BUPATI SIDOARJO
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN BUPATI SIDOARJO
NOMOR 27 TAHUN 2017
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO
NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI
PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SIDOARJO,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi serta
Surat Gubernur Jawa Timur Nomor
016/318/114.2/2017 perihal Penyesuaian Peraturan
Daerah tentang Pembangunan, Pengawasan dan
Pengendalian Menara Telekomunikasi, maka perlu
menyesuaikan terhadap Peraturan Bupati Sidoarjo
Nomor 55 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan dan Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 3 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Dan Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Timur Juncto Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2730);
2
2. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3817);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
154 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3881);
4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
5. Undang-Undang Nomor 26Tahun 2007tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
68);
6. Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah {Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107 , Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang
Penggunaan Spektrum Radio dan Orbit Satelit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 3981
11. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4532);
3
12. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun
2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sidoarjo 2009-2029(Lembaran Daerah Kabupaten
Sidoarjo Tahun 2009 Nomor 4 Seri E);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 3 tahun
2012 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi
Pengendalian Menara Telekomunikasi (Lembaran
Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012 Nomor 2 Seri
C);
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 10 Tahun
2005 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat
Telekomunikasi;
15. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor
02/PER/M.Kominfo/2008 tentang Pedoman
Penggunaan Menara Telekomunikasi Bersama;
16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika
dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor
18 tahun 2009, Nomor
07/PRT/M/2009,Nomor9/PER/M.KOMINFO/03/09,
Nomor 3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan
Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009
tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2016 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 673);
18. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 5 Tahun 2004
tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di
Sekitar Bandar Udara Juanda Surabaya;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3
TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN
RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sidoarjo.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Sidoarjo.
3. Bupati adalah Bupati Sidoarjo.
4
4. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang
selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Sidoarjo.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Sidoarjo.
6. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan comanditer, perseroan
lainnya, badan milik Negara atau daerah dengan nama
dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma,
kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis,
lembaga dana pension, bentuk usaha tetap serta
bentuk badan lainnya.
7. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman
dan/atau pemerimaan dari setiap informasi dalam
bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara
dan bunyi melalui sistem kawat, fiber optic, micro cell,
radio atau sistem elektromagnetik lainnya.
8. Penyelenggara Telekomunikasi adalah perorangan,
koperasi, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
Negara, badan usaha swasta, instansi pemerintah, dan
pertahanan keamanan Negara.
9. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan
penyediaan dan pelayanan telekomunikasi sehingga
memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi.
10. Penyedia menara adalah perseorangan, koperasi, Badan
Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha Swasta yang memiliki dan mengelola
menara telekomunikasi untuk diginakan bersama oleh
penyelenggara telekomunikasi.
11. Pemilik Menara Telekomunikasi adalah Penyelenggara
Telekomunikasi atau Penyedia Menara yang memiliki
menara telekomunikasi
12. Jaringan Utama adalah bagian dari jaringan
infrastruktur telekomunkasi yang menghubungkan
berbagai elemen jaringan telekomunikasi yang dapat
berfungsi sebagai Centrak Trunk, Mobile Switching
Center (MSC), Base Station Controler (BSC), Radio
Network Controler (RNC) dari jaringan transmisi utama
(backbone transmission).
13. Kolokasi adalah bergabungnya beberapa
penyelenggaratelekomunikasi (telecommunication
operator) untuk penempatan stasiun pemancar dan
penerima (BTS) ke dalam satu menara yang ada secara
bersama-sama.
5
14. Relokasi adalah memindahkan perangkat antenna BTS
ke dalam menara telekomunikasi lain yang terdekat
yang masih dalam coverage area awal, karena menara
yang dipergunakan dibongkar dalam rangka
menyesuaikan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
15. Menara Telekomunikasi adalah bangunan untuk
kepentingan umum yang didirikan di atas tanah dan
bangunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi
dengan bangunan gedung yang dipergunakan untuk
kepentingan umum yang struktur fisiknya dapat berupa
rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul atau
berupa bentuk tunggal tanpa simpul dimana fungsi,
desain dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana
penunjang penempatan perangkat telekomunikasi
16. Menara Telekomunikasi Bersama adalah menara
telekomunikasi yang dibangun dan dipergunakan oleh
minimal 3 (tiga) penyelenggara telekomunikasi;
17. Menara Telekomunikasi khusus adalah menara
telekomunikasi yang berfungsi sebagai penunjang
jaringan telekomunikasi khusus.
