Download - Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
1/28
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Content:
FatwadanKepentingan
Fatwa Dan Ijtihad Politik Cendekiawan | Membincang Metodologi Fatwa, Mengharap Persatuan Umat |Reposisi Fatwa ditengah Kepentingan | Wanita berfatwa, why not??? | Belajar Menghargai waktu |
Pondok Pesantren Langitan | Hilang Sudah | Intropeksi | SPA dan Pemilihan Umum Selesai Juga |Imam Al Barmawy ; Grand Syeikh Kedua Al-Azhar | Antra Fikih dan Akhlak |
Buletin
ur a
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
2/28
Susunan Redaksi:
Penanggung jawab
Pemimpin Umum
Pemimpin Redaksi
Pemimpin Usaha
Kru
Editor
Layouter
Ketua DP Gamajatim
Afiat Fahma Zamani
Darul Siswanto
M. Mufi Himam
Dana Ahmad Dahlani
M. Samsul HadiKholili Badriza
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, al-Sholatu wa al-Salam ala Rasulillah. Salamhangat buat seluruh pembaca Buletin Surya yang berbahagia. Dalamedisi ini, Buletin Surya mencoba untuk membahas sedikit tentangfatwa yang belakangan ini dianggap sebagai jalan keluar untuksebuah kepentingan. Apakah fatwa yang seharusnya di keluarkandan dipergunakan dengan kehati-hatian, saat ini mulai diabaikan??
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
[LAPORAN UTAMA] Fatwa Dan Ijtihad PolitikCendekiawan[KOLOM] Membincang Metodologi Fatwa, MengharapPersatuan Umat[BAHTS] Reposisi Fatwa di Tengah Badai Kepentingan[FEMINA] Wanita Berfatwa, Why Not????[HIKMAH] Belajar Menghargai Waktu[PODJOK KAMPOENG]Pondok Pesantren Langitan
[SASTRA] Hilang Sudah[KONTEMPLASI]Introspeksi[WARTA GAMA] SPA dan Pemilihan Umum Selesai Juga[BIOGRAFI] Imam al-Barmawi : Grand Syeikh Kedua al-Azhar[DAWUH] Antara Fikih dan Akhlak[GALERI]
3
7
9131718
202122
2426
Daftar Isi:
Buletin
ur a
Media Informasi dan Silaturrahim Warga Gamajatim Mesir
Sugeng Rawuh
Rumah Rakyat Gamajatim37 Swessry A Flat 01 2nd Gate
10th District, Nasr City, Cairo,Egypt
Phone: +201064403881
Fathimah Nurul K.
Khoirul AnamAbdullah Muhammad FaiqDziaul HaqFahruddinAhmad ZulfikarSiti ShofiyahRabbani RizkiNashirat Zimam AlhusnaHeni Septianing Widayanti
Selamat membaca and enjoy your reading :)
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
3/283
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim MesirBuletin
ur a Laporan Utama
Laporan Utama
Oleh: Fahim Khasani*
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Fatwa Dan Ijtihad Politik Cendekiawan
kaitannya dengan perihal agama yangmenyangkut Allah Swt. Kedua. Fatwa tersebutkeluar dari seorang tokoh atau ulama, sosokyang dianggap mempunyai ototritas dalammasalah keagamaan, dan ketiga. Fatwa tersebutmenyangkut permasalahan yang berbau politisdan sedang menjadi trend perdebatan dikalangan politisi maupun masyarakat. Sepertifatwa tentang infasi militer ke suatu Negara
atau seruan untuk mencampuri urusan politikNegara lain, dan fatwa membunuh demonstranatau pihak-pihak tertentu.
Munculnya fatwa-fatwa kontroversialseperti di atas menyisakan tanda tanya besar dibenak masyarakat. Benarkah fatwa-fatwaseperti di atas mewakili sikap Islam dalammengatasi krisis?. Terkesan ada yangmengganjal dengan istilah 'fatwa' yang ditulis
oleh awak media. Entah ganjalan itu berasaldari tokoh yang mengeluarkan fatwa ataukahmedia yang menuliskan istilah 'fatwa' tersebut.Berawal dari sini, muncul opini-opini negatifdari masyarakat mengenai fatwa dan tokohyang mengeluarkan fatwa. Lebih lanjut kondisiyang seperti ini bisa memunculkan stigma yangnegatif terhadap Islam.
Memaknai FatwaAda analogi menarik dari paracendekiawan mengenai fatwa dan fikih.
Seorang mufti tak ubahnya seperti dokter yangmendiagnosa penyakit pasien dengan berbagaialat bantu. Sedangkan f ik ih adalahsekumpulan ramuan obat untuk berbagaimacam penyakit dengan kadar dan dosis yangsudah ditentukan. Sang dokter mendiagnosapasien guna mengetahui penyakit yangdiderita untuk kemudian memberikan 'resep'yang cocok dan sesuai dengan penyakit pasien.
Kurang lebih seperti itulah fatwa dipahami.Sehingga dalam pemaknaan yang demikianseorang fakih dan mufti tidaklah sama. Dalamartian, seorang fakih belum tentu mufti.Adapun mufti sudah barang tentu fakih.
Seorang mufti dituntut untukmengetahui betul latar belakang dan hal-ihwalyang mengitari mustafti. Sehingga nantinya malpraktek dalam memberi fatwa tidak akan
pernah terjadi. Inipun jika yang dihadapiadalah kasus yang sifatnya individu (Fiqh al-Afrad) tidak menyangkut masyarakat luas.
Tak ada yang memungkiri bahwa konflik dan krisis yang terjadi di Negara-negara arabakhir-akhir ini berpangkal pada masalah politik. Konflik yang terjadi amat kompleks danmelibatkan beberapa tokoh agama yang dipandang mempunyai pengaruh. Kata-kata yang keluarpun menjadi sorotan beberapa media yang diplot sebagai corong informasi yang nantinya akanmembentuk opini publik.
Pada konteks yang demikian kata 'Fatwa' kerap kali menjadi headline beberapa medialantaran dianggap kontroversi. Berita seperti ini menjadi heboh karena: Pertama, kata fatwa erat
Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
*Mahasiswa Ushuluddin Al-Azhar
Dok. Google
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
4/284
Buletin
ur a Laporan Utama
Akan tetapi peran seorang mufti terkadangditunggu-tunggu oleh khalayak untukmengurai problem yang mempunyai dampakluas dan menyangkut kemaslahatan umumseperti kebijakan politik, ekonomi atau sosial
sebuah Negara (Fiqh Al-Ummah). Padatataran ini posisi mufti tidak lagimudah, ia dihadapkan denganbejibun pertimbangan yangharus diteliti dan dianalisad e n g a n s a n g a t c e r m a t .Tentunya agar maqashid Al-Syariah yang menjadi titiktolak dan tujuan agama bisaterealisasi sebagaimanamestinya. Kekurangc e r m a t a n d a l a mmenganalisa al-waqi'bisa berakibat fatal,mal praktek.
S e t i d a k n y a a d aempat fase bagi seorang muftisebelum ia memutuskan untuk
mengeluarkan fatwa: pertama, Al-Tashwiratau deskripsi masalah. Setidaknya, menurutAl-Ghazali ada beberapa pertanyaan yangharus dijawab: what, why, when dan howsehingga dimensi waktu (al-Zaman), tempat (al-Makan), person (Al-Ashkhas) dan keadaan (Al-Ahwal) bisa terpenuhi dengan lengkap. Dengandemikian, apabila seorang mufti dihadapkandengan problem yang menyangkut fiqh al-
Ummah, maka ia harus bekerja sama denganpakar ilmu ekonomi, ilmu sosial, politik,pertahanan Negara dan para pakar lainnyasesuai dengan problem yang sedang dihadapi.Menakar gejala yang muncul, serta menimbangdengan cermat berbagai kemungkinan yangnanti akan terjadi. Dan hal seperti inimembutuhkan riset yang mendalam dan tidakmudah.
Kedua, Al-Takyif. Fase ini adalah yangmenghubungkan antara deskripsi masalahyang dihadapi dengan hukum-hukum fikih.
Upaya pencarian titik temu antara masalahd e n g a n h u k u m f i k i h i n i h a r u smempertimbangkan empat dimensi; waktu,tempat, person dan keadaan. Sebab perubahan
salah satu dari keempat dimensi sangat
menentukan apakah fatwa yang akandiberikan. Ulama-ulama klasikseperti Ibn Qayyim dan IbnAbidin telah jauh-jauh harite lah berpesan bahwahukum fikih bisa sajaberubah-ubah sei r ingdengan perubahan zaman,tempat, person dank e a d a a n . S e m i s a lh u k u m m e m a k a nbangkai bagi mereka
yang berada dalams i t u a s i d h a r u r a t a d a l a h b o l e h ,apabila tidak ada
bahan makanan lainyang bisa digunakan untuk
bertahan hidup. Namun, bagi
mereka yang tidak dalam keadaan dharurathal tersebut diharamkan.
Ketiga, bayan al-hukm. Setelah melaluiproses deskripsi masalah yang tidak sederhanaitu, lalu mengkorelasikannya denganperangkat hukum yang ada dalam ilmu fikih,barulah sang mufti bisa memutuskan perihalhukum atau nasehat-nasehat tertentu agarmasalah yang dihadapi bisa terurai dengan
baik dan benar. Setelah itu, fase keempat, ishdaral-Fatwa. Fatwa hasil racikan mufti yang telahmengalami berbagai fase tersebut bisadisampaikan kepada mustafti atau diterbitkansecara umum untuk masyarakat jikamenyangkutfiqh al-Ummah-.
Begitu rumitnya proses lahirnya fatwa,berikut tanggung jawab moral dan agama yangamat berat membuat sahabat dan ulama-ulama
klasik memberi wejangan yang serius. IbnMas'ud misalnya, beliau pernah berkata: siapasaja yang memberikan fatwa kepada orang-orang
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
Dok.
Google
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
5/28
Buletin
ur a
atas segala hal yang mereka tanyakan, berarti iaadalah orang gila. Pun dengan imam Al-Syafi'I,konon, ketika ditanya tentang sebuah masalah,beliau selalu diam sejenak. Lalu si penanyamemberanikan diri untuk bertanya: apa
gerangan yang menjadikan engkau terdiam?. Akuberfikir sejenak, kiranya mana yang lebihbermanfaat; diam ataukah aku memberimu sebuahjawaban. Demikian jawab imam Al-Syafi'Idengan hati-hati.
Sikap kehati-hatian ulama ini tak lainlantaran mereka khawatir bahwa fatwa yangmereka berikan tidak sesuai atau tidak bisamemenuhi maqashid al-Syari'ah yang menjadiruh hukum islam itu. alih-alih memberi solusi,sang mustafti malah mendapat masalah baru.Karena pada dasarnya fatwa itu munculsebagai sebuah solusi dan menjelaskan sikapIslam sebagai agama yang rahmatan lil'alaminatas permasalahan yang muncul.
Ijtihad Politik Cendekiawan DanMedia
pada dasarnya, fatwa bisa masuk di
berbagai lini kehidupan baik yang sifatnyaindividual ataupun sosial-komunal. Dengancatatan problem atau fenomena yang terjadimasih kategori af'al al-Mukallafiin. Takterkecuali dalam urusan politik yang terkenallicik dan penuh intrik itu. sebab dalamkehidupan yang si fatnya sosial danbermasyarakat, manusia tidak bisa lepas dariurusan kuasa dan menguasai; pemimpin. Hal
ini lebih bersifat fitri yang memang tidak untukdihindari.
