1
DAMPAK KEHADIRAN MINIMARKET TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG ECERAN & GROSIR DI DESA HESSA AIR GENTING
KEC. AIR BATU KAB. ASAHAN
SKRIPSI
OLEH
CAHAYA NOVITA
NIM. 51.14.4.035
PROGRAM STUDI
EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2018 M / 1440 H
2
DAMPAK KEHADIRAN MINIMARKET TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG ECERAN & GROSIR DI DESA HESSA AIR GENTING
KEC. AIR BATU KAB. ASAHAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara
OLEH
CAHAYA NOVITA
NIM. 51.14.4.035
PROGRAM STUDI
EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2018 M / 1440 H
3
PERSETUJUAN
Skripsi Berjudul:
Dampak Kehadiran Minimarket Terhadap Pendapatan Pedagang
Eceran & Grosir di DesaHessa Air GentingKec. Air BatuKab. Asahan
Oleh:
CahayaNovita
Nim. 51.14.4.035
Dapat Disetujui Sebagai Salah SatuPersyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi islam (S.E)
Pada Program Studi Ekonomi Islam
Medan, 6 September 2018
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hj. Yenni Samri Juliati Nst, MA Aliyuddin Abdul Rasyid, MA.
NIP. 197907012009122003 NIP. 196506282003021001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi Islam
Dr. Marliyah, M.Ag
NIP. 197601262003122003
4
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “DAMPAK KEHADIRAN MINIMARKET
TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG ECERAN & GROSIR DI
DESSA HESSA AIR GENTING KEC. AIR BATU KAB. ASAHAN” an.
Cahaya Novita, NIM 51.14.4.035 Program Studi Ekonomi Islam telah
dimunaqasyahkan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN-SU Medan pada tanggal 27 September 2018, Skripsi ini telah diterima untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Program Studi
Ekonomi Islam.
Medan, 27 September 2018
Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi
Program Studi Ekonomi Islam UIN-SU
Ketua, Sekretaris,
Dr. Marliyah, MA Muhammad Lathief Ilhamy Nst, M.E.I
NIP.197901262003122003 NIP.1100000090
Anggota
1. Zuhrinal M. Nawawi, MA 2. Muhammad Lathief Ilhamy Nst, M.E.I
NIP.197608182007101001 NIP.1100000090
3.Dr. Hj. Yenni Samri Juliati Nst, MA 4. Aliyuddin Abdul Rasyid, MA
NIP. 197907012009122003 NIP. 196506282003021001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU
Dr. Andri Soemitra, MA
NIP.19760507200604100
5
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama : CahayaNovita
Nim : 51. 14.4.035
Jurusan : Ekonomi Perbankan Syariah
Alamat : Dusun III Hessa Air Genting, Kecamatan. Air Batu,
KabupatenAsahan.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul “Dampak
Kehadiran Minimarket Terhadap Pendapatan Pedagang Eceran & Grosir di
Desa Hessa Air Genting Kec. Air Batu Kab. Asahan”adalah benar hasil karya
sendiri, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat
kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Medan,
Yang menyatakan,
Cahaya Novita
6
ABSTRAK
Cahaya Novita, 2018. Dampak Kehadiran Minimarket Terhadap
Pendapatan Pedagang Eceran & Grosir di Desa Hessa Air Genting Kec. Air Batu
Kab. Asahan. Di bawah bimbingan Pembimbing Skripsi I oleh Ibu Dr. Hj. Yenni
Samri JuliatiNst, MA dan pembimbing II oleh Bapak Aliyuddin Abdul Rasyid,
MA.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang dampak
kehadiran minimarket terhadap pendapatan pedagang eceran & grosir baik
sebelum maupun sesudah adanya minimarket di Desa Hessa Air Genting. Dalam
kaitannya dengan penelitian ini secara umum penduduk Desa Hessa Air Genting
memenuhi kebutuhan hidupnya melalui berwirausaha atau berwiraswasta,
berdagang dan ada juga sebagian yang bertani, buruh, pegawai negeri sipil,
pegawai swasta, dan lain-lain. Sejak hadirnya bangunan minimarket di sekitar
bangunan usaha, tentunya memberikan dampak bagi pendapatan mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian lapangan (Field Risearch) dan
menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif deskriptif yaitu wawancara
dengan para pedagang eceran dan grosir yang berjumlah 7 (tujuh) orang,
wawancara yang dilakukan bersifat santai, tidak rumit, bersahabat, pertanyaan
yang diajukan juga tidak bersifat mengintrogasi melainkan hanya untuk
memperoleh data yang diinginkan guna menyelesaikan penulisan dalam
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perubahan pendapatan
pedagang yang semula mampu meraup keuntungan hingga 8 juta per hari, namun
setelah hadirnya minimarket pendapatan mereka mengalami penurunan atau
berkurangnya omset penjualan. Kurangnya perhatian pemerintah kepada
keberlangsungan usaha para pedagang dan dengan mudah memberikan izin
pembangunan minimarket semakin menambah kerisauan para pedagang.
Kata kunci :Dampak Minimarket, pedagang eceran, grosir.
7
ABSTRACT
CahayaNovita, 2018. Impact of Minimarket Attendance on Income of
Retailers & Wholesalers in Village Hessa Air Genting Districts Air Batu, Asahan.
Under the guidance of First Thesis Supervisor by Mrs. Dr. Hj. Yenni Samri Juliati
Nst, MA and second advisor by Mr. Aliyuddin Abdul Rasyid, MA.
This research was conducted to obtain information about the impact of the
minimarket presence on retail & wholesale traders' income both before and after
the existence of minimarkets in the Village Hessa Air Genting. In connection with
this research, in general the population of Village Hessa Air Genting fulfills their
needs through entrepreneurship or self-employment, trading and there are also
some who farm, labor, civil servants, private employees, and others. Since the
presence of the minimarket building around the business building, it certainly has
an impact on their income. This research was carried out with field research (Field
Risearch) and used a descriptive qualitative approach namely interviews with
retailers and wholesalers totaling 7 (seven) people, interviews conducted were
relaxed, not complicated, friendly, the questions asked were not interrogate but
only to obtain the desired data in order to complete the writing in the research.
The results showed that there were changes in the income of traders who were
initially able to reap profits of up to 8 million per day, but after the presence of
minimarket their income had decreased or reduced sales turnover. The lack of
government attention to the business continuity of traders and easily giving
permits for the construction of minimarkets further adds to the concerns of traders.
Keywords: Minimarket Impact, retail traders, wholesalers.
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E). Skripsi ini berjudul “Dampak Kehadiran
Minimarket Terhadap Pendapatan Pedagang Eceran & Grosir di Desa Hessa
Air GentingKec. Air BatuKab. Asahan”.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan yang
di rahmati oleh Allah dengan risalah yang dibawanya yaitu Agama Islam yang
akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknyamenuujukebahagiaan yang
ada di duniadanakhirat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak yang secara moril maupun materil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan bisa
selesai sebagaimana harusnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Saidurrahman, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
2. Dr. AndriSoemitra, M.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
3. Dr.Marliyah, M.A selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam.
4. Dr. Hj. Yenni Samri Juliati Nst, MA selaku Dosen Pembimbing I dan
Aliyuddin Abdul Rasyid, MA selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi,
9
masukan dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
5. Chuzaimah Batubara, Dr. Ma sebagai dosen Penasihat Akademik yang
banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti
perkuliahan di Unversitas ini.
6. Seluruh Dosen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
khususnya jurusan Ekonomi Perbankan Syariah yang memeliki peran
sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.
7. Orang tua saya, Yusnan dan Sumiati, yang telah membesarkan dan
mendidik penulis hingga menjadiseperti sekarang ini.
8. Kakak-kakak dan adik-adikku tersayang yang selalu menghibur.
9. Kepada sahabat-sahabatku, HidayatiFauziah, BadrunNisa,
NurdalillahHasby, FitriHayatiRahmah, Puput Tri Hamidah, yang telah
membantu dan memberikan motivasi kepada penulis, kalian adalah
kekuatan bagi penulis. Semoga kita semua selalu kompak sampai
kapanpun dalam keadaan apapun.
10. Pihak-pihaklain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh
penulis.
Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi diri,
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan
hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya
ucapkan terimakasih.
Medan, 6 September 2018
Penulis
Cahaya Novita
10
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ...................................................................................................... i
PENGESAHAN......................................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACK ........................................................................................................... v
KATAPENGANTAR.............................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. RumusanMasalah .................................................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 7
D. Batasan Istilah ....................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Dampak................................................................................. 9
B. Usaha Kecil dan Menegah.................................................................... 10
1. Defenisi Usaha Kecil dan Menengah.............................................. 10
2. Asal-usul Pengusaha Kecil di Indonesia…………………………. 11
3. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah.............................................. 12
11
4. Kelebihan dan Kekurangan Usaha Kecil......................................... 13
C. Pedagang Eceran (Ritailing)14
1. Defenisi Pedagang Eceran (Ritailing)............................................. 14
2. Jenis-Jenis Pedagang Eceran........................................................... 14
3. Omset Dagang................................................................................. 19
4. Pendapatan.......................................................................................20
5. Perdagangan dalam Islam................................................................21
D. Kajian Terdahulu.................................................................................. 25
E. Kerangka Teoritis..................................................................................26
BAB III METODE PENEITIAN
A. Pendekatan Penelitian...........................................................................28
B. Subjek Penelitian.................................................................................. 29
C. Lokasi Penelitian...................................................................................29
D. Sumber Data......................................................................................... 29
E. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data......................................... 30
F. Analisis Data......................................................................................... 32
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Obyek Penelitian
1. Desa Hessa Air Genting..................................................................34
2. Tingkat Pendidikan......................................................................... 35
3. Mata Pencaharian Masyarakat Desa............................................... 35
4. Analisis Penelitian........................................................................... 50
12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 60
B. Saran-saran............................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
13
Halaman
Tabel 1.1 Pertumbuhan Gerai Indomaret dan Alfamart di Indonesia…..……...… 4
Tabel 2.1 Karakteristik Ritel Modern di Indonesia………...…………………… 15
Tabel 2.2Perbedaan pedagang eceran & grosir dengan minimarket…...…….…. 18
Tabel 2.3 PenelitianTerdahulu…………………………………………….....…. 25
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator……………………..………….………………31
Tabel 4.1Jenis-jenis UKM di Desa Hessa Air Genting……………………….… 36
Tabel 4.2 Jumlah informan berdasarkan jenis kelamin…………………………. 37
Tabel 4.3 Jumlah informan berdasarkan usia…...………………………………. 37
Tabel 4.4 Jumlah informan berdasarkan pendidikan terakhir…...……………… 38
Tabel 4.5 Jumlah toko eceran dan grosir berdasarkan lama berdagang………… 39
Tabel 4.6 Jumlah minimarket di Desa Hessa Air Genting……….…...………… 39
Tabel 4.7 Jenis barang dagangan yang mengalami perubahan omset………….. 43
Tabel 4.8 Persentase pendapatan pedagang eceran dan grosir………………….. 48
Tabel 4.9 Perubahan jumlah pendapatan pedagang eceran dan grosir per hari.....49
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Mohon Izin Riset
Lampiran 3 Balasan Izin Riset
Lampiran 4 Daftar Wawancara dengan Pedagang
Lampiran 5 Gambar Dokumentasi
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehadiran minimarket di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat
pada dekade tahun ini. Perdagangan eceran (retail) merupakan salah satu kegiatan
sektor informal di bidang perdagangan yang sangat strategis di Indonesia.
Besarnya kegiatan retail baik yang skala besar maupun kecil mulai mudah di
jumpai disetiap penjuru kota, baik di kawasan tengah kota maupun di pinggiran
kota besar di Indonesia. Tingginya pertumbuhan penduduk di perkotaan
menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan di bidang formal. Hal inilah yang
menyebabkan kegiatan sektor informal untuk dijadikan sebagai alternatif lahan
mata pencaharian bagi masyarakat.1
Pertumbuhan minimarket di kota Kisaran terbilang cukup pesat, dan
dimungkinkan semakin lama akan semakin memberikan dampak buruk bagi
pedagang grosiran pada umumnya. Hal ini berkaitan dengan preferensi
masyarakat yang memiliki kemungkinan untuk cenderung beralih berbelanja di
minimarket. Jarak antara toko usaha kecil dan lokasi minimarket yang berada
dalam satu jangkauan pelayanan juga sangat berpengaruh pada preferensi
masyarakat dalam menentukan tempat berbelanja.2
Menjamurnya Pertumbuhan minimarket hingga ke daerah-daerah
merupakan bentuk dari kemajuan perekonomian Indonesia secara makro, dan juga
berdampak positif dalam mengurangi jumlah pengangguran dengan membuka
banyak kesempatan kerja. Namun disisi lain, gairah ekonomi itu ternyata memicu
keresahan dikalangan pelaku UKM khususnya pedagang eceran yang sekitaran
lokasi usahanya terdapat minimarket.
1 Rahmah Iryanti, Pengembangan Sektor Informal sebagai Alternatif Kesempatan Kerja
Produktif (Jakarta: UI Press, 2003), h.16. 2 Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari. “pengaruh Toko Modern Terhadap
Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan” dalam Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol.3, No.1, Juli 2011,
h.55-56.
Kehadiran minimarket secara tidak langsung menuntut pedagang eceran
untuk dapat meningkatkan pelayanan serta membenahi fasilitas pada tokonya
untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya. Hal ini
memungkinkan terdapatnya perubahan pada preferensi masyarakat untuk lebih
memilih berbelanja di pedagang eceran dari pada berbelanjan di minimarket.
Aspek preferensi konsumen, biasanya mencakup tiga aspek, aspek yang pertama,
yaitu human resource, terkait dengan pelayanan yang diberikan, aspek yang kedua
yaitu merchandise, mencakup jumlah produk yang tersedia, keanekaragaman
produk, dan keanekaragaman merek yang dijual dan aspek yang ketiga yaitu
harga, terutama dalam kaitannya dengan harga yan murah.
