Download - CEKUNGAN KUTAI
Laboratorium Endapan Mineral 2013
CEKUNGAN KUTAI
Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan berumur Tersier yang paling
ekonomis di Indonesia. memiliki luas kurang lebih 60.000 km2 yang terisi oleh
batuan sedimen tersier dengan ketebalan hingga 14 km pada bagian yang paling tebal.
Cekungan ini merupakan cekungan yang paling luas dan paling dalam di Indonesia
bagian Barat yang memiliki cadangan minyak, batubara, dan gas yang besar (Allen
dan chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).
Cekungan Kutai terletak di bagian Timur dari paparan Sundaland, yang
merupakan perluasan lempeng kontinen Eurasia ke arah Tenggara. Cekungan Kutai di
bagian Utara dibatasi oleh kelurusan Bengalong dan Zona Patahan Sangkulirang, di
bagian Selatan dibatasi oleh Sesar Adang, di bagian Barat dibatasi oleh Punggungan
Kalimantan bagian tengah, dan di sebelah Timur dibatasi oleh Selat Makasar.
Cekungan Kutai dihasilkan oleh proses pemekaran (rift basin) yang terjadi
pada Eosen Tengah yang melibatkan pemekaran selat Makasar bagian Utara dan Laut
Nama : M Lukman Baihaqi page 1
NIM : 111.110.096Plug : 2
QuickTime™ and a decompressor
are needed to see this picture.
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Sulawesi (Chambers & Moss, 2000 dalam Rienno Ismail, 2008). Selama Kapur
Tengah sampai Eosen Awal, pulau Kalimantan merupakan tempat terjadinya kolisi
dengan mikro-kontinen, busur kepulauan, penjebakan lempeng oceanic dan intrusi
granit, membentuk batuan dasar yang menjadi dasar dari Cekungan Kutai.
Sedimentasi di Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua yaitu, sedimen Paleogen
yang secara umum bersifat transgresif dan fasa sedimentasi Neogen yang secara
umum bersifat regresif (Allen dan Chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).
Fasa sedimentasi Paleogen dimulai ketika terjadi fasa tektonik ekstensional
dan pengisian riftada kala Eosen. Pada masa ini, Selat Makasar mulai mengalami
pemekaran serta Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan zona subsidence
yang saling terhubungkan, kemudian sedimentasi Paleogen mencapai puncak pada
fasa pengisian di saat cekungan tidak mengalami pergerakan yang signifikan,
sehingga mengendapkan serpih laut dalam secara regional dan batuan karbonat pada
Oligosen Akhir. Fasa sedimentasi Neogen dimulai pada Miosen Bawah dan masih
berlanjut terus sampai sekarang, meghasilkan endapan delta yang berprogradasi dan
terlampar di atas endapan fasa sedimentasi Paleogen.
Selama Eosen Akhir, sejumlah half graben terbentuk sebagai respon dari
terjadinya fasa ekstensi regional. Fasa ini terlihat juga di tempat lain, yaitu berupa
pembentukan laut dan Selat Makasar. Half graben ini terisi dengan cepat oleh
endapan syn-rift pada Eosen Tengah-Eosen Akhir dengan variasi dari beberapa fasies
litologi.
Pada Eosen Akhir, cekungan mengalami pendalaman sehingga terbentuk suatu
kondisi marin dan diendapkan endapan transgresi yang dicirikan oleh serpih laut
dalam.
Material yang diendapkan berupa endapan turbidit kipas laut dalam dan batuan
karbonat pada bagian yang dekat dengan batas cekungan, hal ini berlangsung terus
hingga Miosen Awal (Allen dan Chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).
Tektonik inversi terjadi pada Miosen Awal, menyebabkan pengangkatan pada pusat
cekungan yang terbentuk selama Eosen dan Oligosen, sehingga cekungan mengalami
pendangkalan. Erosi terhadap batuan sedimen Paleogen dan batuan volkanik andesitik
Nama : M Lukman Baihaqi page 2
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
menghasilkan luapan sedimen, sehingga terjadi progradasi delta dari Barat ke Timur.
