Download - Chapter 3 engaging oke
CHAPTER 3
THEORETICAL FRAMEWORK FOR WEB-BASED LEARNING(Kerangka Dasar Teori untuk Pembelajaran Berbasis Web)
Judul Buku : Engaging Learning Throogh the InternetPengarang : Chang Chuw HungTahun terbit : 2007Penerbit : Pearson Hall SingaporeChapter yang direview : Chapter 3 (hal. 16 s.d. 58) = 43 hal.
Berbicara tentang web, orang akan berpikir tentang kekayaan informasi, akses cepat di
hampir seluruh muka bumi dan bagaimana revolusioner web melakukan penyebaran
informasi. Ada tuntutan model belajar di abad ke-21 yang terlepas dari ruang dan waktu,
berorientasi pada tujuan dan hasil, berpusat pada siswa/peserta didik, berdasarkan
pengalaman (hand-on learning) dan mampu mengakomodasi perbedaan keterampilan
dan bahasa" (Aaggarwal & Bento, 2000, hal.4). Sebagai negara global, "keterlibatan"
Singapura dengan web memberikan beberapa dampak (implikasi) bagi pendidikan.
Singapura memiliki ruang kelas yang menarik, dalam arti bahwa mereka berhubungan
erat dengan teknologi. Memang, kegiatan pembelajaran dengan web sudah umum di
kelas Singapura.
Kerangka Dasar Teori Aktivitas
Teori aktivitas mungkin terbukti bermanfaat bagi seorang pelajar yang terlibat
dalam pembelajaran melalui mediasi web. Jonassen & Rohrer-Murphy (1999) serta Lim &
Chai (2004) menyarankan bahwa teori aktivitas berpotensi memberikan cerminan bagi
kita untuk menganalisis proses dan hasil pembelajaran, khususnya dalam lingkungan
berbasis web. Issroff & Scanlon (2002) mengkonseptualisasikan teori aktivitas
pembelajaran sebagai suatu keterlibatan subyek (siswa), obyek (tugas atau aktivitas) dan
mediator (alat seperti web).
(Gambar 01 : Sistem Aktivitas)
Gambar di atas menunjukkan sistem aktivitas yang diusulkan Jonassen dan Rohrer-
Murphy (1999), yang terdiri dari komponen berikut:
1. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan ini.
2. Objek atau produk apa yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.
3. Tujuan dan keinginan.
4. Alat yang digunakan dalam aktivitas.
5. Aturan dan norma-norma yang membatasi aktivitas.
6. Komunitas yang lebih besar di mana kegiatan terjadi.
7. Cara orang-orang bekerja dalam kelompok.
Segitiga di atas merupakan produksi dari beberapa objek dalam suatu kegiatan.
Subjek (orang, tim, dll) menggunakan beberapa alat (metode, software, dll) untuk
menghasilkan objek (produk, laporan, dll). Alat bisa apa saja mulai dari pensil hingga
kapabilitas pencarian di web. Selain itu, alat-alat, peran dan aturan dalam suatu sistem
aktivitas memediasi tindakan dan proses oleh anggota dalam dalam suatu komunitas
(Hung & Chen, 2002)
2
Gambar 02 : Dasar Penggabungan dari Teori Aktivitas Dinamis
Aktivitas mungkin sebuah gabungan (nested), artinya dalam suatu kegiatan dapat terdiri
dari berbagai sub-kegiatan. Ambil contoh aktivitas penggunaan web dalam tugas belajar.
Tindakan mencari informasi menggunakan search engine dapat dianggap sebagai sub-
kegiatan dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Selanjutnya, setiap komponen
dari suatu kegiatan mungkin akibat dari kegiatan lain yang menghasilkannya. Dengan kata
lain, setiap komponen dari sistem kegiatan dapat dianggap sebagai tujuan bagi sistem
kegiatan yang ada dalam komponen tersebut. Tentu saja pendekatan reduksionis dapat
diambil bahkan menentukan tindakan mengetik di keyboard komputer sebagai kegiatan
itu sendiri. Namun, niat menggunakan teori aktivitas adalah untuk menyediakan suatu
kerangka menyeluruh untuk pembahasan ini, dalam proses pembelajaran secara
keseluruhan lebih dari sekedar penjumlahan dari berbagai komponen subjek, objek dan
alat. Mendefinisikan apa yang merupakan suatu kegiatan atau sub-kegiatan akan terlalu
sempit (reduksionis) untuk setiap pemahaman menyeluruh terjadi dalam kasus ini.
