Download - Contoh Lp Konsistensi
LAPORAN DASAR ILMU TANAH
Konsistensi tanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi konsistensi tanah
b. Untuk mengetahui macam – macam konsistensi tanah
c. Untuk mengetahui metode pengukuran konsistensi tanah
d. Untuk megetahui faktor yang mempengaruhi konsistensi
e. Untuk mengetahui faktor yang dipengaruhi konsistensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konsistensi Tanah
a. Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
(Hardjowigeno, 1992).
b. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
(Anonymous, 2010)
c. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah.
(Anonymous, 2010)
2.2 Macam – macam Konsistensi Tanah
a. Konsistensi Basah
a.1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
a.2 Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
b. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
c. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
2.3 Metode Pengukuran Konsistensi
Metode pengukuran konsistensi tanah ada 2 yaitu :
a. Secara Kualitatif
Metode pengukuran konsistensi tanah secara kualitatif yaitu penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah.
b. Secara Kuantitatif
Metode pengukuran konsistensi tanah secara kuantitatif sering diistilahkan dengan angka Atterberg.
2.4 Faktor Mempengaruhi Konsistensi
a. Kadar Air : Bila kadar air tinggi maka konsistensi tanah rendah.
b. Tekstur Tanah : Bila tekstur tanah dominan pasir maka konsistensi tanah rendah.
c. Porositas : Bila porositasnya tinggi maka konsistensi rendah.
d. Bahan Organik : Bahan organik tinggi maka konsistensi rendah.
e. Berat Isi
2.5 Faktor Dipengaruhi Konsistensi
a. Struktur Tanah : Bila konsistensi tanah tinggi maka struktur mantap.
b. Erosi : Bila konsitensi tanah tinggi maka erosi rendah.
c. Pengolahan : Bila konsistensi tanah tinggi maka pengolahan semakin susah.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Buku : untuk mencatat materi dan hasil
- Bolpoint : untuk menulis hasil dan materi
- 3 Ring
- Oven
b. Bahan
- Tanah (pasir, liat, debu) : untuk pengamatan
- Tanah dari Joyogrand : untuk pengamatan
- Air : untuk membasahkan tanah
3.2 Alur Kerja
Menyiapkan alat dan Bahan
Mengambil contoh tanah dari tiap horizon tanah
Mengamati
Membasahi tanah agar mudah di bentuk
Membentuk tanah tersebut menjadi lilitan bulat panjan
Mengamati lagi konsisitensi atau kemampuan tanah tersebut untuk dibentuk lilitan
Membuat Laporan
3.3 Analisis Perlakuan (Perbandingan Jurnal)
o Semua tanah (kecuali pasir) jika dibasahi
menjadi liat
Sifat liat dipengaruhi oleh kohesi & adhesi antara sesama molekul tanah dan molekul air.
Zarah/partikel tanah yang semula lepas-lepas saat dibuat bentukkan tertentu dengan mencampurkan air.
o Ciri-ciri tanah mempunyai sifat liat
Adalah jika bentukan tanah tersebut tidak rusak jika dikeringkan.
o Tanah pasir mempuyai sifat tidak liat
Pada saat basah, pasir dapat dibentuk bola, tetapi bila dikeringkan maka butir-butir pasir akan terurai berai.
o Kohesi dalam konsistensi tanah
Adalah gaya tarik menarik sesama zarah tanah akibat adanya selaput lengas pada permukaanzarah tersebut. Besar kecilnya gaya dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk zarah serta tebal tipisnya selaput lengas di antara zarah tersebut.
o Adhesi dalam konsistensi tanah
Adalah gaya tarik menarik antara zarah tanah (fase padat) dengan molekul air (fase cair).
o Kohesi tanah basah
Terjadi antara fase cair yang berperan sebagai sebagai jembatan antar fase padat.
o Besar kecilnya kohesi berbanding lurus
dengan tegangan muka air (lengas tanah) dan berbanding terbalik dengan diameter zarah (kohesi meningkat jika kadar lempung meningkat dan kadar menurun jika kadar pasir meningkat)
o Contoh tanah halus kohesinya akan
- Meningkat jika ditetesi air sedikit demi sedikit
- mencapai maksimal pada kadar lengas 15%
- menurun jika kadar lengasnya > 15 %
o Pada tanah liat/plastic yang dibentuk bulat
Ternyata makin kuat kohesinya jika KL makin merosot karena makin tipis selaput lengas, tegangan muka makin kecil sampai batas tanah. Kohesi yang makin meningkat setelah titik patah bukan karena selaput lengas, melainkan karena kohesi molekuler tanah tersebut.
o Titik Patah
merupakan batas awal masuknya udara ke dalam pori tanah dan menyebabkan warna tanah berubah dari gelap menjadi cerah dan mengerut disebut beerturut-turutBatas Berubah Warna (BBW) dan Derajat Kerut (DK).
(Anonymous, 2010)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel data hasil praktikum
Jenis Tanah Berat Ring
(sebelum)
Berat Ring sesudah dimasukkan cincin
Berat sesudah di oven
Ring 1 Vertisol 21,66 gr 30,18 27,25Ring 2 Andisol 22,85 gr 38,70 32,94Ring 3 Sample 15,66 gr 32,50 27,25
4.2 Pembahasan data hasil praktikum
a.) Dalam kondisi basah
Vertisol : -sangat lekat
-sangat plastis
Andisol : -lekat
-plastis
Entisol : -agak lekat
-tidak plastis
Sampel : -agak lekat
-plastis
b.) Dalam kondisi lembab
sampel : -Teguh
4.3 Perhitungan kadar air
Berat Basah Tanah
Ring 1 = 30,18 – 21,66 = 8,52 gram
Ring 2 = 38,70 – 22,85 = 15,85 gram
Ring 3 = 32,50 – 15,66 = 16,84 gram
Berat Kering Oven Tanah
Ring 1 = 27,25 – 21,66 = 5,59 gram
Ring 2 = 32,94 – 22,85 = 10,09 gram
Ring 3 = 28,32 – 15,66 = 12,66 gram
Kadar Air pada Tiap-Tiap Ring
KA Ring 1 = 8,52 – 5,59 x 100% = 52,4%
5,59
KA Ring 2 = 15,85 – 10,09 x 100% = 57%
10,09
KA Ring 3 = 16,84 – 12,66 x 100% = 33%
4.4 Pengaruh kadar air dalam pengolahan tanah
Pengolahan tanah seharusnya pada kandungan air tanah yang tepat, yaitu tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan
tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah.
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S., 1992).
4.5 Kajian pengaruh konsistensi dalam usaha pertanian
Tanah sawah dalam kondisi plastis ata bahkan berlumpur karena berada diatas Batas Cair (BC) tidak menjadi masalah dalm pengolahan karena kondisi spesifik yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah sawah adalah pelukpuran lapisan olah.
Pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan aman lingkungan mendorong penyempurnaan konsep pengelolaan lahan sebagai sarana produksi pertanian. Keselarasan antara pendekatan pengelolaan lahan dengan dinamika ekosistem lahan menjadi faktor penting begitu pula konsistensi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa konsistensi tanah ialah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah.
a.) Dalam kondisi basah
Vertisol : -sangat lekat
-sangat plastis
Andisol : -lekat
-plastis
Entisol : -agak lekat
-tidak plastis
Sampel : -agak lekat
-plastis
b.) Dalam kondisi lembab
sampel : -Teguh
5.2 Saran
Ada ajahh..
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04/sifat-fisika-tanah-bagian-5-konsistensi.html. 16 Oktober 2010.
Anonymous. 2010. ilmutanahuns.files.wordpress.com/…/konsistensi-tanah.pdf. 16 Oktober 2010.
Anonymous. 2010. ariyanto.staff.uns.ac.id/files/2010/04/kesuburan-05.pdf. 16 Oktober 2010.
Hardjowigeno. S., 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
UNIVERSITAS ISLAM MALANGFAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGRIBISNIS2011-2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman yang
diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu
basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur tanah.
Untuk menyatakan derajat hubungan antara partikel-partikel tanah dengan kandungan air
tanah digunakan angka-angka konsistensi. Berdasarkan hal tersebut diatas maka konsistensi
tanah dapat didefinisikan sebagai :
a. Suatu sifat yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel partikel tanah;
b. Ketahanan massa suatu tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif.
Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap
remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah. Penetapan konsistensi
tanah secara kualitatif serimg diistilahkan sebagai penentuan angka Atterbeg karena Atterbeg
adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka
kandungan pada batas cair dan batas plastis (lekat) suatu tanah.
Batas konsistensi dapat diketahui melalui suatu test laboratorium dimana akan didapat pula
variasi berbagai keadaan konsistensi tanah. Peningkatan konsistensi tidak merupakan harga
mutlak dan sangat peka terhadap keadaan lingkungan, tekanan, serta berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah.
Keadaan air terendah dimana tanah masih bersifat plastis (lekat) disebut batas plastis
(plastis limit), dan batas tertinggi dimana tanah masih bersifat plastis disebut batas cair (Liquid
limit). Sedangkan indeks plastisitas dapat didefenisikan :
Ideks Plastisitas = Batas Cair – Batas Plastis
Jika pengolahan tanah dilakukan pada kandungan air dibawah batas plastis maka tanah
akan bergumpal dan pecah. Sebaliknya jika diolah diatas batas cair maka tanah akan bersifat
seperti benda cair. Jadi pengolahan tanah yang paling tepat adalah saat kadar air tanah berada
diantara batas cair dan batas plastis.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud diadakannya praktikum ini adalah :
Mengetahui kadar air yang terkandung didalam tanah
Mengetahui perhitungan konsistensi tanah
1.2.2. Tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
Agar mahasiswa dapat mengetahui konsistensi tanah tersebut layak untuk di usahakan
pertanian.
Agar mahasiswa dapat mengetahui keadaan lembab, kering dan basah dalam tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hardjowigeno (1987) hal:31 bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi
baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering.
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas
kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah
pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Oleh karena itu pentingnya
mengetahui konsistensi tanah untuk mengetahui tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola
sebagai lahan pertanian.
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – partikel
tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang
diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah –
tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab dan
kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan
dengan cara memijat dan memirit atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara
kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka Atterberg.
Nurhidayati, 2006.Malang hal:56
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat
kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis,
dan tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan
sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai
dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur,
gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah
tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit
dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah.
Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak
keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi. Konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sanagt basah atau jenuh air. (Syarief, S. 1994)
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas
segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan
berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila gumpalan
tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh
untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan secara
kuantitatif. Prinsip penetapan sucara kualitatif adalah penentuan ketahanan masa tanah
terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah.
(Anonymous. 2009)
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori:
melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk
bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan kemampuannya
mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis). Secara lebih terinci cara
penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
(I) Konsistensi Basah
1.1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah
dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
1.2 Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4
kategori berikut:
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan
sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
(II) Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah
terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas
tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-
kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya
gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan
diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut
(III) Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6
kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat
satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi
lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada
remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan
gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin
sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan
sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah
baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Konsistensi
Kohesi
Adhesi
Kering Lembab Basah Sangat basah
Gambar I : Pengaruh kadar air terhadap kohesi dan adhesi
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
Tekstru tanah.Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
Kadar air tanah.Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
Jenis liat.Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baok dalam keadaan kering, lembab maupun basah.
Kandungan bahan organik.Kandungan bahan organik mempengaruhi day serap tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
Sumber : file:///E:/sifat-fisika-tanah-bagian-5-konsistensi.html
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan. Contoh tanah biasa.(Tanah yang telah hancurkan dan di ayak) Kaleng oven Air Alat konsistensi Pembuat alur. Beaker glass Oven
Timbangan. Plastik Mortar. Ayakan.
3.1 Cara Kerja
A. Penetapan Batas Cair.
1. Menimbang 100 gram tanah, menambahkan air, kemudian mengaduk secara merata, sehingga
berbentuk pasta.
2. Menempatkan sebagian pasta pada alat penetapan batas cair. Meratakan permukaannya
hingga tebal maksimum 1,27 cm. Kemudian mengoreskan alat pembuat alur tegak luruspada
permukaan cawan hingga pasta tanah terbelah menjadi dua bagian.
3. Memutar alat dengan kecepatan 2 putaran per detik dan banyak ketukan hingga akan tertutup
sejarak 1,27 cm. Alur harus tertutup karena aliran tanah. Bukan karena gesekan antara dengan
permukaan cawan.
4. Mengambil 10 gram dari daerah alur tetutup untuk penentuan kadar air. Dengan mengubah –
ubah banyaknya airyang dicampurkan ke tanah dan mengulangi pekerjaan no. 2 dan no.5,
dengan mengambil 4 kali penetapan kadar air didalam ketukan 10 hingga 40 kali.
5. Membuat grafik antara jumlah ketukan ( sumbu X ) dan kadar air ( sumbu Y ). Kemudian
mencari kadar air tanah pada ketukan sebnyak 25 kali. Kadar air pada ketokan 25 kali
menunjukkan batas cairdari tanah tersebut.
B. Penetapan Batas Plastis
1. Menimbang 15 gram tanah, menambahkan air kemudian campur hingga merata dan
meletakkan di atas lempengan kaca.
2. Memisahkan sedikit lalu gosok dengan tanah sampai berbentuk benang berdiameter 3 mm.
3. Mengulangi pekerjaan no 2 sebanyak 2 kali sehingga akan didapat 3 keadaan ( kiri = lebih
basah dan batas plastis, tengah = pada batas plastis, kanan = lebih kering dari batas plastis ).
4. Mengambil tanah yang remah pada pekerjaan no.2 hingga sebanyak 4 kali untuk mendapat
harga tanah rata – rata.5. Mengulangi pakejaan pada nomor 2 dan 4 sebanyak 3 kali untuk mendapat harga rata – rata.
BAB IV
PENGAMATAN
A. Tabel 1. Data Hasil PengamatanRentang Ketukan
Jumlah Ketukan Bkl (gr) Bkl+tanah (SO) Bkl tanah (KO)I II I II I II I II
1 – 10 2 3 3,43 3,48 12,97 9,62 10,92 6,3211 – 20 20 17 3,44 3,64 8,262 7,73 7,30 6,6221 – 30 29 23 3,62 3,41 7,37 23,10 6,09 16,22
31 – 40 32 36 3,56 3,55 7,54 9,69 6,23 7,6541 – 50 43 45 3,48 3,45 14,52 14,07 9,90 10,61
BTSO BTKO BTSO-BTKO KAI II I II I II %
9,54 6,14 7.49 2,84 2,05 3,30 27,36 79,514,82 4,09 3,86 2,98 0,96 1,11 24,87 37,243,75 19,69 2,47 12,81 1,28 6,88 51,82 53,703,98 6,14 2,67 4,10 1,31 2,04 49,06 49,75
11,04 10,62 6,42 7,16 4,62 3,46 71,96 48,32
No Bola kaleng K + BTSO K +BTKO BTSO BTKO BTSO-BTKO Ka %1 basah 3.55 11,65 9,40 8,10 5,85 2,25 38,462 batas plastis 3.58 11,43 8,91 7,85 5,33 2,52 47,273 kering 3.47 13,20 12,53 9,73 7,06 2,67 37,81
1 basah 3.51 7,83 6,36 4,32 2,85 1,47 51,572 batas plastis 3.41 9,03 7,75 5,62 4,34 1,28 29,493 kering 3.52 10,65 9,10 7,13 3,78 3,35 88,62
B. Tabel 2. Data penentuan batas plastis.
C. Keterangan :
1. BK : Berat Kaleng. TSO : Berat tanah
Kering Oven
2. BSO : Berat tanah + kaleng Sebelum Oven TKO : Berat tanah
Kering Oven
3. BKO : Berat tanah + kaleng Kering Oven BA : Berat Air & KA :
Kadar Air
PERHITUNGAN
Adapun cara perhitungan dari data yang tersaji diatas ialah sebagai berikut:4.1 Batas Cair.
a. TSO = BSO - BKb. TKO = BKO - BK
c. BA = TSO - TKOd. KA = BA / TKO x 100 (%)e. xy = x . yf.
∑ xy / ∑ x2 – (∑ x . ∑ y / n)
∑ x2 – (∑ x)2 / n
B = 5884,78/4876,50 – ( 138,00 . 5884,78/5 )
4876,50 – ( 138,00 )2/5
B = -5,96
a. A = ( ∑y/n ) – ( B . ( ∑x/n)
= (5884,78/n) – (-5,96.(138,00/5 )
= 210,60
b. Y = A+(B.( ∑x/n))
= 210,60 + ( -5,96.(138,00/5) )
= 46,12
Batas cair = Rata-rata kadar air
= 46,11672
1. Batas Plastis.
a. TSO = BSO – BK
b. TKO = BKO – BK
c. BA = TSO – TKO
d. KA = BA/TKO x 100%
Kering 1 = 2/9,3658x 100%
= 21,35429 g
Kering 2 = 2/6,3218 x 100%
= 31,63656 g
Lembab 1 = 3/8,4313 x 100%
= 35,5817 g
Lembab 2 = 2/5,461 x 100%
= 36,62333 g
Basah 1 = 4/7,5702 x 100%
= 52,83876 g
Basah 2 = 4/5,5211 x 100%
= 54,337 g
e. Batas Plastis = rata-rata kadar air
= ( 21,35429 + 31,63656 + 35,5817 + 36,62333 + 52,83876
+ 54,337)/6
= 38,72861
f. IP = BC- BP
= 46,1172 – 38,32861
= 7,38811
BAB V
PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatlah rata-rata kadar air tiap kelas ketukan
sebagai berikut :
1 - 10 ketukan (9) = 54,14 % 10 – 20 ketukan (17) = 51,07 % 21 – 30 ketukan (24,5) = 47,49 % 31 – 40 ketukan (37,5) = 42,26 % 41 – 50 ketukan (50) = 35,62 %
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan,bahwa jumlah ketukan dan kadar air
memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah
ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang
basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
Tekstur tanah.Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
Kadar air tanah.Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
Jenis liat.Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baok dalam keadaan kering, lembab maupun basah.
Kandungan bahan organik.Kandungan bahan organik mempengaruhi day serap tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh pada konsistensi tanah karena sebagai mana dijelaskan diatas, bahwa kandungan air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
Dari data hasil pengamatan diketahui KA % sebagai berikut :
Rentang ketukan No. kaleng KA %
1-10I II I II
44 51 10,92 6,3211-20 28 52 7,30 6,6221-30 48 24 6,09 16,2231-40 46 35 6,23 7,6541-50 29 31 9,90 10,61
Adapun grafik hubungan antara jumlah ketukan dan kadar air ialah sebagai berikut :
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan,bahwa jumlah ketukan dan kadar air
memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah
ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang
basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah.
BAB VI
KESIMPULAN
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – partikel
tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang
diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan, bahwa jumlah ketukan dan kadar air memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar airnya maka jumlah ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi tanah akan berada pada kondisi yang basah atau bisa dikatakan konsistensinya basah Nilai BC : 46,1172 Nilai BP adalah : 38,32861 Nilai IP : 7,38811 %. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
Tekstur tanah.
Kadar air tanah. Jenis liat. Kandungan bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhidayati, 2006. Bahan Ajar Dasar – Dasar Ilmu Tanah.. Fakultas Pertanian – Unisma. Malang
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian – Unisma. Malang
Yunus, Yuswar. 2006, Tanah Dan Pengolahan. CV Alfabeta. Bandung.
(Harjowigeno.(1987) hal:31..Weny. 2009:///E:/sifat-fisika-tanah-bagian-5-konsistensi.html akses 20 Maret 2011
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Acara III. Pengamatan Tanah Dengan Indra
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ILMU TANAH
Acara III. Pengamatan Tanah Dengan Indra
Oleh:
Nama : Arifin Budi Purnomo
NIM : A1C012025
Rombongan : E1(Agribisnis)
Asisten : Kristia D A
Reza Riski T
Wefindria Afifah
Nova Margareth
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting, tanah sangat dibutuhkan
tanaman. Dengan bertambah majunya peradaban manusia yang sejalan dengan
perkembangan pertanian dan disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat,
memaksa manusia mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk
pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah bersifat dinamis, dimana tanah mengalami perkembangan setiap waktunya.
Karakteristik tanah di setiap daerah tentunya berbeda dengan daerah lainnya. Tanah dapat
dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimilikinya. Ilmu yang mempelajari
tentang proses-proses pembentukan tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
disebut genesis tanah.