18. Menara Telekomunikasi Kamuflase adalah menara
telekomunikasi yang dibangun dengan menyesuaikan
lingkungan dan tidak menampakkan sebagai bangunan
konvensional menara yang berbentuk simpul baja.
19. Menara Telekomunikasi Pole adalah Menara
Telekomunikasi yang bangunannya berbentuk tunggal
tanpa adanya simpul-simpul rangka yang mengikat
satu sama lain.
20. Menara Telekomunikasi Mobile adalah Menara
telekomunikasi dengan system Base Transceiver Station
(BTS) yang bersifat bergerak dibagun secara temporer
pada lokasi tertentu dan digunakan oleh penyelenggara
telekomunikasi sebagai solusi sementara untuk
penyedia coverge seluler baru atau memenuhi dan
meningkatkan kapasitas layanan jasa telekomunikasi
seluler.
21. Menara Telekomunikasi di atas bangunan (Roof Top)
adalah menara telekomunikasi yang dibangun di atas
bangunan gedung baik berupa menara pole maupun
menara rangka (Self Supporting Tower).
22. Titik Cell Plan adalah titik pusat jari-jari lingkaran yang
diidentifikasi dengan koordinat geografis berdasarkan
WGS 84 (longitude, Lalitude) yang membentuk zona pola
persebaran Menara Bersama dalam sebuah radius yang
ditentikan didalam peraturan ini.
23. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
adalah tanah dan/atau perairan dan ruang udara di
sekitar Bandar Udara yang dipergunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan.
6
24. Pembangunan adalah kegiatan pembangunan menara
telekomunikasi yag dilaksanakan oleh penyelenggara
telekomunikasi dan/atau penyedia menara diatas
tanah/lahan milik Pemerintah Daerah atau milik
masyarakat secara perorangan maupun lembaga sesuai
dengan Rencana Lokasi Menara Telekomunikasi
Bersama yang meliputi perencanaan, pengurusan izin,
pembangunan fisik menara telekomunikasi beserta
fasilitas pendukungnya.
25. Pengoperasian adalah seluruh kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi
selama jangka waktu perjanjian tetapi tidak terbatas
pada kegiatan penyewaan, perawatan, pemeliharaan,
perbaikan dan asuransi.
26. Bangunan adalah perwujudan fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukanya
sebagianatau seluruhnya untuk di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi tidak sebagai
tempat melakukan kegiatan.
27. Bangunan gedung adalah wujud fisik pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukanya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan /atau di
dalam tanah dan/atau air yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk
hunian atau tempat tinggal kegiatan keagamaan
kegiatan usaha, kegiatan social, budaya maupun
kegiatan khusus.
28. Aset Daerah adalah semua kekayaan atau aset
Pemerintah Daerah, baik yang dimiliki atau dikuasai
yang berwujud, yang bergerak maupun yang tidak
bergerak beserta bagian-bagianya ataupun yang
merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai,
dihitung, diukur atau ditimbang.
29. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah
retribusi yang dipungut atas pemanfaatan ruang untuk
menara telekomunikasi.
30. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang
terutang.
31. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi
lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak
seharusnya terutang.
32. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau
penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
7
cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Bupati.
33. Kas Umum Daerah adalah Kas Umum Daerah
Kabupaten Sidoarjo.
34. Izin Pengendalian adalah izin yang memberi hak dan
kewajiban kepada pemohon untuk mengoperasionalkan
menara bersama telekomunikasi dalam wilayah Daerah.
35. Microcell adalah sub system BTS yang memiliki cakupan
layanan jasa telekomunikasi (coverage) dengan
area/radius yang lebih kecil digunakan untuk
memenuhi layanan di area yang tidak terjangkau oleh
BTS utama atau bertujuan untuk meningkatkan
kapasitas dan kualitas pada area yang padat pengguna
layanan telekomunikasi (traffic).
36. Fiber Optic adalah sejenis media dengan karakteristik
khusus yang mampu menghantarkan data melalui
gelombang frekuensi dengan kapasitas yang sangat
besar.
37. Keterangan Rencana Kabupaten (KRK) adalah informasi
tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan
yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten pada
lokasi tertentu.
38. Surat Keterangan Rencana Kabupaten yang selanjutnya
disingkat SKRK adalah Surat yang diterbitkan oleh
Perangkat Daerah yang membidangi penataan ruang
tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan
yang diberlakukan oleh Pemerintah Kabupaten pada
lokasi tertentu.
BAB II PERIZINAN MENARA TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu
SKRK
Pasal 2
(1) Untuk mendapatkan SKRK, pemohon mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas.