Selanjutnya, kegiatan tersebut tidak dapat dilihat sebagai fenomena yang terpisah dari
belajar. Tidak seperti pandangan tertentu yang menganggap bahwa setiap kegiatan
didahului oleh belajar, teori aktivitas berfokus pada pandangan bahwa kegiatan dan
kesadaran saling terkait secara dinamis. Memang, " teori aktivitas berfokus pada interaksi
dari aktivitas manusia dan kesadaran dalam konteks yang relevan dengan lingkungannya"
(Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, p.62). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam
aktivitas, yang pada gilirannya adalah merupakan bentuk dari suatu proses belajar.
Sebagai contoh, kita bisa membayangkan seorang siswa melakukan pencarian web untuk
informasi mengenai budidaya padi basah. Pencarian awal dapat memberikan siswa
beberapa informasi tentang praktek-praktek tradisional budidaya padi basah. Informasi
baru ini dan kemungkinan konstruksi pengetahuan yang terjadi dapat mengakibatkan
strategi pencarian menjadi lebih kompleks, seperti mencari informasi untuk
membandingkan informasi yang ditemukan dengan praktek budidaya modern. Pada
dasarnya, kegiatan tersebut mengarah ke pembelajaran, yang kemudian mempengaruhi
bagaimana kegiatan dilakukan, dan pada akhirnya proses pembelajaran berlangsung juga.
a. Pokok pikiran Teori Aktivitas
Asumsi fundamental dalam teori aktivitas adalah “kesatuan kesadaran dan
aktivitas” (Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal. 62). Lebih mudah untuk mengingat ciri-
ciri aktivitas, tetapi mereka akan lebih memahami apa makna aktivitas bila melalui sebuah
proses dengan melakukannya. “Pada saat kita bertindak, kita mendapatkan pengetahuan,
yang mempengaruhi tindakan kita, yang mengubah pengetahuan kita, dll, yaitu,
kesadaran menginformasikan aktivitas, yang menyelipkan kesadaran” (Jonassen &
Rohrer-Murphy, 1999, hal. 65). Singkatnya, aktivitas akan berdampak dalam beberapa
hasil hanya jika subyek mengambil bagian dalam aktivitas.
b. Kesadaran di Dunia
Kesadaran tertanam dalam sistem aktivitas yang lebih luas yang mengelilingi
kegiatan individu, sehingga mempengaruhi perubahan kondisi fisik, mental, dan sosial
yang terinternalisasikan dan tercermin langsung di dalam aktivitas kesadaran diri
seseorang (Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal 65). Misalnya, desainer pembelajaran
4
sekolah perlu memahami diri mereka sendiri dan proses mendesain pembelajaran untuk
sekolah akan berbeda jika dibandingkan perusahaan besar. Selanjutnya, seorang desainer
di sebuah perusahaan besar akan memikirkan pekerjaan dan aktivitas yang berbeda
untuk menerapkan proses desain baru di perusahaan tersebut. Implikasi dari ini adalah
bahwa analisis sistem kegiatan harus dipahami dalam konteks sosial-budaya kelompok
yang diteliti.
c. Komunitas: Sistem aktivitas dengan suara terbanyak
Engestrom (2001) mengusulkan kegiatan sebagai sebuah komunitas dari beberapa
sudut pandang budaya dan kepentingan partisipan dengan sejarah yang unik. Suara
terbanyak tertanam dalam sistem aktivitas dapat menimbulkan kontradiksi dan konflik.
Setiap komunitas kerja menegosiasikan aturan, adat, dan pembagian kerja yang akan
memediasi aktivitasnya. Setiap komunitas harus berupaya menyesuaikandiri dengan
komunitas lain. Dengan demikian tidak akan terjadi pertentangan dan sistem akan
berjalan dengan baik. Implikasi untuk analisis sistem aktivitas adalah kebutuhan untuk
memeriksa mata pelajaran dalam konteks masyarakat.
d. Mediasi alat
Nardi (1996) menyatakan bahwa aktivitas tidak dapat dipahami tanpa memahami
fungsi dari alat, khususnya bagaimana alat tersebut digunakan. “. . . alat memediasi atau
mengubah sifat aktivitas manusia dan secara internal akan mempengaruhi perkembangan
mental manusia” (Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal. 67). Alat dapat berubah
tergantung bagaimana cara menggunakannya . . . alat adalah refleksi dari perkembangan
historis, merubah proses dan dirubah oleh proses.
e. Kolaborasi
Pada sebuah konser solo seorang pianis mengandalkan pada seorang tukang
setem piano, pabrik pembuat piano, perancang dan orang-orang yang membangun
gedung konser, dll. Aktivitas individu manusia adalah sebuah sistem dari hubungan sosial
(Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal. 67). Individu yang terlibat dalam satu aktivitas
adalah anggota simultan dari kelompok aktivitas lainnya. Kolaborasi diperlukan untuk
menegosiasi sifat aktivitas yang kompleks dan interaktif. Oleh karena itu, analisis dari
sistem aktivitas harus mencakup pengkajian proses kolaboratif didalam aktivitas.
