Download - Case Dr Roes
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT HUSADA
Hari, Tanggal Presentasi Kasus: Sabtu, 8 November 2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. TAR
Tanggal Lahir : 27 May 2013
Umur : 1 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah Sereal, Jakarta Barat
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2014
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah
Nama lengkap : Tn. B
Umur : 38 tahun
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah
Sereal, Jakarta Barat
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Penghasilan : ± Rp 4.400.000
Ibu
Nama lengkap : Ny. D
Umur : 34 tahun
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah
Sereal, Jakarta Barat
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Penghasilan : ± Rp 3.000.000
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis : Orang tua pasien, pada tanggal 29 Oktober 2014, pukul 11.00
WIB
Keluhan utama : BAB cair sejak 11 jam SMRS
Keluhan tambahan : Demam, batuk
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
5 hari SMRS pasien dirawat di RS Sumber Waras atas keluhan demam, batuk dan
pilek. Pasien pulang 3 hari kemudian tanpa keluhan. 12 jam SMRS pasien mula panas
kembali disertai mencret, muntah, dan batuk jarang-jarang. Pasien di bawa ke klinik dan
diberi obat penurun panas dan puyer namun tiada perbaikan. Pasien mencret 7 kali dalam 12
jam terakhir. Warna kekuningan tanpa ampas. Isinya cuma air, lendir tidak ada, darah tidak
ada. Sewaktu di rumah suhu diukur 39.5oC dan diberi obat penurun panas. Riwayat kejang
disangkal oleh ibu pasien. BAK lancar dan warnanya agak pekat. Pasien masih mau minum
tetapi lebih suka minum air putih berbanding susu. Nafsu makan pasien menurun. Pasien juga
batuk, tidak sering, tiada dahak, tanpa pilek. Pasien disangkal mengalami sesak nafas.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
5 hari SMRS pasien dirawat di RS Sumber Waras dan didiagnosa menderita bronkopneumonia. Sebelumnya, pasien tidak pernah dirawat inap di rumah sakit.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa.
SILSILAH KELUARGA (FAMILY’S TREE)
Ayah Ibu
Pasien adalah anak tunggal dan merupakan anak kandung dari kedua orang tuanya. Ibu pasien
sedang mengandung anak kedua. Usia kehamilan 7 bulan.
DATA KELUARGA
AYAH/WALI IBU/WALI
Umur (thn) 38 tahun 34 tahun
Perkawinan ke 1 1
Kosanguinitas Tidak Ada Tidak ada
Keadaan Kesehatan/ Penyakit bila ada Sehat Sehat
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Kehamilan
Perawatan antenatal : Teratur di dokter sebulan sekali sampai kehamilan 7 bulan, dan
sebulan 2 kali pada kehamilan 7-8 bulan.
Penyakit kehamilan : Preeklampsia berat
Kelahiran
34 tahun38 tahun
1 th 5 bulan
Tempat kelahiran : Rumah Sakit Bersalin
Penolong persalinan : Dokter Sp OG
Cara persalinan : Section Cesarean
Masa gestasi : Kurang bulan (35 minggu)
Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3100 gram
Panjang badan lahir : 47 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Sianosis : ( - )
Ikterik : ( - )
Kejang : ( - )
Kelainan bawaan : Tidak ada
Nilai APGAR : Ibu pasien mengatakan bayinya langsung
menangis, suara nyaring, kulit kemerahan,
dan bergerak aktif. APGAR Score
diperkirakan 8
Kurva Lubchenko
Kesan : Neonatus kurang bulan besar masa kehamilan (NKB-BMK)
Berat Badan Lahir diatas persentil 90
RIWAYAT PERTUMBUHAN
Umur Berat Badan
0 tahun 3100 gram
1 tahun 5 bulan 10,3 kg
Kesan: Riwayat pertumbuhan pasien saat ini, BB pasien sekarang sesuai dengan usianya.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Motor Kasar Bicara
Mengangkat kepala : 2 bulan Mengoceh : 3 bulan
Miring : 3 bulan Ucap 1 kata : 5 bulan
Tengkurap : 4 bulan Menyusun kalimat : 14 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 6 bulan
Berdiri : 10-11 bulan
Berjalan : 13 bulan
Berlari : 15-16 bulan
Motor Halus Adaptif Sosial
Memegang benda : 4 bulan Mengenal orang lain : 3 bulan
Memindah benda : 6 bulan Bermain tepuk tangan : 5 bulan
Kesan: Riwayat perkembangan pasien sesuai dengan usia (Skala Denver II)
RIWAYAT IMUNISASI
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan
Imunisasi Waktu Pemberian
Bulan Booster (tahun)
0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 5 6 12
BCG I
DTP I II III
Polio I II III IV
Hepatitis B I II III
Campak I
Non-PPI / Dianjurkan :
Vaksin Usia
Hepatitis A - - - -
HiB - - - -
Typhim - - - -
MMR - - - -
Varicela - - - -
Pneumokokus - - - -
Kesan: Riwayat Imunisasi dasar lengkap, belum melakukan booster.
Imunisasi non-PPI tidak dilakukan.