(2) Proses penerbitan SKRK adalah sebagai berikut :
a. mengambil formulir permohonan SKRK ke Dinas
b. mengisi formulir bermaterai cukup dengan lengkap
dan benar
c. mengembalikan formulir yang telah diisi dan
mendapat tanda terima pengembalian formulir dari
dinas;
d. terhadap berkas yang masuk dan lengkap,
selanjutnya dilakukan peninjauan lapang oleh Tim
Verifikasi SKRK.
(3) Hasil peninjauan lapang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d dijadikan dasar/pertimbangan
diterbitkan atau tidak diterbitkannya SKRK oleh Kepala
Dinas.
8
Pasal 3
Syarat-syarat pengajuan permohonan SKRK sebagaimana
dimaksud Pasal 2 ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. mengisi formulir permohonan kepada Kepala Dinas
Bermaterai cukup;
b. foto copy KTP Pemohon;
c. foto Copy akte pendirian bagi perusahaan berstatus
badan hukum/badan usaha (Khusus Perseroan
Terbatas ada pengesahan dari Kementerian Hukum dan
HAM atau sudah didaftarkan di Pengadilan Negeri
khusus CV dan Firma);
d. foto Copy SIUP, TDP dan NPWP;
e. foto Copy bukti kepemilikan tanah (sertipikat/petok
D/Letter C);
f. akte perjanjian sewa menyewa tanah (apabila tanah
bukan milik sendiri);
g. fotocopy gambar situasi dan rencana detail bangunan
(As Planned Drawing) dan hasil kajian penyelidikan
tanah (Soil Test) bagi menara yang dibangun di atas
tanah (Green Field);
h. foto copy surat perjanjian kerjasama penggunaan
fasilitas infrastruktur menara telekomunikasi dengan
minimal 3 (tiga) penyelenggara telekomunikasi;
i. foto copy IMB Gedung, bagi menara yang dibangun di
atas bangunan gedung (Roof Top);
j. foto copy Rekomendasi Teknis KKOP dari Kantor
Otoritas Bandara bagi Pembangunan menara yang
berada dalam wilayah KKOP Bandara Juanda.
Bagian Kedua
Rekomendasi Pembangunan dan/atau Penempatan Antena
Pasal 4
(1) Pembangunan menara telekomunikasi kamuflase,
menara pole yang tingginya kurang dari 6 (enam) meter,
menara telekomunikasi untuk keperluan jaringan
utama (Hub Site), menara telekomunikasi khusus dan
menara telekomunikasi mobile, wajib mengajukan
Rekomendasi Pembangunan kepada Kepala Dinas.
(2) Penempatan antena telekomunikasi wajib mengajukan
permohonan Rekomendasi Penempatan Antena
Telekomunikasi kepada Kepala Dinas.
(3) Persyaratan untuk mendapatkan Rekomendasi
Pembangunan Menara Telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. mengisi formulir permohonan kepada Kepala Dinas
bermaterai cukup;
b. fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku;
c. foto copy akte pendirian bagi perusahaan berstatus
badan hukum/badan usaha (khusus Perseroan
9
terbatas ada pengesahan dari Kementerian Hukum
dan HAM atau sudah didaftarkan di Pengadilan
Negeri khusus CV dan Firma);
d. foto Copy SIUP, TDP dan NPWP;
e. foto copy bukti kepemilikan tanah
(sertipikat/Petok/Letter C) dan Akte perjanjian sewa
menyewa tanah (apabila tanah bukan milik sendiri);
f. fotocopy gambar situasi dan rencana detail
bangunan (As Planned Drawing);
g. foto Copy IMB Gedung, bagi antena yang dipasang
pada bangunan gedung.
(4) Persyaratan untuk mendapatkan Rekomendasi
Penempatan Antena Telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai berikut :
a. mengisi formulir permohonan kepada Kepala Dinas
bermaterai cukup;
b. foto copy KTP pemohon yang masih berlaku;
c. foto copy akte pendirian bagi perusahaan berstatus
hukum/badan usaha; (Khusus Perseroan Terbatas
ada pengesahan;
d. foto Copy SIUP, TDP dan NPWP;
e. foto copy bukti kepemilikan tanah
(sertipikat/Petok/Letter C) dan Akte perjanjian sewa
menyewa tanah (apabila tanah bukan milik sendiri);
(5) Proses penerbitan Rekomendasi Pembangunan atau
Rekomendasi Penempatan Antena adalah sama dengan
yang berlaku untuk SKRK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1).
Bagian Ketiga
Izin Pengendalian
Pasal 5
(1) Untuk mendapatkan Izin Pengendalian, pemohon
mengajukan permohonan kepadaKepala Dinas.
