Download - Chapter III Vii
-
33
BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah Perusahaan
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dibangun pada tahun 1982,
mulai beroperasi tahun 1983 yang dibentuk berdasarkan surat keputusan Bupati
Kepala Daerah Tingkat II Aceh Barat Nomor 690/194-IV/1983, tentang pembentukan
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat dan
kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Aceh Barat Nomor 11
Tahun 1993 dengan nama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Meulaboh.
Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat dalam pelaksanaan operasinya di Pimpin oleh satu orang Direktur Utama
yang di bantu oleh dua Kepala Bagian, yaitu: Kepala Bagian Teknik dan Kepala
Bagian Administrasi danKeuangan.
Kemudian pada tahun anggaran 1995/1996 dan tahun anggaran 1996/1997
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat memperoleh pinjaman dari
Departemen Keuangan RI melalui Rekening Pembangunan Daerah (RPD) untuk
peningkatan/penambahan produksi air bersih yang bahan bakunya bersumber dari
sungai Meureubo dengan kapasitas produksi 80 ltr/dtk dengan panjang pipa induk
transmisi dan pipa induk lebih kurang 56 km.
-
34
Sumber air yang digunakan pada sistem pelayanan terletak di Lapang yang
melayani wilayah kecamatan Johan Pahlawan, Rantau Panjang untuk melayani
Kecamatan Meureubo dan sekitarnya dan Beureugang yang melayani kecamatan
Kaway XVI.
Infrastruktur Pelayanan air bersih yang ada saat ini mencakup sumber air
(Sungai), Bangunan Sadap (Intake), Pemompaan, Water Treatment Plan (WTP) dan
Jaringan Distribusi. Sumber air yang digunakan pada sistem pelayanan adalah sungai
Meureubo yang melayani Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan Meureubo dan
Kecamatan Kaway XVI.
3.2. LetakGeografis Perusahaan
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat terletak kota Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat Kota Meulaboh yang berada di Kecamatan Johan Pahlawan
ibukota Kabupaten Aceh Barat, terletak 245 km disebelah semenanjung pada pantai
sebelah Barat Sumatera bagian Utara yang berada di sebelah Barat Provinsi Aceh.
Kabupaten Aceh Barat terletak pada geografis 04o06
- 04
o47 Lintang Utara dan
95o52 - 96
o30 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. SebelahUtara : Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie.
b. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya.
c. SebelahTimur : Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya.
d. Sebelah Barat : Samudera Indonesia.
-
35
Daerah pelayanan PDAM Tirta Meulaboh kabupaten Aceh Barat saat ini
meliputi tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan Meureubo
dan Kecamatan Kaway XVI.
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat unit WTP Lapang berada di
Kecamatan Johan Pahlawan dengan luas wilayah 44,91 km2, yang terdiri dari 21
gampong (desa).
3.3. Visidan Misi
Visi merupakan harapan dan cita-cita yang akan diwujudkan oleh perusahaan
di masa depan dalam jangka waktu menengah dan panjang. Visi ini akan membentuk
perusahaan di masa yang akan datang dan memberikan arah bagi perkembangan
perusahaan.
Visi PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat adalah Pelayanan Prima
Sehat dan Mandiri.
Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut PDAM Tirta Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat mencanangkan misi perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan.
b. Meningkatkan efesiensi dan penagihan.
c. Menurunkan kehilangan air.
d. Meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan.
e. Memberikan kontribusi dalam pembangunan.
-
36
3.4. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dibentuk
berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor: 08 Tahun 2008 tanggal 10 Juni
2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat. PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat mempunyai struktur
organisasi yang berbentuk line atau garis. Susunan Struktur organisasi sepertiter dapat
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 StrukturOrganisasi PDAM TirtaMeulaboh.
-
37
3.5. InstalasiPengolahan Air (Water Treatment Plant)
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat memiliki tiga sistem sarana
WTP (Water Treatment Plant) yang instalasi pengolahan air yang air bakunya dari
dari air sungai. Dua instalasi pengolahan air tersebut bersumber dari air baku sungai
Meureubo yaitu WTP Lapang dan WTP IKK Rantau Panjang, sedangkan WTP IKK
Kaway XVI bersumber dari air baku sungai Beureugang.
3.5.1. Sistem Sarana di WTP Lapang.
Sumber air WTP Lapang adalah dari sungai Meureubo, pengambilan air baku
menggunakan bangunan penangkap/sadap (Intake) yang kemudian dipompakan ke
Water Treatment Plant (WTP) dengan menggunakan dua unit pompa Intake
(Submersible pump) dengan kapasitas masing-masing 40 ltr/dtk dengan Head25
meter.
Sistem Produksi yang digunakan untuk semua elemen produksi dan
pendistribusian air di WTP Lapang menggunakan sumber energi yang berasal dari
Tenaga Listrik PLN Cabang Meulaboh dan di bantu 1 (Unit) Generator Genset yang
digunakan pada saat emergency (Pemadaman Listrik oleh PLN).
WTP Lapang di bangun pada tahun 1996 dari dana pinjaman RPD. WTP saat
ini memiliki kapasitas Desain 2x40 ltr/dtk. Panjang total pipa distribusi untuk sistem
Lapang 69 Km, dengan rincian sebagai berikut: PVC 300 mm sepanjang 3.600
meter, PVC 250 mm sepanjang 1.770 meter, PVC 200 mm sepanjang 1.560
meter, PVC 150 mm sepanjang 3.420 meter, PVC 100 mm sepanjang 19.606
-
38
meter, PVC 75 mm sepanjang 18.048 meter dan Pipa PVC 50 mm sepanjang
21.748 meter.
3.5.2. Sistem sarana di IKK Rantau Panjang.
WTP IKK Rantau Panjang dibangun kembali oleh NGO SAB-SAS Belanda
dengan kapasitas instalasi 2x10 ltr/dtkkarena WTP lama telah rusak total akibat
Gempa dan Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu. Kapasitas reservoir
pada Instalasi WTP tersebut adalah 350 m.
Panjang total Pipa Distribusi di IKK Rantau Panjang 26 Km, yang terdiri
dari pipa PVC 150 mm, PVC 100 mm, PVC 75 mm dan PVC 50 mm.
Pendistribusian air ke wilayah pelayanan menggunakan pompa distribusi dengan
kapasitas 10 ltr/dtk, dengan wilayah pelayanan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Rantau
Panjang adalah Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Pembangkit tenaga pompa Instalasi Pengolahan Air (IPA) Rantau Panjang
menggunakan tenaga listrik dengan kapasitas 66 KVA dan cadangan 1 (satu) unit
Generator Genset.
3.5.3. Sistem sarana di IKK Kaway XVI.
Sumber air baku sistem Instalasi Pengolahan Air (IPA) IKK Kaway XVI
adalah sungai Meureubo dengan bangunan Intake berupa sumuran dengan jarak 50
meter dari sungai tersebut.
-
39
Pipa transmisi pada IKK Kaway XVI menggunakan pipa PVC diameter 100
mm dengan panjang 25 meter.WTP IKK Kaway XVI memiliki kapasitas instalasi 5
ltr/dtk dengan sumber air baku dari sungai Meureubo tersebut. Kondisi eksisting
WTP IKK Kaway XVI memproduksi air bersih 5 ltr/dtk dengan jam operasi per hari
adalah 6 jam produksi dan 4 jam distribusi, yang di bagi 2 jam pagi dan 2 jam sore.
Reservoir pada WTP IKK Kaway XVI memiliki kapasitas 100 m yang terdiri dari
dua reservoir dengan jumlah volume R1 = 80 m dan R2 = 20 m.
3.6. Proses Produksi
Proses produksi air bersihpada PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
melalui tahapan/tempat sebagai berikut:
1. Bangunan Penangkap Air (Intake).
Intake ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap/mengumpulkan
air dari sungai untuk dapat dimanfaatkan. Fungsi dari bangunan
penangkap air ini sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas aliran.
Sedangkan penanganan bangunan penangkap air ini ditujukan untuk:
a. Kuantitas.
Dalam hal ini yang diperhatikan adalah:
1) Pencatatan tingkah laku (keadaan) darisumberasal air.
2) Pencatatan debit air pada setiap saat, sehingga dengan demikian
dapat diketahui fluktuasi dari kuantitas air yang masuk.
-
40
b. Kualitas.
Hal ini penting, terutama terhadap kemungkinan pencemaran sumber
asal air yang diambil. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
kualitas air pada sumber air secara periodik sehingga dapat diketahui
ada tidaknya pencemaran.
2. Bangunan Pengendap Pertama (Bak Prasedimentasi).
Bangunan pengendap pertama dalam pengolahan ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya
gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan zat/bahan kimia. Untuk
menjaga efektivitas ruang pengendapan dan pencegahan pembusukan
lumpur endapan, maka secara periodik lumpur endapan harus dikeluarkan.
3. Bangunan Pembubuhan Koagulan.
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu
proses pengendapan partikel-partikel kecil sehingga dapat mengendap
dengan sendirinya. Sesuai dengan nama dari bangunan ini, maka
bangunan ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur
sesuai dengan kebutuhan (dengan dosis yang tepat). Alat pembubuh
koagulan yang banyak dikenal sekarang, dapat dibedakan dari cara
pembubuhannya:
a. Secara gravitasi, dimana zat/bahan kimia (dalam bentuk larutan)
mengalir dengan sendirinya karena gravitasi.
