DISERTASI
DAMPAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN DESA WISATA TERHADAP
SOSIAL BUDAYA,LINGKUNGAN, DAN EKONOMI:
KAJIAN KOMPARATIF ANTARA DESA WISATA
BEDULU, BALI DAN PENTINGSARI, YOGYAKARTA
I KETUT PUTRA SUARTHANA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
DISERTASI
DAMPAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN DESA WISATA TERHADAP
SOSIAL BUDAYA, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI :
KAJIAN KOMPARATIF ANTARADESA WISATA
BEDULU, BALI DAN PENTINGSARI, YOGYAKARTA
I KETUT PUTRA SUARTHANA
NIM 1190771005
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI DOKTOR PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
DAMPAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN DESA WISATA TERHADAP
SOSIAL BUDAYA, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI :
KAJIAN KOMPARATIF ANTARADESA WISATA BEDULU,
BALI DAN PENTINGSARI, YOGYAKARTA
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor
pada Program Doktor, Program Studi Doktor Pariwisata,
Program Pascasarjana, Universitas Udayana
I KETUT PUTRA SUARTHANA
NIM 1190771005
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM DOKTORPARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iv
Lembar Persetujuan Promotor / Kopromotor
DISERTASI INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL30 SEPTEMBER 2015
Promotor,
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
NIP 196112051986031004
Kopromotor,
Dr. I Nyoman Madiun, MSc.
NIP: 195302111982031001
Mengetahui
Direktur Ketua Program S3 Pariwisata
Program Pasca Sarjana Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) Prof.Dr. I K G Bendesa, M.A.D.E.
NIP 195902151985102001 NIP 194 90811 1973031001
v
Penelitian Disertasi Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 30 SEPTEMBER 2015
Panitia Penguji Usulan Disertasi adalah:
Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.
Anggota :
1. Prof. Dr. I Made Sukarsa, SE.,MS.
2. Prof. Dr. I. Ketut Sudibia, SU.
3. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.
4. Dr. Ir. A.A.P. Agung Suryawan Wiranatha, MSc.
5. Dr. Putu Gede Sukaatmaja, SE.,MP.
6. Dr. I Nyoman Madiun, MSc.
7. Prof. Dr. I. K. G. Bendesa, M. A. D. E
vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I Ketut Putra Suarthana
NIM : 1190771005
Program Studi : Doktor Pariwisata
Judul Disertasi : Dampak Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Desa Wisata
terhadap, Sosial Budaya,Lingkungan, dan Ekonomi :
Kajian Komperatifantara Desa Wisata Bedulu,Bali dan
Pentingsari,Yogyakarta).
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas dari plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Badung, 30 September 2015
Yang membuat pernyataan,
I Ketut Putra Suarthana
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yesus /Tuhan Yang Maha
Esa, atas rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat merampungkan disertasi
yang berjudul “Dampak Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Desa Wisata
Pentingsari terhadap Sosial Budaya, Lingkungan danEkonomi : Kajian Komparatif
AntaraDesa Wisata Bedulu, Bali dan Pentingsari, Yogyakarta.
Pada kesempatan ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak atas bantuannya baik di dalam memberikan ijin penggunaan fasilitas, bangunan,
dan pemikiran yang telah diberikan selama penelitian ini dilakukan sehingga dapat
diselesaikan.
Kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M Litt. sebagai promotor utama
dalam disertasi ini, penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
yang dengan sabar telah memberi bimbingan, arahan, semangat, saran, dan masukan
dalam menyelesaikan disertasi ini. Terima kasih pula kepada Dr. I Nyoman Madiun,
MSc. Di sela-sela kesibukannya, beliau menyempatkan diri untuk memberi bantuan
saran dan bimbingannya, bersedia menjadi ko-promotor di dalam penyelesaian
disertasi ini.
Pada kesempatan ini, ijinkan pula penulis menyampaikan terima kasih kepada
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp PD KEMD sebagai Rektor Universitas Udayana, atas
ijin dan bantuan fasilitas untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana,Prof.
Dr.dr. A A Raka Sudewi, Sp S(K) dan Prof. Dr. Made Budiarsa, MA selaku Asisten
Direktur I dan Prof. Made Sudiana Mahendra, Phd. sebagai Asisten Direktur II, atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis menyelesaikan kuliah S3 di Universitas
Udayana.
Ungkapan terima kasih yang setulus-tulusnya disampaikan kepada Prof. Dr. I
Komang Gede Bendesa, M.A.D.E, Ketua Program Studi S3 Pariwisata yang telah
menuntun proses pembelajaran pada program studi S3 Pariwisata dan kepada Dr. Ir.
A. A. P. Agung Suryawan Wiranantha, MSc. selakuSekretaris Program Studi S3
Pariwisata dan Ketua Puslitbudpar Universitas Udayana yang telah membantu dan
mengarahkan dalam menyelesaikan disertasi ini.