Sebuah problem muncul mana kalad a l a m u p a y a m e n g u a s a i a t a umempertahankan kekuasaan ada suarabernada keras yang berasal dari cendekiawan.Insan pers yang rajin memburu berita lalumenulis dengan judul besar 'Fatwa'. Atausuara-suara bernada sinis yang juga keluar dari
mulut cendekiawan sebagai ungkapan kritikatau bahasa perlawanan pada pihak tertentu.Lagi-lagi keluar sebagai headline dalam sebuah
media ditulis menggunakan font besar lengkapdengan warna tinta yang mencolok bertuliskan'Fatwa'. Opini pun perlahan terbentuk dantersebar di seluruh masyarakat. Entahfenomena seperti ini dibuat atau memang
terjadi secara alami. Namun, fakta di lapanganmembuktikan bahwa setiap seruan, laranganatau himbauan yang berasal dari cendekiawanditerjemahkan sebagai 'fatwa'.
P r o b l e m j u g a m u n c u l d a r icendekiawan itu sendiri. Tidak bisa dipungkiridi Mesir atau di Indonesia- bahwa setiapormas atau partai politik yang berbasis Islammasing-masing memiliki dewan syariah atau
mufti yang diberi otoritas minimal dalamtubuh ormas atau partai- untuk berfatwa.Barangkali untuk urusan yang bersifatindividu tidak begitu problematic. Akan tetapiketika berurusan dengan hal-hal yang memuat
kepentingan banyak pihak, disinilah problemitu bermula. Penulis di sini tidak meragukankecakapan atau kapasitas mufti-mufti tersebut.Hanya saja, yang perlu digaris bawai adalahmereka berangkat dari sebuah lembaga yangmempunyai tujuan tertentu. Dan sang mufti,secara emosional mempunyai ikatan yang kuatdengan lembaga tersebut. Sebab padadasarnya, manusia sendiri adalah produk
lingkungan (walid al-bi'ah). Sehingga, ketikakepentingan lembaganya bersinggungandengan lembaga lain, secara tidak sadar akan
Laporan Utama
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 5
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Dok. Google
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
6/28
Buletin
ur a
melahirkan seruan atau himbauan yangemosional. Ia pun membahasakan seruannyaitu dengan istilah 'Fatwa'. Sebagaimana di atas,fenomena seperti ini terjadi berulang kali.
Bagi sebagian orang, dua fenomena di
atas dianggap tidak wajar sehingga perludiadakan riset dan penelitian tentangfenomena sosial dan politik ini. Muncullahkemudian apa yang diistilahkan denganpolitisasi 'fatwa' (tasyis al-Fatawa).
Sebenarnya, menjamurnya mufti-muftiyang berakar pada ormas dan parpol itu sendiriadalah problematis. Terlebih jika berbedah a l u a n d a n s e l a l u b e r s e l i s i h p a d apermasalahan yang sifatnya fundamental.
Kondisi yang seperti ini menjadikan perang'fatwa' hampir tidak bisa dihindari. Akan tetapipenulis tidak akan masuk ke ranah itu.
Kaitannya dengan dua fenomena diatas, setidaknya kita menjadi tahu bahwa adareduksi besar-besaran pada pengertian fatwa.Fatwa yang pada awalnya mempunyai maknadan tujuan yang luhur serta memiliki nilaisakralitas sebagai perwujudan dari agama
untuk menjawab berbagai problem, di tanganjurnalis berubah makna menjadi semuakomentar dan pendapat yang berasal daricendekiawan. Atau 'ijtihad politik' jika kitakaitkan dengan urusan kekuasaan. Lebihlanjut, fatwa juga mengalami reduksi ketikadiucapkan pada kondisi emosi yang tidakstabil, terlebih jika terkesan menyangkutkepentingan golongan. Sebab, pada dasarnya,
fatwa itu mempunyai tujuan yang universaldan untuk kemaslahatan umat. Tidak hanya
kemaslahatan sepihak.Seorang mufti, dalam perspektif Ibn
Shalah, haruslah bersikap obyektif dalammenangani masalah. Ia tidak diperkenankanmemberikan fatwa kala obyektifitasnya dalam
memandang persoalan itu hilang. Sepertiketika ia terlibat langsung dalam masalahsecara emosional dan lain sebagainya.
Mengenai permasalahan yang berbaupolitik dan menjadi perdebatan banyak orang,penulis lebih suka menamainya dengan istilah'Ijtihad politik' ketimbang menyebutnyasebagai fatwa. Istilah ijtihad politik dinilai lebihselamat karena sisi subyektifitas bisaterangkum lewat kata 'ijtihad'. Pun tidakmewakili agama secara langsung sebagaimanafatwa. Fatwa sendiri mempunyai tanggung
jawab ilmiyah yang tidak gampang sepertidipaparkan di atas, selain tanggung jawabmoral dan agama yang tidak ringan.
Meski demikian, penulis tidakmenafikan adanya fatwa dalam permasalahanpolitik. Tentunya setelah melewati empat fasesecara ketat dan bisa dipertanggung jawabkan
secara ilmiyah. Lebih-labih pada deskripsim a s a l a h (A l - T a s h w i r) d e n g a nmempertimbangkan berbagai kemungkinanyang terjadi. Sebab permaslahan politik selalumudah menyulut permusuhan dan rentandisalah artikan. Sehingga kesalahan sekecilapapun dalam mengeluarkan fatwa politiksangat berpotensi untuk dianggap sebagai'politisasi fatwa', tantunya media juga
mempunyai andil yang tidak kecil dalammasalah ini. Wallahu A'lam.[$]
6 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
EXPRESS COPYMelayani fotokopi berbagai macam dokumen
, ,
Laporan UtamaMedia Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
7/28
Buletin
ur a Kolom
Kolom
menjawab tantangan zaman.
Jangan sampai universalitasIslam yang mereka elu-elukan
bagai indah kabar dari rupa.
Mutlak perlu diketahui
bahwa dengan universalitasnya
I s l a m b u k a n b e r a r t i
menunjukkan universalnya
seorang Faqih atau Mufti -
sehingga fatwanya dianggap
s e b a g a i p e n g e n d a l ikepentingan masyarakat-.
Maka dari itu, harus ada
perbedaan antara universalitas
Islam, tugas fikih dan ahli fikih,
sebagaimana harus dibedakan
antara fikih dan polit ik.
S a y a n g n y a , p e r u b a h a n -
perubahan peristiwa politik
k e r a p m e n g a k i b a t k a nk e k a c a u a n i n i s e h i n g g a
menuntut adanya "peran",
fungsi, dan ruang lingkup
fatwa.
Apabila kita telisik
peran sentral fikih dalam
sejarah peradaban islam, kita
akan menemukan bahwa ilmu
Fikih merupakan salah satu
kuntum ilmu Islam yang
darinyalah sejumlah ilmu
p e n g e t a h u a n s e m e r b a kbermekaran. Bahkan beberapa
masterpiece Hadis perdana
dinilai sebagai masterpiece fikih.
S e b a g i t a m s i l k i t a b a l -
Muwaththo' dan kitab Sahih
Bukhari, serta kitab-kitab
Sunnah lain yang semula hanya
bertujuan mengoleksi Hadis
N a b i k e m u d i a n b e r a l i hpenyusunannya berdasarkan
pada klasifikasi fikih, untuk
kemudian menjadi bahan
rujukan ahli fikih.
Hukum Islam kembali
e k s i s d a n b e r k e m b a n g
dilatarbelakangi aneka sistem
politik dan pemerintahan, sejak
era Nabi, Khalifah Arba'ah,Khalifah Bani Umayyah dan
Abbasiyah. Suatu fenomena
yang berakhir pada kesimpulan
bahwa Syariat Islam ialah
kekuasaan paling absolut dan
melebihi apapun di benak kaum
Muslimin selama beberapa
p e r i o d e s e j a r a h p o l i t i k .
M e s k i p u n r e a l i t a n y a
perpol i t ikan umat I s lam
terpecah, tetapi Syariat Islam
merupakan faktor pendukung
p e r s a t u a n u m a t . Y a i t upersatuan yang terbentuk dari
kesadaran bahwa Syariat Islam
mengatur semua tindakan
manusia, hubungan sesama
manusia, dan merepresentasi
se luruh aspek indiv idu ,
kolektif, perundang-undagan,
ibadah, dan lain sebagainya.
Perannya yang mampu
mempersatukan umat, Syariat
Islam kerap dijadikan alat oleh
beberapa kepentingan individu
u n t u k m e n g - g o l - k a n
manuvernya. Meski sebetulnya
dalam kacamata fikih, manuver
itu sungguh bertentangan.
Melalui corong pembicarafa twa f ik ih a l ias Muft i ,
kepentingan individu itu
'diupayakan' untuk lolos
melalui observasi Syariat Islam.
Padahal , Muft i ber tugas
menyampaikan permasalahan
dan maslahat umat yang erat
kaitannya dengan fikih, bukan
meloloskan kepentingan pihaktertentu. Disinilah muncul
kecarutmarutan antara Syariat
Islam dan fikih. Hingga sulit
membedakan antara Syariat
yang merupakan hukum Allah
dan Fikih sebagai produk
S y a r i a t y a n g t u g a s n y a
menyelesaikan problematika
kontemporer, zaman, dan fakta-
fakta yang terjadi sepanjang
Saat ini dunia Islam dijejali dengan berbagai problematika
kontemporer yang menuntut eksistensi fikih sebagai jawaban atas
problematika yang ada. Benturan inovasi, gagasan, dan carutmarutnya problematika kontemporer memaksa fikih untuk tak
tinggal diam kemudian ditinggalkan. Justru eksistensinya kian
dibutuhkan meski bersinggungan dengan problematika yang
sebelumnya tak tersentuh. Apalagi dengan munculnya istilah
universalitas Islam di kalangan ulama', fikih diharap mampu
Oleh: Dhoriefah Niswah El Fidaa'
Membincang Metodologi Fatwa, Mengharap Persatuan Umat
7Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
8/28
Buletin
ur a Kolom
sejarah hidup Islam.
Sebagai contoh ialah fatwa Mesir tentang
pembangunan dinding pembatas beton setinggi
30 m sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir, fatwa
Irak tentang hukum partisipasi dalam pemilu
pemerintahan boneka AS, fatwa tentang hukum
pewarisan kekuasaan, fatwa embargo produk-
produk AS, fatwa penjualan gas pada Zionis
Israel, dan lain sebagainya.
Terlepas dari kepentingan individu,
marilah kita merujuk pada metodologi fatwa.
Mufti dalam berijtihad, menggunakan pisau
analisa Ushul Fikih sebagai rujukan metodologis
yang dituntut mampu mempadu-padankan teks
yang jumlahnya terbatas untuk menyelesaikanproblematika umat yang tak terbatas. Ushul Fikih
merupakan cerminan dari dua kutub ilmu, ilmu
bahasa Arab dan ilmu Maqashid Syari'ah. Ilmu
bahasa Arab di dalamnya mencakup pembahasan
hukum-hukum syara' dan ilmu Kalam yang mana
keduanya mengupas istinbath hukum nash-nash
syara' dengan kaedah-kaedah tertentu.
Salah satu metodenya ialah dengan
mengembalikan problematika Fikih pada sifat-sifat yang mirip atau sepadan. Sifat ini
diistilahkan oleh ahli Ushul Fikih dengan sebutan
'illat; yang umumnya dipelajari di dalil syara'
Qiyas. Maka dari itu, Qiyas merupakan salah satu
metode untuk menyelesaikan problematika Fikih
kontemporer. Sehingga pada akhirnya,
problematika umat terselesaikan melalui hukum
Allah melalui nash-nash-Nya atau diqiyaskan
pada nash-nash tersebut. Kutub Ilmu bahasa
Arab inilah yang telah menjadi rujukan utama
umat Islam dari kebangkitan Islam dan akan
selamanya dijadikan rujukan hingga kini dan
mendatang.
