DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH SEMENTARA
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI
MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2014 – 2015
I. KETERANGAN
1. Hari : Rabu
2. Tanggal : 28 Januari 2015
3. Waktu : 10.35 WIB – Selesai
4. Tempat : R.Rapat Nusantara V
5. Pimpinan Sidang :
1. H. Irman Gusman, SE., MBA (Ketua DPD RI)
2. GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI)
3. Farouk Muhammad (Wakil Ketua DPD RI)
6. Sekretaris Sidang : 1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal
DPD RI)
2. Zul Evi Astar, S.H. (Wakil Sekretaris Jenderal DPD RI)
7. Acara : 1. Pengambilan Keputusan DPD RI tentang pertimbangan
DPD RI terhadap RUU tentang perubahan atas Undang-
Undang No. 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun
Anggaran 2015.
2. Pengambilan Keputusan terkait Prolegnas DPD RI
Tahun 2015-2019
3. Pengambilan Keputusan tentang pembentukan pansus
yaitu mengenai perubahan kedua atas Undang-Undang
No. 17 Tahun 2014 tentang MD3 yaitu Undang-Undang
tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.
4. Pengambilan Keputusan tentang pembentukan pansus
yaitu mengenai perubahan Undang-Undang No. 33
Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah
8. Hadir : Orang
9. Tidak hadir : Orang
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 1
II. JALANNYA SIDANG
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik teman-teman sekalian karena waktu juga berjalan sudah 10.35 WIB, kami
mohon supaya menempati tempat duduk yang telah ditetapkan oleh Sekretariat Jenderal
karena kita akan memulai acara Sidang Paripurna Istimewa. Baiklah, menunggu supaya kita
bisa sampai ke kuorum saya mohon kita akan menyegerakan acara ini karena banyak
keputusan yang harus kita ambil, mengingat waktu sudah berjalan kita harapkan sebelum
jam 12, setengah satu kita sudah bisa menyelesikan Paripurna ini.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swasti astu
Sebagaimana lazim dalam setiap kegiatan yang resmi termasuk juga Sidang
Paripurna kali ini mari lah kita sejenak menyanyikan lagu kebangsaan kita lagu Indonesia
Raya. Kepada seluruh para Anggota yang terhormat dan seluruh hadirin yang ada di ruangan
ini kami mohon berdiri itu bersama-sama kita menyanyikan lagu.
PEMBICARA : PADUAN SUARA
Hiduplah Indonesia raya…
Indonesia tanah airku.
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri.
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku.
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru.
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku.
Hiduplah negriku.
Bangsaku Rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya.
Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.35 WIB
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 2
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Hadirin kami persilahkan untuk duduk kembali. Coba dicek ada satu belum kuorum
dong kan 130 ada yang masuk? Coba di cek. Sudah lah ya, kita anggap saja 67 ya. Baik saya
sengaja untuk menunggu sedikit dan karena tadi sebelum setelah mau mengakhiri di lagu
kebangsaan dan 65 orang dari mencek ternyata sudah lebih, 67-68 barangkali. Berikut Bapak
Ibu sekalian, berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal
sampai saat ini telah hadir melebihi 65 orang ya, sebanyak 67 yang ada di daftar kami
karena itu sidang ini telah memenuhi syarat kita buka dengan ucapkan
bismillahirohmanirohim Sidang Paripurna Luar Biasa Dewan Perwakilan Daerah kami buka
dan dinyatakan terbuka untuk umum.
Sidang dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara Sidang Paripurna hari ini
mempunyai 4 agenda pokok yaitu pertama pengambilan Keputusan DPD RI tentang
pertimbangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun Anggaran 2015. Ini adalah tugas
khusus konstitusional kita yang kita harus mengambil keputusan pada hari ini .
Yang kedua, kita juga harus mengambil keputusan terhadap program legislasi nasional
dari Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang diprioritas untuk tahun 2015
kemudian prioritas tahun 2015 sampai tahun 2015. Ini salah satu agenda pokok kita sebagai
legislator.
Yang ketiga kita mengambil keputusan tentang pembentukan pansus yaitu mengenai
perubahan kedua atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MD3 yaitu Undang-
Undang tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.
Yang keempat, karena kita dimintakan keputusannya untuk pembentukan pansus
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah dan juga sangat penting dan strategis yang harus
kita putuskan juga.
Sidang dewan yang mulia, Sidang Paripurna Istimewa hari ini berdasarkan
kesepakatan Rapat Panitia Musyawarah yang telah kami lakukan kemarin telah menyepakati
dan menyetujui permohonan dari Pimpinan Komite IV melalui surat yang dikirimkan dengan
nomor DN130/5.DPD/I Tahun 2015 yang tertanggal 16 Januari 2015 dan juga surat dari
Pimpinan PPUU melalui surat DN160/3.DPD/I Tahun 2015 dikirimkan pada tanggal 3
Januari 2015 terkait pelaksanaan Sidang Paripurna Luar Biasa pada pagi ini.
Sebagaimana kita ketahui terkait tugas konstitusional DPD di yang termaktub dalam
Pasal 28 Ayat 1 Undang-Undang 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD yaitu
mengatur tentang untuk memberikan pertimbangan DPD tentang APBN itu harus
disampaikan selambat-lambatnya 14 hari sebelum diambil persetujuan antara DPR dan
Presiden. Oleh karena pengambilan keputusan di DPR tentang RAPBN Tahun Anggaran
2015 akan dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2015 itulah dasarnya hari ini kita harus
mengadakan Sidang Paripurna Luar Biasa sehingga berbagai aspirasi yang kita tangkap, yang
kita dapati, yang kita jemput melalui mekanisme yang ada di internal kita dan untuk itu kita
akan memberikan pertimbangan APBN tersebut.
