perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAMPAK JUMLAH PASAR, JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA
SURAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DEWI LUPITOSARI
F 1107007
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Dewi Lupitosari NIM. F1107007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Sehubungn dengan masalah tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut diduga jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh secara terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang tergolong data time series dan bersifat kuantitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan yang didapat dari berbagai sumber, seperti Dinas Pengelolaan Pasar dan Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Surakarta, BPS Surakarta serta rujukan dari referensi di internet. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Proses pengujian yang digunakan terdiri dari pengujian secara ststistik meliputi uji t, uji F dan uji determinasi. Sedangkan untuk pengujian ekonometrika (asumsi klasik) meliputi uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji Autokorelasi.
Hasil penelitian ini menunjukan variable jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, sedangkan variabel jumlah pasar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Hasil uji ekonometrika menunjukan tidak adanya gangguan multikolinieritas, gangguan heteroskedastisitas dan gangguan autokorelasi dalam model.
Melihat hasil analisis ini, maka disarankan tentang perlunya dukungan dari berbagai pihak agar dapat berperan dalam merubah citra pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern. Perlu diperhatikan lagi masih banyak pos-pos penerimaan yang potensial guna menumbuhkan perekonomian. Kata kunci: revitalisasi pasar, jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD, pertumbuhan ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Dewi Lupitosari NIM. F1107007
This study aims to determine the effect of revitalizing traditional markets to economic growth Surakarta City. Sehubungn with the issue posed the following hypothesis is expected the number of markets, the number of traders, PAD and influential market revitalization policies on economic growth Surakarta City. The analysis in this study is to use secondary data belonging to time series data and quantitative. Data collection techniques used were technical literature obtained from various sources, such as the Office of Management and Market Management Department of Revenue, Finance and Asset Government Areas in Surakarta, Surakarta Connecticut as well as referral of reference on the internet. Data analysis in this study using multiple linear regression model by the method of OLS (Ordinary Least Square). The testing process consists of testing used in ststistik include the t test, F test and a test of determination. As for econometric testing (classical assumption) includes Multicollinearity test, test Heteroskedastisitas, Autocorrelation test. The results of this study showed a variable number of merchants, revenue and market revitalization policies significantly affect economic growth in the city of Surakarta, while the number of market variables do not affect the economic growth of the city of Surakarta. Econometric test results indicate the absence of multicollinearity problems, disturbances and disorders heteroskedastisitas autocorrelation in the model. Seeing the results of this analysis, it is recommended concerning the need for support from various parties in order to play a role in changing the image of traditional markets to compete with the modern market. It should be noted again there are many items of potential revenue to grow the economy. Key words: revitalizing the market, the number of markets, the number of traders, PAD, economic growth
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
DAMPAK JUMLAH PASAR, JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA SEBELUM DAN
SESUDAH KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL
Surakarta, 23 September 2011
Disetujui dan diterima oleh
Dosen Pembimbing
Sumardi, SE
NIP. 196209081987021004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Oktober 2011
Tim Penguji Skripsi :
1. Drs. Harimurti, Msi sebagai Ketua (………………………………)
NIP. 195612141984031001
2. Sumardi, SE sebagai Pembimbing (……………………………..)
NIP. 196209081987021004
3. Siti Aisyah TR, SE, Msi sebagai Anggota (……………………………..)
NIP. 196809271997022001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
ÏMy best family ever
ÏSahabat-sahabat EP Non Reguler 2007
ÏSemua orang yang mensupport saya
ÏAlmamater UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu (Q.S Al Baqarah; 45)
How many special people change. How many lives living strange ( Oasis)
Silences is the hardest thing for us to unveil ( Spoken - Pure Saturday)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, akhirnya skirpsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat
dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kendala yang penulis hadapi.
Namun, seiring dengan berlalunya waktu serta usaha yang tidak kenal lelah,
kendala yang muncul bisa teratasi. Tak lupa penulis haturkan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung memberikan bantuanya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh
karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sumardi, SE, selaku pembimbing yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan
yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu
penulis selama menutut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta.
5. Sekretaris Program Non-Reguler Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
6. Bapak Dr. Agustinus Suryantoro, M.S, yang telah berkenan membimbing
penulis dalam olah data dalam skripsi ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.
8. Kepala dan seluruh staff Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota
Surakarta, yang telah membantu penulis dalam pencarian data.
9. Kepala dan seluruh staff DPPKAD Pemerintah Kota Surakarta, yang
membantu penulis dalam pencarian data.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak langsung atas bantuanya kepada penulis hingga
terselesaikanya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
meski sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan dan menghargai saran maupun kritik demi sempurnanya
skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis pribadi
maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Surakarta, September 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 7
A. Pengertian Pasar .......................................................................... 7
B. Pasar Menurut Jenisnya ............................................................... 9
C. Pasar Menurut Luas Jangkauan ................................................... 10
D. Pasar Menurut Wujud.................................................................. 11
E. Pengertian Revitalisasi ................................................................ 11
F. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .............................................. 12
G. Teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 14
H. Penelitian Terdahulu ................................................................... 18
I. Kerangka Pemikiran .................................................................... 20
J. Hipotesis ..................................................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 22
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 22
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 22
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 22
D. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 23
E. Metode Analisis Data .................................................................. 24
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................... 34
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian........................................... 34
1. Aspek Geografis ................................................................... 34
2. Aspek Demografi ................................................................. 35
3. Aspek Sosial Ekonomi ......................................................... 37
B. Gambaran Umum Revitalisasi Pasar ........................................... 42
C. Hasil Analisis dan Pembahasan................................................... 44
1. Uji Statistik ............................................................................. 46
a. Uji t Statistik .................................................................... 46
b. Uji F Statistik ................................................................... 47
c. Koefisien Determinasi ..................................................... 47
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 48
a. Uji Multikolinieritas ........................................................ 48
b. Uji Homoskedastisitas ..................................................... 48
c. Uji Autokorelasi .............................................................. 49
D. Interpretasi secara Ekonomi ........................................................ 50
BAB V PENUTUP.................................................................................. 55
A. Kesimpulan.................................................................................. 55
B. Saran ............................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
4.1 Pembagian Wilayah Kota Surakarta Menurut Kecamatan Tahun
2009 ................................................................................................... 36
4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 .................. 37
4.3 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin Di Kota Surakarta
Tahun 2009 (Jiwa) ............................................................................ 37
4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2009 (Jiwa)................... 38
4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Harga Kostan Serta
Indeks Perkembangan Di Kota Surakarta Tahun 2001-2009 (Juta
Rupiah) .............................................................................................. 40
4.6 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta
(Rupiah) ............................................................................................ 41
4.7 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pasar Kota
Surakarta (Rupiah) ............................................................................ 42
4.8 Pasar Tradisional di Kota Surakarta yang Mengalami Revitalisasi . 43
4.9 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda .......................................... 45
4.10 Uji Multikolinieritas......................................................................... 48
4.11 Uji White .......................................................................................... 49
4.12 Estimasi Hasil Uji B-G .................................................................... 50
4.13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 20
3.1 Kurva Distribusi t …………………………………………………. 27
3.2 Kurva Distribusi F ………………………………………………… 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
THE IMPACT OF THE MARKET, THE NUMBER OF TRADERS AND PAD HAS ON ECONOMIC GROWTH OF SURAKARTA CITY BEFORE
AND AFTER THE POLICY OF REVITALIZING TRADITIONAL MARKETS ABSTRACT
Dewi Lupitosari NIM. F1107007
This study aims to determine the effect of revitalizing traditional markets to economic growth Surakarta City. Sehubungn with the issue posed the following hypothesis is expected the number of markets, the number of traders, PAD and influential market revitalization policies on economic growth Surakarta City. The analysis in this study is to use secondary data belonging to time series data and quantitative. Data collection techniques used were technical literature obtained from various sources, such as the Office of Management and Market Management Department of Revenue, Finance and Asset Government Areas in Surakarta, Surakarta Connecticut as well as referral of reference on the internet. Data analysis in this study using multiple linear regression model by the method of OLS (Ordinary Least Square). The testing process consists of testing used in ststistik include the t test, F test and a test of determination. As for econometric testing (classical assumption) includes Multicollinearity test, test Heteroskedastisitas, Autocorrelation test. The results of this study showed a variable number of merchants, revenue and market revitalization policies significantly affect economic growth in the city of Surakarta, while the number of market variables do not affect the economic growth of the city of Surakarta. Econometric test results indicate the absence of multicollinearity problems, disturbances and disorders heteroskedastisitas autocorrelation in the model. Seeing the results of this analysis, it is recommended concerning the need for support from various parties in order to play a role in changing the image of traditional markets to compete with the modern market. It should be noted again there are many items of potential revenue to grow the economy. Key words: revitalizing the market, the number of markets, the number of traders, PAD, economic growth
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAMPAK JUMLAH PASAR, JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA
SEBELUM DAN SESUDAH KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL
ABSTRAK
Dewi Lupitosari NIM. F1107007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh revitalisasi pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Sehubungn dengan masalah tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut diduga jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh secara terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang tergolong data time series dan bersifat kuantitatif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan yang didapat dari berbagai sumber, seperti Dinas Pengelolaan Pasar dan Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah di Pemerintah Surakarta, BPS Surakarta serta rujukan dari referensi di internet. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Proses pengujian yang digunakan terdiri dari pengujian secara ststistik meliputi uji t, uji F dan uji determinasi. Sedangkan untuk pengujian ekonometrika (asumsi klasik) meliputi uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji Autokorelasi.
