menuntut adanya suatu rangkaian gerak-gerak yang
dipakai. Yakni suatu urutan dalam mana satu gerakan mengikuti gerakan yang
lain. Dengan adanya suatu rangkaian dalam penggabungan akan lebih
Bukan Milikmu
7
menegaskan arti maknawi dari suatu peristiwa yang dialaminya, yang
diungkapkan lewat bentuk pola-pola gerak. Kontinyuitas dan keutuhan sebuah
bentuk tari hadir karena adanya suatu rangkaian urutan gerak, yaitu suatu tata
tertib hubungan gerak yang satu dengan gerak yang menyusulnya. Hal ini akan
lebih dapat memberi pengungkapan yang lebih lengkap dan lebih berarti sebagai
suatu ekspresi.
Elemen dinamika merupakan jiwa emosional dari gerak, karena dinamika
merupakan kekuatan dalam yang menyebabkan gerak menjadi hidup dan menarik.
Kekuatan semacam ini meliputi motivasi untuk bergerak, semangat yang
menyala-nyala serta pancaran batin yang membuat sebuah tarian terasa hidup.
Dimana seorang penari hadir secara utuh yaitu jasmaniah dan mental di atas
panggung.
Pencapaian dinamika dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara, misalnya
lewat pengaturan level yang diatur sedemikian rupa dari tinggi rendah yang
berkaitan dengan ruang dan seterusnya dapat melahirkan dinamika. Pergantian
tempo dari cepat ke lambat dan sebaliknya yng berkaitan dengan waktu dapat
menimbulkan dinamika.
Gerak sebagai medium pokok tari merupakan idiom garap tari yang
mempunyai prinsip dasar tentang unsur volume, tempo, pola ritmik serta dinamika
yang diungkap melalui pengolahan tubuh sebagai media gerak. Pengolahan
bentuk gerak dengan unsure-unsurnya dalam kualitas tertentu yang secara mantap
dilakukan oleh penari lebih memungkinkan terbentuknya gaya. Gaya adalah sifat
pembawaan tari, menyangkut cara-cara bergerak tertentu yang merupakan ciri
pengenal dari gaya yang bersangkutan. Gaya bukan dihasilkan oleh bentuk
semata, akan tetapi lebih merupakan akibat oleh tehnik laku pembawaan dalam
penyajian. Gaya bisa muncul sebagai diri individu atau berkembang ke dalam
tatanan penyajian secara konsep. Setiap penyajian akan dipengaruhi pula oleh
suasana hati atau gejala kejiwaan dalam diri manusia yang secara inderawi
melekat pada garap mediumnya atau tafsir rasa gerak.
Bukan Milikmu
8
BAB IV
KONSEP KOREOGRAFI
dalam karya ini secara konseptual pencipta berusaha untuk memanfaatkan
segala kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Namun demikian karena sifat
karya yang mengarah pada aktualisasi yang sekaligus mengarah pada kemampuan
jalur profesi yang lebih ditekuni dalam kehidupan kesenian, maka dalam
penciptaan tari yang berjudul bukan milikmu, pada hakekatnya :
a. Pada aspek penuangan gagasan, lebih dititik beratkan pada penafsiran
kehidupan seseorang yang sedang dilanda asmara.
b. Pada aspek struktur, penataan tidak didasarkan pada alur cerita
melainkan pada penuangan garap suasana.
c. Pada aspek garap fisiknya dititikberatkan pada pengolahan rasa gerak
pada ruang dan waktu.
Sebagai landasan kerja proses studio dalam penciptaan karya ini, maka
pencipta memanfaatkan prinsip dasar konsep kreativitas dalam menunjang proses
perwujudan karya. Konsep tersebut antara lain : Pertama, kreativitas sebagai
bentuk kebebasan ungkap dalam penuangan isi dan garap isi untuk menemukan
kebaruan yang segar dalam kehidupan tari. Kedua, komposisi sebagai disiplin
ilmu yang memberi kesempatan analisis terhadap berbagai kemungkinan garap
mediumnya. Ketiga, filsafat mencari hakekat dalam hubungannya antara
kehidupan tari dengan kehidupan realitas yang saling memberi umpan balik.
1. Konsep Dasar
1.1. Tema
Tema yang dimaksud adalah suatu bentuk suasana kehidupan asmara Panji
Kudonorowongso yang sedang kehilangan Dewi Sekartaji. Kesetiaan lebih
merupakan suatu bentuk akibat yang terwujud, yang terbentuk oleh peristiwa
hilangnya Dewi Sekartaji. Rancangan ini berangkat dari penjelajahan sosok Panji
Kudonorowongso dan Dewi Sekartaji yang dianggap sebagai tokoh sentral dalam
garapan. Dari rasa ke-cinta-annya Panji terhadap Sekartaji yang merupakan
Bukan Milikmu
9
tempat segala kelebihan, kecantikan, kelemahlembutan serta merupakan segala-
galanya bagi Panji. Kasih sayang dan kesetiaan Panji merupakan pijakan kuat
untuk mencari dimana Dewi Sekartaji berada.