Di daerah sekitar Samarinda, ketebalan endapan Miosen Awal dapat mencapai 3500
m.
Inversi berlanjut dan mempengaruhi cekungan selama Miosen Tengah dan
Pliosen. Seiring berjalannya waktu, inversi semakin mempengaruhi daerah yang
terletak lebih ke arah Timur, sehingga mempercepat proses progradasi delta.
Tektonik Cekungan Kutai
Struktur tektonik yang berkembang pada Cekungan Kutai berarah timur laut-barat
daya (NE-SW) yang dibentuk oleh Antiklinorium Samarinda, yang berada di bagian
timur – tenggara cekungan (Supriatna dkk., 1995). Antiklinorium Samarinda tersebut
memiliki karakteristik terlipat kuat, antiklin asimetris dan dibatasi oleh sinklin-sinklin
yang terisi oleh sedimen silisiklastik Miosen (Satyana dkk., 1999)
Nama : M Lukman Baihaqi page 3
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Teori mengenai asal terbentuknya struktur-struktur pada Cekungan Kutai masih
dalam perdebatan. Beberapa peneliti mengajukan teori seperti Vertical diapirism,
gravitational gliding oleh Rose dan Hartono, 1978 op.cit. Ott 1987; Inversion trough
regional wrenching oleh Biantoro dkk., 1992; Micro-continental collision,
detachment folding above overpressured sediments oleh Chambers dan Daley, 1992;
differential loading on deltaicsedimen and inverted delta growth fault system oleh
Ferguson dan McClay, 1997
Secara umum, digambarkan bahwa sesar-sesar dan struktur yang mempengaruhi
pembentukan Cekungan Kutai dapat dilihat dalam gambar
Stratigrafi Cekungan Kutai
Menurut Allen dan Chambers (1998), Cekungan Kutai tersusun atas endapan-endapan
sedimen berumur Tersier yang memperlihatkan endapan fase transgresi dan regresi
Nama : M Lukman Baihaqi page 4
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
laut, yaitu:
1) Fase Transgresi Paleogen Fasa sedimentasi Paleogen dimulai ketika terjadi
fasa tektonik ekstensional dan pengisian rift pada kala Eosen. Pada masa ini,
Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan zona subsidence yang saling
terhubungkan (Chambers & Moss, 2000), kemudian sedimentasi Paleogen mencapai
puncak pada fasa pengisian pada saat cekungan tidak mengalami pergerakan yang
signifikan, sehingga mengendapkan serpih laut dalam secara regional dan batuan
karbonat pada Oligosen Akhir.
2) Fase Regresi Neogen Fase ini dimulai pada Miosen Awal hingga sekarang,
yang menghasilkan progradasi delta (deltaic progradation) yang masih berlanjut
hingga sekarang. Sedimen regresi ini terdiri dari lapisan- lapisan sedimen klastik delta
hingga laut dangkal dengan progradasi dari barat kearah timur dan banyak dijumpai
lapisan batubara (lignite).Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda (Supriatna
dkk., 1995, stratigrafi Cekungan Kutai dibagi menjadi (dari tua ke muda): Formasi
Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan, Formasi
Kampung Baru (gambar 2.3)
Formasi Pamaluan Batupasir kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih,
Batugamping dan Batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir Kuarsa
merupakan batuan utama, kelabu kehitaman – kecoklatan, berbutir halus –
sedang, terpilah baik, butiran membulat – membulat tanggung, padat,
karbonan dan gampingan. Setempat dijumpai struktur sedimen silang siur dan
perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 m. Batulempung dengan ketebalan
rata-rata 45 cm. Serpih, kelabu kehitaman - kelabu tua, padat, dengan
ketebalan sisipan antara 10 – 20 cm. Batugamping berwarna kelabu, pejal,
berbutir sedang-kasar, setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar.
Batulanau berwarna kelabu tua-kehitaman. Tebal Formasi lebih kurang 2000
m
Nama : M Lukman Baihaqi page 5
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Formasi Bebuluh Batugamping Terumbu dengan Sisipan Batugamping Pasiran
dan Serpih. Batugamping berwarna kelabu, padat, mengandung foraminifera
besar, berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak
beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus
kelabu tua kehitaman. Tebal formasi sekitar 300 m diendapkan selaras
dibawah Formasi Pulau Balang.