Hasil penelitian ini menunjukan variable jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi pasar secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, sedangkan variabel jumlah pasar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Hasil uji ekonometrika menunjukan tidak adanya gangguan multikolinieritas, gangguan heteroskedastisitas dan gangguan autokorelasi dalam model.
Melihat hasil analisis ini, maka disarankan tentang perlunya dukungan dari berbagai pihak agar dapat berperan dalam merubah citra pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern. Perlu diperhatikan lagi masih banyak pos-pos penerimaan yang potensial guna menumbuhkan perekonomian. Kata kunci: revitalisasi pasar, jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD, pertumbuhan ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asal usul masyarakat Kota Surakarta merupakan campuran antara
masyarakat agraris dan pedagang. Agraris karena daerah di sekitarnya
merupakan wilayah pertanian, sedangkan perdagangan karena didukung
oleh keberadaan Sungai Bengawan Solo yang menjadi jalur perdagangan (
Rejeki, 2006).
Pasar adalah sebuah tempat yang mempertemukan penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka kegiatan ekonomi.
Menurut Buku Putih Pasar Tradisional, pasar dalam pengertian teori
ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual
(produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua belah pihak
mengambil kata sepakat tentang harga terhadap jumlah (kuantitas) barang
dengan kuantitas tertentu sebagai objek barang.
Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang
dilaksanakan dengan manajemen sederhana tanpa adanya perangkat
teknologi modern yang mewakili golongan pedagang menengah ke bawah.
Masa operasi pasar tradisional biasanya rata-rata dari subuh hingga siang
hari atau sore hari bahkan sebagian malam hari.
Selama ini citra pasar tradisional yang ada di masyarakat masih
identik dengan sebuah lokasi perdagangan yang kumuh, tidak teratur, tidak
aman, penuh ketidakpastian harga, dan daerah sumber kemacetan lalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
lintas. Padahal lokasi pasar tradisional pada umumnya berada di lokasi
yang strategis. Hal ini akan menyebabkan pasar tradisional dijauhi oleh
masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke atas (Leksono, 2009).
Semakin hari semakin banyak masyarakat yang meninggalkan pasar
tradisional dan beralih ke pasar modern yang semakin hari semakin
menjamur di lingkungan sekitar mereka. Kini pasar tradisional semakin
terpinggirkan dan sepi pengunjung, sementara pasar-pasar modern terus
bergeliat dan meningkatkan kualitas serta pelayanannya untuk semakin
memuaskan para konsumennya. Sedangkan pendapatan para pedagang
pasar tradisional semakin hari semakin merosot bahkan hingga gulung tikar
dan akhirnya juga akan menurunkan kegiatan ekonomi masyarakat kelas
menengah ke bawah, karena mayoritas pedagang ini adalah masyarakat
kelas menengah ke bawah.
Guna meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan pasar
modern, Pemerintah Kota Surakarta akan merevitalisasi empat hingga enam
pasar tradisional setiap tahun. Rehabilitasi pasar tradisional menjadi
modern diyakini akan meningkatkan omzet pedagang karena akan
meningkatkan daya tarik pengunjung. Bahwa pasar tradisional tidak bisa
dikesampingkan. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima
dalam tiga tahun melonjak tajam dari sumber tersebut. Tahun 2008 PAD
dari pasar mencapai Rp 17 miliar. Sementara tiga tahun yang lalu, hanya
mendapat Rp 7,8 miliar. Maka, dengan berani pula Pemerintah Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Surakarta menargetkan PAD pasar bisa meraup Rp 18,5 miliar untuk tahun
2009 ( Widodo, 2007 ).
Sepanjang tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, Pemerintah Kota
Surakarta telah menyelesaikan pembangunan empat pasar baru,
merevitalisasi delapan pasar lama dan menyelenggarakan satu tempat
penjualan kerajinan tangan. Kedelapan pasar yang direvitalisasi tersebut
adalah Pasar Nusukan, Pasar Mojosongo, Pasar Kembang, Pasar Sidodadi,
Pasar Gading, Pasar Panggungrejo, Pasar Windujenar dan Pasar Ayu.
Tujuan direvitalisasinya pasar tradisional tersebut adalah untuk
meningkatkan daya saing dan meningkatkan citra pasar tradisional.
Pemerintah Kota Surakarta pun bersungguh-sungguh dalam
menggarap program revitalisasi pasar tradisional. Terbukti, peresmian
Pasar Gading, Ngarsopuro dan Windujenar, dilakukan oleh Menteri
Perdagangan Republik Indonesia. (Departemen Perdagangan Republik
Indonesia, 16 Februari 2009).
Pasar-pasar tradisional tersebut direvitalisasi karena secara fisik
dahulunya cukup memprihatinkan yakni sempit, kumuh dan tidak tertata.
Secara umum pasar-pasar tersebut sudah padat, terlihat dari barang-barang
dagangan yang digeletakkan diluar kios, selain itu pula pasar tidak
memiliki lahan parkir yang memadai sehingga tidak jarang menimbulkan
kemacetan. Adapun beberapa pasar tradisional merupakan salah satu pasar
tujuan para turis yang ingin mencari barang antik atau sekedar
mengabadikan foto untuk kenang-kenangan hal tersebut tentu membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
citra pasar tradisional menjadi buruk. Sumber dana yang digunakan
Pemerintah Kota Surakarta untuk merevitalisasi pasar tradisional adalah
menggunakan dana dari APBD, APBD Provinsi, hibah dari APBN maupun
dari investor.
Peraturan yang mengatur tentang pasar tradisional adalah Peraturan
Presiden No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Jika pasar tradisional
bisa dikelola dengan baik dan menarik,maka tidak perlu ada pertentangan
antara pasar modern dan tradisional. Keduanya dapat berkembang dengan
nuansa serta daya tariknya sendiri-sendiri. Tidak menutup kemungkinan
bahwa golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi juga akan menjadi
tertarik untuk sesekali datang mengunjungi dan berbelanja di pasar
tradisional untuk menikmati berbagai hal yang tidak tersedia di pasar
modern.
Bagi pihak Pemerintah Kota Surakarta hal ini tentu akan menjadi
suatu tantangan besar sekaligus untuk membuktikan kesungguhan
pemerintah dalam mengelola pasar tradisional. Dalam kaitanya dengan hal
tersebut, penulis mengambil judul : DAMPAK JUMLAH PASAR,
JUMLAH PEDAGANG DAN PAD TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI KOTA SURAKARTA SEBELUM DAN SESUDAH
KEBIJAKAN REVITALISASI PASAR TRADISIONAL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas, rumusan
masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta?
2. Bagaimana pengaruh jumlah pedagang pasar terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta?
3. Bagaimana pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan revitalisasi pasar tradisional terhadap
pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian telah diungkapkan sebelumnya,
maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi
Kota Surakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pedagang terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta.
3. Untuk mengetahui pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta.
4. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan revitalisasi pasar tradisional
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Manfaat Penelitian
Pihak – pihak yang diharapkan akan memperoleh manfaat dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan
keputusan, dalam hal ini Dinas Pengelolaan Pasar dan Dinas Pengelolaan
Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah pada khususnya dan Pemerintah
Kota Surakarta pada umumnya.
2. Bagi mahasiswa, peneliti dan akademisi sebagai wacana dan sumber
informasi bagi penelitian lain dibidang yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pasar
Menurut Mankiw (2003:82) pasar (market) adalah sekumpulan
pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli
sebagai sebuah kelompok menentukan permintaan terhadap produk dan para
penjual sebagai kelompok menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw,
2000:75)
Menurut sudut pandang yang lain, Sofyan Assauri (1993:93)
mengemukakan bahwa pasar adalah merupakan arena pertukaran potensial baik
dalam bentuk fisik sebagai tempat berkumpul atau bertemunya para penjual
dan pembeli, maupun yang berbentuk non fisik yang memungkinkan
terlaksananya pertukaran, karena dipenuhi persyaratan pertukaran, diantaranya
yaitu adanya minat dan citra yang baik serta daya beli yang memadai.
Berdasarkan Perpres No.112 Tahun 2007 Pasal 1 pengertian pasar
tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah,
swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk
kerjasama dengan tempat usaha berupa toko, kios,los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli
barang dagangan melalui tawar-menawar.
Sedangkan menurut Sinaga (2008) pasar tradisional adalah pasar yang
dikelola secara sederhana dengan bentuk fisiknya tradisional yang menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sistem transaksi tawar-menawar secara langsung dimana fungsi utamanya
adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan dan
lainnya. Pihak yang berjualan di pasar ini terdiri dari UKM dan pedagang kaki
lima. Harga di pasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh
karena itu bisa dilakukan tawar-menawar.
