DIR
�
PER
DIRREKTOR
PE
NGEMRUMIN
REKTORARAT�JEND
EDO
MBANGNANSIA
AT�PERBDERAL�PKEMEN
OMA
GAN�BA�APB
BIBITANPETERNNTERIANTAHUN
AN T
BUDIDBN�P�T
N�DAN�PAKAN�DN�PERTAN�2016
i�
EKN
DAYA�TTAHUN
PRODUKDAN�KESANIAN
NIS
TERNAN�2016
KSI�TERNSEHATA
AK�6�
NAKAN�HEWWAN�
�
�
�
�
i Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 30078/HK.140/F/09/2016
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN BUDI DAYA
TERNAK RUMINANSIA APBN-P TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemenuhan pangan
asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat perlu
dilakukan peningkatan produktivitas ternak dengan
pemberdayaan peternak melalui kegiatan Pengembangan
Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016;
b. bahwa agar dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan
Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
berjalan dengan baik, diperlukan Pedoman Teknis
Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P
Tahun 2016;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, serta melaksanakan ketentuan
Pasal 3 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/
Permentan/RC.130/12/2015 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/
Permentan/RC.130/9/2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/
RC.130/12/2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2016, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pedoman Teknis
Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P
Tahun 2016;
ii Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5619);
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara
Tahun 2013 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5433);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587)
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5679);
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang
Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Tahun
2012 Nomor 214, Tambahan Lembaran Nomor 5356);
iii Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Peternak (Lembaran Negara Tahun 2013
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5391);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang
Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 338 , Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5543);
11. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5655);
12. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2013 tentang Budi
Daya Hewan Peliharaan (Lembaran Negara Tahun 2013
Nomor 115);
13. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
14. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara
Tahun 2014 Nomor 339);
15. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor
8);
16. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Tahun 2015
Nomor 85);
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;
18. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 418/ Kpts/ OT.210/
7/2001 tentang Pedoman Budidaya Kambing/Domba Yang
Baik;
19. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 422/ Kpts/ OT.210/
7/2001 tentang Pedoman Budidaya Sapi Perah Yang Baik;
iv Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/
OT.140/5/2014 tentang Pedoman Budidaya kambing Perah
Yang Baik;
21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/
PK.210/8/2015 tentang Pedoman Budidaya Ternak Sapi
Potong Yang Baik;
22. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/
OT.210/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
23. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/
RC.130/12/2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2016 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/
Permentan/RC.130/9/2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/
RC.130/12/2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan
Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2016;
Memperhatikan: Surat Perintah Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
455/Kpts/KP.410/7/2016 tentang Pelaksana Tugas Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN
TEKNIS PENGEMBANGAN BUDIDAYA TERNAK RUMINANSIA
APBN-P TAHUN 2016.
Pasal 1
Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia
APBN-P Tahun 2016, seperti tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri
ini.
v Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
30 September 2016
1
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 30078/HK.140/F/09/2016Kpts/PK.210/F/03/2016
TANGGAL : 30 September 2016
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN BUDI DAYA
TERNAK RUMINANSIA APBN-P TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, dan tingkat pendidikan, serta
kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani, berdampak pada
meningkatnya kebutuhan daging, dan susu. Dalam rangka mendukung
kemandirian pangan asal ternak, maka diperlukan peningkatan populasi dan
produktivitas ternak melalui usaha budi daya yang diupayakan sebanyak
mungkin di masyarakat.
Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan Pasal 32 juncto Undang Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Perubahan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan mengamanatkan bahwa (1) Pemerintah dan pemerintah
daerah mengupayakan agar sebanyak mungkin warga masyarakat
menyelenggarakan budidaya ternak; (2) Pemerintah dan pemerintah daerah
memfasilitasi dan membina pengembangan budi daya yang dilakukan oleh
peternak dan pihak tertentu yang mempunyai kepentingan khusus; dan (3)
Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan memberikan fasilitas
untuk pertumbuhan dan perkembangan koperasi dan badan usaha di bidang
peternakan. Sebagai tindak lanjut dari amanat undang undang di atas,
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013
tentang Pemberdayaan Peternak dan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun
2013 tentang Budidaya Hewan Peliharaan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak dilakukan
melalui pemberdayaan peternak. Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan mengalokasikan dana APBN-P Tahun 2016 untuk kegiatan
pengembangan budi daya ternak ruminansia. Jenis ternak yang
dikembangkan dalam kegiatan ini adalah sapi potong, sapi perah, kerbau,
kambing dan domba.