Ucapan terimakasih ini juga disampaikan kepada para penguji atas saran dan
arahan dalam penyempurnaan disertasi ini, yaitu Prof. Dr. I Made Sukarsa, SE, MS,
Prof. Dr. I Ketut Sudibia SU, Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA, Dr Putu Gde
Sukaatmadja, SE, MP.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada I Gusti Agung
Astawa dan Ketut John sebagai ketua dan sekretaris Desa Wisata Bedulu, Gianyar-
Bali dan kepada Bapak Sumardi selaku ketua dan Bapak Doto Yogantoro sebagai
wakil ketua sekaligus merangkap pemasaran Desa Wisata Pentingsari Umbulharjo,
Sleman, Yogyakarta atas kesediaan sebagai informan dan tempat penulis melakukan
penelitian Desa Bedulu dan masyarakat Desa Pentingsari sehingga disertasi ini dapat
viii
diselesaikan dengan tepat waktu. Juga kepada tokoh masyarakat dan wakil pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ikut berpartispasi dalam memberikan informasi
dan datadalam menyempurnakan penyusunandisertasi ini. Terimakasih yang setinggi-
tingginya kapada Ir. A A Ayu Laksmi Dewi, TP. MM selaku Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Sleman atas waktu dan informasi yang telah diberikan untuk penyajian
disertasi ini. Terimakasih juga kepada Prof. Moelyadi, Charlie, Suardhika, dan Putu
Agustini yang selalu memberikan masukan dalam penyelesaian disertasi ini.
Terimakasih pula disampaikan kepada saudara Rusna dan Eka, staf sekretariat S3
Pariwisata yang selalu siap memberikan pelayananadministrasi akademik sehingga
proses pembelajaran S3 Pariwisata berjalan dengan lancar.
Kepada istri tercinta Ni Made Rai Srigunanti, ananda Jimmy, Christine,
Henry, menantu Rani, Putu dan Dewi, serta cucu-cucu Jonathan, Manase, Efrahim,
Caca, dan Joshua penulis menyampaikan terimakasih atas kesetiaan dan kesabaran
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan disertasi ini.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
menyampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya atas segala bantuan, dukungan
moral, semangat, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan disertasi ini.
Denpasar, 30September 2015
I Ketut Putra Suarthana
ix
ABSTRAK
DAMPAK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DESA
WISATA TERHADAP SOSIAL BUDAYA, LINGKUNGAN, DAN EKONOMI :
KAJIAN KOMPARATIF ANTARA DESA WISATA BEDULU, GIANYARDAN
PENTINGSARI, YOGYAKARTA
Salah satu kecendrungan dalam pengembangan pariwisata dewasa ini adalah
pariwisata alam, tidak lagi hanya sebagai sektor ekonomi tetapi suatu fenomena baru
sosial budaya dan lingkungan yang menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal.
Hal ini perlu diartikan bahwa fokus kebijakan pariwisata adalah masyarakat bukan
wisatawan. Pariwisata bukan hanya penghasil devisa,melainkan juga sebagai
penggerak ekonomi pedesaan dan ekonomi masyarakat, selama ini masyarakat
perdesaan kurang diberdayakan, justru peranan mereka terpinggirkan dari kegiatan
berbasis masyarakat khususnya sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wisata Bedulu, Gianyar, Bali dan Desa
Wisata Pentingsari, Sleman, Yogyakarta dengan tujuan untuk mengkaji prtisipasi
masyarakat dan dampaknya terhadap sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi, lebih
lanjut dikaji secara komperatif, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan di desa
wisata ini.
Penelitian merupakan pendekatan kualitatif dengan mengadopsi paradigma
interperatif. Paradigma ini mengharuskan peneliti mengerti cara berfikir dari aktor
yang diteliti. Teknik penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan
wawancara mendalam padafocus group discussion bersama informan, kunci pada
kedua desa wisata temuan penelitian adalah bahwa kedua desa wisata
memberdayakan partisipasi masyarakat lokal dengan baik, sehingga masyarakat lokal
memperoleh makna ekonomi, secara komparatif kedua desa wisata memiliki bentuk
pengelolaan yang hampir sama dan berdampak positif bagi masyarakat lokal. Hasil
penelitian diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis dan serta mengevaluasi
dampak sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi yang dirasakan masyarakat lokal.
Dalam mendukung pengelolaan desa wisata perlu dilakukan riset lebih lanjut
agar partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan desa wisata yang memberi
makna sosial budaya, lingkungan, dan makna ekonomi, lebih sempurna.
Kata kunci : Desa wisata, partisipasi, sosial, budaya, lingkungan dan ekonomi
x
ABSTRACT
THE IMPACT OF COMMUNITY PARTICIPATION ON THE VILLAGE
TOURISM MANAGEMENT TOWARDS, SOCIAL CULTURE,
ENVIRONMENT, AND ECONOMY: COMPARATIVE STUDY BETWEEN
TOURISM VILLAGE OF BEDULU, AND PENTINGSARI, YOGYAKARTA
Tourism is the main concern of Indonesian government to gain national devisa
after oil. Therefore, they have been striving as many efforts as to catch any world
tourism growth to invite as many people to visit Indonesia. Consequently the
government must provide sources and ressources especially for the tourists who have
special interests. In order to cope up with the government efforts to increase tourist
visits to Indonesia special thought must be given to plan the village tourism
destination. Why do we need to think about village tourism? Because the village
special interest tourism and natural beauty are mostly located in the village
surroundings and therefore, village tourism needs to be developed in order to decrease
poverty. So far village people got less attention to be involved in economy, social
culture, and the village environment was even ignored.