(2) Proses penerbitan Izin Pengendalian, dan daftar ulang
adalah sebagai berikut:
a. mengambil formulir ke Dinas;
b. mengisi formulir bermaterai cukup dengan lengkap
dan benar;
c. mengembalikan formulir yang telah diisi beserta
lampirannya ke Dinas;
d. berkas yang masuk dan lengkap selanjutnya
dilakukan penelitian kesesuaianseluruh dokumen
permohonan.
(3) Ketentuan diterbitkan atau tidak diterbitkannya Izin
Pengendalian oleh Kepala Dinassebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah sebagai berikut :
a. apabila dokumen permohonan terdapat ketidak
sesuaian, maka Kepala Dinasmemberitahukan
10
kepada Pemohon untuk segera menyesuaikan dalam
7 (tujuh) harikerja;
b. apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja pemohon
tidak dapat memenuhi dan menyesuiakan, Kepala
Dinas mengeluarkan saran pertimbangan kepada
Bupatiuntuk menghentikan sementara kegiatan
operasional menara;
c. apabila pemohon dapat memenuhi dan
menyesuaikan maka Kepala Dinasmenerbitkan izin
pengendalian dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja.
Pasal 6
Syarat pengajuan permohonan Izin Pengendalian diatur
sebagai berikut:
a. Permohonan baru :
mengisi formulir permohonan kepada Kepala Dinas
bermaterai cukup dilampiri :
1. foto copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dilampiri
gambar teknisnya;
2. foto copy Izin Gangguan (HO).
b. Permohonan daftar ulang:
mengisi formulir permohonan kepada Kepala Dinas
bermaterai cukup dilampiri :
2. foto copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB) beserta
lampiran gambar teknisnya danperubahannya;
3. foto copy Izin Gangguan (HO) yang masih berlaku;
4. foto copy Izin Pengendalian yang sudah habis masa
berlakunya.
Bagian Keempat
Pemindahtanganan
Pasal 7
Dalam hal terjadi pemindahtanganan/ ganti nama
kepemilikan, pemilik baru wajibmelaporkan kepada Kepala
Dinas dengan persyaratan sebagai berikut :
a. surat pemberitahuan pemindahtanganan izin kepada
Kepala Dinas;
b. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon baru;
c. bagi badan usaha disertakan foto copy akta pendirian
dan NPWP dan/ atau foto copy akte akuisisi atau
pengalihan hak kepemilikan;
d. foto copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB) beserta
lampiran gambar teknisnya dan perubahannya;
e. foto copy Izin Gangguan (HO) yang masih berlaku;
f. foto copy Izin pengendalian.
11
Bagian Kelima
Pembatalan Perizinan
Pasal 8
SKRK, Rekomendasi Pembangunan atau Rekomendasi
Penempatan Antena dan Izin Pengendalian dapat
dibatalkan apabila :
a. terjadi penyimpangan atau pelanggaran dalam
pelaksanaanya;
b. pemohon memberikan data yang tidak benar dalam
melengkapi persyaratan.
BAB III
KETENTUAN PEMBANGUNAN MENARA TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu
Standar Baku Pembangunan Menara Telekomunikasi
Pasal 9
Standar baku pembangunan menara telekomunikasi
bersama adalah sebagai berikut :
a. ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan teknis
pembangunan menara yang dapatmenampung
penempatan shelter BTS paling sedikit 3 (tiga)
Penyelenggara Telekomunikasi;
b. ketinggian menara minimal 30 (tiga puluh) meter dan
disesuaikan dengan kebutuhan teknis yang diatur
sesuai dengan KKOP Bandara Juanda;
c. struktur konstruksi menara harus mampu menampung
paling sedikit 3 (tiga)Penyelenggara Telekomunikasi
dengan memperhatikan daya dukung sebagai enara
bersama (Medium/Heavy Duty Tower);
d. bentuk bangunan menara telekomunikasi wajib berupa
menara rangka (Self Supporting Tower).