Sementara itu, pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai
penyedia barang dan jasadengan mutu dan pelayanan yang baik kepada
konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas).
Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping
centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan
sebagainya (Sinaga, 2008).
Beberapa alasan orang lebih memilih berbelanja di pasar tradisional
daripada di pasar modern, antara lain :
a. Harga barang relatif lebih murah dan masih dapat ditawar.
b. Produknya lebih segar, contohnya seperti sayuran, daging, ikan, ayam,
bumbu dapur dan lain sebagainya.
c. Adanya interaksi dan komunikasi sosial sehingga terjadi keakraban antara
penjual dan pembeli.
d. Buka dari pagi hari, suasananya lebih hidup dan ramai.
e. Masih mengakarnya budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke
pasar tradisional.
Kelas pasar tradisional dibagi berdasarkan luas pasar, jumlah
pedagang berdasarkan kios, los, dan oprokan serta berdasarkan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) per tahun. Tetapi tidak ada patokan
pasti untuk membedakan kelas pasar tradisional. Kelas pasar tradisional terbagi
menjadi kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV, yaitu sebagai berikut:
a. Pasar kelas I adalah pasar dengan komponen bangunan yang lengkap,
sistem arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan dan
melayani perdagangan tingkat regional (pusat regional).
b. Pasar kelas II adalah pasar dengan komponen bangun-bangunan, sistem
arus barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan dan
melayani perdagangan tingkat kota (pasar kota).
c. Pasar kelas III adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus
barang dan orang, baik di dalam maupun di luar bangunan, dan melayani
perdagangan tingkat wilayah bagian kota (pasar wilayah).
d. Pasar kelas IV adalah pasar dengan komponen bangunan, sistem arus
barang dan orang, terutama di dalam bangunan dan melayani perdagangan
tingkat lingkungan (pasar lingkungan).
B. Pasar Menurut Jenisnya
1. Pasar Konsumsi
Adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan
konsumsi. Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah
Pasar Gede di Surakarta, atau Pasar Kramat Jati di Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Pasar Faktor Produksi
Adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan
produksi. Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk
pabrik.
C. Pasar Menurut Luas Jangkauan
1. Pasar Daerah
Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu
daerah dimana produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan melayani
permintaan dan penawaran dalam satu daerah.
2. Pasar Lokal
Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota
tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani
permintaan dan penawaran dalam satu kota.
3. Pasar Nasional
Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu
negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional
melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.
4. Pasar Internasional
Adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa
negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Pasar Menurut Wujud
1. Pasar Konkret
Adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata.
Misalnya ada los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk yang dijual
dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen
juga dapat dengan mudah dibedakan.
2. Pasar Abstrak
Adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat
mata.konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung.Biasanya
dapat melalui internet, pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjual
belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui
brosur, rekomendasi, dll. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan
produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan
konsumen sekaligus.
E. Pengertian Revitalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Moeliono, 2007:954)
revitalisasi adalah proses, cara, pembuatan menghidupkan kembali atau
menggiatkan kembali. Revitalisasi dalam arti harfiahnya adalah
menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau
mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi
menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan
dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmenya. Beberapa contoh
revitalisasi pasar yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
lain, Pasar Nusukan, pasar yang lokasinya berada didekat Terminal Tirtonadi
ini merupakan pasar pertama yang direvitalisasi Pemerintah Kota Surakarta.
Revitalisasi dilakukan pada tahun 2006 karena kondisi pasar yang “semrawut”
oleh pedagang oprokan di lantai I. Contoh revitalisasi yang lain adalah Pasar
Windujenar Surakarta, pasar ini dahulunya memang sudah ada namun karena
penataan pasar yang buruk maka pada tahun 2008 Pemerintah Kota Surakarta
merevitalisasi pasar tersebut hingga menjadi pasar yang lebih indah dan sesuai
dengan citranya sebagai pasar antik.
F. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Definisi pertumbuhan
ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada
kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan
taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Lalu menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
output per kapita yang terus – menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro.
Hal ini didasari oleh tiga alasan, yaitu:
1. Penduduk selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini
berarti angkatan kerja juga selalu bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan
mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika
pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pertumbuhan angkatan kerja, hal ini mendorong terjadinya
pengangguran.
2. Selama keinginan dan kebutuhan selalu tidak terbatas, perekonomian
harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut.
3. Usaha menciptakan pemerataan ekonomi (economic stability) melalui
retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai
dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu
faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi (Jhingan, 1988). Faktor ekonomi
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu:
1) Sumber alam.
2) Akumulasi modal.
3) Organisasi (organisasi dalam ekonomi modern adalah para wiraswasta
yang bersifat melengkapi).
4) Kemajuan teknologi.
5) Pembagian kerja dan skala produksi.
Sedangkan faktor non-ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi yaitu:
1) Faktor sosial dan budaya.
2) Faktor manusia.
3) Faktor politik dan administratif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan laju kenaikan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB). Laju kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diukur
dengan cara mengurangi PDRB tahun sekarang dengan PDRB tahun
sebelumnya, atau dapat ditulis sebagai berikut :
Laju Kenaikan PDRB =
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah bahwa pertumbuhan ekonomi
adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
G. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas
dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri
ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian
teknologi, institusional (kelembagaan), dan idiologis terhadap berbagai
tuntutan keadaan yang ada (Smith dan Todaro,2004).
Menurut pendangan ekonomi klasik, Adam Smith, David richardo,
Thomas Robert Maltus dan John Stuart Mill, maupun ekonom neo-klasik,
Robert Sollow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada
empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) jumlah
penduduk, (2) jumlah stok modal barang, (3) luas tanah dan kekayaan alam,
dan (4) tingkat teknologi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi
daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan
baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian tersebut menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya.
Smith dan Todaro (2004) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau
komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga
faktor tersebut adalah; pertama akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk
atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan
modal atau sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk, yang pada
akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan
teknologi yang bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi yang paling penting. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi yaitu;
kemajuan teknologi yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang hemat
tenaga kerja, dan kemajuan teknologi yang hemat modal. Peranan investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
pertumbuhan (Smith dan Todaro, 2004), antara lain:
Teori pertumbuhan Harrod-Domar, teori ini menyatakan bahwa agar
bisa tumbuh dengan cepat, maka setiap perekonomian harus menginvestasikan
sebanyak mungkin bagian dari pendapatan nasionalnya, dengan model
persamaan sebagai berikut:
1. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s dari pendapatan
nasional (Y). Oleh karena itu dapat ditulis adalam bentuk persamaan
sederhana
S = sY ………………………………………………………………. (2.1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K)
yang dapat diwakilkan oleh ∆K, sehingga persamaan tersebut ditulis
sebagai berikut:
I = ∆K ……………………………………………………………….. (2.2)
Akan tetapi karena jumlah stok modal, K mempunyai hubungan langsung
dengan jumlah pendapatan nasional (Y), seperti yang ditunjukan oleh rasio
modal-output, k maka:
= k atau = k …………………………………………………... (2.3)
∆K= k ∆Y
3. Mengingat tabungan nasional neto (S) harus sama dengan investasi neto
(I) maka persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai berikut:
S = I …………………………………………………………………. (2.4)
I = ∆K = k ∆Y ……………………………………………………..... (2.5)
S = s Y = k ∆K = ∆K= I ……………………………………………. (2.6)
s Y = k ∆Y ………………………………………………………….. (2.7)
Teori pertumbuhan Neo-Klasik Sollow, model pertumbuhan Neo-
Klasik Solow (Solow neoclassical growth model) merupakan pilar yang
sangat mewarnai teori pertumbuhan Neo-Klasik. Model ini menyatakan
bahwa secara kondisional, perekonomian berbagai negar akan bertemu
(converge) pada tingkat pendapatan yang sama, dengan syarat bahwa
Negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi,
pertumbuhan angkatan kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Konsep tersebut dituliskan oleh Solow, yang menjadi salah satu
karya klasik dalam literature pertumbuhan ekonomi. Solow maemasukan
faktor produsi modal (capital) dan tenaga kerja (labour) sebagai sumber
pertumbuhan. Model pertumbuhan yang dikembangkan Solow memakai
fungsi produk agregat standar, yakni:
Y= kα (AL) 1-α ……………………………………………………….. (2.8)
Dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik
dan modal manusia dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang
pertumbuhanya ditentukan secara eksogen.