Dalam penggarapan karya ini kehadiran sosok laki-laki sangat dominant
dalam setiap suasana, yang keberadaannya mewakili berbagai lapisan, sehingga
menjadi sosok sentral yang kehadirannya terus-menerus mengikuti aliran waktu
yang berlangsung dalam urutan suasana.
Dalam penataan alur cerita tidak berpikir pada sebuah cerita-cerita atau
yang ada di dalam buku. Pencipta berkeinginan untuk membuat alur cerita sendiri
dengan berdasar pada penggarapan, penataan suasana melalui gerak dalam ruang
dan waktu.
1.2. Tipe Tari
Penciptaan tari bukan milikmu ini akan digarap dalam bentuk tari
dramatic, artinya bahwa :
“…….gagasan yang dikomunikasikan sangat kuat dan penuh daya pikat,
dinamis dan banyak ketegangan dan dimungkinkan melibatkan konflik antar
orang seorang dalam dirinya atau dengan orang lain. Tari dramatic akan
memusatkan perhatian pada sebuah kejadian atau suasana yang tidak
menggelarkan cerita”.5
Karena tari dramatic terikat dengan emosi dan kejadian dalam
hubungannya dengan manusia, maka karakterisasi merupakan titik perhatian. Pada
prosesnya dibutuhkan kejelian dan sikap hati-hati dalam mempelajari karakter dan
suasana dalam realita serta memahami bagaimana mendramatisasikan isi gerak
tari.
Penekanan isi dalam gerak selalu cenderung memberikan pengaruh
dramatik. Disamping itu juga dalam tari dramatic hampir selalu terdapat hubungan
antar manusia atau antar individu dengan sebuah obyek dan hubungan seperti ini
selalu emotif. Bagaimanapun orientasi hubungan tidak harus berarti secara tegas
antara penari-penari dan batas ruang mereka.
5 Jaqueline Smith, Komposisi Tari, sebuah petunjuk praktis bagi guru, terjemahan Ben Suharto,
Ikalsti, Yogyakarta, 1985, p.27.
Bukan Milikmu
10
1.3. Judul
Bukan milikmu adalah sebuah ungkapan penegasan yang mengandung arti
bahwa sesuatu itu bukan milik orang lain, tetapi milik diri sendiri. Dalam karya
ini, Sekartaji adalah hanya milik Panji meskipun dalam tempat terpisah.
Judul ini dipakai dengan harapan dapat mengangkat ataupun memberi
gambaran tentang tema yang akan disajikan.
1.4. Mode Penyajian
Pilihan model penyajian besar kemungkinannya akan mengarah ke
simbolis representasional. Tarian representative dalam bentuknya banyak
mengandung elemen-elemen realistic yang mudah dipahami. Tarian simbolis,
ekspresi dan komunikasi bergantung pada kemampuan, kekuatan gerak dalam
membangkitkan rangsangan-rangsangan emotif. Pendekatan ini lebih memberikan
tekanan kepada nilai rasa, bukan kepada pengetahuan tentang masalah yang
hendak diungkapkan. Dalam hal ini arti lebih dihayati lewat imajinasi. Misalnya,
kesedihan menimbulkan imaji gerak menekuk, lembut, gerak-gerak kecil, ayunan,
tangan memeras, dan sebagainya.
2. Konsep Penggarapan Koreografi
2.1. Gerak
Berorientasi pada gerak-gerak Tari Topeng Dalang Kedungmonggo
Malang. Namun juga tidak menutup kemungkinan hadirnya beberapa gerak-gerak
baru, yaitu gerak ekspresif yang sesuai dengan tema, pencarian gerak baru yang
tidak berpijak pada sebuah tari tradisi yang sudah ada.
Dalam hal ini tidak berarti semua gerak disebut tari, gerak didalam tari
bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak yang telah diberi bentuk ekspresif
dan estetis. Bentuk ekspresif ialah bentuk yang diungkapkan manusia untuk
dinikmati dengan rasa. Gerak ekspresif adalah gerak yang indah yang dapat
menggetarkan perasaan manusia. Adapun gerak yang indah adalah gerak yang
distilir yang didalamnya mengandung ritme tertentu. Jadi gerak tari dapat
Bukan Milikmu
11
diartikan sebagai ekspresi manusia yang diwujudkan dengan gerak ritmis dan
indah.