Pasal 10
Standar baku pembangunan menara telekomunikasi untuk
jaringan utama adalah sebagaiberikut :
a. ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan teknis
pembangunan menara yang dapatmenampung
penempatan shelter BTS untuk jaringan telekomunikasi
yang berfungsisebagai Central Trunk, MSC, BSC, RNC
dan jaringan transmisi utama (backbonetransmission) /
Hub Site;
b. ketinggian menara minimal 40 (empat puluh) meter
disesuaikan dengan kebutuhanteknis yang diatur
sesuai dengan KKOP Bandara Juanda;
c. struktur konstruksi menara harus mampu menampung
antena dan peralatan pemancarjaringan telekomunikasi
yang berfungsi sebagai Central Trunk, MSC, BSC, RNC
danjaringan transmisi utama (backbone transmission) /
Hub Site;
12
d. menara hanya khusus dipergunakan oleh 1 (satu)
penyelenggara telekomunikasi(Medium/Heavy Duty
Tower);dan
e. bentuk bangunan menara telekomunikasi wajib berupa
menara rangka (Self SupportingTower).
Pasal 11
Standar baku pembangunan menara telekomunikasi mobile
adalah sebagai berikut :
a. ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan teknis
pembangunan menara yang dapatmenampung
penempatan shelter yang berupa mobil/truck box dan
baja penyangga(spender) menara;
b. ketinggian menara maksimal 30 (tiga puluh) meter dan
disesuaikan dengan kebutuhanteknis yang diatur
sesuai dengan KKOP Bandara Juanda;
c. struktur konstruksi menara harus mampu menampung
antena dan peralatan pemancarjaringan telekomunikasi
yang berfungsi sebagai penguat sinyal atau
penambahankapasitas layanan jaringan sementara di
area tertentu; dan
d. menara hanya khusus dipergunakan oleh 1 (satu)
penyelenggara telekomunikasi.
Pasal 12
Standar baku pembangunan menara telekomunikasi
khusus adalah sebagai berikut :
a. ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan teknis
pembangunan menara yang dapatmenampung
penempatan minimal 1 (satu) shelter untuk
penyelenggaraantelekomunikasi yang berfungsi untuk
keperluan khusus pemilik menara;
b. ketinggian menara disesuaikan dengan kebutuhan
teknis yang diatur sesuai denganKKOP Bandara
Juanda;
c. struktur konstruksi menara harus mampu menampung
antena dan peralatan pemancarjaringan telekomunikasi
yang berfungsi untuk keperluan khusus
(Light/Medium/HeavySelf Supporting Tower);
d. tidak diperkenankan untuk disewakan atau
dimanfaatkan oleh jaringan telekomunikasiseluler,
kecuali ada izin dari Pemerintah Daerah; dan
e. bentuk bangunan menara telekomunikasi dapat berupa
menara rangka (Self SupportingTower) maupun menara
tunggal (Pole Tower).
Pasal 13
Standar baku pembangunan menara telekomunikasi diatas
bangunan adalah sebagaiberikut :
13
a. untuk menara rangka, ketersediaan lahan sesuai
dengan kebutuhan teknispembangunan menara yang
dapat menampung penempatan shelter BTS paling
sedikit 3 (tiga) Penyelenggara Telekomunikasi;
b. untuk menara pole, ketersediaan lahan sesuai dengan
kebutuhan teknis pembangunanmenara yang dapat
menampung penempatan shelter BTS paling sedikit 2
(dua) Penyelenggara Telekomunikasi;
c. ketinggian menara maksimal 50 (lima puluh) meter dan
disesuaikan dengan kebutuhan teknis yang diatur
sesuai dengan KKOP Bandara Juanda;
d. struktur konstruksi menara harus mampu menampung
paling sedikit 3 (tiga) Penyelenggara Telekomunikasi
untuk menara rangka dan harus mampu menampung
paling sedikit 2 (dua) Penyelenggara Telekomunikasi
untuk menara rangka dengan memperhatikan daya
dukung sebagai menara bersama;
e. struktur konstruksi bangunan gedung yang ditempati
harus mampu menampung menara berikut fasilitas dan
peralatan telekomunikasi dan penunjangnya yang ada
diatasnya yang dibuktikan dengan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) Gedung; dan
f. bentuk bangunan menara telekomunikasi dapat berupa
menara rangka (Self Supporting Tower)maupun menara
tunggal (Pole Tower).
Pasal 14
Standar baku pembangunan menara telekomunikasi
kamuflase adalah sebagai berikut :
a. ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan teknis
pembangunan menara yang dapatmenampung
penempatan Ketersediaan lahan sesuai dengan
kebutuhan teknis pembangunan menara yang dapat
menampung penempatan minimal 1 (satu) shelter BTS
Penyelenggara Telekomunikasi;
b. ketinggian menara maksimal 40 (empat puluh) meter
dan disesuaikan dengan kebutuhan teknis yang diatur
sesuai dengan KKOP Bandara Juanda;
c. struktur menara harus mampu menampung minimal 1
(satu) Penyelenggara Telekomunikasi dengan
memperhatikan daya dukung menara bersama;
d. desain menara kamuflase disesuaikan dengan estetika
lingkungan sekitarnya; dan
e. jenis menara telekomunikasi dapat berupa menara yang
berdiri di atas tanah (Green Field) maupun berupa
menara yang berdiri di atas bangunan gedung (Roof
Top).