This research was conducted in tourisn village of Bedulu, Gianyar and tourism
village of Pentingsari, Yogyakarta. It aimed to analyse the people’s participation and
its impact to economy, social culture and environment in the management of tourism
villages of Bedulu, Gianyar and Pentingsari, Yogyakarta. Further, it also
comparatively analysed the people’s participation and its impact towards economy,
social culture and environment in the management of the tourism villages of Bedulu,
Gianyar and Pentingsari, Yogyakarta.
The research technique used was qualitative descriptive by conducting deep
interviews and focus group discussions with the key informants on the two tourism
villages. The findings showed that both tourism villages employed the local people’s
participation properly, so the local people gained economic, social cultural and
environmental benefits. Comparatively, both tourism villages had almost the same
forms and had positive impact towards the people.
The result of the research was expected to give practical benefits and was able to
identify as well as evaluating economical, social cultural and environmental impact to
the local people. This research strengthened participation theory of Pretty (1995),
Arustein’s (1971) and Tosun (2006)
To support the management of tourism villages, further research is required so
the people’s participation in the tourism village activities can give economic, social
cultural and environmental benefits to the local people.
Key words: tourism village, participation, impact, economy, social culture,
environment
xi
RINGKASAN
Pemerintah Indonesia mengharapkan agar pariwisata menjadi salah satu
penghasil devisa negara dengan meningkatnya jumlah kunjungan ke Indonesia.
Apabila pada tahun 2014 kunjungan ke Indonesia hanya mencapai 9,7 Juta orang
wisatawan, maka pada tahun 2019 diharapkan jumlah kunjungan mencapai
20.000.000 orang wisatawan termasuk dari negara–negara ASEAN.Akan tetapi, tetap
harus diprioritaskan tidak saja dari segi jumlah, tetapi juga harus diutamakan
wisatawan yang berkualitas (quality tourism). Sehubungan dengan harapan ini,
pemerintah juga hendaknya menyiapkan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia
yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan termasuk destinasi wisata
yang baru.
Bali sebagai salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di Indonesia dan
bahkan di seluruh dunia. Selanjutnya, kota Gianyar, bagian dari Pulau Bali, yang
terkenal sebagai kota seni dan budaya yang memiliki keindahan alam yang tidak kalah
dari kota-kota lainnya di Indonesia. Demikian pula, Daerah Istimewa Yogyakarta
dipandang sebagai destinasi wisata terkenal kedua setelah Bali, yang juga terkenal
dengan kota budaya, yang banyak dikunjungi oleh wisatawan Nusantara dan
wistawan mancanegara.
Pertumbuhan pariwisata Indonesia setiap tahun meningkat dengan daya tarik
yang berbeda-beda. Khusus bagi wisatawan yang menggemari wisata alam dan wisata
pedesaan,dibutuhkan suatu inovasi untuk menciptakan destinasi wisata pedesaan.
Dahulu, wisatawan yang memiliki minat khusus dikenal dengan rural
tourism,terdapat di daerah pedesaan di Eropa dan kini merambah ke berbagai belahan
dunia. Jenis wisata tersebut sesungguhnya adalah desa wisata.
Terjadi pergeseran dari beach tourism menjadi ecotourism daerah pedesaan
yang memiliki keindahan alam dan seni budaya yanglayak dikunjungi. Indonesia
terdiri atas daerah kepulauan yang memiliki banyak suku bangsa dan adat istiadat
yang berbeda-beda. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan desa
wisata sebagai suatu daya tarik bagi wisatawan yang memiliki minat khusus pecinta
alam, kebudayaan, dan adat istiadat yang ada di daerah pedesaan. Disamping itu,
xii
harus juga dipikirkan pemeratan hasil dari pariwisata agar dinikmati oleh masyarakat
di pedesaan.
Indonesia masih memiliki masyarakat yang penghasilannya sangat rendah dan
tergolong miskin dan masyarakat tersebut banyak di daerah pedesaan sehingga
pariwisata pedesaan perlu dikembangkan dengan tujuan mengurangi penduduk yang
tergolong miskin di pedesaan. Selama ini masyarakat desa kurang diberdayakan untuk
dapat mengangkat perekonomian mereka dan lingkungan desa diabaikan.
Pada awal tahun 1990 dalam Rancangan Induk Pembangunan (RIP) Bali,
ditekankan konsep pariwisata terintergrasi dengan desa oleh UNDP. Sejak saat itu,
mulai diperkenalkan program desa wisata, sehingga pemerintah pada tahun 2012
mengembangkan sebanyak 978 Desa Wisata melalui Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sampai dengan tahun 2013.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomoi Kreatif
sudah menggelontorkan dana sebesar Rp. 123.25 miliar untuk mengembangkan desa
wisata di seluruh Indonesia. Kehadiran desa wisata di Indonesia diharapkan dapat
meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dan mengurangi
kemiskinan di daerah pedesaan (Putra dan Pitana, 2010) karena kegiatan
perekonomian tidak saja bergerak di daerah perkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan.
Pergerakan dan pertumbuhan ekonomi akan menciptakan lapangan pekerjaan, yang
dapat mengurangi pergerakan tenaga kerja ke kota sekaligus dapat mengurangi
kemiskinan di daerah perdesaan. Salah satu kecendrungan dalam pengembangan
pariwisata adalah pariwisata alam, bukan lagi hanya sebagai sektor ekonomi tetapi
suatu penomena baru sosial budaya yang menghasilkan pendapatan masyarakat lokal.