2.2. Penari
Pendukung tari bukan milikmu berjumlah enam orang penari putri yang
membawakan karakter putra. Dalam kebutuhan garap koreografinya,
kehadirannya mempertegas kesedihan, kesetiaan, keraguan, semangat kecintaan
terhadap Sekartaji. Selain sebagai sosok Panji yang mencintai Sekartaji, terkadang
juga sebagai symbol nafsu Panji. Pertimbangan memanfaatkan penari gasal dan
genap adalah agar kemunculannya lebih mendukung suasana. Setiap suasana akan
didukung oleh sosok yang berbeda dan jumlah pendukung yang berbeda pula. Ada
duet, trio, atau penari dalam jumlah genap ataupun penari tunggal yang akan
memberikan suasana yang berbeda dalam setiap adegan yang disajikan. Keenam
penari tersebut kehadirannya mempunyai peran yang berbeda-beda dan kadang
bergantian.
Mempertimbangkan jumlah penari dalam komposisi kelompok dapat
dibedakan dengan penari jumlah gasal dan genap.pertimbangan tersebut sangat
terkait dengan kebutuhan pusat perhatian dalam garap koreografinya, misalnya :
dua pusat perhatian (focus on two points) dari enam penari, terdiri 1-5, lihat
gambar 1.
Gb. 1.focus on two points
(photo : Rio)
Bukan Milikmu
12
tiga pusat perhatian (focus on three points) dari enam penari, terdiri 1-1-4, lihat
gambar 2.
Gb. 2
focus on three points
(photo : Rio)
2.3. Konsep Tata Panggung
Pada konsepsi penampilan tari bukan milikmu, sengaja memanfaatkan tata
panggung proscenium dengan latar belakang netral, agar tampak dapat memberi
kemungkinan pengembangan garap suasana maupun memberi kebebasan terhadap
penari dalam menginterpretasikan suasana di atas panggung.
2.4. Konsep Tata Busana, Rias Wajah Dan Rambut
Penataan busana disusun dalam pendekatan warna karakter putra. Baju
warna kuning ke-emasan (warna kulit), sedangkan bagian bawah memakai celana
warna biru dan kain warna kuning menyala.
Tata rias wajah diarahkan pada karakter putra alus. Sedangkan penataan
rambut dibentuk dengan mode terurai bebas.
Bukan Milikmu
13
2.5. Konsep Iringan
Dalam penataan musik akan lebih memberikan nuansa yang berkesan
harmoni maupun kontras. Adapun perangkat pendukungnya diambil dari beberapa
alat musik antara lain : satu rancak bonang barung, dua rancak gender, satu
rancak slentem,satu rancak gambang, kempul gong, suling, vokal yang semuanya
berlaras slendro. Pada proses penciptaan ini piñata iringan diberi kebebasan untuk
mengolah warna suara yang berpedoman pada gagasan pencipta karya tari.
Pemilihan jenis instrument lebih ditekankan pada efek bunyi yang dihasilkan yang
mengacu pada kerangka koreografinya.
Musik dalam mengiringi sebuah karya tari diarahkan dan disusun
berdasarkan kerangka koreografinya secara utuh. Musik bukan semata-mata hanya
sebagai pengiring, pengisi kekosongan antara adegan satu ke adegan berikutnya,
melainkan musik menjembatani fungsi-fungsi seperti : sebagai ilustrasi,
mempertegas aksen-aksen, mempunyai makna memberikan citra dan gambaran
adegan atau peristiwa yang secara eksplisit terungkap didalam struktur dramatic.
Pola-pola musik yang ada akan secara fleksibel mengikuti ritme, tempo
dan irama kinestetik tari yang terungkap. Sebagai pemberi warna, secara
karakteristik mengandung pengertian bahwa musik juga memiliki peluang untuk
memberikan nuansa-nuansa sendiri. Oleh karena itu kehadiran musik dalam karya
tari ini semata-mata tidak hanya sebagai penunjang mengiringi tempo, ritme dan
irama saja, tetapi menjadi bagian penggarapan dalam mengungkapkan dan
mempertegas suasana yang dimaksud.
Bukan Milikmu
14
BAB V
PROSES PENGGARAPAN
Pertumbuhan kreatifitas memungkinkan seseorang untuk menemukan dan
mengekspresikan gerak-gerak unik dalam pencarian gerak yang diinginkan.
Sehingga materi gerak tersebut dapat diorientasikan ke bentuk tari yang
diinginkan.
Tari hadir sebagai sebuah system pengalaman yang berbentuk. Dalam
proses ini diikuti dengan berkembangnya tuntutan tehnik gerak yang selaras
dengan kebutuhan ekspresi, perkembangan jiwa, serta pemikiran yang lebih
matang. Spontanitas mulai diimbangi dengan pemahaman prinsip dasar gerak,
namun nilai-nilai yang terkandung dalam susunan sebelumnya tidak dilepas, tetapi
ikiut membentuk wujud ekspresinya yang baru.
Dalam mengkomunikasikan rasa estetik yang lebih mantap terjadilah
proses penghalusan sehingga penari menjadi lebih mampu untuk mengungkapkan
makna-makna yang ada. Dari merasakan pengalaman secara inderawi, penari
mulai menggunakan penalaran kemudian memahami. Melalui ekspresi sadar
emosional, terjadilah integrasi jiwa yang sempurna.