Riwayat Makanan
Usia (bulan) ASI / PASI Buah / BiskuitBubur Susu Nasi Tim
0 – 6 ASI ad libitum on demand
6 – 8
ASI ad libitum
PASI (SGM) 4x80cc Milna (1x) 1x Nasi tim saring
mangkok kecil 1x
8 – 10
ASI ad libitum
PASI (SGM) 6x80ccBuah (1x) , Milna
(1x) 2x
Nasi tim saring cincangan
wortel/hati/ikan/daging mangkok kecil 2x
10 – 12 ASI ad libitum
PASI (SGM) 6x100cc
Buah (1x) , Milna (1x)
1 x Nasi tim saring cincangan
wortel/hati/ikan/daging mangkok sedang
2x
12 - sekarang PASI (SGM) 6x100cc Buah (2x) -
Nasi tim kasar cincangan
wortel/hati/ikan/daging mangkok sedang
2x
Dilatih makan menu keluarga
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup baik.
DATA PERUMAHAN
Kepemilikan Rumah : Milik orang tua pasien
Keadaan Rumah : 1 rumah ditinggali 3 orang (ayah, ibu, dan pasien), terdiri diri 2
kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu yang
juga berfungsi sebagai ruang keluarga.
Ventilasi : Terdapat jendela di masing-masing kamar, 1 jendela di ruang
tamu sehingga sinar matahari dapat masuk ke rumah, 2 jendela
di dapur. Terdapat lubang udara di atas tiap pintu sebagi tempat
pertukaran udara.
Cahaya : Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar. Terdapat
lampu dengan sinar putih di setiap ruangan (kamar tidur, kamar
mandi, ruang tamu, dapur).
Keadaan Lingkungan : Sanitasi lingkungan cukup baik, selokan depan rumah lancar,
rumah berdempetan dengan rumah tetangga.
Kesan : Kondisi rumah, ventilasi, pencahayaan, dan kondisi lingkungan rumah cukup baik.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 29 Oktober 2014 Jam : 11.00 WIB
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, gelisah, rewel.
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Frekuensi nadi : 132 x/menit
Frekuensi napas : 30 x/menit
Suhu : 37,8oC
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Data Antropometri
- Berat badan : 10,3 kg (berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan
Berat badan terletak di antara persentil 10 dan 25)
- Panjang badan : 80 cm (berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan
panjang badan terletak di antara persentil 25 dan 50)
Kurva berat badan menurut tinggi badan umur 0-5 tahun, laki-laki maupun perempuan.
Kesan : status gizi baik
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala : Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun belum menutup dan agak cekung.
Mata : Bentuk simetris, palpebra superior tidak tampak cekung, palpebra inferior
tampak cekung. Kedudukan kedua bola mata dan alis mata simetris,
konjungtiva agak anemis +/+, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih,
pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+, air mata
+/+.
Telinga : Bentuk normotia, MAE kiri dan kanan lapang, kedua membran timpani utuh,
hiperemis -/-, bulging -/-, reflex cahaya +/+, serumen -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-.
Bibir : Mukosa bibir agak pucat dan sedikit kering, sianosis (-).
Mulut : Bentuk normal, mukosa pipi tidak pucat dan tidak kotor
Lidah : Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor
Tonsil : T1-T1
Faring : hiperemis (+), uvula di tengah
Leher : Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar.
Toraks :
Paru :
Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, tidak ada retraksi
sela iga.
Palpasi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris.
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi : Rhonki (+/+), wheezing (-/-).
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di sela iga ke V garis midclavicula sinistra.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi :Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik usus.
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Genitalia eksterna : Laki-laki, sirkumsisi belum, anus lesi (-).
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), deformitas (-), sianosis (-) perfusi
perifer baik, nadi penuh.
Kulit : Sawo matang, sianosis (-), pucat (+), turgor kulit agak
menurun.
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium tanggal 28 Oktober 2014.
Darah rutin Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Laju Endap Darah 5 mm/jam 0 - 10
Hemoglobin 10.7 g/dL 10.7 - 14.7
Hematokrit 30 % 31 – 43
Jumlah Leukosit 8.2 10^3/µL 5.5 – 15.5
jumlahTrombosit 187 ribu/µL 150 – 450
MCV 73 fL 73 – 101
MCH 25 pg/mL 23 - 31
MCHC 34 g/dL 26 – 34
HITUNG JENIS
Basofil 0 % 0 – 1
Eosinofil
Neutrofil Batang
3
1
%
%
1 - 5
0 - 8
Neutrofil Segmen 68 % 25 – 60
Limfosit 25 % 25 – 50
Monosit 3 % 1 – 6
Eritrosit 4.06 juta/µL 3.60 – 5.20
Retikulosit 0.77 % 0.5 – 2.0
Analisa feses tanggal 29 Oktober 2014 jam 16.26
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Analisa feses
Makroskopik
Warna
Konsistensi
Pus
Lendir
Darah
Mikroskopik
Leukosit
Eritrosit
E.coli
E.hystolytica
Telur cacing Ascaris
Telur cacing Ankylostoma
Telur cacing Oxyuris
Telur cacing Trichiuris
Sisa pencernaan
Serat otot
Serat tumbuhan
Amilum
Lemak
Kuning muda
Seperti bubur
Negatif
Negatif
Negatif
12
0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
-
-
-
-
-
/lpb
/lpb
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Negatif
Negatif
Negatif
0-1
0-1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
V. RESUME
Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun 5 bulan, dengan keluhan bab mencret kurang
lebih 7 kali 12 jam SMRS. Mencret disertai demam dan batuk jarang-jarang. Warna bab
kekuningan tanpa ampas. Isinya cuma air, lendir tidak ada, darah tidak ada. 5 hari SMRS
pasien dirawat di RS Sumber Waras dan didiagnosa bronkopneumonia.
