1
CERITA LEPAS (FTV)
Episode SEHATI CINTA Cerita / Skenario : Ifa Yustiani
===============================================================
01. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TENGAH – DAY
SFX: TERDENGAR SUARA MUSIK KLASIK dari alunan sebuah piano.
KAMERA bergerak lembut menyusuri sebuah rumah mewah yang
penuh perabot kelasik dengan jendela-jendela besar di
dinding-dindingnya. Tampak foto-foto keluarga beranggotakan
RAHADIAN (ayah), LARAS (ibu) dan kedua anak perempuan
mereka SAFIRA dan ALIFAH. Foto-foto itu menunjukkan betapa
harmonis dan bahagianya keluarga itu.
Tak lama kemudian, terlihat seorang perempuan (SAFIRA, 20
tahun) sedang menghadap sebuah piano dan sedang
memainkannya.
KAMERA tilt up to – SAFIRA yang duduk dengan santai di
depan pianonya, tangan SAFIRA yang dengan lembut memainkan
piano, hingga pada ekspresi wajah cantik SAFIRA dengan mata
yang terpejam sedang menghayati lagunya.
FALASHBACK:
02. INT/EXT. JALANAN. SEBUAH BUS - DAY
Tampak sebuah BUS melaju di pinggiran jalan raya yang cukup
sepi. BEBERAPA ANAK SMP yang sedang mengadakan rekreasi
tampak senang dan bersuka cita saat dalam perjalanan.
SAFIRA (14 tahun) dan ALIFAH (12 tahun) sedang asik bermain
permainan tangan.
INSERT: BUS yang melaju terus, berbelok-belok pada tikungan
yang tajam.
TAWA dan CANDA tampak di wajah para murid yang ada di dalam
bus itu. Termasuk SAFIRA dan juga ALIFAH. Semua tampak
begitu senang dan semangat. Hingga sesuatu yang buruk
terjadi.
BACK TO:
03. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TENGAH – DAY
2
Ekspresi SAFIRA kini berubah. Dari yang tadi begitu
menghayati, kini berubah menjadi kerutan di dahi dan
perasaan yang gelisah.
Di sudut lain ALIFAH (18 tahun), kembaran SAFIRA yang
sangat mirip dengannya, sedang memperhatikan SAFIRA dari
balik tembok. Ia tersenyum melihat kelihaian saudara
kembarnya itu dalam bermain piano.
Tapi SAFIRA ternyata bermain piano dalam kegelisahan
mengingat sesuatu di masa lalunya.
FLASHBACK:
04. INT/EXT. JALANAN. SEBUAH BUS - DAY
SFX: KLAKSON BUS BERBUNYI SANGAT KERAS.
Kontan semua MURID yang ada dalam BUS mulai bingung dan
panik. Termasuk SAFIRA dan juga ALIFAH. SAFIRA yang
penasaran dengan apa yang terjadi pun berdiri. Ternyata BUS
sedang bertabrakan dengan sebuah TRUK.
SFX: SUARA TABRAKAN DASYAT tumpang tindih dengan suara
JERITAN HISTERIS para MURID.
Hal ini membuat SAFIRA yang melihat dengan mata kepalanya
sendiri tak banyak bisa berbuat sesuatu kecuali terbelalak
ketakutan, sehingga pecahan kaca BUS yang berhamburan masuk
ke dalam matanya dan membutakannya.
SFX: SUARA TERIAKAN yang DASYAT terdengar menggema.
BACK TO:
05. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TENGAH – DAY
MUSIK PIANO itu berhenti berbunyi bersamaan dengan tangan
SAFIRA yang dengen asal menekan semua tuts pada piano
sehingga terdengar SUARA yang kacau balau.
Wajah SAFIRA yang penuh kekesalan kini tampak terengah-
engah. Matanya sudah dibuka walau tatapannya kosong. Dia
merasa adanya kebencian dalam dirinya. Sebuah tangan lalu
memegang bahunya. Dan seketika itu juga SAFIRA berbalik
dengan penuh kekagetan.
3
ALIFAH sendiri kaget melihat reaksi saudaranya itu saat ia
menyentuh bahu SAFIRA.
ALIFAH
Kak Fira! Kakak ngga apa-apa?
SAFIRA
(gugup)
Aku… aku ngga apa-apa!
SAFIRA lalu mencoba menenangkan diri dengan mengambil nafas
dalam-dalam. Untuk menghindari kecurigaan ALIFAH, SAFIRA
lalu berjalan menjauh dari piano menuju sofa depan TV.
SAFIRA berjalan sambil meraba-raba karena dirinya sama
sekali tidak bisa melihat. ALIFAH pun membantunya hingga
SAFIRA duduk dengan baik dan benar. ALIFAH pun ikut duduk
di sebelahnya.
ALIFAH
Aku lihat kakak bermain sangat indah
tadinya. Tapi tiba-tiba kakak berhenti
begitu saja! Kenapa kak? Kenapa ngga kakak
teruskan saja permainannya? Permainan piano
kakak sangat bagus Lho!
SAFIRA lalu tersenyum manis di depan ALIFAH.
SAFIRA
Terima kasih Al! Aku tadi hanya merasa
bosan! Jadi aku cepat-cepat menghentikannya!
Lagi pula, aku merasa cukup lancar bermain
piano! itu bagus untuk melatih daya pekaku
terhadap bunyi!
SAFIRA lalu mencium bau wangi ALIFAH yang tampaknya sudah
siap untuk pergi. ALIFAH tampak berdandan seperti mau
berolah raga – mengenakan kaos oblong, celana pendek, dan
sepatu kets serta membawa tas besar.
SAFIRA
Kamu mau pergi Al?!
ALIFAH
Iya! Aku mau main basket sama anak-anak! Apa
kakak mau ikut?!
4
SAFIRA
(menggeleng)
Tidak usah! Aku disini saja!
ALIFAH
Apa ada yang bisa aku lakukan sebelum aku
pergi? Mungkin mandi atau ganti baju?!
SAFIRA
(menggeleng)
Ngga usah! Aku bisa sendiri kok!
ALIFAH
Kamu yakin?!
SAFIRA
(mengangguk)
Kamu cepat pergi saja! Nanti semua teman-
temanmu kelamaan menunggu kamu!
ALIFAH melihat ke arah jam di arlojinya. Ia pun kaget
melihatnya.
ALIFAH
Baiklah! Aku pergi dulu ya! Daa…
SAFIRA
Daaa...!!!
ALIFAH beranjak pergi dan berlalu di balik pintu. SAFIRA
diam sejenak di tempatnya. Tak lama kemudian ia turtut
berdiri untuk pergi.
CUT TO:
06. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR SAFIRA-BATHROOM – DAY
SAFIRA berjalan dengan meraba-raba menuju kamar mandi.
Setelah masuk ke kamar mandi, SAFIRA siap untuk mandi. Saat
dia hendak mengoleskan odol pada sikat gigi, ternyata
SAFIRA salah ambil. Dia malah mengambil salep atau
semacamnya yang bentuknya menyerupai odol.
Dan tanpa disadari, SAFIRA langsung menggosok giginya.
SAFIRA langsung memuntahkannya segera setelah menyadarinya.
Ia mengumur mulutnya sampai bersih. Tampaknya dia marah
pada dirinya sendiri sehingga saat mengumur mulutnya, ia
5
tampak begitu emosi. Setelah selesai, SAFIRA terdiam
sejenak. Ada kebencian di raut wajahnya.
CUT TO:
07. EXT. LAPANGAN BASKET – DAY
Sebuah bola basket masuk tepat ke dalam ranjang. SEMUA
ORANG BERTEPUK TANGAN. ALIFAH tersenyum penuh kemenangan
setelah dia berhasil memasukkan bolanya ke dalam ranjang.
ADIT (21 tahun), seorang laki-laki tampan dengan postur
tubuh atletis, mengambil bola dan mendriblenya. Sekilas ia
melirik ke aeah ALIFAH. Dan kebetulan ALIFAH juga sedang
meliriknya. ADIT tersenyum pada ALIFAH.
ADIT
Kamu hebat sekali!
ALIFAH
Terima Kasih...!
Wajah ALIFAH tampak merah padam di bawah terik matahari.
Tampak di kedua wajah ALIFAH dan ADIT ada rasa tertarik
satu sama lain.
CUT TO:
08. EXT. RUMAH RAHADIAN. HALAMAN-TERAS – NIGHT
ALIFAH dan ADIT berjalan beriringan hingga sampai halaman
rumah ALIFAH. ALIFAH senang sekali dapat berjalan bersama
ADIT.
ALIFAH
Terima kasih kamu sudah mengantar aku
pulang! Jadi ngerepotin!
ADIT
Ngga apa-apa! Aku senang sekali bisa
mengantar kamu! Kalau bisa setiap hari!
ALIFAH terkesan mendengarnya. Tak lama kemudian pintu utama
rumah itu terbuka dan SAFIRA muncul diambang pintu. ALIFAH
dan ADIT sama-sama melihat kedatangan SAFIRA.
SAFIRA
6
Alifah, apa itu kamu?!
ALIFAH
Ehm... iya Kak!
SAFIRA
Kayaknya kamu ngga sendiri?!
ALIFAH
Ehm... iya nih! Aku sama temen aku! Kenalkan
ini Adit! Nih Dit, kakak aku yang aku
ceritakan sama kamu!
ADIT terkesima melihat SAFIRA yang benar-benar kembar
dengan ALIFAH.
ADIT
Wah, kalian seperti anak kembar! Mirip
sekali!
SAFIRA
Namanya juga saudara!
ADIT hendak menjauh setelah menjabat tangan SAFIRA, tapi
nyatanya SAFIRA malah menarik tangan ADIT untuk lebih
mendekat supaya SAFIRA bisa meraba wajah ADIT. ADIT kaget
dibuatnya, begitu juga ALIFAH. Namun SAFIRA tampaknya tak
peduli dengan pandangan mereka.
SAFIRA
Wah, sepertinya kamu tampan!
ADIT
Ah... ng-ngga juga sih!
ADIT tampak salah tingkah sendiri. Ia melirik ALIFAH.
Awalnya ALIFAH merasa aneh, tapi akhirnya ia tersenyum
merasa geli sendiri. Setelah tahu bagaimana ADIT, SAFIRA
melepasnya begitu saja.
SAFIRA
Senang berkenalan sama kamu cowok tampan!
ADIT tampak merah padam. ALIFAH lalu menghampiri SAFIRA
sambil berpamitan dengan ADIT.
ALIFAH
7
Selamat malam Dit!
ADIT
Malam…
Pintu tertutup bersamaan menghilangnya kedua saudara kembar
tadi. ADIT masih terpaku ditempat. Ia lalu mengelus pipinya
kembali. Dia merasakan hal yang beda terhadap sentuhan
SAFIRA tadi. ADIT lalu berbalik pergi sambil berjalan
sempoyongan karena masih terlena.
