28
dapat merata pada status gravid, yaitu pada primigravida dan multigravida,
maka kesalahan dapat dikendalikan.
4. Untuk pihak rumah sakit diharapkan lebih mengkaji untuk riwayat
penyakit pasien karena peneliti kurang mendapat informasi tentang
riwayat penyakit dan riwayat obstetri terdahulu.
5. Untuk ibu hamil primigravida untuk tetap waspada dalam kehamilannya,
karena kejadian preeklampsia tidak hanya disebabkan karena status
gravidnya saja, tetapi juga faktor-faktor lain seperti gizi dan keadaan tubuh
ibu hamil tersebut.
27
hipertensi kronik, riwayat hipertensi keluarga, dan riwayat preeklampsia
sebelumnya.
Penyebab preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh 1 faktor saja tetapi
banyak faktor yang mempengaruhinya. Begitu juga untuk faktor risiko
primigravida dalam menyebabkan preeklampsia, pasti ada faktor lain yang
bisa memicu terjadinya preeklampsia selain karena kehamilan pretamanya,
seperti malnutrisi yang bisa menyebabkan hipoalbumin, kelebihan produksi
hormone tyroid, atau diet tinggi tyroid yang bisa menyebabkan hipertiroid.
Karena terjadinya suatu penyakit merupakan rangkaian dari penyakit lain.
B. Saran
1. Dalam melakukan penelitian selanjutnya diharapkan lebih mengkaji
tentang variable luar sehingga kesalahan dapat dikendalikan.
2. Seharusnya rentan umur yang ekstrim, yaitu kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun, dimasukkan dalam kriteria eksklusi, untuk
menghomogenkan subjek.
3. Seharusnya peneliti juga memperhatikan distribusi dari karakteristik
penyakit yang menyertai kejadian preeklampsia, sehingga distribusinya
26
tidak homogen, karena menggunakan rentan umur ekstrim, yaitu < 20
tahun dan >35 tahun. Dimana pada umur tersebut mempunyai faktor risiko
lebih tinggi dibandingkan dengan umur produktif 20-35 tahun. Dalam
penelitian ini rentan umur ekstrim, yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun, seharusnya tidak digunakan, karena umur tersebut
merupakan variable luar yang dapat memicu terjadinya preeklampsia. Hal
ini dibuktikan terdapat 29,03 % sampel dengan preeklampsia adalah
berumur lebih dari 35 tahun, sedangkan yang kurang dari 20 tahun adalah
0 %Seharusnya rentan umur yang ekstrim dimasukkan dalam kriteria
eksklusi, untuk menghomogenkan subjek.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa primigravida bukan
merupakan faktor risiko dari preeklampsia. Hal ini didasarkan pada hasil uji
statistik, yaitu nilai X2 hitung kurang dari X2 tabel dan nilai P lebih dari 0,05.
Kesalahan ini dikarenakan kurang homogen-nya karakteristik dari sampel
seperti umur, distribusi varibel luar yang tidak merata pada status gravid.
Dalam penelitian ini variable luar antara lain, hipoalbumin, hipertiroid,
25
dan menghambat rantai beta miosin, sehingga memperbaiki kontraktilitas
otot jantung. T3 juga meningkatkan transkripsi Ca2+ ATPase dalam
retikulum sarkoplasmik, meningkatkan kontraksi di diastolik jantung dan
meningkatkan reseptor adrenergik beta. Dengan demikian, hormon tiroid
mempunyai efek inotropik dan kronotropik yang nyata terhadap otot
jantung (Ragg, 1994)
3. Hipoalbumin
Pada sampel dengan hipoalbumin bisa mengalami tanda-tanda
preeklampsia. Hipertensi mungkin merupakan hasil retensi cairan maupun
karena peningkatan pelepasan renin dari ginjal yang iskemik. Edema
terjadi karena hipoalbuminemia dimana terjadi ratio albumin dan globulin
yang terbalik akibat lolosnya protein ke dalam urin (proteinuria)
(Dewa, 2008).