Riwayat kehamilan dan persalinan: Neonatus kurang bulan – besar masa kehamilan
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Sesuai dengan usia
Riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap
Riwayat makan: Kualitas dan kuantitas cukup baik
Data antropometri: Kesan status gizi baik
Tanda-tanda vital :
Frekuensi nadi : 132 x/menit
Frekuensi napas : 30 x/menit
Suhu : 37,8oC
Tekanan darah : 100/70 mmHg
PF :
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, anak gelisah, rewel, suhu 37,8oC.
Ubun-ubun dan palpebral inferior agak cekung
Konjungtiva agak anemis. Air mata (+)
Turgor kulit menurun
Mukosa bibir tampak pucat dan sedikit kering
Faring hiperemis
Ronkhi (+/+)
Bising usus meningkat
VI. DIAGNOSIS KERJA
Gastroenteritis akut et causa infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang
VII. DIAGNOSIS BANDING
- Bronkopneumonia
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN
- cek elektrolit
- foto rontgen thoraks
IX. PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa
- Tirah baring
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Kompres bila perlu
Medika mentosa
- IVFD Kaen 3B 135mL/kgBB/hari (1107 mL/hari), nilai status hidrasi, balans
cairan, dan urin output (0,5-1mL/kgBB/jam).
- Inj. Ceftriaxon 1 x 500 mg
- Amikasin IV 1 x 125 mg
- Farmadol 4 x 125 mg
- Orezinc syr 1x1cth selama 10-14 hari
- Probiotik (Lacto B) 2 x 1 sachet
- Oralit ad libitum
- Diit lunak
Edukasi
- Kebersihan diri dan lingkungan sekitar dijaga. Sering membersihkan tangan anak
dengan tissue basah ataupun cuci tangan, bersihkan pula mainannya sebelum
digunakan.
- Tempat botol susu maupun tempat makan dijaga kebersihannya dan menggunakan
air matang.
- Makan makanan yang bergizi, bersih, dan matang
- Setelah mengganti popok jangan lupa mencuci tangan sebelum memegang anak.
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam.
Ad functionam : dubia ad bonam.
Ad sanationam : dubia ad bonam.
FOLLOW UP
29 Oktober 2014
S Pasien BAB cair 5 kali, warna kuning, ampas (-), darah (-), lendir (-), muntah (-),
demam(+), batuk (+), BAK (+) nafsu makan/minum berkurang
O KU : tampak sakit sedang, irritable
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 110 x/menit.
Frekuensi napas : 28 x/menit.
Suhu : 38,0oC.
Pemeriksaan fisik:
Ubun-ubun cekung (+), mata cekung (+), bibir pucat (-), turgor kulit membaik.
Harsh breath sound
A - Gastroenteritis akut dalam perbaikan
P - Terapi dilanjutkan, observasi input dan output cairan
- Ventolin Nebules 5 mg
- Oksigen 3 L/menit
30 Oktober 2014
S BAB 3 kali, ampas (+) warna kuning, darah (-), lender (-), mual (-), demam(-), BAK
(+), panas sudah turun. Kurang mau minum susu.
O KU : tampak sakit ringan, bayi tampak aktif
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 102 x/menit.
Frekuensi napas : 28 x/menit.
Suhu : 37,4oC.
Ubun-ubun cekung (-), mata cekung (-), bibir pucat (-), turgor kulit membaik.
A - Gastroenteritis akut dalam perbaikan.
P - Terapi dilanjutkan
- Ventolin Nebules 5 mg stop
31 Oktober 2014
S BAB 1 kali, ampas (+) semakin banyak. warna kuning, darah (-), lender (-),
demam(-), BAK (+). Makan/minum mau. Ibu pasien minta pulang.
O KU : tampak sakit ringan, bayi tampak aktif
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 110 x/menit.
Frekuensi napas : 28 x/menit.
Suhu : 37,1oC.
Ubun-ubun cekung (-), mata cekung (-), bibir pucat (-), turgor kulit membaik.
A - Gastroenteritis akut dalam perbaikan.
P - Pasien pulang hari ini
- Control selasa siang
- Resep obat pulang:
- Bactricid 240mg/ml 2x5ml untuk 5 hari
- Lacto B dan orezinc dilanjutkan untuk 10 hari
TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak yang
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di Negara berkembang. Diperkirakan episode
diare di Indonesia masih berkisar sekitar 60 juta dengan kematiannya sebanyak 200.000 – 250.000.
Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinjanya. Di Negara berkembang prevalensi yang tinggi dari penyakit diare
merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kurang kalori protein yang menyebabkan
turunnya daya tahan badan.
Hasil survey SKRT ( Survei Kesehatan Rumah tangga ) tahun 1986 angka kematian karena
diare merupakan 12% di antara seluruh angka kematian kasar yang besarnya 7 / 1000 penduduk.
Angka ini merupakan angka tertinggi di antara semua penyebab kematian.
Dari hasil morbiditas oleh DepKes di 8 propinsi pada tahun 1989, 1990 dan 1995 berturut –
turut morbiditas diare menunjukan 78,5%, 103% dan 100%, apalagi dengan terjadinya krisis
ekonomi, angka kejadian diare menunjukkan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun
penyakit yang terkait dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA juga menunjukkan kenaikan yang
nyata.