-
41
b. Memakai pompa (dosering pump), pembubuhan zat/bahan kimia
dengan bantuan pemompaan. Dalam hal ini yang harus diperhatikan
pada pembubuhan koagulan adalah perpipaan yang mengalirkan
zat/bahan kimia supaya tidak tersumbat. Bahan/zat kimia yang
digunakan sebagai koagulan adalah aluminium sulfat atau biasa
disebut tawas. Bahan ini banyak dipakai karena efektif untuk
menurunkan kadar karbonat. Bahan ini paling ekonomis (murah)
danmudahdidapatsertamudahdisimpan. Bentuktawasterdiridariserbuk,
kristal dan koral.
4. Bangunan Pengaduk Cepat.
Bangunan ini berfungsi untuk meratakan bahan/zatkimia (koagulan) yang
ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan
cepat.Hal perlu diperhatikan dalam pengadukan cepat adalah alat/cara
pengadukannya, supaya mendapat pengadukan yang sempurna dan sesuai
dengan yang diinginkan.
5. Bangunan Pembentuk Flok.
Bangunan ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar
supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil dengan bahan/zat
koagulan yang dibubuhkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
bentuk flok adalah:
a. Kekeruhan pada air baku.
b. Tipe dari suspended solid.
c. pH.
-
42
d. Alkalinitas.
e. Bahan koagulan yang dipakai.
f. Lamanya pengadukan.
6. Bangunan Pengendap Kedua.
Bangunan ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada
unit bak pembentuk flok. Pengendapan di sini dengan gaya berat flok
sendiri (gravitasi). Penanganan bak pengendap kedua sama dengan pada
unit bak pengendap pertama (bak prasedimentasi).
7. Filter (Saringan).
Dalam proses penjernihan air bersih diketahui 2 (dua) macam filter yaitu:
a. Saringan pasir lambat (Slow Sand Filter).
b. Saringan pasir cepat (Rapid Sand Filter).
8. Reservoir.
Reservoir adalah bangunan beton berfungsi untuk menampung air minum/
air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas 250 m3, 400 m
3
dan 450 m3. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor
untuk proses netralisasi dan dibubuh ilarutan kapur jenuh atau soda.
-
43
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
4.1.1. Tipe Penelitian.
Berdasarkan sifatnya, jenis penelitian ini tergolong kedalam penelitian
deskriptif analitik, yaitu jenis penelitian yang mendeskripsikan pemecahan terhadap
masalah yang dihadapi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat
dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi.
4.1.2. LokasiPenelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat unit WTP Lapang yang terletak Jalan
Sisingamangaraja Gampong(Desa) LapangKecamatan Johan Pahlawan.
4.1.3. MetodePengumpulan Data.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Data Primer.
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung,
pengukuran terhadap objek fisik secara langsung. Data primer yang
dikumpulkan adalah:
-
44
a. Data sistem pengolahan air existing pada WTP Lapang PDAM Tirta
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat diperoleh melalui pengamatan
langsung di lapangan.
b. Pengukuran kualitas air dengan menggunakan instrument (alat) yaitu pH
meter dan Jar Test.
2. Data Sekunder.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan, laporan,
buku dan bagian/instansi yang terkait. Data sekunder yang dikumpulkan
adalah:
a. Data jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat.
b. Data pelanggan PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
c. Data volum produksi air, distribusi air, dan air yang terjual.
d. Data spesifikasi unit pengolahan produksi air pada PDAM Tirta
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
4.1.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data.
Pada pengolahan data akan dibahas sistem pengolahan produksi air pada WTP
Lapang PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yang digunakan perusahaan
pada saat ini. Dalam hal ini dikaji hal-hal yang berhubungan dengan sistem
pengolahan produksi air saatini yang mencakup masalah-masalah yang menyebabkan
terjadinya kekurangan kapasitas produksi air.
-
45
Kemudian dihitung proyeksi pertumbuhan jumlah konsumen air bersih yang
terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk dilakukan dengan menggunakan
metode Geometrik.
Proyeksi jumlah penduduk Kota Meulaboh dari tahun 2012 sebagai awal
rencana sampai akhir perencanaan tahun 2021 dapat diprediksi berdasarkan jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2011 dengan menggunakan
metode Geometrik. Proyeksi tersebut dilakukan pada tiap-tiap daerah bagian layanan.
Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dari
awal tahun rencana sampai akhir tahun rencana yang dibagi dalam dua klasifikasi
pemakaian air yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dengan pemakaian air
bersih diasumsikan sebesar 90 ltr/org/hari dan untuk keperluan non domestik yang
diasumsikan sebesar 20% dari keperluan domestik. Target pelayanan harus mengacu
pada Millenium Development Goals (MDGs) Kabupaten Aceh Barat di mana daerah
perkotaan harus sudah terlayani sebesar 60% dari jumlah penduduk.
4.1.5. Metode Perancangan.
Analisis awal yang dilakukan adalah berdasarkan sistem pengolahan produksi
air pada WTP Lapang yang berlangsung selama ini (existing) sehingga dapat
diketahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pengolahan produksi air yang
pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan pendistribusian air bersih
-
46
kepada pelanggan. Dengan metode proses pengolahan produksi air yang tepat dapat
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Berdasarkan hasil proyeksi
yang diperoleh maka kapasitas yang akan dinaikkan pada WTP Lapang PDAM Tirta
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dapat diperhitungkan. Hal ini dapat diukur dari
banyaknya jumlah penduduk terlayani/mendapat suplai air bersih. Dengan
berdasarkan hasil analisa tersebut kemudian dibuat suatu rancangan sistem proses
pengolahan produksi air pada WTP agar mendukung terjadinya peningkatan
produktivitas PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
4.2. Pengumpulan Data
4.2.1. Data Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk.
Data jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat daerah pelayanan untuk tahun
2007 sampai tahun 2011dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel4.1. Jumlah Penduduk Kota Meulaboh Tahun 2007 2011
No Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Laju Pertumbuhan
(%)
1 2007 153.294 1,32
2 2008 164.360 7,22
3 2009 169.111 2,89
4 2010 173.558 2,63
5 2011 177.532 2,29
Sumber : Badan Pusat Statistik Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2011.
-
47
4.2.2. Data ProduksidanDistribusi Air.
Jumlah air yang diproduksi dan distribusi pada PDAM Tirta Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat tahun 2010 dan 2011 seperti tercantum pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Data Produksi dan DistribusiAir.
Bulan
2010 2011
Produksi
(m3)
Distribusi
(m3)
Produksi
(m3)
Distribusi
(m3)
Januari 161.043 93.588 183.310 103.508
Februari 160.480 87.478 182.670 96.750
Maret 160.111 93.184 182.250 103.061
April 159.567 90.408 181.630 99.991
Mei 164.460 95.102 187.200 105.182
Juni 148.937 85.617 169.530 94.692
Juli 156.729 93.588 178.400 103.508
Agustus 139.730 92.230 159.050 102.006
September 158.741 84.009 180.690 92.913
Oktober 269.180 83.748 306.400 92.625
Nopember 158.943 83.818 180.920 92.702
Desember 165.945 90.679 188.890 100.290
Jumlah 2.003.865 1.073.450 2.280.940 1.187.228
Rata-rata 166.989 89.454 190.078 98.936
Sumber: PDAM TirtaMeulabohKabupaten Aceh Barat 2012.
4.2.3. Data Instalasi Pengolahan Air.
Infrastruktur pelayanan air bersih saat ini mencakup sumber air (sungai),
bangunan sadap (intake), pemompaan, WTP dan jaringan distribusi. Unit instalasi
pengolahan air (Water Treatment Plant) PDAM Tirta Meulaboh seperti yang terdapat
padaTabel 4.3 berikut.
-
48
Tabel4.3.Unit Water Treatment Plant PDAM Tirta Meulaboh.
NO Nama WTP Sumber Air
Kapasitas
Intake
(liter/detik)
Kapasitas
Instalasi
(liter/detik)
Produksi
Aktual
(liter/detik)
1. Lapang S. Meureubo 80 80 70
2. RantauPanjang S. Meureubo 20 20 20
3. Kaway XVI S. Beureugang 10 5 5
4. Kaway XVI BRR S. Beureugang 50 50 50
5. Kaway XVI Caritas S. Beureugang 30 30 30
Total 190 185 175
Sumber: PDAM TirtaMeulabohKabupaten Aceh Barat 2012.
4.2.4. Data Jumlah Pelanggan.
Data sambungan rumah yang ada dibagi menjadi beberapa kategori
pelanggan. Jenis sambungan yang ada di PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat seperti yang terdapat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel4.4.Komposisi Jenis Sambungan Tahun 2010 dan 2011.
NO Jenis Sambungan Jumlah Pelanggan
2010 2011 1. Domestik (RT) 5.924 7.767 2. Non Domestik (Industridan Usaha) 255 359 3. InstansiPemerintah 49 53 4. KranUmum 2 15 5. Sosial 19 21 Total Pelanggan 6.249 8.215
Sumber: PDAM TirtaMeulabohKabupaten Aceh Barat 2012.
4.3. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar
variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antara konsep dengan
konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada
-
49
studi kepustakaan atau dengan kata lain kerangka konseptual adalah cara berfikir
yang logis dan sistematis dengan melihat hubungan setiap variabel yang membentuk
suatu pola sehingga pemaparan dari konsep penelitian lebih mudah dipahami.
Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun
dengan mengeneralisasikan suatu penelitian. Olehkarena itu, konsep tidak dapat
diamati dan diukur secara langsung. Agar konsep tersebut dapat diamati dan diukur,
maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel.
