Download - DANIEL ALFARUQI-FSH.pdf
AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHALLA
DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
DANIEL ALFARUQI
NIM. 1111044100065
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1436 H/2015 M
iv
ABSTRAK
Daniel Alfaruqi. NIM 1111044100065. AKURASI ARAH KIBLAT
MASJID DAN MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH
UTARA. Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga Islam,
Fakultas Syariah dan Hulum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1436 H/2015 M. xi + 94 halaman + 11 lampiran.
Masyarakat Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat yang
berada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan arah kiblat
hanya berpatokan kepada metode taqribi yaitu menggunakan acuan perkiraan
setelah ditentukan arah mata angin. Fakta menunjukkan bahwa metode ini
memiliki kelemahan pada tingkat keakuratannya. Padahal seiring berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, telah ditentukan metode yang lebih akurat untuk
menentukan arah kiblat menggunakan hitungan yang rinci. Skripsi ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah
Kecamatan Payakumbuh Utara.
Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif, adapun
jenis penelitiannya yaitu penelitian lapangan (Field Research) yang di padukan
dengan penelitian kepustakaan (Library Research). Penelitian dilakukan di setiap
masjid dan beberapa mushalla yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara
menggunakan metode tahqiqi, yaitu melalui perhitungan menggunakan rumus
ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri) dengan alat bantu pengukuran
menggunakan program Mizwala Qibla Finder. Kriteria dan sumber data yang
digunakan yaitu pertama, data primer seperti wawancara, dokumentasi dan data
observasi. Kedua, data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan tema. Adapun teknik pengumpulan data
diantaranya yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan data sampel. Data yang
terkumpul selanjutnya di analisa dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan dari 25 masjid hanya 9 masjid atau 36%
yang tepat, 1 masjid atau 4% ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid
atau 60% tidak tepat. Sedangan dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10
mushalla atau 20% yang tepat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi ketepatan arah
kiblatnya, dan 38 mushalla atau 76% tidak tepat arah kiblatnya.
Kata Kunci : Akurasi, Arah Kiblat, Masjid, Mushalla, Ka’bah, Payakumbuh
Utara, Mizwala Qibla Finder, Metode Tahqiqi, Metode Taqribi,
Spherical Trigonometri.
Pembimbing : Drs. H. Sirril Wafa, M.Ag.
Daftar Pustaka : Tahun 1975 s.d Tahun 2015
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan seluruh umat Islam yang setia hingga akhir zaman.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Nurkausar, S.Pd dan
Ibunda Imelda, S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, dan doa
tanpa kenal lelah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih
sayang-Nya kepada mereka.
Dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan penulisan
skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Syariah. Karena itu penulis menghaturkan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kamarusdiana, S.Ag., MH. dan Sri Hidayati, M.Ag. selaku Ketua dan
sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah.
3. Drs. H. Sirril Wafa, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang tak pernah
lelah membimbing, mengarahkan, dan memberikan kritikan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
4. Afwan Faizin, MA. selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran-
saran bagi penulis hingga terselesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen di Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan
memberikan arahan kepada kami selama kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. M. Soleh Hasan, Lc., MA. selaku orang tua kami selama belajar dan
tinggal di Asrama Putra UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan teladan, mendidik, mengajarkan disiplin, dan memberikan
ilmu yang sangat berharga bagi kehidupan kami.
7. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kota Payakumbuh
yang telah mengeluarkan surat rekomendasi bagi penulis untuk
melaksanakan penelitian di Kecamatan Payakumbuh Utara.
8. Nofriwandi, SH. dan Resfi Yendri, S.Ag. selaku Camat dan Kepala KUA
Payakumbuh Utara beserta staf yang telah memberikan izin bagi penulis
untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
9. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas beserta staf yang
telah memberikan fasilitas kepada kami dalam menelusuri literatur yang
berkaitan dengan skripsi ini.
10. Bapak-bapak pengurus masjid dan mushalla yang telah banyak membantu
dalam memberikan informasi dan keterangan guna melengkapi data yang
dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini.
vii
11. Papa dan mama, serta kedua adikku Zikril Mustawa dan Nur Aisyah yang
selalu mencintai, memberi semangat, harapan, arahan serta memberi
dukungan baik secara materil maupun spiritual sampai terselesaikan
skripsi ini dengan baik.
12. Kepada yang tersayang Resti Adita, A.Md. KG. yang selalu memberikan
semangat, motivasi, saran, kritikan dan ide-ide kepada penulis dalam
melakukan penelitian ini.
13. Keluarga besar Peradilan Agama Angkatan 2011 kelas A dan B terutama
Syams Eliaz Bahri, M. Rafel, Didi Nahtadi, Rachmatullah Tiflen, Rudi
Niyarto, Ahmad Saidi, Azmi Hayim Ali, Safira Maharani dan Nadia.
Kawan-kawan Ikatan Keluarga Mahasiswa Minangkabau, KKN Palanta
Rantau dan ISLAMMU Jabodetabek. Serta kawan-kawan Asrama UIN
Jakarta angkatan 2011 terutama Yusup, Miqdad, Rizki, dan juga adik-adik
asrama angkatan 2012 Junaidi Habibillah dan Lilik Jalaludin.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam proses
membuka wawasan pengetahuan dan dapat menjadi salah satu cahaya
penerang diantara ribuan cahaya pengetahuan lainnya.
Jakarta, 30 Maret 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. i
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SKRIPSI ......................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
D. Review Studi Terdahulu ...................................................... 8
E. Metode Penelitian ................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG ARAH KIBLAT
A. Pengertian Arah Kiblat ........................................................ 16
B. Sejarah Arah Kiblat .............................................................. 17
C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat dalam shalat ................... 22
D. Hukum Menghadap Kiblat ................................................... 28
E. Metode Penentuan Arah Kiblat ............................................ 35
BAB III PROFIL MASJID DAN MUSHALLA
A. Profil Kecamatan Payakumbuh Utara
1. Sejarah Singkat ................................................................. 48
2. Letak Geografis ................................................................. 49
3. Struktur Organisasi ........................................................... 51
ix
4. Keadaan Masyarakat ......................................................... 52
5. Keagamaan ........................................................................ 54
B. Data Umum Masjid dan Mushalla ....................................... 55
C. Status Tanah Masjid dan Mushalla ...................................... 59
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Perhitungan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di
Kecamatan Payakumbuh Utara ........................................... 64
B. Cara Masyarakat dalam Menentukan Arah Kiblat di
Kecamatan Payakumbuh Utara ........................................... 70
C. Keakuratan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di
Kecamatan Payakumbuh Utara ........................................... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 88
B. Saran-saran ........................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 92
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Kecamatan Payakumbuh Utara ..................... 51
Tabel 3.2 Jumlah Kelurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga ........................ 52
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 53
Tabel 3.4 Struktur Organisasi KUA Kecamatan Payakumbuh Utara ............ 54
Tabel 3.5 Data Umum Masjid ........................................................................ 56
Tabel 3.6 Data Umum Mushalla .................................................................... 57
Tabel 3.7 Status Masjid Tanah Wakaf ........................................................... 59
Tabel 3.8 Status Mushalla Tanah Wakaf ....................................................... 60
Tabel 3.9 Status Mushalla Tanah Kaum ........................................................ 61
Tabel 3.10 Status Mushalla Tanah Pribadi ...................................................... 62
Tabel 3.11 Status Mushalla Tanah Pemda ....................................................... 62
Tabel 3.12 Status Mushalla Fasilitas Umum ................................................... 63
Tabel 3.13 Status Mushalla Tanah Yayasan .................................................... 63
Tabel 4.1 Data Koordinat Kecamatan Payakumbuh Utara ............................ 64
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Arah Kiblat ....................................................... 66
Tabel 4.3 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Kompas ...................... 71
Tabel 4.4 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang
Matahari ......................................................................................... 72
Tabel 4.5 Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat . 73
Tabel 4.6 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Kompas .................. 74
Tabel 4.7 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah
xi
Barat ............................................................................................... 76
Tabel 4.8 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang
Matahari ......................................................................................... 77
Tabel 4.9 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Software Kiblat ...... 78
Tabel 4.10 Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Patokan
Bangunan Masjid ........................................................................... 78
Tabel 4.11 Arah Kiblat Masjid yang Akurat ................................................... 79
Tabel 4.12 Arah Kiblat Mushalla yang Akurat ................................................ 80
Tabel 4.13 Masjid yang Deviasi Minus (-) ke Utara ....................................... 81
Tabel 4.14 Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara .......................................... 82
Tabel 4.15 Mushalla yang Deviasi Minus (-) ke Utara .................................... 82
Tabel 4.16 Mushalla yang Deviasi Plus (+) ke Utara ...................................... 84
Tabel 4.17 Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi .......... 85
Tabel 4.18 Mushalla yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi ...... 86
Tabel 4.19 Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Masjid ..................................... 86
Tabel 4.20 Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla ................................. 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) di mana mereka saling
membutuhkan satu sama lain. Manusia tidak dapat hidup terasing dari manusia
lain, melainkan harus selalu hidup dalam ikatan kelompok, golongan, atau
kerukunan sebagai suatu kesatuan sosial.1
Hubungan antar sesama manusia dan antar sesama kelompok harus
dikuatkan dan ditingkatkan ke tingkat yang lebih baik dari aspek spiritualitas
sebagai pengendalinya. Karena tanpa aspek spiritualitas, kemanusiaan manusia
akan menjadi lemah dan menurun bahkan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan
dan keadilan menjadi tidak ada. Jika hubungan manusia hanya ditinjau dari aspek
materil saja, maka ia hanya akan menimbulkan kesewenang-wenangan,
melepaskan keinginan menurut hawa nafsu, dan memunculkan naluri
kemanusiaan yang liar tanpa ada ikatan maupun kontrol. Allah SWT menjadikan
shalat sebagai media untuk membina manusia dan menempatkan nalurinya. Shalat
menjadi fondasi hubungan antar manusia yang dibangun di atas dasar-dasar yang
baik dan jauh dari bias tendensi dan keinginan hawa nafsu.2
1 Nurnaningsih Amriani, Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan, cet.I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 1. 2 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas, Fiqih Ibadah,
Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk, cet. II, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 146.
2
Setiap Muslimin diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu tepat
pada waktunya dan harus menghadap kiblat.3 Arah kiblat dalam Islam sudah
ditentukan, yakni harus menghadap ke Masjid al-Haram (Ka’bah).4
Pada dasarnya menghadap Ka’bah dalam wacana fiqih merupakan syarat
sah shalat yang tidak dapat ditawar-tawar, memang pada mulanya ketika
Rasulullah SAW, berada di Mekkah beliau shalat menghadap Baitul Maqdis atas
perintah dari Allah SWT. Hal ini dimaksudkan untuk membujuk hati para ahli
kitab. Tetapi beliau sangat berharap agar arah kiblat di alihkan ke Ka’bah yang
mulia, karena itulah kiblat bapaknya, Ibrahim Al-Khalil. Maka saat itu beliau
banyak menengadah kearah langit, sambil berharap turunnya wahyu tentang
pengalihan arah kiblat. Beliau benar-benar sangat mengharapkan hal ini, hingga
akhirnya Allah SWT memenuhi keinginan beliau dan memerintahkan agar beliau
menghadap ke arah Ka’bah. Di samping itu ada sebab lain yang membuat beliau
berkeinginan atas pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, yaitu karena
orang-orang Yahudi yang sangat jahat biasa berkata, “Alangkah anehnya urusan
Muhammad, dia berbeda dengan kita dalam masalah agama, namun sama dalam
shalatnya dengan kiblat kita dan kalau tidak karena agama kita, tentu dia tidak
tahu harus menghadap kemana ketika shalat”. Karena itulah beliau benar-benar
ingin agar Allah mengalihkan kiblat ke Ka’bah, sehingga orang-orang Yahudi
tidak mempunyai cara untuk menyerang pribadi dan agama beliau.5
3 Depag, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama,
1998), h. 25. 4 Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h.69. 5 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An’am, cet.I,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), h. 30.
3
Bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya, kewajiban menghadap
Ka’bah tidaklah menjadi masalah, karena mereka lebih mudah dalam
melaksanakan kewajiban itu. Namun, hal ini menjadi persoalan bagi orang yang
jauh dari Mekkah. Kewajiban seperti itu merupakan hal yang berat, karena mereka
tidak pasti bisa mengarah ke Ka’bah secara tepat.6
Umat Islam di Indonesia pada umumnya meyakini kiblat itu berada di
sebelah Barat sehingga identik dengan arah Barat tempat terbenamnya matahari.
Akibatnya, bagi mereka shalat itu harus menghadap ke Barat dimanapun mereka
berada. Dengan demikian, masalah kiblat itu menjadi masalah sederhana yang
dapat diketahui dengan diketahuinya arah terbit dan terbenamnya matahari. Ketika
mereka masih berada di wilayah Indonesia, hal tesebut tidak menjadi persoalan,
Akan tetapi, persoalannya akan menjadi lain apabila mereka berada di luar
wilayah Indonesia seperti yang dialami oleh kaum muslimin Suriname Amerika
Latin yang berasal dari pulau Jawa. Mereka tetap mengadap ke Barat dalam
shalatnya, padahal semestinya harus menghadap ke Timur.7
Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan yang ada. Pertama kali mereka menentukan arah kiblatnya ke
Barat dengan alasan Saudi Arabia tempat dimana Ka’bah berada terdapat di
sebelah Barat Indonesia. Hal ini dilakukan dengan perkiraan saja tanpa
perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama
persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik
6 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 126.
7 Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 123.
4
dengan arah Barat. Selanjutnya, berdasarkan letak geografis Saudi Arabiah
terletak di sebelah Barat agak miring ke Utara (Barat Laut) maka arah kiblatnya
ke arah tersebut. Oleh karena itu ada sebagian umat Islam yang tetap memiringkan
arah kiblatnya agak ke Utara walaupun ia shalat di masjid yang sudah benar
menghadap kiblat.8
Setelah mengenal ilmu falak, mereka menentukan arah kiblatnya
berdasarkan bayang-bayang sebuang tongkat dengan berpedoman pada posisi
matahari persis pada titik zenith Ka’bah.9 Setelah kompas ditemukan, umat Islam
menggunakan alat tersebut untuk menentukan arah kiblat, namun cara ini kurang
akurat. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan dan pengukuran setelah
terlebih dahulu diketahui koordinat Ka’bah dan tempat yang bersangkutan. Sistem
ini menggunakan dua cara, yaitu ilmu ukur bidang datar dan ilmu ukur bola
(Spherical Trigonometri) dan ternyata hasilnya lebih akurat. Dalam
perkembangan terakhir, sistem yang digunakan dalam menentukan arah kiblat
adalah menggunakan pesawat theodolit setelah diketahui terlebih dahulu data
arah kiblat hasil perhitungan ilmu ukur bola.10
Mengetahui secara pasti tentang cara menentukan arah kiblat tersebut
sangat perlu agar kita merasa yakin telah menghadap kiblat dalam melaksanakan
ibadah yang diwajibkan. Untuk mendapatkan keyakinan akan kiblat yang benar
tersebut, maka kita perlu menentukan atau menghitung dengan teliti
8 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 48. 9 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab Hisab,
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003), h. 36. 10
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: 1994/1995), h. 50-58.
5
kesempurnaan arahnya. Sebab bergeser sedikit saja dari arah yang sebenarnya,
maka ia berarti tidak lagi menghadap ke Masjid al-Haram.11
Dalam pembangunan
masjid dan mushalla keakuratan arah kiblat sangat perlu diperhatikan. Hal yang
paling penting dalam persiapan pembangunan mushalla atau masjid adalah letak
mihrab. Di sebelah mana dan ke arah mana ruang mihrab itu berada selalu
menjadi perhatian utama ke arah mana mihrab itu menghadap, kelak menjadi
patokan orang-orang sekitar untuk mengenali kiblat shalat.12
Walaupun telah ada teori untuk menentukan arah kiblat yang akurat seperti
yang telah disebutkan di atas, namun kenyataannya praktek yang dilakukan oleh
kebanyakan masyarakat berbeda dengan teori yang telah di tetapkan. Sampai saat
ini masyarakat masih tetap menggunakan cara-cara yang tradisional seperti hanya
dengan menentukan arah Barat dan memiringkan sedikit ke arah Utara yang hanya
di lakukan dengan perkiraan semata ataupun hanya berpatokan kepada masjid atau
mushalla terdekat tanpa ada perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu.
Menurut data yang ditulis dalam buku penentuan arah kiblat Departemen
Agama sebagai mana dikutip oleh Maskufa dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Falak, seharusnya arah kiblat kota Payakumbuh kalau diukur dari Barat ke Utara
adalah 24º18’ jika masyarakat kota Payakumbuh berpatokan pada ukuran yang
telah ditetapkan oleh Departemen Agama tersebut, maka pasti arah kiblat di kota
Payakumbuh semuanya akan serasi. Namun penulis menemukan ada banyak
variasi arah kiblat yang ada di kota Payakumbuh.
11
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h.71. 12
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h.15.
6
Perbedaan antara teori penentuan arah kiblat yang telah penulis pelajari
selama kuliah dengan praktik yang terjadi di masyarakat membuat penulis tertarik
untuk meneliti permasalahan tersebut. Penulis merasa hal ini sangatlah penting
untuk dikaji dan diteliti agar memperoleh jawaban yang jelas mengenai
permasalahan tersebut, maka penulis membuat penelitian ini dengan judul
“Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan
Payakumbuh Utara”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini
sehingga masalah yang akan diangkat jelas, maka penulis membatasi
masalahnya hanya pada arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah
Kecamatan Payakumbuh Utara (Sumatera Barat) yang terdiri dari 25
kelurahan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
pokok yang menjadi objek kajian dalam skripsi ini sebagai berikut:
a. Bagaimana cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara
dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal
pembangunannya?
b. Bagaimana tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di
wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui cara masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh
Utara dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushalla ketika awal
pembangunannya.
b. Mengetahui tingkat keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di
wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti sendiri semoga melalui penelitian ini bisa memperkaya
khazanah keilmuan intelektualitas di bidang Ilmu Falak, khususnya
yang terkait dengan penentuan arah kiblat.
b. Bagi kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sumber informasi ilmiah guna melakukan pengkajian lebih lanjut dan
mendalam tentang akurasi arah kiblat.
c. Bagi kalangan praktisi dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk memberikan informasi kepada segenap pihak yang
berkompeten untuk dijadikan bahan evaluasi terhadap penentuan arah
kiblat yang kedudukannya sangat vital bagi pelaksanaan peribadatan
umat Islam, terutama ibadah shalat.
d. Bagi masyarakat luas semoga dengan adanya penelitian ini diharapkan
dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat
8
mengenai cara penentuan arah kiblat agar shalat yang di dirikan lebih
mencapai kesempurnaannya.
D. Review Studi Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan beberapa
skripsi yang membahas tentang arah kiblat. Berikut skripsi yang penulis temukan:
Afni Desiana Dalimunthe (206044103780) Akurasi Arah Kiblat Masjid di
Wilayah Kecamatan Pamulang. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah,
konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Dalam skripsi ini dibahas tentang
akurasi arah kiblat masjid di 8 kelurahan pada Kecamatan Pamulang. Bedanya
dengan penelitian penulis yaitu, selain wilayah yang berbeda, penelitian penulis
tidak hanya mengukur tingkat keakuratan masjid saja, namun juga mengukur
keakuratan kiblat mushalla yang ada di 25 kelurahan di Kecamatan Payakumbuh
Utara.
Almahsuri (107044202402) Akurasi Arah Kiblat Mushalla Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang. Mahasiswa program studi Ahwal
Syakhshiyah, konsentrasi administrasi keperdataan Islam Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1432 H / 2011 M. Skripsi ini
menjelaskan tentang akurasi arah kiblat mushalla di Sekolah Menengah Atas
(SMA) dengan asumsi bahwa seharusnya pengetahuan tentang ilmu falak untuk
menentukan arah kiblat di ajarkan sedini mungkin dalam lembaga pendidikan.
Bedanya dengan penelitian penulis yakni penulis memfokuskan pada tingkat ke
9
akurasian arah kiblat masjid dan mushalla yang ada dalam lingkungan masyarakat
dengan asumsi bahwa pandangan masyarakat tentang keakuratan arah kiblat harus
di perbaiki sesuai dengan teori yang semestinya.
Gusti Agung Wibisono (106044203687) Keakuratan Arah Kiblat Mushalla
di Wilayah Bekasi Utara. Mahasiswa program studi Ahwal Syakhshiyah,
konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1431 H / 2010 M. Dalam skripsi ini dibahas
tentang bagaimana keakuratan arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara.
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya terbatas pada kiblat
mushalla saja, namun juga meneliti tentang kiblat masjid yang ada di 25 kelurahan
dalam Kecamatan Payakumbuh Utara.
Pitri Wulandari (109044100042) Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah
Perkotaan di Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta barat. Mahasiswa
program studi Ahwal Syakhshiyah, konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1434 H / 2013 M. Skripsi ini
membahas tentang akurasi kiblat pada masjid yang dilakukan di perkotaan dan
meneliti keterkaitannya dengan pengetahuan masyarakat perkotaan dengan tingkat
keakuratan arah kiblat. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak hanya
meneliti keakuratan kiblat masjid saja, namun juga meneliti keakuratan arah kiblat
yang ada di mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara.
Poin utama yang membedakan penelitian penulis dengan beberapa skripsi
lain yang pernah membahas tentang arah kiblat ini yaitu dalam cara penentuan
arah mata angin. Penulis dalam menentukan arah mata angin memanfaatkan
10
cahaya matahari dengan media pendukung program dari Mizwala Qibla Finder.
Sedangkan skripsi-skripsi diatas menggunakan alat bantu kompas.
E. Metode Penelitian
Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami
obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian
mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam suatu
kegiatan penelitian.13
1. Jenis Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang
sumber datanya diambil dari tulisan-tulisan atau sumber bacaan yang
diterbitkan untuk mendapatkan dasar teori dalam memecahkan suatu
masalah yang timbul. Dalam hal ini yaitu dengan mencari dan
mengumpulkan serta menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan
cara-cara atau teknik penentuan arah kiblat.
b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang sumber
datanya terutama diambil dari objek penelitian atau proses terjun
langsung secara aktif ke lapangan untuk meneliti objek penelitian
tersebut. Objek penelitian dalam hal ini adalah masjid dan mushalla di
Kecamatan Payakumbuh Utara yang akan di teliti keakuratan arah
kiblatnya.
13
Afifi Fauzi Abbas, Metode Penelitian, cet.I, (Jakarta: 2010), h. 97.
11
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri
selama penelitian berjalan. Hal ini berarti bahwa pada waktu awal
penelitian dimulai, data masih belum ada, dan data tersebut baru ada
setelah penelitian berlangsung.14
Adapun data primer berasal dari
observasi langsung yang akan penulis lakukan berupa penghitungan
dan pengukuran arah kiblat. Selain observasi langsung, penulis juga
mewawancarai para pihak yang berkaitan, seperti pengurus masjid,
pengurus mushalla dan juga pengurus Kantor Urusan Agama (KUA) di
Kecamatan Payakumbuh Utara.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah bahan pustaka yang berisikan informasi
tentang bahan primer, terdiri dari buku-buku, artikel ilmiah, dan arsip-
arsip yang mendukung.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang akurat saat penelitian,
penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu:
a. Observasi, adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala
subyek yang diselidiki.15
Artinya observasi itu adalah suatu metode
14
Yayan Sopyan, Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,
(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 57. 15
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah),
(Bandung: C.V Tarsito, 1975), h. 155.