Eksplorasi merupakan tahap pencarian yang diperlukan tentunya
disamping sebagai tahap yang merupakan penjelajahan ruang dan waktu yang
diintikan sebagai dasar pijakan dalam proses sehingga menjadi bentuk yang nyata.
Sebagai usaha pencarian dari kemungkinan berbagai materi, baik gerak, musik
dan materi tubuh itu sendiri serta mengimajinasikan terhadap berbagai sosok yang
akan dipakai sebagai pijakan dalam setiap suasana, fleksibel dalam gerak
ditentukan pula oleh tema gerak. Eksplorasi dalam proses koreografi ini untuk
menjajagi aspek-aspek bentuk dan tehnik para penari, yaitu ketrampilan dan
kualitas gerak penari, serta aspek-aspek isi atau makna tari. Ketrampilan dan
kualitas gerak sebagai persiapan tubuh seorang penari agar dapat melakukan
gerakan yang akan ditata dalam koreografi.6
6 Y. Sumandiyo Hadi, aspek-aspek dasar koreografi kelompok, Yogyakarta : MANTHILI, 1996,
p.41.
Bukan Milikmu
15
Improvisasi merupakan salah satu cara untuk pengembangan kreativitas.
Melalui improvisasi diharapkan seorang penari yang bebas untuk
mengekspresikan perasaannya terutama lewat media gerak. Improvisasi diartikan
sebagai penemuan gerak secara spontan walaupun gerak-gerak tertentu timbul dari
gerak-gerak yang pernah dipelajari. Dalam tahap ini dilakukan percobaan-
percobaan, memilih, membedakan, mempertimbangkan, membuat harmonisasi
dan kontras-kontras tertentu. Menemukan integritas dan kesatuan terhadap
berbagai percobaan yang telah dilakukan.7
Guna mendukung dalam berimprovisasi penari dirangsang oleh musik
iringan yang sudah disediakan dan sekaligus untuk melatih kepekaan pendengaran
dalam ruang dan waktu. Cara-cara tersebut ternyata sangat bermanfaat bagi penari
untuk mengekspresikan gagasan lewat simbol-simbol kinestetik.
Gerak yang tersusun perlu disesuaikan dengan kebutuhan ungkap.
Penggalian dan pengkayaan yang dicoba untuk dikembangkan dengan cara
menekankan pada penghayatan tanpa mengurangi kapasitas estetik dan diimbangi
pencapaian gerak yang menekankan pada titik henti dalam setiap gerak. Dan
tentunya akan dinamakan sebagai sesuatu yang akan menjadi sebuah bentuk yang
tampak natural.
Penyesuaian terhadap jalinan perangkat penyerta, dalam menata lebih
kolektif untuk menghasilkan tatanan komposisi yang akan difokuskan.
Menentukan bentuk ciptaan dengan menggabungkan symbol-simbol yang
dihasilkan dari berbagai percobaan yang telah dilakukan. Menentukan kesatuan
dengan parameter yang lain, seperti gerak dengan iringan, busana, warna,
pemberian bobot seni (kerumitan, kesederhanaan dan intensitas), dramatisasi dan
bobot keagamaan.8 Hal ini merupakan tahap dalam proses pertimbangan tentang
berbagai aspek komposisi yaitu pengaturan ruang, pengaturan waktu dan
pengaturan tenaga yang menjadi kesatuan evaluasi.
Proses pembentukan ini lebih menitikberatkan pada proses pemantapan.
Seluruh pendukung baik penari maupun pemusik berjalan seiring sesuai control
7 Alma M. Hawkins, Mencipta Lewat Tari, Terj., Y. Sumandiyo Hadi, S. St. ISI Yogyakarta, 1990.
8 Ibid
Bukan Milikmu
16
masing-masing dalam upaya mewujudkan konsep garap bukan milikmu hingga
menjadi sebuah karya tari.
Hasil garap secara keseluruhan perlu dihayati nilai ungkap secara utuh.
Pada tahap ini pencipta memberikan koreksi, penilaian terhadap kekurangan yang
perlu dibenahi. Pengembangan yang tidak memberi pengaruh total terhadap
keseluruhan garap dilakukan dengan memberi sentuhan akhir pada unsure kecil
yang dapat memperhalus garapan menjadi lebih komunikatif.
Bukan Milikmu
17
BAB VI
DESKRIPSI PENYAJIAN
Adegan 1
Dua penari berjalan dari pojok kiri panggung menuju ke pojok kanan
depan. Keduanya memerankan satu tokoh….. yaitu Panji. Satu sosok adalah
wujud dari sikap setuju, sedangkan satu sosok yang lain wujud dari sikap tidak
setuju. Pada dasarnya kedua wujud itu adalah sifat yang sangat manusiawi sekali
dan selalu terdapat pada diri manusia yaitu sikap antara iya---tidak; baik---buruk;
malas---semangat; yaitu dua sikap dan sifat yang saling bertolak belakang.
