Download - Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah
mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama,
belum lagi persoalan anggaran yang dibutuhkan tidak sedikit. Namun dengan
memperbaiki perencanaan pembangunan sanitasi yang berkualitas, maka
Kabupaten/Kota akan dapat mengembangkan layanan sanitasi yang menyeluruh. Potret
buram sanitasi harus ditinggalkan, pembangunan sanitasi perlu terobosan, dan semua itu
dapat terwujud bila sanitasi telah menjadi prioritas pembangunan serta menjadi urusan
bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pihak swasta dan masyarakat.
Disamping untuk mengejar ketertinggalan di sektor sanitasi dan juga dimaksudkan
untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia memenuhi tujuan Millenium Development
Goals (MDGs) khususnya yang terkait Butir 7 target ke-10 MDGs, yakni “ mengurangi
hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada air
yang aman diminum dan sanitasi yang layak pada tahun 2015. Ada 8 (delapan) poin
tujuan pembangunan yang harus dicapai sebelum 2015 yaitu penghapusan kemiskinan,
pendidikan untuk semua, persamaan gender, perlawanan terhadap penyakit, penurunan
angka kematian anak, peningkatan kesehatan ibu, pelestarian lingkungan hidup dan
kerjasama global.
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo,
2003). Menurut WHO, usaha sanitasi meliputi sanitasi air, sanitasi udara, pengelolaan
limbah, infrastruktur dan kelembagaan, kesehatan pemukiman dan lingkungan serta
kesehatan global.
Harus diakui bahwa program pengelolaan dan pengembangan sanitasi di Kota
Bontang belum berkembang seperti daerah lain. Namun dengan keikutsertaan Kota
Bontang dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Kota serta
penandatanganan kesepakatan bersama dalam pengelolaan air limbah menjadi indikasi
komitmen Pemerintah Kota Bontang dalam pembangunan sanitasi kota bersama.
Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam
menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola
hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.
Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “belakang”, sehingga sering termarjinalkan
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart
kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan
keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu
aspek pembangunan yang harus diperhatikan.
Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu air
limbah, persampahan dan drainase, serta penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-
sendiri atau ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang
pembangunan yaitu sanitasi, sehingga seringkali dalam pembangunan dan
pengelolaannya masih terdapat tumpang tindih yang kadang-kadang membingungkan
masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Di sisi lain, masih terdapat
pelaksanaan pembangunan sanitasi yang belum terintegrasi dalam suatu “rencana besar”
yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran menyeluruh untuk jangka waktu yang lebih
panjang dan mencakup beberapa aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek
kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif,
aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.
Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan,
bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak
selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi
dan sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat
menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi.
Pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing
institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-
sendiri, padahal kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan
yang saling bersinergi. Permasalahan lain masih terdapat institusi yang tidak memiliki
tugas menangani sanitasi secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam
mendukung pembangunan dan pengelolaan sanitasi.
Untuk maksud tersebut maka dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL) PPSP Kota Bontang yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Bontang Nomor 195 Tahun 2011 Tanggal 15 Juni 2011, yang
berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan
pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Pokja AMPL
Kota Bontang teridri atas unsur-unsur Pemerintahan Daerah serta melibatkan
masyarakat serta swasta secara langsung sebagai mitra-mitra pendukungnya.
Organisasi Pokja AMPL PPSP Kota Bontang yang terdiri dari Tim Pengarah, Tim
Pembina Dan Tim Teknis, serta Tim Gugus Kecamatan yang terdiri dari LPM, PKK,
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Sanitarian, LSM dan Lurah sebagai koordinator gugus kelurahan sebagai mitra
pembangunan sanitasi yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Mengingat
aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung dengan
pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung seperti yang
berhubungan dengan kehumasan, sosialisasi maupun investasi, maka Pokja AMPL ini
diperkuat oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD, seperti Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Kesehatan
(Dinkes) , Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam
Kebakaran, Bagian Humas dan Protokoler Setda Kota Bontang, serta Pihak perusahaan.
1.2. PENGERTIAN DASAR SANITASI
Sanitasi dapat dipahami sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan
sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah
tangga maupun di lingkungan perumahan. (Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi
Sanitasi)
Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kota Bontang adalah sebagai berikut:
1. Black water adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.
2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari
kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga
(domestik) dengan sistem :
a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan ke tanah
dalam penanganan limbah rumah tangga.
b. Pengelolaan Of Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan
secara terpusat.
3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan
lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat
Pengolahan Akhir (TPA).
4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai
penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.
5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah kota Bontang untuk menyediakan air
bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang
bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam.
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang merupakan dasar dan acuan dimulainya
kegiatan perencanaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena buku putih sanitasi
merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait
dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kota Bontang inilah yang menyediakan data dasar
yang esensial mengenai struktur, situasi (pemetaan) dan kebutuhan sanitasi Kota
Bontang, yang nantinya menjadi Panduan kebijakan Pemerintah Kota Bontang dalam
memanajemen kegiatan sanitasi.
Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona-
zona sanitasi ditingkat kota. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta
prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang
didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun
peningkatan sanitasi di Kota Bontang. Pada masa mendatang penerapan strategi serta
pelaksanaanya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan. Kemitraan dari
berbagai pihak, baik masyarakat (NGO dan NGS lokal), level kota maupun nasional
sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus,
sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk
merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program
ini. Monitoring dan evaluasi dalam implementasi program juga diperlukan sehingga
strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu ditetapkan matang. Manfaat
pengalaman nasional dalam kerangka pemberdayaan nasional adalah: memperdalam
pengkajian sektor sanitasi, mengembangkan kapasitas pembuat kebijakan dan
stakeholders, memperkuat kebijakan dan kerangka peraturan, mengembangkan kerangka
kelembagaan pada tingkat nasional, mengembangkan dan menyebarluaskan strategi atau
rencana tindak serta pedoman bagi pemerintah daerah.
1.4. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
1.4.1. Metode Penyusunan Buku Putih
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara
menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek
metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Sumber Data
a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing
dinas/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa
data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/
kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh
masyarakat. Serta LSM.
Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait
dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA),
Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey
keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey
priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender.
2. Pengumpulan Data
Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian
dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program
yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang
erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.
1.4.2. Tahapan Penyusunan Buku Putih
Tahapan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Bontang ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
Dalam tahap pendahuluan diawali dengan latar belakang di buatnya Buku Putih
Sanitasi Kota Bontang, ini didasari dengan permasalahan – permasalahan kondisi
Aktual sanitasi Kota Bontang pada saat ini, sehingga diambillah suatu tujuan untuk
membuat Buku Putih ini, agar dapat dipergunakan untuk perbaikan sanitasi Kota
Bontang. Dalam tahap ini dipaparkan metodelogi yang digunakan, studi literatur dan
survey-survey (Survey EHRA, Survey peran media dalam perencanaan sanitasi,
survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi,
survey keuangan, survey priority setting area beresiko dan survey peran serta
masyarakat dan gender).
2. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan adalah mengenai data karakteristik yang bersifat
umum ( kondisi administrasi, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, sosial
masyarakat, pendidikan, kesehatan, visi dan misi Kota, Institusi dan organisasi pemda
dan tinjauan tata ruang kota dan kebijakan RTRW), Karakteristik Profil Sanitasi Kota
(Kondisi umum sanitasi, pengelolaan limbah cair, pengelolaan persampahan,
pengelolaan drainase, penyediaan air bersih, komponen sanitasi lainnya, dan
pembiayaan pengelolaan sanitasi)
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
3. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini akan dibahas perencanaan-perencanaan ke depan bagaimana
rencana-rencana peningkatan pengelolaan sanitasi (limbah cair, sampah, saluran
drainase lingkungan dan penyediaan air minum) yang ada di Kota Bontang yang
diawali dengan semangat visi dan misi sanitasi Kota Bontang.
4. Tahap Opsi Pengembangan Sanitasi
Dalam tahap ini akan digambarkan kondisi area beresiko tinggi dan permasalahan
utamanya, serta bagaimana opsi pengembangannya dalam skala kota, peran media
dan peningkatan kepedulian sosial dalam rangka Promosi Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), peran serta masyarakat dan jender, keterlibatan sektor swasta dalam
layanan sanitasi dan sub sektor limbah cair domestik.
1.5. KEDUDUKAN POSISI BUKU PUTIH
Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur,
situasi dan kebutuhan sanitasi Kota Bontang. Buku Putih Sanitasi Kota Bontang Tahun
2011 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kota. Rencana
pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan
dalam Buku Putih Sanitasi.
Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang
merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan
Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2011 dan setelah 3 tahun,
semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
1.6. SUMBER DATA
Sumber data dalam penyusunan buku putih sanitasi Kota Bontang meliputi :
a. Data primer yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang
diklakukan pokja, data primer dapat berupa rekaman/Kuesiner hasil wawancara
maupun potret kondisi eksisting dilapangan.
b. Data sekunder diperoleh dari dokumen tercatat baik yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasikan dari tiap-tiap dinas/ SKPD yang terkait, buku-buku umum
mengenai wajah dan karakter Kota Bontang secara umum seperti :
• Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
• Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
• Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
• Rencana Startegis (Renstra) SKPD
• Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
• Bontang Dalam Angka
1.7. PERATURAN PERUNDANGAN
Memperhatikan kecenderungan capaian akses sanitasi layak selama ini,
Indonesia harus memberikan perhatian khusus kepada peningkatan kualitas infrastruktur
sanitasi, selain pencapaian Target 7 MDGs 2015 yaitu guna melaksanaan amanat Pasal
28 H Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (bahwa setiap warga negara Indonesia berhak
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, negara berkewajiban untuk
menyediakan lingkungan yang baik dan sehat) dan amanat Undang-undang No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengamanatkan bahwa Kesehatan merupakan hak
asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Dari kedua dasar hukum tersebut menunjukkan bahwa peran regulasi telah cukup
mendasar untuk mewadahi setiap aktivitas penciptaan lingkungan bersih dan sehat.