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah
butir liat, diikuti oleh butir debu, pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari
batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya
hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah
(semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur
hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah
tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air
sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng
erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat
menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini
mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
Fungsi pertama tanah bagi tetanaman adalah sebagai media tumbuh adalah sebagai
tempat akar berpenetrasi (sifat fisik) yang selama cadangan nutrisi (hara) masih tersedia di
dalam benih, hanya air yang diserap oleh akar-akar muda, kemudian bersamaan dengan
makin berkembangnya perakaran cadangan makanan ini menipis, untuk melengkapi
kebutuhannya mak akar-akar ini mulai pula menyerap nutrisi baik berupa ion-ion anorganik
seperti N, P, K dan lain-lain, senyawa organik sederhana, serta zat-zat pemacu tumbuh
seperti vitamin, hormon dan asam-asam organik (sifat fisik, kimia dan biologis tana).
Kebutuhan suplai hara dari tanah ini makin meningkat selaras dengan menipisnya
cadangandari benih, hingga 100% tergantung pada tanah(juga dari air hujan) pada saat
habisnya cadangan ini. Bahkan untuk tanaman yang ditanam berupa bibit/anakan,
ketergantungan ini mutlak sejak penanaman. Indikator kecukupan air dan nutrisi yang dapat
disediakan tanah dicerminkan oleh kualitas pertumbuhan trubus dan priduksi tanaman yang
tumbuh diatasnya. Sifat-sifat fisik, kimia dan biologis tanah memppengaruhi kualitas tanah
sebgai media tumbuh.
B. Tujuan
1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil
Color Chart.
2. Menetapkan tekstur dari beberapa jenis tanah
3. Menetapkan struktur dari beberapa jenis tanah.
4. Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam keadaaan basah, lembab, dan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat
gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya
waktu pertumbuhan(Bale, 2001)
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi,
yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama
jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor pembentuk
tanah, yaitu :
1. Iklim
2. Kehidupan
3. Bahan induk
4. Topografi
5. Waktu.
Dari kelima faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu
pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis
besar proses pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses pelapukan
dan proses perkembangan tanah (Hardjowigeno, 1992).
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk
pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman
tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan
kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan
hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai
warna yang tidak murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna
terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Tan, 1995)
Pengamatan warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yang bervariasi,
menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah yang berkaitan dengan
warna tanah kandungan bahan organic, kondisi drainase dan serasi. Warna tanah
digunakan dalam menentukan klasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon
tanah, atas dasar warnanya yang muncul sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses
pembentukan tanah. Warna tanah juga sangat dipengaruhi oleh kadar lengas di dalamnya.
Tanah yang kering, warnanya lebih muda dibandingkan dengan tanah yang basah, hal ini
karena bahan koloid yang kehilangan air.
Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya,
(2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah
yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih
pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah.
Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi
kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin
sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang.
Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan
warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan
kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi
(gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau (Madjid, 2009)
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan
tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka
dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan yang
merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggarapan tanah disebut
clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan
kegiatan dilapangan, sedang laboratorium elatif sukar terutama dalam
mempertahankan keasliannya dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).
Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, klas struktur
dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-
macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 type tanah yaitu : type lempeng ( platy ),
type tiang, type gumpal ( blocky ), type remah ( crumb ), type granulair, type butir tunggal
dan type pejal ( masif ). Dengan pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus,
sedang, kasar dan sangat kasar. Untuk semua type tanah dengan ukuran kelas berbeda-
beda untuk masing-masing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan
atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah
( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang
masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah. sedang/cukup yaitu
tanah berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat ( strong )
yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada
tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan (Koorevaar, 1987)
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti
pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat denganagregat
lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah sering
berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting darisifat tanah,
sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh
tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup
dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistemaerasi dan
gerakan air (Bale, 2001).
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun didalam tanah dari bahan
penyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya
lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari masing – masing
jenis tanah. Contoh proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan
contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah,
latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit
tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya
yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1. Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan.
2. Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur.
3. Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
4. Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
5. Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan
permukaan mengkilat.
6. Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung
dengan permukaan mengkilat.
7. Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
8. Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
9. Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat
dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
10. Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan.
11. Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah
dibuat gulungan.
12. Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah
dibuat gulungan (Hardjowigeno, 1992).
Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin
tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah,
dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi
oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di
daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe
terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang
tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam
senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O (limonit) yang
berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-
kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-
becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk,
sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat
menyebabkan warna lebih terang(Hardjowigeno, 1992)
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah
dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat
fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau
tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar
partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban
tanah. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan
adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan
bentuk yang disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk
tanah (Kohnke, , 1968)
Macam – macam Konsistensi Tanah
a. Konsistensi Basah
Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah
dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi
4 kategori berikut:
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1
cm.
(2) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(3) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm
dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
b. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai
berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah
mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas
tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh/Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya
gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan
diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
c. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak
melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
2. Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan
pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu
menghancurkan gumpalan tanah.
3. Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan
makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat
untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
4. Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan
dan sangat sulit untuk hancur.
5. Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul) (Sarief,
1986)
Penelitian mengenai sifat tanah bertujuan untuk meneliti sifat-sifat tanah di lapangan
dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat melakukan suatu
pengamatan melalui profil tanah, Dengan mengamati profil tanah, kita dapat menganalisa
tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, bahan organik, aktivitas fauna, perakaran yang
terdapat dalam tanah, dan sebagainya pada suatu wilayah.tentunya Pengamatan pada
profil tanah tidak dapat dilakukan secara individual. Dikarenakan dalam suatu pengamatan,
setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur dan struktur), dibutuhkan
sensitivitas/kejelian setiap orang dalam menginterpretasikan suatu sifat tanah (Pipit, 2011).
Pengamatan tanah dengan indera memiliki fungsi agar kita dapat mengetahui dan
merasakan struktur tanah, tekstur tanah maupun warna tanah. Dengan demikian, kita juga
dapat membedakan jenis-jenis tanah tersebut.Peranan untuk kegiatan sehari-hari dapat
diaplikasikan di bidang Pertanian, Sipil, Geologi, Geografi dan segala bidang yang
berhubungan dengan tanah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah contoh tanah jenis tertentu dan
air. Alat yang digunakan yaitu penggaris, botol semprot, buku munsell soil color chart,
lembar pengamatan dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Warna Tanah
a. Diambil sedikit tanah gumpal, lalu dilembabkan dengan air secukupnya (permukaannya
tidak mengkilap)
b. Diletakkan di bawah lubang kecil pada buku Munsell Soil Color Chart
c. Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah
tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
2. Tekstur Tanah
a. Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, kemudian dibahasi dengan air hingga
tanah dapat ditekan.
b. Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang sambil merasakan besar halusnya tanah.
Jika :
(a) Bentukan benang mudah dan membentuk pita panjang maka kemungkinan besar
teksturnya LIAT
(b) Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG BERLIAT
(c) Tidak terbentuk benang, kemungkinan LEMPUNG atau PASIR
(d) Jika terasa lembut dan licin berarti LEMPUNG BERDEBU
(e) Jika terasa kasar berarti LEMPUNG BERPASIR
3. Struktur Tanah
a. Sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekannya
dengan jari atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu
b. Pecahan tanah yang terbentuk secara alamimenjadi agregat mikro yang merupakan kelas
struktur tanah
4. Konsistensi
a. Contoh tanah dalam berbagai kandungan air (Konsistensi basah, konsistensi kering dan
konsistensi lembab) diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk.
b. Pengamatan dimulai dari konsistensi kering, lembab dan basah dengan cara menambah
air dengan botol semprot pada contoh tanahnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Warna dan Tekstur
Jenis TanahWarna Tanah
Tekstur TanahNotasi Warna Nama Warna
Inceptisol 7,5 yr Brown LempungBerpasir
Entisol 10 yr Dark BrownLempung
Berpasir
Ultisol 7,5 yr Strong Brown Liat Berdebu
Andisol 10 yr Dark YellowishBrown Pasir Berlempung
Vertisol 10 yr Very Dark Grey Liat Berdebu
Struktur
Jenis TanahStruktur Tanah
DerajatTipe Kelas
Inceptisol Renah Halus 2 = Cukupan
Entisol Gumpal Halus 1 = Lemah
Ultisol Tiang Sangat Halus 2 = Cukupan
Andisol Lempeng Sedang 2 = Cukupan
Vertisol Gumpal Halus 3 = Kuat
Konsistensi
Jenis TanahKonsistensi Basah Konsistensi
LembabKonsistensi Kering
Kelekatan Keliatan
InceptisolSs (Agak
Lekat)
Po (Tidak
Plastis)F(Gembur) h (Keras)
EntisolSs (Agak
Lekat)P(plastic)
Vf (Sangat
Gembur)S(lunak)
UltisolSs (Agak
Lekat)P (Plastis) T(teguh) h (Keras)
Andisol S (Lekat)P (Tidak
Plastis)
Vt (Sangat
Teguh)Sh (Sangat Keras)
VertisolSs (Agak
Lekat)
Po (Tidak
Plastis)
Vt (sangat
teguh)Eh (SangatKerasSekali)
B. Pembahasan
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna
tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang
dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan
spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas
permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga
warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas
permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah
(Poerwowidodo., 1991)
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna
tanah dipengaruhi tiga faktor berikut:
1. Jenis mineral dan jumlahnya.
2. Kandungan bahan organik tanah.
3. Kadar air tanah dan tingkat hidratasi
Pada pengamatan tanah dengan indra, warna tanah mencerminkan beberapa sifat
tanah, diantaranya yaitu kandungan bahan organic, drainase. Warna tanah sangat
dipengaruhi oleh kadar lengas didalamnya. Tanah yang kering warnanya lebih muda
dibandingkan dengan tanh yang basah, ini karena bahan koloid yang kehilangan
air. (Kohnke, 1968)
Warna tanah diatas ditetapkan menggunakan Munsell Soil Color Chart. Yaitu dimana
dalam penetapan warna harus di catat HUE, VALUE, dan CHROMA.
1. HUE : warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya,
2. VALUE : merupakan kartu warna ke arah vertikal yang menunjukkan warna tua-muda
atau hitam-putih, ditulis dibelakang nilai hue.
3. CHROMA : merupakan kartu warna yang disusun horizontal yang menunjukkan
intensitas cahaya. Ditulis dibelakang value yang dipisahkan dengan garis miring,
Warna tanah yang terdeteksi berbeda-beda karena mencerminkan sifat tanah,
sedangkan diketahui jenis tanahnya berbeda, sehingga warnanya pun pasti berbeda (Pipit,
2011)
Warna tanah akan berpengaruh pada keseimbangan panas dankelembaban tanah. Hal
ini secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhantanaman,
aktivitas organisme dan struktur tanah. Warna tanah digunakan jugadalam penaksiran :
1. Tingkat pelapukan atau proses pembentukan tanah, semakin merah berarti semakin lanjut
pelapukannya.
2. Kandungan bahan organik tanah.
3. Drainase tanah, warna merah atau kecoklatan, berdrainase baik ; sedang warna kelabu
menunjukan drainase yang buruk.
4. Horizon pencucian / pengendapan, warna putih mennunjukan horizon pencucian
sedangkan warna gelap menunjukan horizon pengendapan.
5. Jenis mineral, warna gelap dimungkinkan mengandung kuarsa, kapur ; merah
mengandung besi ; warna gelap mengandung boron atau mangan (Pipit, 2011)
Tekstur tanah adalah pembagian ukuran butir tanah. Butir-butir yang paling kecil adalah
butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri
dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan
liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-
butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang
air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi
bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit
melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah
berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak
dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah
jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara. (Munir, 1996).
Ada 3 macam tekstur tanah yang utama, yaitu
1. Pasir (sand)
Tanah dikatakan pasir bila kandungan pasirnya lebih dari 70%.
2. Lempung (loam)
Jika suatu fraksi tidak memenuhi fraksi liat ataupun fraksi pasir, maka itu adalah fraksi
lempung.
3. Liat (clay)
Apabila kandungan litanya lebih dari 35%.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit
tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya
yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit
tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya
yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1. Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan.
2. Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur.
3. Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
4. Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
5. Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan
permukaan mengkilat.
6. Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung
dengan permukaan mengkilat.
7. Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
8. Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
9. Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat
dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
10. Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan.
11. Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah
dibuat gulungan.
12. Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah
dibuat gulungan (Dede, 2012)
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini
terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat
seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Menurut bentuknya struktur dapat
dibedakan menjadi:
1. Bentuk Lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horizontal, ditemukan di horison E atau
pada lapisan padas liat
2. Prisma: Sumbu vertikal > sumbu horizontal bagian atasnya rata, di horison B tanah daerah
iklim kering
3. Tiang: Sumbu vertikal > sumbu horisontal, bagian atasnya membulat, di horison B tanah
daerah iklim kering
4. Gumpal bersedut: Seperti kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal = sumbu
horisontal, di horison B tanah daerah iklim basah
5. Gumpal membulat: Seperti kubus dengan sudut-sudut membulat. Simbu vertikal = sumbu
horisontal, di horison B tanah daerah iklim basah
6. Granuler: Bulat-porous, di horison A
7. Remah: Bulat sangat porous, di horison A(Hardjowigeno, 1992)
Konsistensi tanah adalah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandingan air yang
menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang berada didalam
tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai konsistensi
yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan ilmiahataupun
sangat terganggu, terbentuk agregat atau tanpa struktur maupun dalam keadaanlembab
atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu samalain,
struktur tanah menyangkut bentuk ukuran dan pendefinisian agregat alamiah
yangmerupakan hasil dari keragaman gaya tarikan di dalam massa tanah.
Sebaliknyakonsistensi meliputi corak dan kekuatan dari gaya-gaya tersebut (Hakim, 1986).
Daya kohesi dan adhesi pada berbagai tingkat kelengasan tanah terhadap tekanandari
luar disebut konsistensi tanah. Hal ini diketahui karena mempunyai hubungan eratdengan
sistem penggolongan tanah, efisiensi penggunaan air dan sifat perembesan air kedalam
tanah dan sifat fisik lainnya (Foth, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah :
1. Kadar air tanah
2. Bahan – bahan penyemen agregattanah
3. Bahan dan ukuran agregat tanah
4. Tingkat agregasi
5. Faktor-faktor penentu struktur tanah(tekstur, macam lempung, dan kadar bahan organik)
(Notohadiprawiro, 2000)
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya tahan atau daya adhesi butir
tanahdengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan terhadap gaya akan merubah
bentuk atau gaya-gaya tersebut, misalnya pencangkokan, pembajakan dan
sebagainya.Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah oleh karena itu dapat ditemukan dalam keadaan
lembab, basahatau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
keadaan tanahtersebut. Besarnya adhesi ditentukan oleh tegangan permukaan pada tiap
satuan bidangsinggung dan luar bidang singgung. Akibatnya kekuatan adhesi menurun
tajam pada keadaan jenuh air, kekuatan adhesi hilang dan tanah berubah menjadi Lumpur
(Notohadiprawiro, 2000)
Pengamatan warna tanah menggunakan buku Munsell Soil Color Chart diketahui warna
tanah vertisol berada pada notasi warna 5 YR 3/1 yang berarti mempunyai warna Very Dark
Grayish Gray, sementara teksturnya adalah liatberdebu. Tanah andisol berada pada notasi
warna 10 YR 4/6 yang mempunyai warna Dark Yellowis Brown dan bertekstur
pasir berlempung. Tanah inseptisol berada pada notasi warna 7,5 YR 5/4 yang mempunyai
warna Brown dan bertekstur lempung berpasir. Tanah entisol berada pada nptasi warna
10R 3/3dan mempunyai warna Dark Brown dan bertekstur lempung berpasir. Tanah ultisol
berada pada notasi warna 7,5 YR 4/6 mempunyai warna Strong Brownbertekstur
liat berdebu.
Praktikum pengamatan struktur tanah, didapatkan tanah vertisol yang mempunyai tipe
gumpal, klas halus (F) serta derajat kuat :3. Tanah andisol mempunyai
tipe lempeng dengan klas sedang dan derajat yang lemah :1. Tanah inseptisol mempunyai
tipe remah, klasnya halus (F), serta derajatnyacukupan :2. Tanah entisol mempunyai
tipe gumpal dengan klas halus dan derajatnya lemah :1. Tanah ultisol mempunyai
tipe tiang dengan klas sangat halua dan derajatnya cukupan :2.
Praktikum pengamatan konsistensi lembab dan kering tanah, didapatkan
konsistensi Vertisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada keadaan lembab
yaitu berturut-turut F(Gembur), Vf (Sangat Gembur), T(teguh), Vt (Sangat Teguh) dan Vt
(sangat teguh). Sedangkan konsistensi Vertisol,Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada
keadaan kering yakni h (Keras), S(lunak), h (Keras), Sh (Sangat
Keras)dan Eh (Sangat Keras Sekali)
Tanah Inseptisol memiliki tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, tergantung
pada tingkat pelapukan bahan induknya. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya
beragam dari dangkal hingga dalam, penyebaran liat ke dalam tanah tidak dapat diukur.
Kisaran kadar C-Organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dapat terbentuk hampir di
semua tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Munir, 1996)
Tanah Entisol mempunyai ciri solumnya berkisar dari dangkal sampai dalam, berwarna
kelabu hingga kuning, mempunyai horison (A)-C tetapi batasannya sangat tegas, bertekstur
pasir hingga debu ( > 60% ), berstruktur butir tunggal, dan konsistensi gembur serta lepas
(Munir, 1996)
Sifat fisik Ultisol menurut Mohr dan Van Baren (1972) dalam Munir (1996) dapat dirinci :
solum, kedalamannya sedang (moderat 1 sampai 2 meter), warna merah sampai kuning,
chromameningkat dengan bertambahnya kedalaman, tekstur halus pada horison Bt (karena
kandungan liat maksimal pada horison ini), struktur pada horison Bt
berbentuk Blocky, konsistensi teguh, cutanliat terjadi pathite banyak ditemukan konkresi
Tanah Andisol dicirikan sebagai tanah mineral yang mempunyai sifat andik dengan
kriteria diantaranya adalah mempunyai berat isi tanah kurang dari 0.9 g/cc sampai
kedalaman lebih dari 35 cm dan didominasi bahan amorf dan atau mengandung abu
vulkan, abu apung, lapili dan sebangsanya lebih dari 60% sampai kedalaman 35cm atau
lebih atau mempunyai pH NaF 1N lebih dari 9.4 (Munir, 1996)
Andisol di Indonesia terletak pada daerah yang mempunyai ketinggian 0 (pantai) hingga
3500 meter (puncak gunung) di atas permukaan laut, dengan bentuk wilayah datar sampai
bergunung serta di bawah kondisi iklim tropika basah dan pada landscape vulkanik muda
(Djaenudin & Sujadi, 1988). Bahan induk andisol adalah berupa abu vulkanik yang dapat
tersusun atas andesito-desitik, andesit , basalto andesitik dan basaltik (Tan, 1995)
Pengamatan tanah dengan indera memiliki banyak tujuan dan kegunaan di berbagai
bidanng salah satunya yaitu di bidang pertanian . pengamatan indra ini penting untuk
memudahkan petani dalam nenentukan baik tidaknya lahan untuk ditanami tanaman serta
tanaman apa yang baik untuk ditanam di lahan tersebut melalui pengamatan warna tanah,
tekstur tanahnya, struktur tanahnya, serta konsistensi tanahnya.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pengamatan jenis suatu tanah dapat ditentukan dari 4 cara yaitu Warna tanah, Tekstur
Tanah, Struktur Tanah dan Konsistensi.
2. Pengamatan warna tanah dan tekstur tanah diketahui warna tanah vertisol berada pada
notasi warna 5 YR 3/1 yang berarti mempunyai warna Very Dark Grayish Gray, sementara
teksturnya adalah liat berdebu. Tanah andisol berada pada notasi warna 10 YR 4/6 yang
mempunyai warna Dark YellowisBrown dan bertekstur pasir berlempung. Tanah inseptisol
berada pada notasi warna 7,5 YR 5/4 yang mempunyai warna Brown dan bertekstur
lempung berpasir. Tanah entisol berada pada nptasi warna 10R 3/3 dan mempunyai
warna Dark Brown dan bertekstur lempung berpasir. Tanah ultisol berada pada notasi
warna 7,5 YR 4/6 mempunyai warna Strong Brown bertekstur liatberdebu.
3. Praktikum pengamatan struktur tanah, didapatkan tanah vertisol yang mempunyai tipe
gumpal, klas halus (F) serta derajat kuat :3. Tanah andisol mempunyai
tipe lempeng dengan klas sedang dan derajat yang lemah :1. Tanah inseptisol mempunyai
tipe remah, klasnya halus (F), serta derajatnyacukupan :2. Tanah entisol mempunyai
tipe gumpal dengan klas halus dan derajatnya lemah :1. Tanah ultisol mempunyai
tipe tiang dengan klas sangat halus dan derajatnya cukupan :2.