2
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
Untuk optimalisasi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut agar dapat
terlaksana dengan baik, perlu disusun Pedoman Teknis Pengembangan
Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016.
B. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1. Maksud
Pedoman Teknis ini sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan
Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016.
2. Tujuan
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia
APBN-P Tahun 2016 bertujuan:
a. meningkatkan ketersediaan ternak ruminansia di kelompok penerima
kegiatan.
b. meningkatkan produktifitas ternak.
c. meningkatkan skala usaha peternak.
3. Sasaran
Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia
APBN-P Tahun 2016 mempunyai sasaran:
a. meningkatnya ketersediaan ternak ruminansia di kelompok penerima
kegiatan.
b. meningkatnya produktifitas ternak.
c. meningkatnya skala usaha peternak.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia
APBN-P Tahun 2016 meliputi:
1. Persiapan dan Pelaksanaan;
2. Pemanfaatan dana;
3. Teknis Pemeliharaan Ternak;
4. Pengorganisasian;
5. Pembinaan;
6. Indikator keberhasilan; dan
7. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.
3
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
D. Pengertian
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai
penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya
yang terkait dengan pertanian.
2. Ruminansia adalah hewan yang memamahbiak.
3. Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu spesies yang mempunyai
ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.
4. Peternak adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha peternakan.
5. Kelompok petani/peternak yang selanjutnya disebut kelompok adalah
gabungan anggota masyarakat yang melakukan usaha ternak yang
tumbuh berdasarkan keakraban, keserasian serta kesamaan kepentingan
dalam mengelola usaha ternak untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
perangkat pemerintah daerah yang membidangi fungsi peternakan
dan/atau kesehatan hewan di provinsi/kabupaten/ kota.
8. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
9. Tim Provinsi adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur SKPD
dan/atau instansi terkait di provinsi yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala SKPD di provinsi.
10. Tim Kabupaten/Kota adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur SKPD
dan/atau instansi terkait di kabupaten/kota yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala SKPD di kabupaten/kota.
BAB II
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN
A. PERSIAPAN
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya
Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016, perlu dilakukan persiapan baik di
4
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota maupun di kelompok, meliputi
antara lain:
1. Perencanaan Operasional
Kegiatan operasional Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia
APBN-P Tahun 2016 dituangkan dalam Pedoman Teknis disusun oleh
Tim Pusat yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan atas nama Menteri Pertanian. Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) disusun oleh Tim Provinsi yang ditandatangani oleh Kepala SKPD
provinsi, dan Petunjuk Teknis (Juknis) disusun oleh Tim Kabupaten/Kota
yang ditandatangani oleh Kepala SKPD Kabupaten/Kota. Juklak dan
Juknis yang merupakan penjabaran dari pedoman teknis dapat memuat
hal yang belum diatur dalam pedoman teknis dengan memperhatikan
potensi dan kondisi masing-masing daerah.
2. Sosialisasi Kegiatan
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
dilakukan sosialisasi secara berjenjang ditingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, kelompok dan stakeholder terkait. Sosialisasi dapat
dilaksanakan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sosialisasi
secara langsung dilaksanakan melalui koordinasi dan pembinaan yang
dilaksanakan oleh Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Sosialisasi tidak
langsung dapat dilaksanakan melalui bahan publikasi.