Pariwisata bukan hanya penghasil devisa tetapi sebagai penggerak ekonomi perdesaan
yaitu ekonomi masyarakat lokal. Desa wisata menurut Hesbullah Ashari (2015)
adalah sebuah desa yang hidup mandiri dengan potensi yang dimiliki dapat dijual
sebagai atraksi daya tarik wisata tanpa melibatkan investor.
Pengelolaan Desa Wisata yang selama ini kurang profesional dan tidak banyak
melibatkan masyarakat lokal,karena itu perlu diadakan perubahan. Pengertiandesa
wisata sebenarnya adalah dari masyarakat, oleh masyarakat,dan untuk masyarakat.
Keterlibatan masyarakat sudah dimulai dari ide, perencanaan, sampai kepada
xiii
pelaksanannya. Hasil yang diperoleh sebagai akibat dari keterlibatan masyarakat akan
dapat mengangkat, sosial budaya,lingkungan, dan ekonomi masyarakat.
Partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan desa wisata.
Meningkatnya partisipasi masyarakat adalah apabila masyarakat merasakan
manfaatnya terutama dalam manfaat ekonomi dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pengakuan atas desa wisata sejak terjadinya gelombang perubahan pada tahun
1970,yang di danai oleh Bank Dunia dan Bank PembangunanInternasional dengan
menghentikan bantuannya ke pariwisata pantai dan dialihkan bantuannya ke
pariwisata pedesaan salah satunya adalah desa wisata (Honey 2003).
Sejak terjadinya gelombang perubahan ini, mulai muncul pengakuan atas
pariwisata di daerah perdesaan yang populer disebut dengan rural tourism. Salah satu
bentuknya adalah desa wisata (Lane 2009:354-356). Salah satu contoh desa wisata
pertama yang dibina oleh pemerintah Indonesia adalah Desa Wisata Penglipuran,
Bali,setelah itu baru berkembang ke daerah-daerah lainnya di Indonesia (Putra dan
Putana 2010).
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terdahulu, Mari Elka
Pangestu, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada tahun
2013 sebanyak 9.5 Juta orang wisatawan dan target jumlah desa wisata di Indonesia
pada tahun 2014 sebanyak 1561 desa. Dana pemerintah untuk membantu desa wisata
masing-masing sebanyak 100-180 Juta Rupiah melalui program PNPM Mandiri
sehingga bantuan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia dari tahun 2009-2013
adalah sebesar 123.25 Miliar Rupiah untuk 980 desa wisata di 33 provinsi di seluruh
Indonesia (Kuntadi, 2013).
Berdasarkan pengamatan pra-riset, belum banyak peneliti melakukan
penelitian yang menyangkut dampak dan manfaat keuntungan yang didapatkan dalam
pengelolaan desa wisata, khususnya bagi masyarakat lokal. Dengan demikian,perlu
diadakan penelitian secara menyeluruh tentang desa wisata, baik manfaat keuntungan
di bidang sosial budaya, lingkungan dan ekonomi.
Dalam penelitian ini, dipilih Desa Wisata Bedulu, Gianyar, Bali, dan Desa
Wisata Pentingsari, Yogyakarta. Sebagai alasan empiris adalah adanya kesamaan dan
pembedaan yang menarik untuk menjadi bahan perbandingan, dan kedua desa wisata
xiv
ini sudah berjalan dan berkembang dengan baikserta memiliki fasilitas yang sudah
memenuhi persayaratan sebagai desa wisata.
Dua desa wisata ini juga memiliki perbedaan latar belakang masyarakatnya,
baik latar belakang adat istiadat maupun kepercayaan yang dianut oleh
masyarakatnya.Akan tetapi terdapat kemiripan dalam hal atraksi yang ditawarkan.
Alasan teoritik dalam memilih kedua desa wisata ini adalah adanya konsep Tourism
Life Cycle, dimana setiap produk wisata termasuk desa wisata pasti akan mengalami
sebuah siklus kehidupan mulai dari perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan
kejenuhan. Setelah itu, terdapat pilihan antara penurunan (decline) atau perkenalan
produk baru, ataupun inovasi produk. Apabila inovasi produk berhasil, maka akan di
ulangi kembali siklus secara keseluruhan (Butler 2008). Didalam mengembangkan
destinasi pariwisata, akan ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh masyarakat,
tetapi juga akan terdapat dampak negatifnya bagi masyarakat lokal (Salazar, 2012).
Oleh karena itu, sangat penting apabila keterlibatan masyarakat terus
ditingkatkan sejak perencanaan sampai pelaksanaan program untuk meminimaliskan
dampak negatif yang akan dirasakan oleh masyarakat lokal. Studi komparatif Bruegel
(2013) yang mengambil topik pariwisata berbasis masyarakat membudayakan
partisipasi masyarakat dan persepsi mereka terhadap dampak lingkungan sosial
budaya dan ekonomi dari kegiatan pariwisata berbasis masyarakat di Thailand.