4. Praktikum pengamatan konsistensi lembab dan kering tanah, didapatkan
konsistensi Vertisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada keadaan lembab
yaitu berturut-turut F(Gembur), Vf (Sangat Gembur), T(teguh), Vt (Sangat Teguh) dan Vt
(sangat teguh). Sedangkan konsistensi Vertisol,Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada
keadaan kering yakni h (Keras), S(lunak), h (Keras), Sh (Sangat
Keras)dan Eh (Sangat Keras Sekali)
DAFTAR PUSTAKA
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Dede, 2012. Pengamatan Tanah Dengan
Indra. http://de-dehouse.blogspot.com/2012/04/laporan-pengamatan-tanah-dengan-
indra.html, diakses tanggal 12 April 2013
Foth, H.D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Kartasapoetra. 2002. PengantarIlmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd.: Bombay.
Koorevaar, D.,G. Menelik and C. Dirksen. 1987. Element of Soil Physics. Development inSoil
Science 13 (Anasir Fisika Tanah – Perkembangan di Dalam Ilmu Tanah 13. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Madjid, Abdul. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian:
Yogyakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia.. PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Pipit. 2012. Ilmu Tanah (Struktur, tekstur dan warna
tanah),http://pipitchan2905.blogspot.com/2011/11/laporan-praktikum-ilmu-tanah-
struktur.html, diakses tanggal 12 April 2013
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi.
Fahutan: Institut Pertanian Bogor
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. PustakaBuana : Bandung.
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian The dan Kina : Bandung.
Laporan DDIT Sidik Cepat Penetapan Tekstur, Struktur dan Konsistensi Tanah di Laboratorium
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TEKSTUR
1. Latar Belakang
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (sand ), debu (silt), dan lempung
(clay). Penentuan kelas tekstur dilapangan digunakan dengan rasa peraba yang dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kategori kasar ,licin, dan lekat. Kekasaran,kelicinan ,dan kelekatan tanah selanjutnya
digunakan untuk menetukan kualitas proporsi pasir, debu dan lempung.
Prinsip dalam penetapan proporsi kualitas fraksi penyusun tanah dengan metode rasa mengikuti
beberapa definisi sebagai berikut :
A. Pasir, adalah bahan yang terasa kasar apabila kita remas dengan jari . butir butir pasir juga dapat terlihat
langsung oleh mata.
B. Debu, adalah material yang tidak terasa kasar ataupun lekat, melainkan terasa licin seperti sabun bila
dibasahi dan diremas dengan jari .
C. Lempung, biasanya membentuk bongkahan tanah keras apabila kering , dan terasa lekat apabila salam
keadaan basah ,dalam keadaan lembab ,lempung dapat dibuat pita dengan memilin diantara ibu jari dan
jari telunjuk .
D. Geluh, adalah campuran ketiga fraksi tersebut ( pasir, debu, lempung ).
Tanah bertekstur halus (dominant liat) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding dengan
tanah bertekstur kasar (dominan pasir). Sehingga tanah – tanah yang bertekstur halus memiliki kapasitas
adsorpsi unsur – unsur hara yang lebih besar. Dan umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah
bertekstur kasar. Karna banyak mengandung unsure hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh
tanaman. Tanah bertekstur kasar lebih porus dan laju infiltrasinya lebih cepat. Walaupun demikian
tanah bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air lebih besar dari pada tanah pasir karna
memiliki permukaan yang lebih luas. Tanah – tanah berliat memiliki persentase porus yang lebih banyak
yang berfungsi dalam retensi air (water retension). Tanah – tanah bertekstur kasar memiliki makro
porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam pergerakan udara dan air.
2. Tujuan Praktikum
1. Menentukan kelas tekstur dengan metode rasa perabaan di laboratorium
2. Melatih mahasiswa menguasai sidik cepat penetapan tekstur sebelum melakukan deskripsi profil di
lapangan
1.2. STRUKTUR TANAH
1. Latar Belakang
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-
partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun
satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama
pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara
agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah
pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk
kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Sruktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari butiran-butiran atanah. Gumpalan ini
terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti : bahan organic,
oksida besi dll. Didaerah curah hujan yang tinggi umumnya ditemukan struktur tanah remah atau
gramuler dipermukaan dan gumpal dihorison bawah.
2. Tujuan praktikum
Menentukan bentuk, ukuran dan kekuatan struktur tanah secara cepat
Melatih mahasiswa dalam penetapan struktur berbagai macam tanah sebelum terjun ke lapangan
1.3. KONSISTENSI TANAH
1. Latar Belakang
Konsistensi tanah merupakan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah atau daya
adhesi butir – butir tanah dengan benda ain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah
dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi
tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah,
lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada
kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas
lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah kering udara.
Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah
diolah) sampai teguh ( agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan
kedalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basa dibedakan plastisitasnya
yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentuka dengan meremas
segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan
berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar
hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras
(kering).
2. Tujuan Praktikum
Menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan basah, lembab dan kering
Melatih mahasiswa alam penetapan konsistensi tanah sebelum terjun kelapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai
dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi lebih keras dan
menyangga kapasitas drainase, menyimpan air, plastisitas, mudah untuk ditembus akar, aerase dan
kemampuan untuk menahan retensi unsur-unsur haratanaman. Semuanya erat hubungannya
dengan kondisi fisik tanah. Salah satu sifatfisik tanah yang terpenting adalah tekstur
tanah.Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewatekstur
merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikeldengan
ukuran lebih kecil dari kerikil. Tekstur tanah sering berhubungan dengan permeabilitas,
daya tahan memegang air, aerase dan kapasitas tukar kation serta kesuburan tanah.
Walaupun faktor-faktor lainnya dapat mengubah hubungan tersebut.Dalam klasifikasi tanah (taksonomi
tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanahditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size
distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan
memperhatikan pula fraksi tanahyang lebih besar / kasar dari pasar (Anonim, 2009)
Struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang sangat mempengaruhi sifat tanah yang
lain serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media pertanaman. Struktur
digunakan untuk mendeskripsikan agregasi secara umum atau susunan bagian padat tanah. Suatu
penampang tanah dapat didomonasi oleh suatu corak tanah tertentu. Kadang-kadang berbagai corak
agregasi akan dijumpai ketika meneliti horizon demi horizon suatu profil tanah. Bentuk-bentuk struktur
dalam keadaan tidak terganggu terjadi dari dua keadaad=n non structural, yaitu: zarah lepas dan masiv.
Pasir merupakan contoh pertama bahan organic mengikat zarah lepas menjadi keolompok-kelompok
atau agregat-agregat(Anonym, 2011)
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan
daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya
pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah yang
mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:
1. basah
2. lembab
3. kering
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas
lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar
air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada
kondisi kadar air tanah kering udara.
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat kelekatan.
Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis
(kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan tingkat
keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat
teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah diolah, sedangkan
konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi
kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat
keras, dan ekstrim keras (Yurike, 2011)
BAB III
METODOLOGI
A. Bahan dan Alat
a) Tekstur
Bahan yang digunakan berupa contoh tanah kering angin < 2mm , botol semprot dan akuades.
Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari cangkul ,pisau sekop, dan meteran
b) Stuktur tanah
Bahan yang digunakan berupa contoh bongkahan tanah dari berbagai lapisan dan jenis
tanah ,sedangkan alat yang digunakan terdiri dari cangkul ,pisau,sekop dan meteran.
c) Konsistensi tanah
Bahan yang digunakan berupa contoh bongkahan tanah dari berbagai lapisan dan aquades,sedangkan
alat yang digunakan terdiri dari cangkul ,pisau,sekop dan meteran.
B. Cara Kerja
a) Tekstur
Penetapan kelas tekstur denagn metode rasa perabaan mengikuti bagian alir yang dikemukakan oleh
Notohadiprawiro(1985) pada gambar 1.1
b) Struktur Tanah
Penetapan struktur dengan metode langsung melihat di lapangan
c) Konsistensi Tanah
Tanah basah
Kelekatan (stickiness) ditentukan dengan menekan gumpalan kecil tanah diantara ibu jari dan jari
telunjuk . Nilai kelekatan dibagi menjadi:
tidak lekat . setelah ditekan tidak ada tanah yang menempel pada ibu jari/ jari telunjuk
agak lekat. Setelah ditekan tanah menempel pada kedua jari tetapi akan lepas dan tidak meninggalkan
bekas pada salah satu jari tersebut.
Lekat . setelah ditekan tanah menempel di kedua jari . saat jari lepas tanah cenderung streched dan tetap
menempel pada kedua jari.
Sangat lekat . setelah ditekan tanah menempel erat di kedua jari , streched dan tidak lepas dari kedua jari
Keliatan = plastisitas (plasticy) ,ditentukan dengan membuat tanah stik diantara ibu jari dan jari telunjuk .
nilai plastisitas tanah dibagi menjadi:
tidak plastis . gelintir tanah tidak dapat dibentuk .
agak plastis gelintir tanah dapat dibentuk tetapi tmudah berubah bentuk.
plastis . gelintir tanah dapat dibentuk untuk mengubah bentuknya dibutuhkan tekanan sedang .
sangat plastis gelintir tanah dapat dibentuk dengan baik dan sangat tahan terhadap tekanan.
Tanah Lembab
Untuk penentuan konsistensi dipilih tanah yang lembab lalu diremas remas dengan tangan . nilai
konsistensi ditentukan sebagai berikut :
Lepas (loose).tanah tidak dapat berbentuk gumpalan
Sangat gembur (very friable)tanah sangat mudah hancur oleh sedikit tekanan ,tetapi dapat disatukan
lagibila kita kepal.
Gembur (friable) tanah mudah hancur dengan tekanan lemah sampai sedang diantara ibu jari dengan
telunjuk dan dapat disatukan lagi bila dikepal
Teguh (firm).tanah dapat dihancurkan dengan tekanan sedang pada ibu jari dan jari telunjuk
Sangat teguh (very firm) .tanah hanya hancur dengan tekanan kuat .
Luar biasa teguh (extremely firm). Tanah tidak dapat dihancurkan diantara ibu ibu jari dan jari
telunjuk ,dan hanya dapat dipecahkan sedikit demi sedikit.
Tanah Kering
Untuk mengevaluasi konsistensi tanah kering dipilih tanah kering angin dan dihancurkan dengan
tangan .nilai konsistensi ini adalah :
Lepas (loose) tanah tidak saling menempel
Lunak (soft). Masa tanah sangat mudah dihancurkan dan mudah hancur menjadi tepung atau butir butir
tunggal
Agak keras . tanah mudah dipecahkan demgan menekan ibu jari dan jari telunjuk.
Keras . tanah mempunyai resistensi sedang dan sulit dipecahkan diantara ibu jari dan jari telunjuk.
Sangat keras .tanah sangat resisten terhadap tekanan,dapat dipecahkan dengan tangan tapi tidak pecah
dengan ibu jari dan telunjuk
Luar biasa keras . tanah luar biasa ini resisten terhadap tekanan dan tidak dapat dipecahkan dengan
tangan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil Pengamatan
Kedalaman (cm) Tekstur Struktur Konsistensi
3cm Pasir berdebu Granular 1 lunak
16cm Liat berdebu Crumb(remah) 2 agak keras
34cm Liat berdebu Crumb(remah) 2 agak keras
88cm Liat berdebu Tidak berstruktur 2 agak keras
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat disetiap lapisan memiliki karakteristik tersendiri.
Horison O memiliki kedalaman 3 cm dengan tekstur pasir berdebu dengan struktur granular dan
konsistensi Lunak.
Horison A dengan kedalaman 16 cm memilki tekstur liat berdebu, struktur Crumb dan konsistensi agak
keras.
Horison B dengan kedalaman 34 cm memilki tekstur liat berdebu, struktur Crumb dan konsistensi agak
keras.
Horison C dengan kedalaman 88 cm memilki tekstur liat berdebu, struktur Crumb dan konsistensi agak
keras.
Dari keempat karakteristik tanah diatas terlihat bahwa horizon O memiliki unsure hara lebih banyak
dibandingkan dengan horizon yang lain karena dari tekstur pasir berdebu menyimpan unsure hara lebih
banyak dari pada liat berdebu karena liat susah untuk mengikat unsure hara.
Dilihat dari horizon A, B dan C mhampir memiliki karakteristik yang sama yaitu memiliki tekstur, struktur
dan konsistensi yang sama.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Horison O memiliki unsure hara yang lebih banyak dibandingkan dengan Horison yang lain.
2. Tekstur dan Struktur tanah pada horizon A, B dan C hampir memiliki kesamaan.
3. Beberapa jenis tekstur tanah yaitu : Pasir, Debu, Lempung dan geluh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. http://lingkungangeografi.blogspot.com/2009/02/tekstur-dan-struktur-
tanah.html diakses tanggal 8 Oktober 2012
Anonym, 2011. http://nabilussalam.wordpress.com/2011/09/30/struktur-tanah/ Diakses pada tanggal 8
oktober 2012.
Yurike, 2011. http://blog.ub.ac.id/yurike/2011/05/01/konsistensi-tanah/. Di akses pada tanggal 8
Oktober 2012.
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR ILMU TANAH
Acara 1
Sidik Cepat Penetapan Tekstur, Struktur dan Konsistensi Tanah di Laboratorium
Oleh:
RAHMADANI
E1J011010
LABORATORIUM ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
KONSISTENSI TANAHKONSISTENSI TANAH
A. Latar Belakang
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan
tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya
gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antar partikel dan air)
dengan berbagai kelembaban tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan
kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah di atas kapasitas lapang (field capacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering
merupakan penetan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak
melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya mempertahankan
bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis). Dalam keadan lembab, tanah dibedakan kedalam
konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan
kering , tanah dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui definsi kosistensi tanah
b. Untuk mengetahui macam-macam konsistensi tanah
c. Untuk mengetahui metode pengukuran konsistensi tanah
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsistensi
e. Untuk mengetahui faktor yang dipengaruhi konsistensi
Macam-macam Konsistensi Tanah
a. Konsistensi Basah
1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir
tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain
(2) Agak lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain
(4) Sangat lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain
2 Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi
4 kategori berikut:
(1) Tidak plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah
(2) Agak plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1
cm
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut
(4) Sangat plastis (Nilai 3): yaitu icirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan
diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut
b. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai
berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah
mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir)
(2) Sangat gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah
(4) Teguh/Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan dperlukan tenaga agak kuat saat meremas
tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah
(5) Sangat teguh/kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali
saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tersebut
(6) Sangat teguh sekali (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah
meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu
agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut
c. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak
melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur tanah)
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja atau mudah hancur
(3) Agak keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan
pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu
menghancurkan gumpalan tanah
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin
sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya ekanan yang lebih kuat untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah
(5) Sangat keras (Nili 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk
dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan
dan sangat sulit untuk hancur
(6) Sangat keras sekali (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan di pelukannya tekanan yang sangat
besar sekali agar dapat menghancurkn gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa
hancur dengan menggunaka alat bantu (pemukul)
Metode Pengukuran Konsistensi
Metode pengukuran konsistensi tanah ada 2 yaitu:
a. Secara kualitatif
Metode pengukuran kuonsistensi tanah secara kualitatif yaitu penentuan ketahanan massa
tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah
b. Secara kuantitatif
Metode pengukuran konsistensi tanah secara kuantitatif sering diistilahkan dengan angka
Atterberg.
LAPORAN PRAKTIKUMDASAR – DASAR ILMU TANAH
Acara 1Sidik cepat penetapan tekstur,struktur,dan konsistensi
tanah di laboratoriumAcara 2
Pengamatan morfologi profil,pengambilan contoh dan pembuatan preparat tanah
Disusun oleh :Nama : HENGKI HARIADI
NPM : E1D011056
LABORATORIUM ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU2012
BAB 1I.PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANGAcara 1
Sidik cepat penetapan tekstur,struktur,dan konsistensi tanah di laboratorium
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir,debu dan lempung. Pengelompokkan kelas tekstur dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan,tergantung pada tujuannya. Struktur tanah adalah gumpalan dari partikel-partikel primer tanah yang terpisahkan dari gumpalan tanah yang lain oleh bidang-bidang lemah tanah.Dalam deskrifsi tanah,struktur tanah dinyatakan menurut bentuk,ukuran,dan kekuatannya. Konsistensi tanah adalah ketahanan tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya untuk mengubah bentuk atau untuk memecah bongkahan.konsistensi tanah dapat diterapkan dalam keadaan basah,lembab dan kering.
Acara 2Pengamatan morfologi profil,pengambilan contoh dan pembuatan preparat
tanahProfil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan
berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ).Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu. I.2 TUJUAN PRAKTIKUMAdapun tujuan dari kedua acara praktikum ini adalah : Acara 11.Menentukan kelas teksturdengan metode rasa perabaan dilaboratorium.2.Menentukan bentuk,ukuran dan kekuatan struktur tanah secara cepat.3.Menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan basah,kering dan lebab.4.Melatih mahasiswa dalam penetapan tekstur,struktur dan konsistensi tanah sebelum terjun ke lapangan.
Acara 2 1.Untuk mempelajari sifat-sifat dari beberapa jenis tanah pada setiap lapisan atau horison.
2.Mengambil contoh tanah di lapangan untuk dianalisis di laboratoirum.
3.Menyiapkan contoh tanah sebelum dianalisis.
BAB IIII.1 TINJAUAN PUSTAKA
Penetapan kelas tekstur akan mengikuti bagian air,yaitu suatu metode yang dikembangkan oleh Notohadiprawiro(1985).Ada beberapa macam definisi tanah, menurut Joffe dan Marbut ( ahli ilmu tanah dari USA ), tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam atau natural forces terhadap bahan-bahan alam (natural material ) dipermukaan bumi.Tanah tersusun atas : bahan mineral, udara dan air tanah. Susunan utama tanah berdasarkan volume dari jenis tanah dengan tekstur berlempung, berdebu dengan catatan tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu udara 25 %, air 25 %, mineral 45 % dan bahan organik 5%.Horison adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukkan tanah. Horison-horison yang menyusun profil tanah dari atas ke bawah adalah :a.Horison OHorison ini diketemukan pada tanah di dalam hutan yang belum terganggu dan merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral. Horison ini terdiri dari horison O1 yang mana bentuk asli sisa-sisa tanaman masih dapat dibedakan dengan jelas dan O2 dimana sisa-sisa tanaman tidak dapat dibedakan dengan jelas.b.Horison AHorison ini merupakan horison yang berada di permukaan tanah yang terdiri atas campuran antara bahan organik dan bahan mineral dan merupakan horison pencucian atau eliviasi dari bahan-bahan seperti liat, asam-asam organik serta kation-kation terutama Ca, K, Na dan Mg.c.Horison CHorison ini merupakan lapisan bahan induk tanah yang telah mengalami pelapukan.Proses pelapukkan yang terjadi pada horison ini baru pada tahap pelapukan fisik dan belum mengalami perubahan secara kimiawi. Pengaruh mahluk hidup belum mencapai horison ini.d.Horison D atau RHorison merupakan sumber bahan penyusun tanah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk.
Tanah yang berkembang dengan berbagai proses tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Perbedaan itu meliputi : perbedaan sifat profil tanah seperti dan susunan horison, kedalaman solum tanah, kandungan bahan-bahan organik dan liat, Kandungan air dan sebagainya.Batas suatu horison dengan horison lain dalam suatu profil tanah dapat dilihat dengan jelas atau baur. Disamping itu bentuk topografi dan batas horison dapat rata, berombak. Tidak teratur dan terputus. Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, penyebab perbedaan warna pada umumnya karena perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah akan semakin gelap, warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna baku dalam buku “Munsell Soil Color Chart” dalam warna baku disusun oleh 3 variabel yaitu Hue, Value dan Chroma.Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.Berdasarkan perbandingan butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur yaitu: Kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung Agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. Sedang: lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung bedebu dan debu Agak halus: lempung liat, lempung liat berpasir, dan lempung liat berdebu. Halus: liat berpasir, liat berdebu dan liat.Untuk mengukur baisanya digunakan segitiga tekstur tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir tanah. Gumpalan struktur terjadi karena butir-butir pasir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksidasi dan lain-lain. Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau daya adhesi butir tanah dengan benda lain.Bulk density, menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori tanah. Pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah ( terisi oleh udara dan air ). Terbagi atas pori makro dan mikro. Cole merupakan sifat mengembang ( bila basah ) dan mengerut ( bila kering ). Nilai-Nematoda merupakan nilai untuk menunjukkan tingkat kematangan tanah. Sifat – sifat lain dari tanah yaitu keadaan batuan pada ( pan ), kedalaman efektif dan lereng.
BAB III
METODELOGI
III.1 Bahan dan alatAdapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :parang, cangkul, meteran, pisau lapang, buku standar warna, daftar isian alat tulis, aquades, kantong plastik, ring sampel, lem, lebel, kertas koran, tampir atau nyiru, lumpang dan ayakan 2 dan 0,5 mm.
