Download - Case Meningitis Jadiiii
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
1/22
BAB I
1.1 PENDAHULUAN
Meningitis Purulenta (Meningitis Bakteria) sering dijumpai, meskipun terdapat
kemoterapeutik yang secara in vitro mampu membunuh mikroorganisme (MO) penyebab infeksi
tersebut. Walaupun jumlah kematian yang dilaporkan akibat berbagai penyakit infeksi telah
menurun 10 20 kali sejak tahun 1935, tetapi kematian akibat meningitis purulenta hanya
mengalami penurunan setengahnya.
Meningitis termasuk dalam kedaruratan medis yang tinggi dan diagnosis dini, cepat, dan
tepat merupakan hal yang penting. Adanya kecurigaan yang tinggi terhadap adanya meningitis
mengharuskan kita melakukan pemeriksaan laboratorium dengan segera, karena resiko kematian
atau kerusakan yang ireversible adalah sangat besar, kecuali pengobatan dimulai dengan segera.
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
2/22
BAB II
2.1. Defenisi
Meningitis adalah suatu radang yang mengenai sebagian atau semua lapisan selaput otak
yang membungkus jaringan otak sampai sumsum tulang belakang. Sedangkan, Meningitis
purulenta ialah radang selaput otak (arakhnoidea dan piamater) yang menimbulkan eksudasi
berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus.
2.2. Etiologi
Sebagai kuman penyebab ialah jenis Pneumokokus, Hemophilus influenza,
Staphylokokus, Streptokokus, E. Coli, Meningokokus dan Salmonella, Listeria, Klebsiela. Di
Jakarta penyebab terbanyak ialah Pneumokokus dan H. Influenza. Di negeri barat penyebab
terbanyak Meningokokus, sedangkan di Jakarta jarang ditemukan.
Etiologi Meningitis Purulenta Akuta Menurut Urutan Frekuensi
Neonatus Bayi dan anak DewasaE. Coli
Streptokokus
Stafilokokus
pneumokokus
H. influenza
Meningokokus
Pneumokokus
E. Coli
Streptokokus
Pneumokokus
Meningokokus
Stafilokokus
Streptokokus
H. influenza
2.3. Epidemiologi
Meningitis Purulenta pada bayi dan anak di Indonesia, khususnya di Jakarta masih
merupakan penyakit yang belum mengurang. Angka kejadian tertinggi umur antara 2 bulan 2
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
3/22
tahun. Umumnya terdapat pada anak yang distrofik, yang daya tahan tubuhnya rendah. Di negeri
yang sudah maju, angka kejadian sudah sangat berkurang.
2.4. Patogenesis
Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui :
1. Aliran darah (hematogen) karena infeksi di tempat lain seperti faringitis, tonsilitis,
endokarditis, penumonia, infeksi gigi. Pada keadaan ini sering didapatkan biakan
kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada dalam cairan
otak.
2. Perluasan langsung dari infeksi (per kontinuitatum) yang disebabkan oleh infeksi
dari sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus kavernosus.
3. Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, punksi lumbal,
dan mielokel.
4. Meningitis pada neonatus dapat terjadi karena :
- Aspirasi dari cairan amnion yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir
atau oleh kuman-kuman yang normal ada pada jalan lahir.
- Infeksi bakterial secara transplantasi terutama listeria.
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Sebagian
besar infeksi susunan saraf pusat terjadi akibat penyerangan hematogen. Saluran napas
merupakan port dentree utama bagi banyak penyebab meningitis purulenta. Proses terjadinya
diawali dengan perlekatan bakteri pada sel epitel mukosa nasofaring dan melakukan kolonisasi,
kemudian menembus rintangan mukosa dan memperbanyak diri dalam aliran darah dan
menimbulkan bakteremia. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal dan
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
4/22
memperbanyak diri di dalamnya. Bakteri ini menimbulkan peradangan pada selaput otak
(meningen) dan otak.