Berdasarkan beberapa teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
faktor-faktor yang akan dikaji terkait dengan perumusan strategi untuk peningkatan
kapasitas produksi pada sistem distribusi produksi air pada PDAM Tirta Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat maka dijabarkan dalam bentuk variabel yaitu variabel terikat
dan variabel bebas, adalah sebagai berikut:
a. Variabel terikat (dependent variable) adalah peningkatan kapasitas
produksi. Kapasitas meningkat ini dipengaruhi oleh demand dan supply.
b. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif,
yang dalam penelitian ini adalah ketersedian sumber air, kapasitas
tersedia, kualitas air, jumlah penduduk dan kebutuhan air.
Berdasarkan varibel-variabel tersebut di atas maka dapat disusun kerangka
konseptual penelitian seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
-
50
Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian.
4.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi suatu operasional variabel merupakan penegasan arti dan makna
setiap variabel dalam kerangka konseptual. Variabel yang mempengaruhi
perencanaan kapasitas produksi pada sistim distribusi produksi air bersih PDAM
Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat antara lain:
1. Demand adalah permintaan pelanggan/masyarakatakan air bersih.
Perencanaan
Kapasitas Produksi
Supply
Ketersedian
Sumber Air
Demand
Kapasitas
Tersedia
Kualitas Air
Jumlah Penduduk
Kebutuhan Air
-
51
2. Supply adalah kemampuan untuk dapat mendistribusikan air dari sumber
air baku menuju ke proses pengolahan hingga pendistribusian
kepelanggan.
3. Jumlah Penduduk adalah banyaknya jumlah penduduk Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat berdasarkan proyeksi jumlah penduduk.
4. Kebutuhan air adalah banyaknya air bersih yang diperlukan diasumsikan
tergantung pada katagori daerah dan jumlah penduduknya.
5. Ketersediaan sumber air adalah keluaran air secara minimal sampai
maksimal yang dihasilkan selama periode/selang waktu tertentu.
6. Kapasitas tersedia adalah ketersediaan sumber daya perusahaan dalam
memberikan pelayanan.
7. Kualitas air adalah mutu atau kualitas dari air baku air bersih meliputi
persyaratan fisik, persyaratan kimia, dan persyaratan mikrobiologis
(bakterilogis).
4.5. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan tahapan-tahapan, petunjuk pelaksanaan, atau
petunjuk teknis dalam melakukan pencarian masalah, penentuan pemecahan masalah,
dan mencari pemecahan masalah dari masalah penelitian.
Tahapan penelitian dimulai dari penemuan gejala, merumuskan masalah,
sampai pada mengetahui faktor yang kuat yang mempengaruhi terjadinya masalah
tersebut. Tahapan penelitian sebagaimana terdapat pada Gambar 4.2 berikut ini.
-
52
Gambar 4.2. Diagram Metodelogi Penelitian.
Latar Belakang Masalah
1. Kehilangan Air masih diatas tingkat kehilangan air minimum yaitu sebesar 20%.
2. Cakupan pelayanan masih dibawah cakupan pelayanan minimal yaitu 60%.
Rumusan Masalah
1. Masih rendahnyacakupan pelayanan yang diberikan PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat.
2. Rendahnya kapasitas produksi pada PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
sehinggadistribusi air tidakdapat mencukupi kebutuhan air masyarakat.
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan rancangan peningkatan kapasitas produksi untuk meningkatkan cakupan
pelayanan.
2. Merumuskan strategi untuk peningkatan kapasitas produksi pada sistem distribusi produksi
air.
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
1. Sistem Pengolahan Produksi Air Existing.
2. Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk.
3. Perhitungan Kebutuhan Air.
4. Perhitungan Kapasitas ProduksiTersedia
5. Perhitungan Tingkat Kehilangan Air.
6. KetersediaanSumber Air dan Kualitas Air
Analisis Data
1. Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk
2. Analisis Kebutuhan Air Bersih.
3. Analisis Ketersediaan Sumber Air.
4. Analisis KapasitasProduksi Tersedia.
5. Analisis Kehilangan Air
6. Analisis Kualitas Air.
Kesimpulan Dan Saran
Data Primer
1. Data sistem pengolahan air.
2. Data pengukuran kualitas air. 3. Pengukuran debit air.
Data Sekunder
1. Data jumlah penduduk.
2. Data pelanggan.
3. Data volum produksi air.
-
53
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Pengolahan Data
5.1.1. Sistem Produksi Air Bersih Existing WTP Lapang PDAM Tirta Meulaboh.
PDAM Tirta Meulaboh terdiri dari tiga cabang yang melayani tiga daerah
pelayanan dengan cakupan pelayanan saat ini 39,06% dari wilayah pelayanan PDAM.
Infrastruktur pelayanan air bersih saat ini mencakup sumber air sungai,
bangunan sadap (intake), pemompaan, WTP dan jaringan distribusi. Semua sumber
air baku berasal dari air permukaan yaitu Sungai Meureubo dan Sungai Beureugang,
karena potensi sumber air yang ada adalah air permukaan. Debit air kedua sungai
cukup besar, sehingga masih berpotensi bila dijadikan sumber air baku untuk
pengembangan.
5.1.1.1. Intake
Sumber air WTP Lapang adalah dari sungai Meureubo, pengambilan air
baku menggunakan bangunan penangkap/sadap (Intake) yang kemudian dipompakan
ke Water Treatment Plant (WTP) dengan menggunakan dua unit pompa Intake
(Submersible pump) dengan kapasitas masing-masing 40 ltr/dtk dengan Head 25
meter. Hal ini diharapkan tidak akan terjadi peningkatan angka kelahiran maupun
kematian (misalnya bencana alam).
-
54
Kondisi Intake dan bangunan rumah pompa Lapang yang disebabkan
bencana gempa tsunami pada Desember 2004 saat ini sudah baik setelah diperbaiki
secara keseluruhan terhadap bangunan tersebut oleh NGo SAB-SAS dari Belanda
yang telah melakukan kegiatan rehabilitasi sekeliling tembok bangunan dan
mengganti Pompa Intake, Travo, pemasangan kabel dan penggantian Pompa Dozing.
Sistem Produksi yang digunakan untuk semua elemen produksi dan
pendistribusian air di WTP Lapang menggunakan sumber energi yang berasal dari
Tenaga Listrik PLN Cabang Meulaboh dan di bantu satu Generator Genset yang
digunakan pada saat emergency (Pemadaman Listrik oleh PLN).
5.1.1.2. Instalasi Pengolahan Air (Water Treatment Plant).
WTP Lapang di bangun pada tahun 1996 dari dana pinjaman RPD. WTP
saat ini memiliki kapasitas desain 2x 40 ltr/detik, tetapi sejak dibangun sampai hingga
operasional saat ini belum pernah mencapai kapasitas pengolahan yang diharapkan
sesuai dengan kapasitas desain yang diharapkan dan hanya mampu memproduksi
hingga 70 ltr/dtk dari dua unit instalasi.Pada saat ini jam operasi produksi air minum
berjalan selama 24 jam dan operasi distribusi dilakukan selama 24 jam per hari.
5.1.1.3. Resorvoir.
Resorvoir yang ada pada sistem pelayanan air minum saat ini adalah
reservoir distribusi yang pengalirannya dengan sistem pemompaan dari unit
pengolahan. WTP Lapang memiliki reservoir tiga unit dengan kapasitas 250 m3, 400
-
55
m3 dan 450 m
3. Hingga saat ini reservoir berfungsi secara optimal untuk mencukupi
kebutuhan yang ada, sehingga selalu habis dipompakan ke pipa distribusi.
5.1.1.4. Distribusi.
Sistem distribusi yangdilakukan pada PDAM Tirta Meulaboh WTP Lapang
menggunakan metode perpipaan. Panjang total pipa distribusi untuk sistem Lapang
69 Km, dengan rincian sebagai berikut:
1. Pipa PVC 300 mm sepanjang 3.600 meter.
2. Pipa PVC 250 mm sepanjang 1.770 meter.
3. Pipa PVC 200 mm sepanjang 1.560 meter.
4. Pipa PVC 150 mm sepanjang 3.420 meter.
5. Pipa PVC 100 mm sepanjang 19.606 meter.
6. Pipa PVC 75 mm sepanjang 18.048 meter.
7. Pipa PVC 50 mm sepanjang 21.748 meter.
Proses Pendistribusian air menggunakan empat buah pompa distribusi,
antara lain sebagai berikut:
1. Pompa 1 kapasitas 75 ltr/dtk.
2. Pompa 2 kapasitas 90 ltr/dtk.
3. Pompa 3 kapasitas 30 ltr/dtk.
4. Pompa 4 kapasitas 60 ltr/dtk.
-
56
Pengoperasian pompa ini diatur bergantian, pada waktu beban puncak
digunakan pompa kapasitas besar dan pada waktu beban rendah digunakan pompa
kapasitas kecil yang digunakan hanya untuk pengisian pipa agar tidak terjadi
kehilangan tekanan.
5.1.2. Proyeksi Jumlah Penduduk.
Berdasarkan data yang telah diperoleh tersebut akan dihitung proyeksi untuk
lima tahun yang akan datang yaitu dari tahun 2012 hingga 2021. Perhitungan
proyeksi ini diperlukan untuk mengetahui perkembangan supply dan demand air pada
masa yang akan datang.Proyeksi ini didasarkan pada jumlah penduduk tahun 2011
dan laju pertumbuhan jumlah penduduk tahun 2011.