III.2 Metode dan cara kerjaMetode yang digunakan adalah terjun langsung ke lapang.Adapun cara kerja adalah:
1.Dipilih tempat yang sesuai untuk pembuatan profil,dibersihkan dari vegetasi yang menutupi permukaan.2.Dibuat lubang profil. Penampang pengamatan sebaiknya sebelah atas lereng sinar matahari.3.Pengamatan jangan dilakukan pada waktu hujan, disemprotkan bagian kering dengan aquades dan terkena Menentukan batas lapisan (horison ) dengan menusuk profil pada sisi pengamatan dengan pisau lapang dambil meremas gumpalan tanah ditangan kiri atau dengan cara memukul-mukul untuk mengetahui perbedaan bunyinya.4.Diperhatikan perbedaan warna, tekstur dan kepadatan lapisan kemudian diukur kedalaman masing-masing horison dari atas ke bawah.5.Digunakan kriteria penilaian kemudian diisi tabel isian di buku penuntun praktikum.6.Untuk pengambilan contoh tanah dilakukan dengan pisau lapang sebanyak 2 kg pada masing-masing horison dan dimasukkan ke dalam kantong plastik,diberi label dan keterangan lalu ikat dengan karet.7.Untuk pengambilan contoh tanah utuh dilakukan dengan bantuan ring sampel..Dimasukkan ring sampel pelan-pelan, ditekan dengan menggunakan papan datar lalu dikeluarkan. Masukkan ke dalam plastic dan diberi label.9.Untuk persiapan preparat, kita keringkan udara tanah terganggu diatas tanpir yang telah dialasi dengan koran. Bongkah tanah yang besar dikecilkan, sisa tumbuhan, akar dan batuan dipisahkan lalu tata dengan baik.10.Dikering dan di anginkan selama2-3hari.11.Setelah kering tanah ditumbuk dan diayak dengan ayakan. Tanah ini disimpan dalam kantong plastik yang telah diberi label, sisanya dalam kantong plastik dengan kode yang sama. Tanah ini digunakan untuk analisis berat jenis, kadar air, kering angin, tekstur dan DHL.12.Diambil contoh tanah secukupnya lalu diayak dengan ayakan. Disimpan dalam kantong plastik dan diberi label.Tanah ini digunakan untuk analisis bahan organik13.Disimpan tanah dalam ring sampel analisis bahan organik.Pengukuran tanah ini digunakan untuk konduktivitas hidrolika, tanah jenuh, berat volum dan kadarlengas.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil PengamatanAdapun hasil praktikum yang saya dapat adalah:• Lokasi Pengamatan : Samping TIP• Profil nomor : 1• Bahan induk : Tupa Masam• Tumbuhan : Hutan sekunder• Posisi tanah : Ideslope• Kelembaban : Lembab .• Kelerengan : 0 %• Drainase : Bururk• Tingkat erosi : Besar•Pemerian oleh : Senin, pukul 10 : 00IV.2 PembahasanPada pembahasan ini, dapat diuraikan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dilokasi antara samping TIP bahwa horison O jeluknya 1 cm,warnanya very dark gray dan perakarannya 60%,horison A jeluknya 25 cm,berwarna weok red,perakarannya 50%,horison E jeluknya 45 cm,berwarna red ,perakaran 30 % dab pada horison B jeluknya 50 cm,berwarna red dan perakarannya 0%. Pada pemberian profil tanah yang dilakukan pada sabtu kemarin yang tidak memiliki perakaran yaitu pada horison B dan jeluk yang paling rendah pada horison O.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 kesimpulanKesimpulan dari pembahasan diatas adalah profil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan horison-horison. Horison yang menyusun solum tanah adalah horison A ( A1, A2, A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2, B3 ) serta ditambah dengan horison C dan horison Reaksi yang kedua horison ini tidak kami ketemukan dalam praktikum dan tanah terdiri dari hasil pelapukkan batuan yang bercampur dengan bahan organik.Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan mengakibatkan perbedaansifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase tanah,Bulk density cole serta keadaan perakaran dan lingkungan.V.2 SaranSeharusnya mahasiswa ditunjuk satu persatu untuk melihat keadaan tanah dan membedakan antara horison tanah,agar mahasiswa lebih mengetahui horison – horison yang ada didalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA1. Abdula. 2006.Ilmu Tanah.Swadaya;Jakarta.
2. Hakim, Nurhayati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
3. Harejowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Cv. Akademika Pressindo. Jakarta.
4. Ilmu Tanah.Lab. Ilmu Tanah. Fakultas pertanian . Universitas Bengkulu. Bengkulu.
5. Soeparti, Goeswono. 1983. Sifat Dan Ciri Tanah. IPB. Bogor.
6. Tim pengasuh Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. 2002. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar.
catatankuSUNDAY, JUNE 17, 2012
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangAntara manusia dengan tanah terdapat saling ketergantungan satu sama
lain, kita tergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-tanah yang baik dan subur
tergantung dari cara manusia menggunakan tanah tersebut. Dengan bertambah
majunya peradaban manusia dan sejalan dengan perkembangan pertanian yang
juga disertai perkembangan penduduk yang sangat pesat maka memaksa manusia
mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk pertanian
sebagai mata pencaharian misalnya adalah makin banyaknya tanah kritis yang
dulunya subur. Semuanya ini adalah tanah tanpa memperhatikan pedoman
pengolahan tanah maupun karena kesewenang-wenangan manusia terhadap tanah.
Kerusakan tanah yang terjadi diseluruh Indonesia terjadi seringkali karena
ulah manusia itu sendiri. Misalnya penebangan hutan yang menyebabkan terjadinya
erosi sehingga terjadi pengurangan unsure hara dalam tanah, karena telah terjadi
pelindian oleh air hujan yang tidak tertahan oleh tanaman, akibat vegetasi yang ada
telah habis dibabat. Sehingga kesuburan tanah hilang.
Dengan banyaknya permasalahan yang muncul, maka orang mulai
mengadakan suatu perbaikan kesuburan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan
mempelajari dan mengadakan penelitian tentang tanah secara lebih dekat sehingga
kita dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan tanah dan
kesuburan tanah yang meliputi faktor fisika, kimia dan biologi. Hubungan antara
faktor - faktor tersebut harus diperhatikan serta memperhatikan kaidah penggunaan
dan pengolahan tanah sehingga kelestarian tanah dapat terjaga.
1
Oleh karena itu, para mahasiswa fakultas pertanian mengikuti praktikum Ilmu Tanah untuk menambah pengetahuan tentang tanah dalam ilmu pedologi maupun edapologi. Dengan mempelajari tanah kita dapat menentukan jenis tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman serta dapat menanggulangi kerusakan tanah sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
B. Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum Ilmu Tanah pada semester ini adalah untuk :
1. Mengenal dan mengetahui morfologi dari suatu lahan.
2. Mengenal dan mengetahui profil tanah.
3. Menganalisa sifat fisika dan kimia tanah.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu pada tanggal 12-
13November 2011 . Pada hari Sabtu praktikum pertama dilaksanakan di
Jumantonopada pukul 15.00 – 17.00 WIB. Praktikum kedua dilaksakan di dua
tempat pada hari Minggu, pertama di Jatikuwung pada pukul 07.00 – 09.00 WIB,
kedua dilaksanakan di kampus FP UNS pada pukul 10.00 – 11.00 WIB.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencandraan Bentang Lahan
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun
dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan, yang mampu
menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat pengaruh iklim dan jasad
hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan induk dalam keadaan wilayah
tertentu selama jangka waktu tertentu (Anonim, 2007).
Tanah merupakan suatu tubuh alam yang mempunyai arti kedalaman dan
daerah permukaan sebagai hasil dari gaya desdruktif dan sintetik seperti pelapukan
dan perapuhan mikribia sisa organik, serta pembentukan mineral baru. Ada lima
faktor yang menjadi pembentuk tanah yaitu iklim, kehidupan, bahan induk, topografi,
dan waktu. Dari kelima itu, yang berpengaruh paling besar adalah iklim. Sehingga
proses pembentukan tanah sering disebut weathering (Buckman dan Brady, 1982).
Erosi adalah pengikisan / kelonggaran atau merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara alamiah atau sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia.
Sehubungan dengan itu, maka kita akan mengenal normal atau geologikal erosion
dan acceleration erosion (Kartosapoetro, 1991).
3
Tanah Alfisol memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambar adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal Taksonomi Tanah (USDA, 1985) sebagai Abrupat Tekstural Chage (perubahan tekstur yang sangat ekstrim). (Buchman dan Brady, 1982). Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi.Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Anonim, 2010).
Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH
antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang
tinggi.Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan
mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan
iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).
Tanah Entisol merupakan tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk
pertumbuhan tanaman, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan produktivitasnya
dengan jalan pemupukan. Sistem pertanian konvensional selama ini menggunakan
pupuk kimia dan pestisida yang makin tinggi takarannya. Peningkatan takaran ini
menyebabkan terakumulasinya hara yang berasal dari pupuk/pestisida di perairan
maupun air tanah, sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Tanah sendiri juga akan mengalami kejenuhan dan kerusakan akibat masukan
teknologi tinggi tersebut. Atas latar belakang tersebut mulai dikembangkan sistem
pertanian organik yang dahulu telah lama dilakukan oleh nenek moyang
kita.Beberapa petani di Sleman dan Magelang telah melakukannya, sementara yang
lain belum tertarik karena belum mengetahui manfaatnya terutama terhadap
perbaikan sifat tanah (Anonim, 2010).
Erosi dari air dibagi menjadi empat kategori, yaitu : splas (cipratan), sheet
(permukaan), riil (alur) dan gully (parit). Erosi permukaan berhubungan dengan
pepindahan tanah yang sama dari permukaan suatu area pada lapisan yang tipis.
Untuk erosi permukaan brhubungan dengan suatu permukaan tanah yang lunak
(Foth, 1994).
Fisiografi adalah pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi bentuk
wilayah. Bentuk wilayah diklasifikasikan atas dasar agensia pembentuknya, yaitu
fluvial, marine, lacustrin, eolin, biotika, glacial, orogen, dan vulkanisme atau bentuk
lisin yang terjadi dari kerja gabungan dua atau lebih agensia (Anonim, 2007).
Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi
perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan produksi masih diperlukan usaha-
usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan pemeliharaan tanah serta tanaman
yang sebaik – baiknya (Anonim, 2003).
Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun tanah dari bahan
pemyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya
lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat dan kemampuan khas masing-masing jenis
tanah. Proses pelapukan mengandung arti geologis destruktif dan proses
perkembangan tanah mengandung arti pedologis kreatif. Contoh proses pelapukan
adalah hancuran batuan secara fisik dan proses berubahnya felspat menjadi
lempung kimia. Contoh proses perkembangan tanah adalah terbentuknya horison
tanah, latosolisasi, podsolisasi, dan lainnya (Darmawijaya, 1990).
B. Penyidikan Profil Tanah Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi
tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis
selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati
kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990).
Profil tanah itu merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran panjang dan lebar tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keperluan genesa tanah. Pembuatan
profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3-3,5 meter. (Anonim,2006).
Profil tanah yang diamati, ciri-cirinya harus memenuhi syarat-syarat : tegak
(vertikal), baru artinya belum terpengaruh keadaan luar, dan juga tidak
memantulkan cahaya (profil tanah pada waktu pengamatan tidak langsung terkena
cahaya matahari). Pengamatan dimulai dengan pengukuran dalamnya dari batas-
batas horizon yang dapat diketahui. Batas horizon tidak selalu lurus. Oleh karena itu
diamati pula jelas tidaknya dan bentuk topografi (Darmawijaya, 1990).
C. Sifat Fisika TanahTekstur tanah dibagi menjadi 3 golongan yaitu pasir, debu dan liat. Pasir
merupakan partikel terbesar dengan ukuran 2-0,063 mm,debu 0,063-0,002 mm dan
liat <0,002 mm. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap tanaman terjadi
secara langsung. Struktur tanah yang remah pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi (Anonim,
2006).
Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau
perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi, padahal struktur
menentukan bentuk, ukuran dan agregat alami tanah tertentu. Konsistensi tetap
menentukan kekuatan keadaan alami gaya-gaya diantara partikel. Konsistensi
penting untuk dipertimbangkan dalam pengolahan tanah untuk kepentingan lalu
lintas. Bukit pasir menghambat sifat kohesi dan adhesi. Konsistensi tetap penting
dalam pengolahan tanah (Foth, 1991).
Horison tanah digambarkan dalam profil, secara vertikal dan berhubungan
satu sama lain. Kadang-kadang batas dua horison sangat jelas dan dapat dikenali
dengan sangat baik, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan salah paham
(Abdullah, 1993).
Suhu yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah merupakan faktor
pembatas dibeberapa daerah tropika tertentu. Pemecahannya biasanya adalah
dengan memberi mulsa dengan berbagai bahan, tergantung apakah suhu itu harus
dinaikkan atau ditunkan. Pada tanah yang baru dibuka untuk pertanian, pengaturan
suhu tanah dengan menggunakan mulsa jerami. Sebenarnya pemulsaan juga
mengurangi pemakaian air dan mengurangi kebutuhan untuk pengendalian gulma
dan sering meningkatkan hasil (Sanchez, 1992).
D. Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimawi tanah didefiniskan sebagai keseluruhan reaksi fisika-kimia
yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun tanah dan bahan
yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun pembenah tanah
lainnya (Blt & Bruggenwert, 1978).
Penentuan pH tanah adalah salah satu uji paling penting dapat digunakan
untu mendiagnosis masalah pertumbuhan tanaman. Apabila pH tanahnya 5,5 atau
kurang maka penyakit tanaman itu mungkin tidak disebabkan defisiensi besi.
Karena senyawa-senyawa besi mudah larut dalam keadaan asam (Foth, 1994).
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara
konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan
tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya
bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah
menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak.
PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak
adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur
hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada
umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik
merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan
tanaman menjadiaa terhambat. (Anonim, 2005 ).
E. Lengas Tanah
Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya gaya ikat
matrik, osmosis dan kapiler. Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel
tanah dan meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel tanah
dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah. Gaya osmosis dipengaruhi oleh
zat terlarut dalam air maka meningkat dengan semakin pekatnya larutan. Gaya
kapiler dibangkitkan oleh pori‐pori tanah berkaitan dengan tegangan permukaan
(Anonim, 2009)
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air(moisture) yang
terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat
berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah,
secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam
bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah(soil water) yaitu air dalam
bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground
water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam
(Handayani, 2009).
Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang
berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah
dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah
dipengaruhi oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah
dilakukan pemupukan dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika
tanah dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan
ini jumlah tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum
disebut kapasitas penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan
mengalami pengeringan, sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian
lainnya terisi air. Dalam keadaan ini tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).
Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena
adanya berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat mengambil
air dari rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan untuk
melawan energi yang menahan air. Gaya – gaya yang menahan air hingga bertahan
dalam rongga pori berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah, gaya tarik
menarik antara molekul air, adanya larutan garam dan gaya kapiler (Yong et
al.,1975).
F. pH TanahpH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat
kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah
selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion
H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah
alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama
banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral (Anonim, 2011)
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P)
dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang,
dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas
5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain
Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0. Beberapa
bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer
menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam
nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik
bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan
kisaran pH yang sesuai (Anonim, 2007)
Tingkat pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara
alami di beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan
asamdan kontaminasi tanah. Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan
ketersedian nutrisi bagi vegetasi yang tumbuh di
atasnya. Makronutrien (kalsium, fosfor, nitrogen,kalium, magnesium, sulfur) tersedia
cukup bagi tanaman jika berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit
beralkalin. Kalsium, magnesium, dan kalium biasanya tersedia bagi tanaman
dengan cara pertukaran kation dengan material organik tanah dan partikel tanah liat.
Ketika keasaman tanah meningkat, ketersediaan kation untuk material organik
tanah dan partikel tanah liat segera tercukupi sehingga tidak ada pertukaran kation
dan nutrisi bagi tanaman berkurang. Namun semua itu tidak dapat disimplifikasi
karena banyak faktor yang memengaruhi hubungan pH dengan ketersediaan nutrisi,
diantaranya tipe tanah (tanah asam sulfat, tanah basa, dsb), kelembaban tanah, dan
faktor meteorologika (Anonim, 2011)
Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu
kertas lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk
mempercepat pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian
pengalaman untuk menghindari kesalahan. Lebih akurat dan secara luas di gunakan
adalah penggunaan pH meter, yang sangat banyak di gunakan di laboratorium.
Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang sangat baik untuk
kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan kapur.
Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk
mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang
digunakan. Kebutuhan kapur tanah tidak hanya berhubungan dengan pH tanah
saja, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan menyangga tanah atau
kapasitas tukar kation (KTK) (Anonim, 2009)
III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
A. Alat
1. Pencandraan bentang lahan
a. Klinometer
b. Kompas
c. GPS
2. Profil tanah
a. Pisau belati
b. Cangkul
c. Meteran lebar 20 cm dan panjang 150 cm
d. Kamera
e. Tali rafia
3. Sifat-sifat fisika tanah
a. Pisau belati
b. Meteran
c. Kaca pembesar
d. Penetrometer
e. Jari tangan
f. Buku standar warna Munsell Soil Colour Charts
4. Sifat-sifat kimia tanah
a. pH stick
b. Tissue gulung
c. Flakon
d. Kertas marga
e. Spidol
f. Pipet
5. Uji di Laboratorium
a. Botol pemancar
b. Botol semprong
c.
11
Botol timbang
d. Cawan tembaga
e. Colet
f. Eksikator
g. Flakon
h. Gelas arloji
i. Gelas piala
j. Kertas saring
k. Lempung kaca
l. Mortin porselin
m. Oven
n. Papan kayu
o. Pengaduk kaca
p. Petridish
q. pH meter
r. Saringan ø 2mm
s. Spatel
t. Statif
u. Timbangan analitik
B. Bahan
1. Pencandraan bentang lahan
a. Tanah daerah Jumantono
b. Tanah daerah Jatikuwung
c. Tanah daerah Fakultas Pertanian UNS
2. Profil tanah
a. Tanah daerah Jumantono
b. Tanah daerah Jatikuwung
c. Tanah daerah Fakultas Pertanian UNS
3. Sifat-sifat fisika tanah
a. Tanah dari tiap-tiap lapisan
b. Air
4. Sifat-sifat kimia tanah
a. H2O
b. KCl 1 N
c. H2O2 10%
d. H2O2 3%
e. HCl 1,2 N
f. HCl 10%
g. KCNS 10%
h. K3Fe(CN)6 0,5%
5. Uji di Laboratorium
a. Bongkahan
b. Contoh tanah kering angin (ctka) ø 0,5 mm dan ø 2 mm
c. Aquades
d. Reagen H2O (pH actual) dan KCl (pH potensial)
C. Cara Kerja
Pencandraan Bentang Lahan
a. Menentukan lokasi pengamatan.
b. Menentukan keadaan fisiografinya.
c. Menentukan derajat kemiringan dengan klinometer.
d. Menentukan bentuk relief.
e. Menentukan kemas muka tanah.
f. Menentukan bentuk timbulan mikro.
g. Menentukan batuan permukaan.
h. Menentukan batuan singkapan.
i. Menentukan keadaan hidrologi lahan meliputi genangan dan banjir.
j. Menentukan penggunaan lahan.
k. Menentukan bentuk dan tingkat erosi lahan.
l. Menentukan landform.
m. Mencatat hasil pengamatan.
Penyidikan Profil Tanah
a. Membuat profil tanah di tempat penelitian.
b. Mengukur jeluk mempan atau solum tanah.
c. Menentukan batas-batas lapisan dengan melihat perbedaan warna atau menusuk-
nusuk dengan pisau belati atau memukul-mukul dengan gagang pisau belati.
d. Menentukan kelimpahan dan ukuran bebatuan.
e. Menetukan gleisasi.
f. Menentukan ketegasan batas lapisan.
g. Menentukan bentuk batas lapisan.
h. Menentukan jumlah dan ukuran perakaran pada tiap-tiap lapisan.
i. Mencatat hasil pengamatan.
Sifat Fisika Tanah
a. Menentukan tekstur tanah
1) Mengambil tanah dari tiap-tiap lapisan.
2) Meletakkan pada telapak tangan atau dengan memijit-mijit tanah tersebut di antara
jari telunjuk dan ibu jari dengan bantuan sedikit air.
3) Memperhatikan adanya rasa kasar atau licin
4) Menggulung-gulung sambil melihat daya tahan terhadap tekanan.
5) Mencatat hasil pengamatan.
b. Menentukan struktur tanah
1) Mengambil tanah dari tiap-tiap lapisan.
2) Memecahnya dengan jari.
3) Mengamati tipe, ukuran, dan kemampatan agregat/derajat dengan kaca pembesar.
4) Mencatat hasil pengamatan.
c. Menentukan konsistensi tanah
1) Mengambil tanah dari tiap-tiap lapisan.