CUT TO:
09. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – NIGHT
ALIFAH baru selesai mandi dan langsung duduk di depan meja
make-upnya. Ia mengenakan cream malam sebelum waktunya
tidur. SAFIRA diam saja sambil duduk bersandar di atas
kasurnya.
SAFIRA
Aliyah, apa Adit itu pacar kamu?
ALIFAH
Adit? Pacar aku? Bukan! Cuma teman!
SAFIRA
Oohhh… Aku kira kamu sudah punya pacar!
ALIFAH
Ehm, memangnya kenapa kalau aku punya
pacar?!
SAFIRA terdiam sejenak. Ia malah mengambil guling dan
memeluknya.
SAFIRA
Yah… aku akan merasa sedih saja!
ALIFAH berhenti mengoleskan cream malam lalu menatap SAFIRA
dari cerminnya.
ALIFAH
Maksud kakak?!
SAFIRA
8
Mungkin saja kalau kamu punya pacar, kamu
akan sibuk dengan pacar kamu itu! Dan aku
akan sering sendiri!
ALIFAH lalu berbalik dan menatap SAFIRA dengan tatapan yang
tak percaya.
ALIFAH
Kak, aku ngga akan bersikap seperti itu sama
kakak! Kakak tahu kan, aku saya kakak! Aku
ngga mungkin membuat kakak sedih dengan
merasa sendiri seperti itu!
SAFIRA
Ohhh, ngga kok! Aku ngga bilang aku akan
sedih! Aku bilang pasti aku akan sendiri!
Lebih tepatnya kesepian!
ALIFAH
Dengar Kak! Itu ngga akan terjadi! Walaupun
aku punya pacar nantinya, aku ngga akan
membuat kakak merasa kesepian! Karena kalau
kakak sedih, aku juga ikut sedih! Kakak
tenang aja! Nanti kakak juga akan punya
pacar!
SAFIRA tersenyum putus asa.
SAFIRA
Memangnya siapa yang mau sama perempuan buta
seperti aku Al?!
ALIFAH langsung berdiri menghampiri SAFIRA. Ia merasa harus
menguatkan hati SAFIRA.
ALIFAH
Kak, setiap manusia punya jodoh masing-
masing! Termasuk kakak! Lagi pula kakak kan
masih punya harapan untuk bisa melihat lagi!
Asal ada donor mata yang cocok, kakak pasti
bisa melihat lagi!
SAFIRA tersenyum karena kegelisahannya mulai terobati.
SAFIRA
Terima kasih Al! Kamu sudah membuatku merasa
lebih baik!
9
ALIFAH
Kalau begitu tidak usah dipikirkan lagi ya!
Lebih baik kita tidur saja!
ALIFAH mulai berbaring di atas tempat tidurnya dan mulai
menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Sambil mengucapkan
selamat malam ALIFAH mematikan lampunya.
ALIFAH
Selamat Malam!
CUT TO:
10. EXT. RUMAH RAHADIAN – DAY
ESTABLISH – Sebuah rumah yang cukup besar, dan mewah namun
tampak asri di sebuah komplek di sebuah pedesaan.
SFX: TELFON RUMAH BERDERING
CUT TO:
11. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TENGAH – DAY
RISMA (43 tahun), seorang perempuan cantik dan anggun, ibu
dari SAFIRA dan ALIFAH menghampiri telfon rumah dan segera
mengangkatnya.
RISMA
Hallo, selamat pagi! (beat) Ya benar…
(beat), Oohhh Dokter Laras, ada kabar apa
Dok? (beat) He-em, he-em…
Ekspresi RISMA yang awalnya biasa saja, tiba-tiba saja
berubah menjadi ekspresi yang penuh keterkejutan bercampur
antusias yang penuh harap.
RISMA (COUNT'D)
Oohhh… baiklah-baiklah! Nanti saya akan
kesana! Terima kasih banyak Dok!!!
RISMA buru-buru menutup telfonnya dan segera beranjak
menuju ruang makan.
CUT TO:
10
12. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG MAKAN – DAY
Pagi itu, SAFIRA dan ALIFAH sedang sarapan pagi bersama
sang ayah RAHADIAN (45 tahun). RISMA datang dengan penuh
suka cita.
RISMA
Tebak apa yang baru saja mama dengar tadi?!
RAHADIAN
Mama dapat telfon dari siapa?
RISMA
Dari Dokter Laras!
SAFIRA dan ALIFAH langsung terdiam untuk mendengarkan apa
yang hendak disampaikan mamanya.
RAHADIAN
Oya?! Apa kata Dokter Laras?
RISMA
Kata Dokter Laras, rumah sakit sudah
menemukan pendonor mata untuk Safira!!!
ALIFAH dan juga RAHADIAN langsung menatap SAFIRA dengan
gembira.
ALIFAH
Tuh kan Kak! Akhirnya pendonor itu datang
juga!!!
SAFIRA tersenyum sangat senang mendengarnya.
RAHADIAN
Kalau begitu, ayo segera kita ke rumah
sakit! Papa juga tidak sabar dengan
penjelasan dokter tentang prosesnya nanti!
Ayo cepat habiskan sarapan kalian!
Sementara itu SAFIRA tak berhenti tersenyum. Ia bahkan
melahap makanannya dengan penuh kegembiraan.
CUT TO:
13. EXT. RUMAH SAKIT. TAMAN – DAY
11
SAFIRA tampak duduk di bangku taman sendiri. Sedangkan
ALIFAH sedang bermain bola-bola sabun bersama seorang ANAK
KECIL yang sedang bermain-main di taman itu.
CUT TO:
14. INT. RUMAH SAKIT. RUANG DOKTER MATA – DAY
DOKTER LARAS (45 tahun), baru masuk ke ruangan dan langsung
menuju mejanya. Tampak RAHADIAN, RISMA sudah duduk di depan
meja DOKTER LARAS.
RAHADIAN
Bagaimana Dok?!
DOKTER LARAS
(agak ragu)
Ehmm… keadaannya begini Pak! Mata yang akan
didonorkan adalah orang yang sudah meninggal
dan tidak punya keluarga!
RISMA
Meninggal? Meninggal kenapa?
DOKTER LARAS
Penyakit! Tapi penyakit yang diderita orang
ini tidak berpengaruh pada matanya! Jadi
kalau mata orang itu didonorkan, tidak akan
berpengaruh pada penerima donor!
RAHADIAN dan RISMA saling tatap dengan ragu.
DOKTER LARAS (COUNT'D)
Tapi saya sebagai Dokter harus bertanya pada
keluarga penerima Donor maupun si
penerimanya langsung karena ini harus
menjadi bahan pertimbangan yang harus
dipikirkan baik-baik!
RAHADIAN dan RISMA langsung terdiam satu sama lain, tampak
berfikir.
CUT TO:
15. EXT. RUMAH SAKIT. TAMAN – DAY
12
SAFIRA masih duduk di bangku taman. Tapi ALIFAH sudah pergi
entah dimana. Disana hanya ada si ANAK KECIL yang masih
bermain riang. Namun ANAK itu tersandung sesuatu dan ia pun
terjatuh tengkurap. ANAK itu lalu MENANGIS KENCANG.
Tak seorang pun menolong anak itu, sementara si anak masih
tengkurap sambil menangis. SAFIRA yang mendengarnya merasa
iba, namun ia bingung harus berbuat apa.
SAFIRA
Al… Alifah…?! Al… anak itu… Alifah…?!
SAFIRA berdiri, sepertinya tak ada orang di sekitarnya. Ia
pun mulai meraba-raba ke udara sambil berjalan pelan-pelan
menuju si anak kecil.
Suara TANGIS itu terdengar sangat dekat. Tapi SAFIRA tak
berdaya. Ia sama sekali tak tahu dimana si anak berada saat
itu. Padahal anak kecil itu tepat ada di depannya. Dan
SAFIRA tak menyadari itu.
Seorang IBU datang dan kaget melihat anaknya yang dalam
keadaan terkelungkup, menangis dan tepat pada saat itu
SAFIRA melangkah dan tersandung si anak.
SAFIRA langsung jatuh bersamaan dengan TERIAKAN si anak
yang semakin kencang. Si IBU panik dan langsung berlari
menghampirinya.
IBU
(berteriak)
Heyyy…!!!
IBU itu langsung menghampiri anaknya dan menggendongnya. Ia
menatap ke arah SAFIRA dengan penuh kemarahan.
IBU
(marah)
Eh, kamu ngga lihat ada anak tadi?! Atau
kamu sengaja mau mencelakai anak saya?!
SAFIRA
(bingung)
Ma… maaf! Sa… saya tidak lihat!
IBU
(ketus)
13
Kamu Buta?!
SAFIRA langsung diam. IBU itu pun tak menanti jawaban
SAFIRA dan lansung pergi begitu saja. SAFIRA tak langsung
berdiri. Tadpi dia malah menangis karena merasa terhina.
Tak lama kemudian ALIFAH muncul dan kaget dengan keberadaan
SAFIRA yang ada di atas tanah sendiri sambil menangis.
ALIFAH
Kak Fira…?!
Mendengar suara ALIFAH, SAFIRA langsung menghapus air
mataya. Tapi ALIFAH suah terlanjur melihatnya menangis.
ALIFAH
Kak, Kok kakak menangis? Dan... kenapa kakak
duduk di bawah seperti ini?
SAFIRA
Ngga kok Al! Tadi... tadi kakiku keseleo!
ALIFAH membantu SAFIRA untuk berdiri.
ALIFAH
Maaf kalau aku ngga jagain kakak! Tadi aku
cuma mau ke toilet! Aku pikir kakak juga
ngga akan kemana-mana!
SAFIRA
Ngga apa-apa kok Al! Beneran! Aku cuma
keseleo biasa! Kamu ngga usah terlalu
khawatir!
ALIFAH
Kalau begitu kita susul Papa sama Mama saja!
Pasti kakak juga mau tahu apa yang
dibicarakan mereka sama Dokter kan?
SAFIRA mengangguk setuju. Mereka pun sama-sama pergi menuju
ke rumah sakit.
CUT TO:
16. INT. JALANAN. MOBIL – DAY
14
SAFIRA dan ALIFAH kini duduk di dalam mobil dalam
perjalanan mereka pulang bersama kedua orang tuanya. SAFIRA
menatap kosong ke arah langit di luar jendela sambil
mendengar perbincangan orang tuanya.
RAHADIAN
Sayang sekali ya! Ternyata pendonor itu
bukan orang yang tepat untuk mata Safira!
Kamu masih bisa bersabar kan Fir! Papa mau
yang terbaik untuk kamu! Jadi papa ingin
mendapat mata yang benar untuk mata kamu!
Bagaimanapun mata adalah panca indera yang
penting! Kalau mendapat mata yang kurang
baik, sama saja sia-sia!
RISMA
Benar kata papa kamu Fir! Kamu harus
bersabar untuk mendapatkan mata yang tepat!
Bagaimanapun kamu pasti mau yang terbaik
kan?!
Tapi SAFIRA tak menjawab. Ia terus melamun dalam tatapan
kosongnya itu.