3. Kriteria Lokasi dan Kelompok
a. Kriteria Lokasi
Lokasi kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-
P Tahun 2016 harus mempertimbangkan paling sedikit :
1) kondisi agro-ekosistem, sesuai untuk pengembangan ternak
ruminansia;
2) tersedia sumber daya pakan lokal dan air; dan
3) bukan daerah yang sedang terjadi wabah penyakit hewan menular
strategis.
b. Kriteria Kelompok Penerima Kegiatan
kelompok paling kurang memenuhi persyaratan:
1) memiliki struktur organisasi dan beranggotakan minimal 10
orang;
5
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
2) memiliki sarana usaha peternakan antara lain, sumber pakan dan
ketersediaan air yang cukup serta tersedianya lahan untuk
penanaman hijauan pakan ternak (HPT);
3) bersedia memelihara ternak sesuai dengan manajemen budidaya
dan pembibitan yang baik dan mengikuti peraturan serta
bimbingan dari SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota, serta pihak
terkait lainnya;
4) memiliki akses dan kerjasama yang baik dengan unit pelayanan
kesehatan hewan dan/atau pelayanan IB/kawin alam.
c. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf b., kelompok
yang sudah di cpcl, verifikasi dan dinyatakan lulus (memenuhi
persyaratan) pada kegiatan penambahan indukan sapi potong impor
tahun 2016 dapat ditetapkan oleh SKPD sebagai penerima kegiatan,
tidak perlu dilakukan CPCL dan verifikasi ulang.
4. Rumpun Ternak
a. Rumpun sapi potong yang dikembangkan antara lain: sapi Bali, sapi
PO, sapi Aceh, sapi Pesisir, sapi Madura, sapi Pasundan, sapi Jabres,
sapi SO, dan persilangan.
b. Rumpun sapi perah yang dikembangkan adalah Friesian Holstein (FH).
c. Jenis kerbau yang dikembangkan adalah kerbau lumpur dengan
rumpun sesuai dengan kearifan lokal.
d. Rumpun kambing yang dikembangkan antara lain: PE, Kacang,
Saburai, Marica, Saanen dan Kosta.
e. Rumpun Domba yang dikembangkan antara lain: Garut, Priangan,
dan Batur.
5. Kualifikasi Ternak
Ternak ruminansia yang diadakan sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM) atau Standar
Daerah. Persyaratan teknis secara rinci dituangkan dalam petunjuk
pelaksanaan atau petunjuk teknis.
6
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
B. PELAKSANAAN
1. Seleksi, Verifikasi, dan Penetapan Kelompok
Pelaksanaan seleksi, verifikasi, dan penetapan kelompok penerima
kegiatan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk kelompok melalui dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tim Kabupaten/Kota melakukan seleksi CP/CL, dan
menyampaikan hasil seleksi kepada Kepala SKPD Kabupaten/Kota
untuk direkomendasikan sebagai calon penerima kegiatan kepada
Kepala SKPD Provinsi;
2) Tim Provinsi melakukan verifikasi terhadap calon penerima yang
direkomendasikan oleh Kepala SKPD Kabupaten/Kota;
3) Tim provinsi menyampaikan hasil verifikasi kepada Kepala SKPD
Provinsi sebagai bahan pertimbangan untuk penetapan kelompok
penerima kegiatan;
4) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) SKPD Provinsi menetapkan
kelompok penerima kegiatan dalam bentuk Surat Keputusan dan
disahkan oleh KPA.
b. Kelompok melalui dana Tugas Pembantuan (TP) Kabupaten/Kota
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut
1) Tim Kabupaten/Kota melakukan seleksi (CP/CL) dan verifikasi
calon penerima;
2) Tim Kabupaten/Kota menyampaikan hasil seleksi dan verifikasi
kepada Kepala SKPD Kabupaten/Kota untuk ditetapkan sebagai
penerima kegiatan; dan
3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) SKPD Kabupaten/Kota
menetapkan kelompok penerima kegiatan dalam bentuk Surat
Keputusan dan disahkan oleh KPA.
c. Kelompok yang sudah di cpcl, verifikasi dan dinyatakan lulus pada
kegiatan penambahan indukan sapi potong impor tahun 2016 tidak
perlu dilakukan CPCL dan verifikasi ulang.