KETOK 2X
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 3
Kemudian yang berikutnya, Pimpinan PPUU mengusulkan untuk dilaksanakan Sidang
Paripurna Luar Biasa untuk kita ambil keputusan tentang Program Legislasi Nasional di
lingkungan DPD untuk periode tahun 2015 dan juga prioritas yang kita laksanakan nantinya
di tahun 2015 sampai 2019. Oleh karena itu Saudara-saudara sekalian kami mohon pada
kesempatan Sidang Paripurna yang terhormat ini untuk kita hadir untuk mengikuti proses
pengambilan keputusan ini dengan khidmat dan tentu dengan kalau ada pertanyaan singkat
dan tepat sehingga bisa sebelum jam 12 sidang ini kita akhiri . Jadi kalaupun ada pertanyaan,
jelaskan singkat, kalau di berbagai parlemen internasional itu biasanya tidak lebih pertanyaan
itu dari 2 menit, kalau lebih 2 menit nanti pimpinan sidang, ketua sidang akan menstop
supaya bisa kita disiplin dengan waktunya.
Baiklah, sebelum nanti floor kita buka, kami persilakan terlebih dulu kepada Pimpinan
Komite IV untuk bisa menyampaikan laporannya.
PEMBICARA : L.M. RUSMAN EMBA, ST. (SULTRA)
Sebelunya Pak Ketua, Pimpinan.
Pimpinan yang saya hormati, yang saya hormati rekan-rekan Senator . Pertama saya
kira, agenda pertama kita dalam rangka pertimbangan pada RAPBN, saya kira ini agenda-
agenda yang sangat luar biasa sebenarnya tapi yang ironis ini di sini kita tidak mengahdirkan
seharusnya ada pemerintah, ada menteri atau ada apa begitu idealnya, harus seperti itu
sehingga apa kita bacakan itu langsung masuk dalam pikiran mereka, kalau perlu kita buat
dalam bentuk MoU sehingga ini bukan hanya sesuatu yang ceremonial belaka. Nah apakah
misalnya salah dalam regulasi dalam Rapat Paripurna seperti ini kita hadirkan para menteri
kalau perlu kita hadirkan presiden atau misalnya pak wakil presiden, itu saja mungkin Pak
Ketua.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik saya kira usul yang simpatik ya. Catatan kita. Baik, untuk itu kami persilahkan
kepada Pimpinan Komite IV.
PEMBICARA : H. ACENG HULIK MUNAWAR FIKRI, S. Ag (JAWA BARAT)
Pimpinan, paling depan.
Terima kasih. B-47.
Seperti yang disampaikan tadi saya sepakat sekali dan substansinya dari memberikan
pertimbangan itu seperti yang sudah-sudah dilakukan, apakah itu terkontrol atau hanya
merupakan pertimbangan catatan tertulis saja sehingga ketika dibawa ke dalam pembahasan
rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara tambahan atau perubahan itu betul-betul
apa yang menjadi pertimbangan DPD itu menjadi substansi diubah, begitu. Mengapa saya
bisa saya sampaikan karena pada perubahan APBNP yang akan datang akan sangat
signifikan sekali terlebih lagi ini ditandai dengan fluktuasinya harga minyak dunia. Nah ini
akan sangat berdampak sekali terhadap perubahan yang akan dilakukan pada 12 Februari
yang akan datang. Maka dari itu saya mengharapkan bukan hanya kehadiran para Senator
yang terhormat pada saat ini tapi hasil daripada memberikan pertimbangan itu harus betul-
betul terkawal dan bukan hanya disiarkan dengan para pejabat eksekutif tapi lebih terkawal
sehingga betul-betul yang menjadi catatan dan pertimbangan kita itu betul-betul masuk di
dalam regulasi satu keputusan yang akan diputuskan pada APBN-P. Itu mungkin Pimpinan.
Terima kasih.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 4
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Kita lanjut. Kami persilahkan Pimpinan ...
PEMBICARA : Drs. HABIB ALI ALWI (BANTEN)
Lanjut Pimpinan, B-64. Sambung.
Terima kasih Pimpinan dan Anggota yang saya muliakan, Paripurna kali ini dan
Paripurna sebelum-sebelumnya saya merasakan suasana yang sangat hambar sekali dengan
paripurna-paripurna DPD ini. Kenapa? Tadi seperti disampaikan Paripurna kita ini tidak ada
nuansa paripurnanya itu tidak ada, suasananya hambar kayak rapat-rapat biasa hanya beda
tempat saja.
Pertama, kita tahu bahwa paripurna adalah sidang tertinggi bagi kita semua sehingga
suasananya itu ada suasana khas. Di dalamnya juga tadi kita bisa undang daripada eksekutif
tapi ini kita tidak rasakan. Jadi biasa ketemu Sesjen lagi, Sesjen lagi, anggota lagi, anggota
lagi hanya itu-itu saja. Jadi tidak ada nuansa.
Yang kedua, protokoler acaranya kayak sidang-sidang biasa saja, bahwa ini Paripurna
harusnya ada protokoler acara, pemandu acara, bukan langsung pimpinan yang langsung
memimpin untuk kita menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya rasa itu di awal dan penutup
itu harus ada pemandu acara. Nah ini protokoler acara ini juga harus jadi catatan buat kita
semua. Ini Paripurna .
Dan yang ketiga, standar busana. Ini busana yang kadang-kadang kita pakai juga ini
busana rapat pleno ya begini, busana rapat sidang panmus juga begini, batik lagi, ini lagi.