Minimarket dalam peraturan prundang-undangan termasuk dalam
pengertian “Toko Modern”. Peraturan mengenai toko modern diatur dalam
perpres No.112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Perpres 112/2007). Pengertian toko
modern menurut pasal 1 angka 5 Perpres 112/2007 adalah toko dengan sistem
pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk
Minimarket, Supermarket, Departemen Store, Hypermart ataupun grosir yang
berbentuk perkulakan. Setiap toko modern wajib memperhitungkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat sekitar serta jarak antara toko modern dengan pasar
tradisioanal yang telah ada (Pasal 4 ayat (1) Perpres 112/2007).
Mengenai jarak antar-minimarket dengan pasar tradisional yang saling
berdekatan, hal tersebut berkaitan dengan masalah perizinan pendirian toko
modern (minimarket).3 Bisnis retail modern (minimarket) berkembang pesat di
kota Kisaran. Namun sayang, banyak diantaranya yang tidak mengantongi Surat
Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) komersil melainkan SIMB hunian.
Seperti terdapat pada Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor : 21
tahun 2008, tentang Retribusi Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tujuan penggunan
SIUP disini adalah agar dunia usaha atau dunia bisnis menjadi legal dan kuat
3 Ilman Hadi, Ketentuan tentang Jarak Minimarket dari Pasar Tradisional,
www.hukumonline.com. Diunduh pada tanggal 14 Maret 2018.
secara hukum, memberikan kepastian dan kemudahan berusaha, mencegah
praktek usaha yang tidak jujur, menciptakan iklim usaha yang sehat, sebagai
sarana untuk melakukan pembinaan, perlindungan, pengawasan dan
pengembangan sektor perdagangan.4
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Menurut
keputusan Presiden RI No.99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah:
“Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara
mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah
dari persaingan usaha yang tidak sehat.5
Ada banyak jenis usaha yang dapat digolongkan sebagai usaha kecil dan
menengah, salah satunya adalah pedagang eceran. Pedagang eceran ini sudah
lama ada dan berkembang di Indonesia, usaha ini juga banyak dijumpai baik dari
daerah perkotaan hingga pedesaan dan umumnya terletak di dekat kawasan
pemukiman penduduk agar memudahkan masyarakat untuk membeli. Pedagang
eceran biasa menjual kebutuhan sehari-hari masyarakat mulai dari kebutuhan
pokok, makanan kemasan, peralatan mandi hingga obat-obatan.
Pedagang eceran merupakan salah satu jenis usaha yang strategis di
Indonesia. Sebagaiamana diketahui dalam perdagangan manapun pasti dapat
ditemukan persaingan di dalamnya, tidak terkecuali pada usaha kecil dan
menengah ini. Adapun yang menjadi pesaing pedagang eceran ini adalah
kehadiran minimarket modern di sekitaran lokasi usaha kecil dan menengah
tersebut.
Kepadatan penduduk yang semakin lama semakin meningkat
mangakibatkan kebutuhan sehari-hari menjadi faktor yang penting. Hal tersebut
membuat para investor terus mengembangkan usahanya khususnya dalam bidang
4 Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2008, ditjenpp.kemenkuham.go.id. Di
unduh pada tanggal 14 Maret 2018. 5 Keppres no. 99 tahun 1998, www.hukumonline.com. Diunduh pada 14 Maret 2018.
penyedia kebutuhan sehari-hari yang bersifat modern seperti minimarket bahkan
supermarket. Melihat hal tersebut, eksistensi toko eceran yang berdiri sendiri dan
berbasis ekonomi kerakyatan akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan
muculnya pasar modern yang dinilai cukup potensial oleh para pembisnis ritail.
Ritail modern yang sering mengalami pertumbuhan cukup pesat saat ini adalah
minimarket dengan konsep waralaba atau franchise.
Penyebaran minimarket dewasa ini sudah mencapai daerah-daerah
pinggiran dengan didominasi franchise mapan, selain dimiliki oleh franchise
mapan, tidak jarang kita jumpai ada beberapa minimarket yang mengusung merek
local/perseorangan. Di desa Hessa Air Genting sendiri, terdapat 3 gerai
minimarket dengan berbeda merek diantaranya yaitu, Indomaret, Alfamart dan
Risaga Jaya yang berjarak hanya beberapa meter antara satu dengan yang lain.
Pada era modern kini pertumbuhan toko modern seperti Indomaret dan Alfamart
sangat pesat di persebaran wilayah di Indonesia. Toko-toko modern hampir dapat
ditemui di setiap wilayah-wilayah daerah tertentu dan bahkan saling berhampitan
antar perusahaan yang membelakanginya.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Gerai Indomaret dan Alfamart di Indonesia
Tahun Indomaret Alfamart
2009 3.892 3.373
2010 4.955 4.812
2011 6.006 5.797
2012 7.245 6.585
2013 8.814 8.557
2014 10.600 9.757
Sumber: Asosiasi Pengurus Ritel Indonesia (diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa setiap tahunnya gerai
Indomaret maupun Alfamart terus bertambah jumlahnya bahkan setiap tahunnya
tidak pernah berkurang jumlahnya, namun di balik data tersebut tidak semua
kepemilikan dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan ada sekitar 50% di antaranya
adalah gerai tersebut milik pewaralaba. Melihat keadaan pertumbuhan toko
modern yang di kuasai oleh sebuah perusahaan tertentu jelas menimbulkan efek
atau dampak bagi pengusaha-pengusaha local di daerah yang di jamuri oleh toko
modern tersebut dalam hal ini yang akan terkena dampak langsung dari
pertumbuhan gerai baik Indomaret maupun Alfamart adalah pengusaha toko
eceran.6
Sangat di sayangkan apabila masyarakat lebih memilih berbelanja di
minimarket ketimbang berbelanja di toko eceran, hal ini tentunya juga
memberikan dampak terhadap omset pendapatan pedagang eceran, yang
semulanya baik-baik saja kini dengan hadirnya beberapa minimarket di dekat toko
mereka akan dapat mematikan usaha mereka, hal ini juga terjadi di Desa Hessa
Air Genting, dari pengamatan yang saya lakukan terlihat adanya penurunan dari
pengunjung/pembeli yang ingin berbelanja di toko eceran, masyarakat desa lebih
memilih berbelanja atau sekedar melihat-lihat saja pada minimarket yang ada di
Hessa Air Getting.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan minimarket modern
dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang berkembanng
di masyarakat kita, tidak hanya di kota metropolitan saja tetapi sudah merambah
ke kota-kota kecil ditanah air. Sangat mudah saat ini menjumpai minimarket di
sekitar tempat tinggal kita, tempat tersebut menjanjikan tempat yang nyaman
dengan harga yang relative tidak jauh berbeda dengan yang dijual oleh pedagang
eceran, namun yang demikian ini ternyata membuat usaha kecil menengah
terancam keberadaannya.
6 Reza Haditya Raharjo, “Analisis Pengaruh Keberadaan Minimarket Modern Terhadap
Kelangsungan Usaha Toko Kelontong di Sekitarnya” (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan BIsnis
Universitas Diponogoro Semarang, 2015), h. 4.
Kehadiran minimarket pada sekitar awal 1980-an pada awalnya tidak
mengancam peritel tradisional terkhususnya pedagang eceran. Kehadiran
minimarket pada saat itu menyisir konsumen menengah keatas. Namun sekarang
ini kondisinya sudah banyak berubah ditambah dengan semakin meningkatnya
tingkat pengetahuan, pendapatan, dan jumlah pendapatan keluarga ganda (suami-
istri bekerja) dan dengan waktu yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk
memberikan “nilai lebih” dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus
mampu mengakomodasikan tuntutan tersebut jika tidak ingin ditinggal oleh
pelangganya.
Menurut survai yang telah penulis lakukan terhadap salah satu pedagang
eceran yang bernama ibu Sumiati di desa Hessa Air Genting tepatnya di dusun III,
dari pengakuan beliau bahwa adanya dampak yang terjadi setelah hadirnya
minimarket pendapatan para penjual menjadi menurun.7 Ini merupakan salah satu
penyebab menjamurnya minimarket yang berdampak negatif bagi para pedagang
eceran/grosir di desa Hessa Air Genting. Dan masyarakat lebih memilih
berbelanja di minimarket dengan alasan lebih lengkap dan nyaman atau sekedar
hanya melihat-lihat saja, hal ini juga dikeluhkan oleh para pedagang, karena
umumnya para pedagang menjadikan usahanya sebagai mata pencarian utama
dengan berkurangnya konsumen yang berbelanja tentunya akan mempengaruhi
pendapatan serta keberlangsungan usaha mereka.
Dari fenomena yang terjadi di atas, penulis ingin mengetahui lebih jauh
mengenai pendapatan para pedagang eceran khususnya di dessa Hessa Air
Genting, adakah dampak pendapatan mereka baik sebelum dan sesudah adanya
minimarket yang beroperasi di sekitar wilayah toko mereka. Sehingga dengan
latar belakang yang diuraikan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ Dampak Kehadiran Minimarket Terhadap Pendapatan
Pedagang Eceran & Grosir di Desa Hessa Air Genting Kec. Air Batu Kab.
Asahan” dan menganalisa dampak tersebut dalam pandangan hukum Islam.
7 Pengakuan Narasumber Ibu Sumiati sebagai pemilik pedagang eceran saat dimintai
keterangan pada 15 maret 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pendapatan pedagang eceraan & grosir sebelum hadirnya
minimarket?
2. Bagaimana dampak sesudah hadirnya minimarket terhadap pendapatan
pedagang eceran & grosir?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
penulis dalam penilitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pendapatan pedagang eceran & grosir sebelum
hadirnya minimarket.
2. Untuk mengetahui dampak sesudah hadirnya minimarket terhadap
pendapatan pedagang eceran & grosir.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat Bagi tempat penelitian,
yaitu dapat menjadi bahan pertimbangan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mengantisipasi dampak keberadaan pasar modern
yang semakin pesat dan menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan pedagang eceran/grosir.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan
masukan bagi masyarakat secara umum dan tentunya dapat menambah
wawasan bagi penulis juga diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran.
3. Sebagai masukan bagi pemerintah dan informasi dalam membuat
kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan bisnis retail modern
didaerah-daerah di Indonesia.
D. Batasan Istilah
Adapun batasan istilah dalam penelitian ini adalah :
1. UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan.
2. Pedagang Eceran disebut juga pengecer, menjual produk komoditas
langsung ke konsumen secara sedikit demi sedikit atau satuan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Dampak
Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang.8
Sedangkan menurut kamus Indonesia-Inggris, dampak merupakan suatu
benturan atau pengaruh yang kuat (baik negatif maupun positif) antara dua benda
atau manusia sehingga menyebabkan perubahan yang berarti pada momentum
atau sistem yang berbenturan tersebut. Pengertian dampak lainnya adalah sesuatu
yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa (perbuatan atau keputusan).9
pengertian dampak adalah sebagai berikut :
1. Daya yang menyebabkan sesuatu terjadi
2. Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain
3. Tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain
Dari pengertiandi atas maka dapat disimpulkan bahwa dampak merupakan
suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Maka
pengertian dampak dari retail modern terhadap kesejahteraan pedagang pasar
tradisional dapat diartikan sebagai daya yang dapat merubah keberlangsungan
yang biasa terjadi di pasar tradisional, baik dari segi pendapatan, penjualan, dan
lain sebagainya.
8Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: 2001), h. 849.
9YS Gunadi,.Himpunan Istilah Komunikasi,(Jakarta: PT. Gramedia Indonesia, 1998), h.
85.
B. Usaha Kecil dan Menengah
1. Defenisi usaha kecil dan menengah
Pengertian UKM kecil-menengah pada setiap Negara akan berbeda, tergantung
dari kekuatan ekonomi diwilayah tertentu, atau Negara dari organisasi yang
memberikan definisi kepada UKM kecil-menengah. Defenisi pada Negara bagian
eropa pasti akan berbeda dengan defenisi UKM pada Negara Indonesia.
Usaha kecil (mikro) adalah usaha yang pemiliknya mempunyai jalur
kominakasi langsung dengan kegiatan operasi dan juga dengan sebagian besar
tenaga kerja yang ada dalam kegiatan usaha tersebut, dan biasanya hanya
mempekerjakan tidak lebih dari lima puluh orang.10
Pengertian Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia merujuk kepada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Bab I pasal 1 menyebutkan
bahwa:11
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dariusaha menengah atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.
10
Made Dharmawati, kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 263. 11
Arif Yusuf Hamali,Pemahaman Strategi Bisnis & Kewirausahaan, (Jakarta: Kencana,
2016), h. 155.
2. Asal-usul Pengusaha Kecil di Indonesia
Kalau kita meneliti kembali asal-usul pengusaha kecil di Indonesia,
terutama yang berasal dari golongan pribumi, bagaimana di Indonesia? Indonesia
sejak dulu hingga proklamasi 1945 dan berlanjut sampai 1990, konsentrasi
kehidupan ekonominya masih bertumpu pada sektor pertanian di samping minyak
dan gas bumi.
Proklamasi kemerdekaan 1945, yang disusul dengan perang kemerdekaan
hingga 1950, membawa perubahan radikal dalam kehidupan dunia usaha
Indonesia. Karena situasi perang dan tuntutan kemerdekaan, posisi perusahaan
Belanda dan peran perantara orang Cina menjadi kosong dan digantikan oleh
orang Indonesia. Pergantian posisi tanpa persiapan dan tanpa dibekali ilmu atau
pengalaman, semuanya serba darurat dan serba improvisasi. Istilah tugas dan
pekerjaan harus jalan terus (the show must go on) merupakan penggambaran yang
tepat pada periode 1945-1950. Dalam waktu yang singkat lahirlah pengusaha
Indonesia yang tanpa pendidikan, pengalaman, bakat, dan sudah pasti juga tanpa
manajemen.
Seusai perang, pemerintah bertekad mendorong peranan pengusaha Indonesia
untuk menangani kehidupan ekonomi. Dalam periode 1950-1959, perusahaan
nasional tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Banyak perusahaan yang timbul
dan tenggelam, namun harus diakui, periode 1950-1960 merupakan zaman emas
bagi pengusaha pribumi walaupun akhirnya harus dibayar dengan kegagalan.