Diare merupakan penyebab penting kekurangan gizi . Hal ini disebabkan karena adanya
anoreksia pada penderita diare sehingga ia makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan
menyerap sari makanan juga berkurang padahal kebutuhan sari makanan meningkat akibat adanya
infeksi. Setiap episode diare menyebabkan kekurangan gizi , sehingga bila berkepanjangan akan
berdampak terhadap pertumbuhan. Namun pada saat ini sudah tersedia cara pengobatan yang
mudah dan efektif yang dapat menurunkan secara bermakna jumlah kematian karena diare sehingga
penderita tidak perlu dirawat di RS serta mencegah efek buruk diare pada status gizi anak.
BAB II
I S I
BATASAN
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan , bertambahnya cairan atau
bertambah banyaknnya tinja yang dikeluarkan dan tidak lebih dari 1 minggu. Apabila diare
berlansung antara 1 sampai 2 minggu maka dikatakan sebagai diare yang berkepanjangan.
Diare dikatakan sebagai keluar tinja berbentuk cair sebanyak 3x atau lebih dalam 24 jam
pertama dengan temperature rectal > 38° C, kolik dan muntah. Menurut Cohen MB ( 1996 ) diare
akut didefinisikan sebagai keluarnya BAB sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam 1 hari dan
berlangsung < 14 hari. Shahid NS mengemukakan bahwa diare sebagi episode keluarnya tinja cair
sebanyak 3x atau lebih dari sekali keluarnya tinja cair yang berlendir atau berdarah dalam sehari
EPIDEMIOLOGI
Di Negara berkembang, diare akut maupun kronik masih tetap merupakan masalah
kesehatan utama. Penelitian WHO mendapatkan bahwa episode diare pada bayi dan balita berkisar
antara 2 – 8x / tahun. Sebagian besar diare berlangsung antara 2 – 5 hari, namun sekitar 3 – 20%
berlangsung > 5 hari, bahkan dapat > 2 minggu dan menjadi diare kronik.
Misnadiarly menyebutkan bahwa diare dapat terjadi pada anak-anak, dewasa turis atau
wisatawan asing maupun domestic. Diare pada turis dan anak sekolah tentunya sangat erat
kaitannya dengan pencemaran air dan makanan di restoran, kantin maupun makanan yang dijajakan
di jalanan.
Di Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000 – 250.000 setahun, 20% diantaranya
disebabkan oleh diare kronik. Selain menyebabkan kesakitan dan kematian, diare akut dan kronik
juga merupakan penyebab utama malnutrisi dan penghuni terbanyak rawat mondok di RS.
Berbagai factor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya karena factor lingkungan, usia,
gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan social ekonomi dan perilaku masyarakat.
Berdasarkan cara penyebaran kuman. Cara penularan umumnya adalah orofecal :
1. makanan dan minuman yang terkontaminasi enteropatogen
2. kontak langsung dengan penderita atau barang-barang yang tercemar tinja penderita
melalui lalat ( 4F=Food, Feces, Finger, Fly )
Berdasarkan faktor resiko . Faktor resiko yang menaikkan transmisi enteropatogen adalah:
1. tidak tersedia air bersih
2. tercemarnya air oleh tinja
3. kurangnya sarana MCK
4. higiene perorangan dan lingkungan yang buruk
5. penyimpanan makanan yang tidak gigienis
6. cara penyapihan bayi yang tidak baik
Berdasarkan faktor pejamu . Beberapa faktor resiko pada pejamu yang menaikkan kerentanan
terhadap enteropatogen antara lain : malnutrisi, BBLR, imunodefisiensi atau imunodepresi serta
faktor genetik.
Berdasarkan umur . Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi pada golongan umur 6 – 11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping.
Berdasarkan pengaruh iklim . Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh Rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun, frekuensinya menaik pada musim kemarau ( Juli – Agustus ), sedangkan puncak
diare karena bakteri ada pada musim hujan ( Januari – Februari )
Berdasarkan epidemi dan pandemi . Vibro cholerae 0,1 dan Shigella dysentriae tipe 1 merupakan 2
jenis enteropatogen yang dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.
ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral = infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, meliputi :
- Infeksi bakteri : Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter
jejuni, Clostridium Sp, E-coli, Salmonella spp, Shigella spp, Staphylococcus
aureus, Vibria cholera, Yersinia enterocolitica, dsb.
- Infeksi virus : Adenovirus, Rotavirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus,
Coronavirus, Enterovirus ( virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelities ), dll.
- Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis ), Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia
Lamblia, Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida albicans ), dll.
b) Infeksi parenteral = infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti OMA,
tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2. Faktor malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat : yang terpenting dan tersering untuk intoleransi laktosa
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan patofisiologinya maka penyebab diare dibagi menjadi :
1. Diare sekretorik, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen dan a
pathogen,hiperperistaltik usus, gangguan psikis, hawa dingin, alergi dan imunodefisiensi
SIgA.
Mekanisme : sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus meningkat akibat rangsangan
oleh toksin pada mikosa usus atau dinding usus.
2. Diare osmotic, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein
( KKP ) atau bagi BBLR dan bayi baru lahir.
Mekanisme : makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus yang merangsang usus untuk mengeluarkannya . Jika
berupa larutan isotonic, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat
tanpa diabsorpsi.
Mekanisme Patogenesis berdasarkan penyebab
Virus
Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus ( 30-40% ). Virus masuk ke dalam traktus digestivus
bersama makanan dan minuman kemudian berkembang biak dalam usus. Lalu virus masuk dalam
epitel vili usus halus dan menyebabkan kerusakan apical vili usus halus dan pemendekan vili . Sel
epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang yang
berbentuk kuboid atau gepeng, sehingga tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan
dengan baik. Akibatnya terjadi diare osmotic karena usus mensekresi air dan elektrolit. Biasanya
diare karena virus tidak berlangsung lama dan dapat sembuh tanpa pengobatan . Penyembuhan
terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.