Dengan diiringi tembang yang tegas terus sayup-sayup yang mengekspresikan
kgundahan, kesedihan Panji yang kehilangan Sekartaji, penari menggeliat,
kontras, kadang semangat dan kadangkala juga enggan. Pertengkaran antara dua
sisi yang berbeda yang selalu menghantui diri Panji.
Dengan berjalannya waktu yang dibarengi dengan alunan musik gender
dan seruling, yang mengekspresikan situasi tenang yang penuh kepercayaan maka
rasa takut, malas dan kuatir bisa dikendalikan oleh Panji. Namun hal itu tak
berjalan lama, karena sebagai sosok manusia akan selalu diselimuti oleh rasa
kuatir, was. Secara visualisasi dimunculkan dengan hadirnya empat penari, yang
menggambarkan keempat nafsu manusia yaitu supiah, mutmainah, amarah dan
aluamah.
Kekawatiran, kegundahan, rasa cemas, rindu dan marah semakin membara
dihati Panji. Dengan berjalannya waktu seakan Panji menemukan jalan untuk
menapak menuju pada pencarian Sekartaji. Panji secara pelan-pelan menata diri,
hati, mengendalikan emosi jiwanya dengan lebih pasrah dan mendekatkan diri
pada Hyang Widi, muncullah semangat dan kepercayaan untuk mencari Sekartaji.
Adegan 2
Dengan lebih mendekatkan diri pada Hyang Widi, Panji dari sedikit demi
sedikit juga belajar tentang makna hidup, pengendalian diri, emosi jiwa yang
setiap saat bisa berontak. Secara visualisasi diwujudkan dengan munculnya enam
Bukan Milikmu
18
penari yang menyatu, kadang berpencar, berpasangan satu-satu yang
melambangkan menyatunya kehendak, kadang berpapasan berlawanan yang
melambangkan rasa keragu-raguan, kekawatiran, kadang lemah, kadang serempak
bersama-sama yang melambangkan tekad dan semangat yang kuat dan juga
dibarengi alunan musik yang menghentak menambah warna kebersamaan dalam
diri Panji.
Namun dalam perjalanan hidupnya seiring dengan bergulirnya waktu,
Panjipun tak kuasa membendung rasa rindu, asmara, cemas, sedih, berontak yang
campur aduk menyelimuti hati Panji. Dengan hentakan garap musik dari ricikan
gender dan bonang barung serta garap vokal yang melengking memecah gendang
telinga, menambah perasaan betapa sedihnya hati Panji. Penataan komposisi
dengan garap lintasan pola lantai dalam wujud 1-1-4: melambangkan satu penari
di depan sebagai wujud Panji dari sisi yang lain(suka menggoda), satu penari di
tengah sebagai wujud Panji yang asli, dan empat penari di belakang merupakan
wujud empat nafsu Panji yang selalu hadir dan mengikuti kemanapun Panji
berada. Tugas utama sebelum menemukan Sekartaji adalah harus bisa
mengendalikan ke-empat nafsu tersebut. Dengan alunan garap musik yang selalu
hadir dalam garap medium gerak, serta dibarengi dengan garap vokal, semakin
menambah bobot suasana menyentuh pada suasana yang diinginkan sesuai dengan
konsep garap koreografinya.
Dalam menapaki waktu pada perjalanan hidupnya, tak lepas dengan
adanya godaan-godaan yang selalu hadir setiap saat. Satu penari di depan bertemu
dengan satu penari ditengah melambangkan rasa, sikap antara iya dan tidak, yang
satu menghendaki iya, yang satunya menghendaki tidak. Disinilah wujud perang
batin Panji, keraguan ke-enggan-an, semangat, rindu, cemas terhadap Sekartaji.
Adegan 3
Dengan semangat dan keteguhan hatu Panji, maka ke-empat nafsu tersebut
bisa dikendalikan dan bahkan membantu keinginan Panji. Dengan berbekal
keyakinan yang kuat, rasa percaya diri, maka Panji berangkat mencari Sekartaji.
Dalam perjalanannya, seiring dengan bergulirnya waktu tak lepas dengan godaan
Bukan Milikmu
19
dan aral yang merupakan ujian bagi Panji. Kekerasan, konflik batin, setiap saat
selalu hadir, namun Panji selalu dapat mengatasi dan akhirnya Panji dengan sigap
dan semangat membara penuh harapan berangkat mencari Sekartaji.
Bukan Milikmu
20
BAB VII
PENUTUP
Penanaman nilai kehidupan dapat disublimasikan dalam sebuah karya seni
sehingga melalui komunikasi garap mediumnya, peranan karya tari bukan saja
sebagai budaya kreativitas, melainkan juga mempunyai konotasi sebagai
komunikasi pendidikan religi nilai estetis. Oleh karena itu karya tari harus mampu
mengungkap isi pengalaman hidup yang bermakna bagi pengembangan
pemenuhan kebutuhan kesejahteraan jiwa yang lebih baik melalui transformasi
nilai filosofi kesenian.