Kondisi politik dan ekonomi yang sering berubah-ubah ini ternyata membawa
pengaruh yang cukup mendasar bagi kehidupan dunia usaha di Indonesia,
terutama yang menyangkut usaha kecil. Pengusaha dan perusahaan kecil karena
pengalaman langsung, menjadi tidak percaya pada hukum ekonomi atau praktik
usaha yang wajar. Pada masa 1959-1965, seakan-akan ketekunan, kerajinan, dan
kejujuran berusaha tidak mendapat tempati. Mereka seakan-akan berkembang dan
tumbuh liar dalam suasana kebijakan ekonomi yang simpang siur.12
12
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik
Wirausahawan Sukses, (Jakarta: kencana, 2011), h. 38-40.
3. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah
Ciri yang umum yang dimiliki oleh usaha kecil terutama adalah kebebasan
dalam mengelola usaha dan cenderung tidak berbadan hukum. Pengelolaan
produk biasanya disesuaikan dengan kemampuan pemiliknya. Selain itu, modal
yang dikeluarkan adalah kekayaan pribadi dari sang pemilik pemilihan jenis usaha
juga disesuaikan dengan modal yang dimiliki. Biasanya, pasar yang mereka
rambah adalah pasar lokal, dimulai dari daerah yang dekat dengan pusat usaha.
Selain itu, jumlah pekerja yang dimiliki tidak banyak dan mereka bisa
menyelesaikan pengerjaan produk di rumah masing-masing.13
Kriteria UKM secara umum, ada banyak UKM dengan kriteria yang berbeda,
di antaranya adalah : 14
1) Manajemen bisnis sendiri
Pemilik UKM memiliki kebebasanuntuk bertindak dan mengambil keputusan
sendiri terkait dengan kemauan usahanya.
2) Modal usaha terbatas
Modal hanya berasal dari pemilik usaha atau bisa jadi sekelompok kecil orang
yang ikut menginvestasikan uangnya untuk modal UKM tersebut.
3) Karyawan kebanyakan dari penduduk local
Pemilik UKM ingin memberdayakan penduduk lokal agar bisa bekerja secara
mandiri di daerah tersebut. Adanya keterbatasan biaya untuk menggaji
karyawan yang berasal dari daerah luar.
4) Bersifat usaha keluarga
Usaha dijalankan dan dikembangkan sendiri oleh pemilik usaha bersama
keluarga.
5) Posisi kunci dipegang oleh pemilik
Maju mundurnya UKM tergantung sepenuhnya oleh pemilik usaha.
13
Taufiq, Cara Mudah Memulai Usaha Kecil,(Yogyakarta: Hanggar Kreator, 2009), h.
14. 14
Akifa P. Nayla, Komplet Untuk Ukm Dan Waralaba, (Jogjakarta: Laksana, 2014), h.
17-20.
6) Modal usaha berasal dari keuangan keluarga
Modal pihak luar hanya dibutuhkn ketika pemilik UKM ingin
mengembangkan usaha tersebut ke luar daerah.
7) Menuntut motivasi tinggi
Untuk memajukan UKM, pemilik usaha dituntut untuk memiliki motivasi
yang tinggi.
8) Menggunakan teknologi sederhana dalam proses produksi
Teknologi sederhana yang dimaksud adalah alat –alat yang masih tradisional
dan belum canggih.
Padahal kalau kita teliti mendalam, alasan utama kegagalan mereka ialah
karena kurangnya: pengalaman,latar belakang, pendidikan yang tak memadai,
hambatan nilai di masyarakat, dan struktur ekonomi yang belum cocok dengan
kondisi dunia modern.15
4. Kelebihan dan Kekurangan Usaha Kecil dan Menengah
Sebagaimana pada umumnya, UKM tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan.16
1) Kelebihan UKM
a) Pemilik memiliki kebebasan untuk bertindak,
b) Meningkatkan perubahan Struktur ekonomi di daerah tempat berdirinya
UKM,
c) Meningkatkan kemampuan produktif sumber daya manusia.
2) Kekurangan UKM
a) Sistem produksi dan pemasaran relatife lemah,
b) Sulit mendapatkan modal jangka panjang
c) Pemilik tidak mampu mengelola usaha dan sumber daya manusia.
15
Ibid., Yuyus suryana dan Kartib Bayu, h. 38. 16
Akifa P Nayla, Komplet Akuntansi Untuk UKM dan Waralaba, (Yogyakarta:Laksan,
2004), h. 3.
C. Pedagang Eceran (Retailing)
1. Definisi Pedagang Eceran (Ritailing)
Pengecer atau penjualan eceran atau dikenal dengan istilah ritel adalah
kegiatan bisnis perdagangan (penjualan barang atau jasa) yang langsung
disalurkan kepada konsumen akhir untuk digunakan sebagai kebutuhan
pribadi, keluarga atau keperluan rumah tangga bukan untuk dijual kembali.
Pengecer merupakan perantara dalam sistem saluran pemasaran, dimana
pengecer mendapatkan barang dari produsen dan atau pedagang besar yang
kemudian menjualnya kepada konsumen akhir.
Berikut ini beberapa pengertian pedagang eceren, penjualan eceran atau
ritel dari beberapa sumber buku:
1) Menurut Tjiptono, Pedagang eceran (retailing) merupakan semua kegiatan
penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk
pemakaian pribadi dan rumah tangga, bukan untuk keperluan bisnis. 17
2) Menurut Hendri Ma‟ruf, ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau
jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga atau rumah
tangga. Sedangkan pengecer adalah pengusaha yang menjual barang atau
jasa secara eceran kepada masyarakat sebagai konsumen, ritel perorang
atau peritel kecil memiliki jumlah gerai bervariasi, mulai dari satu gerai
hingga lebih.
3) Menurut Kotler, usaha eceran (retailing) adalah semua kegiatan yang
melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung kepada konsumen
akhir untuk penggunaan pribadi bukan untuk bisnis.
2. Jenis-Jenis Pedagang Eceran
Secara garis besar di Indonesia, ritel terbagi menjadi dua jenis, yaitu ritel
tradisional dan ritel modern. Ritel modern tidak banyak berbeda dari pasar
tradisional, namun ritel jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara
langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang
(barcode).
17
Fandy Tjiptono (ed. 3), Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: ANDI, 2008), h.191.
Berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri
(swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain
bahan makanan seperti : buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya
yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari ritel modern
adalah hypermarket, supermarket, dan minimarket.Berikut karakteristik dari ke-3
jenis ritel Modern tersebut:
Tabel 2.1:
Karakteristik Ritel Modern di Indonesia
Uraian Minimarket Supermarket Hypermarket
Barang yang
Diperdagangkan
Berbagai
macamkebutuhan
rumah tangga
termasuk
kebutuhan sehari-
hari
Berbagai macam
kebutuhan rumah
tangga termasuk
kebutuhan sehari-
hari
Berbagai macam
kebutuhan rumah
tangga termasuk
kebutuhan sehari-
hari
Jumlah item < 5000 item 5000 – 25000
item >5000 item
Jenis produk
- Makanan
Kemasan
- Barang-barang
hygienis pokok
- Makanan
-Barang-barang
rumah tangga
- Makanan
-Barang-barang
rumah tangga
Elektronik
-Busana/pakaian
- Alat olahraga
Model penjualan
Dilakukan secara
eceran, langsung
pada konsumen
Dilakukan secara
eceran, langsung
pada konsumen
Dilakukan secara
eceran, langsung
pada konsumen
akhir dengan cara
swalayan
(pembelimengam
bil sendiri barang
dari rak-rak
dagangan dan
membayar di
kasir)
akhir dengan cara
swalayan
akhir dengan cara
swalayan
Luas lantai usaha
(berdasarkan
Perpres terbaru,
yakni no.112
th2007)
Maksimal 400m2
4000 – 5000 m2
>5000 m2
Luas lahan parkir Minim Standard Sangat luas
Modal (diluar
tanah dan
bangunan)
s/d Rp 200 juta Rp 200 juta – Rp
10 Milyar
Rp 200 juta – Rp
10 Milyar
Pedangang eceran yang memiliki toko atau disebut pengecer toko (Store
Retailers), dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut:18
1) Toko Barang Khusus (Specialty Store).
Lini produk yang sempit dengan keragaman yang dalam.Toko pakaian
adalah toko lini tunggal; toko pakaian pria adalah toko lini terbatas; dan
toko kemeja pesanan pria adalah toko yang sangat khusus.
2) Toko Serba Ada (Departement Store).
Beberapa lini produk, biasanya pakaian, perlengkapan rumah dan barang
kebutuhan keluarga dengan masing-masing lini yang ditempatkan sebagai
bagian tersendiri yang dikelola pembeli khusus atau pedagang khusus.
18
Kotler dan Armstrong (ed. 9), Dasar-Dasar Pemasaran, (Jakarta: Indeks, 2003), jilid I,
h. 216.
3) Pasar Swalayan (Supermarket).
Usaha yang relatif besar, berbiaya rendah, bermarjin rendah, bervolume
tinggi, swalayan yang dirancang untuk melayani semua kebutuhan untuk
makanan, sarana mencuci, dan produk-produk keluarga.
4) Toko Kenyamanan (Convenience Store).
Toko yang relatif kecil dan terletak dekat daerah pemukiman, menjual lini
terbatas produk-produk kenyamanan dengan tingkat perputaran yang
tinggi dan harga yang sedikit lebih tinggi.
5) Toko Diskon (Discount Store).
Barang dagangan standar yang dijual dengan harga yang lebih murah,
dengan marjin yang lebih rendah dan volume yang lebih tinggi.
6) Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retailer).
Barang dagangan yang dibeli di bawah harga pedagang besar biasa dan
dijual di bawah harga eceran.
7) Gerai Pabrik (Factory Outlet).
Dimiliki dan dijalankan produsen dan biasanya menjual barang-barang
yang berlebihan, tidak diproduksi lagi, atau tidak biasa.
8) Pengecer potongan harga independen (Independent off-price retailer).
Dimiliki dan dijalankan pengusaha atau divisi perusahaan eceran yang
lebih besar.
9) Klub gudang atau klub pedagang besar (warehouse clubs atau wholesale
clubs).
Menjual pilihan terbatas jenis produk kebutuhan pokok, perlengkapan
rumah tangga, pakaian bermerek dan berbagai jenis barang lain dengan
diskon yang sangat besar bagi anggota-anggota yang membayar iuran
keanggotaan tahunan.
10) Toko Besar (Superstore).
Ruang penjualan sekitar 35.000 kaki persegi yang ditujukan untuk
memenuhi seluruh kebutuhan konsumen untuk jenis produk makanan dan
non-makanan yang dibeli rutin.
11) Toko Kombinasi (Combination stores).
Toko gabungan makanan dan obat yang memiliki ruang penjualan rata-
rata 55.000 kaki persegi.
12) Hiperpasar (Hypermarkets).
Berkisar antara 80.000 hingga 220.000 kaki persegi dan menggabungkan
pasar swalayan, toko diskon, dan eceran gudang.
13) Ruang Pameran Katalog.
Pilihan yang sangat banyak barang-barang berharga tinggi, mengalami
perputaran cepat, dan bermerek dengan harga diskon.
Adapun perbedaan pedagang eceran/grosir dengan minimarket modern
dapat dilihat pada table berikut ini:19
Tabel 2.2
Perbedaan pedagang eceran & grosir dengan minimarket
No Aspek Pedagang eceran Minimarket modern
1 Histori Evolusi panjang Fenomena baru
2 Fisik Kurang baik, sebagian baik Baik dan mewah
3 Pemilikan/
Kelembagaan
Milik masyarakat/desa, Pemda,
sedikit swasta
Umumnya
perorangan/swasta
4 Modal Modal lemah/Subsidi/Swadaya
Masyarakat Inpres
Modal
kuat/digerakkan oleh
swasta
5 Konsumen Golongan menengah ke bawah Umumnya golongan
menengah ke atas
6 Motode Ciri dilayani, tawar menawar Swalayan
7 Status tanah Tanah Negara, sedikit swasta Tanah
19
Rani Hapsari Kusuma Asri, “Analisis Perbandingan Sikap Konsumen Dalam Memilih
Pasar Tradisional Dan Pasar Modern” (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Bandar Lampung,
2010),h. 27.
swasta/perorangan
8 Pembiayaan Kadang-kadang di subsidi Tidak di subsidi
9 Pembangunan Pemda/Desa/Masyarakat Swasta
10 Peluang
masuk/partisipasi
Bersifat masal (pedagang kecil,
menengah, dan bahkan besar)
Terbatas, umumnya
pedagang tunggal dan
menengah ke atas.
Meskipun terdapat beberapa perbedaan, tetapi tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya persaingan diantara keduanya. Persaingan ini terjadi
ketika masyarakat memilih satu diantara keduanya sebagai tempat mereka
berbelanja.
3. Omset Dagang
Omset adalah jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu
selama masa jual .20
Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah
pekerjaan membeli barang dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang
tersebut di tempat dan waktu lainnnya untuk memperoleh keuntungan.
Meningkatkan omzet penjualan adalah tantangan besar bagi para pelaku
usaha karena sukses atau tidaknya suatu usaha sangat ditentukan oleh seberapa
banyak produk yang laku dijual. Untuk itu, diperlukan strategi khusus dalam
pencapaiannya.
Chaniago berpendapat bahwa omset adalah keseluruhan jumlah
pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa dalam kurun waktu
tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa omset dagang adalah
keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang
dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.
20
Nissa Nurfitria, Retno Hidayat, Jurnal Omzet Penjualan Berdasarkan Jenis Hajatan Dan
Waktu, Vol. x, No. 6 (Maret-April 2015).
Tjiptono berpendapat bahwa Omset merupakan hasil dari penjualan yang
telah dilakukan oleh perusahaan sebelumnya, kemudian menghasilkan uang
sehingga perusahaan akan mendapatkan labadari setiap penjualan barang per
uitnya.21
Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa omset dagang adalah
keseluruhan jumlah dagang barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu, yang
dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh dan berdasarkan volume.
Seorang pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omset dari hari
kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Hal
ini diperlukan kemampuan dalam mengelola modal agar kegiatan operasional
perusahaan dapat terjamin kelangsungannya.