Menerapkan Konsep Kerja Sistem Aktivitas pada Pembelajaran Berbasis-Web
Aktivitas pembelajaran berbasis-web dapat dikaji dengan menggunakan cara kerja
konseptual sistem aktivitas. Subyek dalam aktivitas ini adalah pelajar, obyeknya adalah
pengetahuan yang dibentuk dalam proses pembelajaran. Web adalah alat yang digunakan
dalam sebuah proses. Beragam elemen dari lingkungan pembelajaran adalah merupakan
komponen dari sistem aktivitas. Tujuan dari aktivitas dapat didefinisikan sebagai tujuan
yang ingin dicapai setelah mempelajari sesuatu. Dibawah ini Bagan Konsep Kerja Sistem:
Bagan 1: Tentative conceptual framework
a. Pembelajaran dan hasil pembelajaran: produksi dan obyek dari aktivitas pembelajaran
Dalam aktivitas pembelajaran berbasis web, yang menjadi obyeknya akan menjadi
hasil pembelajaran. Jika tujuan aktivitas pembelajaran adalah untuk membuat dan
meningkatkan pembelajaran, maka pembelajaran harus mempertimbangkan hasil yang
mencakup dari memorisasi fakta sederhana pada skill kognitif yang lebih dalam baik yang
tersirat maupun yang tersurat.
Diantara beberapa teori pembelajaran, teori yang terkait dengan pembelajaran
berbasis web adalah teori pembelajaran obyektivis dan konstruktivis. Teori obyektivis
6
mempertimbangkan pengetahuan obyektif sebagai sesuatu yang ditransmisikan dari
sumber yang tersimpan dalam pemikiran siswa dimana siswa mempelajarinya dalam cara
yang sama dan pada tingkat yang sama, sedangkan teori konstruktivis mempercayai
bahwa pembelajaran bergantung pada lingkungan dimana pembelajaran terjadi dan
dapat mempengaruhi pengalaman siswa dan oleh karena itu mendefinisikan isi
pengetahuan yang dibentuk.
b. Pembelajaran obyektivis
Pandangan obyektivis mengenai pengetahuan menyiratkan bahwa terdapat hasil
yang ditetapkan dimana pelajar harus mendapatkannya untuk mempelajari sesuatu. Ini
mencakup pandangan pembelajaran behavioris dan kognitivis. Perbedaan utamanya
adalah pandangan pembelajaran behavioris meyakini bahwa kita tidak dapat mengamati
pembelajaran kecuali melalui perubahan prilaku sementara pandangan pembelajaran
konstruktivis secara langsung memandang bagaimana kita belajar dan apa yang ada
didalam pemikiran pelajar. Pada kognitivis, proses pembelajaran lebih penting dari pada
perubahan dalam prilaku.
Gagne dan Driscoll (1988) mengklasifikasikan tingkatan-tingkatan hasil
pembelajaran yang dimodifikasi dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik
digabungkan kedalam hasil pembelajaran yang berbeda sebagai berikut:
1) Skill Verbal,
2) Skill Intelektual, yang terdiri dari:
a) diskriminasi,
b) konsep,
c) prinsip-prinsip, dan
d) pemecahan masalah,
3) Strategi Kognitif,
4) Sikap, dan
5) Skill Psikomotorik.
Perbandingan tiga sistem diadaptasi dari Ebel dan Frisbie (1991) dibawah ini.
Tabel 3: Perbandingan sistem klasifikasi Bloom, Ebel dan Gagne
Kategori
Taksonomi Bloom
Panduan Relevansi Ebel
Hasil Pembelajaran Gagne
A • Pengetahuan
• Terminologi Informasi faktual
• Informasi Verbal
B • Pemahaman
• Penjelasan • Skill Intelektual (diskriminasi, konsep-konsep prinsip-prinsip, pemecahan masalah),
Strategi KognitifC • Aplikasi • Kalkulasi
• PrediksiD • AnalisisE • SintesisF • Evaluasi • Evaluasi
Tindakan Yang direkomendasikan
G • SikapH • Skill Motorik
c. Pengembangan baru dalam literatur (taksonomi) dan implikasinya pada hasil
belajar
Sejak kuartal terakhir tahun 2002, sebuah artikel baru diterbitkan oleh Krathwohl
(2002) menyarankan suatu kritik dan revisi taksonomi Bloom yang asli telah memberikan
alasan untuk revisi klasifikasi hasil pembelajaran untuk analisis data dalam penelitian ini.