4. Hepatitis
Sedangkan untuk sampel dengan hepatitis, kerusakan hati, atau penyakit
hati lainnya. penyakit ini bisa menimbulkan hipoalbumin karena albumin
disintesis di dalam hati, sehingga jika hati rusak maka pengeluaran
albumin akan menurun dan dapat terjadi hipoalbumin. Akibatnya protein
dilepaskan dalam urine (Komala, 2009)
5. Selain variable luar di atas. Karakteristik umur yang tidak homogen dapat
menyebabkan terjadinya hipotesis ditolak. Dari karakteristik umur sampel
24
B. Pembahasan Variable Luar
Selanjutnya akan dibahas tentang variable luar yang dapat
menyebabkan preeklampsia, antara lain :
1. Hipertensi kronik dan riwayat preeklampsia sebelumnya
Dalam teori disebutkan bahwa jika pada kehamilan sebelumnya terjadi
preeklampsia maka kemungkinan besar terjadi preeklampsia pada
kehamilan berikutnya. Gestational Hypertension sering diderita oleh
wanita nullipara. Wanita lebih tua berisiko mengalami preeklampsia
superimposed. Disebutkan pula jika si ibu mengalami hipertensi kronik
atau hipertensi sebelum kehamilan, dimungkinkan akan mengalami
preeklampsia dengan catatan terdapat tanda preeklampsia yang lain yaitu
proteinuria dan edema. Hipertensi kronik berhubungan dengan
superimposed preeklampsia. Dari penelitian ini, seharusnya hipotesis
diterima. Pada multipara diduga karena masa placenta yang super normal
tidak seimbang dengan aliran darah (Walker, 2000).
2. Hipertiroid
Pada pasien dengan hipertiroid, Tekanan darah sistolik biasanya
meningkat sedangkan tekanan darah diastolik menurun sehingga
menimbulkan tekanan nadi yang besar (wide pulse pressure) menyerupai
gambaran insufisiensi aorta. Hipertensi ini terjadi akibat ketidakmampuan
jaringan vaskuler untuk mencukupi peningkatan curah jantung dan volume
sekuncup. Mekanisme ini juga yang menjelaskan kenapa hipertensi
diastolik jarang terjadi. T3 merangsang transkripsi dari rantai alpha miosin
23
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hubungan Antara Primigravida Dengan Kejadian Preeklampsia
Dalam penelitian mencari hubungan antara primigravida dengan
kejadian preeklampsia diperoleh hasil bahwa hipotesis ditolak, tidak ada
hubungan antara primigravida dengan kejadian preeklampsia. Hal ini
berdasarkan perhitungan X2 hitung kurang dari X2 tabel, X2 hitung adalah
2,83, sedangkan X2 tabel pada df 1 adalah 3,841. Untuk nilai P penelitian ini
sebesar 0,09, dimana angkan ini lebih besar dari nilai signifikansi 0,05, maka
tidak ada hubungan yang bermakna. Adapun penyebabnya karena distribusi
variable luar pada status gravid tidak merata, hal ini dibuktikan dengan
mayoritas variable luar terdapat pada ibu multigravida, yaitu 92,86 % terjadi
pada multigravida,sedangkan sisanya 7,14 % ditemukan pada primigravida.
Variabel luar antara lain hipoalbumin, hipertiroid, hipertensi kronik, riwayat
hipertensi keluarga, dan riwayat preeklampsia sebelumnya yang dapat
menyebabkan terjadinya tanda-tanda preeklampsia.
Akan dibahas untuk dasar teori variable luar dapat menyebabkan
terjadinya preeklampsia. Karena banyak faktor yang mempengaruhi kejadian
preeklampsia dan juga tiap wilayah mempunyai karakteristik-karakteristik
yang berbeda-beda, seperti hipoalbumin bisa disebabkan karena malnutrisi.
Sehingga penyebab preeklampsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja.
22
tangan, dan kaki, riwayat obstetri yang sedang dialami, riwayat obstetri
yang lalu, riwayat penyakit yang lalu, serta pemeriksaan laboratorium
proteinuria), lembar tabulasi (berisi no RM, nama pasien, umur pasien,
status GPA, preeklampsia, diabetes mellitus, kehamilan ganda,
molahidatidosa, penyakit ginjal kronik).