Sebenarnya standar busana paripurna itu ada atau tidak? Kalau kita di DPR atau DPRD ini
standar busananya jelas yaitu PSL lengkap kita. Nah ini kita, lihat ada yang pakai baju biasa,
ada yang pakai baju batik, tangan pendek. Ini Paripurna atau apa? Oleh karena itu saya
merasa kehilangan sekali suasana Paripurna ini.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Ya saya rasa semuanya itu kita tampung, nanti kita bahas, apalagi yang
tergabung dalam Panmus. Nah itulah forum yang tepat ya supaya hal-hal yang ingin
perbaikan kita sempurnakan tapi tolong juga kita kembalikan baca juga tatib bagaimana
pertimbangan APBN dilaksanakan. Barangkali catatan ini akan kita insya Allah pada waktu
dekat nanti Pimpinan akan ada rapat konsultasi pertama dengan Presiden Jokowi. Mudahan-
mudahan apa yang disampaikan ini bisa menjadi masukan kita semua. Jadi bisa kita sepakati?
Baik.
Baik kami persilahkan untuk disampaikan.
PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (WAKIL KETUA KOMITE
IV)
Bismilahirohmanirohim.
Laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI pada Sidang Paripurna Luar Biasa
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Rabu20 Januari 2015. Saya mewakili
Pimpinan Komite menyampaikan meskipun ada Pak Cholid di sana.
KETOK 1X
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 5
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om swasti astu
Yang saya hormati Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah selaku pimpinan rapat, yang
saya hormati yang terhormat para Anggota Dewan Perwakilan Daerah, para Senator seluruh
Indonesia dan hadirin yang berbahagia. Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji
syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya
kepada kita sekalian sehingga kita dapat menghadiri Sidang Paripurna Luar Biasa. Dewan
Perwakilan Daerah pada hari ini atas nama pimpinan dan segenap Anggota Komite IV
Dewan Perwakilan Daerah kami sampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan
untuk menyampaikan laporan ini Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas
Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 diajukan
sebagai penerjemahan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019 yang
dituangkan dalam kerangka program dan kegiatan serta kerangka pendanaan pada tahun
pertama RPJMN tahun 2015-2019.
Sesuai dengan amanat Pasal 22d dan Pasal 23 Ayat 2 Undang-Undang Dasar Tahun
1945, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang
No.17 Tahun 2014 tentang Susduk sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.
42 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang Susduk
maka Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) wajib memberikan
pertimbangan kepada DPR terhadap RAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2015.
Pertimbangan DPD RI ini dibuat berdasarkan masukan aspirasi masyarakat melalui dengar
pendapat dengan pemerintah, para pakar dan pelaku pembangunan dalam berbagai
kesempatan rapat kerja dan kunjungan kerja ke daerah. Dengan pertimbangan DPD RI
penyusunan dokumen RAPBN-P Tahun Anggaran 2015 diharapkan menjadi lebih baik,
realistis dan sesuai dengan aspirasi rakyat dan daerah di seluruh Indonesia. Sehubungan
dengan penyampaian Rancangan Undang-Undang APBN Perubahan Tahun 2015 dari
pemerintah dan rencana undang-undang tersebut akan diambil persetujuan bersama antara
DPR dan pemerintah direncanakan pada tanggal 12 Februari 2015 maka memperhatikan
ketentuan pasal sebagaimana peraturan pemerintah di atas yang harus sampaikan paling
lambat 14 hari sebelum diambil keputusan bersama DPR dan pemerintah. Oleh karena itu
DPD memandang perlu untuk segera menyampaikan pertimbangan tersebut kepada DPR
yang diputuskan melalui Sidang Paripurna Luar Biasa DPD pada hari ini. Merespon
pembahasan RAPBN-P yang sangat ketat, Komite IV mengadakan serangkaian rapat
termasuk Rapat Dengar Pendapat bersama Tim Anggaran Komite I, II dan III dan Dirjen
Anggaran, Dirjen Perimbangan Keuangan dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
Keuangan RI pada tanggal 22 Januari 2015. Komite IV juga membahas RAPBN-P 2015
bersama Budget Office atau Pusat Data dan Analisis Anggaran DPD RI sebagai unit
pendukung akademis yang independent dan non partisan. Akhirnya materi ini di finalisasi
tanggal 23 Januari 2015 di kantor DPD RI.
Pimpinan, Anggota dan hadirin peserta Sidang Paripurna yang kami hormati, beberapa
pokok-pokok pertimbangan DPD RI terhadap RAPBN-P Tahun 2015 sebagai berikut :
1. Pentingnya perbaikan terhadap asumsi makro ekonomi dan pokok-pokok kebijakan
fiskal dengan memasukkan indikator strategis lainnya seperti tingkat kemiskinan,
pengangguran, Gini Rasio dan lain sebagainya
2. RAPBN-P Tahun Anggaran tahun 2015 agar dapat mencerminkan baseline anggaran
RPJMN tahun 2015-2019 dengan memperjelas perioritas anggaran kementerian dan
lembaga dengan dan transfer daerah dengan 9 agenda prioritas nawacita dan trisakti
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 6
3. Peningkatan penerimaan perpajakan lebih dari 104,69 trilyun dengan melakukan
inttensifikasi ekstensifikasi dan regulasi perpajakan khususnya pada PPH orang
pribadi dan badan yang potensinya masih sangat besar.
4. Tambahan untuk transfer daerah agar dapat ditingkatkan tidak hanya terdapat dana
alokasi khusus namun pada porsi atau anggaran lainnya. Hal ini di barengi dengan
upaya perbaikan baik akuntabilitas dan transparansi anggaran tersebut
5. Dana desa yang dialokasikan perlu ditambahkan kegiatan pendampingan bagi
masyarakat desa agar kualitas program dan kegiatan serta akuntabilitas dana desa
lebih optimal termasuk pula memenuhi amanat Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang desa agar anggaran dana desa sepenuhnya dapat dipenuhi pemerintah .