Y/L = f(K/L,1) atau y = f(k) ………………………………………… (2.9)
Y = Ak α
Teori pertumbuhan eksogen atau teori pertumbuhan baru (new growth
theory) teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis
pertumbuhan endogen, yaitu pertumbuhan GNP yang persistem, yang
ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh
kekuatan-kekuatan diluar sistem. Teori pertumbuhan endogen berupaya
menjelaskan skala kecil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan
jangka panjang yang berbeda- beda antar Negara.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Caroline Paskarina (2007)
menganalisis Evaluasi terhadap Kebijakan Pengelolaan Pasar di Kota
Bandung. Dari analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pertumbuhan
ekonomi Kota Bandung banyak ditunjang oleh sektor perdagangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sebagaimana diindikasikan dari kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota
Bandung sebesar 31,91% pada tahun 2003, yang menempati urutan pertama
dibandingkan sektor-sektor lainnya (Bandung dalam Angka, 2003). Sebagai
salah satu ciri sarana perekonomian perkotaan, keberadaan pasar menjadi
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup potensial,
sehingga pengaturan tentang pengelolaan pasar kemudian diawadahi dalam
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 17 Tahun
1996 tentang Pengurusan Pasar-pasar di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat
II Bandung, yang kemudian diubah dengan Perda No. 19 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Pasar di Kota Bandung. Perda No. 19 Tahun 2001 dibuat dengan
maksuduntuk mengelola perkembangan pasar agar dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakatdan sekaligus peningkatan perekonomian
masyarakat.
Dalam pengelolaan pasar, Pemerintah Kota Bandung tidak pernah
memiliki pos khusus untuk revitalisasi pasar tradisional, sehingga lebih
mengandalkan pada investasi. Variabel investasi dan PAD dari pasar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Bandung, yaitu dengan probabilitas sebesar 0.0000 dan 0.0003. Sedangkan
variabel dummy (kebijakan pengelolaan pasar) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, dengan nilai probabilitas
0.0246. Hasil evaluasi menyimpulkan bahwa investasi yang ditanamkan untuk
pengelolaan pasar dapat meningkatkan pendapatan sektor perdagangan yang
menunjang pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. PAD yang berasal dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pendapatan retribusi pasar juga berpengaruh dan potensial untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
I. Kerangka Pemikiran
Untuk memberikan pedoman dan mempermudah dalam kegiatan
penelitian pengolahan data, penganalisaanya agar diperoleh hasil penelitian
yang benar, maka digunakan kerangka penelitian sebagai berikut :
1.1 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran diatas, keberadaan pasar tradisional di Kota
Surakarta yang dahulunya kumuh, sempit dan tidak tertata kemudian
dilakukan penataan sedemikian rupa. Dengan adanya kebijakan revitalisasi
pasar dimungkinkan membawa pengaruh terhadap sektor perdagangan dan
juga kepada Pemerintah Daerah. Dari sektor perdagangan akan berdampak
kepada jumlah pedagang pasar, bertambah atau menurun, sedangkan dari sisi
Pemerintah Daerah sebagai pemangku kebijakan revitalisasi pasar akan
Pasar Tradisional
Kebijakan Revitalisasi Pasar
Perdagangan Pemerintah Daerah
Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta
PAD Jumlah Pasar dan Pedagang Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
membawa pengaruh ke PAD. Sehingga dapat diketahui bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
J. Hipotesis
1. Diduga jumlah pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta.
2. Diduga jumlah pedagang pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta.
3. Diduga PAD ( Pendapatan Asli Daerah ) memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
4. Diduga kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh revitalisasi pasar tradisional
terhadap pertumbuhan ekonomi kota Surakarta. Lokasi penelitian berada di
Kota Surakarta.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dan kemudian diolah dalam penelitian
ini adalah data sekunder, menurut Sekaran ( 2006:77 ) adalah data yang
diperoleh melalui sumber yang ada. Yaitu data yang telah ada dan tidak perlu
dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Data sekunder meliputi data yang dikumpulkan dari instansi terkait
seperti Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota Surakarta, Badan Pusat
Statistik, Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) serta laporan sebelumnya.
C. Metode Pengumpulan Data
Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari literatur-literatur yang
diperlukan yang berupa data dan teori yang hubungannya dengan masalah
yang akan diteliti. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas Pengelolaan Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(DPP) Kota Surakarta, Dinas Pengelola Pendapatan, Keuangan dan Aset
Daerah ( DPPKAD) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator untuk
mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah sebagai hasil pembangunan
nasional. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dengan laju
kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Konstan, dihitung dengan cara mengurangi PDRB tahun sekarang dengan
PDRB tahun sebelumnya, dibagi dengan PDRB tahun lalu, kemudian
dikali 100 % . Diukur dalam satuan persen.
2. PAD ( Pendapatan Asli Daerah)
Menurut Mardiasmo (2002: 132) pendapatan asli daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Diukur dalam
satuan Rupiah.
3. Jumlah Pasar
Adalah jumlah keseluruhan pasar tradisional yang ada di Kota
Surakarta baik yang tidak direvitalisasi dan yang telah mengalami
revitalisasi selama kurun waktu tahun 1998 – 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Jumlah Pedagang Pasar
Adalah jumlah pedagang yang berada di kawasan pasar tradisional
yang ada di Kota Surakarta baik yang tidak direvitalisasi dan yang telah
mengalami revitalisasi selama kurun waktu tahun 1998 – 2009.
5. Kebijakan Revitalisasi Pasar
Adalah perwujudan dari Peraturan Presiden tentang penataan dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, maka
Pemerintah Kota Surakarta melakukan revitalisasi pada sejumlah pasar
yang penataannya kurang dan juga pembinaan manajemen pasar. Diukur
dengan dummy, 0 sebagai sebelum revitalisasi dan 1 sebagai sesudah
revitalisasi.
E. Metode Analisis Data
Dalam Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif
dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif adalah analisis dengan
pendeskripsian faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan sebagai
pendukung hasil dari analisis kuantitatif. Sedangkan analisis kuantitatif
adalah analisis dengan menggunakan rumus-rumus dan teknik perhitungan
yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan analisis
regresi linier berganda. Disebut sebagai linier berganda karena pada
penelitian ini jumlah variabel bebasnya lebih dari satu (Insukindro, 2003 : 42)
Analisis ini berfungsi untuk mengetahui apakah faktor-faktor jumlah
pasar, jumlah pedagang, PAD Kota Surakarta dan kebijakan revitalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta dan
seberapa besar pengaruh dari variabel- variabel di atas.
Variabel dependen adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota
Surakarta dari tahun 1998 – 2009. Dimana tahun tersebut merupakan masa
sebelum revitalisasi, awal mula kebijakan revitalisasi dilaksanakan hingga
tahun terakhir ketika masih dikerjakan revitalisasi.
Variable independen yang dimasukkan adalah jumlah pedagang pasar,
jumlah pasar, PAD Kota Surakarta dan kebijakan revitalisasi.
Bentuk fungsi regresi linier berganda dalam hal ini adalah sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + D+ ei
Dimana : Y = Laju Pertumbuhan ekonomi
β0 = Konstanta
X1 = Jumlah Pasar (Buah)
X2 = Jumlah Pedagang (Orang)
X3 = PAD (Rupiah)
D = Kebijakan Revitalisasi Pasar (Dummy)
0 = sebelum revitalisasi
1 = sesudah revitalisasi
β1,..β4 = Koefisien regresi masing-masing variabel,
menunjukkan elastisitas masing-masing variabel terhadap
Y.
ei = Varibel Pengganggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter
dalam fungsi regresi linier berganda di atas adalah metode kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square). Bila asumsi-asumsi linier klasik dipenuhi, hasil
yang diperoleh dengan OLS adalah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)
atau lebih jelasnya adalah : (Gujarati dalam Insukindro, 2001 : 47)
a. Linier, artinya semua parameter dalam fungsi regresi adalah linier.
b. Parameter-parameternya adalah tidak bias, artinya semakin besar sampel
yang diambil maka penaksir parameter semakin mendekati nilai
parameter yang sebenarnya.
c. Parameter-parameternya mempunyai varian yang minimum.
Selanjutnya dari persamaan di atas dilakukan pengujian dengan uji
statistik dan uji asumsi klasik sebagai berikut :
a. Uji Statistik
1) Uji t (Uji secara individu)
Pengujian yang dilakukan untuk menguji signifikansi masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen (uji sendiri-
sendiri semua koefisien regresi). Langkah-langkah yang dilakukan
antara lain:
a) Menyusun formulasi Ho dan Ha
Ø Ho : β = 0 à tidak ada pengaruh yang signifikan antara,
jumlah pasar, jumlah pedagang pasar, PAD dan kebijakan
revitalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Ho ditolak
Ho diterima
- KN;t 2α - KN;t 2α -
Ho ditolak
Ø Ha : β ¹ 0 à ada pengaruh yang signifikan antara jumlah
pasar, jumlah pedagang, PAD dan kebijakan revitalisasi
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
b) Tingkat Signifikan
t tabel = (t2
a , n-k)
di mana: a = derajat signifikansi (5%).
n = jumlah sampel (observasi).
k = jumlah variabel bebas
c) Kriteria Pengujian
Ø Ho diterima, Ha ditolak: t hitung > +t tabel.
Kesimpulannya β tidak berbeda dengan nol (β tidak signifikan
pada tingkat a=5%). Hal ini dapat dikatakan bahwa X1 secara
statistik tidak berpengaruh terhadap Y pada tingkat a.