12
pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung ke
tempat yang dijadikan objek penelitian.
b. Wawancara (Interview), yaitu cara yang digunakan kalau seseorang
untuk tujuan sesuatu tertentu mencoba mendapatkan keterangan secara
lisan dari seseorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang itu.16
Wawancara dilakukan dengan cara
mengadakan tanya jawab langsung dengan para pihak yang berkaitan,
seperti pengurus masjid, pengurus mushalla, KUA dan masyarakat
sekitar.
c. Dokumentasi, merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui
dikumen-dokumen.17
Dalam hal ini penulis mengambil dokumen dan
arsip-arsip yang ada di lembaga pemerintahan setempat yang dijadikan
objek penelitian serta data-data dari literatur dan referensi yang
berhubungan dengan judul penelitian ini.
d. Sampel, adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan
sampel yang diambil dari pupulasi.18
Dalam penelitian akurasi arah kiblat masjid dan mushalla ini,
untuk bagian masjid penulis menggunakan populasi yaitu penulis
16
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1985), h. 129. 17
Husaini Usman, dkk., Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.69.
18
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet. VII, (Jakarta: CV
Afabeta 2009), h. 82.
13
meneliti arah kiblat seluruh masjid yang ada di Payakumbuh Utara
yaitu sebanyak 25 masjid. Sedangan untuk arah kiblat mushalla penulis
menggunakan sampel acak (Random Sampling), artinya sampel
tersebut diambil secara acak dari wilayah sampel yang dipilih dalam
penelitian ini.
Berdasarkan data yang penulis dapat dari KUA dan Kantor
Camat Payakumbuh Utara, terdapat 65 mushalla yang tersebar dalam
25 kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara. Dari 65 mushalla,
penulis mengambil 50 mushalla sebagai sampel dalam skripsi ini.
4. Metode Analisis Data
Setelah seluruh data yang penulis peroleh baik dari library
research maupun field research seperti interview maupun studi
dokumentasi, data tersebut lalu dianalisa dengan analisa kualitatif, yaitu
suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga
perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh.19
Lalu di
interpretasikan sedemikian rupa dengan metode deduktif. Adapun metode
yang penulis gunakan adalah metode deskriptif eksploratif yakni
menggambarkan atau melukiskan secara jelas dan terperinci mengenai
suatu keadaan yang terjadi dilapangan secara objektif, sehingga didapatkan
fakta-fakta yang diselidiki.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 13.
14
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang di terbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
F. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan persoalan yang akan dibahas dalam penelitian ini
akan penulis sajikan dalam 5 Bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review
studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teoritis Tentang Arah Kiblat, bab ini berisi tentang
pengertian arah kiblat, sejarah arah kiblat, dasar hukum menghadap
kiblat dalam solat, hukum menghadap kiblat, metode penentuan
arah kiblat.
BAB III Profil Masjid dan Mushalla Kecamatan Payakumbuh Utara, di
dalamnya dibahas tentang profil Kecamatan Payakumbuh Utara,
data umum masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh Utara
dan status tanah masjid dan mushalla di Kecamatan Payakumbuh
Utara.
BAB IV Deskripsi Hasil Penelitian, dalam bab ini dijelaskan tentang
deskripsi hasil perhitungan arah kiblat masjid dan mushalla di
15
Kecamatan Payakumbuh Utara, cara masyarakat dalam
menentukan arah kiblat masjid dan mushalla pada awal
pembangunan di Kecamatan Payakumbuh Utara, dan tingkat
keakuratan arah kiblat masjid dan mushalla di Kecamatan
Payakumbuh Utara.
BAB V Penutup, berisikan kesimpulan dan saran penulis berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan.
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG ARAH KIBLAT
A. Pengertian Arah Kiblat
Ada beberapa istilah penting yang perlu dijelaskan untuk mempermudah
memahami skripsi ini yaitu, akurasi, arah, kiblat dan ka‟bah. Keempat istilah ini
saling berkaitan satu sama lain dan merupakan pembahasan pokok dalam skripsi
ini.
Akurasi dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer berarti ketepatan,
kecermatan dan ketelitian.1 Dalam kamus al-Munawwir, arah sering disebut
dengan jihah atau syathrah dan terkadang disebut juga dengan qiblah yang artinya
adalah hadapan.2 Bila kata syathrah diikuti oleh kata Masjid al-Haram seperti
disebutkan dalam Q.S al-Baqarah ayat 144, maka maknanya adalah arah
(menghadap) Masjid Haram.3
Kiblat yang dalam bahasa Arabnya disebut qiblah berasal dari kata
istaqbala yang semakna dengan wajaha, yang berarti menghadap. Sehingga kata
qiblah dapat diartikan hadapan, yaitu suatu keadaan (tempat) di mana orang-orang
menghadap kepadanya.4
1 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III, (Jakarta:
Modern English Press, 2002), h. 36. 2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1984), h. 1305. 3 Atabik Ali Ahmad Zuhdi Mudhor, Kamus al-Ashri, cet. IV, (Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, 1998), h. 1134. 4 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 26.
17
Dalam The Encyclopedia of Religion kiblat adalah specific poin faced by
Muslims when performing the daily ritual prayers (shalat) anywhere in the world.
Artinya, kiblat adalah titik tertentu yang dihadapi oleh umat Islam saat melakukan
shalat setiap hari di mana saja di dunia.5 Pada hakikatnya dalam kajian hukum
Islam, istilah qiblah ini adalah satu arah yang menyatukan arah segenap umat
Islam dalam melaksanakan ibadah shalat.6
Sedangkan Ka‟bah adalah bangunan suci umat Islam yang terletak di kota
Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan sentral
arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat.7
B. Sejarah Arah Kiblat
Kiblat umat Islam untuk melaksanakan ibadah shalat menghadap ke arah
Ka‟bah. Ka‟bah secara etimologi adalah Bait al-Haram di Mekkah, al-ghurfatu
(kamar), kullu baitin murabba‟in (setiap bangunan yang berbentuk persegi
empat).8 Ka‟bah disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram dan Baitul Atiq atau
rumah tua yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Isma‟il
atas perintah Allah SWT.
Menurut terminologi Ka‟bah adalah bangunan suci umat Islam yang
terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang
dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan wajib
5 Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan Library
Reference USA, 1993), h. 225. 6 Perpustakaan Nasional, Ensiklopedi Islam, cet.V, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
1999), h. 6. 7 Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), cet.II, h. 129.
8 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1984), h. 1305.
18
dikunjungi pada saat pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Bangunan Ka‟bah
berbentuk kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter.9
Dalam The Encyclopedia of religion dijelaskan bahwa bangunan Ka‟bah
ini merupakan bangunan yang dibuat dari batu-batu (granit) Mekkah yang
kemudian dibangun menjadi bangunan berbentuk kubus (cubelike building)
dengan tinggi kurang lebih 16 meter, panjang 13 meter dan lebar 11 meter.10
Ka‟bah mempunyai empat rukun atau pilar, setiap rukun mempunyai nama
tersendiri yaitu, rukun Aswadi yang terletak dipojok Timur tempat hajar aswad
dan disebut juga dengan Rukun I‟roqi karena letaknya ke arah negara Iraq, Rukun
Ghorbiy karena terletak dipojok Barat arah yang lain dari Hijir Ismail ke arah
negara Mesir, Rukun Syami yang terletak di sebelah Utara (diarah hajar aswad ke
hijir Ismail) disebut Rukun Syami karena letaknya ke arah negara Syam (Syiria),
Rukun Yamani yang terletak di sebelah Selatan ke arah negara Yaman.11
Penelusuran yang dilakukan oleh kalangan mufasirin dan lainnya tidak
ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama dari Ka‟bah. Al-
Qur‟an hanya menyebutkan bahwa Ka‟bah adalah rumah ibadah pertama yang
diperuntukkan Allah SWT bagi manusia, sebagaimana yang disebutkan dalam
aurat Ali Imran ayat 96:
:(69)ال عشا
Artinya: “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk
manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang
9 Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 129.
10 Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion, volume.7, (New York: Macmillan
Library Reference USA, 1993), h. 225. 11
Muhammad Taufiq Ali Yahya, Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah, Manasik
Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2007), h. 66-67.
19
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam”.(Ali „Imran
ayat 96)
Sejarah Ka‟bah memang tidak bisa dipisahkan dari Nabi Ibrahim AS.
Bahkan Ka‟bah indentik dengan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.12
Namun
mereka bukan pendiri pertama Ka‟bah, tapi hanya membangun kembali atau
meninggikan dasar-dasar Baitullah13
, sebagaimana terdapat dalam surat al-
Baqarah ayat 127:
( :721انبقشة)
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah
bersama Ismail, (seraya berdo‟a), “Ya Tuhan kami, terimalah
(amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar,
Maha Mengetahui”. (al-Baqarah ayat 127)
Ka‟bah sudah ada sebelum Nabi Ibrahim dan Putranya diberi mandat oleh
Allah SWT untuk meninggikan pondasi Ka‟bah, ini di indikasikan oleh do‟a Nabi
Ibrahim ketika mengantarkan Hajar istrinya dengan Ismail anaknya yang masih
kecil ke Mekkah, seperti disebutkan dalam surat Ibrahim ayat 37:
:(71)ابشى
Artinya: “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan
Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka
Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
12
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 216. 13
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.I,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 324.
20
dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan
mereka bersyukur”. (Ibrahim ayat 37)
Nabi Ismail AS menerima Hajar Aswad (batu hitam) dari Malaikuat Jibril
di Jabal Qubais, lalu diletakkan di sudut Tenggara bangunan. Hajar Aswad ini
merupakan batu yang disakralkan oleh umat Islam. Mereka mencium atau
menyentuh Hajar Aswad tersebut saat melakukan thawaf karena Nabi Muhammad
SAW juga melakukan hal tersebut. Setelah Nabi Ismail wafat, pemeliharaan
Ka‟bah dipegang oleh keturunannya, lalu Bani Jurhum, lalu Bani Khuza‟ah yang
memperkenalkan penyembahan berhala. Selanjutnya pemeliharaan Ka‟bah
dipegang oleh kabilah-kabilah Quraiys yang merupakan generasi penerus garis
keturunan Nabi Ismail. 14
Pada saat menjelang Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai
kepindahannya ke kota Madinah, bangunan Ka‟bah yang semula rumah ibadah
agama monotheisme (tauhid) ajaran Nabi Ibrahim telah berubah menjadi kuil
pemujaan bangsa Arab yang di dalamnya diletakkan sekitar 360 berhala atau
patung yang merupakan perwujudan tuhan-tuhan politheisme bangsa Arab ketika
masa kegelapan pemikiran (jahilliyah) padahal sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim
yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi
Musa terhadap kaum Yahudi, Allah Sang Maha Pencipta tidak boleh
dipersekutukan dan disembah bersamaan dengan benda atau makhluk apapun jua
dan tidak memiliki perantara untuk menyembahNya serta tunggal tidak ada yang
menyerupaiNya dan tidak beranak dan tidak diperanakkan (Surat al-Ikhlas dalam
14
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 50.
21
al-Qur'an). Ka‟bah akhirnya dibersihkan dari patung-patung agama politheisme
ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah
dan dikembalikan sebagai rumah ibadah agama tauhid (Islam).15
Pada masa sebelum hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW dan kaum
muslimin dalam shalatnya menghadap ke Baitullah. Setelah hijrah ke Madinah
kiblat dipindahkan ke arah Bait al-Maqdis di Yerusalem. Perpindahan arah kiblat
ini dengan tujuan agar kaum Yahudi Bani Israil bisa tertarik kepada ajaran Nabi
Muhammad, akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.16
Perubahan arah kiblat dari Bait al-Maqdis di Yerusalem ke Ka‟bah di
Mekkah terjadi pada tahun ke 2 hijriah. Setelah Nabi Muhammad SAW melihat
kenyataan bahwa perubahan kiblat ke arah Bait al-Maqdis dalam rangka menarik
hati Bani Israil yakni agar dengan kesamaan kiblat itu mereka bersedia mengikuti
ajaran Islam karena Bait al-Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaeman AS leluhur
Bani Israil yang sangat mereka kagumi, selama setahun setengah lebih Nabi
Muhammad SAW dan kaum muslimin mengarahkan kiblatnya ke Bait al-Maqdis
akan tetapi orang-orang Yahudi tetap dalam agamanya bahkan memusuhi Nabi
Muhammad SAW dan kaum muslimin. Sehingga terbesik dalam hati Nabi SAW
keinginan untuk kembali mengarah ke Ka‟bah sebagaimana sebelum beliau
berhijrah ke Madinah. Selain itu juga untuk menguji keimanan kaum muslimin
apakah akan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya atau tidak.17
15
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010h. 131. 16
Ibid., h. 131. 17
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol.1,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.344.
22
Pasca kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, Ka‟bah semakin menarik
perhatian seluruh dinasti Islam. Hampir seluruh pemimpin memberikan perhatian
yang lebih, karena hal tersebut merupakan salah satu kebanggaan tersendiri
menjadi pelayan bagi mereka yang hendak melaksanakan umrah dan haji.18
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya'ibah sebagai
pemegang kunci Ka‟bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh
pemerintahan baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah,
Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah
kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan
Madinah.19
C. Dasar Hukum Menghadap Kiblat dalam Shalat
Ada beberapa nash dalam al-Qur‟an dan Hadis yang memerintahkan kita
untuk menghadap kiblat dalam shalat. Adapun nash-nash tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Dasar Hukum al-Qur’an
a. Surat al-Baqarah Ayat 144
18
Zuhairi Miswari, Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 242. 19
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 51.
23
: (711)انبقشة
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit20
,
Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana
saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan
Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (al-Baqarah
ayat 144)
Ali bin Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, “Masalah yang pertama
kali di nasakh dalam al-Qur‟an ialah masalah berkiblat (ke Baitul
Maqdis).” Yaitu ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah yang
mayoritas penduduknya adalah Yahudi, maka Allah menyuruhnya agar
berkiblat ke Baitul Maqdis. Kaum Yahudi pun senang Rasulullah SAW
berkiblat ke sana selama 10 bulan. Akan tetapi, Rasulullah mencintai
kiblatnya Ibrahim, oleh karenanya dia berdo‟a kepada Allah Ta‟ala dan
menengadah ke langit. Maka Allah menurunkan ayat ini.
Firman Allah “Di manapun kamu berada, maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya” Maksudnya, Allah Ta‟ala menyuruh mengahadap ke
kiblat dari segala penjuru bumi Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Tidak
20 Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendo‟a dan
menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah.
24
ada satu perkara shalatpun yang dikecualikan dari perintah ini selain shalat
sunnah ketika bepergian.21
b. Surat al-Baqarah Ayat 149
: (716)انبقشة
Artinya:“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu
benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (al-Baqarah ayat 149)
c. Surat al-Baqarah Ayat 150
: (751)انبقشة
Artinya:“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
(sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar
tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang
yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan
nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk”. (al-
Baqarah ayat 150)
Dalam ayat-ayat di atas (al-Baqarah ayat 144, 149, dan 150) Allah
menyebut ,sebanyak tiga kali. Menurut Ibn Abbas فل جك شطشة
pengulangan tersebut berfungsi sebagai penegasan pentingnya menghadap
kiblat (ta‟kid). Sementara itu menurut Fakhrur Razi, hikmah dari tiga kali
pengulangan ini ialah, perintah pertama (al-Baqarah : 144) ditujukan bagi
21 Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid 1, penerjemah Syihabuddin, cet.I, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 245-246.
25
orang yang dapat melihat Ka‟bah. Perintah kedua (al-Baqarah : 149)
ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah, namun tidak dapat melihat
Ka‟bah. Sedangkan perintah ketiga (al-Baqarah : 150) di tujukan bagi setiap
orang yang berada di berbagai negara.22
Berdasarkan hal tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa perintah menghadap kiblat itu tidak hanya
ditujukan bagi orang yang berada di Mekkah dan sekitarnya saja, tetapi juga
bagi semua umat Islam di berbagai penjuru dunia.
2. Dasar Hukum al-Hadits
Selain dasar hukum tentang kewajiban menghadap kiblat yang terdapat
di dalam al-Qur‟an, juga terdapat beberapa hadits yang berkaitan dengan arah
kiblat, diantaranya adalah:
a. Hadits Riwayat Imam Muslim
1) Hadits dari Anas bin Malik ra
شبت حذثب عفب حذثب حبد ب صهت ع ثببج ع أش حذثب أب بكش ب أب
ش ذ)ق جنزس فذقان جب ح هص كب سصل اهلل صه اهلل عه صهىأ
ضشح تهبق كنهف بء انضف كج بهقح ( اوشحان ذجضان شطش كج لب فب
ال أبدف تعكا سهص ذق شجفان بةه صف عكس ى ته صب ي مجس شف
ا كبنف جنح ذق تهبقان إ )سا يضهى( .تهبقان ح ىب
Artinya: “Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah,
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Tsabit
dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW (pada
suatu hari) sedang mendirikan shalat dengan menghadap ke
Baitul Maqdis. Kemudian turunlah ayat al-Qur‟an:
“Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,
22 Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Penerjemah Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 250.
26
palingkanlah mukamu ke arahnya. Kemudian seorang laki-
laki Bani Salamah lewat (di hadapan sekumpulan orang yang
sedang shalat shubuh) dalam posisi ruku‟ dan sudah
mendapat satu rakaat. Lalu ia menyeru, sesungguhnya kiblat
telah berubah. Lalu mereka berpaling ke arah kiblat.” (HR.
Muslim No. 1208)23
2) Hadits dari Usamah bin Zaid
نى صم ب، كه اح ج، دعب ف ب دخم انب صهى ن صه اهلل عه انب أ
انقبهت" ز قبل" ، ج سكعخ ب خشج سكع ف قبم انب حخ خشج، فه )سا ف
يضهى(
Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW tatkala masuk ke Ka‟bah berdoa
di sudut-sudutnya, tidak shalat di dalamnya sehingga beliau
keluar. Tatkala keluar, beliau shalat dua raka‟at menghadap
Ka‟bah. Kemudian beliau berkata: “Ini adalah kiblat”. (HR.
Muslim dari Usamah bin Zaid)24
3) Hadits dari Malik bin Anas
بةه صف بسب انب :ع يبنك ب أش ع عبذ اهلل ب دبس ع اب عش قبل
هع لزأ ذق اهلل عه صهىهص اهلل لصس إ بلقف آث ىبءج ربء إبقب حبانص
ا اسذخصبف بو انشنإ ىج جبك بهبقخبصف تبعكان مبقخض أ شيأ ذق تهانه
(سا يضهى) .تبعك اننإ
Artinya : “Dari Malik bin Anas dari Abdullah bin Diyar dari ibnu
Umar berkata: ketika para sahabat sedang melakukan
shalat shubuh di masjid Quba‟ tiba-tiba datang seseorang
kemudian berkata bahwa Rasulullah tadi malam telah
diberi wahyu dan nabi diperintahkan untuk menghadap
kiblat maka menghadaplah kalian semua ke kiblat. Ketika
itu sahabat sedang melakukan shalat menghadap Syam
maka mereka berputar menghadap Ka‟bah”. (HR. Muslim
No. 1206)25
23 Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,
Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th), h. 66.
24
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Maktabah Syamilah), No. Hadits: 395, Juz. II, h. 968.
25
Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim,
Juz 2, (Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, tth), h. 66.
27
b. Hadits Riwayat Imam Bukhari
ص ع اهلل ضس ةشش بأ ع انب نإ جا قر: إبلى قهص ه اهلل عهأ
غبأصف بةهصان شقان ي كعي شضب حأ بشاق ىش ثبكف تهبقان مبقخاص ىث ءضان ىث آ
ا ذبجص ئط حخذ حجاص ىب ثبئق خض حخع حفاس ىب ثعاكس ئط حخع حكاس
ئط حخع حفاس ىا ثذبجص ئط حخذ حجاص ىب ثضبنج ئط حخع حفاس ىث
ب )سا بخبس(هك كبحه صف كنم رعاف ىب ثضبنج
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda:
Apabila kamu bangkit hendak shalat, maka sempurnakanlah
wudhu‟, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah,
kemudian bacalah sesuatu yang mudah yang engkau hafal
dari ayat-ayat al-Qur‟an, kemudian ruku‟lah hingga engkau
tuma‟ninah (disertai) dalam ruku‟ itu, kemudian angkatlah
kepalamu hingga engkau tegak dalam keadaan berdiri,
kemudian sujudlah disertai tuma‟ninah dalam sujud itu,
kemudian angkatlah kepalamu disertai tuma‟ninah dalam
keadaan duduk, kemudian sujudlah (yang kedua) disertai
tuma‟ninah dalam sujud itu, kemudian kerjakan cara yang
demikian itu dalam shalatmu seluruhnya.” (HR. Bukhari No.
6251).26
Berdasarkan pada pemaknaan ayat al-Qur‟an dan hadits diatas,
dapat disimpulkan bahwa menghadap kiblat hukumnya wajib dan menjadi
salah satu syarat sahnya shalat. Hal ini berarti bila seseorang tidak
menghadap ke Ka‟bah ketika melaksanakan shalat, maka shalatnya tidak
sah. Menghadap kiblat yang dimaksud adalah menghadap ke Ka‟bah
(Baitullah) Sehingga seseorang yang dapat melihat Ka‟bah, maka wajib
menghadap ke Ka‟bah. Namun bila tidak dapat melihat Ka‟bah, maka wajib
menghadap ke arahnya.27
26 Muhammad bin Isma‟il bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,
Jilid.I, (al-Qahirah: Dar al-Sya‟ab, 1987), h.69.
27
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 38.
28
D. Hukum Menghadap Kiblat
Jumhur ulama sepakat bahwa bagi orang-orang yang melihat Ka‟bah wajib
menghadap ke fisik Ka‟bah („ain Ka‟bah) dengan penuh keyakinan dalam
shalatnya. Sementara itu, bagi mereka yang tidak bisa melihat Ka‟bah maka para
ulama berbeda pendapat apakah tetap wajib menghadap ke fisik Ka‟bah („ain
Ka‟bah) atau cukup dengan menghadap ke arah Ka‟bah saja (jihatul Ka‟bah).
Beberapa pendapat para ulama madzhab tersebut sebagai berikut:
1. Madzhab Hanafi
Menurut Imam Hanafi, bagi orang-orang yang jauh dari Ka‟bah maka
cukup menghadap jihatul Ka‟bah saja. Apabila seseorang sudah menghadap
salah satu sisi Ka‟bah dengan yakin, maka ia sudah termasuk menghadap
Ka‟bah. Pendapat Imam Hanafi ini juga diikuti oleh pengikutnya. Mayoritas
ulama Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang tidak melihat Ka‟bah
secara langsung, wajib menghadap ke arah Ka‟bah (jihatul Ka‟bah), yaitu
menghadap ke dinding-dinding mihrab (tempat shalatnya) yang dibangun
dengan tanda-tanda yang menunjuk pada arah Ka‟bah.28
Argumentasi yang digunakan oleh mayoritas ulama Hanafiah ini
berangkat dari kemampuan manusia untuk dapat menghadap. Menurut
mereka, yang sebenarnya diwajibkan adalah menghadap kepada sesuatu yang
mampu dilakukan (al-maqdur „alaih). Sedangkan menghadap kepada
bangunan Ka‟bah („ainul Ka‟bah) merupakan sesuatu yang tidak dapat
28
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h.40.
29
dilakukan. Oleh karena itu, tidak diwajibkan untuk menghadap kepadanya.
Yang diwajibkan hanya menghadap ke arahnya saja.29
Menurut Hanafiyah bagi orang yang tidak mengetahui arah kiblat dan
ingin mencari tanda yang menunjukkan kepada arah tersebut maka baginya
ada tiga alternatif:
Pertama, berpatokan kepada mihrab tua yang didirikan oleh para
sahabat dan tabi‟in, jika dapat ditemukan mihrab tua tersebut maka wajib
melaksanakan shalat ke arahnya. Jika masih mengerjakan shalat ke arah yang
lain maka shalatnya tidak shah.
Kedua, jika berada di suatu daerah yang tidak terdapat mihrab tua,
maka wajib bertanya kepada orang yang adil dan mengetahui dengan yakin
akan arah kiblat di daerah tersebut.