6. Penggunaan dana PMN penyertaan modal untuk badan usaha milik negara lebih
selektif dalam mempertimbangkan kinerja BUMN agar target pembangunan benar-
benar realistis untuk dijalankan. BUMN yang perlu mendapakan prioritas yakni
BUMN untuk infrastruktur dan pertanian.
7. Penyusunan RAPBNP Tahun Anggaran 2015 harus didukung dengan langkah
melakukan optimalisasi seluruh instrumen anggaran baik berupa belanja pusat dalam
bentuk dana dekonsentrasi tugas pembantuan, dana transfer daerah, dana perbankan
dan investasi swasta serta sumber dana lainnya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran
pembangunan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan
pemerataan pembangunan dan mendorong percepatan pembangunan daerah.
Bapak Ibu hadirin peserta rapat yang kami hormati, pertimbangan DPD RI terhadap
RAPBNP 2015 secara lebih rinci antara lain:
Asumsi dasar ekonomi makro
1. RAPBNP Tahun Anggaran 2015 telah memasukkan asumsi makro ekonomi seperti
pertumbuhan ekonomi inflasi nilai tukar harga minyak mentah Indonesia (lifting
minyak dan gas), DPD RI berpandangan sebaiknya pemerintah juga memasukkan
asumsi lain seperti tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, gini rasio, nilai tukar
petani dan nilai tukar nelayan. DPD RI berpendapat bahwa tujuan penggunaan APBN
perlu untuk kesejahteraan rakyat sehingga asumsi lain menjadi prioritas untuk
dimasukan dalam RAPBNP tahun 2015
2. Dalam RAPBNP Tahun Anggaran 2015 pertemuan ekonomi diasumsikan sebesar 5,8
persen atau tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan APBN tahun anggaran
2015. DPD RI berpandangan bahwa target yang cukup baik tersebut akan dicapai
apabila pemerintah dapat mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat lebih tinggi
di atas 5,2 persen, membaiknya kinerja konsumsi pemerintah di atas 4,2 persen serta
pembentukan modal tetap bruto di atas 8,1 persen. DPD berpendapat langkah yang
harus dilakukan tetap mempertahankan konsumsi kelompok miskin dan hampir
miskin, memperbesar pendanaan infrastruktur pada tingkat kabupaten/kota serta
mempermudah pelayanan investor di sektor ril.
3. Dalam RAPBNP tahun 2015 pemerintah mengajukan asumsi inflasi diperkirakan
mencapai 5,0 persen atau lebih tinggi dari asumsi APBN tahun 2015 sebesar 4,4
persen. Peningkatan asumsi ini selain disebabkan penyesuaian harga BBM juga
disebabkan karena harga komoditas pangan maupun gejolak nilai tukar rupiah. DPD
RI berpandangan bahwa target inflasi tetap berada pada kisaran 4,0 ±1,0 persen masih
jauh lebih realistis seperti sampaikan Bank Indonesia data tahun 2015. Target tersebut
dapat dicapai pemerintah apabila pemerintah dapat menjaga ketersediaan pangan pada
beberapa daerah yang produksi pangan rendah dan memperbaiki efisiensi jalur
distribusi logistik pangan. DPD RI berpendapat pemerintah juga perlu mengimplikasi
penyusunan harga BBM pada tarif angkutan, biaya BBM pada industri hingga
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 7
pemihakan penyesuaian tarif tenaga listrik pada golongan rumah tangga
berpenghasilan rendah. Langkah diatas juga perlu dibarengi upaya peningkatan
koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dalam menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil
sehingga barang modal yang bersumber impor jauh lebih stabil.
4. Pemerintah juga mengajukan asumsi rata-rata nilai rupiah terhadap dollar US yang
diperkirakan berada pada kisaran Rp.12.200 atau lebih tinggi dari asumsi APBN
pokok tahun 2015 sebesar Rp.11.900 per USD. DPD RI berpandangan pemerintah
perlu segera meredam gejolak nilai tukar dengan memperbaiki fundamental struktur
fiskal dan alokasi belanja pada sektor-sektor unggulan dan rill, perbaikan infrastruktur
ekonomi secara proporsional antar wilayah baik irigasi, energi, pelabuhan, jalan dan
jembatan. DPD berpendapat bahwa upaya ini perlu dibarengi dengan perbaikan di
pasar keuangan termasuk akses masyarakat ke lembaga keuangan. Hal ini akan
meningkatkan kepercayaan pasar terhadap perekonomian sehingga dapat
meningkatkan modal masuk.
5. Suku bunga SPN 3 bulan perkirakan akan turut mengalami tekanan dan sedikit lebih
tinggi di atas asumsi APBN tahun 2015 yakni 6,0 persen menjadi 6,2 persen. DPD RI
berpandangan bahwa sepatutnya suku bunga SPN 3 bulan tersebut dapat jauh rendah
dari target yang ditetapkan. DPD RI berpendapat pemerintah harus mulai mengurangi
tingkat inflasi sebagai salah satu penyebab meningkatnya SPN 3 bulan. Pemerintah
perlu memperkuat kepemilikan domestik pada Surat Perbendaharaan Negara atau
SPN sehingga fundamental ekonomi domestik jauh lebih baik .