Formasi Pulau Balang Perselingan Batupasir Greywacke dan Batupasir Kuarsa
SisipanBatugamping, Batulempung, Batubara dan Tuf Dasit. Batupasir
Greywacke berwarna kelabu kehijauan , padat, tebal lapisan antara 50 – 100
cm. Batupasir Kuarsa berwarna kelabu kemerahan, setempat tufan dan
gampingan, tebal lapisan antara 15 -60 cm. Batugamping berwarna coklat
muda kekuningan, mengandung foraminifera besar. Batugamping ini terdapat
sebagai sisipan atau lensa dalam Batupasir Kuarsa, ketebalan lapisan 10 - 40
cm. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat
berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih
merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.
Formasi Balikpapan Perselingan Batupasir dan Batulempung Sisipan Batulanau,
Serpih, Batugamping dan Batubara. Batupasir Kuarsa, putih kekuningan, tebal
lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 5 – 10 cm. Batupasir
Gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan sejajar dan silang siur, tebal
lapisan 20 – 40 cm, mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis
karbon. Batulempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa
tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan, setempat mengandung
lensa batupasir gampingan. Batulanau Gampingan, berlapis tipis, serpih
kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping Pasiran, mengandung foraminifera
besar, moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian bawah - Miosen
Tengah bagian atas, tebal formasi 1000 – 1500 m.
Nama : M Lukman Baihaqi page 6
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Formasi Kampung Baru. Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung,
Serpih,Batulanau dan Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir
kuarsa, putih setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah
hancur, setempat mengandung lapisan tipis uksida besi atau kongkresi, tufan
atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan
komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0,5 – 1 cm,
mudah lepas. Batulempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan,
kepingan batubara, koral. Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit,
tebal 1 – 2 m. Diduga berumur Miosen Akhir - Plioplistosen, lingkungan
pengendapan delta - laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih
selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan.
Aluvium Kerikil, pasir dan lumpur diendapkan pada lingkungan sungai,
rawa, delta, dan pantai.
Nama : M Lukman Baihaqi page 7
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Nama : M Lukman Baihaqi page 8
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Gambar Stratigrafi Cekungan kutai
SISTEM PETROLEUM
Batuan induk utama terdiri dari Formasi Pamaluan, Pulau Balang, dan Balikpapan.
Yaitu dengan jenis batuan berupa batubara , batulempung serpih karbonan ,
batulempung serpih dari sedimen delta yang terbentuk pada cekungan kutai ini
sendiri. Formasi Pamaluan, kandungan material organiknya cukup (1-2%), tetapi
hanya terdapat di bagian utara dari Cekungan Kutai. Pada Formasi Bebulu terdapat
kandungan material organik yang cukup dengan HI di atas 300. Formasi Balikpapan
merupakan batuan induk yang terbaik di Cekungan Kutai karena kandungan material
organiknya tinggi dengan HI lebih besar dari 400 dan matang. Formasi ini
ketebalannya mencapai lebih dari 3000 m, sehingga diperkirakan mampu
menghasilkan hidrokarbon dalam jumlah yang cukup banyak (Hadipandoyo, et al.,
2007).
Batuan reservoar terdapat pada formasi Kiham Haloq, Balikpapan, dan Kampung
Baru, tetapi yang produktif hanya Formasi Balikpapan dan Kampung Baru
(Hadipandoyo, et al., 2007). Batuan reservoir disinin ditemuakn terdaapt apda suatu
batupasir yang dikenali sebagai endapan delta miosen. Batupasir yang termasuk ke
dalam karakteristik reservoar secara umum termasuk ke dalam litik arenit yang
memiliki sifat matrik , butiran berukuran halus sampai menengah . Komposisi batuan
disominasi umumnya oleh batupasir dengan mineral kuarsa monikristalin , kuarsa
polikristalin , fragmen batuan andesit dan quartzose, dan sangat sedikit sekali akan
kandungan K Feldspar dan plagioklas. Porositas permukaan pasir literanitik berkisar
<5% - 25% dengan permeabilitas <10 mD - 200 mD.