Ø Ho ditolak, Ha diterima: t hitung > +t tabel.
Gambar 3.1 Kurva Distribusi t
Kesimpulannya β berbeda dengan nol (β signifikan pada tingkat
a=5%). Hal ini dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik
berpengaruh terhadap Y pada tingkat a.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Cara lain untuk menguji signifikan tidaknya koefisien regresi
adalah dengan melihat probabilitasnya, jika nilai probabilitasnya:
(1) < 0,05 maka koefisien regresi itu signifikan pada tingkat 5%.
(2) < 0,10 maka koefisien regresi itu signifikan pada tingkat 10%.
(3) 0,15 maka koefisien regresi itu signifikan pada tingkat 15%.
2) Uji F (Uji secara bersama-sama)
Digunakan untuk menguji signifikansi variabel independen secara
bersama-sama. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
a) Menyusun formulasi Ho dan Ha
Ø Ho : β1 = β2 = β3 = β4= 0 à tidak ada pengaruh yang
signifikan antara jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan
kebijakan revitalisasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi
Kota Surakarta.
Ø Ha : β1 ¹ β2 ¹ β3 ¹ β4 ¹ 0 à ada pengaruh yang
signifikan antara jumlah pasar, jumlah pedagang, PAD dan
kebijakan revitalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta.
2) Tingkat Signifikan
F tabel = F (a; (n-k),(k-1))
di mana: a = derajat signifikansi (5%).
n = jumlah sampel (observasi).
k = jumlah variabel bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Ho diterima Ho ditolak
F (a; K-1; N-K)
Gambar 3.2 Kurva Distribusi F
3) Kriteria pengujian:
a) Jika nilai F hitung < F tabel, Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya variabel independen secara serentak tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b) Jika nilai F hitung > F tabel, Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya variabel independen secara serentak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
3) Pengujian koefisien determinasi ( R2 )
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui berapa % variasi
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent.
Hal ini dapat dilakukan dengan melihat koefisien R2 dengan kriteria
pengujian 0 ≤ R2 ≤ 1 dimana nilai R2 antara 0 dan 1 , dan R2 akan selalu
positif. Jika nilai R2 sebesar 1 berarti hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen bersifat sempurna, jika nilainya
sebesar 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Uji Asumsi Klasik
Dalam pengujian empirik dengan menggunakan data runtut waktu
kepastian tidak ada masalah autokorelasi, adanya homoskedastisitas, dan
linearnya bentuk fungsi yang digunakan merupakan prasyarat yang harus
dipenuhi. Pengujian asumsi klasik ini merupakan salah satu langkah
penting dalam rangka menghindari munculnya regresi linear lancung
yang mengakibatkan tidak sahihnya hasil estimasi.
1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa variabel
bebas yang digunakan dalam persamaan regresi. Untuk menguji ada
tidaknya masalah multikolinearitas dalam suatu model empirik
setidaknya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
menggunakan korelasi parsial dan dengan pendekatan Koutsoyiannis
(1977).
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan
korelasi parsial oleh Farrar dan Gruber (1967). Langkah-langkah
untuk menerapkan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Lakukan estimasi regresi awal. Dapatkan hasil estimasi
persamaan awal R2 yang dinamakan R2a (R2 regresi awal).
(2) Lakukan regresi antar variabel bebas. Dapatkan hasil estimasi
regresi parsial R2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
(3) Pedoman yang digunakan jika nilai R2a lebih tinggi dari nilai R2
pada regresi antar variabel bebas, maka dalam model empirik
tidak terdapat adanya multikolinearitas dan sebaliknya.
2) Heteroskedastisitas
Uji ini muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang
dianalisis tidak memiliki varian yang konstan dari suatu observasi.
Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam
model empirik dapat dilakukan dengan beberapa metode. Antara lain
Uji Park, Uji Glejser, Uji White, Uji Bruesch-Pagan-Godfrey, dan
lainya.
Penelitian ini menggunakan Uji White untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas. Ada dua versi Uji White, yaitu White
Heteroscedastisitas (no cross term) dan White Heteroscedastisitas
(cross term).
Langkah-langkah pengujian Uji White:
(1) Lakukan estimasi model awal
(2) Bandingkan nilai Obs*R2 dengan x2 tabel (df= jumlah regresor,
α= 5%). Jika nilai Obs*R2 < x2, maka tidak signifikan secara
statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik
tidak terdapat masalah heteroskedastisitas diterima atau tidak
ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3) Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
diantara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya) dalam model regresi. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainya. Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak ada
autokorelasi.
Adanya korelasi antar variabel gangguan sehingga penaksir
tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Ada
beberapa metode untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi.
Antara lain adalah metode grafik, Runs test, Durbin-Watson test dan
Bruesch-Godfrey test. Dengan langkah-langkah sebagai berikut
(Ghozali, 2006):
- Estimasi persamaan regresi dengan OLS (Ordinary Least Square),
dapatkan nilai residualnya (ut).
- Regresi ut terhadap variabel bebas dan ut-I.......... ut-p
- Hitungan (n – p)R2 – x2. Jika lebih besar dari nilai tabel chi-square
dengan df p, menolak hipotesa bahwa setidaknya ada satu
koefisien autokorelasi yang berbeda dengan nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Apabila dari hasil uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai
probabilitas lebih besar dari 5%, maka hipotesa yang terdapat pada
model tidak terdapat autokorelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Aspek Geografis
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah
yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta.
Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan
dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang
menunjang kota-kota lainya seperti Semarang dan Purwokerto. Kota Solo
mempunyai slogan The Spirit of Java.
a. Keadaan Geografis
Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” - 110º 45’ 35’’ Bujur
Timur dan antara 7º 36’ 00” - 7º 56’ 00” Lintang Selatan.
Batasan fisik Kota Surakarta meliputi :
a. Sebelah Utara :Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
b. Sebelah Timur :Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
c. Sebelah Selatan :Kabupaten Sukoharjo.
d. Sebelah Barat :Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Keadaan Alam
Suhu udara rata-rata di Kota Surakarta berkisar antara 24,7ºC
sampai dengan 27,9ºC. Sedangkan kelembaban udara berkisar antara
64 persen sampai dengan 85 persen. Hari hujan terbanyak jatuh pada
bulan Februari dengan jumlah hari hujan sebanyak 25. Sedangkan
curah hujan terbanyak sebesar 699 mm jatuh pada bulan Oktober.
Sementara itu ratarata curah hujan saat hari hujan terbesar jatuh pada
bulan Nopember sebesar 33,1 mm per hari hujan.
c. Luas Daerah
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 km2 yang terbagi
dalam 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Banjarsari,
Pasar Kliwon dan Jebres. Sebagian lahan dipakai sebagai tempat
pemukiman sebesar 61,68%. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga
memakan tempat yang cukup besar yaitu berkisar antara 20% dari luas
lahan yang ada.
2. Aspek Demografi
a. Pembagian Wilayah
Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu
Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon,
Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari. Dari 5 kecamatan terbagi 51
kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2.669 dengan jumlah KK sebesar 134.811 KK maka rata-rata KK
setiap RT berkisar sebesar 50 KK setiap RT.
Kota Surakarta memiliki luas 44.04 km2 dengan jumlah
penduduk sebanyak 580.849 jiwa pada tahun 2009. Dalam hal ini
tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai
13.189 jiwa per km2 .
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Kota Surakarta menurut
Kecamatan Tahun 2009
Kecamatan Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk Tingkat Kepadatan/km2
Laweyan 8.64 110.555 12.796 Serengan 3.19 63.659 19.956 Pasar Kliwon 4.82 88.044 18.266 Jebres 12.58 143.319 11.393 Banjarsari 14.81 175.272 11.835 Jumlah 44.04 580.849 13.189
Sumber: BPS, Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
b. Jumlah Penduduk
Pada tahun 2009 penduduk Kota Surakarta berjumlah 580.849
orang yang terdiri dari 286.681 penduduk berjenis kelamin laki-laki
dan 294.168 penduduk berjenis kelamin perempuan, dengan
pertumbuhan penduduk 1.01 persen dan tingkat kepadatan penduduk
13.189 jiwa per km2 .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009
Kecamatan Perempuan Laki-laki Tingkat Kepadatan/km2
Laweyan 56.423 54.132 12.796 Serengan 32.281 31.378 19.956 Pasar Kliwon 44.768 43.276 18.266 Jebres 72.318 71.001 11.393 Banjarsari 88.378 86.894 11.835 Jumlah 294.168 286.681 13.189
Sumber: BPS, Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
3. Aspek Sosial Ekonomi
a. Pendidikan dan Tenaga Kerja
Sebagian besar penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2009
memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif rendah. Pada tahun
2009 total penduduk yang berusia 5 tahun ke atas yang tidak atau
belum sekolah ada sebanyak 105.696 orang, yang tidak atau belum
tamat SD sebanyak 88.909 orang dan penduduk yang mampu
menyelesaikan pendidikan tinggi (S2/S3) sebanyak 2.186 orang.