6. Harga minyak mentah Indonesia diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata USD
70 per barel atau lebih rendah dari asumsi ICP dalam APBN tahun 2015 sebesar 105
dollar per barel. Perkiraan tersebut sebabkan oleh proyeksi masih besarnya pasokan
minyak dunia dibandingkan permintaan dunia. DPD RI berpandangan bahwa
turunnya harga ICP harusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk secepatnya
melakukan kebijakan bauran energi baik untuk pembangunan geothermal,
pembangunan jaringan pipa gas, pembangunan mikro hidro dan sebagainya. DPD RI
berpendapat penurunan harga ICP yang berimplikasi kepada penurunan penerimaan
negara perlu dibarengi dengan penerimaan peningkatan pajak yang bersumber dari
migas. Langkah di atas juga perlu diimbangi dengan penurunan tekanan inflasi
khususnya berasal dari cost plus implassion atau industri transportasi maupun barang
modal lainnya.
7. Lifting minyak diperkirakan akan terealisasi sebesar 849 ribu barel per hari, lebih
rendah dibandingkan asumsi APBN dasar tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 900
ribu barel per hari. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan produksi pada
sumber minyak lama meskipun pencapaian Blok Cepu diperkirakan mampu
memproduksi 165 ribu barel per hari pada tahun 2015. DPD berpendapat bahwa Blok
Cepu masih memiliki problem yang belum tuntas, baik terkait masalah perizinan pipa
serta pembebasan dan konsinyasi lahan. Penting kiranya pemerintah memastikan
bahwa permasalahan tersebut dapat tuntaskan pada tahun 2015 sehingga jangan
sampai kelemahan dari sektor produksi dimanfaatkan importir minyak yang akan
merugikan negara.
8. Lifting gas bumi diperkirakan mencapai 1.177 ribu barel setara minyak per hari atau
lebih rendah dibandingkan asumsi lifting gas bumi pada APBN tahun 2015 yang
ditetapkan sebesar 1.248 ribu barel setara minyak minyak per hari . DPD berpendapat
pemerintah untuk terus mempertahankan target lifting gas bumi tersebut meski
demikian perlu kebijakannya lebih tegas penggunaan gas bumi tersebut untuk
kepentingan konsumsi dalam negeri yang disebar secara adil pada berbagai daerah di
Indonesia.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 8
Kebijakan dan target pendapatan negara
1. Sektor perpajakkan mengalami kenaikan sebesar 104,69 trilyun dari semula 1.379
trilyun menjadi 1.484,6 trilyun. Kenaikan sebesar 8,2 persen ini sebabkan karena
target pajak dari PPN non minyak dan gas bumi, pajak pertambahan nilai, pendapatan
cukai dan pendapatan pajak lainnya. DPD berpandangan agar dilakukan optimalisasi
penerimaan pajak melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan regulasi. Untuk itu DPD RI
berpendapat perlu segera dilakukan reformasi Undang-Undang Perpajakan agar
sistem perpajakan self assesment dapat laksanakan dengan baik sesuai dalam
peraturan dasar perpajakan Pasal 23 Amandemen ke 3 UUD 1945 bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam Undang-
Undang. Dalam rangka meningkatkan penerimaan perpajakan selain memberikan
sanksi yang tegas bagi wajib pajak dan aparat pajak yang melanggar ketentuan
perpajakan hendaknya pemerintah memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang
memadai kepada instansi perpajakan. Selain itu juga pemerintah memberikan insentif
bagi instansi perpajakan yang telah berprestasi melampaui target penerimaan yang
telah ditetapkan.
2. Dalam pendapatan negara bukan pajak tahun 2015 diperkirakan mencapai 281,1
trilyun atau lebih rendah sebesar 129,3 trilyun atau menurun sebesar 31,2 persen dari
target APBN tahun 2015. Perubahan ini disebabkan penurunan pendapatan karena
sumber daya alam migas sebesar 57,4 persen dari 224,25 trilyun menjadi 95,63 puluh
trilyun dan bagian laba BUMN sebesar 20,6 persen dari 44 trilyun menjadi 34,95
trilyun. Untuk mendukung penguatan dan permodalan BUMN terhadap penurun dari
PNBP tersebut DPD RI berpendapat pemerintah agar melakukan negosiasi pro-duk
sesuai kontrak atas ekplorasi dan eksploitasi migas serta pemanfaatan peluang Asean
Free Trade Area (AFTA) atau Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir tahun 2015
untuk meningkatkan laba BUMN.
Kebijakan dan anggaran belanja.
1. Alasan dasar perubahan belanja negara dalam RAPBN-P Tahun Anggaran 2015
dilakukan adalah perubahan kebijakan alokasi anggaran untuk mengakomodasi
implementasi konsep Trisakti dan Nawacita. DPD RI berpandangan bahwa konsep
Trisakti dan Nawacita tersebut perlu diperjelas dalam RAPBN-P tahun 2015. DPD RI
berpendapat beberapa prioritas agenda pembangunan seperti melakukan revolusi
karakter bangsa dan memperteguh kebhinekaan serta memperkuat restorasi sosial
Indonesia belum tergambar secara jelas dan tegas dalam RAPBN-P tahun 2015
sehingga pemerintah perlu mempertegas hal tersebut dan penyebaran program, dan
kegiatan RAPBN-P tahun 2015.
2. Dimensi pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 salah satunya
dimensi pemerataan dan kewilayahan yang mendorong pembangunan antar kelompok
pendapatan antar wilayah desa, kota, wilayah pinggiran dan pusat, Jawa dan luar
Jawa, kawasan barat, kawasan timur Indonesia termaksud kepulauan. DPD RI
berpandangan bahwa RAPBN-P 2015 sebagai baseline anggaran RPJM 2015-2019
sepatutnya dapat memperhitungkan dimensi pemerataan dan kewilayahan. DPD
berpendapat bahwa belanja kementerian/lembaga dapat menyajikan data anggaran per
wilayah agar dimensi pemerataan dan kewilayahan dapat lebih terukur dan
dipertanggungjawabkan. Selain itu dimensi pemerataan dan kewilayahan juga
mempertimbangkan wilayah kepulauan.
3. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi dalam RAPBN-P tahun 2015 yakni fungsi
pelayanan umum terjadi penurunan dari RAPBN-P terhadap RAPBN tahun 2015
dengan nominal sebesar 178,96 milyar atau sebesar negatif 20,1 persen sementara
fungsi lainnya mengalami peningkatan termasuk fungsi perlindungan sosial yang
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 9
meningkat sebesar 20trilyun 841,1 milyar atau sebesar 250,5 persen. DPD RI
berpendapat pemerintah perlu melihat kembali realokasi menurut fungsi sehingga
terjadi keadilan bagi fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, ketertiban, dan
keamanan, serta pendidikan.
4. Terdapat penambahan alokasi tambahan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
untuk pemenuhan kewajiban dasar sebesar 7,1 trilyun dalam RAPBN tahun 2015 .
Peningkatan ini fokus pada program KIP dan bea cetak kartu riplet dan biaya
pengiriman KIP yang dilakukan oleh pemerintah pusat. DPD berpendapat sebaiknya
terdapat alokasi tambahan dalam RAPBN-P tahun 2015 untuk Kemendikbud yang
mencerminkan revolusi mental dalam dimensi pendidikan. Selain itu juga perlu di
dorong alokasi di atas agar target rata-rata sekolah dapat tercapai sehingga indeks
pembangunan manusia Indonesia juga meningkat.
5. Kementerian Perhubungan mendapatkan alokasi tambahan sebesar 20,02 trilyun
sehingga anggaranya dalam RAPBN-P 2015 menjadi 64,69 trilyun. Tambahan
anggaran tersebut dipergunakan untuk pembangunan sektor unggulan, pengurangan
kesenjangan dan infrastruktur konektifitas. DPD RI berpandangan perlu adanya
alokasi RAPBN-P tahun 2015 khususnya bagi pelabuhan udara atau bandara di
wilayah yang tingkat kebutuhannya tinggi namun ketersedianya terbatas. DPD RI
berpendapat pemerintah perlu mendorong perbaikan regulasi mengenai bagi hasil
keuntungan bandara antar Kementerian Perhubungan dengan pemerintah daerah
6. Sebagai akibat pergeseran belanja dan kebijakan penyusunan subsidi BBM maka
belanja Kementerian dan Lembaga naik sebesar 20,4 persen pada RAPBN-P 2015
atau senilai 132,2 trilyun. Sementara belanja transfer ke daerah hanya meningkat
sebesar 2,6 persen atau senilai 13,1 trilyun. DPD RI berpendapat bahwa keadilan dan
pemerataan alokasi belanja dalam RAPBN-P 2015 dengan mendorong proporsi
belanja transfer ke daerah lebih besar. Hal ini mengingat bahwa kewenangan dan
tugas pemerintah daerah jauh lebih banyak dibandingkan pemerintah pusat.
7. Dana transfer ke daerah utamamya diperoleh dari dana perimbangan yang terdiri dari
dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi khusus. Dalam RAPBN-P 2015
perubahan kenaikan menonjol terhadap APBN adalah dari dana bagi hasil pajak
sebesar 3,8 trilyun. DPD RI berpendapat bahwa penerimaan pajak jenis PPh orang
pribadi dan PPh karyawan yang dibagihasilkan kepada daerah dilakukan dengan
transparan, adil serta mempertimbangkan masing-masing kondisi daerah.
8. DAK akan mendapatkan tambahan sebesar 20 trilyun sehingga menjadi 55,82 trilyun.
DAK tambahan tersebut dialokasikan untuk mendukung program perioritas kabinet
kerja baik untuk infrastruktur, irigasi pertanian, transportasi subbidang jalan, sarana
perdagangan dan pelayanan kesehatan rujukan. DPD RI berpandangan bahwa
kenaikan dana menyelesaikan dengan kebutuhan daerah sesuai dengan indikator yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan pengelolaan yang transparan. DPD RI
berpendapat bahwa pemerintah dalam pelaksanaan DAK perlu mempercepat
penerbitan juknis yang diberikan ke daerah serta memberlakukan juknis DAK yang
berlaku antara 3-5 tahun.
9. Dalam RAPBN-P tahun 2015 anggaran desa yang semula 9 trilyun rupiah mendapat
alokasi tambahan 11,7 trilyun atau meningkat 129,1 persen terhadap APBN pokok
2015. Ini merupakan suatu kenaikannya cukup signifikan. DPD RI berpandangan agar
dana tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif dengan kesiapan aparatur desa dalam
pengelolaan keuangan desa. DPD RI berpendapat perlu pendampingan yang
berkelanjutan bagi desa dalam pengelolaan dana desa tersebut.
Saya sengaja pertegas ini karena paling banyak, paling banyak muncul dalam
pembahasan.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 10
10. Harap dicermati dengan baik. Anggaran dana desa dalam RAPBN-P tahun 2015
totalnya sebesar 20,7 trilyun sementara jumlah desa menurut data BPS pada tahun
2013 sebanyak 74.045 desa. Hal ini berarti terdapat alokasi yang bersumber dari
APBN-P tahun 2015 rata-rata per desa sebesar 279,559 juta per desa. DPD RI
berpandangan bahwa salah satu amanat dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang desa bahwa desa akan mendapatkan alokasi sebesar 10 persen dari dana
perimbangan setelah dikurangi DAK atau untuk tahun 2015 yang diperkirakan
sebesar 48,55 trilyun dengan asumsi jumlah desa yang sama. DPD RI berpendapat
bahwa pemerintah perlu segera secara tegas melaksanakan perhitungan alokasi dana
desa secara cermat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu
pemerintah perlu melakukan kaji ulang terhadap pertumbuhan jumlah desa yang
mempengaruhi alokasi dana desa secara keseluruhan agar target rata-rata alokasi desa
sebesar minimal 1 miliar lebih per desa dapat terpenuhi sebagaimana sering
dinyatakan Presiden terpilih RI Bapak Jokowi Dodo dan Wakil Presiden Bapak
Jusuf Kalla.