Seal yang ada pada cekungan ini berasal dari serpih dan Batulanau yang mana
dijumpai hampir di semua formasi yang berumur Miosen. Kelompok Balikpapan dan
Formasi Kampung Baru memiliki serpih yang sangat potensial sebagai seal karena
Nama : M Lukman Baihaqi page 9
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
dapat memenuhi syarat-syarat sebagai seal yaitu memiliki permeablelitas dan
porositas yang buruk., sehingga memungkinkan untuk menghentikan migrasi dari
hidrokarbon.
Migrasi vertikal dari dapur Paleogen matang terjadi melalui jaringan sesar-sesar
ataupun rekah rekah minor pada batuan induk menuju ke reservoar yang berumur
Miosen Tengah dan Atas. Migrasi lateral dari areal dapur matang oleh reservoar
lapisan kemiringan ke timur menuju trap stratigrafi ataupun struktur.
Jenis perangkap didominasi oleh perangkap struktur khususnya tutupan (closure)
four-way yang diikat oleh sesar. Perangkap stratigrafi menjadi perangkap yang
penting namun lebih sulit diidentifikasi keberadaannya bila dibandingkan dengan
perangkap struktur. Kombinasi dari perangkap struktur dan stratigrafi lebih umum
ditemukan pada Cekungan Kutai.
Produksi dan eksplorasi Migas Cekungan Kutai
Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja
Muara Bakau ditandatangani pada 30 Desember 2002. Lapangan Jangkrik
sendiri ditemukan kemudian di tahun 2009. Lapangan ini berlokasi pada
kedalaman air 450 meter dengan jarak 70 kilometer dari arah timur
Balikpapan. Lokasi ini sangat ideal untuk pengembangan proyek gas karena
dekat dengan sistem pemipaan Kalimantan Timur dan fasilitas LNG Bontang.
Proyek ini dikembangkan oleh Eni Muara Bakau b.v. Plan of Development
(POD) lapangan ini disetujui menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM)
pada 29 November 2011. Lapangan Jangkrik diharapkan bisa berproduksi
tahun 2015.
Nama : M Lukman Baihaqi page 10
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Blok Telen berada di cekungan Kutai, di lepas pantai Provinsi Kalimantan
Timur dengan luas 2.369 km2 dan kedalaman laut antara 300 hingga 1.000
meter.Telen berdekatan dengan wilayah Blok Offshore Mahakam yang
merupakan blok penghasil gas terbesar di Indonesia yang juga dioperasikan
Total.
Blok Mahakam merupakan blok yang telah lama berproduksi yang di kelolla
oleh Total E&P Indonesie.
Lapangan Sangsan Trakan yang sekarang dikelola Oleh PT Pertaamina EP
Alih kelola lapangan Sangasanga Tarakan dilakukan oleh Pertamina EP
seiring dengan berakhirnya kontrak TAC Pertamina-Medco Kalimantan pada
14 Oktober 2008 yang lalu. Selanjutnya pengelolaan lapangan terhitung mulai
15 Oktober 2008 dilaksanakan oleh Pertamina EP melalui Unit Bisnis
Pertamina EP (UBEP) Sangasanga Tarakan. Paska alih kelola, produksi
lapangan tersebut menunjukkan trend peningkatan yang signifikan. Pada tahun
2008 produksi minyak sebesar 4.300 barel per hari. Setelah alih kelola,
Pertamina EP berhasil meningkatkan produksi menjadi 5.300 barel per hari,
dan kini mencapai 7.243 barel per hari.
Dicekungan Kutai juga terdapat Lapangan gas Laut dalam atau yang lebih
dikenal dengan IDD ( Indonesia Deep Water Development ) Proyek IDD
d=sendiri dikembangkan oleh Chevron Indonesia Company (Cico) di
Cekungan Kutai, Kalimantan Timur..
Nama : M Lukman Baihaqi page 11
NIM : 111.110.096Plug : 2
Laboratorium Endapan Mineral 2013
Nama : M Lukman Baihaqi page 12
NIM : 111.110.096Plug : 2