Krathwohl (2002) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran telah dibangun di sekitar
deskripsi dari hasil pembelajaran yang timbul berdasarkan instruksi yang ditentukan.
Dalam hal itu, laporan tujuan tersebut dihitung berdasarkan kandungan bahan subyek
dan deskripsi tentang apa yang harus dilakukan dengan konten ini. Akibatnya, laporan
biasanya terdiri dari nominal atau frase nominal dengan frase verbal atau kata kerja,
sesuai dengan isi materi pelajaran dan proses kognitif, masing-masing. Misalnya,
pernyataan seperti "Para siswa akan mampu mengingat siklus budidaya dalam pertanian
padi tradisional basah" dibingkai sekitar "siklus budidaya dalam pertanian padi tradisional
8
basah" frase kata benda dan frase kata kerja "untuk diingat", mencerminkan isi
pengetahuan serta proses kognitif. Dalam taksonomi Bloom, panduan Ebel, dan hasil
kategori Gagne, diusulkan untuk menggabungkan satu atau kedua konten dan aspek
kognitif. Perbedaan antara kedua konsep tidak ada dalam skema. kritik Krathwohl adalah
bahwa unidimensional ini menyebabkan kategori dalam taksonomi tidak konsisten karena
beberapa kategori yang mewakili kedua konten dan proses, sementara yang lain hanya
merujuk kepada proses kognitif. Kategori-kategori yang diusulkan dalam penelitian ini
mengalami keadaan yang sama seperti taksonomi Bloom. Sebuah klasifikasi yang direvisi
harus mempertimbangkan dimensi pengetahuan serta dimensi kognitif. Kebetulan, (1983)
karya Merrill tentang Performa Konten Matriks dalam desain pembelajaran dengan
pendekatan dua dimensi, memberikan alasan tambahan. Dimensi pengetahuan
Krathwohl ini meliputi pengetahuan tentang fakta, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Dimensi kognitifnya meliputi
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.
Masing-masing memiliki klasifikasi lebih lanjut. Tabel 4 dan 5 menunjukkan rincian dua
dimensi.
Tabel 4: Struktur Krathwohl tentang dimensi pengetahuan
Pengetahuan faktual : unsur-unsur dasar yang siswa harus tahu akan berkenalan dengan
disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya.
Aa. Pengetahuan tentang terminologi
Ab. Pengetahuan tentang rincian khusus dan elemen
Konseptual Pengetahuan - The hubungan timbal balik antara unsur-unsur dasar dalam
struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.
Ba. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
Bb. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi
Bc. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
Prosedur Pengetahuan - Cara melakukan sesuatu; metode penyelidikan, dan kriteria
untuk menggunakan keterampilan, teknik algoritma, dan metode.
Ca. Pengetahuan keterampilan subjek khusus dan algoritma
Cb. Pengetahuan tentang teknik subjek spesifik dan metode
Cc. Pengetahuan kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur yg sesuai
Pengetahuan metakognitif - Pengetahuan tentang kognisi secara umum serta kesadaran
dan pengetahuan tentang kognisi sendiri.
Da. Pengetahuan Strategis
Db. Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan
kondisional yang sesuai
Dc. Pengetahuan diri
(Sumber: Krathwohl, 2002, hal 214)
Tabel 5: Struktur Krathwohl tentang dimensi proses kognitif
Ingat - Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang
• Menyadari
• Mengingat
Memahami - Menentukan makna pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan
komunikasi grafis.
• Interpreting
• Mencontohkan
• Pengelompokan
• Meringkas
• Menyimpulkan
• Membandingkan
• Menjelaskan
Terapkan - Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu.
3.1 Pelaksana
3.2 Pelaksana
Analisa - Breaking materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan mendeteksi
bagaimana bagian tersebut berhubungan dengan satu sama lain dan struktur keseluruhan
atau tujuan.
• Membedakan
• Pengorganisasian
• Memberikan atribut
10
Mengevaluasi - Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar.
