Download - contoh Laporan KKN-P
PENGARUH PERUBAHAN TARIF TERHADAP PENDAPATAN SEWA TRANSPONDER JASA KOMUNIKASI DATA DAN INTERNET
(Studi Pada PT. INDOSAT Tbk.)
Disusun oleh:
MAHARDIKA SURYAPUTRA
0410223095
KULIAH KERJA NYATA PROFESI
(KKN-P)
JURUSAN MANAJEMEN
KONSENTRASI BIDANG KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2007
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
Nama : Mahardika Surya Putra
Universitas : Brawijaya, Malang
NIM : 0410223095
Judul : Pengaruh Perubahan Tarif Terhadap Pendapatan Sewa Satelit
Transponder (Studi Pada PT Indosat Tbk.)
Periode : 13 Agustus 2007 – 10 Oktober 2007
Menyetujui:
Pembimbing Lapangan Division Head Divisi MIDI Brand Management MIDI Brand Management
Syofya ilham E Agus Alamsyah Yahya NIK.75013685 NIK.64891661
Division Head Learning &Capabilities Management Edi Riyanto NIK.66943835
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata Profesi ini dengan judul:
PENGARUH PERUBAHAN TARIF TERHADAP PENDAPATAN SEWA
TRANSPONDER MULTIMEDIA, KOMUNIKASI DATA DAN INTERNET
(Studi Pada PT. INDOSAT Tbk.)
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Kuliah Kerja Nyata Profesi adalah
untuk memenuhi syarat dalam memberikan penilaian KKN-P pada jurusan
(program) Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Sehubungan dengan selesainya karya akhir tersebut, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Himmiyatul Amanah J.J. sebagai pembimbing
2. Bapak M.S. Indrus selaku Ketua Jurusan (Program) Sarjana
3. Bapak Edy Riyanto selaku Division Head Learning & Capabilities
Management PT Indosat Tbk.
4. Bapak Agus Alamsyah Yahya selaku Division Head MIDI Brand
Management
5. Bapak Pembimbing di Lapangan Juliwardi
6. Ibu Pembimbing di Lapangan Lutfah
7. Ibu Pembimbing di Lapangan Syofia Ilham
8. Ibu Pembimbing di Lapangan Sri Mulyani
i
Penulis menyadari penyusunan Laporan Kuliah Kerja Nyata Profesi ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu saran serta kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Jakarta, 8 Oktober 2007
Penulis,
Mahardika Suryaputra
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1.2.Tujuan KKN-P 1.3.Manfaat KKN-P
1 3 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Pemasaran 2.2.Pengertian Jasa 2.3.Kategori-kategori Bauran Jasa 2.4.Pengertian dan Konsep Strategi Pemasaran Jasa 2.5.Pengertian Promosi 2.6.Perbedaan Karakteristik Produk dan Jasa : Implikasi
terhadap Strategi Komunikasi Pemasaran Jasa 2.7.Strategi Komunikasi Jasa : Implementasi Bauran
Komunikasi Jasa (Marketing Communications Mix Service)
2.8.Konsep Dan Peranan Harga 2.9.Tujuan Penetapan Harga 2.10. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam
Penetapan Harga 2.11. Metode Penetapan Harga 2.12. Penyesuaian-penyesuaian Khusus Terhadap Harga 2.13. Strategi Penetapan Harga
5 5 5 6 9 9
141618
22284451
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN KKN-P
3.1.Gambaran Umum Obyek KKN-P 3.2.Kegiatan yang ditekuni 3.3.Evaluasi Hasil Kegiatan KKN-P 3.4.Pengalaman Belajar
61757787
iii
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan 4.2.Saran
8990
Daftar Pustaka 91
iv
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman
2.1. Dimensi dan Macam Situasi Persaingan 25
3.1. Ikhtisar Tarif dan Pendapatan Sewa Transponder 78
3.2. Correlations 81
3.3. Anovab 82
3.4. Model Summaryb 83
3.5. Coefficientsa 83
v
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
2.1. Prestige Pricing 31
2.2. Price Lining 32
2.3. Standard Markup Pricing 35
3.1. Struktur Organisasi 66
3.2. Scatterplot - Uji Linearitas 85
3.3. Scatterplot - Homoskedasitas 86
3.4. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual 87
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang KKN-P
Seiring dengan perkembangan jaman, informasi menjadi sebuah urat nadi
untuk perkembangan perekonomian, industri, maupun pemerintahan. Hal ini
merupakan peluang bagi para perusahaan telekomunikasi untuk bersaing
dalam menyediakan dan menyebarluaskan informasi melalui berbagai macam
media baik suara maupun data dengan dukungan teknologi informasi yang
mereka miliki dan kuasai. Perkembangan teknologi yang semakin maju,
menyebabkan layanan komunikasi menjadi lebih mudah diperoleh dengan
biaya yang relatif efisien.
Perusahaan-perusahaan telekomunikasi, dalam hal ini disebut sebagai
provider, berlomba-lomba memberikan layanan yang berkualitas agar
konsumen mendapatkan kepuasan atas pelayanan tersebut. Oleh karena itu
perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
kinerjanya agar tetap bertahan dalam persaingan yang semakin ketat.
Divisi pemasaran dalam sebuah perusahaan memiliki peranan penting
dalam meningkatan kinerja perusahaan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
pada dasarnya semua aktivitas dan prestasi perusahaan bermuara pada bidang
pemasaran, aktifitas pemasaran dimulai dari melakukan riset terhadap target
market yang akan dituju. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keinginan
atau kebutuhan dan karakteristik dari target market itu sendiri. Kemudian
1
mengacu pada hasil riset tersebut, perusahaan dapat menyusun suatu produk
baru atau program pemasaran yang sesuai untuk meningkatkan penetrasi pasar
perusahaan.
Salah satu aspek dalam penyusunan produk baru atau program pemasaran
adalah penentuan tarif, berapa besaran tarif yang sesuai untuk suatu layanan
agar dapat meningkatkan penjualan produk tersebut di pasar yang juga
dibandingkan dengan tarif layanan sejenis yang diberikan kompetitor. Aspek
lain dalam kegiatan pemasaran adalah promosi, yaitu bagaimana cara
perusahaan untuk mengkomunikasikan produk atau program pemasaran yang
ada agar mudah ditangkap oleh konsumen atau target market yang dituju.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai topik pengaruh perubahan tarif
terhadap pendapatan sewa dalam perusahaan telekomunikasi. Adapun latar
belakangnya adalah tarif merupakan salah satu faktor yang penting dalam
kegiatan penjualan, penyusunan suatu system pentarifan yang tepat akan
menyebabkan perusahaan dapat bersaing dalam era kompetisi yang ketat,
sehingga dapat meningkatkan volume penjualan, dimana nantinya akan
berpengaruh terhadap performansi perusahaan secara keseluruhan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perubahan
tarif dengan pendapatan sewa untuk salah satu jenis produk yang
diselenggarakan oleh PT. INDOSAT Tbk. yang telah diluncurkan di pasar.
Maka berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, peneliti
mengambil judul karya tulis ini sebagai: ” PENGARUH PERUBAHAN
TARIF TERHADAP PENDAPATAN SEWA TRANSPONDER
2
KOMUNIKASI DATA, INTERNET, DAN MULTIMEDIA (Studi Pada
PT. INDOSAT Tbk.)”
1.2.Tujuan KKN-P
Dari uraian latar belakang di atas, laporan penulisan ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perubahan tarif yang
diselenggarakan terhadap pendapatan sewa Transponder Divisi MIDI
(Multimedia Interactive Data Communication & Internet) PT Indosat Tbk.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang dominan dari variabel
tarif terhadap pendapatan sewa Transponder pada Divisi MIDI
(Multimedia Interactive Data Communication & Internet) PT Indosat Tbk.
1.3.Manfaat KKN-P
Manfaat dari KKN-P adalah:
1.3.1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional.
b. Dapat menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di program
pendidikan untuk diterapkan pada berbagai kasus riil di dunia kerja
maupun dunia usaha.
3
c. Menumbuhkembangkan rasa percaya diri dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat.
1.3.2. Bagi Perusahaan/Lembaga/Pelaku Usaha
a. Dapat melaksanakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan /
lembaga / pelaku usaha kepada masyarakat.
b. Memperoleh sumbangan pemikiran dan tenaga dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan / lembaga / pelaku usaha.
1.3.3. Bagi Jurusan
a. Memperluas jaringan kerjasama dengan berbagai perusahaan / lembaga /
pelaku usaha.
b. Meningkatkan relevansi kurikulum berbagai program pendidikan di
Jurusan Manajemen dengan dunia kerja dan dunia usaha.
1.3.4. Bagi Dosen Pembimbing
a. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai praktek
manajemen di dunia kerja dan dunia usaha.
Meningkatkan jaringan kerjasama dengan dunia kerja dan dunia usaha.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (2004:9), Pemasaran adalah :
“Suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain.”
Asosiasi Pemasaran Amerika memberi definisi bahwa marketing adalah :
“Proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi,
serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi”
2.2.Pengertian Jasa
Menurut Phillip Kotler (2004:486) pengertian jasa adalah :
“Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada
pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apa pun.”
2.3.Kategori-Kategori Bauran Jasa
Komponen jasa dapat berupa bagian kecil atau bagian utama tawaran total.
Tawaran dapat dibedakan menjadi lima kategori :
5
1. Barang berwujud murni : tawaran hanya terdiri dari barang berwujud seperti
sabun, pasta gigi, atau garam. Tidak ada jasa yang menyertai produk itu.
2. Barang berwujud yang disertai layanan : tawaran terdiri dari barang
berwujud yang disertai dengan satu atau beberapa layanan mobile. Levitt
mengamati bahwa “semakin canggih teknologi produk generik (seperti
mobil dan komputer), penjualannya semakin tergantung pada mutu dan
tersedianya pelayanan pelanggan yang menyertainya (contoh : ruang pamer,
pengiriman, perbaikan dan pemeliharaan, bantuan aplikasi, pelatihan
operator, nasihat instalasi, pemenuhan garansi).
3. Campuran : tawaran terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama.
Misalnya, orang mengunjungi restoran untuk mendapatkan makanan dan
layanan.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan : tawaran terdiri dari satu
jasa utama disertai jasa tambahan dan/atau barang pendukung. Contohnya,
para penumpang pesawat terbang membeli jasa transportasi.
5. Jasa murni : tawaran hanya terdiri dari jasa. Contohnya mencakup jasa
menjaga bayi, psikoterapi, dan jasa memijat.
2.4.Pengertian dan Konsep Strategi Pemasaran Jasa
Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat, maka kegiatan
pemasaran yang efektif dan efisien berfungsi untuk menyelamatkan perusahaan.
Strategi pemasaran merupakan pemilihan alternatif optimal untuk mencapai
tujuan pemasaran perusahaan. Komponennya adalah pasar yang disegmentasikan
menjadi pasar sasaran dipadukan dengan sejumlah variabel pemasaran terkendali
6
(marketing mix) yang berfungsi untuk mempengaruhi tanggapan para pembeli di
pasar yang menjadi sasarannya.
Strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy) pada perusahaan
manufaktur secara tradisional dilaksanakan dengan menetapkan 4P meliputi
Product, Price, Place dan Promotion sedangkan pada perusahaan jasa bauran
pemasaran (service marketing strategy) modern dilakukan melalui 8P yaitu
Product, Place (cyberspace and Time), Price, Promotion, Process, Productivity
and Quality, People, Physical evidence yang merupakan pengembangan dari 4P
tradisional. (Lovelock & Wright, 2002).
Implementasi service marketing mix strategy tersebut tidak cukup tanpa diikuti
oleh pergeseran paradigma pemasaran dari transactional menuju relationship
dimana pada akhirnya akan membawa implikasi yang sangat besar pula bagi
perubahan tujuan (objective) dari perusahaan jasa maupun manufaktur dewasa ini.
Melalui pengembangan paradigma relationship, konsumen dipahami sebagai
sentral dan bukan sebagai obyek, dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu
transaksi pembelian yang diikat dalam hubungan kemitraan (relasi) agar tercipta
rebuying atau pembelian ulang. Untuk membina hubungan kemitraan atau relasi
yang baik diperlukan komunikasi yang baik pula dengan pelanggan sasaran
maupun pelanggan potensial. Dengan demikian setiap perusahaan, baik
manufaktur maupun jasa tidak dapat menghindarkan diri dari peran sebagai
komunikator dan promotor. Sebagai komunikator atau promotor perusahaan harus
menyampaikan informasi secara efektif terutama berkaitan dengan penyampaian
benefit atau manfaat produk atau jasa secara jelas, tepat sasaran maupun tepat
intensitasnya.
7
Perusahaan manufaktur modern perlu suatu sistem komunikasi pemasaran
yang kompleks, demikian juga dengan perusahaan jasa. Komunikasi pemasaran
atau disebut juga promosi, antara perusahaan jasa dengan konsumennya dapat
dilakukan dengan banyak cara, bahkan dengan cara yang sangat kreatif
dibandingkan mengkomunikasikan produk manufaktur. Hal ini harus menjadi
fokus perhatian utama, mengingat benefit dari jasa yang ditawarkan tidak bisa
langsung dilihat oleh calon konsumennya. Alat promosi juga merupakan faktor
yang sangat menentukan, karena alat promosi dapat menentukan pula bagaimana
respon dari konsumen terhadap apa yang diinformasikan oleh perusahaan jasa.
Perusahaan jasa dalam menjalankan peran sebagai komunikator mempunyai
beberapa tugas, yaitu menginformasikan sekaligus memberikan wawasan pada
konsumen tentang organisasi / perusahaan serta merek dan manfaat yang dapat
diberikan, membujuk konsumen potensial untuk memanfaatkan jasa sebagai
penyelesaian yang terbaik dari kebutuhan konsumen dibandingkan dengan
pesaing, mengingatkan konsumen akan kemampuan perusahaan jasa maupun
motivasi perusahaan tersebut serta memperbaiki hubungan pelanggan dengan
menawarkan pengetahuan yang lebih banyak untuk mengoptimalkan penggunaan
jasa tersebut. (Kotler, 2004)
Melihat begitu pentingnya peran promosi dalam perusahaan jasa, perlu
direncanakan dengan matang strategi promosi yang tepat. Kesalahan fatal yang
sering kali dilakukan oleh perusahaan jasa adalah membuat strategi promosi yang
sama dengan perusahaan manufaktur. Untuk itu pembahasan kali ini lebih
ditekankan pada pelurusan pandangan yang salah tersebut, yaitu berangkat dari
pemahaman bahwa karakteristik jasa berbeda dengan karakteristik produk
8
manufaktur. Dengan demikian diperlukan strategi pemasaran maupun strategi
promosi yang berbeda dengan produk manufaktur.
2.5.Pengertian Promosi
Agar kegiatan promosi dari suatu perusahaan berjalan efektif, maka kegiatan
promosi tersebut harus diintegrasikan dengan strategi-strategi perusahaan lainnya.
Mula-mula produk atau jasa disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi pasar,
kemudian harga produk ditetapkan sesuai dengan nilai yang dikandung produk
atau jasa tersebut, setelah itu produk didistribusikan ke pasar. Karena calon
pembeli perlu mengetahui karakteristik yang khas dari produk atau jasa, harga,
dan produk atau jasa tersebut tersedia maka perusahaan melakukan kegiatan
promosi. Jadi promosi merupakan elemen penting di dalam strategi pemasaran
yang tugas utamanya adalah mengadakan dan memelihara komunikasi dengan
konsumen yang menjadi sasaran perusahaan. Hal ini sesuai dengan definisi
promosi menurut Philip Kotler (2004:681) :
“Promosi penjualan terdiri dari kumpulan alat-alat insentif yang beragam,
sebagian besar berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu
produk / jasa tertentu secara lebih cepat dan/atau lebih besar oleh konsumen atau
pedagang.”