2.5. Manifestasi Klinis
1. Gejala infeksi akut
Anak menjadi lesu, mudah terangsang, panas muntah, anoreksia dan pada anak yang
besar mungkin didapatkan keluhan sakit kepala. Pada infeksi yang disebabkan oleh
meningokokus terdapat petekia dan herpes labialis.
2. Gejala Tekanan intrakranial yang meninggi
Anak yang sering muntah, nyeri kepala (pada anak besar), moaning cry (pada
neonatus) yaitu tangis yang merintih. Kesadaran bayi/anak menurun dari apatis sampai
koma. Kejang yang terjadi dapat bersifat umum, fokal atau twitching. Ubun-ubun besar
menonjol dan tegang, terdapat gejala kelainan serebral lainnya seperti paralisis,
strabismus, Crack pot sign dan pernapasan Cheyne Stokes. Kadang-kadang pada
anak besar terdapat hipertensi dan Chocked disc dari papila nervus optikus.
3. Gejala rangsangan meningeal
Terdapat kaku kuduk, malahan dapat terjadi regiditas umum. Tanda-tanda spesifik
seperti kernig, brudzinsky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas
terjadi, sering terdapat keluhan di daerah leher dan punggung.
Bila terdapat gejala tersebut di atas, selanjutnya dilakukan punksi lumbal untuk
mendapatkan cairan serebrospinal. Umumnya cairan serebrospinal berwarna opalesen sampai
keruh, tetapi pada stadium dini dapat dijumpai cairan yang jernih. Reaksi Nonne dan Pandy
umumnya positif kuat. Jumlah sel umumnya ribuan per milimeter kubik cairan yang sebagian
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
5/22
besar terdiri dari sel polimorfonukleus. Pada stadium dini didapatkan jumlah sela hanya ratusan
per milimeter kubik dengan hitung jenis lebih banyak limfosit daripada segmen. Oleh karena itu
pada keadaan demikian, punksi lumbal perlu diulangi keesokan harinya untuk menegakkan
diagnosis yang pasti. Keadaan seperti ini juga ditemukan pada stadium penyembuhan meningitis
purulenta. Kadar protein dalam likuor meninggi. Kadar gula menurun tetapi tidak serendah pada
meningitis tuberkulosa. Kadar klorida kadang-kadang merendah.
Dari pemeriksaan sediaan langsung di bawah mikroskop mungkin dapat ditemukan
kuman penyebab (jarang). Diferensiasi kuman yang dapat dipercaya hanya dapat ditentukan
secara pembiakan dan percobaan binatang. Tidak ditemukan kuman pada sediaan langsung
bukanlah indikasi kontra terhadap diagnosis. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan
leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri. Umumnya terdapat anemia megaloblastik.
Pada anak, tanda-tanda awal serangan meningitis :
- demam
- kurang nyaman
- enggan minum
- sakit kepala
- menangis terus-menerus
- bunyi tangisan berubah tangisan bernada tinggi. (high pitch cry)
tanda-tanda akhir serangan meningitis :
- muntah
- epilepsi
- menjauhkan diri dari cahaya lampu atau cahaya yang terang
- lemah
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
6/22
- ruam seperti lebam
- tidak sadar.
2.6. Pemeriksaan Penunjang
Lakukan punksi lumbal pada setiap pasien dengan kecurigaan meningitis. Meskipun
hasilnya normal, observasi pasien dengan ketat sampai keadaannya kembali normal. Punksi
lumbal dapat diulang setelah 8 jam bila diperlukan. Selama fase akut sel yang dominan adalah
PMN sampai sekitar 95 %. Dengan perjalanan penyakit ada kenaikan bertahap limfosit dan
mononuklear. Selain itu, terdapat kenaikan kadar protein sampai di atas 75 % dan penurunan
kadar glukosa sampai di bawah 20 %. Pengobatan antibiotik sebelumnya dapat mengcaukab
gambaran cairan serebrospinal.