Ketiga, kalau tidak mendapatkan mihrab dan tidak pula seseorang
untuk ditanya. Dalam hal ini ia wajib mengetahui arah kiblat dengan jalan
meneliti. Misalnya dengan cara melaksanakan shalat menghadap ke arah yang
lebih diduga kuat bahwa itu adalah arah kiblat, maka shalatnya itu shah dalam
keadaan yang bagaimanapun.30
2. Madzhab Maliki
Madzhab Maliki berpendapat bahwa bagi orang yang jauh dari Ka‟bah
dan tidak mengetahui arah kiblat secara pasti, maka ia cukup menghadap ke
arah Ka‟bah secara zhan (perkiraan). Namun bagi orang yang mampu
mengetahui arah kiblat secara pasti dan yakin, maka ia harus menghadap ke
29
Ibid., Ahmad Izzuddin, h. 41. 30
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 157.
30
arahnya. Argumentasi yang dipakai oleh aliran madzhab Maliki bahwa
perintah menghadap kiblat yang tercantum di dalam al-Qur‟an surat al-
Baqarah ayat 144, “Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.
Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke
arahnya”, memberitahukan bahwa siapa saja yang letaknya jauh dari Ka‟bah,
maka hendaknya dia menghadap ke arahnya saja, bukan bangunannya, karena
sangat susah menghadap ke bangunannya, bahkan ini tidak mungkin bisa
dilaksanakan kecuali bagi yang melihatnya secara langsung.31
Malikiyah berpendapat bahwa apabila seseorang hendak melaksanakan
shalat di suatu daerah yang tidak mengetahui arah kiblat, maka cara
mengetahui arah kiblatnya adalah:
Pertama, melihat masjid yang bermihrab tua, ia wajib melaksanakan
shalat menghadap arah mihrab itu. Kedua, Jika ia mendapatkan suatu daerah
yang tidak ada mihrab, dan memungkinkan baginya untuk berijtihad tentang
arah kiblat, maka ia wajib berijtihad dan tidak harus bertanya kepada seorang
mukallaf yang adil. Ketiga, Jika tidak mendapatkan seseorang untuk ditanya
maka ia boleh melaksanakan shalat ke arah mana saja yang ia pilih, dan
shalatnya itu shah.32
31
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 41-42. 32
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 157.
31
3. Madzhab Hanbali
Para ulama madzhab Hanbali sepakat atas wajibnya menghadap ke
arah Ka‟bah (jihatul Ka‟bah) bagi orang yang tidak dapat melihatnya, bukan
menghadap ke bangunan Ka‟bah (‟ainul Ka‟bah).33
Ulama dari Madzhab Hambali berpendapat bahwa keadaan orang-
orang dalam menghadap ke Ka‟bah terbagi menjadi empat, mereka adalah:
a. Orang yang sangat yakin, yaitu orang yang melihat langsung bangunan
Ka‟bah, atau ia temasuk penduduk Mekkah, atau ia tinggal di Mekkah
tetapi berada di belakang penghalang batuan, seperti pagar. Maka
kiblatnya adalah menghadap ke bangunan Ka‟bah tersebut secara
yakin.
b. Orang yang mengetahui arah Ka‟bah melalui kabar orang lain.
Karenanya, ia tidak perlu lagi berihtihad dan cukup mengikuti kabar
yang disampaikan orang itu kepadanya. Seperti ia berada di Mekkah
namun bukan penduduk Mekkah, dan ia tidak dapat melihat Ka‟bah. Ia
menemukan seseorang yang memberitahu kepadanya tentang arah
Ka‟bah dengan penuh yakin atau melihatnya langsung. Demikian pula
jika seseorang berada di sebuah kota atau desa yang pandanganya tidak
dapat menjangkau bangunan Ka‟bah, maka ia wajib menghadap ke
mihrab dan kiblat mereka yang sudah dipasang. Sebab, mihrab tersebut
dibangun oleh orang yang ahli dan mengetahui arah Ka‟bah. Maka
33
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah, (Jakarta: Pustaka
Darus-Sunnah, 2010), h.39.
32
kondisi ini sama seperti mengetahui kiblat melaui kabar dari orang
lain.
c. Orang yang harus melakukan ijtihad dalam menentukan kiblat. Ia
adalah orang yang tidak sama kondisinya dengan dua jenis orang
diatas. Sementara ia memiliki beberapa tanda-tanda untuk mengetahui
kiblat itu.
d. Orang yang wajib bertaklid. Ia adalah orang buta dan orang yang tidak
memiliki kemampuan untuk berijtihad. Ia adalah orang yang
kondisinya berbeda dengan dua kondisi orang yang pertama.
Karenanya, ia harus taklid kepada para mujtahid.34
4. Madzhab Syafi‟i
Imam Syafi‟i dalam kitab al-Umm mengatakan bahwa wajib
menghadap ke bangunan Ka‟bah secara tepat ketika mendirikan shalat. Karena
orang yang diwajibkan untuk menghadap kiblat, ia wajib menghadap ke
bangunan Ka‟bah seperti halnya orang Mekkah.35
Dalil yang digunakan oleh
madzhab Syafi‟i ini berdasarkan pada hadits Ibnu Abbas ra, yaitu:
ل سص انقبهت. أ ز قبل: ب، ب دخم انكعبت خشج، فصه إن صه اهلل عه صهى ن انه
يضهى( )سا انبخبس
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW setelah memasuki Ka‟bah, beliau
keluar lalu melakukan shalat dengan menghadapnya. Kemudian
beliau bersabda: “Inilah Kiblat.” (Hadis Riwayat al Bukhari dan
Muslim)36
34
Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 33-36. 35
Ibid., Ali Mustafa Yaqub, h. 26.
36
Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 1417H/1996M), h. 968.
33
Menurut Syafi‟iyah terdapat empat tingkatan untuk mengetahui arah
kiblat:
Pertama, sesorang yang dapat mengetahui sendiri. Barangsiapa yang
memungkinkan untuk mengetahui sendiri, ia wajib mengetahuinya sendiri,
tanpa harus bertanya pada seseorang. Seorang buta yang berada di dalam
masjid, bila memungkinkan baginya meraba tembok masjid untuk mengetahui
kiblat, maka ia wajib melakukan hal itu, tanpa harus bertanya kepada
seseorang.
Kedua, adalah orang yang bertanya kepada seorang yang dipercaya
dan mengetahui kiblat. Bertanya kepada seorang yang dipercaya itu berlaku di
saat seseorang memang tidak mampu mengetahui kiblat sendiri.
Ketiga, adalah dengan cara berijtihad. Cara ijtihad ini tidak shah
kecuali apabila ia tidak mendapatkan seseorang yang dapat dipercaya untuk
ditanya, atau ia tidak mendapatkan suatu wasilah yang dapat digunakan untuk
mengetahui kiblat, atau tidak mendapatkan mihrab di suatu masjid.
Keempat, adalah dengan cara mengikuti seorang mujtahid, artinya
bahwa apabila ia tidak bisa mengetahui arah kiblat dengan cara bertanya
kepada seorang yang dapat dipercaya, dan tidak pula dengan mihrab dan lain
sebagainya maka ia boleh mengikuti seseorang yang telah melakukan ijtihad
untuk mengetahui arah kiblat, dan shalat dengan menghadap ke arah kiblat
itu.37
37 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati, (al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004), h. 158.
34
Selain perbedaan pendapat mengenai kiblat bagi orang yang jauh dari
Ka‟bah dan tidak dapat melihat Ka‟bah, para ulama juga berbeda pendapat
tentang hukum bagi orang shalat yang kiblatnya salah.38
a. Menurut ulama Hanafiyyah dan Hanabilah, jika seseorang sedang
mengerjakan shalat dan ternyata arah kiblatnya salah, sedangkan ia
mengetahui arah kiblat yang benar itu masih dalam keadaan mengerjakan
shalat, maka cukup dengan memutar tubuhnya untuk dihadapkan ke arah
kiblat yang baru atau yang diyakini kebenarannya itu, ia tidak harus
mengulangi shalat.
b. Menurut Malikiyyah, jika seseorang berijtihad untuk mengetahui arah
kiblat, dan ternyata ijtihadnya salah dan kesalahan itu diketahui dalam
shalat, baik secara yakin maupun zhan, bila ia dapat melihat dan
penyimpangan ke arah kiblat itu besar, misal sampai membelakanginya,
maka shalatnya harus diulang dari awal. Tetapi jika penyimpangannya
sedikit atau ia buta, maka tidak perlu mengulang shalatnya.
c. Menurut Syafi‟iyyah, jika seseorang meyaini kesalahan arah kiblat di
tengah mengerjakan shalat atau sesudah mengerjakannya, maka dia harus
mengulangi dari awal lagi, selama masih dalam waktu shalat. Jika
mengetahui keslahan arah kiblat itu diwaktu shalat berikutnya, maka tidak
perlu mengulang shalat diwaktu-waktu yang telah lalu. Pendapat
Syafi‟iyyah ini dapat diibaratkan seorang hakim, jika dia memutuskan
suatu hukum, tiba-tiba pada saat itu juga (masih dalam sidang perkara) dia
38
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 46-47.
35
mengetahui kesalahannya, maka keputusannya harus diganti (dirubah).
Namun jika dia telah berijtihad, kemudian berubah ijtihadnya maka tidak
membatalkan putusan sebelumnya yang berbeda dengan ijtihad pertama.
E. Metode Penentuan Arah Kiblat
1. Metode pengukuran taqribi (menggunakan acuan perkiraan)
Model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk
cara-cara yang sederhana. Data yang diperlukan cukup dengan mengetahui
titik mata angin utama, yakni Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Biasanya yang
melakukan pengukuran dengan cara ini telah memiliki pengetahuan dasar
yang sederhana perihal posisi Ka‟bah ditinjau dari tempat atau lokasi
pengukuran. Denga bekal pengetahuan arah mata angin utama tersebut,
dimana letak Ka‟bah dari tempat pengukuran cukup dikenali apakah lurus,
miring ke kanan, atau miring ke kiri. Perihal seberapa besar angka
kemiringannya cukup ditentukan secara kira-kira saja. Karena penggunaan
data dalam metode ini dilakukan secara perkiraan, maka pengukuran arah
kiblat seperti ini dikategorikan pada metode taqribi.39
Data utama yang diperlukan dalam metode pengukuran taqribi ini
hanya arah mata angin. Untuk mengetahui arah mata angin cara yang
digunakan bermacam-macam. Tingkat akurasi penentuan titik mata angin ini
pun kemudian menampakkan hasil yang bertingkat-tingkat. Adapun hasil yang
diperoleh dalam pengukuran titik mata angin ini selama sudut kemiringannya
39
Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h.16.
36
ditentukan secara kira-kira, tetap akan membuahkan hasil yang taqribi yang
memiliki tingkat keakuratan rendah.40
Adapun beberapa alat dalam metode taqribi dan teknik untuk
melakukan pengukuran arah kiblat di suatu lokasi antara lain:
a. Menggunakan pisau silet
Pusat magnet pada titik Utara bumi dapat dicari melalui pisau siet,
caranya dengan menempatkan pisau silet diatas permukaan air dengan
syarat jangan sampai tenggelam. Tunggu sampai pisau silet bergerak
mencari posisi, dan setelah stabil, pisau silet telah menemukan posisi arah
Utara, yang ditunjukkan sebuah ujungnya dan ujung yang lain adalah arah
Selatan. Selanjutnya tinggal membuat garis tegak lurus terhadap garis
Utara dan Selatan, maka didapatlah titik Barat dan titik Timur. Dari titik
Barat selanjutnya digeser sedikit ke arah kanan menurut selera pengukur.
Maka arah tersebut adalah kiblat untuk Indonesia.41
b. Menggunakan kompas
1) Dengan kompas transparan
a) Kompas diletakkan pada bidang datar yang telah ditentukan
titik Utara dan titik Selatan.
b) Titik pusat kompas berada di titik pusat perpotongan garis
Utara Selatan dan Timur Barat, jarum kompas tepat mengarah
Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang
dikehendaki.
40
Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 16.
41
Ibid., Sirril Wafa, dkk., h. 17.
37
c) Setelah kompas diputar dan jarum kompas telah tepat pada
derajat sudut yang dicari, diberi tanda atau titik katakanlah titik
Q dan itulah arah kiblat yang dicari.
d) Dari titik Q, ditarik garis ke titik pusat perpotongan garis Utara
Selatan dan Timur Barat, itulah arah kiblat yang dicari.
Selanjutnya dari titik Utara, tarik garis lengkung ke titik Q akan
membentuk sudut arah qiblat dan itulah sudut arah kiblat.
2) Dengan kompas magnet
a) Kompas diletakkan pada bidang datar yang telah ditentukan
titik utara dan titik selatan.
b) Titik pusat kompas berada di titik pusat perpotongan garis
Utara Selatan dan Timur Barat, jarum kompas tepat mengarah
Utara, lalu kompas diputar sebesar sudut yang dicari atau yang
dikehendaki.
c) Setelah kompas diputar dan jarum kompas (kcl) telah tepat
pada derajat sudut yang dicari diberi tanda titik katakanlah titik
Q dan itulah arah kiblat yang dicari.
d) Dari titik Q tarik garis ke titik pusat perpotongan garis Utara
Selatan dan Timur Barat, itulah arah kiblat yang dicari.
Selanjutnya dari titik Utara, tarik garis lengkung ke titik Q akan
membentuk sudut arah kiblat dan itulah sudut arah kiblat.
38
3) Dengan kompas kiblat
Kompas qiblat merupakan alat yang sangat mudah
digunakan untuk menentukan arah kiblat suatu tempat, sebab
dengan meletakkan kompas tersebut pada suatu tempat, jarumnya
akan secara otomatis mengarah atau menunjukkan arah qiblat yang
dicari. Teknisnya sama dengan kompas transparan dan kompas
magnet, bedanya kompas qiblat tidak perlu diputar.
Meskipun demikian, hasil yang diperoleh tetap merupakan
perkiraan (tidak akurat) sebab pengaruh dari grafitasi dan gaya
magnet bumi sangat besar sehingga menyebabkan adanya
penyimpangan yang relatif besar.42
Menggunakan kompas memang cara yang paling mudah,
tetapi perlu diketahui bahwa kompas (kompas magnetis)
mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya bahwa kompas
magnetis ini peka terhadap benda-benda logam yang berada
disekitarnya dan kutub Utara magnet yang merupakan alat utama
dalam kompas itu tidak selalu menunjukkan arah Utara sejati
(Utara sesungguhnya) dari bumi.
c. Menggunakan busur derajat atau rubu‟ mujayyab
Menentukan arah kiblat dengan busur derajat sangat praktis dan
mudah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
42 A. Jamil, Ilmu Falak Teori dan Aplikasih, cet.I, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 121-122.
39
1) Membuat atau menentukan titik pada garis Utara Selatan,
katakanlah titik U pada titik Utara dan S pada titik Selatan.
2) Dengan menggunakan siku, buat garis yang tegak lurus dengan
garis Utara Selatan, yaitu garis Timur Barat.
3) Pada titik pusat perpotongan garis Utara Selatan dan Timur
Barat buat titik, katakanlah titik A.
4) Busur derajat yang telah disiapkan titik pusatnya letakkan pada
titik A dan memanjang mengikuti garis Utara Selatan
(berimpit).
5) Titik 90º (Sembilan puluh derajat) pada busur tepat di titik
Utara, sedangkan titik 0º (nol derajat) dan 180˚ (seratus delapan
puluh derajat) berimpit dengan titik Barat dan Timur.
6) Hitung mulai dari 90º sampai berapa besar derajat yang akan
dicari arah kiblatnya, lalu beri titik (katakana Q).
7) Hubungkan titik A dengan titik Q. Garis A-Q adalah kiblat
yang dicari.43
U
Q
S
d. Menggunakan tongkat istiwa‟
Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan tongkat
istiwa‟, tongkat istiwa merupakan tongkat biasa yang ditancapkan tegak
43 Ibid., A. Jamil, h. 123-124.
A
40
lurus pada bidang datar di tempat terbuka (dimana sinar matahari tidak
terhalang). Langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah
sebagai berikut:
1) Tegakkan sebuah tongkat (kayu, bambu atau besi) yang lurus,
sepanjang 1,5 meter, lebih panjang tentu lebih baik, tegak lurus
dengan bumi, di atas tempat yang terbuka dan tidak terhalang oleh
sinar matahari sepanjang hari.
2) Buat satu atau beberapa “lingkaran sepusat” sekeliling tongkat
tersebut, Titik pusat lingkaran (lingkaran-lingkaran tersebut
berhimpit dengan tempat berdirinya tongkat).
3) Perhatikan saat bayang-bayang ujung tongkat menyentuh
lingkaran, pada pagi hari (sebelum dzuhur) san sore hari (sesudah
dzuhur), lalu beri tanda titik. Jadi ada dua buah titik pada masing-
masing lingkaran tersebut, yaitu titik pada waktu pagi dan titik
pada waktu sore.
4) Hubungkan kedua titik tersebut dengan sebuah garis lurus, dan
inilah garis arah Timur Barat.44
5) Dari titik Barat selanjutnya digeser sedikit ke arah kanan menurut
selera pengukur. Disitulah ditentukannya arah kiblat untuk
Indonesia.
44
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, (Bandung , PT. Refika Aditama,
2007), h. 99.
41
e. Rashdul Kiblat
Selain dengan cara diatas, untuk menentukan arah kiblat di suatu
tempat juga bisa diamati pada waktu tertentu ketika matahari berada persis
di atas Ka‟bah atau disebut dengan istilah rashdul kiblat. Posisi matahari
tepat di atas Ka‟bah itu terjadi ketika harga deklinasi matahari sama
dengan harga lintang Ka‟bah, maka pada saat itu matahari akan tepat
berkulminasi di atas Ka‟bah. Keadaan seperti ini dalam setahun akan
terjadi dua kali, yaitu pada tanggal 27 Mei (tahun Kabisat) atau 28 Mei
(tahun Basithah) pada pukul 11.57 LMT (Local Mean Time) dan pada
tanggal 15 Juli (tahun kabisat) atau 16 Juli (tahun basithah) pada pukul
12.06 LMT.45
Apabila waktu Mekkah itu dikonversi ke waktu WIB yaitu 105º-
39º50‟ = 65º 10‟/15 = 4j 20
m 40
d atau 4
j 21
m maka peristiwa itu akan terjadi
pada pukul 11.57 + 4.21 = 16.18 WIB dan 12.06 + 4.21 = 16.27 WIB.
Dengan cara ini maka setiap orang dapat melakukan pengukuran dan
pengecekan arah kiblat setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 16.18
WIB atau setiap tanggal 15 dan 16 Juli pada pukul 16.27 WIB.46
Jika waktu Mekkah dikonversi ke waktu WITA yaitu 120º-39º50‟
= 80º 10‟/15 = 5j 20
m 40
d atau 5
j 21
m maka peristiwa itu akan terjadi pada
pukul 11.57 + 5.21 = 17.18 WITA dan 12.06 + 5.21 = 17.27 WITA. Maka
setiap orang dapat melakukan pengukuran dan pengecekan arah kiblat
45
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 83. 46
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h.143.
42
setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 17.18 WITA atau setiap tanggal
15 dan 16 Juli pada pukul 17.27 WITA.
Penggunaan metode ini hanya dapat dilakukan pada tempat-tempat
yang terdapat sinar matahari langsung, untuk di Indonesia khususnya
karena peristiwa ini terjadi pada sore hari maka wilayah Indonesia Timur
yang jika dikonversi dari waktu Mekkah (LMT) ke waktu WIT yaitu 135º-
39º50‟ = 95º 10‟/15 = 6j 20
m 40
d atau 6
j 21
m maka peristiwa rashdul kiblat
yang seharusnya terjadi pada pukul 11.57 + 6.21 = 18.18 WIT pada
tanggal 27 dan 28 Mei dan 12.06 + 6.21 = 18.27 WIT pada tanggal 15 dan
16 Juli tidak dapat dilakukan karena posisi matahari sudah berada di
bawah ufuq atau sudah terbenam47
.
Adapun teknik penentuan arah kiblat menggunakan rashdul kiblat
ini yaitu dengan cara mempersiapkan sebuh tongkat lurus sekitar 1 meter,
tali atau benang, dan paku. Tegakkan tongkat di tempat terbuka, tunggu
sampai waktu yang telah ditentukan, bila matahari bersinar di waktu-
waktu tersebut dan bayangan tongkat sudah nampak jelas, tinggal ditarik
garis lurus dengan tali atau benang. Maka itulah arah kiblatnya. Di
Indonesia peristiwa ini terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan
menuju ke Timur (membelakangi arah kiblat). Arah sebaliknya yaitu
bayangan ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang
tepat.48
47
Ibid., h. 144. 48
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 84.
43
Fenomena rashdul kiblat berlaku bagi seluruh negara yang
memiliki waktu lokal berselisih maksimal sekitar 5,5 jam dari waktu lokal
Ka‟bah, baik di sebelah barat (Afrika dan Eropa) atau sebelah timur
(Asia), kecuali untuk daerah-daerah abnormal yang berada pada lintang
besar di Lintang Utara seperti negara Jepang (selisih waktu 6 jam) atau
daerah di sekiar kutub yang mengalami waktu siang cukup lama.49
Meskipun cara ini tergolong mudah dan praktis, namun metode ini
masih memiliki kelemahan. Pertama, dari segi waktu cara ini hanya dapat
dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas selama empat hari seperti
yang telah disebutkan diatas. Kedua, Dari segi letak geografis negara kita
yang berada di daerah katulistiwa menyebabkan negara kita beriklim tropis
mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Akibatnya, aplikasi metode ini
dilapangan tidak dapat dilakukan manakala cuaca mendung atau hujan.50
2. Metode pengukuran tahqiqi (metode pengukuran yang akurat)
Metode ini dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan
menggunakan rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometri).
Perhitungan dimaksudkan untuk mencari sudut arah kiblat, yakni sudut dari
sebuah segitiga bola yang sisi-sisinya terbentuk dari lingkaran-lingkaran besar
yang saling berpotongan melalui titik Ka‟bah, kota atau lokasi pengukutan,
dan titik Utara. Selanjutnya melalui modifikasi rumus, untuk posisi Indonesia
49
Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses pada
08 April 2015 dari https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat.
50
Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, h. 84.
44
misalnya, hasil yang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa terbaca sekian derajat
dari titik Barat ke arah Utara atau dari titik Utara ke arah Barat.51
Adapun data yang diperlukan dalam proses perhitungan arah kiblat
adalah:
a. Lintang tempat (φ tp)
b. Bujur Tempat (λ tp)
c. Lintang Ka‟bah (φ k)
d. Bujur Ka‟bah (λ k)
Untuk data lintang dan bujur suatu tempat yang akan dicari arah
kiblatnya biasanya sudah tersedia, tetapi untuk saat sekarang berkaitan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka data yang sudah ada itu perlu
diverifikasi lagi dengan alat kontemporer yaitu GPS (Global Positioning
System).52
Sedangkan untuk lintang Ka‟bah menurut penelitian terakhir yang
dilakukan oleh Departemen Agama RI adalah 21º 25‟ LU dan garis bujur
Ka‟bah adalah 39º 50‟ BT.53
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat suatu
tempat adalah rumus ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometri):54
cos φtp tan φK _ sin φtp
sin (λtp - λk) tan (λtp - λk)
Keterangan:
51Sirril Wafa, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat,”
Laporan Penelitian, (Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002), h. 20.
52
Maskufa, Ilmu Falak, cet.II, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 136.
53
Depag, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan
Agama, 1994, 1994), h. 16.
54
Maskufa, Ilmu Falak, h. 136.
Cotan Q =
45
Q : arah kiblat λtp : bujur tempat
φtp : lintang tempat λk : bujur Ka‟bah
φK : lintang Ka‟bah
Hasil yang diperoleh dari rumusan tersebut adalah sudut arah kiblat
dihitung dari titik Utara ke arah Barat, berlawanan dengan arah putaran jarum
jam. Atau bisa dari titik Barat ke Utara dengan cara dikurangi dengan 90º.