2) Memijit tanah dalam berbagai keadaan kandungan air seperti basah, lembab, dan
kering di antara ibu jari dan jari telunjuk.
3) Menentukan konsistensinya berdasarkan kekuatan bongkahan.
4) Mencatat hasil pengamatan.
d. Menentukan warna tanah
1) Mengambil gumpalan tanah tiap-tiap lapisan.
2) Menyetarakan warna tanah dengan standar warna dari MSCC.
3) Mencatat hasil pengamatan.
e. Menentukan aerasi-drainase
1) Mengambil dua bongkah tanah tiap lapisan.
2) Meletakkan secara terpisah pada kertas tisu.
3) Menetesi kedua bongkah tanah dengan HCl 10%.
4) Melipat kertas saring sehingga menutupi kedua bongkah tersebut kemudian
menekan-nekan sampai cairan terperas keluar membasahi kertas saring.
5) Menetesi salah satu bongkah dengan KCNS 10% dan menetesi yang lainnya
dengan K3Fe(CN)6 0,5%.
6) Mengamati reaksi yang terjadi.
7) Mencatat hasil pengamatan.
f. Uji penetrometer
1) Menusukkan penetrometer pada tanah tiap lapisan secara horisontal dan vertikal.
2) Melihat skala pada penetrometer.
3) Mencatat hasil pengamatan.
Sifat Kimia Tanah
a. Menentukan pH tanah.
1) Mengambil dua sampel tanah tiap lapisan.
2) Memasukkannya ke dalam flakon.
3) Menambahkan H2O pada sampel tanah pertama dari tiap lapisan dan KCl pada
sampel tanah kedua dari tiap lapisan.
4) Mengocoknya hingga homogen.
5) Mengukur dengan pH stick.
b. Menentukan kandungan bahan organik
1). Mengambil sampel tanah tiap lapisan
2). Meneteskan H2O2 10% secara merata.
3). Mengamati reaksi yang terjadi.
4). Mencatat hasil pengamatan.
c. Menentukan kadar kapur
1). Mengambil sampel tanah tiap lapisan.
2). Menetesi dengan HCl 10% secara merata.
3). Mengamati reaksi yang terjadi.
4). Mencatat hasil pengamatan.
d. Menentukan konkresi
1). Mengambil sampel tanah tiap lapisan.
2). Menetesi sampel tanah tersebut dengan H2O2 3%.
3). Mengamati reaksi yang terjadi.
4). Mencatat hasil pengamatan.
Uji di Laboratorium
a. Lengas Tanah Kering Angin
1) Memasukan botol penimbang dengan tutupnya ke dalam oven. selama 30 menit
kemudian mendinginkannya ke dalam eksikator dan menimbang botol penimbang
dengan tutupnya.
2) Memasukan ctka kurang lebih 2/3 tinggi botol penimbang lalu menimbangnya dan
masing-masing ctka dilakukan 2 kali ulangan.
3) Memasukan ke dalam oven dengan keadaan terbuka bersuhu 105°C selama 4
jam.
4) Mendinginkan botol penimbang dan isinya pada eksikator dalam keadaan tertutup,
kemudian melakukan penimbangan setelah dingin.
5) Melakukan perhitungan kadar lengas.
b. Kapasitas Lapangan
1) Membungkus atau menyumbat salah satu ujung botol dengan kain kassa.
2) Memasukan ctka ke dalam botol semprong dengan bagian yang ter
tutup kain kassa sebagai dasarnya.
3) Memasang botol semprong pada statif dan diatur seperlunya.
4) Merendam selama kurang lebih 48 jam.
5) Mengangkat semprong dan membiarkan air menetes sampai tetes terakhir.
6) Mengambil contoh tanahnya yang berada pada 1/3 bagian tengah semprong,
mengukur kadar lengasnya sebanyak 2 kali uangan.
c. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
1) Menggerus ctka menjadi butir primer dan menyaringnya menjadi ø 2mm.
2) Mengambil cawan berlubang yang dasaarnya diberi kertas saring yang sudah
dibasahi.
3) Menimbang dengan kertas arloji sebagai alasnya.
4) Memasukan ctka yang telah digerus dalam cawan tembaga kurang lebih 1/3nya lalu
diketuk-ketukan, menambahkan ctka sampai 2/3 alu diketuk-ketukan lagi, kemudian
menambahkan lagi ctka sampai penuh, mengetuknya lagi dan meratakannya.
5) Memasukan cawan tersebut ke dalam perendam kemudian diisi air sampai
permukaan air mencapai kurang lebih ½ tinggi dinding cawan, perendaman 12 jam
(setelah direndam permukaan tanah akan cembung minimal rata/mendatar).
6) Mengangkat cawan dan membersihkan sisi luarnya lalu meratakan tanah setinggi
cawan dengan diperes secara hati-hati dan menimbangnya dengan diberi alas gelas
arloji.
7) Memasukan ke dalam oven bersuhu 105°C selama 4 jam, lubang pembuangan air
pada oven harus terbuka.
8) Memasukan ke dalam eksilator kemudian menimbang dengan diberi gelas arloji.
9) Membuang tanah, membersihkan cawan dan kertas saring kemudian
menimbangnya dengan diberi alas gelas arloji.
10) Menghitung kadar lengasnya.
d. Batas Berubah Warna (BBW)
1) Membuat pasta tanh dengan cara mencampur ctka ø 0,5 mm dengan air pada
cawan penguap.
2) Meratakan pasta tanah pada kayu membentuk elip dengan ketinggian pada bagian
tengah kurang lebih 3mm dan makin ke tepi makin tipis.
3) Membiarkan semalam dan setelah ada beda warna diambil tanahnya selebar 1cm
(warna terang dan gelap) untuk dianalisis KL-nya.
e. Analisis pH Tanah
1) Menimbang ctka sebanyak 5 gram dan memasukan ke dalam dua buah flakon.
2) Menambahkan aquadest 12,5 cc untuk analisis pH H2O dan 12,5 cc KCl untuk pH
KCl
3) Mengaduk masing-masing hingga homogen selama 5 menit.
4) Mendiamkannya selama 30 menit.
5) Mengukur masing-masing pH.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
A. Jumantono
Deskripsi Lokasi
Lokasi : Sukosari, Jumantono, Karanganyar
Hari / Tanggal : Sabtu 12 November 2011
Waktu : Pukul 15.00 – 17.00 WIB
Profil : I/ Satu
Surveyor : Kelompok 36
Cuaca : Cerah ( SU )
Letak geografis : 07° 37’ 49,7” LS dan 110° 56’ 54,2” BT
Datum : WGS 1984
Ketinggian : 188 m dpl
Denah :
kampus
Kantor Bupati
Monumen
Pancasila
Jumantono
Stasiun Klimatologi
Rumah Kaca
sumur
lokasi
U
Gambar 4.1.1 Denah Lokasi Daerah Jumantono
21
Gambar 4.1.2 Profil 1 di Daerah Jumantono
1. Pencanderaan Bentang Lahan
Tabel 4.1.1 Deskripsi Lingkungan Jumantono
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi lahan
Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
Tingkat erosi
Batuan permukaan
Vegetasi
9 %, sangat miring
Timur Laut
1,25 m
Vulkanik (V)
Tidak ada (0)
Rumput atau Grass/herbaceous (G )
QLLA, Quarter Lahar Lawu
Erosi permukaan atau Sheet erosion (S)
Rendah ( R )
< 0,1 %, tidak berbatu (kelas 1)
Kacang tanah (40%), pohon jati (12%), pohon mangga (8%), pohon rambutan (10%), rumput (30%)
Sumber : Laporan Sementara
2. Penyidikan Profil Tanah.
Tabel 4.1.2 Deskripsi profil tanah Jumantono.
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
3.
Metode observasi
Jeluk / solum tanah :
a. Horizon A1
b. Horizon A2
c. Horizon B
d. Horizon C
Ketegasan batas lapisan/
horison
a. Horizon A1
b. Horizon A2
Lubang besar terbuka atau galian /Large open
pit or quarry (LC)
0cm – 18 cm
18cm – 32cm
32cm – 84cm
84cm – 125cm
Jelas atau Clear ( C )
Jelas atau Clear ( C )
4.
5.
6.
c. Horizon B
d. Horizon C
Topografi batas lapisan/
horizon:
a. Horizon A1
b. Horizon A2
c. Horizon B
d. Horizon C
Perakaran Ukuran :
a. Horizon A1
b. Horizon A2
c. Horizon B
d. Horizon C
Perakaran Jumlah :
a. Horizon A1
b. Horizon A2
c. Horizon B
d. Horizon C
Jelas atau Clear ( C )
Jelas atau Clear ( C )
Rata atau Smooth ( S )
Rata atau Smooth ( S )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )
Kasar atau Coarse ( C )
Sedang atau Medium ( M )
Halus atau Fine ( F )
Sangat halus atau Very fine ( VF )
Banyak atau Many ( 3 )
Banyak atau Many ( 3 )
Biasa atau Common ( 2 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sumber : Laporan Sementara
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.1.3 Pengamatan sifat fisika tanah Jumantono.
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
Tekstur tanah:
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Struktur tanah
Tipe :
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Ukuran :
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Derajat :
Horizon A1
b. Horizon A2
Lempung atau Clay (C)
Lempung debuan atau Silty clay (SiC)
Lempung debuan atau Silty clay (SiC)
Lempung atau Clay (C)
Gumpal membulat atau SubAngular Blocky (SBK )
Gumpal membulat atau SubAngular Blocky (SBK )
Gumpal menyudut atau Angular Blocky (ABK )
Gumpal menyudut atau Angular Blocky (ABK )
Halus atau Fine ( F )
Kasar atau Coarse ( C )
Sedang atau Medium ( M )
Kasar atau Coarse ( C )
Kuat atau Strong ( 3 )
Sedang atau Medium ( 2 )
3.
4.
Horizon B
d. Horizon C
Konsistensi :
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Warna :
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Aerasi – drainase (Redoks) :
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Penetrasi (kg/cm2) :
Vertikal :
Horisontal :
Horizon A1
Horizon A2
Sedang atau Medium ( 2 )
Kuat atau Strong ( 3 )
Lembab, sangat gembur
Lembab, gembur
Kering, keras
Kering, sangat keras
Red 2,5YR 4/6
Dark Redish Brown 5 YR 3/4
Dark Red 2,5 YR 3/6
Yellowish Red 5 YR 4/6
Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
6 kg/cm2
5,5 kg/cm2
6 kg/cm2
Horizon B
Horizon C
7,5 kg/cm2
9 kg/cm2
Sumber : Laporan Sementara
4. Sifat Kimia Tanah.
Tabel 4.1.4 Pengamatan sifat kimia tanah Jumantono.
No. Deskripsi Keterangan
1. Keasaman tanah
pH tanah
pH H2O :
Horizon A
Horizon A2
Horizon B
Horizon C
pH KCl :
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
4,5 (Masam sangat kuat)
5 (Masam sangat kuat)
5 (Masam sangat kuat)
5 (Masam sangat kuat)
6 (Agak masam)
6 (Agak masam)
6 (Agak masam)
6 (Agak masam)
2.
3.
4.
Bahan organik
Horizon A1
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Kadar kapur (CaCO3)
Horizon A
b. Horizon A2
Horizon B
d. Horizon C
Konsentrasi I
Ukuran
Macam
Konsentrasi II
Ukuran
Macam
Konsentrasi III
Sangat banyak ( ++++ )
Banyak ( +++ )
Sedikit ( ++ )
Sangat sedikit ( + )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Horizon A1
-
-
-
Horizon A2
-
-
-
Horizon B
Ukuran
Macam
Konsentrasi IV
Ukuran
Macam
Nodul
Sangat kasar atau Very coarse (VC)
Bermangan (Mn)
Horizon C
Nodul
-
Bermangan (Mn)
Sumber : Laporan Sementara
5. Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.1.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Alfisol
Sampel A B C KL (%)
A1:0,5mm 51,761 gr 65,471 gr 63,985 gr 12,1
A2:0,5mm 45,797 gr 61,576 gr 59,576 gr 11,6
B1:2mm 52,899 gr 68,040 gr 64,795 gr 27,3
B2:2mm 52,545 gr 66,864 gr 65,071 gr 14,3
C1:bongkah 55,081 gr 64,336 gr 62,846 gr 19,6
C2:bongkah 54,995 gr 65,592 gr 63,877 gr 19,3
Sumber : Laporan Sementara
KL = (65,471-63,985) x 100%
(63,985-51,761)
= 12,1 %
KL = (61,576-59,576) x 100%
(59,576-45,797)
= 11,6 %
KL = (68,040-64,795) x 100%
(64,795-52,899)
= 27,3 %
KL = (66,864-65,071) x 100%
(65,071-52,545)
= 14,3 %
KL = (64,336-62,846) x 100%
(62,846-55,081)
= 19,6 %
KL = (65,592-63,877) x 100%
(63,877-54,995)
= 19,3 %
Tabel 4.1.6 Kapasitas Lapangan Tanah Alfisol
SAMPEL A B C
A 55,770 gram 78,933 gram 71,230 gram
B 56,743 gram 84,731 gram 76,660 gram
Sumber : Laporan Sementara
KL = (78,933-71,230) x 100%
(71,230-55,770)
= 49,8 %
KL = (84,731-76,660) x 100%
(76,660-56,743)
= 40,5 %
Tabel 4.1.7 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah Alfisol
a (gram) b (gram) c (gram) d (gram)
52,744 115,394 79,759 47,981
Sumber : Laporan Sementara
KL maks = (115,394-52,744) – (79,759-47,981)
(79,759-47,981)
= 97,1 %
Tabel 4.1.8 Batas Berubah Warna Tanah Alfisol
SAMPEL a (gram) b (gram) c (gram)
A 53,196 58,081 56,239
B 53,397 59,011 56,355
Sumber : Laporan Sementara
KL = (58,081-56,239) x 100%
(56,239-53,196)
= 60,5 %
KL = (59,011-56,355) x 100%
(56,355-53,397)
= 89,7 %
BBW 60,5% dan 89,7% jadi harkatnya amat sangat tinggi
6. Analisis pH Tanah
Tabel 4.1.9 pH Tanah Alfisol
Ctka pH H2O pH KCl
0,5 mm 7,37 (basa) 5,79 (asam)
Sumber : Laporan Sementara
Tanah yang diteliti adalah tanah Jumantono
Keterangan : pH KCl = pH potensial
pH H2O = pH aktual
B. Fakultas Pertanian UNS
Deskripsi Lokasi
Lokasi : Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Hari / Tanggal : Minggu , 13 November 2011
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Profil : I / Satu
Surveyor : Kelompok 36
Cuaca : Cerah atau Sunny ( SU )
Letak geografis : 07 33’ 6,06” LS dan 110 51’ 50,2” BT
Datum : WGS 1984
Ketinggian : 114 m dpl
Denah :
Lab. Pusat
F. Kedokteran
Auditorium
agrobudoyo
Lokasi
Gambar 4.2.1 Denah Lokasi Praktikum Fakultas Pertanian UNS
Gambar 4.2.2 Profil III di Fakultas Pertanian UNS
1. Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.2.1 Deskripsi Lingkungan Fakultas Pertanian UNS
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi lahan
Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
Tingkat erosi
Batuan permukaan
Vegetasi
18% , agak curam
Utara
27 m
Hasil aliran atau Alluvial (A)
Tidak ada
Rumput atau Grass ( G )
QaL atau Quarter alluvium
Erosi permukaan atau Sheet erosion (S)
Rendah (R)
< 0,1%, jarak batuan tidak begitu jauh
Pohon sawo (20%), rumput
(30%), semak (30%), jati (20%)
Sumber : Laporan Sementara
2. Penyidikan Profil Tanah
Tabel 4.2.2 Deskripsi profil tanah Fakultas Pertanian UNS
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode observasi Irisan Lereng atauBeveled
cut ( BC )
2.
3.
4.
5.
Jeluk / solum tanah
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Ketegasan batas lapisan/
horison
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Topografi batas lapisan/
horizon
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Perakaran
Ukuran :
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Jumlah :
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
0 - 6 cm
6 cm - 19cm
19 cm – 27cm
Baur atau Diffuse ( D )
Jelas atau Clear ( C )
Berangsur atau Gradual ( G )
Rata atau Smooth ( S )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )
Halus atau Fine ( F )
Sedang atau Medium ( M )
Kasar atau Coarse (C )
Banyak atau Many ( 3 )
Biasa atau Common ( 2 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sumber : Laporan Sementara
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.2.3 Pengamatan sifat fisika tanah Fakultas Pertanian UNS
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
Tekstur tanah
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Struktur tanah
Tipe :
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Ukuran :
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Geluh lempung pasiran atau Sandy clay loam (SCL)
Lempung pasiran atau Sandy clay (SC)
Lempung pasiran atau Sandy clay (SC)
Gumpal menyudut atau Angular blocky
Gumpal menyudut atau Angular blocky
Gumpal membulat atau SubAngular blocky
Sangat halus atau Very fine ( VF )
Sangat halus atau Very fine ( VF )
Halus atau Fine ( F )
3.
4.
5.
Derajat
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Konsistensi
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Warna
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Aerasi – drainase (Redoks)
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Sedang atau Medium ( 2 )
Kuat atau Strong ( 3 )
Kuat atau Strong ( 3 )
Kering lunak
Kering
Kering
Yellowish brown 10YR 5/4
Brown 10YR 4/3
Dark yellowish brown 10YR 3/4
Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
Baik ( O2 )
Sumber : Laporan Sementara
4. Sifat Kimia Tanah.
Tabel 4.2.4 Pengamatan sifat kimia tanah Fakultas Pertanian UNS
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
3.
Kemasaman
pH H2O
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
pH KCl
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Bahan organik
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
Kadar kapur (CaCO3)
a. Lap 1
b. Lap 2
c. Lap 3
5 ( Masam )
5 ( Masam )
5 ( Masam )
6 ( Agak masam )
5 ( Masam sangat kuat )
5 ( Masam sangat kuat )
Sangat banyak ( +++ )
Sedikit ( ++ )
Sangat sedikit ( + )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Sumber : Laporan Sementara
5. Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.2.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Entisol
Sampel A B C KL (%)
A1:0,5mm 54,937 gr 67,827 gr 65,771 gr 18,97
A2:0,5mm 55,402 gr 71,372 gr 68,829 gr 18,93
B1:2mm 57,912 gr 74,156 gr 72,238 gr 13,38
B2:2mm 54,57 gr 70,696 gr 68,925 gr 12,34
C1:bongkah56,040 gr 67,425 gr 66,691 gr 6,891
C2:bongkah56,040 gr 70,539 gr 69,678 gr 6,802
Sumber : Laporan Sementara
KL = (67,827-65,771) x 100%
(65,771-54,937)
= 18,97 %
KL = (71,372-68,829) x 100%
(68,829-55,402)
= 18,93 %
KL = (74,156-72,238) x 100%
(72,238-57,912)
= 13,38 %
KL = (70,696-68,925) x 100%
(68,925-54,57)
= 12,34 %
KL = (67,425-66,691) x 100%
(66,691-56,040)
= 6,891 %
KL = (70,539-69,678) x 100%
(69,678-57,021)
= 6,802 %
Tabel 4.2.6 Kapasitas Lapangan Tanah Entisol
SAMPEL A B C
A 54,603 gram 65,239 gram 62,150 gram
B 55,006 gram 66,006 gram 62,841 gram
Sumber : Laporan Sementara
KL = (65,239-62,150) x 100%
(62,150-54,603)
= 40,93 %
KL = (66,006-62,841) x 100%
(62,841-55,006)
= 40,39 %
Tabel 4.2.7 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah Entisol
a (gram) b (gram) c (gram) d (gram)
56,332 115,991 90,308 55,961
Sumber : Laporan Sementara
KL maks = (115,991-56,332) – (90,308-55,961)
(90,308-55,961)
= 73,73 %
Tabel 4.2.8 Batas Berubah Warna Tanah Entisol
Ctka a (gram) b (gram) c (gram)
0,5 mm 55,897 59,025 58,618
Sumber : Laporan Sementara
KL = (59,025-58,618) x 100%
(58,618-55,897)
= 14,65 %
BBW 14,65% jadi harkatnya amat sangat rendah
6. Analisis pH Tanah
Tabel 4.2.9 pH Tanah Entisol
Ctka pH H2O pH KCl
0,5 mm 6,55 (agak masam) 5,67 (masam)
Sumber : Laporan Sementara
Tanah yang diteliti adalah tanah Jumantono
Keterangan : pH KCl = pH potensial
pH H2O = pH actual
C. Jatikuwung
Deskripsi Lokasi
Lokasi : Jatikuwung, Gondangrejo
Hari / Tanggal : Minggu, 13 November 2011
Waktu : Pukul 07.00 – 09.00 WIB
Pedon : I / Satu
Surveyor : Kelompok 36
Cuaca : Cerah Sunny ( SU )
Letak geografis : 070 31’ 05,1” LS dan 1100 50’ 43,1” BT
Datum : WGS 1984
Ketinggian : 173 m dpl
Denah :
Jatikuwung
Kampus
RS. Dr. Oen
Lokasi
U
Gambar 4.3.1 Denah Lokasi Praktikum Jatikuwung
Gambar 4.3.2 Pedon I daerah Jatikuwung
1. Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.3.1 Deskripsi Lingkungan Jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Lereng
Arah
Panjang lereng
Fisiografi lahan
Genangan
Tutupan lahan
Geologi
Erosi
Tingkat erosi
Batuan permukaan
Vegetasi
20 %, agak curam
Selatan, 1800 dari arah Utara
44,40 m
Up lift (U)
Tidak ada
Rumput atau Grass (g)
QVM, Quarter Vulkanik Merapi
Erosi alur atau Riil erosion ( R )
Rendah (R)
< 0,1 %
Rumput (30%), pohon jati (30%), pohon
mangga (10%), semak (30% )
Sumber: Laporan Sementara
2. Penyidikan Profil Tanah.
Tabel 4.3.2 Deskripsi pedon tanah Jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
Metode observasi
Jeluk / solum tanah
a. Horizon A
b. Horizon B
Lubang besar terbuka arau galianLarge
open pit or quarry ( LP )
0 – 7 cm
7 cm – 16 cm
16 cm – 57 cm
3.