2. Teknik pengambilan data :
- untuk data primer : memberi pertanyaan pada ibu tentang riwayat
obstetrinya (gravid, partus, abortus) dan kehamilan ganda serta riwayat
penyakit yang pernah dideritanya (diabetes mellitus, penyakit ginjal
kronik, molahidatidosa), melakukan observasi secara langsung pada
pasien dengan diagnosis preeklampsia yaitu inspeksi dan palpasi ada
tidaknya edema pada kaki, muka dan tangan, mengukur tekanan darah,
melihat hasil laboratorium untuk proteinurine-nya
- untuk data sekunder : meneliti rekam medik rumah sakit, meneliti
tentang riwayat obstetrinya (gravid, partus, abortus) dan kehamilan
ganda serta riwayat penyakit yang pernah dideritanya (diabetes
mellitus, penyakit ginjal kronik, molahidatidosa). Yang kemudian
recording, editing, dan tabulating pada table instrument penelitian.
7. Rencana Pengolahan Dan Analisis Data
Dalam menganalisa data untuk hubungan faktor risiko dan efek
menggunakan rumus Odd Ratio dan uji signifikansi dengan X2 (α = 0.05).
21
Variable
Definisi
operasional
Kategori
Skala
Bebas (faktor risiko)
Kedudukan seseorang berdasarkan jumlah kehamilannya
Primigravida : Seorang wanita yang hamil untuk pertama
kali
Multigravida : Seorang wanita yang telah mengalami dua
kehamilan atau lebih dengan janin
mencapai titik mampu bertahan hidup
Nominal
2. Preeklampsia
Variable
Definisi
Operasional
Kategori
Skala
Terikat (efek)
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah
persalinan ( ≤2 hari )
- Terjadi preeklampsia
- Tidak terjadi preeklampsia
Ordinal
6. Intervensi Dan Instrumentasi Penelitian
1. Instrument yang digunakan adalah sphignometer untuk data primer, dan
rekam medik untuk data sekunder, lembar observasi subjek (berisi
identitas subjek, vital sign, inspeksi dan tabulasi edema pada muka,
20
• kehamilan ganda
4. Estimasi Besar Sampel
Besar sample untuk penelitian ini adalah menggunakan rumus :
p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan dari populasi
q : 1 – p
Zα : nilai statistic Zα pada kurve normal standart pada tingkat kemaknaan
d : presisi absolute yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi,
misalnya +/- 5%
dari rumus di atas, maka besar sample untuk penelitian ini adalah 138.
5. Definisi Operasianal dan Cara Pengukuran
1. Status Gravid
19
Populasi dari penelitian ini adalah ibu hamil, bersalin dan nifas di SMF
Obstetri Ginekologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pada 22 Juni – 19 Juli
2009 sebagai data primer.
D. Sampel dan Teknik Sampling
1. Sampel
Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah ibu hamil dengan umur
kehamilan lebih dari 20 minggu, ibu bersalin, dan ibu nifas 2 hari, dimana
tidak sedang memiliki penyakit diabetes mellitus, ginjal kronik,
molahidatidosa, dan kehamilan ganda.
2. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini menggunakan teknik nonrandom sampling dan cara
yang digunakan adalah Judgement Sampling.
3. Kriteria Retriksi
Table 2. Kriteria Retriksi
Inklusi eksklusi
• Ibu hamil dengan umur kehamilan
lebih dari 20 minggu sampai ibu
nifas 2 hari
• Diabetus mellitus
• penyakit ginjal kronik
• molahidatidosa
18
`
B. Tempat Dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan
kurun waktu antara 22 Juni – 19 Juli 2009.
C. Populasi Penelitian
Populasi
Primigravida
Terjadi Preeklampsia
Terjadi Preeklampsia
Terjadi Preeklampsia
Terjadi Preeklampsia
Multigravida
sampel
Inklusi Eksklusi
17
glumerulo capillary-
endotheliosis
vasokontriksi permiabilitas
pembuluh darah ekstravasasi
Hipertensi Edema Proteinuria
Preeklampsi
Sumber : Llewellyn-Jones. 2001. Manuaba. 2001.
D. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah ‘primigravida merupakan faktor risiko dari
preeklampsia’
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Design Penelitian
Dalam penelitian menggunakan desain penelitian Observasional Analitik
dengan metode cross sectional untuk mengetahui hubungan primigravida
dalam meningkatkan kejadian preeklampsia.