Kebijakan defisit anggaran dan pembiayaan anggaran
1. Rancangan APBN-P tahun 2015 terdapat defisit anggaran dari 245,8 trilyun atau 2,21
persen PDB (Produk Domestik Bruto) menjadi sebesar 225,9 trilyun atau sekitar 1,9
persen terhadap PDB yang mengakibatkan pembiayaan anggaran juga mengalami
penurunan dengan jumlah yang sama . Defisit tersebut sebagian besar disebabkan
oleh kenaikan pembiayaan yang bersumber dari hutang sebesar 291,4 trilyun atau
naik sebesar 36,5 trilyun (14,3 persen) sementara yang pembiayaan yang non hutang
sebesar negatif 65,5 trilyun. DPD RI berpandangan pemerintah perlu melakukan
penurunan defisit anggaran dengan mendorong penerimaan negara khususnya dari
sektor perpajakan. Terkait dengan pembiayaan DPD RI berpendapat bahwa
pembiayaan utang khususnya melalui SBN perlu di dorong SBN yang sifatnya jangka
menengah dan panjang serta menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini mengingat
sebagian SBN yang sifatnya jangka pendek lebih dari 30 persen telah dikuasai asing.
2. Pemerintah perlu mengkaji ulang dan lebih selektif dalam memilih BUMN yang
dialokasikan. BUMN yang kinerjanya perusahaannya buruk yang telah melakukan go
publik maupun yang statusnya masih belum jelas perlu dipertimbangkan untuk tidak
mendapatkan PMN. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu memproritaskan
dan pengalokasian PMN terhadap BUMN yang berkaitan dengan infrastruktur dan
pertanian agar produktivitas masyarakat terjamin sehingga dapat terjadi peningkatan
kesejahteraan secara keseluruhan.
Pimpinan, anggota dan hadirin Sidang Paripurna yang kami hormati, dalam Sidang
Paripurna yang terhormat ini kami menyampaikan rancangan keputusan ini dengan harapan
dapat diambil keputusan DPD tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015. Selengkapnya
kami serahkan kepada Pimpinan DPD.
Demikian laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang dapat kami sampaikan. Atas
nama Pimpinan Anggota Komite IV DPD mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan
dukungannya yang terhormat Pimpinan, Anggota dan Sekretariat Jenderal DPD RI beserta
seluruh jajarannya. Kepada Budget Office, staf ahli dan rekan-rekan termasuk dari media
massa dalam pelaksanaan tugas Komite IV ini.
Kepada Anggota Komite IV terutama yang memberikan masukan tertulis, kami mohon
maaf kalau tidak secara implisit persis sama dengan rumusan yang tertuang dalam
kesimpulan ini begitupun dengan masukan dari tim anggaran komite-komite. Kami telah
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 11
berupaya untuk itu namun inilah kemampuan dapat kami hasilkan. Mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om santi santi om
Pimpinan Komite IV. Bapak Cholid Mahmud, Ajieb Padindang, Ghazali Abas dan
seluruh Anggota Komite IV.
Terima kasih
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Bapak Ibu sekalian. Tentu saja kita telah mendengarkan laporan terhadap
RAPBN Perubahan sebagai bagian daripada pertimbangan DPD oleh Pimpinan Komite IV
yaitu Ajieb Padindang. Oleh karena itu kepada kita dimintakan persetujuannya terhadap
RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 tentang APBN Tahun Anggaran 2015.
Apakah ini dapat kita setujui? Silakan Pak Jhon.
PEMBICARA : Prof. Dr. JHON PIERIS, SH., MS. (MALUKU)
Ketua, ini tambahan saja tidak mempersoalkan. Saya Anggota Komite IV.
Pembahasan di komite itu mempersoalkan 4 indikator, transfer pusat ke desa. Dan kemarin
juga saya persoalkan itu kepada Panmus. Belum tergambar di sini Pak Ketua. Saya usulkan
pada pada halaman 9 itu poin 10, ada anak kalimat setelah kalimat kedua. Saya baca supaya
tidak salah. Poin 10 kalimat kedua, kalimat ketiga, maaf.
“DPD RI berpandangan bahwa salah satu amanat dalam Undang-Undang No. 6 Tahun
2014 tentang desa, bahwa desa akan mendapatkan alokasi sebesar 10 persen dari dana
perimbangan setelah dikurangi DAK untuk tahun 2015 akan diperkirakan sebesar 48,55
trilyun dengan asumsi jumlah desa yang sama. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu
secara tegas melaksanakan perhitungan alokasi dana desa secara cermat sesuai dengan
peraturan Undang-Undang yang berlaku.”
Saya menyisipkan satu kalimat saja sebagaimana yang saya usulkan pada Panmus
kemarin belum tercover di sini. “Oleh sebab itu pemerintah juga harus memperhatikan 4
indikator utama, besaran transfer pusat untuk pembangunan desa antara lain jumlah
penduduk, luas wilayah, letak geografis dan jumlah akademis kita. Menyangkut luas wilayah
dan letak provinsi itu bagi provinsi kepulauan itu memang luas wilayah laut harus dihitung
juga Ketua. Sebab jika tidak maka provinsi kepulauan akan mengalami kerugian yang luar
biasa. Demikian juga letak geografis desa-desa di perbatasan.”