Pewarnaan gram cairan serebrospinal berguna untuk menentukan terapi awal. Kultur dan
uji resistensi dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.
2.7. Diagnosis
Ditentukan atas dasar gejala klinik dan hasil pemeriksaan mikroskopik likuor
serebrospinalis yang didapatkan dengan punksi lumbal pada saat anak masuk rumah sakit.
Diagnosis dapat diperkuat dengan hasil positif pemeriksaan langsung sediaan berwarna di bawah
mikroskop dan hasil biakan. Namun, hasil negatif daripada 2 jenis pemeriksaan ini tidak
merupakan indikasi kontra terhadap pengobatan secara meningitis purulenta.
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
7/22
2.8 Diganosis Banding
Gejala awal yang tidak khas menyebabkan pasien diduga menderita demam tifoid atau
sakit dengan penyebab panas yang lain.
2.9 Komplikasi
Ventrikulitis, efusi subdural, gangguan cairan dan elektrolit, meninitis berulang, abses
otak (gejala neurologik fokal, leukositosis), paresis/paralisis, ataksia, tuli, hidrosefalus, retardasi
mental, epilepsi,syok septik, trombosis sinus vena (gangguan kesadaran).
2.10 Penatalaksanaan
- Cairan intravena
- Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit
- Atasi kejang
- Kortikosteroid. Berikan dexamethason 0,6 mg/kgbb/hari selama 4 hari, 15 20 menit
sebelum pemberian antibiotik
- Antibiotik. Terdiri dari 2 fase, yaitu empirik dan setelah ada hasil biakan dan uji
resistensi. Pengobatan empirik pada neonatus adalah kombinasi ampisilin dan
amoniglikosida atau ampisilin dan sefotaksim. Pada umur 3 10 tahun kombinasi
ampisilin dan kloramfenikol atau sefuroksim/sefotaksim/seftriakson. Pada usia lebih
dari 10 tahun digunakan penisilin. Pada neonatus pengobatan selama 21 hari, pada bayi
dan anak 10 14 hari.
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
8/22
Tabel : Terapi Antibiotik untuk meningitis purulenta
BAKTERI ANTIBIOTIK
Neonatus
Tak diketahui Ampisilin + gentamisin
Streptokokus grup B Penisilin GE. Koli Ampisilin + Gentamisin
Pseudomonas Gentamisin
Klebsiela Gentamisin
Listeria Ampisilin
Bayi dan anak kecil
Tidak diketahui Ampisilin + kloramfenikol
Penisilin + kloramfenikol
Sefalosforin (sefotaksim, Seftriakson)
Streptokokus Pneumoniae Penisilin GHemofilus influenza tipe B Ampisilin + gentamisin
Kloramfenikol
Anak dan orang dewasa
Neisseria meningitidis (meningokoki) Penisilin G
2.11 Prognosis
Berat ringannya penyakit ini tergantung pada umur (makin muda makin berat), jenis
kuman, berat ringannya infeksi, lama sakit sebelum diobati, kepekaan kuman terhadap antibiotik
(sering jenis kuman tidak teridentifikasi) dan komplikasi yang timbul.
Prognosis buruk pada usia lebih muda, infeksi berat yang disertai DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation).
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
9/22
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
10/22
LAPORAN KASUS
Identitas pasien:
Nama : By. L
Umur : 9/12 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Minang
MR : 78.55.58
Anamnesis
Diberikan oleh ibu kandung
Seorang pasien laki-laki usia 9 bulan sudah di rawat di bangsal anak sejak tanggal 20 Mei
2012 dengan:
Keluhan utama : kejang dengan penurunan kesadaran sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi, terus menerus, tidak menggigil,
tidak berkeringat.
Muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 2 kali sehari, jumlah lebih kurang1/4 gelas tiap kali muntah, isi apa yang dimakan/diminum, tidak menyemprot.
Kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 1x, lama 15 menit, kejang pada
tubuh bagian kiri, setelah kejang anak tidak sadar, ini kejang yang pertama kali.