16
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Primigravida
Antigen plasenta yang tidak sempurna
Blocking antibodies (menurun)
Invasi arteri spiralis terhambat
Iskemi plasenta
Radikal bebas, peroksidase lemak
Kerusakan endotel pembuluh darah
Trombosit rusak Timbunan trombosit
yang rusak
↑ tromboksan lumen sempit
15
enzim lizosim dan tromboksan dalam darah. Peningkatan pengeluaran
tromboksan yang berakibat vasokontriksi pembuluh darah dan vaso vasorum,
menimbulkan tekanan darah meningkat ( Manuaba. 2001 )
Kerusakan endotel juga dapat menyebabkan timbunan trombosit pada
lumen pembuluh darah sehingga aliran darah terganggu. Kerusakan membrane
endotel meningkatkan permeabilitas dan terjadi ekstravasasi cairan darah yang
menyebabkan edema. Sedangkan proteinuria terjadi karena kerusakan endotel
pembuluh darah pada ginjal menimbulkan glumerulo capillary-endotheliosis (
Manuaba. 2001. Llewelllyn-Jones, D. 2001 )
14
B. Hubungan Primigravida dengan Preeklampsia
Primigravida, oleh Fortney A dan E.W Whitenhone, mempunyai risiko
kehamilan risiko tinggi sebesar 1:2 dibandingkan grandemulti ( Manuaba.
2001 ). Menurut A. Knuppel Robert, pada kehamilan pertama pembentukan
blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang kemudian
menjadi sempurna pada kehamilan berikutnya ( Purwantini. 2004 ). Pada
keadaan blocking antibodies berkurang, hal ini dapat menghambat invasi arteri
spiralis oleh trofoblas di daerah endometrium-desidua dan pada daerah
miometrium, akibatnya terjadi kontriksi pada pembuluh darah sehingga tidak
memenuhi kebutuhan nutrisi dan O2, dan menyebabkan terjadi iskemi
plasenta. Iskemi plasenta juga dapat terjadi karena makin tuanya kehamilan.
Karena makin tuanya kehamilan makin tua dan berkurang pula fungsi plasenta
( Manuaba. 2001, Coad et.al. 2007, Llewelllyn-Jones, D. 2001 ). Iskemia
dapat menimbulkan terbentuknya radikal bebas asam lemak jenuh dan tak
jenuh, peroksidase lemak.
Radikal bebas akan menimbulkan kerusakan pembuluh darah yang dapat
menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah, meningkatkan permiabilitas
membran, terjadi agrasi-adhesi trombosit di tempat kerusakan pembuluh
darah. Kerusakan pembuluh darah dapat juga dikarenakan gangguan sirkulasi
pada vasovasorum serta makin besar agrasi-adhesi trombosityang
menimbulkan kerusakan dan lisis trombosit. Kerusakan trombosit
memudahkan terjadi perdarahan. Trombosit yang rusak akan mengeluarkan
13
2) Terdapat protein ≥ 5 g dalam urine 24 jam atau secara kualitatif
3+/4+.
3) Peningkatan kadar enzim hati dan/ikterus
4) Oligouria < 400 ml/24 jam
5) Trombosit < 100.000/mm3
6) Perdarahan retina
7) Edema pulmonum
8) Koma
i. Komplikasi ( Duff et.al. 2005 )
1) Abrapsio plasenta
2) Perdarahan otak
3) DIC (disseminated intravascular coagulation)
4) Perdarahan di hati
5) Pertumbuhan janin terhambat
6) Kematian janin
12
mmHg,atau nilai absolute
>90 tetapi <100
atau nilai absolute >100
Proteinuria Renik atau 1+ 2+ atau semakin besar
persistennya
Edema generalisata
(termasuk wajah dan
tangan)
Tidak ada Ada
Sakit kepala Tidak ada Ada
Gangguan penglihatan Tidak ada Ada
Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada
Oligouria Tidak ada Ada
Menurunnya gerakan
janin
Tidak ada Ada
Sumber : WHO, 2002.