2. Pengadaan Barang dan Jasa
Pengadaan barang dan jasa dalam kegiatan Pengembangan Budidaya
Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016 dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
3. Pendistribusian
a. Pendistribusian ternak dilakukan oleh penyedia barang sampai ke
kelompok penerima kegiatan dan lokasi yang telah ditetapkan.
b. Penyerahan ternak kepada kelompok penerima kegiatan disertai
dengan surat kesanggupan kelompok seperti pada format 1 dan surat
pernyataan kelompok seperti pada format 2.
c. Penyerahan ternak kepada kelompok penerima kegiatan disertai
dengan penandatanganan Surat Perjanjian (SP) antara Kepala SKPD
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan Ketua Kelompok sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Surat Perjanjian (SP) berisi paling kurang memuat hak dan kewajiban,
jumlah dan identitas ternak, pengembangan ternak, penggantian
ternak majir, perselisihan dan sanksi.
4. Serah Terima Barang Milik Negara (BMN)
Mekanisme serah terima BMN dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III
PENGGUNAAN ALOKASI DANA
Sumber dana kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P
Tahun 2016 dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
APBN-P Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2016,
pada dana Tugas Pembantuan (TP) SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota, digunakan
untuk:
1. Komponen utama : pengadaan ternak; dan
2. Komponen pendukung antara lain untuk:
a. Operasional kelompok, operasional recorder, dan operasional
CP/CL/verifikasi/pendampingan;
b. Bantuan pakan konsentrat dan obat-obatan;
c. Bantuan perbaikan kandang/peralatan; dan
d. Administrasi lainnya.
Pelaksanaan administrasi pengadaan dan kegiatan pendukung agar mengikuti
prosedur sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
8
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
BAB IV
TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK
Kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
memperhatikan aspek teknis pemeliharaan ternak yang meliputi pola
pemeliharaan, pemberian pakan, pelayanan reproduksi, pelayanan kesehatan
hewan dan kesejahteraan hewan. Aspek teknis tersebut mengacu pada pedoman
budidaya ternak ruminansia sesuai peraturan perundang-undangan antara lain:
1. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 418/Kpts/OT.210/7/2001 tentang
Pedoman Budidaya Kambing/Domba Yang Baik;
2. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 422/ Kpts/ OT.210/ 7/2001 tentang
Pedoman Budidaya Sapi Perah Yang Baik;
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/ OT.140/5/2014 tentang
Pedoman Budidaya kambing Perah Yang Baik; dan
4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/ PK.210/8/2015 tentang
Pedoman Budidaya Ternak Sapi Potong Yang Baik.
BAB V
PENGORGANISASIAN
Kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
dilaksanakan secara terkoordinasi dari tingkat pusat sampai dengan kelompok
penerima kegiatan. Oleh karena itu dalam upaya mengoptimalkan
pelaksanaanya, perlu pembentukan tim untuk memperjelas tugas dan fungsi
masing-masing sebagai berikut:
A. Tim Pusat
Tim pusat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. menyusun Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia
APBN-P Tahun 2016;
2. melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan SKPD
Provinsi/Kabupaten/Kota dan pihak terkait lainnya;
3. melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada tahun berjalan; dan
4. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
9
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
B. Tim Provinsi
Tim Provinsi ditetapkan oleh Kepala SKPD Provinsi, yang mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) kegiatan Pengembangan
Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016 mengacu pada
Pedoman Teknis. Juklak ditandatangani oleh Kepala SKPD, dan dapat
memuat aspek-aspek spesifik di daerah yang belum tertuang pada
Pedoman Teknis;
2. melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan SKPD Kabupaten/Kota
dan pihak terkait lainnya.
3. melakukan verifikasi calon kelompok penerima kegiatan (sumber dana TP
Provinsi);
4. mengusulkan calon kelompok penerima kegiatan untuk ditetapkan oleh
PPK dan disahkan oleh KPA Provinsi;
5. melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pada tahun berjalan; dan
6. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala SKPD
Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan pada tahun berjalan.
C. Tim Kabupaten/Kota
Tim Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala SKPD Kabupaten/Kota, yang
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan Pengembangan Budidaya
Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016 mengacu pada Petunjuk
Pelaksanaan dan Pedoman Teknis serta dapat memuat aspek-aspek
spesifik di daerah yang belum tertuang pada Pedoman Teknis dan
Petunjuk Pelaksanaan. Juknis ditandatangani oleh Kepala SKPD
Kabupaten/Kota;
2. melaksanakan koordinasi dengan Tim Provinsi dan pihak terkait lainnya;
3. melaksanakan sosialisasi kepada calon penerima kegiatan;
4. melakukan identifikasi dan seleksi calon penerima kegiatan;
5. mengusulkan calon penerima kegiatan kepada Kepala SKPD
Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada Kepala SKPD Provinsi (Dana
TP Provinsi);
6. mengusulkan calon penerima kegiatan kepada Kepala SKPD
kabupaten/kota untuk ditetapkan (dana TP Kabupaten/Kota);
10
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
7. melaksanakan pembinaan, pendampingan, monitoring dan evaluasi
kepada kelompok penerima kegiatan pada tahun berjalan;
8. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala SKPD
Provinsi dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak pada
tahun berjalan.
D. Kelompok Penerima Kegiatan
Kelompok penerima kegiatan mempunyai kewajiban antara lain:
1. melakukan identifikasi dan inventarisasi ternak di dalam kelompok
2. melakukan pencatatan dan pemberian identitas ternak dari kegiatan
pengembangan usaha ternak ruminansia;
3. melakukan pemeliharaan sesuai dengan pedoman;
4. mengelola aset kelompok sesuai ketentuan;
5. melakukan administrasi kelompok secara tertib;
6. menerima saran/rekomendasi/bimbingan baik teknis maupun non teknis
dari SKPD provinsi/kabupaten/kota dan atau pihak terkait;
7. melaporkan secara berkala pelaksanaan kegiatan kepada SKPD
Kabupaten/Kota.
BAB VI
PEMBINAAN
Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam
pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P
Tahun 2016. Pembinaan dilakukan oleh pusat, SKPD provinsi dan SKPD
kabupaten/kota sesuai kewenangannya.
Pembinaan dapat berupa pembinaan teknis antara lain dalam rangka
pengembangan budidaya ternak ruminansia dalam bentuk usaha produktif
untuk kegiatan pembiakan yang selanjutnya diharapkan dapat mendukung
kegiatan pembibitan. Pembinaan non teknis diarahkan kepada pembenahan
administrasi dan dinamika kelompok.
Pembinaan secara berkelanjutan dilakukan oleh Pemerintah, SKPD
Provinsi/Kabupaten/Kota, sehingga perlu mengalokasikan anggaran
pembinaan/pendampingan, baik yang berasal dari dana APBN maupun APBD.
11
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
BAB VII
INDIKATOR KEBERHASILAN
Evaluasi kegiatan perlu dilaksanakan dan hasilnya dapat dijadikan sebagai
bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya serta
untuk akuntabilitas publik. Penilaian kegiatan dapat dilihat dari beberapa aspek,
antara lain:
A. Aspek Teknis
Pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan Pengembangan
Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016, dari aspek teknis
dilakukan dengan cara mengetahui:
a. perkembangan jumlah populasi dan kepemilikan ternak
anggota/kelompok;
b. peningkatan produksi dan produktivitas ternak melalui peningkatan
kelahiran.
B. Aspek Kelembagaan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan dari aspek
kelembagaan dapat dilakukan dengan cara mengetahui:
a. perkembangan partisipasi kelompok/anggota dalam kegiatan
pengembangan budidaya ternak ruminansia APBNP 2016;
b. meningkatnya kerjasama dengan stakeholder, seperti dalam pengadaan
pakan, pemasaran dan lain-lain;
BAB VIII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pengembangan Budidaya
Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016 dilaksanakan untuk mengetahui
realisasi fisik dan keuangan, serta perkembangan teknis. Selain itu
mengetahui hambatan/masalah yang dihadapi, mulai dari Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota dan kelompok. Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan secara
berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan serta
terkoordinasi mulai dari tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
12
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
Evaluasi dilaksanakan dalam rangka menilai pelaksanaan kegiatan secara
keseluruhan, dan hasilnya dijadikan masukan dalam rangka perbaikan
perencanaan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Oleh karena itu, masing-
masing provinsi perlu membuat rencana monitoring pelaksanaan kegiatan
secara berkesinambungan sehingga dapat diketahui kinerja dilapangan.
B. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka menyediakan informasi tentang kemajuan
atau perkembangan pelaksanaan kegiatan pengembangan budidaya ternak
ruminansia APBN-P Tahun 2016. Mekanisme sistem pelaporan dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Kelompok dibantu petugas lapangan untuk melaporkan perkembangan
pelaksanaan kegiatan setiap bulan di minggu pertama bulan berikutnya
kepada Kepala SKPD Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada Kepala
SKPD Provinsi seperti format 3.
2. SKPD Kabupaten/Kota merekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dari kelompok pelaksana kegiatan untuk disampaikan
kepada Kepala SKPD Provinsi secara triwulan dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur
Perbibitan dan Produksi Ternak.
3. SKPD Provinsi merekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang
diterima dari Kabupaten/Kota dan selanjutnya setiap triwulan
menyampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan cq. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Teknis Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun
2016 ini disusun sebagai acuan bagi pelaksana kegiatan pengembangan
budidaya ternak ruminansia, baik ditingkat pusat maupun daerah untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan di tingkat kelompok. Pedoman
Teknis ini perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan oleh
dinas provinsi dan petunjuk teknis oleh dinas kabupaten/kota.
13
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
14
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
Format-1 Surat Kesanggupan Kelompok
SURAT KESANGGUPAN KELOMPOK
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ............................................
Jabatan : Ketua Kelompok.................
Alamat : .........................................
Dengan ini menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok penerima kegiatan
Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016 sanggup dan
bersedia :
1. melakukan identifikasi dan inventarisasi ternak di dalam kelompok
2. melakukan pencatatan dan pemberian marking pada ternak dari kegiatan
pengembangan usaha ternak ruminansia;
3. melakukan pemeliharaan sesuai dengan acuan;
4. mengelola aset kelompok sesuai ketentuan;
5. melakukan administrasi kelompok secara tertib;
6. menerima saran/rekomendasi baik teknis maupun non teknis dari skpd
provinsi/kabupaten/kota dan atau pihak terkait;
7. mengikuti aturan dan bimbingan yang ditetapkan oleh tim kabupaten/kota
yang dibuktikan dengan surat pernyataan dan kesanggupan bermaterai.
8. melaporkan secara berkala pelaksanaan kegiatan kepada dinas
kabupaten/kota.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
dikemudian hari saya dan anggota kelompok melanggar hal-hal tersebut diatas,
saya bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
................................,....................................2016
Ketua kelompok.............,
Materai Rp. 6.000,-
(.................................................................)
15
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
Format-2 Surat Pernyataan Kelompok
SURAT PERNYATAAN KELOMPOK
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ......................................
Jabatan : Ketua Kelompok..........................
Alamat : ............................................
Dengan ini menyatakan, bahwa saya atas nama kelompok penerima kegiatan
Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016 tidak
memberikan hadiah/imbalan/pemberian dalam bentuk apapun secara langsung
maupun tidak langsung kepada KPA, PPK, Tim Pusat, Tim Pembina Provinsi dan
Tim Teknis Kabupaten/Kota maupun pejabat/petugas terkait dengan kegiatan
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
dikemudian hari saya dan anggota kelompok melanggar hal-hal tersebut diatas,
saya bersedia dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
.............................,.................................2016
Ketua kelompok.............,
Materai Rp. 6.000,-
(..............................................)
16
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Ternak Ruminansia APBN-P Tahun 2016
Format-3 Laporan Perkembangan Ternak
Form Pengukuran Ternak
Form Catatan Kelahiran