Tabel 4.3 Penduduk Berumur 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin Di Kota Surakarta
Tahun 2009 (Jiwa)
Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah S2/S3 1.457 729 2.186 DIV/Universitas 17.251 16.041 33.292 DIII/Sarjana muda 8.987 8.744 17.731 DI/II 1.457 4.374 5.831 SMK 26.000 20.899 46.899 SMA 54.667 51.749 106.416 Madrasah Aliyah 243 485 728 SMP 37.903 48.116 86.019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
SD 39.359 49.550 88.909 Tidak/belum sekolah 44.472 6.1224 105.696 Jumlah 231.796 261.911 493.707 Sumber : BPS. Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
Kondisi mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi
oleh sumber daya yang dimiliki dan kondisi sosial ekonomi seperti
ketrampilan, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan usaha
yang tersedia dan modal kerja. Untuk mengetahui karakteristik
penduduk berdasarkan usia 15 tahun ke atas dapat dilihat dalam
Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2009 (Jiwa)
Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah Pertanian 1.400 1.208 2.608 Pertambangan & Galian 0 0 0 Industri 22.599 19.466 42.065 Listrik, Gas dan Air 700 0 700 Bangunan 8.956 261 9.217 Perdagangan 53.755 52.671 106.426 Angkutan & Komunikasi 12.565 4.250 16.815 Keuangan & Jasa Perusahaan
5.943 3.214 9.157
Jasa-jasa 33.313 26.467 59.780 Jumlah 139.231 107.537 246.768 Sumber : BPS, Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
Berdasar tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2009
total penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak
246.768 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki yang bekerja
sebanyak 139.231 jiwa, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja
sebanyak 107.537 jiwa. Pada tahun 2009, penduduk Kota Surakarta
paling babnyak bekerja di sektor perdagangan. Hal ini sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
beralasan karena letak Kota Surakarta yang diapit oleh daerah-daerah
produsen berbagai sumber daya alam seperti Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo.
Daerah-daerah tersebut banyak memasok produk yang dihasilkan
untuk kemudian diperdagangkan di Kota Surakarta. Sektor yang
paling kecil menyerap tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan
galian serta sektor listrik, gas dan air.
b. Kondisi Perekonomian Kota Surakarta
Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh
besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang
dan jasa. Keadaan perekonomian suatu daerah dapat silihat melalui
angka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) karena hingga
saat ini PDRB masih digunakan sebagai ukuran kesejahteraan
ekonomi atau tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah.
Dengan melihat Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
dapat diketahui besarnya kontribusi masing-masing sektor yang ada.
Kontribusi suatu sektor adalah suatu peranan yang diberikan oleh
masing-masing sektor terhadap PDRB. Dari masing-masing sektor
dapat digunakan untuk mengetahui indikator pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
jumlah nilai tambah yang ditimbulkan dari semua unit produk dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Sektor-sektor
penyusun PDRB dapat dikelompokan dalam tiga jenis kelompok
lapangan usaha yaitu kelompok primer, yang meliputi sektor
pertanian; pertambangan dan galian. Kelompok sekunder meliputi
sektor industri; listrik,gas dan air bersih; bangunan. Sedangkan
kelompok tersier meliputi sektor perdagangan,hotel dan restoran;
pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, dan jasa-jasa.
Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga
Konstan Serta Indeks Perkembanganya di Kota Surakarta
Tahun 2001-2009 (Jutaan Rupiah)
Tahun PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku
Perkembangan (%)
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan
Perkembangan (%)
2001 3372850.36 112.79 3113668.99 104.12 2002 3772737.68 126.16 3268559.64 109.30 2003 4251845.59 142.18 3468276.94 115.98 2004 4756559.53 159.06 3669373.45 122.70 2005 5585776.84 186.79 3858169.67 129.02 2006 6190112.55 207.00 4067529.95 136.02 2007 6909094.57 231.04 4304287.37 143.93 2008 7901886.06 264.24 4549342.95 152.13 2009 8880691.24 296.97 4817877.63 161.11
Sumber: BPS. Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Kota Surakarta dari tahun ke tahunnya
terus mengalami peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Data dibawah ini menunjukan pertumbuhan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) salah satu data yang menunjukan laju pertumbuhan
PAD dari tahun ke tahun yang mencerminkan seberapa besar
kemampuan pemerintah daerah dalam menggali dan meningkatkan
potensi daerahnya. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dihitung
dengan membandingkan PAD tahun yang bersangkutan dikurangi
PAD tahun lalu terhadap PAD tahun yang lalu.
Tabel 4.6 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Surakarta (Rupiah)
Tahun PAD Pertumbuhan (%)
2001 35.640.533.633 0
2002 44.938.084.099 26.09
2003 54.815.684.328 21.98
2004 59.101.372.207 7.82
2005 66.086.575.400 11.76
2006 74.709.440.000 18.97
2007 89.430.977.982 13.80
2008 102.929.501.970 15.09
2009 101.972.318.682 9.58
Sumber: DPPKAD Pemkot Surakarta, 2009
Dari tabel dapat dilihat laju pertumbuhan paling besar tahun
2002 meningkat mencapai 26.09%, sedangkan yang terendah terjadi
pada tahun 2000 sebesar 0%.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang
berasal dari sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri atas pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dan retribusi, bagi penerimaan non pajak yang berisi hasil BUMD,
penerimaan investasi serta pengelolaan sumber daya alam.
Tabel 4.7 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sektor Pasar Kota
Surakarta (Rupiah)
Tahun PAD Sektor Pasar 1998 7761843291 1999 7941025719 2000 8236150970 2001 8702294025 2002 9241008728 2003 9620472165 2004 9840712263 2005 9986689148 2006 10833038784 2007 11439809303 2008 13094728043 2009 14713127415
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Pemkot Surakarta, 2009
B. Gambaran Umum Revitalisasi Pasar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Moeliono, 2007:954)
revitalisasi adalah proses, cara, pembuatan menghidupkan kembali atau
menggiatkan kembali. Revitalisasi dalam arti harfiahnya adalah
menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau
mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi
menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan
dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmenya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.8 Pasar Tradisional di Kota Surakarta yang Mengalami Revitalisasi
Nama Pasar Alamat Pasar Tahun Revitalisasi
Luas (m2)
Jumlah Pedagang
Nusukan Jl.Kapten P.Tendean, Banjarsari 2006 7311 807 Notoharjo Jl.Serang, Semanggi 2006 17000 984 Mojosongo Jl.Bridgen Katamso, Jebres 2006 1190 211 Kembang Jl.Dr. Rajiman, Laweyan 2006 1409 283 Sidodadi Jl.Bridgen Slamet Riyadi, Kleco,
Laweyan 2007 1640 484
Windujenar Jl.Seram, Keprabon 2008 2384 212 Gading Jl.Veteran, Pasar Kliwon 2008 2283 360
Ngarsopuro Jl.Ronggowarsito 2008 2825 71 Panggungrejo Jl.Panggungrejo, Jebres 2008 1600 181 Pucangsawit Jl.Ir.Juanda, Pucangsawit 2009 2755 27
Ayu Jl.Monginsidi, Banjarsari 2009 1375 35 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Pemkot Surakarta, 2011
Kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kota Surakarta mulai
dilaksanakan pada tahun 2006 sebagai refleksi dari Peraturan Presiden No
112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern. Sejak tahun 2006 hingga tahun 2009
sebanyak 8 pasar tradisional lama telah diperbaharui bangunan fisik
maupun tata kelolanya, dan membangun sebanyak 4 pasar tradisional baru.
Sumber pendanaan revitalisasi pasar berasal dari APBD, APBD Propinsi,
APBN dan investor.
Tujuan dilaksanakanya kebijakan revitalisasi pasar tradisional
adalah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari retribusi pasar,
meningkatkan daya saing dan citra pasar tradisional agar mampu bersaing
dengan pasar-pasar modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Revitalisasi pasar tradisional meliputi perbaikan bangunan fisik
(renovasi), perbaikan tata kelola pasar dan pembangunan pasar tradisional
baru. Contoh pasar yang telah mengalami revitalisasi adalah pasar
Windujenar atau yang lebih dikenal dengan nama pasar Triwindu. Pasar
yang berlokasi di daerah Keprabon ini merupakan pasar tempat berjualan
benda-benda antik, namun pasar cenderung sempit dan kumuh karena
banyak penataan dagangan yang tidak teratur meluber ke jalan, serta areal
parkir yang kurang memadai sehingga menimbulkan kemacetan. Lalu pada
tahun 2008 dengan dana dari APBD pasar Windujenar direvitalisasi secara
fisik dan pengelolaanya, sehingga sekarang bangunan pasar berupa blok-
blok dua lantai, didepan pasar terdapat area publik yang dapat digunakan
untuk acara musik, night market maupun bersantai.
Contoh lain revitalisasi pasar tradisional adalah pasar Gading, pasar ini
dahulunya kumuh dan pedagang yang tidak teratur disisi-sisi pasar.
Kemudian setelah mengalami revitalisasi pasar Gading ditetapkan menjadi
pilot project pasar tradisional secara nasional.