Perhitungan ini diasumsikan berdasarkan pada tingkat pertumbuhan
penduduk Kota Meulaboh dianggap stabil/tetap, dimana dengan alur pemikiran yang
positif maka diperkirakan jumlah penduduk mengalami peningkatan secara perlahan
sampai akhir periode rencana tahun 2021. Hal ini diharapkan tidak akan terjadi
peningkatan angka kelahiran maupun kematian (misalnya bencana alam).
Berdasarkan metode geometrik sesuai data penduduk rekomendasi Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Aceh Barat, maka dapat dihitung proyeksi jumlah
penduduk Kota Meulaboh tahun 2012 2021 seperti hasil yang terdapat pada pada
Tabel 5.1. Detil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.
-
57
Tabel 5.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Meulaboh.
NO Tahun Laju Pertumbuhan
Penduduk (%)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1 2012 2,29 58.645
2 2013 2,29 59.988
3 2014 2,29 61.361
4 2015 2,29 62.765
5 2016 2,29 64.202
6 2017 2,29 65.672
7 2018 2,29 67.175
8 2019 2,29 68.713
9 2020 2,29 70.286
10 2021 2,29 71.894
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Gambar 5.1 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Meulaboh.
58.645 59.988
61.361
62.765
64.202
65.672
67.175
68.713
70.286
71.894
50.000
53.000
56.000
59.000
62.000
65.000
68.000
71.000
74.000
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jumlah Pen
duduk (Jiwa)
Tahun
-
58
5.1.3. Perhitungan Kebutuhan Air.
Perhitungan kebutuhan air daerah perencanaan dilakukan berdasarkan
jumlah penduduk hasil proyeksi. Perhitungan ini dibagi dalam dua klasifikasi
pemakaian air, yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan non domestik
seperti kebutuhan air bersih untuk berbagai fasilitas sosial dan komersial yaitu,
fasilitas peribadatan agama, fasilitas pusat pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan,
sarana instansi pemerintahan dan sarana perniagaan.
5.1.3.1. Kebutuhan Air Domestik.
Kebutuhan air domestik merupakan pemakaian air untuk aktivitas rumah
tangga. Pemenuhan kebutuhan air domestik dilakukan dengan dua cara, yaitu
Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU). Berdasarkan standar kebutuhan
air minum untuk Sambungan Rumah (SR) sebanyak 80% dan Hidran Umum (HU)
sebanyak 20%.
Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk pada awal tahun rencana 2012
dengan jumlah penduduk 58.645 jiwa dan akhir tahun rencana 2021 dengan jumlah
penduduk 71.894 jiwa. Jumlah penduduk ini berdasarkan Tabel 2.1 maka Kota
Meulaboh dikatagorikan sebagai kota kecil, karena memiliki kisaran pendudukantara
25.000 100.000 jiwa, sehingga pemakaian air bersih 90 ltr/hr/org. Sedangkan
kebutuhan untuk Hidran Umum (HU) berdasarkan standar kebutuhan air adalah
30 ltr/hr/org.
-
59
Jumlah pelanggan yang terlayani pada awal tahun rencana 2012 masih 40%
dari jumlah penduduk, sedangkan untuk akhir tahun rencana 2021 diharapkan dapat
memenuhi target pelayanan yang mengacu pada Millenium Development Goals
(MDGs) Kabupaten Aceh Barat yaitu untukdaerah perkotaan harus sudah terlayani
60% dari jumlah penduduk.
Hasil perhitungan besarnya jumlah penduduk terlayani oleh Sambungan
Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Terlayani Tahun 2012 2021.
NO Tahun
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Cakupan
Pelayanan
(%)
Jumlah
Penduduk
Terlayani
(Jiwa)
Sistem Pelayanan
Sambungan
Rumah
(SR) 80%
Hidran
Umum
(HU) 20%
1 2012 58.645 40 23.458 18.767 4.692
2 2013 59.988 45 26.994 21.596 5.399
3 2014 61.361 50 30.680 24.544 6.136
4 2015 62.765 55 34.521 27.617 6.904
5 2016 64.202 60 38.521 30.817 7.704
6 2017 65.672 65 42.687 34.149 8.537
7 2018 67.175 70 47.023 37.618 9.405
8 2019 68.713 75 51.535 41.228 10.307
9 2020 70.286 80 56.228 44.983 11.246
10 2021 71.894 85 61.110 48.888 12.222
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel tersebut di atas, maka kebutuhan
air domistik dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini.
-
60
Tabel 5.3 Kebutuhan Air Domistik Tahun 2012 2021.
NO Tahun
Standar Kebutuhan Air Kebutuhan Air
Domestik (Qd) (ltr/hr) Sambungan Rumah
(SR) 90 ltr/hr/org
Hidran Umum
(HU) 30 ltr/hr/org
1 2012 1.688.987 140.749 1.829.735
2 2013 1.943.604 161.967 2.105.571
3 2014 2.208.993 184.083 2.393.076
4 2015 2.485.513 207.126 2.692.639
5 2016 2.773.535 231.128 3.004.663
6 2017 3.073.441 256.120 3.329.561
7 2018 3.385.623 282.135 3.667.758
8 2019 3.710.486 309.207 4.019.693
9 2020 4.048.448 337.371 4.385.819
10 2021 4.399.938 366.662 4.766.600
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Contoh detil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
5.1.3.2. Kebutuhan Air Non Domestik.
Kebutuhan non domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan oleh
fasilitas umum dan sosial yaitu:
1. Fasilitas Pendidikan.
2. Fasilitas peribadatan.
3. Fasilitas Kesehatan.
4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
5. Fasilitas Rekreasi dan Olahraga.
6. Kegiatan Industri.
Besarnya pemakaian air untuk kebutuhan non domestik berdasarkan standar
kebutuhan air diperhitungkan 20% dari kebutuhan domestik.Kebutuhan air non
domestik selama periode perencanaan seperti terdapat pada Tabel 5.4 berikut ini.
-
61
Tabel 5.4 Kebutuhan Air Non Domistik Tahun 2012 2021.
NO Tahun Kebutuhan Air Domestik
(Qd)(ltr/hr)
Kebutuhan Air Non Domestik
(Qnd) = 20% (Qd)
(ltr/hr) 1 2012 1.829.735 365.947 2 2013 2.105.571 421.114 3 2014 2.393.076 478.615 4 2015 2.692.639 538.528 5 2016 3.004.663 600.933 6 2017 3.329.561 665.912 7 2018 3.667.758 733.552 8 2019 4.019.693 803.939 9 2020 4.385.819 877.164 10 2021 4.766.600 953.320
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Contoh detil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
5.1.3.3. Kebutuhan Air Rata-Rata.
Kebutuhan air bersih rata-rata merupakan akumulasi dari kebutuhan air
bersih domestik dan kebutuhan air bersih non domestik yang dihitung berdasarkan
persamaan 2.2. Hasil perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata seperti yang terdapat
pada Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5 Kebutuhan Air Rata-Rata Tahun 2012 2021.
NO Tahun Kebutuhan AirRata-Rata
(Qr)(ltr/hr)
Kebutuhan Air Rata-Rata
(Qr)(ltr/dtk) 1 2012 2.195.683 25,41 2 2013 2.526.685 29,24 3 2014 2.871.691 33,24 4 2015 3.231.167 37,40 5 2016 3.605.596 41,73 6 2017 3.995.473 46,24 7 2018 4.401.309 50,94 8 2019 4.823.632 55,83 9 2020 5.262.983 60,91 10 2021 5.719.920 66,20
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
Contoh detil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
-
62
5.1.4. Kapasitas Produksi Tersedia dan Tingkat Kehilangan Air.
Kapasitas desain WTP Lapang 2x40 ltr/dtk atau 80 ltr/dtk. Berdasarkan data
hasil wawancara dengan bagaian produksi dan kondisi operasi yang dengan sedang
berlangsung kapasitas desain tersebut tidak pernah tercapai.Kondisi aktual kapasitas
produksi hanya mampu sebesar 2 x 35 ltr/dtk atau 70 ltr/dtk.
Berdasarkan data laporan PDAM Tirta Meulaboh Tahun 2008 2011 rata-
rata tingkat kehilangan air sebesar 47,95%. Menurut Standar Kriteria Desain Sistem
Penyediaan Air Bersih memberikan batasan faktor kehilangan air yang diperbolehkan
tidak melebihi angka toleransi sebesar 20% dari kapasitas debit produksi.Kehilangan
air sulit sekali untuk dikurangi, berdasarkan informasi bahwa kehilangan air terus
meningkat setiap tahunnya, maka diperkirakan kehilangan air akan mencapai 51%
pada tahun 2012.
Berdasarkan hal tersebut maka perkiraan kehilangan air untuk periode tahun
perencanaan selanjutnya jika PDAM Tirta Meulaboh tidak melakukan pergantian
jaringan pipa dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Kehilangan Air Tahun 2012 2021.
NO Tahun
Persentase
Kehilangan Air
(%)
Kapasitas
Produksi
Tersedia (ltr/dtk)
Kapasitas
Produksi
Tersedia (ltr/hr)
Kehilangan
Air (ltr/hr)
1 2012 51 70 6.048.000 3.084.480
2 2013 52 70 6.048.000 3.144.960
3 2014 53 70 6.048.000 3.205.440
4 2015 54 70 6.048.000 3.265.920
5 2016 55 70 6.048.000 3.326.400
6 2017 56 70 6.048.000 3.386.880
7 2018 57 70 6.048.000 3.447.360
8 2019 58 70 6.048.000 3.507.840
9 2020 59 70 6.048.000 3.568.320
10 2021 60 70 6.048.000 3.628.800
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
-
63
Berdasarkan perhitungan kehilangan air tersebut maka dapat dihitung volum
air yang dapat dilayani kepada masyarakat Kota Meulaboh seperti yang terdapat pada
Tabel 5.7 berikut ini.