Kemudian, pada Abad ke-4 Hijriah,
metodologi Qiyas kian meluas seiring dengan
munculnya taqlid untuk mengikuti seorang Fakih
dan berkembangnya madzhab Fikih yang empat.Hingga pada taraf munculnya suatu kelompok
yang berpendapat, j ika ter jadi suatu
problematika Fikih, maka seorang Mufti tak boleh
merujuk ke al-Qur'an dan Sunnah terlebih
dahulu, melainkan merujuk pada perkataan
Fakih yang diikutinya yang mana Fakih tersebut
telah merujuknya pada al-Qur'an dan Sunnah.
Apabila problematika Fikihnya sesuai dengan
perkataan Fakih, maka Mufti boleh berfatwa dan
menghukumi. Apabila bertentangan dengan
perkataan Fakih, maka Mufti dilarang berfatwa.
Dan apabila berani menentangnya, maka ia akan
diturunkan jabatannya. Agaknya untuk kasus
keterkinian, penurunan jabatan merupakan
tangan besi dari kepentingan individu.
Kutub ilmu kedua, yaitu ilmu Maqashid
Syari'ah. Diskursus ini mencuat dan mulai
ditelaah kembali pada akhir abad kesembilanbelas, tepatnya tahun 1884, tahun dimana buku
al-Muwafaqt karya Imam al-Sythib dicetak
untuk pertama kalinya. Imam Thohir Bin 'Asyr
berkata: "Suatu hal yang tak layak jika para ulama
tak sepakat dalam mengi'tibarkan maslahah dan
menjauhkan dari mafsadah. Utamanya jika terjadi
suatu problematika umat. Dan tak layak jika
seorang alim hanya menunggu datangnyamaslahat tanpa mencar inya a tau takmengembalikannya pada Qiyas. Akan tetapi ia
harus berijtihad untuk menemukan maslahatnya
atau berusaha mencari padanannya di Qiyas
syara'.
Problematika yang belum tuntas dengan
Qiyas, akhirnya dikembalikan pada Maqashid
Syari'ah. Misalnya, permasalahan-permasalahan
yang terjadi di masyarakat seperti sistem
perpolitikan, lembaga-lembaga politik, tentara,
pelayanan publik, pendidikan, kehidupan
berpolitik, konstitusi, pemilu, isu-isu hak asasi
manusia, lindungan hidup, akad-akad keuangan,
pe r u s a h a a n - pe r u s a h a a n m o de r n , da n
sebagainya. Permasalahan-permasalahan
tersebut berkait kelindan dengan Maqashid
Syari'ah meskipun sebagian dapat disimpulkan
dengan dalil-dalil Fikih klasik atau Qiyas. [$]
8 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Suatu hal yang tak layak jika para ulama taksepakat dalam mengi'tibarkan maslahah dan
menjauhkan dari mafsadah .
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
9/28
Buletin
ur a Bahts
Prolog
Agama Islam didaulat sebagai agamaparipurna yang senantiasa sesuai denganperkembangan zaman; shlihun li kulli zamn wamakn. Meskipun teks-teks wahyu yangditurunkan kepada Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wa sallam jumlahnyaterbatas, namun Islam memiliki cara atauinstrumen tersendiri dalam menjawabberbagai persoalan umat manusia di mana dankapan pun itu. Instrumen ini bernama ijtihad.Ijtihad diartikan sebagai sebuah upayapenggalian hukum syariat dari dua sumberutama; Al-Quran dan Hadis. Ijtihad sangat eratkaitannya dengan fatwa. Karena fatwamerupakan salah satu produk dari aktivitasijtihad yang dikeluarkan oleh seorangmujtahid.
Seiring berjalannya waktu, persoalan
di dunia ini terus mengalami perkembangan,sehingga banyak hal-hal baru yang muncul danbelum memiliki status hukum yang spesifikdalam syariat Islam. Persoalan-persoalan baruinilah yang kerap mendorong khalayak umumuntuk bertanya kepada seorang ulama demimendapatkan status hukumnya, yangkemudian disebut dengan fatwa. Namundalam perjalanannya fatwa tidak lepas dari
berbagai kepentingan tertentu. Lantasdimanakah posisi fatwa di tengah badaikepentingan seperti saat ini?
Pengertian Fatwa
Sebelum kita terlalu jauh membahasmengenai berbagai persoalan yang terjadi didunia fatwa, kita harus lebih dahulu
mengetahui makna fatwa itu sendiri. Denganmengetahui maknanya, kita akan memilikipersepsi yang benar dan utuh tentang fatwa,sehingga t idak salah kaprah dalam
mengklasifikasikan vonis status hukum dalam
agama yang mirip namun berbeda makna dankosekuensinya.Secara bahasa, Ibnu Mandzur dalam
Lisn al-Arab menjelaskan bahwa makna ift'adalah memberikan penjelasan atas sebuahperkara dan menghilangkan persoalan pelik didalamnya. Sedangkan fatwa sendiri diartikansebagai jawaban seorang mufti.
S e c a r a i s t i l a h , M a y y a r a hmendefenisikan fatwa adalah pemberitahuan
akan status hukum syariat yang tidakmengikat. (al-Itqn wa al-Ihkm, 1/8).
Al-Bahuti dalam Syarh Muntaha al-Iradt mendefinisikannya sebagai sebuahpenjelasan akan hukum syariat bagi orangyang bertanya. (3/483).
Al-Munawi dalam at-Ta'arf lebihsimpel dalam memberikan definisi fatwa, yaitu
jawaban seorang mufti.
Dari pengertian secara bahasa danistilah di atas dapat kita ambil sebuahkesimpulan bahwa tujuan fatwa adalahmemberikan penjelasan status hukum syariatterhadap sebuah perkara dan sifatnya tidakmengikat. Hal ini berbeda dengan qadha', yaitukeputusan hukum seorang hakim dalamsebuah perkara, maka ini sifatnya mengikatkepada orang yang bersangkutan. Dengan
demikian, tugas seorang mufti hanya sebatasmenyampaikan status hukum perkara yangditanyakan oleh mustafti (orang yang memintafatwa), dan mustafti masih memiliki peluanguntuk menjalankan atau tidak keputusan
Oleh: M. Hidayatulloh*
Reposisi Fatwa di Tengah Badai Kepentingan
Bahts
* Santri Ruwaq Al-Azhar
9Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Secara bahasa, Ibnu Mandzur dalam Lisn al-Arabmenjelaskan bahwa makna ift' adalah memberikanpenjelasan atas sebuah perkara dan menghilangkan
persoalan pelik di dalamnya. Sedangkan fatwa sendiridiartikan sebagai jawaban seorang mufti.
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
10/28
Buletin
ur a Bahts
hukum yang telah diambil oleh mufti tersebut.
Bahaya Fatwa
Fatwa merupakan produk Islam yangsangat tinggi nilainya, sehingga tidak semua
orang boleh mengeluarkan pendapat atasnama fatwa. Fatwa hanya boleh dikeluarkanoleh orang-orang yang telah memenuhikualifikasi ketat, baik dalam sisi kapabilitasmaupuan kredibilitas. Seorang mufti harusmemiliki kapabilitas keilmuan agama yangmumpuni, dengan penguasaan yang baik akanberbagai disiplin ilmu dalam Islam. Dia jugaharus merupakan sosok yang memiliki
kredibilitas unggul sehingga terlepas dariprilaku-prilaku yangkurang terpuji.
B e g i t uketatnya kualifikasiuntuk menjadi seorangm u f t i , s e h i n g g abanyak ulama yangtidak berani untuk
maju ke zona bahayayang bernama 'fatwa'ini. Mereka memilihuntuk tidak bermainapi di zona ini. Karenah a k i k a t b e r f a t w aadalah penyampaianhukum Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apalagipimpinan para mufti Sayyiduna Muhammadshallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabdayang artinya: "Orang yang paling beraniberfatwa di antara kalian adalah orang yangpaling berani masuk neraka."
Imam Nawawi berkata: "Ketahuilahbahwasanya fatwa itu sangat berbahaya, besarurusannya, dan banyak keutamaannya. Karenaseorang mufti adalah pewaris para nabishalawatullahi wa salamuhu 'alaihim, jugaseorang yang menunaikan fardhu kifayah.
Akan tetapi dia sangat rentan untuk terjatuhpada kesalahan. Oleh karena itu, para ulamam e n g a t a k a n b a h w a s e o r a n g m u f t i
penyambung keputusan Allah Ta'ala." (AdabulFafwa, hlm. 13).
Ibnu Qayyim berkata: "Hendaklahseorang mufti mengetahui siapa yang diawakili dalam fatwanya. Hendaklah diaberkeyakinan bahwa dirinya kelak akan
ditanya di hadapan Allah Ta'ala." (I'lmMuwaqqi'n, 1/10-11).
Para ulama salaf senantiasa berhati-hati dalam memberikan sebuah fatwa, bahkanmereka sering memberikan saran kepadaorang yang meminta fatwa agar bertanyakepada orang selain dirinya. Abdurrahman binAbi Laila pernah berkata: "Aku pernahmendapati 120 sahabat Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam dari kalangan Anshar. Saat salahseorang merekabertanya mengenais u a t up e r m a s a l a h a n ,maka sahabat yangi n i m e l e m p a rpertanyaan kepadasahabat yang lain,
d a n d i a p u nm e l e m p a r n y ak e p a d a s a h a b a ty a n g l a i n l a g i ,hingga akhirnyapertanyaan tersebutkembal i kepada
orang pertama." (Trikh Bagdd, 13/412).Imam Malik bin Anas pernah berkata:
"Barangsiapa menjawab sebuah pertanyaan,maka sebelum menjawabnya, hendaklah diamengingat surga dan neraka serta bagaimanakelak nasibnya di akhirat. Setelah itu barulahdia menjawab pertanyaan tersebut." (AdabulMufti wal Mustafti, hlm. 79-80).
Fatwa dan Kepentingan
Dari paparan di atas, tampak begitu
berat konsekuensi sebuah fatwa. Olehkarenanya para ulama tidak serta mertamenjawab seluruh pertanyaan keagamaan
0 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Para ulama salaf senantiasa berhati-hati dalammemberikan sebuah fatwa, bahkan mereka seringmemberikan saran kepada orang yang meminta fatwa agarbertanya kepada orang selain dirinya. Abdurrahman bin AbiLaila pernah berkata: "Aku pernah mendapati 120 sahabatNabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan Anshar. Saatsalah seorang mereka bertanya mengenai suatu
permasalahan, maka sahabat yang ini melempar pertanyaankepada sahabat yang lain, dan diapun melemparnya kepadasahabat yang lain lagi, hingga akhirnya pertanyaan tersebutkembali kepada orang pertama." (Trikh Bagdd, 13/412).
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
11/28
Buletin
ur a Bahts
yang dilontarkan kepada mereka. Merekasadar betul bahwa jawabannya kelak akandipertanggungjawabkan di hadapan AllahSubhanahu wa Ta'ala. Namun demikian,seorang ulama juga tidak boleh bersembunyi
dari realitas yang ada. Menyembunyikan ilmuyang telah dianugerahkan oleh Allah Ta'alakarena takut salah dalam memberikankeputusan hukum juga merupakan tindakankurang terpuji. Menyembunyikan ilmu ini punjuga memiliki ancaman tersendiri. Jadi,idealnya adalah bersikap apa adanya sesuaik a p a s i t a s y a n gdimiliki dengan
t e r u s b e r h a r a pm e n d a p a t k a ntaufik dari AllahTa'ala. Seorangulama yang diberipertanyaan tentangs t a t u s h u k u msebuah perkara,l a n t a s d i am e n j a w a b n y asesuai prosedurd a n s t a n d a rkei lmuan Is lamyang berlaku, makajika dia salah akanmendapatkan satupahala dan jika benarakan mendapatkan duapahala. Karena dengan demikian berarti dia
telah berijtihad. Dan dalam konsep pahalaijtihad, jika benar mendapatkan dua dan jikasalah mendapatkan satu.