Riwayat trauma kepala tidak ada.
Batuk pilek tidak ada, sesak napas tidak ada.
Riwayat injeksi vitamin K saat lahir ada.
Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama tidak ada. Buang air kecil jumlah dan warna biasa.
Buang air besar warna dan konsistensi biasa.
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
11/22
Sebelumnya anak dirawat di RSUD Solok Selatan selama 2 hari, karena tidak ada
perbaikan anak dirujuk ke RSUP Dr. M Djamil Padang dengan keterangan susp.
ensephalitis.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga pernah kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya.
Riwayat kelahiran
Lahir spontan, di tolong bidan, cukup bulan, berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir
lupa, langsung menangis kuat.
Riwayat Imunisasi
Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap.
Riwayat makanan dan minuman
ASI sejak lahir sampai sekarang.
Susu formula usia 1 bulan sampai sekarang.
Biskuit usia 2 bulan sampai sekarang.
Bubur susu usia 5 bulan 3x sehari.
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan cukup.
Riwayat lingkungan dan perumahan:
Tinggal di rumah semi-permanen, dengan sumber air minum sumur gali, jamban disungai, pekarangan cukup luas, sampah dikumpul dan di bakar 2 kali seminggu.
Kesan: higiene dan sanitasi lingkungan kurang.
Riwayat tumbuh kembang
Tengkurap umur 4 bulan
Kesan : perkembangan fisik normal
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
12/22
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : GCS 6 E1M4V1
Nadi : 120 kali/menit
Suhu : 36,50C
Pernapasan : 28 kali
Sianosis : tidak ada
Keadaan umum : buruk
Keadaan gizi : kurang
Panjang badan : 73 cm
Berat badan : 7,5 kg
Edema : tidak ada
Anemia : ada
Ikterus : tidak ada
Status gizi : BB/U = 80,64%
TB/U = 101,4%
BB/TB = 28,125%
Kesan : gizi kurang.
Kulit : teraba hangat, tidak tampak pucat.
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kepala : bentuk simetris, ubun-ubun besar membonjol, lingkar kepala 44,5 cm
(normal standar Nellhaus)
Rambut : hitam tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 2mm/2mm,
reflek cahaya +/+
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : sukar dinilai
Gigi dan mulut : mukosa mulut dan bibir basah
Leher : kaku kuduk tidak ada
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
13/22
Dada Paru : Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada
Palpasi : fremitus sukar dinilai
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : bronkovesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung sukar dinilai
Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada
Abdomen inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik, reflek fisiologis +/+, reflek babinski group +/
+, tanda rangsang meningeal Brudzinski I dan II (-), kernig (-)
Laboratorium
Darah
Hb : 9,5 gr/dl
Leukosit : 20.200/mm3
Hitung jenis : 0/0/0/82/15/0
Trombosit : 486 000/mm3
Eritrosit : 4,6 juta/mm3
Ht : 31%
Gambaran darah tepi:
Eritrosit: normokrom, anisositosis
Leukosit: jumlah cukup, dengan neutrofilia shift to the right
Trombosit: jumlah meningkat
Urin:
Albumin (-)
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
14/22
Reduksin (-)
Bilirubin (-)
Urobilin (-)
Feses
Makroskopis : warna kuning biasa, kenyal lembek, darah tidak ada
Mikroskopis : tidak ada parasit
Diagnosis kerja :
Suspect meningitis purulenta
DD/: ensefalitis
Gizi kurang
Terapi:
O2 2 liter/menit
IVFD D 12,5% = 6 tetes/menit (mikro)
ASI 8x 50 cc/NGT
Ceftriakson 2 x 375 mg IV
Paracetamol 4 x 80 mg p.o
Luminal 50 mg IM
Luminal 2 x 15 mg p.o
Dexametason 3,75 mg IV (inisial)
Dexametason 3 x 1,25mg IV
Rencana
Pemeriksaan Na, K, Ca, GDR
Konsul mata
LP
