Desain Furniture Taman Kanak-Kanak
untuk pembelajaran Aspek Kognitif,
Afektif dan Psikomotorik Anak Galih Dwi Rahmanto
Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS.
Abstrak
Kajian ini bertujuan menjelaskan secara menyeluruh konsep pemikiran yang mendasari
perancangan furniture Taman Kanak-Kanak khususnya di Surabaya dan merumuskan
alternatif konsep perancangan bangku dan kursi Taman Kanak-Kanak yang ideal. Hasil
kajian memperlihatkan bahwa konsep perancangan furniture taman kanak-kanak sangat
dipengaruhi oleh tiga persoalan pendidikan yaitu pembelajaran yang cenderung berpola
teacher-centered, besarnya jumlah siswa per kelas, dan kemampuan finansial sekolah.
Ketiga persoalan tersebut berdampak terhadap konsep desain furniture yang cenderung
konvensional dengan pola ancangan ruang kelas tradisional. Faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan dalam proses perancangan desain furniture Taman Kanak-Kanak,
berkaitan dengan lingkungan alam dan sosial budaya, estetis, ekonomi, fungsi maupun
teknik. Faktor-faktor tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap unsur visual
furniture, terlihat dari aspek material, konstruksi, ukuran, bentuk, dan warna.
Abstract
This study is meant to explain thoroughly the underlying concept of furniture design for
kindergarten in Surabaya, and to propose an alternative design concept which may be
ideal for kindergarten pupils. This study finds out that the design concept of furniture for
kindergarten is very much affected by three educational matters, namely: the learning
pattern that tends to be teacher-centered, too many pupils per classroom, and the
school’s financial capabilities. These three matters have given impacts on the design
concept of furniture which tends to be conventional with such a traditionally-patterned
classroom arrangement. The factors being considered during the process of designing the
furniture for kindergarten are closely related with their natural and social-cultural
environments, aesthetics, economy, function, and techniques. Those factors have
significant impacts on the visual elements of those furniture which can clearly be seen
from their materials, constructions, measurements, shapes, and colors.
KEYWORD desain, furniture, Taman Kanak-Kanak.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pembelajaran yang efektif merupkan kegiatan yang hendak dicapai oleh para
pendidik. Persoalan yang muncul adalah bagaimana men-capai tujuan ini sehingga
diperoleh hasil yang optimal bagi perkembangnan anak. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menciptakan dan mengelolan kelas yang menyenangkan bagi anak untuk melakukan
berbagai aktivitas pem-belajaran.
Dalam profil Taman Kanak-Kanak disebutkan bahwa setiap anak didik Taman
Kanak-Kanak memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan ditunjang
berbagai fasilitas sarana dan pra-sarana seperti perabot kelas yang tidak hanya tersedia
secara lengkap tetapi harus juga berfungsi secara maksimal. Ukuran perabot yang
sesuai anthropometri anak, bentuk dan warna yang aman dan komunikatif akan
membuat anak merasa nyaman menggunakannya sehingga mereka lebih termotifasi
dalam belajar di kelas dan membuat anak tidak malas¹. Hal ini dapat membantu mereka
dalam membentuk kebiasaan yang baik dalam pengembangan dasar dan pembentukan
karakter, sehingga mereka bisa memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri ². Ciri-ciri
kelas yang kondusif akan mempengaruhi perancangan desain furniture Taman Kanak-
Kanak sehingga dapat memenuhi aspek desain yaitu anthropometri, bentuk baik visual
maupun non visual. Rancangan desain furniture Taman Kanak-Kanak diharapkan dapat
menunjang segala kebutuhan anak dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga
pendekatan pembelajaran untuk perkembangan aspek psikomotorik anak akan
terpenuhi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Landasan, Program dan Pengembangan Kegiatan
Bealajar. Jakarta: Depdikbud, 1996
2. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak 1994. Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar.
Jakarta: Depdikbud, 1994.
Pada kenyataannya para pendidik di beberapa Taman Kanak-Kanak umumnya
kurang memperhatikan dalam pembuatan dan pemilihan perabot untuk anak-anak
didiknya. Mereka menggunakan perabot massal yang dibuat oleh tukang yang kurang
memahami pencapain aspek anthropometri, bentuk dan warna perabot dengan baik.
Perlu kita ketahui bahwa konsep perancangan furniture Taman Kanak-Kanak
sangat dipengaruhi oleh tiga persoalan pendidikan yaitu pembelajaran yang cenderung
berpola teacher-centered, besarnya jumlah siswa per kelas, dan kemampuan finansial
sekolah. Ketiga persoalan tersebut berdampak terhadap konsep desain furniture yang
cenderung konvensional dengan pola ancangan ruang kelas tradisional.
Tujuan
Adapula tujuan dari penelitian perancangan ini adalah sebagai berikut :
a. Perancangan ini ditujukan agar masyarakat terutama lembaga pendidikan anak
usia dini dapat semakin memahami pentingnya fasilitas perabot dalam
menunjang proses belajar mengajar.
b. Perancangan ini dilakukan untuk memberikan stimuli kepada anak dalam
pendekatan pada aspek perkembangan psikomotorik anak dan melatih
pembiasaan anak agar lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Perancangan ini bertujuan untuk menemukan perabot yang inovatif yaitu dengan
mengembangkan bentuk dan fungsi perabot sehingga dapat menunjang proses
belajar mengajar.
d. Perancangan perabot ini nantinya akan berhasil menemukan cara yang efektif
dalam menunjang proses belajar mengajar bagi anak-anak usia prasekolah.
Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah : ”Bagaimana mendesain
furniture yang dapat menstimulasi dalam pendekatan perkembangan aspek psikomotorik,
yang memenuhi aspek desain seperti anthropometri, visual maupun visual yang sesuai
dengan kebutuhan anak-anak sehingga terciptanya kenyamanan, yang dapat menarik
minat/respon anak dalam hal bentuk maupun fungsi sehingga tercapainya tujuan
program kegiatan belajar mengajar dan yang dapat memfasilitasi anak dalam kegiatan
belajar mengajar.”
METODE PENDEKATAN Pengambilan data akan dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data
kuantitatif melalui teknik wawancara dibutuhkan untuk menggeneralisir kecenderungan
perilaku user secara representatif. Sementara detil-detil kegiatan yang nantinya berkaitan
dengan hal-hal teknis penggunaan produk dan studi antropometri, akan dilakukan melalui
teknik observasi.
Teknik Sampling yang diambil secara acak terstratifikasi atau biasa disebut stratified
random sampling khususnya penentuan sampel secara proporsional. Stratified random
sampling adalah sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi
dalam kelompok-kelompok yang disebut dengan strata, dan kemudian memilih sebuah
sampel secara random dari setiap stratum ( Nazir dan W. Gulo, 2002 ). Teknik ini dipilih
dengan pertimbangan karena adanya kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai
dasar penentuan stratum, dan adanya data tentang populasi yang dapat digunakan untuk
menentukan kriteria dalam stratifikasi. Pertama-tama populasi Taman Kanak-Kanak
dibagi menurut strata tertentu dalam hal ini dibagi per kecamatan. Anggota populasi
dalam setiap stratum dipilih secara acak, kemudian dijumlahkan. Penentuan sampel
dalam setiap strata dilakuakan secara proporsional. Sampel yang diambil sesuai dengan
perbandingan jumlah Taman Kanak-Kanak dalam setiap Kecamatan. Data sampel yang
diambil adalah wilayah Surabaya bagian Timur. Kecamatan yang ada di Surabaya Timur
dibagi menjadi 7 Kecamatan.
Besarnya sampel yang diambil sebanyak 30 Taman Kanak-Kanak, dengan
prosentase perbandingan yang sesuai dengan jumlah Taman Kanak-Kanak dalam tiap
Kecamatan, sehingga sampel yang diambil dapat mewakili keadaan populasi (
respresentatif ).
Analisis yang akan dilakukan adalah analisis deskriptif, berupa tabel frekuensi.
Analisis ini juga akan digunakan untuk mengetahui tingkatan atribut yang paling berperan
dalam pengambilan keputusan untuk memilih desain meja dan Kursi untuk Taman
Kanak-Kanak.
Berikut ini adalah skema yang bertujuan untuk menjelaskan tentang metodelogi
desain yang akan digunakan dalam proyek perancangan, mulai dari awal hingga
terjadinya konsep dan Final Desain:
Metode Keterangan Output Ide awal Menjelaskan pendahuluan
mengenai awal/latarbelakang dari proyek perancangan ini.
- Latar belakang - Permasalahan - Tujuan - Manfaat
Studi dan analisa Menjelaskan mengenai studi dan analisa yang dibutuhkan dalam proyek perancangan ini.
- Kebutuhan desain
Analisa eksisting Analisa perbandingan desain yang sudah ada terhadap desain baru yang akan dirancang.
Pengembangan desain.
Analisa aktifitas Menjelaskan mengenai aktfitas apa saja yang dilakukan anak
Kebutuhan user terhadap desain
Analisa pasar Untuk mengetahui target pemasaran dari perancangan ini.
Targeting, segmentasi, positioning.
Analisa Lingkungan dan regulasi
Untuk mengetahui regulasi-regulasi yang berhubungan dengan produk sehingga bisa menjadi acuan dalam perancangan ini.
Kebutuhan desain yang sesuai dengan ketetapan/regulasi yang sudah ada.
Analisa konfigurasi Untuk mengetahui tata letak yang tepat pada produk tersebut.
Kebutuhan tata letak/penempatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Analisa dimensi Untuk mengetahui ukuran yang sesuai berdasarkan anthropometri tubuh user.
Kebutuhan desain yang ergonomis
Analisa trend style Untuk mengetahui trend style yang berkembang.
Kebutuhan bentuk dan warna berdasarkan image pengguna/user.
Studidan analisa2 Pengembangan dari studi dan analisa 1
- Analisa estetika - Analisa teknis - Analisa proses
produksi dan material - Analisa biaya/RAB
Alternatif desain Pilihan-pilihan desain setlah dianalisa
- Sketsa - 3D
Evaluasi Evaluasi terhadap alternative-alternatif desain
Desain terpilih
Final desain Desain yang terpilih setelah di evaluasi
- Gambar teknik - Model operasional - Gambar presentasi
PEMBAHASAN ANALISA EKSISTING
Produk yang sudah ada di pasar sebelumnya yang nantinya bisa menjadi acuan
terhadap pengembangan desain baru.Dimana nantinya produk dapat bersaing
dipasarnya.
No Produk Harga Material Konfigurasi Kelebihan Kekurangan
1.
Gambar IV.1. Meja anak-
anak (sumber dokumen
pribadi)
Rp.241.000,- Plastik Knocked down
Sesuai dengan image anak. Terdapat aspek pembelajaran. Material ringan,mudah dipindahkan oleh anak.
Material kurang kuat.
2.
Gambar IV.2. Meja (Sumber dokumen
pribadi)
Rp.175.000,- Kayu dan besi
Folding Material dan konstrusinya kuat.
Bentuk terlalu sederhana dan tidak sesuai image anak secara visual.
3.
Gambar IV.3. Kursi (Sumber dokumen
pribadi)
Rp.124.000,- Kayu Knocked down
Material dan konstrusinya kuat. Sesuai dengan image anak.
Eksplorasi bentuk masih sederhana.
4.
Gambar IV.4. Kursi (Sumber dokumen
pribadi)
Rp.122.000,- Plastik Knocked down
Sesuai dengan image anak. ringan,mudah dipindahkan oleh anak.
Material kurang kuat.
5.
Gambar IV.5. Lemari (Sumber dokumen
pribadi)
Rp.120.000,- Kayu Knocked down
Material dan konstrusinya kuat.
Eksplorasi bentuk masih sederhana. Pemilihan warna tidak sesuai karakter anak.
6.
Gambar IV.7. Lemari (Sumber dokumen
pribadi)
Rp.275.000,-
Kayu Knocked down
Material dan konstrusinya kuat. Waena sesuai karakter anak.
Eksplorasi bentuk masih sederhana. Masih terdapat sudut.
Berdasarkan gambar diatas maka dapat disimpulkan :
1. Image sesuai dengan karakter anak, pemilihan warna yang sesuai dengan
psikologi anak.
2. Produk harus berfungsi dengan baik sesuai dengan kebutuhan anak.
3. Pemilihan material yang ringan dan kuat.
4. Harga ekonomis, sesuia dengan target pasar.
ANALISA AKTIFITAS
No Aktivitas (Menggunakan
perabot)
Permasalahan Kebutuhan Keterangan
1 Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin, playdough, tanah liat.
1. Meja cepat kotor 2. Sisa-sisa plastisin,
playdough, tanah liat sering berhamburan
3. Anak lupa membersihkan
1. Menggunakan bahan yang mudah dibersihkan
2. Menggunakan sarana/wadah untuk menyimpan dan membersihkan
2 Menggambar, mewarnai, menulis
1. Meja tidak jarang terkena coretan
2. Alat tulis berhamburan dan sering terjatuh
1. Menggunakan bahan yang mudah dibersihkan
2. Menggunakan sarana/wadah untuk menyimpan alat tulis sehingga tidak berhamburan
1. Adanya sarana/wadah memudahkan anak dalam menyimpan alat tulis sehingga tidak berhamburan
3 Menjahit jelujur 1. Jarum dapat melukai anak jika ditaruh sembarangan
1. Menggunakan sarana/wadah untuk menyimpan jarum
4 Menggunting bebas 1. Gunting dapat melukai bila ditaruh
1. Menggunakan sarana
1. Aktivitas ini perlu perhatian lebih,
sembarangan 2. Kotoran sisa
potongan kertas sering berhamburan
3. Gunting dapat membuat meja tergores
/wadah untuk menyimpan gunting
2. Sebaiknya diberikan sarana tempat sampah
3. Menggunakan bahan yang antigores
anak yang usil biasanya bermain gunting untuk hal lain, juga untuk menghindari bahaya terpotong
5 Mencocok dengan pola yang dibuatkan guru
1. Meja cepat rusak akibat mencocok yang tidak hati-hati
1. Menggunakan bahan yang kuat
1. Aktivitas ini perlu diperhatikan oleh guru karena berbahaya
6
Menempel kertas dengan pola
1. Meja cepat kotor terkena lem
2. Media/sarana sering berhamburan
1. Meja yang mudah dibersihkan
2. Wadah/sarana untuk menyimpan media
1. Aktivitas ini sangat rawan dengan kotor, anak sering usil membersihkan sisa lem di perabot
7 Menyimpan barang bawaan (tas, sepatu, bekal)
1. Barang sering berantakan dan tidak tertata dengan rapi
2. Anak sering tertukar tempat menyimpan sehingga tidak jarang berebutan tempat
1. Dibutuhkan sarana/wadah untuk menyimpan barang bawaan dengan volume yang sesuai
2. Diberikan visual sehingga menunjukkan 9irri kepemilikan
1. Setiap sekolah harus memiliki sarana seperti lemari untuk menyimpan barang bawaan dan peralatan lainnya, akan tetapi tidak semua sekolah harus memiliki rak sepatu
8 Kegiatan praktik non- 1. Tidak semua 1. Disediakan 1. Tingkatan/golon
ANALISA PASAR
Target utama pada perancangan ini dibagi menjadi 2 kriteria, yaitu konsumen
langsung dan konsumen tidak langsung. Berikut ini adalah skema target utama yang
terdiri dari konsumen langsung dan tidak langsung.
a. Konsumen tidak langsung
Lembaga pendidikan taman kanak-kanak bertindak sebagai konsumen tidak
langsung dikarenakan lembaga pendidikan taman kanak-kanak adalah bertindak
sebagai buyer bukan bertindak sebagai user.
b. Konsumen langsung
Siswa taman kanak-kanak bertindak sebagai konsumen langsung
dikarenakan siswa taman kanak-kanak merupakan user dari produk tersebut.
ANALISA LINGKUNGAN DAN REGULASI
1. zoning tipe 1
Zoning tipe 1 ruang sirkulasi ada di tengah, dan center of point nya pada papan.