4. Pendapatan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha
atau sebagainya). Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai
banyaknyapenerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat
dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno
mendefinisikan: “Pendapatan (revenue)dapat diartikan sebagai total penerimaan
yang diperoleh pada periode tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh para
anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-
faktor produksi yang telah disumbangkan.22
Definisi lain dari pendapatan adalah sejumlah dana yang diperolah dari
pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki. Sumber pendapatan tersebut
meliputi:23
21
M. Irwan Trias Saputra, Suharyono , Kadarisman Hidayat, Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 38 No. (1 September 2016). 22
Reksoprayitno, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, (Jakarta: Bina Grafika,
2004), h. 79. 23
Suyanto, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia MemasukiMilenium III,
(Yogyakarta: Adicita, 2000), h. 80.
1) Sewa kekayaan yang digunakan oleh orang lain, misalnya menyewakan
rumah, tanah.
2) Upah atau gaji karena bekerja kepada orang lain ataupun menjadi
pegawainegeri.
3) Bunga karena menanamkan modal di bank ataupun perusahaan, misalnya
mendepositokan uang di bank dan membeli saham.
4) Hasil dari usaha wiraswasta, misalnya berdagang, bertenak, mendirikan
perusahaan, ataupun bertani.
Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu
daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa
kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula.
5. Perdagangan dalam Islam
Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses
transaksi yang diartikan diatas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.
Perdagangan dapat dikelompokan sebagai salah satu cara pengalihan kekayaan
individu. Dalam garis besarnya dapat diartikan bahwa perdagangan adalah berbagi
upaya yang diartikan agar memudahkan terjadinya penjualan dan pembelian.
Perdagangan seperti ini dapat mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak,
atau dengan kata lain perdagangan meningkatkan utility (kegunaan) bagi pihak-
pihak yang terlibat. Perdagangan dengan kejujuran, keadilan, dalam bingkai
ketaqwaan kepada sang Maha Pencipta merupakan persyaratan mutlak
terwujudnya praktik-praktek perdagangan yang dapat mendatangakan kebaikan
secara optimal kepada semua pihak yang terkait.
Rasulullah adalah orang yang menggeluti dunia perdagangan. Rasulullah
SAW. Berpegang pada lima konsep yaitu:
a) Jujur
b) Ikhlas
c) Profesionalisme
d) Silaturrahmi
e) Murah hati
Ajaran Islam mencakup dua demensi pokok, yakni dimensi vertikal
(hablumminallah) dan demensi horizontal (hablumminannas) aspek perdagangan
merupakan salah satu dari aspek kehidupan yang bersipat harizontal, yang
menurut fikih Islam dikelompokan dalam masalah mu‟amalah, yakni masalah-
masalah yang berkenaan dengan hubungan antar manusia dalam kehidupan
bermasarakat. Perdagangan juga mendapatkan penekanan khusus dalam ekonomi
Islam, kerena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil. Penekanan
khusus pada sektor perdagangan tercemin misalnya pada sebuah hadis Nabi yang
menegaskan bahwa dari sepuluh pintu rezeki, sembilan diantaranya adalah
perdagangan.
Kata dagang atau perdagangan dalam Al-Qur‟an tidak saja digunakan
untuk menunjuk pada aktivitas transaksi dalam pertukaran barang atau produk
tertentu pada kehidupan nyata sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk menujuk
pada sikap ketaatan seseorang kepada Allah SWT.24
Dalam prespektif ekonomi Islam mengharamkan orang menimbun dan
mencegah harta dari predaran. Islam mengharamkan mereka yang menimbunnya
dengan siksa yang peih di hari kiamat. Dalam konsep ekonomi Islam penentuan
harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan
kekuatan penawaran. Seperti dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 29:
24
Jusmaliani, dkk.,Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.1-24.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.
Maksud dari QS. An Nisa ayat 29 yaitu hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan batil artinya jalan yang
haram menurut ajaran agama seperti riba dan gasab/merampas kecuali jalan yang
batil artinya jalan atau terjadi secara perniagaan. Menurut suatu qiraat hendaklah
jual beli dilakukan dengan suka sama suka di antara kamu berdasarkan hati
masing-masing, maka bolehlah kamu memakannya.25
Mekanisme berdasarkan prinsip suka sama-suka menjamin bahwa
pelaksanaan mekanisme pasar dalam Islam harus menjauhkan dari jalan yang
bathil. Hal ini mengartikan bahwa segala bentuk kegiatan ekonomi di dalam pasar
diperbolehkan dengan mengacu pada dua hal. Pertama pelaksanaan tersebut harus
didasarkan atas sikap saling rela antara kedua belah pihak. Kedua tidak boleh
saling merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebagaimana Sabda
Rasulullah SAW:
قال قال رسول هلل صل عن عاصم بن عب يد اهلل عن سالم عن أبيه
اهلل عليه وسلم إن اهلل يحب المؤمن المحترف )أخرجه البيهقى(
“Dari „Ashim Ibn „Ubaidillah dari Salim dari ayahnya, Ia berkata bahwa
Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai orang mukmin yang
berkarya.”(H. R. Al-Baihaqi).26
25
H.M. Quraish Shibab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta:Lentera Hati,2002), hal.25. 26
Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadits Terpilih, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991),
hlm. 182
Berdasarkan hadits di atas dapat disebutkan bahwa berwirausaha
merupakan kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan
menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi. Kreatifitas adalah
mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa
dikembangkan. Di tengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun seorang
wirausaha tetap mampu menangkap dan menciptakan peluang baru untuk
berbisnis, sehingga ia tidak pernah khawatir kehabisan lahan. Sedangkan inovasi
adalah mampu melakukan pembaruan-pembaruan dalam menangani bisnis yang
digelutinya, sehingga bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang dan selalu
dapat mengikuti perkembangan zaman. Sifat inovatif ini akan mendorong
bangkitnya kembali kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis.27
Jadi orang yang berkarya akan memberikan kontribusi bagi masyarakat
banyak dengan kreatifitas dan inovasinya untuk menemukan sesuatu yang berbeda
dari yang sudah ada sebelumnya.
Oleh kerena itu, agar diperoleh suatu keharmonisan dalam sistem
perdagangan, diperlukan suatu perdagangan yang bermoral. Rasulullah SAW,
secara jelas telah banyak memberi contoh tentang sistem perdagangan yang
bermoral yakni perdagangan yang jujur dan adil serta tidak meragukan kedua
belah pihak. Dalam setiap transaksi perdagangan diperintahkan untuk lebih
mengutamakan kejujuran dan memegang teguh kepercayaan yang diberikan orang
lain. Selain itu, dalam setiap transaksi perdagangan dituntut harus bersikap sopan
dan bertingkah laku baik.
27
H.M. Ma‟ruf Abdullaah, Wirausaha Berbasis Syariah, (Banjarmasin: Antasari Press,
2011), hlm. 7-8.
D. Kajian Terdahulu
Kajian terdahulu yang telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti lainnya di
wilayah lain maupun kota lain di Indonesia. Kajian terdahulu dapat dijadikan
referensi atau dasar yang akan dilakukan oleh penulis, yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian / Nama
Peneliti / Tahun Hasil Penelitian
1. Dampak Kehadiran Ritel
Modern Indomaret
Terhadap Kelangsungan
Usaha Ritel Tradisional
Kota Pemalang/Dian
Wijayanti/ 2013.
Hasil dari penelitian adalah kehadiran Indomaret
memberikan dampak pada penurunan jumlah
pelanggan, omset penjualan dan diversifikasi
produk bagi toko namun tidak berdampak pada
jam buka toko. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yang menunjukkan bahwa
semakin dekat jarak antara minimarket dengan
pedagang eceran maka akan semakin besar
dampak yang tidak menguntungkan bagi
keberlangsungan para pedagang.
2. Dampak Kehadiran Pasar
Modern Brastagi
Supermarket Terhadap
Pasar Tradisional Sei
Sikambing di Kota
Medan/ Marthin Rapael
Hutabarat/ 2009
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah
jam buka, rata-rata sirkulasi barang, rata-rata
margin laba pedagang di pasar tradisional sei
kambing sebelum dan setelah berdirinya pasar
modern Berastagi Supermarket. Akan tetapi
terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan
para pedagang baik sebelum maupun sesudah
berdirinya Berastagi Supermarket.
3. Dampak Supermarket Diperoleh pada penelitian ini dengan
Terhadap Pasar Dan
Pedagang Ritel Tradisional
di daerah Perkotaan di
Indonesia/Suryadarma/
2007.
menggunakan metode kualitatif menunjukkan
bahwa kelesuan yang terjadi di pasar tradisional
kebanyakan bersumber dari masalah internal
pasar tradisional yang memeberikan keuntungan
pada supermarket.
E. Kerangka Teoretis
Penelitian ini memililiki kerangka teoritis yang merupakan kerangka
penalaran konsep-konsep atau teori yang menjadi acuan peneliti Berikut
merupakan bagan kerangka pemikiran dari penelitian:
Gambar 2.1
Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis pada Gambar 2.1 menjelaskan tentang dampak kehadiran
minimarket terhadap pendapatan pedagang eceran dan grosir. Data dikumpulkan
Pedagang
Eceran &Grosir
Dampak sebelum dan sesudah munculnya
Minimarket Terhadap Pendapatan
Pedagang Eceran &Grosir.
Wawancara Observasi
Analisis data kualitatif deskriptif
Hasil analisis secara kualitatif
melalui observasi dan wawancara dengan pedagang eceran dan grosir.Kemudian
data tersebut dianalisis dan hasilnya berupa analisis kualitatif deskriptif untuk
mengetahui pengaruh keberadaan sebelum dan sesudah munculnya minimarket
modern terhadap pendapatan pedagang eceran dan grosir.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian dalam
penelitian ini adalah dengan survai lapangan dan metode penelitian kepustakaan
bersifat kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Istilah kualitatif, pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yaitu
pengamatan yang menunjuk pada sikap alamiah dan perhitungannya atas dasar
jumlah. Penelitian kualitatif, menekankan kepada tatacara pengguaan alat dan
teknik yang berorientasi pada paradigm alamiah.
Metode penelitian kualitatif disebut sebagai metode artistik, karena proses
penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan disebut sebagai metode
imperative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode kualitatif digunakan untuk
mendapat data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna
sebenarnya.28
Pendekatan kualitatif artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-
angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kualitatif ini adalah menggambarkan realita empiric dibalik fenomena
secara mendalam, rinci, tuntas. Pola yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
bersifat deskriptif kualitatif.29
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 9. 29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2004), h. 131.
Pendekatan yang peneliti gunakan adalah kualitatif deskriptif bertujuan
untuk menemukan fakta, kemudian dilanjutkan dengan menemukan masalah,
kemudian menuju pada identifikasi masalah dan akhirnya menuju kepada
penyelesaian masalah.
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah orang yang benar-benar mengetahui
permasalahan yang akan diteliti. Subjek Penelitian merupakan orang yang
menjadi narasumber (pedagang eceran) untuk memberikan informasi terkait
tentang dampak minimarket di Desa Hessa Air Genting.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan dari dusun satu sampai dengan dusun lima
di Desa Hessa Air Genting, Kecamatan Air Batu, KabupatenAsahan, Sumatera
Utara.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari masyarakat desa Hessa
Air Genting. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data primer dalam
penelitian ini adalah melalui wawancara. Wawancara merupakan salahsatu teknik
pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab secara lisan dan langsung
kepada pedagang eceran antara dua orang atau lebih.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, setudi kepustakaan
dilakukan melalui penelusuran bahan pustaka resmi, penelusuran internet dan
studi dokumentasi berkas-berkas penting dan institusi dengan mengutip dari
sumber yang ada.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam mencari data-data, dan informasi yang berupa fakta harus
memperhatikan teknik pengumpulan data yang dinilai paling tepat. Sehingga
informasi yang didapat benar-benar valid dan reliabel. Seperti halnya data terdiri
atas data primer dan data sekunder, maka teknik pengumpulannya pun terdiri dari
dua yaitu pengumpulan data primer dengan menggunakan teknik pengumpulan
data melalui wawancara, yaitu pengumpulan data secara langsung di lapangan
oleh peneliti sendiri dan pengumpulan data sekunder melalui observasi atau
kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data tidak secara langsung di
lapangan, data diperoleh dari pihak lain yang sudah mengumpulkannya terlebih
dahulu, serta data yang di dokumentasikan.
a) Observasi
Observasi adalah suatu proses pengambilan data yang dilakukan dengan
cara pengamatan secara sistematis terhadap obyek penelitian yang diteliti dengan
cara langsung dan terencana bukan karena kebetulan. Data observasi berupa
deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan Desa Hessa Air
Genting.
Observasi adalah salah satu tehnik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek penelitian (to obsev = dengan
teliti, mencermati dengan hati-hati, mengintip atau mengamati). Orang yang
melakukan observasi disebut dengan istilah observer, sedangkan objek yang
diamati disebut observees. Observasi dapat dilakukan terhadap fenomena social
atau gejala-gejala peristiwa alam dalam kegiatan penelitian lapangan.30
Pada penelitian ini menggunakan tekhnik observasi. Observasi ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran langsung mengenai dampak pendapatan
pedagang eceran dan grosir baik sesudah atau sebelum adanya minimarket yang
ada di desa Hessa Air Genting.
30
Abdullah Ali, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah, (Cirebon: STAIN
Cirebon Press, 2007), h. 62.
b). Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data melalui proses dialog
pewawancaraan dengan responden. Metode wawancara ini adalah bertanya secara
lisan kepada pedagang eceran dan grosir di desa Hessa Air Genting untuk
mendapatkan jawaban atau keterangan. Dalam hal ini pertanyaan secara lisan
yang diajukan oleh penulis kepada para pedagang eceran desa Hessa Air Genting
dengan maksud agar mau memberikan jawaban akan keterangan atas pertanyaan
yang diajukan oleh penulis.
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka peneliti
membuat variable dan indikator untuk menuntun peneliti dalam melakukan
pengumpulan data. Variabel dan Indikator penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Variabel dan Indikator
Variabel Indikator
1. Dampak hadirnya minimarket
a) Anggapan Pedagang
b) Beralihnya konsumen
c) Promosi potongan harga
d) Promosi pemberian bonus
e) Dampak positif dan negatif
2. Pendapatan Pedagang Eceran
dan Grosir
a) Menurunnya omset penjualan
b) Hasil pendapatan per hari
c) Persentase pendapatan
Sumber data : Analisis Pribadi Peneliti, 2018.
c). Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, data yang relevan penelitian.