Brain CT Scan
Hasil pemeriksaan elektrolit
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
15/22
Natrium : 119 mmol/L
Kalium : 5,2 mmol/L
Chlor : 104 mmol/L
Kalsium : 4,6 mg/dL
GDR : 106 mg/dL
Koreksi Natrium :
(135- Na)x BBx0,6 = (135-119) x 7,5x 0,6
= 72 meq
Vol NaCl 3% yang dibutuhkan: 72 x 500 cc = 140 cc/jam dalam 6 jam
256
Koreksi kalsium dengan Ca Glukonas
I : 0,5cc/kgBB/ jam 0,5x7,5 = 3,75 cc diencerkan dg Nacl 0,9% 1:5
22,5 cc dalam jam
II: 2 cc /kgBB/6jam 2x 7,5 = 15 cc diencerkan dg Nacl 0,9% 1:5 90 cc/6jam
Hasil brain CT scan
Kesan : sugestif ensefalitis dengan brain atropi
Anjuran : brain CT scan dengan kontrasTerapi:
Drip Mannitol 20% 0,25 gr/kgBB (dosis dinaikkan setiap 6 jam sampai 1 gr/kgBB,
kemudian di tappering offsetiap 6 jam)
Hasil konsul mata:
Kesan: tidak ditemukan papil edem akibat peninggian TIK
LP :
LCS agak keruh
Nonne (+), Pandy (+)
Sel : 12/mm3
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
16/22
Glukosa : 33 mg/dl
Protein : reagen habis
Kesan : sesuai meningitis purulenta
Pemeriksaan indeks eritrosit
MCH : 20,6 pq (27-32)
MCV : 67,4 fl (72-96)
MCHC : 30% (32-37)
Kesan : anemia mikrositik hipokrom
Diagnosa
Meningitis purulenta
Gizi kurang
Anemia mikrositik hipokrom ec susp deff. Fe
Follow Up Tgl 21 Mei 2012
S/:
Demam masih ada, tidak tinggi
Kejang tidak ada
Batuk pilek tidak ada
Muntah tidak ada
Sesak napas tidak ada, kebiruan tidak ada
BAK biasa
O/:
Sakit berat, GCS 6 (E1M4V1)
Nadi : 118 x/i Napas 30 x/i T : 37,7 0C
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
17/22
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+
Leher : kaku kuduk tidak ada
Torak : retraksi tidak ada
cor : irama teratur, bising tidak ada
pulmo : bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal
Ektremitas: akral hangat, RF +/+, babinski +/+, tanda rangsang meningeal negatif
Pemeriksaan kimia klinik darah:
Natrium : 135 mmol/L
Kalium : 3,7 mmol/L
Chlor : 104 mmol/L
Kalsium : 9 mg/dL
K/ : hemodinamik stabil
Th/ : lanjut
Follow Up Tgl 22 Mei 2012
S/:
Demam masih ada, tidak tinggi
Kejang tidak ada
Batuk pilek tidak ada
Muntah tidak ada
Sesak napas tidak ada, kebiruan tidak ada
BAK biasa
O/:
Sakit berat, GCS 6 (E1M4V1)
Nadi : 113 x/i Napas 34 x/i T : 37,9 0C
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
18/22
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+
Leher : kaku kuduk tidak ada
Torak : retraksi tidak ada
cor : irama teratur, bising tidak ada
pulmo : bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal
Ektremitas: akr/eal hangat, RF +/+, babinski +/+, tanda rangsang meningeal negatif
K/ : hemodinamik stabil
Th/ : lanjut
Follow Up Tgl 23 Mei 2012
S/: Demam masih ada, tidak tinggi
Kejang tidak ada
Batuk pilek tidak ada
Muntah tidak ada
Sesak napas tidak ada, kebiruan tidak ada
Intake masuk personde
BAK biasa
O/: Sakit berat, GCS 8 (E2M4V2)
Nadi : 110 x/i Napas 30 x/i T : 37,9 0C
TD: 90/50 mmhg
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya +/+
Leher : kaku kuduk tidak adaTorak : retraksi tidak ada
cor : irama teratur, bising tidak ada
pulmo : bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi tidak ada, BU (+) normal
Ektremitas: akral hangat, RF +/+, babinski +/+, tanda rangsang meningeal negatif
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
19/22
K/ : hemodinamik stabil, febris
Th/ : lanjut
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
20/22
DISKUSI
Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien laki-laki berumur 9 bulan dengan diagnosis
kerja susp meningitis purulenta DD/ ensefalitis:, gizi kurang, dan anemia mokrositik hipokrom
ec susp deff. Fe. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium.
