Download - Case Control
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 1/10
STUDI KASUS
KONTROL FAKTOR
BIOMEDIS
TERHADAP
KEJADIAN
ANEMIA IBU
HAMIL DI
PUSKESMAS
BANTIMURUNGSTUDI KASUS KONTROL FAKTOR BIOMEDIS TERHADAP KEJADIAN
ANEMIA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANTIMURUNG MAROS TAHUN 2004
Ridwan Amiruddin1
, Wahyuddin2
1Staf Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas; 2 Staf Fakultas
Kesehatan Masyarakat -UIT.
RINGKASAN
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas,
berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan faktor umur ibu, ANC,
jarak kelahiran, paritas dan keluhan ibu hamil terhadap kejadian anemia di
wilayah puskesmas Bantimurung. Metode penelitian yang digunakan adalah
studi kasus kelola dengan sampel ibu hamil dan bersalin sebanyak 128
responden yang diambil secara purposive sampling. Uji statistik yang
digunkan adalah analisis Odds Ratio, dan logistik regresi. Hasil penelitian
yang diperoleh sekitar 83.6 % responden mengalami anemia, dengan
ANC sebagian besar kurang dari 4 kali (72.7%). Hasil analisis bivariat
ditemukan banhwa ANC tidak signifikan terhadap anemia, OR. 1.251
(95%CI.0.574-2.729), demikian juga dengan keluhan dengan OR 1.354, 95
% CI. 0.673-2.725. begitu juga paritas kurang dari satu dan lebih 4 tidak
berefek terhadap anemia pada ibu hamil dengan OR 1.393 , 95%CI.0.474-
4.096. Sedangkan jarak kelahiran bermakna terhadap kejadian anemia
dengan OR 2.343, 95% CI.1.146-4.790. dan variabel Umur dengan OR
2.801, 95% CI 1.089-7.207. Kesimpulan variabel yang berhubungan adalah
jarak kelahiran dan umur ibu hamil, sedangkan variabel paritas, ANCdan
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 2/10
adanya keluhan tidak bermakna. Dengan demikian maka disarankan
bahwa untuk menekan kejadian anemia dengan berbagai dampaknya
maka pengaturan jarak kelahiran sangat diperlukan melalui perencanaan
kelahiran melalui keluarga berencana, begitu juga dengan umur ibu, sangat
penting untuk diperhatikan melahirkan pada usia 20- 35 tahun. (J MedNus. 2004; 25:71-75)
SUMMARY
In pregnancy women, anemic increases the frequency of complication to the
pregnancy and delivery. Risk of maternal mortality, prematurity number, low
birth weight, and prenatal mortality are increase. This research intend to
identify the relation factors of maternal age, ANC, delivery expanse, parityand maternal complain to the occurrence of anemic in Bantimurung public
health service. Method of the research was case control study with samples
consist of 128 respondents of pregnant and delivery women taken
purposively sampling. Statistical test was Odds ratio and regression logistic.
Result of the research obtained that approximately 83.6% respondents
undergoes anemic with ANC mostly less than 4 times (72.7%). Bivariate
analysis shows that ANC insignificant to anemic undergoes, OR. 1.251 (95%
Cl. 0.574-2.729), as well as maternal complain with OR 1.354, 95% Cl.
0.673-2.725 and parity less than one and more than four insignificant with
anemic undergoes with OR 1.393, 95% Cl 0.474-4.096. Meanwhile
deliveries expanse significant with anemic undergoes with OR 2.801, 95% Cl
1.146-4.790 and age variable with OR 2.801, 95% Cl 1.089-7.207. It
terminates that the variables related with anemic undergoes were deliveries
expanse and maternal age, meanwhile the variables of parity, ANC and
maternal complain insignificant. It is suggested in a manner to diminishanemic undergoes with all of its impact is with dispose deliveries expanse
trough family planning, as well as maternal age as a main factors to notice,
to deliver in age of 25-35 years old. (J Med Nus. 2004; 25:71-75)
LATAR BELAKANG
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di sampingmenunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan.
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 3/10
Penyebab langsung kematian ibu adalah trias perdarahan, infeksi, dan
keracunan kehamilan. Penyebab kematian langsung tersebut tidak dapat
sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar belakang (underlying
factor), yang mana bersifat medik maupun non medik. Di antara faktor non
medik dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga, pendidikanibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain.Kerangka konsep model
analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine menunjukkan bahwa angka
kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaiki
status sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu dari
seluruh faktor langsung yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi,
status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.1 Ketiga hal
tersebut akan berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam model yaitu
kehamilan, timbulnya komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu.
Dari model Mc Carthy dan Maine tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya
intervensi pada faktor tidak langsung harus selalu melalui faktor penyebab
yang langsung. 2Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine
1 merupakan faktor penting dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau
gizi yang buruk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status
kesehatan ibu. Rao (1975) melaporkan bahwa salah satu sebab kematian
obstetrik tidak langsung pada kasus kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant
5 menyatakan bahwa anemia merupakan salah satu sebab kematian ibu,
demikian juga WHO 6b menyatakan bahwa anemia merupakan sebab
penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7 menunjukkan bahwa angka
kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk
mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga
berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.8Pada wanita hamil,
anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir
rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu,
perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita
yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis
tidak dapat mentolerir kehilangan darah.9 Soeprono.10 menyebutkan
bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat
ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 4/10
perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya
tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah), dan
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian
perinatal, dan lain-lain).10Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia
berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yangmenunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari
50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada trimester III
berkisar 50-79%.11 Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia kehamilan di
Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah
60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12 rumah sakit
pendidikan/rujukan di Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil
dengan anemia yang melahirkan di RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%.
Prevalensi tersebut meningkat dengan bertambahnya paritas.9 Hal yang
sama diperoleh dari hasil SKRT 1986 dimana prevalensi anemia ringan dan
berat akan makin tinggi dengan bertambahnya paritas.13 Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada
kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada
trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua
kehamilan.6aAnemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama
anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh
karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan
anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992
bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi.
Indonesia, prevalensi anemia tahun l970–an adalah 46,5–70%. Pada SKRT
tahun 1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan
data SKRT tahun 1995 turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan
anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan
berdasarkan SKRT pada tahun 1992 prevalensi anemia gizi khususnya pada
ibu hamil berkisar 45,5 – 71,2% dan pada tahun 1994 meningkat menjadi
76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di Kabupaten Soppeng
dan tertinggi adalah di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan Kabupaten
Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten
Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung anemia ibu hamil pada tahun
1999 sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi 76,74% dan
pada tahun 2001 sebesar 68,65%.Prevalensi anemia yang tinggi dapat
membawa akibat negatif seperti: 1) gangguan dan hambatan pada
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 5/10
pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2) Kekurangan Hb dalam
darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel
tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk
pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Studi di Kualalumpur
memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi ibu yang tingkatkadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa
risiko kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat
pada wanita hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada
usia kehamilan sebelum 24 minggu dibandingkan kontrol mengemukakan
bahwa anemia merupakan salah satu faktor kehamilan dengan risiko tinggi.
Sumber : Data primer
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN DAN UNIT ANALISISPenelitian ini
menggunakan desain studi kasus kelola untuk melihat gambaran status
kesehatan ibu hamil serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah
kesehatan tersebut. Instrument studi terdiri dari kuesioner, serta formulir
pemeriksaan ibu hamil, Unit analisis adalah ibu hamil dan ibiu nifas yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bantimurung kab. Maros.
B.POPULASI DAN SAMPEL
1. PopulasiPopulasi rujukan adalah semua ibu hamil yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Bantimurung kabupaten Maros pada periode Agustus –
September 2004.2. SampelSampel adalah ibu hamil dan ibu bersalin yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Bantimurung Kab. Maros pada saat
penelitian dilaksanakan. Sampel diambil secara purposive sampling, dengan
jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 128 ibu hamil.
C. PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA1. Pengolahan Data
Sumber : Data PrimerTabel 1. menunjukkan bahwa analisis Hubungan ANC
dengan kejadian anemia yang paling banyak menderita anemia adalah
responden dengan ANC < 4 kali dengan jumlah 53 (57.0%) orang dan
terendah pada responden dengan ANC ³ 4 kali sebanyak 18 orang (51.4%).
Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.251 dengan nilai lower
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 6/10
0.574 dan upper 2.729.
2. Keluhan dengan Anemia
Tabel 2. Analisis Keluhan dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
Tabel 2 menunjukkan analisis hubungan keluhan dengan kejadian anemia
dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah yang memiliki
keluhan dengan jumlah 39 (59,1%) orang dan terendah pada responden
yang tidak memiliki keluhan dengan jumlah 32 51.6%)orang.Hasil analisis
uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.354 dengan nilai lower 0.673 dan
upper 2.725.
3. Paritas dengan Anemia Tabel 3. Analisis Paritas dengan Kejadian
Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros Tahun
2004
Sumber : Data PrimerTabel 3. menunjukkan analisis hubungan paritas
dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita
anemia adalah pada paritas 2-3 dengan jumlah 61 (62.5%) orang dan
terendah pada responden yang paritas < 1/>4 dengan jumlah 10
(54.5%)orang.Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai OR sebesar 1.393
dengan nilai lower 0.474 dan upper 4.096.
4.Jarak Kelahiran dengan Anemia
Tabel 4. Analisis Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
Sumber : Data PrimerTabel 4. menunjukan analisis hubungan jarak
kelahiran dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak
menderita anemia adalah responden dengan jarak kelahiran < 2 tahun
sebanyak 41 (66,1%) orang dan terendah pada responden dengan jarak
kelahiran ³ 2 tahun sebanyak 30 (45.5%) orang.Hasil analiis uji statistik
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 7/10
diperoleh nilai OR sebesar 2.343 dengan nilai lower 1.146 dan upper 4.790.
5.Umur Ibu dengan Anemia
Tabel 5. Analisis umur ibu dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2004
Sumber : Data PrimerTabel 5. menunjukan analisis hubungan umur ibu
dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita
anemia adalah responden dengan umur < 20 tahun dan >35 tahun
sebanyak 20 (74,1%) orang dan pada umur 20-35 tahun sebanyak 51
(50.5%) orang yang menderita anemia.Hasil analiis uji statistik diperoleh
nilai OR sebesar 2.801 dengan nilai lower 1.089 dan upper 7.207.
B. Analisis MultivariatTabel 6 : Analisis Regresi Logistik Antara Jarak
Kelahiran dan Umur Penderita di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung
Kabupaten Maros Tahun 2004
Sumber : Data Primer
Tabel 6. menunjukkan analisis hubungan Regresi logistik antara jarak
kelahiran dan umur penderita diwilayah kerja puskesmas Bantimurung. Dan
menunjukkan bahwa dari dua variabel yang memiliki risiko kejadian anemia
setelah dilakukan uji lebih lanjut diperoleh bahwa umur memilki pengaruh
lebih besar terhadap kejadian anemia.
C. Pembahasan1. A N C dengan kejadian anemia.Antenatal care adalah
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga professional
meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu
minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1
kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan
ANC kejadian anemia pada ibu dapat dideteksi sedini mungkin sehingga
diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan
persalinannya.Hasil analisis hububgan ANC dengan kejadian anemia
didapatkan OR sebesar 1,251 dengan nilai lower 0,574 dan nilai upper
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 8/10
2,729, oleh karena nilai 1 berada diantara batas bawah dan batas atas
maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan ANC
dengan kejadian anemia pada ibu hamil.2. Keluhan selama hamilKehamilan
adalah peristiwa alami yang melibatkan perubahan fisik dan emosional dari
seorang ibu, utamanya pada umur kehamilan 1 – 3 bulan pertamakebanyakan ibu hamil mengalami beberapa keluhan seperti pusing, mual,
kadang – kadang muntah. Keadaan ini akan berlangsung sementara dan
biasanya hilang dengan sendirinya pada kehamilan lebih dari 3 bulan. Dari
hasil analisis hubungan keluhan selama hamil dengan kejadian anemia
didapatkan nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas yaitu nilai
lower 0,673 dan nilai upper 2,725, maka tidak terdapat hubungan antara
faktor keluhan ibu selama hamil dengan kejadian anemia.3. ParietasParietas
adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan
kebutuhan nutrisi.Karena selama hamil zat – zat gizi akan terbagi untuk ibu
dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil analisis didapatkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara parites dengan kejadian anemia
pada ibu hamil, karena nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas
dengan OR sebesar 1,393 dan nilai lower 0,474 dan nilai upper 4,096.4.
Jarak Kelahiran.Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai
terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat
menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih
belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi belum optimal, sudah
harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.Berdasarkan
analisis data diperoleh bahwa reponden paling banyak menderita anemia
pada jarak kehamilan < 2 tahun. Hasil uji memperlihatkan bahwa jarak
kelahiran mempunyai risiko lebih besar terhadap kejadian anemia, karena
nilai 1 berada antara batas bawah dan batas atas dengan OR sebesar 2,343
dengan nilai lower 1,146 dan nilai upper 4,790.5. UmurUmur seorang ibu
berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat
dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan
diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia
< 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat –
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 9/10
zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil analisis didapatkan bahwa
umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian anemia,
dengan OR sebesar 2,801 dengan nilai lawer 1,089 dan nilai upper 7,207.KESIMPULAN DAN SARANA. KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis status
kesehatan ibu hamil di Kecamatan Bantimurung Kab Maros didapatkan
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun berisiko lebih besar
untuk menderita anemia2. ANC ibu hamil kurang dari 4 kali tidak berisiko
untuk menderita anemia3. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun berisiko
lebih besar untuk menderita anemia4. Paritas > 3 orang tidak berisiko
lebih besar untuk menderita anemia5. Adanya keluhan tidak berisiko lebih
besar untuk menderita anemia.
B. SARAN1. Perencanaan kehamilan/persalinan sangat penting
dilaksanakan pada umur 20 sampai 35 tahun, untuk menekan kejadian
anemia pada ibu hamil.2. Program KB sangat diperlukan untuk mengatur
jarak kelahiran sehingga kelahiran berikutnya dapat lebih dari dua tahun.
3. Meskipun secara statistik ANC tidak bermakna, namun tetap sangat
diperlukan adanya kunjungan yang teratur bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya, sebagai upaya deteksi dini kelainan
kehamilan.4. Perlu penelitian lanjutan terhadap variabel lain yang belum
diteliti dalam penelitian ini, misalnya kebiasaan ibu serta faktor sosial
budaya yang lain.DAFTAR RUJUKAN1. McCarthy J and Maine D, 1992. A
Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mortality. Studies in
Family Planning Vol 23 Number 1 January/February 1992, pp. 23-33.
2. Pratomo H dan Wiknjosastro GH, 1995. Pengalaman Puskesmas dalam
Upaya Keselamatan Ibu : Pilot Project di Beberapa Puskesmas. Jurnal
Jaringan Epidemiologi Nasional. Edisi 1 tahun 1995, hal. 1-8.3. Hutabarat H,
1981. Kematian Maternal. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7
No. 1 Januari 1981, hal. 5-35.4. Vijayaraghavan, Bradman GV, Nair KM, Rao
NP 1990. Evaluation Of National Nutritional Anaemia Prophylaxis
Programme. Ind. J. Procd 1990, 57, pp. 182-189.5. Grant J.P, 1992. Situasi
Anak-anak di Dunia 1991. Unicef6a. WHO, 1992. Report of Working Group
on Anemia. WHO Report, pp 17020.6b. ____, 1994. Maternal Health andSafe Motherhood Programme : Research Progress report 1987-1992.
Maternal Health and Safe Motherhood Programme Division of Family Health
5/10/2018 Case Control - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/case-control-55a0c2fbda1f5 10/10
WHO Geneva. _____, 1994. Report of the WHO Informasl Consultation
on Hookworm Infection and Anemia in Girls and Women. Schitosomiasis and
Intestinal Parasites Unit Division of Control of Tropical Disease, Geneva 5-7
December 19947. Chi IC, 1981. Kematian Ibu pada Dua Belas Rumah Sakit
Pendidikan di Indonesia : Sebuah Analisis Epidemiologi. Majalah Obstetridan Ginekologi Indonesia. Vol. 7 No. 4 Oktober 1981, hal. 223-235.
8. Thangaleela T, Vijayalakshmi P, 1994. Prevalence of Anaemia in
Pregnancy. The Indian Journal of Nutrition and Dietetics. Feb 1994. 31(2),
pp. 26-29.9. Soejoenoes A, 1983. Beberapa Hasil Pengamatan Klinik pada
Ibu Hamil dengan Anemia (Satu Studi di Rumah Sakit Pendidikan/rujukan di
Indonesia). Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 2 No. 9 April
1983, hal. 83-89.10. Soeprono R, 1988. Anemia pada Wanita Hamil. Berkala
Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jilid XX
Nomor 4 Desember 1988, hal. 121-135.11. Husaini MA, 1989. Prevalensi
Anemia Gizi. Buletin Gizi 2 (13) 1989, hal. 1-4. Husaini MA dan kawan-
kawan, 1989. Study Nutritional Anemia. An Assessment of Information
Compilation for Supporting and Formulating National Policy and Program.
Kerja sama Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes dengan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Gizi, Depkes. Jakarta 10 Maret 1989.12. Affandi B,
1995. Kesehatan Reproduksi, Hak Reproduksi dan Realita Sosial. Seminar
Hak dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta 1-2 Mei 1995.13. Ristrini, 1991.
Anemia Akibat Kurang Zat Besi, Keadaan, Masalah dan Program
Penanggulangannya. Medika. Tahun 17 No. 1 Januari 1991, hal. 37-42.