Semakin tinggi partisipasi masyarakat dan persepsi mereka terhadap dampak negatif,
semakin negatif pula persepsi mereka terhadap dampak yang ditimbulkannya
(Bruegel, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan penelitian ini dijabarkan menjadi
tiga sebagai berikut ini.
1) Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dan dampaknya terhadap sosial
budaya, lingkungan, dan ekonomi dalam pengelolaan Desa Wisata Bedulu,
Gianyar, Bali.
2) Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan dampaknya terhadap sosial
budaya,lingkungan, dan ekonomi dalam pengelolaan Desa Wisata Pentingsari,
Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta.
3) Bagaimanakah perbandingan partisipasi masyarakat dan dampaknya terhadap
sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi dalam pengelolaan Desa Wisata
xv
Bedulu, Gianyar, Bali dengan Desa Wisata Pentingsari, Umbulharjo, Sleman,
Yogyakarta.
Selanjutnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah
sebagai berikut ini.
1) Menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dan dampaknya terhadap sosial
budaya, lingkungan, dan ekonomi dalam pengelolaan Desa Wisata Bedulu,
Gianyar, Bali.
2) Menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dan dampaknya terhadap sosial
budaya, lingkungan, dan ekonomi dalam pengelolaan Desa Wisata
Pentingsari, Sleman, Yogyakarta.
3) Mengetahui secara komparatif pengelolaan desa wisata dan dampaknya
terhadap sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi masyarakat antara Desa
Wisata Bedulu, Gianyar, Bali, dan Desa Wisata Pentingsari, Sleman
Yogyakarta.
Manfaat yang bisa diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat berupa
manfaat teoritis maupun praktis.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi klarifikasi dalam
memperkaya dan melengkapi literatur ilmu pariwisata.
Secara praktis, partisipasi masyarakat berdampak positif terhadap sosial
budaya,lingkungan,dan ekonomi masyaraka lokaldalam usahamengurangi
kemiskinan, serta menjadi referensi dalam aplikasi pengembangan desa wisata
masa depan.
Ada beberapa penelitian sebelumnya tentang desa wisata, tetapi lebih banyak
yang dilakukan itu masih bersifat deskriptif dalam menceritakan potensi-potensi yang
dapat dikembangan sebagai desa wisata seperti yang dilakukan oleh Assiyah (2008)
dan Wardani (2008). Penelitian sebelumnya yang relevan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Maisaroh (2011) yang berjudul 'Pemberdayaan
Masyarakat melalui Rumah Pintar dan yang kedua dari Endang Dwi (2010) dengan
judul 'Modal Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal (Studi Kasus tentang
Strategi Pengembangan dan Pemberdayaan Desa Wisata Kentingan, Tirtodadi,
Sleman, Yogyakarta.
xvi
Terdapat pembahasan ihwaldesa wisata dalam bentuk penelitian Sukmana
(2006 dan 2008),yang lebih mengarah kepada pengelolaan lingkungan dan perawatan
kota Batu di Jawa Timur. Lebih lanjut artikel Salazar (2011) The Power Imagination
yang mengandung analisis terhadap Desa Wisata Tembi, Bantul. Meskipun dijadikan
sebagai salah satu model, tidak sebagai desa wisata yang sesungguhnya karena
dikelola oleh investor dari Australia (Jaines 2003).
Desa wisata menjadi tumpuan harapan tidak saja untuk mengurangi
kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga model pengembangan ideal
pariwisata Indonesia (Putra 2010:81). Disertasi Madiun (2008) yang meneliti bentuk-
bentuk partisipasi masyarakat yang dilakukan pada awal fase perencanaan dan
pengembangan kawasan Nusa Dua adalah partisipasi paksaan (Manipulative
Participation).
Nepal (2007:363) menemukan keberhasilan implementasi desa wisata Siburidi
Nepal. Terkait dengan konsep studi komperatif antara desa-desa wisata di
Thailand,Bruegel (2013) menjelaskan hubungan antara tipe partisipasi masyarakat
lokal dalam pengembangan pariwisata dan persepsi masyarakat atas hasil projek
pariwisata yang dilaksanakan.
Beberapa konsep yang relevan dengan penelitian ini meliputi konsep desa
wisata, konsep pariwisata pro-rakyat, pariwisata berbasis masyarakat, serta dampak
yang ditimbulkannya, yaitu dampak sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi
(Nuryanti 1993). Desa wisata didefinisikan sebagai suatu bentuk intergrasi antara
atraksi akomodasi dan fantasi pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Diperjelas lagi oleh Inskeep (1991):
"Village Tourism: Where small groups of tourists stay in or near traditional
often remorse villages and learn about village life and the local environment."
Wisata pedesaan adalah sekelompok kecil wisatawan yang tinggal dalam atau dekat
dengan suasana tradisional sering di desa-desa yang terpencil dan sambil belajar
tentang kehidupan di pedesaan dan lingkungan setempat.
Akhir-akhir ini, diceritakannya pariwisata pro-rakyat karena di negeri maju
hanya dimiliki oleh pemilik modal sehingga pariwata pro-rakyat ini sebagai strategi
alternatif dalam pengembangan pariwisata yang memberikan manfaat bersih bagi
xvii
masyarakat miskin yang dikembangkan dalam Community Based Tourism (CBT)
memberi peluang pada masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif mulai dari ide,
perencanaan, dan pelaksanaannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan
perluasan lapangan kerja (Islam & Carlsen: 2001).