Setelah besaran sudut diperoleh, maka untuk praktik pengukurannya
harus dipersiapkan terlebih dahulu empat arah mata angin utama. Penentuan
arah mata angin bisa dilakukan dengan tongkat istiwa, kompas setelah
dikoreksi dengan angka magnetic variation, atau dengan menggunakan
program Mizwala Qibla Finder.
Mizwala Qibla Finder merupakan sebuah alat praktis karya Hendro
Setyanto untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan
sinar matahari. Mizwalah merupakan modifikasi bentuk sundial, terdiri dari
sebuah gnomon (tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang
memiliki ukuran sudut derajat, dan kompas kecil sebagai ancar-ancar.55
Cara menentukan arah mata angin menggunakan program Mizwala
Qibla Finder adalah sebagai berikut:
1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti benang dengan panjang lebih
kurang 1 meter (sesuai dengan kebutuhan), waterpass, GPS (jika ada).
2) Siapkan data yang diperlukan seperti Lintang tempat, Bujur tempat,
tanggal dan waktu pengecekan. Untuk mengetahui lintang, bujur dan
55 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
46
waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain
seperti google earth.
3) Jalankan software Mizwah.xls pada PC atau media lain yang mendukung
program Microsoft office Excel seperti notebook, laptop, dan sebagainya.
Kemudian masukkan data-data yang diperlukan pada tabel Mizwah.xls
sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui
nilai azimuth kiblat (kolom Qiblat), data azimuth Matahari (kolom as
Simtu), dan azimuth bayangan Matahari (kolom Mizwah).
4) Letakkan Mizwala Qibla Finder di tempat yang datar, kemudian letakkan
waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum
sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang
telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah
dipersiapkan pada gnomon.
5) Apabila Mizwala Qibla Finder sudah terpasang dengan baik, perhatikan
bayang-bayang gnomon (tongkat berdiri) pada bidang dial putar dan
catatlah waktunya (waktu pengamatan).
6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan
letakkan benang tersebut ditengah bayang-bayang.
7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan
waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau
bayang-bayang.56
56 Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla
Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi IAIN Walisongo
Semarang, 2013), h. 63-64.
47
8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai
dengan angka yang ditunjukkan oleh kolom mizwah pada program
Mizwala Qibla Finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah
Utara pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada
sudut 180º, arah Barat pada sudut 270º.
Setelah ditemukan arah mata angin, langkah selanjutnya yaitu
menentukan arah kiblat dengan cara:
1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang
telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical
Trigonometri) yang diukur dari arah Barat ke arah Utara maupun dari
Utara ke Barat.
2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari
menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri),
maka arah tersebut adalah arah kiblat yang dicari.
48
BAB III
PROFIL MASJID DAN MUSHALLA
DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA
A. Profil Kecamatan Payakumbuh Utara
1. Sejarah Singkat
Menurut sejarah asal nama Kota Payakumbuh terdiri dari dua kata yaitu
Payo dan Kumbuah. Payo dalam bahasa Indonesia berarti rawa-rawa dan
kumbuah adalah sejenis tanaman yang dahulunya banyak tumbuh subur di
daerah rawa di Kenagarian Koto Nan Gadang pusat kota sekarang. Asal nama
tersebut dikenal dengan sebutan Payakumbuh yang kemuadian menjadi salah
satu kota berkembang di Propinsi Sumatera Barat.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 Payakumbuh
ditetapkan sebagai kota kecil dan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 8 Tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970, Kota Payakumbuh
ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II dengan wilayah pemerintahan sendiri.
Tanggal dikeluarkannya Permendagri tersebut di atas kemudian ditetapkan
sebagai hari jadi Kota Payakumbuh.
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1982, Kota
Payakumbuh secara administratif terbagi atas 3 wilayah Kecamatan dengan 73
kelurahan, yaitu Payakumbuh Barat dengan 31 kelurahan, Payakumbuh Timur
dengan 14 kelurahan dan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan. Ketiga
Kecamatan tersebut diresmikan oleh Gubernur Propinsi Sumatera Barat atas
49
nama Menteri Dalam Negeri pada waktu itu diwakili oleh Sekretaris Daerah
Drs. Soekarni pada tanggal 23 November 1988.
Pada tahun 2008 diadakan pemekaran wilayah Kecamatan, berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 12 dan 13 tahun 2008. Sehingga
Kota Payakumbuh memiliki 5 Kecamatan dengan 76 kelurahan, yaitu
Kecamatan Payakumbuh Barat dengan 22 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh
Timur dengan 14 kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Utara dengan 25
kelurahan, Kecamatan Payakumbuh Selatan dengan 9 kelurahan, dan
Kecamatan Lamposi Tigo Nagori dengan 6 kelurahan.1
2. Letak Geografis
Kecamatan Payakumbuh Utara adalah salah satu Kecamatan yang ada
di Kota Payakumbuh yang terletak di sebelah Utara wilayah Kota
Payakumbuh dan merupakan pintu gerbang sebelah Utara untuk mencapai
pusat Kota Payakumbuh.2
Kecamatan Payakumbuh Utara mempunyai luas daerah lebih kurang
14,52 Km2 dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Harau dan Kecamatan 50
Kota.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh Barat.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh Timur.
1 Payakumbuh Kota, “Sejarah Kota Payakumbuh”, diakses pada 16 Maret 2015 dari
ttp://payakumbuhkota.go.id/kilas-payakumbuh/sejarah-payakumbuh/.
2Kecamatan Payakumbuh Utara, diakses pada 15 Maret 2015 dari
http://kecamatanpayakumbuhutara.blogspot.com/.
50
Jarak dari kantor Kecamatan ke kota-kota sekelilingnya yaitu:
a. Ibu kota Sumatera Barat (Padang) : 129 Km
b. Ibu kota Provinsi Riau (Pekan Baru) : 180 Km
c. Kota Bukittinggi : 37 Km
d. Kabupaten Tanah Datar (Batu Sangkar) : 35 Km
Kecamatan Payakmbuh Utara memiliki 25 kelurahan. Kelurahan
Talawi merupakan kelurahan yang terluas dengan luas lebih kurang 157,91
Ha2 sedangkan kelurahan Balai Gurun merupakan kelurahan terkecil dengan
luas lebih kurang 7, 47 Ha2. Adapun nama-nama kelurahan yang ada di
Kecamatan Payakumbuh Utara antara lain: Padang Kaduduk, Napar, Tarok,
Balai Baru, Bunian, Koto Baru Balai Janggo, Labuh Baru, Kubu Gadang,
Balai Kaliki, Balai Gadang, Balai Cacang, Muaro, Balai Gurun, Balai Jariang,
Cubada air, Kaning Bukik, Pasir, Taruko, Payolinyam, Nan Kodok,
Tambago, Payonibung, Talawi, Balai Betung, Tanjung Anau.
Keadaan topografi Payakumbuh utara mendatar dengan ketinggian
lebih kurang 513 meter di atas permukaan laut dan letak koordinatnya 100º
20’ hingga 100º 40’ Bujur Timur dan 0º 8’ hingga 0º 15’ Lintang Selatan.
Terdapat 4 sungai dengan lebar antara 5 meter hingga 20 meter. Suhu udara
rata-rata 26ºC dengan kelembapan udara 45% hingga 50%.
51
Penggunaan lahan tertinggi yaitu tanah untuk bangunan sebesar
48.07% sedangkan penggunaan untuk lahan pertanian sebesar 37,79% sawah
dan 17,54% untuk lahan kebun.3
3. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 05 Tahun
2008 tertanggal 16 September 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh,
Kecamatan Payakumbuh Utara dipimpin oleh satu orang Camat yang di bantu
oleh 9 kelompok jabatan fungsional, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Struktur Organisasi Kecamatan Payakumbuh Utara
NO Nama Jabatan
1 Nofriwandi, SH Camat
2 Fardinal, SH Sekretaris
3 Efrizal, S.Sos Kasubag Kepegawaian
4 Wildatul Aini, A.Md Kasubag Umum dan Perlengkapan
5 Permata Budi Kasubag Keuangan
6 Hermanto, S.Sos Kasi Pemerintahan
7 Syafwani Kasi Kesos
8 Drs. Rasyidin Kasi Ketentraman dan Ketertiban
9 YY. Iriani Kasi Pendapatan
3 Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan
Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 2-4.
52
10 Darwenis Kasi Ekonomi dan Pengembangan
Sumber data : Laporan Tanggungjawab Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014
4. Keadaan Masyarakat
Kecamatan Payakumbuh Utara memiliki 25 kelurahan yang terdiri dari
119 Rukun Tetangga (RT), 56 Rukun Warga (RW), dan 7,843 Kepala
Keluarga (KK), sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Kelurahan, RT, RW dan Kepala Keluarga
No Nama Kelurahan Jumlah
RT
Jumlah
RW
Jumlah
KK
1 Padang Kaduduk 5 2 264
2 Napar 8 4 660
3 Tarok 7 3 511
4 Balai Baru 4 2 215
5 Bunian 4 2 402
6 Koto Baru BJ 10 4 531
7 Labuh Baru 4 2 510
8 Kubu Gadang 5 2 547
9 Balai Kaliki 4 2 194
10 Balai Gadang 4 2 322
11 Balai Cacang 4 2 271
12 Muaro 5 2 251
13 Balai Gurun 4 2 221
14 Balai Jariang 4 2 276
15 Cubadak Air 4 2 249
16 Kaning Bukik 4 2 260
17 Pasir 4 2 167
18 Taruko 4 2 259
53
19 Payolinyam 4 2 218
20 Nan Kodok 6 3 492
21 Tambago 4 2 198
22 Payonibung 4 2 183
23 Talawi 4 2 262
24 Balai Betung 4 2 171
25 Tanjung Anau 5 2 209
JUMLAH 119 56 7.843
Sumber data : buku Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2014 h. 60
Berdasarkan jenis Kelamin, jumlah penduduk di Kecamatan
Payakumbuh Utara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Nama Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Padang Kaduduk 597 606 1.203
2 Napar 1.177 1.242 2.419
3 Tarok 1.117 1.081 2.198
4 Balai Baru 410 397 807
5 Bunian 687 587 1.274
6 Koto Baru BJ 923 1.042 1.965
7 Labuh Baru 1.196 1.072 2.268
8 Kubu Gadang 1.134 1.084 2.218
9 Balai Kaliki 417 397 814
10 Balai Gadang 433 495 928
11 Balai Cacang 530 540 1.070
12 Muaro 430 414 844
13 Balai Gurun 392 375 767
14 Balai Jariang 506 531 1.037
54
15 Cubadak Air 430 515 945
16 Kaning Bukik 439 473 912
17 Pasir 227 220 492
18 Taruko 404 418 822
19 Payolinyam 472 433 905
20 Nan Kodok 1.015 1.085 2.100
21 Tambago 378 351 729
22 Payonibung 324 450 774
23 Talawi 578 481 1.059
24 Balai Betung 341 306 647
25 Tanjung Anau 402 464 866
JUMLAH 15.004 15.059 30.063
Sumber data: buku Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2014 h. 58-59
5. Keagamaan
Pembinaan kegiata keagamaan di Kecamatan Payakumbuh Utara
dilakukan oleh pejabat yang ada di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Payakumbuh Utara. Berikut adalah struktur organisasi KUA Kecamatan
Payakumbuh Utara:
Tabel 3.4
Struktur Organisasi KUA Kecamatan Payakumbuh Utara
No Nama Jabatan
1 Resfi Yendri, S.Ag Kepala KUA
2 Muhammad Israk, S.Ag Penghulu
3 Yendra, S.HI., MA Penghulu
4 Asramawati, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional
55
5 Fajri Nur, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional
6 Zulhendri, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional
7 Berwalinda, S.Ag Penyuluh Agama Islam Fungsional
8 Tasniwati Pengadministrasi KU dan Umum
9 Rina Rida Wati Pengadministrasi Nikah dan Rujuk
10 Ismanidar Pengadministrasi Kemasjidan
11 Nasrul Pengadministrasi Hazawaibsos
12 Jum Muliati Produk Halal dan Kemaslahatan Umat
13 Weli Sofia Rina, S.HI Peng ADM Keluarga Sakinah dan BP.4
14 Jum Muliati Pramu Kantor
Sumber data: KUA Kecamatan Payakumbuh Utara
Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Payakumbuh Utara terdiri dari 25
unit masjid dan 65 unit mushalla. Demikian juga kondisi tempat baik masjid
maupun mushalla semuanya dalam keadaan baik.4
B. Data Umum Masjid dan Mushalla
Berdasarkan hasil survey lapangan telah diteliti sebanyak 25 masjid dan 50
mushalla, secara umum informasi tentang keadaan masjid dan mushalla dapat
diuraikan sebagai berikut:
4 Indrawadi, Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014, (Payakumbuh: Badan
Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014), h. 74.
56
Tabel 3.5
Data Umum Masjid
No Nama Masjid Alamat Tahun Pengurus Status Keakuratan Cara
Berdiri Tanah Pengukuran
1 Muslimin Jl. Arisun No. 24
Labuh Baru
1926 H. Edwar Wakaf -3º Kompas
2 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt
02/01 Labuh Baru
1987 H.Syaiful Wakaf Akurat Bayangan
Matahari
3 Ansharullah Jl. Jend Sudirman
No. 16 Koto Baru
1964 H. Suhaimi
Biran, BA
Wakaf Akurat Bayangan
Matahari
4 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Baru
1957 Heri Iswandi, SE
Wakaf Akurat Kompas
5 An-Nur Jl. Jend Sudirman
Balai Baru, Koto
Nan Gadang
1926 H. Helmi
Yandri
Wakaf +6º Kompas
6 Masjid Raya Balai Gadang,
Koto Nan Gadang
1934 Usmi Adri Wakaf Akurat Kompas
7 Muslimin Jl. Jend Sudirman
Balai Cacang
1989 Gusti Yandri,
S.HI
Wakaf Akurat Kompas
8 Istiqamah Jl. Jend Sudirman
Kaning Bukit
1988 H. Hamdi
Idrus
Wakaf -29º Perkiraan
Arah Barat
9 Arsyad Jl. Jend Sudirman
No. 48 Nan Kodok
1930 Jasri Najar Wakaf -7º Kompas
10 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman
Payolinyam
2002 Wardi Munir Wakaf +4º Kompas
11 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Tanjung
Anau
1938 Iswardi Wakaf +6º Kompas
12 Al-Mutawahidah
Jl. Camar Rt 01/01 Talawi
1959 Nurkausar Wakaf -4º Kompas
13 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Payonibuang
1959 Syafri Wakaf Akurat Kompas
14 Al-Husna Tambago 1975 Trinaldi Wakaf +8º Kompas
15 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt
01/01 Cubadak
Air
2010 Al-Jufri Wakaf -9º Bayangan
Matahari
16 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai
Jariang
1979 Doni Putra Wakaf +14º Kompas
17 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini Padang Kaduduk
1976 N. Dt. Basa Nan Pandak
Wakaf -6º Kompas
18 Muhsinin Jl. Manunggal Rt
02/02 Tarok
1963 Yusrizal,
HB., M.MPd
Wakaf -1º Kompas
19 Al-Muqarrabin Jl. Tanmalaka Rt 02/02 Bunian
1926 H.Firdaus Wakaf +8º Bayangan Matahari
20 Baitul Hikumah Jl. Tanmalaka Rt
01/02 Bunian
1949 Asrul Wakaf Akurat Perkiraan
Arah Barat
21 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kaliki
2010 Anton Wakaf Akurat Kompas
22 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt
01/01 Napar
1942 H. Abu
Hanifah
Wakaf +5º Kompas
23 Ihsan Jl. Dewi Sartika Rt 02/01
1961 Anasri Wakaf +6º Perkiraan Arah Barat
24 Amaliyah Jl. Jend Sudirman
Muaro
1972 Azwar
Arsyad
Wakaf -7º Kompas
25 Nurul Huda Jl. Jeruk Kubu Gadang
1963 H. Syofyan, SH., MM
Wakaf Akurat Kompas
57
Tabel 3.6
Data Umum Mushalla
No Nama Alamat Tahun Pengurus Status Keakuratan Cara
Mushalla Berdiri Tanah Pengukuran
1 Batirai Jl. R.A. Kartini
Rt 02/02 Nan
Kodok
1929 Asrin Habudin Pribadi +2º Kompas
2 Nurul Hidayah Jl. Jnd Sudirman
Rt 01/02
Payolinyam
2011 Nurhadis Wakaf Akurat Kompas
3 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan Kodok
2003 Usman Ibrahim
Wakaf -20º Kompas
4 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini
Nan Kodok Rt 02/02
2012 Asma Yasir Fasilitas
Umum
-8º Kompas
5 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini
Cubadak Air
1983 Dt. Bosa Nan
Panjang
Wakaf -6º Kompas
6 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka Tarok
1978 Masdar Sutan Rajo Mudo
Wakaf +10º Kompas
7 Taslim Balai Gurun Rt
02/02
1974 Fahrul Umar
Dt. Tuah Nan
Basango
Wakaf -4º Kompas
8 Miftahul Jannah Jl. Jen Sudirman
Muaro
2012 Jefriandi Pribadi -5º Software
Kiblat
9 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka
Napar
1950 Bustami Wakaf +7º Kompas
10 Amanah Tabek Taluak
Napar
1992 Gustiar Pribadi +10º Kompas
11 Ibnusina Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru
2010 Zulkifli, S.HI Wakaf Akurat Kompas
12 Muslim Tambago 1950 Marnis Wakaf -18º Perkiraan
Arah Barat
13 Mardhatillah Jl. Ade Irma Suryani Rt
01/01 Labuh
Baru
1993 Irwan Wakaf +15º Kompas
14 Jambu Balai Gadang 1973 Eriandi Wakaf Akurat Kompas
15 Pandam Balai Gadang 1815 H. Syafri D Kaum +4º Kompas
16 Mejan Balai Gadang 1950 Arif Din Wakaf Akurat Kompas
17 Arruhamak Balai Kaliki 1982 H. Musmiral Wakaf Akurat Kompas
18 Nurul Falah Jl. Tengah Rt
01/02 Balai
Gurun
2012 H. Nasri
efendi
Pribadi Akurat Kompas
19 Ikhlas Jl. Rajawali
Tarok
1978 N. Dt
Mangkuto
Dirajo
Kaum +3º Kompas
20 Hikmah Jl. Dewi Sartika Rt 01/01Taruko
1990 Nurdin Kaum +2º Kompas
21 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Rt 02/02 Payonibung
2000 Sentosa Pribadi +23º Kompas
22 Darul Muhajirin Padang
Kaduduk
1995 Deni Sumardi Wakaf Akurat Kompas
23 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini Perumahan
Cikasimi
Cubadak Air
2014 M. Afriandi Fasilitas umum
-14º Kompas
24 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir 1974 Nurul Fadilah
Marhusni
Wakaf Akurat Kompas
25 Pulai Balai Gurun 2007 Iryanis Kaum -7º Kompas
26 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 1980 Joni Anwar Pribadi Akurat Kompas
58
02/02
27 Nurul Iman Balai Gurun 1992 Ismai Kaum +4º Perkiraan
Arah Barat
28 Bingkuang Jl. Surau Bingkuang RT
01/01 Balai
Cacang
1980 Adrimas Pribadi -4º Kompas
29 Solok Jl. Jend
Sudirman Balai
Cacang Rt 01/02
1937 Mustardi Wakaf -8º Kompas
30 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai
Jariang
1960 Husnil Efendi Wakaf Akurat Bayangan Matahari
31 Nurul Falah Tanjung Anau 1961 Ibnu Fadhilah Wakaf +4º Kompas
32 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Rt 01/02 Balai Betung
1943 Darwenis Wakaf +4º Kompas
33 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad
Balai Betung
1970 Yursefdi Wakaf -16º Perkiraan
Arah Barat
34 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru
BJ
1890 Yuswardi Pribadi +1º Kompas
35 Darul Huda Tanjung Anau Rt 04/01
1982 Adityawarman Wakaf -5º Kompas
36 Nurul Huda Nan Kodok Rt
02/02
2002 H. M. Nur Pribadi -21º Bangunan
Masjid
37 An-Nur Jl. Jend Sudirman Nan
Kodok
1994 Zikri Wakaf -7º Kompas
38 Cibodak Balai Kaliki 2006 Dt. Rajo Mangkuto
Nan Putiah
Kaum -5º Kompas
39 Baiturrahman Padang
Kaduduk Rt 01/02
1993 Ali Usman Wakaf +16º Kompas
40 Gonjong Jl. Kenanga
Napar
1960 Dt. Siri Wakaf +5º Perkiraan
Arah Barat
41 Rao-rao Jl. Arisun Labuah Baru
1985 Alfian, SH Wakaf +11º Kompas
42 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said
No. 50 Kubu Gadang
1998 H. Masderi Yayasan +5º Kompas
43 Al-Hijrah Jl. Jend
Sudirman
Kaning Bukit
2007 H. Suwardi Pemda -16º Kompas
44 Kantor Camat Jl. Gelatik
Padang
Kaduduk
2010 Nofriwandi,
SH
Pemda +1º Kompas
45 Ambacang Jl. Camar Rt 01/01 Talawi
1949 Ir. Tastiul Kaum -12º Kompas
46 Tawaqqal Jl. Camar Rt
01/01 Talawi
1985 Diati Wakaf -4º Kompas
47 Baru Jl. Camar Rt 01/01 Talawi
1978 H. Riswandi Kaum -19º Perkiraan Arah Barat
48 Ampalu Jl. Camar Rt
01/01 Talawi
1998 H. Darnius Kaum -24º Perkiraan
Arah Barat
49 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Rt 02/02
Talawi
2014 Hasan Basri Pribadi -3º Kompas
50 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 01/01
Talawi
1994 Afrizal N, S.Sos
Kaum -21º Perkiraan Arah Barat
59
C. Status Tanah Masjid dan Mushalla
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama Kecamatan
Payakumbuh Utara, status tanah tempat masjid itu didirikan yaitu sebanyak 25
masjid semuanya (100%) berasal dari tanah wakaf.
Sedangkan dari hasil observasi, dari 50 mushalla yang di jadikan sampel
untuk diukur arah kiblatnya, sebanyak 25 mushalla (50%) merupakan tanah
wakaf, tanah pribadi sebanyak 10 mushalla (20%), tanah kaum sebanyak 10
mushalla (20%), fasilitas umum sebanyak 2 mushalla (4%), tanah milik
pemerintah daerah sebanyak 2 mushalla (4%), dan tanah milik yayasan sebanyak
1 mushalla (2%).