C. Hasil Analisis dan Pembahasan
Untuk menguji hipotesis digunakan metode analisis regresi linier
berganda untuk mengetahui bagaimana pengaruh revitalisasi pasar
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel 4.9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 4.9 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda
Variabel Coefficient t-Statistic Probabality C 2.114061 2.785849 0.0077
JPSR -0.405360 -0.948385 0.0745 JPDG 2.002169 2.178243 0.0072 PAD 3.680005 3.690246 0.0078
DUMMY 3.340745 3.393067 0.0116 R2 0.940522 F-statistic 23.43774
Adjusted R-squared 0.890820 Prob(F-statistic) 0.000000
Tabel 4.9 diatas menunjukan persamaan regresi yang diperoleh dari
hasil pengujian tersebut adalah :
Y = 21.14061 - 0.405360 JPSR + 2.002169 JPDG + 3.680005 PAD + 3.340745 D
Probability = (0.0077) (0.0745) (0.0072) (0.0078) (0.0116)
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta
X1 = Jumlah Pasar
X2 = Jumlah Pedagang
X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
X4 = Dummy
Besarnya pengaruh variabel bebas yaitu jumlah pasar, jumlah
pedagang, PAD dan dummy, terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta sebagai variabel dependen, ditunjukan oleh besarnya koefisien
regresi dari masing-masing variabel bebas.
Tahap selanjutnya setelah melakukan estimasi regresi, dilakukan
uji statistik dan uji asumsi klasik. Pengujian tersebut dilakukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mengetahui apakah dugaan sementara (hipotesis) terhadap parameter
sudah sesuai secara teori dan statistik.
a) Uji statistik
1) Uji t statistik
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-
masing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel dependen.
Kriteria pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai
signifikan pada tingkat 0,05 dengan nilai signifikansi dari hasil uji
t, jika nilai signifikan uji t lebih kecil dari batas signifikan 0,05
maka nilai koefisien regresi variabel mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Sehingga dari hasil analisis regresi linier berganda pada
tabel 4.9 terlihat bahwa dari ke 4 variabel dependen tersebut
terdapat variabel jumlah pedagang, variabel PAD dan variable
dummy ( kebijakan revitalisasi ) yang berpengaruh secara individu
terhadap partumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
Dimana variabel jumlah pedagang memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.0072, variabel PAD memiliki nilai
probabilitas 0.0078 dan variabel dummy dengan nilai probabilitas
0.0116 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima pada tingkat
signifikansi 5% (p<0,05). Sedangkan variabel jumlah pasar
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0745, sehingga H0 diterima
dan Ha ditolak pada tingkat signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2) Uji F Statistik
Tujuan dari Uji F ini adalah untuk membuktikan secara
statistik bahwa keseluruhan koefisien regresi yang digunakan
dalam analisi ini signifikan. Apabila nilai signifikan F lebih kecil
dari 0,05 (p<0,05) maka model regresi signifikan secara ststistik.
Nilai probabilitas F-Statistik hasil regresi pada tabel 4.9
diatas adalah sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi 5%, sehingga H0 ditolak, Ha diterima. Hal ini dapat
dikatakan bahwa koefisien regresi secara bersama-sama signifikan
pada tingkat α= 5%.
3) Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui berapa besar variasi
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen.
Koefisien determinan R2 (R-squared) pada tabel 4.9 diatas
sebesar 0.940522 berarti nilai ini menunjukan bahwa variasi
dependen variabel sebesar 94.0522% mampu dijelaskan oleh
variabel independen. Sisanya sebesar 5.9478% dijelaskan oleh
variabel-variabel diluar variabel yang digunakan dalam persamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b) Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui
apakah terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa
variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi. Untuk
menguji ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam suatu model
empirik setidaknya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
menggunakan korelasi parsial dan dengan pendekatan
Koutsoyiannis (1977).
Tabel 4.10 Uji Multikolinieritas
Variabel r2 R2 Kesimpulan JPSR 0.864885 0.940522 Tidak ada multikolinier JPDG 0.870549 0.940522 Tidak ada multikolinier PAD 0.897200 0.940522 Tidak ada multikolinier
DUMMY 0.898257 0.940522 Tidak ada multikolinier
Nilai R2 pada tabel 4.10 lebih besar daripada nilai r2 parsial
seluruh variabel independen. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model tersebut bebas dari masalah multikolinieritas.
2) Uji Heteroskedastisitas
Uji ini muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang
dianalisis tidak memiliki varian yang konstan dari suatu observasi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dapat
digunakan Uji White.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 4.11 Uji White (no cross term)
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 3.276053 Probability 0.134230 Obs*R-squared 10.21776 Probability 0.176566
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/08/11 Time: 13:15 Sample: 1998 2009 Included observations: 12
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 552.4242 267.0062 2.068956 0.1074 JPSR 0.559431 15.44371 0.036224 0.9728
JPSR^2 -0.017057 0.196124 -0.086968 0.9349 JPDG -0.069477 0.022022 -3.154953 0.6344
JPDG^2 2.13E-06 6.86E-07 3.100522 0.6362 PAD 3.16E-05 4.07E-05 0.777116 0.4805
PAD^2 -1.21E-11 2.33E-11 -0.519492 0.6308 DUMMY 15.81831 14.11496 1.120677 0.3252
R-squared 0.851480 Mean dependent var 0.262781 Adjusted R-squared 0.591570 S.D. dependent var 0.391483 S.E. of regression 0.250191 Akaike info criterion 0.301539 Sum squared resid 0.250383 Schwarz criterion 0.624810 Log likelihood 6.190765 F-statistic 3.276053 Durbin-Watson stat 3.046163 Prob(F-statistic) 0.134230
Berdasarkan hasil dari tabel 4.11 diatas, nilai Obs*R-squared
adalah 10,21776, dengan df=7 (jumlah regresor) dan α=5%
didapatkan x2 tabel yaitu 14,067. Nilai Obs*R-squared lebih kecil
dari x2, sehingga tidak ada masalah heteroskedastisitas.
3) Uji Autokorelasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
diantara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya) dalam model regresi. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainya. Persamaan regresi yang baik adalah
yang tidak ada autokorelasi.
Tabel 4.12 Estimasi Hasil Uji B-G
Variabel Probability Kesimpulan JPSR 0.9496 Tidak ada autokorelasi JPDG 0.8081 Tidak ada autokorelasi PAD 0.7878 Tidak ada autokorelasi
DUMMY 0.8050 Tidak ada autokorelasi RESID(-1) 0.5651 Tidak ada autokorelasi
Dilihat dari hasil tabel diatas, diketahui nilai probabilitas lebih
besar dari probabilitas 5%, maka model tersebut lolos dari masalah
autokorelasi.
D. Interpretasi Secara Ekonomi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh revitalisasi
pasar tradisional terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, faktor
yang diteliti meliputi jumlah pasar, jumlah pedagang, Pendapatan Asli
Daerah (PAD), kebijakan revitalisasi pasar (Dummy).
1. Pengaruh jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta
Dari hasil estimasi regresi didapat koefisien regresi jumlah
pasar bernilai negatif -0.405360, nilai probabilitas sebesar 0.745 hasil
tersebut berarti variabel jumlah pasar tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasar analisis regresi diketahui bahwa jumlah pasar tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta
yang ditunjukan dari keseluruhan jumlah pasar tradisional yang ada di
Kota Surakarta.
Jumlah pasar yang ada di Kota Surakarta sejak tahun 1998
terhitung berjumlah 38 buah, hingga tahun 2009 bertambah menjadi 42
buah. Sejak sebelum diberlakukan program revitalisasi pasar hingga
sesudah revitalisasi pasar dilakukan penambahan jumlah pasar hanya
bertambah 4 buah. Sehingga jumlah pasar ini terlalu konstan sebagai
variabel. Kebijakan revitalisasi pasar tidak hanya sebagai program
untuk menambah pasar tradisional baru tetapi juga meremajakan pasar
lama yang tata kelolanya buruk. Guna menumbuhkan ekonomi Kota
Surakarta tidak hanya mengandalkan jumlah pasar tradisional saja,
tetapi juga ritel-ritel modern yang sekarang ini banyak berkembang di
Kota Surakarta. Jadi kesimpulanya bahwa jumlah pasar tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta
namun ritel-ritel modern juga ikut berperan dalam menumbuhkan
ekonomi.
2. Pengaruh jumlah pedagang terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel
jumlah pedagang terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta nilai
probabilitas 0.0072 signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Berdasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tabel 4.9 didapat koefisien variabel jumlah pedagang sebesar 2.002169
dimana diketahui bahwa jumlah pedagang yang berjualan di pasar
tradisional berperan dalam menumbuhkan ekonomi Kota Surakarta
melalui PAD dari retribusi pasar.