CUT TO:
17. EXT. LAPANGAN BASKET – DAY
ALIFAH baru saja duduk di sebuah bangku di tepi lapangan
basket. Tiba-tiba saja ADIT datang menghampiri dan duduk
tepat di sebelah ALIFAH.
ADIT
Hai...
ADIT menyapa ALIFAH dengan senyumannya. ALIFAH membalas
senyuman ADIT.
ALIFAH
Hai...! Baru datang juga!
ADIT
Ngga sih! Tapi aku nunggu kamu!
ALIFAH
Oya? Nunggu aku?! Kenapa?
15
ADIT
Mau nantang kamu!
ADIT lalu melempar bola yang dipegangnya pada ALIFAH yang
spontan di tangkap ALIFAH. ALIFAH lalu berdiri dan mencoba
mendrible bolanya. Mereka mulai bermain dengan santai.
ADIT
Jadi kakak kamu buta beneran?
ALIFAH
Kenapa? Apa kamu ngga percaya?
ALIFAH melempar bolanya, dan bola itu masuk ke dalam ring.
ADIT
Setengah percaya awalnya. Sejak kapan dia
buta?
ALIFAH
SMP! Kecelakaan!
ADIT
Tragis sekali! Apa tidak cari donor saja?
ALIFAH
Ya sudah pasti kami cari! Tapi ngga semudah
yang kita bayangkan!
ADIT berhasil merebut bola dari tangan ALIFAH.
ALIFAH (COUNT'D)
Kenapa kamu nanya? Kamu mau jadi
sukarelawan?
ADIT melempar ke ranjang, dan masuk.
ADIT
Maaf! Kalau aku bisa, dengan senang hati!
Tapi aku juga butuh mata untuk melihat!
ALIFAH
Yeah... aku juga sedang bercanda! Kemarin
kami sempat hampir menemukan pendonor! Tapi
tidak jadi, karena mata si pendonor
diragukan! Banyak kendala seperti riwayat
mata si pendonor sendiri yang masih di
16
ragukan! Orang tua ku ngga mau mengambil
resiko disini!
ADIT
Betul juga sih!
ALIFAH merebut bola, lalu mendriblenya.
ADIT (COUNT'D)
Apa kakak kamu punya pacar?
ALIFAH yang sudah melempar bola, ternyata meleset karena
pandangan ALIFAH langsung tertuju pada ADIT. ADIT menoleh
pada ALIFAH berharap ada jawaban dari ALIFAH.
ALIFAH langsung menatap ke arah lain, supaya tidak terlalu
ketahuan shock ALIFAH terhadap pertanyaan itu.
ALIFAH
(gugup)
Ehm... kenapa kamu tanya hal itu?
ADIT
Tanya saja! Ngga boleh?
ALIFAH
Ehm... ngga! Tapi itu agak ngga biasa saja!
ADIT
Oh, maaf kalau begitu! Tapi itu Cuma
pertanyaan iseng!
ALIFAH diam saja tak menjawab dan menembakkan bolanya lagi
ke arah ranjang, dan masuk.
CUT TO:
18. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TAMU – DAY
Tampak SAFIRA yang duduk di sofa ruang tamu. Ia sedang
menunggu kedatangan ALIFAH.
SFX: SUARA PAGAR RUMAH DIBUKA.
SAFIRA langsung berdiri dan menghampiri jendela depan dekat
pintu lalu menempelkan telinganya ke sela-sela jendela.
17
CUT TO:
19. EXT. RUMAH RAHADIAN. HALAMAN – NIGHT
ALIFAH berbalik menghadap ADIT sambil tersenyum manis.
Demikian juga ADIT.
ADIT
Kalau begitu sampai disini dulu ya!
ALIFAH hanya mengangguk tanpa menjawab.
ADIT (COUNT'D)
Aku pulang dulu!
ALIFAH
Terima kasih!
ADIT tersenyum sambil melirik ke arah rumah RAHADIAN. Ia
melihat ke arah rumah itu sejenak, tapi tampak ragu. Hingga
akhirnya ADIT berbalik dan pergi.
ALIFAH menatap kepergian ADIT sejenak, sebelum akhirnya ia
berbalik. Tapi ALIFAH langsung melihat ke arah jendela,
dimana ada sosok bayangan siluet disana. ALIFAH memicingkan
matanya sambil terus berjalan menuju teras.
CUT TO:
20. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TAMU – DAY
Mendengar ada yang datang, SAFIRA langsung bergegas duduk
kembali ke tempat semula. Tak lama kemudian ALIFAH masuk
dan langsung mendapati SAFIRA yang duduk di sofa ruang
tamu.
SAFIRA berdiri menyambut ALIFAH.
ALIFAH
Kak Fira, kok kak Fira ada disini?
SAFIRA
Oh, kakak Cuma iseng saja disini! Kamu kok
baru datang?
ALIFAH
Iya nih! Tadi ada pertandingan!
18
SAFIRA
Kamu diantar lagi sama Adit?
ALIFAH
Ehm... iya!
Tiba-tiba saja SAFIRA tersenyum setelah mendengarnya.
SAFIRA
Sepertinya kalian tambah dekat? Apa kalian
benar-benar tidak pacaran?
ALIFAH menatap ke arah SAFIRA sejenak tanpa ekspresi. Tapi
akhirnya ia pun mulai bicara.
ALIFAH
(menggeleng)
Ngga! aku ngga pacaran sama Adit!
SAFIRA
Lalu apa Adit suka sama kamu?
ALIFAH kembali menatap SAFIRA tanpa ekspresi. Dan akhirnya
kembali menjawab.
ALIFAH
(menggeleng)
Sepertinya tidak!
SAFIRA tak bertanya lagi. ALIFAH pun berjalan pergi tanpa
bicara apapun pada SAFIRA.
CUT TO:
21. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR. BATHROOM – DAY
ALIFAH masuk dan mengunci kamar mandinya. Lalu bersandar
dibalik pintu itu. Wajahnya tampak murung dan sedih.
Tampaknya ia sedang mengingat sesuatu.
FLASHBACK:
22. EXT. LAPANGAN BASKET – DAY
19
Tampak ALIFAH dan ADIT telah selesai bermain basket. Dan
keduanya kini duduk di tengah lapangan dengan tubuh
berkeringat dan nafas terengah-engah.
ADIT
Huuhhh...!!! Kamu hebat! Kamu bisa
mengalahkan aku begitu saja!
ALIFAH menatap ADIT, lalu melempar tubuh ADIT dengan bola
basket. Kontan ADIT langsung berseru.
ADIT
(berseru)
Aduh! Kok kamu melempar aku dengan bola sih?
ALIFAH tertawa melihat ADIT mengeluh.
ALIFAH
Habisnya, pakai acara ngalah segala! Aku
tahu kamu itu sengaja membiarkan aku menang!
ADIT
Apa?! Siapa bilang? Permainan kamu bagus
kok! Aku ngga sengaja kalah! Swerr...
ADIT mengacungkan 2 jarinya tinggi-tinggi. Tapi ALIFAH
malah menjulurkan lidahnya, tetap tak percaya.
ALIFAH
Kamu jujur aja deh! Aku tahu, ada sesuatu
yang mau kamu sampaikan sama aku, ya kan
Dit?
ADIT tampak salah tingkah dibuatnya.
ADIT
Ehm… sebenarnya sih memang ada yang mau aku
tanyakan sama kamu! Ini soal… kakak kamu!
ALIFAH
Kak Safira?! Kenapa? Kamu naksir dia?
ADIT
(gugup)
Eh, aku… aku belum bilang kayak gitu ya!
20
ALIFAH
(menggoda)
Belum…?! Berarti akan kan?
ADIT tak bisa menjawab lagi. Ia tersenyum malu-malu kucing.
Diam-diam ALIFAH menatapnya penuh arti sambil mendengar
curahan hati ADIT.
ADIT
Baiklah! Aku mau jujur sama kamu! Terus
terang, saat aku melihat kakak kamu kemarin,
rasanya aku sangat ingin lebih mengenalnya!
Mendengar itu hati ALIFAH langsung terpukul. ADIT terus
bercerita tanpa tahu perasaan ALIFAH yang sebenarnya.
ADIT (COUNT'D)
Aku lihat, kakak kamu itu spesial! Dia lain
dari yang lain. Cantik kayak kamu! Tapi dia
anggun!
ALIFAH menunduk, menyembunyikan keperihannya. ADIT merasa
tak enak tanpa menyadari perasaan ALIFAH.
ADIT (COUNT'D)
Tapi bukan berarti kamu ngga lho Al! Aku
hanya kagum saja sama kakak kamu! Dia itu
punya kelebihan yang mampu menutupi
kekurangannya!
ALIFAH
Kamu bicara seolah sudah mengenalnya sangat
lama!
ADIT
Yah... aku hanya menilai dari penampilannya
saja sih! Aku sih memang sama sekali belum
mengenal kakakmu! Tapi terus terang aku
ingin sekali mengenalnya lebih jauh!
Tiba-tiba ADIT berpaling menatap ALIFAH.
ADIT (COUNT'D)
Nah... untuk itu aku minta pendapat kamu!
Menurut kamu, apa aku boleh mendekati kakak
kamu?
21
ALIFAH kaget dengan pertanyaan itu. Sesaat dia hanya
menatap bengong pada ADIT. Tapi tak lama kemudian ia segera
sadar.
ALIFAH
Ehm... tergantung!
ADIT
Tergantung apa?
ALIFAH
(berdiri)
Tergantung apa kamu bisa mendekati dia tanpa
bantuan dari aku!
ALIFAH lalu pergi menuju bangku di tepi lapangan, tempat
tasnya diletakkan.
ADIT
Kok gitu sih? Jadi ngga mau bantu aku
nih...?
ALIFAH
(berfikir sejenak)
Bukan begitu! Aku Cuma ngga mau ada cowok
yang hanya berani mendekati kakakku dengan
mendekati adiknya terlebih dahulu! Bagi aku,
cowok itu kurang jantan dan kurang punya
percaya diri yang tinggi!
ADIT
Siapa bilang aku kayak gitu?
ALIFAH
Nah, kalau memang kamu ngga kayak gitu,
harusnya buktikan kamu benar-benar lelaki
sejati!
ALIFAH mengambil tasnya, lalu pergi meninggalkan ADIT. ADIT
lalu ikut menyambar tasnya lalu pergi menyusul ALIFAH.
ADIT
Baiklah! Aku akan buktikan itu!
ALIFAH
Bagus kalau begitu!
22
ADIT
Tapi izinkan aku untuk mengantar kamu
pulang!
ALIFAH berhenti berjalan dan menatap ADIT lekat-lekat. Dia
bingung dengan sikap ADIT.
ADIT
Kenapa? Ngga boleh juga?!
ALIFAH tersenyum tipis sambil menggeleng. Dan mereka pun
akhirnya berjalan pergi bersama.
BACK TO:
23. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR. BATHROOM – DAY
Tirai BATH UB terbuka dan tampak ALIFAH keluar dari bath ub
dengan rambut basah sehabis keramas. Ia lalu menatap
dirinya di cermin yang berkabut. Masih ada kesedihan di
wajahnya.
CUT TO:
24. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR. BATHROOM – DAY
ALIFAH duduk di bangku meja belajarnya dengan hanya
diterangi lampu meja. Ia sedang menulis sesuatu dalam buku
hariannya.
ALIFAH (VO)
Dear Diary, hari ini aku baru mengetahui
sebuah kenyataan yang pahit! Lelaki yang
selama ini sangat kudambakan ternyata ngga
seperti yang aku pikirkan! Aku pikir dia
mendekatiku karena aku, perempuan yang
selama ini didambakannya! Tapi apa
kenyataanya?!
ALIFAH berhenti menulis sejenak. Sesaat dia menatap ke arah
SAFIRA yang sudah tertidur di kasurnya. Kemudian
melanjutkannya lagi.
ALIFAH (COUNT'D)
Lelaki itu malah menginginkan kakakku
sendiri! Aku tidak menyesali kedekatan kami!
Yang aku sesali adalah rasa suka yang
23
terlanjur hadir dalam hatiku ini! Ternyata
tidak mudah untuk menghapusnya!
ALIFAH selesai menulis dan segera menutup diarynya.
CUT TO:
25. EXT. RUMAH RAHADIAN. TERAS - DAY
SAFIRA sedang menciumi bunga-bunga dalam pot yang tersusun
rapi di halaman dekat teras. ALIFAH yang sudah siap
berangkat kuliah berhenti sejenak menatap kakaknya itu.
SAFIRA merasa ada yang memperhatikan sehingga dia menoleh
pada ALIFAH.
SAFIRA
Al, itu kamu?
ALIFAH
Ehm... iya kak! Ini aku!
SAFIRA
kamu mau berangkat kuliah?
ALIFAH
Iya!
Tapi ALIFAH masih saja berdiri disana, ragu untuk bicara.
SAFIRA
Ada yang mau kamu katakan?
ALIFAH
Iya! Aku Cuma mau tanya! Menurut kakak, Adit
itu bagaimana?
SAFIRA
Adit? Sepertinya dia orang yang baik!
Memangnya kenapa?
ALIFAH
Menurut yang kakak rasakan saat meraba
wajahnya, apa kakak merasa kalau Adit itu
benar-benar tampan?
SAFIRA terdiam sejenak untuk berfikir atau mengingat-ingat.
24
SAFIRA
Ehmm... Kakak rasa dia pria yang tampan!
Kenapa Al?
ALIFAH
Eh, ngga apa-apa kok! Cuma nanya aja! Aku
berangkat dulu ya Kak!
ALIFAH lalu bergegas pergi meninggalkan SAFIRA. Namun
SAFIRA tetap terdiam ditempatnya. Ada kecurigaan di
wajahnya.
CUT TO:
26. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TAMU – DAY
SAFIRA membuka pintu rumahnya. ADIT berdiri tak bicara
menatap ADIT. SAFIRA bingung, apa ada orang atau tidak.
SAFIRA
Maaf, apa ada orang di luar?
ADIT
Ee… i-iya! I-ini aku A-Adit!
SAFIRA
Adit? Ooohh… temannya Alifah ya? Wah…
Alifahnya lagi kuliah tuh! Pulangnya pasti
sore! Kalau sore pasti dia latihan…
ADIT
Basket! Ya Aku tahu! Tapi aku kesini bukan
karena Alifah!
SAFIRA langsung diam tanpa ekspresi.
SAFIRA
Oohh, begitu? Lalu ada apa ya?
ADIT
Aku… aku mau bertemu kamu!
SAFIRA
Apa? Bertemu aku? Memangnya ada apa?
ADIT bingung menjawabnya.
25
ADIT
Ehhmm… begini! Mungkin, Alifah ngga pernah
cerita! Tapi memang aku yang minta agar dia
ngga cerita! Aku… aku ingin sekali mengenal
kamu lebih dalam!
SAFIRA langsung terdiam terpaku.
SAFIRA
Apa…?! Kamu, mau mengenal aku lebih dalam?!
ADIT
I-iya!
SAFIRA lalu mulai TERTAWA TERBAHAK. ADIT malah bingung
karena tidak mengerti apa yang ditertawakan SAFIRA.
Perlahan ADIT pun ikut TERTAWA. Awalnya tertawa garing,
tapi lama kelamaan ia TERPINGKAL sendiri.
CUT TO:
MONTAGE
27. EXT. TAMAN – DAY
Tampak ADIT dan SAFIRA berjalan-jalan dengan suka cita di
taman yang asri dan cukup indah itu. Sesekali ADIT membantu
SAFIRA melewati jalan-jalan kecil yang ada di sekitar taman
dengan bergandengan tangan. Mereka tampak Asik BERCERITA
satu sama lain.
CUT TO:
28. INT. GALLERY LUKISAN - DAY
ADIT kini berada disamping SAFIRA di sebuah pameran
lukisan. Mereka tepat di depan sebuah lukisan. ADIT lalu
mulai menjelaskan lukisan apa yang ada di depan SAFIRA.
ADIT
Lukisan ini menampilkan pemandangan yang
indah! Terlihat hamparan sawah yang
membentang luas, dengan padi yang mulai
menguning. Dan pepohonan tropis yang tumbuh
di sekiranya. Benar-benar menggambarkan
geografis Indonesia. Lukisan ini benar-benar
26
terlihat asri. Cuma ada satu kata yang bisa
disamakan; Surga.
SAFIRA tersenyum senang mendengar penjelasan ADIT.
29. EXT. TAMAN - DAY
SAFIRA dituntun oleh ADIT berjalan menyusuri taman yang
indah dengan tumbuhan dan bunga-bunga dimana-mana.
Kaki SAFIRA menapaki rerumputan, lalu tampak kaki SAFIRA
seolah melayang tak menyentuh tanah.
Sebenarnya ADIT sedang menggendong SAFIRA di punggungnya.
ADIT menggendong SAFIRA sambil berlari seolah sedang naik
pesawat.
ADIT
Wuisss....
SAFIRA senang merasakan angin yang menerpa wajah dan
rambutnya. Ia pun merentangkan tangan seolah sedang
terbang.
SAFIRA
Wuuuuu.... Hahahaha..
SAFIRA tampak seperti melayang dengan background langit.
SAFIRA pun memeluk ADIT dengan penuh perasaan.
CUT TO:
30. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – NIGHT
Tampak ALIFAH sedang menulis buku hariannya di diarynya.
Tapi dia mendengar sesuatu di luar. ALIFAH lalu melongok
dari jendela kamarnya.
CUT TO:
31. EXT. RUMAH RAHADIAN. TERAS – NIGHT
SAFIRA tersenyum bahagia ke arah ADIT. Tiba-tiba SAFIRA
meraba pipi adit dan menciumnya. ADIT langsung terpaku diam
di tempat dibuatnya.
27
INSERT: ALIFAH menutup gorden saking kaget dan shocknya
melihat sikap agresif SAFIRA.
SAFIRA masih tersenyum tanpa tahu bagaimana ekspresi
canggung ADIT.
SAFIRA
Terima kasih karena beberapa hari ini, kamu
sudah membuat aku tertawa!
ADIT
I-iya!
SAFIRA
Selamat malam!
SAFIRA berbalik dan masuk ke dalam rumahnya. ADIT masih
terpaku tak percaya. Wajahnya sumringah. Tapi perasaan itu
hilang saat dia melihat seseorang sedang mengintip dari
balik jendela (ALIFAH). ADIT lalu tersenyum geli melihatnya
sebelum akhirnya dia pergi.
CUT TO:
32. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – NIGHT
Tampak SAFIRA masuk dengan wajah senyam-senyum ceria. Tiba-
tiba seseorang mengkagetkannya.
ALIFAH
Kak Fira habis keluar sama Adit ya?
SAFIRA
Kamu Al! Ngagetin saja!
SAFIRA lalu menghampiri kasurnya dan duduk diatasnya.
SAFIRA
Iya, kakak habis keluar sama dia! Memangnya
kenapa Al? Ngga boleh ya?!
ALIFAH
Ngga kok! Siapa bilang! Aku ngga bilang
begitu!
SAFIRA lalu tersenyum sendiri.
28
SAFIRA
Jadi ngga apa-apa kan kalau kakak jalan sama
Adit?!
ALIFAH
Ya, ngga apa-apa lah kak! itu berarti
keinginan kakak terkabul! Akhirnya ada
seorang cowok yang mau deketin kakak! Ya
kan?
SAFIRA
Benar juga kamu Al!
SAFIRA masih tersenyum sendiri. ALIFAH ikut senang. Tapi
saat kembali menulis Diarynya, raut wajahnya pun kembali
sedih.
CUT TO:
33. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TAMU – DAY
SFX: SUARA BELL PINTU.
RAHADIAN membuka pintu rumahnya. Dan tampak PAK RT berdiri
di ambang pintu.
PAK RT
Selamat pagi pak Rahadian!
RAHADIAN
Selamat pagi Pak RT! Ada apa Pak Rt datang
pagi-pagi begini? Ada yang bisa saya bantu?
PAK RT
Ehm... begini Pak! Berhubung sekarang ini
musim Demam Berdarah, seluruh warga kampung
sudah sepakat bahwa kami semua akan
mengadakan gerakan pengasapan sehubungan
berjangkitnya wabah Demam Berdarah ini!
RAHADIAN
Maaf Pak Rt, tapi rasanya rumah kami jauh
dari kemungkinan terjangkit wabah tersebut!
Karena rumah kami sudah cukup bersih dan
kami semua tidak pernah merasakan adanya
nyamuk di daerah sini! Jadi, saya rasa tidak
29
ada gunanya kalau pengasapan itu dilakukan
di lingkungan rumah kami!
PAK RT
Tapi Pak Dian, seluruh warga sudah sepakat…
RAHADIAN
(memotong)
Pak Rt, saya yakin! Rumah saya ini rumah
sehat! Bersih! Buat apa disemprot-semprot
begituan?! Bikin bau saja! Yang harus
disemprot itu lingkungan rumah-rumah kumuh
sana, bukan di sini!
PAK RT pun terdiam tak berkutik. Dia tidak bisa berbuat
apa-apa kecuali mengiyakan apa yang sudah menjadi keputusan
RAHADIAN.
PAK RT
Baiklah kalau begitu! Saya tidak akan
memaksa Pak Dian mau atau tidak rumahnya
diasapi! Tapi saya perlu peringati anda!
Nyamuk demam berdarah ini tidak pernah bisa
menilai apakah rumah ini milik orang kaya
atau orang miskin! Rumah ini bersih atau
kumuh! Jika lalai, orang berada seperti anda
mungkin tidak tahu jika satu nyamuk masuk ke
dalam jendela atau sela-sela pintu anda dan
menghisap darah salah satu kulit mulus salah
satu keluarga anda.
RAHADIAN TERTAWA, seolah itu sebuah candaan yang
dilontarkan PAK RT untuk menakut-nakutinya.