Tabel 3.7
Status Masjid Tanah Wakaf
No Nama Masjid Alamat Status Tanah
1 Muslimin Jl. Arisun No. 24 Labuh Baru
Wakaf
2 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh
Baru
Wakaf
3 Ansharullah Jl. Jend Sudirman No. 16
Koto Baru
Wakaf
4 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto
Baru
Wakaf
5 An-Nur Jl. Jend Sudirman Balai Baru,
Koto Nan Gadang
Wakaf
6 Masjid Raya Balai Gadang, Koto Nan
Gadang
Wakaf
7 Muslimin Jl. Jend Sudirman Balai
Cacang
Wakaf
8 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Kaning
Bukit
Wakaf
9 Arsyad Jl. jend Sudirman No. 48 Nan
Kodok
Wakaf
10 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman
Payolinyam
Wakaf
60
11 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Tanjung Anau
Wakaf
12 Al-Mutawahidah Jl. Camar Rt 01/01 Talawi
Wakaf
13 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Payonibuang
Wakaf
14 Al-Husna Tambago
Wakaf
15 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt 01/01
Cubadak Air
Wakaf
16 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt
01/01Balai Jariang
Wakaf
17 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini Padang
Kaduduk
Wakaf
18 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok Wakaf
19 Al-Muqarrabin Jl. Tanmalaka Rt 02/02
Bunian
Wakaf
20 Baitul Hikumah Rt 01/02 Bunian
Wakaf
21 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai
Kaliki
Wakaf
22 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt 01/01 Napar
Wakaf
23 Ihsan Jl. Dewi Sartika Rt 02/01 Wakaf
24 Amaliyah Jl. Jend Sudirman Muaro Wakaf
25 Nurul Huda Jl. Jeruk Kubu Gadang Wakaf
Tabel 3.8
Status Mushalla Tanah Wakaf
No Nama Masjid Alamat Status Tanah
1 Nurul Hidayah Jl. Jend Sudirman Rt 01/02
Payolinyam
Wakaf
2 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan Kodok Wakaf
3 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini Cubadak Air Wakaf
4 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka Tarok Wakaf
5 Taslim Balai Gurun Rt 02/02 Wakaf
6 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka Napar Wakaf
61
7 Ibnusina Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Wakaf
8 Muslim Tambago Wakaf
9 Mardhatillah Jl. Ade Irma Suryani Rt 01/01
Labuh Baru
Wakaf
10 Jambu Balai Gadang Wakaf
11 Mejan Balai Gadang Wakaf
12 Arruhamak Balai Kaliki Wakaf
13 Darul Muhajirin Padang Kaduduk Wakaf
14 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir Wakaf
15 Solok Jl. Jend Sudirman Balai
Cacang Rt 01/02
Wakaf
16 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai
Jariang
Wakaf
17 Nurul Falah Tanjung Anau Wakaf
18 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt
01/02 Balai Betung
Wakaf
19 An-Nur Jl. Jend Sudirman Nan Kodok Wakaf
20 Baiturrahman Padang Kaduduk Rt 001/002 Wakaf
21 Gonjong Jl. Kenanga Napar Wakaf
22 Rao-rao Jl. Arisun Labuah Baru Wakaf
23 Tawaqqal Jl. Camar Rt 001/001 Talawi Wakaf
24 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad Dahlan Balai
Betung
Wakaf
25 Darul Huda Tanjung Anau Rt 004/001 Wakaf
Mayoritas penduduk di Kecamatan Payakumbuh Utara merupakan
masyarakat Minangkabau. Menurut adat kebiasaan di Minangkabau setiap
suku atau setiap marga biasanya memiliki satu mushalla yang pada umumnya
jamaah di mushalla tersebut berasal dari suku yang sama.
Tabel 3.9
Status Mushalla Tanah Kaum
No Nama Mushalla Alamat Status Tanah
1 Pandam Balai Gadang Kaum
2 Ikhlas Jl. Rajawali Tarok Kaum
3 Hikmah Jl. Dewi Sartika Rt
01/01Taruko
Kaum
62
4 Pulai Balai Gurun Kaum
5 Nurul Iman Balai Gurun Kaum
6 Cibodak Balai Kaliki Kaum
7 Ambacang Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kaum
8 Baru Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kaum
9 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kaum
10 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt
01/01 Talawi
Kaum
Tabel 3.10
Status Mushalla Tanah Pribadi
No Nama Mushalla Alamat Status Tanah
1 Batirai Jl. R.A. Kartini Rt 02/02 Nan
Kodok
Pibadi
2 Miftahul Jannah Jl. Jend Sudirman Muaro
Pibadi
3 Amanah Tabek Taluak Napar
Pibadi
4 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 01/02 Balai
Gurun
Pibadi
5 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt
02/02 Payonibung
Pibadi
6 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 02/02
Pibadi
7 Bingkuang Jl. Surau Bingkuang RT
01/01 Balai Cacang
Pibadi
8 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto Baru
BJ
Pibadi
9 Nurul Huda Nan Kodok Rt 02/02
Pibadi
10 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt
02/02 Talawi
Pibadi
Tabel 3.11
Status Mushalla Tanah Pemda
No Nama Mushalla Alamat Status Tanah
1 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang Kaduduk
Pemda
63
2 Al-Hijrah Jl. Jend Sudirman Kaning
Bukit
Pemda
Tabel 3.12
Status Mushalla Fasilitas Umum
No Nama Mushalla Alamat Status Tanah
1 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini Nan Kodok
Rt 02/02
Fasilitas Umum
2 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini Perumahan
Cikasimi Cubadak Air
Fasilitas Umum
Tabel 3.13
Status Mushalla Tanah Yayasan
No Nama Mushalla Alamat Status Tanah
1 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said No. 50 Kubu
Gadang
Yayasan
64
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Perhitungan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan
Payakumbuh Utara
Dalam penentuan arah kiblat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara
penulis menggunakan metode tahqiqi yang dikerjakan melalui perhitungan
matematis dengan menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical
Trigonometri). Data-data yang diperlukan untuk melakukan penghitungan dengan
metode tahqiqi ini yaitu dengan mengetahui lintang dan bujur tempat di
Kecamatan Payakumbuh Utara dan juga lintang dan bujur Ka’bah. Untuk
mengetahui lintang dan bujur tempatnya menggunakan GPS (Globa Posisioning
System) yaitu alat ukur koordinat dengan menggunakan satelit.
Kecamatan Payakumbuh Utara memiliki 25 kelurahan yang masing-
masing kelurahan mempunyai sedikit perbedaan untuk data koordinatnya. Adapun
data koordinat masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Koordinat Kecamatan Payakumbuh Utara
No Kelurahan Lintang (φ) Bujur (λ)
1 Labuh Baru -0º 13’ 27.91” 100º 38’ 6.29”
2 Koto Baru BJ -0º 13’ 24.85” 100º 38’ 0.06”
3 Balai Baru -0º 13’ 14.09” 100º 38’ 15.3”
4 Balai Gadang -0º 13’ 9.95” 100º 38’ 36.3”
5 Balai Cacang -0º 12’ 58.46” 100º 38’ 36.3”
6 Kaning Bukit -0º 12’ 37.69” 100º 38’ 40.3”
7 Nan Kodok -0º 12’ 19.33” 100º 38’ 44.7”
8 Payolinyam -0º 12’ 3.28” 100º 38’ 55.3”
65
9 Tanjung Anau -0º 11’ 24.11” 100º 38’ 55.3”
10 Payonibung -0º 11’ 50.89” 100º 37’ 53.8"
11 Tambago -0º 11’ 57’ 41” 100º 38’ 1.63”
12 Cubadak Air -0º 12’ 28.12” 100º 38’ 14.3”
13 Balai Jariang -0º 12’ 48.6” 100º 38’ 24.5”
14 Padang Kaduduk -0º 12’ 40.86” 100º 37” 45.2”
15 Tarok -0º 12’ 57.06” 100º 37’ 48.1”
16 Bunian -0º 13’ 16.97” 100º 37’ 48.9”
17 Balai Kaliki -0º 13’ 20.21” 100º 38’ 20.9”
18 Napar -0º 12’ 48.64” 100º 37’ 23”
19 Taruko -0º 12’ 34.24” 100º 39’ 19.6”
20 Talawi -0º 11’ 32.93” 100º 38’ 22.5”
21 Muaro -0º 12’ 55.84” 100º 38’ 42.6”
22 Kubu Gadang -0º 13’ 46.13” 100º 38’ 27.6”
23 Balai Gurun -0º 12’ 58.57” 100º 38’ 20.8”
24 Balai Betung -0º 11’ 21.73” 100º 38’ 44.8”
25 Pasir -0º 12’ 48.17” 100º 38’ 50”
Berdasarkan data koordinat masing-masing kelurahan tersebut, untuk
mendapatkan arah kiblatnya dihitung menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga
Bola (Spherical Trigonometri). Salah satu contoh proses perhitungannya sebagai
berikut:
Data koordinat diketahui:
Lintang tempat Labuh Baru (φtp) = -0º 13’ 27.91”
Bujur tempat Labuh Baru (λtp) = 100º 38’ 6.29”
Lintang Ka’bah (φK) = 21º 25’ LU
Bujur Ka’bah (λK) = 39º 50’ BT
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
cos φ tempat tan φ Ka’bah _ sin φ tempat
sin (λ tempat – λ Ka’bah) tan (λ tempat – λ Ka’bah)
Cotan Q =
66
Sebelum memasukkan data ke dalam rumus tersebut maka harus diketahui
nilai selisih bujur (λtp - λK) yaitu (100º 38’ 6.29”- 39º 50’) = 60º 48’ 6.29”
Setelah diketahui nilai selisih bujur maka data diatas dimasukkan ke dalam
rumus:
cos -0º 13’ 27.91”. tan 21º 25’ _ sin -0º 13’ 27.91”
sin 60º 48’ 6.29” tan 60º 48’ 6.29”
Proses penyelesaian dengan kalkulator, ada beberapa cara penyelesaiannya
tergantung pada model dan jenis kalkulator, salah satunya dengan kalkulator
Royally tipe Ry-350MS yaitu sebagai berikut:
Shift tan (cos (-)0º 13’ 27.91” x tan 21º 25’ : sin 60º 48’ 6.29” – sin (-)0º 13’
27.91” : tan 60º 48’ 6.29”) x-1
= shift o,,, 65º 42’ 1.39”
Dari hasil perhitungan ini maka arah kiblat untuk kelurahan Labuh Baru
adalah 65º 42’ 1.39” dari titik Utara ke arah Barat (U-B) atau 90º - 65º 42’ 1.39”
= 24º 17’ 58.61” dari titik Barat ke Utara (B-U). Adapun azimutnya adalah 360º -
65º 42’ 1.39” = 294º 17’ 58.6” di ukur dari titik Utara.
Berdasarkan proses perhitungan diatas, maka diperoleh arah kiblat untuk
setiap kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Arah Kiblat
No Kelurahan Lintang (φ) Bujur (λ) Kiblat (U-B) Kiblat (B-U)
1 Labuh Baru -0º 13’ 27.91” 100º 38’ 6.29” 65º 42’ 1.39” 24º 17’ 58.61”
2 Koto Baru BJ -0º 13’ 24.85” 100º 38’ 0.06” 65º 42’ 1.48” 24º 17’ 58.52”
3 Balai Baru -0º 13’ 14.09” 100º 38’ 15.3” 65º 42’ 9.7” 24º 17’ 50.3”
4 Balai Gadang -0º 13’ 9.95” 100º 38’ 36.3” 65º 42’ 16.08” 24º 17’ 43.92”
Cotan Q =
67
5 Balai Cacang -0º 12’ 58.46” 100º 38’ 36.3” 65º 42’ 21.4” 24º 17’ 38.6”
6 Kaning Bukit -0º 12’ 37.69” 100º 38’ 40.3” 65º 54’16.21” 24º 5’ 43.79”
7 Nan Kodok -0º 12’ 19.33” 100º 38’ 44.7” 65º 42’ 41.29” 24º 17’ 18.71”
8 Payolinyam -0º 12’ 3.28” 100º 38’ 55.3” 65º 42’ 50.97” 24º 17’ 9.03”
9 Tanjung Anau -0º 11’ 24.11” 100º 38’ 55.3” 65º 43’ 9” 24º 16’ 50.9”
10 Payonibung -0º 11’ 50.89” 100º 37’ 53.8" 65º 42’ 43.64” 24º 17’ 16.36”
11 Tambago -0º 11’ 57’ 41” 100º 38’ 1.63” 65º 42’ 42.23” 24º 17’ 17.77”
12 Cubadak Air -0º 12’ 28.12” 100º 38’ 14.3” 65º 42’ 30.76” 24º 17’ 29.24”
13 Balai Jariang -0º 12’ 48.6” 100º 38’ 24.5” 65º 42’ 23.45” 24º 17’ 36.55”
14 Padang Kaduduk -0º 12’ 40.86” 100º 37” 45.2” 65º 42’ 19.28” 24º 17’ 40.72”
15 Tarok -0º 12’ 57.06” 100º 37’ 48.1” 65º 42’ 11.8” 24º 17’ 48.2”
16 Bunian -0º 13’ 16.97” 100º 37’ 48.9” 65º 42” 2.75” 24º 17’ 57.25”
17 Balai Kaliki -0º 13’ 20.21” 100º 38’ 20.9” 65º 42’ 8.06” 24º 17’ 51.94”
18 Napar -0º 12’ 48.64” 100º 37’ 23” 65º 42’ 10.35’ 24º 17’ 49.65”
19 Taruko -0º 12’ 34.24” 100º 39’ 19.6” 65º 42’ 41.8” 24º 17’ 18.2”
20 Talawi -0º 11’ 32.93” 100º 38’ 22.5” 65º 42’ 58.05” 24º 17’ 1.95”
21 Muaro -0º 12’ 55.84” 100º 38’ 42.6” 65º 42’ 23.95” 24º 17’ 36.05”
22 Kubu Gadang -0º 13’ 46.13” 100º 38’ 27.6” 65º 41’ 57.49” 24º 18’ 2,51”
23 Balai Gurun -0º 12’ 58.57” 100º 38’ 20.8” 65º 42’ 18.05” 24º 17’ 41.95”
24 Balai Betung -0º 11’ 21.73” 100º 38’ 44.8” 65º 43’ 7.79” 24º 16’ 52.03”
25 Pasir -0º 12’ 48.17” 100º 38’ 50” 65º 42’ 29.07” 24º 17’ 30.93”
Setelah diketahui sudut arah kiblat untuk masing-masing kelurahan di
Kecamatan Payakumbuh Utara, maka untuk proses selanjutnya penulis melakukan
praktek pengukuran di lapangan, yaitu Menentukan arah mata angin dengan
program dari Mizwala Qibla Finder.
Mizwala Qibla Finder merupakan sebuah alat praktis karya Hendro
Setyanto untuk menentukan arah kiblat secara praktis dengan menggunakan sinar
matahari. Mizwala merupakan modifikasi bentuk sundial, terdiri dari sebuah
68
gnomon (tongkat berdiri), bidang dial (bidang lingkaran) yang memiliki ukuran
sudut derajat, dan kompas kecil sebagai ancar-ancar.1
Cara menentukan arah mata angin menggunakan program Mizwala Qibla
Finder adalah sebagai berikut:
1) Persiapkan alat-alat yang diperlukan seperti benang dengan panjang lebih
kurang 1 meter (sesuai dengan kebutuhan), waterpass, GPS (jika ada).
2) Siapkan data yang diperlukan seperti Lintang tempat, Bujur tempat,
tanggal dan waktu pengecekan. Untuk mengetahui lintang, bujur dan
waktu akan lebih baik jika menggunakan GPS atau dengan media lain
seperti google earth.
3) Jalankan software Mizwah.xls pada PC atau media lain yang mendukung
program Microsoft office Excel seperti notebook, laptop, dan sebagainya.
Kemudian masukkan data-data yang diperlukan pada tabel Mizwah.xls
sesuai dengan kolom yang telah disediakan. Setelah itu akan diketahui
nilai azimuth kiblat (kolom Qiblat), data azimuth Matahari (kolom as
Simtu), dan azimuth bayangan Matahari (kolom Mizwah).
4) Letakkan Mizwala Qibla Finder di tempat yang datar, kemudian letakkan
waterpass diatas mizwala untuk mengukur level bidang dial, jika belum
sejajar maka dapat diatur dengan cara memutar tripod atau kaki tiga yang
telah terpasang pada bidang level hingga seimbang. Ikatkan tali yang telah
dipersiapkan pada gnomon.
1 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan
Akurasinya, cet.I, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h. 83.
69
5) Apabila Mizwala Qibla Finder sudah terpasang dengan baik, perhatikan
bayang-bayang gnomon (tongkat berdiri) pada bidang dial putar dan
catatlah waktunya (waktu pengamatan).
6) Letakkan benang yang telah diikat pada gnomon, kemudian tarik dan
letakkan benang tersebut ditengah bayang-bayang.
7) Putarlah bidang dial sampai nilai mizwah yang telah disesuaikan dengan
waktu bidik atau waktu pengamatan berada tepat dibawah benang atau
bayang-bayang.2
8) Setelah bidang dial yang memiliki ukuran sudut derajat diputar sesuai
dengan angka yang ditunjukkan oleh kolom mizwah pada program
mizwala qibla finder, maka diketahuilah arah mata angin yaitu arah Utara
pada sudut 0º/360º, arah Timur pada sudut 90º, arah Selatan pada sudut
180º, arah Barat pada sudut 270º.
Setelah ditemukan arah mata angin, langkah selanjutnya yaitu menentukan
arah kiblat dengan cara:
1) Tarik benang yang terikat pada gnomon sesuai dengan angka kiblat yang
telah dicari menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical
Trigonometri) yaitu sebesar 24º untuk wilayah di Kecamatan
Payakumbuh Utara yang diukur dari arah Barat ke arah Utara.
2) Setelah benang ditarik lurus sesuai dengan angka kiblat yang telah dicari
menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri),
maka arah tersebut adalah arah kiblat di tempat pengamatan.
2 Muhammad Umar Setiawan, “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla
Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone,” (Skripsi IAIN Walisongo
Semarang, 2013), h. 63-64.
70
B. Cara Masyarakat dalam Menentukan Arah Kiblat di Kecamatan
Payakumbuh Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Payakumbuh Utara, penentuan arah kiblat ketika awal
pembangunannya di wilayah ini hanya menggunakan cara-cara perkiraan atau
metode taqribi saja. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat yang sangat
awam mengenai ilmu pengukuran arah kiblat yang akurat.3
Dilihat dari alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah kiblat masjid
dan mushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara ditemukan banyak
variasi. Dari 25 masjid yang diteliti, masjid yang menggunakan kompas sebanyak
18 masjid atau 72%, menggunakan bayang-bayang matahari sebanyak 4 masjid
atau 16%, dan menggunakan perkiraan arah Barat sebanyak 3 masjid atau 12%.
Setelah diteliti, masjid yang diukur menggunakan kompas jika
dihubungkan dengan keakuratan arah kiblat, dari 18 masjid yang menggunakan
kompas hanya 6 masjid atau 33% yang akurat arah kiblatnya, keakuratan arah
kiblat dengan menggunakan alat bantu kompas ini dikarenakan adanya masukan
dari tokoh agama setempat bahwa arah kiblat masjid ini bukan ke arah Barat
kompas, tetapi dari arah Barat kompas itu serong ke kanan dengan tidak
dijelaskan berapa angka derajatnya.4 Sedangkan yang akurat karena diberi angka
toleransi ada 1 masjid atau 6%, dan yang tidak tepat sebanyak 11 masjid atau
61%. Lihat tabel di bawah ini:
3 Wawancara Pribadi dengan Resfi Yendri. Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara.
Payakumbuh, 24 Februari 2015. 4 Wawancara Pribadi dengan Syafri. Pengurus Masjid Nurul Huda Payonibung.
Payakumbuh, 27 Februari 2015.
71
Tabel 4.3
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Kompas
No Nama Masjid Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Muslimin Jl. Arisun No. 24 Labuh
Baru
Kompas -3º
2 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto
Baru
Kompas Akurat
3 An-Nur Jl. Jend Sudirman Balai
Baru, Koto Nan Gadang
Kompas +6º
4 Masjid Raya Balai Gadang, Koto Nan
Gadang
Kompas Akurat
5 Muslimin Jl. Jend Sudirman Balai
Cacang
Kompas Akurat
6 Arsyad Jl. Jend Sudirman No. 48
Nan Kodok
Kompas -7º
7 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman
Payolinyam
Kompas +4º
8 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Tanjung Anau
Kompas +6º
9 Al-Mutawahidah Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kompas -4º
10 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Payonibung
Kompas Akurat
11 Al-Husna Tambago Kompas +8º
12 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt
01/01Balai Jariang
Kompas +14º
13 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini Padang
Kaduduk
Kompas -6º
14 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02
Tarok
Kompas Akurat dalam
Toleransi
15 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai
Kaliki
Kompas Akurat
16 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt 01/01
Napar
Kompas +5º
17 Amaliyah Jl. Jend Sudirman Muaro Kompas -7º
18 Nurul Huda Jl. Jeruk
Kubu Gadang
Kompas Akurat
72
Bagi masjid yang diukur menggunakan bayang-bayang matahari pada saat
peristiwa Rashdul Kiblat terdapat 4 masjid. 2 masjid tergolong akurat dan 2
masjid lainnya tidak akurat. Lihat tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari
No Nama Masjid Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh
Baru
Bayangan
Matahari
Akurat
2 Ansharullah Jl. Jend Sudirman No. 16
Koto Baru
Bayangan
Matahari
Akurat
3 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt 01/01
Cubadak Air
Bayangan
Matahari
-9º
4 Al-Muqarrabin Jl. Tanmalaka Rt 02/02
Bunian
Bayangan
Matahari
+8º
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Firman Wazri selaku salah
satu pengurus masjid Ansharullah diatas, pada awalnya kiblat masjid Ansharullah
tidak tepat, sehingga dilakukan pengukuran oleh Departemen Agama Kota
Payakumbuh dengan menggunakan alat bantu kompas. Kemudian berdasarkan
surat himbauan dari Badan Hisab Rukyat (BHR) yang ada di Kemenag Kota
Payakumbuh untuk seluruh pengurus masjid bahwa pada tanggal 27 atau 28 Mei
pada pukul 16.18 WIB atau setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB
kita bisa melihat sendiri bayangan matahari akan menghadap arah kiblat. Maka
berdasarkan himbauan tersebut pengurus masjid Ansharullah melakukan kembali
73
pengukuran arah kiblat menggunakan bayangan matahari pada tanggal-tanggal
tersebut, sehingga di dapatlah kiblat masjid Ansharullah seperti adanya sekarang.5
Masjid yang diukur menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan
matahari terbenam sebanyak 3 masjid, satu diantaranya memiliki kiblat yang
akurat dan selebihnya tidak akurat. Perhatikan tabel dibawah ini:
Tabel 4.5
Kiblat Masjid yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat
No Nama Masjid Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Kaning
Bukit
Perkiraan
Arah
Barat
-29º
2 Baitul Hikmah Jl. Tanmalaka Rt 01/02
Bunian
Perkiraan
Arah
Barat
Akurat
3 Ihsan Jl. Dewi Sartika Rt 02/01 Perkiraan
Arah
Barat
+6º
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, satu masjid yang akurat arah kiblatnya yaitu
masjid Baitul Hikmah diperkirakan pengukuran arah kiblatnya dilakukan pada
sekitar bulan Juni, karena berdasarkan gerakan semu matahari tahunan pada
tanggal 21 Juni merupakan deklinasi matahari maksimal, yaitu deklinasi matahari
sebesar (+) 23º 30’ dari arah Barat ke arah Utara sehingga hampir bertepatan
denga arah kiblat untuk masjid Baitul Hikmah yaitu 24º 18’. Masjid yang arah
kiblatnya +6º juga diperkirakan bahwa pengukuran arah kiblatnya dilakukan
sekitar bulan Juni, tetapi terdapat kelebihan sebesar 6º. Sedangkan masjid yang
5 Wawancara Pribadi dengan Firman Wazri. Pengurus Masjid Ansharullah. Payakumbuh,
27 Februari 2015.
74
arah kiblatnya menyimpang -29º diperkirakan pengukuran arah kiblatnya
dilakukan sekitar tanggal 8 Maret atau 6 Oktober karena berdasarkan data
deklinasi pokok matahari, pada tanggal tersebut deklinasi matahari adalah -5º dan
hampir berdekatan dengan arah kiblat masjid Istiqamah sekarang ini.
Adapun mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya menggunakan
kompas terdiri dari 40 mushalla. Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa yang
tepat arah kiblatnya hanya 9 mushalla atau 22.5%, yang akurat karena diberi
angka toleransi ada 2 mushalla atau 5%, sedangkan yang tidak tepat arah
kiblatnya sebanyak 29 mushalla atau 72.5%.
