Download - CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA TANA TIDUNG
i
ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN TANA TIDUNG 2019
Ukuran Buku: 21x29,7 cm
Jumlah Halaman : vi+77 halaman
Naskah dan gambar kulit:
Bappeda & Litbang Kabupaten Tana Tidung
BPS Kabupaten Tana Tidung
Diterbitkan oleh:
© Bappeda & Litbang Kabupaten Tana Tidung
ii
BUPATI KABUPATEN TANA TIDUNG
KATA SAMBUTAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, akhirnya publikasi penyusunan Analisis Pembangunan Manusia (APM)
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 ini bisa diselesaikan. Publikasi ini dibutuhkan
oleh Pemerintah Kabupaten Tana Tidung sebagai bahan evaluasi dan
penyusunan perencanaan pembangunan khususnya di bidang pembangunan
manusia secara utuh.
Analisis Pembangunan Manusia (APM) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019
ini disusun dengan menggunakan pendekatan model adaptasi dari The United
Nations Development Programme (UNDP) dalam menghitung Human
Development Index (HDI) dengan metodologi yang disempurnakan pada tahun
2011 dan 2014. Berbagai indikator dalam publikasi ini disajikan pada tingkat
kabupaten.
Selain itu beberapa indikator input yang diduga sangat signifikan
pengaruhnya terhadap perkembangan indikator Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yakni indikator pendidikan, kesehatan dan daya beli juga disajikan guna
mendukung tujuan dari diterbitkannya publikasi ini.
Demikian semoga bermanfaat.
Tideng Pale, September 2020
BUPATI KABUPATEN TANA TIDUNG
H. UNDUNSYAH
iii
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 2
1.2. Pengertian IPM ............................................................................. 4
1.3. Manfaat Publikasi Analisis Pembangunan ................................... 5
BAB II METODOLOGI
2.1. Dasar Perubahan Metodologi ....................................................... 7
2.2. Penghitungan Indeks Komponen IPM .......................................... 9
2.3. Pengukuran Kecepatan IPM ......................................................... 13
BAB III POTENSI SUMBER DAYA
3.1. Geografis ....................................................................................... 16
3.2. Tren Demografi ............................................................................. 17
3.3. Akses Layanan dan Sumber Daya Kesehatan ............................ 25
3.4. Sumber Daya Pendidikan ............................................................. 28
BAB IV CAPAIAN PEMBANGUNAN
4.1. Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten ...
Tana Tidung .................................................................................. 32
4.2. Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung
dalam Wilayah Pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara ...... 39
BAB V PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA
5.1. Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan ............................... 47
5.2. Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan ................................ 57
5.3. Capaian dan Tantangan di Bidang Ekonomi ............................... 64
BAB VI PENUTUP
6.1. Kinerja Bidang Pendidikan ........................................................... 71
6.2. Kinerja Bidang Kesehatan ............................................................ 73
6.3. Kinerja Bidang Ekonomi (Daya Beli) ............................................ 64
INFOGRAFIS ..................................................................................................... 76
iv
DAFTAR TABEL
BAB II
2.1 Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru ......................................... 8
2.2 Perhitungan Nilai Minimum dan Maksimum ............................................... 13
BAB III
3.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin (RJK),
2015-2019 ................................................................................................... 19
3.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan, 2017-2019 . 21
3.3 Struktur Umur Penduduk (%), 2017-2019 .................................................. 23
3.4 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur (jiwa) dan Angka Beban
Tanggungan (%), 2017-2019 ...................................................................... 23
3.5 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Kecamatan,
2019 ............................................................................................................. 26
3.6 Persentase Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang Pernah
Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, 2017-2019 ........................... 27
3.7 Persentase Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan Dua
Tahun Terakhir Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang
Pernah Kawin menurut Berat Badan Bayi yang Dilahirkan Terakhir,
2017-2019 ................................................................................................... 27
3.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Kecamatan ..................................... 29
BAB IV
4.1 IPM Provinsi Kalimantan Utara menurut Kabupaten/ Kota, 2014-2019 ..... 40
4.2 Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Utara Dirinci
menurut Komponen Kabupaten/ Kota Tahun 2019 ................................... 43
BAB V
5.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Baca
Tulis di Kabupaten Tana Tidung, 2019 ...................................................... 55
5.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Ijazah/STTB
tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tana Tidung, 2019 ............................ 56
5.3 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Fasilitas Tempat Buang Air
Besar di Kabupaten Tana Tidung, 2019 .................................................... 59
v
5.4 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di
Kabupaten Tana Tidung, 2019 ................................................................... 59
5.5 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Utama di
Kabupaten Tana Tidung, 2019 ................................................................... 60
5.6 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2019 ........................................ 64
5.7 Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Tana
Tidung menurut Golongan Pengeluaran, 2019 .......................................... 65
5.8 Rata-rata Pengeluaran Per-kapita dan Per-Rumah Tangga selama
Sebulan Penduduk Kabupaten Tana Tidung menurut Jenis Komoditas,
2018-2019 ................................................................................................... 66
5.9 Perkiraan Persentase Pembagian Total Pendapatan Perkapita
Kabupaten Tana Tidung, 2016-2019 ......................................................... 68
vi
DAFTAR GAMBAR
BAB III
3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tana Tidung, 2015-2019 ......... 20
3.2 Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan (jiwa/km2), 2019 .................... 22
BAB IV
4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ....................... 33
4.2 Perkembangan AHH Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ....................... 35
4.3 Perkembangan RLS dan HLS Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ........ 36
4.4 Skema Penghitungan Pengeluaran Perkapita ........................................... 37
4.5 Perkembangan Pengeluaran Perkapita Penduduk Kabupaten Tana
Tidung (juta), 2013-2019 ............................................................................ 38
4.6 Perkembangan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013-2019 ..................... 41
4.7 Laju Pertumbuhan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013-2019 ................ 42
BAB V
5.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk 7-18 Tahun menurut Usia
Sekolah, 2017-2019 ................................................................................... 50
5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019 53
5.3 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019 54
5.4 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan
menurut Tempat Melahirkan Anak Hidup yang Terakhir di Kabupaten
Tana Tidung, 2017-2019 ............................................................................ 62
5.5 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan
menurut Penolong Proses Kelahiran Terakhir di Kabupaten Tana Tidung,
2018-2019 ................................................................................................... 63
5.6 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Kalimantan Utara, 2015-2019 ....... 67
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
DAFTAR GAMBAR
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan
manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan
hanya alat dari pembangunan. Keberhasilan pembangunan seharusnya memang
tidak hanya diukur dari tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan
kualitas manusianya. Jauh sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata
dipandang sebagai fenomena ekonomi semata. Pengalaman pada dekade tersebut
menunjukkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal
memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Konsep pembangunan
manusia mulai diperkenalkan untuk memperbaiki kelemahan konsep pertumbuhan
ekonomi. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat, dan institusi-institusi nasional.
Beberapa kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama
yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada
tahun 1990 secara jelas menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat
pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan,
dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.
Sebagaimana dinyatakan di dalam HDR pertama tahun 1990, pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
manusia. Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk
berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai
akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.
Konsep pembangunan dan pembangunan manusia cukup berbeda. Dalam
sudut konvensinal, pembangunan memiliki fokus utama pada pertumbuhan ekonomi,
pembentukan modal manusia, pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan
rakyat dan pemenuhan kebutuhan dasar. Model ’pertumbuhan ekonomi’ lebih
menekankan pada peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) daripada memperbaiki
kualitas hidup manusia. ’Pembangunan sumber daya manusia’ cenderung untuk
memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi (sebagai alat, bukan
sebagai tujuan akhir). Pendekatan ‘kesejahteraan’ melihat manusia sebagai
penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan.
Adapun pendekatan ‘kebutuhan dasar’ terfokus pada penyediaan barang-barang dan
jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang
dimiliki manusia di segala bidang.
Pendekatan pembangunan manusia lebih memfokuskan kepada perluasan
pilihan masyarakat untuk hidup dengan bebas dan bermartabat. Pembangunan
manusia (baik dari segi pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan,
kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural) melihat secara bersamaan semua isu
dalam masyarakat dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga
mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan
manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan
yang komprehensif dari semua sektor.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
Agar konsep pembangunan manusia dapat mudah diterjemahkan ke dalam
pembuatan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau
dengan mudah. Selama bertahun-tahun, HDR global telah mengembangkan dan
menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia. Meskipun
demikian, masih terdapat berbagai kesulitan dalam penyederhanaan konsep holistik
pembangunan manusia menjadi satu angka. Oleh karenanya, penting untuk disadari
bahwa konsep pembangunan manusia lebih mendalam dan lebih kaya dari
ukurannya. Sangatlah tidak mungkin untuk menghasilkan ukuran yang komprehensif
atau bahkan suatu kumpulan indikator yang komprehensif karena banyak dimensi
penting dari pembangunan manusia yang tidak terukur.
1.2. Pengertian IPM
Pada Tahun 1990, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan
pertama kali oleh United Nation Development Programme (UNDP) dan
dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report
(HDR). Menurut UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai upaya
perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people) dan sekaligus
sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. “Perluasan pilihan” hanya mungkin
dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang
dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk
merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan
kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan,
secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah. Indeks
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan
sebagainya.