Seiring dengan meningkatnya rasakeingintahuan masyarakat terhadap Islam,fatwa mulai bergeser dari peranannya semula.Jika semula fatwa hanya bertujuan untukmemberikan penjelasan dengan sebenar-benarnya mengenai status hukum syariat atas
sebuah perkara yang bersifat tidak mengikat,kini fatwa seakan dijadikan instrumen untukkepentingan-kepentingan tertentu. Di tangan
seorang ekonom, fatwa akan dijadikanjustifikasi keabsahan atau kehalalan akanproduk-produk bisnis atau transaksi-transaksikeuangan yang dia tawarkan. Di tanganseorang politisi, fatwa akan digunakan sebagai
jargon politik atau alat untuk meraupdukungan massa sebanyak-banyaknya.Demikian pula, fatwa akan ditarik-tarik dandikait-kaitkan oleh pihak selain mereka, demimemberikan segel 'halal' pada aktivitas atauproduk yang mereka ciptakan.
Di titik ini, fatwa sudah tidak lagimenjadi sekedar penjelasan statush u k u m , namun justru
b e r u b a h m e n j a d iobye k studi yangp e r l ud i j e l a s k a nh u k u m n y as e n d i r i .
A r t i n y a , k i t aa k h i r n y a p e r l u
bertanya lagi kepada parau l a m a t e n t a n g h u k u m
berfatwa demi kepentingan-kepentingan tertentu. Fatwaberbalut kepentingan inilahyang kerap menimbulkanperang fatwa antar ulama danmembuat kondisi sosialmasyarat menjadi t idak
kondusif. Alih-alih masyarakatmendapatkan pencerahan dan kemaslahatan
dari sebuah fatwa yang telah dikeluarkan olehseorang ulama, mereka justru akan salinglempar cacian bahkan baku hantam demimembela ulama idolanya. Tentunya ini akanmelahirkan persoalan baru dan sangatbertentangan dengan konsep dan spirit yangterkandung dalam fatwa itu sendiri.
Perang fatwa mungkin jarang kitatemukan di tengah masyarakat muslim
Indonesia. Karena perlu kita akui bahwa dinegara kita belum ada yang berani untukberfatwa, kalau tidak ingin dikatakan memang
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 11
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Dok.Google
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
12/28
Buletin
ur a
belum ada sosok yang layak untukmengeluarkan fatwa. Penulis teringat sebuahstatemen dari guru penulis Dr. Amr Wardani,salah seorang ulama staf fatwa di Dar el-Fatwa(Lembaga Pusat Fatwa) Republik Arab Mesir.Pasca kunjungan beliau ke Indonesia, beliaumengatakan bahwa di Indonesia belum adaseorang mufti, yang ada hanyalah para fuqaha(ahli fikih). Hal itu beliau dasarkan pada faktabahwa para ulama Indonesia sering terjebakpada ijtihad-ijtihad ulama klasik dalammemberikan hukum pada persoalan-persoalanbaru. Padahal bisa jadi empat aspek dalamproses fatwa sudah berbeda; asykhs(personal), ahwl (kondisi), makn (tempat),
dan zamn (waktu).Namun beda halnya jika kita melihat
kasus yang terjadi di dunia Arab. Meskisebagian besar ulama telah menggulirkan ideagar dibuat lembaga khusus yang menjadikiblat fatwa, karena sulitnya ditemukan sosokmufti yang memenuhi kualifikasi, tapi tetapsaja fatwa individu banyak kita temukan. Faktaterbaru, betapa perang fatwa di Mesir betul-
betul tersajikan dengan sangat panas, antarapara mufti dari kalangan Ikhwanul Muslimin,Salafi, dan Al-Azhar. Konflik 'kepentingan'yang terjadi di Mesir ini pun mempengaruhibahkan menciptakan konflik serupa dibelantika dunia Islam lainnya yang selama iniberkiblat kepada Mesir dalam keilmuannya.Hal serupa juga terjadi lebih dahulu di Suriah.Dan untuk saat ini di dunia Arab sendiri sedang
mengalami kerancuan pemahaman terkait
fatwa ini. Masyarakat awam dan sebagiancivitas akademika-- sering salah dalammemahami statemen para ulama yangmengandung keputusan hukum syariat.Mereka hampir tidak bisa membedakan antara
fatwa dengan ra'yun fiqhi (pandangan fikih).Semua statemen ulama mereka anggap sebagaisebuah fatwa, padahal kenyataannya tidakdemikian.
Penutup
Dengan melihat uraian singkat di atas,merupakan sebuah keniscayaan untukmengembalikan lagi fatwa pada posisi semula.
Posisinya yang permanen sebelum ditarik kekanan dan ke kiri demi mengukuhkan sebuahkepentingan. Dengan demikian fatwa tidaklagi dijadikan alat justifikasi sebuahkepent ingan yang hanya cenderungmenguntungkan pihak tertentu. Jika pun adakepentingan yang harus dibela oleh sebuahfatwa, maka kepentingan itu bernama'kebenaran'. Kebenaran yang didasarkan pada
prinsip-prinsip baku dalam Islam. Akhirnyapenulis ingin mengajak seluruh pihak untuklebih hati-hati dalam persoalan fatwa ini.Kemaslahatan publik harus menjadi misiutama dalam urusan fatwa, sehingga kondisisosial masyarakat menjadi lebih kondusif.Dengan demikian, pikiran dan tenaga umatdapat lebih disinergiskan dan dioptimalkansehingga menghasilkan karya-karya nyata
yang produktif. Wallahu A'lam. [$]
2 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir Bahts
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Do
k.
Goog
le
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
13/28
Buletin
ur a Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir Bahts
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 13BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Femina
Fatwa menurut istilah dalam kamusLisan al 'arob karya Ibnu Mandzur adalahmengeluarkan hukum bagi orang yang tahuakan masalah dan mempunyai ilmu-ilmu yangmumpuni untuk menyelesaikan masalah yangada. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwatidak ada syarat khusus yang membahastentang penentuan gender apa saja yang bolehdan tidak boleh untuk berfatwa. Syarat utama
yang ditentukan disini hanyalah orang yang aqilbaligh dan ilmu yang mumpuni sehinggamampu mengambil hukum demi penyelesaiansebuah masalah.
Secara bahasa, fatwa berarti petuah,nasihat, dan jawaban pertanyaan hukum.MenurutEnsiklopedi Islam, fatwa dapatdidefinisikan sebagai pendapat mengenaisuatu hukum dalam Islam yang merupakan
tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaanyang diajukan oleh peminta fatwa dan tidakmempunyai daya ikat.
Disebutkan dalam Ensiklopedi Islambahwa si peminta fatwa baik perorangan,lembaga maupun masyarakat luas tidak harusmengikuti isi fatwa atau hukum yang diberikankepadanya. Hal itu disebabkan karena fatwaseorang mufti atau ulama di suatu tempat bisa
saja berbeda dari fatwa ulama lain di tempatyang sama.Pada kebanyakan kasus, dapat kita
temui bahwa fatwa-fatwa tersebut memilikisatu ciri khusus, yaitu bersifat dinamis, karenam e r u p a k a n t a n g g a p a n t e r h a d a pperkembangan baru yang sedang dihadapimasyarakat peminta fatwa, juga karena adanyakemungkinan perubahan hukum jika munculpermasalahan baru setelah dikeluarkannyafatwa tersebut.
Tindakan memberi fatwa disebut futyaatau ifta, suatu istilah yang merujuk pada
profesi pemberi nasihat. Orang yang memberifatwa disebut mufti atau ulama, sedangkanyang meminta fatwa disebut mustafti, danseperti yang kita ketahui dari definisisebelumnya, bahwa peminta fatwa bisaperseorangan, lembaga ataupun siapa sajayang membutuhkannya.
Futya pada dasarnya adalah profesiindependen, namun dibanyak negara Muslim
menjadi terkait dengan otoritas kenegaraandalam berbagai cara. Dalam sejarah Islam, dariabad pertama hingga ketujuh Hijriyah,negaralah yang mengangkat ulama bermutusebagai mufti. Namun, pada masa-masaselanjutnya, pos-pos resmi futya mulaididirikan, sehingga mufti menjadi jabatankenegaraan yang hierarkis, namun tetap dalamfungsi keagamaan.
Untuk dapat melaksanakan profesifutya, ada beberapa persyaratan yang harusdipenuhi. Pertama, beragama Islam. Kedua,memiliki integritas pribadi (adil), ketiga ahliijtihad (mujtahid) atau memiliki kesanggupanuntuk memecahkan masalah melaluipenalaran pribadi. Berbeda dengan seoranghakim, seorang mufti bisa saja wanita, orangbuta, atau orang bisu, kecuali untuk jabatan
kenegaraan.Keperluan terhadap fatwa sudah terasasejak awal perkembangan Islam. Denganmeningkatnya jumlah pemeluk Islam, makasetiap persoalan yang muncul memerlukan
jawaban. Untuk menjawab persoalan tersebutdiperlukan bantuan dari orang-orang yangkompeten di bidang tersebut. Dalam masalahagama, yang berkompeten untuk itu adalahpara mufti atau para mujtahid.
Mengeluarkan fatwa itu bukan sesuatuyang mudah, jika kita salah dalam berfatwamaka taubatnya tidaklah semudah yang kita
Femina
Oleh: Elok Ningtyas Rachmania
Wanita berfatwa, Why Not????
Wanita
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
14/28
Buletin
ur a FeminaMedia Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
4 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
bayangkan, hanya dengan salat Taubat laluberes, melainkan taubatnya adalah harusmelalui tiga tahapan di mana tahapan-tahapanini akan sangat sulit jika seorang wanita yangmenjalankannya, karena wanita lebih memakai
perasaan, memakai hati, mungkin jugagengsinya lebih besar dari pada laki-laki. Diantara tahapan-tahapan tersebut adalah yangpertama bertaubat kepada Allah dengan salatTaubat, lalu membenarkan apa yang salah darifatwanya dan menjelaskan kepada semuaorang yang telah menerima fatwanya dengancara door to dooratau datang ke rumah-rumahatau dengan menggunakan pengeras suara danmengelilingi negara tempat ia mengeluarkanfatwanya tersebut.
M e m a n gbenar kita akuibahwa kebanyakanmufti-mufti negaraadalah seorang laki-laki, tetapi itu bukanberarti ada laranganbagi wanita untuk
berfatwa. Berkacapada zaman Rasul,Sayyidah Aisyah r.asebagai istri RasulSAW pada saat itujuga berfatwa bukan hanya sesekali, tapibanyak kita temui tercatat di buku-bukusejarah Islam. Mengapa? karena memangSayyidah Aisyah dipercaya oleh Rasul untuk
melakukannya, terutama dalam penyelesaianmasalah-masalah yang berkaitan denganwanita. Dan memang Sayyidah Aisyahmempunyai ilmu yang memadai, denganbimbingan dari sang suami tentunya.
Jadi, amat sangat tidak salah bagiseorang wanita untuk berfatwa. Apakah fatwaseorang wanita dapat di terima dan dijadikanhukum? Tunggu dulu, bukan berarti wanita
boleh berfatwa lalu semua fatwa wanita dapatdi terima, kita harus terlebih dahulumengetahui siapa wanita yang berfatwa itu,kedalaman ilmu, kebijaksanaan dalam
mengambil hukum,dan asal-usul wanitatersebut, semua harus dipertimbangkanterlebih dahulu oleh si pengambil hukum.
Otomatis dari hal-hal tersebut, dapatkita ambil kesimpulan bahwa ada syarat-syarat
khusus bagi seorang wanita untuk berfatwa.Diantaranya adalah kadar keilmuan yangmumpuni, ke'aqil balighan yang sudah tidak diragukan lagi, kemampuan dalam mengontrole m o s i d i r i j u g a h a r u s b e n a r - b e n a rdipertimbangkan. Wanita diperbolehkanberfatwa asal memenuhi kapibilitas di atasuntuk berfatwa.