• Memeriksa
• Mengkritisi
Buat - Menempatkan elemen bersama untuk membentuk sebuah novel, utuh koheren
atau membuat suatu produk asli.
• Menghasilkan
• Perencanaan
• Memproduksi
(Sumber: Krathwohl, 2002, hal 215)
Tabel 6: dua dimensi taksonomi Krathwohl's
Dimensi Pengetahuan
1 2 3 4 5 6
mengingat mengerti menerapkan menganalisis Mengeavaluasi Menciptakan
A. Pengetahuan Faktual
B. Pengetahuan Konseptual
C. Pengetahuan Prosedural
D. Pengetahuan Metakognitif
(Sumber: Krathwohl, 2002, hal 216)
Tabel 6 menggabungkan kedua dimensi ke dalam matriks hasil belajar. Namun, kategori
dalam taksonomi pengetahuan masih tidak saling eksklusif. Bahkan, ada beberapa
kategori dalam matriks yang mungkin tumpang tindih. Sebagai contoh, aplikasi
pengetahuan faktual juga dapat ditafsirkan sebagai penciptaan pengetahuan konseptual,
dan sebaliknya. Untuk lebih menggambarkan hal ini, mengambil kasus seorang
mahasiswa belajar tentang viskositas larva dan laju pendinginan. Seorang siswa mungkin
menafsirkan bahwa larva basaltik cenderung dingin lebih cepat dikarenakan bentuk
gunung berapi miring. Setelah membaca tentang viskositas rendah larva basaltik, tentu
saja seseorang dapat berpendapat bahwa penciptaan pengetahuan konseptual ini
terletak tidak hanya pada penerapan sepotong informasi faktual tetapi juga mengingat
banyak konsep terkait lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa dua dimensi taksonomi
hasil pembelajaran yang bermasalah juga, setidaknya dalam klasifikasinya dari dimensi
pengetahuan yang tumpang tindih.
Namun, pendekatan dua dimensi dari pemeriksaan hasil pembelajaran yang menerangi,
dalam hal itu menjelaskan dimensi taksonomi diajukan dalam penelitian ini. Untuk
menempatkan taksonomi diusulkan dalam perspektif, kategori ini ditata ulang pada Tabel
7 berikut :
Tabel 7: klasifikasi usulan hasil pembelajaran kognitif.
Mengingat kembali MemanggilSkil intelektual dan strategi kognitif
Memahami
MenerapkanMenganalisisEvaluasi
Menciptakan Menciptakan pengetahuan baruMemperoleh sikap
Dibandingkan dengan klasifikasi sebelumnya, "informasi faktual" istilah telah diganti
dengan mengingat atau mengingat informasi. Keterampilan intelektual dan strategi
kognitif telah kembali menyertakan pemahaman, menerapkan dan menganalisis.
Mengevaluasi juga telah direklasifikasi sebagai strategi kognitif. Sebuah kategori baru
untuk menciptakan pengetahuan baru telah dimasukkan dan bersama-sama dengan
memperoleh sikap membentuk kategori baru. Klasifikasi baru ini juga telah diberi judul -
klasifikasi dari hasil pembelajaran kognitif. Judul ini mencerminkan bahwa fokusnya
adalah pada proses kognitif yang dapat diamati daripada jenis informasi atau
pengetahuan yang bisa dipelajari. Memang, skema klasifikasi adalah kongruensi dengan
pertanyaan penelitian pusat "Apa yang sebenarnya terjadi ketika siswa terlibat dalam
pembelajaran konstruktivistik dalam kelompok kecil dengan menggunakan sumber daya
dari web?" Catatan fokus pada "apa yang sebenarnya terjadi" daripada "apa jenis
pengetahuan yang sedang dipelajari"; proses daripada produk.
d. Pembelajaran konstruktivis
12
Konsep pembelajaran konstruktivis mengasumsikan bahwa pengetahuan dibentuk
bersama oleh siswa secara individu dan sosial, berdasarkan pada interpretasi
pengetahuan di dunia. Konstruktivis berbeda dari pemikiran umum bahwa pengetahuan
eksis secara mandiri dalam individu. Konstruktivis menyatakan bahwa siswa “bukanlah
bejana kosong yang ditunggu untuk diisi, tetapi lebih pada organisme aktif yang mencari
makna.”
e. Belajar Sebagai Proses
Menurut behavioris seperti Gagne (awal tahun 1970), teori kontemporer
memahami belajar sebagai masalah pemrosesan informasi. Stimulasi dari lingkungan
pembelajar mempengaruhi serangkaian tahapan proses sistem saraf pusat seorang.
Informasi berubah disimpan dalam memori, dan memungkinkan transformasi dengan
kinerja yang jelas (Gagne, 1974, hal 4). Memang, pernyataan Gagne sejalan dengan
behavioris dan mungkin untuk diekstrapolasi dengan konteks konstruktivis.
Pada 1980-an, kognitivis seperti Gagne (Gagne & Driscoll, 1988) menunjukkan
bahwa cara belajar dapat dipengaruhi oleh "pengkodean". Memang, proses produksi
kegiatan tergantung pada alat-alat (tools) dari sistem aktivitas. Ini adalah bentuk dari
perspektif tentang gagasan pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar. Sementara
behavioris dan kognitif menggunakan istilah pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa
eksternal yang direncanakan yang kemudian dapat mempengaruhi proses belajar, atau
gagasan pembelajaran berada di alam. Sebaliknya, tahapan proses dalam konstruktivisme
merupakan fenomena yang mencoba untuk membimbing peserta didik dalam konstruksi
pengetahuan mereka. Tahapan mengacu pada kesipan para peserta didik untuk
berinteraksi dengan guru, tutor dan berbagai jenis alat dalam lingkungan belajar, karena
mereka membangun makna dari informasi yang diperoleh (Halttunen, 2003, hal 376).
Dengan demikian, aktivitas belajar konstruktivis akan menyebabkan sebagian hasil
pembelajaran yang dapat diamati yang kemudian dapat dijelaskan atau diklasifikasikan.
Namun, kerangka system aktivtias berfokus pada sosial bukan kognitif, dengan
menggunakan kegiatan pembelajaran di web sebagai unit analisis. Sedangkan proses
kognitif sebenarnya tidak akan dipelajari, itu adalah karena usaha menganalisis proses
kognitif akan setara dengan analisis sistem sub-kegiatan unit analisa-proses
pembelajaran. Ingat bahwa pendekatan sistem aktivitas lebih bersifat holistik daripada
reduksionis. Tapi ini tidak berarti bahwa saya mengabaikan atau menolak proses dimana
belajar terjadi. Memang, dengan memeriksa alat dan objek dari sistem kegiatan,
beberapa pengertian tentang proses pembelajaran dapat dikumpulkan. Oleh karena itu
produk atau objek dari kegiatan ini dapat dipahami dalam kerangka dari beberapa hasil
pembelajaran.
Dalam sistem kegiatan, objek dan subjek terkait terutama melalui proses produksi,
dimediasi oleh alat. Sementara objek dari sistem kegiatan dapat dipahami melalui hasil
pembelajaran diamati, bagaimana subjek (atau peserta didik dalam hal ini) bisa dipelajari?
Apa sajakah faktor yang mempengaruhi peserta didik dan karenanya belajar? Faktor-
faktor ini bisa berkisar dari latar belakang sosial untuk kepribadian individu. Namun, salah
satu faktor yang mungkin paling menarik bagi pendidik dan guru akan menjadi salah satu
motivasi siswa.
Motivasi Siswa
Dalam kerangka teori aktivitas, alat bantu (web) digunakan oleh subyek (pelajar)
pada suatu kegiatan. Pertanyaannya adalah, akankah motivasi siswa mempengaruhi cara
mereka menggunakan alat-alat ini, dan apakah jenis hasil belajar dapat diamati pada akhir
kegiatan?. Motivasi mengacu pada aspirasi siswa untuk mengambil bagian dalam proses
pembelajaran. Hal ini juga mendasari pemikiran tentang kurangnya keterlibatan mereka
dalam belajar. Sementara motivasi siswa menyangkut kesediaan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan belajar, motivasi siswa untuk belajar mengacu terutama untuk kualitas,
bukan kuantitas keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran (Brophy, 2004).
Para kalangan behavior menjelaskan bahwa motivasi digunakan dalam konsep
reward dan insentif. Reward ditujukan untuk faktor-faktor yang merubah tingkah laku.
Kalangan kognitivis melihat pendekatan motivasi sebagai suatu aktifitas dan rasa ingin
tahu dalam mencari informasi ditujukan untuk memecahkan masalah secara relevan
(Schunk, 1991). Sedangkan teori pembelajaran sosial melihat bahwa motivasi sebagai
14
integrasi antara behavior dan kognitif. Beberapa teori motivasi diatas dapat dilihat
melalui tabel berikut:
Behavioural(tingkah-laku)
Humanistic(kemanuasiaan
)
Cognitive(kecerdasan)
Social Learning(pembelajaran
social)Type of motivation
Extrinsic Intrinsic Intrinsic Extrinsic and Intrinsic
Key features
Rewards and Incentives
Needs and self fulfilment
Beliefs and expectations
Values of goals and expectations of goals
(Adaptasi dari Woolfolk, 2000)
Sumber motivasi siswa mungkin berbeda, meskipun siswa dapat sama-sama
termotivasi untuk melaksanakan tugas di awal. Seorang siswa secara intrinsik termotivasi
melakukan kegiatan pembelajaran apabila ada tujuan untuk kepentingan sendiri, untuk
dinikmati, pembelajaran itu memungkinkan, atau dibangkitkan oleh perasaan ingin
berprestasi (Lepper, 1998). Ide dasar dibalik motivasi intrinsik adalah bahwa belajar, baik
mencari jawaban dan menemukan jawaban, diperkuat dari dalam dirinya sendiri.
Sebaliknya, siswa yang termotivasi ekstrinsik akan melakukan sesuatu untuk
mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman (Lepper, 1988). Meskipun motivasi
intrinsik dapat digambarkan sebagai motivasi untuk terlibat dalam kegiatan yang
meningkatkan konsep diri seseorang, namun kebanyakan orang yang paling langsung
dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik ketimbang intrinsik (Csikszentmihalyi & Nakamura,
1989).
Web sebagai Alat
Seperti diuraikan sebelumnya, siswa (subjects) menggunakan web (tools) dalam
memproduksi hasil belajar (object). Maka apa peranan dari web?, bagaimana
pembelajaran berbasis web berbeda atau lebih baik dari pembelajaran
konvensional/tidak berbasis web?.
Web merupakan kumpulan berbagai media. Web juga menyediakan bermacam
model untuk pengiriman informasi seperti teks/naskah, gambar dan video. Web adalah
suatu sarana (alat/tools) untuk menyebarkan informasi dan berpotensi sebagai sarana
membangun pengetahuan karena menyediakan pencarian informasi, terorganisir,
penganalisaan dan dapat digunakan untuk tugas siswa yang telah diberikan. Dengan kata
lain, web sebagai wadah yang menyediakan hasil yang mana media lain tidak dapat
menyediakannya. Oleh karenanya web dianggap sebagai alat dalam system aktivitas
pembelajaran berbasis web.
a. Struktur vs Pendekatan Open-Ended dalam Menggunakan Web
Web Pages yang didesain merupakan bentuk-bentuk tools dari web yang digunakan
untuk menyelesaikan tugas pembelajaran yang berisi sekumpulan pembelajaran yang
akan dipelajari siswa dengan cara selangkah demi selangkah dalam menyelesaikan tugas.
Oliver dan Hannafin (2001) menyatakan bahwa Open-ended Learning Environments
(OLEs) mempunyai ciri khas yaitu empat elemen, yaitu: konteks, sumber, alat-alat (tools)
dan urutan (scaffolds). Sebuah study empat elemen disajikan dengan menggunakan web-
based template yang disebut WebQuest. WebQuest adalah sebuah perencanaan
pembelajaran inquiry yang mengharuskan siswa untuk berproses, mengaplikasikan dan
menghadirkan informasi dari yang mereka dapatkan baik dari internet atau sumber
lainnya. Pada dasarnya WebQuest menyediakan akses online lewat scaffolds untuk
membuat proses pembelajaran mendorong kepada berpikir tingkat tinggi. WebQuest
sebaiknya paling tidak mengandung beberapa hal dibawah ini:
1. Sebuah pendahuluan untuk menyediakan latar belakang informasi,
2. Tugas menarik,
3. Sumber informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,
4. Menggambarkan suatu proses,
5. Beberapa panduan tentang bagaimana mengorganisir informasi yang diperoleh.
b. Mencari Informasi Melalui Web
16
Ellis (1993), mendefinisikan enam karakteristik dari prilaku mencari informasi, yang
diuraikan dengan langkah-langkah berikut:
Category DescriptionStarting Satu karakter pada kegiatan awal untuk pencarian informasi
Chaining Susunan rangkaian jaringan atau bentuk lain yang mempunyai petunjuk sambungan diantara material
Browsing Pencarian dengan cara semi-directed/langsung atau semi-structured/tersusun pada wilayah yang diminati.