Kalau kita lihat dari data di atas, mushalla yang dalam penentuan arah
kiblatnya menggunakan alat ukur kompas sebagian besar arah kiblatnya tidak
akurat yaitu sebesar 72.5%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran arah
kiblat menggunakan kompas tanpa dibantu dengan data koreksi magnetik dan
tanpa penghitungan untuk menentukan sudut kiblatnya mempunyai resiko besar
terhadap keakuratan arah kiblat. Perhatikan tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Kompas
No Nama Mushalla Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Batirai Jl. R.A. Kartini Rt 02/02
Nan Kodok
Kompas +2º
2 Nurul Hidayah Jl. Jnd Sudirman Rt 01/02
Payolinyam
Kompas Akurat
3 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan
Kodok
Kompas -20º
4 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini Nan
Kodok Rt 02/02
Kompas -8º
5 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini Cubadak
Air
Kompas -6º
75
6 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka Tarok Kompas +10º
7 Taslim Balai Gurun Rt 02/02 Kompas -4º
8 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka Napar Kompas +7º
9 Amanah Tabek Taluak Napar Kompas +10º
10 Ibnusina Jl. Pemuda No. 14 Koto
Baru
Kompas Akurat
11 Mardhatillah Jl. Ade Irma Suryani Rt
01/01 Labuh Baru
Kompas +15º
12 Jambu Balai Gadang Kompas Akurat
13 Pandam Balai Gadang Kompas +4º
14 Mejan Balai Gadang Kompas Akurat
15 Arruhamak Balai Kaliki Kompas Akurat
16 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 01/02 Balai
Gurun
Kompas Akurat
17 Ikhlas Jl. Rajawali Tarok Kompas +3º
18 Hikmah Jl. Dewi Sartika Rt
01/01Taruko
Kompas +2º
19 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt
02/02 Payonibung
Kompas +23º
20 Darul Muhajirin Padang Kaduduk Kompas Akurat
21 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini
Perumahan Cikasimi
Cubadak Air
Kompas -14º
22 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir Kompas Akurat
23 Pulai Balai Gurun Kompas -7º
24 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 02/02 Kompas Akurat
25 Bingkuang Jl. Surau Bingkuang RT
01/01 Balai Cacang
Kompas -4º
26 Solok Jl. Jend Sudirman Balai
Cacang Rt 01/02
Kompas -8º
27 Nurul Falah Tanjung Anau Kompas +4º
28 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt
01/02 Balai Betung
Kompas +4º
29 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto
Baru BJ
Kompas Akurat dalam
toleransi
30 Darul Huda Tanjung Anau Rt 04/01 Kompas -5º
31 An-Nur Jl. Jend Sudirman Nan
Kodok
Kompas -7º
32 Cibodak Balai Kaliki Kompas -5º
33 Baiturrahman Padang Kaduduk Rt 01/02 Kompas +16º
34 Rao-rao Jl. Arisun Labuah Baru Kompas +11º
35 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said No. 50
Kubu Gadang
Kompas +5º
76
36 Al-Hijrah Jl. Jend Sudirman Kaning
Bukit
Kompas -16º
37 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang
Kaduduk
Kompas Akurat dalam
toleransi
38 Ambacang Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kompas -12º
39 Tawaqqal Jl. Camar Rt 01/01 Talawi Kompas -4º
40 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt
02/02 Talawi
Kompas -3º
Mushalla yang diukur menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan
matahari terbenam sebanyak 7 mushalla dan tidak ada satupun arah kiblatnya
yang akurat. Perhatikan tabel berikut:
Tabel 4.7
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Perkiraan Arah Barat
No Nama Mushalla Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Muslim Tambago Perkiraan
Arah Barat
-18º
2 Nurul Iman Balai Gurun Perkiraan
Arah Barat
+4º
3 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad Balai
Betung
Perkiraan
Arah Barat
-16º
4 Gonjong Jl. Kenanga Napar Perkiraan
Arah Barat
+5º
5 Baru Jl. Camar Rt 01/01
Talawi
Perkiraan
Arah Barat
-19º
6 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01
Talawi
Perkiraan
Arah Barat
-24º
7 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Rt 01/01 Talawi
Perkiraan
Arah Barat
-21º
Berdasarkan tabel di atas jika hasil pengukuran arah kiblatnya
dihubungkan dengan data deklinasi pokok matahari maka dapat diperkirakan
bahwa mushalla Nurul Iman kelurahan Balai Gurun dan mushalla Gonjong diukur
sekitar bulan Juni, mushalla Muslim, mushalla Baru dan Nurul Iman kelurahan
77
Talawi diukur pada tanggal 4 April dan 10 September, mushalla Ampalu diukur
sekitar bulam Maret, dan mushalla tigo dusun diukur arah kiblatnya sekitar
tanggal 16 April atau 28 September.
Tabel dibawah ini merupakan satu mushalla yang dalam penentuan arah
kiblatnya menggunakan bayang-bayang matahari pada saat matahari tepat berada
di zenith Ka’bah atau disebut juga dengan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat
yang akurat.
Tabel 4.8
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari
No Nama Mushalla Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan Rt 01/02
Balai Jariang
Bayangan
Matahari
Akurat
Berikut adalah mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya
menggunakan software arah kiblat yang di download dan dijalankan melalui hand
phone. Berdasarkan hasil wawancara dengan Jefriandi sebagai pengurus mushalla
ini, ketika awal pengukuran arah kiblat menggunakan software ini beliau sudah
meletakkan patokan arah kiblatnya agar disesuaikan dengan bangunan mushalla
nantiknya, tapi ketika fondasi mushalla sudah dibuat ternyata terjadi pergeseran
patokan yang telah beliau tetapkan dari awal. Sehingga bangunan mushalla dan
arah kiblat tidak sesuai dengan hasil pengukurannya di awal.6 Perhatikan tabel
dibawah:
6 Wawancara Pribadi dengan Jefriandi. Pengurus Mushalla Baitul Jannah. Payakumbuh,
17 Februari 2015.
78
Tabel 4.9
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Software Kiblat
No Nama Mushalla Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Mftahul Jannah Jl. Jend Sudirman Muaro Software
Kiblat
-5º
Selanjutnya adalah mushalla yang dalam penentuan arah kiblatnya hanya
berpatokan pada bangunan masjid di sekelilingnya. Terdapat satu mushalla dan
arah kiblatnya tidak akurat sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10
Kiblat Mushalla yang Diukur Menggunakan Patokan Bangunan Masjid
No Nama Mushalla Alamat Cara
Ukur
Keakuratan
1 Nurul Huda Nan Kodok Rt 02/02 Bangunan
Masjid
-21º
Berdasarkan pemaparan data-data diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa
masyarakat dalam menentukan arah kiblat masjid dan mushallah di wilayah
Kecamatan Payakumbuh Utara pada umumnya menggunakan metode taqribi yaitu
metode yang menggunakan acuan perkiraan. Hal ini disebabkan karena
masyarakat tidak mengerti dengan cara pengukuran menggunakan metode tahqiqi
yang bisa menentukan arah kiblat dengan benar dan akurat sehingga masyarakat
beranggapan bahwa cukup dengan menggunakan cara dan alat-alat yang gampang
dan sederhana saja, yang penting hati tertuju pada Allah di saat melaksanakan
shalat.
79
C. Keakuratan Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Kecamatan
Payakumbuh Utara
Tingkat Akurasi dalam praktik pengukuran arah kiblat ditentukan oleh
bagaimana caranya menggunakan metode taqribi maupun tahqiqi sesuai dengan
prosedur yang baik. Hal ini demi meminimalisir kelemahan pada masing-masing
metode tersebut. Untuk menganalisis konsep arah kiblat ini, sesuai dengan hasil
perhitungan yang penulis lakukan sebelumnya bahwa arah kiblat tiap kelurahan
yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara adalah 24º dari arah Barat ke arah
Utara. Sehingga penulis menemukan sebagian masjid dan mushalla yang akurat
dan juga yang tidak akurat.
Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan terhadap 25 masjid dan 50
mushalla yang berada di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara, hanya 9 masjid
saja atau 36% yang tepat arah kiblatnya yakni masjid Ansharullah, masjid
Baitussalam, Baitul Mukmin, Muslimin, Masjid Raya, Nurul Huda kelurahan
Payonibung, Baitul Hikmah, Asy-Syifa’, dan Nurul Huda kelurahan Kubu
Gadang. Sedangkan dari 50 mushalla yang ada di Kecamatan Payakumbuh Utara,
jumlah mushalla yang tepat arah kiblatnya hanya 10 mushalla atau 20% yaitu
mushalla Nurul Hidayah, Ibnusina, Jambu, Mejan, Arruhamak, Nurul Falah,
Darul Muhajirin, Ikhlas, Darul Hikmah, dan Pincuran Sabil. Perhatikan tabel di
bawah ini:
Tabel 4.11
Arah Kiblat Masjid yang Akurat
No Nama Masjid Alamat Keakuratan
1 Ansharullah Jl. Jend Sudirman No. 16 Koto Baru Akurat
80
2 Baitussalam Jl. Mentilau Rt 02/03 Koto Baru Akurat
3 Baitul Mukmin Jl. Piobang Rt 02/01 Labuh Baru Akurat
4 Muslimin Jl. Jend Sudirman Balai Cacang Akurat
5 Masjid Raya Balai Gadang Koto Nan Gadang Akurat
6 Nurul Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan Payonibung Akurat
7 Baitul Hikmah Jl. Tanmalaka Rt 01/02 Bunian Akurat
8 Asy-Syifa’ Jl. Kesehatan Rt 02/02 Balai Kaliki Akurat
9 Nurul Huda Jl. Jeruk Kubu Gadang Akurat
Tabel 4.12
Arah Kiblat Mushalla yang Akurat
No Nama Mushalla Alamat Keakuratan
1 Nurul Hidayah Jl. Jnd Sudirman Rt 01/02
Payolinyam
Akurat
2 Ibnusina Jl. Pemuda No. 14 Koto Baru Akurat
3 Jambu Balai Gadang Akurat
4 Mejan Balai Gadang Akurat
5 Arruhamak Balai Kaliki Akurat
6 Nurul Falah Jl. Tengah Rt 01/02 Balai Gurun Akurat
7 Darul Muhajirin Padang Kaduduk Akurat
8 Ikhlas Jl. Ikhlas Pasir Akurat
9 Darul Hikmah Balai Gurun Rt 02/02 Akurat
10 Pincuran Sabil Jl. Perjuangan Rt 01/02 Balai Jariang Akurat
Setelah melakukan penghitungan arah kiblat menggunakan rumus Ilmu
Ukur Segitiga Bola seperti yang telah disebutkan di atas, maka diketahui arah
kiblat untuk wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara adalah sebesar 24º di ukur
dari arah Barat ke arah Utara. Masjid dan mushalla yang tidak akurat arah
kiblatnya itu mempunyai sudut deviasi, yaitu sudut yang menyimpang dari angka
yang telah ditentukan sebesar 24º dari arah Barat ke arah Utara. Sudut
penyimpangan ini dapat terjadi kurang dari angka yang telah ditentukan ataupun
lebih dari angka yang telah ditentukan.
81
Berdasarkan pengelompokan derajat deviasi (penyimpangan) arah kiblat
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Negatif atau minus (-) apabila arah kiblat masjid atau mushalla kurang ke
Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat
24º ke Utara.
b. Positif atau plus (+) apabila arah kiblat masjid atau mushalla melebihi ke
Utara dari hasil hitungan akurasi arah kiblat yang semestinya dari Barat
24º ke Utara.
Adapun masjid yang tidak akurat arah kiblatnya sebanyak 16 masjid
(64%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 8 masjid
(32%) dan masjid yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 8 masjid
(32%). Lihat tabel di bawah ini:
Tabel 4.13
Masjid yang Deviasi Minus (-) ke Utara
No Nama
Masjid
Alamat Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Deviasi
1 Muslimin Jl. Arisun No. 24 Labuh
Baru
Kompas 21º -3º
2 Istiqamah Jl. Jend Sudirman
Kaning Bukit
Perkiraan
Arah Barat
-5º -29º
3 Arsyad Jl. Jend Sudirman No.
48 Nan Kodok
Kompas 17º -7º
4 Al-
Mutawahidah
Jl. Camar Rt 01/01
Talawi
Kompas 20º -4º
5 Al-Muttaqin Jl. R.A. Kartini Rt 01/01
Cubadak Air
Bayangan
Matahari
15º -9º
6 Baiturrahim Jl. R.A. Kartini Padang
Kaduduk
Kompas 18º -6º
7 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02
Tarok
Kompas 23º -1º
8 Amaliyah Jl. Jend Sudirman Muaro Kompas 17º -7º
82
Tabel 4.14
Masjid yang Deviasi Plus (+) ke Utara
No Nama Masjid Alamat Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Deviasi
1 An-Nur Jl. Jend Sudirman Balai
Baru, Koto Nan Gadang
Kompas 30º +6º
2 Nurul Jannah Jl. Jend Sudirman
Payolinyam
Kompas 28º +4º
3 Baiturrahman Jl. K.H. Ahmad Dahlan
Tanjung Anau
Kompas 30º +6º
4 Al-Husna Tambago Kompas 32º +8º
5 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt
01/01Balai Jariang
Kompas 38º +14º
6 Al-
Muqarrabin
Jl. Tanmalaka Rt 02/02
Bunian
Bayangan
Matahari
32º +8º
7 Hidayah Jl. Tanmalaka Rt 01/01
Napar
Kompas 29º +5º
8 Ihsan Jl. Dewi Sartika Rt 02/01 Perkiraan
Arah Barat
30º +6º
Sedangkan mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya sebanyak 40
mushalla (80%) yang terdiri dari keakuratannya kurang (-) ke Utara sebanyak 22
masjid (44%) dan mushalla yang keakuratannya lebih (+) ke Utara sebanyak 18
mushalla (36%) sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.15
Mushalla yang Deviasi Minus (-) ke Utara
No Nama
Mushalla
Alamat Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Deviasi
1 Sumua Tobiang Jl. R.A. Kartini Nan
Kodok
Kompas 4º -20º
2 Al-Muhajirin Jl. R.A. Kartini Nan
Kodok Rt 02/02
Kompas 16º -8º
3 Darul Hikmah Jl. R.A. Kartini
Cubadak Air
Kompas 18º -6º
4 Taslim Balai Gurun Rt 02/02 Kompas 20º -4º
5 Miftahul
Jannah
Jl. Jen Sudirman
Muaro
Software
Kiblat
19º -5º
83
6 Muslim Tambago Perkiraan
Arah Barat
6º -18º
7 Al-Ikhlas Jl. R.A. Kartini
Perumahan Cikasimi
Cubadak Air
Kompas 10º -14º
8 Pulai Balai Gurun Kompas 17º -7º
9 Solok Jl. Jend Sudirman
Balai Cacang Rt 01/02
Kompas 16º -8º
10 Tigo Dusun Jl. K.H. Ahmad Balai
Betung
Perkiraan
Arah Barat
8º -16º
11 Darul Huda Tanjung Anau Rt
04/01
Kompas 19º -5º
12 Nurul Huda Nan Kodok Rt 02/02 Bangunan
Masjid
3º -21º
13 An-Nur Jl. Jend Sudirman Nan
Kodok
Kompas 17º -7º
14 Cibodak Balai Kaliki Kompas 19º -5º
15 Al-Hijrah Jl. Jend Sudirman
Kaning Bukit
Kompas 8º -16º
16 Ambacang Jl. Camar Rt 01/01
Talawi
Kompas 12º -12º
17 Tawaqqal Jl. Camar Rt 01/01
Talawi
Kompas 20º -4º
18 Baru Jl. Camar Rt 01/01
Talawi
Perkiraan
Arah Barat
5º -19º
19 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01
Talawi
Perkiraan
Arah Barat
0 -24º
20 Al-Muttaqin Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Rt 02/02
Talawi
Kompas 21º -3º
21 Nurul Iman Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Rt 01/01
Talawi
Perkiraan
Arah Barat
3º -21º
22 Bingkuang Jl. Surau Bingkuang
RT 01/01 Balai
Cacang
Kompas 20º -4º
Dari hasil wawancara dengan pengurus mushalla Tawaqqal di Kelurahan
Talawi diketahui bahwa pengukuran arah kiblat ketika awal pembangunan di
mushalla ini dilakukan oleh Departemen Agama Kota Payakumbuh dengan
menggunakan alat bantu kompas. Selang beberapa waktu yang lalu juga sempat di
84
ukur oleh Zainal Arifin yaitu salah seorang hakim Pengadilan Tinggi Agama
Sumatera Barat ketika berkunjung ke mushalla Tawaqqal. Dari hasil pengukuran
yang dilakukannya ternyata kiblat mushalla kurang ke kanan (kurang ke Utara
beberapa derajad).7 Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran yang penulis lakukan
yaitu arah kiblatnya kurang ke Utara 4º. Walaupun pengurus mushalla mengetahui
kekurangakuratan arah kiblatnya namun beliau tetap tidak mengubah arah kiblat
mushalla tersebut dengan pemikiran bahwa selisihnya hanya sedikit.
Pemahaman pengurus mushalla seperti halnya diatas mengindikasikan
bahwa pengetahuan tentang arah kiblat tidak sampai kepada pengurus mushallah,
padahal melenceng 1º saja bisa melencengkan arah sekitar 100 kilo meter dari
posisi Ka’bah.
Tabel 4.16
Mushalla yang Deviasi Plus (+) ke Utara
No Nama
Mushalla
Alamat Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Deviasi
1 Batirai Jl. R.A. Kartini Rt
02/02 Nan Kodok
Kompas 26º +2º
2 Al-Ishlah Jl. Tanmalaka Tarok Kompas 34º +10º
3 Miftahul Falah Jl. Tanmalaka Napar Kompas 31º +7º
4 Amanah Tabek Taluak Napar Kompas 34º +10º
5 Mardhatillah Jl. Ade Irma Suryani
Rt 01/01 Labuh Baru
Kompas 39º +15º
6 Pandam Balai Gadang Kompas 28º +4º
7 Ikhlas Jl. Rajawali Tarok Kompas 27º +3º
8 Hikmah Jl. Dewi Sartika Rt
01/01Taruko
Kompas 26º +2º
9 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Rt 02/02
Payonibung
Kompas 47º +23º
7 Wawancara Pribadi dengan Yulasmid. Pengurus Mushalla Tawaqqal. Payakumbuh, 25
Februari 2015.
85
10 Nurul Iman Balai Gurun Perkiraan
Arah Barat
24º +4º
11 Nurul Falah Tanjung Anau Kompas 28º +4º
12 Nurul Yaqin Jl. K.H. Ahmad
Dahlan Rt 01/02 Balai
Betung
Kompas 28º +4º
13 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04 Koto
Baru BJ
Kompas 25º +1º
14 Baiturrahman Padang Kaduduk Rt
01/02
Kompas 40º +16º
15 Gonjong Jl. Kenanga Napar Perkiraan
Arah Barat
29º +5º
16 Rao-rao Jl. Arisun Labuah
Baru
Kompas 35º +11º
17 Jamiatul Hujjaj Jl. Rasuna Said No. 50
Kubu Gadang
Kompas 29º +5º
18 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang
Kaduduk
Kompas 25º +1º
Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan bahwa masjid yang paling tinggi
penyimpangannya adalah masjid Istiqamah (-29º) untuk kategori kurang (-) ke
Utara dan penyimpangan tertinggi untuk kategori lebih (+) ke Utara adalah masjid
Syuhada (+14º).
Tabel 4.17
Masjid yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi
No Nama Masjid Alamat Keakuratan
1 Istiqamah Jl. Jend Sudirman Kaning Bukit -29º
2 Syuhada Jl. Pejuang No. 45 Rt 01/01Balai Jariang +14º
Sedangkan mushalla yang tertinggi penyimpangan untuk kategori kurang
(-) ke Utara adalah mushalla Ampalu (-24º) dan untuk kategori lebih (+) ke Utara
adalah mushalla Al-Rahma (+23º). Lihat tabel di bawah:
86
Tabel 4.18
Mushalla yang Penyimpangan Arah Kiblatnya Paling Tinggi
No Nama
Mushalla
Alamat Keakuratan
1 Ampalu Jl. Camar Rt 01/01 Talawi -24º
2 Al-Rahma Jl. K.H. Ahmad Dahlan Rt 02/02
Payonibung
+23º
Dalam pengukuran arah kiblat ini peneliti memberikan angka toleransi
terhadap keakuratan arah kiblat sebanyak +1º dan -1º. Peneliti menganggap bahwa
kisaran +1º dan -1º merupakan angka penggenapan terkecil dan secara faktual
kisaran angka ini tidak terlalu jauh penyimpangannya. Penggenapan sebanyak +1º
dan -1º ini juga bertujuan untuk memberikan kelonggaran terhadap kemungkinan-
kemungkinan yang bisa terjadi seperti halnya human error, yaitu kesalahan yang
dilakukan seseorang yang bisa diakibatkan karena faktor kondisi fisik lingkungan
yang tidak mendukung.
Apabila diberikan toleransi keakuratan arah kiblat terhadap masjid dan
mushalla sebanyak +1º dan -1º, artinya masjid dan mushalla ini dianggap tepat
arah kiblatnya. Adapun masjid dan mushalla yang dikategorikan akurat
berdasarkan toleransi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19
Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Masjid
No Nama Masjid Alamat Keakuratan
1 Muhsinin Jl. Manunggal Rt 02/02 Tarok Akurat dalam toleransi
87
Tabel 4.20
Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla
No Nama
Mushalla
Alamat Keakuratan
1 Al-Munawarah Jl. Kiwi Rt 03/04
Koto Baru Balai Janggo
Akurat dalam toleransi
2 Kantor Camat Jl. Gelatik Padang Kaduduk Akurat dalam toleransi
Apabila jumlah masjid dan mushalla yang sudah ditoleril dikeluarkan dari
kategori masjid dan mushalla yang menyimpang arah kiblatnya, ternyata
perubahannya tidak terlalu signifikan. Jumlah masjid yang menyimpang arah
kiblatnya sebanyak 15 masjid atau 60%, sedangkan jumlah mushalla yang
menyimpang arah kiblatnya sebanyak 38 mushalla atau 76%.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dan pembahasan tentang akurasi arah kiblat pada
bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara dalam menentukan
arah kiblat masjid dan mushalla menggunakan metode taqribi, yaitu
metode yang menggunakan acuan perkiraan dengan alat bantu pengukuran
yang bervariasi, yaitu dari 25 masjid yang diteliti, masjid yang
menggunakan kompas sebanyak 18 masjid atau 72%, menggunakan
bayang-banyang matahari sebanyak 4 masjid atau 16%, dan menggunakan
perkiraan arah Barat sebanyak 3 masjid atau 12%. Sedangkan dari 50
mushalla yang dijadikan sampel, sebanyak 40 mushalla atau 80%
menggunakan kompas, 7 mushalla atau 14% menggunakan perkiraan arah
Barat, 1 mushalla atau 2% menggunakan bayang-bayang matahari, 1
mushalla atau 2% menggunakan software kiblat, dan 1 mushalla atau 2%
hanya berpatokan pada bangunan masjid disekitarnya tanpa dilakukan
pengukuran terlebih dahulu. Dari sini terlihat bahwa masyarakat dalam
pengukuran arah kiblat di wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara pada
umumnya menggunakan alat bantu kompas.
2. Mayoritas arah kiblat masjid dan mushalla di wilayah Kecamatan
Payakumbuh Utara tidak akurat, walaupun dalam penelitian ini telah
89
diberikan angka toleransi penyimpangan sebesar -1º dan +1º dari arah
yang telah ditentukan yakni 24º dari arah Barat ke arah Utara. Dari 25
masjid hanya 9 masjid atau 36% yang akurat, 1 masjid atau 4% ditoleransi
ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid atau 60% tidak akurat. Sedangan
dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10 mushalla atau 20%
yang akurat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi keakuratan arah kiblatnya, dan
38 mushalla atau 76% tidak akurat.
Berdasarkan alat bantu pengukuran, dari 18 masjid yang menggunakan
alat bantu kompas, hanya 6 masjid atau 33% yang akurat, 1 masjid atau
6% akurat karena toleransi dan 11 masjid atau 61% tidak akurat.
Sedangkan dari 40 mushalla hanya 9 atau 22.5% yang akurat, 2 mushalla
atau 5% ditoleransi dan 29 mushalla atau 72.5% tidak akurat.
Menggunakan bayang-bayang matahari pada saat peristiwa Rashdul Kiblat
ada 4 masjid, 2 akurat dan 2 lainnya tidak akurat. Sedangkan hanya satu
mushalla yang menggunakan rashdul kiblat dan memiliki arah kiblat yang
akurat. Menggunakan perkiraan arah Barat dengan patokan matahari
terbenam ada 3 masjid dan 7 mushalla, satu masjid diantaranya akurat dan
selebihnya tidak akurat, dan mushalla tidak ada satupun arah kiblatnya
yang akurat, serta terdapat satu mushalla menggunakan software arah
kiblat dan satu mushalla perpatokan pada bangunan masjid di
sekelilingnya namun mempunyai kiblat yang tidak akurat.
90
B. Saran-saran
Dalam bagian akhir skripsi ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang
berhubungan dengan keakuratan arah kiblat kepada pihak-pihak terkait:
1. Kepada Kementrian Agama Republik Indonesia yang dalam hal ini
merupakan salah satu lembaga yang menangani tentang hisab rukyat,
hendaknya membuat ketentuan resmi yang seragam dalam mengatur cara
pengukuran arah kiblat masjid di Indonesia serta cara perhitungan arah
kiblat dan bagaimana cara melakukan pengukuran di lapangan. Dan juga
mengadakan pelatihan-pelatihan kepada pegawai Departemen Agama
mengenai pengukuran arah kiblat.
2. Kepada Departemen Agama Kanwil Kota Payakumbuh khususnya dan
juga Kanwil-Kanwil lain pada umumnya, hendaklah mempraktekkan
penerapan perhitungan falakiyah dalam menentukan arah kiblat dan
hendaknya memberikan petunjuk secara langsung, yaitu dengan turun
langsung ke lapangan pada waktu pengukuran arah kiblat masjid ataupun
mushalla.
3. Kepada pengurus masjid dan mushalla jika ragu akan ketepatan arah
kiblatnya, diharapkan bertanya kepada lembaga-lembaga yang kiranya
dapat diminta sarannya dalam menentukan arah kiblat seperti Kantor
Urusan Agama atau Departemen Agama yang berada di wilayah masing-
masing.
91
4. Kepada masyarakat hendaklah memperhatikan arah kiblat masjid atau
mushalla, karena dengan keakuratan arah kiblat akan membuat
kesempurnaan dalam beribadah.
5. Untuk Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya jurusan Peradilan Agama, agar selalu meningkatkan kualitas
pengajaran mengenai ilmu falak yang salah satunya mengenai arah kiblat.
Dan juga menyediakan fasilitas yang kiranya bisa mendukung kegiatan
pembelajaran sehingga mahasiswa mudah memahaminya.
92
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah. Shahih al-
Bukhari, Jilid.I. al-Qahirah: Dar al-Sya’ab, 1987.
Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqhu „ala Madzhahibil Arba‟ati. al-Qahirah: Darul
Hadits, 2004.
Al-Naisaburi, Abu Husain Muslim bin Hujjaj bin Muslim al-Qusyairi. Shahih
Muslim, Juz II. Beirut: Dar Afaq al-Jadidah, t.th.
Amriani, Nurnaningsih. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan, cet.I. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyu Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir. Penerjemah Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani, 1999.
Ash-Shabuny, Muhammad Ali. Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An‟am, cet.I.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas. Fiqih
Ibadah. Penerjemah Kamran As’at Irsyady, dkk. cet.2. Jakarta: Amzah,
2010.
Depag. Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan
Agama. 1998.
Depag. Pedoman Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan
Peradilan Agama, 1994.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan
Badan Peradilan Agama. Pedoman Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: 1995.
Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion, volume.VII. New York: Macmillan
Library Reference USA, 1993.
Indrawadi. Kecamatan Payakumbuh Utara dalam Angka 2014. Payakumbuh:
Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2014.
Izzuddin, Ahmad. Fiqih Hisab Rukyah di Indonesia: Upaya penyatuan Mazhab
Hisab. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003.
Jamil, A. Ilmu Falak Teori dan Aplikasih. Jakarta: Amzah, 2009.
93
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia,
1985.
Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa MUI sejak 1975. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2011.
Maskufa. Ilmu Falak, cet.II. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.
Miswari, Zuhairi. Mekkah Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, cet.II.
Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2009.
Mudhor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus al-Ashri, cet.IV. Yogyakarta: Multi
Karya Grafika, 1998.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Progresif, 1984.
Murtadho, Moh. Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Muslim, Shahih Muslim. Maktabah Syamilah, No Hadits: 395, Juz.II.
Perpustakaan Nasional. Ensiklopedi Islam, cet.V. Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 1999.
Salim, Peter dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, cet.III.
Jakarta: Modern English Press, 2002.
Setiawan, Muhammad Umar. “Perancangan Aplikasi Perhitungan Mizwala Qibla
Finder dengan Java 2 Micro Edition (J2ME) Pada Mobile Phone”.
Semarang: Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
cet.I. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1984.
Sopyan, Yayan. Metode Penelitian untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan
Hukum. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D, cet.VII. Jakarta:
CV. Afabeta 2009.
Supriatna, Encup. Hisab Rukyat dan Aplikasinya. Bandung: PT. Refika Aditama,
2007.
94
Surachmad, Winarno. Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi
Ilmiah). Bandung: CV. Tarsito, 1975.
Usman, Husaini, dkk. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Wafa, Sirril, dkk. “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah
Ciputat”, Laporan Penelitian. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.
Yahya, Muhammad Taufiq Ali. Mekah dalam Al-Qur‟an, Hadis dan Sejarah,
Manasik Lengkap Umrah dan Haji serta doa-doanya. Jakarta: Lentera,
2007.
Yaqub, Ali Mustafa. Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka‟bah. Jakarta: Pustaka
Darus-Sunnah, 2010.
Sumber Internet:
Hadi Bashori, “Rashdul Kiblat dan Pro-Kontra Pelurusan Arah Kiblat”, diakses
pada 08 April 2015 dari
https://catatanhadibashori.wordpress.com/tag/arah-kiblat.
Kecamatan Payakumbuh Utara, diakses pada 15 Maret 2015 dari
http://kecamatanpayakumbuhutara.blogspot.com/.
Payakumbuh Kota, “Sejarah Kota Payakumbuh”, diakses pada 16 Maret 2015
dari ttp://payakumbuhkota.go.id/kilas-payakumbuh/sejarah-payakumbuh/.
Sumber Wawancara:
Wawancara Pribadi dengan Firman Wazri. Pengurus Masjid Ansharullah.
Payakumbuh, 27 Februari 2015.
Wawancara Pribadi dengan Jefriandi. Pengurus Mushalla Baitul Jannah.
Payakumbuh, 17 Februari 2015.
Wawancara Pribadi dengan Resfi Yendri. Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh
Utara. Payakumbuh, 24 Februari 2015.
Wawancara Pribadi dengan Syafri. Pengurus Masjid Nurul Huda Payonibung.
Payakumbuh, 27 Februari 2015.
Wawancara Pribadi dengan Yulasmid. Pengurus Mushalla Tawaqqal.
Payakumbuh, 25 Februari 2015.
KEMtrI{TtrRIAN AGAMAUNMRSTTAS ISLAM NEGERT (UIN)S YARIF' HID AYATUL LAH JAKAR'TA
FAI(ULTAS SYARIAI.I DAN IIUI(UM
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 't5412, lndonesiaTelp. (62-2 1 ) 7 47 1 1 537, 7 401 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 821Siebsito : lvww.uinjkt.ac.id E-mail : [email protected]
r EE&,%sEe m
NomorLampiranHa1
r Jn.01, / F A / r<Nr.00.02 p ?l / 2a1,5
Permohonan Data / Wawancara
Jakarta, 23 Februari 2015
Kepada Yt[Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) .i
diPayakumbuh
/,ss al antu' al aikum Wr.INb.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IJIN Syari-f HidayatullahJakarta menerangkan bahwa:
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJunrsan/KonsentrasiAlamat
Ternl.usan :
1. Dekan Fakultas Syariair dan Hukurn UIN Jakarta2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilarn Agama
Daniel AJfaruqi1"111044L00065Payakurrb uh, 21. ]anuari 1992VIII (delapan)SAS / f'eradilan AgamaJl. Camal Ii.T 001 RW 001 Kelurahan Talawi
TeipKecamatan Payakumbuh Utara
: 0831806728?-3
Adaiah benar mahasiswa FakuJ.tas Syariah dan Hukum UIN SyarifI{idayatullah Jakarta yang sedang rnenyusun skripsi dengan judul
"Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah KecamatanPayakumbuh LJtara"
Untuk rnelengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranyaBapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara sertamemperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
lMassalatn,
kan Bidang Akademik
M.Ag >1
8032002 t
".r
Ama
*lPEMERI NTAH }<OTA PAYA]<UMBUH
KAI{TOR KESATUAil BA]IGSA DAl{ POLITIKn. Sri Rejeki No. 5 Kel. Bulakan Balai Kandi Telp/Fax. (0752) - 95713 Koh Payakumbuh 26225
REKOITIENDASINomor. B.2AA| A57 lKesbang-P oYil- 20 1 E
TENTANGIZIN UELAKSANAKAN PENELITIAN
Kami Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik berdasarkan :
Surat Pengantar : UIN Syarif Hidayatul JakartaNomor : Un 01 .1t41KM.00.02122112015TanggalPerihal
Waktu
: 23 Februari2015.: lzin Penelitian
Dengan ini menyatakan tidak keberatan atas maksud melaksanakan penelitian Kota Payakumbuh yang dilakukanoleh:
Nama : DANIEL ALFARUQITempaUTgl. Lahir : Payakumbuh,2l Januari 1992Pekerjaan :MahasiswaAl a m at : KelurahanTalawi Kecamatan Payakumbuh UtaraKartu ldentitas :1111044100065No HP/Telp : 083180672823Maksud/Tujuan : Untuk kelengkapan data dalam menyusun skipsi dengan Judul "Akurasi Arah
Kiblat Masjid Dan lllushalla di wilayah Kecamatan Payakumbuh utara"Dosen pembimbing : 1. Kemenag Kota Payakumbuh 2. Kantor Camat Payakumbuh Utara
3. KUA Payakumbuh Utara: 24 Februari sld24 Mei 2015
Anggota Penelitian : -Denqan ketentuan sebasai berikut:1. Kegiatan Penelitian I Survey / Pengambilan Data akan dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Dinas /
Kantor / lnstansi / otoritas lokasi yang diteliti.2. Tidak boleh menyimpang daritujuan melaksanakan penelitian.3. Memberitahukan / melaporkan diri pada Pemerintah, Dinas / Kantor setempat dan menjelaskan atas
kedatangannya serta menunjukkan surat - surat keterangan yang berhubungan dengan itu serta melaporkandiri sebelum meninggalkan daerah / lokasi penelitian.
4. Mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menghormati adat lstiadat serta kebijaksanaan masyarakatsetempat.
5. Mengirimkan laporan hasil karya ilmiahnya sebanyak 1 (satu) exemplar pada Walikota Payakumbuh cq KepalaKantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Payakumbuh.
6. Apabila terjadi suatu penyimpangan/pelanggaran terhadap ketentuan - ketentuansurat keterangan / Rekomendasi ini akan dicabut kembali.
yang tersebut di atas maka
Demikianlah rekomendasi penelitian ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dapat dipergunakanoleh yang berkepentingan sebagaimana mestinya.
Februari 2A15An. KEP BANGSA DAN POLITIK
MBUHBangsa
WA
Tembusan disampaikan kepada Yth :
1. Bapak Gubernur Sumatera Barat Cq. Kaban Kesbang Pol Linmas di Padang2. Bapak Walikota Payakumbuh di Payakumbuh (sebagai laporan)
198503 2002
KEMENTERIAN AGAMAUNIVF'RSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKIUM
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakafta 15412, lndonesiarelp. (62-21) 747 11537,7401925 Fax. 162-21) 7491821Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : [email protected]:om
NomorLampiranHal
U n.01, / F a / I<M.01.3 / 9, 2- / :2015
Permohonan Data/ Wawancara
Kepada Yttr,Kepala Kantor Kecamatan Payakumbuh Utaradi
Tempat
As s alamu' alaikum Wr.W .
Jal,iarta, 2'1, J anuri 2015
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa:
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemester
]urusan/KonsentrasiAlamat
Telp
Tembusan :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum LIIN Jakarta2. Ka/Sekprodi SAS/Peradilan Agama
Daniel Alfaruqi1111044100065Payakumb uh, 2L J anuar i 1992MII (delapan)SAS / Peradilan Agama
Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan TalawiKecamatan Payakumbuh Utara083180672823
Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullahJakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:
"Akurasi Arah Kiblat Masj id ilan Mushalla ili Wilay ah KecamatanPayakumbuh Utara"
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranyaBapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan urrtuk wawancara sertamemperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
. Atas kerjasama dan btrntuannya, kami ucapkan l;erima kasih.
Wassalam,
Akademik
M.Ag $97707071998032002
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAK,A.RTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKIUM
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakafia 15412, lndonesiaTelp. (62-21 ) 747 11537 ,7401925 Fax. (62-2'l) 7491821Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : [email protected]:om
NomorLampiranHal
: IJn.0'1./F4IKM.00.02 /2t-O/2015 J;rkarta, 26Januari2015
: Permohonan Data/Wawitncara
Kepada Yth,Kepala KUA Kec. Payakurnbuh Utaradi
Tempat
A s s al amu' al aikum Wr.W .
Dekan Fakultas Slrariah dan Hukum UINI Syarif HidayatullahJakarta menerangkan barhwa :
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemester
Jurusan/KonsentrasiAlamat
Tembusan :
L. DekanFakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
Daniel Alfaruqi1111044100065Pay akumb uh, 2L J anuar i 1992VIII (delapan)SAS / Peradilan Agama
Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi
TelpKecamatan Payakumbuh Utara
: 083180572823
Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:
"Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Vfilayah KecamatanPayakumbuh IJtara"
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranyaBapak/Ibu dapat menerirna yang bersangkutan untuk wawancara sertamemperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
. Atas kerjasama dan b,anfuannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,
ang Akademik
a, M.Ag )A
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HID AYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta'.|5412,lndonesiaTelp. (62-2 1 ) 7 47 I 1 537, 7 40 1 925 F ax. (62-21 ) 7 491 821Website : www.uinjkt.ac.id E-mail ; [email protected]
NomorLampiranHal
: Un.01./F4/KN1.01,.3/22q /2015 Jakarta,ZlJanuari2}ll
: Permohonan Data/Wawancara
Kepada Yth,Ketua DKM Masjiddi
Tempat
A s s alamu' al aikum Wr,W .
Dekan Fakultas S1'ariah dan Hukum UINI Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa :
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemester
Jurusan/KonsentrasiAlamat
Tembusan :
L. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum IJIN Jakarta2. Ka / Sekprodi SAS/Peradilan Agama
Daniel Alfaruqi1111044100065Payakumb uh, 21 J anuar i 1992VIII (delapan)SAS / Peradilan Agama
Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi
TelpKecamatan Payakumbuh Utara
: 083180672823
Adalah benar mahasiiswa Fakultas Syariah da.n Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:
" Akurasi Arah Kiblat Masj iil ilan Mushalla di l\rilay ah KecamatanPayakumbuhUtara"
Untuk melengkapi bahan penulisan skriprsi, dimohon kiranyaBapak/Ibu dapat menerirna yang bersangkutan untuk wawancara sertamemperoleh data guna pe.nulisan skripsi dimaksud.
. Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,
Akademik
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAK ARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakana 15412, lndonesiareE. (62-21 ) 7 47 11 537, 7 4O1 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 82 1
Website : www.uinikt.ac.id E-mail r syar_hukuin@yahoc: www.uinjkt.ac.id E-mail i [email protected]
NomorLampitanHal
: Un.01/F4 /W.01..3/&25/2015 Jal<arta, 21.Januati2015
: Permohonan Data/Wawancara
Kepada Yttr,Ketua DKM Mushalladi
Tempat
As s al amu' al aikum Wr.W .
Dekan Fakultas St'ariah dan Hukum UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa :
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemester
]urusan/KonsentrasiAlamat
Tembusan :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta2. Ka / Sekprodi SAS/ Peradilan Agama
Daniel Alfaruqi1111044100065Payakumb uh, 2'L J amtari 1992VIII (delapan)SAS / Peradilan Agama
Jl. Camar RT 001 RW 001 Kelurahan Talawi
TelpKecamatan Payakumbuh Utara
: 083180672823
Adalah benar mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:
"Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla iliWilayah KecamatanPayakumbuhUtars"
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranyaBapak/Ibu dapat menerima yang bersangkutan untuk wawancara sertamemperoleh data guna penulisan skripsi dimaksud.
. Atas kerja sama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,
Bidang Akademik
A, M.Ag >l
998032002\
HASIL WAWANCARA
Narasumber
NIP
Jabatan
Hari/Tanggal
Tempat
Resfi Yendri, S.Ag.
t970t1182000031001
Kepala KUA Kecamatan Payakumbuh Utara
Selasa, 24 Februari 2015
Kantor KUA Kecamatan Payakumbuh Utara
Apakatr Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Payakumbuh Utara
mempunyai program tentang penyuluhan arah kiblat masjid dan mushalla
yang tepat dan akurat?
Jawaban: Program penyuluhan arah kiblat ini adalah program dari Badan
Hisab Rulqtat (BHR) kota yang hanya ditakukan oleh Kemenag. Badan Hisab
RulEat hanya ada di Kemenag, hal ini diknrenakan petugasnya yang belum
menculatpi.
Bagaimana peran KUA kecamatan Payakumbuh Utara dalam program
tersebut?
iawaban: Peran KUA kecamatan Payakumbuh (Jtara hanya mendata melalui
surat-surat yang masuk kepada KUA mengenai masjid atau mushalla yang
pengurusnya merasa ada keraguan terhadap arah kiblat mereks. Hasil data
ini disampaikan ke Badan Hisab Rukyat kota. Jadi peran KUA sebagoi
perantara dari masyarakat yang ingin diukur arah kiblatnya kepada Kemenag
melalui Badan Hisab Rulqtat kota.
1.
2.
3. Apakah masyarakat di kecamatan payakumbuh tJtara ketika awal
pernbangunan masjid atau mushalla mendatangi KUA?
Jawaban: sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa Badan Hisab Rurryat
(BHR) hanya ada di kota, bagi mereka yang tidak mengetahui hal ini memang
pada dasarnya mereka mendatangi KuA, talu KUA menyalurlan ke Badan
Hisab Rulryat koto. Tapi bagi mereka yang mengetahui bahwa Badan Hisab
Rulgtat ini hanya ada di kota maka mereka langsung mendatangi BHR yang
ada di Kemenag kota Payakumbuh.
4. Bagaimana proses bagi masyarakat yang ingin diukur arah kiblat masjid atau
mushalla yang ada di wilayahnya?
Jawaban: Masyarakat yang ingin di ulrur arah kiblatnya terlebih dahulu
memasukkan surat permohonan kepada KUA atau langsung ke Kemenag
Payahtmbuh untuk diukur arah kiblat mereko, kemudian selang waktu satu
atau dua hari baru tim hisab rulyat ini turun untuk melakukan pengulruran
arqh kiblat.
5. Jika masyarakat tidak mendatangi KUA, bagaimana masyarakat kecamatan
Payakumbuh Utara menentukan arah kiblat di wilayahnya?
Jawaban: Setiap tahun kita melakukan himbauan kepada masyaraftat melalui
surat yang datang dari Badan Hisab Rulqtat (BHR) kota, kemudian KUA
menindak laniuti surat ini dan diteteruskan ke masjid dan mushalla, terutoma
ke masjid, bahwa setiap tanggal 27 atau 2g Mei pada pulatl 16.lg wIB atau
setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB kita biso melihat sendiri
bayangan matahari akan menghadap arah kiblat. Jadi dihimbau pada
pengurus masiid atau mushalla kalau ragu akan arah kiblat merefta, agar
6.
pada tanggal dan jam tersebut menegakkan tongkat di halaman masjid, mokn
arah bayangan tongknt itu merupalmn arah kiblat masjid atau mushallanya.
Pernahkah KUA melakukan penyuluhan arah kiblat terhadap masjid dan
mushalla yang sudah ada di wilayah kecamatan Payakumbuh Utara?
Jawaban: Penyuluhan arah kiblat yang dilakukan KUA yaitu seperti
memberikan himbauan seperti halnya diatas, Namun kalau penyuluhan
dengan cara tatap muka secoro langsung memang tidak ada.
Metode atau alat apa yang sering digunakan dalam menentukan arah kiblat?
Jawaban: Alat-alat yang ada di Kemenag yaitu seperti teropong, kompas dan
tongkat istiwa'. Namun Theodilit memang belum ada di Kemenag kota
Payahtmbuh karena biayanya yang mahal.
Jika ditemukan rnasjid atau mushalla yang tidak akurat arah kiblatnya,
tindakan apa yang dilakukan oleh KUA?
Jawaban: KUA melafukan pendekatan pada pengurus masjid atau mushalla,
menyampoikan bahwa kemungkinan arah kiblat masjid atau mushalla ini
htrang pas, lalu kita usulkan untuk memeriksa ulang arah kiblatnya. Jikn
pengurus bersedia maka pengurus diminta membuat surat perrnohonan
pengukuran kiblat ke KUA dan KU,4 akan turun melalui BHR kota.
9. Apa saran bapak jika terdapat masjid atau mushalla yang tidak akurat arah
kiblatnya?
Jawaban: Tentu kita menyarankan baik pada pengurus masjid tersebut atau
kepada masyarakat, kiranya kita berlapang hati untuk mengubah arah kiblat,
liarena makin hari bumi ini akon mengalami suatu perobahan yang akan
terjadi. Seperti halnya pergeseran lempengan bumi serta perputarannya yang
7.
8.
kurang pas karena ugianya yang sudah tua. Kita berikan p.engertian pada
masyarakat agar merekn paham dan tidak hanya ikut-ikutan dalam hal kiblat
ini.
10. Ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatura No. 05 Tahun
2010 bahwa arah kiblat bagi umat Islam di Indonesia yang sebelumnya
disebutkan menghadap Barat kini direvisi menjadi ke arah Barat Laut,
tindakan apayangdilakukan KUA Payakumbuh Utara menyikapi hal ini?
Jawaban: Memang setelahfatwa MUI No. a5 Tahun 2010 dikeluarkan, BHR
propinsi melalui Kanwil sibuk-sibulorya mengadai,kan orientasi hisab rulEat.
Jadi atas dasar itulah BHR kota dibentuk dan menurunkan surat ke
masyaralrat atau pengurus masjidnya melalu pengurus di KUA.
ll.Jika ada ketidak tepatan arah kiblat masjid atau mushalla di kecamatan
Payakumbuh Utara, apakah penyebab dari ketidak tepatan arah kiblat
tersebut?
Jawaban: Penyebab ketidak tepatan arah kiblat diantaranya karena ilmu
hisab rulgtat ini sampoi kepada masyarakat baru-baru ini, sementarq rata-
rata masjid yang ada di Payahtmbuh Utara ini merupakan bangunan loma,
'Serta penetapan arah kiblat yang hanya dilakukan secqra kira-kira. Seperti
hanya melihat pada arah matahari terbenam saja.
12.Bagwmana tindakan masyarakat jika terjadi perubahan atau pergeseran shaf di
masjid atau mushalla di wilayah kecamatan Payakumbuh Utara?