4.
5.
c. Horizon C1/B
d. Horizon C2
Ketegasan batas lapisan/
horison
a. Horizon A
b. Horizon B
c. Horizon C1/B
d. Horizon C2
Topografi batas lapisan/ horison
a. Horizon A
b. Horizon B
c. Horizon C1/B
d. Horizon C2
Perakaran
Ukuran :
a. Horizon A
b. Horizon B
c. Horizon C1/B
d. Horizon C2
Jumlah :
a. Horizon A
b. Horizon B
c. Horizon C1/B
57 cm – 100 cm
Baur atau Diffuse (D)
Jelas atau Clear ( C )
Baur atau Diffuse (D)
Baur atau Diffuse (D)
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )
Berombak atau Wavy ( W )
Halus atau Fine ( F )
Sedang atau Medium ( M )
Sedang atau Medium ( M )
Kasar atau Coarse ( C )
Banyak atau Many ( 3 )
Biasa atau Common ( 2 )
d. Horizon C2 Sedikit atau Few ( 1 )
Sedikit atau Few ( 1 )
Sumber: Laporan Sementara
3. Sifat Fisika Tanah
Tabel 4.3.3 Pengamatan sifat fisika tanah Jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1.
2.
Tekstur tanah
Horizon A
b. Horizon B
Horizon C1/B
d. Horizon C2
Struktur tanah
Tipe :
Horizon A
b. Horizon B
Horizon C1/B
d. Horizon C2
Ukuran :
Horizon A
b. Horizon B
Lempung atau Clay ( C )
Lempung atau Clay ( C )
Geluh lempungan atau Clay loam ( CL )
Geluh lempungan atau Clay loam ( CL )
Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)
Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)
Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)
Gumpal membulat atau Sub Angular Blocky (SBK)
Sangat halus atau Very fine (VF)
Sangat halus atau Very fine (VF)
3.
4.
5.
Horizon C1/B
d. Horizon C2
Derajat :
Horizon A
b. Horizon B
Horizon C1/B
d. Horizon C2
Konsistensi
Horizon A
b. Horizon B
Horizon C1/B
d. Horizon C2
Warna
Horizon A
b. Horizon B
Horizon C1/B
d. Horizon C2
Aerasi – drainase (Redoks)
Horizon A
b. Horizon B
Horizon C1/B
d. Horizon B2
Sangat halus atau Very fine (VF)
Sangat halus atau Very fine (VF)
Sedang atau Medium ( 2 )
Sedang atau Medium ( 2 )
Kuat atau Strong ( 3 )
Kuat atau Strong ( 3 )
Kering, lunak
Kering, lunak
Kering, lunak
Kering, lunak
2,5 YR 3/2 Dark grayish brown
10 YR 3/2 Very dark grayish brown
5 YR 5/2 Olive gray
5 YR 6/3 Pale olive
R2 atau Buruk
R2 atau Buruk
R2 atau Buruk
R2 atau Buruk
6. Penetrasi (kg/cm2)
Vertikal :
Horisontal :
Horizon O
b. Horizon A
Horizon C1/B
d. Horizon C2
3,5 kg/cm2
3,5 kg/cm2
4 kg/cm2
4,5 kg/cm2
4,5 kg/cm2
Sumber: Laporan Sementara
4. Sifat Kimia Tanah.
Tabel 4.3.4 Pengamatan sifat kimia tanah Jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1. Kemasaman
pH H2O :
a. Horizon O
b. Horizon A
c. Horizon C/B1
d. Horizon C/B2
pH KCl :
6 ( Agak Masam )
6 ( Agak Masam )
6 ( Agak Masam )
5 ( Masam Sangat Kuat )
2.
3.
4.
Horizon O
Horizon A
Horizon C/B1
Horizon C/B2
Bahan organik
a. Horizon A
b. Horizon B
c. Horizon C1/B
d. Horizon C2
Kadar kapur (CaCO3)
a. Horizon A
b. Horizon B
c. Horizon C1/B
d. Horizon C2
Konsentrasi I
Ukuran
Macam
Konsentrasi II
6 ( Agak Masam )
6 ( Agak Masam )
5 ( Masam Sangat Kuat )
5 ( Masam Sangat Kuat )
Banyak ( +++ )
Sedikit ( ++ )
Sangat sedikit ( + )
Sangat sedikit ( + )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Tidak ada ( 0 )
Horizon A
-
-
-
-
Horizon B
-
-
Ukuran
Macam
Konsentrasi III
Ukuran
Macam
Konsentrasi IV
Ukuran
Macam
-
-
Horizon C1/B
-
-
-
-
Horizon C2
-
-
-
-
Sumber: Laporan Sementara
5. Analisis Lengas Tanah
Tabel 4.3.5 Lengas Tanah Kering Angin Tanah Vertisol
Sampel A B C KL (%)
A1:0,5mm 52,937 gr 67,234 gr 66,020 gr 9,28
A2:0,5mm 52,656 gr 64,617 gr 63,563 gr 9,66
B1:2mm 33,688 gr 39,316 gr 38,693 gr 12,45
B2:2mm 51,77 gr 57,377 gr 56,784 gr 11,83
C1:bongkah 55,570 gr 72,387 gr 71,515 gr 5,47
C2:bongkah 55,085 gr 68,285 gr 68,138 gr 1,13
Sumber : Laporan Sementara
KL = (67,234-66,020) x 100%
(66,020-52,937)
= 9,28 %
KL = (64,617-63,563) x 100%
(63,563-52,656)
= 9,66 %
KL = (39,316-38,693) x 100%
(38,693-33,688)
= 12,45 %
KL = (57,377-56,784) x 100%
(56,784-51,77)
= 11,83 %
KL = (72,387-71,515) x 100%
(71,515-55,570)
= 5,47 %
KL = (68,285-68,138) x 100%
(68,138-55,085)
= 1,13 %
Tabel 4.3.6 Kapasitas Lapangan Tanah Vertisol
SAMPEL A B C
A 54,274 gram 65,820 gram 62,406 gram
B 53,897 gram 64,091 gram 60,706 gram
Sumber : Laporan Sementara
KL = (65,820-62,406) x 100%
(62,406-54,274)
= 44,44%
KL = (64,091-60,706) x 100%
(60,706-53,897)
= 49,71 %
Tabel 4.3.7 Perhitungan Kadar Lengas Maksimum Tanah Vertisol
a (gram) b (gram) c (gram) d (gram)
48,471 114,731 89,406 48,388
Sumber : Laporan Sementara
KL maks = (114,731-48,471) – (89,406-48,388)
(89,406-48,388)
= 61,54 %
Tabel 4.3.8 Batas Berubah Warna Tanah Vertisol
SAMPEL a (gram) b (gram) c (gram)
A 56,395 58,687 57,696
B 56,542 58,579 57,820
Sumber : Laporan Sementara
KL = (58,687-57,696) x 100%
(57,696-56,395)
= 76,17 %
KL = (58,579-57,820) x 100%
(57,820-56,542)
= 59,39 %
BBW % dan 59,39% jadi harkatnya amat sangat tinggi
6. Analisis pH Tanah
Tabel 4.3.9 pH Tanah Vertisol
Ctka pH H2O pH KCl
0,5 mm 7,192 (basa) 6,4 (asam)
Sumber : Laporan Sementara
Tanah yang diteliti adalah tanah Jumantono
Keterangan : pH KCl = pH potensial
pH H2O = pH actual
2. Pembahasan
A. Lokasi Jumantono
a. Pencandraan Bentang Lahan
Cuaca pada saat praktikum di Jumantono cerah. Fisiografi lahan di daerah ini
adalah Vulkanik yang dikarenakan hasil aktifitas/ endapan materi gunung berapi.
Vegetasi yang menutupi lahan meliputi Rumput (30 %), Jati(12%), Mangga
(8%), Rambutan (10%), Kacang tanah (40%).
Profil yang di amati adalah pedon 1 dengan posisi 7o 37’ 49,7 “ LS dan
110o 56’ 54,2” BT, serta ketinggian tempat 188 m dpl dengan menghadap ke
arah timur laut. Penentuan posisi dan ketinggian tempat dengan menggunakan
GPS.
Tanah ini merupakan jenis tanah Alfisol yang memiliki kemiringan 9 % sehingga
termasuk kategori sangat miring. Dengan tingkat kemiringan 9 % maka daerah ini
memiliki resiko erosi yang rendah, dan jika terjadi erosi maka hanya terjadi di
permukaan tanahnya. Hal ini disebabkan daerah ini merupakan daerah bebas
genangan air yang selama ini tidak pernah di landa banjir.
b. Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 125 cm, yang di ukur menggunakan
meteran dari kertas. Dari pedon yang dibuat pada tanah didapatkan 4 Lapisan, yatu
lapisan A1, A2, B dan C. Lapisan dapat dibedakan dengan cara melihat perbedaan
warna pada tiap lapisan tanah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menusuk-
nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah
berbeda berarti lapisan tanah juga sudah berbeda.
c. Sifat Fisika
Penentuan kelas tekstur dapat di lakukan secara kualitatif (di lapangan) dan
secara kuantitatif (di laboratorium). Penentuan tekstur secara kualitatif dapat
dilakukan dengan cara membasahi tanah lalu dipijit-pijit, jika terasa kasar dan tajam
tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan
jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan
didapatkan pada lap A1 bertekstur lempung, pada lap A2 bertekstur lempung
debuan, pada lap Bbertekstur lempung debuan, pada lap C bertekstur lempung.
Tekstur tanah menentukan tata air tanah berupa kecepatan ifiltrasi, penetrasi, dan
kemampuan mengikat air. Tanah terbaik untuk pertanian adalah tekstur sedang
(tekstur geluh).
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Faktor-
faktor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain : pembasahan & pengeringan,
pembekuan & pencairan, aktivitas perakatan tanaman, kation terjerap, pengolahan
tanah, dan bahan organik. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe
struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada lap
A1 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya halus, dan derajad
kekerasannya kuat. Pada lap A2 dengan gumpal membulat, ukurannya kasar, dan
derajad kekerasannya sedang. Pada lapisan B dengan gumpal menyudut,
ukurannya sedang, dan derajad kekerasannya sedang, pada lap C dengan struktur
gumpal menyudut, ukuran struktur tanahnya kasar dan derajad kekerasannya kuat.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi
terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada
keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan
dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi
lembab dan pada lap A1 memiliki konsistensi sangat gembur, lap A2 memiliki
konsistensi gembur, lapisan Bmemiliki konsistensi teguh, dan lap C berkonsistensi
sangat teguh.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat
menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena
merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Faktor yang
mempengaruhi warna tanah antara lain : kadar lengas & tingkat pengatusan, kadar
bahan organik, dan kadar dan mutu mineral. Warna tanah secara langsung dapat
dipakai untuk menksir tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organic, menilai
keadaan drainase, melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan,
dan menaksir banyaknya kandungan mineral. Penetapan warna tanah
denganMunsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu hue
( menunjukkan warna utama tanah ), value ( menunjukkan derajat terangnya
warna ), dan chroma ( menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari
kelabu netral atau putih ). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu
pada lap A1 2,5 YR 4/6, pada lapisan A2 5 YR 3/4, pada lap B 2,5 YR 3/6, pada
lap C 5 YR 4/6.
d. Sifat Kimia
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH
merupakan pembacaan logaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat
pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan
tertentu. Kegunaan mengetahui pH tanah adalah mengetahui tanaman apa saja
yang cocok ditanam pada daerah tersebut.
Uji keasaman tanah digunakan 2 chemikalia yaitu H2O untuk mengukur pH
aktual/kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan tanah) dan KCl untuk
mengukur pH potensial/pH cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan
berada di komplek pertukaran), dengan perbandingan tanah dan chemikalia 1 : 2,5.
Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah
sehingga pHnya makin menurun. Dalam hal ini digunakan metode kaorimerti yaitu
menggunakan kertas pH atau pH stick yang di celupkan pada larutan tanah.
Terlebih dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan
perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen
dan didiamkan beberapa saat (sekitar 10 sampai 30 menit). pH stickdimasukkan ke
dalam larutan tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi
dengan airnya). Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil
pengamatan pH H2O pada horison A1 pH antara 4-5, horison A2, B dan C dengan
pH 5, pada lapisan A1, A2, B, CpH KCl 6.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena
bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan
tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati
banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %,
Bahan organik yang terdapat pada horison A1 sangat banyak, pada horison
A2 banyak, pada horison B sedikit dan pada horison C sangat
sedikit. Pada keempat horison tidak terdapat kapur karena tidak berbuih saat
dilakukan percobaan. Aerasi dan drainase yang terdapat pada keempat horison
baik.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar.
Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, tekstur berkisar antara
sedang dan halus, drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam
hingga netral, kapasitas tukar kation dan basanya beragam dari rendah hingga
tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal
hingga dalam, Mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik. Alfisol cukup tahan
dengan erosi. Alfisol adalah tanah relatif muda, masih banyak mengandung mineral
primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya akan unsur hara. Namun
demikian, bahaya erosi dapat terjadi mengingat angka kadar lengas tanah ini kecil
dan tanah ini banyak didaerah yang berlereng. Bahaya erosi juga dapat
menyebabkan horison argilik muncul di permukaan dan tanah menjadi kurang baik.
Air perlokasi juga tidak begitu banyak akibat pengendapan argillan. Hal ini
menghambat air meresap lebih jauh ke dalam tanah.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas rata-rata
sebesar 11,85% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran
2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 20,8% dan pada sampel
bongkah sebesar 19,45%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung
pada tanah alfisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas yang
terkandung 49,8% dan 40,5% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini menunjukan
kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas maksimum
terkandung kadar lengas sebesar 97,1% dan pada batas berubah warna kurang
lebih 60,5%dan 89,7%.
f. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan
kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak
terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau
aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan
indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur
dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga
homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan
sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual)
dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi
H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun
atau rendah. Pada tanah alfisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar 7,37. Dan
pH KCl 5,79.
B. Lokasi Kampus Fakultas Pertanian UNS
a. Bentang Lahan
Praktikum Ilmu Tanah di laksanakan di tiga tempat, kelompok 36melakukan
praktikum pertama di Fakultas pertanian UNS. Cuaca pada saat praktikum cerah.
Vegetasi yang menutupi lahan meliputi rumput (30%), pohon sawo (20%), jati
(20%), semak (30%).
Profil yang di amati dengan posisi 7o 33’ 6,46“ LS dan 110o 51’ 50,2” BT, serta
ketinggian tempat 114 m dpl dengan menghadap ke arah utara. Penentuan posisi
dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS.
Tanah di Fakultas Pertanian UNS merupakan jenis tanah Entisol yang memiliki
kemiringan 18 % sehingga termasuk kategori sangat miring. Dengan tingkat
kemiringan 18 % maka daerah ini memiliki resiko erosi yang rendah, dan jika terjadi
erosi maka hanya terjadi di permukaan tanahnya. Hal ini disebabkan daerah ini
merupakan daerah bebas genangan air yang selama ini tidak pernah di landa banjir.
b. Deskripsi Porfil
Tanah Entisol merupakan tanah dangkal di atas batuan keras sehingga dalam
pengamatan, di dapat jeluk sedalam 27 cm, yang di ukur menggunakan meteran
dari kertas. Dari profil yang dibuat pada tanah didapatkan 3 lapisan. Lapisan 1
dengan kedalaman 0-6 cm, lapisan 2 dengan kedalaman 6-19 cm, lapisan 3 dengan
kedalaman 19-27 cm. Lapisan dapat dibedakan dengan cara melihat perbedaan
warna pada tiap lapisan tanah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menusuk-
nusuk lapisan tanah menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah
berbeda berarti horison tanah juga sudah berbeda. Pada tanah ini belum terbentuk
horison karena proses pelapukan batuannya belum sempurna . Pada tanah entisol
disebut lapisan karena tanah tersebut belum mengalami pelapukan tingkat lanjut
sehingga belum terbentuk horison-horison.
Dapat diketahui juga pada profil terdapat perakaran yang memiliki jumlah dan
ukuran yang sama pada tiap lapisannya. Pada lapisan 1 jumlah akarnya banyak
dengan ukuran halus, pada lapisan 2 jumlah akarnya sedang dengan
ukuran sedang, pada lapisan 3 jumlah akarnyasedikit dengan ukuran kasar.
c. Sifat Fisika Tanah
Penentuan kelas tekstur dapat di lakukan secara kualitatif (di lapangan) dan
secara kuantitatif (di laboratorium). Penentuan tekstur secara kualitatif dapat
dilakukan dengan cara membasahi tanah lalu dipijit-pijit, jika terasa kasar dan tajam
tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan
jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan
didapatkan pada lapisan 1 bertekstur geluh lempung pasiran, pada lapisan 2
bertekstur lempung berpasir, pada lapisan 3 bertekstur lempung berpasir. Tekstur
tanah berhubungan langsung dengan perakaran karena jika teksturnya
mengandung lempung akar sulit untuk menembus lapisan tanah tersebut.
Stuktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Faktor-
factor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain : pembasahan & pengeringan,
pembekuan & pencairan, aktivitas perakatan tanaman, kation terjerap, pengolahan
tanah, dan bahan organik. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe
struktur, ukuranstruktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada
lapisan 1dan 2 dengan tipe gumpal menyudut, ukurannya sangat halus, dan derajad
kekerasan pada lapisan 1 sedang dan pada lapisan 2 kuat. Pada lapisan 3
didapatkan tipe struktur tanah gumpal membulat, dengan ukuran halus dan derajad
kekerasan kuat.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi
terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada
keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan
dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi
lembab dan pada lapisan 1 memiliki konsistensi kering lunak, pada lapisan 2 dan 3
memiliki konsistensi kering. Konsistensi pada keadaan lembab merupakan struktur
yang baik dan pengolahannya mudah.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat
menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena
merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Faktor yang
mempengaruhi warna tanah antara lain : kadar lengas & tingkat pengatusan, kadar
bahan organik, dan kadar dan mutu mineral. Warna tanah secara langsung dapat
dipakai untuk menaksir tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organik,
menilai keadaan drainase, melihat adanya horison pencucian dan horison
pengendapan, dan menaksir banyaknya kandungan mineral. Penetapan warna
tanah denganMunsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu
hue (menunjukkan warna utama tanah), value (menunjukkan derajat terangnya
warna), dan chroma (menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari
kelabu netral atau putih). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada
lapisan 1 10 YR 5/4, pada lapisan 2 10 YR 4/3, pada lapisan 3 10 YR 3/4. Warna
tanah semakin ke dalam semakin terang ini di karenakan bahan organik semakin ke
dalam semakin berkurang.
d. Sifat Kimia Tanah
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH
merupakan pembacaan lagaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur
dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Dalam
pengamatan ini menggunakan dua larutan yaitu larutan air bebas ino atau aquades
(H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hai ini digunakan metode kaorimerti yaitu
menggunakan kertas pH atau pHstick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih
dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah
dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan
beberapa saat (sekitar 10 sampai 30 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan
tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya).
Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH H2O
pada lapisan 1,2, dan 3 adalah 5 dan pH KCl darilapisan 1 adalah 6 dan lapisan 2,3
adalah 5.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena
bahan organik merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan
tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati
banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %. Dari
pengamatan diperoleh data bahwa pada lapisan 1 memiliki kandungan bahan
organik yang banyak, lapisan 2 memiliki kandungan bahan organik sedikit, dan pada
lapisan 3 memilikikandungan bahan organik yang sangat sedikit.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat
kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat
kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh
kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah,
pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan
kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara kualitatif yaitu dengan
mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah
mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan. Dari pengamatan diperoleh data
bahwa pada lapisan-lapisan tanah ini tidak terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di
karenakan tanah ini berasal dari batuan alluvium tua.