14
Pasal 15
Standar baku pembangunan menara telekomunikasi pole
adalah sebagai berikut :
a. ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan teknis
pembangunan menara yang dapatmenampung
penempatan shelter BTS paling sedikit 2 (dua)
Penyelenggara Telekomunikasi;
b. ketinggian menara maksimal 40 (empat puluh) meter
dan disesuaikan dengan kebutuhan teknis yang diatur
sesuai dengan KKOP Bandara Juanda;
c. struktur menara harus mampu menampung paling
sedikit 2 (dua) Penyelenggara Telekomunikasi dengan
memperhatikan daya dukung menara bersama
(Light/MediumSelf Supporting Tower); dan
d. jenis menara telekomunikasi dapat berupa menara yang
berdiri di atas tanah (Green Field) maupun berupa
menara yang berdiri di atas bangunan gedung (Roof
Top).
Bagian Kedua
Ketentuan Pembangunan Menara Telekomunikasi pada
Kawasan yang sangat membutuhkan layanan jasa
telekomunikasi
Paragraf 1
Pembangunan Menara Telekomunikasi Kamuflase
Pasal 16
(1) Dalam hal kebutuhan menara telekomunikasi baru pada
kawasan tertentu merupakankeharusan yang tidak
dapat dihindari untuk memenuhi kebutuhan layanan
jasa telekomunikasi dalam meningkatkan kapasitas
jaringan pada kawasan yang padat pemakaian layanan
jasa telekomunikasi, penyedia menara dapat
membangun Menara telekomunikasi yang didesain
berupa infrastruktur atau sarana perkotaan seperti
tiang PJU, Billboard, Papan Reklame, Bando Jalan,
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), menara masjid,
Pohon Buatan, Lampu Taman dan desain sarana
perkotaan lainnya sesuai dengan lokasi penempatan
menara.
(2) Ketentuan desain menara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) direkomendaskan oleh Tim dan ditetapkan
dalam Rekomendasi Dinas.
(3) Ketentuan, persyaratan dan proses perizinan
pembangunan menara telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati ini.
15
Paragraf 2
Pembangunan Menara Pole yang tingginya kurang dari 6
(enam) meter
Pasal 17
(1) Dalam hal kebutuhan menara telekomunikasi baru
pada kawasan tertentu merupakankeharusan yang
tidak dapat dihindari untuk memenuhi kebutuhan
layanan jasatelekomunikasi dalam meningkatkan
kapasitas jaringan pada kawasan yang padatpemakaian
layanan jasa telekomunikasi, penyedia menara dapat
membangun Menara pole yang tingginya kurang dari 6
(enam) meter yang dibangun di atas bangunan gedung
(Roof Top) .
(2) Pembangunan menara pole sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mendapatkan izin dari Dinas, atas
rekomendasi Tim.
(3) Bangunan menara pole yang tinginya kurang dari 6
(enam) meter tetap dikenakan Retribusi Pengendalian
Menara Telekomunikasi sesuai Peraturan Daerah.
Paragraf 3
Pembangunan Menara Telekomunikasi Mobile
Pasal 18
(1) Penyelenggara telekomunikasi dapat membangun dan
menempatkan Menara telekomunikasi mobile pada
kawasan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dalam
rangka meningkatkan kapasitas jaringan dan
memperluas jaringan layanan jasa telekomunikasi.
(2) Ketentuan, persyaratan dan proses perizinan
pembangunan menara telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati ini.
BAB IV
KETENTUAN PENGOPERASIAN MENARA
TELEKOMUNIKASI
Bagian Kesatu
Penempatan Antena Telekomunikasi
Pasal 19
(1) Penempatan antena telekomunikasi dapat
memanfaatkan infrastruktur atau saranaperkotaan
yang telah ada seperti tiang PJU, Billboard, Papan
Reklame, Bando Jalan, median jalan,Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO), menara masjid, gedung
bertingkat maupun didalam bangunan gedung (in-door)
untuk menempatkan antena dengan
tetapmemperhatikan estetika arsitektur dan keserasian
16
dengan lingkungan sekitarsepanjang konstruksi
bangunannya mampu mendukung beban antena.
(2) Pemanfaatan infrastruktur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak untukdipergunakan secara bersama
(kolokasi) .