Bentuk garap pengolahan unsure artistic yang lebih mengutamakan
penggarapan kinestetik yang selanjutnya ditetapkan sebagai bentuk garap tari
“Dramatik”, yang mengandung arti bahwa gagasan yang dikomunikasikan sangat
kuat dan penuh daya pikat, dinamis dan banyak ketegangan dan dimungkinkan
melibatkan konflik orang-seorang dalam dirinya atau dengan orang lain. Tari
dramatic akan memusatkan perhatian pada seuah kejadian atau suasana yang tidak
menggelarkan cerita.
Dalam mengungkapkan gagasan, secara konseptual memanfaatkan segala
kemampuan dan pengalaman yang dimiliki, bahwa mencipta merupakan aktivitas
kreatif. Untuk itu dalam penciptaan karya ini sebagai pencipta memanfaatkan
prinsip dasar kreativitas. Pertama, kreativitas sebagai bentuk kebebasan ungkap
dalam isi dan garap isi untuk menemukan kebaruan yang segar dalam kehidupan
tari. Kedua, komposisi sebagai disiplin ilmu yang memberi kesempatan analisis
terhadap berbagai kemungkinan garap mediumnya. Ketiga, filsafat mencari
hakekat dalam hubungan antara kehidupan tari dengan kehidupan realita yang
saling memberi umpan balik.
Bukan Milikmu
21
DAFTAR SUMBER ACUAN
Budisantosa, S, “Kesenian dan Kebudayaan di Indonesia”, Makalah disampaikan
dalam Diskusi Buku, terbitan Perdana, Surakarta: STSIPRESS,
STSI Surakarta, 1992.
Ellfeldt, Lois, A Primer for Choreographere, terj., Sal Murgiyanto, Pedoman
Dasar Penata Tari, University of Southern California; LPKJ,
Jakarta 1 Des 1977.
Hadi, Y. Sumandiyo, S. St., Pengantar Kreativitas Seni, Yogyakarta: Proyek
Pengembangan Institut Ksesnian Indonesia di Jakarta, Sub
Bagian Proyek ASTI, Yogyakarta, Dep. P dan K, 1982/1983.
---------------, Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok, Yogyakarta:
MANTHILI, Yogyakarta, 1996.
Hawkins, Alma M., Mencipta Lewat Tari, Terj., Y. Sumandiyo Hadi, Yogyakarta:
ISI Yogyakarta, 1990.
Kayam, Umar, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta : Sinar Harapan, 1981.
Smith, Jaqueline, Komposisi Tari : Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Terj.,
Ben Suharto, Yogyakarta: Ikalasti, 1985.
Bukan Milikmu
22
Lampiran 1 SUSUNAN ADEGAN
No. URAIAN DESAIN KOREOGRAFI
1 Adegan 1.
Dua penari keluar yang
menggambarkan keraguan hati Panji
(konflik batin untuk mengambil
keputusan antara iya atau tidak)
2 Perasaan dan pikiran Panji semakin
kacau dan akhirnya marah (keluar
empat penari yang melambangkan
empat napsu:merah, kuning, putih,
hitam)
3 Lanjutan no. 2
4
Adegan 2. Untuk sementara Panji bisa
mengendalikan ke empat napsu yang
menggodanya dan Panji lebih
mendekatkan diri pada Tuhan untuk
mohon petunjuk dan keselamatan
Sekartaji
Bukan Milikmu
23
5 Lanjutan no. 4
6 Dalam meditasinya, Panji tersadar
dan ingat akan Sekartaji yang hilang,
maka marah dan bingung (yang
dilambangkan oleh empat penari
kelompok), satu penari lainnya
melambangkan sosok Panji dari
sudut pandang yang berbeda
7 Lanjutan no. 6
8 Enam penari kelompok
melambangkan semangat Panji
untuk mencari Sekartaji
Bukan Milikmu
24
9 Kegundahan hati Panji
10 Enam penari kelompok menghibur
Panji
11
Lanjutan no. 10
12 Lanjutan no. 11
Bukan Milikmu
25
13 Adegan 3.
Panji semakin gundah, karena sangat
rindu sekali dengan Sekartaji yang
saat itu entah dimana rimbanya.
14 Lanjutan no. 12
15 Dengan kekuatan dan kesaktiannya,
Panji murka. Apapun yang
dijumpainya kena amarah Panji.