Di dalam tanah biasanya ditemukan adanya sekumpulan bahan tanah baik yang
berbentuk tertentu maupun yang tidak beraturan. Biasanya bahan tanah tersebut
mempunyai warna yang kontras dengan warna tanah sekitarnya. Bahan ini
merupakan akumulasi bahan-bahan tertentu baik yang baru terbentuk maupun yang
sudah lama terbentuk dan mengeras. Dari pengamatan, tanah di Fakultas Pertanian
UNS tidak terdapat konsentrasi karena tanah tersebut merupakan tanah yang belum
mengalami pelapukan batuan yang sempurna dan merupakan tanah yang baru saja
terbentuk.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah Entisol adalah tanah endapan sungai atau rawa-rawa pantai. Tanah
Entisol yang berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah yang subur.
Perbaikan deainase di daerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang
sangat masam akibat oksidasi sulfide dan sulfat.
Dari percobaan lengas tanah kering angin tanah entisol, didapat kadar lengas
rata-rata sebesar 18,95% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah
ukuran 2mm didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 12,86% dan pada
sampel bongkah sebesar 6,864%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang
terkandung pada tanah entisolkering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar
lengas yang terkandung 40,93% dan 40,39% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini
menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas
maksimum terkandung kadar lengas sebesar 73,73% dan pada batas berubah
warna kurang lebih 14,65%.
f. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan
kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak
terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan air bebas ion atau
aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan
indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur
dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga
homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan
sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual)
dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi
H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun
atau rendah. Pada tanah entisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar yaitu
6,55 dan pH KCl 5,67.
C. Lokasi Jatikuwung
a. Pencandraan Bentang Lahan
Kelompok 36 melakukan praktikum di Jatikuwung hari Minggu. Cuaca pada
saat praktikum cerah. Fisiografi lahan di daerah ini adalah up liftsehingga banyak
mengandung kapur. Vegetasi yang menutupi lahan meliputi Rumput ( 30 % ), pohon
mangga ( 10% ), dan pohon jati ( 30% ), semak (30%).
Profil yang di amati adalah profil dengan posisi 7o 31’ 5,1` “ LS dan 110o 50’
43,1” BT, serta ketinggian tempat 173 m dpl dengan menghadap ke arah selatan.
Penentuan posisi dan ketinggian tempat dengan menggunakan GPS.
Tanah di Jatikuwung merupakan jenis tanah Vertisol yang memiliki kemiringan -
20 %. Dengan tingkat kemiringan -20 % maka di daerah tidak ada erosi. Hal ini
disebabkan daerah ini merupakan daerah bebas genangan air yang selama ini tidak
pernah di landa banjir. Tanah jenis Vertisol ini bila pada kondisi kering akan timbul
retak-retak cukup dalam.
b. Deskripsi Profil
Dalam pengamatan, di dapat jeluk sedalam 100 cm, yang di ukur menggunakan
meteran. Dari pedon yang dibuat pada tanah didapatkan 4Horison.
Horison A dengan kedalaman 0-7 cm, pada Horison B dengan kedalaman 7-16 cm,
pada Horison C1 dengan kedalaman 16-57 cm dan Horison C2 pada kedalaman 57-
100 cm. Lapisan dapat dibedakan dengan cara melihat perbedaan warna pada tiap
lapisan tanah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan menusuk-nusuk lapisan tanah
menggunakan belati, jika kekerasan pada lapisan tanah sudah berbeda berarti
horison tanah juga sudah berbeda.
Dapat diketahui juga pada profil terdapat perakaran yang memiliki jumlah dan
ukuran yang relatif berbeda pada tiap lapisannya. Pada HorisonA jumlah akarnya
banyak dengan ukuran halus, Pada Horison B jumlah akarnya sedang dengan
ukuran sedang, pada Horison C jumlah akarnya sedikit. Hal ini dikarenakan adanya
keterbatasan daya tembus akar tanaman oleh hal- hal tertentu seperti ketersediaan
unsur-unsur hara dan air pada tanah.
c. Sifat Fisika Tanah
Penentuan kelas tekstur dapat di lakukan secara kualitatif (di lapangan) dan
sedara kuantitatif (di laboratorium). Penentuan tekstur secara kualitatif dapat
dilakukan dengan cara membasahi tanah lalu dipijit-pijit, jika terasa kasar dan tajam
tanah tersebut bertekstur pasir, jika terasa licin tanah tersebut bertekstur debu, dan
jika terasa liat dan lengket tanah tersebur bertekstur lempung. Dari pengamatan
didapatkan pada Horison A dan Horison B bertekstur lempung, sedangkan pada
Horison C1 dan C2bertekstur geluh lempungan. Tekstur tanah menentukan tata air
tanah berupa kecepatan ifiltrasi, penetrasi, dan kemampuan mengikat air. Tanah
terbaik untuk pertanian adalah tekstur sedang ( tekstur geluh ).
Sturktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Faktor-
factor yang mempengaruhi struktur tanah antara lain : pembasahan & pengeringan,
pembekuan & pencairan, aktivitas perakatan tanaman, kation terjerap, pengolahan
tanah, dan bahan organik. Pengamatan struktur tanah di lapang meliputi : tipe
struktur, kelas struktur, dan derajat struktur. Dari pengamatan didapatkan pada
Horison A dengan tipe gumpal menmbulat, ukurannya sangat halus, dan derajad
kekerasannya medium. Pada Horison B dengan tipe gumpal membulat,
ukurannya sangat halus, dan derajad kekerasannya medum. Pada
HorisonC1 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya sangat halus, dan derajad
kekerasannya kuat. Pada Horison C2 dengan tipe gumpal membulat, ukurannya
sangat halus dan derajad kekerasannya kuat. Struktur tanah yang dikehendaki
tanaman adalah struktur remah karena perbandingan bahan padat dan ruang pori
kurang lebih seimbang.
Konsistensi adalah derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan resistensi
terhadap perubahan bentuk. Penentuan konsistensi tanah dapat dililakukan pada
keadaan tanah basah, tanah lembap, dan tanah kering. Tekanan yang dilakukan
dengan cara memeras, memijit, dan atau memirit tanah dalam keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Dari pengamatan dapat diketahui lahan dalam kondisi
lembab dan pada keempat horison memiliki konsistensi lunak. Konsistensi Pada
keadaan lembap merupakan struktur yang baik dan pengolahannya mudah.
Warna tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mudah di lihat dan dapat
menunjukkan sifat-sifat tanahnya. Warna tanah bersifat tidak murni karena
merupakan warna gabungan dari komponen penyusun tanah. Faktor yang
mempengaruhi warna tanah antara lain : kadar lengas & tingkat pengatusan, kadar
bahan organik, dan kadar dan mutu mineral. Warna tanah secara langsung dapat
dipakai untuk menksir tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organik, menilai
keadaan drainase, melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan,
dan menaksir banyaknya kandungan mineral. Penetapan warna tanah
denganMunsell Soil Color Charts (MSCC), di mana terdapat tiga satuan yaitu hue
(menunjukkan warna utama tanah), value (menunjukkan derajat terangnya warna),
dan chroma (menunjukkan warna atau perubahan kemurnian warna dari kelabu
netral atau putih ). Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil yaitu pada
horison A 2,5 YR 3/2, pada horison B 10 YR 3/2, pada horison C1 5 YR 5/2 ,dan
pada horison C2 5 YR 6/3. Warna tanah semakin ke dalam semakin terang ini di
karenakan bahan organiksemakin ke dalam semakin berkurang.
d. Sifat Kimia Tanah
pH tanah merupakan indikator reaksi yang terjadi di dalam tanah. Nilai pH
merupakan pembacaan lagaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur
dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberikan larutan tertentu. Dalam
pengamatan ini menggunakan dua larutan yaitu larutan air bebas ino atau aquades
(H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hai ini digunakan metode kaorimerti yaitu
menggunakan kertas pH atau pHstick yang di celupkan pada larutan tanah. Terlebih
dahulu contoh tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah
dengan air sekitar 1:2,5. Kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan
beberapa saat (sekitar 10 sampai 30 menit). pH stick dimasukkan ke dalam larutan
tetapi jangan sampai terkena endapan dari tanah (hanya dibasahi dengan airnya).
Hal yang sama juga dilakukan pada larutan KCl 1 N. Dari hasil pengamatan pH H2O
pada horisonA, B, C1 mengandung 6 , pada horisonC2 mengandung 5, dan pH KCl
dari horisonA, B adalah 6, sedangkan pada horisonC1 dan C2 adalah 5.
Bahan organik merupakan salah satu komponen pokok dalam tanah karena
bahan organic merupakan sumber sekaligus sebagai peyangga dari kesuburan
tanah. Penentuan jumlah bahan organik secara kualitatif yaitu dengan mengamati
banyaknya buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi H2O2 10 %. Dari
pengamatan diperoleh data bahwa pada hr 0 memiliki kandungan bahan organic
yang banyak, horizon A memiliki kandungan bahan organik banyak, dan pada
horizon B memiliki kandungan bahan organik sedikit, sedangkan pada horison
C1 dan C2 memiliki kandungan bahan organik sangat sedikit.
Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat
kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai indikasi tingkat
kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh
kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah,
pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan
kegiatan biologi dalam tanah. Penentuan kadar kapur secara kualitatif yaitu dengan
mengamati buih yang timbul setelah sampel tanah ditetesi HCl 10 %. Apabila tanah
mengandung kapur maka akan terjadi pembuihan. Dari pengamatan diperoleh data
bahwa pada lapisan-lapisan tanah ini tidak terdapat kandungan kapurnya. Hal ini di
karenakan tanah ini berasal dari batuan alluvium tua.
e. Analisis Lengas Tanah
Tanah Vertisol merupakan tanah-tanah berwarna gelap dengan tekstur liat dan
menyebar luas di daerah beriklim tropis dan subtropis dengan curah hujan 1500 mm
pertahun. Tanah Vertisol memiliki sifat khusus yakni mempunyai sifat vertik, hal ini
disebabkan terdapat mineral liat tipe 2:1 yang relatif. Karena itu dapat mengkerut
(Shrinking) jika kering dan mengembang (Swelling) jika jenuh air.
Vertisol di Indonesia terbentuk pada tempat-tempat yang berketinggian tidak
lebih dari 300 meter di atas permukaan laut, temperature tahunan rata-rata 250 C
dengan curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun. Vertisol memiliki potensi cukup
baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengolahan tanahnya
yang relatif cukup sulit, bersifat sangat lekat bila basah dan sangat keras bila dalam
keadaan kering.
Dari percobaan lengas tanah kering angin didapat kadar lengas rata-rata
sebesar 9,47% pada sampel tanah ukuran 0,5mm, pada sampel tanah ukuran 2mm
didapat rata-rata lengas tanah kering angin sebesar 12,14% dan pada sampel
bongkah sebesar 3,3%, hal ini menunjukan bahwa kadar lengas yang terkandung
pada tanah vertisol kering angin sedikit. Pada kapasitas lapangan kadar lengas
yang terkandung 44,44%dan 49,71% pada sampel tanah ukuran 2mm, ini
menunjukan kadar lengas yang terkandung banyak, sedangkan pada lengas
maksimum terkandung kadar lengas sebesar 61,54% dan pada batas berubah
warna kurang lebih 76,17% dan 59,39%.
f. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukan intensitas keasaman suatu sistem tanah, sedangkan
kapasitas keasaman menunjukkan takaran ion H+ terdisosiasi, ditambah H+ tidak
terdisosiasi di dalam sisterm tanah.
Dalam pengamatan ini mengunakan dua larutan, yaitu larutan airbebas ion atau
aquades (H2O) dan larutan KCl 1 N. Dalam hal ini menggunakan menggunakan
indikator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah, yang telah dicampur
dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dengan air sekitar 1:2,5. hingga
homogen dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu pH meter dicelupkan, jangan
sampai terkena endapannya.
Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH H2O (pH aktual)
dan pH KCl (pH potensial). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah. pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion
H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. Semakin tinggi konsentrasi
H+ maka semakin tinggi kemasaman reaksi tanah dan pH nya semakin menurun
atau rendah. Pada tanah vertisol kering angin diperoleh pH H2O sebesar 7,192. Dan
pH KCl 6,4.
VI. KOMPERHENSIF
A. Jumantono
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan di Jumantono, terdapat sifat –
sifat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Melalui diskripsi
lingkungan, fisiografi lahan di daerah ini trjadi akibat adanya proses vulkanisme dari
Gunung Lawu kala itu dan dalam waktu yang lama membentuk bahan induk tanah
vulkan pada daerah yang miringyang kemudian diolah manusia menjadi hampir
datar, dengan ketinggian tempat 188 m dpl.
Kesuburan tanah sangat menetukan adanya vegetasi yang dapat bertahan pada
suatu jenis tanah. Pada profil tanah yang diamati, kesuburan fisik tanahnya adalah
baik yang ditandai oleh struktur dan tekstur tanahnya yang memungkinkan
terciptanya aerasi dan drainase sedang. Tingkat kesuburan kimia pada tanah ini
juga baik, yang ditandai dengan pH yang cukup asam sehingga memungkinkan
adanya mikrobia yang dapat bertahan hidup untuk melakukan proses kimia yang
akan menghasilkan senyawa – senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Dari
tingkat kesuburan fisik dan kimia yang baik akan menghasilkan kesuburan biologi
yang baik pula, yaitu adanya kegiatan mikrobia yang melakukan proses
dekomposisi bahan – bahan kimia yang nantinya sangat bermanfaat bagi tumbuhan.
63
Profil tanah diketahi bahwa tanah tempat praktikum mengalami erosi bentuk tingkat permukaan bebas dengan kata lain tidak terjadi erosi. Bentuk ini menyebabkan tanah tahan erosi, banjir dan genangan. Dari hasil pengamatan fisika tanah, pada profil tanah tiap lapisan memiliki unsur tekstur yang berbeda – beda. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif tiga golongan dasar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi lempung, debu dan pasiran. Secara garis besar tekstur tanah yang ada di daerah Jumantono ini adalah lempung. Tekstur tanah memiliki kaitan erat dengan struktur tanah dan konsistensi tanah, sehingga berguna untuk menentukan cara pengolahan tanah yang efisien dan penetrasi tanaman serta air udara di lapisan bawah tanah. Tekstur tanah juga dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan air dan unsur hara dalam tanah.
Warna tanah merupakan sifat fisika tanah yang dapat digunakan untuk
mengetahui sifat kimianya. Hal ini berkaitan pula dengan kandungan bahan organik
(BO). Warna tanah yang gelap memiliki kandungan BO yang tinggi. Sebaliknya
warna tanah yang cerah memiliki kandungan BO yang rendah. Selain itu warna
tanah dapat digunakan sebagai penunjuk batas lapisan tanah pada profil. Warna
tanah juga menunjukan adanya bahan kasar pada tanah yang memberikan warna
lain.
Konsentrasi atau bercak merupakan keadaan warna tanah yang lebih gelap
dibandingkan dengan sekitarnya secara vertikal. Bercak tanah merupakan
gabungan dari konkresi tanah, di mana konkresi merupakan pencucian basa – basa
mineral oleh air hujan yang terjadi di dalam tanah. Pada kedalaman tertentu, bercak
ini merugikan tanaman, misalnya jika bercak banyak terdapat pada lapisan yang
banyak mengandung BO tinggi dimana banyak perakaran pada daerah itu, maka
tanaman lama kelamaan tidak daat bertahan karena kondisi basa pada bercak
tersebut tidak memungkinkan adanya kegiatan mikrobia yang menghasilkan
senyawa senyawa penting bagi tanaman. Pada lokasi ini yang timbul adalah bercak
bermangan (Mn).
Secara tidak langsung aerasi dan drainase tanah dipengaruhi oleh tekstur dan
struktur tanah. Jika tanah padat maka aerasi dan drainasenya juga buruk. Begitu
pula sebaliknya. aerasi dan drainase menentukan kadar pH dalam tanah. Jika
aerasi dan drainse baik, tanah cenderung asam.
B. Kampus Fakultas Pertanian UNS
Tanah di wilayah kampus fakultas pertanian UNS termasuk dalam kategori
tanah entisol yang proses pembentukan tanahnya berupa proses pelapukan bahan
organik dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur
tanahnya karena pengaruh bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Hasil pengamatan menunjukkan pH tanah yang diperoleh baik menggunakan
indikator H2O maupun KCl antara 5 sampai 6. Ini menandakan bahwa tanah
tersebut bersifat masan yang mendekati netral sehingga vegetasi dapat tumbuh
dengan subur.
Pada tanah tersebut, semakin kecil ukuran partikel pada tingkat suspensinya
akan memiliki ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus sampai kasar. Hal
tersebut sesuai yang terlihat pada hasil pengamatan pada struktur tanah yang
memiliki tipe, ukuran dan derajad yang bervariasi. Tanah entisol yang mempunyai
tekstur halus, berkadar bahan organic dan nitrogen lebih rendah daripada tanah
yang bertekstur sangat halus, seperti pada hasil pengamatan. Hal tersebut
disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih
baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah bahan organik
kurang dari tanah yang lebih halus.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap
pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan
kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang
tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Hal itu berpengaruh pula untuk
meminimalisir terjadinya erosi. Sehingga pada lokasi ini yang terjadi hanya erosi
permukaan dengan tingkat yang rendah. Kandungan bahan organik terbanyak pada
lapisan teratas. Semakin ke dalam lapisan tanah, kandungan bahan organik
semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi drainase tanah yaitu
semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti terlihat pada hasil
pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase adalah struktur
tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan padat dan
ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi drainese yang
baik pula.
Konsistensi tanah dipengaruhi oleh tekstur dan strukturnya, pada horison tanah
terdalam konsistensinya sangat teguh. Adapun pentingnya mengetahui konsistensi
tanah adalah untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien dan penetrasi
akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
C. Jatikuwung
Tanah di Jatikuwung termasuk dalam kategori tanah vertisol yang umumnya
mempunyai tekstur lempung. Pada vertisol variasi kandungan lempung dengan
kedalaman tanah berasal dari bahan induk.
Pada hasil pengamatan dapat diketahui warna tanah adalah gelap, yang terjadi
akibat pengaruh BO yang dikandungnya, terutama yang berkaitan dengan liat halus
dan akan tahan terhadap oksidasi H2O2. Vertisol mempunyai tekstur yang berat
sehingga mengalami kesukaran dalam hal pengolahan tanah. Hal ini disebabkan
karena kandungan mineral liat 2:1 yang dominan, sehingga pada saat kering tanah
menjadi sangat keras dan pada saat basah tanah menjadi lekat. Dalam pengukuran
pH pada tanah ini, diketahui bahwa pH tanah mendekati netral, baik menggunakan
indikator H2O maupun KCl diperoleh hasil yang sama. Dengan kemiringan lereng
sebesar -20% memungkinkan terjadinya erosi alur dengan tingkat rendah yang
berpengaruh terhadap aerasi drainase tanah, yaitu semakin dalam horison tanah,
aerasi drainase tanahnya semakin buruk.
Tingginya kandungan bahan organik ditunjukkan oleh warna tanah yang gelap
pada lokasi ini. Banyaknya kandungan bahan organik akan semakin meningkatkan
kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh pada banyaknya vegetasi yang
tumbuh, seperti terlihat pada wilayah ini. Semakin ke dalam lapisan tanah,
kandungan bahan organik semakin sedikit yang berpengaruh pula terhadap aerasi
drainase tanah yaitu semakin ke dalam aerasi drainase semakin buruk seperti
terlihat pada hasil pengamatan. Hal lain yang berpengaruh terhadap aerasi drainase
adalah struktur tanah. Struktur tanah yang baik dimana perbandingan antara bahan
padat dan ruang pori seimbang, Struktur tanah yang baik mendukung aerasi
drainese yang baik pula.
Dari hasil praktikum yang dilakukan pada ketiga lokasi, dapat diketahui adanya
perbedaan jenis tanah. Sehingga berpengaruh terhadap kesuburan tanah, sifat
fisika dan sifat kimianya. Sifat – sifat tersebut saling berhubungan satu dengan yang
lainnya.
Pada lokasi kampus, diketahui bahwa jenis tanah tersebut adalah tanah entisols
(menurut USDA), fluvisols (menurut FAO/UNESCO), dan alluvial (menurut
PPT).Tanah ini memiliki geologi bahan alluvium (QA) dengan berbahan induk dari
abu vulkan, pasir, pantai atau bahan sedimen. Berbeda halnya dengan jenis tanah
di lokasi kedua yaitu di Jumantono yang berjenis tanah alfisols (menurut USDA),
ferasols (menurut FAO/UNESCO), dan latosols (menurut PPT). Tanah ini memiliki
geologi Qvl yaitu, batuan gunung api Lawu. Alfisols secara potensial termasuk tanah
yang subur, meskipun bahaya erosi perlu mendapat perhatian. Untuk peningkatan
produksi masih diperlukan usaha-usaha intensifikasi antara lain pemupukan dan
pemeliharaan tanah serta tanaman yang sebaik-baiknya. Sedangkan untuk lokasi
ketiga yaitu wilayah Jatikuwung memiliki jenis tanah vertisols (menurut USDA),
vertisols (menurut FAO/UNESCO), dan grumusols (menurut PPT). Tanah ini
memiliki geologi Qvm yaitu, batuan gunung api Merapi. Vertisols secara potensial
termasuk tanah yang subur karena berkembang dari abu vulkanis, yaitu dari gunung
Merapi.
Dari perbedaan jenis tanah tersebut dapat diketahui bahwa sifat-sifat fisika dan
kimiannya pun berbeda-beda. Dari ketiga lokasi itu, Jatikuwung adalah lokasi yang
memiliki kemiringan lereng tertinggi. Sedangkan untuk lokasi tersubur adalah tanah
di wilayah Jumantono, karena merupakan tanah alfisols yang berbahan induk dari
batuan gunung api Lawu. Selain itu tanah di wilayah tersebut telah mengalami
campur tangan pengolahan manusia karena digunakan untuk lahan percobaan
sehingga berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisikanya. Seperti teksturnya yang
geluh (remah) pada semua horison, sangat subur untuk pertumbauhan tanaman.
Berbeda halnya dengan tanah kampus dan Jatikuwung yang rata-rata bertektur
lempung.
Selain itu hal lain yang membedakan adalah warna tanah pada masing-masing
lokasi yang berbeda-beda. Warna tanah ini berbeda karena pengaruh berbagai
faktor, seperti vegetasi tanaman, geologi dan erosi yang terjadi. Untuk konsistensi
berpengaruh pada perakaran yang meliputi jumlah dan ukurannya, semakin teguh
konsistensi, ukuran perakaran semakin kecil dengan jumlah semakin sedikit. Hal itu
terlihat pada hasil pengamatan di setiap lokasi.
Bahan organik yang terkandung pada masing-masing horison juga berpengaruh
terhadap kesuburan tanah tersebut. Bahan organik itu juga dipengaruhi pula oleh
geologi pembentuk tanah. Semakin banyak bahan organik maka tanah itu semakin
subur. Untuk kadar kemasaman pada masing-masing lokasi hampir sama yaitu
kurang dari 7, baik menggunakan indikator H2O maupun KCl.
Untuk tanah di wilayah Jatikuwung dapat mengalami pecah-pecah pada saat
kering dan mengembang di saat basah, sifat ini tidak terlihat pada tanah di lokasi
yang lain, baik kampus maupun Jumantono. Hal itu tidak lepas dari pengaruh
batuan pembentuk tanah tersebut.
Perbedaan-perbedaan yang terlihat pada masing-masing likasi ini, menunjukkan
adanya berbedaan pula pada sifat kimia dan fisikanya. Sehingga tingkat kesuburan
bagi pertumbuhan tanaman pun berbeda-beda pula.
V. KESIMPULAN
1. Lokasi I : Jumantono
a. Tanah di tempat praktikum Jumantono mempunyai jenis tanah alfisol dan agak
miring.
b. Tekstur tanah pada horison A1 lempung , horison A2 lempungan debuan,horison
B lempung debuan , horison C lempung.
c. Konsistensi tanah pada horison A1 sangat gembur, horison A2 gembur,horison B
teguh, horison C sangat teguh.
d. Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a. pH H2O
Pada horison A1 pH tanah 4-5, pada lapisan A2, B dan C mempunyai pH yang
sama yaitu 5.
b. pH KCl
Pada semua horison memiliki pH KCl yang sama yaitu 6.
2. Lokasi II : Kampus FP
a. Tanah di tempat praktikum Kampus FP mempunyai jenis tanah entisol dengan
relief hampir datar.
b. Tekstur tanah pada lapsan 1 geluh lempung pasiran, lapisan 2 lempung
pasiran, dan lapisan 3 lempung pasiran.
c. Struktur tanah pada lapisan 1 dan 2 gumpal menyudut dan lapisan 3 gumpal
membulat.
d. Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a) pH H2O
Pada lapisan 1 pH tanah 5, pada lapisan 2 pH tanah 5, pada lapisan 3 pH
tanah 5.
b) pH KCl
Pada lapisan 1 pH tanah 6, pada lapisan 2 pH tanah 5, pada lapisan 3 pH
tanah 5.
69
3. Lokasi III : Jatikuwung
a. Tanah di tempat praktikum Jatikuwung mempunyai jenis tanah vertisol
dengan relief agak curam.
b. Kemasaman tanah pada profil yang diamati
a) pH H2O
Pada horison A pH tanah 6, pada horison B pH tanah 6, pada horison C1 pH
tanah 6, pada horison C2 pH tanah 5.
b) pH KCl
Pada horison A pH tanah 6, pada horison B pH tanah 6, pada horison C1 pH
tanah 5, pada horison C2 pH tanah 5. Tidak diketemukan kandungan kapur pada
tanah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas
_______. 2005. Kimia Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_tanah. Diakses tanggal 29
November 2011.
_______. 2006. Fisika Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_tanah. Diakses tanggal
29 November 2011.
_______. 2007. Tentang pH Tanah. http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/. Diakses
tanggal 15 November 2011
_______. 2009. Kadar Lengas Tanah. ilmutanahuns.files.wordpress.com/2009/02/kadar-
lengas-tanah.pdf. Diakses tanggal 15 November 2011
_______. 2009. Mengukur pH Tanah dan Kebutuhan
Kapur.http://kapurpertanian.com/index.php/Berita-Terbaru/Mengukur-pH-tanah-dan-
kebutuhan-kapur.html. Diakses tanggal 10 November 2011
_______. 2010. Pemberian Pupuk Kimia Pada Tanah Entisol
Marelan.http://vidaashrafida.blogspot.com/2010/10/laporan-kestanpemberian-
pupuk-kimia.html. Diakses tanggal 04 Desember 2011.
_______. 2010. Tanah Vertisol . https://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-vertisol/.
Di akses tanggal
04
Desember 2011.
_______. 2011. Kemasaman Tanah (pH
Tanah).http://www.silvikultur.com/Kemasaman_Tanah_pH.html. Diakses tanggal 10
November 2011
_______. 2011. Konservasi Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi_tanah. Diakses
tanggal 15 November 2011
Bridges,E.M.1979. World Soils. Cambridge Univ.Press.Cambridge,New York.
Cipta. Jakarta.
19
Darmawidjaja, M. Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University.
Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Hillel,D.1983.Fundamental of Soil Physic.Academic Press.New York.
Kartosapoetro. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka
Munir, M. 1996. Geografi, Perkembangan dan Penyebaran Tanah di Indonesia.
Pertanian UNS. Surakarta.
Sanchez, P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Yogyakarta.
Yong,R.N and B.P Warkentin.1975. Soil Properties and Behaviour. Elsevier, Amsterdam.
<a href="http://www.mylivesignature.com" target="_blank"><img
src="http://signatures.mylivesignature.com/54490/202/A9C737DC619F2FB88A26C6
6B3D954A18.png" style="border: 0 !important; background: transparent;"/></a>
Diposkan oleh rosita dewati di 10:37 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Label: ilmu tanah, iltan, laporan ilmu tanah, laporan praktikum ilmu tanah, praktikum ilmu tanah, praktikum iltan
2 comments:
1.
Darmawan Saputra June 17, 2012 at 3:12 PM
Terima kasih atas artikelnya.o iya selama saya jelajah mencari ilmu tentang blogging, menurut saya anda memiliki kelebihan tersendiri dari situs-situs lain dan jujur potensi anda juga sangat bagus, banyak juga ilmu yang saya pelajari disini jika ada waktu saya akan berkunjung lagi.
#Semoga sehat selalu :D
Reply
2.
rosita dewati June 17, 2012 at 6:26 PM waa saya bingung mau ngomong apa...saya juga masih belajar nge-blog :)yaa terima kasih, semoga bermanfaat :)
Reply
Newer Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
BLOG ARCHIVE
▼ 2012 (5)
o ▼ June (5)
Student Exchange Program
Laporan Praktikum Agroekosistem
Saat aku belajar membuat esai
Saat aku mengenal BLOG
Laporan Praktikum Ilmu Tanah
ABOUT ME
rosita dewatiView my complete profile
Rosita Dewati
Create Your Badge
Picture Window template. Powered by Blogger.
ACARA IV
KONSISTENSI TANAH KUALITATIF
ABSTRAKSI
Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah acara IV yang berjudul ”Konsistensi Tanah Kualitatif” dilakukan pada
tanggal 21 April 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Konsistensi tanah penting dilakukan untuk menentukan cara pengolahan
tanah yang baik, penetrasi akar tanaman dilapisan bawah, dan kemampuan tanah menyimpan lengas.
Pengujian konsistensi tanah bertujuan menentukan konsistensi tanah dalam keadaan kering maupun
basah, dan pengukuranya secara kualitatif.
Konsistensi basah ditentukan berdasarkan kelekatan dan plastisitas tanah yang diamati pada saat tanah
dalam keadaan basah. Konsistensi kering diukur dengan cara memecahkan agregat dalam keadaan
kering dengan menggunakan ibu jari, telunjuk dan telapak tangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
konsistensi tanah dari yang paling longgar: Entisol, Alfisol, Ultisol, Vertisol dan Rendzina.Urutan
konsistensi tanah menurut plastisnya, dar yang paling plastis adalah Alfisol, Ultisol, Rendzina, Vertisol,
dan Entisol. Urutan kelekatan tanah dari myang paling lekat: Rendzina, Vertisol, Ultisol, Entisol, dan
Alfisol.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu halyang perlu diketahui sebelum memulai suatu pengelolaan tanah di suatu lahan, adalah
konsistensi tanah karena konsistensi merupakan resistensi terhadap deformasi atau perpecahan dan
ditentukan oleh adhesi dan kohesi mulsa tanah. Oleh karena itu, konsistensi tanah harus secara tepat
agar pengelolaan tanah yang dilakukan dapat berjalan baik, serta dapat diusahakan secara maksimal.
Selain menentukan langkah pengelolaan tanah yang tepat, konsistensi juga mnentukan kemampuan
tanah dilahan tersebut untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Konsistensi mempengaruhi
kemampuan tanaman memanjangkan akarnya, serta mempengaruhi jumlah oksigen dan air dalam tanah
yang merupakan kebutuhan esensial pertumbuhan tanaman.
B. Tujuan
1. Menentukan konsistensi kering dari tanah contoh
2. Menentukan konsistensi basah dari tanah contoh
II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi tanah menunjukan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah (agregat tanah)
dengan daya adhesi tanah dengan benda lain ( Rawls dan Pachepsky, 2002). Daya tersebut menentukan
daya tahan tanah terhadap gaya penguibah bentuk, yang dapat berupa pembajakan, pencangkulan dan
penggaruan. Menurut Foth ( 1990), tanah yang baik yang mudah diolah adalah tanah yanmg lunak dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Tanah yang lunak( tidak keras/ lepas-lepas) merupakan tanah yang mudah dipenetrasi oleh akar
tanaman sehingga memberikan kesempatan bagi tanaman untukberkembang dan tumbuh dengan baik.
Tanah yang tidak banyak melekat pada tanah menunjukan, dalam kondisi basah, tanah hanya
mengandung sedikit oksigen dan udara lain. Padahal udara juga merupakan faktor penting pertumbuhan
tanaman ( Certini dan Scalenghe, 2006 ; Bouma, 1992)
Dalam tulisannya, Maajid (2009) membagi konsistensi kering tanah menjadi:
1. Lepas-lepas : tanah hancur tanpa ditekan .
2. Lunak : tanah dapat hancur dengan sedikit ditekan diantara ibu jari dan telunjuk.
3. Agak keras : tanah dapat hancur dengan tekanan kuat diantara ibu jari dan telunjuk.
4. Keras : tanah dapat hancur dengan ditekan kuat diantara pangkal telapak kiri dan
ibu jari kanan.
5. Sangat keras : tanah tidak hancur dengan tekanan sangat kuat sekalipun.
Konsistensi basah dibagi atas dua sifat, yaitu kelekatan dan plastisitas. Kelekatan tanah diuji diantara ibu
jari dan telunjuk. Jika tidak ada tanah yang melekat di jari tangan maka tanah tidak lekat. Kelekatan
bertambah dengan seiring banyaknya tanah yang menempel. Plastisitas adalah pengujian tanah dengan
membuat pasta tanah dan kemudian dilengkung-lengkungkan membentuk O, S, dan 8.
Tanah yang melekat menunjukan adhesinya tinggi, sehingga mudah menempel. Tanah yang plastis
menunjukan kohesi antar agregat besar ( Mc Cullagh, 1989).
III. METODOLOGI
Praktikkum konsistensi tanah kualitatif ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 21 april 2011 di
Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada. Adapun
praktikum ini menggunakan bahan dan alat serta prosedur sebagai berikut:
a. Konsistensi kering
Pada percobaan konsistensi kering menggunakan bahan berupa contoh tanah agregat tidak terusik
( bongkah).
Mula-mula diambil bongkah tanah kemudian menekannya diantara ibu jari dan telunjuk. Jika tanpa
ditekan hancur, konsistensinya lepas-lepas, jika dengan sedikit menekan hancur maka lunak dan bila
dengan ditekan hancur maka konsistensi agak keras kemudian apabila ditekan diantara telapak tangan
dan ibu jari dengan kuat hancur maka konsistensi keras dan bila tidak hancur maka konsistensinya
sangat keras.
b. Konsistensi basah
Percobaan ini menggunakan bahan berupa contoh tanah kering udara ukuran Ø 2 mm secukupnya, baik
Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina dan Vertisol. Sedangkan alat yang digunakan adalah cawan porselin.
Mula-mula diambil contoh tanah kering udara ukuran Ø 2 mm secukupnya baik Entisol, Alfisol, Ultisol,
Rendzina dan Vertisol. Dibasahi masing-masing tanah dengan aquades secukupnya dan dicampurkan
hingga homogen. Kelekatan dan plastisitas masing-masing tanah dibedakan dengan cara digosok-gosok
yaitu antara telunjuk jari dengan ibu jari. Sisa pasta tanah yang menempel pada permukaan kedua jari
diamati. Kriteria pada tabel diikuti dan dicatat tingkat kelekatan tanah diikuti. Pipa tanah dibuat setebal ±
2-3 mm. Kriteria dari tabel diikuti dan catat tingkat plastisitas tanah.
IV. DATA HASIL PENGAMATAN
a. Konsistensi kering
b. Konsistensi basah
V. PEMBAHASAN
Konsistensi tanah adalah sifat fisik tanah yang menunjukan adhesi dan kohesi zarah-zarah pada
berbagai tinbgkat kelengasan tanah. Kohesi yang paling besar terdapat dalam tanah kering danm
menurun tajam dengan masuknya air di sela-sela daerah tanah. Sedangkan besarnya adhesi ditentukan
oleh tegangan permukaan pada tiap-tiap satuan bidang singgung dan luas bidang singgung. Penurunan
kadar air menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan dan kelenturan menjadi gembur, lunak serta
menjadi keras dan kaku pada saat kering.
Konsistensi dipengaruhi oleh tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik, struktur dan
yang paling utama adalah kadar air. Tanah bertekstur sama dapat berbeda konsistensinya karena
berebda macam lempungnya. Sifat fisik yang ditunjukan oleh knsistensi berupa keteguhan , keliatan
(plasticity), dan kelekatan (stickness).
Dalam keadaan kering, tanah tidak mengandung air, sehingga kekerasab tanah dapat diukur. Jenis tanah
yang konsistensi keringnya sangat kleras adalah vertisol dan rendzina.sedangkan konsistensi kering
keras adalah jenis tanah ultisol dan agak keras adalah alfisol atau entisol. Sehingga urutan jenis tanah
yang memiliki kekerasan tertinggi hingga terendah adalah rendzina, vertisol, ultisol, alfisol, dan entisol.
Dari praktikum diperoleh hasil bahwa kelekatan tanah menunjukan keadaan adhesi tanah terhadap
benda lain. Jenis tanah yang mempunyai konsistensi basah sangat lekat adalah rendzina. Jenis tanah
yang mempunyai konsistensi basah lekat adalah vertisol, ultisol dan entisol. Sedangkan tanah yang yang
berkonsistensi basah agak lekat adalah alfisol. Sehingga urutan jenis tanah yang memiliki kelekatan
tertinggi hingga terendah adalah rendzina, vertisol, ultisol, entisol, dan alfisol.
Plastisitas adalah kemampuan bahan tanah secara mudah dapat diubah bentuknya karena pengaruh dan
tetap pada bentuk semula meskipun tekanan dilepaskan. Dari hasil praktikum diperoleh hasil bahwa jenis
tanah yang memiliki konsistensi basah plastis adalah alfisol, ultisol dan rendzina. Sedang jenis tanah
yang berkonsistensi basah agak plastis adalah vertisol dan entisol. Sehingga urutan tanah mulai dari
tingkat keplastisan paling tinggi hingga paling rendah adalah alfisol, ultisol, rendzina, vertisol dan entisol.
Apabila dibandingkan dengan teori tanah vertisol seharusnya tanah vertisol memiliki tingkat keplastisan
paling tinggi dibandingkan dengan jenis tanah lain. Hal ini dimungkinkan karena kesalahan praktikan
dalam menambah air.
Manfaat mengetahui konsistensi tanah dibidang pertanian dibidang pertanian adal;ah dapat
mempermudah pengolahan tanah karena tiap tanah mempunyai konsistensi yang berbeda-beda. Dengan
perilaku tersebut diharapkan mampu membuat konsistensi tanah sesuai dengan jenis tanaman yang
ditanam sehingga mampu meningkatkan produksi pertanian.
Penentuan nilai konsistensi dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu (1) kualitatif (biasanya di lapangan dan
di laboratorium) dengan menekan bongkah tanah diantara ujung telunjuk dengan ibu jari atau ujung ibu
jari dengan pangkal tangan. Penetapan secara kualitatif dapat digunakan untuk melihat tingkat kelekatan,
keliatan, pada konsistensi basah dan tingkat kekerasan pada konsistensi kering. Metode ini lebih sering
dilakukan di lapangan karena lebih simpel dan tidak membutuhkan alat dan bahan yang rumit. (2)
kuantitatif ( di laboratorium) dengan pendekatan angka-angka atterberg yaitu batas cair (BC), batas
gulung (BG), batas lekat (BL), dan batas berubah warna (BBW). Metode ini lebih sering dilakukan di
laboratorium karena lebih rumit dan membutuhkan alat yang lebih banyak.
Hubungan tekstur, struktur, dan konsistensi tanah sangat erat seperti digambarkan seperti segitiga
berikut ini :
Tekstur
Struktur konsistensi
Contoh hubungan 3 sifat fisik tanah tersebut adalah suatu tanah dengan tekstur pasir maka akan
mempunyai struktur butir tunggal dan akan mempunyai struktur gumpal, pejal atau baji dan mempunyai
konsistensi agak teguh (kering) dan plastis bila basah.
VI. KESIMPULAN
1. Konsisteni tanah dipengaruhi oleh tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik, struktur
dan yang terutama adalah kadar air tanah.
2. Urutan konsistensi kering dari yang paling keras adalah rendzina, vertisol, ultisol, alfisol, dan entisol.
3. Urutan konsistensi basah paling lekat adalah rendzina, vertisol, ultisol, entisol, dan alfisol.
4. Urutan konsistensi basah dari paling plastis adalah alfisol, ultisol, rendzina, vertisol dan entisol
5. Semakin tinggi kandungan lempung dalam tanah maka semakin tinggi konsistensi tanahnya dan
semakin banyak kandungan pasir dalam tanah maka semakin rendah konsistensi tanahnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Bouma, J. 1992. Effect of soil structure tillage, and agregation upon soil hydraulic properties. Soil Science
Journal 56 : 1-5
Certini, Gracomo dan Riccardo Scalenghe. 2006. Soil : Basics Concept Future Challenge. Cambridge
University Press. Cambridge.
Foth, Henry.D. 1990. Fundamentals of soil science. John Wiley and Sons. New York.
Madjid, Abdul. 2009. Sifat Fisika Tanah ( Bagian 5 : Konsistensi Tanah). diakses pada 23 April 2011
Mc cull’agh, P. dan J.A. Nelder. 1989. Generalised Linier Models : Interaching Prosses In Soil
Science. Lewis Publication. Florida.
Rawls, W. J dan Y.A Parchepsky. 2002. Soil consistence and structure as predictors of water
retention. Soil Science Journal 66: 115-118