Bakteri
Bakteri penyebab diare dibagi menjadi bakteri non infasif ( Vibrio cholerae, E-coli pathogen ) dan
bakteri infasif ( Salmonella spp, Shigella spp, EIEC,EHEC, Campylobacter spp ).
Bakteri masuk kedalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak dan mengeluarkan toksin
yang merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktifitas enzim adenil siklase ( Labile toxin
= LT ) atau enzim guanil siklasel ( Stable toxin = ST ). Akibatnya terjadi peningkatan AMP atau GMP
yang merangsang sekresi Cl, Na dan H20 dari dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorpsi
Na, Cl dan H20 dari lumen usus ke dalam sel , sehingga terjadi hiperistaltik akibat hiperosmoler.
Protozoa
Giandia lamblia dan chryptosporidium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan
pemendekan vili.
Entamoeba histolitica menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses
dan ulkus.
JENIS – JENIS DIARE
DIARE AKUT
Definisi = diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat dengan frekuensi 3x / lebih per hari disertai perubahan
tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Penyebab terpenting diare cair akut
di Negara berkembang adalah : rotavirus, ETEC ( Enterotoxigenic E-coli ), Shigella,
Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium. Di beberapa tempat Vibrio cholerae 01,
Salmonella dan EPEC ( enteropatogenik E-coli ) juga merupakan penyebab penting.
Akibat-akibat diare cair akut
- Dehidrasi isotonic : - kehilangan air & Na dalam proporsi sama dengan
keadaan normal dalam cairan ekstraseluler
- konsentrasi Na serum normal (130-150 mmol/L)
- osmolaritas serum normal (275-295 mOsmol/L)
- hypovolemia
- gambaran klinik : extremitas dingin & berkeringat
kesadaran menurun, shock hipovolemik
- Dehidrasi hipertonik: - kekurangan air & Na tetapi proporsi
( hipernatremik ) kekurangan air lebih banyak
- konsentrasi Na serum meningkat (>150 m
Osmol/L)
- osmolaritas serum meningkat (>295 m
Osmol/L)
- gambaran klinik: anak sangat irritable
- Dehidrasi hipotonik: - kekurangan Na secara relatif lebih banyak
- konsentrasi Na serum rendah (<130 mmol/L)
- osmolaritas serum rendah (275 mOsmol/L)
- gambaran klinik: anak letargi, kadang-kadang
kejang.
- Asidosis metabolic: - konsentrasi bikarbonat serum berkurang
( <10 mmol/L )
- pH arteri menurun
- nafas cepat & dalam ( pernafasan kussmaul )
- muntah
- Hipokalemia : - kelemahan otot
- aritmia jantung
- illeus paralitik
- Hipoglikemi: - apatis
- tremor
- berkeringat dan pucat
- kejang sampai koma
- Gangguan gizi
- Gangguan sirkulasi berupa shock hipovolemik.
Penilaian derajat dehidrasi dan tata laksana diare akut
Derajat
Dehidrasi;
% defisit
Keadaan
umum
Rasa
haus
Kelopak/
Air mata
Mulut Kulit Urin Rehidrasi Penggantian
cairan
Tanpa
Dehidrasi
<5%BB
Baik,
Kompos
mentis
Minum
normal
Normal Basah Normal Normal 10mg/kg/
setiap diare
2-5 ml/kg
setiap
muntah
Ringan
Sedang
(5-10%BB)
Rewel,
gelisah
Minum
Seperti
kehausan
Cekung,
Produksi
kurang
Kering Pucat,
Capillary
Refill<2
detik
Berkurang CRO
75ml/kg/
3 jam
Idem
Berat
(>10%BB)
Letargi,
Lemah,
Kesadaran
menurun,
Nadi&nafas
cepat
Malas
minum/
Tidak
dapat
minum
Sangat
cekung,
Tidak ada
Sangat
kering
Pucat,
Capillary
Refill<2
detik
Tidak
ada
Cairan
Intra vena,
<12 bulan:
30ml/kg/1
jam
70ml/kg/5
jam
>12 bulan:
30ml/kg/½-1
jam
70ml/kg/2½-
3 jam
idem
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan darah
c. Duodenal intubation
Pengobatan
a. Pengobatan kausal
Pada penderita diare, antibiotika hanya boleh diberikan bila:
- Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikroskopik / biakan
- Pada pemeriksaan makroskopik ditemukan darah pada tinja
b. Pengobatan simtomatik
- Anti spasmodik atau opium ( papaverin,loperamid,dsb) memperburuk keadaan
- Adsorbents ( kaolin,pectin) tidak ada manfaatnya
- Antiemetik seperti chlorpromazine (largactil ) mencegah muntah dan mengurangi
sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Dosis adekuat ( 1 mg/kg BB/hari ) cukup
bermanfaat
- Antipiretik seperti salisilat ( asetosal, aspirin ) dalam dosis rendah ( 25 mg/tahun/x )
selain menurunkan panas juga mengurangi sekresi cairan.
c. Pengobatan cairan
Ada 2 jenis cairan :
Cairan rehidrasi oral ( CRO ) : oralit, larutan gula garam ( LGG ), air tajin, dll.
Cairan rehidrasi parenteral ( CRP ) : cairan Ringer Laktat
Pada diare dengan penyakit penyerta ( KKP, jantung, ginjal ), cairan yang dianjurkan
adalah Half Strength Darrow Glukose
Pencegahan
1. Pemberian ASI eksklusif 4-6 bulan
2. Sterilisasi botol susu
3. Air bersih & matang untuk minum
4. Mencuci tangan sebelum memberi makan
5. Membung tinja di jamban
6. Imunisasi campak
7. Pemberian makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik
DIARE KRONIK
Definisi :
Episod diare yang mula-mula bersifat akut namun karena sesuatu sebab melanjut 14 hari
atau lebih.
Faktor resiko Faktor penyebab tersering
- umur < 18 bulan - intoleransi laktosa
- tidak mendapat ASI - alergi terhadap protein susu sapi
- lahir premature - sindrom malabsorpsi
- malnutrisi - bakteri tumbuh lampau
- diare karena antibiotic
- infeksi persisten
Klasifikasi
a. Tinja berair ( watery stools )
- Gastroenteropati alergi ( CMPA / CMPSE )
- Defisiensi disakarida dan malabsorpsi glukosa
- Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit
b. Tinja berlemak ( fatty stools )
- MEP, BBLR
- Short bowel syndrome
c. Tinja berdarah ( bloody stools )
- Salmonella, Shigella, Disentri amoeba
- Diare sehubungan dengan lesi anal
Manifestasi klinis
- Bila diare hebat dapat terlihat dehidrasi ringan sampai berat, asidosis dan gangguan
elektrolit seperti lemah, kembung, muntah.
- Status gizi anak biasanya kurang atau buruk
Pemeriksaan fisik
Perhatian khusus perlu diberikan pada keadaan umum pasien, status hidrasi,kehilangan
berat badan,pemeriksaan abdomen,ekskoriasi pantat,finger cubbing,edema perifer dan
manifestasi kulit.
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan tinja
- Pemeriksan darah
- Foto rontgen abdomen
Penatalaksaan
- Atasi dehidrasi, kelainan asam basa & gangguan elektrolit
- Berikan diet sesuai dengan usia & status gizi pasien
- Terapi sesuai dengan penyebabnya
Pencegahan
- Galakkan penggunaan ASI
- Terapi nutrisi yang adekuat pada tiap anak dengan diare akut untuk mencegah
terjadinya gangguan gizi untuk memutus lingkaran setan diare – malnutrisi – diare.
BAB III
DIARE PADA MALNUTRISI KRONIK
Hubungan timbal balik antar diare dan Malnutrisi Energi Protein ( MEP ) telah lama dikenal.
Disatu pihak, diare dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi dan di lain pihak malnutrisi dapat
menyebabkan diare.
Berikut ini akan dibahas perubahan morfologis dan fsiologis pada MEP sebagai penyebab diare.
PENYEBAB DIARE PADA MEP
Patogenesis diare pada MEP adalah kompleks & saling berkaitan.
1. infeksi mukosa usus oleh Salmonella, Shigella, E-coli, E-histolytica dan Giardia
lamblia
2. intoleransi laktosa dan disakarida
3. bakteri tumbuh lampau pada usus halus
4. atrofi intestinal
5. atrofi pankreas
6. malnutrisi epitel usus dan kolon
AKHLORHIDRIA
Pada MEP terdapat gangguan sekresi HCL sebagai akibat atrofi mukosa lambung. Gangguan sekresi
asam bersama dengan peubahan sistem imunitas dan tingginya paparan terhadap kuman pathogen
menyebabkan tingginya angka kejadian infeksi usus pada MEP.
ATROFI PANKREAS
Secara mikroskopis terdapat perubahan berupa atrofi sel asinar, kandungan granul zymogen
berkurang.Vakuolisasi dan metaplasia epitel, dilatasi duktus pnkreatikus. Perubahan morfologis
tersebut menyebabkan sekresi enzim seperti tripsin, kimotripsin, amylase dan lipase menurun
sehingga terjadi mal digesti makanan.
ATROFI MUKOSA USUS HALUS
Pada biopsy usus, tampak atrofi vili dan menurunkan indeks mitosis. Terdapat infiltrasi limfosit dan
sel plasma pada mukosa dan sub mukosa.
INTOLERANSI LAKTOSA
Sebagian besar anak dengan MEP menunjukkan defisiensi lactase, namun dapat pula terjadi
defisiensi sucrose dan maltase.
Patogenesis terjadinya defisiensi disakandase :
a) produksi berkurang akibat defisiensi protein
b) kerusakan mukosa usus halus
ABSORPSI LEMAK
Malabsorpsi lemak pada MEP disebabkan oleh :
1)berkurangnya sekresi lipase pankreas → mengganggu proses digesti infraluminal.
2)infestasi Giardia lamblia mencegah absorpsi lemak
3)atrofi mukosa usus halus → mengurangi luas permukaan absorpsi
4)menurunkan kadar asam empedu terkonyugasi
ABSORPSI PROTEIN
Pelepasan asam amino terganggu akibat berkurangnya aktifitas oligo peptidase pada membrane
mukosa usus.
KOLON
Terdapat gangguan fungsi berupa menurunnya kapasitas reabsorpsi air dan elektrolit akibat adanya
atrofi mukosa kolon dengan infiltrsi sel plasma.
MALNUTRISI LOKAL EPITEL GIT
Kurangnya bahan makanan dalam lumen menyebabkan malnutrisis epitel usus halus dan kolon
sehingga tidak dapat melakukan absorpsi nutrient.