Namun demikian untuk mendukung kebijakan regulasi yang menyeluruh pemerintah juga
telah menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pengelolaan sanitasi secara menyeluruh. Beberapa peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
1.7.1. Undang-Undang
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H, yang menyebutkan bahwa setiap
warga Indonesia berhak mendapatkan kesejahteraan dan lingkungan yang
baik.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan dan Pemukiman.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang
Penataan Ruang.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber
Daya Air.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah.
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah.
9. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
10. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
11. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
12. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
13. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
14. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Tentang
Kesehatan yang merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia dalam Pancasila dan UUD 1945.
16. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
17. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
1.7.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang
Pengendalian Pencemaran Air.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang
Sungai.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Air Minum.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
9. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Mutu Air Limbah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Kewenangan antara Pemerintah dan Pemda.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama Daerah.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air .
14. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Air tanah
harus dikelola secara terpadu, menyelruh dan berwawasan lingkungan hidup).
15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri.
1.7.3. Peraturan Presiden Republik Indonesia
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun
2004-2009.
1.7.4. Keputusan Presiden Republik Indonesia
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun
2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
1.7.5. Peraturan Menteri
1. Permen PU Nomor 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air Pada
Sumber-Sumber Air.
2. Permen PU Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-
SPAM).
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang I
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
1.7.6. Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.
2. Kepmeneg LH Nomor Kep- 51/MENLH/ 10/1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Industri.
3. Kepmeneg LH Nomor Kep- 52/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Hotel.
4. Kepmen LH Nomor 58 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit.
5. Kepmen LH Nomor 03 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kawasan Industri.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan
AMDAL.
7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan
Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
9. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-
SPP).
10. Kepmen LH Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan.
11. Kepmenkimpraswil Nomor 403 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT).
12. Kepmen PU Nomor 16/PRT/M Tahun 2008 tentang Kebijakan Strategi
Nasional Pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman.
13. Kepmenkes Nomor 852 Tahun 2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat.
1.7.7. Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang I
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan
Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan
Sumur Resapan.
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan
Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis
Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan.
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5
Liter/detik.
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk
Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara
Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.
1.7.8. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 8 tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bontang 2011-2016.
2. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 3 tahun 2003, Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bontang 2001- 2010.
(Masih memakai Perda RTRW lama, draf RTRW baru masih dalam proses
pengesahan)
3. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 4 Tahun 2004, Tentang Pengelolaan
Sampah.
4. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 6 tahun 2004, Tentang Perizinan
dan Retribusi Pembuangan Limbah Cair.
5. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 2 Tahun 2009, Tentang
Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Taman Kota Bontang.
6. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 7 Tahun 2009, Tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan Dan Kebersihan.
1.8. SISTEMATIKA DOKUMEN
Sistematika pembuatan Buku Putih Sanitasi Kota Bontang ini terdiri dari 6 (enam) Bab,
yang masing-masing bab membahas hal-hal sebagai berikut:
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang I
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang permasalahan, pengertian dasar sanitasi,
maksud dan tujuan, metode penyusunan, kedudukan Buku Putih Sanitasi, dasar
hukum penyusunan, serta sistematika dokumen.
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA
Dalam bab ini membahas Kondisi umum kota yang menggambarkan kondisi fisik
kota, letak geografi, topografi dan kondisi geohidrologi dengan batas-batas
administrasinya, jumlah penduduk 5 tahun terakhir dengan kepadatan,
sebarannya serta proyeksi jumlah penduduk 5 tahun ke depan; sarana prasarana
pendidikan; sarana prasarana kesehatan; kondisi sosial masyarakat; kondisi
ekonomi kota dan perekonomian masyarakat; harapan umum/visi dan misi kota
yang ingin dicapai; institusi dan organisasi Pemda; dan arah pengembangan
pembangunan kota serta rencana tata ruang dan wilayah kota
BAB III PROFIL SANITASI KOTA
Bab ini akan membahas profil sanitasi kota yang menggambarkan kondisi riil
sektor sanitasi yang ada saat ini dan sedang berjalan tentang kondisi umum
sanitasi, kondisi pengelolaan limbah cair, persampahan, drainase, air bersih dan
komponen sanitasi lainnya. Tinjauannya meliputi aspek legal formal,
kelembagaan, cakupan layanan, teknis operasional dan teknologi yang
digunakan, peran serta masyarakat dan jender serta permasalahan –
permasalahan yang ada. Bagian ini juga merupakan hasil analisis data sekunder.
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI
Bab ini akan membahas secara detail mengenai Rencana Pengembangan dan
Pembangunan Sektor Sanitasi yang sedang dan akan dijalankan, berdasarkan
Perencanaan Pembangunan yang saat ini masih berjalan/RPJM Kota yang ada,
meliputi Visi dan Misi sanitasi, Strategi Penanganan Sanitasi Kota, Rencana
Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Sampah, Saluran Drainase Lingkungan,
Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum, dan Rencana Peningkatan
Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI
Dalam bab ini memaparkan hasil kesepakatan Pokja berdasarkan kajian,
analisis, obervasi dan survei lapangan serta merupakan indikasi dan opsi-opsi
yang dapat diambil dalam menyusun SSK. Bagian ini didasarkan pada kompilasi
& analisis data sekunder ataupun pengumpulan & analisis data primer di area
berisiko tinggi: tentang Jender dan Kemiskinan .
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang I
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
BAB VI PENUTUP / KESIMPULAN
Memuat harapan dan langkah-langkah tindak lanjut (opsi pengembangan) yang
dapat dipertimbangkan sebagai masukan dalam penyusunan rencana strategis
pembangunan sanitasi kota atau Strategi Sanitasi Kota (SSK).
II - 1Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
BAB IIGAMBARAN UMUM KOTA BONTANG
2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS, GEOHIDROLOGI
2.1.1. Letak Geografis Kota Bontang
Kota Bontang terletak antara 117o23’ Bujur Timur – 117o38’ Bujur Timur serta
diantara 0o01 Lintang Utara – 0o012’ Lintang Utara. Wilayah Kota Bontang didominasi
oleh lautan. Kota Bontang memiliki wilayah daratan seluas 147,8 Km2 ( 29,70 % ),
sedangkan luas wilayah seluruhnya 497,57 Km2, didukung dengan tata letak yang cukup
strategis yaitu terletak pada jalan trans Kalimantan Timur dan berbatasan langsung
dengan Selat Makasar yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) dan
Internasional sehingga menguntungkan dalam mendukung interaksi wilayah Kota
Bontang dengan wilayah lain diluar Kota Bontang baik dalam skala nasional, regional
maupun internasional.
2.1.2. Topografi Kota Bontang
Wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai, berbukit dan
bergelombang. Secara topografi kawasan Kota Bontang memiliki ketinggian antara 0 –
120 meter diatas permukaan laut (m dpl) dengan kemiringan lereng yang bervariasi dan
terdiri dari sebagian besar wilayah daratan dan beberapa wilayah berupa pulau-pulau
kecil. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Kota Bontang memiliki kemiringan lereng yang
bervariasi dari pantai Timur dan Selatan hingga bagian Barat. Kemiringan lahan datar
antara 0% - 2% mempunyai luasan 7.211 ha atau 48,79%, Kemiringan lahan
bergelombang antara 3% - 15% seluas 4.001 ha atau 27,07%, serta luas lahan dengan
kemiringan curam antara 16% - 40% hampir sama dengan luas bergelombang yaitu
24,14% atau 3.568 ha.
Luas wilayah Kota Bontang berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng adalah
seperti pada Tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1
Luas Kemiringan Lahan (rata-rata) Kota Bontang
Kemiringan Luas (ha) %
Datar (0-2%) 7.211 48.79
Bergelombang (13-15%) 4.001 27.07
Curam (16-40%) 3.568 24.14
Sangat Curam (>40%) 0.000 0.00
Jumlah 14.780 100.00Sumber : Bappeda, 2008
II - 2Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
2.1.3. Hidrologi Kota Bontang
Secara hidrologi, wilayah Kota Bontang terdiri atas 3 Daerah Aliran Sungai (DAS),
yaitu :
a) DAS Guntung
Sungai Guntung terletak di Kelurahan Guntung merupakan kelurahan paling Utara
di Kota Bontang. Sungai Guntung melayani kawasan di Kelurahan Guntung dan
sekitarnya. Luas DAS Guntung kurang lebih 23,24 km2 dengan panjang aliran sungai
sepanjang 11,36 km. Lebar sungai antara 2-10 meter dengan kedalaman rata-rata 1-
2 meter. Ketinggian air pada saat surut terendah adalah 1 meter, sedangkan
ketinggian air pada saat pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
b) DAS Bontang
Sungai Bontang membentang dari Kelurahan Bontang Kuala, Api-api, Kanaan,
Gunung Elai, dan Gunung Telihan. Sungai Bontang melayani kawasan di Kelurahan
Bontang Kuala, Bontang Baru, Api-api, Kanaan, Gunung Elai, dan Gunung Telihan
dan sekitarnya. Luas DAS Bontang kurang lebih 53,28 km2 dengan panjang aliran
sungai sepanjang 25,62 km. Lebar sungai antara 4-10 meter dengan kedalaman rata-
rata 1-2,5 meter. Ketinggian air pada saat surut terendah adalah 1 meter, sedangkan
ketinggian air pada saat pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
c) DAS Nyerakat
Sungai Nyerakat terletak di Kelurahan Bontang Lestari, merupakan kelurahan
paling selatan di Kota Bontang. Sungai Nyerakat melayani kawasan di Kelurahan
Bontang Lestari dan sekitarnya. Luas DAS Nyarakat kurang lebih 16,75 km2 dengan
panjang aliran sungai sepanjang 13 km, lebar sungai antara 3-10 meter dengan
kedalaman rata-rata 1-2 meter.
Ketiga DAS tersebut merupakan bagian dari Sub DAS Santan Ilir yang semuanya
bermuara di Selat Makassar. Sungai-sungai tersebut juga mengalirkan air yang berasal
dari mata air, terutama air yang keluar dari batuan pasir halus, pasir kasar dan lempung
pasiran yang berasal dari formasi Balikpapan.