Tabel 5.7 VolumAir Terlayani.
NO Tahun
Volume
Kebutuhan
Air (ltr/dtk)
Volume Air
Terlayani
(ltr/dtk)
Kekurangan/
Kelebihan
Kapasitas
Produksi (ltr/dtk)
Keterangan
1 2012 25,41 34,30 8,89 Mencukupi
2 2013 29,24 33,60 4,36 Mencukupi
3 2014 33,24 32,90 (0,34) Kekurangan
4 2015 37,40 32,20 (5,20) Kekurangan
5 2016 41,73 31,50 (10,23) Kekurangan
6 2017 46,24 30,80 (15,44) Kekurangan
7 2018 50,94 30,10 (20,84) Kekurangan
8 2019 55,83 29,40 (26,43) Kekurangan
9 2020 60,91 28,70 (32,21) Kekurangan
10 2021 66,20 28,00 (38,20) Kekurangan
Sumber: Hasil Pengolahan Data.
5.1.5. Fluktuasi Kebutuhan Air.
Dalam penentuan nilai fluktuasi kebutuhan air terlebih dahulu
harusmenentukan nilai faktor jam puncak dan faktor hari maksimum. Pada
perencanaanPDAM Tirta Meulaboh ditetapkan nilai faktor puncak sebesar 1,5 dan
faktor hari maksimumsebesar 1,1. Nilai ini berdasarkan nilai faktor hari maksimum
dan faktor jam puncak yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Cipta Karya yang ada pada Tabel 2.2.
-
64
5.1.6. Rekapitulasi Kebutuhan Air.
Setelah memperhitungkan kebutuhan air rata-rata untuk setiap tahun
perencanaan, serta mempertimbangkan cakupan pelayanan, kehilangan air, faktor hari
maksimum dan faktor jam puncak maka dapat diketahui jumlah air yang dilayani oleh
PDAM Tirta Meulaboh.Rekapitulasi kebutuhan air dapat dilihat pada lampiran 4.
5.1.7. Ketersediaan Sumber Air.
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Meulaboh untuk
pelayanan air minum adalah sungai. Saat ini secara normal pada saat pasang maupun
surut dapat memperoduksi dengan kapasitas hingga 80 ltr/dtk di intake WTP Lapang.
Secara fisik kapasitas sumber air yang ada masih memadai kedalaman sungai yang
ada mencapai 15 m dengan kapasitas sebesar 2000 ltr/dtk. Tetapi untuk melihat
kemampuan sumber untuk dimaksimalkan harus dilakukan pengukuran ulang.
Sumber air yang digunakan pada sistem pelayanan terletak di Lapang yang
melayani wilayah Kecamatan Johan Pahlawan, Rantau Panjang untuk melayani
Kecamatan Meureubo dan sekitarnya dan Beureugang yang melayani kecamatan
Kaway XVI.Pengambilan sumber air tersebut untuk mealayani sistem pelayanan tiga
instalasi pengolahan. Sumber air baku dengan kuantitas yang mencukupi selain
sungai tidak ada diwilayah ini, sumur bor yang pernah dioperasikan di Lapang sudah
tidak beroperasi lagi.
Sumber air existing yang dikelola oleh PDAM Tirta Meulaboh pada unit WTP
Lapang bersumber dari Sungai (Krueng) Meureubo. Sungai (Krueng) Meureubo yang
-
65
digunakan sebagai sumber air bermuara kepantai wilayah perairan Samudera
Indonesia.
5.1.8. Kualitas Air.
Kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Persyaratan Kualitas
Air Minum meliputi persyaratan fisika, kimiawi, mikrobiologis dan radioaktif
sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air
minum sebagaimana tercantum pada pasal 2 keputusan ini, maka perlu dilaksanakan
kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus
menerusdan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari
penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan
kualitas air minum yang tercantum dalam keputusan ini.
Berdasarkan aturan tersebut PDAM Tirta Meulaboh secara kontinu
melakukan pengujian kualitas air. Berdasarkan data yang penulis dapatkan pengujian
kualitas air dilakukan secara rutin setiap tahun, kecuali jika ada keluhan atau
informasi dari masyarakat maka PDAM Tirta Meulaboh melakukan uji kualitas air
diluar jadwal yang sudah ditentukan.
Pengujian kualitas air dilakukan baik untuk kualitas air baku yang berasal
dari Sungai Meureubo, maupun kualitas air bersih hasil pengolahan PDAM Tirta
Meulaboh WTP Lapang. Pengujian kualitas air baku Sungai Meureubo seperti yang
terdapat pada Tabel 5.8 berikut ini.
-
66
Tabel 5.8 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Baku Sungai Meureubo.
No. Parameter Satuan Persyaratan Maksimal
Hasil Uji Laboratorium
1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 1.
Fisika: Suhu Air/Udara Kekeruhan Zat terlarut/TDS Warna Kimia: Besi Kesadahan Chlorida Chrom Val. 6 Mangan Sulfida Tembaga Timbal Zat Organik pH Nitrit Amonia Bakteriologis: Total Coliform
oC
NTU mg/l Pt.Co
mg/l CaCo3
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l -
mg/l mg/l
Jlh/100 ml
Suhu udara + 3
25 1.000 15
1,0 500 600 0,05 0,1 0,05 1
0,05 10
6,5 - 9 1,0 1,5
10
31 32 340 10,00
0,2
146,8 36,82
- - - - -
9,30 7,4 - - - 14
Sumber: PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012 (diolah).
Sedangkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk air bersih hasil pengolahan
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat selama 5 tahun (2008-2012) adalah
sebagaimana yang tercantum pada Tabel 5.9 berikut ini.
Tabel 5.9 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Parameter Fisika.
No. Parameter Tahun
Metode 2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah Zat Padat Terlarut (mg/ltr)
420 320 440 325 318 Gravimetri
2 Warna (Skala Pt-Co)
2 2 2 2 2 Kolorimetri
3 Bau Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Organoleptik
4 Rasa Tidak berasa
Tidak berasa
Tidak berasa
Tidak berasa
Tidak berasa
Organoleptik
5 Kekeruhan (Skala NTU)
15 8 11 12 11 Turbidimeter
Sumber: PDAM Tirta MeulabohKabupaten Aceh Barat Tahun 2012 (diolah).
-
67
Sedangkan hasil uji laboratorium kualitas air untuk parameter kimia dapat
dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini.
Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Parameter Kimia.
No. Parameter Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 pH 6,8 6,8 7,4 7,2 6,8
2 Arsen (As) mg/l < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
3 Fluorida (F) mg/l < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02
4 Kromium (Cr) mg/l < 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05 < 0,05
5 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001
6 Nitrit (NO2) mg/l < 0,03 < 0,03 < 0,03 < 0,03 < 0,03
7 Nitrat (NO3) mg/l 0,75 0,36 0,31 0,58 0,65
8 Sianida (CN) mg/l < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
9 Selenium (Se) mg/l < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
10 Besi (Fe) mg/l < 0,04 0,11 0,22 < 0,04 0,11
11 Mangan (Mn) mg/l < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02
12 Khlorida (Cl) mg/l 45,99 42,19 26,29 21,91 26,29
13 Seng (Zn) mg/l < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008
14 Sulfat (SO4) mg/l 5,26 24,71 5,04 7,24 23,45
15 Kesadahan mg/l 90,58 95,26 121,60 130,12 131,7
Sumber: PDAM Tirta MeulabohKabupaten Aceh Barat Tahun 2012 (diolah).
Hasil uji laboratorium kualitas air PDAM Tirta Meulaboh untuk parameter
mikrobiologis (bakteriologis) dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini.
Tabel 5.11 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Parameter Bakteriologis.
No. Tahun Jumlah Sampel Hasil (E.Coli)
Positif Negatif
1 2008 7 4 3
2 2009 12 8 4
3 2010 14 11 3
4 2011 10 10 0
5 2012 8 8 0
Jumlah 51 41
(80,39%)
10
(19,61%)
Sumber: PDAM Tirta MeulabohKabupaten Aceh Barat Tahun 2012 (diolah).
-
68
5.2. Analisis Data
5.2.1. Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk.
Proyeksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan dilakukan dengan
terlebih dahulu menghitung laju pertumbuhan penduduk. Perhitungan laju
pertumbuhan penduduk didapat dari pertumbuhan penduduk dibagi dengan jumlah
penduduk tahun sebelumnya. Berdasarkan laju jumlah pertumbuhan penduduk tahun
awal, maka pada periode rencana tahun 2012-2021 laju pertumbuhan penduduk Kota
Meulaboh diasumsikan rata-rata adalah 2,29% dengan jumlah penduduk tahun 2011
sebanyak 57.333 jiwa.
Dari hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang disajikan pada Tabel
5.1 dapatlah dilihat bahwa pada akhir tahun rencana 2021 jumlah penduduk Kota
Meulaboh sebanyak 71.894 jiwa.
5.2.2. Analisis Kebutuhan Air Bersih.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah kebutuhan air bersih
juga akan meningkat. Namun pada kenyataannya, PDAM Tirta Meulaboh masih
belum mampu dalam memenuhi kebutuhan air bersih.