Dalam sumber lain seperti dalam buku Ilmu Kebidanan oleh
Wiknjosastro, dkk. 2005 dan buku Case Files-Obstetrics &
Gynecology by Toy, Eugene C, et.all. 2003, disebutkan bahwa
preeklampsia berat dicirikan sebagai berikut :
1) Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 110 mmHg
11
dkk. 2005: 288 ). Oleh ACOG, 2002, diagnosis preeclampsia
berdasarkan pada perkembangan gejala klinik yang timbul setelah
umur kehamilan 20 minggu pada wanita yang pada awal kehamilan
tekanan darahnya normal. Gejala klinik tersebut adalah hipertensi,
proteinuria, dan edema ( Sofoewan. 2003 ).
h. Klasifikasi
Menurut terjadinya preeklampsia di bagi menjadi :
1) Preeclampsia Genuine adalah preeclampsia yang terjadi di awal
kehamilan atau murni karena kehamilannya.
2) Preeclampsia superimposed adalah preeclampsia yang terjadi
karena telah ada hipertensi sebelumnya (hipertensi kronik).
Preeklampsia dapat dikelompokkan menjadi ringan dan berat, hal
ini didasarkan pada temuan-temuan dalam pemeriksaan ataupun
gejalanya, antara lain :
Table 1. Tanda Dan Gejala Preeklampsia Ringan Dan Berat
Temuan Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat
Tekanan darah diastolik Meningkat sebesar 15-20 Meningkat >20 mmHg
10
Kebutuhan kalsium ibu hamil cukup tinggi, 2-2 ½ gram/hari.
Kalsium pada pembuluh darah dapat mengendalikan dan
mengurangi kontraksi-vasokontriksi, sehingga tekanan darah dapat
dipertahankan. Jika ibu hamil kekurangn komsumsi kalsium maka
dapat terjadi vasokontriksi pembuluh darah dan dapat
meningkatkan tekanan darah.
f. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari preeklampsia harus memenuhi 2 dari 3 tanda di
bawah ini, antara lain ( Wiknjosastro, dkk. 2005 :282 ) :
1) Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Atau kenaikan tekanan
darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan kenaikan sistolik 15 mmHg
atau lebih.
2) Edema, menandai adanya penimbunan cairan dalam jaringan
tubuh. Edema saat hamil yang patologis jika terjadi kenaikan berat
badan 1 kg/minggu dalam beberapa minggu.
3) Proteinuria, adanya konsentrasi protein dalam urine lebih dari 0,3
g/liter dalam urine 24 jam, atau (+)/(++) dalam pemeriksaan
kualitatif.
g. Diagnosis
Preeklampsia ditegakkan dengan adanya 2 dari trias tanda utama
preeklampsia, yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema ( Wiknjosastro,
9
Radikal bebas terjadi akibat iskemia plasenta. Yang akan disusul
oleh kerusakan pembuluh darah yang akhirnya terjadi kerusakan
endotel dan membran endotel.
5) Teori kerusakan endotel
Iskemia plasenta juga menyebabkan terjadinya pengeluaran
peroksidase lemak yang berlanjut merusak sel membrane.
Kerusakan endotel menyebabkan timbunan trombosit
menyebabkan lumen sempit dan aliran darah terganggu. Kerusakan
membrane endotel menyebabkan meningkatnya permiabilitas dan
ekstravasasi cairan darah yang menyebabkan edema.
Ketidaksanggupan relaksasi pembuluh darah terganggu dan
menimbulkan tekanan darah meningkat. Kerusakan endotel
pembuluh darah terutama pada ginjal menimbulkan grumerulo
capillary-endotheliosis yang menyebabkan proteinuria.
6) Teori trombosit
Kerusakan endotel menyebabkan terjadinya agrasi-adhesi
trombosit, yang kemudian mengakibatkan peningkatan
pengeluaran tromboksan. Tromboksan akan menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah dan vasovasorum, yang makin
meningkatkan pembuluh darah.
7) Teori diet ibu hamil
8
1) Teori genetic
Pada kehmailan kedua, preeclampsia dan eklampsia sedikit
berulang, kecuali dengan suami baru.
2) Teori imunologik
Janin dianggap benda asing oleh tubuh ibu. Di sini terjadi respon
imunologi sehingga dapat terjadi adaptasi.
3) Teori region uteroplasental
Pada kehamilan normal invasi sel trofoblas pada semua bagian
arteri spiralis. Invasi sel trofoblas ini dapat menimbulkan dilatasi
pembuluh darah dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan 02
serta plasenta berfungsi normal. Pada keadaan preeclampsia.
Ditemukan invasi seltrofoblas yang hanya terjadi sebagian pada
arteri spiralis di endometrium-desidua. Akibatnya terjadi iskemia
plasenta dan gangguan fungsi plasenta karena terjadi kontriksi pada
arteri spiralis di miometrium.
4) Teori radikal bebas dan kerusakan endotel
7
Faktor risiko untuk preeklampsia adalah penyakit ginjal kronis
(20:1), hipertensi kronis (10:1), antipospolipid sindrom (10:1), riwayat
preeklampsia pada keluarga (5:1), kehamilan kembar (4:1), nullipara
(3:1), umur diatas 40 tahun (3:1), diabetes mellitus (2:1), ras Afrika-
Amerika (1,5:1). Faktor risiko lain yaitu, kegemukan, faktor
thrombophilia, kekurangan bahan kalsium dalam bahan makanan,
terdapatnya bahan tertentu dalam makanan, ketinggian, wanita
perokok, dan penyakit periodontal (Karkata. 2006).
Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami preeclampsia bila
punya faktor predisposisi sebagai berikut : primigravida,
hiperplasentosis (seperti mola hidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
mellitus, hidrops fetalis, bayi besar, umur yang ekstrim, riwayat
preeclampsia-eklampsia dalam kehamilan sebelumnya, riwayat dalam
keluarga pernah preeclampsia-eklampsia, penyakit ginjal dan
hipertensi ygna sudah ada sebelum kehamilan, dan obesitas
( Dhanardono. 2004 )
e. Patofisiologi
Preeklampsia sering disebut “disease of teory” karena banyak teori
yang menerangkan padahal penyebab pasti belum diketahui. Ada
beberapa teori yang menjelaskan gambaran klinik terjadinya
preeclampsia ( Manuaba. 2001 ), antara lain :
6
wanita dengan kadar albumin rendah, transport asam lemak
nonester tambahan dari depot lemak ke hati untuk mengurangi
antitoxic-toxicity dari albumin ke VLDL toxicity.
3. Immune maladaptation
Interaksi antara lekosit desidual dengan invasi dan perkembangan
trofoblast secara normal. Immune maladaptation menyebabkan
dangkalnya invasive a.spiralis oleh sel endovascular
cytotrophoblast dan disfungsi sel endotel yang dimediasi oleh
peningkatan pelepasan cytokine decidual, proteolitic enzyme dan
radikal bebas.
4. Genetic imprinting
Timbulnya preeklampsia dan eklampsi berdasarkan pada single
reccive gene atau gene dominant dengan incomplete penetrance.
Penetrasi bisa tergantung pada genotipe janin.
d. Faktor Risiko
Menurut Walker (2000), Gestational Hypertension sering diderita
oleh wanita nullipara. Wanita lebih tua berisiko mengalami
preeklampsia superimposed. Angka kejadian preeklampsia-eklampsia
dipengaruhi oleh paritas, suku/etnik, genetic, dan faktor lingkungan.
Faktor lain yang mempengaruhinya adalah hamil kembar, riwayat
hipertensi kronik, umur >35 tahun, dan obesitas (Sofoewan, 2003).
5
Beberapa teori untuk menjelaskan etiologi preeclampsia, salah satunya
yaitu oleh CJ. Lockwood dan Paidas MJ (2000) yaitu : kerusakan
endotel, perubahan reaktivitas vascular, ketidakseimbangan antara
tromboksan dengan prostasiklin, penurunan laju filtrasi glomerulus
dengan retensi cairan dan garam, penurunan volume intravascular,
peningkatan kepekaan system saraf pusat, iskemi otot-otot uterus,
faktor makanan, dan faktor genetik. Secara konsisten ditandai oleh
kegagalan perubahan plasenta secara fisiologis yang diikuti oleh
ketidakmampuan adaptasi arteri spiralis terhadap volume darah akibat
kehamilan, hiperagregasi platelet maternal, penurunan produksi
prostasiklin, kehilangan vasoregulasi arteri sistemik, dan kerusakan
sel-sel endotel.rangkaian proses ini mengakibatkan iskemi plasenta
( Budiana dan J. Kusuma. 2007 ).