Differentiating Differences digunakan dengan tujuan untuk sesuatu yang bersipat menyaring sumber dan memeriksa kualitas material
Monitoring Suatu kegiatan memelihara lapangan pengembangan dengan cara memonitoring keterangan-keterangan/fakta-fakta sumber
Extrating Bekerja secara sistematis dalam meyelesaikan keterangan-keterangan sumber untuk ditempatkan pada material yang diminati
Tabel 2: Kategori-kategori dari pola pencarian informasi (Adaptasi dari Ellis, 1993)
Kategori diatas dapat dipahami sebagai suatu kerangka teori aktivitas, bahwa web
menyediakan suatu lingkungan pembelajaran dengan alat yang disebut dengan
WebQuest yang didalamnya mengandunhg konteks, sumber, kemampuan untuk mencari
informasi dan scaffold yang akan membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Working in a Group (bekerja dalam group)
Satu komponen penting dari kegiatan pembelajaran dengan kerangka system
aktifitas adalah peranan individu dalam group. Ketika siswa ditempatkan dalam group,
kita tidak dapat berasumsi bahwa mereka secara langsung menerima peranan mereka
masing-masing dan mengharapkan pembelajaran akan berhasil. Johnson dan Johnson
(1999 : 57) menganjurkan “secara sederhana menempatkan siswa dalam group-group
dan meminta mereka untuk tidak bekerja sendiri-sendiri dan diupayakan untuk
bekerjasama”, sehingga memunculkan beberapa hasil kerjasama.
Ada tiga teori tentang group yang paling popular yaitu Johnson & Johnson (1999),
Slavin (1983) dan Sharan & Sharan (1992). Secara umum tiga teori ini mengungkapkan
elemen-elemen kelompok kerja cooperative learning sebagai berikut: a) heterogenitas
group, b) tujuan group, c) ketergantungan positif, d) meningkatkan interaksi, e)
tanggungjawab individu, f) kemampuan pribadi, dan g) memiliki peluang untuk sukses.
Johnson & Johnson (1999), hanya mengusulkan lima elemen yang sangat esensial yaitu: a)
Ketergantungan positif, b) Tatap muka, c) Tanggung jawab individu, d) Kemampuan
sosial, dan e) Proses group.
Referensi:
Chang Chuw Hung (2007). Engaging Learning Throogh the Internet. Singapore: Pearson Hall Singapore.
18
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menciptakan manusia
dengan segala kemampuannya yang dimiliknya. Hanya berkat Rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan tugas laporan chapter 3 yang berjudul “Theoritical Framwork for
Web-Based Learning” ini tepat pada waktunya.
Banyak pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian laporan ini,
untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Hj.
Hansiswany Kamarga, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi untuk
Pendidikan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa
Program Studi Pengembangan Kurikulum di Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, yang telah banyak membantu berbagai hal terkait laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa pada laporan penelitian atau karya tulis ini masih
banyak terdapat kekurangan, baik isi, tampilan, cara penyajian, ataupun hal lainnya. Untuk
itu, penyusun berharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya,
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak yang mengkaji, Amin.
Bandung, Oktober 2010Penyusun
Wifqi, Ratna, Nailah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
Kerangka Dasar Teori Aktivitas............................................................................1
a. Pokok Pikiran Teori Aktivitas...................................................................4
b. Kesadaran di Dunia...................................................................................4
c. Komunitas..................................................................................................5
d. Mediasi Alat..............................................................................................5
e. Kolaborasi..................................................................................................5
Menerapkan Konsep Kerja Sistem Aktivitas pada Pembelajaran berbasis Web. .6
a. Pembelajaran dan Hasil Pembelajaran......................................................6
b. Pembelajaran Objektivis............................................................................7
c. Pengembangan Baru dalam Literatur .......................................................8
d. Pembelajaran Konstruktivis.......................................................................12
e. Pembelajaran sebagai Proses.....................................................................13
Motivasi Siswa......................................................................................................14
Web seabagai Alat.................................................................................................15
a. Struktur vs Pendekatan Open-Ended dalam menggunakan Web..............15
b. Mencari Informasi Melalui Web...............................................................16
c. Bekerja dalam Group.................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
20
CHAPTER REPORT :
THEORITICAL FRAMEWORK FOR WEB-BASED LEARNING(Kerangka Dasar Teori untuk Pembelajaran Berbasis Web)
TUGAS
SISTEM INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN
DOSEN PEMBINA : PROF. DR. HJ. HANSISWANY KAMARGA, M.PD
Oleh :
RATNA
NAILAH BAKSIR
WIFQI RAHMI
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUMSEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2010