Jawaban: Kalau yang meltggeser arah kiblat ini adalah buya atau sesepuh
yang ada di wilayah tersebut maka mereka menerima saja, namun kalau kita
ltang langsung memberitahu kepada mereka, makn disini bisa timbul pro
MAGAMAKA}'ITORIJRUSNAGAMATECAMATANPAYAKMBIIHITTARA
lalan RA Kartini No.7 Kelurahan Padang Kaduduk Kota Payakumbuh Pos 26218 Telp : 90886
SURAT KETERANGANKk.03. 14.3/P\M.01/oe1 DA|S
yang bertanda tangan dibawah ini kepala kantor urusan agama kecamatan payakumbuh
utara kota payakumbuh menerangkan bahwa :
Nama :D&*ie+Alfartqi
Tempat/ Tanggal Lahir : Payakumbuh/ 2l Ianr;ert'. 1992
NomorPokok :1111044100065
adalah benar telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kecamatan Payakumbuh
Utara Kota Payakumbuh, berdasarkan surat dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
Kota Payakumbuh nomor : B.200/057/I(esbang-Pol/Il-2015 tanggal 24 Februari 2015,
Rekomerdasi Tefttaftg lzfut Melaksanat*an Fenelitian detgan nfuan ffituk ketengkapan data
dalam menyusun skripsi dengan judul "Akurasi Arah Kiblat Masjid Ilan Mushalla Di
Wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara" dari tanggal24 Februari sld24 Mei 2015.
Demikianlah surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaiuiana
mestinya.
uhlL Februari 2015
rirS.Ag
{,ffi
970111 8200003 1001
ST]RAT KETERANGAIY
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Baiturrahim
kelurahan Padang Kaduduk:
: N. Dt. BosaNan Pandak
Pendidikan Teralfiir : Sl
Pekerjaan : PNS
Menerangkan bahwa narna di bawah ini:
Daniel Alfaruqi
I I I 1044100065
Peradilan Agama/VIII
Syariah dan Hukum
{.IIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skipsi yang berjudul "AI(URASf rlP-{H KIBLAT MAS.ID DAni
MUSHALLA DI WILAYAII KECAMATAI\I PAYAKUMBUH UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipeqgunakan
sebagaimana mestinya.
Nama
NomorPokok
Jurusan/Semester
Fakultas
Payakumbuh,28
ffi
i.
SURAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Al-
Mirtawahidah kelurahan Talawi :
Nama :Nurkausar, S.Pd.
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Menerangkan bahwa nama di bawah ini:
Daniel Alfaruqi
1 I I 1044100065
Peradilan Agama/VIII
Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
! Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul "AI(URASI ARAII KIBLAT MASJID DAN
MUSIIALLA DI WILAYAII KECAMATAN PAYAKUMBUH UTARA''.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 6 Maret 2015
Nama
Nomor Pokok
Jurusan/Semester
Fakultas
ffiR
S.URAT KEIERANGAN
Karti yang bertandatangan di bawatr ini pengurus masjid Al-Muttaqin
keluratran Cubadak Air:
Nama : Aljufri
Pendidikan Tera**dr : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Meneraogkan bahwanama di bawah ini:
Daniel Alfaruqi
111109100065
Peradilan AgarnaA/III
Syariah danHuhrm
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan gurn menyelesaikan
slripsi yang berjudul *AKTURASI ARAII KIBLAT MAS.ID DAnf
MUSHALLA I}I WILAYAII KECAMATAN PAYAKUMBTIE UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat diperguakan
sebagaimanamestinya.
Payakumbuh" 25 Februari 2015
Al'Muttaqitr
Nama
Nomor Pokok
Jurusan/Semester
Fakultas
#-\,{"f;tt{-\s$e
f-I
Nama
NomorPokok
Jurusan/Semester
Fakultas
ST'RAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus masjid Syuhada'
keluralran Balai Jaring:
Nama : Doni PuEa
Pendidikan Teral&ir : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Menerangkan bahwa nama di bawah ini:
Daniel Alfaruqi
I I I 1044100065
Peradilan Agama/VI[
SyariahdanHukum
UIN Syarif Hidayatultah Jakafia
Telah selesai melaksanakan pe,lrelitian lapangan guu menyelesaikan
skripsi yaog berjudul 'AKURASI ARAH KIBLAT MAStrID DAI\[
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKT}MBTIH UTARA'.
Demikiao surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimanamestinya.
26 Februari 2015
Syuhada'
ST'RAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengrrus masjid Al-Muqarrabin
kelurahan Bunian:
Nama : H. Firdaus
Pendidikan Terak&ir : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Menerangkan bahwa narna di bawah ini:
Daniel Alfaruqi
1111044100065
Peradilan Agama/Vll
Syariah danHukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul .'AKURASI ARAII KIBLAT MA$IID DAnt
MUSHALLA DI WILAYAII KECAIUATAN PAYAKT}MBUII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat
sebagaimana mestinya.
Nama
Nomor Pokok
Jurusan/Semester
Fakultas
ST]RAT KETERANGAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus mushalla Darut Hikmah
keluratran Cubadak Air:
Nama : Dt. BosaNan Panjang
Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : THL/TBPP
Menerangkan bahwa rulma di bawah ini:
Daniel Alfaruqi
1 1 I 1044100065
Peradilan Agama/VIII
Syariatr dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul 6.AI(IRASI ARAII KIBLAT MASJID DAN
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAIT PAYAKUMBUII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 20 Februari 201 5
Ketua Mushalla Darul Hikmah
Nama
Nomor Pokok
Jurusan/Semester
Fakultas
w*"#
ST'RAT KETERANGAI\I
Kami yang b€rtandatangan di bawah ini pengurus mushalla Pandarn
keltralran Balai Gadang:
Nama : H. Syafri D
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiun PNS
Menerangkan bahwa fflma di bawah ini:
Daniel Alfaruqi
1111M4100065
Peradilan Agama/VIII
Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna meoyelesaikan
skripsi yang berjudul 'rAKURASI ARAH KIBLAT MAS.ID DAI{
MUSHALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKUMBUII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergmakan
sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 16 Februari 2015
Mushalla Pandam
Nama
Nomor Pokok
Jurusan/Semester
Fakultas
r6F:v'A;
SI]RAT KETERANGAI\I
. Kami yang bertanda tangan di bawah ini pengurus mushalla Pandam
kelurahan Balai Gadang:
Nama : H. Syafri D
Pendidikan Terakhir : SLTA
Pekerjaan : Pensiun PNS
Menerangkan batrwa nama di bawah ini:
Daniel Alfanrqi
I I l 1044100065
Peradilan Agama/VI[
Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah selesai melaksanakan penelitian lapangan guna menyelesaikan
skripsi yang berjudul '6AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DAN
MUSIIALLA DI WILAYAH KECAMATAN PAYAKT'MBIIII UTARA'.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Payakumbuh, 16 Februari 2015
Mushalla Pandarr
Nama
Nomor Pokok
Jurusan/Semester
Fakultas
Gr]' i'
t,
Daftar Deklinasi Pokok
Tanggal Deklinasi Matahari Tanggal
22 Desember
21. |anuari
8 Pebruari
23 Pebruari
8 Maret
2l Maret
a April
15 April
l mei
'23Mei
21luni
-23e30',
- za"
- 150
- 100
-5"0"
5o
100
15"
20"
23030',
22Desember
22 Nopember
3 Nopember
20 Oktober
6 Oktober
23 September
10 September
28 September
12 Agustus
24Iuli
21Juni
{sepaetl - lB.-n-
ffi;;wlU,*,Af /
FiS.5s.Gambar 17. Gerak semu matahari selama satu tahun
-
ARAH KIBLAT
@l#'i'taFATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor:05 Tahun 2010
Tentang -
ARAH KIBLAT
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia setelah
MENIMBANG: A.
c.
MENGINGAT: 1.
bahwa dalam rangka memberikan pedoman kepada
masyarakat tentang arah kiblat, Majelis Ulama Indonesia
menetapkan Fatwa Nomor 3 Tahun 2010 tentang Kiblat,
yang pada bagian Ketentuan Hukum Nomor 3 disebutkan:
"Letak geografis Indonesia yang berada di bagian timurKabah/Mekkah maka kiblat umat Islam Indonesia adalah
menghadap ke arah barat";
bahwa terhadap diktum fatwa tersebut muncul pertanyaan
di masyarakat, yang bisa menimbulkan kesimpangsiuran
penafsiran serta pertanyaan mengenai keabsahan shalat yang
arah kiblatnya menghadap ke barat laut;
bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menetapkan fatwa tentang arah kiblat
untuk dijadikan pedoman bagi masyarakat.
Firman Allah SWT:
f;jic
1
{i
-,,*5 at'j.St
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975
"sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah
mukamuke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi At kitab (Taurat dan lnjil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari
apa yang mereka kerjakan". (QS. Al-Baqarah [2] : 144)
Firman Allah SWT:
"**i ,L, u&i ji,;; C- ot3;k& J*ii,c'r"1iufi
"Dan dari mana sajakamukeluar (datang), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan
itu bena*rbenar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu keriakan". (QS.
Al-Baqarah [21 : Iag)
Firman Allah SWT:
i* t *;lAi 9-ii'fuo<+:i?,-*"*bi
"Dan rJari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saia kamu
(sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya,
agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah
kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja).
dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya
kamu mendapat petunjuk". (QS. Al-Baqarah [2]: 150).
3.
BIDANG IBADAH
4. Firman Allah SWT :
[-s u :-] t jii
Lb'Dan lcepunyaan Alhh-hh timur dan barat, Maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.l (QS. Al-Baqarah [2] : 115)
Firman Allah SWT:
a* J* c:
"+Ai brxr $;"fi *i'e:;;
'9W'o; ;ti a1o39e
4 :fl'; i 4i=.1tia;iei;{1i r;r;eiyuiitUG
'*di *s u"r;i"Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan lihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-
kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (ikutilah) agama orang tuamu lbrahim. Dia(Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim
dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya
Rasul itu menjadi salcsi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung
dan sebaik- baik penolong". (QS. Al-Hajj [22] :78)
Hadis Nabi SAW:
-Lj cl" ,l' *i- -'et J*; tl lv ,* 4t i;; J$ ,$; f,
€'.,C'; t5; , it e" G-k- St , qk *ti aci'c.iiir -(d--, €,L-Jl ol-1., ) {< '..J!;jtt ,y > Sut ;9r k ,g, iS t
7.
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 'I975
Dari Atho, ia berkata: aku mendengar Ibnu Abbas berkata:
setelah Rasulullah SAW masuk ke Ka'bah beliau berdoa
pada setiap sudutnya dan beliau tidak shalat (di dalamnya)
sampai beliau keluar Ka'bah. Setelah beliau keluar Ka'bah,
beliau lalu shalat dua rakalat di hadapan Ka'bah. Rasulullah
SAW latu bersabda : "inilah kiblaf'. (HR Imam Bukhari dan
Imam Muslim)
Hadis Nabi SAW:
u -3t 4itt 1r"*r >> - d-t +p ir * - Ut lui;} ;'t5(qj*)l ot5r7
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:" Menghadaplah kiblat, kemudi an b er t akb irlah (t akb iratulihram)" (HR. Imam Bukhari)
Hadis Nabi SAW:
t>G ,;. u$ q iv',1 it ,f )Q: / *tt * i *u! r- *:4" ir -b - {t Jy:'ol ,S* ?1 "J;e \t :? #tukj o*" ,'"o13jr',#"Lf 'rf ii ,"^Ut & Jit i
((JJr-Jl ,t2r1 *rp| .lryt ;trrlrrit;,v ffut J.r#;)Dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari lbrut Umar berkata:
ketika orang-orang sedang shalat shubuh di Masjid Quba,tiba-tiba datang seseorang berkata bahwa Rasulullah SAW
tadi malam menerima wahyu dan diperintahkan untukmenghadap Ka'bah. Mereka lalu mengubah arah (shalat),
yang ketika itu menghadap ke arah Syam (baitul maqdis),
ke arah kiblat (masjidil haram). (HR. Imam Bukhari)
Hadis Nabi SAW:
tf .- ar dt - ;;-; ,si *|slit .)-":. Gi J b- tA ,)P - *:+ro .ilr .b - #, J;)i'"i*t ,-r; >Lr'
-1. - $t JJ.1,'iivt * p;* i , ji ),*rt rrtj. u'5i'f Uy'V q'rt ifrt'qe, > - d-: +J, ir
8.
9.
r-
BIDANG IBADAH
10.
Dari Sa'id ibn Sa'id al-Maqburi dari Abu Hurairah RA
bahwa ada seoro.ng laki-laki masuk ke masjid kemudian ia
shalat dan saat itu ada Rasulullah sedang duduk di salah
satu sudut masjid. Setelah shalat orang itu mendatangi Rasul
dan memberi salam kepada beliau. Rasul lalu menjawab :
"Wa blaika al-salam, kembalilah/ulangilah shalatmu karena
sesungguhnya kamu belum shalat". Laki-laki itu kemudian
mengulangi shalatnya dan kembali mendatangi Rasul serta
memberi salam kepada beliau. Rasul menjawab salam dan
berkata : "ulangi kembali shalatmu karena kamu belum
shalat". Kemudian laki-laki itu berkata di pengulangan shaiat
yang kedua atau sesudahnya : 'Ajarilah aku wahai Rasulullah"
Rasulullah menjawab : "Apabila engkau akan menunuikan
shalat maka sempurnakanlah wudlu, menghadaplah kiblatlalu bertakbirlah (takbiratul ihram), kemudian bacalah apa
yang mudah bagimu dari ayat-ayat al-Qur'an, lalu ruku'lah
dengan thumahinah, lalu berdiri dengan sempurna,lalu sujud
dengan thumahinah, lalu duduk dengan thuma'ninah, lalu
sujud dengan thuma'ninah, kemudian bangun dan duduk
dengan tlruma'ninah. Makalakukanlah seperti itu pada setiap
shalat kamu" (HR. Imam Bukhari)
Hadis Nabi SAW:
;ret-:JE -l*:qr"nr J.-d' ...,i .r".lt qpt;tfoi'jp(,jj,.Jl ol;r) .41i ,rriltl A,::Jt
Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda :'Arahantara Timur dan Barat adalah Kiblat", (HR. Imam al-
Turmudzi)
r--
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975
I l. Hadis Nabi SAW:
: Jtt - &; qf" &l J* -,Jr .ri rg,,F ;l oo ,tbo o"
^ij 1r;r J (fl/l J"sY aL; -r:Jr I r.r--Jl Jr! 4jj .;t.€l a Vsbs k rb g ;,)t $! .
Dari Atho dari lbnu Abbas bahwa Nabi SAW bersabda:
"Ka'bah adalah kiblat bagi orang yang shalat di masjidil
haram, dan masjidil haram adalah kiblat bagi penduduk
yang tinggal di tanah haram (mekkah), dan tanah haram
(mekkah) ada kiblat bagi penduduk bumi di timurnya dan
di baratnya dari umatku".
Pendapat Imam Ala al-Din al-Kasani al-Hanafi dalam Kitab
Badai' Shanai'fi Tartib al-Syarai' :
dlr .a= iov otS ri Jr;:-"} ;*(rru r,t^f J! r.! .,I;) of*Ir .ri
Jp a.KJt i-r-oL:, Jr- .3 .,tf.,! .ijJr Jl *lt * .-l rrru .rr-f
P WGr- CtS,rt6- .i,ir V ,y sK i6* g;i+,i t-€r.e
ijE;*ci;r1:ir-; rl .;+l k--- 'e Jt*y,
of,9 .JJJi .--*., (l-$'e Jl o-ll 4y *s C: t,!rli"ea;;
\r--ajit.-r1}l ,.fJ kd* Jl oll 4e,r1- a-ir r,' i;u cr<
;t1i3...,-Jl .rl, \*r -r;s.k.:r J!) ,taJc ajuJl c,lrt")l.,
.rd\ ,\s) tJ. u4t-:", uV J-* g2 t61\)\1.J*F,
'Sesungguhnya bagi orang yang shalat tidak boleh kosong/
lepas, apakah ia mampu atau tidak, untuk menghadap
kiblat. Apabiia ia mampu maka wajib baginya menghadap
kiblat, jika ia dapat menyaksikannya (Ka'bah) maka ia harus
menghadap kepada <ainul Ka'bah ataukepada arah dari arah
kiblat. Iika ia tidak menghadap salah satunya maka itu tidak
diperbolehkan, sebagaimana firman Allah "...dan dimana
saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya...".
Dan dalam keadaan yang memungkinkan menghadap tepat
ke'ainul Ka'bah maka wajib dilakukan. Namun jika ghaib
MEMPERHATIKAN:l.
BIDANG IBADAH
(tidak dapat melihat Ka'bah) maka waiib menghadap ke arah
Ka'bah (jihatul Ka'bah) ...!'
Pendapat Imam al-Qurtubi dalam Kitab Jami' al-Ahkam
Al-Qur'an:
JLi a- .-(j-i 1'o+l ri;lt .1t,;' -1 -,,/uJrl ,f } J, lJiL*l J
Y tl..a-J<J c!.i+".a -fs (r otY.r),JJ,Jr;,1r Ju .Jj!t,
:r-r"i a),U.I g".-dt )^t .i4*\ JU ;,. pa- t .41 ,j*-.;=l*tr c 4rtgjJr;ilr cl : Jrlt
'beQii';l Jr-; -JrJ ,rTrilt.l q .,r,'tlt cl : ..)gr
ef si o; ,y ,.et\t ,t ,?.d.? [eri "rqi ,.*ii.t ,.;F 'e;ijij';1
it'"rl ut LU ,! grJ' .lrrLjr -, *rr, l-f":-l eL.LJl rll : .JUt
.c-)t ;s"Mereka berbeda pendapat apakah waiib bagi si ghaib
(orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka'bah) untuk
menghadap tepat ke bangunan Ka'bah (hinul Ka'bah) atau ke
arah Ka'bah (jihatul Ka'bah) ? sebagian berpendaiat pertama
(yaitu, menghadap binul Ka'bah). Berkata lbnu Arabi (W. 543
H) : pendapat ini adalah lemah karena membebani orang yang
tidak dapat shalat dengan menghadap tepat ainul Ka'bah.
Sebagian lain berpendapat cukup menghadap arah Ka'bah
(jihatul Ka'bah). Pendapat terakhir inilah yangbenar, dengan
tiga alasan : (1) Bahwa hal inilah yang memungkinkan bagi
ketentuan sebuah taklif (pembebanan hukum). (2) bahwa
hal initah yang diperintahkan oleh Al-Qur'an dalam ayat
,r/t .r-JrrL-:, A4-) J9 (Maka Palingkanlah wajahmu ke
arah Masjidil haram) yakni belahan bumi di timur dan
barat , p: fur: t)i (Palingkanlah mukamu ke arahnya).
(3) bahwa para ulama berhujjah dengan (kebolehan)
shalat dengan shaf yang panjang, yang sangat lemah (kecil
kemungkinan) dapat menghadap tepat ke bangunan Ka'bah
(hinul Ka'bah);'
a-
HIMPUNAN FATWA MA]ELIS ULAMA INDONESIA SEJAK 1975
3. Pendapat Imam al-Syirazi dalam kirab al-Muhadzdzab:
Jtt ,)p -,f,)-rlt i * ,j Jt( d!r- c, p: :)): ;.r d "( I Ot,
,-^---rlr.1 kir- Jl ljr* d.r) r,qJ,;11 4L J.ra:-r -;K, ;f VV, . t.,
iFt;-rl:tS:Jr ; "irr .1u r.r.r, .1\)ts Jl4r.r rJrr
.t-.rlr 3 I ut< r+:* oi ot ,:Ki ,@'o:'4-
.,"ri *) .r c) ;4.jl z".Vlw;t" :1!l .f JE :b\gt4+g 131
.i-+ll )^ e$t oi gJ.t ,J;: v glb1.q$t *Jt a?t-r! {,jJ al+Jt
U re "r! ;} tr J4Jl .D'4 c--*, I aJr f d]lt i,tt , d!,,rdl
.y el"Jika sama sekali ia tidak memiliki petunjuk apa pun,
maka dilihat maslahatnya. Iika ia termasuk orang yang
mengetahui tanda-tanda atau Petunjuk kiblat, maka meskipun
ia tida dapat melihat Ka'bah, ia tetap harus berijtihad
untuk mengetahui kiblat. Karena ia memiliki cara untuk
mengetahuinya melalui keberadaan matahari, bulan, gunung,
dan angin, karena Allah SWT berfirman:
,€:ro:r+e #L;r'y:*t;,"Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan
dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat Petunjuk".(QS An-Nahl: 16)
Dengan begitu, ia berhak berijtihad (dalam menentukan
letak Ka'bah) seperti orang yang faham tentang .fenomenaalam. Ivlengenai kewajibannya, ada dua pendapat. Dalam
kitab ul-Urnm, ImAm al-Syaf i berkata: "Yang wajib dalam
berkiblat adclah menghadap secara tepat ke bangunan Ka'bah.
Karena orang yang diwajibkan untuk menghadap kibalt, ia
wajib menghadap ke bangunan Ka'bah, seperti halnya orang
Mekkahj' Sedangkan teks yang jelas yang dikutip oleh Imam
al-Muzanni (murid Imam al-Syaf i) dari Imam al-Syaf imengatakan bahwa yang wajib adalah menghadap ke arah
Ka'bah (jihat al-Ka'bah). Karena, seandainya yang wajib itu
adalah menghadap kepada bangunan Ka'bah secara fisik,
r-)'
BIDANG IBADAH
maka shalat jamaah yang shafnya memanjang adalah tidak
sah, sebab di antara mereka terdapat ora.ng yang menghadap
ke arah di luar dari bangunan Ka'bah."
4. Pendapat Ibnu Qudamah al-Hanbali :
."alj *.,i1t1 .ry'If .x U" : - *: rb it ,rt- - qpjJl Ji (r.:JJ
L,0+ l- e* ,l olrlbl .6*.,. ir* t-rJ- :)$1 cg;L)l oly
..i-'ajr J"6i i).e c=.e U .JFJI \Wt .rb)l 0t' , c!9 ..I.ic6.t*11 aS d)U:-i JJrt-:, i^3 ;)l- \1 ti*. b & .YtAl
e : J, dli .b_/+ Yl.i"aJl J* e q4t Jt o*ja bi jr* ) r;p
.)ti *lr;-t6" t i ...i-zJl ,rU- C 6-.1 Lii.: l,:li .g;itll6*1 {,Jl
*Dan bagi kita adalah sabda Nabi sAW ,f:rt:*',irt #rt,
dan barat adalah kibla{'(HR. Imam at-Tarmidzi), menurut
sebuah pendapat hadist ini adalah hasan shahih. Yang jelas
bahwa arah antara keduanya adalah kiblat karena jika yang
diwajibkan adalah menghadap tepat ke bangunan Ka'bah
('ainul Ka'bah) maka tidaklah sah shalat orang dengan shaf
yang panjang..."
1. Makalah Drs. KH. A. Ghazalie Masroeri tentang 'Arah Qiblat dari Indonesia"
dan "Posisi Arah Barat Indonesia" dalam Rapat Komisi Fatwa MUI tanggal I
|uli 2010;
2. Pandangan dan pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Senin tanggal 1
Februari 2010 dan 1 ]uli 2010.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN: FATWA TENTANG ARAH KIBLAT
Pertama: Ketentuan Hukum
1. Kiblat bagi orang yang shalat dan dapat melihat Ka'bah adalah menghadap ke
bangunan Kabah ('ainul Ka'bah).
2. Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Kabah adalah arah
Ka'bah (jihat al-Ka' b ah)
HIMPUNAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA SEJI\K 1975
3. Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke barat laut dengan posisi
bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing'
Kedua: Rekomendasi
Bangunan masjid/mushola yang tidak tepat arah kiblatnya, perlu ditata ulang shafnYa *
tanpa membongkar bangunannYa - DitetaPkan di : lakarta
Tanggal: 18 Raiab 1431 H
1 luli'2010 M
MAJELIS ULAMA INDONESIA
KOMISI FATWA
Ketua
DR. KH. Anwar lbrahim
Sekretaris
ttd
D.rs., H. I{asanuddin, M.Ag
i!ij
iI