RAHADIAN
Hahaha… pak Rt, Pak Rt! Saya sih tahu soal
itu! Jangan-jangan Pak RT juga mau memberi
saya pertanyaan apa nyamuk yang menyebabkan
penyakit demam berdarah? Hahaha Aides Agepti
Pak!!! Hahaha…
PAK RT hanya menggelengkan kepala tanpa bicara panjang
lebar lagi.
PAK RT
Kalau begitu, saya permisi dulu!
30
PAK RT langsung berbalik pergi tanpa senyum apapun pada
RAHADIAN.
CUT TO:
34. EXT. RUMAH PAK RT. TERAS – DAY
PAK RT datang ke rumahnya sendiri dengan keadaan yang
kurang semangat. Padahal di teras rumahnya BEBERAPA WARGA
tampak sedang menunggunya.
WARGA 1
Lho, Pak RT, kok datang-datang lemas begitu
sih? Ada apa Pak?
PAK RT
Ngga apa-apa kok! Hanya saja… kok saya
merasa beruntung ya, hidup berkecukupan
seperti ini!
WARGA 2
Maksud pak RT apa?
PAK RT duduk di sebuah bangku bersama yang lain. Ia
menghela nafas sebelum akhirnya kembali bicara.
PAK RT
Itu tadi saya habis dari rumah beberapa
orang kaya di desa kita! Salah satunya rumah
Pak Rahadian! Saya tidak mengerti
sebenarnya, kenapa orang kaya seperti dia
paling susah kalau diajak gotong royong,
atau berkegiatan sosial lainnya. Padahal kan
demi kebaikan dia dan keluarganya sendiri!
WARGA tampak manggut-manggut, mengerti apa yang dimaksud
PAK RT.
WARGA 3
Iya ya Pak! Saya setuju! Mereka itu susah
sekali untuk diajak duduk bersama-sama dan
secara gotongroyong memecahkan berbagai
persoalan lingkungan, khususnya persoalan
kesehatan!
WARGA 1
31
Mungkin merasa sudah ada jadi tidak butuh
apapun dari kita orang yang lebih kecil!
PAK RT menggeleng dengan putus asa.
PAK RT
Padahal jika para penghuni rumah mewah itu
sadar dan berpartisipasi secara aktif, maka
banyak persoalan lingkungan akan lebih mudah
diatasi. Karena mereka lebih berpendidikan
dan memiliki kekuatan ekonomi!
WARGA kembali manggut-manggut, tanda setuju.
CUT TO:
35. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TENGAH – DAY
RAHADIAN dan RISMA tampak sedang duduk bersama berhadapan
dengan kedua anaknya.
RAHADIAN
Papa dan Mama mau bicara pada kalian tentang
rencana papa dan mama ke luar negeri minggu
depan!
RISMA
Mama dan Papa berfikir kalau kami harus
mencarikan donor mata untuk kamu di luar
negeri! Siapa tahu saja disana ada mata yang
cocok sama mata kamu, Fir!
SAFIRA tersenyum senang.
SAFIRA
Terima kasih Pa, ma…!!! Tapi itu berarti
kalian akan lama meninggalkan aku dan Alifah
disini!
RAHADIAN
Itu sebabnya kami bicara sama kalian! Apa
kalian ngga apa-apa kalau papa dan mama agak
lama disana?!
SAFIRA diam saja, menunggu jawaban dari ALIFAH terlebih
dahulu. ALIFAH tampak melamun, dan sepertinya sedang tak
memperhatikan kedua orangtuanya.
32
RAHADIAN
(menegur)
Alifah?!
ALIFAH
Eh, i-iya! Kenapa Pa…?!
RAHADIAN
Kami pergi ke luar negeri agak lama dari
rencana kami, karena mencari donor mata
untuk Safira! Bagaimana pendapatmu?!
ALIFAH
Oohhh…! (mengangguk) Ngga masalah! Aku bisa
jaga Kak Safira dengan baik! Asal Papa dan
Mama pulang bawa oleh-oleh yang banyak ya!
SEMUA TERTAWA mendengarnya.
RISMA
Kamu tuh, yang dipikirkan Cuma oleh-oleh…
saja!
ALIFAH cengar cengir sendiri. Tapi sebenarnya perasaannya
sangat sedih. Entah apa yang membuatnya begitu sedih,
sehingga ia membuang wajahnya agar tak terlihat oleh
keluarganya.
CUT TO:
36. INT. LAPANGAN BASKET – DAY
ALIFAH bermain basket sendiri. Mendrible, menembak,
mengejar bola, mendrible lagi, lay up, dll, hingga dia
lelah sediri.
Nafasnya terengah-engah dan keringatnya bercucuran di
seluruh tubuhnya. Ternyata sudah lama ADIT memperhatikan
ALIFAH dari tepi lapangan. ALIFAH merasa ada yang
memperhatikan, sehingga ia pun menoleh pada ADIT.
ALIFAH
Sejak kapan kamu berdiri di situ?
ADIT yang masih membawa tasnya langsung meletakkan tas itu
dan segera menghampiri ALIFAH.
33
ADIT
Ngga kok! Aku barusan datang! Tapi aku heran
melihat permainan kamu hari ini! Seperti
punya ambisi!
ADIT memberikan sebotol air mineral pada ALIFAH. ALIFAH
menerimanya dan segera meminumnya pelan-pelan.
ADIT
Kamu ngga apa-apa kan?
ALIFAH
(menggeleng)
Gimana hubungan kamu sama kak Safira?
ADIT
(kaget)
Lho, tumben kamu mau tahu?
ALIFAH
Kenapa, ngga boleh?
ADIT
Yah… kirain kamu memang ngga mau tahu untuk
selamanya!
ALIFAH tersenyum mendengarnya.
ALIFAH
Aku kan ngga pernah bilang kalau aku ngga
mau tahu! Tapi aku Cuma bilang aku ngga mau
ikut campur urusan pendekatan kamu sama
kakakku!
ADIT
Iya deh, aku yang ngalah! Aku masih dalam
tahap pendekatan sama kakak kamu!
ALIFAH
Apa?! Masih pendekatan? Setelah kalian
berkencan, sampai pegangan tangan segala?!
ADIT
Lho, kamu kok tahu?
ALIFAH
34
Udah deh! Ngga usah dibahas! Dit, kamu mau
mempermainkan kakakku dengan mengobral janji
palsu yang pada ujungnya kamu gantung begitu
saja!
ADIT
Ya ampun Al, aku sama sekali ngga berniat
melakukan hal itu sama sekali! Aku... aku
suka sama kakak kamu! Tapi aku hanya
menunggu waktu yang tepat untuk bicara sama
kakak kamu!
ALIFAH
(tegas)
Oya, kapan? Ohhh... maaf! Seharusnya aku
ngga tanya kayak gitu! Tapi dengar ya Dit!
Kalau kamu cuma mempermainkan kakakku, aku
ngga akan segan-segan ber
ADIT diam saja saat ALIFAH berbalik pergi meninggalkannya.
Tapi sebelum ALIFAH pergi meninggalkan lapangan, ALIFAH
kembali menatap ADIT yang masih menatapnya.
ALIFAH
Aku yakin kamu bukan orang seperti itu! Aku
mengenal kamu lebih dari apapun! Walau kamu
ngga pernah mengenal aku lebih jauh!
ALIFAH langsung berbalik pergi begitu saja. ADIT terpaku
mendengar apa yang barusan dikatakan ALIFAH padanya.
CUT TO:
37. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – NIGHT
CRAZY ANGLE – ALIFAH yang tidur dengan gelisah di kasurnya.
Keringat bercucuran membasahi wajah dan pakaiannya.
FLASHES IN:
38. INT. DUNIA ANTAH BARANTAH –
ALIFAH berdiri di sebuah ruang yang gelap penuh dengan
kabut. ALIFAH tampak kebingungan karena dia tidak tahu
entah ada dimana.
35
ALIFAH
(berseru)
Pa... Ma...!!!
ALIFAH berlari kesana kemari, tapi tampaknya tidak ada
jalan keluar baginya. Semuanya gelap dan berkabut. Nafas
ALIFAH mulai terengah-engah.
ALIFAH (COUNT'D)
Pa, Ma... Kak Fira...!!!
ALIFAH terus mencari jalan keluar. Hingga akhirnya ia
melihat sosok cowok dalam bentuk siluet yang ia kenal.
ALIFAH
Adit...?!
Sosok siluet itu menatapnya, tapi malah menjauhi ALIFAH.
ALIFAH
Adiiittt...!!!
Saat ALIFAH mengejarnya, sosok ADIT malah menghampiri sosok
SAFIRA yang disini tidak buta.
ALIFAH
Kak Fira…?
SAFIRA tersenyum ganjil. Agak menyeramkan tepatnya. Ia
menggandeng tangan ADIT.
SAFIRA
Kenapa Al? Kenapa kamu mengejar Adit? Dia
kan milikku! Dia menyukaiku! Kamu ngga perlu
mengejarnya! Karena Adit akan mengejarku!
ALIFAH
Tapi kak, aku ngga mengejar Adit! aku Cuma…
ngga tahu harus kemana! Tadi Adit muncul…
tapi…
SAFIRA
(menggeleng)
Ngga! Kamu ngga perlu siapapun! Kamu kan
ngga buta! Pasti kamu bisa cari jalan keluar
sendiri, ya kan? Aku yang butuh dia Al! Aku
36
butuh seseorang yang bisa menuntunku mencari
jalan keluar! Kamu cari sendiri jalannya ya!
SAFIRA tersenyum ganjil lagi, dan kali ini dia benar-benar
menarik tangan ADIT untuk menjauh. Dan mereka menghilang di
telan kabut. ALIFAH mulai panik, ketakutan.
ALIFAH
Kak Fira, Adit…!!! Jangan tinggalin aku
sendiri disini! Tunggu aku!!!
ALIFAH mengejar mereka. Tapi lagi- lagi keadaan sangat
gelap sehingga dia tidak menemukan jalan keluar sama
sekali.
FLASHES OUT:
39. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – NIGHT
CRAZY ANGLE – ALIFAH masih tidur dengan gelisah dan
keringat terus bercucuran membasahi wajah dan pakaiannya.
Wajahnya pun memucat, dan ia pun MENGIGAU.
ALIFAH
(mengigau)
Jangan… jangan tinggalin aku sendiri.
Jangan!!!
ALIFAH terbangun dari tidurnya dengan kaget. Nafasnya masih
terengah-engah. Tapi ia tak sanggup terlalu lama bangun,
sehingga ia memutuskan untuk tidur kembali.
CUT TO:
40. EXT. RUMAH RAHADIAN – DAY
ESTABLISH – Sebuah rumah yang cukup besar, dan mewah namun
tampak asri di sebuah komplek di sebuah pedesaan.
CUT TO:
41. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG MAKAN – DAY
Tampak SAFIRA berjalan sambil meraba-raba menuju meja makan
yang tampak sepi. Tapi sudah ada beberapa makanan diatas
meja. SAFIRA sendiri duduk di salah satu bangku. Tak lama
37
kemudian MBOK SITI (50 tahun), sedang membawa buah potong
segar dan menghidangkan ke atas meja.
MBOK SITI
(logat jawa)
Eh, non Safira sudah bangun! Sudah mandi
lagi!
SAFIRA
(tersenyum)
Iya dong Mbok! Walaupun papa sama mama sudah
pergi ke luar negeri, ngga berarti enak-
enakan di rumah kan?
MBOK SITI
Lha trus, non Ifah mana ya? Kok dari tadi
mbok belum lihat?
SAFIRA
Lho, memangnya Alifah belum bangun? Atau
mungkin sudah berangkat kuliah?
MBOK SITI
Hemmm, lha wong mbok Siti bangun dari subuh
kok! Masak ngga ketahuan kalo non Alifah
pergi?!
SAFIRA
Apa mungkin masih tidur? Tapi tumben! Ngga
seperti biasanya Alifah bangun jam segini!
Biar aku lihat deh mbok!
SAFIRA kembali berdiri dari duduknya dan segera berjalan
pelan pergi menuju kamarnya.
CUT TO:
42. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – DAY
SAFIRA masuk ke dalam kamar dan pelan-pelan menuju ranjang
ALIFAH.
SAFIRA
Al, Alifah? Al…!!!
SAFIRA meraba-raba gundukan di ranjang yang ditutupi
selimut itu. Tiba-tiba saja gundukan itu bergerak, dan
38
muncullah wajah pucat ALIFAH. Tampaknya ia sedang sakit.
SAFIRA berhasil menyentuh dahi SAFIRA.
SAFIRA
(kaget)
Astaga, kamu sakit Al?
ALIFAH hanya mendesah pelan, tak sanggup bicara.
SAFIRA (COUNT'D)
Duuuhhh… badan kamu panas sekali! Kamu demam
ya? Aku antar ke Dokter ya!
ALIFAH
(lemah)
Aaahhh… paling cuma demam biasa! Minum obat
turun panas juga sudah sembuh!
SAFIRA
Kamu yakin…?!
ALIFAH
Iya, tapi aku mau tidur lagi! Rasanya aku
pingin tidur terus!
ALIFAH kembali menyelimuti dirinya sendiri. SAFIRA tak bisa
banyak berbuat kecuali membiarkan ALIFAH tidur.
CUT TO:
43. EXT. LAPANGAN BASKET – DAY
Lapangan saat itu tampak ramai dengan berbagai PEMUDA yang
bermain basket. ADIT datang dan langsung mengambil bangku
di tepi lapangan. ADIT tak langsung turun ke lapangan, tapi
dia malah mengawasi semua orang yang ada disana. Ia tak
melihat ALIFAH. Sama sekali tidak ada. Sekalipun di
gerombolan CEWEK yang teman-teman ALIFAH. Karena penasaran,
ADIT pun menghampiri mereka.
ADIT
Hai, pada lihat Alifah ngga?
CEWEK 1
Ngga tuh! Dia juga ngga ngasih kabar sama
kita!
39
CEWEK 2
Apa Ifah sakit ya?
ADIT langsung mengerutkan dahinya. Bisa jadi, pikirnya.
ADIT
Ya sudah, terima kasih ya!
ADIT langsung kembali ke bangkunya dan tampak berfikir.
ADIT (VO)
Jangan-jangan Alifah memang lagi sakit!
CUT TO:
44. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TAMU – DAY
SFX: SUARA PINTU DIKETUK.
MBOK SITI membukakan pintu untuk ADIT yang datang usai
kuliah keesokan harinya.
MBOK SITI
Eh, Den Adit!
Siang Mbok...
MBOK SITI
Mau nyari non Safira?
ADIT
Mmmm... sebenarnya...
SAFIRA (OS)
Adit...?
Tiba-tiba saja SAFIRA muncul menemui ADIT. ADIT senang
melihat SAFIRA. MBOK SITI lalu pergi dan kini tinggal
SAFIRA dan ADIT.
SAFIRA
Ada apa kamu datang siang-siang begini?!
ADIT
Mmmm... kemarin sore aku ngga lihat Alifah
main. Dan tadi aku ngga lihat dia di
kelasnya!
40
SAFIRA sedikit terkesiap saat tahu ADIT datang mencari
ALIFAH.
SAFIRA
Kamu... kamu cari Alifah?!
ADIT
Mmmm... iya! Apa Benar dia lagi sakit?!
Wajah SAFIRA langsung berubah.
SAFIRA
Oohh... iya! Dia memang lagi sakit dari
kemarin! Tapi cuma Demam kok! Demam biasa!
ADIT
Oya, apa dia sudah minum obat atau ke
dokter?!
ALIFAH (OS)
Sudah! Aku sudah sembuh kok!
Terdengar suara lemah ALIFAH dari belakang SAFIRA. SAFIRA
kaget kalau ALIFAH datang menghampiri mereka.
ALIFAH
Kamu ngapain kesini Dit?!
ADIT
Memangnya ngga boleh ya aku tahu kabar kamu?
Habis ngga biasanya kamu bolos latihan!
Tampak SAFIRA yang diam. Tapi terlihat dari matanya bahwa
dia ingin sekali melihat keadaan itu; apa yang mereka
lakukan, apa sedang berdekatan atau malah sedang
bercengkrama satu sama lain.
ALIFAH
Duduk Dit!
Adit yang dari tadi berdiri kini dipersilakan duduk. SAFIRA
tampak masih berdiri di tempatnya.
ALIFAH
Kak Fira, kok berdiri saja! Duduk dong kak!
41
SAFIRA
ooohh, Kakak mau bilang ke mbok Siti untuk
mempersiapkan minuman dingin untuk Adit!
Permisi!
SAFIRA lalu pergi dengan meraba-raba menuju dapur.
Kini ADIT malah tertawa melihat keadaan ALIFAH yang masih
sedikit pucat.
ALIFAH
kok kamu ketawa sih?
ADIT
Ya… aneh saja! Masak perempuan superwoman
kayak kamu bisa sakit juga!
ALIFAH melempar bantal kecil pada ADIT. Mereka saling
TERTAWA bersama.
INSERT: Ternyata SAFIRA mencuri dengar dari sebuah tembok.
Kembali pada ADIT dan ALIFAH.
ALIFAH
Gimana latihannya kemarin?!
ADIT
Mana seru kalau ngga ada kamu! Terus terang
Al! Cuma kamu yang bikin setiap permainan
itu berkesan!
ALIFAH
Gombal banget sih!
ADIT cengengesan sendiri.
ADIT
Lho, kok dibilang gombal sih? Beneran!
Karena Cuma kamu yang permainannya bagus!
Tapi dikalangan cewek ya!
INSERT: SAFIRA seperti dibakar api cemburu. Dia lalu
berjalan perlahan menuju dapur.
CUT TO:
42
45. INT. RUMAH RAHADIAN. DAPUR – NIGHT
MBOK SITI sudah menyiapkan segelas sirup dingin untuk ADIT.
Tiba-tiba saja SAFIRA datang dang menghampirinya.
SAFIRA
Mbok, biar aku saja yang mengantarkan
minumannya!
MBOK SITI
Lho, non, ngga usah! Biar Mbok saja!
SAFIRA
Ngga Mbok! Biar Fira saja! Percaya deh sama
Fira! Cuma satu gelas ini!
MBOK SITI masih ragu, tapi akhirnya ia menyerahkan gelas
itu pada SAFIRA juga. Dengan hati-hati SAFIRA pun mulai
membawa gelas itu pergi.
CUT TO:
46. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TAMU – NIGHT
ADIT dan ALIFAH TERTAWA bersama-sama.
ADIT
Jadi kamu yakin besok bakal mulai kuliah?!
ALIFAH
Ya iyalah! Lihat saja sekarang! Aku sudah
sehat! Panasnya sudah turun! Ngga usah
diragukan gitu deh!
ADIT
Bukan ragu! Tapi ngga yakin saja! Kamu
kayaknya masih kurang sehat Al!
ALIFAH
Masak sih? Aku sudah merasa lebih baik kok!
ADIT
Aku sarankan kamu besok jangan kuliah dulu!
Paling ngga kamu periksa dulu ke Dokter!
Kalau memang kata Dokter keadaan kamu sudah
membaik, kamu baru bisa mulai beraktivitas.
43
ALIFAH
Terima Kasih atas sarannya! Tapi aku sudah
sehat dan mau segera beraktivitas!
ADIT
Kamu susah juga ya di kasih tahu! Ini kan
demi kebaikan kamu sendiri!
(serius)
Aku cemas sama kamu Al! Aku benar-benar
mencemaskan kamu!
Melihat kesungguhan di wajah ADIT, ALIFAH pun langsung
terpaku. Keduanya sama-sama saling tatap sesaat. Sebelum
sebuah suara mengagetkan mereka.
SFX: PRANGGG... SUARA GELAS PECAH.
Kontan ADIT dan ALIFAH langsung menoleh ke arah suara itu.
Dan dilihatnya, SAFIRA yang duduk dilantai sambil meraba-
raba dengan panik. ALIFAH dan ADIT cemas dang langsung
menghampiri SAFIRA.
ADIT
Fira, kamu ngga apa-apa?!
SAFIRA
Ngga kok! Ngga apa-apa! Tadi... tadi aku
menabrak! Aku ngga tahu kalau ada tembok
disini!
ALIFAH
Kak Fira, kenapa kakak yang bawa minumannya
sih? Kenapa ngga Mbok Siti saja?!
SAFIRA
Ngga kenapa-kenapa kok Al! Tadi aku yang
minta!
ADIT dan ALIFAH lalu membantu SAFIRA untuk berdiri.
CUT TO:
47. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – NIGHT
CRAZY ANGLE - SAFIRA masih terjaga, dan belum tidur. Ia
lalu mengingat kata-kata ADIT pada ALIFAH yang didengarnya.
44
ADIT (OS)
Kamu susah juga ya di kasih tahu! Ini kan
demi kebaikan kamu sendiri!
(serius)
Aku cemas sama kamu Al! Aku benar-benar
mencemaskan kamu!
Tampak mata SAFIRA yang buta, tapi memancarkan
kebenciannya.
SAFIRA (VO)
Apa selama ini Adit memang hanya mencemaskan
Alifah? Apa selama ini dia hanya kasihan
sama aku? Apa yang sebenarnya terjadi?
Kenapa disatu sisi Adit terus membuatku
tersanjung dan berbunga-bunga? Tapi kenapa
aku merasa kalau dia juga menyukai Alifah?
Atau jangan-jangan mereka mempermainkan aku
karena aku buta?!
Tangan SAFIRA mencengkeram selimut dengan penuh emosional.
SAFIRA (VO)
Aku benci menjadi buta! Aku bahkan tidak
bisa melihat kebenaran dan kebohongan di
mata mereka! Mudah sekali aku ditipu!
Lalu terdengar suara ALIFAH yang mengigau.
ALIFAH (OS)
Jangan... jangan pergi! Jangan tinggalkan
aku!
Suara ALIFAH membuat SAFIRA bangun dan ingin tahu keadaan
ALIFAH.
SAFIRA
Al…?!
Tapi ALIFAH tak menajawab, malah terus MENGIGAU. ALIFAH
tidur dengan gelisah. Wajahnya kembali pucat, dan
mengeluarkan keringat.
ALIFAH
Jangan pergi… Adit! Aku mohon jangan
tinggalin aku! Jangan!
45
Mendengar nama ADIT disebut, tiba-tiba SAFIRA kembali
marah.
SAFIRA
Al…?! Kamu sengaja ya? Kamu sengaja membuat
aku melayang tinggi karena Adit, padahal
kamu dan Adit itu saling cinta. Iya kan…?!
ALIFAH tak menjawab karena sebenarnya dia masih tidur. Dan
tampaknya sedang mimpi buruk lagi. SAFIRA kesal karena nama
ADIT terus disebut-sebut dalam igauan ALIFAH. Ia pun
merajuk dengan kembali berbaring dan menyelimuti seluruh
tubuhnya.
CUT TO:
48. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG MAKAN – DAY
SAFIRA duduk di meja makan sendiri dengan wajah penuh
kekesalan. MBOK SITI datang membawa sebakul nasi.
MBOK SITI
Lho, Non Alifah belum bangun lagi non?
SAFIRA
(dingin)
Belum! Biarkan saja Mbok! Sepertinya dia
memang butuh istirahat panjang!
MBOK SITI
Lho, tapi ini kan sudah siang! Ngga baik
anak perempuan bangun kesiangan!
SAFIRA
Mbok, biarkan saja! Nanti juga bangun
sendiri!
MBOK SITI tapi merasa cemas. Dia lalu bingung sendiri.
MBOK SITI
Aduuuhhh... tapi kok perasaan Mbok kok ngga
enak sih Non!
SAFIRA
46
Ya sudah! Kalau mbok mau bangunkan ya
bangunkan saja! Paling-paling Alifah juga
ngga mau bangun!
MBOK SITI bingung dengan sikap ketus SAFIRA yang tidak
seperti biasanya itu. Tapi akhirnya dia pun memutuskan
untuk membangunkan ALIFAH.
CUT TO:
49. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – DAY
ALIFAH meringkuk dibawah selimutnya. Ia tampak seperti
kedeinginan, menggigil, dan wajahnya pucat. MBOK SITI lalu
masuk ke dalam kamar itu dan menghampiri ALIFAH.
MBOK SITI
Non Ifah…!!! Non, bangun non… sudah siang
lho! Non…
MBOK SITI bingung melihat keadaan ALIFAH. Ia lalu
menempelkan tangannya ke dahi ALIFAH. Dan seketika itu juga
MBOK SITI kaget merasakan panas di tubuh ALIFAH.
MBOK SITI
Masya Allah…!!! Non Ifah…?!
MBOK SITI langsung panik dibuatnya. Ia pun BERTERIAK
hidteris memanggil SAFIRA.
MBOK SITI
(berteriak)
Non Fira…!!! Non Fira…!!!
CUT TO:
50. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG MAKAN – DAY
SAFIRA menghentikan sarapannya dan terdiam sejenak saat
mendengar suara MBOK SITI yang panik memanggil-manggilnya.
SAFIRA lalu bergegas berdiri dan langsung pergi
meninggalkan ruang makan dengan tetap berhati-hati.
CUT TO:
51. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – DAY
47
MBOK SITI masih panik melihat keadaan ALIFAH yang menggigil
dan tampak tak sehat. Tak lama muncul SAFIRA, yang heran
mendengar nada suara panik MBOK SITI.
SAFIRA
Mbok Siti kenapa teriak panik seperti itu!
Kayak lihat setan saja!
MBOK SITI
(bergetar)
Non Fira, Non Ifah, Non!
SAFIRA
Iya, kenapa sama Alifah?!
MBOK SITI
Panasnya tinggi sekali! Sepertinya dia
benar-benar kesakitan!
SAFIRA
Mbok kayak ngga tahu Alifah saja! Kemarin
saja dia panas tinggi! Lalu tiba-tiba saja
dia sembuh! Sudah biarkan saja! Mungkin
nanti sore juga sembuh lagi!
MBOK SITI
Tapi Non, apa ngga sebaiknya dibawa ke
dokter saja! Biar tahu apa penyakitnya!
Takutnya demam berdarah, kayak yang baru-
baru ini banyak yang kena!
SAFIRA
Mbok, ngga mungkin Alifah kena demam
berdarah! Lihat saja! Rumah ini kan bersih,
terawat lagi! Jadi ngga mungkin kalau ada
orang yang kena demam berdarah di rumah ini!
MBOK SITI
Tapi Non, Mbok sangat Khawatir! Di bawa ke
dokter saja ya Non!
SAFIRA
Terus siapa yang mau bawa Mbok?! Mbok kan
tahu sendiri kalau tempat kita bukan kota
yang banyak taksi atau kendaraan umum! Lalu
siapa orang rumah yang bisa bawa mobil?!
48
Mata MBOK SITI berkaca-kaca melihat keadaan ALIFAH.
SAFIRA
Tunggu Adit saja ya mbok! Kalau tahu Alifah
ngga ke kampus hari ini, mungkin dia akan
datang!
MBOK SITI
Mung… mungkin Non?!
SAFIRA
Ya iya dong Mbok! Kan belum tentu dia
datang?!
MBOK SITI
kenapa ngga di telfon saja?
SAFIRA
Aduhhh Mbok, nanti juga Adit kesini! Percaya
deh!
SAFIRA lalu berbalik dengan santai, tanpa ada kepanikan di
wajahnya. Sedangkan MBOK SITI masih bingung harus
bagaimana. Tiba-tiba MBOK SITI melihat buku telfon yang
memang sengaja di letakkan dekat lampu tidur samping
ranjang ALIFAH. MBOK SITI lalu membukanya, berharap ada
nomor telfon ADIT. Dan kebetulan memang ada. MBOK SITI pun
berniat menghubungi ADIT.
CUT TO:
52. INT. KAMPUS. KORIDOR – DAY
Sebuah kampus yang siang itu tidak begitu ramai. ADIT
tampak berjalan sendiri sambil menyusun buku di tangannya
dan memasukkannya ke dalam tas. Dan tepat pada saat itu,
Hpnya BERBUNYI.
SFX: SUARA DERING HP.
ADIT mengambil Hpnya dan segera mengangkatnya.
ADIT
Hallo...
CUT TO:
49
53. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TENGAH – DAY
Tampak MBOK SITI sedang diam-diam menghubungi ADIT.
MBOK SITI
(berbisik)
Hallo, Den Adit?! Ini saya, mbok Siti!
CUT TO:
54. INT. RUMAH RAHADIAN. RUANG TAMU – DAY
SFX: SUARA PINTU DIKETUK.
SAFIRA membuka pintu dan tampak ADIT berdiri di depannya.
SAFIRA menghirup bau ADIT dan langsung mengenalnya.
SAFIRA
Adit...?!
ADIT
Dimana Alifah...?!
SAFIRA
Oohhh... Alifah sedang...
Tapi tiba-tiba ADIT menerobos masuk begitu saja. SAFIRA pun
bingung dibuatnya.
SAFIRA (COUNT'D)
Lho, lho Dit?! Kamu mau kemana?!
Tiba-tiba MBOK SITI menuntun SAFIRA begitu saja.
SAFIRA
lho Mbok, kok aku di tuntun begini sih?
MBOK SITI
Cepat ambil pakaian Non Fira! Mbok Siti yang
beresin pakaian Non Ifah! Kita mau bawa Non
Ifah ke rumah sakit!
SAFIRA kaget mendengarnya. Tapi dia tak berkutik.
CUT TO:
55. INT. RUMAH SAKIT. KORIDOR. UGD – DAY
50
Pintu UGD terbuka. ADIT menggendong ALIFAH, sedangkan MBOK
SITI menuntun SAFIRA. Tak lama kemudian sebuah brangkar
datang, dan ADIT meletakkan ALIFAH diatasnya. Dan BEBERAPA
PERAWAT membawa ALIFAH segera ke ruang UGD.
PERAWAT 1
Maaf! Anda semua tunggu saja disini!
Waktu berlalu hampir 15 menit. Tak lama kemudian, seorang
DOKTER PEREMPUAN keluar dan menghampiri ADIT, SAFIRA dan
MBOK SITI.
DOKTER PEREMPUAN
Pasien sudah kena Demam Berdarah dan
mengalami keterlambatan penanganan! Sekarang
pasien sedang melewati fase kritis!
Semua kaget. Termasuk SAFIRA yang juga bingung dengan
penjelasan itu.
SAFIRA
Maksudnya bagaimana ya?
DOKTER PEREMPUAN
Nona Alifah kena demam berdarah! Dan dia
sudah melewati fase-fase gejala, hingga
sekarang dia ada di fase kritis karena
penanggulangan yang terlambat! Jadi, lain
kali saya harap kalau suhu badan tiba-tiba
tinggi dan menggigil sebaiknya jangan
didiamkan saja! Tapi segera dibawa ke
Dokter! Permisi!
DOKTER itu lalu pergi. Sedangkan ADIT, SAFIRA dan MBOK SITI
tampak terpaku dan shock mendengar apa yang menjadi
penjelasan Dokter soal ALIFAH yang terkena Demam Berdarah.
SAFIRA sendiri merasa bingung harus bertindak apa.
SAFIRA
Apa yang harus aku lakukan?!
ADIT
Hubungi orang tua kamu dan bilang kalau
salah satu anak mereka dalam fase kritis
karena terserang Demam Berdarah!
51
Setelah berkata begitu, ADIT langsung pergi meninggalkan
SAFIRA. SAFIRA tampak shock dan bingung. Matanya mulai
berkaca-kaca dan perlahan menangis.
CUT TO:
56. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT ALIFAH – NIGHT
ADIT menunggui ALIFAH yang kini berbaring dengan O2 Mask di
mulutnya dan mengenakan infuse. ADIT begitu sabar
menunggunya. Tak lama kemudian SAFIRA masuk ke ruangan itu.
Ia tak berani masuk ke dalam ruangan.
ADIT
Bagaimana?
SAFIRA
Ya! Dia akan segera datang, besok pagi
sekali! Naik penerbangan pertama.
ADIT lalu diam kembali dan terus menatap ke arah ALIFAH.
Walau tak bisa melihat, SAFIRA merasa ada perasaan cemburu
di hatinya. Sehingga SAFIRA memilih untuk tidak berada di
ruangan itu.
CUT TO:
57. INT. RUMAH SAKIT. DEPAN RUANG RAWAT ALIFAH – NIGHT
SAFIRA berdiri dibalik pintu dengan perasaan berkecamuk.
SAFIRA (VO)
Al, kenapa kamu selalu saja bisa mengambil
hati banyak orang?! Sementara aku yang
menderita karena kebutaanku saja tidak bisa
mengambil hati Adit?! Kenapa kamu yang baru
saja sakit sekali ini, bisa membuat Adit
memperdulikan kamu! Bahkan mama papa yang
keluar negeri untuk mencari pendonor mataku
saja rela pulang tanpa berhasil mendapat
pendonornya! Kenapa kamu selalu menang dalam
segala hal?!
SAFIRA menangis penuh kepiluan.
CUT TO:
52
58. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR – DAY
Tampak SAFIRA usai mengemasi barang-barang ALIFAH yang
dibantu MBOK SITI. Saat MBOK SITI keluar, SAFIRA merasa
ingin mendekati meja belajar milik ALIFAH. Ia lalu
menghampirinya dan membuka laci meja itu. Tampak buku
harian ALIFAH terletak di dalamnya. SAFIRA hendak
mengambilnya, tapi MBOK SITI sudah memanggilnya lagi.
MBOK SITI
Non Fira?!
SAFIRA mengurungkan niatnya untuk mengambil Diary itu. Ia
menutup laci dan lalu pergi bersama MBOK SITI.
CUT TO:
59. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT ALIFAH – DAY
ADIT sangat setia menemani ALIFAH. Seketika itu juga
dilihatnya ALIFAH mulai tersadarkan diri. ADIT buru-buru
datang menghampirinya.
ADIT
Alifah…?!
ALIFAH
(lemah)
A... Adit...!!! Aku... aku mau bilang sama
kamu... aku minta, kamu simpan, buku
harianku! Buku yang aku letakkan di laci
meja belajarku! Aku ingin kamu membacanya!
Setelah... setelah kamu mengerti, bawa buku
itu dan kembalikan pada keluargaku!
ADIT
Tapi... tapi untuk apa Fah?! Kenapa harus
aku yang bawa buku itu? Bukannya kamu akan
sembuh?! Ayo Al? Kamu pasti bisa berjuang
melawan penyakit ini!
ALIFAH tampak sangat lemah. Ia menggeleng tanda tak mampu.
ALIFAH
Tidak... aku ngga sanggup... lagi! Aku...
aku hanya ingin... keluargaku, bahagia!
53
Mendengar ALIFAH yang tertatih-tatih, ADIT semakin panik.
ADIT
Ngga! Kamu ngga boleh bilang begitu Al! Kamu
ngga boleh pergi dari aku! Tunggu... Kamu
harus tunggu Al...
Tiba-tiba ADIT pergi meninggalkan kamar itu.
CUT TO:
60. INT. RUMAH SAKIT. DEPAN RUANG RAWAT ALIFAH – DAY
ADIT keluar dengan kepanikannya.
ADIT
(berseru)
Dokter...!!! Dokter...!!!
Dan saat itu juga tampak dari sudut koridor, RAHADIAN,
RISMA, SAFIRA dan MBOK SITI berlari-lari menghampiri ADIT.
RISMA
Nak Adit...?! Bagaimana keadaan Alifah?!
ADIT tak bisa berkata-kata kecuali tangis yang tak
tertahankan.
RAHADIAN dan RISMA buru-buru masuk ke dalam ruangan. Lalu
disusul oleh MBOK SITI yang menuntun SAFIRA. ADIT tetap
disana mencari DOKTER.
CUT TO:
61. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT ALIFAH – DAY
RISMA dan RAHADIAN langsung mengerubungi ALIFAH yang
tersadar tapi dalam keadaan sangat lemah. SAFIRA tampak
menangis sedih.
RAHADIAN
Sayang, ini papa sama mama datang Nak!
ALIFAH
(lemah)
54
Papa, Mama...! Senang... bisa bertemu! Aku
minta... kalian baik-baik saja! Jaga... kak
Fira... baik-baik...
RISMA
Sayang, kamu bicara apa! Kamu akan sembuh
Al! Percaya sama Mama!
ALIFAH tak berdaya. Ia pun tampak tersenyum, tapi lemah
sekali.
ALIFAH
Sudahlah... cukup disini!
Pintu terbuka dan DOKTER dan PERAWAT masuk bersamaan dengan
ADIT. DOKTER langsung menangani ALIFAH. Tapi detak
jantungnya semakin melemah. Dan tak lama kemudian tak
berdetak lagi.
PERAWAT menaikkan selimut sampai ke atas kepala ALIFAH dan
SEMUA ORANG di dalam sana MENANGIS HISTERIS. Termasuk
SAFIRA yang benar-benar merasa bersalah atas kematian
ALIFAH.
FLASHES OUT:
LAYAR PUTIH
(4 bulan kemudian)
62. INT. RUMAH SAKIT. RUANG RAWAT PASIEN – DAY
Perlahan terlihat siluet dari struktur tubuh seseorang. Dan
ternyata tidak hanya ada seorang ada 2, 3 atau 4 orang di
sana. Gambar siluet itu kini semakin terang hingga hanya
berupa blur, dimana ada 4 orang berdiri; DOKTER LARAS,
Seorang PERAWAT, RAHADIAN, dan RISMA.
DOKTER
nah, pelan-pelan saja Fir, jangan terlalu
dipaksakan!
Tampak SAFIRA yang sedang membuka matanya dengan perlahan.
Di sekitar bola matanya terdapat memar merah bekas operasi.
Dan kini SAFIRA dapat tersenyum melihat semua orang yang
ada di ruangan itu.
55
SAFIRA
Mama, Papa...?!
RISMA dan RAHADIAN begitu lega melihat akhirnya SAFIRA
kembali bisa melihat. Mereka pun berpelukan.
RISMA
Syukurlah sayang! Sekarang kamu bisa
melihat!
RAHADIAN juga merasa senang. Ia lalu berterima kasih juga
pada RAHADIAN.
RAHADIAN
Terima kasih Dok, anda benar-benar membuat
anak saya kembali melihat!
DOKTER LARAS
Yang membuat anak anda bisa melihat kembali
adalah Tuhan! Maka berterima kasihlah
padaNya! Dia telah mengutus seseorang untuk
mendonorkan matanya pada Safira!
RAHADIAN
Ya, anda benar juga! Tapi bagaimana pun saya
juga berterima kasih sama anda!
DOKTER LARAS
Sama-sama Pak!
DOKTER LARAS dan PERAWATnya lalu pergi begitu saja
meninggalkan ruangan itu.
CUT TO:
63. INT. RUMAH RAHADIAN. KAMAR SAFIRA – DAY
SAFIRA baru masuk ke dalam kamar yang tampak rapi itu. MBOK
SITI membawakan tas SAFIRA ke dalam kamar.
SAFIRA lalu melihat-lihat isi kamarnya yang sudah lama tak
dilihatnya. SAFIRA tersenyum senang. Tapi sedih saat
melihat ranjang milik ALIFAH. Mata SAFIRA langsung berkaca-
kaca sambil mengelus lembut bantalnya.
Tiba-tiba SAFIRA ingin menghampiri meja belajar ALIFAH.
Awalnya ragu, tapi SAFIRA pun akhirnya beranjak menuju meja
dan membuka laci. Tapi anehnya, apa yang dicarinya tak ada
56
di tempat. SAFIRA agak tak percaya. Ia mengulang
keinginannya menghampiri laci dengan mata terpejam. Dan
baru kali itulah, SAFIRA sadar kalau ada yang hilang
disana.
SAFIRA
Ada yang hilang! Buku harian Alifah hilang!
SFX: SUARA PINTU DIKETUK.
CUT TO:
64. EXT. RUMAH RAHADIAN. TERAS – DAY
SAFIRA keluar pintu dan menemui seorang lelaki yang tampak
sedang membelakanginya. SAFIRA agak ragu saat hendak
memanggilnya.
SAFIRA
Adit...?!
ADIT lalu berbalik menatap SAFIRA. ADIT terpaku begitu lama
menatap ke mata SAFIRA.
SAFIRA (COUNT'D)
Kamu benar Adit kan?
ADIT
Oh, i-iya! Maaf, aku ngga bisa lama-lama
Fir! Aku kesini hanya untuk mengembalikan
sesuatu.
SAFIRA
Apa?
ADIT lalu mengeluarkan sebuah buku harian mili ALIFAH. Tapi
SAFIRA tak tahu buku apa itu. Ia hendak membukanya.
SAFIRA
Apa ini...
ADIT
(buru-buru)
Jangan! Jangan dibuka sekarang! Tunggu aku
pergi dulu, baru buka!
57
SAFIRA mengangguk saja. Mereka tampak canggung satu sama
lain.
SAFIRA
Maafkan aku Dit!
ADIT
Maaf kenapa?
SAFIRA
Aku juga ngga tahu! Tapi aku merasa bersalah
atas kematian adikku! Aku… aku hanya ingin
minta maaf sama orang-orang yang mengenal
dia!
ADIT tampak tidak kaget atau bingung sekalipun.
ADIT
Ooohh… aku maafkan! Dan asal kamu tahu,
Alifah juga pasti memaafkan kamu! Aku pergi
dulu!
ADIT buru-buru pergi meninggalkan SAFIRA. SAFIRA yang
tampak bingung dengan kata-kata ADIT. Tak lama kemudian,
SAFIRA membuka buku harian itu. SAFIRA kaget saat
membacanya. Dia membuka lembar demi lembar, dan hasilnya,
ia semakin kaget saat membacanya.
ALIFAH (OS)
Hari ini aku bertemu seseorang! Namanya
Adit! Dia adalah teman basketku// Adit
mengantarku pulang! Dan dia bilang ngga akan
keberatan kalau setiap hari mengantarku! Aku
senang// Hari ini aku baru mengetahui sebuah
kenyataan yang pahit! Lelaki yang selama ini
sangat kudambakan ternyata ngga seperti yang
aku pikirkan!// Mereka bertemu! Aku lihat
dengan mata dan kepala kusendiri! Mereka
begitu akrab!// Aku rela jika Adit benar-
benar mencintai Kak Fira!// Aku ngga rela
kalau Adit mempermainkan Kak Fira! Walau aku
tidak bisa mendapatkan Adit, asal Kak Fira
bahagia, aku juga bahagia!
Mata SAFIRA berkaca-kaca. Hingga pada suatu halaman, SAFIRA
membaca hal yang tak diduganya.
58
ALIFAH (OS)
Ya Tuhan, aku sangat sayang pada Kak Fira.
Jika saatnya tiba nanti, entah itu kapan.
Izinkanlah hambamu ini, ridhoilah
permohonanku ini, tunjukanlah jalanku ini,
aku ingin memberikan satu dari mataku untuk
Kak Fira, agar kita berdua bisa bersama-sama
saling manatap dalam cinta dan kasih sayang.
Ya Tuhan kabulkanlah permohonku, agar Kak
Fira dapat kembali melihat keindahan
ciptaanMu. Amin.
Air mata mulai bercucuran di mata SAFIRA. Tubuhnya melemah
dan tak bisa berdiri lagi. Bahkan untuk memanggil kedua
orang tuanya pun tak sanggup.
SAFIRA
Ma… Pa…!!!
SAFIRA lalu berbalik dan masuk ke dalam rumah sambil
menangis tersedu-sedu. Tak lupa ia menutup pintu rumah itu.
THE END