Pada anamnesa didapatkan demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus
menerus dan tidak diketahui sebabnya serta timbulnya mendadak. Muntah 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, tidak menyemprot berarti di sini tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan
inrakranial. Kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit, kejang pada tubuh bagian kiri, setelah
kejang anak tidak sadar, ini kejang yang pertama kali, dari sifat kejang dan penurunankedsadaran lebih cocok ke arah ensefalitis. Riwayat trauma kepala tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan terjadinya penurunan kesadaran berarti telah terjadi
adanya gangguan di pusat kesadaran karena peningkatan tekanan intrakranial. Pada pemeriksaan
tanda rangsang meningeal di dapatkan hasil negatif karena pada usia < 2 tahun proses
mielinisasinya belum sempurna.
Dari pemeriksaan laboratorium dan penunjang di dapatkan Hb yang anemis, dengan kesan
anemia normositik normokrom. Adanya anemia yang terjadi kemungkinan karena defisiensi besi
dimana di lihat dari status gizinya termasuk gizi kurang. Juga terdapat leukositosis yang
menunjukkan adanya suatu infeksi.
Untuk menegakkan diagnosa pasti dari meningitis purulenta ini kita harus melakukan
lumbal punksi dimana nantinya akan di dapatkan warnanya agak keruh, reaksi Nonne dan Pandy
(+), jumlah sel pada anak lebih dari 10/mm, kadar gula menurun, dengan kesan sesuai meningitis
purulenta. Pemeriksaan CT-Scan memberikan kesan sugestif ensefalitis dengan brain atropi. Dari
pemeriksaan didapatkan adanya gejala dan tanda ensefalitis dan meningitis yang muncul
bersamaan.
Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik dengan ceftriakson karena sudah mendapatkan
terapi dengan gentamicin di RSUD Solok Selatan namun tidak ada perbaikan. Pemberian
Luminal untuk mencegah agar kejang tidak berulang. Pemberian kortikosteroid untuk mencegah
terjadinya hidrosefalus akibat perlengketan meningens. Mannitol untuk mengurangi udem otak
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
21/22
dan menurunkan tekanan intra kranial. Pemberiannya dengan menaikkan dosis secara bertahap
dan penghentiannya juga harus secara bertahap.
Rencana pada pasien ini pemeriksaan elektrolit (Na, K) untuk menyingkirkan adanya
gangguan elektrolit, pemeriksaan kalsium karena jika kurang kalsium juga akan menyebabkan
terjadinya kejang, GDR, LP yang merupakan gold standar dari meningitis purulenta.
-
7/29/2019 Case Meningitis Jadiiii
22/22
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arief, dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid II, Penerbit Media
Aeskulapius, FKUI, Jakarta, 2000.
2. Hassan R, Dr, dkk, Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, Cetakan ke 8, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK-UI, Jakarta, 1998.
3. Azhali, Garna H, Chaerufatah A,Setiabudi D. Meningitis Bakterialis. Dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-UP,
2000;190-7
4. Behrman. Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Jakarta: EGC.2000.
5. IDAI. Buku ajar Neurologi Anak. Jakarta: IDAI.2006.