16 Lanjutan no. 15
Bukan Milikmu
26
17 Dengan semangat yang didasari rasa
kasih sayang, Panji mencari Sekartaji
18 Lanjutan no. 17
19 Dengan rasa cinta kasih, kerinduan
Panji semakin mendalam, dan Panji
sangat yakin bahwa nanti akan
menemukan Sekartaji, karena
memang Sekartaji adalah milik Panji
Bukan Milikmu
27
Lampiran 2 Instrument Musik
Intro : 3 5 6 12 16 12 16 15 -6 5 3 65 -1 -6 5 1
65 -2 -2 -3 2 - - 1
1. Gender : 21 -2 1 21 23 21 32 1 21 -2 1 .
2. Slentem: - 2 - 5 - 2 - 1 - 2 - 5 - 6 - 1
BB : - 2 - 1 - 6 3 2 -5 3 2 1 3 2 1 -
Gender : 2 3 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 2 1
Koor putra (ada-ada)
2 2 2 1 6 1 52 2 2 3 1 5 5 32 2 2 sumengka -ne tyas bra –man-tya si - nurung u - baling ra - sa
6 6 1 6 5 2 2 2 2 1 5 2 5 5 5 5 mangka tan ce - tha u - ninga kang karya run - tik -ing na –la
3. Koor putri:
- 1 - 1 - 6 1 5 2 6 -1 - 25 - - 5 - - su - wung angen - angen bi - ngung liwung o
- 25 6 3 2 6 - 5 61 - - 1 5 -6 3 2 - ati kang ke - duwung ge -tun temah - an kamprung
2 5 2 2 6 - - 3 26 -3 2 - - 5 16 1 ngupa -di di - ri tan wruh ing wanci tan ti – ti
- - 2 5 - 2 -5 6 - - 56 15 3 - 2 5 - mawas panggagas nemahi rasa tu - na
Slentem : - - - - - - - 6 - 1 - 5 - 1 - 5
- 6 - 2 - 6 - 1 - 6 - 5 - 3 - 2
- 5 - 2 - 5 - 3 - 6 - 5 - 6 - 1
- 2 - 5 - 2 - 6 - 2 - 1 - 6 - 5
4. Gender : 23 -1 -2 3 1 6 5 61 -6 -1 2 1 6 1
Slentem : - 3 5 6 3 6 5 - 2 3 1 2 3 1
Vokal pa:
5 61 1 1 1 1 231 65-165 a - duh bi - yung, a - ti la - ra
5 12 2 2 2 2 2 35-32532 231 65165 5 ka - ya ngene ra - sa - ne wong ke - du - wung
Bukan Milikmu
28
5. - - 1 6 21 -6 -2 1 6 16 5 3 65 -3 -6 5 3 53 2
- - 1
6. Slentem : - 1 - 1 - 1 6 1
Gender : 12 -1 2 12 16 56 12 1
koor pa-i : - 2 - 2 1 6 5 2 - 2 1 5 2 5 - - ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
- 5 1 - 5 - 2 5 2 2 1 5 1 - - - ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
7. Ilustrasi kempul : - 1 - 5 - - 16 5 - 3 5 1 - -
solis pi : 1 1 7 2 1 2 5 5 2 5 3 1 71 1 Da-tan ku-wa - wa u - ninga do - sa duh as - ma-ra
3 2 7 23 1 3 5 2 1 2 7 5 71 1 kidung kang su - ci tan ka- ek - si mbebungah di - ri
8. 12 12 12 31 12 12 32 11 12 12 12 32 -1 -5 -3 2
23 23 23 62 23 23 23 22 23 23 23 61 -2 -1 -6 1
9. koor pi : - 2 -5 5 - 45 - 3 -2 - 31 2 1 3 1 5 tatas tali jiwa musna tan cecala
- - - 4 - -3 3 2 - - 5 4 - 3 -2 - rinujit kalis ing sih
31 2 1 3 12 - - 12 - - - 3 - 1 76 12 garwanta kadusta cidra ing dursila
- - - 1 - - 7 6 2 - 21 2 -1 -7 -5 6 tan uninga agung ing katresnan
- 5 3 2 - 5 -6 7 - - 1 2 - 7 2 -
limuting tyas kingkin sonya lalis
10. – 1 – 2 32 1 6 13 -3 1 2 12 3 23 -2 -1 2 6
65 6 53 3 2 - 1 2 3 1 3 2 1 2 - 2
1 2 1 6 5 6
Bukan Milikmu
29
11. Koor pa-pi : - - 5 6 - 5 6 - 5 - 6 1 - 6 - -
sa - mu - barang kang ki - nu - dang
- 5 6 - 1 - 2 - - 32 1 2 6 - - - da - tan bi - sa ka - semba - dan
- 32 1 2 32 -1 -6 2 - - - 1 2 6 5 3 wus gina - ris ing pe - pesthi a - mung me-mu - ji
- - - - - 5 6 1 - - - - 5 6 1 2 ra - ha - yu ka - yu - wanan