BAKTERI TUMBUH LAMPAU
Kelainan pada mekanisme pertahanan tubuh yang terjadi pada MEP merupakan predisposisi
terjadinya Contaminated Small Bowel Syndrome ( CSBS ). Menurunkan produksi asam lambung pd
MEP, menyebabkan meningkatnya jumlah bakteri dan jamur dalam lambung dan duodenum.
ASAM EMPEDU
Sebagian besar asam empedu yang diperlukan dalam lumen usus halus berada dalam bentuk tidak
terkonjugasi yang mempunyai efek merusak epitel mukosa usus halus dan menghambat absorpsi air
dan elektrolit oleh epitel kolon.
BAB IV
PENILAIAN STATUS GIZI
Penilaian gizi harus dilakukan pada setiap anak diare untuk mengindentifikasi anak yang
mempunyai masalah gizi dan mendapatkan keterangan penting dalam membuat anjuran diet.
Tujuannya meliputi (1) menentukan apakah pola makan yang biasa diberikan tepat untuk anak
tersebut berdasarkan umurnya, (2) mendeteksi gizi buruk bila ada. Keadaan ini dapat berupa
marasmus, kwashiorkor atau keduanya ( marasmik – kwashiorkor ).
Malnutrisi Energi Protein ( MEP , Gizi buruk )
A. Marasmus
Kebutuhan energi tidak terpenuhi pada masukan yang kurang, karena itu digunakan
cadangan protein sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori
tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi tetapi juga memungkinkan sintesis
glukosa dan berbagai asam amino. Masukan kalori yang kurang dapat terjadi akibat
kesalahan pemberian makan, penyakit metabolic, kelainan congenital, infeksi kronik.
Gejala klinis :
Tampak sangat kurus kering hingga tulang terbungkus kulit
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
Wajah seperti orang tua
Perut dapat membuncit atau mencekung
Metabolisme basal menurun sehingga akral dingin dan tampak sianosis
Sering disertai penyakit kronik, diare kronik
B. Kwashiorkor
Bayi dan anak dalam masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak
dibandingkan orang dewasa. Pada anak bila keseimbangan nitrogen yang positif tidak
terpenuhi maka setelah beberapa saat akan menderita malnutrisi protein yang
berlanjut dengan kwashiorkor. Keseimbangan nitrogen yang negative disebabkan oleh
diare kronik, malabsorpsi protein. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino esensial yang diperlukan untuk sintesis dan
metabolisme. Makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan
hati terjadi karena transfer lemak dari hati ke depot terganggu.
Gejala klinis
Edema, umumnya seluruh tubuh terutama pada kaki
Wajah membulat dan sembab
Apatis, cengeng dan rewel
Pandangan mata sayu
Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit
Pembesaran hati
Kelainan kulit tahap awal berupa kulit kering dan bersisik, tahap lanjut berupa
bercak merah muda meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas ( Crazy pavement dermatosis )
Sering disertai infeksi, anemia, diare
PENGOBATAN
Dalam aplikasinya penanganan MEP berat pada tahap awal adalah mengatasi
kelainan akut seperti diare, bronkopneumonia atau penyakit infeksi lainnya, gangguan
elektrolit dan keseimbangan asam basa.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis, pedoman pemberian cairan parentral adalah
sebagai berikut :
1) Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau marasmik-
kwashiorkor, 250 ml/kgBB/hari untuk marasmus
2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan
menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia
3) Cara pemberian adalah sebanyak 60 ml/kgBB diberikan dalam 4 – 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam waktu 16 – 20 jam berikutnya.
Terapi nutrisi
- Makanan tinggi kalori tinggi protein ( TKTP ) dengan kandungan protein yang
dianjurkan adalah 3 – 5 gr/kgBB dan jumlah kalori 150 – 200 kkal/kgBB/hari
- Penambahan vitamin dan mineral khususnya vit A, B komplek dan vit C, asam
folat, mineral, kalium,magnesium dan besi
Terapi dietetik
1. Tahap Penyesuaian
BB kurang dari 7 kg
- jenis makanan adalah makanan bayi
- pada awal perawatan makanan utamanya adalah susu yang diencerkan
atau susu rendah laktosa
- untuk tambahan kalori diberikan glukosa 2-5% dan tepung 2%
- secara berangsur dapat diberikan buah + biskuit, makanan lunak dan
lembek
BB lebih dari 7 kg
- jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur > 1 tahun
- dimulai dengan pemberian kalori 50 kkal/kgBB, protein 1 gr/kgBB, cairan
200 ml/kgBB/hari
- bentuk makanan yang diberikan dimulai dengan makanan cair / susu
yang diencerkan kemudian secara bertahap dikentalkan
- sebagai tambahan kalori diberikan glukosa 5%
- pada tahap awal makanan cair diberikan lebih sering dengan porsi lebih
kecil
- setelah toleransi anak terhadap makanan membaik, dapat dimulai
dengan makanan lunak disusul dengan makanan biasa
2. Tahap Penyembuhan
Bila keadaan umum anak, toleransi terhadap makanan dan nafsu makan
membaik, pemberian makanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1 – 2
hari hingga tercapai konsumsi kalori sebanyak 150 – 200 kkal/kgBB dan protein 3
- 5 gr/kgBB/hari
3. Tahap Lanjutan
Setelah tercapai penyembuhan, pemberian makanan dikembalikan dari jenis
makanan TKTP ke makanan dengan kebutuhan nutrient yang baku.