Dalam tipe zoning 1 ini terdapat jarak pribadi, jarak social dan jarak public. Keuntungan
lain dari tipe zoning ini adalah guru lebih mudah mengawasi tiap anak. Penataan zoning
seperti ini diterapkan oleh sebagian besar taman kanak-kanak di Surabaya timur,
tepatnya 25 taman kanak-kanak (84%).
2. Zoning tipe 2
alat peraga yang dilakukan didalam kelas (bernyanyi, membuat sajak, mengucapkan sajak dengan ekspresi, dan aktivitas yang dilakukan tanpa menggunakan meja kursi).
sekolah memiliki banyak ruang sehingga kegiatan lebih dimaksimalkan di dalam kelas
2. Pada saat memindahkan meja tidak tahu dimana untuk menaruhnya
3. Berisik pada saat memindahkan meja
tempat khusus untuk menyimpan meja dan kursi
2. Perabot yang mudah untuk di pindahkan, sebaiknya mudah/ bisa dilipat atau dialih fungsikan menjadi sarana yang menunjang.
gan dari sebuah lembaga pendidikan taman kanak-kanak berbeda-beda sehingga fasilitas seperti ruang menjadi variatif / berbeda-beda.
Zoning tipe2 ruang sirkulasi berada dipinggir, sehingga guru agak sulit untuk
mengawasi murid yang duduk jauh dari derah sirkulasi. Jarak yang terdapat dalam tipe
zoning ini adalah jarak pribadi, jarak social dan jarak public. Selain itu masuk dan
keluarnya murid dari bangku agak sulit. Tipe zoning kedua ini hanya diterapkan oleh 1
taman kanak-kanak saja (3%).
3. Zoning tipe 3
Zoning tipe 3 adalah pembagian zoning yang tidak jelas lagi ruang sirkulasi nya .
jarak yang terdapat dalam tipe zoning ini adalah jarak pribadi, jarak social dan jarak
publik. Pemusatan konsentrasi pada anak sulit dilakukan, karena arah center of point
tidak jelas. Pola ini juga menyulitkan anak untuk masuk dan keluar dari bangkunya.
Pada survey taman kanak-kanak yang pernah dilakukan, terbukti paling banyak
taman kanak-kanak di Surabaya timur menggunakan zoning tipe 1 sebanyak 25 sekolah
taman kanak-kanak (84%), hal ini mungkin karena zoning tipe 1 dianggap paling efektif
dibanding tipe-tipe zoning yang lain.
Perabot merupakan kebutuhan penting bagi penyelenggaraan TK. Jenis dan
ukuran perabot disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pendidikan dan anak didik
TK. Perabot-perabot (meja, kursi, rak untuk alat pendidikan, dan rak simpan untuk
barang milik anak didik) tersebut hendaknya dicat dengan warna muda yang menarik
atau dengan pelitur biasa dengan menggunakan material kayu untuk menghindari
bahan/material yang beracun seperti plastik(tidak semua jenis plastik). Adapun ukuran-
ukuran perabot yang direkomendasikan yaitu³:
1. Meja anak berukuran p = 120 cm, l = 75 cm, dan t = 47-50 cm.
2. Kursi anak berukuran p = 32-35 cm, l = 27-30 cm, dan t = 30 cm.
3. Rak untuk alat pendidikan berukuran p = 150 cm, l = 40 cm, dan t = 65 cm.
4. Rak simpan barang milik anak didik (loker) merupakan rak besar yang berkotak-kotak. Adapun ukuran tiap-tiap kotak tersebut, yaitu p = 30 cm, l = 30 cm, d = 35 cm, dan t = ± 100 cm (tiga tingkat). ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 3. Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Sarana Dan Prasarana Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud, 1992.
VOLUME DAN DIMENSI
Dimensi meja dan kursi
G
Gambar 1: Anthropometri anak ketika duduk
ANALISA METODE PEMBELAJARAN DAN APLIKASINYA TERHADAP PRODUK
NO. RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN YANG
DICAPAI
APLIKASI TERHADAP PRODUK
OUTPUT
1. Aspek kognitif Terdapat visual seperti bentuk hewan, angka, huruf, geometri.
Anak belajar mengerti dan bisa membedakan dari bentuk-bentuk yang sudah diterapkan.
2. Aspek afektif Penenempatan visual terletak di setiap furniture meja, kursi dan lemari.
Anak diajarkan untuk memecahkan masalah dengan cara mencari pasangan terhadap visual yang sudah ditempatkan pada produk.
3. Aspek psikomotorik Produk yang multifungsi bertujuan untuk menunjang berbagai macam kegiatan yang menstimulasi motorik kasar dan halus.
Produk yang multifungsi dan dapat dikonfigurasikan maupun di kombinasikan mampu menunjang aktifitas anak ketika sedang aktifitas bermain aktif.
Kesimpulannya adalah ketiga aspek pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik dapat diaplikasikan pada produk sehingga nantinya melalui furniture
sudah dapat memfasilitasi anak secara fungsional tanpa harus menggunakan alat yang
berbeda untuk menunjang setiap aspeknya.
HASIL FINAL DESAIN
1. Meja dan Kursi
Fungsi lain dari meja, yaitu sebagai sarana permainan
Tampilan Visual untuk melatih aspek afektif anak
2. Lemari
KESIMPULAN Berdasar hasil analisis data empirik sesuai kerangka teoretik yang telah di
tetapkan dalampembahasan sebelumnya, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut:
Pertama, desain memiliki peran yang penting dalam membantu memecahkan
persoalanpendidikan terutama untuk efektifitas tercapainya tujuan. Untuk itu, idealnya
konsep desain perabot harus dikembangkan berdasar persoalan mendasar pendidikan;
Kedua, bangku dan kursi sebagai salah satu komponen pendidikan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari proses pencapain tujuan pembelajaran. Dengan demikian,
konsep perancangan bangku, kursi dan lemari juga harus berorientasi kepada pola
pembelajaran yang digunakan disekolah. Sehingga seluruh keputusan desain mengarah
kepada pemecahan masalah pembelajaran.
Berdasar simpulan di atas dapat dirumuskan rekomendasi sebagai berikut:
alternative konsep perancangan desain bangku dan kursi sekolah dasar yang ideal harus
memperhatikan aspek-aspek berikut: material cukup kuat, tahan lama, aman, tidak terlalu
berat, mudah didapat lingkungan setempat, dan sesuai karakter anak serta lembaga
pendidikan, yaitu aktif, kreatif, polos, riang, jujur dan formal; b entuk menggunakan
prinsip modular dan portable sehingga mudah diatur sesuai kebutuhan dan
mempertimbangkan fungsi media; konstruksi sesuai dengan material, kuat, mudah
diproduksi massal, dan aman bagi anak; ukuran didasarkan pada anthropometri dan
fungsi tubuh anak; warna disesuaikan dengan psikologi persepsi, dan karakter anak. DAFTAR RUJUKAN Martadi, Kajian Konsep Desain Bangku dan Kursi Sekolah Dasar yang Berorientasi
Active Learning dan Amplikasinya Terhadap Aspek Teknis. Studi Kasus di Surabaya.
Bandung: ITB, 2003
Rahayu, Feny,”Kajian Pengaruh Kurikulum Terhadap Perancangan Interior Ruang Kelas
Taman Kanak-Kanak Tingkat B Di Wilayah Surabaya Timur.” Universitas Kristen Petra.
2003
Profil Taman Kanak-Kanak di Indonesia. Jakarta: Depdikbud, 1998.
Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud,
1997.
Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak Landasan, Program dan Pengembangan
Kegiatan Bealajar. Jakarta: Depdikbud, 1996.
Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Sarana Dan Prasarana Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Depdikbud, 1992.
Sandjaya, Imelda. Kamar Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002.
Curtiss, Deborah. Introduction To Visual Literacy. New Jersey: Prentice Hall, 1987.
Neufert, Ernst. Data Arsitek. Jilid1. Edisi 2. Jakarta: Erlangga, 1994.
Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna Widya, 1996.
Galt Furniture. 1999. The Complete Furniture Range For Playgroups, Nursies and
Primary Schools, Tanpa Kota.
Www,scribd.com
Www.tentangkayu.com