2.6.Perbedaan Karakteristik Produk dan Jasa : Implikasi terhadap Strategi
Komunikasi Pemasaran Jasa
Mengembangkan strategi komunikasi pemasaran yang berbeda untuk
mengkomunikasikan jasa (yang menawarkan produk tidak berwujud) adalah
9
berbeda dengan strategi komunikasi untuk mengkomunikasikan produk
manufaktur, hal ini harus benar-benar dipahami sebagai dasar strategi komunikasi
itu sendiri. (Kathleen Mortimer & Brian P, 1998)
Beberapa perbedaan antara jasa dan produk manufaktur mempunyai implikasi
yang sangat penting dalam komunikasi pemasaran jasa tersebut.
Terdapat enam perbedaan antara produk manufaktur dan jasa, yaitu :
2.6.1. Ketidakberwujudan dari tampilan jasa
Pemahaman terhadap kenyataan bahwa jasa adalah kinerja atau proses dan
bukan merupakan obyek adalah langkah awal untuk lebih memahami jasa itu
sendiri, hal ini terutama untuk klasifikasi jasa yang sangat sedikit berhubungan
dengan peralatan atau equipment . Jasa lebih merupakan kinerja atau prestasi dan
pengalaman dari bentuk obyek, maka spesifikasi serta manufaktur yang tepat
mengenai keseragaman kualitas sangat sulit untuk ditentukan. (Parasuraman et all,
1990)
Mengingat jasa tidak berbentuk atau berwujud, maka konsumen tidak mungkin
melihat tampilan secara fisik ataupun mengambil contoh dengan menyentuh,
mencicipi, melihat, mendengar atau membaui suatu jasa pada saat dibeli.
Dengan demikian muncul kesulitan dalam mengkomunikasikan jasa. Untuk itu
dibutuhkan suatu obyek yang dapat digunakan untuk mengingat wujud fisik jasa
tersebut yaitu phisical symbol. (Willim R & Leonard, 1981) Sebagai contoh
simbol kangguru dipakai sebagai Phisical symbol perusahaan penerbangan
Australia. Konsumen terbantu secara fisik mengingat keberadaan perusahaan
penerbangan Australia tersebut melalui simbol kangguru.
2.6.2. Keterlibatan konsumen dalam proses produksi jasa
10
Dorongan untuk meningkatkan produktivitas pada perusahaan jasa seringkali
dikaitkan dengan inovasi teknologi. Dimana inovasi ini, tentunya dikaitkan pula
dengan kemungkinan biaya tenaga kerja yang dapat diturunkan ataupun
dioptimalkan. (Davis et all, 1989). Permasalahan sering kali muncul, apabila
peningkatan produktivitas ini tidak diimbangi oleh usaha-usaha untuk
mempertahankan kualitas jasa. Untuk itu faktor manusia (people) masih
memegang peranan yang cukup besar dalam jasa. (Brown James And Chekitan,
2000).
Bentuk jasa yang mengharuskan konsumen aktif dalam proses transfer jasa
yang dilengkapi dengan penggunaan teknologi, menuntut perusahaan jasa
memberikan layanan tambahan berupa pelatihan ataupun pemberian informasi
yang lengkap tentang teknologi yang digunakan dalam proses jasa tersebut.
Dengan demikian marketer jasa juga harus bertindak sebagai edukator. (Leg and
Barker, 1992) karena mereka berperan pula dalam transfer pengetahuan tentang
jasa itu sendiri. Dengan demikian komunikasi tidak cukup dilakukan melalui
penyampaian benefit atau manfaat jasa, tetapi harus ditumbuhkan unsur edukasi
dalam komunikasi tersebut sehingga benefit atau manfaat yang diharapkan dari
jasa tersebut benar-benar sesuai dengan ekspektasi dari konsumen jasa. (Howard,
1989)
2.6.3. Evaluasi terhadap jasa sangat sulit dilakukan oleh konsumen
Meskipun konsumen sangat mengenal karakteristik dari jasa yang mereka
konsumsi, namun merupakan hal yang sulit untuk melakukan evaluasi terhadap
kualitas dari jasa terutama untuk perusahaan jasa dengan kontak konsumen yang
rendah (low contact service) sulit sekali melakukan evaluasi terhadap kualitas
11
jasa. Hal ini terjadi, mengingat komunikasi dengan konsumen sulit untuk
dilakukan disebabkan oleh terbatasnya peluang atau kesempatan untuk melakukan
kontak langsung dengan konsumen.
Peranan iklan dalam menilai kualitas jasa dapat dioptimalkan dengan
melakukan word of mouth (Haywood, 1989). Proses word of mouth akan semakin
terpercaya bila berupa komentar konsumen yang telah mengkonsumsi atau
mengalami proses jasa (service delivery) jasa tersebut (David H. Maister, 1997).
Dengan demikian komunikasi dari mulut ke mulut tersebut diharapkan tidak
hanya berfungsi sebagai penyampaian informasi tentang benefit atau manfaat jasa,
tapi lebih lagi dapat digunakan untuk membentuk persepsi konsumen yang baik
dan kuat tentang jasa tersebut.
2.6.4. Kebutuhan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan
Kebutuhan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan berkaitan
dengan demand management strategies yaitu bagaimana strategi perusahaan
dalam mengelola atau mengatur aktivitas yang dapat meningkatkan permintaan
pada saat peak periods ataupun memperpanjang kondisi high periods. Banyak
peluang yang bisa dioptimalkan oleh marketer untuk dapat melaksanakan strategi
ini misalnya dengan memberikan discount harga.
Permintaan rendah pada peak periods merupakan masalah serius pada industri
jasa terutama yang mempunyai biaya tetap atau fixed cost tinggi seperti hotel.
Untuk itu, dapat disiasati dengan menawarkan discount harga maupun penawaran
service tambahan misalnya : gratis penggunaan fasilitas hotel, sarapan pagi, dan
lain-lain agar akumulasi konsumen pada high periods dapat disebar untuk mengisi
kekosongan demand konsumen pada low periods hal ini sama artinya dengan
12
memperpanjang kondisi high periods atau peak periods dari jasa tersebut. Dengan
demikian komunikasi sangat berperan dalam menginformasikan penetapan
strategi discount dengan tujuan menyeimbangkan penawaran dan permintaan jasa,
bukan dengan tujuan penurunan kualitas jasa itu sendiri.
2.6.5. Pentingnya kontak secara personal dengan konsumen
Perusahaan jasa dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu : high
contact services dan low contact services (lovelock, 2002). Pada perusahaan jasa
dengan kontak konsumen tinggi (high contact services), karyawan yang
berhubungan langsung dengan konsumen merupakan sentral dari proses transfer
jasa (service delivery). Untuk itu banyak perusahaan yang mengupayakan agar
proses jasa lebih tangible (berwujud) dan lebih personalised (personal).
Pada jenis jasa dimana kontak dengan pelanggan sangat besar (high contact
services), karyawan dapat bertindak sebagai pelengkap dari usaha-usaha promosi
perusahaan. Mengingat karyawan dapat intens memanfaatkan waktu dalam proses
transfer jasa untuk mengkomunikasikan benefit atau manfaat jasa, tentunya
disertai upaya untuk membentuk persepsi yang baik terhadap kualitas jasa yang
diberikan.
2.6.6. Kecilnya peran perantara
Intermediaries atau perantara seperti retail/pengecer sering mempunyai peran
yang cukup penting dalam mempromosikan produk manufaktur pada konsumen
dan sekaligus memberikan informasi tentang karakteristik produk manufaktur.
Tetapi jasa tidak dapat disamakan dengan produk manufaktur karena perusahaan
jasa akan langsung menjual pada pelanggan. Berarti dalam jasa, terdapat peran
perantara yang sangat minimal.
13
Namun demikian, beberapa perusahaan jasa seperti jasa angkutan (travel),
asuransi tetap membutuhkan agen-agen untuk menjadi perantara dalam
memasarkan jasa mereka. Oleh karena peran perantara hampir tidak ada dalam
jasa, diperlukan komunikasi lebih intensif untuk menginformasikan benefit dan
value dari jasa tersebut.
2.7.Strategi Komunikasi Jasa : Implementasi Bauran Komunikasi Jasa
(Marketing Communications Mix Service)
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran promosi di antara beberapa alat
promosi yang ada, yaitu personal selling, sales promotion, advertising, publicity,
instructional material, corporate design, serta wiraniaga. Dalam industri yang
sama, berbagai perusahaan dapat sangat berbeda dalam cara mengalokasikan
anggaran promosi mereka.
Perusahaan selalu mencari cara untuk memperoleh efisiensi dengan
mensubstitusi suatu alat promosi dengan yang lainnya. Kemampuan untuk
melakukan substitusi di antara alat-alat promosi tersebut menjelaskan mengapa
fungsi-fungsi pemasaran harus dikoordinasikan. Sedangkan setiap alat promosi itu
memiliki karakteristik dan biaya tersendiri yang unik.
2.7.1. Periklanan
Karena banyaknya bentuk dan penggunaan periklanan, sangat sulit untuk
membuat generalisasi yang merangkum semuanya. Namun, sifat-sifat berikut
dapat diperhatikan:
Presentasi umum: Periklanan yang bersifat umum itu memberikan semacam
keabsahan pada produk dan menyarankan tawaran yang terstandardisasi.
14
Karena banyak orang menerima pesan yang sama, pembeli mengetahui bahwa
motif mereka untuk membeli produk tersebut akan dimaklumi oleh umum.
Tersebar luas: Periklanan adalah medium yang berdaya sebar luas yang
memungkinkan penjual mengulang pesan berkali-kali. Iklan juga
memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai
pesaing. Periklanan berskala besar oleh seorang penjual menyiratkan hal yang
positif tentang ukuran, kekuatan, dan keberhasilan penjual.
Ekspresi yang lebih kuat: Periklanan memberikan peluang untuk
mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui penggunaan cetakan,
suara, dan warna yang penuh seni.
Tidak bersifat pribadi: Audiens tidak merasa wajib untuk memperhatikan atau
menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan monolog, bukan dialog, dengan
audiens.
Periklanan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu
produk, dan di sisi lain, mempercepat penjualan. Periklanan dapat secara efisien
menjangkau berbagai pembeli yang tersebar secara geografis. Bentuk periklanan
tertentu dapat dibuat dengan anggaran yang kecil. Periklanan mungkin memiliki
pengaruh atas penjualan semata-mata melalui kemunculannya. Konsumen
mungkin percaya bahwa merek yang sering diiklankan pasti menawarkan “nilai
yang baik.”
2.7.2. Promosi Penjualan
Walaupun alat promosi penjualan – kupon; kontes, harga premi, dan sejenisnya
sangat beragam, semuanya memberikan tiga manfaat yang berbeda:
15
Komunikasi: Promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya memberikan
informasi yang dapat mengarahkan konsumen ke produk bersangkutan.
Insentif: Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan,
atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
Ajakan: Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan transaksi
pembelian sekarang.
Perusahaan menggunakan alat-alat promosi penjualan itu untuk menciptakan
tanggapan yang lebih kuat dan lebih cepat. Promosi penjualan dapat digunakan
untuk mendapatkan akibat jangka pendek seperti mendramatisir tawaran produk
dan mendorong penjualan yang lentur.
2.8.Konsep Dan Peranan Harga
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan
harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur
bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi
perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi, dan promosi)
menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Di samping itu harga merupakan
unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan
cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap
saluran distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat diubah/disesuaikan dengan
mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut keputusan jangka panjang.
Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya iuran, tarif, sewa,
bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan sebagainya. Dari sudut
pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya
16
(termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. Pengertian ini sejalan dengan
konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.
Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba
perusahaan. Hal ini terlihat jelas pada persamaan berikut:
Total Biaya - Terjual) yang Kuantitas per Unit (Harga Total Biaya - Total Pendapatan Laba
×==
Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas yang terjual. Selain itu
secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitas yang
terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya dengan
efisiensi produksi. Oleh karena penetapan harga mempengaruhi pendapatan total
dan biaya total, maka keputusan dan strategi penetapan harga memegang peranan
penting dalam setiap perusahaan.
Sementara itu, dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai
indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang
dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai
rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga atau dapat dirumuskan
sebagai berikut:
HargaDirasakan yangManfaat Laba =
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila
manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat
pula. Demikian pula sebaliknya pada tingkat harga tertentu, nilai suatu barang
17
atau jasa akan meningkat seiring dengan meningkatnya manfaat yang dirasakan.
Seringkali pula dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen
membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi
kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa substitusi.
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para
pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para
pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas
tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian,
adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara
mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli
membandingkan harga dari berbagai alternative yang tersedia, kemudian
memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam ‘mendidik’
konsumen mengenai faktor-faktor penduduk, seperti kualitas. Hal ini
terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitas
untuk menilai faktor-faktor produk atau manfaatnya secara objektif.
Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal
mencerminkan kualitas yang tinggi.
2.9. Tujuan Penetapan Harga
Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga, yaitu:
1. Tujuan berorientasi pada laba
18
Asums teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini
dikenal dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan global yang
kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh
terhadap daya saing setiap perusahaan, maksimisasi laba sangat sulit
dicapai, karena sukar sekali untuk dapat memperkirakan secara kurat
jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu. Dengan
demikian, tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti
tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.
Oleh sebab itu ada pula perusahaan yang menggunakan penggunaan target
laba, yaitu tingkat laba yang sesuai atau yang diharapkan sebagai sasaran
laba. Ada dua jenis laba yang biasa digunakan, yaitu target margin dan
target ROI (Return On Investment). Target margin merupakan target laba
suatu produk yang dinyatakan sebagai presentase yang mencerminkan
rasio laba terhadap penjualan. Sedangkan target ROI merupakan target
laba suatu produk yang dinyatakan sebagai rasio laba terhadap investasi
total yang dilakukan perusahaan dalam fasilitas produksi dan aset yang
mendukung produk tersebut.
2. Tujuan berorientasi pada volume
Selain tujuan berorientasi pada lab, ada pula perusahaan yang menetapkan
harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertenu atau
yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga
ditetapkans sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan
19
(dalam ton, kg, unit, m3, dan lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa
pasar (absolute maupun relatif). Tujuan ini banyak diterapkan oleh
perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel,
pengusaha bioskop, dan pemilik bisnis pertunjukkan lainnya, serta
penyelenggaraan seminar-seminar. Bagi sebuah perusahaan penerbangan
yang berupaya memeberikan insentif berupa harga special agar dapat
meminimisasi jumlah kursi yang tidak terisi.
3. Tujuan berorientasi pada citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat
digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya
dengan memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang
terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakikatnya, baik penetapan harga
tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen
terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan stabilisasi harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensistif terhadap harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus
menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari
terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang
produknya sangat terstandarisasi (misalnya minyak bumi). Tujuan
stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
20
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaaan
dan harga pemimpin industri (industri leader).
5. Tujuan-tujuan lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau
menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-profit juga dapat
menetapkan tujuan penetapan harga yang berbeda, misalnya untuk
mencapai partial cost recovery, full cost recovery, atau untuk menetapkan
sosial price.
Tujuan-tujuan penetapan harga di atas memiliki implikasi penting terhadap
strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara
yang ditempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam
persaingan. Misalnya, permulihan tujuan berorientasi pada laba mengandung
makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing. Pilihan ini cocok
diterapkan dalam 3 kondisi, yaitu:
a. Tidak ada pesaing.
b. Perusahaan beroperasi pada kapasitas produksi maksimum.
c. Harga bukanlah atribut yang penting bagi pembeli.
Berbeda dengan tujuan berorientasi pada laba, pemilihan tujuan berorientasi pada
volume dilandaskan pada strategi mengalahkan atau mengatasi persaingan.
Sedangkan tujuan stabilisasi harga didasarkan pada strategi menghadapi atau
21
memenuhi tuntutan persaingan. Dalam tujuan berorientasi pada volume dan
stabilisasi, perusahaan harus dapat menilai tindakan-tindakan pesaingnya.
Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari
persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau dengan jalan
melayani segmen pasar khusus.
2.10. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penetapan Harga
Secara mum ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan
harga (Kotler dan Amstrong, 1994), yaitu faktor internal perusahaan dan faktor
lingkungan eksternal.
2.10.1. Faktor internal perusahaan
1. Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah tujuan
pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa maksimisasi laba,
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar
yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi
persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan lain-lain.
2. Strategi bauran pemasaran
Harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran. Oleh karena
itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran
pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promosi.
22
3. Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu,
setiap perusahaan pasti menaruh perhatian besar pada aspek struktur biaya
(tetap dan vfariabel), serta jenis-jenis biaya lainnya, seperti out-of-pocket
cost, incremental cost, opportunity cost, controllable cost, dan
replacement cost.
Untuk menganalisis pengaruh biaya terhadap strategi penetapan harga, ada
tiga macam hubungan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, rasio biaya
tetap terhadap biaya variabel. Bila proporsi biaya tetap terhadap biaya total
lebih besar daripada proporsi biaya variabelnya, maka penambahan
volume penjualan akan sangat membantu dalam meningkatkan
penghasilan/laba. Situasi seperti ini dikenal dengan istilah volume
sensitive. Salah satunya adalah perusahaan penerbangan. Biasanya biaya
tetapnya mencakup sekitar 60 hingga 70 persen dari biaya totalnya.
Apabila biaya tetap telah tertutupi, maka setiap tambahan tiket yang terjual
akan memberikan laba yang besar. Akan tetapi, ada pula industri yang
mengalami situasi sebaliknya (misalnya industri kertas), dimana biaya
variabelnya memiliki proporsi yang lebih besar. Situasi ini disebut price
sensitive, karena kenaikan harga sedikit saja dapat meningkatkan laba
cukup besar.
Kedua, skala ekonomis yang tersedia bagi suatu perusahaan. Bila skala
ekonomis yang diperoleh dari operasi perusahaan cukup besar, maka
23
perusahaan yang bersangkutan perlu merencanakan peningkatan pangsa
pasar dan harus memperhitungkan harapan atas penurunan biaya dalam
menentukan harga jangka panjangnya. Alternatif lain adalah bila
pengalaman perusahaan diharapkan bisa menghasilkan penurunan biaya,
maka harga dapat diturunkan dalam jangka panjang guna meraih pangsa
pasar yang lebih besar.
Ketiga, struktur biaya perusahaan dibandingkan pesaingnya. Bila sebuah
perusahaan memiliki struktur biaya yang lebih rendah daripada para
pesaingnya, maka ia akan memperoleh laba tambahan dengan
mempertahankan harga pada tingkat kompetitif. Laba tambahan tersebut
dapat dipakai untuk mempromosikan produknya secara agreseif.
Sebaliknya, bila biaya suatu perusahaan lebih tinggi dibandingkan para
pesaingnya, maka jangan sampai ia berinisiatif untuk menurunkan harga,
karena itu hanya akan mengarah pada ‘perang harga’ dan ia pasti rugi.
4. Organisasi
Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus
menetapkan harga. Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga
menurut caranya masing-masing. Pada perusahaan kecil, umumnya harga
ditetapkan oleh manajemen puncak. Pada perusahaan besar seringkali
masalah penetapan harga ditangani oleh divisi atau manajer suatu lini
produk. Dalam pasar industri, para wiraniaga (salespeople) diperkenankan
untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna menetapkan rentang
(range) harga tertentu. Dalam industri di mana penetapan harga
24
merupakan faktor kunci (misalnya perusahaan minyak, penerbangan luar
angkasa), biasanya setiap perusahaan memiliki departemen pemasaran
atau manajemen puncak. Pihak-pihak lain yang memiliki pengaruh
terhadap penetapan harga adalah manajer penjualan, manajer produksi,
manajer keuangan, dan akuntan.
2.10.2. Faktor lingkungan eksternal
1. Sifat pasar dan permintaan
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang
dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistic, oligopoly, atau monopoli. Faktor lain yang tidak kalah
pentingnya adalah elastisitas permintaan.
Tabel 2.1
Dimensi dan Macam Pasar Persaingan
Dimensi
Penting
Macam Situasi
Persaingan Sempuran Oligopoli Persaingan Monopolistik Monopoli
Kekhasan produk
masing-masing
perusahaan
Tidak ada Tidak ada Ada Khas
Jumlah peserta
persaingan
Banyak Beberapa Beberapa sampai banyak Tidak ada
Ukuran para peserta
persaingan
(dibandingkan dengan
ukuran pasar)
Kecil Besar Besar sampai kecil Tidak ada
25
Elastisitas permintaan
yang dihadapi
perusahaan
Sangat elastis Kurva permintaan
berbelok (elastic dan
inelastic)
Salah satu Salah satu
Elastisitas permintaan
industri
Salah satu Inelastis Salah satu Salah satu
Pengendalian harga
oleh perusahaan
Tidak ada Ada (harus berhati-hati) Ada Sepenuhnya
2. Persaingan
Menurut Porter (1985), ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam
persaingan suatu industri, yaitu persaingan industri yang bersangkutan,
produk substitusi, pemasok, pelanggan, dan ancaman pendatang baru.
Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menganalisis karakteristik
persaingan yang dihadapi antara lain meliputi:
a. Jumlah perusahaan dalam industri
Bila hanya ada satu perusahaan dalam industri, maka secara teoritis
perusahaan yang bersangkutan bebas menetapkan harganya
seberapapun. Akan tetapi sebaliknya, bila industri terdiri atas banyak
perusahaa, maka persaingan harga terjadi. Bila produk yang dihasilkan
tidak terdiferensiai, maka hanya pemimpin industri yang leluasa
menentukan perubahan harga.
b. Ukuran relatif setiap anggota dalam industri
26
Bila perusahaan memiliki pangsa pasar yang besar, maka perusahaan
yang bersangkutan dapat memegang inisiatif perubahan harga. Bila
pangsa pasarnya kecil, maka hanya menjadi pengikut.
c. Diferensiasi produk
Bila perusahaan berpeluang melakukan diferensiasi dalam industrinya,
maka perusahaan tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan
harganya, bahkan sekalopun perusahaan itu kecil dan banyak pesaing
dalam industri.
d. Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan
Bila suatu industri mudah untuk dmasuki, maka perusahaan yang ada
sulit mempengaruhi atau mengendalikan harga. Sedangkan bila ada
hambatan masuk ke pasar (barrier to market entry), maka perusahaan-
perusahaan yang sudah ada dalam industri tersebut dapat
mengendalikan harga. Hambatan masuk ke pasar dapat berupa:
‐ Persyaratan teknologi,
‐ Investasi modal yang besar,
‐ Ketidaktersediaan bahan baku pokok/utama,
‐ Skala ekonomis yang sudah dicapai perusahaan-perusahaan yang
telah ada dan sulit diraih oleh pendatang baru,
‐ Kendali atas sumber daya alam oleh perusahaan-perusahaan yang
sudah ada,
27
‐ Keahlian dalam pemasaran.
3. Unsur-unsur lingkungan eksternal lainnya
Selain faktor-faktor diatas, perusahaan juga perlu mempertimbangkan
faktor kondisi ekonomi (inflasi, boom atau resesi, tingkat bunga),
kebijakan dan peraturan pemerintah, dan aspek sosial (kepedulian terhadap
lingkungan).
2.11. Metode Penetapan Harga
Secara garis besar metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasis
biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan.
2.11.1. Metode penetapan harga berbasis permintaan
Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan
preferensi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan.
Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbaga pertimbangan, diantaranya
yaitu:
a. Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli),
b. Kemauan pelanggan untuk membeli,
c. Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut
apakah produk tersebut merupakan symbol status atau hanya produk yang
digunakan sehari-hari,
28
d. Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan,
e. Harga produk-produk substitusi,
f. Pasar potensial bagi produk tersebut,
g. Sifat persaingan non-harga,
h. Perilaku konsumen secara umum,
i. Segmen-segmen dalam pasar.
Paling sedikit ada tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode
penetapan harga berbasis permintaan, yaitu skimming pricing, penetration pricing,
prestige pricing, price lining pricing, odd-even pricing, demand-backward, dan
pricing bundle pricing.
1. Skimming pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu
produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan
harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru bisa
berjalan baik jika konsumen tidak sensitive terhadap harga, tetapi lebih
menekankan pertimbangan-pertimbangan kualitas, inovasi, dan
kemampuan produk tersebut dalam memuaskan kebutuhannya.
Bila segmen pasar yang tidak sensitive terhadap harga ini telah terpuaskan
(dilayani dengan baik), maka perusahaan akan menurunkan harganya
untuk menarik segmen pasar lainnya, yakni segmen yang lebih sensitive
terhadap harga. Kadangkala penurunan harga ini diikuti pula dengan
29
sedikit modifkasi produk. Misalnya novel ‘The Chamber’ John Grisham
ditawarkan pertama kali dalam edisi hardcover, kemudian beberapa waktu
kemudian diproduksi pula edisi buku saku untuk menjangkau segmen
pasar lainnya.
2. Penetration pricing
Dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk
baru dengan harga rendah dengan harapan akan memperoleh volume
penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat. Selain itu strategi ini
juga bertujuan untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi biaya per
unit. Pada saat yang bersamaan strategi penetrasi juga dapat mengurangi
minat dan kemampuan pesaing, karena harga yang rendah menyebabkan
margin yang diperoleh setiap perusahaan menjadi terbatas.
3. Prestige pricing
Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas atau
prestise suatu barang/jasa. Dengan demikian bila harga diturunkan sampai
tingkat tertentu, maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan
turun. Gambar dibawah menunjukkan bahwa dari titik A ke B, konsumen
menganggap penurunan harga sebagai efek dari tawar-menawar, karena itu
mereka membeli dalam jumlah yang lebih banyak. Akan tetapi dari titik B
ke C, mereka meragukan kualitas dan prestise barang atau jasa
bersangkutan, sehingga mereka akan mengurangi pembeliannya. Strategi
yang tepat di sini adalah mempertahankan tingkat harga agar tetap berada
di atas titik P0.
30
Gambar 2.1
Prestige pricing merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi
sehingga konsumen yang sangat peduli dengan statusnya akan tertarik
dengan produk, dan kemudian membelinya. Produk-produk yang sering
dikaitkan dengan prestige pricing antara lain permata, berlian, parfum,
porselin, limousing, jaket kulit, dan lain-lain. Produk-produk ini malah
sulit laku bila dijual dengan harga murah.
4. Price lining
Price lining digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu
jenis. Harga produk tersebut bisa bervariasi dan ditetapkan pada tingkat
harga tertentu yang berbeda. Misalnya harga lini produk pakaian wanita
ditetapkan pada tingkat harga Rp 50.000,-; Rp 79.000,-; dan Rp 99.000,-.
Gambar dibawah menunjukkan bahwa permintaan bersifat elastis pada
masing-masing tingkat harga, tetapi inelastis di antara berbagai tingkat
harga tersebut.
31
Gambar 2.2
Price lining dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Produsen menjual setiap item barang dengan harga yang sama kepada
pengecer. Kemudian pengecer menambahkan persentase markup yang
berbeda untuk masing-masing item, sehingga tingkat harganya
berbeda. Kriteria yang mendasari pembedaan tersebut adalah warna,
model, dan permintaan yang dihadapi.
b. Produsen merancang produk dengan tingkat harga yang berbeda-beda
dan pengecer menambahkan persentase markup yang relatif sama,
sehingga harga jual yang ditawarkan kepada konsumen akhirnya
bervariasi.
Biasanya variasi tingkat harga yang baik berkisar antara 3 hingga 4 macam
tingkat harga. Bila terlampau banyak, maka justru akan membingungkan
konsumen.
5. Odd-even pricing
32
Bila kita masuk ke sebuah supermarket, kerapkali kita menjumpai barang-
barang yang ditawarkan dengan harga yang ‘ganjil’, misalnya Rp1.595,-
dan Rp 9.975,-. Pertanyaan yang bisa muncul adalah bukankah harga-
haraga tersebut sebenarnya sama saja dengan Rp 1.600,- dan Rp 10.000,-?
Apalagi saat ini sulit mencari kembalian Rp 5,-, Rp 10,- dan Rp 25,- ,
bahkan seringkali malah dengan permen.
Harga-harga tersebut ditetapkan dengan metode odd-even pricing, yakni
harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Masih banyak
kelompok konsumen yang menganggap bahwa harga Rp 9.975,- masih
dibawah Rp 10.000,-, artinya bila dibayar dengan Rp 10.000,- maka masih
ada kembaliannya. Harga sebesar Rp 9.975,- masih berada dalam kisaran
Rp 9.000,- an, bukan Rp 10.000,- an. Pada praktiknya memang untuk
satuan atau kuantitas yang kecil, strategi ini kurang mengena sasaran.
Tetapi bila menyangkut satuan atau kuantitas besar ataupun dikaitkan
dengan pembelian (belanjaan) berbagai macam produk lainnya, maka
hasilnya akan lebih efektif.
6. Demand-backward pricing
Perusahaan kadangkala memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia
dibayar konsumen untuk produk-produk yang relatif mahal seperti halnya
shopping goods (misalnya pakaian dan sepatu untuk anak-anak dan
wanita; mainan anak-anak). Kemudian perusahaan yang bersangkutan
menentukan margin yang harus dibayarkan kepada wholesaler dan
retailer. Setelah itu barulah harga jualnya dapat ditentukan. Jadi proses ini
33
berjalan ke belakang, sehingga istilahnya disebut demand-backward
pricing. Berdasarkan suatu target harga tertentu, kemudian perusahaan
menyesuaikan kualitas komponen-komponen produknya. Dengan kata
lain, produk didesain sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi target
harga yang ditetapkan.
7. Bundle pricing
Bundle pricing merupakan strategi pemasaran dua atau lebih produk dalam
satu harga paket. Misalnya travel agency menawarkan paket liburan yang
mencakup transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Bundle pricing
didasarkan pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai suatu
paket tertentu secara keseluruhan daripada nilai masing-masing item
secara individual. Strategi ini memberikan manfaat besar bagi pembeli dan
penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total, sedangkan penjual dapat
menekan biaya pemasarannya.
2.11.2. Metode penetapan harga berbasis biaya
Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau
biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan
pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-
biaya langsung, biaya overhead, dan laba.
1. Standard markup pricing
Dalam standard markup pricing, harga ditentukan dengan jalan
menambahkan persentase tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu
34
kelas produk. Misalnya, pemakaian dikenai tambahan 15%, sepatu 20%,
arloji 25%, hem 15%, dan lain-lain.
Metode ini banyak diterapkan di supermarket dan toko-toko eceran
lainnya yang menawarkan banyak lini produk. Persentase markup
bervariasi besarnya, tergantung pada jenis toko eceran (pakaian, grosery,
atau furniture) dan jenis produk yang dijual. Biasanya produk-produk yang
tingkat perputarannya tinggi dikarenakan markup yang lebih kecil
daripada produk-produk yang tingkat perputarannya rendah. Contoh
aplikasi ini dapat dilihat melalui gambar dibawah ini.
Gambar 2.3
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa markup yang ditetapkan semakin
besar seiring dengan semakin dekatnya produk ke konsumen akhir.
Produsen memperoleh 15% markup atas harga jualnya, wholesaler
memperoleh 20%, dan retailer mendapatkan 40%. Kondisi ini dikarenakan
semakin dekat suatu produk ke konsumen akhir, maka penjual hanya
35
memiliki produk dalam volume yang kecil dan harus menyediakan
berbagai macam pelayanan atau perhatian individual kepada pembeli.
2. Cost plus percentage of cost pricing
Banyak perusahaan manufaktur, arsitektural, dan konstruksi yang
menggunakan berbagai variasei standard markup pricing. Dalam cost plus
percentage-of-cost pricing, perusahaan menambahkan persentase tertentu
terhadap biaya produksi atau konstruksi. Metode ini seringkali digunakan
untuk menentukan harga satu item atau hanya beberapa item. Misalnya
suatu perusahaan arsitektur menetapkan tarif sebesar 15% dari biaya
konstruksi sebuah rumah. Jadi, bila biaya konstruksi sebuah rumah sebesar
Rp 100 juta dan fee arsitek sebsesar 15% dari biaya konstruksi (Rp 15
juta), maka harga akhirnya sebesar Rp 115 juta.
3. Cost plus fixed fee pricing
Metode ini banyak diterapkan dalam prodk-produk yang sifatnya teknikal,
seperti mobil, pesawat, atau satelit. Dalam strategi ini pemasok atau
produsen akan mendapatkan hanti atas semua biaya yang dikeluarkan,
seberapapun besarnya, tetapi produsen tersebut hanya memperoleh fee
tertentu sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final proyek
tersebut yang disepakati bersama. Misalnya Singapura menyepakati untuk
membayar PT Satelit Kita seharga Rp 2 trilyun sebagai biaya peluncuran
satelit SS1 dan fee sebesar Rp 200 milyar. Bila kemudian ternyata biaya
peluncuran membengkak hingga mencapai Rp 3 triliun, maka fee yang
diterima PT Satelit Kita tetap sebesar Rp 200 milyar.
36
4. Experience curve pricing
Metode ini dikembangkan atas dasar konsep efek belajar (learning effect)
yang menyatakan bahwa unit cost barang dan jasa akan menurun antara 10
hingga 30% untuk setiap peningkatan sebesar dua kali lipat pada
pengalaman perusahaan dalam memproduksi dan menjual barang tersebut.
Pengalaman perusahaan tersebut dinyatakan dalam volume produksi dan
penjualan. Berdasarkan konsep ini biayanya akan menurun sebesar 15%
setiap kali terjadi peningkatan volume produksi sebesar 2 kali lipat.
Dengan demikian biaya produksi dan penjualan unit ke 100 akan sebesar
85% dari biaya pada unit ke 50, dan seterusnya. Strategi ini banyak
diterapkan dalam perusahaan-perusahaan elektronik, misalnya tape
recorder, kalkulator, TV, laser disc, compact disc, DVD player, dan
sebagainya.
2.11.3. Metode penetapan harga berbasis laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam penetapan
harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba spesifik atau
dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi.
1. Target profit pricing
Target profit pricing umumnya berupa ketetapan atas besarnya target laba
tahunan yang dinyatakan secara spesifik. Contoh penerapan metode ini:
37
PT Shandy bermaksud menggunakan target profit pricing dalam
menetapkan harga laser disc, di mana informasi selengkapnya adalah
sebagai berikut:
‐ Biaya tetap sebesar Rp 26 juta.
‐ Biaya variabel sebesar Rp 22.000,- per unit.
‐ Permintaan konsumen tidak sensitif sampai dengan harga sebesar
Rp 60.000,- per unit.
‐ Target laba sebesar Rp 7 juta ditetapkan atas dasar volume
penjualan tahunan sebesar 1.000 unit.
Besarnya harga yang ditetapkan adalah:
55.000,- Rp Hargajuta 48 Rp juta 7 Rp Harga 1.000
juta] 22 Rp juta 26 [Rp - Harga 1.000 juta 7 Rp1.000)] 22.000 (Rp juta 26 [Rp - 1.000] [Harga juta 7 Rp
]Kuantitas) Variabel (Biaya Tetap [Biaya - Kuantitas] [Harga LabaTotal Biaya - Total Pendapatan Laba
=+=
+=×+×=
×+×==
2. Target return on sales pricing
Dalam metode ini, perusahaan menetapkan tingkat harga tertentu yang
dapat menghasilkan laba dalampersentase tertentu terhadap volume
penjualan. Biasanya metode ini banyak digunakan oleh jaringan-jaringan
supermarket.
Misalnya struktur biaya PT Chandra sebagai berikut:
38
‐ Biaya tetap sebesar Rp 26 juta.
‐ Biaya variabel sebesar Rp 22.000,- per unit.
‐ Permintaan konsumen tidak sensitif sampai dengan harga sebesar
Rp 60.000,- per unit.
‐ Target laba berupa Return on Sales senilai 20% pada volume
penjualan tahunan sebesar 1.250 unit.
Besarnya harga yang ditetapkan:
53.500,- Rp P1.250 P
1.250)] 22.000 (Rp juta 26 [Rp - 1.250] [P 0,20
Q PQ)] (VC [FC - Q] [P 0,20
TRTC - TR 20%
Penjualan TotalLaba Total Saleson Return Target
=×
×+×=
××+×
=
=
=
Pada harga Rp 53.500,- per unit dan kuantitas penjualan tahunan 1.250
unit, maka:
,-13.375.000 Rp 53.500.000 Rp - 66.875.000 Rp
TC - TR Laba,-53.500.000 Rp
1.250) 22.000 (Rp juta 26 Rp Q) (VC FC TC
,-66.875.000 Rp 1.250 53.500 Rp
Q P TR
====
×+=×+=
=×=
×=
39
Bila diperiksa kembali maka diperoleh:
20% ,-66.875.000 Rp
=
,-13.375.000 Rp
Penjualan TotalLaba Total Saleson Return Target
=
=
3. Target return on investment pricing
Dalam metode ini perusahaan menetapkan besarnya suatu target ROI
tahunan, yaitu rasio antara laba dengan investasi total yang ditanamkan
perusahaan pada fasilitas produksi dan aset yang mendukung produk
tertentu. Kemudian harga ditentukan agar dapat mencapai target ROI
tersebut. Misalnya seorang produsen bola basket telah mengeluarkan
investasi senilai Rp 1 milyar dan ingin menetapkan harga yang akan
menghasilkan ROI sebesar 20% (atau Rp 200 juta). Bila biaya per unitnya
adalah Rp 16.000,- jumlah penjualan yang diharapkan sebesar 50.000
bola, maka besarnya harga untuk memperoleh ROI dihitung dengan
rumus:
bola.per 20.000,- Rp 4.000 Rp 16.000 Rp
bola 50.000milyar 1 Rp 20% 16.000 Rp
Diharapkan yangPenjualan Jumlah ikanDiinvestas yang Modal Diinginkan yangan Pengembali per Unit Biaya an PengembaliSasaran untuk Harga
=+=
×+=
×+=
2.11.4. Metode penetapan harga berbasis persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan, atau laba, harga juga
dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukan pesaing. Metode
40
penetapan harga berbasis persaingan terdiri dari empat macam, customary pricing,
above, at, or below market pricing, dan sealed bid pricing.
1. Customary pricing
Metode ini digunakan untuk produk-produk yang harganya ditentukan
oleh faktor-faktor seperti tradisi, saluran distribusi yang terstandarisasi,
atau faktor persaingan lainnya. Penetapan harga yang dilakukan berpegang
teguh pada tingkat harga lainnya. Penetapan berusaha untuk mengubah
harga di luar batas-batas yang diterima. Untuk itu perusahaan
menyesuaikan ukuran dan isi produk guna mempertahankan harga. Contoh
produk yang harganya biasa ditetapkan dengan metode ini antara lain
beras, gula, dan makanan ringan.
2. Above, at, or below market pricing
Umumnya sangat sulit untuk mengidentifikasi harga pasar spesifik untuk
suatu produk atau kelas produk tertentu. Oleh karena itu, seringkali ada
perusahaan yang menggunakan pendektan subjektif dalam memperkirakan
harga pesaing atau harga pasar. Berdasarkan patokan subjektif tersebut,
kemudian perusahaan secara cermat memilih strategi penetapan harga
yang berada di atas, sama, atau di bawah harga pasar tersebut.
Above-market pricing dilaksanakan dengan jalan menetapkan harga yang
lebih tinggi daripada harga pasar. Metode ini hanya sesuai digunakan oleh
perusahaan yang sudah memiliki reputasi atau perusahaan yang
menghasilkan barang-barang prestise. Ini dikarenakan konsumen kurang
memperhatikan aspek harga dalam pembeliannya, tetapi mereka lebih
41
mengutamakan kualitas atau faktor prestise yang terkandung dalam produk
yang dibeli. Contoh perusahaan yang menerapkan metode ini adalah
perusahaan jam tangan Rolex dan perusahaan busana rancangan Christian
Dior.
Dalam at-market pricing, harga ditetapkan sebesar harga pasar, seringkali
dikaitkan dengan harga pesaing. Metode ini juga sering disebut going rate
atau imitative pricing. Contoh perusahaan yang menerapkan strategi ini
adalah Sears, Revlon, dan produsen kemeja Arow (Cluett Peabody &
Company). Strategi ini banyak digunakan dalam kondisi:
‐ Biaya sulit diukur dan dirasakan bahwa harga yang berlaku
ditetapkan berdasarkan pendapat sebagian besar perusahaan di
dalam industri.
‐ Penyesuaian dengan harga yang berlaku umum dipandang sebagai
cara yang tidak akan merusak keseimbangan dalam industri.
‐ Sulit mengetahui reaksi pembeli dan pesaing terhadap perbedaan
antara harga jual perusahaan dan harga rata-rata dalam industri
(harga pasar).
Sementara itu below-market pricing yang harganya ditetapkan di bawah
harga pasar, banyak diterapkan oleh produsen produk-produk generik
(misalnya obat-obatan) dan pengecer yang menjual produk dengan private
brand (contoh produknya antara lain gula, makanan kecil, minuman
ringan, dan sebagainya). Harga yang ditetapkan biasanya berkisar antara
8% hingga 10% lebih rendah daripada harga produk pesaing merek
42
nasinal. Hero Supermarket merupakan salah satu pengecer yang
menerapkan strategi ini, terutama untuk produk-produk private brand-nya.
3. Loss leader pricing
Kadangkala untuk keperluan promosi khusus, ada perusahaan yang
menjual harga suatu produk di bawah biayanya. Tujuannya bikan untuk
meningkatkan penjualan prduk yang bersangkutan, tetapi untuk menarik
konsumen untuk datang ke toko dan membeli pula produk-produk lainnya,
khususnya produk-produk yang ber-markup cukup tinggi. Jadi, suatu
produk dijadikan semacam penglaris (pancingan) agar produk lainnya juga
laku.
Produk penglaris tersebut biasanya dijual dengan dasar persediaan
terbatas, misalnya hanya berlaku ‘selama persediaan masih ada’ atau
‘hanya untuk 100 pelanggan pertama saja.’ Strategi ini banyak diterapkan
di supermarket dan department store. Penetapan harga penglaris (loss
leader pricing) merupakan alat untuk mempromosikan pengecer (retailer)
dan bukan produknya, sehingga kebanyakan produsen tidak suka bila
produk-produknya dijadikan penglaris. Ini disebabkan beberapa risiko
yang mungkin timbul. Pertama, produsen produk tersebut bisa diprotes
toko (pengecer) lain dan para pelanggan yang berbelanja di tempat lain
dengan harga normal. Mereka menganggap ada perbedaan perlakuan yang
tidak adil. Kedua, produsen bakalan menghadapi ‘perang harga’, bila para
pesaing industrinya bereaksi dengan menurunkan harga. Dan ketiga,
produk yang dijadikan penglaris bisa turun citra/prestise-nya.
43
Ada kalanya strategi ini diselewengkan menjadi bait-and-switch pricing,
di mana harga ditetapkan rendah untuk memikat pelanggan agar datang ke
toko, tetapi ketika mereka sampai di toko, perusahaan berusaha
menawarkan model-model produk yang lebih mahal. Pramuniaga
berupaya memikat dan membujuk pelanggan untuk membeli model lain
yang marginnya lebih besar dan lebih mahal harganya. Di Amerika Serikat
praktik seperti ini dianggap ilegal, karena seringkali mengecoh atau
menipu pelanggan.
4. Sealed bid pricing
Metode ini menggunakan sistem penawaran harga dan biasanya
melibatkan agen pembelian (buying agency). Jadi, bila ada perusahaan
atau lembaga yang ingin membeli suatu produk, maka yang bersangkutan
menggunakan jasa agen pembelian untuk menyampaikan spesifikasi
produk yang dibutuhkan kepada para calon produsen. Setiap calon
produsen diminta untuk menyampaikan harga penawarannya untuk
kuantitas yang dibutuhkan. Harga penawaran tersebut harus diajukan
dalam jangka waktu tertentu, kemudian diadakan semacam lelang untuk
menentukan penawaran terendah yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan kontrak pembelian.
2.12. Penyesuaian-penyesuaian Khusus Terhadap Harga
Penyesuaian khusus terhadap harga menurut daftar (list price) terdiri atas diskon,
allowance, dan penyesuaian geografis (geographical adjusment).
44
2.12.1. Diskon
Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli
sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi
penjual. Dalam strategi pemasaran dikenal empat bentuk diskon, yaitu diskon
kuantitas diskon musiman, diskon kas (cash discount), dan trade discount.
1. Diskon kuantitas
Diskon kuantitas merupakan potongan harga yang diberikan guna
menorong konsumen agar membeli dalam jumlah yang lebih banyak,
sehingga meningkatkan volume penjualan secara keseluruhan. Selain itu,
diskon kuantitas juga dapat memberikan manfaat berupa penurunan unit
cost sebagai akibat pesanan dan produk dalam jumlah yang besar. Contoh
diskon kuantitas adalah harga pembelian suatu majalah. Misalnya untuk
pembelian 1 hingga 10 eksemplar harganya masing-masing Rp 5.000,-;
untuk 11-25 eksemplar harganya Rp 4.900,- dan untuk 26 eksemplar
keatas harganya Rp 4.750,-.
Diskon kuantitas bisa diterapkan berdasarkan berbagai ukuran, misalnya
nilai (dalam rupiah) barang yang dibeli, jumlah unit barang yang dibeli,
dan sebagainya. Dalam praktik, diskon kuantitas sering tidak berwujud
potongan tunai, melainkan berupa tambahan unit yang diterima untuk
jumlah pembayaran yang sama (bonus atau free goods) yang diberikan
kepada konsumen yang membeli dalam jumlah besar. Bisa pula berupa
voucher untuk berbelanja berikutnya. Diskon kuantitas terdiri dari dua
jenis, yaitu diskon kuantitas kumulatif dan diskon kuantitas non kumulatif.
45
a. Diskon kuantitas kumulatif
Diskon kuantitas kumulatif diberikan kepada konsumen yang membeli
barang selama periode waktu tertentu, misalnya terus-menerus selama
setahun. Adanya diskon ini menyebabkan konsumen akan terikat pada
penjual selama periode tersebut apabila ia mengharapkan memperoleh
potongan.
b. Diskon kuantitas non kumulatif
Diskon kuantitas non kumulatif didasarkan pada pesanan pembelian
secara individual. Jadi hanya diberikan pada satu pembelian dan tidak
dikaitkan dengan pembelian-pembelian sebelum dan sesudahnya.
Potongan ini lebih menekankan usaha merangsang pembelian dalam
jumlah besar pada satu kali pembelian daripada serangkaian
pembelian.
2. Diskon musiman
Diskon musiman adalah potongan harga yang diberikan hanya pada masa-
masa tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk mendorong
konsumen agar membeli barang-barang yang sebenarnya baru akan
dibutuhkan beberapa waktu mendatang. Dengan demikian, diskon
musiman berpengaruh pada pola pembelian konsumen, sehingga fungsi
persediaan atau penyimpanan bergeser ke tangan konsumen. Bagi
konsumen sendiri, diskon musiman memberikan beberapa manfaat.
Pertama, harga produknya lebih murah. Kedua, mereka biasa berbelanja
dengan lebih leluasa dan terhindar dari antri panjang yang biasa terjadi
46
bila mereka berbelanja pada musim ‘ramai’. Dan ketiga, biasanya pada
hari-hari menjelang ‘hari H’ ada kemungkinan terjadi lonjakan harga
sebagai akibat besarnya permintaan. Bila konsumen telah berbelanja jauh-
jauh hari sebelumnya, maka ia akan terhindar dari situasi itu.
Di negara-negara yang memiliki empat musim, diskon musiman sering
diberikan untuk pembelian produk-produk tertentu (terutama pakaian)
pada saat menjelang musim dingin maupun musim panas. Sedangkan di
Indonesia potongan semacam ini acapkali diberikan menjelang Hari Raya
Lebaran atau menjelang Natal dan Tahun Baru. Setelah masa potongan
berakhir, biasanya harga barang akan kembali seperti semula.
3. Diskon Kas (cash discount)
Dalam berbagai transaksi jual beli seringkali diterapkan cara pembayaran
kredit. Melalui cara ini pembeli memperoleh manfaat berupa lebih
singkatnya jangka waktu perputaran dana. Akan tetapi, cara ini dapat
memberatkan para penjual karena dananya terikat pada piutang dalam
jangka waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, penjual akan berusaha
mengurangi jumlah kredit. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
jalan menawarkan cash discount, yang merupakan potongan yang
diberikan apabila pembeli membayar tunai barang-barang yang dibelinya
atau membayarnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian
transaksi (termin penjualan/sales term). Misalnya dalam sales term
dinyatakan nilai transaksi Rp 1 juta dengan termin 2/10, n/30. Artinya
jangka waktu pelunasan adalah 30 hari sejak transaksi jual beli
47
berlangsung. Bila pembeli melunasinya pada hari kesepuluh atau
sebelumnya, maka ia akan mendapatkan potongan sebesar 2% (2% x Rp 1
juta = Rp 20.000,-). Sebaliknya bila pembayaran dilakukan setelah hari
ketiga puluh, maka pembeli akan dikenakan bunga tertentu yang diatur
dengan perjanjian tersediri.
4. Trade (functional) discount
Trade discount diberikan oleh produsen kepada para penyalur (wholesaler
dan retailer) yang terlibat dalam pendistribusian barang dan pelaksanaan
fungsi-fungsi tertentu, seperti penjualan, penyimpangan, dan record-
keeping. Misalnya produsen memberikan potongan sebesar 25% dari list
price kepada retailer. Begitu pula kepada wholesaler, produsen memberi
potongan 25% ditambah 15%, dengan harapan wholesaler akan
memberikan potongan sebesar 25% dari list price kepada retailer. Lini
produk yang biasa menggunakan trade discount antara lain makanan, obat-
obatan, dan perangkat keras.
Selain empat macam diskon di atas, ada pula istilah harga obral (sale price), yakni
diskon sementara dari harga menurut daftar (list price). Tipe diskon ini bertujuan
mendorong pembelian segera. Dengan kata lain, untuk menikmati harga obral,
pelanggan mengorbankan kenyamanan membeli pada saat mereka memang ingin
membeli ---- dan sebagai gantinya malah melakukan pembelianjustru pada saat
penjual ingin menjual.
2.12.2. Allowance
48
Seperti halnya dengan diskon, allowance juga merupakan pengurangan dari harga
menurut daftar (Iist price) kepada pembeli karena adanya aktivitas-aktivitas
tertentu yang dilakukan pembeli, Ada tiga bentuk allowance yang biasa
digunakan, yaitu:
1. Trade-in allowance
Trade-in allowance merupakan potongan harga yang diberikan dalam
sistem tukar tambah. Misalnya seorang pelanggan ingin menukarkan
sepeda motor Astrea 800 bekas pakai (second hand) dengan sepeda motor
Honda Grand (harganya Rp 3.500.000,-) di suatu dealer, maka pelanggan
tersebut tinggal menambahkan sejumlah tertentu (Rp 2.250.000,-) setelah
harga dikurangi nilai taksiran (misalnya Rp 1.250.000,-) terhadap sepeda
motor tersebut.
2. Promotional allowance
Promotional allowance diberikan kepada setiap penjual dalam jaringan
distribusi perusahaan yang melakukan aktivitas periklanan atau penjualan
tertentu yang dapat mempromosikan produk produsen. Bentuk
promotional allowance bisa berupa pembayaran tunai yang lebih kecil
atau jumlah ‘produk gratis’ yang lebih banyak.
3. Product allowance
Product allowance adalah potongan harga yang diberikan kepada para
pembeli yang bersedia membeli barang dalam kondisi tidak normal.
Misalnya pembelian barang yang belum selesai 100%, ukurannya tidak
49
tepat, warnanya sudah luntur, modelnya sudah ketinggalan jaman, edisinya
ketinggalan atau sudah lama (contohnya buku teks), atau juga produk yang
rusak.
Selain tiga bentuk allowance tersebut, ada pula bentuk khusus lainnya, seperti
stocking allowance dan push money allowance (price money allowance). Stocking
allowance atau kadang disebut pula slotting allowance diberikan kepada perantara
tertentu agar produsen memperoleh ruang rak bagi produknya. Misalnya,
produsen menawarkan produk gratis atau sejumlah uang tunai kepada jaringan
supermarket supaya mereka bersedia memajang suatu produk baru.
Sedangkan push money allowance diberikan kepada pengecer oleh produsen atau
pedagang grosir untuk diteruskan kepada petugas penjualan toko atas jasa mereka
menjual item produk tertentu secara agresif. Allowance ini (yang sifatnya seperti
komisi penjualan) dipakai untuk menjual produk baru, produk yang penjualannya
lambat, dan barang-barang mahal (marginnya tinggi). Tunjangan seperti ini sering
digunakan untuk mendorong [enjualan mebel, busana, costumer electronics, dan
kosmetik.
2.12.3. Penyesuaian geografis (geographical adjusment)
Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan
oleh produsen atau wholesaler sehubungan dengan biaya transportasi produk dari
penjual ke pembeli. Biaya transportasi ini merupakan salah satu unsur penting
dalam biaya variabel total, yang tentunya akan menentukan harga yang harus
dibayar oleh pembeli. Ada dua metode yang biasa digunakan untuk melakukan
peyesuaian geografis, yaitu:
50
1. FOB origin pricing
FOB (Free On Board) berarti penjual menanggung semua biaya sampai
pemuatan produk ke kendaraan pengangkut yang digunakan (misalnya
kapal, truk, kereta api, dan lain-lain). Umumnya dalam FOB pricing
penjual menentukan lokasi pemuatan produk, yang seringkali adalah di
pabrik, gudang penjual atau di pelabuhan terdekat dari lokasi penjual.
Tanggung jawab atas produk akan beralih kepada pembeli bila produk
sudah dimuat ke kendaraan pengangkut. Segala biaya transportasi dan
penanganan produk selanjutnya ditanggung pembeli. Pembeli yang
berlokasi paling jauh dari penjual akan menanggung biaya transportasi
paling besar.
2. Uniform delivered pricing
Dalam metode ini, harga yang ditetapkan penjual juga mencakup semua
biaya transportasi. Penjual menentukan cara pengangkutan, membayar
biaya pengangkutan, dan bertanggung jawab atas segala kerusakan yang
mungkin terjadi. Oleh karena itu, tanggung jawab penjual adalah sampai
produk diterima pembeli.
2.13. Strategi Penetapan Harga
Secara garis besar strategi penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi 8
kelompok, yaitu:
1. Strategi penetapan harga produk baru,
51
2. Strategi penetapan harga produk yang sudah mapan,
3. Strategi fleksibilitas harga,
4. Strategi penetapan harga lini produk,
5. Strategi leasing,
6. Strategi bundling-pricing,
7. Strategi kepemimpinan harga,
8. Strategi penetapan harga untuk membentuk pangsa pasar.
2.13.1. Strategi Penetapan Harga Produk yang Sudah Mapan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu perusahaan harus selalu meninjau
kembali strategi penetapan harga produk-produknya yang sudah ada di pasar,
diantaranya yaitu:
1. Adanya perubahan dalam lingkungan pemasaran, misalnya ada pesaing
besar yang menurunkan harganya.
2. Adanya pergeseran permintaan, misalnya terjadi perubahan selera
konsumen.
Dalam melakukan penilaian kembali terhadap strategi penetapan harga yang telah
diakukan, perusahaan memiliki tiga alternatif strategi, yaitu mempertahankan
harga, menurunkan harga, dan menaikkan harga.
2.13.1.1. Mempertahankan harga
Strategi ini dilaksanakan dengan tujuan mempertahankan posisi dalam pasar
(misalnya pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan) dan untuk meningkatkan
52
citra yang baik di masyarakat. Ada beberapa persyaratan atau kondisi yang sesuai
untuk menerapkan strategi ini, diantaranya:
1. Pasar yang dilayani perusahaan tidak terpengaruh oleh perubahan
lingkungan.
2. Ada ketidakpastian berkaitan dengan reaksi pelanggan dan pesaing
terhadap perubahan harga.
3. Image masyarakat terhadap perusahaan dapat ditingkatkan dengan
merespon permintaan pemerintah atau pendapat publik untuk
mempertahankan harga. Biasanya hal ini erat kaitannya dengan situasi di
mana pemerintah berusaha mengendalikan tingkat inflasi, sehingga
perusahan-perusahaan yang ada diminta untuk mempertahankan harganya
pada tingkat tertentu.
Melalui strategi mempertahankan harga, perusahaan berharap akan memperoleh
hasil berupa status quo posisi perusahaan di pasar dan semakin baiknya image
masyarakat terhadap perusahaan. Pada gilirannya kedua hal ini akan bermanfaat
bagi perkembangan perusahaan di masa mendatang.
2.13.1.2. Menurunkan harga
Ada tiga penyebab atau alasan yang mendorong suatu perusahaan perlu
menurunkan harga produk-produknya yang sudah mapan. Ketiga alasan tersebut:
1. Strategi defensif, di mana perusahaan memotong harga guna menghadapi
persaingan yang semakin ketat.
2. Strategi ofensif, di mana perusahaan berusaha memenangkan persaingan.
Hal ini erat hubungannya dengan konsep kurva pengalaman yang intinya
menyatakan bahwa biaya perusahaan akan menurun dalam presentase
53
tertentu setiap kali pengalamannya berlipat ganda. Hal in mengandung
makna bahwa perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak akan
memiliki tingkat biaya yang lebih rendah daripada perusahaan yang
pengalamannya masih terbatas. Biaya yang rendah ini akan sangat
menguntungkan, karena dapat menghasilkan laba besar.
3. Respon terhadap kebutuhan pelanggan yang disebabkan ileh perubahan
lingkungan. Adanya inflasi yang berkelanjutan dan tingkat harga yang
semakin melonjak dapat menyebabkan konsumen menjadi sensitif
terhadap harga dan setiap alternatif produk yang ada. Mereka menjadi
semakin selektif dalam berbelanja. Oleh karena itu, agar perusahaan
menjadi semakin selektif dalam berbelanja. Oleh karena itu, adar
perusahaan bisa mendapatkan perhatian dari konsumen, maka ia perlu
menurunkan harganya.
Strategi ini bukanlah strategi yang gampang dilaksanakan, karena perusahaan
harus memiliki kemampuan finansial yang besar dan sanggup menghadapi setiap
kemungkinan persaingan yang timbul, terutama dalam aspek harga. Selain itu
perusahaan juga harus memahami fungsi permintaan terhadap produknya. Apabila
strategi menurunkan harga dapat dilaksanakan dengan baik, maka perusahaan
yang menerapkannya mungkin dapat memperoleh hasil berupa marjin laba yang
lebih. Meskipun demikian, dalam praktiknya keberhasilan strategi ini sangat
ditentukan oleh persaingan harga antar perusahaan dan elastisitas harga.
Elastisitas harga merupakan intensitas reaksi konsumen dalam bentuk perubahan
jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga satuan produk tertentu.
54
Faktor yang perlu dipertimbangkan secara cermat dalam memutuskan strategi
penurunan harga meliputi empat hal berikut:
1. Pengaruh jangka panjang dari penurunan harga tersebut terhadap para
pesaing utama. Bila penurunan harga yang dilakukan suatu perusahaan
kemudian dibalas dengan penurunan harga yang lebih besar lagi oleh
pesaingnya, sementara perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki
kemampuan finansial yang kuat, maka yang akan rugi dalah perusahaan
yang menurunkan harga pertama kali.
2. Kadangkala dalam situasi persaingan yang ketat, harga suatu produk bisa
saja ditetapkan lebih tinggi daripada merek-merek lain apabila memang
produk tersebut dipasarkan sebagai produk yang ‘berbeda’ dari lainnya,
misalnya dalam hal keunggulan kualitas. Dengan demikian bila
perusahaan berusahan menciptakan image produk yang berkualitas tinggi,
maka strategi penurunan harga perlu dipertimbangkan secara matang,
karena dampaknya akan sangat besar terhadap penjualan dan laba yang
dapat dihasilkan.
3. Pengaruh penurunan harga pada suatu produk terhadap produk lainnya
dalam satu lini produk. Hal ini dikarenakan harga seringkali dianggap
sebagai indikator kualitas produk. Bisa saja terjadi kondisi di mana
penurunan suatu produk menyebabkan image konsumen terhadap semua
produk yang dihasilkan perusahaan juga berubah total.
4. Pengaruh penurunan harga terhadap kinerja finansial produk yang
bersangkutan. Bila diperkirakan bahwa penurunan harga dapat
55
menyebabkan melemahnya profitabilitas perusahaan, maka sebaiknya
keputusan menurunkan harga dihindari.
2.13.1.3. Menaikkan harga
Menaikkan harga produk biasanya dilakukan dengan tujuan untuk
mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi, mengambil keuntungan dari
diferensiasi produk (baik diferensiasi riil maupun diferensiasi persepsi) atau untuk
melakukan segmentasi pasar yang dilayani. Dalam situasi inflasi, harga perlu
disesuaikan bila perusahaan bermaksud untuk mempertahankan profitabilitasnya.
Hal ini karena semua elemen dan jenis biaya menjadi meningkat pada periode
inflasi. Secara konseptual, peningkatan harga yang dilakukan harus ditetapkan
pada suatu tingkat yang memungkinkan besarnya laba sama, baik sebelum
maupun adanya inflasi.
Dalam situasi di mana suatu merek memiliki keunggulan diferensial dibandingkan
merek lainnya, maka perusahaan bisa menaikkan harganya sehingga dapat
memaksimumkan manfaat produk dan memperoleh keuntungan darikeunikan
produk tersebut. Selain itu harga juga bisa dinaikkan dengan tujuan untuk
melakukan segmentasi pasar. Misalnya, suatu perusahaan minuman ringan
melemparkan produk barunya yang diarahkan bagi para profesional muda yang
sibuk. Harga minuman ringan tersebut dapat ditetapkan lebih tinggi daripada
merek lainnya, misalnya kadar kalorinya rendah, dapat menambah stamina dan
energi, dan lain-lain.
Paling tidak ada dua persyaratan yang perlu dipenuhi agar strategi ini dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Persyaratan tersebut adalah:
56
1. Elastisitas harga relatif rendah, tetapi elastisitasnya relatif akan tinggi bila
berkaitan dengan faktor seperti kualitas atau distribusi.
2. Dorongan (reinforcement) dari unsur bauran pemasaran lainnya. Sebagai
contoh, bila suatu perusahaan memutuskan untuk menaikkan harga dan
membedakan produknya berdasarkan aspek kualitas, maka aktivitas
promosi dan distribusinya harus pula kualitas produk.
Hasil yang diharapkan dari strategi menaikkan harga ini adalah marjin penjualan
yang lebih besar, pasar yang tersegmentasi (berdasarkan kesadaran akan harga,
kualitas, dan lain-lain), serta unit penjualan yang lebih besar apabila
diferensiasinya efektif.
2.13.2. Strategi Fleksibilitas Harga
Strategi fleksibilitas harga terdiri atas dua macam strategi, yaitu strategi satu harga
(harga tunggal) dan strategi penetapan harga fleksibel. Fleksibilitas dapat
dilakukan dengan jalan menetapkan harga yang berbeda pada pasar yang
berlainan atas dasar lokasi geografis, waktu penyampaian/pengiriman, atau
kompleksitas produk yang diharapkan.
2.13.2.1. Strategi satu harga (harga tunggal)
Dalam strategi ini, perusahaan membebankan harga yang sama kepada setiap
pelanggan yang membeli produk dengan kualitas dan kuantitas yang sama pada
kondisi yang sama pula (termasuk syarat penjualannya sama). Strategi ini sering
dijumpai pada perusahaan-perusahaan yang melakukan distribusi massa dan
penjualan massa. Tujuan strategi ini adalah untuk mempermudah keputusan
penetapan harga dan untuk mempermudah keputusan penetapan harga dan untuk
mempertahankan goodwill serta menjalin hubungan baik dengan semua pelanggan
57
(karena tak satupun pelanggan yang mendapatkan harga khusus atau dianggap
lebih penting daripada pelanggan yang lain). Ada beberapa persyaratan yang perlu
dipenuhi guna melaksanakan strategi ini, di antaranya:
1. Perlu adanya analisis secara terperinci mengenai posisi perusahaan dan
struktur biaya bila dibandingkan dengan industri mengenai posisi
perusahaan dan struktur biaya bila dibandingkan dengan industri secara
keseluruhan.
2. Dibutuhkan informasi yang berkaitan dengan variabilitas harga pada
penawaran harga yang sama kepada tiap orang.
3. Perlu pemahaman atas skala ekonomis yang tersedia bagi perusahaan.
4. Dibutuhkan informasi tentang harga kompetitif, yaitu harga yang sanggup
dibayar oleh pelanggan.
Hasil yang diharapkan dari implementasi strategi satu harga meliputi empat aspek
pokok, yaitu:
1. Biaya penjualan dan biaya administrasi yang semakin menurun.
2. Marjin laba yang konstan.
3. Image pelanggan yang baik terhadap perusahaan.
4. Pertumbuhan pasar yang stabil.
2.13.2.2. Strategi penetapan harga fleksibel
Strategi penetapan harga fleksibel merupakan strategi pembebanan harga yang
berbeda kepada pelanggan yang berbeda untuk produk yang kualitasnya sama.
Tujuan strategi ini adalah untuk memaksimalkan laba jangka panjang dan
memberikan keluwesan dengan jalan memungkinkan setiap penyesuaian, baik ke
bawah maupun ke atas terhadap harga. Penyesuaian harga sangat tergantung pada
58
tingkat persaingan yang dihadapi (harga pesaing), hubungan dengan pelanggan,
dan seberapa besar pelanggan bersedia membayar untuk produk tersebut
(termasuk di dalamnya kemampuan tawar-menawar pelanggan). Penetapan harga
fleksibel banyak diterapkan dalam kalangan saluran distribusi, penjualan langsung
produk-produk industrial, dan pada penjualan eceran produk-produk yang mahal,
serta dalam pemasaran homogeneous shopping products (McCarthy dan Perreault,
1995).
Strategi ini mengandung beberapa kelemahan. Pertama, seorang pelanggan yang
mengetahui bahwa ada orang lain yang menikmati harga lebih murah untuk
mendapatkan bauran pemasaran yang sama akan merasa tidak puas. Kedua,
apabila konsumen mengetahui bahwa tawar-menawar dapat menguntungkan
mereka, maka mereka akan melunangkan lebih banyak waktu guna menawar
harga barang. Hal ini bisa mempengaruhi biaya penjualan. Kelebahan ketiga
adalah sebagian besar wiraniaga akan terbiasa melakukan penurunan harga. Ini
mengurangi peranan harga sebagai alat persaingan dan menyebabkan turunnya
harga. Selain itu, di Amerika Serikat ada pembatasan terhadap metode ini untuk
mencegah timulnya diskriminasi harga yang menjurus pada upaya
menekan/menghapus persaingan dan oenciptaan monopoli (Berkowitz et al.,
1992)
Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam strategi penetapan harga fleksibel
antara lain meliputi:
1. Perusahaan memiliki segala informasi yang dibutuhkan untuk
mengimplementasi strategi penetapan harga fleksibel. Biasanya strategi ini
diimplementasikan dengan salah satu dari empat cara berikut:
59
a. Berdasarkan pasar (segmen pasar maupun lokasi geografis),
b. Berdasarkan produk,
c. Berdasarkan timing,
d. Berdasarkan teknologi.
2. Perlu dilakukan analisis customer-value terhadap produk.
3. Penekanan lebih besar pada marjin laba daripada volume penjualan.
4. Pemantauan terhadap reaksi persaingan terhadap perubahan harga di masa
lampau.
Hasil yang diharapkan dari implementasi strategi ini adalah peningkatan laba
jangka pendek dan peningkatan penjualan yang mengarah pada peningkatan
pangsa pasar perusahaan.
60
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN KKN-P
3.1. Gambaran Umum Obyek
3.1.1. Sejarah singkat dan perkembangan umum perusahaan
Indosat yang merupakan kependekan dari Indonesian Satellite Corporation
didirikan pada tahun 1967 sebagai perusahaan telekomunikasi multinasional
Amerika Serikat, International Telephone and Telegraph Corporation (ITT).
Bisnis utama Indosat pada awal berdirinya adalah membangun, mengalihkan, dan
mengoperasikan stasiun bumi intelsat, yang bersamaan dengan masuknya era
telekomunikasi modern dimana teknologi satelit mulai diperkenalkan di
Indonesia. Sebagai langkah awal untuk meningkatkan mutu pejasa Indosat
terhadap masyarakat, maka dibangunlah Stasiun Bumi Satelit Internasional di
Jatiluhur, Jawa Barat.
Pada tanggal 19 Juni 1967, sesuai perjanjian antara Republik Indonesia dan
ITT, tentang pembangunan dan pengoperasian satelit komunikasi, Pemerintah
Indonesia mendapat 50% dari hasil bersih laba dari pemakaian satelit. Perjanjian
tersebut sangat merugikan pihak Perumtel (yang sekarang PT TELKOM) sebagai
Badan Usaha Milik Negara yang bertanggung jawab menyelenggarakan
telekomunikasi untuk umum dan luar negeri. Oleh karena itu, pada tanggal 28 Mei
1974 diadakan perjanjian antara Indosat dengan Perumtel, yang akhirnya
menerima 15% dari keuntungan pemakaian telepon internasional. Pada tahun
1997 diresmikan lagi sebuah antenna sehingga mulai saat itu Stasiun Bumi
Jatiluhur bekerjasama dengan dua sistem antenna yang masing-masing
61
menghadap ke posisi Satelit INTELSAT di atas Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik.
Pada tahun 1980, Indosat mulai mengoperasikan Sistem Komunikasi Kabel
Laut (SKKL) yang pertama yaitu SKKL ASEAN Indonesia-Singapore (I-S),
tetapi kepemilikan Indosat pada SKKL (I-S) tersebut dialihkan kepada Perusahaan
Umum Telekomunikasi (Perumtel – sekarang PT Telkom) yang kemudian disewa
kembali oleh Indosat. Pada Akhir tahun 1980, International Telephone and
Telegraph Corporation (ITT) menjual Indosat kepada Pemerintah Indonesia
berdasarkan PP No.52 / 1980 dan PP No.53 / 1980, maka Perumtel (sekarang PT
Telkom) ditetapkan sebagai Badan Usaha Penyelenggara Jasa Telekomunikasi
Dalam Negeri. Sejak itu, Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang berbentuk Persero. Pada tahun 1983, dengan tujuan memisahkan jaringan
telekomunikasi domestic dan internasional secara efektif, seluruh kepemilikan
Perumtel maupun sentral gerbang dan operator telepon internasionalnya dialihkan
kepada PT Indosat dan begitupun sebaliknya, PT Indosat mengalihkan semua
aktiva yang berkaitan dengan telekomunikasi domestic kepada Perumtel. PT
Indosat memperkenalkan jasa Sambungan Langsung Internasional (SLI 001) yang
merupakan produk unggulannya.
Pada tahun 1994, Indosat mendaftarkan sahamnya di New York Stock
Exchange, Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES). Dengan
pencatatan saham tersebut, resmilah PT Indosat menjadi perusahaan public atau
yang disebut sebagai PT Indosat Tbk (terbuka). Pada akhir Desember 2002,
kepemilikan saham Indosat sebesar 41,49% di jual kepada Singapore
62
Technologies Telemedia (STT) merupakan anak perusahaan BUMN Singapura
(termasuk Holdings) yang juga memiliki Sing Tel.
Untuk mengoptimalisasikan semua sumber daya yang dimiliki termasuk
kelima anak perusahaannya (Satelindo, IM3, IM2, Indosatcom, Lintasarta), dan
sebelumnya terdapat enam anak perusahaan namun PT Indosat tanggal 7 Januari
2005, melepas kepemilikan atas 96,87 persen saham PT Sisindosat Lintasbuana
kepada PT Aneka Spring Telekomindo. Total dana tunai hasil penjualan yang
diterima Indosat sebesar Rp 40 miliar. Penjualan kepemilikan saham Indosat di
Sisindosat ini merupakan bagian dari strategi Indosat untuk merestrukturisasi anak
perusahaan yang tidak terkait dengan bisnis utama. Melalui proses ini, Indosat
dapat semakin fokus di bisnis seluler, serta terus menjaga kesinambungan usaha
pengembangan bisnis telekomunikasi tetap dan multimedia, data komunikasi dan
internet (MIDI). PT Indosat melalui optimalisasi ini diharapkan daya saing
perusahaan dapat meningkat. Untuk itu pada bulan Mei 2002 lalu dibentuk
“Indosat Group” dimana Indosat bertindak sebagai holding dengan kelima anak
perusahaannya sebagai anggota kelompok usaha. Dengan terbentuknya Indosat
Group ini maka Indosat mengakhiri aktivitasnya sebagai unit usaha sendiri. Pada
tanggal 31 Desember 2002, Indosat Group melakukan penggabungan (spin off)
Indosatcom ke IM2.
Dengan demikian setelah spinnoff maka jumlah anggota kelompok usaha
Indosat Group berubah menjadi empat buah yaitu Indosat, IM3, IM2, dan
Lintasarta. Pada tanggal 20 November 2003 lalu bertepatan dengan HUT Indosat
ke-36, secara resmi telah dilakukan penandatanganan penggabungan usaha
63
(merger)
Sehingga
Satelindo,
Indosat Gro
IM3 dan B
oup berangg
Bimagraha
gotakan :
ke Indosatt, dinamakaan Indosat baru.
• Indosaat
• IM2
• Lintasarta
Langka
tentang la
internal pe
ah awal yan
angkah strat
erusahaan.
ng dilakukan
tegi yang ak
n oleh Indo
kan diambil
osat Baru ad
l oleh selur
dalah meny
ruh unit kerj
amakan per
rja di lingku
rsepsi
ungan
3.1.2. Viisi dan misii PT Indosaat Tbk.
a. Visi
“T
tel
To become
ecommunic
the leadi
cation netwo
ing cellula
ork and serv
ar/wireless
vices provid
focused,
der in Indon
fully integ
nesia.”
grated
Da
tel
Ind
alam baha
ekomunika
donesia.”
asa Indone
si terpadu
esia: “Me
berfokus
njadi peny
selular/wir
yelenggara
reless yang
jaringan
g terkemuk
dan
ka di
b. Misi
64
• To provide and develop innovative and quality products, services,
and solutions, which offer the best value to our customers.
• To continuosly grow shareholders values.
• To provide better quality of life to our stakeholders.
Dalam bahasa Indonesia:
• Menyediakan dan mengembangkan produk, jasa, dan solusi yang
inovatif dan berkualitas untuk memberikan manfaat yang terbaik
bagi pelanggan.
• Meningkatkan shareholder values secara terus menerus.
• Mewujudkan kualitas kehidupan stakeholder yang lebih baik.
3.1.3. Logo PT Indosat Tbk.
Berubah orientasi berubah pula logonya. Logo Indosat kini berupa tiga elips
saling bersilang membentuk bunga. Masing-masing elips mempunyai arti
tersendiri. Merah melambangkan rakyat Indonesia, Biru menyimbolkan
Teknologi, dan Kuning melambangkan Telekomunikasi. Gabungan ketiga elips
tadi menggambarkan interaksi dan kecendrungan bisnis komunikasi saat ini serta
citra yang lebih akrab dan bersahabat.
3.1.4. Struktur Organisasi
65
Gambar 3.1
3.1.5. Bidang usaha PT Indosat Tbk.
PT Indosat Tbk. sepenuhnya tergabung dalam penyedia jasa jaringan
telekomunikasi Indonesia, menyediakan jasa komunikasi nasional dan
internasional yang lengkap di Indonesia. PT Indosat Tbk merupakan operator
selular terbesar kedua dan pemimpin dalam jasa komunikasi jarak jauh di
Indonesia juga menyediakan jasa MIDI untuk konsumen korporat dan retail di
Indonesia. Selama tahun 2006, total pendapatan operasi yang diterima PT Indosat
Rp 12,239 milyar (US$ 1,356.9 billion). Adapun jasa dan produk yang ditawarkan
PT Indosat Tbk, meliputi:
66
Cellular services. PT Indosat Tbk. menyediakan jasa komunikasi GSM 900
dan 1800 yang kira-kira berjumlah 16,7 juta pelanggan selular di Indonesia
sampai 31 Desember 2006. PT Indosat Tbk. sedang memfokuskan pada
peningkatan cakupan area, kapasitas, dan kualitas jaringan selularnya dengan
membeli peralatan baru.
Fixed telecommunications services. PT Indosat Tbk. merupakan leader dalam
penyedia jasa sambungan jarak jauh, diukur dengan jumlah menit panggilan
datang dan keluar untuk tahun 2006. Untuk melengkapi jasa selular dan
memperluas jalur akses domestik dan international jarak jauh pelanggannya,
PT Indosat Tbk. telah meluncurkan jasa fixed wireless dan akan terus
melakukan ekspansi.
MIDI services. PT Indosat Tbk. menyediakan jasa broadband dan
narrowband, meliputi jasa frame relay, jasa VSAT, jasa internet dan leased
circuit, melalui Lintasarta, PT Indosat Mega Media (IMM) dan PT Indosat
Tbk. itu sendiri. PT Indosat Tbk. menawarkan produk-produk utamanya untuk
pelanggan korporat, retail, dan wholesaler dalam usaha menyediakan solusi
jasa komunikasi secara menyeluruh.
3.1.6. Divisi MIDI (Multimedia Interactive Data Communication and
Internet) Brand Management PT Indosat Tbk.
Pertumbuhan yang potensial atas penggunaan jasa komunikasi data dan
jaringan lain – termasuk jasa internet, membuat PT Indosat Tbk. membentuk
Divisi MIDI Brand Management yang khusus untuk melayani bisnis ini. Produk
dan jasa yang ditawarkan PT Indosat Tbk. untuk segmen bisnis ini meliputi jasa
high-speed point-to-point internasional dan domestik digital leased line
67
broadband dan narrowband, jasa high-performance packet-switching, sewa satelit
transponder, dan jasa broadcasting. Di tahun 2006, jasa-jasa MIDI memberikan
kontribusi sebesar Rp 1.902,6 milyar atau 15,5% dari total pendapatan usaha yang
diterima PT Indosat Tbk.
Jasa-Jasa MIDI
World Link, Direct Link, dan Digital Data Network. World Link adalah jasa
international leased line dan Digital Data Network adalah jasa domestic
leased line. Kedua jasa tersebut menyediakan high-speed, high-quality digital
data circuit pada basis point-to-point, dan menawarkan line speed 64 Kbps – 2
Mbps untuk narrowband atau 45 Mbps – 155 Mbps untuk broadband.
Kebanyakan pelanggan broadband World Link PT Indosat Tbk. adalah
penyedia jasa telekomunikasi yang membutuhkan broadband international
data link, sedangkan pelanggan narrowband World Link PT Indosat Tbk.
utamanya adalah korporasi yang ditujukan untuk penggunaan internal mereka.
Koneksi VSAT digunakan untuk pelanggan World Link dan leased line lain
yang berada di lokasi yang tidak sepenuhnya didukung oleh jaringan
domestik. Untuk pasar domestik, PT Indosat Tbk. menawarkan jasa digital
data network melalui Lintasarta untuk pelanggan korporat. Di tahun 2006,
World Link, Direct Link, dan Digital Data Network memberikan kontribusi
sebesar Rp 453,5 milyar, atau 23,8% total pendapatan usaha MIDI.
IP VPN. PT Indosat Tbk. menyediakan jasa multi-point connectivity,
interkoneksi LAN yang tahan uji dan mendukung secara penuh distribusi
aplikasi-aplikasi perkantoran.
68
Frame Relay. PT Indosat Tbk. menyediakan jasa frame relay yang
memanfaatkan teknologi terdepan telekomunikasi kecepatan tinggi dengan
biaya ekonomis untuk hubungan antar Local Area Network (LAN) yang
tersebar di berbagai lokasi, baik lokasi di seluruh pelosok tanah air, maupun
lokasi di mancanegara. Pada 31 Desember 2006, jasa frame relay domestik
Lintasarta telah tersedia di 51 kota besar di Indonesia dan jasa frame relay
internasional Indosat telah tersedia lebih dari 225 negara di penjuru dunia
yang melakukan kerja sama dengan ACASIA, C&W, dan NTT. PT Indosat
Tbk. mencatat pendapatan usaha sebesar Rp 387,3 milyar dari jasa ini di tahun
2006 atau 20,4% dari total pendapatan usaha MIDI.
National Link. PT Indosat menyediakan jasa komunikasi digital pont to point
dengan teknologi circuit switch, mempunyai kecepatan tinggi serta
menghasilkan suara dan gambar dengan kualitas yang jernih. National Link
disediakan bagi perusahaan di Indonesia dengan cakupan domestik secara on-
line, baik inner city (dalam kota) maupun inter city (antar kota). Kecepatan
akses National Link mencapai 64 Kbps sampai dengan 155 Mbps dengan
pilihan solusi n x 64 Kbps, n x E1, 45 Mbps dan 155 Mbps.
MPLS dan Metro Ethernet. MPLS dan Metro Ethernet merupakan jasa leased
line domestik yang berbasis IP. MPLS banyak digunakan untuk koneksi dari
satu lokasi ke lokasi lain maupun any to any baik mesh maupun hub and spoke
untuk aplikasi suara, data, video, dan internet dengan kecepatan mulai 64
Kbps sampai di atas 2 Mbps untuk narrowband dan 45 Mbps sampai 155
Mbps untuk broadband. Metro Ethernet menyediakan bandwidth
berkecepatan tinggi dan menawarkan kecepatan port line dari 10 Mbps,
69
100Mbps, dan 1 Gbps dan sebuah ethernet base dengan tambahan jaminan
bandwidth 1 Mbps.
Satellite Services. Layanan Indosat untuk teknologi satelit adalah dengan
menyewakan transponder satelit Palapa C2 yang memiliki bandwidth tertentu
kepada perusahaan di Indonesia. Salah satu layanan Indosat untuk teknologi
tersebut adalah Indosat Telecast Service. Layanan ini disediakan Indosat untuk
pelanggan, khususnya news agency, news broadcasters dan para event
organiser, sehingga pelanggan bisa mengirimkan berbagai liputan berita
terkait peristiwa yang terjadi di lapangan secara cepat dan langsung dengan
jangkauan nasional maupun internasional. Satelit tidak semata-mata hanya
berfungsi untuk broadcasting. Namun satelit juga dapat memberikan
kemudahan pelaku bisnis untuk mentransmisi data tanpa terinterupsi. Di tahun
2006, jasa satelit memperoleh pendapatan sebesar Rp 124,5 milyar atau 6,5%
dari total pendapatan MIDI.
Internet Services. PT Indosat Tbk. menyediakan jasa Internet Network
Provider untuk ISP dan Internet Access untuk pengguna akhir dan pelanggan
korporat. Pada 31 Desember 2006, PT Indosat Tbk. mengoperasikan dua ISP-
nya yang memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 422 milyar. IMM
menyediakan jasa dedicated dan dial-up, pada 31 Desember 2006 telah
memiliki pelanggan kira-kira berjumlah 50.000, lebih dari 10% dan 20% akses
pasar internet dial-up dan internet dedicated yang PT Indosat Tbk. perkirakan
di Indonesia. Untuk mengantisipasi peningkatan persaingan di bisnis internet,
IMM telah mengembangkan strategi untuk bisnisnya melalui pengembangan
Internet protocol backbone di area-area potensial lewat penyebaran hotspot
70
umum, pendirian customer care centers, mengembangkan jaringannya lewat
rencana joint investment dengan penggunaan hybrid fiber dan teknologi
coaxial, serta pengembangan proses bisnisnya. Lintasarta menawarkan
pelanggannya “IdOLA” untuk pengguna individu dan “LintasartaNet” untuk
pelanggan korporatnya. Lewat IdOLA dan LintasartaNet, pelanggannya dapat
mengakses informasi dari beberapa penyedia di Indonesia dan penjuru dunia.
Korporat mungkin menggunakan LintasartaNet untuk promosi internet,
alokasi software dan komputer, transaksi dagang domestik dan internasional.
Di tahun 2006, pendapatan internet dial-up Lintasarta turun 3,2% dan
pendapatan jasa internet dedicated-nya meningkat 32,5%. Pada akhir tahun 31
Desember 2006, PT Indosat Tbk. menerima pendapatan internet services
sebesar Rp 422 milyar atau 22,2% dari total pendapatan MIDI.
VSAT Net/IP dan VSAT Link. Jasa VSAT (Very Small Aperture Terminal)
Net/IP memberikan solusi telekomunikasi data dengan biaya ekonomis untuk
hubungan antar lokasi (point-to-multipoint) yang tidak dapat dilayani dengan
media kabel. Jasa VSAT (Very Small Aperture Terminal) Link menawarkan
layanan sirkuit langganan digital point-to-point berkecepatan tinggi dengan
kualitas premium melalui satelit, yang dapat menyalurkan data, suara, dan
citra/video dalam jumlah besar selama 24 jam terus-menerus. Baik VSAT
Net/IP dan VSAT Link, di tiap lokasi pelanggan akan di pasang satu antena
parabola, yang terhubung melalui ruang angkasa (spase segment) ke Pusat
Pengendali Satelit Lintasarta.
71
Pemasaran dan Pelanggan
Aktivitas pemasaran PT Indosat Tbk. untuk jasa MIDI meliputi presentasi
grup, direct mail, partner promotions, program customer retention dan periklanan
dalam publikasi serta printed media. Masing-masing unit bisnis mencoba untuk
mempertahankan hubungan pelanggan yang ada melalui aktivitas seperti user
forums, training seminars, courtesy visits, dan jamuan informal dengan
pelanggan. Lintasarta memfokuskan pada pengembangan market share-nya di
luar segmen industri kompetisi utamanya. Sebagai tambahan, Lintasarta telah
memfokuskan pada peningkatan penjualan dan usaha pemasarannya pada usaha
menengah ke bawah atau SME (Small-Medium-Enterprise). Lintasarta juga
memperluas cakupan area geografik untuk jasa dan produknya untuk memenuhi
peningkatan permintaan infrastruktur telekomunikasi sebagai akibat dari
perkembangan politik di Indonesia.
PT Indosat Tbk. melayani pelanggannya selama 24 jam terus-menerus melalui
layanan customer services-nya. Pada April 2000, Lintasarta menerima sertifikat
ISO 9002 untuk jasa frame relay, digital data network, dan VSAT. Pada Januari
2002, PT Indosat Tbk. juga menerima sertifikat ISO 9001 untuk jasa frame relay,
digital data network, dan VSAT, bukti komitmen kami pada kepuasan pelanggan
dan peningkatan kualitas jasa yang berkelanjutan. Sebagai hasil dari aktivitas ini,
Frontier and Marketing Magazine memberikan penghargaan kepada PT Indosat
Tbk. sebagai “Top Brand Award” untuk kategori ISP di tahun 2005, 2006, dan
2007.
72
Struktur Tarif dan Pendapatan Jasa MIDI
Pelanggan dari beberapa jasa MIDI dikenai tarif berdasarkan pada tipe produk
dan jasanya, sektor industrinya, lokasi geografiknya, dan lamanya kontrak jasa
(yang pada umunya antara satu sampai tiga tahun). Tarif jasa secara umum
meliputi beberapa komponen: initial installation; tarif jasa per bulan (berdasarkan
pada lokasi dan kecepatan akses); tarif transaksi (berdasarkan pada volume, durasi
dan/atau jarak jangkaun network traffic); dan tarif-tarif lain untuk jasa seperti
konsultasi atau project management.
Tarif sewa satelit transponder untuk sewa internasional dinegosiasi secara
individu dengan pelanggan dan bergantung pada penawaran dan permintaan jasa
di area cakupan satelit Palapa-C2. Rata-rata sewa offshore PT Indosat Tbk. US$
1,3 juta per pemakaian penuh transponder. Sewa offshore juga menjadi subyek
yang meningkat dari 2,5% ke 10% selama setahun ini. Kebanyakan seluruh
pembayaran sewa transponder tiap kuartal dalam U.S. dollar atau mata uang asing
yang dapat diperbandingkan dengan U.S. dollar. Menteri Komunikasi dan
Teknologi Informasi telah membuat undang-undang tarif yang dibebankan pada
pemakaian satelit transponder untuk pelanggan domestik. Berdasarkan peraturan
pemerintah tersebut, tarif maksimum sewa tahunan untuk transponder C-band
ditetapkan sebesar US$ 1,4 juta. Untuk pengguna sesaat, tarif rata-ratanya sebesar
US$ 16 per menit dengan pembebanan berdasarkan waktu pemakaian.
Persaingan
Penyedia jasa komunikasi data di Indonesia pada dasarnya bersaing pada tarif,
jangkauan jasanya, dan kualitas layanan pelanggannya. Selama tiga tahun terakhir
ini, persaingan di antara penyedia jasa komunikasi data mengintensifkan pada
73
pengeluaran license baru sebagai akibat deregulasi industri telekomunikasi
Indonesia. PT Indosat Tbk. berharap persaingan intensif ini akan terus berlanjut.
PT Indosat Tbk. percaya bahwa pesaing utamanya, yaitu Primacom dan Citra Sari
Makmur menghargai jasa VSAT-nya, dan Citra Sari Makmur, Telkom,
Excelcomindo, serta Indonesia Comnet Plus (Icon+) juga menghargai jasa leased
line-nya.
Dengan menghargai layanan tambahan yang berhubungan dengan internet, PT
Indosat Tbk menghadapi peningkatan persaingan yang signifikan dari Telkom dan
ISP lainnya sebagai akibat peningkatan pengeluaran license oleh Menteri
Komunikasi dan Teknologi Informasi. Para ISP di Indonesia pada dasarnya
bersaing pada kualitas jaringan, harga, dan area cakupan jaringan.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bisnis satelit pada dasarnya bersaing
pada kekuatan area cakupan, penawaran produk, dan biaya. Pada umumnya, tarif
jasanya bergantung pada kombinasi dari kekuatan dan area cakupannya. Selama
beberapa tahun terakhir, persaingan dalam bisnis satelit di region Asia-Pasific
telah tumbuh secara intensif. Operasi satelit PT Indosat Tbk. terutama terdiri dari
sewa transponder untuk para broadcaster dan operator telekomunikasi untuk
VSAT, selular, jasa IDD, dan ISP. PT Indosat Tbk. menghadapi persaingan dari
penyedia jasa baik dalam negeri maupun luar negeri di setiap area. Dalam
persewaan transponder satelit Palapa-C2, PT Indosat Tbk. menghadapi persaingan
ketat dengan PT Pasifik Satelit Nusantara atau Pasifik Satelit Nusantara dan
Telkom. Pasifik Satelit Nusantara juga memiliki transponder pada satelit
Mabuhary Filipina, yang utamanya digunakan untuk jasa siaran televisi. Telkom
mengoperasikan satelit (Telkom dan Palapa B4) dan stasiun buminya untuk
74
menyediakan sambungan transmisi backbone untuk jaringannya. Telkom juga
menyewakan kapasitas transponder satelit dan jasa satelit stasiun buminya untuk
pengguna domestik maupun internasional. Satelit private lainnya melayani pasar
broadcast dalam area cakupan satelit Palapa, meliputi AsiaSat-1, AsiaSat-2,
AsiaSat-4, AsiaSat-35, Apstar-1, Apstar-2R, Thaicom 3, dan PanAmSat-7. Satelit
APT dioperasikan oleh Apstar satelit dan Satelit PCL Shin dioperasikan satelit
ThaiCom juga bersaing langsung dengan PT Indosat Tbk. di pasar region Asia. Di
tahun 2005, Excelcomindo mulai menawarkan jasa MPLS untuk pelanggan
korporatnya.
3.2. Kegiatan yang Ditekuni
Selama melaksanakan program magang penulis ditempatkan oleh PT Indosat
Jakarta di gedung Sarana Jaya (SARJA) yang terletak di jalan Budi Kemuliaan 1
Lantai 8 yaitu di Divisi MIDI (Mutimedia Interactive, Data Communication, and
Internet) yang berada di bawah ICS (Indosat Coorporate Solution) Departement.
Adapun tugas yang diberikan kepada penulis adalah :
1. Tugas Pokok
Melaksanakan kegiatan teknis kebutuhan perusahaan yaitu pengumpulan
informasi, khususnya yang berkaitan dengan Produk MIDI serta tugas
accidential dari perusahaan.
2. Fungsi
a. Pencarian dan pengumpulan informasi
b. Pelaksanaan pengolahan data dan informasi
c. Penyiapan bahan penyusunan konsep evaluasi dan pelaporan
3. Uraian Tugas
75
a. Melaksanakan pengumpulan, pencarian data dan informasi dari berbagai
sumber. Contoh: Media Massa, browsing web dan media-media lainnya.
Tugas ini juga menuntut penulis untuk melakukan marketing intelegent
dengan mencari informasi-informasi yang dimiliki competitor.
b. Melaksanakan pengolahan data dan informasi yang telah di hasilkan dari
sumber-sumber yang ada.
c. Melaksanakan penyusunan laporan.
d. Melaporkan hasilnya setelah dilakukan pengolahan data
e. Mengerjakan tugas accidential dari perusahaan seperti membantu
menyiapkan bahan presentasi, menyortir data yang ada dan lain
sebagainya.
Adapun hasil laporan yang penulis informasikan kepada supervisor adalah
berupa laporan jadi yang Siap dianalisis atau digunakan oleh pihak lainnya yang
membutuhkan.
Kegiatan lain yang penulis lakukan adalah mencari informasi terbaru dari
media, browsing web, media lainnya. Dan laporan tersebut di buat dalam bentuk
power point maupun media lainnya sesuai dengan yang diminta. Misalnya
informasi mengenai produk-produk yang dikeluarkan oleh pesaing dan informasi
lainnya. Berbagai jenis informasi mengenai pesaing selalu dibuat menjadi sebuah
rangkuman informasi sehingga PT Indosat khususnya divisi MIDI mengetahui apa
saja yang dimiliki pesaing dan dapat langsung dianalisis atau diolah lagi oleh
divisi lain yang membutuhkan seperti divisi marketing dan sebagainya sehingga
PT Indosat Tbk siap dalam menghadapi persaingan. Setiap informasi tersebut
76
sangat berpengaruh dalam proses mempertahankan kinerja Divisi MIDI dan
memperkuat evaluasi informasi bagi PT Indosat Tbk itu sendiri.
Selain itu ada juga tugas-tugas accidential dari perusahaan yang tidak
terstruktur sehingga bisa ditugaskan kapan saja sewaktu-waktu seperti membantu
menyiapkan bahan presentasi, menyortir data yang ada dan lain sebagainya.
Bisanya untuk jenis tugas seperti ini penulis tidak mengerjakannya sendiri akan
tetapi didistribusikan dengan rekan kerja sesama anggota KKN-P yang lain. Hal
ini dilakukan untuk efisiensi waktu sehingga tugas dapat segera diselesaikan dan
laporan dapat diserahkan secepatnya.
3.3. Evaluasi Hasil Kegiatan KKN-P
3.3.1. Permasalahan
Divisi pemasaran MIDI (Multimedia Interactive Data Communicatian and
Internet) PT Indosat Tbk. merupakan divisi yang mempunyai peranan penting
dalam meningkatan kinerja sebuah perusahaan di bidang komunikasi data dan
internet. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya semua aktivitas dan prestasi
perusahaan bermuara pada bidang pemasaran. Dalam memasuki setiap segmentasi
pasar dibutuhkan strategi-strategi pemasaran yang berbeda-beda. Perbedaan
strategi pemasaran yang digunakan masing-masing industri atau perusahaan
tersebut juga membawa dampak yang berbeda pula pada biaya pemasaran yang
dikeluarkan masing-masing industri maupun perusahaan.
Tarif yang diselenggarakan oleh Divisi MIDI khususnya terhadap Satelit
Transponder yang disewakan terkait dengan aktivitas pemasaran yang
77
dilakukannya, yaitu periklanan (advertising), penjualan personal (personal
selling), hubungan masyarakat (public relation) dan publisitas (publicity), dan
promosi penjualan (sales promotion). Pada dasarnya tarif sewa yang ditentukan
oleh Divisi MIDI digunakan untuk meningkatkan pendapatan usaha yang
diterimanya. Tarif yang telah ditentukan untuk penyewaan Satelit Transponder
Divisi MIDI dari tahun 2001-2006 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Terkait dengan
tujuan penentuan tarif tersebut, perlu dianalisis lebih lanjut mengenai penetapan
tarif yang diselenggarakan dalam meningkatkan pendapatan sewa Transponder
Divisi MIDI.
Tabel 3.1
Ikhtisar Tarif dan Pendapatan Sewa Transponder
(dalam US$ juta)
Tahun Harga Pendapatan Sewa Transponder
2001 1,7 186.734
2002 1,7 201.511
2003 1,7 145.712
2004 1,7 152.932
2005 1,4 150.130
2006 1,4 124.473
3.3.2. Sebab Masalah
78
Penentuan tarif sewa satelit Transponder yang dikeluarkan Divisi MIDI
digunakan untuk meningkatkan pendapatan sewa yang diterimanya. Terkait hal
tersebut, memunculkan beberapa permasalahan, yaitu:
Apakah perubahan tarif mempunyai pengaruh dalam peningkatan
pendapatan sewa Transponder yang diterima Divisi MIDI?
3.3.3. Akibat Masalah
Dari beberapa permasalahan tersebut, muncul beberapa akibat bagi Divisi MIDI,
yaitu:
Belum diketahui pengaruh perubahan tarif terhadap peningkatan
pendapatan sewa Transponder Divisi MIDI.
3.3.4. Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menganalisis pengaruh
biaya pemasaran terhadap pendapatan usaha Divisi MIDI, dengan uji statistik
regresi berganda antara perubahan tarif terhadap pendapatan sewa Transponder.
Masing-masing alternatif pemecahan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing, yaitu:
1. Uji statistik regresi berganda
Kelebihan dari uji statistik regresi berganda, yaitu disamping dapat digunakan
sebagai analisis usaha pemasaran yang telah dilakukan terhadap peningkatan
pendapatan usaha yang diterima, juga dapat digunakan sebagai alat prediksi di
tahun-tahun berikutnya. Namun, hasil prediksi yang dihasilkan dari uji
statistik ini belum tentu sesuai dengan kondisi yang dihadapi perusahaan.
Adapun model rumusan regresi bergandanya sebagai berikut:
79
Keterangan:
Dari dua alternatif yang ada, maka dalam laporan KKN-P ini digunakan uji
statistik regresi berganda untuk mengetahui hubungan antara perubahan tarif
dengan pendapatan sewa Transponder yang diterima perusahaan.
3.3.5. Pemecahan Masalah
Langkah-langkah penyelesaian permasalahannya, sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang dipakai untuk penelitian ini adalah:
a. Field Research
Pengumpulan data langsung pada obyek yang diteliti untuk memperoleh
data yang diperlukan. Field Research dapat dilakukan dengan cara:
Wawancara (interview)
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
komunikasi langsung dengan Division Head, Manager, dan staff
Divisi MIDI (Multimedia Interactive Data Communication &
Internet) Brand Management PT Indosat Tbk. Indonesia yang
terlibat langsung dalam penelitian ini.
b. Library Research
80
Metode ini berusaha mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk
melengkapi data yang sudah ada. Data-data ini dihimpun dari buku-buku,
majalah dan surat kabar dan sumber-sumber yang lain.
c. Dokumentasi
Dengan cara mengadakan pencatatan dokumen-dokumen tertentu yang ada
di Divisi MIDI (Multimedia Interactive Data Communication & Internet)
Brand Management PT Indosat Tbk. Indonesia sebagai pelengkap atau
penunjang.
Dari pengumpulan data tersebut, didapatkan hasil seperti pada Tabel 3.1.
2. Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.0.
Adapun urutan pengujiannya sebagai berikut:
3. Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.0.
Adapun urutan pengujiannya sebagai berikut:
Tabel 3.2
Correlations
1,000 ,624,624 1,000
. ,093,093 .
6 66 6
YXYXYX
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Y X
Pada Tabel 3.2, dapat dibaca bahwa hubungan (korelasi) perubahan tarif
dengan pendapatan sewa bernilai 0,624. Ini artinya, hubungan perubahan tarif
dengan pendapatan sewa Transponder positif dan searah. Nilai “+” (positif)
81
artinya bila perubahan tarif ditingkatkan, maka tingkat pendapatan sewa akan
ikut naik. Demikian pula sebaliknya.
Menguji signifikansi hubungan linear antara perubahan tarif dengan
pendapatan sewa
Hipotesis:
H0 : b = 0 (Tidak ada hubungan linear antara perubahan tarif dengan
pendapatan sewa Transponder)
H1 : b ≠ 0 (Ada hubungan linear antara perubahan tarif dengan
pendapatan sewa Transponder)
Tabel 3.3
ANOVAb
1,6E+009 1 1579717374 2,557 ,185a
2,5E+009 4 617867422,34,1E+009 5
Sum ofSquaresModel df Mean Square F Sig.
RegressionResidual
1
Total
Predictors: (Constant), Xa.
Dependent Variable: Yb.
Dalam Tabel 3.3, terbaca nilai Fhit = 2,557. Sementara itu, dari tabel nilai
statistik F dengan derajat bebas v1 = 1 dan v2 = 4 pada taraf signifikansi
0,05 (F1;6;0,05), kita peroleh n abe 1. Jadi tampak bahwa: ilai Ft l = 7,7
2,557 7,71
Karena nilai Fhit < Ftabel maka disimpulkan bahwa kita dapat menerima H0.
Artinya antara perubahan tarif dengan pendapatan sewa, tidak ada
hubungan linear.
82
Kesimpulan yang sama dapat kita peroleh dari perbandingan nilai Sig.
dengan taraf signifikansi :
0,185 0,05
Karena nilai Sig. > α maka disimpulkan bahwa H0 diterima yang artinya
antara perubahan tarif dengan pendapatan sewa tidak ada hubungan linear.
Tabel 3.4
Coefficientsa
-23328,7 115256,9 -,202 ,849 -343333,081 296675,748114735,8 71755,802 ,624 1,599 ,185 -84490,213 313961,880
(Constant)X
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval for B
Dependent Variable: Ya.
Model Summaryb
,624a ,390 ,237 24856,939 2,040Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Xa.
Dependent Variable: Yb.
Pada Tabel 3.4. diperoleh nilai R2 = 0,390. Artinya variabel perubahan
tarif dapat menerangkan variabilitas sebesar 39% dari variabel pendapatan
sewa, sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain (dengan R2
merupakan koefisien determinasi).
Menguji signifikansi konstanta pada model linear
Hipotesis:
H0 : a = 0 (Koefisien regresi a tidak signifikan)
H1 : a ≠ 0 (Koefisien regresi a signifikan)
Tabel 3.5
83
Dalam Tabel diperoleh thit = -,202. Karena memakai taraf signifikansi 5%,
maka untuk ttabel akan diperoleh nilai t6;0,025 = 2,776.
Dari kedua nilai tersebut, kita ro t dan ttabel: pe leh thi
,202 2,776
Karena nilai thit < ttabel maka disimpulkan bahwa kita dapat menerima H0;
artinya koefisien regresi (α) tidak signifikan.
Bisa juga dilihat dari nilai Sig. dengan taraf signifikansi (α):
.
0,849 0,05
Karena nilai Sig. > α, maka disimpulkan bahwa H0 diterima; artinya
koefisien regresi α tidak signifikan.
Menguji signifikansi koefisien variabel perubahan tarif pada
model linear
Hipotesis:
H0 : b = 0 (Koefisien regresi pada perubahan tarif tidak signifikan)
H1 : b ≠ 0 (Koefisien regresi pada perubahan tarif signifikan)
Dalam Tabel diperoleh thit = 1,599. Karena menggunakan taraf signifikansi
5%, maka untuk ttabel akan diperoleh nilai t9;0,025 = 2,776.
Dengan membandingkan nilai da el didapatkan: thit n ttab
1,599 2,776
84
Ka
art
Ha
den
Ka
ko
De
arena nilai t
tinya koefis
asil yang s
ngan taraf s
arena nilai
efisien regr
engan demik
thit < ttabel m
ien regresi p
ama juga b
signifikansi
Sig. > α
resi pada pe
kian, model
maka disimp
pada peruba
bisa kita d
:
maka disim
rubahan tar
l regresi yan
A
pulkan bahw
ahan tarif ti
dapatkan da
mpulkan ba
rif tidak sign
ng dapat dip
Atau
wa kita dap
dak signifik
ari perband
ahwa H0 d
nifikan.
pakai adalah
at menerim
kan.
dingan nilai
diterima; ar
h:
ma H0;
i Sig.
rtinya
Untuk
model
1. Uj
k mendapatk
di atas haru
i linearitas
kan model
us diuji seb
s
yang BLU
agai berikut
UE (Best Li
t:
inear Unbiaased Estimaator),
Gammbar 3.2
85
Pa
tid
da Gambar
dak memben
r, perubahan
ntuk suatu p
n tarif pred
pola tertentu
diksi denga
u. Berarti as
an perubaha
umsi linear
an tarif res
ritas terpenu
sidual
uhi.
2. Ho
omoskedasiitas
Pa
tid
ma
3. No
Pa
DW
dis
4. No
da Gambar
dak memben
aka homosk
onautokore
ada Tabel 3.
W > 2. Se
simpulkan b
onmultikoli
Gaambar 3.3
r, perubaha
ntuk suatu
kedasitas ter
an tarif pred
pola terten
rpenuhi.
diksi denga
ntu, seperti
an perubah
meningkat
an tarif res
t atau men
sidual
nurun,
elasi
4. nilai Dur
ehingga me
bahwa terjad
rbin Watson
enurut pen
di autokorel
n terbaca =
ngujian Dur
lasi.
2,040. Nila
rbin Watso
ai ini berada
on (DW),
a pada
dapat
inearitas
86
Ka
terj
dem
arena jumla
rjadi hubu
mikian, asu
ah variabel
ungan di
umsi nonmu
independen
antara var
ultikolinearit
nnya hanya
riabel-varia
tas terpenuh
satu, maka
abel indep
hi.
a tidak mun
enden. De
ngkin
engan
5. No
Da
lur
3.4. Pe
Selama
Indosat Tb
ormalitas
ari Gambar
rus. Jadi asu
engalaman
a mengikuti
bk. penulis m
diatas terlih
umsi kenorm
Gam
hat bahwa ti
malan terpen
mbar 3.4
itik-titik dat
nuhi.
ta tersebar ddi sekitar gaaris
Belajar
i kegiatan
mendapatka
KKN-P di
an pengalam
Divisi MID
man belajar,
DI Brand M
, yaitu:
Managemennt PT
87
Melakukan bisnis research dan hal ini tidak dapat dilakukan dengan mudah,
terutama jika menyangkut indentifikasi data-data para pesaing PT Indosat
Tbk.
Persaingan dalam bisnis data komunikasi dan internet lebih bersifat tertutup
daripada persaingan di bisnis selular.
88
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh perubahan tarif
terhadap pendapatan sewa Transponder Divisi MIDI (Multimedia Interactive Data
Communication and Internet) Brand Management PT Indosat Tbk. dapat ditarik
beberapa kesimpulan:
1. Perubahan tarif memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap peningkatan pendapatan sewa Transponder Divisi MIDI
Brand Management PT Indosat Tbk.
2. Kesimpulan diatas terjadi dikarenakan beberapa hal, diantaranya:
a. Satelit Transponder telah mencapai utilisasi kapasitas yang
maksimum, sehingga pelanggan yang menyewa setiap ruang
dalam satelit tersebut juga terbatas, yang akan mempengaruhi
pendapatan sewa.
b. Tarif yang diturunkan juga tidak berpengaruh banyak terhadap
tingkat pendapatan sewa transponder karena pelanggan
(broadcaster dan penyelenggara telekomunikasi) yang terbatas.
3. Pengaruh positif dan signifikan dari perubahan tarif terhadap
pendapatan sewa transponder mungkin didapatkan bila ada
penambahan instalasi pada satelit transponder, yang berarti juga
89
menambah ruang untuk pelanggan baru yang akan menggunakan jasa
satelit transponder yang disediakan.
4. Manajemen dituntut untuk dapat menetapkan kebijakan harga sewa
secara tepat. Dengan demikian perusahaan diharapkan akan dapat
memenangi persaingan bisnis yang relatif kompetitif dan dapat
melakukan efisiensi pada pengeluaran biaya pemasaran.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis ada beberapa saran yang diajukan untuk perbaikan
analisis berikutnya. Dalam hal ini saran juga diberikan kepada pihak manajemen
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan manajerial terkait dengan
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya untuk Divisi
MIDI Brand Management PT. Indosat Tbk. Beberapa saran yang diajukan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Di dalam melakukan riset mengenai strategi yang akan dijalankan
perusahaan selanjutnya, hendaknya perusahaan meninjau kembali
penetapan tarif sewa transponder. Karena hasil menunjukkan bahwa
penurunan tarif sewa memiliki pengaruh yang kecil dalam peningkatan
pendapatan sewa transponder. Dengan begitu hendaknya tidak
diadakan penurunan tarif sewa transponder dikarenakan jumlah
pelanggan yang masih terbatas, kecuali bila ada penambahan instalasi
satelit transponder yang juga akan menambah jumlah pelanggan dan
tentu saja, pendapatan sewa dari tarif yang lebih bersaing sesuai
dengan kapasitas yang dimiliki oleh satelit transponder.
90
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, P., 2002, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Buku 2, PT Ikrar
Mandiriabadi, Jakarta.
PT Indosat Tbk., 2001, Annual Report 2001, (Online), (http://www.indosat.com,
diakses 24 Agustus 2007)
PT Indosat Tbk., 2002, Annual Report 2002, (Online), (http://www.indosat.com,
diakses 24 Agustus 2007)
PT Indosat Tbk., 2003, Annual Report 2003, (Online), (http://www.indosat.com,
diakses 24 Agustus 2007)
PT Indosat Tbk., 2004, Annual Report 2004, (Online), (http://www.indosat.com,
diakses 24 Agustus 2007)
PT Indosat Tbk., 2005, Annual Report 2005, (Online), (http://www.indosat.com,
diakses 24 Agustus 2007)
PT Indosat Tbk., 2006, Annual Report 2006, (Online), (http://www.indosat.com,
diakses 24 Agustus 2007)
Pramesti, G., 2007, Aplikasi SPSS 15.0 dalam Model Linier Statistika, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Supranto, J., 2005, Ekonometri, Buku Kesatu, Ghalia Indonesia, Bogor.
91
92
Swastha, B., 2007, Azas-Azas Marketing, Edisi Ketiga, Cetakan Keenam, Liberty
Offset, Yogyakarta.
Tjiptono, F., 2007, Strategi Pemasaran, Edisi II, CV Andi Offset, Yogyakarta.
Utami, C. W., 2006, Perbedaan Karakteristik Jasa Dibandingkan Produk
Manufaktur, (Online), (http://www.duniaesai.com, diakses 20 Agustus
2007)