Keberadaan pasar tradisional di Kota Surakarta mampu
menyerap puluhan ribu tenaga kerja. Menurut data Dinas Pengelolaan
Pasar Pemerintah Kota Surakarta telah mencatatkan jumlah pedagang
yang berjualan di pasar tradisional ada sekitar 17.000 orang, jumlah itu
tersebar di 42 pasar di Kota Surakarta. Besarnya PAD yang diperoleh
dari retribusi pedagang pasar akan masuk ke dalam penerimaan sektor
perdagangan dimana merupakan bagian dari PDRB, apabila PAD yang
diterima naik maka akan terjadi kenaikan sektor perdagangan sehingga
terjadi pertumbuhan.
3. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel
PAD terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta bernilai positif,
artinya apabila PAD mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan
adanya pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi
variabel PAD terbukti mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat
signifikansi 5%. Besarnya pengaruh PAD terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi variabel tersebut.
Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
variabel PAD sebesar 3.680005 artinya, jika setiap penerimaan
pendapatan dari sektor pasar sebesar Rp 1.000.000,- akan
mengakibatkan kenaikan PAD sebesar Rp 3.680.005 dengan
menganggap variabel independen lainya tetap/konstan.
Nilai ini sesuai dengan hasil probabilitas pada tabel 4.9 yaitu
sebesar 0.0078 yang dimana diketahui bahwa PAD merupakan faktor
pendukung dalam pertumbuhan ekonomi karena tanpa PAD,
pertumbuhan ekonomi tidak dapat terjadi. Dengan adanya revitalisasi
pasar tradisional Pemerintah Kota Surakarta semakin optimis dalam
meningkatkan PAD terutama dari sektor pasar. Besarnya PAD yang
masuk akan menunjang peningkatan sektor perdagangan, yang
berdampak pada naiknya PDRB sehingga pertumbuhan ekonomi dapat
terjadi.
4. Pengaruh kebijakan revitalisasi pasar (Dummy) terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta
Koefisien regresi dummy bernilai positif 3.340745 dengan nilai
probabilitas 0.0116 sehingga mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta yang ditunjukan
melalui kebijakan revitalisasi pasar tradisional (p<0,05).
Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien
variable dummy sebesar 3.340745 artinya, angka tersebut menunjukan
adanya perbedaan sebelum dan sesudah kebijakan revitalisasi pasar
dilaksanakan. Pengaruhnya yaitu, ekonomi Kota Surakarta tumbuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sebesar 3.34%. Kebijakan revitalisasi pasar tradisional di Kota
Surakarta mulai dilaksanakan pada tahun 2006 sebagai refleksi dari
Peraturan Presiden No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Sejak tahun 2006 hingga tahun 2009 sebanyak 11 pasar telah
direvitalisasi. Revitalisasi pasar tradisional dilakukan selain untuk
meningkatkan daya saing dengan pasar modern juga untuk
meningkatkan PAD pasar agar penerimaan sektor perdagangan ikut
meningkat sehingga berdampak pada terjadinya pertumbuhan
ekonomi. Namun bukan hanya kebijakan revitalisasi pasar saja yang
dapat menumbuhkan ekonomi tetapi masih ada kebijakan pengelolaan
pasar modern yang keberadaanya dapat pula menjadikan pertumbuhan
ekonomi. Jadi kesimpulanya bahwa kebijakan revitalisasi pasar
tradisional berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surakarta namun perlu juga diberlakukan kebijakan yang serupa,
seperti pengelolaan pasar modern..
Ketidak sesuaian variabel jumlah pasar terhadap teori yang ada
mengindikasikan bahwa masih banyak faktor lain diluar model yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Faktor tersebut seperti besarnya
investasi revitalisasi pasar, berapa besar penerimaan PAD dari ritel
maupun pasar modern serta faktor lainya yang belum dapat diamati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini akan disajikan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan
yang ada penulis berusaha memberikan saran sehubungan dengan permasalahan
yang telah dikemukakan, sehingga hal ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pihak-pihak yang berkaitan.
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan mengenai Analisis Pengaruh Revitalisasi Pasar
Tradisional terhadap Perumbuhan Ekonomi Kota Surakarta antara lain sebagai
berikut:
1. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk
variabel jumlah pasar adalah -0.405360 dengan probabilitas sebesar
0.0745. Jadi variabel jumlah pasar tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tingkat signifikansi 5%
(p<0,05). Sehingga hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
variabel jumlah pasar terhadap pertumbuhan ekonomi tidak terbukti.
Variabel ini tidak berpengaruh dimungkinkan karena keberadaan ritel
dan pasar modern ikut menunjang pendapatan dari sektor pasar,
sehingga pertumbuhan ekonomi tumbuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk
variabel jumlah pedagang adalah 2.002169 dengan probabilitas 0.0072.
sehingga hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh jumlah
pedagang terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta terbukti.
Jumlah pedagang yang berjualan di pasar tradisional berperan dalam
menumbuhkan ekonomi Kota Surakarta melalui PAD dari retribusi
pasar. Besarnya PAD yang diperoleh dari retribusi pedagang pasar
akan masuk ke dalam penerimaan sektor perdagangan dimana
merupakan bagian dari PDRB, apabila PAD yang diterima naik maka
akan terjadi kenaikan sektor perdagangan sehingga terjadi
pertumbuhan.
3. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk
variabel PAD adalah 3.680005 dengan probabilitas 0.0078. Jadi,
variabel PAD secara nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi pada tingkat signifikansi 5% (p<0,05). Sehingga hipotesis
yang menyatakan PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
Kota Surakarta dapat terbukti. Besarnya PAD yang masuk akan
menunjang peningkatan sektor perdagangan, yang berdampak pada
naiknya PDRB sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terjadi.
4. Dari hasil estimasi diperoleh besarnya nilai koefisien regresi untuk
variabel dummy (kebijakan revitalisasi pasar) adalah 3.340745 dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
probabilitas 0.0116. Jadi, variabel kebijakan revitalisasi berpengaruh
pada pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta pada tingkat signifikansi
5% (p<0,05). Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa variabel
kebijakan revitalisasi pasar berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Surakarta terbukti. Dari hasil pengolahan data telah
didapatkan besarnya koefisien variable dummy sebesar 3.340745
artinya, angka tersebut menunjukan pengaruh apabila kebijakan
revitalisasi pasar tersebut berhasil maka dapat berpengaruh
menumbuhkan ekonomi Kota Surakarta sebesar 3.34%. Variabel ini
walaupun berpengaruh namun dimungkinkan juga bukan hanya
kebijakan revitalisasi pasar saja yang dapat menumbuhkan ekonomi
tetapi masih ada kebijakan pengelolaan pasar modern yang
keberadaanya dapat pula menjadikan pertumbuhan ekonomi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka ada beberapa hal
yang dapat diberikan sebagai saran, antara lain sebagai berikut :
1. Dalam kaitanya dengan jumlah pasar, dalam merevitalisasi pasar
tradisional Pemerintah Kota Surakarta hendaknya lebih
memperhatikan pada pengelolaan daripada penambahan jumlah
pasar. Serta diperlukan adanya pemetaan ulang terhadap peta pasar
tradisional di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Perlu adanya pendataan ulang jumlah pedagang yang berjualan di
pasar tradisional di Kota Surakarta. Hal ini untuk memperoleh
kepastian jumlah pedagang yang kaitanya dengan target
penerimaan retribusi pedagang pasar.
3. Peneriman Pendapatan Asli Daerah dari pasar menjadi penunjang
pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta, namun perlu diperhatikan
lagi masih banyak pos-pos penerimaan yang potensial untuk
menumbuhkan perekonomian.
4. Terkait kebijakan revitalisasi pasar tradisional, perlu adanya
dukungan dari berbagai pihak untuk dapat berperan dalam merubah
citra pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern.
Tidak hanya dari segi bangunan fisik namun juga pola pikir
pedagang, bagaimana akses menuju pasar, kepastian harga yang
diterapkan di pasar dan kenyamanan pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti TR. 2007. Modul Lab.Ekonometrika. FE UNS. Surakarta
BPS. 2009. Statistik Surakarta dalam Angka Tahun 2009. Surakarta: BPS
Surakarta
Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES Gujarati, Damodar. 2001. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Jakarta: PT. Erlangga Insukindro. 2003. Ekonometrika Dasar. Yogyakarta: BPFE UGM
Jhingan, M.L. 1998. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers Leksono. 2009. Runtuhnya Modal Sosial, Pasar Tradisional. Malang: Penerbit
Citra
Mankiw, N Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga
Moeliono, Anton. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: UPPAMP
Paskarina, Caroline. 2007. Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Pasar di Kota Bandung. Bandung: Universitas Padjajaran Pemerintah Kota Surakarta. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor: 1 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor: 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Sekaran, Uma. 2006. Research Methods of Bussiness. New York: John Willey & Sons Inc. Sinaga, Pariaman. 2008. Koperasi dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: Rajawali Pers
Smeru. 2007. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Pasar Tradisional. Jakarta: Smeru Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sumardi. 2009. Perencanaan dan Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Tradisional. Surakarta: PPEP UNS
Sumodiningrat, Gunawan. 2001. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE
Todaro dan Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga