DAYA HIDUP KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck)
SETELAH TERPAPAR EKSTRAK DAUN PEPAYA DAN
EKSTRAK DAUN SIRIH
SITI PRAMITHA RETNO WARDHANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK
SITI PRAMITHA RETNO WARDHANI. Daya Hidup Keong Mas (Pomacea canaliculata
Lamarck) Setelah Terpapar Ekstrak Daun Pepaya dan Ekstrak Daun Sirih. Dibimbing oleh TRI
HERU WIDARTO dan TRI ATMOWIDI.
Hama keong mas masuk ke-Indonesia tahun 1980-an, hama ini menyebabkan penurunan produktivitas padi. Pengendalian keong mas saat ini umumnya menggunakan pestisida kimia
dengan kerusakan lingkungan sebagai efek sampingnya. Oleh karena itu diperlukan metode
alternatif seperti penggunaan pestisida nabati yang aman bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh pestisida nabati ekstrak daun pepaya dan ekstrak daun sirih terhadap daya
hidup keong mas. Keong yang digunakan memiliki ukuran diameter operkulum 1, 3, 5, 7, 9, 11,
13, dan 15 mm. Ekstrak daun pepaya dan ekstrak daun sirih yang digunakan berkonsentrasi 0, 1,
10, 50, dan 100 g/l dengan tiga ulangan. Daya hidup keong diamati selama 24, 48, dan 72 jam di
dalam toples plastik. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun pepaya lebih efektif menurunkan
daya hidup keong mas daripada ekstrak daun sirih. Efektivitas ekstrak daun pepaya dan daun sirih
tidak tergantung pada ukuran keong tetapi tergantung pada konsentrasi dan waktu. Semakin tinggi
konsentrasi, ekstrak semakin efektif membunuh keong mas. Demikian pula dengan waktu, semakin lama waktu pemaparan, ekstrak bekerja semakin efektif membunuh keong. Kemampuan
ekstrak daun pepaya dan daun sirih membunuh keong mas mungkin karena kandungan saponin,
flavonoid, papain, dan fenol.
Kata kunci: keong mas, ekstrak daun pepaya, ekstrak daun sirih, daya hidup
ABSTRACT
SITI PRAMITHA RETNO WARDHANI. The Survival of Golden Apple Snails (Pomacea
canaliculata Lamarck) After Exposure Carica papaya leaf and Piper betle leaf extracts.
Supervised by TRI HERU WIDARTO and TRI ATMOWIDI.
The golden apple snail (GAS) entered Indonesia in the 1980s. This pest causes a decrease
in rice productivity. Controlling GAS is currently using chemical pesticides, but causing damage
for the environment. Therefore, alternative methods are needed to control GAS, such as using
biopesticide which is save for the environment. This study aimed to determine the effect of papaya
and betel leaf extracts against the GAS survival. The GAS used have an operculum diameter of 1,
3, 5, 7, 9, 11, 13, and 15 mm. The concentration of papaya and betel leaf extracts used were 0, 1, 10, 50, and 100 g/l with three replications. Their survival were observed and recorded after 24, 48,
and 72 hours in a plastic jar. The result showed that papaya leaf extract was more toxic than the
betel leaf extracts. The effectiveness of papaya and betel leaf extracts did not depend on the snail
size, but depended on the exposure the concentration and time. Efectivity of leaf extract increase
with increasing of concentration extract and exposure time. The ability of papaya and betel leaf
extract to kill the GAS maybe caused by saponin, flavonoid, and phenol in the extracts.
Key words: golden apple snail (GAS), papaya leaf extract, betel leaf extract, the survival
DAYA HIDUP KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck)
SETELAH TERPAPAR EKSTRAK DAUN PEPAYA DAN
EKSTRAK DAUN SIRIH
SITI PRAMITHA RETNO WARDHANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul : Daya Hidup Keong Mas (Pomacea Canaliculata Lamarck) Setelah
Terpapar Ekstrak Daun Pepaya dan Ekstrak Daun Sirih
Nama : Siti Pramitha Retno Wardhani
NRP : G34051261
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc Dr. Tri Atmowidi, M.Si
NIP : 19620513 198703 1002 NIP : 19670827 199303 1003
Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, MS
NIP : 19641002 198903 1002
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini berjudul “Daya Hidup Keong Mas
(Pomacea Canaliculata Lamarck) Setelah Terpapar Ekstrak Daun Pepaya dan Ekstrak Daun Sirih”
yang dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2011 di Laboratorium Zoologi Departemen
Biologi Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc dan Dr. Tri Atmowidi,
M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingan selama melaksanakan
penelitian hingga akhir penulisan. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Dr. Triadiati, M.Si
selaku penguji atas saran yang telah diberikan. Keluarga Ibu Acha dan Ibu Mahati yang telah
menyediakan keong mas sebagai objek penelitian. Sahabatku Suci Dwi Apriliana dan Rahmatina, S.Pt atas semua doa, dukungan, dan bantuannya selama penelitian. La Ode Abdul Rahman, M.Si,
dan Andi Darmawan, S.Si, M.Si atas bantuannya dalam pengolahan data penelitian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Abdul Basith, MS, Dr. Dra. Nisa Rachmania
Mubarik, M.Si, Dr. Ir. Utut Widyastuti, M.Si, dan Dr. Ir. Gayuh Rahayu yang telah memberikan
dukungan, nasihat, dan motivasi selama penulis masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Om Joni dan Ibu Eti atas doa, waktu, dan nasihatnya selama penulis
mengurusi kolokium, seminar, dan skripsi. Seluruh staf laboratorium Zoologi dan Fisiologi
Tumbuhan yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh rekan mahasiswa biologi angkatan 42, 43, 44, dan 45
atas doa, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan adikku Erni
Listyaningrum atas doa dan dukungannya selama proses pendidikan. Kost Calista (Ajenk, Icha, Kania, Gita, Lisa, Alfi, Dewi, Nisa, dan Cici) atas pengertiannya selama penelitian. Sahabatku
(Nana, Ria, Nunu, Chyna, Lee Lian, Irul, Hery, Maryam, Annisa, nurul, erna, aisyah, erni, evi,
mutia dan Echa) atas doa, bantuan, dan dukungannya. Disamping itu, ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada sahabatku Siti Fatimah atas kesabarannya mengelola Jasmine
Collection selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi. Seluruh distributor Jasmine
Collection atas doa, bantuan, dan dukungannya selama penelitian. Rekan Jasmine Collection (Sigit
Susilo-Mr. Brownco, Green Co IPB, Bp Daspi dan Bp Ahmad-Al-amin, Amin-Home Recycle,
teman-teman Hanifah Fuzaini, Bursa Darmaga, Ika Faperta, Gudang Buku) atas semua doa,
kesabaran, pengertian, dan nasihatnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, 17 Desember 2011
Siti Pramitha Retno Wardhani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada 23 April 1987 dari pasangan Bapak Sidarto Dwi
Hascaryo dan Ibu Samsiti. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2005
penulis lulus dari SMAN 113 Jakarta Timur dan lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2009, penulis
melakukan Praktik Kerja Lapang di PT. DaFa Agro Mandiri Bogor Divisi Kultur Jaringan, selama
lima minggu. Selama mengikuti masa perkuliahan, penulis aktif menjadi panitia MPKMB 43
(Masa Perkenalan Mahasiswa Baru) Institut Pertanian Bogor angkatan 43.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vii
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
BAHAN DAN METODE
Pemeliharaan dan Persiapan Keong Mas .................................................................... 2
Ekstraksi Bahan Nabati ............................................................................................. 2
Aplikasi Bahan Nabati............................................................................................... 2
Pengamatan Daya Hidup Keong Mas ......................................................................... 2
Analisis Data ............................................................................................................. 2
HASIL
Pengaruh Ukuran Tubuh Keong Mas Terhadap Daya Hidupnya Pada Pemaparan
Ekstrak Daun Pepaya ................................................................................................ 3
Pengaruh Ukuran Tubuh Keong Mas Terhadap Daya Hidupnya Pada Pemaparan
Ekstrak Daun Sirih .................................................................................................... 4
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Daya Hidup Keong Mas ......... 4
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya Hidup Keong Mas............. 5
PEMBAHASAN
Efek Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Daya Hidup Keong Mas ................................... 5
Efek Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya Hidup Keong Mas ....................................... 6
Perbandingan Efek Ekstrak Daun Pepaya dan Daun Sirih Terhadap Daya Hidup
Keong Mas ............................................................................................................... 7
SIMPULAN ........................................................................................................................... 7
SARAN .................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Daya hidup keong mas berbagai ukuran yang terpapar ekstrak daun pepaya dengan
konsentrasi yang berbeda-beda selama a. 24 jam, b. 48 jam, dan c. 72 jam .................... .........3
2 Daya hidup keong mas berbagai ukuran yang terpapar ekstrak daun sirih dengan
konsentrasi yang berbeda-beda selama a. 24 jam, b. 48 jam, dan c. 72 jam .................... .........4
3 Daya hidup keong mas berbagai ukuran a. 1 mm, b. 3 mm, c. 5 mm, d. 7 mm, e. 9 mm,
f. 11mm, g. 13 mm, dan h. 15 mm yang terpapar ekstrak daun pepaya dengan
konsentrasi berbeda-beda selama 24, 48, dan 72 jam.................................. ...................... .........5
4 Daya hidup keong mas berbagai ukuran a. 1 mm, b. 3 mm, c. 5 mm, d. 7 mm, e. 9 mm,
f. 11mm, g. 13 mm, dan h. 15 mm yang terpapar ekstrak daun pepaya dengan
konsentrasi berbeda-beda selama 24, 48, dan 72 jam ...................................................... .........5
DAFTAR TABEL
Halaman
1 LD50 Ekstrak Daun Pepaya (g/l) ..................................................................................... ……3
2 LD50 Ekstrak Daun Sirih (g/l) ........................................................................................ ……3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pomacea canaliculata (Lamarck)
atau keong mas termasuk keluarga
Ampullaridae. Keong mas merupakan spesies
asli dari Amerika Selatan yang masuk secara
illegal ke Asia pada tahun 1979 sebagai
binatang aquarium dan pangan sumber protein
(Cowie 2002). FAO pada tahun 1989
menyatakan bahwa dunia mengalami kehilangan hasil panen padi akibat hama
keong mas hingga mencapai 40 %. Hama
keong mas ini memotong pangkal batang padi
yang masih muda sehingga banyak rumpun
padi yang mati.
Hama keong mas ini masuk ke
Indonesia pada tahun 1980-an. Keong mas
menyebabkan tanaman padi mengalami
kerusakan hingga mencapai 80-100% dari
kasus di sebagian provinsi Jawa, Sumatra,
Sulawesi, dan Papua. Berdasarkan hasil
penelitian pada tahun 1995 menunjukkan bahwa delapan propinsi sudah terkontaminasi
hama ini, yaitu Aceh, Sumut, Jambi,
Lampung, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta,
dan Jawa Timur (Susanto 1995). Selain di
Indonesia, keong mas juga menginvasi negara
Taiwan (1982), Jepang (1983), Korea dan
Cina (1985), Okinawa (1986), Serawak
(1987), dan Thailand (1991) (Litsinger &
Estano 1993).
Keong mas meletakkan telur secara
kelompok di atas permukaan air untuk menghindari serangan dari predator,
peletakkan telur dilakukan pada waktu malam
hari, awal pagi hari, dan sore hari. Kelompok
telur berisi 235-860 butir dengan rata-rata 485
butir. Daya tetas telur berkisar 61-75 % dan
telur menetas pada saat hari ke-8-14 dengan
kelembaban 80-90% (Kurniawati et al. 2007).
Daya tetas telur dipengaruhi perilaku keong
mas betina serta distribusi telurnya (Wu et al.
2001). Daya tetas keong mas yang tinggi
setiap tahun menimbulkan ancaman serius
bagi pertanian di Indonesia. Penanganan keong mas di Indonesia
sudah dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain: pengumpulan telur, penyulaman tanam,
pemasangan kayu pada tanaman padi,
pembuatan parit-parit di sekitar persawahan,
pemasangan saringan pada saluran masuk,
pemberian umpan, penggunaan pestisida
kimia dan pestisida nabati (Budiyono 2006).
Cara lain untuk mengurangi populasi hama
keong mas yaitu penanaman padi dengan
umur berbeda (Sanico et al. 2002). Selain itu,
hama keong mas ini juga dikontrol dengan
menggunakan musuh alaminya seperti
penggunaan bebek (Teo 2001) dan ikan (Teo
2006).
Namun demikian, keong mas juga
bermanfaat sebagai alternatif pengganti
protein walaupun masih belum banyak
diterapkan. Hal ini disebabkan keong mas ini
merupakan pembawa Gnathostoma
spinigerum, penyebab penyakit Gnasthomasis
atau gatal-gatal pada kulit (Komalamisra et al. 2009).
Dewasa ini petani Indonesia lebih
memilih penggunaan pestisida kimia
dibandingkan pestisida nabati. Pestisida kimia
lebih dipilih karena penggunaannya mudah,
reaksinya cepat dan efektif (Djojosumarto
2008). Pestisida kimia yang umum digunakan
untuk mengendalikan keong mas adalah
niklosamida. Pestisida ini mampu mengurangi
80% populasi keong mas dan mengurangi
daya tetas telur hingga mencapai 15% (Joshi et al. 2005).
Niklosamida banyak digunakan
untuk mengontrol hama keong mas di Asia,
kecuali Jepang. Niklosamida tidak diizinkan
penggunaannya di Jepang karena residunya
berbahaya bagi lingkungan (Wada 2004).
Penggunaan niklosamida di Filipina
menyebabkan kulit petani menjadi gatal-gatal.
Selain itu, organisme air tawar seperti katak
dan ikan juga ikut terbunuh (Joshi et al.
2005). Badan dunia WHO pada tahun 2002
telah mengevaluasi efek niklosamida terhadap
kesehatan manusia. Efek yang dihasilkan pada
toksisitas akut rendah bisa menyebabkan
iritasi pada kulit dan mata. Kandungan
etanoline dan piperazine pada niklosamida
pada dosis tinggi bisa menyebabkan mutasi
sel pada Salmonella sp (WHO 2002).
Penggunaan pestisida secara terus
menerus dapat menyebabkan hama menjadi
resisten terhadap pestisida kimia, sehingga
masalah hama menjadi rumit dan sulit diatasi (Walker et al. 2001) dan bisa menyebabkan
perubahan spesies pada skala genom (Terra et
al. 2009). Namun, pemahaman yang kurang
mengenai dampak pestisida kimia terhadap
lingkungan bisa menyebabkan kerusakan
ekosistem yang serius, berubahnya siklus
biologis hewan target dan non target, serta
kepunahan hewan secara tiba-tiba (Walker et
al. 2001).
Pestisida nabati bisa dijadikan
alternatif untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh pestisida kimia.