Bagian Kedua
Pemanfaatan Fiber Optic
Pasal 20
Dalam hal kebutuhan antena telekomunikasi baru pada
kawasan tertentu merupakankeharusan yang tidak dapat
dihindari, maka demi menjaga estetika ruang kota
danmemenuhi kepadatan pemakaian jasa telekomunikasi,
keamanan dan ketertibanlingkungan serta memenuhi
kebutuhan layanan jasa telekomunikasi,
penyelenggaratelekomunikasi dapat menggunakan
perangkat micro cell dan/atau perangkat lunak
radiolink/antena microwave yang diganti dengan
menggunakan kabel fiber optic.
Pasal 21
Penggalian untuk keperluan penggelaran kabel
telekomunikasi dalam wilayah daerah wajibmendapatkan
izin dari Bupati.
Bagian Ketiga
Kewajiban Kolokasi dan Relokasi Bagi Penyelenggara
Menara Telekomunikasi
Pasal 22
(1) Menara telekomunikasi yang telah ada sebelum
ditetapkan Peraturan Daerah, dansesuai dengan zona
cell planning dan sudah berizin wajib dipergunakan
secara bersama oleh minimal 3 (tiga) penyelenggara
telekomunikasi atau dijadikan sebagai menara
telekomunikasi bersama sepanjang memenuhi
ketentuan persyaratan teknis kelaikan konstruksi dan
luas lahan yang tersedia .
(2) Bagi menara telekomunikasi yang telah ada sebelum
ditetapkan Peraturan Daerah ini, dan sudah mengurus
perizinannya namun tidak dapat diterbitkan izinnya
karena melanggar ketentuan pendirian bangunan,
maka antena telekomunikasi wajib dilakukan relokasi
(migrasi) ke dalam menara-menara telekomunikasi
terdekat yang sudah berizin.
(3) Bagi menara telekomunikasi yang telah ada sebelum
ditetapkan Peraturan Daerah ini, dan belum mengurus
perizinannya namun atas hasil pengawasan dan
pengendalian Tim ditetapkan tidak dapat diterbitkan
izinnya karena melanggar ketentuan pendirian
17
bangunan, maka antena telekomunikasi wajib
dilakukan relokasi (migrasi) ke dalam menara-menara
telekomunikasi terdekat yang sudah berizin.
(4) Relokasi antena sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan (3), dibatasi paling lambat 1 (satu) tahun sejak
ditetapkannya Peraturan Bupati ini.
BAB V
PEMANFAATAN ASET DAERAH
Pasal 23
(1) Pembangunan dan pengoperasian menara
telekomunikasi dapat memanfaatkan AsetDaerah.
(2) Pemanfaatan Aset Daerah dilaksanakan dengan prinsip
saling menguntungkan antaraPemerintah Daerah
dengan Penyedia Menara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pembangunan dan pengoperasian menara
telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memiliki izin.
(4) Ketentuan dan persyaratan perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sesuai ketentuan perizinan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati ini.
BAB VI
KETENTUAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Pembayaran Dan Tempat Pembayaran Retribusi
Pasal 24
(1) Dinas menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD) yang ditandatanganioleh Kepala Dinas.
(2) SKRD yang diterima oleh wajib retribusi digunakan
sebagai dasar untuk pembayaran retribusi.
(3) Pembayaran retribusi dilakukan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah diterimanya SKRD oleh wajib
retribusi.
(4) Wajib retribusi yang telah membayar retribusi menerima
bukti pembayaran atau bukti penyetoran berupa Surat
Setoran Retribusi Daerah (SSRD).
Pasal 25
(1) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 disetorkan ke kasumum daerah melalui
Bendahara penerima atau bank yang ditunjuk.
(2) Penyetoran ke kas umum daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) hari kerja.
18
Bagian Kedua
Prosedur Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan
Retribusi
Pasal 26
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan
pengurangan, keringanan danpembebasan retribusi
secara tertulis kepada Bupati dengan tembusan ke
Dinasdengan melampirkan foto copy SKRD disertai
dengan bukti dan alasan yang jelas.
(2) Pengurangan hanya dapat diberikan terhadap sanksi
administrasi maksimum 75%(tujuh puluh lima persen)
sedangkan keringanan hanya terhadap pokok retribusi.
(3) Keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
berupa cara pembayaran secara angsuran maksimal 6
(enam) kali dalam satu tahun anggaran.
(4) Pengurangan dan keringanan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (2) diberikan dengan melihat
kondisi keuangan wajib retribusi.