Sebagai tantangan dalam pengembangan desa wisata adalah konsep
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan tanpa batas yang cenderung bersifat sepihak
yang mengesampingkan pemerataan, mengeksploitasi sumber daya secara berlebihan,
dan pengelolaan finansial berdasarkan kekuasaan (Ardika 2001).
Implementasi keseimbangan berdasarkan Undang Undang Kepariwisataan
2009 menjabarkan konsep keseimbangan hidup antara sumber daya alam, potensi
geografis, dan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta dan konsep keseimbangannya
ini mendukung upaya pariwisata yang pro terhadap konservasi lingkungan dengan
menerapkan pariwisata berbasis alam, budaya, dan kearifan lokal (Honey 2001).
Menurut Tossun (1994:494), partisipasi memungkinkan kerja atau masyarakat, orang-
orang, atau penduduk melakukan berbagai kegiatan pada tingkatan yang berbeda-beda
baik lokal, regional, maupun nasional.
Pretty (1995) menggambarkan partisipasi masyarakat pada tujuh tingkatan,
dimulai dari partisipasi manipulatif, partisipasi pasif, sampai pada modulasi mandiri.
Setiap tingkatan memungkinkan untuk membedakan tingkah keterlibatan ekstensial
lokal sehingga merefleksikan hubungan kekuasaan mereka. Demikian juga menurut
Arnstein (1971), partisipasi penduduk adalah redistribusi kekuatan yang
memungkinkan penduduk dapat berpartisipasi secara berkesinambungan. Ini berarti
bahwa mereka mendorong adanya perubahan yang memungkinkan mereka ikut
menemukan keuntungan dalam masyarakat kaya.
Pendekatan penelitian ini adalah dengan mengkaji pengelolaan desa wisata
yang melibatkan partisipasi masyarakat dan dampaknya terhadap sosial budaya,
lingkungan, dan ekonomi oleh masyarakat Bedulu, Gianyar, Bali dan Desa Wisata
Pentingsari, Sleman, Yogyakarta. Selanjutnya,dirangkum dan dianalisis model
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kedua desa ini.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan mengadopsi
paradigma interperatif. Paradigma ini mengharuskan peneliti mengerti cara berpikir
dari aktor yang diteliti (Denzin dan Lincoln, 2011, Veal, 2006, Jennings, 2010).Aktor
xviii
yang dimaksud adalah masyarakat lokal di daerah desa wisata. Pendekatan kualitatif
yaitu in-depth interview. Tahapan penelitian ini diatur dengan mengadakan
pengamatan ke tempat penelitian dan memilih sumber data yang diperoleh dari
pemuka masyarakat, pengelola,dan pemerintah daerah serta wawancara dengan
wisatawan yang berkunjung ke sana.
Tahap pertama adalah melakukan observasi terhadap kedua desa wisata ini,
kemudian mengadakan wawancara dengan pengelola Desa Wisata Bedulu dan
Pentingsari dengan teknik analisis kualitatif melalui depth interview.Tahap kedua
adalah melakukan wawancara dengan masyarakat lokal atau partisipan masyarakat
lokal di kedua desa wisata tersebut yang cukup baik dalam mendukung pengelolaan
desa wisata. Tahap ketiga adalah wawancara dengan pemerintah daerah dalam
dukungannya membinadesa wisata di desanya masing-masing. Berdasarkan hasil
wawancara, pemerintah daerah juga memberikan pembinaan melalui pelatihan-
pelatihan kepada pengurus Desa Wisata lokal agar masyarakat lebih memiliki
keterampilan dan pengetahuan di bidang pariwisata. Tahap keempat adalah
wawancara dengan para wisatawan bagaimana komentar mereka baik mengenai
pelayanan dan kepuasan tamu selama mereka tinggal. Ternyata mereka berkomentar
bahwa pelayanan mereka menyenangkan dan pelayanannya tidak pernah dilakukan di
negaranya sendiri. Tahap terakhir dilakukan Focus Group Discussion (FGD) guna
mengkonfirmasi dan berdiskusi atas hasil wawancara dan menggali opini mereka
secara keseluruhan tentang implementasi desa wisata, partisipasi mereka, dan dampak
sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat.
Di dalam penelitian ini, penentuan informan didasarkan atas beberapa
pertimbangan agar informasi yang diperoleh dapat dijadikan sumber yang kredibel
diantaranya adalah sebagai berikut ini.
1. Pengelola desa wisata terutama ketua desa wisata karena yang bersangkutan
memiliki pengalaman di dalam pengelolaan desa wisata.
2. Orang yang bersangkutan adalah sehat jasmani dan rohani sehingga dapat
memberikan informasi yang akurat dan mempertimbangkan segi usia yang
sudah dewasa.
3. Orang yang bersangkutan berpihak netral sehingga data yang dimasukkan
objektif.
xix
4. Orang yang bersangkutan adalah penduduk asli yang memiliki homestay
sehingga masyarakat bersangkutan memiliki pengalaman mengelola
pengunjung desa wisata Pentingsari.