Menurut Isman (2007) menyatakan bahwa
2
penggunaan pestisida nabati dapat digunakan
untuk membasmi hama, karena bersifat ramah
lingkungan, biaya murah dan aman bagi
spesies non target. Penggunaan ekstrak daun
pepaya (Carica papaya Linn) dan daun sirih
(Piper betle Linn) diharapkan bisa dijadikan
alternatif untuk mengontrol hama keong mas.
Daun pepaya memiliki kandungan
papain yang dapat dimanfaatkan untuk
memecah protein pada daging liat (El
Moussaoi et al. 2001) dan sebagai pelindung tanaman pepaya terhadap serangan musuh
alaminya (Dubey et al. 2007). Selain itu,
ekstrak daun pepaya juga dapat digunakan
sebagai insektisida nabati untuk
mengendalikan larva Aedes aegypty
(Kovendan et al. 2011).
Daun sirih memiliki banyak manfaat
dibidang kesehatan (Kumar et al. 2010) dan
dapat digunakan sebagai pestisida untuk
membasmi hama penyerang tanaman jagung
Sitophilus zeamai Motchulsky dan Rhizopertha dominica F (Gragasin et al.
2006).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh sebagai pestisida nabati
ekstrak daun pepaya dan ekstrak daun sirih
terhadap daya hidup keong mas.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April sampai Juni 2011 di Laboratorium
Zoologi, Departemen Biologi FMIPA IPB.
Persiapan dan Pemeliharaan Keong Mas
Keong mas yang digunakan berasal
dari desa Carangpulang, Bogor, Jawa Barat.
Keong mas yang digunakan memiliki
diameter operkulum berukuran 1, 3, 5, 7, 9,
11, 13 dan 15 mm. Keong mas yang telah
diseleksi berdasarkan ukuran diameter
operkulum dipelihara dalam aquarium. Pada
bagian atas aquarium dilubangi untuk sirkulasi udara. Aerator dimasukkan ke dalam
aquarium untuk menjaga suhu air tetap stabil.
Air ditambahkan sebanyak 1/3 x volume
wadah. Pakan diberikan sebanyak dua kali
dalam satu hari secara ad libitum.
Ekstraksi Bahan Nabati
Ekstraksi bahan nabati yang
digunakan adalah daun pepaya dan daun sirih.
Pemilihan daun ialah daun dewasa yang
berwarna hijau tua. Sebelum digunakan, daun
dicuci dan dibersihkan, kemudian masing-
masing ditimbang dengan bobot 0, 1, 10, 50,
dan 100 gram. Setelah itu masing-masing
daun dicincang dan diekstrak dengan 1 liter
air. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
blender selama 15 menit. Hasil ekstraksi
didiamkan selama 24 jam kemudian disaring
menggunakan saringan 2 mm kemudian
disaring kembali menggunakan kain halus.
Aplikasi Bahan Nabati Ekstrak daun pepaya dan daun sirih
yang sudah siap digunakan kemudian
dimasukkan ke dalam toples terpisah dengan
diameter toples 7-13 cm yang disesuaikan
dengan ukuran diameter operkulum. Keong
mas dengan diameter operkulum yang sama
sebanyak 10 ekor dimasukkan ke dalam toples
yang berisi ekstrak nabati.
Pengamatan Daya Hidup Keong Mas.
Pengamatan daya hidup keong mas dilakukan dengan cara keong di dalam toples
dikeluarkan lalu keong yang mati dihitung
jumlahnya. Keong mas yang belum pasti
hidup atau mati (keong masih dalam
cangkang) dikeluarkan dari dalam toples
kemudian dimasukkan kembali ke dalam
wadah berisi makanan dan ditunggu respon
keong selama ± 5-15 menit. Jika keong belum
keluar dari cangkang, tekan tubuhnya dengan
tusuk gigi secara perlahan, untuk memastikan
keong tersebut mati atau hidup. Keong mas yang hidup 24 jam terus diamati sampai 48
jam dan 72 jam. Perlakuan diulangi tiga kali
ulangan.
Analisis Data
Analisis data menggunakan program
Minitab 14 dengan analisis two-way ANOVA
dengan program Minitab 14 dan LD50 diolah
dengan analisa probit.
HASIL
Dari Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa
tidak semua ukuran operkulum keong mas dan waktu pemaparan terdeteksi LD50nya. Dari
LD50 yang terdeteksi tidak terlihat pola yang
jelas dalam kaitan antara LD50, lama
pemaparan, dan ukuran diameter operkulum
keong mas. Hanya LD50 ekstrak daun sirih
dengan lama pemaparan 24 jam yang
menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan ukuran tubuh keong mas (Tabel
2).
3
Tabel 1 LD50 Ekstrak Daun Pepaya (g/l)
Operkulum
(mm)
24 Jam 48 Jam 72 Jam
1 15.6 - -
3 55.86 16.16 -
5 - 34.19 134.782
7 - - -
9 7.21 5.71 6.70
11 26.63 68.95 73.24
13 30.96 20.58 20.16
15 24.66 38.92 16.88
Tabel 2 LD50 Ekstrak Daun Sirih (g/l)
Operkulum
(mm)
24 Jam 48 Jam 72 Jam
1 - - 91.36
3 - - -
5 - - -
7 - - -
9 26.42 20.37 -
11 - 73.78 -
13 54.03 53.54 -
15 61.38 - -
Pengaruh Ukuran Tubuh Keong Mas
Terhadap Daya Hidupnya Pada
Pemaparan Ekstrak Daun Pepaya
Keong mas semua ukuran 100 %
hidup pada perlakuan kontrol selama 72 jam
pemaparan (Gambar 1c) dan daya hidup
keong mas semakin menurun pada perlakuan
50 g/l dan 100 g/l selama 24, 48, dan 72 jam
pemaparan. Penurunan daya hidup keong mas
disebabkan pemberian ekstrak daun pepaya
pada konsentrasi tinggi.
Daya hidup keong mas ukuran di atas 7 mm 80-100% pada perlakuan 1 g/l dan 10
g/l dan pada perlakuan 50 g/l dan 100 g/l
sebesar 10-20 % selama 24 jam pemaparan
(Gambar 1a).
Gambar 1b, menunjukkan keong mas
semua ukuran 100 % mati pada perlakuan 100
g/l selama 48 jam pemaparan. Keong mas
ukuran 1, 3, dan 9 mm 100 % mati pada
perlakuan 50 g/l dan daya hidup keong mas
ukuran 3 mm menurun sebesar 20-46.67%
selama 48 jam pemaparan. Daya hidup keong
mas ukuran 7 mm terlihat 96.67 % pada perlakuan 1 g/l selama 48 jam pemaparan
(Gambar 1b).
Keong mas semua ukuran 100 %
mati pada perlakuan 100 g/l dan keong mas
ukuran 1, 3, dan 9 mm 100 % mati pada
perlakuan 50 g/l selama 72 jam pemaparan
(Gambar 1c). Keong mas ukuran 1 mm tidak
menunjukkan penurunan daya hidupnya
terhadap ekstrak daun pepaya pada perlakuan
1 g/l dan 10g/l selama 72 jam pemaparan.
Penurunan daya hidup keong mas ukuran di
atas 1 mm terjadi pada perlakuan 50 g/l dan
100 g/l selama 72 jam pemaparan (Gambar
1c).
Gambar 1 Daya hidup keong mas berbagai ukuran yang
terpapar ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi
yang berbeda-beda selama (a) 24 jam, (b) 48
jam, dan (c) 72 jam.
4
Pengaruh Ukuran Tubuh Keong Mas
Terhadap Daya Hidupnya Pada
Pemaparan Ekstrak Daun Sirih
Keong mas semua ukuran 100 %
mati pada perlakuan kontrol selama 72 jam
pemaparan (Gambar 2c). Penurunan daya
hidup keong mas semua ukuran terjadi pada
perlakuan 50 g/l dan 100 g/l selama 24, 48,
dan 72 jam pemaparan. Penurunan daya hidup
keong mas disebabkan pemberian ekstrak daun sirih pada konsentrasi tinggi (Gambar 2).
Daya hidup keong mas semua ukuran
menurun pada perlakuan 50 g/l dan 100 g/l
kecuali pada keong mas ukuran 1 dan 3 mm
selama 24 jam pemaparan. Gambar 2a,
menunjukkan terjadi penurunan daya hidup
keong mas semua ukuran pada perlakuan 10
g/l kecuali pada keong mas ukuran di bawah 9
mm selama 24 jam pemaparan. Keong mas
ukuran 9 dan 15 mm mulai menunjukkan
penurunan daya hidup pada perlakuan 1 g/l (Gambar 2a).
Penurunan daya hidup keong mas
semua ukuran terjadi pada perlakuan 100 g/l
selama 48 jam pemaparan. Gambar 2b,
menunjukkan keong mas semua ukuran daya
hidupnya menurun pada perlakuan 50 g/l
kecuali keong mas ukuran 1 dan 3 mm daya
hidupnya tetap 100 % dan keong mas ukuran
15 mm 100 % mati selama 48 jam pemaparan.
Keong mas ukuran di atas 7 mm mulai
menunjukkan penurunan daya hidup pada perlakuan 1 g/l dan 10 g/l selama 48 jam
pemaparan. Daya hidup keong mas di bawah
9 mm sebesar 100% selama 48 jam
pemaparan (Gambar 2b).
Keong mas ukuran 15 mm 100 %
mati pada perlakuan 100 g/l ekstrak daun sirih
selama 72 jam pemaparan. Penurunan daya
hidup terjadi pada keong mas semua ukuran
kecuali keong mas ukuran 3 mm pada
perlakuan ekstrak daun sirih 50 g/l selama 72
jam pemaparan. Daya hidup keong mas
ukuran 1 mm dan ukuran di atas 7 mm terlihat adanya penurunan pada perlakuan 10 g/l dan
pada keong mas ukuran di atas 1 mm 100 %
hidup selama 72 jam pemaparan. Penurunan
daya hidup keong mas ukuran di atas 7 mm
terjadi pada perlakuan 1 g/l dan daya hidup
keong mas ukuran di bawah 7 mm 100 %
selama 72 jam pemaparan (Gambar 2c).
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun
Pepaya Terhadap Daya Hidup Keong Mas
Gambar 3, menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun
pepaya maka semakin besar persentase keong
yang mati selama pemaparan 24, 48, dan 72
jam. Keong mas semua ukuran 100 % hidup
pada kontrol selama 72 jam pemaparan.
Penurunan daya hidup keong mas
semua ukuran terjadi pada perlakuan 100 g/l
selama pemaparan 24, 48, dan 72 jam. Daya
hidup keong mas semua ukuran umumnya
sangat rendah, kecuali keong mas ukuran 3
mm. Daya hidup keong mas semua ukuran
masih tinggi kecuali keong mas ukuran 9 mm. Keong mas semua ukuran daya hidupnya 90-
100% pada perlakuan 1 g/l.
Gambar 2 Daya hidup keong mas berbagai ukuran yang
terpapar ekstrak daun sirih dengan konsentrasi
yang berbeda-beda selama (a) 24 jam, (b) 48
jam, dan (c) 72 jam.
5
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
Gambar 3 Daya hidup keong mas berbagai ukuran (a) 1
mm, (b) 3 mm, (c) 5 mm, (d) 7 mm, (e) 9 mm, (f)
11 mm, (g) 13 mm, dan (h) 15 mm yang terpapar
ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi
berbeda-beda selama 24, 48, dan 72 jam.
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih
Terhadap Daya Hidup Keong Mas
Keong mas semua ukuran 100%
hidup hingga 72 jam pemaparan (Gambar 4).
Daya hidup keong mas semua ukuran rendah
selama pemaparan 24, 48, dan 72 jam,
khususnya pada keong mas ukuran 15 mm. Daya hidup semua keong mas pada perlakuan
50 g/l rendah kecuali pada keong mas ukuran
15 mm dan daya hidup keong mas semua
ukuran tinggi pada perlakuan 10 g/l dan 1 g/l.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
Gambar 4 Daya hidup keong mas berbagai ukuran (a) 1
mm, (b) 3 mm, (c) 5 mm, (d) 7 mm, (e) 9 mm, (f)
11 mm, (g) 13 mm, dan (h) 15 mm yang terpapar
ekstrak daun sirih dengan konsentrasi berbeda-
beda selama 24, 48, dan 72 jam.
PEMBAHASAN
Efek Ekstrak Daun Pepaya Terhadap
Daya Hidup Keong Mas
Hasil pengamatan pada uji toksisitas
akut ekstrak daun pepaya menunjukkan
adanya gejala klinis akibat keracunan yang
berupa sekresi lendir terlihat pada keong mas
setelah pemaparan 24 jam terutama pada
konsentrasi 50 g/l dan 100 g/l. Hasil
pengamatan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Musman (2010) dan Joshi (2008) bahwa keong mas menutup rapat
6
operkulumnya dan mengeluarkan lendir yang
berlebihan. Zat kimia yang dihasilkan ekstrak
daun papaya dan daun sirih dapat
mengganggu proses pernafasan sehingga
membuat difusi oksigen terhambat dan dapat
menyebabkan kematian secara langsung
(Musman 2010). Gejala lain yang terlihat
adalah tubuh keong mas yang mati mengalami
pelunakan. Pelunakan di tubuh keong mas
terjadi karena pecahnya protein yang ada
akibat enzim papain yang ada di daun pepaya (El Moussaoui et al. 2001). Kematian keong
mas pada uji toksisitas akut mungkin
disebabkan oleh masuknya ekstrak daun
pepaya ke dalam tubuh keong mas melalui
penyerapan langsung lewat kulit dan
pengambilan air lewat membran insang.
Pengaruh sublethal ekstrak daun
pepaya mulai konsentrasi 1 g/l dapat
menurunkan daya hidup keong mas.
Penurunan ini mungkin disebabkan oleh
kandungan saponin pada ekstrak daun pepaya. Menurut Asoulu et al. (2010) daun
pepaya 100 gr memiliki kandungan saponin
sebesar 0.91 %. Saponin mampu menghambat
daya tetas telur dan daya hidup keong mas
(Kurniawati et al. 2007). Penurunan daya
hidup keong mas mungkin terjadi karena
saponin yang terakumulasi menyebabkan
organ tubuh keong mas mengalami gangguan
sehingga mengurangi nafsu makan (Francis et
al. 2002).
Selain saponin, daun pepaya juga mengandung aterol, tannin, flavonoid,
alkaloid, phenol, phlobatanin, atraquinose,
triterpen, cardiac glikosides (Asoulu et al.
2010). Pada Gambar 3, tidak memperlihatkan
adanya pengaruh diameter operkulum
terhadap penurunan daya hidup keong mas
yang dipaparkan ekstrak daun pepaya 24 jam,
48 jam, dan 72 jam. Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian Kurniawati et al. (2007),
yang menyatakan bahwa daya hidup keong
mas yang terpapar saponin pada ukuran
diameter besar lebih toleran daripada keong dengan ukuran diameter kecil. Daya hidup
keong mas yang terpapar ekstrak daun pepaya
dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak dan lama
waktu pemaparan.
Menurut Wiresyamsi dan Haryanto
(2008), daun pepaya juga dapat digunakan
sebagai atraktan atau umpan untuk menarik
perhatian keong mas betina untuk meletakkan
telurnya di daunnya. Selain itu, daun pepaya
juga dimanfaatkan sebagai insektisida nabati
untuk mengontrol larva Lepidoptera yaitu Oligophagous samiaricini, Mamistra
brassicae dan Spodoptera litura (Konno et al.
2004).
Efek Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya
Hidup Keong Mas
Berdasarkan hasil uji toksisitas akut
terjadi penurunan daya hidup keong mas yang
terpapar ekstrak daun sirih. Penurunan daya
hidup keong mas ini diperkirakan karena
adanya saponin pada ekstrak daun sirih. Hasil pengamatan menunjukkan timbulnya
gelembung mirip busa sabun pada daun sirih
yang dilarutkan dengan air. Menurut Francis
et al. (2002) bahwa saponin memiliki sifat
seperti deterjen atau sabun
Hasil pengamatan pada uji toksisitas
akut ekstrak daun sirih menunjukkan gejala
klinis akibat keracunan yang terlihat pada
keong mas semua ukuran setelah pemaparan
24 jam pada konsentrasi 100 g/l. Gejala yang
ditimbulkan antara lain, keong mas menghindari ekstrak daun sirih, warna kulit
memucat, dan frekuensi pergerakan buka-
tutup operkulum lebih sering. Gejala tersebut
merupakan tanggapan yang terjadi saat zat
kimia mengganggu proses metabolisme sel,
yang bertujuan untuk mengeluarkan zat-zat
kimia dari tubuh keong (Henderson &
Triebskorn 2002).
Daun sirih memiliki senyawa aktif
fenol (Dharma 1985), hydroxychavicol,
chavibetol, piperbetol, methylpiperbetol, piperol A dan piperol B (Kumar et al 2010).
Fenol diduga sebagai penyebab pengerasan
tubuh keong yang membawa kepada
kematian.
Environmental Protection Agency
(EPA) pada tahun 2002 menyatakan bahwa
fenol masuk ke dalam tubuh hewan melalui
organ pernafasan, kulit, hati, dan ginjal. Pada
kadar rendah terbentuk kompleks protein
fenol dengan ikatan yang lemah dan segera
mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol
ke dalam sel yang menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Selain itu fenol dalam
kadar tinggi mampu membunuh hewan dan
manusia.
Ekstrak daun sirih dapat juga
dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk
mengontrol larva Aedes aegypty, Culex
quinque fasciatus (Tawatsin et al. 2006) dan
untuk membasmi hama tanaman bayam
Callosbruchus sp. (Gragasin et al. 2006).
7
Perbandingan Ekstrak Daun Pepaya dan
Ekstrak Daun Sirih Terhadap Daya Hidup
Keong Mas
Daya hidup kedua ekstrak nabati
menunjukkan bahwa daun pepaya lebih efektif
mengurangi daya hidup keong mas daripada
ekstrak daun sirih. Hal ini terlihat dari daya
hidup keong mas pada perlakuan 100 g/l
ekstrak daun pepaya lebih rendah
dibandingkan daya hidup ekstrak daun sirih selama pemaparan 24, 48, dan 72 jam.
SIMPULAN
Ekstrak daun pepaya dan ekstrak
daun sirih mempengaruhi daya hidup keong mas. Daya hidup keong mas dipengaruhi oleh
jenis pestisida nabati, konsentrasi pestisida,
dan lama waktu aplikasi. Diameter operkulum
tidak mempengaruhi penurunan daya hidup
keong mas yang dipaparkan ekstrak daun
pepaya maupun ekstrak daun sirih.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui secara tepat
konsentrasi ekstrak daun pepaya yang efektif
mengurangi daya hidup keong mas dan
dilakukan kajian mengenai distribusi keong
mas dari berbagai ukuran diameter
operkulumnya, serta diterapkannya ekstrak
daun pepaya sebagai alternatif pestisida di
lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Asaolu MF, Asaolu SS, Adanlawo IG. 2010.
Evaluation of phytochemichals and
antioxidants of four botanicals with
antihyperstensive properties. IJPBS 1(2):1-7.
Budiyono S. 2006. Teknik mengendalikan
keong mas pada tanaman padi.
Jurnal Ilmu - Ilmu Pertanian
2(2):128-133.
Cowie RH. 2002. Apple snail (Ampullaridae)
as agricultural pest: their biology,
impacts, and management. Molluscs
as crop pest:145-192.
Dharma. 1985. Tanaman Obat Tradisional
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djojosumarto P. 2008. Teknik Aplikasi
Pestisida Pertanian. Jogjakarta:
Kanisius.
Dubey VK, Pande M, Singh BK,
Jagamadham MV. 2007. Papain-like
proteases: applications of their
inhibitors. Afr J Biotechnol 6(9):1077-1086.
El Moussaoui A et al. 2001. Revisiting the
enzymes stored in the laticifiers of
Carica papaya in the context of their
possible participation in the plant
defence mechanism. Cell Mol Life
Sci 58:556-570. [EPA] Environmental Protection Agency.
2002. Toxicological review of
phenol. Washington DC: EPA.
Francis G, Kerem Z, Makkar Harindar PS,
Becker K. 2002. The biological
action of saponins in animal system:
a review. British Journal of Nutrition
88:587-605. Gragasin MB et al. 2006. Insecticidal
activities of essential oil from Piper
betle Linn, against storage insect
pest. Philippine Agricultural
Scientist 89(3):212-216.
Henderson I, Tribskorn R. 2002. Chemical
control of terrestrial gastropods.
Mollusc as Crop Pest:1-31.
Isman MB. 2008. Perspective botanical
insecticides: for richer, for poorer. Pest Manag Sci 64:8-11.
Joshi RC. 2005. Managing invasive alien
mollusk species in rice. IRRN
30(2):5-13.
Joshi RC et al. 2008. Efficicacy of Quinoa
(Chenopodium quinoa) saponin
against golden apple snail (Pomacea
canaliculata) in the Philippines
under laboratory conditions. Crop
protection 27:553-557.
Komalamisra C, Nuamtanong S, Dekumyoy P. 2009. Pila ampullaceal and
Pomacea canaliculata, As new
paratenic hosts of Gnathostoma
spinigerum. Southeast Asian J Trop
Med Public Health 40(2):243-246.
Konno K et al. 2004. Papain protects papaya
trees from herbivorous insects: role
of cysteine proteases in latex. The
plant Journal 37:370-378.
Kovendan K et al. 2011. Bioefficacy of
larvicidial and pupicidal properties
of Carica papaya (Caricaceae) leaf extract and bacterial insecticide,
spinosad, against chikungunya
vector, Aedes aegypti (Diptera:
Culicidae). Biomedical and life
Sciences:1-5.
8
Kumar N et al. 2010. Piper betle Linn a
maligned Pan-Asiatic plant with
array of pharmacological activities
and prospects for drug discovery.
Current science 99(7):922-932.
Kurniawati N, Hidayat W, Suharto H. 2007.
Daya tetas telur dan daya hidup
keong mas pada perlakuan pestisida
nabati dan insektisida. Apresiasi
hasil penelitian padi:393-402.
Litsinger JA, Estano DB. 1993. Management of the golden apple snail Pomacea
canaliculata (Lamarck) in rice. Crop
protection 12:363-370.
Musman M. 2010. Toxicity of Barringtonia
racemosa (L) kernel extract on
Pomacea canaliculata
(Ampullaridae). Tropical Life
Sciences Research 21(2):41-50.
Sanico AL, Peng S, Laza RC, Visperas RM.
2002. Effect of seedling age and
seedling number per hill on snail damage in irrigated rice. Crop
protection 21:137-143.
Susanto H. 1995. Siput Murbei, Pengendalian
dan Pemanfaatannya. Yogyakarta:
Kanisius.
Tawatsin A et al. 2006. Reppellency of
essential oils extracted from plants in
Thailand against four mosquito
vectors (Diptera: Culicidae) and
oviposition deterrent effects against
Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). Southeast Asian J Trop Med Public
Health 37(5): 915-931.
Teo SS. 2001. Evaluation of different duck
varieties for the control of the golden
apple snail (Pomacea canaliculata)
in transplanted and direct seeded
rice. Crop protection 20:599-604.
Teo SS. 2006. Evaluation of different species
of fish for biological control of
golden apple snail Pomacea
canaliculata (Lamarck) in rice. Crop
Protection 25:1004-1012.
Terra NR, Lernieszek MB, Souza GD, Feiden
IR, Vargas VME. 2009.
Ecotoxicological assessment moden
to evaluate industrial effluents using
different biological end-points and
traditional chemical parameters. Acta Limnol Bras 21 (1):1-10.
Wada T. 2004. Strategies for controlling the
apple snail Pomacea canaliculata
(Lamarck) (Gastropoda:
Ampullaridae) in Japanese direct-
shown paddy fields. JARQ 38(2):75-
80.
Walker CH, Hopkin SP, Sibly RM, Peakall
DB. 2001. Principles of
Ecotoxicology Second Edition.
London: Taylor & Francis. [WHO] World Health Organization. 2002.
WHO specifications and evaluations
for public health pesticides
Niclosamides 2’, 5-dicloro-4-
nitrosalicylanilide. Geneva: WHO.
Wiresyamsi A, Haryanto H. 2008.
Pengendalian hama keong mas
(Pomacea canaliculata L.) dengan
teknik perangkap dan jebakan.
CropAgro 1(2):137-143.
Wu JY et al. 2011. Reproduction and juvenile growth of the invasive aplle snails
Pomacea canaliculata and P.
scalaris (Gastropoda: Ampullaridae)
in Taiwan. Zoological Studies 50
(1):61-68.
9