(5) Dalam memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan retribusi Bupati dapat meminta
pertimbangan PD terkait.
(6) Pemberian pengurangan sanksi administratif dan
keringanan retribusi, tidak menunda kewajiban
pembayaran retribusi
Bagian Ketiga
Tata Cara Penagihan
Pasal 27
(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis sebagai awal tindakanpelaksanaan
penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak
saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain yang
sejenis wajib retribusi harus melunasi retribusi yang
terutang.
(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang
sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikeluarkan oleh Pejabat.
Bagian Keempat
Tata Cara Pengajuan Keberatan
Pasal 28
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya
kepada Bupati atau Pejabat yangditunjuk atas suatu:
a. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD);
19
b. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar
(SKRDKB);
c. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKRDKBT);
d. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar
(SKRDLB);
e. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil (SKRDN).
(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu
paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat
permohonan keberatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diterima sudah memberikan keputusan.
(3) Apabila sudah lewat waktu 12 (dua belas) bulan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan,
permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
BAB VII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 29
(1) Dalam upaya penertiban pendirian bangunan menara
telekomunikasi, perlu dilakukanpengawasan dan
evaluasi secara berkala.
(2) Pengawasan dan evaluasi secara berkala pembangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap pembangunan menara telekomunikasi yang
belum dilengkapi izin yang dipersyaratkan dan/atau
pembangunan yang tidak sesuai dengan izin yang
diterbitkan.
(3) Selain pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) juga dilakukan pengawasan dan evaluasi yang
bersifat teknis terhadap struktur rangka menara secara
berkala.
(4) Pengendalian pembangunan dan pengoperasian menara
telekomunikasi dilakukan oleh Tim berdasarkan
laporan penyimpangan dari PD yang menerbitkan izin,
apparat kewilayahan, dan/atau masyarakat.
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 30
(1) Setiap Pemilik Menara yang tidak melaksanakan
kewajiban dan melanggar peraturanperundang-
undangan yang berlaku, dikenakan sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan
pelaksanaan pembangunan;
20
c. penghentian sementara atau tetap terhadap
pemanfaatan bangunan (operasional menara) ;
d. pembekuan izin;
e. pencabutan izin;
f. penyegelan;
g. pembongkaran.
Pasal 31
(1) Apabila suatu bangunan menara telekomunikasi tidak
dilengkapi izin yangdipersyaratkan akan diberikan
peringatan dan pihak pemilik menara harus tetap
mengajukan izin dan diberlakukan ketentuan dan
mekanisme perizinan sesuai Peraturan Perundang-
undangan.
(2) Pengajuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling lambat1 (satu) bulan setelah
ditemukannya menara telekomunikasi yang tidak
berizin.
Pasal 32
(1) Peringatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(2) huruf a dilakukan dengantahapan sebagai berikut :
a. peringatan tertulis 1 dengan jangka waktu 14
(empat belas) hari kerja;
b. peringatan tertulis 2 dengan jangka waktu 14 (empat
belas) hari kerja;
c. peringatan tertulis 3 dengan jangka waktu 14 (empat
belas) hari kerja.
(2) Penyegelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (2) huruf f dilakukan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja setelah peringatan tertulis 3 (tiga).
(3) Pembongkaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (2) huruf g dilakukan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah dilakukan penyegelan.
Pasal 33
(1) Peringatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) dilakukan oleh KepalaDinas.
(2) Penyegelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(2) dilakukan oleh PPNS yang membidangi pengawasan
bangunan dengan mematikan sistem operasional
menara telekomunikasi yang dilakukan bersama-sama
dengan Tim yang ditetapkan oleh Bupati.
(3) Pembongkaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (3) dilakukan oleh Penyelenggaran menara
telekomunikasisendiri.
(4) Apabila penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak melakukan pembongkaran, maka
pembongkaran dilakukan olehDinas dan biaya
pelaksanaan pembongkaran dibebankan pada
penyelenggara menara telekominukasi.
21
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan
Bupati Nomor 55 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten SidoarjoNomor 3
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Dan
RetribusiPengendalian Menara Telekomunikasi (Berita
Daerah Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012 Nomor 55) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 35
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sidoarjo.
Ditetapkan di Sidoarjo
Pada tanggal 21 April 2017
BUPATI SIDOARJO,
ttd
SAIFUL ILAH
Diundangkan di Sidoarjo
pada Tanggal, 28 April 2017
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SIDOARJO,
ttd
DJOKO SARTONO
BERITA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2017 NOMOR 27
NOREG PERBUP :27 Tahun 2017