Instrumen penelitian diperlukan dalam pengumpulan data di antaranya
pedoman wawancara dan formulir FGD. Untuk mendapatkan informasi secara teratur
dan baik, dibutuhkan pula tape recorder, kamera, dan buku catatan. Data yang telah
dikumpulkan, baik melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi, FGD dan berbagai
data sekunder lainnya yang erat hubungannya dengan pokok permasalahan yang
diteliti,dianalisis untuk mengkaji dampak dan partisipasi masyarakat di desa wisata.
Dengan demikian, diharapkan dapat diperolehsuatu simpulan tentang masalah yang
dipelajari berdasarkan berbagai data yang diperoleh dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Partisipasi masyarakat Desa
Wisata Bedulu memang benar-benar atas inisiatif dan dorongan masyarakat itu
sendiri, bukan karena paksaan atau tekanan dari orang lain yang di kenal dengan
induced participation. Masyarakat dengan kesadaran sendiri ikut melakukan berbagai
aktivitas yang terkait dengan kemajuan desa wisata, untuk menguatkan sosial budaya
yang tersimpan di masyarakat lokal, melestarikan lingkungan,serta meningkatkan
ekonomi masyarakat. 2) Bahwa partisipasi masyarakat Desa Wisata Pentingsari,
dengan melakukan berbagai aktifitas untuk menguatkan sosial budaya, melestarikan
lingkungan, dan meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Pentingsari.
Makna partisipasi masyarakat sangat dinikmati dan dirasakan oleh masyarakat
itu sendiri. Ada beberapa temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1)
Tingkat partisipasi masyarakat Desa Bedulu cukup signifikan,karena 65% masyarakat
Bedulu mendukung pengelolaan dan pengembangan desa wisata,demikian pula
tingkat partisipasi masyarakat Desa Pentingsari sangat signifikan, karena 85%
masyarakat masyarakat Desa Pentingsari mendukung pengelolaan dan pengembangan
desa wisata. 2) Pengelolaan Desa Wisata Bedulu berdampak positif dalam
melestarikan sosial budaya, melestarikan lingkungan, dan meningkatkan
perekonomian masyarakat. Demikian juga pengelolaan Desa Wisata Pentingsari
berdampak positif dalam melestarikan sosial budaya masyarakat, melestarikan
lingkungan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
xx
3) Hasil perkembangan kedua desa wisata ini, memiliki kemiripan dalam
pengelolaan dan pengembangan desa wisata, baik dari segi geografis, destinasi, dan
kebudayaannya. 4) Ada perbedaan kepercayaan masyarakat dan pasar wisatawan yang
berkunjung yaitu Desa Wisata Bedulu lebih dominan dikunjungi oleh wisatawan
Manca Negara, dan Desa Wisata Pentingsari oleh wisatawan Nusantara. Desa Wisata
Bedulu mengutamakan destinasi arkeologi, sedangkan Pentingsari lebih
mengandalkan alamnya.
Temuan penelitian ini adalah
Pertama, desa wisata ini berbasiskan masyarakat (Community Based Tourism),
sebab pariwisata bukan lagi hanya sebagai sektor ekonomi, namun suatu fenomena
sosial budaya yang menghasilkan pendapatan bagi masyarakat, dan sebagai penggerak
ekonomi lokal, dan ekonomi masyarakat.
Kedua, dampak ekonomi desa wisata terhadap masyarakat lokal sangat baik,
karena masyarakat merasa senang terhadap peluang ekonomi yang mereka peroleh.
Ketiga, tidak banyak ditemukan dampak negatif yang timbul sebagai akibat
dari pengelolaan desa wisata ini, namun tidaklah mudah merubah sikap mental
masyarakat, yaitu dari sikap mental petani menjadi mental pariwisata, yang
memerlukan waktu pembelajaran dan penyesuaian yang lebih lama.
xxi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM …..………………………………………………….. ii
PRASYARAT GELAR ………………………………………………….. iii
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………….. iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI …………………………………….. v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT…………………………… vi
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………. vii
ABSTRAK ………………………………………………………………. ix
ABSTRACT …...……………………………………………………....... X
RINGKASAN …………………………………………………………... Xi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. Xxi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. Xxv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. Xxvi
DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN ISTILAH ……………………….. Xxiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. Xxv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ….....…………………………...………….. 1
1.2 Alasan Empiris Pemilihan Obyek Penelitian ………………….
1.3 Rumusan Masalah …..…………………………………………
14
18
1.4 Tujuan Penelitian ….………………….……..……………….. 20
1.5Manfaat Penelitian…………….………………………………. 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka ……………………………...……………….. 22
2.2 Konsep-Konsep Penelitian ………………...…………………. 29
2.2.1 Desa wisata ………………………….……………….. 30
2.2.2 Pariwisata pro rakyat ……………………..…………. 34
xxii
2.2.3 Pariwisata berbasis masyarakat ………...……………. 36
2.2.4 Dampak lingkungan …………………….……………. 42
2.2.5 Dampak ekonomi ……………………………………. 44
2.2.6 Dampak sosial budaya……………….……...………. 45
2.3 Kerangka Teori …………………………..…………………… 47
2.3.1 Teori partisipasi………………….………………….. 47
2.3.2 Teori pariwisata berkelanjutan……………………….. 52
2.3.3 Konsepstakeholder…...………………………….... 57
2.3.4 Kerangka model penelitian ….………………………. 61
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian…………………………………………. 65
3.2 Lokasi Penelitian…...………………………………………... 69
3.3 Jenis dan Sumber Data ...……………………………………...
3.4 Instrumen Penelitian …………………………………………
3.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ………….