C. Marasmik – kwashiorkor
Kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan
kwashiorkor dengan gagal tumbuh kembang sebagai gejala klinis umum.
Gambaran klinik :
- Edema yang tidak mencolok - hipotrofi otot
- Dermatosis - jaringan lemak subkutan
berkurang
- Perubahan rambut - kerdil
- Hepatomegali - anemia
- Perubahan mental - defisiensi vitamin
PENATALAKSANAAN
1) Terapi nutrisi
- Pemberian makanan TKTP
- Energi 150 kkal/kgBB/hari dan protein 3-5 gr/kgBB/hari ( keduanya diberikan
secara bertahap )
- Sebagai tambahan berikan KCl 75.100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis,
M9SO4 50% 0,25 ml/kgBB/hari IM dan roboransia
- BIla ditemukan tanda defisiensi vitamin A berikan dosis teraupetik 50.000
SI/kgBB dengan maksimal 400.000 SI
- Senyawa besi atau asam folat bila dijumpai anemia defisiensi besi atau
megaloblastik
2) Atasi penyakit penyerta seperti ISPA, Bronkopneumonia, Tuberkulosis, OMA, ISK
atau diare
3) Penyuluhan gizi
Scoring System menurut Mc Laren 1967
Gejala klinik Skor
Edema 3
Dermatosis 2
Edema + dermatosis 6
Hair chance 1
Hepatomegali 1
Serumalbumin/total protein
<1,00 / <3,25 7
1,00 – 1,49 / 3,23 – 3,99 6
1,5 – 1,99 / 4 – 4,74 5
4,75 – 2,49 / 4,75- 5,49 4
2,50 – 2,99/ 5,50 – 6,24 3
3 – 3,49/ 6,25 – 6,99 2
3,50 – 3,99 / 7,00 – 7,74 1
> 4,00 / 7,75 0
Penilaian : Skor 0 – 3 : Marasmus
Skor 4 – 8 : Marasmik – kwashiorkor
Skor 9 – 15 : Kwashiorkor
Klasifikasi KEP menurut the Welcome Trust Party, 1970
Derajat malnutrition BB % terhadap BB/u
Edema ( - )
Edema ( + )
80 – 60 %
Undernutrition
Kwashiorkor
< 60%
Marasmus
Marasmik - kwashiorkor
Pemberian makanan selama diare pada MEP
Seperti diketahui MEP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi
makanan dan infeksi alat pencernaan, sebaliknya diare menyebabkan bartambah beratnya
derajat MEP penderita.
Diare yang terjadi pada penderita MEP bersifat lebih lama, lebih berat dan lebih
sering. Tidak dibenarkan memantang makanan selama diare dan keadaan anoreksia dapat
diperbaiki dengan formula oralt lengkap.
UMUR Jumlah oralit yang diberikan tiap b.a.b
< 1 tahun
1 – 4 tahun
> 5 tahun
dewasa
50 – 100 ml ( ½ gelas )
100 – 200 ml ( 1 gelas )
300 – 400 ml ( 2 gelas )
400 – 600 ml ( 3 gelas )
Makanan yang diberikan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral, vitamin dan tidak
menimbulkan diare kembali atau malabsorpsi, harus bersih dan terjangkau. Bahan – bahan makanan
yang dapat deberi antara lain : ASI, susu formula khusus, buah – buahan, biji – bijian, kacang –
kacangan, sayuran.
Pada MEP, pemberian rehidrasi oral yang mengandung kadar Na tinggi ( 90 mEq/l)
menyebabkan beratnya edema, sebaliknya keadaan K yang rendah ( 20 mEq/l) memperberat
hipokalemi dan dapat berakibat buruk pada jantung ( bradikardi )
Secara teoritis makanan yang mengandung kalori tinggi, susu rendah laktosa dan minuman
atau cairan rehidrasi oral yang mengandung rendah natrium dan tinggi kalium akan memberi hasil
yang lebih baik.
BAB V
KESIMPULAN
1. Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit pada bayi dan anak yang
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di Negara berkembang
2. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit melalui tinja
3. Di Negara berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan kalori dan protein yang
menyebabkan turunnya daya tahan
4. Diare merupakan penyebab penting kekurangan gizi sehingga bila berkepanjangan
berdampak terhadap pertumbuhan
5. Diare dapat disebabkan oleh karena factor infeksi ( bakteri, virus, parasit ), factor
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab – sebab lain
6. Menurut waktunya diare dapat dibagi menjadi diare akut dan diare kronik
7. Penatalaksanaan diare akut disesuaikan menurut derajat dehidrasi, pada diare
kronik atasi dehidrasi dan terapi sesuai dengan penyebabnya
8. Diare sangat berkaitan dengan MEP karena mempunyai hubungan timbal balik, yaitu
MEP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat
pencernaan. Sebaliknya diare menyebabkan bertambah beratnya derajat MEP
9. Pemberian makanan yang mengandung kalori tinggi, susu rendah laktosa dan
minuman / cairan rehidrasi oral yang mengandung rendah natrium dan tinggi kalium
memberikan hasil yang baik untuk penatalaksanaan diare pada MEP.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehata Anak Fakultas Kedokteran UI, Buku kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, cetaka ke – 10 volume 1, Percetakan Infomedika, Jakarta, 2002
2. AH. Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 1991
3. Suharyono, Gastroenterologi Anak Praktis, cetakan ke -4, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta 2003
4. Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke -3 jilid 2, Penerbit Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta 2003