Metode ini untuk mencatat data-data sumber yang tersedia dalam bentuk
dokumen-dokumen atau arsip-arsip lainnya.Data dapat diperoleh penulis adalah
gambaran pedagang eceran dan grosir desa Hessa Air Genting Kec. Air Batu Kab.
Asahan.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat
uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telahdi peroleh
akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.
Adapun beberapa Langkah-langkah analisis data sebagai berikut:31
1) Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan
pada waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai
sejak peneliti memfokuskan wilayah penelitian.
2) Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan
kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.
31
M.B. Milles and M.A. Huberman, Qualitative Data Analysis, (London: Sage
Publication, 1992), h. 15-16.
3) Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus
mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan
dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat.
Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut
dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang
ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang
didukung dengan studi dokumentasi.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Desa Hessa Air Genting
Desa Hessa Air Genting adalah sebuah desa yang berada di kec. Air Batu,
Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Perkebunan Sei Dadap
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Danau Sijabut
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Hessa Perlompongan
(Air Genting)
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sei Alim Hasak
Wilayah Desa Hessa Air Genting mempunyai luas wilayah 525 Ha/m2
dengan jumlah penduduk sebanyak 5.371 jiwa dan terdiri dari 5 dusun.32
Suasana
desa yang sejuk dan masih asri, juga ramah akan lingkungan. Setelah ditelusuri
banyak perumahan penduduk yang sudah dikategorikan permanen yaitu bangunan
rumah yang terbuat dari tembok, dan lantainya sudah keramik/semen dengan atap
rumah dari seng, secara umum bangunan rumah penduduk sudah modernis dan
minimalis dengan jenis rumah toko (ruko) dan rumah sederhana. Desa Hessa Air
Genting secara umum terdiri dari beberapa suku yaitu Jawa, Batak, melayu,
Tionghoa dan Padang. Pada umumnya Desa Hessa Air Genting merupakan
masyarakat pendatang yang berasal dari pulau jawa ketika masa penjajahan
Jepang kemudian menjadi warga tetap. Selebihnya adalah warga asli Desa Hessa
Air Genting.
32
Sumber Data, Arsip Balai Dessa Hessa Air Genting.
2. Tingkat Pendidikan
Pada masa sekarang ini pendidikan memiliki peranan yang sangat penting
untuk menunjang kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam
melaksanakan kehidupannya tidak lepas dari pendidikan.sebab, pendidikan
berfungsi sebagai meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Meskipun
pendidikan tidak menjamin kesuksesan seseorang, namun pendidikan akan
memberikan peluang untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan.Akan tetapi
realitanya, masih banyak masyarakat yang buta pemikirannya betapa pentingnya
pendidikan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Hessa Air Genting
termasuk masyarakat yang lumayan maju dibidang pendidikan, hal ini dibuktikan
dengan rata-rata anggota masyarakatnya telah menempuh berbagai pendidikan
formal diantaranya tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas bahkan
sampai perguruan tinggi (S1) namun untuk melanjutkan S2 hanya beberapa orang
saja yang berminat disebabkan masih banyak warga yang berpandangan bahwa
pendidikan tidak begitu penting.33
3. Mata Pencaharian Masyarakat Desa
Mata pencaharian merupakan suatu aktifitas usaha yang dilakukan oleh
kebanyakan orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada banyak bentuk
yang dilakukan oleh masyarakat sebagai mata pencahariannya. Lingkungan
dimana tempat mereka tinggal juga memberikan pengaruh yang cukup besar
mengenai karakteristik mata pencaharian yang dijalankan.
Pada umumnya masyarakat di Desa Hessa Air Genting memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan berdagang (berwirausaha) yang merupakan mata
pencaharian pokok masyarakat setempat, akan tetapi beberapa masyarakat ada
yang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani, ada juga sebagai buruh,
pegawai negeri sipil, pegawai swasta dan lainnya.34
33
Sumber Data, Arsip Balai Dessa Hessa Air Genting. 34
Sumber Data, Arsip Balai Dessa Hessa Air Genting.
a. Jenis-Jenis Usaha Kecil Menengah Di Desa Hessa Air Genting
Tabel 4.1
Jenis-jenis UKM di Desa Hessa Air Genting
N
o. Jenis usaha kecil menengah Jumlah
1
.
Toko eceran (kedai) 70
2
.
Toko eceran (grosir) 5
3
.
Toko roti/ bakery 2
4
.
Toko baju 5
5
.
Rumah makan 7
6
.
Depot air minum 6
7
.
Warnet 4
8
.
Fotocopy 8
9
.
Usaha produksi kelapa sawit 1
1
0.
Warung pulsa 15
1
1.
Doorsmeer 11
1
2.
Bengkel mobil 3
1
3.
Bengkel motor 10
1
4.
Ternak hewan 2
1
5.
Usaha produksi belacan 1
Sumber data: Arsip Desa Hessa Air Genting
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa banyaknya yang membuka usaha
kecil menengah di Desa Hessa Air Genting, dan usaha kecil menengah yang
paling banyak membuka usahanya adalah toko eceran (kedai), dengan jumlah 70
toko sedangkan toko eceran (grosir) sebanyak 5 toko. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil responden sebanyak 7 pedagang berdasarkan jarak maksimal
100 meter usaha toko eceran dan grosir dengan keberadaan minimarket.
Tabel 4.2
Jumlah informan berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 2 29%
Perempuan 5 71%
7 100%
Sumber data: wawancara dengan pedagang
Dari tabel 4.2 dapat dilihat banyaknya pedagang yang dijadikan informan
dalam penelitian berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 2 orang
(29%) dan perempuan sebanyak 5 orang (71%) yang pada umumnya pedagang
toko eceran dan grosir menjadikan usahanya sebagai sumber utama pendapatan
mereka.
Table 4.3
Jumlah informan berdasarkan usia
Usia Jumlah Persentase
21-30 tahun 1 14%
31-40 tahun 3 43%
41-50 tahun 2 29%
Diatas 51 tahun 1 14%
7 100%
Sumber data: wawancara dengan pedagang
Dari tabel 4.3 Dilihat bahwa jumlah pedagang yang menjadi informan
berkisar dari usia 21 hingga 50 tahun keatas diantaranya; jumlah pedagang yang
berusia 21-30 tahun berjumlah 1 orang (14%), usia 31-40 tahun sebanyak 3 orang
(43%), untuk usia 41-50 tahun sebanyak 2 orang (29%), dan yang berusia diatas
51 tahun berjumlah 1 orang (14%).
Tabel 4.4
Jumlah informan berdasarkan pendidikan terakhir
Pendidikan Jumlah Persentase
SD 1 14%
SMP 2 29%
SMA 4 57%
Perguruan
Tinggi - -
7 100%
Sumber data: wawancara dengan pedagang
Dari tabel 4.4 tampak jumlah pedagang berdasarkan tingkat pendidikan
akhir, Jumlah pedagang yang pendidikan akhirnya SD adalah 1 orang (14%),
jumlah pedagang yang pendidikan akhirnya SMP sebanyak 2 orang (29%), jumlah
pedagang yang pendidikan akhirnya SMA sebanyak 4 orang (57%), dan jumlah
pedagang yang pendidikan akhirnya perguruan tinggi tidak ada (-). Dengan
kondisi ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang cenderung rendah
membuat para pedagang membuka usaha eceran dan grosir dengan sistem yang
sangat sederhana atau masih tradisional dalam mengelola usahanya dan juga
kurangnya pengetahuan bagaimana cara menarik pembeli menggunakan strategi
promosi.
Rata-rata informan yang menjadi pedagang eceran dan grosir dikarenakan
sulitnya mencari pekerjaan, jiwa berwirausaha tinggi, kesempatan berwirausaha
besar, dan akibat tuntutan kebutuhan hidup, yang mengaharuskan untuk terjun
langsung membuka usaha kecil sehingga tidak adanya pengetahuan yang cukup
untuk dapat meningkatkan kualitas usaha.
Tabel 4.5
Jumlah toko eceran dan grosir berdasarkan lama berdagang
Lamanya
berdagang Jumlah Persentase
1-5 tahun 2 toko 29%
6-10 tahun 4 toko 57%
Lebih dari 11
tahun 1 toko 14%
7 toko 100%
Sumber data: wawancara dengan pedagang
Dari tabel 4.5 menunjukkan jumlah toko eceran dan grosir berdasarkan
seberapa lamanya para pemilik toko dalam berdagang, jumlah toko eceran dan
grosir yang lama berdagang 1-5 tahun sebanyak 2 toko (29%), yang lama
berdagang 6-10 tahun sebanyak 4 toko (57%), dan lama berdagang lebih dari 11
tahun hanya berjumlah 1 toko (14%).
Dari rata-rata toko eceran dan grosir lamanya berdagang paling banyak
berkisar antara 6-10 tahun, dapat dikatakan bahwa para pedagang toko eceran dan
grosir sudah berpengalaman dan bisa merasakan seberapa besar dampak akan
kehadiran minimarket yang tiap tahunnya makin berkembang di Desa Hessa Air
Genting.
Table 4.6
Jumlah minimarket di Desa Hessa Air Genting
Nama
Minimarket Jumlah Unit
Indomaret 1 Unit
Alfamart 1 Unit
Risaga Jaya 1 Unit
Jumlah 3 Unit
Sumber data: arsip desa hessa air genting
Dari table 4.6 terlihat bahwa tiap tahun ketahun perkembangan
minimarket di Desa Hessa Air Genting kian bertambah. Pada tahun 2012 hanya
ada 1 unit minimarket di Desa Hessa Air Genting, kemudian pada tahun 2015
bertambah menjadi 2 unit minimarket, lalu di tahun awal 2017 meniingkat
menjadi 3 unit minimarket. Hal ini menunjukkan bahwa minimarket tumbuh dan
berkembang hanya dalam jangka waktu beberapa tahun saja.
Untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu bagaimana pendapatan
para pedagang eceran dan grosir sebelum adanya minimarket dan bagaimana
pengaruh sesudah adanya minimarket terhadap pendapatan pedagang dalam
menghadapi persaingan dengan minimarket, agar lebih jelas dapat dilihat dari
hasil wawancara peneliti dengan informan sebagai berikut:
Dari beberapa informan menyatakan kurang setuju atau menolak dan
mengeluhkan adanya minimarket di Desa Hessa Air Genting, seperti halnya yang
dikatakan oleh seorang informan saat peneliti melakukan wawancara terhadap ibu
Ningsih (37 tahun).35
Ibu sih…menolak kehadiran minimarket tapi yah mau bagaimana,
namanya juga sama-sama jualan.
Hal yang sama disampaikan oleh informan lain, seperti yang dikatakan
Bapak Suparman (46 Tahun).36
Sebenernya yah…kurang setuju, karena minimarket inikan lebih
memadailah fasilitasna ketimbang seperti kami ini, kalau masalah harga memang
masih sama sih, ah beda-beda tipislah.
Kemudian informan lain juga menyampaikan hal yang sama seperti yang
dikatakan oleh ibu Santi (23 Tahun).37
Kalau kakak sih, kurang setujulah dan mengelhkan soalnya makin banyak
saingan jualan.
Akan tetapi dari 7 informan yang telah peneliti wawancarai tidak semua
informan menolak adanya minimarket di Desa Hessa Air Genting, beberapa
informan menyampaikan seperti Abang Yusnedi (20 Tahun).38
Abang sih gadak penolakan yah, mau ditolak toh juga gak bisakan!
Gapapalah, jualan itu yah udah resiko ada saingan.
Serupa halnya dengan yang disampaikan oleh informan lain yaitu Ibu
Sumiati (50 Tahun).39
35
Nngsih, Pedagang eceran, wawancara di Hessa Air Genting, tanggal 25 agustus 2018
36 Suparman, pedagang grosir, wawancara di Hessa Air Genting, tanggal 25 Agustus 2018
37 Santi, pedagang eceran, wawancara di Hessa Air Genting, tanggal 25 Agustus 2018
38 Yusnedi, pedagang eceran, wawancara di Hessa Air Genting, tanggal 25 Agustus 2018
Menurut saya sih sah-sah saja, itu kan sudah termasuk bagian dari
perkembangan zaman, kalaupun saya tidak setuju toh juga gak ngaruh kan.
Hasil dari wawancara yang peneliti lakukan dengan pedagang eceran dan
grosir, beberapa pedagang setuju dan beranggapan bahwa sejak kehadiran
minimarket di Desa Hessa Air Genting ini merupakan bagian dari kemajuan
zaman yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya dan sejauh ini menjadi
perbincangan yang cukup hangat disebabkan tuntutan gaya hidup yang
berkembang di masyarakat kita, kemudian para pedagang meyakini bahwa rezeki
akan datang pada masing-masing usaha yang dilakukan.
Beberapa pedagang ada yang mengeluhkan terkait adanya pelanggan
mereka yang beralih berbelanja ke minimarket sejak hadirnya minimarket di Desa
Hessa Air Genting, seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang peneliti
wawancarai yaitu Ibu Ningsih (37 Tahun).
Pasti ada karenakan hak pembeli mau beli dimana terlebih kalau
diminimarketkanfasilitas yang rapi juga memadai kan nyamankan.
Hal yang sama juga dirasakan oleh informan lain yaitu Ibu Ernawati (37
Tahun)
Banyak juga apalagi sekarangkan tiap tahun ada minimarket bukaan baru
kaya itu alfamart.
Bapak Suparman (46 Tahun) juga merasakan hal yang serupa dengan
pedagang lain.
Ada jugalah, tapi yah kadang kalau belanja banyak kesini karena inikan
grosir.
Kemudian informan lain juga menyatakan hal yang sama seperti informan
lain yaitu Ibu Suminah (38 Tahun).
Saya sih tdak memperhatikan, atau nandai orangnya yang mana yah tapi
yah sudah pasti adalah.