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ……………………………
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Penelitian ………………
70
72
72
76
77
BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BEDULU
DAN PENTINGSARI
4.1 Profil Dua Desa Wisata ; Bedulu dan Pentingsari ……………
4.2 Gambaran Umum Masyarakat Desa Bedulu………………….
4.3 Gambaran Umum Masyarakat Desa Wisata Pentingsari ……..
79
82
98
BABV TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DAN
DAMPAKNYA DALAM PENGELOLAAN DESA WISATA BEDULU
5.1 Tingkat partisipasi dalam Pengelolaan Desa Wisata Bedulu …
5.2 Dampak terhadap kehidupan sosial budaya …………………...
5.3 Dampak terhadaplingkungan ……………………………………..
116
128
132
xxiii
5.4 Dampakterhadap ekonomi …………………….……………...
5.5 Model dampak partisipasi masyarakat Desa Wisata Bedulu ….
BAB VI DAMPAK PARTISIPASI MASYARAKAT DESA WISATA
PENTINGSARI
6.1Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Desa Wisata
Pentingsari …………………………………………….
6.2 Dampak Partisipasi Terhadap Sosial Budaya Masyarakat
Pentingsari …………………………………………………….
6.3 Dampak Partisipasi Masyarakat terhadap Lingkungan ……….
6.4 Dampak Partisipasi terhadap Ekonomi Masyarakat Pentingsari
6.5 Model Dampak partisipasi masyarakat di Desa Wisata
Pentingsari ……………………………………………………..
116
128
132
140
148
151
161
164
171
BAB VII PERBANDINGAN PENGELOLAAN DESA WISATA
BEDULU DAN PENTINGSARI
7.1 PersamaanPotensi Alam dan Budaya Kedua Desa Wisata …..
7.2 Potensi Desa Wisata Bedulu dan Pentingsari ………………...
7.3Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Desa Wisata
…………………………………………………………
7.4Faktor Manjemen Pengelolaan Desa Wisata …………………
7.5 Kontribusi dan Prospek Desa Wisata Bedulu dan Pentingsari
7.6 Kontribusi Masyarakat dalam Pembangunan …………………
7.7 Kebaharuan Hasil Penelitian (Novelty) ……………………….
7.8 Implikasi Penelitian …………………………………………...
7.9 Keterbatasan Penelitian ……………………………………….
181
182
184
189
201
206
213
215
216
BAB VIIISIMPULAN DAN SARAN
8.1 Simpulan ……………………………………………………...
8.2 Saran – saran ………………………………………………......
218
221
xxiv
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 208
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 216
xxv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1
Dana PNPM Mandiri Pariwisata Pengembangan Desa
Wisata
6
Tabel 2.1 Typology of Community Participation 49
Tabel 2.2 Normative Typologies of Community Participation 53
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 6.1
Metode Pengumpulan Data Kualitatif dan Instrumen
Penelitian
Profil Dua Desa Wisata ; Bedulu dan Pentingsari
Jumlah Penduduk Desa Bedulu berdasarkan umur
Mata pencaharian masyarakat Desa Bedulu
Jumlah penduduk Desa Pentingsari berdasarka umur
Mata pencaharian masyarakat Desa Pentingsari
Kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Pentingsari,
Yogyakarta
74
81
86
87
103
103
176
Tabel 7.1 Analisis sebelum dan sesudah implementasi Desa Wisata
Bedulu
203
Tabel 7.2 Analisis sebelum dan sesudah implementasi Desa Wisata
Pentingsari
204
xxvi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 The Three Level of Sustainability (TLS) 53
Gambar 2.2
Gambar 2.3
The Model for Integrating Community into Marketing
and Planning to Develop Sustainable Tourism
Kerangka Model Penelitian
56
62
Gambar 3.1 Langkah-langkah Teknik Analisis Penelitian Kualitatif 77
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Arca Arkeologi dan Relief Yeh Pulu
Peta Desa Wisata Bedulu
Aktvitas Wisatawan di Desa Wisata Bedulu
83
88
92
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gajah Watu Persembahan di Desa Wisata Pentingsari
Peta Desa Wisata Pentingsari
100
102
Gambar 4.6 Struktur organisasi Desa Wisata Pentingsari 109
Gambar 5.1 Partisipasi Masyarakat sebagai Instrukturdalam Desa
Wisata
118
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Penginapan Desa Bedulu yang Ramah Lingkungan
Model Partisipasi dalam Implementasi Desa Wisata
Bedulu
133
149
Gambar 6.1 Aktivitas Desa Wisata Pentingsari 154
Gambar 6.2
Gambar 6.3
Aktivitas Desa Wisata Ramah Lingkungan
Model partisipasi dalam implementasi Desa Wisata
Pentingsari
165
179
Gambar 7.1 Analisis sebelum dan sesudah Implentasi Desa Wisata
Bedulu
203
Gambar 7.2 Analisis sebelum dan sesudah Implentasi Desa Wisata
Pentingsari
104
xxvii