2.1.4. Geologi Kota Bontang
Kondisi Geologi, Kota Bontang termasuk dalam sub bagian cekungan Kutai
dengan batas fisik di sebelah Timur Selat Makassar, sebelah Selatan Sungai Santan,
sebelah perbukitan sebelah Timur Gunung Lobang Batik dan sebelah Utara Sungai
Temputuk. Dari aspek litologi, formasi batuan di Kota Bontang terdiri dari enam formasi
batuan, yaitu:
II - 3Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
a. Endapan Alluvium, yang tersusun oleh kerakal, kerikil, lempung dan lumpur sebagai
endapan sungai, rawa, pantai dan delta.
b. Formasi Kampungbaru, yang tersusun atas batu pasir kuarsa dengan sisipan
lempung, lanau dan serpih dengan sifat lunak dan mudah hancur. Formasi ini
memiliki aquifer potensial di daerah Bontang dengan jenis batuan yang bertindak
sebagai aquifer berupa kerikil, pasir kuarsa yang bersifat lepas, batu pasir dan pasir
lempung.
c. Formasi Balikpapan, yang terdiri atas perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung
lanauan dan serpih dengan sisipan napal, batu gamping dan batubara. Formasi
Balikpapan merupakan formasi terbesar di kawasan Pesisir Bontang dengan arah
utara-selatan.
d. Formasi Pulau Balang, merupakan perselingan batu pasir kuarsa, batu pasir dan
batu lempung dengan sisipan batubara.
e. Formasi Bebulu, yaitu formasi batuan terkecil di kawasan Pesisir Bontang yang
tersusun atas batu gamping dengan sisipan lempung lanauan dan sedikit napal.
f. Formasi Pamaluan. Tersusun atas batu lempung dan serpih dengan sedikit napal,
batu pasir dan batu gamping.
Jenis tanah didominasi oleh podsolik merah kuning, aluvial dan kompleks latosol.
Jenis tanah ini memiliki lapisan kuning (top soil) yang tipis, peka erosi dan miskin unsur
hara. Untuk pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan dibutuhkan pengolahan awal
berupa perbaikan tanah (soil stabilization) dan pengamanan hutan sehingga kestabilan
tanah dan persediaan air tanah tetap terjaga.
Kondisi hidrogeologi Kota Bontang secara regional dapat dibedakan berdasarkan
morfologi, geologi, lingkungan pengendapan batuan, dan cara terdapat air tanahnya.
Berdasarkan ciri fisik litologi, fasies, lingkungan pengendapan, struktur geologi dan
batuan yang tersingkap di daerah Bontang dan sekitarnya, cekungan air tanah Bontang
merupakan sub cekungan Kutai.
Areal imbuh cekungan air tanah Bontang diperkirakan berasal dari daerah tekuk
lereng Gunung Lobang Sebatik beserta areal perbukitannya yang memanjang dari Utara
ke Selatan. Jalur tersebut ditempati oleh batuan dari formasi kampung Baru. Formasi ini
bertindak langsung sebagai formasi peresapan paling potensial untuk cekungan air tanah
Bontang.
2.1.5. Klimatologi Kota Bontang
Secara klimatologi, Kota Bontang memiliki iklim tropis yang sama dengan wilayah
lainnya di Indonesia pada umumnya. Wilayah Kota Bontang termasuk daerah
II - 4Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
khatulistiwa dan dipengaruhi iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di
sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 24°-33°C. Oleh karena itu, hampir tidak memiliki
perbedaan pergantian musim hujan dan kemarau. Angin musim Barat pada umumnya
terjadi pada bulan November-April dan musim angin timur terjadi pada bulan Mei-
Oktober.
Curah hujan dipengaruhi oleh bertiupnya angin muson barat yang basah pada
bulan Desember-Februari yang menyebabkan hujan, sedangkan pada bulan Juni-
September bertiup angin muson timur yang menyebabkan terjadinya kemarau. Pada
bulan Maret-Mei dan September-Nopember merupakan bulan-bulan peralihan. Pada
bulan-bulan peralihan terjadi cuaca yang sama yaitu adanya arus angin konveksi yang
memungkinkan hujan walaupun pada saat musim kemarau. Curah hujan selama tahun
2010 (Tabel 2.2) sangat beragam, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari (curah hujan 326,4 mm dan 21,5 hari hujan), terendah pada bulan Februari (curah
hujan 142,7 mm dengan 7 hari hujan). Sedangkan rata-rata curah hujan dan hari hujan
pada tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009.
Tabel 2.2
Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan
Tahun 2008-2010 Kota Bontang
Bulan 2008 2009 2010mm Hari mm Hari mm Hari
Januari 146 23 171 17 326,4 21,5
Februari 122 15 260 16 142,7 7
Maret 101 10 425 20 160,1 6
April 149 21 222 17 228,0 11
Mei 175 16 173 16 299,1 16
Juni 264 17 106 12 249,7 19
Juli 226 26 184 10 311,6 20
Agustus 178 18 61 10 210,2 17,5
September 117 13 9 4 232,2 13,5
Oktober 178 19 91 10 221,8 13,5
Nopember 441 23 270 16 251,5 16,0
Desember 402 22 162 14 281,6 18,0
Jumlah 2.499 223 2.134 162 2.914,9 179,0
Rata-rata 208,25 18,58 177,83 13,50 242,9 14,9
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
II - 5Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
2.1.6. Penggunaan Lahan
Kota Bontang diapit oleh hutan lindung di sebelah Barat dan Selatan, Taman
Nasional Kutai di sebelah Utara, dan Selat Makasar di sebelah Timur. Berdasarkan hasil
pemetaan tahun 2009 menunjukkan hampir seluruh luas daratan telah dimanfaatkan baik
untuk kegiatan budidaya, kawasan ruang terbuka hijau maupun untuk kawasan lindung
lainnya. Menurut data tahun 2009, dari luas daratan Kota Bontang sekitar 14.780 ha
penggunaan tanah terbesar masih berupa semak belukar sebesar 6.870,98 ha (46,49%).
Penggunaan lainnya terdiri dari hutan sejenis seluas 2.764,48 ha (18,70%), bakau seluas
1.115,51 ha (7,55%), tambak seluas 328,18 ha (2,19), pekarangan seluas 980,64 ha
(6,63%), rumah/bangunan gedung seluas, 1.355,56 ha (9,170) dan fasilitas umum seluas
562,43 ha (3,13%). Adapun jenis penggunaan penggunaan lahan secara terperinci dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3
Penggunaan Tanah di Kota Bontang
N0 Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
1 Pemukiman
a. Rumah/ Bangunan/ Gedung 1.355,56 9,17
b. Pekarangan 980,64 6,63
c. Fasilitas Sosial 29,76 0,20
d. Fasilitas Umum 462,43 3,13
e. Permukiman Atas Air 53,94 0,36
f. Jasa 69,52 0,47
2 Tambak 323,18 2,19
3 Kawasan Industri/ Pabrik
a. PT. Pupuk Kaltim Tbk 192,46 1,30
b. PT. Badak NGL 278,07 1,88
4 Rawa 53,54 0,36
5 Danau/Waduk/Situ 15,11 0,10
6 Hutan Kota 196,98 1,33
7 Hutan Sejenisnya 2.764,48 18,70
8 Bakau 1.115,51 7,55
9 Semak Belukar 6.870,98 46,49
10 Tanah Terbuka 17,83 0,12
Total 14.780,00 100,00
Sumber : Naskah Akademis RTRW Kota Bontang, Bappeda 2009
II - 6Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Kota Bontang merupakan kota pesisir yang terlihat dari luasan wilayah lautnya
yang dominan sekitar 70,30%. Namun demikian dengan melihat karakteristik fisik laut dan
banyaknya kegiatan yang sudah ada di wilayah tersebut menjadikan potensi
pengembangan wilayah laut sangat sempit. Potensi untuk kegiatan perikanan sekitar
9.384 ha atau sekitar 26,83% dari luas wilayah laut Kota Bontang, sedangkan pengunaan
lahan terbesar di wilayah laut Kota Bontang adalah untuk alur pelayaran, baik alur
pelayaran swasta, rakyat maupun alur pelayaran nasional.
Tabel 2.4
Penggunaan Lahan Wilayah Laut Kota Bontang
No Penggunaan Luas (Ha) %
A Flat
- Gosong 940 2,69
- Pasir 158 0,45
- Pasir Berlumpur 100 0,29
B Terumbu Karang 2.799 8,00
C Alur Pelayaran
- PT. Badak NGL 1.311 3,75
- PT. Pupuk Kaltim Tbk 3.464 9,90
D Areal efektif utk kegiatan perikanan 9.384 26,83
E Penggunaan lain (alur rakyat, alur tanjung laut, dan
kegiatan lainnya)16.821,0 48,092
Luas Total Wilayah Laut 34.977,00 100,00
Sumber: RTRW Kota Bontang 2011-2030
2.2. ADMINISTRASI
Secara administrasi, semula Kota Bontang merupakan kota administratif sebagai
bagian dari Kabupaten Kutai dan menjadi Daerah Otonom berdasarkan UU N0. 47 Tahun
1999, tentang pemekaran Propinsi dan Kabupaten, bersama – sama Kabupaten Kutai
Timur dan Kabupaten Kutai Kertanegara. Dan sejak disahkannya Peraturan Daerah Kota
Bontang N0.17 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi Kecamatan Bontang Barat,
pada tanggal 16 Agustus 2002, Kota Bontang terbagi menjadi 3 Kecamatan yaitu
Kecamatan Bontang Selatan, Kecamatan Bontang Utara dan Kecamatan Bontang Barat.
Adapun Kelurahan yang ada ditiap masing-masing Kecamatan adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Bontang Lestari,
Kelurahan Satimpo, Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berbas Tengah, Kelurahan
Tanjung Laut dan Kelurahan Tanjung Laut Indah.
II - 7Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
2. Kecamatan Bontang Utara terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Bontang Kuala,
Kelurahan Bontang Baru, Kelurahan Api-Api, Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan
Loktuan dan Kelurahan Guntung.
3. Kecamatan Bontang Barat terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Kanaan, Kelurahan
Gunung Telihan dan Kelurahan Belimbing.
Luas dan batas wilayah, Kota Bontang dengan luas wilayah 49.757 ha yang
didominasi oleh lautan, yaitu seluas 34.977 ha (70,30%) sedangkan wilayah daratannya
seluas 14.780 ha (29,70%). Luas masing-masing Kecamatan yaitu Kecamatan Bontang
Selatan seluas 10.440 ha, Kecamatan Bontang Utara seluas 2.620 ha, dan Bontang Barat
seluas 1.720 ha. Kelurahan terluas yaitu Bontang Lestari (8.092 ha).
Tabel 2.5
Luas Wilayah Administrasi dan Jumlah RT di Tiap Kelurahan di Kota Bontang
Kecamatan/ Kelurahan
Luas Wilayah (km2) Jumlah RT
Bontang Selatan
1. Berbas Pantai 0,70 24
2. Berbas Tengah 0,98 62
3. Tanjung Laut Indah 4,84 33
4. Satimpo 15,61 25
5. Tanjung Laut 1,35 38
6. Bontang Lestari 80,92 18
Bontang Utara
1. Api Api 1,79 37
2. Bontang Baru 2,08 28
3. Bontang Kuala 5,67 13
4. Guntung 8,49 24
5. Guntung Elai 4,59 41
6. Loktuan 3,58 51
Bontang Barat
1. Belimbing 7,54 51
2. Kanaan 6,50 12
3. Telihan 3,16 30
Jumlah 147,80 487Sumber : Kantor Kecamatan
Batas wilayah administratif Kota Bontang sebelah Barat adalah Kecamatan Teluk
Pandan Kabupaten Kutai Timur, sebelah Timur dibatasi oleh Selat Makassar, sebelah
Selatan dengan Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kartanegara dan sebelah
Utara dengan Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Kutai Timur.
Sumber RTRW Ko a Bontang 2011 2030
II - 8Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kota Bontang
: t -
2.3. KEPENDUDUKAN
A. Pertumbuhan Penduduk
Sebagai sebuah kota yang sedang berkembang terutama dengan keberadaan dua
perusahaan besar berskala nasional yakni PT. Badak NGL dan PT. Pupuk Kaltim Tbk,
Jumlah penduduk Kota Bontang senantiasa bertambah seiring dengan berjalannya waktu.
Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk yakni
kelahiran dan kematian, tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi.
Jumlah penduduk laki-laki kota Bontang di Tahun 2010 sebesar 94.178 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebesar 81.653 jiwa. Besarnya rasio prosentase jenis kelamin di
Kota Bontang untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 53,56% sedangkan untuk jenis kelamin
perempuan sebesar 46,44%.
II - 9Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Menurut Kecamatan Tahun 2010
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Bontang Selatan 37.965 33.102 71.067
Bontang Utara 34.102 73.709 73.709
Bontang Barat 16.606 14.449 31.055
Jumlah 94.178 81.653 175.831Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,2011
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir dari tahun 2006 s/d tahun 2010,
pertumbuhan penduduk Kota Bontang tercatat rata-rata sebesar 9,48% per tahun atau
sebesar 12.089 jiwa per tahun.
Tabel. 2.7
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 – 2010
No KecamatanJumlah Penduduk
2006 2007 2008 2009 2010
1. Bontang Selatan 48.734 55.137 64.878 72.530 71.067
2. Bontang Utara 53.961 54.980 64.123 72.466 73.709
3. Bontang Barat 24.780 25.907 29.028 31.730 31.055
Jumlah 127.475 136.024 158.029 176.726 175.831
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil,2011
Tabel 2.8
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan
Pertumbuhannya Tahun 2006 - 2010
TahunJenis Kelamin
JumlahRasio Jenis
KelaminLaki-laki Perempuan
2006 68.373 59.102 127.475 115,69
2007 72.248 63.777 136.025 113,28
2008 83.989 74.040 158.029 113,44
2009 94.579 82.147 176.726 115,13
2010 94.178 81.653 175.831 115,34Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,2011
II - 1010
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.9
Proyeksi Penduduk 5 tahun Ke Depan
No KecamatanJumlah Penduduk
2011 2012 2013 2014 2015
1. Bontang Selatan 76.650 82.234 87.817 93.400 98.983
2. Bontang Utara 78.646 83.583 87.717 91.852 95.986
3. Bontang Barat 32.624 34.193 35.761 37.330 38.899
Jumlah 187.920 200.009 211.295 222.582 233.868
B. Persebaran dan Kepadatan
Dari jumlah 175.831 penduduk Kota Bontang tahun 2010, penyebaran jumlah
penduduk di tiga kecamatan tidak merata setiap tahunnya, yakni Kecamatan Bontang
Selatan sebesar 71.067 jiwa, di Kecamatan Bontang Utara sebesar 73.709 jiwa dan
Kecamatan Bontang Barat 31.055 jiwa.
Kepadatan penduduk selama tahun 2010 di Kecamatan Bontang Selatan sebesar 550
jiwa/km2, Kecamatan Bontang Utara 2.343 jiwa/km2 dan Bontang Barat sebesar 1.445
jiwa/km2.
Tabel 2.10
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio dari
Kelurahan/ Kecamatan Per Desember 2010
No Nama Wilayah Laki-Laki Perempuan Jumlah KKRasio Jenis
Kelamin
1 Berbas Pantai 6.094 5.296 11.390 3.315 115,072 Berbas Tengah 9.184 7.922 17.106 3.554 115,933 Tanjung Laut Indah 7.484 6.558 14.042 2.691 114,144 Satimpo 4.073 3.770 7.846 1.923 108,125 Tanjung Laut 8.773 7.547 16.320 3.415 116,246 Bontang Lestari 2.354 2.009 4.363 1.151 117,17
Bontang Selatan 37.965 33.102 71.067 16.049 114,69
1 Api Api 7.807 6.833 14.640 4.655 114,252 Bontang Baru 6.074 5.245 11.319 2.805 115,813 Bontang Kuala 2.163 1.929 4.092 1.003 112,134 Guntung 4.284 3.679 7.963 2.013 116,445 Gunung Elai 7.623 6.626 14.249 4.634 115,056 Loktuan 11.656 9.790 21.446 4.662 119,06
Bontang Utara 39.607 34.102 73.709 19.772 116,14
1 Belimbing 7.279 6.484 13.763 4.527 112,262 Kanaan 2.386 2.061 4.447 1.096 115,773 Telihan 6.941 5.904 12.845 3.995 117,56
Bontang Barat 16.606 14.449 31.055 9.618 114,93
Total 94.178 81.653 175.831 45.439 115,34Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Tabel 2.11
II - 1111
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Persebaran dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kelurahan/Kecamatan Per Desember 2010
No Nama WilayahLuas
(Km2)
Penduduk
(Jiwa)
Persebaran
(%)Kepadatan/Km2
Bontang Selatan 104,40 71.067 40,42% 681
1 Bontang Lestari 80,92 4.363 2,48% 54
2 Satimpo 15,61 7.846 4,46% 503
3 Berbas Pantai 0,70 11.390 6,48% 16.271
4 Berbas Tengah 0,98 17.106 9,73% 17.455
5 Tanjung Laut 1,35 16.320 9,28% 12.089
6 Tanjung Laut Indah 4,84 14.042 7,99% 2.901
Bontang Utara 26,20 73.709 41,92% 2.813
1 Bontang Kuala 5,67 4.092 2,33% 722
2 Bontang Baru 2,08 11.319 6,44% 5.442
3 Api- Api 1,79 14.640 8,33% 8.179
4 Guntung Elai 4,59 14.249 8,10% 3.104
5 Loktuan 3,58 21.446 12,20% 5.991
6 Guntung 8,49 7.963 4,53% 938
Bontang Barat 17,20 31.055 17,66% 1.806
1 Kanaan 6,50 4.447 2,53% 684
2 Telihan 3,16 12.845 7,31% 4.065
3 Belimbing 7,54 13.763 7,83% 1.825
Jumlah 147,80 175.831 100% 1.190
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2.4. PENDIDIKAN
Salah satu cara mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah
melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan disini adalah pendidikan formal mulai
dari jenjang SD sampai dengan Perguruan Tinggi.
Secara umum, jumlah gedung sekolah pada periode tahun 2008 sampai dengan tahun
2010 tidak mengalami penambahan. Jumlah gedung sekolah SD, SLTP dan SLTA baik
yang negeri maupun swasta pada tahun 2010 berturut – turut banyaknya adalah 55 unit,
34 unit dan 20 unit.