Kebutuhan air bersih dikatagorikan pada dua bagian yaitu untuk keperluan
domestik (rumah tangga) dengan jumlah penduduk terlayani diharapkan memenuhi
target 60% dari jumlah penduduk yang ada. Dari hasil perhitungan kebutuhan air
bersih untuk keperluan rumah tangga yang disajikan pada Tabel 5.3 dapat dilihat
bahwa untuk sistem Sambungan Rumah (SR) pada PDAM Tirta Meulaboh WTP
-
69
Lapang pada akhir tahun perencanaan Tahun 2021 sebesar 4.399.938 ltr/hr dan sistem
Hidran Umum (HU) sebesar 366.662 ltr/hr. Sehingga total kebutuhan air untuk akhir
tahun perencanaan Tahun 2021 sebesar 4.766.600 ltr/hr.
Keperluan non domestik seperti fasilitas peribadatan, pusat pelayanan
kesehatan, pendidikan, instansi pemerintahan dan perniagaan.Besarnya kebutuhan air
bersih untuk keperluan non domestik diasumsikan 20% dari keperluan domestik. Dari
hasil analisis perhitungan pada Tabel 5.4 dapatlah dilihat bahwa kebutuhan air bersih
untuk keperluan non domestik di PDAM Tirta Meulaboh WTP Lapang pada akhir
tahun perencanaan Tahun 2021 sebesar 95.320 ltr/hr.
Jika dilihat dari hasil perhitungan tersebut kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik selalu mengalami peningkatan mulai tahun awal
perencanaan tahun 2012 sampai akhir tahun perencanaan 2021. Hal ini terjadi karena
sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk yang tinggal di kota Meulaboh.
Pemenuhan kebutuhan air tersebut tergantung pada jumlah produksi air dan
kehilangan air sewaktu proses distribusi. Kehilangan air sewaktu distribusi dapat
disebabkan oleh rusak pipa distribusi (pipa mengalami kebocoran) dan juga tindakan
sengaja dari masyarakat yang menggunakan air secara illegal (mencuri air).Sehingga
kapasitas yang ada tidak dapat mencukup kebutuhan air.
Berdasarkan hasil tersebut maka kebutuhan air rata-rata perlu peningkatan
kapasitas produksi, dimana berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada
Tabel 5.7 hanya pada tahun perencanaan 2012 dan 2013 kapasitas produksi mampu
memenuhi permintaan kebutuhan air masyarakat Kota Meulaboh, selebihnya tahun
-
70
perencanaan 2014 sampai dengan tahun akhir perencanaan 2021 kapasitas produksi
tidak mampu memenuhi permintaan kebutuhan air masyarakat Kota Meulaboh.
Berdasarkan hal tersebut di atas peningkatan kapasitas produksi sangat
diperlukan. Mengingat Kebutuhan air yang meningkat terus menurus dari waktu ke
waktu. Sehingga dapat dipastikan dengan kapasitas yang tersedia sekarang tidak dapat
memenuhi kebutuhan air untuk beberapa tahun kedepan. Maka peningkatan ini memberi
dampak yang cukup besar bagi terpenuhinya kebutuhan air dengan memperkirakan
tingkat pelayanan sebesar kurang lebih 85%, sehingga terdapat 15% pelanggan yang
tidak dapat memperoleh air bersih.Hal ini tentu sudah melewati batas cakupan
pelayanan minimal yang dicanangkan melalui program Millenium Development
Goals (MDGs) Kabupaten Aceh Barat sebesar 60%.
Peningkatan kapasitas produksi yang akan direncanakan dari kapasitas awal
80 ltr/dtk menjadi kapasitas 115 ltr/dtk sesuai dengan hasil perhitungan yang terdapat
pada Tabel 5.7 dan sebisa mungkin mengurangi kehilangan air sewaktu didistribusikan.
Peningkatan kapasitas ini tentu diikuti dengan melakukan penambahan 2 (dua) unit
pompa dengan kapasitas 40 liter/detik dengan satu unit beroperasi dan satu unit
sebagai cadangan sehingga dapat dihasilkan kapasitas kurang lebih 115 liter/detik.
5.2.3. Analisis Ketersediaan Sumber Air.
Bahan baku yang digunakan di dalam produksi air PDAM Tirta Meulaboh
adalah air. Air baku merupakan syarat vital bagi pemenuhan kebutuhan air bersih
-
71
bagi masyarakat. Sumber air baku yang digunakan PDAM Tirta Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat WTP Lapang bersumber dari Sungai Meurebo.
Berdasarkan data, Sungai Meurebo memiliki kedalaman 15 m dengan debit
air 2.000 ltr/dtk. Sungai Meurebo tergolong sebagai sungai besar yang mempunyai
debit air cukup berlimpah sewaktu musim penghujan dan hanya mengalami sedikit
penyusutan debit sewaktu musim kemarau.
Secara umum, kondisi kuantitas sumber air bakuSungai Meureubo yang ada
di Kota Meulaboh sangat mencukupi. Sehingga sumber air yang berasaldari Sungai
Meureubo memiliki kuantitas yang cukup untuk memenuhi pasokan air baku pada
pengolahan produksi air bersih di PDAM Tirta Meulaboh WTP Lapang.
Dilihat dari sisi kualitas, satu-satunya sumber pencemaran air sungai adalah
sampah domestik (misalnya bakteri coli, limbah rumah tangga) sebagai akibat
aktivitas penduduk yang tinggal disekitar DAS. Perkembangan aktivitas perkotaan
yang tidak memperhatikan aspek lingkungan merupakan penyebab utama dari
rusaknya kualitas sumber air baku Sungai Meureubo. Disamping akibat adanya
limbah domestik (rumah tangga) yang berpotensi menyebabkan terjadinya
pencemaran lingkungan yang mengakibatkan kualitas air baku yang ada menjadi
rendah.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat, tingkat pencemaran yang ada di Sungai Meureubo masih jauh dibawah
batas ambang yang diizinkan seperti yang terdapat pada Tabel 5.8.
-
72
Kerusakan hutan akibat illegal logging sangat berpengaruh terhadap
kuantitas atau ketersediaan air baku sebagai sumber air bersih. Struktur perekonomian
masyarakat Kabupaten Aceh Barat yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan
perkebunan, menyebabkan terjadinya perubahan pola tata guna lahan yang ada,
semula berupa hutan berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan masyarakat.
Adanya perubahan pola tata guna lahan di Kabupaten Aceh Barat tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan debit air baku sebagai sumber air bersih
masyarakat dimasa-masa yang akan datang. Tata guna lahan yang baik sangat
berperan penting dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat disekitarnya karena
berpengaruh terhadap sumber-sumber air baku sebagai sumber air bersih yang terkait
dengan kuantitas (ketersediaan) dan kualitas.
5.2.4. Analisis Kapasitas Produksi Tersedia.
Kapasitas merupakan kemampuan berproduksi dari suatu stasiun kerja,
departemen atau fasilitas yang berhubungan dengan pekerja dan peralatan dan
dinyatakan dalam satuan unit pengukuran (unit, ton, meter, waktu standar dan lain-
lain) per satuan waktu.
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat WTP Lapang memiliki
kapasitas desain 2x40 ltr/dtk atau 80 ltr/dtk, sedangkan kapasitas aktual sebesar
2x35 ltr/dtk atau 70 ltr/dtk. Berdasarkan hasil pengolahan data kapasitas ini tidak
dapat mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Meulaboh.Hanya pada tahun
perencanaan Tahun 2012 dan Tahun 2013 kapasitas produksi dapat mencukupi
-
73
kebutuhan air bersih masyarakat Kota Meulaboh. Sedangkan pada tahun perencanan
Tahun 2014 sampai dengan tahun perencanaan Tahun 2021 kapasitas produksi dapat
mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Meulaboh. Dimana pada akhir
tahun perencanaan yaitu Tahun 2021 terjadi kekurangan kapasitas produksi sebesar
38,20 ltr/dtk. Hal ini terjadi karena seiring dengan terjadinya pertumbuhan penduduk
setiap tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 2,29%.
Berdasarkan hal tersebut, maka kapasitas produksi yang tersedia pada
PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat WTP Lapang tidak mencukupi
kebutuhan air bersih masyarakat Kota Meulaboh, sehingga peningkatan kapasitas
produksi sangat diperlukan dalam upaya memenuhi cakupan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan program Millenium Development Goals (MDGs)
Kabupaten Aceh Barat dimana cakupan pelayanan minimal sebesar 60%.
5.2.5. Analisis Kehilangan Air.
Kehilangan air dapat diartikan sebagai perbedaan yang tercatat atau selisih
antara air yang di produksi dan masuk kedalam sistem dengan jumlah air yang
tercatat pada meter pelanggan. Dengan pengertian tersebut, hilangnya sejumlah air
yang dapat terjadi karena keluar dari sistem tanpa dipergunakan atau tidak tercatatnya
penggunaan air karena berbagai hal.
Kehilangan air berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan merupakan
kehilangan air secara fisik dan kehilangan non fisik. Kehilangan fisik (physical
losses) adalah kehilangan yang disebabkan adanya kebocoran yang terjadi pada
-
74
komponen sistem, pada reservoir, pada pipa baik distribusi maupun transmisi, atau
pada sambungan rumah.Kehilangan non fisik (nonphysical losses) adalah kehilangan
air yang secara fisik tidak terlihat tapi dapat diketahui dari perhitungan dan catatan
jumlah air yang didistribusikan kepada pelanggan.Semua mencakup berbagai
kesalahan dan kelemahan administrasi dan manajemen serta perlengkapan sistem, di
antaranya kesalahan pembacaan dan pencatatan meter (produksi dan pelanggan),
pemakaian air tanpa meter, pemakaian air tidak dibayar, sambungan liar dan
pencurian air, pemakaian dengan perkiraan,dan kesalahan pada administrasi rekening,
sehingga air dipakai tetapi tidak tercatat dalam rekening.
Berdasarkan data hasil penelitian pada PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat persentase kehilangan air yang terjadi lebih besar dari 40%. Apabila
dilihat dari tolok ukur yang telah ditetapkan yaitu kehilangan air yang dialami PDAM
ditetapkan sebesar 20%, maka tingkat kehilangan air di Kota Meulaboh masih tinggi.
Berdasarkan data dari PDAM Tirta Meulaboh Tahun 2011, tingkat
kehilangan air mencapai 47,95% atau sebesar 1.093.712 m3. Kehilangan air ini
merupakan berupa kehilangan fisik dan kehilangan air non fisik (administrasi).Secara
pasti sulit untuk dilakukan perhitungan berapa jumlah kehilangan air fisik dan jumlah
kehilangan air non fisik (administrasi), kecuali dilakukan kajian khusus tentang
sebab-sebab terjadinya kehilangan air.
Berdasarkan hasil observasi bahwa kehilangan air fisik berasal dari
kebocoran pipa instalasi, pipa distribusi, dan unit pengolahan (resorvoir).Hal ini
dapat dilihat berdasarkan hasil observasi di beberapa titik lokasi pelayanan PDAM
-
75
Tirta Meulaboh yang terdapat pada lampiran 8. Kebocoran pada pipa instalasi, pipa
distribusi dan unit pengolahan terjadi karena pipa intalasi yang sudah melewati batas
umur pakai yaitu diatas 20 tahun, dimana semenjak tahun pemasangan dan
pembuatan belum dilakukan pergantian.
Sedangkan kehilangan air non fisik (adminsitrasi) diduga berasal dari
kesalahan dalam pencatatan meter. Hal ini dapat terlihat dari observasi di beberapa
meter pelanggan yang sudah buram atau rusak dan meter pelanggan tersembunyi.
Sehingga diprediksi bahwa pencatat meter melakukan kesalahan dalam pencatatan.
Hasil observasi ini dapat pada lampiran 8.
Berdasarkan hasil pengolahan data, prediksi tingkat kehilangan air pada awal
tahun perencanaan Tahun 2012 sampai akhir tahun perencananaan Tahun 2021
diperkirakan terjadi peningkatan kehilangan air sebesar 1%. Sehingga seiring dengan
pertambahan waktu maka kehilangan air terus meningkat, diperkirakan diakhir tahun
perencanaan tingkat kehilangan air sebesar 60% atau sebesar 3.628.800 ltr/hr. Hal ini
tentu akan berdampak kepada penurunan cakupan pelayanan PDAM Tirta Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat, jika tidak segera dilakukan perbaikan.
5.2.6. Analisis Kualitas Air.
Kualitas air pada PDAM Tirta Meulaboh WTP Lapang dapat diketahui
berdasarkan hasil laporan uji laboratorium PDAM Tirta Meulaboh. Pengetesan
dilakukan terhadap syarat-syarat Fisika, Kimia dan Mikrobiologi (Bakteriologis),
-
76
dimana kadar maksimum yang diperbolehkan adalah berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990.
Berdasarkan hasil uji kualitas air baku yang bersumber dari Sungai Meurebo
hanya beberapa paramater yang melebihi batas maksimal diantaranya: Suhu,
Kekeruhan dan Total Coliform. Kondisi kualitas air baku Sungai Meurebo dapat
dapat dilakukan penanganan dengan melakukan pengolahan air.
Parameter suhu persyaratan maksimal sebesar 25oC+3
oC. Sedangkan
berdasarkan hasil uji laboratorium suhu air baku Sungai Meureubo 31oC. Keadaan
suhu air baku Sungai Meureubo dipengaruhi oleh suhu dilingkungan sungai dan juga
dipengaruhi oleh kontaminasi sampah domistik yang memicu kenaikan suhu air.
Menurunkan suhu air baku Sungai Meureubo sampai dengan mendekati batas
maksimal adalah jika air baku sudah memasuki unit pengolahan air maka suhu air
tersebut akan mengalami penurunan.
Parameter kekeruhan persyaratan maksimal 25 NTU. Sedangkan
berdasarkan hasil uji laboratorium kekeruhan air baku Sungai Meureubo sebesar
32 NTU. Menurunkan kekeruhan ini dapat dilakukan pengolahan air pada unit
koagulasi dan flokulasi yang dilanjutkan dengan proses sedimentasi dan filtrasi.
Sedangkan untuk paramater Total Coliform persyaratan maksimal sebesar
10 jlh/100 ml. Sedangkan berdasarkan hasil uji laboratorium Total Coliform air baku
Sungai Meureubo sebesar 14 jlh/100 ml. Pencemaran air baku Sungai Meureubo yang
paling dominan terjadi adalah karena adanya sampah domestik (limbah rumah
tangga) sebagai akibat aktivitas penduduk yang tinggal disekitar daerah aliran Sungai
-
77
Meureubo. Pencemaran dari segi bakteriologi mudah diatasi, yaitu dengan
menambahkan desinfektan (kaporit) baik pada awal proses produksi maupun diakhir
proses produksi sebelum air tersebut didistribusikan ke masyarakat.
Secara keseluruhan kualitas air yang didistribusikan oleh PDAM Tirta
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat WTP Lapang sudah memenuhi syarat air bersih
sseperti yang terdapat pada hasil pemeriksaan laboratorium pada Tabel 5.9 s.d. 5.11.
-
78
BAB 6
PERANCANGAN
6.1. Perancangan Strategi Penurunan Kehilangan Air
Kehilangan air terjadi mulai dari unit instalasi/produksi, reservoir, distribusi,
dan di unit sambungan rumah. Untuk mengurangi angka kehilangan air yang
disebabkan faktor teknis, bisa dilakukan melalui blok renovasi atau melakukan
rehabilitasi jaringan pipa distribusi. Dalam satu atau dua tahun, kegiatan untuk
penurunan kehilangan air atau pengendalian kebocoran bisa dilakukan dengan
menelusuri semua titik-titik kebocoran atau yang mendatangkan kebocoran dengan
cara dilihat, dicatat dan diperbaiki.
Menanggulangi kehilangan air baikpada unit produksi, pipa transmisi, dan
pipa distribusi dan pipa sambungan rumah dapat dilakukan dengan merencanakan
program-program rehabilitasi.
Langkah-langkah strategi rehabilitasi untuk menurunkan kehilangan air adalah
sebagai berikut:
1. Rehabilitasi di Unit Produksi/Instalasi.
Strategi rehabilitasi pada Unit Produksi/Instalasi dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan Standart Operasional Prosedur (SOP) kerja dan
melaksanakan pengawasan/pengendalian fasilitas atau sistem yang ada.
2. Rehabilitasi jaringan pipa transmisi dan distribusi.
-
79
Strategi rehabilitasi pada jaringan pipa transmisi dan distribusi dapat
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan kekurangan-kekurangan atau melengkapi kondisi
jaringan yang ada/existing.
b. Memfungsikan kembali reservoir yang tidak digunakan.
c. Melakukan analisa hidrolisis untuk mengetahui tekanan yang ada di
dalam pipa kemudian data yang dihasilkan dapat digunakan untuk
rencana pengembangan jaringan pipa di masa datang.
d. Mengganti pipa pada posisi atau titik-titik yang mempunyai angka
kebocoran yang cukup tinggi.
e. Mengganti katup-katup pada titik-titik yang mempunyai tekanan yang
besar dengan katup-katup yang dapat menahan kondisi tersebut.
f. Pemasangan alat ukur tekanan di beberapa titik kritis untuk
mengetahui besar tekanan maksimum dan minimum yang terjadi pada
jaringan perpipaan.
3. Rehabilitasi pipa retikulasi dan pipa sambungan rumah.
Strategi rehabilitasi pada pipa retikulasi dan pipa sambungan rumah dapat
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Pemasangan meter distrist/bulk meter pada setiap 100 200
sambungan rumah pada satu zona tertentu.
b. Mengganti pipa pada titik-titik yang mempunyai angka kebocoran
yang besar.
-
80
c. Mengganti katup-katup pada titik-titik yang mempunyai tekanan yang
besar dengan katup-katup yang dapat menahan kondisi tersebut.
d. Pemasangan alat ukur tekanan di beberapa titik kritis untuk
mengetahui besar tekanan maksimum dan minimum yang terjadi pada
jaringan perpipaan.
e. Menyusun kembali pipa retikulasi di dalam jaringan perpipaan dengan
sistem cabang.
f. Menyusun sistem pembayaran rekening air dengan cara membagi
sistem berdasarkan zonanya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pengontrolan jumlah air yang dipakai dan untuk membandingkan
koreksi antara jumlah yang harus dibayar dengan meter air pada zona
tersebut.
g. Melakukan pemeriksaan dan pengetesan antara jumlah air yang harus
dibayar oleh pelanggan dengan meter air.
h. Mengganti meter air pelanggan yang sudah tua, tidak layak pakai atau
rusak.
6.2. Perancangan Strategi Pengembangan SistemPenyediaan Air Bersih
Strategi pengembangan sistem yang direncanakan dengan membuat jadwal
pelaksanaan pengembangan sistem penyediaan air bersih pada PDAM Tirta
Meulaboh dibagi dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
-
81
1. Strategi pengembangan sistem penyediaan air bersih tahap pertama tahun
2012 2016.
Pada tahap pertama strategi pengembangan sistem penyediaan air bersih
PDAM Tirta Meulaboh adalah sebagai berikut:
a. Sumber air baku.
Kekurangan kapasitas produksi yang terjadi pada tahap ini untuk
melayani daerah pelayanan sistemLapang, maka diusulkan disuplai
dari sistem Kaway XVI dengan memanfaatkan WTP Beureugang yang
mempunyai kapasitas berlebih.
b. Unit produksi.
Diusulkan dengan penambahan unit produksi baru di lokasi WTP
Lapang dengan membangun WTP kapasitas 35 ltr/dtk.
c. Reservoir.
Peningkatan kapasitas produksi maka diperlukan peningkatan
kapasitas reservoir. Reservoir sebagai penyeimbang kapasitas akan
mengatasi fluktuasi kebutuhan pemakaian air harian di wilayah
pelayanan, terutama pada saat kebutuhan minimum air akan
ditampung di reservoir sedangkan pada saat jam pemakain puncak air
akan disuplai kewilayah pelayanan. Rencana usulan reservoir yang
akan dibangun adalah kapasitas 400 m3.
-
82
d. Transmisi dan Distribusi.
Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi pada tahap ini
diusulkan dilakukan pengembangan jaringan pipa existing disamping
melakukan pemasangan pipa baru diameter 50 mm sampai dengan
diameter 150 mm, sepanjang + 20 km. Hal ini dilakukan untuk
mendukung jaringan sambungan rumah yang baru.
e. Sambungan Rumah.
Pada tahap ini direncanakan cakupan pelayanan meningkat seiring
dengan adanya sistem pelayanan baru dan peningkatan kapasitas baru.
Peningkatan jumlah cakupan pelayanan tersebut direncanakan
meningkat mencapai 60% dari jumlah penduduk wilayah pelayanan
PDAM Tirta Meulaboh Sistem Lapang.
2. Strategi pengembangan sistem penyediaan air bersih tahap kedua tahun
2017 2021.
Pada tahap kedua strategi pengembangan sistem penyediaan air bersih
PDAM Tirta Meulaboh adalah sebagai berikut:
a. Tercapainya cakupan pelayanan 85% sesuai dengan tujuan MDGs.
b. Melanjutkan program tahap pertama yang belum selesai, atau belum
dilaksanakan atau belum tercapai.
c. Penurunan tingkat kehilangan air dengan melakukan deteksi
kebocoran.
d. Optimalisasi WTP Lapang.
-
83
e. Melakukan blok renovasi untuk penurunan angka kehilangan air
sampai mendekati 20%.
f. Optimalisasi jaringan pipa transmisi dan distribusi.
g. Memelihara, merawat sumber air baku agar lebih tetap terjaga baik
dan kualitas lingkungan tidak tercemar sehingga kesinambungan siklus
air masih berjalan baik.
h. Melakukan rotasi terhadap petugas pembaca meter untuk menghin dari
kesalahan membaca angka atau rekayasa angka meter.
i. Melakukan cross check atau validasi terhadap hasil pembacaan angka
meter oleh petugas pencatat meter.
j. Kelayakan penembatan jumlah petugas pencatat meter disesuaikan
dengan jumlah water meter yang akan dibaca, didasarkan dengan
kemampuan normal.
6.3. Perancangan Strategi Peningkatan Kapasitas Produksi
Strategi yang direncanakan untuk meningkatkan kapasitas produksi bersih ini
adalah:
1. Meningkatkan kapasitas reservoir dan memperbaiki jaringan pipa
Kapasitas reservoir yang terpasang tidak sama dengan kapasitas produksi
yang dihasilkan oleh reservoir mengakibatkan jumlah air yang dihasilkan
lebih kecil. Perancangan jaringan pipa dengan kualitas yang baik sehingga
-
84
kerusakan dapat diminimumkan dan juga pipa harus digunakan secara
efektif dan efesien.
2. Menambah/Mengganti peralatan dengan teknologi baru. Penggantian
peralatan yang sudah lama dengan teknologi baru akan meningkatkan
kapasitas air yang diproduksi.
6.4. Perancangan Strategi Peningkatan Kualitas Air.
Strategi yang direncanakan untuk meningkatkan kualitas air bersih dalam
upaya ini menjamin kualitas air bersih yang diproduksi memenuhi persyaratan,
pengelola air bersih dengan sistem perpipaan adalah:
1. Mengadakan pengawasan internal terhadap kualitas air yang
diproduksinya, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pada setiap reservoir dilakukan pemeriksaan parameter:
1. Pemerikasaan sisa khlor dilakukan minimal satu kali sehari.
2. Pemeriksaan pH, dilakukan minimal satu kali per minggu.
3. Pemeriksaan Daya Hantar Listrik (DHL), Alkalinitas, kesadahan
total, CO2 Agresif, dan suhu dilakukan minimal satu kali per
minggu.
4. Pemeriksaan Besidan Mangan, dilakukan minimal satu kali per
bulan bila menjadi masalah.
-
85
b. Pada jaringan pipa distribusi dilakukan pemeriksaan parameter:
1. Pemerikasaan sisa khlor, minimal satu kali sehari, pada
outletreservoir dan konsumen terjauh.
2. Pemeriksaan pH, minimal satu kali per minggu.
3. Pemeriksaan Daya Hantar Listrik (DHL), minimal satu kali
perbulan.
4. Pemeriksaan Kekeruhan, minimal satu kali per minggu.
5. Pemeriksaan Total Coliforms/E, minimal satu bulan sekali pada
outlet reservoir dan konsumen terjauh.
2. Melakukan langkah-langkah menjamin kualitas air minum oleh pengelola
penyediaan air minum melalui sistem perpipaan, diantaranya:
a. Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat berdasarkan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan.
b. Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan
melakukan usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air di dalam
jaringan perpipaan secara rutin.
c. Membantu petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dalam
pelaksanaan pengawasan kualitas air dengan memberi kemudahan
petugas memasuki tempat-tempat dimana tugas pengawasan kualitas
air dilaksanakan.
-
86
d. Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat
pengambilan sampel (permukiman, jalan, nomor rumah, titik
sampling), waktu pengambilan, hasil analisa pemeriksaan
laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan penyimpangan
parameter.
e. Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Barat. Dokumen ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama
minimal 5 tahun.
-
87
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan PDAM Tirta Meulaboh dalam memenuhi kebutuhan air
bersih disebabkan oleh kapasitas produksi yang lebih keci dari demand,
kehilangan air sewaktu pendristribusian.
2. Berdasarkan Hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Meulaboh
pada awal tahun rencana 2012 sebesar 58.645 jiwa dan akhir tahun
rencana 2021 sebesar 71.894 jiwa dengan tingkat laju pertumbuhan
penduduk sebesar 2,29%.
3. Jumlah air yang terlayani untuk masyarakat Meulaboh di awal tahun
rencana 2012 adalah sebesar 2.963.520 ltr/hari atau sebesar 34,3 ltr/dtk
dan akhir tahun rencana 2021 sebesar 2.419.200 ltr/hari atau sebesar
28 ltr/dtk.
4. Kebutuhan air masyarakat Kota Meulaboh pada hari maksimum di awal
tahun rencana 2012 adalah sebesar 2.415.251ltr/hari dan akhir tahun
rencana 2021 sebesar 6.291.912 ltr/hari.
-
88
5. Total kebutuhan air masyarakat Kota Meulaboh di awal tahun rencana
2012 adalah sebesar 5.499.731 ltr/hari atau sebesar 63,65 ltr/dtk dan akhir
tahun rencana 2021 sebesar 9.920.712ltr/hari atau sebesar 114,82 ltr/dtk.
6. Peningkatan kapasitas produksi yang dibutuhkan PDAM Tirta Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat WTP Lapang sebesar 115 ltr/dtk.
7. Faktor yang paling mempengaruhi pada peningkatan kapasitas produksi
air PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat WTP Lapang adalah
jumlah penduduk, kebutuhan air dan kapasitas tersedia. Sedangkan
ketersediaan sumber air dan kualitas air tidak mempengaruhi peningkatan
kapasitas produksi air PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
WTP Lapang.
8. Strategi yang diusulkan untuk peningkatan kapasitas produksi adalah:
Strategi Penurunan Kehilangan Air, Strategi Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Bersih, Strategi Peningkatan Kapasitas Produksidan Strategi
Peningkatan Kualitas Air.
7.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yang berhubungan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat membentuk tim
yang khusus yang bertanggungjawab untuk pengendalian/penurunan
kehilangan air dengan melakukan pemantauan secara berkala.
-
89
2. Mengganti atau menambahkan peralatan mekanikal dan elektrikal yang
kondisinya sudah tidak baik.
3. Perlu adanya pengembangan kembali pada PDAM Tirta Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat WTP Lapang yaitudengandengan membangun satu
unit WTP kapasitas 35 ltr/dtk.
4. Melakukan kegiatan Survei Kepuasan Pelanggan diseluruh wilayah
pelayanan PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Kegiatan survei
dilakukan bekerjasama dengan institusi pendidikan yang independen.
5. Melakukan koordinasi yang intensif antara pihak-pihak yang terkait seperti
lembaga eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan cakupan pelayanan.