39
Sumiati, pedagang Grosir, wawancara di Hessa Air Genting, tanggal 26 Agustus 2018
Kualitas pelayanan, kelengkapan barang dan kenyamanan dari Alfamart,
Indomaret dan Risaga jaya tentu sudah membuat Toko eceran kalah
bersaing.Konsumen lebih memilih beralih berbelanja ke Alfamart dan Indomart
dari pada berbelanja di Toko eceran.Hal Ini sangat berpengaruh terhadap
permintaan barang di toko eceran. Selera masyarakat yang sudah mulai
terpengaruh akan sebuah kemewahan, membuat konsumen mulai enggan belanja
di toko-toko tradisional atau toko kecil dan lebih memilih belanja di toko modern
yang lebih mengutamakan kualaitas, kenyaman dan pelayanan.
Kebanyakan para pedagang sudah merasakan langsung akan dampak yang
diberikan minimarket, sehingga yang dirasakan pedagang kian cukup mengalami
penurunan pelanggan mereka. Tidak hanya adanya minimarket melainkan
semakin banyaknya penduduk masyarakat di Desa Hessa Air Genting membuka
usaha kecil seperti kedai, hal tersebut juga kian menambah kerisauan para
pedagang grosir.
Cukup begitu terasa dampak yang diberikan minimarket terhadap usaha-
usaha mereka, kentungan merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha
mereka, khususnya disini pedagang toko eceran dan grosir demi terjaganya
keberlangsungan usaha mereka. Hasil dari usaha yang diperoleh nantinya dapat
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya dan biaya usaha
mereka untuk kedepan. Ditambah lagi beberapa dari mereka melakukan
pembiayaan ke bank untuk tambahan modal awal usaha mereka dan bukan dengan
jumlah yang sedikit. Jika jumlah pelanggan toko eceran dan grosir serta
keuntungan yang didapat menurun maka akan muncul dampak dari kelangsungan
usaha toko ecrean dan grosir tersebut atau bahkan akan ada yang sampai menutup
usahanya (bangkrut).
Tabel 4.7
Jenis barang dagangan yang mengalami perubahan omset
N
o. Jenis barang
Meningka
t (%)
Menurun
(%)
1
. Minyak goreng 29% 71%
2
. Beras 43% 57%
3
. Gula Pasir 29% 71%
4
. Jajanan Ringan 14% 86%
5
. Telur 43% 57%
6
. Mie instan 14% 86%
7
. Gas 43% 57%
8
. Rokok 29% 71%
9
. Shampoo 29% 71%
1
0. Detergen 14% 86%
1
1. Sabun mandi 29% 71%
1
2. Susu 29% 71%
Sumber wawancara dengan pedagang
Dari tabel di atas, terlihat hampir semua barang dagangan mengalami
penurunan meskipun ada juga dari pedagang yang mengalami peningkatan, 2
pedagang (29%) merasakan adanya peningkatan pada penjualan minyak goreng
dan 5 pedagang (71%) merasakan penurunan pada penjualan minyak goreng.
Penjualan beras juga mengalami perubahan diantaranya 3 pedagang (43%)
merasakan adanya peningkatan dan 4 pedagang (57%) merasakan adanya
penurunan omset. Lalu penjualan gula pasir 2 orang pedagang (29%) mengatakan
adanya peningkatan sedangkan 5 orang pedagang (71%) mengatakan mengalami
penurunan, dan begitu pula dengan penjualan jajanan ringan hanya 1 orang
pedagang (14%) yang mengalami peningkatan sementara 6 orang pedagang (86%)
mengalami penurunan yang sama.
Menurut salah satu informan yaitu Ibu Suminah (38 Tahun) mengenai
penurunan omset barang dagangan.
Menurun yah sudah pasti, karena minimarket ini suka buat promo-promo
seperti gula, minyak goreng, sabun-sabun, yah sudah pasti pada beli ke
minimarket. Palingan rokoklah yang gak karenakan orang beli di kedai dan masi
bisa beli perbatang, kalo di minimarket mesti sebungkus.
Kemudian pada penjulan telur 3 orang pedagang (43%) mengalami
peningkatan akan tetapi 4 orang pedagang (57%) mengalami penurunan di
karenakan semakin bertambahnya usaha ternak ayam sehingga masyarakat lebih
memilih membeli langsung keagen-agen dari ternak tersebut. Kecuali hanya beli
beberapa butir saja mereka membeli di kedai-kedai atau minimarket.Pada
penjualan mie instan ada 1 orang (14%) mengalami peningkatan dan 6 orang
pedagang (86%) mengalami penurunan. Sama halnya dengan penjualan detergen,
kalau gas ada 3 orang pedagang (43%) mengalami peningkatan dan 4 orang
pedagang (57%) mengalami penurunan, peneliti akui bahwa bukan di sebabkan
minimarket akan tetapi banyaknya pangkalan gas di desa Hessa Air Genting. Pada
penjualan rokok, shampoo, saun mandi dan susu sama-sama 2 orang pedagang
(29%) mengalami peningkatan dan selebihnya 5 orang pedagang (71%)
mengalami penurunan omset jual.
Peneliti juga menanyakan tentang promosi melalui potongan harga yang
dilakukan terhadap setiap pembeli yang berbelanja di minimarket Hessa Air
Genting, apakah berpengaruh terhadap pendapatan mereka, adapun salah satu
pedagang yaitu Ibu Ernawati (37 Tahun) mengatakan.
Menurut saya berpengaruh, sebab pembeli itu lebih cari yang murahkan,
lagian minimarketkan kalau ambil barang dari agennya banyak-banyak jadi bisa
lebih murah terkadang.
Berbeda sekali dengan yang dikatakan oleh Ibu Sumiati (50 Tahun)
Kalau ibu sih, promosi potongan harga seperti itu tidak terlalu
berpengaruh karenakan saa juga grosir bisa nyamailah harganya (murah).
Dari hasil wawancara dengan para informan masing-masing beranggapan
bahwa promosi yang dilakukan minimarket selama ini memberikan pengaruh
terhadap pendapatan mereka ditunjukkan dengan berkurangnya pembeli ketika
sedang ada promosi di minimarket, dan ada juga pedagang yang beranggapan
bahwa promosi yang dilakukan minimarket tidak memberikan pengaruh terhadap
pendapatan mereka. Pedagang beranggapan bahwa harga grosir lebih murah ke
timbang minimarket bahkan saat ada promo atau discount. Seperti yang dikatakan
oleh Bapak Suparman (46 Tahun).
Kalau dibilang ngaruh sih gak terlalu karena yah itu tadi barang-barang
disini harga grosir tapi memang kalau diminimarketkan orang belinya satuan
gitu, jadi yah msih di bilang pendapatan masih sama.
Sama halnya saat peniliti tanya mengenai promosi mealui brosur atau
pemberian bonus yang dilakukan oleh minimarket, apakah berpengaruh terhadap
pendapatan para pedagang. Maka dari itu Ibu Sumiati (50 Tahun) beranggapan
bahwa.
Promosi bonus gitu yah, saya sih gak pake promo-promo gitu, menurut
Ibu paling bonus promokan gak lama hanya supaya menarik pembeli untuk beli di
situ, jadi tidak begitu berpengaruhlah.
Mungkin menurut ibu sumiati tidak begitu terlalu berpengaruh masalah
promosi bonus atau hadiah terhadap pendapatannya, dikarenakan toko beliau
merupakan grosir dan secara otomatis pembeli tetap beli di grosir sebab lebih urah
jika akan di jual eceran lagi. Pendapat dari informan lain yaitu Ibu Ernawati (37
Tahun) mengatakan.
Berpengaruh, kalau kedai seperti kami ini kan paling ngasi bonus atau
hadiah karena mau lebaran aja. Kalau macam minimarket ini kan sengaja buat
promo biar barangnya juga laku.
Kalau dilihat dari anggapan-anggapan para informan bahwasannya kedai
eceran lebih merasakan adanya penurunan teradap penjualan barang dagangan
sedangkan untuk grosir tidak begitu terlalu dikarenakan grosir masih bisa
menyaingi minimarket, walaupun sedikitbanyaknya pasti ada mengalami
penurunan.Terlebih kalau grosir bahkan bisa lebih murah dari minimarket, sebab
grosir ambil barang dagangan sekaligus banyak dan langsung dari agen-agennya.
Mengenai minimarket berdampak cukup serius atau tidak, hamper semua
para informan menyampaikan hal yang sama seperti yang disampaikan oleh Ibu
Santi (23 Tahun)
Saya rasa sih ngaruh juga dek, kami inikan pedagang kecil manalah bisa
kasih discount-discount gitu, yah pembeli pada beli di minimaraketkan.
Serupa dengan yang disampaikan oleh Abang Yusnedi (20 Tahun) beliau
mengatakan bahwa.
Dampaknya lumayan juga, agak sepilah dari biasanya…
Dalam kegiatan bisinis, pedagang harus bisa menghadapi persaingan usaha
yang lazim terjadi dalam dunia bisnis. Ketika pedagang bersikap kompetitif maka
pedagang memiliki sikap siap serta berani bersaing dengan orang lain. Namun
bukan berarti dapat menghalalkan segala cara, akan tetapi tetap bersaing dengan
cara yang baik. Hal yang demikian telah tampak pada beberapa pedagang eceran
dan grosir di Desa Hessa Air Genting, siap tidak siap mereka harus tetap bersaing
dengan minimarket seperti pemaparan masing-masing dari inforrman.
Begitu beragam respon yang diberikan para pedagang atas hadirnya
minimarket di Desa Hessa Air Genting, diantaranya ada yang beranggapan
berdampak positif dan negative terhadap pendapatan mereka, sebab pedagang
eceran yang merasakan dampak secara langsung atas adanya minimarket dan hal
ini sudah pasti berimbas pada pendapatan mereka yang berkurang dari tahun-
ketahun. Berikut keluhan para pedagang yang merasakan langsung dampaknya
terhadap pendapatan mereka, seperti yang disampaikan oleh Ibu Sumiati (50
Tahun).
Menurut ibu sih ada positif ada negatifnya, kalau positifnya itu
merupakan suatu bentuk kemajuan zamanlah dan sudah pasti membuka lapangan
kerja, tapi negatifnya yah seperti ibu ginilah otomatis adanya penurunan-
penurunan omset.
Dan hal yang sama disampaikan oleh Bapak Suparman (46 Tahun), beliau
mengatakatn bahwa.
Saya merasakan lebih ke nigatif sih karena kelihatan adanya penurunan
omset barang yang saya jual.
Kemudian begitu juga dengan Abang Yusnedi (20 Tahun) beliau
mengatakan.
Bisa dibilang negatiflah karena mematikan pedagang-pedagang seperti
kami ini secara gak langsung kalau semakin banyak minimarket.
Hampir semua informan mengatakan hal yang sama bahwasannya
minimarket yang ada di Desa Hessa Air Genting ini memberikan dampak negatif,
sebab para pedagang sudah merasakan langsung adanya penurunan-penurunan
penjualan untuk beberapa tahun terakhir ini. Hal ini juga dibarengi dengan adanya
penurunan pendapatan tiap-tiap pedagang, akan tetapi dari 7 informan yang
peneliti wawancarai tidak semua beranggapan berdampak negatif, 1 diantaranya
mengatakan berdampak positif karena sebagai bentuk dari kemajuan zaman dan
sudah semestinya.
Peneliti juga menanyakan tentang berapa persen jumlah pendapatan yang
dihasilkan per harinya oleh pedagang jika meningkat ataupun menurun baik
sebelum adanya minimarket maupun sesudah hadirnya minimarket di Desa Hessa
Air Genting. Kebanyakan dari informan pedagang eceran dan grosir menglami
penurunan dari pendapatan mereka, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini yang
menunjukkan perubahan pendapatan para pedagang.
Tabel 4.8
Persentase pendapatan pedagang eceran dan grosir
N
o
Nama pemilik Toko
eceran & grosir
Meningka
t (%)
Menurun
(%)
1
. Ningsih - 50%
2
. Yusnedi - 25%
3
. Santi - 35%
4
. Ernawati - 30%
5
. Suminah - 40%
6
. Sumiati - 15%
7
. Suparman - 20%
Sumber data : wawancara dengan pedagang
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua pedagang mengalami penurunan
jumlah pendapatan. Jumlah penurunan sebesar 10%-25% dialami oleh 3 pedagang
(43%) yaitu 2 pedagang adalah pemilik grosir dan 1 pemilik toko eceran yang
mana toko grosir dekat dengan minimarket akan tetapi tidak begitu berpengaruh,
dan lokasi toko eceran yang satu ini memang peneliti akui tidak terlalu dekat dari
minimarket sehingga penurunannya juga tidak begitu menurun.
Kemudian jumlah pendapatan menurun sebesar 30-35% dialami oleh 2
pedagang eceran (28,5%), lalu jumlah penurunan sebesar 40%-50% dialami oleh
2 pedagang eceran (28,5%) yaitu toko Ibu Ningsih dan Ibu Suminah disebabkan
letak toko pedagang eceran yang begitu dekat dengan minimarket, bersebelahan
dan berhadapan.
Peneliti juga menanyakan mengenai berapa jumlah pendapatan para
pedagang eceran dan grosir per harinya sebelum adanya minimarket, dan berapa
jumlah pendapatan mereka perharinya setelah adanya minimarket. Berikut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Perubahan jumlah pendapatan pedagang eceran dan grosir per hari
N
o.
Nama Pemilik Toko
Eceran & Grosir
Pendapata
n Sebelum
Adanya
Minimarket
Pendapata
n Sesudah
Adanya
Minimarket
1
. Ningsih 2 juta/hari 1 juta/hari
2
. Yusnedi
3-4
juta/hari
2,5
juta/hari
3
. Santi 3 juta/hari 2 juta/hari
4
. Ernawati 3 jutahari
2,1
juta/hari
5
. Suminah
4-5
juta/hari 3 juta/hari
6
. Sumiati
7-8
juta/hari 6 juta/hari
7
. Suparman
10
juta/hari 8 juta/hari
Sumber data :wawancara dengan pedagang
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwa telah
terjadi adanya perubahan jumlah pendapatan perharinya untuk tiap-tiap pedagang.