Lalu, mengapa kebanyakan di setiap
negara arab yang menjadi mufti adalah seoranglaki-laki? Memang wanita tidak dilarang untukb e r f a t w a , t a p it e r k a d a n gkeadaan emosiw a n i t a i t ukurang stabil dandipengaruhi olehhormon yangb e r k e m b a n gd a l a mdirinya,karenam u f t i d a u l a h a d a l a hkedudukan yang
sangat penting dalam mengeluarkan hukumsehingga ditakutkan jika wanita yang menjadimufti negara maka hukum yang dikeluarkanmungkin saja kurang tepat karena saat itu ia
sedang kurang baik moodnya maka hukumnyaasal-asalan.
Laki-laki lebih stabil hormon sehari-harinya,tanpa ada menstruasi jadi tidak naikturun hormonnya. Maka lebih bijaksana jikakedudukan seorang mufti adalah bagi laki-lakidan bukan wanita, tetapi bukan berarti hal inimenjadi landasan bahwa wanita tidak bolehberfatwa.
Imam Syafi'i rahimahullahu pernahberkata: Siapa saja yang mengatakan sesuatudengan hawa nafsunya, yang tidak ada seorangimampun yang mendahuluinya dalam
Memang benar kita akui bahwa kebanyakan mufti-mufti negaraadalah seorang laki-laki, tetapi itu bukan berarti ada larangan bagi
wanita untuk berfatwa. Berkaca pada zaman Rasul, SayyidahAisyah r.a sebagai istri Rasul SAW pada saat itu juga berfatwa
bukan hanya sesekali, tapi banyak kita temui tercatat di buku-bukusejarah Islam. Mengapa? karena memang Sayyidah Aisyah
dipercaya oleh Rasul untuk melakukannya, terutama dalam
penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan wanita. Danmemang Sayyidah Aisyah mempunyai ilmu yang memadai, dengan
bimbingan dari sang suami tentunya.
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
15/28
Buletin
ur a Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir Femina
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 15BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
sering mengoreksi ayat, hadits, dan hukumyang keliru diberlakukan untuk kemudiandijelaskan kembali maksud yang sebenarnya.Salah satu contoh adalah perkataan yangdiungkapkan oleh Abu Hurairah. Ketika ituAbu Hurai rah meru juk hadi s yang
diriwayatkan oleh Fadhl ibnu Abbas bahwabarang siapa yang masih dalam keadaan junubpada terbit fajar, maka dia dilarang berpuasa.Ketika Abu Hurairah bertanya kepada Aisyah,Aisyah menjawab, Rasulullah pernah junub(pada waktu fajar) bukan karena mimpi,kemudian beliau meneruskan puasanya.Setelah mengetahui hal itu, Abu Hurairahberkata, Dia lebih mengetahui tentang
keluarnya hadis tersebut. Kamar Aisyah lebihbanyak berfungsi sebagai sekolah, yang murid-muridnya berdatangan dari segala penjuruuntuk menuntut ilmu. Aisyah senantiasamembentangkan kain hijab di antara muridyang bukan mahramnya. Aisyah tidak pernahmempermudah hukum kecuali jika sudah jelasdalilnya dari Al-Qur'an dan Sunnah.
Dalam penetapan hukum pun, Aisyah
kerap langsung menemui wanita-wanita yangmelanggar syariat Islam. Aisyah pun pernahmenyaksikan adanya perubahan pada pakaianyang dikenakan wanita-wanita Islam setelah
Rasulullah wafat. Aisyah menentangperubahan tersebut seraya
b e r k a t a , S e a n d a i n y aRasulullah melihat apa yangterjadi pada wanita (masa kini),
niscaya beliau akan melarangmereka memasuki masjidsebagaimana wanita Bani Israildilarang memasuki tempat
ibadah mereka.Di dalam Thabaqat
Ibnu Saad mengatakanbahwa Hafshah bintiAbdirrahman menemuiU m m u l - M u k m i n i n
Aisyah. Ketika itu Hafsyahmengenakan kerudung tipis.
Secepat kilat Aisyah menarik
permasalahan tersebut, baik Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam ataupun parasahabat beliau, maka sungguh dia telahmengadakan perkara baru dalam Islam.Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga telah bersabda: Barangsiapa yang
mengada-ada atau membuat-buat perkara barudalam Islam, maka baginya laknat Allah Subhanahuwa Ta'ala, para malaikat, dan manusia seluruhnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menerima infaqdan tebusan apapun darinya.Al-Hafizh IbnuHajar rahimahullahu berkata : Adapun paraimam dan para ulama ahlul hadis, sungguhmereka semua mengikuti hadis yang sahih apaadanya bila hadis tersebut diamalkan oleh para
sahabat, generasi sesudah mereka (tabi'in) atausekelompok dari mereka. Adapun sesuatuyang disepakati oleh salafush shalih untukditinggalkan maka tidak boleh dikerjakan.Karena sesungguhnya tidaklah merekameninggalkannya melainkan atas dasar ilmubahwa perkara tersebut tidak (pantas, -pen.)dikerjakan.(An-Nubadz Fi Adabi Thalabil'Ilmi, hal. 113-115)
Sebagai contoh konkrit dari wanitayang di perbolehkan berfatwa itu ada sejakzaman Rosulallah SAW yaitu Sayyidah AisyahRA. Aisyah memiliki wawasan ilmu yang luass e r t a m e n g u a s a i m a s a l a h - m a s a l a hkeagamaan, baik yang dikaji dari Al-Qur'an, hadis-hadis Nabi, maupun ilmufikih. Tentang masalah ilmu-ilmu yangdimiliki Aisyah ini, di dalam Al-M u s t a d r a k , a l - H a k i mmengatakan bahwa sepertigadari hukum-hukum syariatdinukil dan Aisyah. Abu Musaal-Asya'ari berkata, Setiapkal i kami menemukankesulitan, kami temukank e m u d a h a n n y a p a d aAisyah. Para sahabat seringmeminta pendapat jika
menemukan masalah yangt i d a k d a p a t m e r e k aselesaikan sendiri. Aisyah pun
Dok.
Google
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
16/28
Buletin
ur a Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir Femina
6 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
kerudung tersebut dan menggantinya dengankerudung yang tebal. Aisyah adalah orangyang paling dekat dengan Rasulullah sehinggabanyak menyaksikan turunnya wahyu kepadabeliau, sebagaimana perkataannya ini : Akupernah melihat wahyu turun kepadaRasulullah pada suatu hari yang sangat dinginsehingga beliau tidak sadarkan diri, sementarakeringat bercucuran dari dahi beliau. (HR.Bukhari)
Aisyah pun memiliki kesempatanuntuk bertanya langsung kepada Rasulullahjika menemukan sesuatu yang belum diapahami tentang suatu ayat. Dengan demikiandapat dikatakan bahwa dia memperoleh ilmu
langsung dan Rasulullah sebagaimanaungkapannya ini : Aku bertanya kepadaRasulullah tentang ayat, 'Dan orang-orang yangmemberikan apa yang telah mereka berikan denganhati yang takut.' (QS. Al-Mu'minun: 60).Apakah yang dimaksud dengan ayat di atasadalah para peminum khamar dan pencuri?Beliau menjawab, 'Bukan, putri ash-Shiddiq!Mereka adalah orang yang berpuasa, salat, dan
bersedekah, tetapi takut (amal mereka tidakditerima). Mereka menyegerakan diri dalamkebaikan, tetapi mendahului (menentukan sendiri)kebaikan tersebut. (HR. Ibnu Majah danTirmidzi).
Aisyah berkata lagi : Aku bertanyakepada Rasulullah tentang firman Allah:'Yauma tabdalul-ardhu ghairal-ardha was-samawati. Di manakah manusia berada, wahaiRasulullah? Beliau menjawab, Manusiaberada di atas shirath. (HR. Muslim)
Aisyah termasuk wanita yang banyakmenghafalkan hadis-hadis Nabi Shallallahualaihi wassalam, sehingga para ahli hadismenempatkan dia pada urutan kelima daripara penghafal hadis setelah Abu Hurairah,Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas.Aisyah memiliki keistimewaan yang tidakdimiliki siapa pun, yaitu meriwayatkan hadis
yang langsung dia peroleh dan Rasulullah danmenghafalkannya di rumah. Karena itu, sering
dia meriwayatkan hadis yang tidak pernahdiriwayatkan oleh perawi hadis lain. Parasahabat penghafal hadis sering mengunjungirumah Aisyah untuk langsung memperolehhadis Rasulullah karena kualitas kebenarannyasangat terjamin. Jika berselisih pendapattentang suatu masalah, tidak segan-seganmereka meminta penyelesaian dari Aisyah.Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, anaksaudara laki-laki Aisyah, mengatakan bahwa
pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, danUtsman, Aisyah menjadi penasihat pemerintahhingga wafat.
Jadi sudah sangat jelas bahwa sayyidahAisyah yg menjadi panutan kita sebagaimuslimah boleh untuk berfatwa karena ilmuyang beliau punya juga sangat memadai, makatidak ada larangan bagi kita sebagai muslimahapabila ilmu kita memadai dan kita mampu
untuk berfatwa tanpa melebihi kapasitas kitasebagai wanita. Kenapa tidak? [$]
Para sahabat penghafal hadis sering mengunjungirumah Aisyah untuk langsung memperoleh hadisRasulullah karena kualitas kebenarannya sangat
terjamin
Dok. Google
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
17/28
Buletin
ur a Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 17BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Hikmah
Hikmah Belajar Menghargai WaktuOleh: Achmad Dzulfikar
Kalau berbincang mengenai waktu, maka
sering kita dengar orang mengatakan: time is money,betapa pentingnya waktu bagi orang yang sedangmencari uang. Islam juga mengajarkan betapapentingnya waktu, time is worship, waktu adalahibadah. Makna ibadah tidak hanya sebatas shalatdan puasa, tapi luas maknanya. Di dalam Al-Quran,ada banyak surat yang diawali oleh peringatantentang waktu dan bahkan menjadi nama-namasurat dalam Al-Qur'an, di antaranya: al-Fajr, al-Laildan adh-Dhuha. Ini menunjukan bahwa waktu itu
sangat penting dan berharga di sisi Allah SWT. Paraulama pun mengakui pentingnya waktu sehinggatak ada sedikitpun waktu mereka yang terbuang sia-sia. Hal ini telah ditegaskan Imam Syafi'i RA:
Saya telah bergaul dengan kaum sufi. Aku
tidaklah mengambil faidah darinya kecuali dua hal,
pertama: waktu itu ibarat pedang. Jika engkau tidak bisa
memotongnya, maka ia akan memotongmu. Kedua:
jiwamu, jika tidak kau sibukkan dengan kebenaran, maka
ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.
Di sinilah poin pentingnya. Waktu itu
sangat penting dalam hidup seseorang. Waktu
mampu mengatur dan membatasi segala hal yang
akan dijalani, mulai dari terbukanya mata sampai
menutup kembali. Usaha orang yang tidak pandai
mengatur waktunya dengan baik akan berbedahasilnya dengan orang yang pandai mengatur
waktu. Jika ada kesempatan, maka jangan biarkan ia
lewat tanpa ada sebuah makna yang berarti. Hidup
hanya sekali, maka hiduplah yang berarti. Kematian
itu pasti akan datang, sedangkan semua orang tidak
tahu kapan gilirannya akan tiba. Sementara kita
akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan
Allah berkaian dengan waktu yang telah kita
habiskan di dunia ini.Jika kita mau merenung lebih dalam dan
berpikir lebih tajam, begitu dahsyatnya pertanyaan-
pertanyaan yang akan kita dapatkan esok ketika
menghadap Sang Khalik. Lantas mampukah kita
menjawab semua pertanyaan-Nya? Rasulullah Saw.sudah menjelaskan:
Sebaik-baik manusia adalah yang diberi umur
panjang dan baik amalnya, dan sejelek-jelek manusia
adalah yang diberi umur panjang dan jelek amalnya.