Menurut Dekker dan Sibai, ada 4 hipotesis tentang etiologi
preeklampsia (Sofoewan, 2003), yaitu :
1. Placental ischemic
Peningkatan deportasi trofoblast. Akibat iskemia adalah terjadi
iskemia sel endotel.
2. Very Low Density Lipoprotein vs toxicity preventing actifity
Adalah sebagai kompensasi meningkatkan kebutuhan energy
selama hamil dengan memobilisir kebutuhan lemak nonester. Pada
4
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Primigravida
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali
( Wiknjosastro, dkk. 2005 ).
2. Preeklampsia
a. Pengertian
1) Suatu penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan yang biasa terjadi pada
triwulan ketiga kehamilan ( Wiknjosastro, dkk. 2005).
2) Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera
setelah persalinan ( Arif Mansjoer, dkk. 2002).
b. Frekuensi
Frekuensi preeklampsia di tiap-tiap negara berbeda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya. Diberbagai kepustakaan dilaporkan
sekitar 3-10 % dari jumlah kehamilan. Faktor predisposisi untuk kasus
preeklampsia antara lain : primigravida, diabetes mellitus, mola
hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur ibu > 35 tahun, dan
obesitas ( Wiknjosastro, dkk. 2005).
c. Etiologi
3
C. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan primigravida dalam
meningkatkan kejadian preeklampsia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status obstetri (gravid, partus, nifas), dan riwayat
penyakit pada subjek penelitian.
b. Untuk mengetahui kejadian preelampsia pada subjek penelitian.
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan penilaian tentang preeklampsia.
2. Manfaat Aplikatif
Untuk pencegahan preeklampsia terutama pada ibu primigravida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
disebabkan oleh invasi sel trofoblas pada sebagian arteri spiralis dan juga
karena plasenta yang semakin tua pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu.
Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kerusakan trombosit yang disusul
dengan meningkatnya tromboksan. Tromboksan menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah dan vaso vasorum yang menimbulkan tekanan darah
meningkat.
Sedangkan untuk tanda adanya protein dalan urine adalah terjadi
kerusakan endotel pada ginjal. Edema disebabkan oleh timbunan trombosit
pada lumen pembuluh darah sehingga aliran darah terganggu karena lumen
sempit. Kerusakan membrane endotel meningkatkan permeabilitas dan terjadi
ekstravasasi cairan darah yang menyebabkan edema.
Angka kejadian preeklampsia meningkat pada primigravida muda dan
semakin tinggi pada primi gravida tua. Dalam penelitian Sudhaberata Ketut
dan Karta I.B.M (2001), hal ini dikarenakan ketika kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna,
yang kemudian menjadi semakin sempurna pada kehamilan berikutnya
( Purwantini. 2004 ).
B. PERUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara primigravida dengan kejadian preeklampsia ?
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tergolong tinggi, tercatat pada
tahun 2006 jumlah kematian ibu 253 / 100.000 kelahiran hidup, di mana
angka ini masih menduduki peringkat pertama di ASEAN ( SDKI, 2006 ).
Penyebab utama kematian maternal disebabkan oleh tiga hal pokok yaitu
perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ).
Preeklampsia dalam pustaka lama disebut sebagai Toxaemia Gravidarum,
dan kemudian berubah menjadi Pregnancy Included Hypertension (PIH), baru
kemudian disebut preeklampsia ( Sofoewan. 2003 ). Dalam laporannya Martin
et al. melaporkan bahwa 3,7% dari seluruh wanita hamil menderita hipertensi,
dan 15% dari persalinan preterm juga disebabkan preeklamsi. (sumber:
Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 2007:92:3517-3522).
Disebutkan juga oleh Cunningham bahwa preeklampsia juga menyebabkan
16% kematian maternal dan 45% kematian perinatal baik secara langsung
maupun tidak langsung ( Budiana. 2007 ).
Banyak teori yang mencoba menjelaskan tentang terjadinya preeklampsia,
oleh karena itu sering di sebut “disease of teory”. Salah satunya adalah
tentang teori kerusakan endotel. Kerusakan endotel dapat diakibatkan oleh
radikal bebas sebagai akibat iskemia plasenta. Iskemia plasenta sendiri dapat