Hal ini membuat pendapatan para pedagang menurun, diantaranya sebelum
adanya minimarket jumlah pendapatan sebesar 2-5 juta perhari yang dapat
dihasilkan oleh 5 orang pedagang eceran (71%) yaitu seperti yang dialami oleh
Ibu Ningsih, Bang Yusnedi, Kak Santi, Ibu Ernawati, dan Ibu Suminah.
Sedangkan jumlah pendapatan sebesar 6-10 juta perhari hanya dapat dihasilkan
oleh 2 orang pedagang grosir (29%) seperti yang dialami Ibu sumiati dan Pak
Suparman. Namun setelah hadirnya minimarket, jumlah pendapatan para
pedagangpun kian mengalami penurunan omset penjualan, pada jumlah
pendapatan sebesar 1-3 juta per hari dihasilkan oleh 5 orang pedagang eceran
(71%) kemudian jumlah pendapatan sebesar 6-8 juta perhari dihasilkan oleh 2
pedagang grosir (29%).
4. Analisis Penelitian
Pedagang eceran dan grosir di Desa Hessa air genting umumnya hanya
bersaing dengan pedagang eceran dan grosir lainnya saat sebelum adanya
minimarket dan hal ini tidak begitu terlalu berpengaruh terhadap pendapatan
mereka. Pendapatan pedagang merupakan pendapatan per hari yang dihasilkan
oleh pedagang yang terbilang cukup stabil bahkan mengalami peningkatan,
kebutuhan sehari-haripun tercukupi karena terbilang lumayan, bahkan tidak
sedikit dari pemilik toko eceran dan grosir bisa memberikan pendidikan pada
anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi dan dapat menopang perekonomian
dalam keluarga untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan hidup.
Terlebih peneliti akui banyaknya jumlah pedagang eceran di Desa Hessa
Air Genting akan tetapi hal ini tidak menyurutkan usaha para pedagang eceran
walaupun banyaknya saingan, kalaupun berpengaruh tidak terlalu berdampak bagi
para pedagang. Usaha ini juga terbilang tidak terlalu sulit sebab hanya
memerlukan modal dan tempat untuk usaha tidak perlu menyewa atau membeli
cukup mendirikan usaha di rumah sendiri, oleh karena itu semakin banyak orang
membuka usaha yang sama. Namun sekarang ini, para pedagang cukup merasakan
dampak secara langsung dari minimarket, dan dengan keterbatasan yang dimiliki
oleh toko eceran tidak memungkinkan untuk bisa bersaing secara baik, yang ada
pedagang eceran akan tersingkir.
Hasil wawancara dan observasi terhadap pedagang yang telah peneliti
lakukan, dari beberapa informan mengatakan sebelum adanya seperti indomaret,
alfamart dan risaga jaya, pendapatan mereka dapat dikatakan lumayan.Akan tetapi
sekarang tidak lagi demikian.
Awalnya toko-toko eceran yang ada pun dahulu mengalami perkembangan
dengan baik, memiliki pelanggan tetap, namun adanya perubahan gaya hidup
seperti pandangan konsumen terhadap minimarket adalah sebagai tempat yang
nyaman, harga terjangkau sudah terlihat dengan jelas. Dan tidak perlu bertanya
berulang kali mengenai harga, dan fasilitas yang memadai untuk berbelanja, dari
pada di toko eceran. Seperti halnya yang kita ketahui bahwa masyarakat merasa
lebih puas jika berbelanja ke minimarket, dan mungkin lebih mudah dijangkau.
Kemudian untuk para pedagang grosir hendaknya lebih memperhatikan
pelayanan, dan barang-barang yang dijual tersusun dengan rapih sehingga para
pelanggan tidak akan mungkin berpaling untuk berbelanja ke minimarket, dan
mengingat begitu banyak hal yang ditawarkan oleh minimarket seperti halnya
harga yang sudah pasti, sistem swalayan, adanya pendingin ruangan (AC) dan
konsumen bisa berbelanja dengan pembayaran non tunai. Hal tersebut menambah
ketertarikan para konsumen untuk berbelanja, namun jauh berbeda dengan yang
dilakukan oleh pedagang eceran dan grosir yang masih memiliki keterbatasan
fasilitas, pembayaran dilakukan dengan sistem tunai, dan bersifat tradisional.
Tampak jelas bahwa saat adanya bangunan-bangunan minimarket, sangat
memberikan pengaruh terhadap kelangsungan usaha para pedagang eceran dan
grosir di Desa Hessa Air Genting. Dari hasil wawancara terhadap para pedagang,
mereka mengakui untuk beberapa tahun terakhir ini minimarket memberikan
dampak yang cukup terasa. Pendapatan merekapun kian menurun seperti yang
dirasakan oleh salah satu informan yaitu sebesar 40-50% per harinya, persentase
tersebut adalah yang paling tinggi tingkat penurunannya.
Banyak diantaranya yang mengeluh akibat berkurangnya konsumen yang
berbelanja di tokonya, dan dengan mudahnya pemerintah memberikan izin
pendirian bangunan minimarket di Desa Hessa Air Genting, tanpa memperhatikan
hal-hal yang berdampak terhadap pedagang kecil khususnya pedagang eceran.
Akan tetapi hal ini sangat menguntungkan para konsumen sebab tidak perlu susah
untuk mencari kebutuhan yang diinginkan, tinggal belanja ke minimarket semua
barang ada atau lengkap di jual dan tertata dengan sangat rapi.
Semakin banyak penjual berarti semakin banyak pilihan pembeli. Penjual
yang harganya lebih tinggi tentu akan ditinggalkan pembeli. Hal inilah yang
mendorong para pedagang ada yang pasrah untuk mengikuti harga yang berlaku
di pasar. Semakin beragam barang yang dijual oleh suatu penjual berarti semakin
membuat pembeli tidak memiliki inisiatif untuk mencari barang di penjual lain.
Hal ini juga yang mendorong penjual untuk menjual barangnya sama dengan
harga yang berlaku di pasar, karena tidak ada alasan bagi pembeli untuk
membayar lebih untuk barang yang sama.
Saat ini memang begitu banyak berdiri swalayan, bahkan minimarket atau
yang sejenis tidak hanya satu melainkan ada beberapa yang berdiri dengan jarak
yang tidak berjauhan, lain halnya yang dirasakan oleh pedagang, sudah jelas-jelas
pedagang merasa rugi karena keberadaan minimarket. Tapi tetap saja harus
bersaing karena para pelanggan cukup banyak yang beralih berbelanja ke
minimarket.
Pedagang eceran dan grosir memiliki berbagai kelemahan yang telah
menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor desain dan tampilan toko,
tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang yang terbatas, dan tidak
mengerti dengan menggunakan promosi penjualan, serta optimalisasi pemanfaatan
ruang jual merupakan kelemahan terbesar para pedagang dalam menghadapi
persaingan dengan minimarket.
Strategi dalam menjual penting dimiliki oleh para pedagang umumnya.
Pengertian strategi disini, masih sebatas strategi (cara) menjual barang dalam
menghadapi persaingan. Para pedagang yang mempunyai pengetahuan lebih
tentang para konsumen dan pesaingnya akan dapat mengembangkan strategi
memasarkan (menjual) barang yang tepat untuk mempertahankan konsumennya
dan menghadapi pesaingnya. Pengetahuan yang mereka miliki tersebut
merupakan suatu keunggulan dibanding pedagang lain, termasuk para pesaing.
Para pedagang perlu mencoba untuk melakukan penjualan dengan harga
diskon pada periode tertentu guna meningkatkan penjualan, seperti yang biasa
dilakukan para pedagangdi minimarket. Akan tetapi hal yang cukup sulit
dikarenakan latar belakang dari semua informan paling tinggi jenjang
pendidikannya adalah SMA bahkan ada pula yang hanya tamat SD saja, ini
merupakan gambaran bahwa pengetahuan pedagang hanya sebatas untuk
berjualan dan dapat penghasilan yang cukup agar bisa memenuhi kebutuhan
hidup.
Untuk menghadapi persaingan dengan mnimarket, maka para pedagang
perlu memiliki strategi khusus karena kenyataannya yang dihadapi saat ini
minimarket lebih eksistensi dari pada pedagang eceran dan grosir. Maka dari itu
perlu adanya strategi dari pedagang mempertahankan pelanggan dan keberadaan
usahanya membangun rencana mengubah citra dan khas yang mampu memenuhi
kebutuhan dan tuntutan konsumen sebagaimana yang dilakukan oleh minimarket.
Salahsatu alasan sulitnya pedagang memaksimalkan keuntungannya
adalah tidak dapat menyaingi minimarket yang buka 24 jam penuh itu karena
banyak pegawai dari minimarket yang memakai sisitem pembagian jam kerja.
Konsumen tentu menyukai tempat berbelanja yang 24 jam karena setiap saat bisa
belanja kebutuhan sehari hari tanpa takut tidak ada lagi warung/toko yang buka.
Melihat persaingan yang terjadi antara toko eceran dan minimarket
terdapat persaingan menurut golongannya. Untuk golongan minimarket secara
langsung berdampak pada toko eceran. Persaingan menurut golongan tersebut
dikarenakan karakter jenis jualan yang sama serta batasan luas bangunannya.
Golongan minimarket dan toko kelontong menjual kebutuhan yang lebih
sederhana seperti minuman dan makanan ringan, rokok, sabun, dan lainnya.
Dampak keberadaan minimarket terhadap toko eceran dan grosir yang
dialami oleh pedagang toko akan maraknya minimarket sangat beralasan. Dengan
modal yang sangat besar, minimarket dapat menerapkan strategi dan manajemen
dagang yang tidak bisa dilakukan oleh pedagang eceran dan grosir. Mulai dari
promosi, fasilitas yang memberikan kenyamanan kepada konsumen, distribution
center sendiri, sampai pemberian diskon besar besaran terhadap suatu barang.
Bahkan, masyarakat banyak menilai pergi ke minimarket bukan hanya bertujuan
untuk melakukan transaksi jual beli melainkan sebagai ajang rekreasi keluarga.
Sehingga hal ini memunculkan pola yang baru kepada masyarakat dalam hal
berbelanja.
Dalam pekembangannya, minimarket semakin luas berdiri di pelosok
pelosok kota di wilayah Kota Kisaran. Hal tersebut memanfaatkan celah dari
aturan yang tidak tegas dari pemerintah. Regulasi Perpres No,112 tahun 2007 dan
Perda Nomor : 21 tahun 2008 tidak mampu meredam penerobosan yang dilakukan
secara kuat dari minimarket. Setelah munculnya perda di masing-masing
Kabupaten tidak memberikan dampak signifikan terhadap pengendalian
minimarket. Konsep perlindungan hanya menjadi aturan formal belaka tanpa bisa
di tegakkan. Aturan mengenai pendirian minimarket harus menyertakan dampak
sosial-ekonomi dari pasar tradisional dan usaha kecil yang telah terlebih dahulu
berada disekitarnya dijalankan dengan tidak serius. Indikasi kearah permainan
antara kelompok pengusaha minimarket bersama pemerintah semakin menguak
kepermukaan.
Segala faktor tersebut menyisahkan kesedihan tersendiri pada keberadaan
pedagang di dalamnya. Kehadiran minimarket dengan market power yang sangat
besar, berbasiskan kapital, mampu menggerus setiap lawan termasuk toko
tradisional. Berbagai strategi bisnis yang dikembangkannya untuk menopang
brand image sebagai ritel penyedia barang dengan harga termurah, selalu menjadi
trend dalam pengelolaannya.
Dalam berbagai hal harus diakui bahwa minimarket telah berkembang
menjadi trend setter bisnis ritel Indonesia. Hal yang juga dianggap luar biasa dari
minimarket adalah brand image tersebut ternyata mampu mendorongnya menjadi
sebuah pencipta traffic (lalu lintas) orang berbelanja, di pusat-pusat perbelanjaan
(mall). Dalam konsep ekonomi, jelas bahwa toko tradisional disatu sisi memiliki
modal kecil akan kalah jika disaingkan dengan minimarket dengan kapital dan
market power yang besar.
Persaingan tidak seimbang yang terjadi antara pedagang eceran dan grosir
dengan minimarket kerap membawa implikasi sosial, karena tersisihnya para
pedagang dan membawa konsekuensi terhadap hilangnya mata pencaharian
sebagian penduduk. Selain tidak seimbangnya kemampuan dalam hal modal dan
kapital, harus diperhatikan pula model pengelolaan dalam toko eceran dan groir,
dimana sampai saat ini masih terjebak dalam model pengelolaan yang masih jauh
dari upaya menawarkan model yang bisa lebih menarik konsumen. Kesan stok
barang yang lama, tidak aman dan tidak nyaman dan sejumlah atribut tidak baik
lainnya masih melekat dalam diri pedagang eceran dan grosir di mata konsumen.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan
peneliti kepada para pedagang yang menjadi informan penelitian, yang
menunjukkan bahwa para pedagang di Desa Hessa Air Genting tidak jarang yang
memiliki banyak anak atau tanggungan keluarga lainnya sedangkan sumber
penghasilannya hanya diperoleh dari hasil berdagang yang pada akhirnya
membuat kondisi sosial ekonomi keluarga mereka menjadi rendah atau hanya
sekedar cukup.
Para pedagang juga tidak sedikit yang hanya memikirkan pendidikan
untuk sebatas formalitas sampai bisa membaca, menulis dan menghitung saja,
rata-rata tingkat pendidikan akhir mereka adalah SMA, jarang sekali yang
menempuh pendidikan sampai tingkat universitas, para orang tua lebih memilih
mengalihkan biaya pendidikan untuk keperluan lain dan para anak lebih memilih
untuk bebas dari pendidikan untuk ikut membantu atau menggantikan orang tua
nya berdagang.
Dari sisi kesehatan, para pedagang dominan tidak terlalu mementingkan
kesehatan fisiknya, mereka jarang sekali memeriksakan kesehatannya ke dokter
bahkan disaat sakit seriuspun lebih memilih untuk meminum obat-obatan kedai
seadanya.