IPM menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang lebih memadai dan
lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB perkapita. IPM
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM dibentuk oleh
tiga dimensi dasar yakni:
1. Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life)
2. Pengetahuan (knowledge)
3. Standar hidup layak (decent standard of living)
1.3. Manfaat Publikasi Analisis Pembangunan Manusia
Publikasi ini dilengkapi dengan analisis mengenai capaian dan kemajuan IPM
dan komponen IPM pada tahun 2013-2019. Secara umum, publikasi ini akan
menyajikan data dan analisis IPM selama tahun 2013-2019. Secara khusus, publikasi
ini menyajikan:
1. Potensi Sumber Daya di Kabupaten Tana Tidung;
2. Ukuran Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Tana Tidung;
3. Analisis peningkatan kapabilitas dasar manusia Kabupaten Tana Tidung Tahun
2019;
4. Analisis disparitas IPM antara wilayah kabupaten dan kota berdasarkan
perspektif kinerja dalam Provinsi Kalimantan Utara.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 7
METODOLOGI
Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun
sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan
manusia yang representatif pada level kabupaten. Bedanya, telah terjadi
perkembangan metodologi penghitungan IPM mengikuti apa yang telah dilakukan
oleh UNDP yang telah memperkenalkan penghitungan IPM metode baru di tahun
2010 dan kemudian melakukan penyempurnaan metodologi pada tahun 2011 dan
2014.
2.1. Dasar Perubahan Metodologi
Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM yaitu:
1. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan
IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur
pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas
pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi,
sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan
baik. AMH pada metode lama diganti dengan angka Harapan Lama
Sekolah (HLS). Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka
Harapan Lama Sekolah bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam
pendidikan dan perubahan yang terjadi.
2. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan
pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. PDB per kapita pada metode
lama diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Hal ini dilakukan
karena PNB dianggap lebih dapat menggambarkan pendapatan masyarakat
pada suatu wilayah.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 8
3. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM
menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi
oleh capaian tinggi dimensi lain. Metode agregasi diubah dari rata-rata
aritmatik menjadi rata-rata geometrik.
Tabel 2.1. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru
DIMENSI
METODE LAMA METODE BARU
UNDP BPS UNDP BPS
Kesehatan
Angka Harapan
Hidup saat Lahir (AHH)
Angka
Harapan Hidup saat Lahir (AHH)
Angka Harapan
Hidup saat Lahir (AHH)
Angka Harapan
Hidup saat Lahir (AHH)
Pengetahuan
1. Angka Melek Huruf (AMH)
1. Angka Melek Huruf (AMH)
1. Harapan Lama Sekolah
(HLS)
1. Harapan Lama Sekolah
(HLS)
2. Kombinasi Angka Partisipasi
Kasar (APK)
2. Rata-rata Lama Sekolah
(RLS)
2. Rata-rata Lama Sekolah
(RLS)
2. Rata-rata Lama Sekolah
(RLS)
Standar Hidup Layak
PDB per kapita Pengeluaran per kapita
PNB per kapita Pengeluaran per kapita
Agregasi
Rata-rata Hitung
𝑰𝑷𝑴 =𝟏
𝟑(𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏
+ 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏+ 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏)
Rata-rata Ukur
𝑰𝑷𝑴 = √𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏 × 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 ×
𝑰𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏
𝟑
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 9
2.2. Penghitungan Indeks Komponen IPM
Tahap pertama dari penghitungan IPM ialah menghitung indeks masing-
masing komponen IPM (𝑒(0) kesehatan, pendidikan dan standar hidup layak) dengan
formula sebagai berikut :
1. Dimensi Kesehatan
Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Life Expectancy-eo
• Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Life Expectancy-eo didefinisikan
sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang
sejak lahir
• AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari
hasil proyeksi SP2010.
2. Dimensi Pendidikan
𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛= 𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑖𝑛
𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑖𝑛
• 𝐼𝐻𝐿𝑆= 𝐻𝐿𝑆 −𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
• 𝐼𝑅𝐿𝑆=𝑅𝐿𝑆 −𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛 =𝐼𝐻𝐿𝑆 + 𝐼𝑅𝐿𝑆
2
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
0
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Mean Years of Schooling (MYS)
• Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Mean Years of Schooling (MYS) didefinisikan
sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani
pendidikan formal.
• Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu
wilayah tidak akan turun.
• Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke
atas.
• RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun
proses pendidikan telah berakhir.
• Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standar
internasional yang digunakan oleh UNDP.
Harapan Lama Sekolah (HLS)
Expected Years of Schooling (EYS)
• Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah
(dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu
di masa mendatang.
• HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang.
• HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah
yaitu program wajib belajar.
• Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS
dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren.
• Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
1
• Penghitungan EYS:
3. Dimensi Pengeluaran
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
• Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per
kapita dan paritas daya beli.
• Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul,
dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per
kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.
• Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas
dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas
nonmakanan. Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao.
𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛= ln (𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛) −ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)
ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠) −ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)
Formula → 𝐻𝐿𝑆𝑎𝑡 = 𝐹𝐾 ×∑
𝐸𝑖𝑡
𝑃𝑖𝑡
𝑛
𝑖=𝑎
Keterangan:
Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t
Jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t
Jumlah penduduk usia i pada tahun t
Usia (a, a + 1, ..., n)
FK Faktor koreksi pesantren
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 7 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠+ 1
t
aHLSt
iEt
iP
i
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
2
Paket Komoditas Penghitungan Paritas Daya Beli
• Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam
menghitung PPP.
• Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam penghitungan PPP, dengan
pertimbangan:
• Share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52
persen pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun
2012
Tahap kedua, ialah dengan menghitung rata-rata sederhana dari masing-
masing indek 𝐼(𝑖) Formula untuk menghitung rata-rata ini adalah sebagai berikut:
Makanan: 66
Komoditas (39,8 %)
Nonmakan: 30
Komoditas (36,9 %)
96 Komoditas
(76,7 %)
Rumus Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP)
𝑃𝑃𝑃𝑗 =ෑ൬𝑝𝑖𝑗𝑝𝑖𝑘
൰
1𝑚ൗ
𝑚
𝑖=1
pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan
pij : harga komoditas i di kab/kota j
m : jumlah komoditas
Sumber : Measuring The Real Size of The World Economy, The World Bank
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks
pengeluaran.
𝐼𝑃𝑀 = √𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛 × 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛3
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
3
Tabel 2.2. Penghitungan Nilai Minimum dan Maksimum
Indikator Satuan Minimum Maksimum
UNDP BPS UNDP BPS
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)
Tahun 20 20 85 85
Harapan Lama Sekolah
(HLS) Tahun 0 0 18 18
Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Tahun 0 0 15 15
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
100 (PPP U$)
1.007.436* (Rp)
107.721 (PPP U$)
26.572.352** (Rp)
2.3. Pengukuran Kecepatan IPM
▪ Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu
digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun.
▪ Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah
ditempuh dengan capaian sebelumnya.
▪ Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu wilayah
untuk mencapai nilai maksimalnya.
𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐼𝑃𝑀 =(𝐼𝑃𝑀𝑡 − 𝐼𝑃𝑀𝑡−1)
𝐼𝑃𝑀𝑡−1× 100
Keterangan:
IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t
IPMt-1
: IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)
Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli
Keterangan: * Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-
Papua ** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu
perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
4
▪ Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk
mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang
sama dalam hal pembangunan manusia.
▪ Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu:
Dampak Perubahan Metodologi
•Secara umum level IPM dengan metode baru lebih rendah dibanding
dengan IPM metode lamaLevel IPM
•Terjadi perubahan peringkat IPM.
•Peringkat tidak bisadiperbandingkan akibat adanya
perbedaan indikator dan metodologi
Peringkat IPM
Klasifikasi Capaian IPM
•IPM ≥ 80Sangat Tinggi
•70 ≤ IPM < 80Tinggi
•60 ≤ IPM < 70Sedang
•IPM < 60Rendah
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
5
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
6
Potensi Sumber Daya
3.1. Geografis
Dengan luas sekitar 4.058,70 km² sebagian besar wilayah Kabupaten Tana
Tidung masih merupakan daerah kawasan hutan. Secara geografis Tana Tidung
terletak di Utara Pulau Kalimantan. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang
merupakan daerah penghasil berbagai produksi kehutanan dan dataran rendah
dengan berbagai potensi berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar
pinggir sungai yang membujur dari arah Barat ke Timur yang merupakan daerah
penghasil berbagai biota sungai.
Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Tana Tidung terletak
membujur pada posisi 1160 42’ 50’’ - 1170 49’ 50’’ Bujur Timur dan 30 12’ 02’’ - 30 46’
41’’ Lintang Utara. Secara administratif, wilayah Kabupaten Tana Tidung sebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten Malinau, sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Nunukan, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi, Kabupaten
Bulungan (P. Bunyu), dan Kota Tarakan, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Bulungan.
Dengan demikian berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Tana
Tidung merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi
besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta
mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya yang terkait dengan peningkatan
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
7
potensi perikanan dan kelautan. Terlebih lagi di sepanjang garis pantai dan pinggir
sungai, merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain yang masih belum
dikelola secara optimal.
3.2. Tren Demografi
Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat
dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai sasaran pembangunan tetapi juga
menjadi pelaksana pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus
diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan
mobilitasnya yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti dengan
penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU), jumlah penduduk telah digunakan sebagai
salah satu penimbang terhadap besar kecilnya perolehan DAU bagi setiap pemerintah
daerah Provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi Sumber Daya Manusia
(SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai
konsumen dalam pembangunan. Dalam konteks penduduk sebagai potensi SDM,
mengandung arti bahwa penduduk/manusia memiliki peranan dalam pengelolaan
Sumber Daya Alam (SDA). Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil
apabila memiliki kemampuan dalam menjawab semua tantangan dalam
pembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya alam maupun sebagai
pengguna/konsumen sumber daya alam.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
8
Penduduk usia produktif merupakan suatu modal dalam pelaksanaan
pembangunan di segala sektor, dengan harapan produktifitas dan efektifitas yang
terjadi ditunjang pula dengan sarana dan prasarana pembangunan, dimana manusia
merupakan tujuan dan pelaksana pembangunan. Keluasan pilihan bagi usia produktif
untuk meningkatkan kualitas dirinya tentu akan mendorong naiknya angka IPM.