- 3 - 2 1 6 5 6 - - - - - - - - tum - rap ing wang
12. 6 1 2 1 3 2 1 6
3 65 -1 -2 1 2 65 6 3 6 56 -1 -3 -5 -2 6
3 5 2 6 2 6 3 2 32 -3 2 32 -3 2 32 -3
2……………..1
13. Slentem :- 2 1 2 1 2 1 6
Gambang: 3 5 6 3 5 6
14. Gender I : Gender II :
- -2 1 21 -2 1 21 -2 -3 -2 32 -3 -2 32
15. 1 3 1 3 1 6 1 6
Gender: 2 1 3 2 6 1 2 3 5 3 2 1 3 2 1 6
16.Gender: 6 6 - - - 6 1 66 21 66 21 6
- - 63 - 6 - - 55 16 55 16 5 1
Bb: - - - -2 16 52 35 62 -2 -2 -2 -1
65 3 - - 6/2 23 53 53 56 23 53 53 5 5/1
17. Bb : -6 56 11 25 3
Gender: 21 6 -1 2 21 6 -1 2 16 5 -6 1 65 3 -5 6
18. - - 2 5 - 2 6 5 - - 2 6 - 3 1 6
- - 2 5 - 2 6 5 16 -5 -2 12 -1 -2 15 -6
-5 6 5 6 - 1 - 2
Bukan Milikmu
30
19. gecul pi: - 1 - 5 - 1 - 5 5 5 1 6 1 5 6 2 cring crong cring crong duwit krincing sak -e bolong
- 5 1 6 1 5 2 6 - 5 - 1 - 5 - 1 ja ngono a - ja ngono cring crong cring crong
55 5 1 6 5 6 1 2………………………1/5 nek wis disanding a - ja ndomblong (lha!!!!) ho………….
20. 53 -5 -3 5 3
Koor pa: 3 3 3 3 3 6 1 1 ka - dya ri - nu - jit kang na -la
1 1 1 1 2 6 5 3 du - pi a - mu - lat kang gar - wa
5 3 5 6 5 3 5 6 ji - na - rah pi - no - tha- po - tha
3 3 3 3 5 2 5 3 se - dya-ne a - so - roh a - muk
3 3 5 6 5 3 2 3 e - nget ing pra - se - tya- ni - ra
5 5 6 1 5 5 3 5 3 su - ka li - la la - buh gar- wa
5 3 5 6 5 3 2 3 nu - ho - ni pra - se - tya ta - ma
21. Slentem: 1 6 3 Gender : 53 -5 -3 6 5 3
Koor pa:
3 6 6 6 1 3 3 2 6
tan-pa gu - na ngumbar angka - ra
2 6 6 6 6 1 6 3 mung ngre - ru - jit ji - wa ra - ga
3 6 6 6 1 3 3 2 6 tan wurung - a ne -mah-i sir - na
2 6 6 6 1 6 6 3 pe - pa -lang ja - ti - ning ge - sang
Bukan Milikmu
31
Lampiran 3 Tata Busana
1. Baju kuthungan warna kuning ke-emasan.
2. Stagen warna biru muda.
3. Plasmen warna dasar merah – kuning.
4. Kain (jarit) warna kuning polos.
5. Celana warna biru.
6. Rapek warna hitam.
7. Ilat-ilatan warna hitam.
8. Bokongan warna hitam.
Gb. 3
Busana & Penari
(photo : Rio)
Bukan Milikmu
32
Lampiran 4 Jadual Penciptaan
BULAN
MATERI
TEMPAT
Juli
Eksplorasi : melihat, membaca,
mengamati gejala-gejala lingkungan.
Majalah, buku,
media
elektronik
Agustus-
September
Improvisasi: penjelajahan gerak, karakter,
penuangan konsep dan musik.
Studio Tari
Oktober-
Nopember
Komposisi : pemantapan adan peninjauan
semua elemen pendukung pementasan.
Studio Tari,
StageProcenium
Bukan Milikmu
33
Lampiran 5
Tim Produksi :
PIMPINAN PRODUKSI : Drs. M. HAMDAN MAKNUN, MM.
STAGE MANAGER : WINARTO, BA.
SEKRETARIS : SULAIMAN
BENDAHARA : BUDI SANTOSA
PENATA TARI : LILIK SUBARI
PENATA IRINGAN : JOKO SUSILO, S.Sn.
PENATA CAHAYA : HENI PURNOMO, S. Sn.
PENATA BUSANA : HERI SULAKSONO, S. Pd.
PENARI :
1. AYU TITIS RUKMANA
2. DWI ANA WULANDARI
3. ELA ROSANTI
4. PITRI WULANSARI
5. RENI IKA NARITA
6. VIVIN EKA INDRAWATI
PEMUSIK :
1. ANANG WAHYU
2. Drs. SOEBROTO
3. GIYATUN, S. Sn.
4. PUJI ASTUTI, S. Sn.
5. Rb. ZAINI
6. SUPRIYONO, S. Sn.
7. TETUKO AJI
8. YUDI
SIE. TRANSPORTASI : SUPRIYONO, S. Sn.
SIE. KONSUMSI : TRI ESTI YANUARI