Pada jenjang SD, rata-rata jumlah guru di sebuah sekolah pada tahun ajaran 2010-
2011 adalah 19 guru untuk SD Negeri, 19 guru untuk SD Swasta dan 15 guru untuk
Madrasah Ibtidaiyah (MI). Rata-rata jumlah murid di sebuah sekolah pada tahun ajaran
2010-2011 adalah 421 murid untuk SD Negeri, 311 murid untuk SD Swasta dan 177
murid untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Sedangkan rasio murid-guru adalah 22 untuk SD
Negeri, 16 untuk SD Swasta dan 12 untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Tabel 2.12
II - 1212
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru Dan Rasio Murid-Guru
Sekolah Dasar (SD) Negeri Di Kota Bontang Tahun 2008-2010
Kecamatan Sekolah Murid GuruRasio
Murid-Guru
1. Bontang Selatan 15 5.549 254 22
2. Bontang Utara 11 5.455 231 24
3. Bontang Barat 4 1.631 77 21
Jumlah
2010 30 12.635 562 22
2009 30 12.411 526 24
2008 30 11.938 497 24
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Tabel 2.13
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru Dan Rasio Murid-Guru
Sekolah Dasar (SD) Swasta Di Kota Bontang Tahun 2008-2010
Kecamatan Sekolah Murid GuruRasio
Murid-Guru
1. Bontang Selatan 9 2.536 166 15
2. Bontang Utara 7 1.329 71 19
3. Bontang Barat 5 2.675 160 17
Jumlah
2010 21 6.540 397 16
2009 21 6.533 396 16
2008 21 6.622 394 17
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Tabel 2.14
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru Dan Rasio Murid-Guru
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta Di Kota Bontang Tahun 2008-2010
Kecamatan Sekolah Murid GuruRasio
Murid-Guru
1. Bontang Selatan 3 401 34 12
2. Bontang Utara 1 307 26 12
3. Bontang Barat 0 0 0 0
Jumlah
2010 4 708 60 12
2009 4 709 54 13
2008 4 644 51 13
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Pada jenjang SMP, rata-rata jumlah guru di sebuah sekolah pada tahun ajaran
2010-2011 adalah 29 guru untuk SMP Negeri, 13 guru untuk SMP Swasta dan 9 guru
II - 1313
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs). Rata-rata jumlah murid di sebuah sekolah pada
tahun ajaran 2010-2011 adalah 371 murid untuk SD Negeri, 200 murid untuk SD Swasta
dan 141 murid untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs). Sedangkan rasio murid-guru adalah
13 untuk SMP Negeri, 16 untuk SMP Swasta dan 16 untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Tabel 2.15
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru Dan Rasio Murid-Guru
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Di Kota Bontang Tahun 2008-2010
Kecamatan Sekolah Murid GuruRasio
Murid-Guru
A. Bontang Selatan 5 1.623 127 13
B. Bontang Utara 1 398 37 11
C. Bontang Barat 2 943 65 15
Jumlah
2010 8 2.964 229 13
2009 8 3.202 220 15
2008 8 2.972 205 14
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Tabel 2.16
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru Dan Rasio Murid-Guru
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta Di Kota Bontang Tahun 2008-2010
Kecamatan Sekolah Murid GuruRasio
Murid-Guru
1. Bontang Selatan 6 1.236 79 16
2. Bontang Utara 10 1.724 111 16
3. Bontang Barat 5 1.229 70 18
Jumlah
2010 21 4.189 260 16
2009 21 3.923 263 15
2008 21 4.176 299 14
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
II - 1414
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.17
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru Dan Rasio Murid-Guru
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Di Kota Bontang Tahun 2008-2010
Kecamatan Sekolah Murid GuruRasio
Murid-Guru
1. Bontang Selatan 2 231 16 14
2. Bontang Utara 2 388 20 19
3. Bontang Barat 1 83 9 9
Jumlah
2010 5 702 45 16
2009 5 633 45 14
2008 5 558 63 9
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Pada jenjang SMA/SMK/MA, rata-rata jumlah guru di sebuah sekolah pada tahun
ajaran 2010-2011 adalah 45 guru untuk SMA/SMK/MA Negeri dan 18 guru untuk
SMA/SMK/MA Swasta. Rata-rata jumlah murid di sebuah sekolah pada tahun ajaran
2010-2011 adalah 452 murid untuk SMA/SMK/MA Negeri dan 313 murid untuk
SMA/SMK/MA Swasta. Sedangkan rasio murid-guru adalah 10 untuk SMA/SMK/MA
Negeri dan 18 untuk SMA/SMK/MA Swasta.
Tabel 2.19
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru Dan Rasio Murid-Guru
Sekolah Menengah Tingkat Atas Menurut Jenis Sekolah Dan Kecamatan
II - 15Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Di Kota Bontang Tahun 2010
Kecamatan Sekolah Murid GuruRasio
Murid-Guru
A. Bontang Selatan
1. SMA Negeri 1 558 44 13
2. SMA Swasta 2 655 43 15
3. SMK Negeri 1 371 46 8
4. SMK Swasta 3 703 32 22
5. MA Negeri 0 0 0 0
6. MA Swasta 0 0 0 0
Jumlah 7 2.287 165 14
B. Bontang Utara
1. SMA Negeri 1 497 46 11
2. SMA Swasta 3 539 37 15
3. SMK Negeri 1 810 92 9
4. SMK Swasta 3 1.298 67 19
5. MA Negeri 1 259 24 11
6. MA Swasta 0 0 0 0
Jumlah 9 3.403 266 13
C. Bontang Barat
1. SMA Negeri 1 461 39 12
2. SMA Swasta 2 866 50 17
3. SMK Negeri 1 206 25 8
4. SMK Swasta 0 0 0 0
5. MA Negeri 0 0 0 0
6. MA Swasta 0 0 0 0
Jumlah 4 1.533 114 13
Jumlah
2010 20 7.223 545 13
2009 20 7.172 535 13
2008 20 6.911 544 13
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Perbandingan atau rasio antara guru dan sekolah akan menggambarkan rata-rata jumlah
guru yang mengajar di sebuah sekolah. Rasio ini menggambarkan ketersediaan guru
sebagai penunjang sarana belajar mengajar pada sebuah sekolah. Ini penting diketahui
karena ada relevansinya dengan terlaksananya proses belajar mengajar yang baik,
sehingga pada akhirnya mampu menciptakan bibit-bibit Sumber Daya Manusia yang
berkualitas.
II - 1616
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
2.5. KESEHATAN
Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan meningkatnya
pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan fasilitas kesehatan terutama
puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua jenis fasilitas tersebut dapat
menjangkau lapisan masyarakat hingga ke pelosok terpencil.
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang baik selain
dengan menyediakan berbagai fasilitas kesehatan, juga melalui penyuluhan kesehatan,
agar masyarakat dapat berprilaku hidup bersih dan sehat. Diharapkan dengan
penyuluhan ini penularan penyakit seperti diphteria, muntaber, kolera, dan demam
berdarah, sebagai akibat dari sanitasi lingkungan yang buruk dan kebiasaan hidup yang
tidak sehat dapat dicegah.
Salah satu dari sepuluh penyakit utama yang paling sering diderita masyarakat Kota
Bontang selama tahun 2010 menurut hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Bontang adalah
penyakit pada saluran pernafasan bagian atas (9.031 kasus). Sebagai penyakit dengan
jumlah penderita terbesar, penyakit ini perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat
mengganggu aktivitas masyarakat Kota Bontang.
Dalam mewujudkan masyarakat sehat, pemerintah Kota Bontang melalui
peningkatan sarana dan prasarana serta mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
pemerintah telah mengupayakan pembangunan di bidang kesehatan, sampai saat ini
telah tersedia fasilitas kesehatan yang cukup memadai bagi kepentingan masyarakat,
baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Untuk lebih jelasnya mengenai
sarana kesehatan di Kota Bontang tahun 2010 dapat dilihat pada tabel.
II - 1717
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.20
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Di Kota Bontang
Tahun 2007 -2010
TahunRumahSakit
RumahBersalin
Puskesmas Pustu Posyandu PDKKlinik / Balai
Kesehatan
2010 4 - 3 2 100 8 4
2009 4 - 3 2 100 10 2
2008 4 - 3 2 100 10 2
2007 4 - 3 2 100 10 -
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Tabel 2.21
Banyaknya Tenaga Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan
Tahun 2007 - 2010
Tenaga KesehatanTahun
2007 2008 2009 2010
1. Dokter Spesialis 18 28 22 23
2. Dokter Umum 52 78 78 79
3. Dokter Gigi 21 39 42 40
4. Tenaga Keperawatan 333 336 464 451
5. Tenaga Kefarmasian 8 10 89 90
6. Tenaga kesehatan Masyarakat 13 14 18 26
7. Tenaga Gizi 13 16 17 12
8. Tenaga Keterapian Fisik 6 7 7 9
9. Keteknisian Medis 31 31 31 29
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
II - 18Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.22
Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja dan Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Bontang
Tahun 2010
No Unit Kerja
Tenaga Medis Tenaga Non Medis
Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli GiziTeknisiMedis
SanitasiKesehatanMayarakat
1 Puskesmas 15 40 56 3 4 3 8 6
2 Instalasi Farmasi - - - 4 - - - 1
3 Labkesda 1 2 - - - 2 8 -
4 Dinas Kesehatan 4 6 3 4 4 - 3 15
5 Rumah Sakit 68 354 43 50 9 23 5 3
Jumlah (Kab / Kota) 88 402 102 61 17 28 24 25
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Tabel 2.23
Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Di Kota Bontang Tahun 2010
Jenis Penyakit Banyaknya Kasus
1. Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas 9.031
2. Tekanan darah Tinggi 3.774
3. Pharingtis 3.575
4. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 1.947
5. Penyakit Dyspepsia 1.761
6. Penyakit Dermatitis 1.955
7. Diare 1.371
8. Diabetes Melitus 1.352
9. Penyakit Scabies 1.039
10. Penyakit Konjungtivitis 1.026
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
2.6. SOSIAL MASYARAKAT
Kehidupan beragama senantiasa dibina dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang serasi, seimbang, dan selaras yang diharapkan dapat mengatasi
berbagai masalah sosial budaya sebagai dampak dari globalisasi dunia dewasa ini.
Adapun fasilitas peribadatan yang ada di Kota Bontang meliputi : 87 bangunan
Masjid, 60 bangunan Mushola, 4 bangunan Gereja Katholik, 48 bangunan Gereja
Protestan dan 1 bangunan Pure seperti terlihat dalam tabel 2.24
Tabel 2.24
Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenis dan Kecamatan
Tahun 2010
Kecamatan Masjid MusholaGereja
KatholikGereja
ProtestanPure Vihara Jumlah
1. Bontang Selatan 40 17 12 - - - 69
2. Bontang Utara 39 31 13 3 1 - 87
3. Bontang Barat 8 12 23 1 - - 44
JUMLAH 87 60 48 4 1 - 200
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
2.7. PEREKONOMIAN
1. Perkembangan PDRB
Sampai saat ini sub sektor migas masih merupakan andalan bagi pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bontang, dengan kontribusi sebesar
95,10% pada tahun 2010. Pada tahun ini laju pertumbuhan PDRB -3,38% dengan Migas
sedangkan tanpa migas sebesar 6,99%. Peningkatan laju pertumbuhan PDRB (dengan
migas) yang tidak signifikan ini terjadi karena penurunan produksi gas yang diolah
PT.Badak NGL.
Sedangkan sektor ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan diatas laju
pertumbuhan agregat dan diantaranya yang tertinggi adalah sektor Bangunan dan
Konstruksi sebesar 11,78%. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum sebesar 11,04%, sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 7,19%, sektor Jasa-jasa sebesar
5,53%, sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel sebesar 4,62%, sektor Pertanian
sebesar 0,97% dan sisanya sektor Pertambangan dan Penggalian serta Industri
Pengolahan cenderung menurun dengan laju pertumbuhan antara -1% sampai -4%.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dari tahun ke tahun jika dilihat tanpa
migas ternyata cukup berfluktuasi, dengan pertumbuhan sebesar 4,06% tahun 2002, -
3,96% tahun 2003, -0,07% tahun 2004, 6,50% tahun 2005, 4,86% tahun 2006, 4,81%
tahun 2007, 10,36% tahun 2008, 2,62% tahun 2009 dan 6,99% tahun 2010.
Pendapatan perkapita atau pendapatan yang diterima penduduk Kota Bontang pada
tahun 2010 sebesar Rp. 292.271.002,47 dengan migas, sedangkan pendapatan perkapita
tanpa migas sebesar Rp. 49.818.846,79 atau tumbuh sebesar 11,65% dari tahun
sebelumnya.
Tabel 2.25
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (000 000 Rp)
Tahun 2007 – 2010*)
NO Keterangan 2007 2008 2009 2010*)
1 Dengan Migas 53.842.570 74.716.372 52.664.325 53.092.351
2 Tanpa Migas 5.350.881 6.436.824 7.137.928 8.259.068
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011 *) Angka sementara
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.26
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (000 000 Rp)
Tahun 2007 – 2010*)
NO Keterangan 2007 2008 2009 2010*)
1 Dengan Migas 24.315.447,82 24.519.392,22 23.776.029,45 22.957.709,19
2 Tanpa Migas 2.446.536,16 2.699.898,57 2.770.374,25 2.957.585,90
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011 *) Angka sementara
Tabel 2.27
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)
Tahun 2007 – 2010*)
NO Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010*)
1 Dengan Migas -0,07% 6,5% 4,68% 4,81% 10,36% 2,61% 6,76%
2 Tanpa Migas -2,67% -0,26% -2,95% -4,26% 0,84% -3,03% -3,44%
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011 *) Angka sementara
Tabel 2.28
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2010*)
Sektor Dengan Migas Tanpa Migas
1. Pertanian 0,09% 0,62%
2. Pertambangan dan Penggalian 0,14% 0,97%
3. Listrik, Gas dan Air Minum 0,06% 0,44%
4. Bangunan 2,3% 16,51%
5. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,13% 8,09%
6. Industri Pengolahan 95,38% 66,83%
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0,27% 1,97%
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 0,39% 2,80%
9. Jasa-jasa 0,25% 1,77%
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011 *) Angka sementara
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.29
Perkembangan PDRB Perkapita, Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan
Di Kota Bontang Tanpa Migas Tahun 2001 – 2010*)
TahunPDRB Perkapita Pendapatan Perkapita
Rupiah Pertumbuhan (%) Rupiah Pertumbuhan (%)
2001 21.084.564,66 9,09 15.110.438,05 4,3
2002 22.883.207,19 8,53 17.034.783,85 12,74
2003 28.617.469,55 25,06 23.210.290,39 36,25
2004 29.128.657,87 1,79 23.658.799,02 1,93
2005 34.000.092,30 16,72 28.411.149,09 20,09
2006 37.331.073,78 9,8 31.567.748,28 11,11
2007 41.255.832,46 10,51 35.552.637,78 12,62
2008 48.211.574,39 16,86 42.450.226,87 19,40
2009 51.697.715,07 7,23 44.619.962,87 5,99
2010*) 57.332.415,77 10,90 49.818.846,79 11,65
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011 *) Angka sementara
2. Angkatan Kerja
Ketenagakerjaan merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena
menyangkut dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi dalam hal ini berarti
pemenuhan kebutuhan hidup manusia, sedangkan dimensi sosial berhubungan dengan
penghargaan akan kemampuan seseorang. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka
sudah pantas jika setiap upaya pembangunan yang dilakukan selalu diarahkan pada
perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
Jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 di Kota Bontang adalah 55.748 orang atau
sekitar 57,24% dari jumlah penduduk usia kerja. Angka ini juga menunjukkan besarnya
partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang berarti sekitar 57% penduduk usia kerja aktif
secara ekonomi.
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Tabel 2.30
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Pendidikan
Yang Ditamatkan Di Kota Bontang Tahun 2010
Jenis Kegiatan UtamaPendidikan Yang Ditamatkan
SD Kebawah SLTP SLTA Keatas Jumlah
I. Angkatan Kerja 11.269 8.850 35.629 55.748
- Bekerja 10.671 8.117 32.973 51.707
- Pengangguran 652 733 2.656 4.041
II. Bukan Angkatan Kerja
( Sekolah, MengurusRumah tangga, dll
11.394 12.535 17.720 41.649
Jumlah 22.041 20.822 52.777 97.397
Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja (TPAK)
49,72 41,38 66,78 57,24
Tingkat pengangguran 5,79 8,28 7,45 7,25
Sumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Jumlah pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan, yang tertinggi
adalah untuk tingkat pendidikan SLTA yaitu sebesar 70,07% atau sebanyak 7.060 orang
dan yang terendah sebesar 8,23% atau sebanyak 829 orang untuk tingkat pendidikan
SLTP. Untuk pencari kerja yang dapat ditempatkan menurut jenjang pendidikannya, yang
tertinggi adalah untuk jenjang pendidikan SLTA yaitu sebanyak 1.475 orang atau
sebesar
54,69% dan yang terendah adalah untuk jenjang pendidikan SD kebawah yaitu sebanyak
233 orang atau sebesar 8,64%.
Tabel 2.31
Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Dan Yang Dapat Ditempatkan
Menurut Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin Di Kota Bontang
Tahun 2010Tingkat
Pendidikan Yang
Ditamatkan
Terdaftar Ditempatkan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
SD Kebawah 1.119 31 1.150 229 4 233
SLTP 797 32 829 250 25 275
SLTA 5.376 1.684 7.060 1.403 342 1.475
Diploma Keatas 643 393 1.036 376 68 444
Jumlah 7.935 2.140 10.075 2.258 439 2.697
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota BontangSumber : Bontang Dalam Angka, 2011
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
2.8. VISI, MISI KOTA
A. Visi Kota Bontang
Visi Kota Bontang Tahun 2011-2016 adalah “ Terwujudnya Masyarakat Kota
Bontang yang Berbudi Luhur, Maju, Adil dan Sejahtera “.
Visi ini diharapkan dapat mewujudkan, keinginan, dan amanat masyarakat Kota Bontang
dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti yang diamanatkan dalam
Pembukaan UUD 1945, khususnya bagi masyarakat Kota Bontang dan selaras dengan
RPJM Nasional 2010-2014 serta RPJMD Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013 serta
RPJMD Kota Bontang 2005-2025
B. Misi Kota Bontang
Dalam mewujudkan Visi tersebut ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan
daerah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kota Bontang yang
berakhlak mulia dan profesional.
Merupakan upaya pemerintah dan masyarakat Kota Bontang untuk membangun
sumber daya manusia yang sehat, cerdas, produktif, kompetitif yang didasari
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhaan Yang Maha Esa..
2. Meningkatkan kualitas tata pemerintahan yang baik
Merupakan upaya pemerintah dan masyarakat Kota Bontanng merupakan prasyarat
dalam mewujudkan da untuk membangun tatanan pemerintahan yang baik, bersih
dan berwibawa yang merupakan prasyarat dalam mewujudkan dan meningkatkan
daya saing Kota Bontang di segala bidang secara berkelanjutan, yang dapat
menjamin pengelolaan sumber daya pembangunan secara akuntabel, meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, sehingga keadilan dan kepentingan
masyarakat luas selalu diutamakan, meningkatnya martabat dan integritas bangsa,
yang pada akhirnya makin meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
3. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup
Merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup
sebagai upaya untuk memgelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya
tampung lingkungan hidup dalam rangka mewujudkan pembangunan
yang
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, sehingga seiring dengan meningkatnya
kualitas dan kelestarian lingkungan hidup pembangunan dapat lebih terjamin.
4. Memperkuat struktur ekonomi dan mempercepat pemenuhan kebutuhan
listrik, air bersih serta Infrastruktur lainnya.
Merupakan upaya pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh, dan mempercepat
upaya pemenuhan kebutuhan listrik dan air bersih, pembangunan infrastruktur
wilayah secara efektif dan efisien dalam rangka pemenuhan masyarakat kota dan
mendorong investasi serta tumbuhkembangnya ekonomi berbasis kerakyatan dan
sektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing baik ditingkat regional, nasional
dan internasional.
2.9. INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMKOT
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah, diuraikan mengenai rincian tugas pokok dan fungsi masing-
masing Dinas selaku penyelenggara di daerah.
Dengan masuknya program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP) di Kota Bontang, maka dibentuk POKJA AMPL PPSP yang beranggotakan SKPD
terkait dengan SK Walikota Bontang Nomor 195 Tahun 2011.
Adapun SKPD di lingkungan pemerintah Kota Bontang yang masuk dalam
Kelompok Kerja (Pokja) AMPL PPSP adalah : Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kebersihan, Pertamanan dan PMK, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Camat dan lurah
Se Kota Bontang. Selain itu, terdapat organisasi lain yang juga masuk dalam pokja ini
yaitu Forum Kota Sehat (Forkohat) Kota Bontang dan Yayasan BIKAL, Lembaga
Pemberdayaan masyarakat (LPM) dari 3 kecamatan dan perusahaan yang ada di Kota
Bontang.
1. Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappeda Kota Bontang merupakan unsur pelaksana tugas tertentu dalam menunjang
penyelenggaraan Pemerintah Daerah khususnya di bidang perencanaan pembangunan
daerah. Bappeda mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam menentukan
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan daerah serta penilaian
atas pelaksanaannya
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bontang mempunyai fungsi adalah
sebagai berikut:
• Penyusunan Pola Dasar Pembangunan Daerah yang terdiri dari pola umum jangka
panjang dan pola umum perencanaan pembangunan daerah dalam kurun waktu satu
sampai lima tahun
• Penyusunan Rencana Strategis Pembangunan Tahunan Daerah (Renstra Petada) dan
Rencana Strategis Pembangunan Lima Tahunan Daerah (Renstra Pelitada).
• Penyusunan program-program tahunan sebagai pelaksanaan rencana-rencana yang
dibiayai oleh Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dan atau diusulkan kepada
Pemerintah Pusat atau diusulkan melalui program Tahunan Nasional.
• Pengkoordinasian perencanaan di antara dinas-dinas, satuan organisasi perangkat
daerah lain dalam lingkungan Pemerintah Kota Samarinda.
• Penyusunan RAPBD Kota Samarinda bersama-sama dengan Bagian Keuangan dan
Bagian Pembangunan dengan koordinasi Sektretariat Daerah.
• Penyiapan dan Pengembangan pelaksanaan rencana pembangunan di daerah untuk
penyempuranaan rencana lebih lanjut.
• Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan serta pelaporan
hasil pelaksanaan.
• Pelaksanaan administratif meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keungang
perlengkapan dan peralatn lingkup BAPPEDA.
• Pengelelolaan dan pembinaan UPT di bidang BAPPEDA.
• Pelaksanaan tugas lain yang dilimpahkan dan atau didelegasikan oleh Kepala Daerah
sesuai dengan bidang tugasnya.
Kelompok Jafung
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
S T RUK T U R O R GA N I S A S I
BA PPE DA KO T A BO NT ANG
KEPALA BADAN
Sekretariat
Sub Bagian
Umum
Sub BagianPerencanaan Program
dan Keuangan
Bidang Statistik, Penelitian,
Pengembangan dan Evaluasi
BidangFisik dan Prasarana
BidangEkonomi, Sosial dan
Budaya
Sub BidangStatistik dan Data
Sub Bidang Perhubungan,
Komunikasi dan Pariwisata
Sub BidangEkonomi
Sub Bidang Penelitian,
Pengembangan, dan Evaluasi
Sub BidangTata Ruang Dan
Tata Guna Tanah, Sumber Daya Alam
Dan Lingkungan Hidup
Sub BidangSosial dan Budaya
2. Bidang Pekerjaan Umum
Berdasarkan Peraturan Walikota Bontang Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok
Dan Fungsi Dinas Pekerjaan umum adalah Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas
pokok membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang
Pekerjaan Umum. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2,
Dinas Pekerjaan Umum mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis lingkup bidang bina marga, bidang pengairan dan
bidang cipta karya.
b. Pengkoordinasian, pengendalian sekuruh kegiatan pada unit kerja Dinas
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
c. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas pejabat struktural, kelompok
jabatan fungsional dan staf di Lingkungan Dinas.
d. Pelaksanaan pelaporan tugas dinas sebagai pertanggungjawaban.
e. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah.
f. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
A. Bidang Pengairan
Dalam menjalankan tugasnya Bidang Pengairan mempunyai fungsi :
1. Perencanaan dan penyusunan program, pembinaan dan bimbingan teknis dibidang
pengairan
2. Pengawasan, pengendalian pelaksanaan pembangunan rehabilitasi, peningkatan
dan pengembangan, operasi serta pemeliharaan dan pengamanan pengairan
3. Pengelolaan perijinan, pengamanan pemanfaatan air permukaan dan atau
sumber air serta rekomendasi perijinan penambangan bahan galian golongan “c”
pada alur sungai
4. Penanggulangan bencana banjir dan bencana alam lainya serta usaha-usaha
pengendalian erosi saluran
5. Pengumpulan dan pengelolaan data serta pelaporan pekerjaan dibidang pengairan
B. Bidang Bina Marga
Dalam menjalankan tugasnya Bidang Bina Marga mempunyai fungsi :
1. Penyusunan perencanaan teknis, program pembinaan dan bimbingan teknis
dibidang bina marga
2. Pengawasan, pengendalian pelaksanaan pekerjaan Bina Marga
3. Pengelolaan perijinan dan pengawasan dan pemanfaatan jalan berserta utilitasnya
4. Pengangulangan jalan dan jembatan akibat bencana alam
5. Pengumpulan data dan pelaporan dibindang Bina Marga
C. Bidang Cipta Karya
Bidang Cipta Karya mempunyai tugas membantu sebagian tugas Dinas dalam
Bidang Cipta Karya. Bidang Cipta karya mempunyai fungsi :
1. Penyusunan dan penetapan rencana penataan bangunan, pengembangan
perumahan dan permukiman, rencana teknis dan program serta evaluasi di bidang
Cipta Karya
2. Pembinaan, pengaturan teknis dan pelaksanaan pembangunan dalam bidang
Cipta Karya
Kelompok
3. Pengawasan dan pengendalian serta memberi pedoman dan petunjuk teknis
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan bidang Cipta Karya
4. Pengelolaan Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara
5. Pengumpulan data pengelolaan data serta penyajian laporan bidang Cipta Karya
6. Pelaksanaan penanggulangan akibat bencana alam
7. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasan
8. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan
9. Melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
S T RUK T U R O R GA N I S A S I
DI NA S P EK ERJ AA N U MU M KOT A BO NT ANG
KEPALA
Sekretari
Sub Perencana orogram
SubUmu
SubKeuangan
BidanPengair
BidanBina
BidanCipta
Seksi Perencanaan&
Seksi
Pembangunan
SekPerencanaan
&
SekPembangunan
da
SekTata
SeksiPerumahan dan
UPT
3. Bidang Persampahan
Berdasarkan Peraturan Walikota Bontang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tugas
Pokok Dan Fungsi Kebersihan Dinas Kebersihan, Pertamanan Dan Pemadam
Kebakaran adalah sebagai berikut Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam
Kebakaran mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam
penyelenggaraan
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
Pemerintahan Daerah di Bidang Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran.
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Dinas
menpunyai fungsi :
a. Mempelajari semua peraturan dan ketentuan yang ada;
b. Merumuskan rencana kerja Dinas sebagai pedoman kerja serta kebijakan teknis
atas pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
kepala daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Membagi tugas kepada bawahan dilingkungan Dinas sesuai dengan bidang
tugasnya;
d. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan secara berjenjang;
e. Membina pelaksanaan teknis operasional operator pada Dinas kebersihan,
pertamanan dan pemadam kebakaran;
f. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja bawahan secara berjenjang;
g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.
Pengelolaan persampahan Kota Bontang saat ini berada dibawah Dinas Kebersihan,
Pertamanan, dan Pemadam kebakaran Kota Bontang. Penetapan pengelola tersebut
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
Pembentukan Organiasasi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan
Pemadam Kebakaran.
4. Bidang Air Limbah
Secara umum Organisasi pengelola sektor air limbah (fasilitas sanitasi) di Kota
Bontang adalah DPU Cipta Karya dan Dinas Kebersihan PPMK dengan tugas adalah
melaksanakan perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana
dan prasarana di bidang teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air
buangan, kebakaran, kebersihan, pertamanan, dan pemakaman.
Buku Putih Sanitasi Kota Bontang II
S T RUK T U R O R GA N I S A S I
DI NAS KE BE RSIH AN, PE RTA MANA N D AN P MK K OT A BO NTA NG
KEPALA DINAS
Kelompok Jafung
Sub Bagian
Umum
Sub BagianPerencanaan dan Keuangan
BidangKebersihan
BidangPertamanan
BidangPemadam Kebakaran
Seksi Kebersihan dan Tempay Pembuangan
Akhir
Seksi Pertamanan dan
Pemakaman
SeksiSarana dan Prasarana
Seksi Pengangkutan dan Pemanfaatan
Sampah
SeksiPenerangan Jalan
Seksi Pencegahan, Pengendalian dan
Penyuluhan
5. Bidang Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 43 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Lingkungan Hidup Kota Bontang adalah membantu Walikota dalam
penyelenggaraan lingkungan hidup di daerah. Untuk melaksanakan tugas
sebagimana dimaksud Badan mempunyai fungsi :
1. Penyusunan perencanaan program di bidang lingkungan hidup sesuai dengan
rencana strategis pemerintah daerah
2. Penetapan kebijakan teknis di bidang pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan norma standart, kriteria dan prosedur yang ditetapkan pemerintah
3. Pengoordinasian pengendalian perusakan lingkungan dan konservasi,
pengendalian pencemaran dan analisis dampak lingkungan,
pengembangan
Kelompok Jafung
kapasitas, penegakan hukum lingkungan dan teknologi lingkungan sesuai
dengan norma, standart, prosedur dan kriteria yang ditetapkan pemerintah
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya
5. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan
S T RUK T U R O R GA N I S A S I
BAD AN LING KUNG AN HI DU P K OT A BO NTA NG
KEPALA
Sekretariat
Sub Bagian
UmumSub Bagian
Perenc. Program dan Keuangan
BidangTata Lingkungan
dan Analisis Dampak
Lingkungabn
Bidang Pengendalian, Pencemaran Lingk. Dan
Pengel. Limbah
Bidang Komunikasi dan Penegakan
Hukum
Sub Bidang Konservasi dan
Tata LingkunganSub Bidang
Pengendalian Pencemaran
Lingk. Pengel. Limbah
Sub Bidang Pembdy. Masy.dan Komukasi
Lingkungan
Sub Bidang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan
UPTB
Sub Bidang Pengendalian Kerusakan dan
Pemulihan Lingkungan
Sub Bidang Penegakan
Hukum Lingkungan
6. Bidang Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Sistem Kesehatan
Daerah. Dalam peraturan tersebut Dinas Kesehatan Kota Bontang mempunyai tugas
pokok adalah membantu Walikota dalam penyelenggaraan urusan di bidang
kesehatan yang menjadi tanggungjawabnya.
Untuk melaksanakan tugas sebagimana dimaksud Dinas Kesehatan mempunyai
fungsi sesuai urusan wajib pada Kab/Kota yang didasarkan pada KepMenkes
No.267/MENKES/SK/III/2008 adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan, bimbingan dan pengendalian operasionalisasi
bidang kesehatan.
2. Penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian luar biasa/KLB
dan gizi buruk.
3. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.
4. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan skala Kabupaten/Kota.
5. Penyelenggaraan penanggulangan gizi buruk.
6. Pengendalian operasional penanggulangan bencana dan wabah skala
Kabupaten/Kota.
7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji setempat.
8. Penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan, terpencil, rawan
dan kepulauan skala Kabupaten/Kota.
9. Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Nasional.
10. Pengelolaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sesuai kondisi lokal.
11. Penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat Provinsi, alat kesehatan,
reagensia dan vaksin.
12. Penempatan tenaga kesehatan strategis.
13. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu sesuai
peraturan perundang-undangan.
14. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan
perundangan-undangan.
15. Pengambilan sampling/contoh sediaan farmasi di lapangan.
16. Pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi.
17. Pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah tangga.
18. Sertifikasi alat kesehatan dan PKRT kelas I.
19. Pemberian izin Praktik tenaga kesehatan tertentu.
20. Pemberian rekomendasi izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan oleh
Pemerintah Pusat dan Provinsi.
21. Pemberian izin sarana kesehatan meliputi RS Pemerintah klas C, klas D, RS
Swasta yang setara, praktik berkelompok, klinik umum/spesialis, Rumah Bersalin,
Klinik Dokter Keluarga/Dokter Gigi Keluarga, Kedokteran komplementer, dan
pengobatan tradisional serta sarana penunjang yang setara.
22. Pemberian rekomendasi izin PBF Cabang, PBAK dan industri kecil obat
tradisional.
23. Pemberian izin apotik, toko obat.
24. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung
perumusan kebijakan Kabupaten/Kota.
25. Pengelolaan survei kesehatan daerah skala Kabupaten/Kota.
26. Implementasi penapisan IPTEK di bidang pelayanan kesehatan.
27. Pengelolaan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sekunder.
28. Penyelenggaraan promosi kesehatan.
29. Perbaikan gizi keluarga dan masyarakat.
30. Penyehatan lingkungan.
S T RUK T U R O R GA N I S A S I
DI NA S K ES EHAT AN KOT A BO NT ANG
KEPALA DINAS
Sekretariat
Sub Bagian
Administrasi UmumSub Bagian
Kepegawaian dan
Keuanagan
BidangPelayanan Kesehatan Bidang
Kesehatan Masyarakat
Bidang Pengembangan
Sumber Daya Kesehatan
SeksiPelayanan Medis
Seksi
P2PSeksi
Wabah dan
Seksi Kesehatan Lingkunga
Seksi Jaminan
Kesehatan
SeksiKetenagaan
Seksi Ke Farmasia
n
SeksiGiizi
BidangKesehatan Keluarga
7. Bidang Air Minum
Kondisi kelembagaan bidang SPAM Kota Bontang adalah sebagai berikut :
a. Untuk pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Pemerintah
masyarakat.
Kota, PDAM, maupun
b. Upaya memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan
SPAM (PDAM dan Dinas PU) di Kota Bontang dilakukan dengan cara
meningkatkan sumber daya manusia yang ada melalui pelatihan, peningkatan
kualitas air minum, memperkuat fungsi dinas-dinas terkait dan memperkuat PDAM.
c. Upaya memperkuat prinsip kepengusahaan pada lembaga penyelenggaraan
PDAM di Kota Bontang dilakukan melalui penyehatan PDAM, penyesuaian tarif
dan peningkatan SDM.
d. Upaya penyusunan peraturan perundang-undangan (Perda, dll) yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SPAM di Kota Bontang dilakukan
dengan cara
penyusunan PERDA dan implementasi NSPM.
PDAM berperan sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai penyedia dan pemberi
pelayanan air bersih kepada masyarakat. Dengan lebih fokusnya kerja PDAM dalam
pelayanan air bersih diharapkan dihasilkan suatu pelayanan yang prima dan optimal.
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
II - 3737
Buku Putih Sanitasi Kota
2.10. TATA RUANG WILAYAH
Dalam konteks kebijakan pembangunan daerah, ruang merupakan wadah tempat
aktivitas pembangunan dilaksanakan baik dalam kerangka pembangunan ekonomi,
sosial, kelembagaan maupun pembangunan bidang lingkungan. Seluruh aktivitas
pembangunan tersebut bermuara pada kebutuhan ruang yang dideliniasi dalam bentuk
ruang wilayah administrasi daerah.
Menurut Undang-Undang No.26/2007 tentang Penataan Ruang, ruang
didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Mengikuti definisi ini, maka hakekat fungsional dari sebuah ruang adalah bagaimana
pengelola wilayah mampu melakukan penataan ruang yang dapat menjamin
keberlanjutan seluruh aktivitas manusia dan makhluk hidup lain di dalamnya. Oleh
karena tujuan dari penataan ruang adalah menjamin keberlanjutan segenap fungsi,
khususnya kegiatan manusia maka proses penataan ruang dan hasilnya yaitu tata ruang
menjadi kebutuhan yang fundamental bagi sebuah wilayah. Walaupun definisi penataan
ruang menurut UU No.26/2007 merupakan sebuah sistem proses perencanaan ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, namun proses dari segenap
kegiatan penataan ruang tersebut menjadi hal terpenting agar hasil dari penataan ruang
yaitu tata ruang dapat diterima dan dapat diimplementasikan dengan baik. Pada
prinsipnya, proses penataan ruang dilakukan secara partisipatif, komprehensif tanpa
meninggalkan aspek efektivitas dan efisiensi proses penataan ruang itu sendiri.
Tujuan penataan ruang Kota Bontang adalah untuk mewujudkan Kota Bontang
sebagai kota maritim berkebudayaan industri yang berwawasan lingkungan dan
mensejahterakan masyarakat melalui keterpaduan perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang antar wilayah ( nasional, provinsi dan kota ) dan antar
kawasan ( lindung dan budidaya ).
Kebijakan pengembangan struktur tata ruang Kota Bontang meliputi :
1. Pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota secara hirarkis dan
proporsional
Untuk mewujudkannya perlu strategi yang harus ditempuh yaitu :
a. Mengatur dan mengendalikan penyebaran penduduk
b. Mengembangkan pusat-pusat layanan sesuai karakteristik dan potensi
c. Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat layanan dengan wilayah
pelayanannya sesuai jenis dan skala pelayanan.
II - 3838
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasrana yang merata dan
terpadu
Untuk mencapai tujuan ini strategi yang perlu dilakukan adalah :
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana prasarana transportasi darat
b. Mengembangkan pelayanan pelabuhan dan Bandar udara umum
c. Mengembangkan jaringan energi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi
yang dimiliki
d. Meningkatkan pelayanan telekomunikasi dengan mengembangkan jaringan kabel
dan nirkabel.
e. Membangun dan meningkatkan jaringan sumber air secara terpadu
f. Meningkatkan system prasarana pengelolaan lingkungan yang meliputi drainase,
persampahan, air limbah dan air minum
g. Menyediakan prasarana bagi pejalan kaki dan evakuasi bencana yang terintegrasi
dengan prasarana kota lainnya.
Gambar 2.2
Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah
Sumber : RTRW 2010
II - 3939
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi: kebijakan dan strategi
pemantapan kawasan lindung; kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.
Kebijakan pemantapan kawasan lindung meliputi:
1. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Strategi yang
ditempuh meliputi:
a. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat dan ruang laut;
b. Memantapkan fungsi kawasan lindung di ruang darat dan ruang laut;
c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas wilayah kota;
e. Meningkatkan kerjasama dengan kabupaten yang berbatasan dalam pemeliharaan
kelestarian fungsi kawasan lindung
2. Pencegahan dampak negatif kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup. Strategi yang ditempuh:
a. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;
b. Meningkatkan kemampuan lingkungan hidup untuk dapat meyerap zat, energi
dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya
c. Mengelola dan mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara
berkelanjutan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya;
d. Mengembangkan kegiatan pemanfaatan ruang berfungsi budidaya yang adaptif
terhadap bencana.
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya meliputi:
1. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan
budidaya/pemanfaatan di ruang darat, ruang laut dan ruang udara.
Strategi yang ditempuh adalah :
a. Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta
prasarananya secara terpadu dan berkelanjutan untuk mendorong perekonomian
kawasan dan wilayah sekitarnya;
b. Mengembangkan kawasan budidaya yang dapat mengakomodasi kebutuhan
pengembangan sektoral dan kegiatan para pemangku kepentingan di Kota
II - 4040
Buku Putih Sanitasi Kota
Pokja AMPL PPSP Kota Bontang
Bontang secara sinergi dan berkelanjutan agar tidak terjadi konflik antar sektor
maupun antar pelaku dalam pemanfaatan ruang baik di darat, laut, serta udara;
c. Mengembangkan kegiatan budidaya dengan memperhatikan keterkaitan ekologis
(hubungan fungsional) serta keterpaduan ekosistem darat, laut dan udara;
d. Meningkatkan kegiatan budidaya berbasis kelautan (maritim) yang memiliki
keterkaitan dengan sumberdaya wilayah darat dan daerah hinterland Kota Bontang.
2. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan. Strategi yang ditempuh adalah :
a. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan
bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian
akibat bencana;
b. Membatasi perkembangan kawasan terbangun untuk mempertahankan tingkat
pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan;
c. Mengembangkan kegiatan pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan laut dengan
memperhatikan keunikan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta beragamnya
sumberdaya yang ada.
Gambar 2.3
Peta Rencana Pola Ruang Wilayah
Sumber : RTRW