Sedangakan dari sisi pola pikir dan cara bersosialisasi, para pedagang
beranggapan bahwa kehidupan mereka memanglah berjualan atau berdagang,
orang tua yang berdagang mengarahkan anaknya untuk berdagang juga,
pendidikan yang seadanya membuat ruang gerak mereka terbatas untuk bergerak
lebih banyak lagi dan masih kurangnya kesadaran bahwa dengan pendidikan
seseorang dapat meningkatkan kualitas kondisi kehidupannya, lingkungan
berdagang yang sudah melekat pada seorang pedagang seperti menutup
lingkungan lainnya dari kehidupan mereka.
Ditemui juga informasi dari para pedagang yang dijadikan informan
penelitian bahwa ternyata mereka pun tidak hanya serta merta merasa tersaingi
atau terancam terhadap munculnya minimarket-minimarket disekitar, tetapi
mereka juga menikmati keberadaan minimarket-minimarket tersebut, mereka
tidak jarang membeli keperluan sehari-hari untuk keperluan pribadi atau rumah
tangga di minimarket terlebih lagi ketika didapatkan ada diskon (potongan harga)
di minimarket. Dengan kata lain, di dalam suatu persaingan tetap ada keuntungan
dan kerugian baik dari pihak yang tersaingin maupun pihak yang menyaingi
seperti pedagang eceran dan grosir dengan minimarket.
Penelitian yang dilakukan di Desa Hessa Air Genting mengenai Dampak
kehadiran minimarket terhadap pendapatan pedagang eceran dan grosir,
mempunyai hasil yang sama dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan peneliti
terdahulu. Yaitu sejak hadirnya minimarket membawa dampak yang cukup serius
berupa dampak negatif terhadap kelangsungan usaha para pedagang.
Jumlah pelanggan sangat mempengaruhi keuntungan seorang pedagang.
Setelah adanyaminimarket, pedagang merasa dirugikan karena pelanggan mereka
banyak yang beralih minimarket. Hal ini di tunjukkan oleh berkurangnya daya
beli konsumen dan penurunan pendapatan tiap tahunnya, serta ada beberapa
pedagang yang tidak berdampak negatif tapi tetap saja mengalami penurunan
omset pada usaha mereka.
Islam seringkali dijadikan sebagai model tatanan kehidupan. Hal ini
tentunya dapat dipakai untuk mengembangkan lebih lanjut atas tatanan kehidupan
tersebut, termasuk tatanan kehidupan berbisnis.
Tujuan ekonomi Islam adalah menciptakan kehidupan manusia yang
aman, sejahtera dan adil. Jika sistem ekonomi Islam itu berstandarkan pada nash
Al-Qur‟an dan As-Sunnah , maka manusia yang berperan sebagai yang diserukan
dalam nash itu. Manusialah yang memahami nash, menafsirkan, menyimpulkan
dan memindahkannya dari teori untuk diaplikasikannya dalam praktik. Dalam
ekonomi, manusia adalah tujuan dan sarana. Manusia diwajibkan melaksanakan
tugasanya terhadap tuhannya, terhadap dirinya, keluarganya, umatnya dan seluruh
umat manusia
Pendapat pertama mengenai pengertian ekonomi Islam datang dari Umer
Chapra.Prof. DR. M. Umer Chapra mengatakan bahwa ekonomi Islam merupakan
satu cabang Ilmu yang sebenarnya membantu manusia dalam mengalokasikan
serta mendistribusikan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini, tentu saja tidak lain
untuk mewujudkan kesejahteraan. Tapi, dalam pelaksanaanya harus merujuk pada
syariat Islam. Sehingga kebebasan individu tidak terkekang, terbentuknya
keseimbangan antara makro ekonomi dan ekologi, serta menguatkan rasa
kekeluargaan di tengah masyarakat.
Harist bin Asad Al-Muhasabi seorang tokoh yang mana adalah seorang sufi
besar dalam sejarah tasawuf, tapi sumbangsih dalam ilmu ekonomi tidak dielakan dan
memiliki pemikiran tentang cara-cara memperoleh pendapatan atau mata
pencaharian. Al-Muhasibi menulis bahwa penarikan diri dari kegiatan ekonomi
tidak sesuai dengan ajaran Islam yang benar. Yang harus dihindari adalah
memperoleh laba dan upah dari perbuatan yang tidak dikehendaki Allah Swt.
Sebaliknya, seseorang harus ikhlas dan terlibat dalam usaha dengan maksud
membantu muslim lainnya. Ia mengecam orang yang tidak percaya pada hari
Pengadilan dan bertentangan dengan syariah dalam kegiatan ekonominya.
Praktik pendirian Indomaret, Alfamart, Risaga jaya yang berdekatan
dengan pedagang eceran dan grosir ini menimbulkan kemudharatan bagi salah
satu pihak yaitu pedagang eceran. Karena baik secara langsung maupun tidak
langsung pendirian minimarket akan mengurangi pendapatan atau omset dari
pedagang-pedagang tradisional sehingga mereka harus menanggung beban dari
pada pendirian minimarket. Berhubungan dengan salah satu pihak yang pasti ada
dirugikan, maka kemaslahatan tidak akan terwujud. Padahal kita tahu tujuan
ekonomi syariah adalah untuk menciptakan kemaslahatan.
Maka dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat kita ketahui bahwa
sangat berkaitan ekonomi islam dengan dunia perdagangan, hal ini menunjukkan
bahwa ekonomi islam sudah mengatur sedemikian rupa konsep dagang dalam
islam. Dalam islam sudah diatur di dalam Al-Quran, baik nilai-nilai, etika dan
yang paling terpenting menjunjung tinggi kejujuran serta sikap adil.Kurangnya
peran pemerintah terhadap pemberian izin pendirian bangunan minimarket maka
terjadi ketidakseimbangan ekonomi yang menyebabkan golongan kecil merugi
bahkan bisa bangkrut.
Agama Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan atau
jual beli. Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan
secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang
mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan
agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diteliti pada bab IV, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendapatan pedagang eceran dan grosir sebelum hadirnya minimarket di Desa
Hessa Air Genting cukup stabil, terlihat dengan persaingan antar pedagang
eceran dan grosir saja, dan tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatan
mereka. Bahkan sebelum adanya minimarket pendapatan para pedagang
lumayan meningkat sebesar 2-5 juta per hari yang dihasilkan oleh 5 pedagang
(71%), dan jumlah pendapatan sebesar 6-10 juta per hari dihasilkan oleh 2
pedagang (29%). Kemudian hal inilah menjadi tolak ukur untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dari usaha tersebut, terlebih mata pencaharian utama
masyarakat di Desa Hessa Air Genting adalah membuka usaha kecil seperti
pedagang eceran dan grosir.
2. Dampak sesudah hadirnya minimarket terhadap pendapatan pedagang eceran
dan grosir di Desa Hessa Air Genting mengalami perubahan pendapatan. Para
pedagang mulai merasakan keresahan karena terjadinya penurunan omset
penjualan yang dialami secara langsung oleh mereka dari tahun ke tahun. Hal
yang demikian terlihat beberapa dari pedagang yang menyatakan mengalami
penurunan omset dan jumlah pendapatan yang mereka terima per harinya
seperti yang dialami oleh 5 pedagang yang mengalami penurunan sebesar
25%-50% dengan jumlah pendapatan sebesar 1-3 juta per hari, dan selebihnya
dialami 2 pedagang dengan jumlah pendapatan sebesar 6-8 juta per hari
dengan tingkat penurunan 15%-20%.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Disarankan kepada para pedagang eceran dan grosir seharusnya jauh sebelum
adanya minimarket sudah berfikir untuk membuat inovasi baru contohnya
beberapa pedagang melakukan kerjasama untuk membangun suatu usaha
frenchise dengan konsep yang lebih modern dan islami tentunya, seperti
halnya sekarang ini sudah ada 212 mart yang didirikan oleh orang-orang
muslim. Sehingga dapat bersaing dengan minimarket saat ini, dan bisa
memberikan pelayanan, kenyamanan juga fasilitas sama yang memadai.
2. Disarankan kepada para pedagang eceran dan grosir sesudah adanya
minimarket di Desa Hessa Air Genting, untuk lebih meningkatkan kualitas
dan keberagaman kelengkapan barang yang dijual, menjaga kebersihan, harga
yang terjangkau murah, juga bersikap ramah agar konsumen tertarik dan lebih
nyaman berbelanja.
3. Disarankan kepada masyarakat Desa Hessa Air Genting untuk saling tolong
menolong terdhadap usaha-usaha kecil agar lebih maju dan berkembang,
sehingga tidak mematikan usaha para pedagang.
4. Disarankan kepada Pemerintah Daerah agar lebih memperhatikan pemberian
izin usaha minimarket dan letak lokasi yang berjarak dengan para pedagang
agar terciptanya situasi persaingan yang tidak merugikan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullaah,H.M. Ma‟ruf.Wirausaha Berbasis Syariah,Banjarmasin: Antasari
Press, 2011.
Ali,Abdullah. Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah,Cirebon:STAIN
Cirebon Press, 2007.
Al-Math,Muhammad Faiz.1100 Hadits Terpilih, Jakarta: Gema Insani Press,
1991.
Dharmawati,Made.Kewirausahaan.Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Gunadi, YS. Himpunan Istilah Komunikasi,Jakarta: PT. Gramedia Indonesia,
1998.
Hadi,Ilman.Ketentuan tentang Jarak Minimarket dari Pasar Tradisional,
www.hukumonline.com.
Hamali,Arif Yusuf.Pemahaman Strategi Bisnis & Kewirausahaan. Jakarta:
Kencana, 2016).
Iryanti,Rahmah.Pengembangan Sektor Informal sebagai Alternatif Kesempatan
Kerja Produktif . Jakarta: UI Press, 2003.
Jusmaliani, dkk.Bisnis Berbasis Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 2001.
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Keppres no. 99 tahun 1998, www.hukumonline.com
Kotler dan Armstrong (ed. 9), Dasar-Dasar Pemasaran, Jakarta: Indeks, 2003.
M. Irwan Trias Saputra, Suharyono , Kadarisman Hidayat, Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB)|Vol. 38 No. (1 September 2016).
Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari. “pengaruh Toko Modern
Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan” dalam Jurnal Tata Kota
dan Daerah Vol.3, No.1, Juli 2011.
Milles, M.B. and Huberman,M.A. Qualitative Data Analysis,London: Sage
Publication, 1992.
Moleong,Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif,Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
Nayla, Akifa P. Komplet Untuk Ukm Dan Waralaba, Jogjakarta: Laksana, 2014.
Nayla,Akifa P.Komplet Akuntansi Untuk UKM dan Waralaba, Yogyakarta:
Laksana, 2004.
Nissa Nurfitria, Retno Hidayat, Jurnal Omzet Penjualan Berdasarkan Jenis
Hajatan Dan Waktu, Vol. x, No. 6 (Maret-April 2015).
Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2008, ditjenpp.kemenkuham.go.id.
Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Raharjo,Reza Haditya. “Analisis Pengaruh Keberadaan Minimarket Modern
Terhadap Kelangsungan Usaha Toko Kelontong di Sekitarnya” (Skripsi,
Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Diponogoro Semarang, 2015.
Rani Hapsari Kusuma Asri, “Analisis Perbandingan Sikap Konsumen Dalam
Memilih Pasar Tradisional Dan Pasar Modern” Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Bandar Lampung, 2010.
Reksoprayitno, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, Jakarta: Bina Grafika,
2004.
Shibab,H.M. Quraish.Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an,Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Bandung: Alfabeta,
2012.
Sustina, Perilaku Konsumen Dan Komunikasi Pemasaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003.
Suyanto, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III,
Yogyakarta: Adicita, 2000.
Taufiq, Cara Mudah Memulai Usaha Kecil .Yogyakarta: Hanggar Kreator, 2009.
Tjiptono, Fandy. (ed. 3), Strategi Pemasaran, Yogyakarta: ANDI, 2008.
Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik.
Wirausahawan Sukses, Jakarta: kencana, 2011.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Cahaya Novita
Nim : 51.14.4.035
Tempat /Tanggal Lahir : Hessa Air Genting, 27 Juni
1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Dusun III Desa Hessa Air Genting,
Kec. Air Batu, Kab. Asahan.
Alamat Email : [email protected]
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. MIS Islamiyah Hessa Air Genting : Tahun 2002-2008
2. MTs N Kisaran : Tahun 2008-2011
3. MAN Kisaran : Tahun 2011-2014
4. S1 UIN SU : Tahun 2014-2018
Wawancara penelitian (pedagang eceran & grosir)
Dampak minimarket terhadap pendapatan pedagang eceran & grosir,
Desa Hessa Air Genting
Identitas informan
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Tingkat pendidikan :
Tahun memulai usaha :
Pertanyaan:
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu saat mengetahui hadirnya minimarket di
desa Hessa Air Genting?
2. Sejak munculnya minimarket di desa hessa air genting menurut bapak/ibu
adakah pelanggan tetap di toko eceran/grosir ini yang beralih berbelanja ke
minimarket?
3. Menurut bapak/ibu apakah barang-barang yang dijual mengalami
penurunan omset setelah hadirnya minimarket di desa hessa air genting?
Seperti :
Beras Gula pasir Minyak goreng
Susu Telur Jajanan ringan
Mie instan Shampo Sabun mandi
Gas Rokok Detergen
4. Menurut bapak/ibu, apakah promosi melalui potongan harga yang
dilakukan minimarket di Desa Hessa Air Genting mempengaruhi
pendapatan bapak/ibu?
5. Menurut bapak/ibu, apakah promosi melalui brosur dan pemberian bonus
yang dilakukan minimarket di Desa Hessa Air Genting mempengaruhi
pendapatan bapak/ibu?
6. Menurut bapak/ibu apakah kehadiran minimarket berdampak serius
terhadap pendapatan usaha bapak/ibu?
7. Menurut bapak/ibu berdampak positif atau negatifkah keberadaan
minimarket di Desa Hessa Air Genting bagi usaha bapak/ibu?
8. Menurut bapak/ibu berapa persen jumlah pendapatan bapak/ibu jika
meningkat atau menurun baik sebelum maupun sesudah adanya
minimarket di desa Hessa Air Genting?
9. Berapakah jumlah pendapatan bapak/ibu sebelum adanya minimarket di
Desa Hessa Air Genting?
10. Berapakah jumlah pendapatan bapak/ibu sesudah adanya minimarket di
Desa Hessa Air Genting?