(H.R. Thabrani)
Pernahkah kita merenungi semua
kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang kita
lakukan? Umur kita yang masih tersisa sampai saat
ini, sering terbuang sia-sia tanpa arti. Sementara itu,
tanpa kita sadari masih ada dosa yang menyertai
kita dalam setiap langkah.
Di antara kita mungkin ada yang
menyesali waktu-waktu yang telah dilalui. Ketika
kita terlalu larut dalam sebuah penyesalan, kita
mulai lupa akan waktu yang sedang kita jalani saat
ini. Sebuah penyesalan tidak perlu dipertahankan
t e r u s - t e r u s a n . Y a n g t e r p e n t i n g a d a l a h
mempersiapkan bekal masa depan dengan banyak
mengingat, bersyukur atas nikmat Allah SWT dan
memohon ampunan-Nya. Hal ini ditegaskan dari
perkataan Sayyidina Ali RA.:
Janganlah menyesali hari-hari (yang telah
berlalu)! Sesungguhnya tidak akan ada yangmenggantikannya. * Dan janganlah menangisi dunia
yang kelak kita akan meninggalkannya
Maka mulai detik ini, marilah kita
ubah semua kebiasaan buruk kita, kebiasaan yang
hanya akan membuat kita rugi nantinya. Memotret
diri sendiri, intropeksi diri, menjadi insan dan
pribadi yang lebih baik dari hari kemarin, sampai
kita merasakan pahit dan manisnya perjalanan
hidup dengan tidak menyia-nyiakan waktu hilangtak berarti. Waktu terus berjalan, tidak akan pernah
berhenti dan kembali!!! [$]
: ":
......
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
18/28
Buletin
ur a
Petikan di atas adalah salah satu kaidahyang dipegang teguh oleh Pondok PesantrenLangitan. Dengan memelihara budaya-budayaklasik yang baik serta mengambil budaya-budaya baru yang konstruktif, PondokPesantren ini mampu berkembang hingga saatini. Dalam perjalanannya, pondok ini senantiasamelakukan upaya-upaya perbaikan dan
kontekstualisasi dalam merekonstruksibangunan-bangunan sosio kultural, khususnyadalam hal pendidikan dan manajemen.
Pondok Pesantren Langitan adalah salahsatu lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
Lembaga ini berdiri jauh sebelum Indonesiamerdeka, tepatnya pada tahun 1852, di DusunMandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang,Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Kompleksnyaterletak di samping Bengawan Solo dan di atastanah seluas kurang lebih 7 hektar.
Letak Pondok Pesantren Langitanberbatasan dengan Desa Babat, KecamatanBabat, Kabupaten Lamongan. Dengan posisinyayang strategis, pesantren ini mudah dijangkau
melalui sarana angkutan umum, baik berupabus, kereta api, atau sarana yang lain.
Lembaga pendidikan ini dulunya hanya
sebuah surau kecil, tempat KH. Muhammad Nurmengajarkan ilmunya dan menggemblengkeluarga dan tetangga dekat untuk meneruskanperjuangan dalam mengusir kompeni dari tanah
Jawa. Beliau adalah perintis pertama berdirinyapondok ini. Beliau mengasuh selama kuranglebih 18 tahun (1852-1870 M), yang kemudiankepengasuhan selanjutnya dipegang oleh
putranya, KH. Ahmad Sholeh. Setelah 32 tahunmengasuh (1870-1902 M), beliau wafat dankepengasuhan selanjutnya diteruskan olehputra menantu, KH. Muhammad Khozin. Iasendiri mengasuh selama 19 tahun (1902-1921M). Setelah beliau wafat, mata rantaikepengasuhan dilanjutkan oleh menantunya,KH. Abdul Hadi Zahid selama kurang lebih 50tahun (1921-1971 M), dan seterusnya diserahkankepada adik kandungnya, KH. Ahmad Marzuqi
Zahid selama 29 tahun (1971-2000 M), dankeponakan beliau KH. Abdulloh Faqih.
Perjalanan Pondok Pesantren yangberada di Tuban ini senantiasa memperlihatkanpeningkatan yang dinamis dan signifikan darisatu periode ke periode selanjutnya.Perkembangannya terjadi secara gradual dankondisional. Bermula dari KH. Muhammad Nuryang memulai fase perintisan, perjuangan
diteruskan oleh KH. Ahmad Sholeh dan KH.Muhammad Khozin yang membawa Langitanmamasuki fase perkembangan. Setelah ituberlanjut pada KH. Abdul Hadi Zahid, KH.Ahmad Marzuqi Zahid, dan KH. AbdullohFaqih yang meletakkan beberapa pembaharuandi Langitan.
Dalam rentang waktu satu abad,Langitan mampu menunjukkan kiprah danperan luar biasa. Buktinya, hanya berawal dari
sebuah surau kecil, kini pondok itu bisa menjadilembaga yang representatif dan populer di matamasyarakat luas, baik dalam negeri maupun
Podjok Kampoeng
Podjok Kampoeng
Pondok Pesantren LangitanOleh: Fatimah Nurul KH
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
18 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Al-Muhafadhatu ala al-Qadimi ash-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadidi al-Ashlah
Dok. Google (inset : Alm. KH. Abdullah Faqih)
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
19/28
Buletin
ur a
mancanegara. Banyak santri-santrinya yangkemudian menjadi tokoh-tokoh besar danpengasuh pondok pesantren ternama sepertiKH. Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asyi'ari danKH. Syamsul Arifin (ayahanda dari KH. As'adSyamsul Arifin).
Usaha-usaha modernisasi memangsedang marak di era sekarang. Namun PondokPesantren Langitan dalam hal ini mempunyaibatasan-batasan kongkrit yang tidak bolehdilanggar oleh siapapun. Modernisasi tidakboleh mengubah atau mereduksi orientasi danidealisme awal. Maka dari itu, pondok ini tidaksampai terombang-ambing oleh derasnya arusglobalisasi, namun justru dapat menempatkan
diri dalam posisi yang strategis di tengahglobalisasi.Adapun nama Langitan sendiri
adalah perubahan dari kata Plangitan, yaitukombinasi dari kata plang (Jawa) yang berartipapan nama dan wetan (Jawa) yang artinyatimur. Memang di daerah Widang dulu sebelumPondok Langitan ini didirikan, pernah berdiridua buahplang atau papan nama, yang masing-masing terdapat di timur dan barat. Di dekat
plang timur inilah lembaga ini dibangun. Kelakpara pengunjung menjadikan plang wetansebagai petunjuk untuk memudahkan orangmendata penduduk setempat atau sekedarberkunjung ke Pondok Pesantren. Lama-kelamaan, Pondok Pesantren ini dinamakanPlangitan, yang kemudian populer dengannama Langitan.
Kini, Pondok Pesantren Langitan telah
memiliki pondok putra dan putri dengan tigalembaga yaitu Al-Falahiyah, Al-Mujibiyah, danAr-Roudhoh. Al-Falahiyah berada di pondokputra. Jenjang pendidikannya mulai tingkatRA/TPQ, Madrasah Ibtidaiyah, MadrasahTsanawiyah dan Madrasah Aliyah. SedangkanAl-Mujibiyah berada di pondok putri bagianbarat. Jenjang pendidikannya dari MI, MTs danMA. Dan Ar-Roudhoh di pondok putri bagiantimur. Lembaga pendidikannya terdiri atas MI,
MTs dan MA. Ketiga lembaga ini berada dalamnaungan satu atap, yaitu Pondok PesantrenLangitan dan menggunakan kurikulum PonpesLangitan.
Pondok Pesantren ini mempunyaikeunikan tersendiri. Masih dengan berlabelkanPondok Pesantren Salaf, ia bisa menerapkanbeberapa ekstra kurikuler di dalamnya, diantaranya munazharah dan muhafadzhah.Munazharah adalah diskusi tentang ilmu-ilmu
atau permasalahan yang ada di setiap kitabkuning yang mereka kaji . Sedangkanmuhafadzhah adalah hafalan kitab sesuai dengantingkatan yang mereka tempuh.
Se l a i n i tu , p e s a n t r e n i n i ju gam e n e r a p k a n d u a m e t o d e d a l a mpembelajarannya. Metode wekton dan sorogan. Dimetode wekton, sang guru membacakan maknakitab yang dikaji dan menjelaskannya secara
terperinci, sedangkan para santri mendengarkandan memberi maknanya di buku. Lain lagidengan sorogan. Jika di metode wekton sang guruyang aktif, di metode sorogan, murid dituntutuntuk membaca dan menjelaskan maksudnya,sementara sang guru mendengarkan danmemberikan koreksi, komentar dan bimbingan.Kedua metode ini saling melengkapi.
Kini Pondok Pesantren Langitandipimpin oleh KH. Ubaidillah Faqih yang kerap
disapa Gus Ubed. Gus Ubed menggantikanposisi ayahnya KH. Abdulloh Faqih yang wafatpada Rabu, 29 Februari 2012 malam di usia 80tahun. Gus Ubed akan didampingi oleh KH. AliMarzuki, putra dari KH. Ahmad Marzuki.Sebelum meninggal, KH. Abdulloh Faqih sendiriberpesan kepada putra-putranya untuk terusberjuang pada umat melalui Pondok Pesantren.Ia juga melarang mereka duduk sebagai pejabat.
Pengasuh Pondok Pesantren sendiri ditentukanmelalui musyawarah keluarga. Pergantiankepemimpinan di Ponpes Langitan juga telahdisampaikan pada Kamis, sebelum jenazah KH.Faqih dimakamkan di pemakaman umumWidang, sekitar 600 meter dari kompleks PonpesLangitan. Dan sejak saat itu, Pondok PesantrenLangitan yang sudah terkenal itu dipimpin olehKH. Ubaidillah Faqih. [$]
HikmahMedia Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 19BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
...
Adapun nama Langitan sendiri adalah perubahan darikata Plangitan, yaitu kombinasi dari kata plang (Jawa)
yang berarti papan nama dan wetan (Jawa) yang artinyatimur
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
20/28
Buletin
ur a Sastra
Hilang sudah...Kata demi kata telah terucap
Mencari makna akan arti hidupBerfikir untuk menatap
Logikapun meratap
Ku ingat siluet senja yang teduh di sorehari
Ku tatap mata itu dalam-dalam untukmencari sebuah arti
Tapi apalah ini?, serasa kehilanganarah untuk pergi
Tak ku temukan secercah cahaya di hatiIngin ku kembali
Ke jalan dimana aku aku mencari akanarti hidup ini
Tapi..Apalah daya ini?
Tuk melihat dunia ini aku takutSeakan terpuruk dalam kegelapan yang
pekat
Mata inipun tak sanggup untuk melihat
Hanya suara hati yang dekatSeakan telingapun tak mendengarMulut pun tak sanggup untuk berucapHanya mata yang sanggup berkedip
Karena pedihnya hati oleh kegelapan
Mata inipun menangisMelihat kesuraman hidup yang tanpa
jalan keluar
Entah kemana harus melangkahkankaki,
Seakan kehilangan arah,tanpa peta dankompas kehidupan
Logikapun mencoba untuk berfikirTapi tak kunjung jawaban itu datangYang ada hanya sebuah kebingungan
Mencari akan jawaban itu terasa sulit
Hilang sudah semuanya
Dan takkan pernah kembaliDan penyesalan yang telah singgah di
hati
Oleh: Heni Septianing Widayanti
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
Sastra
0 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Hilang Sudah
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
21/28
Buletin
ur a Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 21BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Sastra
Belajar untuk selalu berpikiran positif itu ternyata tidak gampang. Apalagi terhadap orang lain. Seringkali, mata kita justru, entah
sengaja atau tidak, mencari hal-hal negatif pada orang lain. Yang negatif itu lebih menarik untuk dibahas, diberitakan bahkan dijadikan
bahan olok-olok. Mengapa? Karena itu membahagiakan EGO kita sendiri. Ketika dihadapkan pada kenegatifan orang lain, kita jadi
merasa superior, merasa lebih, merasa benar. Ketika melihat seorang melakukan kebodohan, kepicikan, kemunafikan, kita merasa lebih
pintar, lebih baik, lebih jujur, lebih tercerahkan. Tanpa kita sadari, kita pun terjerat pada kepongahan dan keangkuhan EGO kita.
Sebagai seorang yang sangat impulsif, saya termasuk kaum reaksioner "self
righteous" seperti ini, Telunjuk saya cepat sekali menuding, tanpa merasa bahwa
empat jari yang lain menuding balik kepada diri saya sendiri. Melihat apa
yang saya rasa sebagai ketidak adilan, saya cepat terbakar dan menghakimi
tanpa terlebih dahulu mencoba mencari tahu alasan di baliknya. Melihat
kebodohan, saya cepat sekali menertawakan, tanpa mau mengakui
bahwa berapa kali dalam kehidupan ini, saya melakukan kebodohan-
kebodohan yang lebih dahsyat lagi. Melihat orang berdusta, berkata atau
berlaku munafik, saya cepat sekali menganggap mereka rendah dan
buruk, tanpa mengingat berapa kali dalam hidup ini saya "terpaksa"
berdusta atau melakukan apa yg mungkin dinilai orang lain sebagai kemunafikan, dengan berbagi alasan pribadi. Melihat orang-orang
fanatik terhadap apa yang dirasa sebagai kebenarannya, saya cepat sinis dan meremehkan, tanpa menyadari bahwa tidak sekali dua
saya mati-matian mempertahankan apa yang saya yakini sebagai kebenaran.
Karena itu saya sangat berterimakasih, ketika diingatkan oleh sahabat tersayang, untuk mencoba berlaku adil, menimbang hal-hal yang
postif dalam setiap keadaan sebelum memfokuskan diri pada kenegatifannya. Mencoba untuk introspeksi diri. mencoba untuk
mempositifkan diri sebelum dengan pongah keluar dan mencoba mengorek kenegatifan orang lain.
Apakah itu berarti saya akan berubah dan tidak akan menjadi Tya suket yang norak, pendekar Gaia yang bebas merdeka lagi? NO WAY!
Cuma saya berjanji ingin menjadi Tya Suket yang norak tapi lebih dewasa, menjadi Putri Gaia yang bebas merdeka tapi lebih adil dan
tidak mudah menuding. Dengan bantuan anda mengingatkan saya (plus konsumsi brokoli yang baik untuk kesehatan otak), semoga saya
bisa.
Yuk ah. Saya mau ke bukit mencari kembang liar, yang sederhana dan tak pernah menghakimi :)(PS. Terima kasih untuk kakak yang sudah menjewerku) [$]
* Disarikan dari sekarsuket
Oleh: Danin Alghazali
Sastra
Dok. Google
Intropeksi*
Duh! Tarik napas panjang dulu...
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
22/28
Buletin
ur a Warta GamaMedia Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
2 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Warta Gama
Pada mulanya, agenda SPA XV akan
dilaksanakan dari tanggal 15 Agustus 2013
dengan dua bagian : Pra SPA dan acara inti yaitu
sidang pertanggung jawaban dan pemilihan
ketua baru. Pra SPA sendiri dibagi menjadi dua
bagian : Perlombaan outdoor yang berupa oleh
raga seperti Futsal antar marhalah, volley, dll.
Sedang indoor meliputi perlombaan PES, catur
dan ada pula bazar Gamajatim. Dengan acara
puncaknya SPA dan pemilihan umum pada
tanggal 24 Agustus 2013.Namun, dikarenakan pada saat itu
kondisi Mesir yang kurang stabil dan kondusif,
akhirnya agenda Sidang Permusyawaratan
anggota XV diundur menjadi tanggal 29
Agustus 2013.
Acara SPA dan Pemilihan Umum
Gamajatim diketuai oleh saudara Adnan
Assyahibi dan Sugeng dengan beberapa panitia
dari marhalah Namlah (angkatan Gamajatimtahun 2012) dan dibantu dari beberapa senior
lainnya.
Panitia tahun ini sangat kompak dan
patut diacungi jempol. Kerjasama dari semua
kawan-kawan panitia benar-benar baik,
walaupun sempat ada beberapa kendala yang
dihadapi terkait dengan kondisi Mesir yang
rawan. Setelah melalui musyawarah yang
panjang, akhirnya acara SPA pun disetujui dandilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2013.
Acara SPA sendiri merupakan acara
terakhir dalam sebuah kepengurusan. Acara ini
ber i s i t en t an g p er t an g g u n g j aw aban
kepengurusan Gamajatim tahun 2012-2013
selama satu periode. Program apa saja yang telah
dilaksanakan dan belum terlaksana oleh
pengurus, dibacakan dan dipertanggung
jawabkan pada hari itu dihadapan warga
Gamajatim.
Alhamdulillah, hasil pertanggung
jawaban pengurus masa bakti 2013-2014 diterima
oleh segenap warga masyarakat Jawa Timur.
Kendati tidak bisa dipungkiri, bahwa masihbanyak kekurangan dan kekhilafan yang perlu
dikoreksi.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan
Pemilihan Umum ketua Gamajatim untuk masa
bakti 2013-2014. Pada tahun ini gamajatim
mengusungkan dua kandidat; 1. saudara Rendi
Ahmad Fadli dan Muhammad Anwar Fathoni
yang pada akhirnya dimenangkan oleh
Muhammad Anwar Fathoni.Pemilihan umum itu dimaksudkan
untuk regenerasi baru. Dan juga sebagai wadah
penanaman bibit-bibit pemimpin masa depan.
Patah tumbuh, hilang berganti. Sebelum patah
sudah tumbuh. Sebelum hilang sudah berganti.
Semoga acara SPA tahun ini bisa menjadi
contoh yang baik untuk selanjutnya. Dan semoga
dengan adanya Pemilihan umum ketua baru
Gamajatim ini bisa untuk terus melanjutkan taliestafet kepemimpinan dan membawa
Gamajatim semakin berjaya. [$]
Gamajatim sebagai kekeluargaan masyarakat Jawa Timur
di Mesir mempunyai berbagai kegiatan. Kegiatan yang ada di
Gamajatim merupakan wujud dari ide dan kecenderungan warga
dalam berbagai macam kegiatan keorganisasian.
Salah satu kegiatan yang baru saja dilaksanakan oleh
Gamajatim adalah Sidang Permusyawaratan anggota (SPA) XV
yang dilanjutkan dengan acara Pemilihan umum ketua Gamajatim
baru periode 2013/2014.
SPA dan Pemilihan Umum selesai jugaOleh: Khoirul Anam
Foto bersama Panitia SPA XV Gamajatim
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
23/28
Buletin
ur a
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 23BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Warta Gama
Warta Gama
Bpk. Noor Kholis Mukti, Lc, MM. Bpk. Mukhlason Jalaluddin, Lc, MM. Bpk. Efendi Ponco Prasetyo Bpk. Ismail Bpk. Nur Fu'ad Sofiyullah, Lc, MM Bpk. Habibul Anami, Lc. Bpk. Agus Hendrijanto Bpk. Danny Yulianto
Ibu. Dahlia Kusuma Dewi, S.sos, MIA Ibu. Faizah
Mukhammad Anwar Dahlan Achmad Ainul Yaqin Adib Ali Rahbini Abdul Basid Dana Akhmad Dahlani
KetuaUmum:Muhammad Anwar FathoniKetua I :Kholili BadrizaKetua II :Rendy Achmad FadlySekretaris I :Muhammad Adnan AssyahibiSekretaris II :Toton Fathoni
Bendahara I :Akhmad Akbar FasikhullisanBendahara II:Ibnu Chamdun
Dept. Peningkatan :FahruddinSDM & Kaderisasi :Abdul Aziz Bin Muriddin Dhomaz ManggalaB.
Dept. Data :Sugeng& Statistik :Mohamad Samsul Hadi Agung Setyawan
Dept. Penerbitan :Achmad Musthofa Nizam C.& Pustaka :Darul Siswanto
Riza Azkia
Dept. Olahraga :Rosyad Denhas& Seni :Alif Bahrurrozi Akbar
Muhammad Nabil M.
Dept. Sosial :Hofid Eksan Rawi Muh. Nur Syaifullah Ahmad Dzulfikar Fawzi
Dept. Keputrian:Faiqoh HimmahWardatul HumairoRoudhotul Ilmiyah
BO. Graha Jatim : Abdul Aziz Khusein Muhammad Nabil M. Abdullah Muh. Faiq A.F M. Syifauddin
Biro : M. Ariq UdlohiKesekretariatan Fauzul Hanif Noor Athief Wahyu Firmansyah
Susunan Dewan Pengurus
Keluarga Masyarakat Jawa Timur (Gamajatim)
Periode 2013-2014
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
(Dewan Konsultatif) (Dewan Pengawas Organisasi)
(Dewan Pengurus)
(Departemen-Departemen)
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
24/28
Buletin
ur a
4 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Biografi
seusianya, Al-Barmawi kecil pun tumbuh
dalam nuansa keilmuan yang begitu kental,
mulai dari menghafal al Qur'an, mempelajari
ilmu syariah dan lughah serta disiplin ilmu
yang lainya, apalagi di masa itu Birma
memang terkenal sebagai suatu daerah yang
memiliki banyak ulama besar, di antaranya
ialah Syekh Syamsuddin Al-Barmawi dan
Syekh Ali Al-Barmawi, tentu hal tersebutsangat berpengaruh bagi pembentukan
pondasi keilmuan seorang Al-Barmawi kecil,
lain dari pada itu, pembentukan keilmuan itu
pun beliau dapatkan dari keluarganya, oleh
karena keluarganya adalah pengikut madzhab
Syafi'i, maka Al-Barmawi pun tumbuh dalam
nuansa madzhab Imam Syafi'i yang begitu
mendalam, sehingga tak ayal beliau begitu
cinta akan madzhab Syafi'i tersebut.Ketika usianya mulai beranjak dewasa,
beliau pergi ke Kairo dalam rangka
memperdalam keilmuannya di Al-Azhar, di
Kairo inilah beliau banyak mengambil ilmu
dari para ulama Al-Azhar, namun di antara
banyak ulama, ada seorang ulama yang
berpengaruh besar dalam kehidupan
intelektual Syekh Al-Barmawi, karena
mulazamahnya dengan ulama tersebut,beliaulah Syekh Abu al Abbas Syihabuddin
Muhammad al Qalyubi, dan karena keluhuran
intelektual seorang Al-Barmawi itu pulalah,
yang membuat Syekh Al-Qalyubi memberikan
p e n g h o r m a t a n k e p a d a n y a , d e n g a n
mempercayakan majlis ilmu yang beliau ampu,
kepada Al-Barmawi.
Sampai pada akhirnya pada tahun 1101
H/1690 M, beliau Syekh Al-Barmawi
mendapat amanat sebagai Grand Shaikh Al-
Azhar yang kedua, menggantikan Syekh Al-
T i d a k a d a n y a p a k s a a n d a l a m
b e r a g a m a , k e b e b a s a n b e r f i k i r d a n
berkeyakinan, tidak pula memonopoli sebuah
pengetahuan dan memaksakan hasil dari
sebuah ijtihad, karena pada dasarnya berfikir
itu sendiri ialah suatu kewajiban bagi setiap
muslim, begitulah mungkin kiranya gambaran
yang tepat untuk suatu metode dakwah yang di
usung oleh Al-Azhar dari masa ke masa, corak
dakwah semacam itu pulalah yang melekat kuat
tatkala Imam Al-Barmawi menjabat sebagai
Grand Shaikh Al-Azhar kedua sepeninggalImam Al-Kharasyi.