Kualitas kesehatan yang dimiliki seseorang menggambarkan kualitas
manusianya. Untuk itu pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan manusia. Tujuan akhir dari pembangunan kesehatan
adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum.
Program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, dan
mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat. Target grup
program pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada masyarakat berpenghasilan
rendah dan kelompok masyarakat tertinggal. Peran serta masyarakat terus
ditingkatkan melalui pengelolaan kesehatan terpadu, termasuk dunia usaha. Secara
kuantitas dan kualitas penyediaan berbagai sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
penyediaan obat juga terus ditingkatkan. Salah satu unsur penting yang menentukan
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas
kesehatan. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang cukup
memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat.
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan
adalah masalah kependudukan yang mencakup antara lain mengenai jumlah,
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 1
9
komposisi dan distribusi penduduk. Data kependudukan yang tepat sangat
dibutuhkan untuk perencanaan pembangunan. Dalam proses dan kegiatan
pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena posisi
mereka bukan hanya berperan sebagai pelaksana tapi juga menjadi sasaran dalam
pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk yang besar misalnya dapat menjadi
modal pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban
dalam pembangunan jika kualitasnya rendah. Oleh karena itu permasalahan
penduduk tidak saja diarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tapi juga
dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
Masalah kependudukan memiliki posisi yang strategis bagi pembangunan
daerah, sehingga data kependudukan sangat diperlukan sebagai penentu kebijakan
maupun perencanaan program. Lebih luas lagi data kependudukan dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi kegiatan yang lalu dan yang sedang berjalan, bahkan dapat
memperkirakan bentuk dan volume kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan
datang.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Jenis Kelamin 2015 2016 2017 2018 2019
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
Laki-laki 12 092 12 884 13 800 14 775 15 800
Perempuan 9 799 10 613 11 284 12 117 13 126
Jumlah 21 891 23 497 25 084 26 892 28 926
RJK 123,40 121,40 122,30 121,94 120,37
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
(RJK), 2015-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
0
Jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan. Pada Tahun 2015 jumlah penduduk sebanyak 21.891 jiwa,
bertambah menjadi 28.926 jiwa pada Tahun 2019.
Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa dari Tahun 2015 sampai Tahun 2019
jumlah penduduk laki-laki selalu lebih banyak dibanding jumlah penduduk
perempuan. Tetapi jika dilihat dari Rasio Jenis Kelamin (RJK) Kabupaten Tana Tidung
5 (lima) tahun terakhir memiliki tren yang fluktuatif cenderung sedikit menurun. Dilihat
dari Tabel 3.1 RJK Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 adalah 123,40 sedangkan
Tahun 2019 menjadi 120,37. Artinya, terdapat 120 orang penduduk laki-laki diantara
100 orang penduduk perempuan.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Gambar 3.1
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tana Tidung, 2015 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
1
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tana Tidung berfluktuatif tiap
tahunnya namun cenderung melambat pada Tahun 2019. Pada Gambar 3.1 dapat
dilihat dari Tahun 2015 sampai 2016 pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Tidung
mengalami perlambatan cukup tajam dari 7,34 persen di Tahun 2015 menjadi 6,75
persen di Tahun 2016. Namun dari Tahun 2016 sampai 2018 laju pertumbuhan
mengalami peningkatan. Diketahui laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana
Tidung Tahun 2019 sebesar 6,81 persen.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (revisi data menggunakan luas dari Bappeda)
Kecamatan Persebaran (%) Kepadatan (jiwa/km2)
2017 2018 2019 2017 2018 2019
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
Muruk Rian 6,892 6,894 6,90 3,93 4,22 4,54
Sesayap 40,336 40,335 40,34 25,69 27,54 29,63
Betayau 10,907 10,91 10,91 4,73 5,07 5,46
Sesayap Hilir 27,816 27,822 27,80 3,71 3,98 4,28
Tana Lia 14,04 14,041 14,04 4,59 4,92 5,29
Tana Tidung 100 100 100 6,18 6,63 7,13
Tabel 3.2
Persebaran dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan, 2017 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
2
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Tana
Tidung tidak merata. Pada Tahun 2017-2019, 40,34 persen penduduk di Kabupaten
Tana Tidung menetap di Kecamatan Sesayap, 27,80 persen di Kecamatan Sesayap
Hilir, 14,04 persen Kecamatan Tana Lia, 10,91 persen di Kecamatan Betayau dan
6,90 persen di Kecamatan Muruk Rian.
Salah satu indikator pertumbuhan wilayah tercermin pula dari tingginya
kepadatan penduduk di suatu wilayah. Pada Tahun 2019, Kepadatan penduduk
Kabupaten Tana Tidung sebesar 7,13 jiwa/km2.
Gambar 3.2
Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan (jiwa/km2), 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
3
Umur
2017 2018 2019
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
0 - 14 26,82 31,12 26,50 30,73 26,23 30,33
15 - 64 70,18 65,87 70,29 66,08 70,39 66,29
65+ 3,00 3,00 3,20 3,19 3,38 3,38
Jumlah 100 100 100 100 100 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)
Selama kurun waktu 2017-2019, persentase penduduk berumur 0-14 tahun
cenderung mengalami peningkatan. Dalam periode yang sama mereka yang
Umur 2017 2018 2019
[1] [2] [3] [4]
0 - 14 7 213 7 639 8 126
15 - 64 17 118 18 393 19 822
65+ 753 860 978
Jumlah 25 084 26 892 28 926
ABT 46,54 46,21 45,93
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur (jiwa) dan Angka Beban
Tanggungan (%), 2017 - 2019
Tabel 3.3
Struktur Umur Penduduk (%), 2017 - 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
4
tergolong penduduk usia kerja/usia produktif 15-64 tahun juga memiliki pola yang
sama. Dampak keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan diantaranya
terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan
semakin rendahnya proporsi penduduk tidak produktif (0-14 tahun dan 65+).
Tingginya persentase penduduk usia produktif di Kabupaten Tana Tidung merupakan
potensi besar untuk kemajuan Kabupaten Tana Tidung, jika diimbangin dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017-2019, pada
Tahun 2019 komposisi penduduk intermediate (15-64) tetap menunjukkan persentase
tertinggi (Tabel 3.3) Komposisi penduduk ini menggambarkan bahwa penduduk
Kabupaten Tana Tidung sedang dalam transisi dari kategori penduduk intermediate
ke penduduk tua. Komposisi seperti ini tidak terlepas dari sifat kependudukan di
daerah ini, dimana sebagai daerah terbuka dengan potensi sumber daya alamnya,
menyebabkan pengaruh mobilitas penduduk yang tinggi. Dengan kondisi yang
demikian angka beban tanggungan juga akan semakin rendah. Secara rata-rata
tanggungan setiap 100 penduduk produktif pada Tahun 2019 sekitar 45 penduduk
tidak produktif dan angka ini menurun bila dibandingkan Tahun sebelumnya (Tabel
3.4).
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
5
3.3. Akses Layanan dan Sumber Daya Kesehatan
Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah dengan
mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga negaranya untuk
mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya. Perbaikan pemeliharaan
kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia serta tercapainya kesejahteraan rakyat.
Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi jumlah
penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit, perbaikan gizi dan
imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga pelayanan kesehatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat, tersedianya sarana sanitasi serta
berkembangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.
Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan
bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan beserta tenaga
kesehatannya. Perkembangan program pembangunan di bidang kesehatan pada
Tahun 2019 bisa dilihat berdasarkan jumlah fisik dari masing-masing lembaga yang
ada. Seperti lembaga Puskesmas yang sudah menyebar di setiap kecamatan.
Sedangkan Puskesmas Pembantu (Pustu) sudah menyebar hampir disetiap desa.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
6
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Peningkatan kesehatan masyarakat dapat dimulai dari pelayanan kesehatan
ibu hamil dan balita. Hal ini dapat membantu pemerintah daerah untuk memberantas
stunting. Dimana pemberantasan stunting saat ini menjadi fokus dari pemerintah
daerah hingga pusat. Salah satu faktor yang menjadi akar masalah stunting adalah
usia ibu saat melahirkan. Usia kawin perempuan jika terlalu muda atau belum matang
dapat mempengaruhi kondisi saat hamil. Pada Tabel 3.6 dapat dilihat, Tahun 2019 di
Kabupaten Tana Tidung persentase perempuan yang menikah di bawah usia 17
tahun mengalami kenaikan sangat signifikan, yaitu sebesar 20,26 persen sedangkan
pada Tahun 2018 hanya 12,45 persen.
Kecamatan Puskesmas Puskesmas Pembantu
[1] [2] [3]
Muruk Rian 1 4
Sesayap 1 2
Betayau 1 4
Sesayap Hilir 1 4
Tana Lia 1 3
Jumlah 5 17
Tabel 3.5
Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Kecamatan, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
7
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Tahun
Umur Kawin Pertama
≤ 16 17 - 18 19 - 20 21+ Total
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
2017 13,72 26,71 21,95 37,62 100
2018 12,45 20,69 25,19 41,67 100
2019 20,26 24,92 12,38 42,44 100
Tahun
Berat Badan Bayi
< 2,5 Kg ≥ 2,5 Kg Tidak Ditimbang/
Tidak Tahu Total
[1] [2] [3] [4] [5]
2017 18,8 79,32 1,88 100
2018 23,12 83,3 2,9 100
2019 5,61 92,48 1,92 100
Tabel 3.6
Persentase Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2017-2019
Tabel 3.7
Persentase Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan Dua Tahun Terakhir menurut Karakteristik Berat Badan Bayi yang Dilahirkan Terakhir,
2017-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
8
Stunting dapat terdeteksi dari berat badan bayi saat dilahirkan kurang dari 2,5
kg. Pada Tabel 3.7 dilihat bahwa persentase bayi yang dilahirkan dengan berat badan
kurang dari 2,5 kg mengalami penurunan. Pada Tahun 2016 sebesar 16,7 persen
menjadi 5,61 persen di Tahun 2019. Penurunan persentase berat badan bayi kurang
dari 2,5 kg menunjukkan perkembangan positif dalam pelaksanaan program
pemerintah dalam memberantas stunting.
3.4. Sumber Daya Pendidikan
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan suatu daerah, perlu ditunjang
dengan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Dalam menunjang Program
Wajib Belajar 9 Tahun, Kabupaten Tana Tidung telah memiliki fasilitas pendidikan
yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Pada Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa pada Tahun
2018 Kabupaten Tana Tidung memiliki 31 SD/MI, 9 SMP/MTS dan 3 SMA.
Salah satu langkah pemerintah daerah dalam hal pemerataan fasilitas
pendidikan, seperti dibangunnya kelas tambahan SMP Negeri 2 Tana Tidung di Desa
Menjelutung, yang mana secara administrasi berpusat di Desa Bandan Bikis.
Sehingga warga Desa Menjelutung setelah lulus SD dapat langsung melanjutkan
pendidikan ke tingkat SMP tanpa perlu menyeberangi sungai.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 2
9
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Kecamatan
Fasilitas Sekolah (Negeri/Swasta)
SD/MI SMP/MTS SMA/MA SMK
[1] [2] [3] [4] [5]
Muruk Rian 4 2 - -
Sesayap 9 2 1 -
Betayau 5 1 - -
Sesayap Hilir 10 2 1 1
Tana Lia 3 2 1 -
Jumlah 31 9 3 -
Tabel 3.8
Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Kecamatan, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
0
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
1
Capaian Pembangunan Manusia
Manusia merupakan unsur utama dari seluruh kepentingan pembangunan
yang menempatkan posisinya pada dua peran yaitu sebagai subyek dan sekaligus
juga sebagai obyek pembangunan. Oleh karenanya tuntutan kearah terciptanya
manusia yang berkualitas sebagai modal pembangunan semakin besar.
Meningkatnya kepedulian terhadap upaya pembangunan manusia Indonesia
yang berkualitas dimulai sejak tahun delapan puluhan, yaitu dengan munculnya
paradigma yang berorientasi pada kebutuhan dasar masyarakat (basic need
development) untuk mengukur keberhasilan pembangunan melalui Indeks Mutu
Hidup (Physical Quality of Life Index).
Pada tahun sembilan puluhan muncul suatu paradigma baru yaitu
pembangunan yang terpusat pada manusia (human centered development). UNDP
kependekan dari United Nation Development Programme telah menyusun Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) sebagai pengukur keberhasilan pembangunan
manusia.
Pembangunan manusia merupakan proses memperluas pilihan-pilihan
penduduk (enlarging the choices of people).
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
2
Untuk mengukur pilihan-pilihan tersebut digunakan indeks komposit
berdasarkan 3 dimensi parameter, yaitu:
1. Derajat kesehatan dan usia hidup (longetivity) yang diukur dengan angka harapan
hidup (life expectancy rate).
2. Derajat Pendidikan atau pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan kombinasi
antara harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.
3. Derajat Daya Beli atau Standar hidup layak (decent living) penduduk dilihat dari
daya beli masyarakat (purchasing power parity), dimana dalam penghitungannya
menggunakan ukuran Gross National Product (GNP) riil per kapita yang telah
disesuaikan (adjusted GNP real per capita).
4.1. Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten
Tana Tidung
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu ukuran yang
digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah.
Meskipun tidak mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun IPM
dinilai mampu mengukur dimensi pokok dari pembangunan manusia.
“IPM Terus Meningkat dari Tahun 2013 – 2019”
Pembangunan Manusia di Kabupaten Tana Tidung terus mengalami
perbaikan, terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia yang terus meningkat
dari Tahun 2013 – 2019. IPM Kabupaten Tana Tidung naik 3,16 poin dalam jangka
waktu 7 (tujuh) tahun (Gambar 4.1). Capaian peningkatan IPM ini menunjukkan
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
3
indikasi positif bahwa kualitas manusia di Kabupaten
Tana Tidung yang dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi juga
semakin baik.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Berdasarkan skala internasional, capaian Pembangunan Manusia
dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi (IPM ≥ 80), kategori tinggi
(70 ≤ IPM < 80), kategori sedang (60 ≤ IPM < 70), dan kategori rendah (IPM < 60).
Sejak Tahun 2013, IPM Kabupaten Tana Tidung telah mencapai level sedang dengan
angka 63,79. Angka ini terus meningkat hingga di Tahun 2019 mencapai 67,79. Meski
Gambar 4.1
Perkembangan IPM Kabupaten Tana Tidung, 2013 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
4
belum ada perubahan level pada capaian IPM, namun angka IPM yang terus
meningkat menunjukkan adanya peningkatan pencapaian kualitas manusia di
Kabupaten Tana Tidung.
Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek
esensial, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh
karena itu, peningkatan capaian IPM tidak lepas dari peningkatan dari setiap
komponen penyusunnya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, komponen
penyusun IPM juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
4.1.1 Derajat Kesehatan
Angka Harapan Hidup menggambarkan derajat kesehatan penduduk. Angka
ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yang diidentifikasi sangat erat kaitannya
dengan masalah kesehatan penduduk. Agar tercipta derajat kesehatan yang lebih
baik, maka beberapa variabel yang memiliki hubungan terhadap angka harapan hidup
perlu lebih diperhatikan.
“Angka Harapan Hidup Semakin Baik di Tahun 2019”
Indikator Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Tana Tidung yang
merepresentasikan aspek kesehatan terus meningkat sejak Tahun 2013. AHH
Kabupaten Tana Tidung Tahun 2018 adalah 71,35 dan pada Tahun 2019 naik hingga
71,38. Hal ini berarti selama 2019 AHH naik 0,03 poin (Gambar 4.2). Semakin
meningkatnya AHH di Kabupaten Tana Tidung mengindikasikan bahwa derajat
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
5
kesehatan masyarakat di Kabupaten ini semakin membaik karena AHH merupakan
salah satu tolok ukur derajat kesehatan masyarakat.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
4.1.2 Derajat Pendidikan
Tinggi rendahnya pendidikan merupakan cerminan dari kualitas penduduk,
oleh karena itu pendidikan dapat dijadikan ciri kualitas suatu bangsa dan kualitas
pembangunan serta merupakan ukuran dari derajat kepekaan penduduk terhadap
pembangunan baik sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai objek
pembangunan
Gambar 4.2
Perkembangan AHH Kabupaten Tana Tidung, 2013 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
6
“Rata-rata Penduduk Usia 25 Tahun Ke Atas Telah Menempuh Pendidikan
Setara Kelas 2 - 3 SMP”
Aspek pendidikan pada IPM dicerminkan oleh Indikator Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). Capaian RLS meningkat dari
7,79 tahun pada Tahun 2013 menjadi 8,53 tahun di Tahun 2019 (Gambar 4.3). Hal
ini mengindikasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019, jumlah tahun
yang digunakan oleh penduduk berusia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan
formal berkisar antara 8 sampai dengan 9 tahun atau setara dengan kelas 2 - 3 SMP.
Jadi dapat dilihat pula bahwa rata – rata penduduk berusia 25 tahun ke atas
mayoritas adalah berijazah Sekolah Dasar.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Gambar 4.3
Perkembangan RLS dan HLS Kabupaten Tana Tidung, 2013 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
7
Sementara capaian Harapan Lama Sekolah (HLS) meningkat dari 11,54 tahun
pada Tahun 2013 menjadi 12,20 tahun pada Tahun 2019. Angka ini
mempresentasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2019, lama sekolah
yang diharapkan dapat dicapai oleh penduduk usia 7 tahun ke atas berkisar antara
12 sampai dengan 13 tahun ke depan.
4.1.3 Derajat Standar Hidup Layak
Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar
hidup layak yang direpresentasikan melalui indikator pengeluaran per kapita per tahun
yang disesuaikan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dapat
dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian.
Rata-rata pengeluaran perkapita setahun diperoleh dari Susenas Modul Kabupaten
Tana Tidung yang dikonstankan dengan tahun dasar 2012=100. Selanjutnya rata-rata
pengeluaran perkapita konstan disesuaikan dengan cara dibagi dengan paritas daya
beli Purchasing Power Parity (PPP). Pengeluaran yang telah dibagi dengan PPP ini
disebut dengan pengeluaran per kapita yang disesuaikan.
.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Gambar 4.4
Skema Penghitungan Pengeluaran Perkapita
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
8
“Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Terus Bergerak Naik”
Pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Tana Tidung terus meningkat
dari 6,59 juta rupiah pada Tahun 2013 menjadi 7,98 juta rupiah pada Tahun 2019
(Gambar 4.5). Sehingga secara komponen, rata-rata seluruh komponen pembentuk
IPM di Kabupaten Tana Tidung meningkat secara perlahan, hal ini memberikan
dampak pada angka IPM yang terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Gambar 4.5
Perkembangan Pengeluaran Perkapita Penduduk Kabupaten Tana Tidung (juta),
2013 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 3
9
4.2. Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung
dalam Wilayah Pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara
Keberagaman potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia antar
daerah menyebabkan capaian pembangunan manusia berbeda pada setiap wilayah.
Keberhasilan program-program pembangunan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah juga menentukan tinggi rendahnya capaian pembangunan
manusia dalam suatu wilayah. Selain itu, diperlukan juga upaya pengawasan dan
evaluasi terhadap program-program pembangunan untuk mempercepat peningkatan
pembangunan manusia. Nilai IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks
kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga
indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan
maksimum masing-masing komponen indeks.
Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia adalah hal baru untuk Provinsi
Kalimantan Utara. Provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur ini resmi
terbentuk pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2012. Provinsi ini terbentuk dari lima kabupaten/kota yakni Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan Kabupaten
Tana Tidung. Roda pemerintahan baru berjalan secara aktif sejak Tahun 2013,
sehingga penghitungan IPM Kalimantan Utara baru dimulai pada Tahun 2013.
Perkembangan IPM pada level kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
menunjukkan peningkatan dari Tahun 2014-2019 (Tabel 4.1). Selama periode 2014-
2019, kabupaten/kota yang bertahan menduduki peringkat 1 dan 2 dalam capaian
IPM secara berturut-turut adalah Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau. Selama
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
0
periode tersebut tidak terjadi pergeseran peringkat pada kabupaten/kota. Peringkat 3
dan 5 diduduki oleh Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Berdasarkan informasi Gambar 4.6 terlihat bahwa posisi IPM Kabupaten Tana
Tidung terletak pada peringkat ke-4 di antara kabupaten/kota di Kalimantan Utara.
Angka IPM Tana Tidung pun jika dibandingkan dengan rata-rata IPM Kabupaten/kota
di Kalimantan Utara masih lebih rendah 3,36 poin.
Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Tana Tidung masih tertinggal
dalam pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli jika
dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Utara. Artinya jalan untuk
menuju sasaran ideal yang berupa pembangunan manusia seutuhnya yang ditandai
Kabupaten/ Kota 2014 2015 2016 2017 2018 2019
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
Malinau 70,00 70,15 70,71 71,23 71,74 72,06
Bulungan 69,25 69,37 69,88 70,74 71,23 71,66
Tana Tidung 64,70 64,92 65,64 66,26 67,05 67,79
Nunukan 63,13 63,35 64,35 65,10 65,67 66,32
Kota Tarakan 74,60 74,70 74,88 75,27 75,69 76,09
KALIMANTAN UTARA 68,64 68,76 69,20 69,84 70,56 71,15
Tabel 4.1
IPM Provinsi Kalimantan Utara menurut Kabupaten/Kota, 2014 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
1
dengan kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya
secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten
Tana Tidung untuk bisa segera terwujud masih membutuhkan waktu yang relatif lama.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum,
pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Utara terus mengalami kemajuan
selama periode 2013 hingga 2019. IPM Provinsi Kalimantan Utara meningkat dari
67,99 pada Tahun 2013 menjadi 71,15 pada Tahun 2019.
Kota Tarakan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan merupakan
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai IPM di atas nilai IPM
Gambar 4.6
Perkembangan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
2
Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan Kabupaten Tana Tidung berada di peringkat
ke-4.
Pada periode 2018-2019, IPM Provinsi Kalimantan Utara tumbuh sebesar
0,84 poin. Pertumbuhan pada periode tersebut lebih rendah apabila dibandingkan
dengan kenaikan pada perode 2017-2018 yang tumbuh sebesar 1,03 poin. Jika
dihitung, maka selama periode 2013-2019, rata rata pertumbuhan IPM Provinsi
Kalimantan Utara adalah 0,76 poin.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Laju pertumbuhan IPM kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada
Tahun 2018-2019 sangat bervariasi berkisar antara 0,45 sampai 1,10. Kabupaten
Tana Tidung menjadi kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan IPM tertinggi di
Provinsi Kalimantan Utara yaitu dengan nilai 1,10. Laju pertumbuhan Kabupaten Tana
Tidung juga berada di atas pertumbuhan Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai 0,84.
Kenaikan nilai IPM Kabupaten Tana Tidung yang cukup signifikan di Tahun 2019
terutama dikarenakan meningkatnya nilai pengeluaran perkapita penduduk
Gambar 4.7
Laju Pertumbuhan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
3
Kabupaten Tana Tidung. Dengan kata lain daya beli masyarakat di Kabupaten Tana
Tidung mengalami peningkatan.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Angka Harapan Hidup (AHH) yang menunjukkan derajat kesehatan
suatu masyarakat, di Kabupaten Tana Tidung pada Tahun 2019 menunjukkan
nilai terendah yakni 71,38 tahun atau lebih rendah 1,16 poin jika dibandingkan dengan
AHH Provinsi Kalimantan Utara. AHH tertinggi berada di Kota Tarakan (73,92 tahun).
AHH daerah yang lebih maju memiliki kecenderungan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan AHH daerah non perkotaan seperti halnya di Kabupaten Tana Tidung. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti halnya kecukupan fasilitas kesehatan yang
memadai, pemenuhan tenaga kesehatan, kemudahan akses memperoleh obat-
Kabupaten/ Kota
Angka Harapan
Hidup
Harapan Lama
Sekolah
Rata-rata Lama
Sekolah
Pengeluaran Perkapita
disesuaikan
(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Rp. 000)
[1] [2] [3] [4] [5]
Malinau 71,42 13,29 9,05 10 121
Bulungan 72,60 12,99 8,93 9 648
Tana Tidung 71,38 12,20 8,53 7 981
Nunukan 71,30 12,63 7,81 7 290
Kota Tarakan 73,92 13,73 9,96 11 509
KALIMANTAN UTARA 72,54 12,84 8,94 9 343
Tabel 4.2
Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Utara
Dirinci menurut Komponen Kabupaten/Kota, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
4
obatan, asupan gizi dan makanan, pola hidup masyarakat dan tingkat pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Kesemua hal tersebut akan sangat berpengaruh
terhadap keadaan Anak Lahir Hidup (ALH) maupun Anak Masih Hidup (AMH)
yang merupakan variabel penting pembentuk Angka Harapan Hidup.
Indikator pendidikan adalah indikator yang menggambarkan mutu sumber
daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan, yaitu dilihat dari Rata-rata
Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). Angka RLS Kabupaten
Tana Tidung pada Tahun 2019 menempati posisi ke-4 di Provinsi Kalimantan Utara
yakni 8,53 tahun. Posisi teratas ditempati oleh Kota Tarakan (9,96 tahun). Rata-rata
lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Tarakan adalah berada
pada jenjang kelas 1 SMA. Sementara di Kabupaten Tana Tidung masih berada
setara dengan kelas 2 sampai kelas 3 SMP.
Selain angka RLS, indikator lain yang menggambarkan mutu sumber daya
manusia adalah Harapan Lama Sekolah. Indikator ini menunjukkan berapa tahun
lama sekolah yang dapat diharapkan terpenuhi oleh penduduk usia 7 tahun ke atas.
Berbeda dengan RLS, HLS Kabupaten Tana Tidung menempati posisi terakhir jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Utara. Secara rata-
rata, HLS di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara berada di rentang
12 sampai dengan 13 tahun, yakni setara dengan lulus SMA sederajat atau Diploma1
(D1).
Standar hidup layak diproksi dengan indikator daya beli/pengeluaran perkapita
pertahun yang disesuaikan yakni besaran pengeluaran perkapita dibagi PPP. Pada
penghitungan metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
5
menghitung PPP, sedangkan pada metode baru terpilih 96 komoditas dalam
penghitungan PPP dengan pertimbangan share 27 komoditas (metode lama) terus
menurun dari 37,52 persen pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012.
Pengeluaran perkapita setahun yang disesuaikan tertinggi ditempati oleh Kota
Tarakan yakni sebesar Rp. 11.509.000,- kemudian Kabupaten Malinau sebesar
Rp 10.121.000,- dan posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten Bulungan sebesar
Rp 9.648.000,-. Sedangkan Kabupaten Tana Tidung sebesar Rp 7.981.000,- berada
di peringkat ke-4. Sementara itu Kabupaten Nunukan berada di posisi terbawah
dengan besaran sebesar Rp 7.290.000,-.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
6
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
7
Peningkatan Kapabilitas Dasar Manusia
Pembangunan manusia merupakan suatu upaya untuk memperluas pilihan-
pilhan yang dimiliki manusia yang dapat terealisasi apabila manusia berumur panjang
dan sehat, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta dapat memanfaatkan
kemampuan yang dimilikinya dalam kegiatan yang produktif. Hal tersebut sekaligus
merupakan tujuan utama dari pembangunan yaitu untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset
kekayaan bangsa sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Pendidikan dan
kesehatan merupakan modal utama yang harus dimiliki manusia agar mampu
meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki
suatu bangsa, semakin tinggi peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu.
5.1. Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan
Salah satu upaya peningkatan kapabilitas dasar penduduk di bidang
pendidikan adalah dengan memperluas cakupan pendidikan formal. Berbagai
program di bidang pendidikan telah diupayakan pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Diantaranya yaitu program untuk
memberantas buta aksara, menekan angka putus sekolah melalui pemberian bantuan
operasional sekolah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bantuan Operasional
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
8
Sekolah (BOS), serta menjamin kesempatan untuk memperoleh pendidikan melalui
program-program pendidikan lainnya.
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya
manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan
kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus
diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase
penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu
wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka
Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi
Murni (APM). Partisipasi penduduk usia sekolah ini dapat menggambarkan tingkat
ketersediaan kualitas sumber daya manusia dan aktivitas pendidikan di suatu daerah.
“Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Pertama Meningkat”
Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan
terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan
untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk
usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah
penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 4
9
meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan
kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) dalam prakteknya dibedakan menurut tiga
kelompok umur. Pertama kelompok umur usia Sekolah Dasar (SD) sederajat yaitu
umur 712 tahun. Kedua pada kelompok umur Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sederajat yaitu 1315 tahun Ketiga pada kelompok umur Sekolah Menengah Atas
(SMA) sederajat yaitu 1618 tahun. Arti dari angka APS menggambarkan peran serta
atau partisipasi masyarakat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan.
Indikasi dari angka APS ini, apabila semakin tinggi angkanya maka semakin berhasil
program pendidikan yang diselenggarakan. Besarnya angka APS maksimal 100
persen yang mempunyai arti bahwa seluruh anak pada kelompok umur tertentu
semuanya sedang bersekolah.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang mengukur
pemerataan akses terhadap pendidikan. Gambar 5.1 menunjukkan capaian APS
pada kelompok umur sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun fluktuatif di atas 95 persen
dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Tahun 2019 capaian APS pada kelompok umur sekolah
16-18 tahun mengalami peningkatan, setelah 3 tahun sebelumnya (2016-2018) selalu
mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa adanya perbaikan sektor
pendidikan di Kabupaten Tana Tidung.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
0
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
“APS kelompok umur 16-18 tahun mengalami peningkatan di Tahun 2019”
Salah satu permasalahan yang dapat menghambat peningkatan kapabilitas
dasar penduduk adalah perekonomian masyarakat. Ketidakmampuan untuk
membayar biaya sekolah baik itu merupakan biaya untuk perlengkapan sekolah
maupun biaya lainnya akan berdampak pada pilihan untuk tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak menamatkan jenjang pendidikan
yang sedang dijalani (putus sekolah).
Gambar 5.1
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk 7-18 Tahun menurut Usia Sekolah,
2017-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
1
Pada Tahun 2019, APS untuk kelompok umur 712 tahun sebesar 98,17
persen artinya dari setiap 100 anak yang berumur 712 tahun yang ada di Kabupaten
Tana Tidung 1 hingga 2 anak di antaranya akan ditemukan tidak/belum pernah
sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out). Kelompok umur 1315 tahun dengan APS
sebesar 97,94 persen, artinya dari setiap 100 anak yang berumur 1315 tahun yang
ada di Kabupaten Tana Tidung terdapat 1 hingga 2 anak yang ditemukan tidak/belum
pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out). Kelompok umur 1618 tahun
dengan APS sebesar 54,50 persen, artinya dari setiap 100 anak yang berumur 1618
tahun yang ada di Kabupaten Tana Tidung 45 hingga 46 anak di antaranya akan
ditemukan tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out).
Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkan partisipasi penduduk yang
sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka
Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang
bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah
penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.
APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan
pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi
penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling
sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah dimasing-masing
jenjang pendidikan.
Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang
bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia
sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
2
anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-
anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD.
Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang
pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk
sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di
suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang
lebih muda.
Dari Gambar 5.2 diketahui bahwa pada Tahun 2019, APK Kabupaten Tana
Tidung untuk jenjang pendidikan SD sebesar 99,59, artinya 99 persen anak yang
berusia 7-12 tahun bersekolah di SD (sesuai dengan usia sekolah). APK jenjang
pendidikan SMP sebesar 115,82 persen, berarti terdapat 15 persen anak yang tidak
berusia 13-15 tahun yang bersekolah di SMP. APK jenjang pendidikan SMA sebesar
66,35 persen artinya dari 100 anak yang berusia 16-18 tahun ada 33 anak tidak/belum
pernah sekolah atau tidak sekolah lagi (Drop Out) SMA.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok
usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang
bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk
usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang
pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi Murni
(APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
3
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data 2016 tidak tersedia)
Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan
mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK
karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang
bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang
terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM adalah kemungkinan
adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di
tingkat pendidikan tertentu.
Gambar 5.2
Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
4
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Dari Gambar 5.3 diketahui pada Tahun 2019 Kabupaten Tana Tidung APM
untuk jenjang pendidikan SD sebesar 86,68 persen (ada 86,68 persen anak yang
berusia 7-12 tahun yang bersekolah di SD). APM jenjang pendidikan SMP sebesar
76,83 persen (ada 76,83 persen anak yang berusia 13-15 tahun yang bersekolah di
SMP). APM jenjang pendidikan SMA sebesar 40,73 persen (ada 40,73 persen anak
yang berusia 13-15 tahun yang bersekolah di SMA).
Melihat cukup tingginya angka putus sekolah anak usia 16-18 tahun atau
setara SMA sederajat, kemungkinan terbesar karena jarak fasilitas pendidikan SMA
aksesnya masih belum terjangkau dengan mudah dari sebagian desa-desa di
Kabupaten Tana Tidung. Penyediaan boarding school untuk tingkat SMA sangat
dibutuhkan.
Gambar 5.3
Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
5
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Meskipun tidak lagi dijadikan sebagai indikator komponen pembentuk IPM,
angka melek huruf masih relevan dalam mengukur capaian keberhasilan di bidang
pendidikan. Angka ini untuk melihat seberapa besar kemampuan masyarakat dalam
membaca dan menulis. Angka melek huruf ini diukur dengan menggunakan
pendekatan penduduk berumur ≥ 15 tahun. Pada Tahun 2019 angka melek huruf di
Kabupaten Tana Tidung tercatat sekitar 96,92 persen, atau bila diukur angka buta
hurufnya sebesar 3,08 persen. Artinya dari setiap 100 penduduk Kabupaten Tana
Tidung yang berumur ≥ 15 tahun, akan ditemukan setidaknya 3 (tiga) orang di
antaranya belum bisa baca tulis atau buta huruf, sebagaimana disajikan pada Tabel
5.1. Secara total, dari angka buta huruf penduduk usia di atas 15 tahun sebesar 3,08
persen, terdapat 1,94 persen penduduk laki-laki dan 4,53 persen penduduk
perempuan yang buta huruf.
“Ada 3.08% Penduduk Kabupaten Tana Tidung yang Buta Huruf”
Kemampuan Baca Tulis Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Huruf Latin 97,78 93,68 95,98
Huruf Arab 32,89 32,72 32,81
Huruf Lainnya 7,84 8,59 8,18
Angka Melek Huruf 98,06 95,47 96,92
Angka Buta Huruf 1,94 4,53 3,08
Tabel 5.1
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Baca Tulis di
Kabupaten Tana Tidung, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
6
Capaian berikutnya adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Variabel ini
mengukur sampai seberapa tinggi pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten
Tana Tidung. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah persentase jumlah
penduduk, baik yang tidak/belum sekolah, masih sekolah ataupun tidak bersekolah
lagi, menurut ijazah/STTB yang dimiliki. Umur penduduk yang diukur pendidikannya
menggunakan pendekatan penduduk berumur ≥ 15 tahun. Pada Tahun 2019,
persentase penduduk Kabupaten Tana Tidung yang berumur 15 tahun ke atas
tidak/belum pernah sekolah/tidak/belum tamat SD/tidak punya ijazah SD jumlahnya
mencapai 17,67 persen. Posisi pertama terdapat pada mereka yang menamatkan
pendidikannya di jenjang SD/sederajat dengan jumlah 24,34 persen. Urutan kedua
pada mereka yang tamat SMA/sederajat sebesar 23,49 persen. Secara rinci disajikan
pada Tabel 5.2
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Ijazah Persentase
Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Tidak Punya Ijazah SD 15,32 20,66 17,67
SD/MI 24,33 24,35 24,34
SMP/MTs 16,15 19,21 17,50
SMA/MA 24,61 22,06 23,49
SMK/MAK 8,69 3,13 6,24
Diploma I dan Diploma II 0,47 1,02 0,71
Akademi/Diploma III 1,09 2,07 1,52
Diploma IV/ S1/S2/S3 9,34 7,51 8,53
Jumlah 100 100 100
Tabel 5.2
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Ijazah/STTB
Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tana Tidung, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
7
5.2. Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan pembangunan manusia. Derajat kesehatan menjadi salah satu
pilar penentu kualitas hidup manusia selain pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan
kepedulian tinggi dari pemerintah dan seluruh masyarakat untuk senantiasa peduli
pada peningkatan derajat kesehatan.
Tujuan pembangunan di bidang kesehatan adalah tercapainya status
kesehatan yang optimal untuk mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan
sejahtera. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur status
kesehatan adalah angka morbiditas. Penduduk yang mengalami morbiditas adalah
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya
kegiatan sehari-hari.
Menurut Henrik L. Blum (www.depkes.go.id) peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas penduduk
dipengaruhi oleh empat faktor penentu, yaitu: faktor-faktor lingkungan (45 persen),
perilaku kesehatan (30 persen), pelayanan kesehatan (20 persen), dan
kependudukan/keturunan (5 persen). Oleh karena itu, analisis mengenai derajat
kesehatan penduduk dapat dilihat melalui empat aspek tersebut. Berdasarkan konsep
derajat kesehatan yang dikemukakan oleh Blum, faktor terbesar yang memengaruhi
derajat kesehatan seseorang yaitu faktor lingkungan. Konsep ini menegaskan bahwa
lingkungan yang baik akan mendorong secara langsung peningkatan derajat
kesehatan. Tidak hanya itu, lingkungan yang baik juga secara tidak langsung
berhubungan dengan keturunan dan pelayanan kesehatan.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
8
Data Susenas Tahun 2019 (Tabel 5.3) menunjukkan bahwa 8,17 persen
rumah tangga di Kabupaten Tana Tidung yang tidak memiliki tempat buang air besar.
Dibandingkan data Tahun 2018 terjadi penambahan yang sangat signifikan, yang
sebelumnya hanya 0,90 persen. Sedangkan data rumah tangga yang menggunakan
MCK umum pada Tahun 2019 sebesar 1,98 persen, dan data Tahun 2018 sebesar
8,08 persen.
Jika dibandingkan data 2018-2019 terjadi pergeseran rumah tangga terhadap
2 (dua) variabel tersebut. Berdasarkan fenomena di lapangan (saat pendataan
Susenas) pada Tahun 2017-2018 beberapa desa membangunkan MCK
Umum/Komunal untuk penduduknya yang tempat buang air besar masih di sungai.
Akan tetapi, pada Tahun 2019 banyak penduduk kembali menggunakan sungai
sebagai tempat buang air besar (tidak memiliki fasilitas), karena faktor kebiasaan
yang belum bisa diubah dalam waktu singkat. Diperlukan edukasi yang
berkesinambungan dari pemerintah daerah kepada masyarakat tentang kesehatan.
Selain itu, dalam pembangunan MCK Umum/Komunal perlu diperhatikan ukuran,
lokasi, akses jalan maupun akses air serta perawatan berkala agar fasilitas yang
sudah disediakan oleh pemerintah daerah tetap bermanfaat dalam waktu yang lama.
“8,17 persen rumah tangga di Kabupaten Tana Tidung yang tidak memiliki
tempat buang air besar”
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 5
9
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Jika dilihat dari akses sanitasi layak (Tangki Septik) pada Tahun 2019 sebesar
74,28 persen. Sedangkan, 22,39 persen masih di lubang tanah dan 2,95 persen di
kolam/sawah/sungai/danau/laut terakhir 0,38 persen di Pantai/Tanah
Lapang/Kebun/Lainnya (Tabel 5.4).
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Fasilitas BAB Persentase
[1] [2]
Ada, digunakan hanya ART sendiri 84,12
Ada digunakan bersama ART rumah tangga lain tertentu
5,48
Ada, di MCK Komunal 0,27
Ada, di MCK Umum/ siapapun menggunakan
1,96
Tidak Ada fasilitas 8,17
Jumlah 100
Tempat Pembuangan Akhir Tinja Persentase
[1] [2]
Tangki Septik/SPAL 74,28
Kolam/Sawah/Sungai/Danau/Laut 2,95
Lubang Tanah 22,39
Pantai/Tanah Lapang/Kebun/Lainnya
0,38
Lainnya 0
Jumlah 100
Tabel 5.3
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Fasilitas Tempat Buang Air Besar
di Kabupaten Tana Tidung, 2019
Tabel 5.4
Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja
di Kabupaten Tana Tidung, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
0
Sumber Air Minum Utama Persentase
[1] [2]
Air Kemasan Bermerk/Isi Ulang 50,62
Ledeng Meteran/Eceran 2,84
Sumur Bor/Pompa 3,17
Sumur Terlindung 0,64
Sumur Tak Terlindung 1,00
Mata Air Terlindung/ Tak Terlindung 0,61
Air Permukaan 4,43
Air Hujan 36,69
Lainnya 0,00
Jumlah 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Selain akses terhadap sanitasi layak, indikator lingkungan lain yang tercantum
dalam target MDG’s adalah akses terhadap air bersih. Pada Tahun 2019 sebanyak
50,62 persen rumah tangga menggunakan air kemasan/air isi ulang untuk minum dan
yang perlu perhatian khusus adalah tingginya rumah tangga yang menggunakan air
hujan sebagai sumber utama air minum yakni sebesar 36,69 (Tabel 5.5).
Tabel 5.5
Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Utama
di Kabupaten Tana Tidung, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
1
“36,69% Rumah Tangga di Kabupaten Tana Tidung Sumber Air Minum
Utamanya adalah Air Hujan”
Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang
diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan tenaga
kesehatan lainnya). Praktek persalinan yang aman menjadi salah satu faktor penentu
keselamatan ibu dan bayi hingga pada akhirnya akan menurunkan resiko kematian
keduanya.
Berdasarkan Gambar 5.4, pada Tahun 2019 diketahui bahwa 62,49 persen
perempuan di Kabupaten Tana Tidung melakukan persalinan di Rumah Sakit, 19,16
persen melahirkan di rumah, 6,45 persen di Klinik/praktek bidan dan 11,9 persen
melahirkan di Puskesmas. Melihat cukup tingginya angka melahirkan di rumah
dibandingkan dengan puskesmas/polindes/pustu, dapat menjadi perhatian
pemerintah. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan terdekat di sekitar lingkungan
tempat tinggal, sebaiknya pemerintah ke depannya dapat meningkatkan status
puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap.
“ Persentase Penolong Persalinan oleh Dukun Turun Signifikan”
Berdasarkan Gambar 5.5 pada Tahun 2019 di Kabupaten Tana Tidung,
persentase persalinan terakhir yang ditolong oleh bidan sebesar 47,55 persen, dokter
sebesar 46,42 persen dan paraji (dukun beranak) sebesar 3,69 persen. Terjadi
pergeseran yang positif dari data Tahun 2018. Persentase penolong persalinan
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
2
dibantu paraji (dukun beranak) mengalami penurunan drastis dari 12,93 persen
menjadi 3,69 persen. Selain pemahaman masyarakat mengenai kesehatan yang
terus membaik, tentunya ada peran aktif pemerintah daerah yang terus meningkatkan
kemudahan akses ke fasilitas kesehatan dan penyediaan tenaga kesehatan yang
profesional.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Gambar 5.4
Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan menurut
Tempat Melahirkan Anak Hidup yang Terakhir di Kabupaten Tana Tidung, 2017-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
3
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
“Angka Kesakitan Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 Sebesar 17,58 %”
Tingkat kesehatan di suatu daerah juga bisa dilihat dari Angka Kesakitan.
Angka Kesakitan merupakan persentase penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan. Pada Tahun 2019 angka kesakitan Kabupaten Tana Tidung sebesar
17,58 persen, seperti pada Tabel 5.6.
Gambar 5.5
Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan menurut
Penolong Proses Kelahiran Terakhir di Kabupaten Tana Tidung, 2018-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
4
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
5.3. Capaian dan Tantangan di Bidang Ekonomi
Ukuran kesejahteraan rakyat yang sering digunakan oleh para pengambil
kebijakan salah satunya bisa berupa pendekatan melalui pengeluaran per kapita.
Dilihat dari aspek pengeluaran per kapitanya, rata-rata pengeluaran per kapita
sebulan penduduk di Kabupaten Tana Tidung sebesar 87,6 persen telah berada pada
angka di atas Rp. 750.000,- (Tabel 5.7). Terdiri dari 19,7 persen (Rp. 750.000,- – Rp.
999.999,-), 31,0 persen (Rp. 1.000.000,- – Rp. 1.499.999,-) dan 36,9 persen (≥ Rp.
1.500.000,-).
“87,6 % Penduduk Kabupaten Tana Tidung memiliki pengeluaran perkapita rata-
rata di atas Rp. 750.000,- /bulan”
Jenis Kelamin
Angka Kesakitan
2017 2018 2019
[1] [2] [3] [4]
Laki-laki 15,84 17,47 17,81
Perempuan 20,92 16,93 17,31
Total 16,98 17,23 17,58
Tabel 5.6
Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin, 2017-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
5
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Dari Tabel 5.8 diketahui pada Tahun 2019 rata-rata pengeluaran per kapita
makanan sebesar Rp. 812.950,- dan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk
non makanan sebesar Rp. 764.885,-. Diketahui data Tahun 2019 pengeluaran
makanan lebih tinggi dari non makanan, berbanding terbalik dari data Tahun 2018.
Golongan Pengeluaran
(Rp. )
Persen
(%)
[1] [2]
≤ 299 999 0
300 000 – 499 999 0,9
500 000 – 749 999 11,5
750 000 – 999 999 19,7
1 000 000 – 1 499 999 31,0
≥ 1 500 000 36,9
Jumlah 100,0
Tabel 5.7
Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Tana Tidung
menurut Golongan Pengeluaran, 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
6
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pembagian pendapatan, beberapa
ukuran dan metode telah dikembangkan oleh beberapa peneliti dan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sungguhpun demikian, ukuran yang paling
sering digunakan adalah Gini Ratio dan Kriteria Bank Dunia.
Secara teoritis, penghitungan angka Gini Ratio dengan menggunakan data
pendapatan akan memberikan hasil yang lebih baik, karena bisa memberikan hasil
yang lebih baik, selain itu dapat juga memberikan informasi tentang kondisi
pembagian pendapatan yang sebenarnya. Tetapi karena data pendapatan sukar
diperoleh, maka biasanya digunakan data pengeluaran sebagai proksi atau
pendekatan terhadap data pendapatan.
Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila Gini Ratio bernilai
0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti ketimpangan
sempurna.
Komoditas
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita (Rp.)
2018 2019
[1] [2] [3]
Makanan 744 155 812 950
Non Makanan 781 136 764 885
Tabel 5.8
Rata-rata Pengeluaran Per-kapita selama Sebulan Penduduk Kabupaten
Tana Tidung menurut Jenis Komoditas, 2018-2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
7
Kategori nilai Gini Ratio dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:
➢ Nilai Gini Ratio < 0,4 berarti Tingkat Ketimpangan Rendah
➢ Nilai Gin Ratio 0,4 – 0,5 berarti Tingkat Ketimpangan Sedang
➢ Nilai Gini Ratio > 0,5 berarti Tingkat Ketimpangan Tinggi
“Tingkat ketimpangan pendapatan penduduk di Kalimantan Utara mengalami
penurunan 2 tahun terakhir”
Penghitungan Gini Ratio hingga level kabupaten/kota tidak dapat dihitung
kembali karena tidak relevannya jumlah sampel. Gini Ratio Kabupaten Tana Tidung
dapat didekatkan dengan angka Gini Ratio Provinsi Kalimantan Utara. Tahun 2019,
Gini Ratio di Kalimantan Utara tercatat 0,295 yang mana dapat diartikan bahwa
distribusi pendapatan (distribusi pengeluaran) di Provinsi Kalimantan Utara relatif
cukup merata (rendah).
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung
Gambar 5.6
Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Kalimantan Utara, 2015 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
8
Cara lain yang juga bisa digunakan untuk menunjukkan tingkat pembagian
pendapatan diantara berbagai golongan penduduk adalah dengan menggunakan
kriteria Bank Dunia yang berpatokan pada persentase pendapatan yang diterima oleh
40 persen penduduk termiskin. Menurut kriteria Bank Dunia, ketimpangan
pendapatan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Ketimpangan pembagian pendapatan disebut serius jika 40 persen penduduk
termiskin menerima kurang dari 12 persen pendapatan.
b. Ketimpangan pembagian pendapatan disebut menengah jika 40 persen
penduduk termiskin menerima 12-17 persen pendapatan.
c. Ketimpangan pembagian pendapatan disebut rendah jika 40 persen penduduk
termiskin menerima lebih dari 17 persen pendapatan.
Ukuran ini bukan merupakan ukuran distribusi pendapatan yang bersifat
menyeluruh, karena hanya memperhatikan perkembangan pendapatan yang diterima
oleh 40 persen penduduk termiskin yang diperoleh dari desil ke 4.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)
Distribusi Pembagian Pendapatan 2016 2017 2018 2019
[1] [2] [3] [4] [5]
40% Rendah 24,40 23,82 17,10 14,84
40% Sedang 38,70 39,27 26,55 27,31
20% Tinggi 36,89 36,90 56,35 57,85
Jumlah 100 100 100 100
Tabel 5.9
Perkiraan Persentase Pembagian Total Pendapatan Perkapita
Kabupaten Tana Tidung, 2016 – 2019
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 6
9
Kendala yang menghambat tingkat pendapatan penduduk antara lain adalah
kebijaksanaan upah sektoral. Kesenjangan upah sektoral yang tinggi dan kurang
menguntungkan dapat mengakibatkan tidak meratanya distribusi pendapatan
penduduk, dan seringkali dianggap kurang adil. Konsekuensi kurang terkendalinya
upah sektoral mengakibatkan meningkatnya fokus dari pada penduduk terhadap
suatu sektor tertentu yang dapat memberikan kompensasi pendapatan yang lebih
baik dan menguntungkan, seperti: sektor industri, perdagangan dan jasa.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 7
0
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 7
1
Penutup
Bab ini menyajikan hasil kinerja, rekomendasi dan intervensi yang disusun
dalam bentuk berjenjang. Jenjang pertama mengkaji tingkat capaian serta
perkembangan dari bidang pendidikan, jenjang kedua di bidang kesehatan dan ketiga
di bidang daya beli. Tingkat capaian yang dimaksud diambil dari situasi pembangunan
manusia yang terukur berdasarkan indikator yang bersesuaian. Khusus untuk
percepatan dari kinerja pembangunan manusia diambil dari shortfall reduction.
6.1. Kinerja Bidang Pendidikan
Melambatnya perkembangan tingkat capaian pembangunan bidang
pendidikan di Kabupaten Tana Tidung, telah mengakibatkan program kerja yang
diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan penduduk Kabupaten Tana Tidung agar
mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas masih membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk bisa terwujud. Akibatnya pembangunan manusia di bidang
pendidikan menjadi tertinggal, ketertinggalan ini diukur dengan menggunakan
perbandingan terhadap perkembangan tingkat capaian yang diperoleh Provinsi
Kalimantan Utara dari setiap kabupaten/kota.
Rekomendasi Agar tidak tertinggal dengan kabupaten/kota lain yang
ada di Provinsi Kalimantan Utara, seyogyanya
kebijakan yang telah diambil oleh Pemerintah
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 7
2
Kabupaten Tana Tidung berupa peningkatan sumber
daya pengajar dan fasilitas infrastruktur tempat belajar
ditingkatkan. Hal itu dimaksudkan agar para siswa
menjadi lebih termotivasi untuk belajar dan tidak
memilih untuk putus sekolah. Penyediaan fasilitas
boarding school hingga tingkat SMA sederajat oleh
pemerintah daerah kemungkinan dapat mengurangi
tingkat putus sekolah di Kabupaten Tana Tidung.
Intervensi Mengoptimalkan pemanfaatan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Dana khusus dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang dialokasikan terhadap pembangunan bidang
pendidikan secara bertahap harus ada peningkatan.
Dibutuhkan upaya penyuluhan agar anak – anak mau
terus sekolah hingga tamat SMA sederajat, utamanya
terhadap keluarga tidak mampu yang belum pernah
sekolah agar memperoleh haknya untuk menjalani
pendidikan, serta bagi mereka yang putus sekolah agar
dapat kembali ke bangku sekolah.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 7
3
6.2. Kinerja Bidang Kesehatan
Untuk dapat mengidentifikasi tercapainya hidup sehat dan berumur panjang
yang menjadi ukuran dalam menentukan seberapa jauh tingkat capaian
pembangunan di bidang kesehatan, kiranya perlu dukungan beberapa program kerja
yang terkait dengan Angka Harapan Hidup. Pembangunan kualitas kesehatan yang
bertujuan mengurangi jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah
penyakit, perbaikan gizi dan imunisasi balita, mencegah stunting pada anak yang
dimulai dari pemenuhan gizi ibu hamil.
Rekomendasi Instrumen kesehatan berupa fasilitas dan tenaga
kesehatan harus ditingkatkan, hingga tingkat desa.
Selain itu perlu tersedianya sarana sanitasi layak yang
diikuti dengan kesadaran masyarakat untuk hidup
sehat. Peningkatan tenaga ahli dan fasilitas
kesehatan/laboratorium di rumah sakit umum daerah
sehingga masyarakat yang terganggu kesehatannya
tidak perlu merujuk pada rumah sakit yang berada di
Kabupaten/Kota lain. Memaksimalkan Program Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas),
untuk menyediakan air minum layak di setiap desa.
Intervensi Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan terdekat di
sekitar lingkungan tempat tinggal, sebaiknya
pemerintah ke depannya dapat meningkatkan status
puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 7
4
inap. Dalam penyediaan sanitasi layak seperti,
pembangunan MCK Umum/Komunal perlu
diperhatikan ukuran,lokasi,akses jalan maupun akses
air serta perawatan berkala agar fasilitas yang sudah
disediakan oleh pemerintah daerah tetap bermanfaat
dalam waktu yang lama.
6.3. Kinerja Bidang Ekonomi (Daya Beli)
Tingkat capaian situasi pembangunan manusia di bidang ekonomi (daya beli)
ini perkembangannya dapat dikategorikan sama tertinggalnya bila dibandingkan
dengan kemajuan yang diperoleh di bidang pendidikan dan kesehatan. Daya beli
penduduk Kabupaten Tana Tidung pada Tahun 2019 masih berada di bawah angka
daya beli rata-rata penduduk Provinsi Kalimantan Utara.
Rekomendasi
Tingkatkan profesionalisme dari calon tenaga kerja,
agar mempunyai daya saing tinggi serta dengan upah
yang lebih baik. Selain perluasan berusaha dan
kesempatan kerja yang harus tetap dibangun, ada
baiknya konsentrasi tidak terpusat di satu atau dua
daerah saja. Selain itu perlu diadakan standarisasi
harga sehingga terjadi kestabilan harga jual berbagai
macam komoditi. Adanya program pemerintah daerah
dalam pembinaan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang
mulai tumbuh di Kabupaten Tana Tidung.
Analisis Pembangunan Manusia 2019
HA
LA
MA
N 7
5
Intervensi Undang investor agar mau menanamkan modalnya di
Kabupaten Tana Tidung. Apabila ini bisa tercipta maka
penyerapan tenaga kerja akan tertata dengan baik,
yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
penduduk Kabupaten Tana Tidung. Serta dibutuhkan
adanya perbaikan infrastruktur jalan dan pelabuhan
untuk memperlancar arus barang masuk, terutama
yang berasal dari kapal – kapal besar, sehingga biaya
transportasi barang bisa ditekan.
Analisis Pembangunan Manusia 2018
HA
LA
MA
N 7
6
Analisis Pembangunan Manusia 2018
HA
LA
MA
N 7
7
Analisis Pembangunan Manusia 2018
HA
LA
MA
N 7
8