Nama lengkap beliau ialah Ibrahim bin
Muhammad bin Syihabuddin bin Khalid Al-
Barmawi Al-Azhari As-Syafi'i Al-Anshari,
nama Al-Barmawi sendiri disandarkan pada
nama sebuah desa di mana beliau dilahirkan,
yaitu di desa Barma, tepatnya di Thanta
provinsi Gharbiyah, Mesir. Tidak ada satu pun
sumber yang menyebutkan tahun berapapastinya beliau di lahirkan.
Sebagaimana lazimnya anak-anak
Biografi
Imam Al Barmawi ; Grand Shaikh Al- Azhar KeduaOleh: Fahrudin al Brengkowi
Dok. Google (Syuyukh Al-Azhar)
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
25/28
Buletin
ur a
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 25
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
- Emily Giffin -
Biografi
aneh tatkala Grand Shaikh yang menjabat dari
pengikut madzhab Syafi'i.
Terlepas dari semua hal tersebut,
tetaplah Syekh Al-Barmawi yang resmi
menjabat sebagai Grand Shaikh Al-Azhar
kedua, dan banyak buah karya yang lahir dari
goresan pena beliau, di antaranya ialah Hasiyahala syarh ''Ibnu al Qasim fi fiqh syafi'i'', Hasiyah ala
syarh ''as sabth ala ar rahbiyah'' fi al mawarits, Al
mitsaq wa al 'ahd fi man ta'allama fi al mahd,
Risalah fi ahkami al qaul haula al kalb wa al khinzir
'ala madzhabi imam as syafi'i.
Selain tashnif al kutub, beliau juga tashnif
ar rijal, banyak ulama kenamaan yang lahir atas
didikan beliau. Salah satu di antaranya yang
paling menonjol ialah Syekh Ibrahim bin Musa
Al-Fayyumi (Grand Shaikh Al-Azhar ke enam).
Akhirnya pada tahun 1106 H/ 1695 M,
Imam Al-Barmawi menghadap ke haribaanIlahi, setelah memangku jabatan sebagai Grand
Shaikh Al-Azhar selama lebih kurang enam
tahun, meski cukup singkat, namun buah karya
beliau akan tetap bersinar sepanjang zaman
serta sumbangsih beliau akan tetap terkenang
bagi generasi penerus sepeninggal beliau.
Fa salamun alaika ayyuha al imam al karim
fi al alamin wa salamun alaika ila yaumi yub'atsun.[$]
K h a r r a s y i . N a m u n d a l a m
pengangkatannya sebagai Grand Shaikh Al-
Azhar ini, terjadi silang pendapat, ada versi
sejarah yang tidak selaras, apakah Imam Al-
Barmawi kah yang menjadi Grand Shaikh Al-
Azhar kedua, ataukah Imam An-Nasyrati,
dalam hal ini Al-Jabaruti dalamAjaibu al Atsar
menyebutkan bahwasanya Grand Shaikh Al-
Azhar yang kedua, bukanlah Imam Al-
Barmawi, melainkan Imam An-Nasyrati,
pendapat ini juga diamini oleh Ali Mubarak
dalam al Khuthatat Taufiqiyah, namun menurut
Syekh Ahmad Rafi' Ath-Thahtawi, pendapat
yang paling benar tetaplah bahwa Syekh Al-
Barmawi yang menjabat sebagai Grand ShaikhAl-Azhar yang kedua, dan bukan Imam An-
Nasyrati.
Kalau kita menelisik lebih jauh,
sebenarnya terdapat beberapa polemik dan
kontroversi dalam pengangkatan Syekh Al-
Barmawi sebagai Grand Shaikh Al-Azhar, di
antara sebabnya ialah sebagaimana kita
ketahui, bahwa Syekh Al-Barmawi adalah
bermadzhab Syafi'i, sementara Grand Shaikhsebelumnya bermadzhab Maliki dan punya
ratusan lebih sahabat, yang semuanya
bermadzhab Maliki, dan paham benar dengan
madzhabnya tersebut, terlebih pada waktu itu
l ag i memanasnya sens i t i f i tas da l am
bermadzhab, sedangkan posisi sebagai Grand
Shaikh Al-Azhar jelas nantinya akan punya
peran besar dalam penentuan berbagai
persoalan yang terjadi. Dan di sisi lain, pengikutmadzhab yang lain tidak akan rela menerima
putusan dari pengikut madzhab yang
berseberangan dengan madzhabnya. Lebih
lanjut lagi, Dr. Abdul Aziz Gunaim menjelaskan
bahwa pada saat itu, keputusan apapun yang
dihasilkan oleh seorang Grand Shaikh Al-
Azhar, harus sejalan dengan pemerintahan
yang berkuasa, sedangkan di masa itu,
pemerintahan yang berkuasa adalah
bermadzhab Maliki, maka menjadi hal yang
Dok. Google
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
26/28
Buletin
ur a
6 Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim...
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
Silence is one of the hardest arguments to refute.- Josh Billings
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Dawuh
Bahasa Jawa:Fikih, awalipun dipun artosaken
pemahaman utawi usoho manungso mahamipunopo-punopo ingkah kedah ditindaaken tiangengkang gadah iman. Sak lajengipun, fikihpuniko dados hukum-hukum kagem tiangmukal la f . F ik ih puniko inggih dadospasanganipun akhlak, ngelengkapi punopo-punopo ingkang dituju lan dikebiasaanipunkalian akhlak. Bilih akhlak puniko ngarahakenperkembanganipun potensi diri kalian ngerujuk
dumateng potensi diri kagem ngeraih rososeneng, fikih ngarahaken perkembanganipunpotensi diri kalian mertimbangaken pihak lentuengkang terlibat lan paring pengaruh dumatengkahidupan puniko. Nanging orientasi prilakutanpo mertimbangaken aturan-aturan Ilahiahpuniko saget malingaken saking ancanganakhirat, ing akhiripun saget datengakenkontradiksi prilaku: setunggal sisi tansahhumanis, nanging sisi lentunipun saget
ngalalaken prilaku-prilaku olo. Peradaban Baratpuniko nyerminaken kontradiksi puniko,setunggal sisi tansah humanis nanging sisilentunipun sering nerapaken standar ganda.Teng titik puniko fikih dibutuhaken sangetminongko pelengkap akidah akhlak.
Arah pengembangan pembelajaranfikihtakseh ing dalem kerangka bangkitaken
kecerdasan spiritual. Artinipun hal-hal ingkang
nerangaken hukum lan ibadah wajib/rukunIslam (kaleh materi utomo fikih) mboten namung
hafalan. Fikih kedah tetep den arahaken
dumateng orientasi penemuan makno, nilai,
tujuan, lan motivasi ing dalem kahidupan.
Sedoyo perintah dumugi rukun Islam kedah
saget ditemoaken makno, nilai, lan tujuanipun
kagem pangembangan dirimanungso.
Bahasa Indonesia:F i k i h , p a d a a w a l n y a b e r a r t i
pemahaman atau upaya manusia memahamiapa yang harus dilakukan sebagai orang beriman.Pada perkembangan selanjutnya fikih berubahmenjadi sejumlah hukum bagi mukallaf. Fikihmerupakan pasangan dari akhlak, memberikankelengkapan pada apa yang dicapai dandibiasakan melalui akhlak. Bila akhlakmengarahkan pengembangan potensi diri denganmerujuk pada potensi diri demi pencapaian
kebahagiaan atau kebebasan rohani, fikihmengarahkan pengembangan potensi diri denganmempertimbangkan adanya pihak lain yangterlibat dan berpengaruh dalam hidup. Akhlakdapat saja bersifat netral, dapat dicapai oleh siapapun dan terlepas dari aturan-aturan ilahiah.N a m u n o r i e n t a s i t i n d a k a n t a n p amempertimbangkan aturan-aturan ilahiahmembuat ancangan akhirat tidak disertakan,akibatnya akan terjadi kontradiksi tindakan: pada
sisi tertentu sangat humanis, namun padabeberapa aspek lainnya menghalalkan tindakan-tindakan negatif. Peradaban Barat tampakmenunjukkan kontradiksi ini, satu sisi sangathumanis namun pada sisi lain kerap menerapkanstandar ganda. Di titik ini fikih sangat dibutuhkansebagai pelengkap akidah akhlak.
Arah pengembangan pembelajaran fikih
masih dalam kerangka pembangkitan kecerdasan
spiritual. Ini berarti uraian mengenai hukum danibadah wajib/rukun Islam (dua materi utama
fikih) lagi-lagi tidak sekadar hafalan. Fikih harus
tetap diarahkan pada orientasi penemuan makna,
nilai, tujuan, dan motivasi dalam kehidupan.
Setiap perintah dari rukun Islam harus dapat
ditemukan maknanya, nilainya, serta tujuannya
bagi pengembangan diri manusia.
ANTARA FIKIH DAN AKHLAKOleh: Rawnathelejji
- Emily Giffin -
The world is not that black and white, guys.There are no moral absolutes. It is complex.The world is not that black and white, guys.There are no moral absolutes. It is complex.
- Emily Giffin -
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
27/28
Buletin
ur a Galeri
3Anda boleh besar di manapun, tapi ingat anda adalah warga Gamajatim... 27
Media Kajian dan Informasi Warga Gamajatim Mesir
Galeri
Pelantikan DP Gamajatim Periode 2013-2014
Latihan Qosidah Keputrian Gamajatim Perpisahan dg Sdri. A'yunina Mahanani
Perpisahan dg Sdri. Mei Rachmawati Rapat Redaksi Kru Buletin Surya
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
Sidang Permusyawaratan Anggota Gamajatim XV
-
7/22/2019 Buletin Surya | Edisi 6 | September 2013
28/28
BULETIN SURYA I EDISI 6 I September 2013
GAMAJATIMM E S I R
- Menjaga Lisan -
Rasulullah SAW bersabda: "Setiapucapan Bani Adam itu
membahayakan dirinya (tidakmemberi manfaat), kecuali kata-kata
berupa amar ma'ruf dan nahimungkar serta berdzikir kepada Allah
Azza wa Jalla." (HR. Turmudzi)
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah
s.a.w. bersabda: Barangsiapa yangberiman kepada Allah dan hari akhir,
maka hendaklah ia berkata yangbaik atau kalau tidak dapat berkatayang baik, hendaklah ia berdiam diri
saja. (Muttafaq alaih)
Imam Asy - Syafii berkata: Apabilaingin berbicara hendaklah berpikirdulu. Bila jelas maslahatnya maka
berbicaralah, dan jika ragu makajanganlah berbicara hingga nampak
maslahatnya. (Al-Adzkar hal. 284)
Silaturrahim dg Bpk. Efendi Ponco Prasetyo
BULETIN SURYA I EDISI 5 I Agustus 2013
Content:Fatwa Dan Ijtihad PolitikCendekiawan | Membincang Metodologi Fatwa, MengharapPersatuan Umat|
Reposisi Fatwa ditengah Kepentingan | Wanita berfatwa, why not???| Belajar Menghargai waktu|PondokPesantren Langitan | HilangSudah | Intropeksi | SPAdan Pemilihan UmumSelesai Juga |
ImamAlBarmawy ; Grand Syeikh Kedua Al-Azhar| Antra Fikih dan Akhlak|
Buletin
ur a
Media KajiandanInformasi Warga GamajatimMesir
Coming Soon !!!!Nant an !!! ikan dan saksikKemeriahan
HUT Gamajatim keXV
Fatwadan
Kepentingan
Gam
a j a t im
Kegiatan Sosial bersama Dompet Dhuafa
Oc
to
ber
201
3