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, ini menjadi catatan buat Komite IV untuk formulasi atau dasar selain untuk
menentukan alokasinya. Baik, kalau tidak ada bisakah.. Silakan.
PEMBICARA : ADRIANUS GARU, SE., M.Si (NTT)
Berkaitan apa yang disampaikan Pak Jhon juga, itu di poin 10 saya ada hal-hal yang
satu yang perlu ditambah tentang pengalokasian dana desa itu. Jadi dalam penjelasan Dirjen
Anggaran kemarin dialokasikan tiap tahap yang dimulai pada April. Saya berpendapat bahwa
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 12
kalau seandainya nanti dana yang dialokasikan per April ini sudah celaka buat pemerintahan
desa pasti ini gagalnya banyak dan saya sudah marah-marah kemarin waktu rapat bahwa
pemerintah pusat punya andil 70 persen dalam rangka menggagalkan ini. Karena kalau
memang mau sama dengan DIPA DAU maupun DAK diserahkan pada tanggal 2 Januari.
supaya startnya sama. Nanti kalau April nanti alasannya banyak, apalagi sumber dayanya
rendah. Jadi mungkin ditambah jadi minta kepada pemerintah juga supaya pengalokasian
dana desa itu sama startnya dengan alokasi dana DAU maupun DAK.
Terima kasih, saya kembali.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, sebagai catatan. Baiklah Bapak Ibu sekalian. Ada lagi? Bapak Aceng.
PEMBICARA : H. ACENG HULIK MUNAWAR FIKRI, S. Ag (JAWA BARAT)
Pimpinan, masih di poin 10.
Kalau tadi disampaikan oleh rekan Senator yang dua orang itu terkait dengan apa
namanya penerimaan dana desa. Kebetulan setelah saya berkonsultasi dengan para Ketua
TAPD (Tim Anggaran Pemerintahan Daerah) ternyata ini seolah-olah desa itu dibiayai oleh
APBN. Padahal rilnya, faktanya itu tetap masuk dulu pada APBD, yang didalam itu ada
DAU. Cuma di sini memang setelah dikurangi oleh DAK. Jadi logikanya kalau pemerintah
pusat mensupport terhadap pemerintah desa sementara itu sudah ada DAU menurut ini
signifikansi tidak ada. Itu yang pertama.
Kemudian yang kedua, tadi DPD menyampaikan bahwa penerimaan yang akan
ditingkatkan itu dari sektor pajak. Nah logikanya yang tertumpuk untuk mendapatkan
pendapatan dari sektor pajak ini sesungguhnya tidak mensejahterakan rakyat. Kenapa tidak
diorientasikan kepada bagi hasil migas misalnya atau bagi hasil kontrak karya dengan
Freeport atau mana misalnya karena banyak sekali begitu kan sehingga tidak tertuju pada
pajak karena pajak itu memiskin rakyat menurut saya kalau pajak menjadi orientasi. Jadi
tolong dikritisi.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Pak Aceng. Baiklah Bapak Ibu sekalian. Ada lagi? Silakan.
PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL)
Kanan Pak.
Terima kasih Pimpinan. Saya Bahar Ngitung, 103, Sulawesi Selatan.
Membaca asumsi pertimbangan yang diajukan oleh Komite IV ini hampir setiap tahun
itu hampir sama, ekonomi makro yang diajukan padahal sudah lama direncanakan, DPD juga
harus membuat sebuah asumsi APBN tandingan. Artinya DPD juga harus bisa membuat
yang mikro yang langsung bersentuhan kepada kepentingan daerah kita masing-masing. Saya
tidak pernah merasakan apa pertimbangan DPD itu bermanfaat untuk MPR, tidak ada. Kita
tidak pernah merasakan langsung karena hanya secara makro yang kita ajukan. Kenapa kita
tidak berani membuat juga, mengajukan program-program setiap tahun yang langsung dari
daerah melalui DPD dan kita juga adakan rapat kerja dengan kementerian tentang program
kerja mereka di daerah sehingga kepentingan daerah langsung kita rasakan yang ada di dalam
APBN. Ini kertas ini pertimbangan yang diajukan kepada MPR, kepada DPR, tidak ada
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 13
manfaatnya, tidak pernah saya merasakan apa dampak langsung kepada daerah. Kita hanya
berbicara banyak buang waktu di sini tapi kita tidak rasakan kepentingan daerah. Dan sudah
lama di Komite IV itu ada Budget Office. Apa fungsi Budget Office ? Hanya meramu sebuah
kertas untuk setiap 5 tahun. Oleh karena itu kita buat juga APBN yang kira-kira kita
sandingkan sebagai bahan pertimbangan langsung ke sana secara mikro untuk kepentingan
daerah daripada kita berbicara ada berbicara di sini pimpinan tertawa-tertawa, jangan
berbisik Pak, etika sedikit. Kita berbicara, berbisik-bisik di sana, bagaimana itu. Coba pikir
ini untuk kepentingan daerah. Jadi saya hanya mau agar kita mengajukan sendiri, jangan
berulang setiap ulang setiap tahun dan tanpa ada manfaatnya.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik ya, teman-teman sekalian.
Apa yang kita lakukan ini kita lakukan sesuai dengan konstitusional. Memang
perintah daripada saya baca-baca ini RUU APBN kita ini dimintakan memberikan
pertimbangannya kepada DPR. Jadi mungkin tidak dirasakan, saya paham karena kita bukan
eksekutor tapi garis-garis besar ini sesungguhnya itu menjadi catatan juga bagi pemerintah
waktu mereka rapat anggaran dengan DPR. Jadi tidak begitu juga benar yang disampaikan
barusan itu. Banyak asumsi-asumsi yang segala macam itu. Cuma Saudara lihat bagaimana
Menteri Bapennas mengatakan bagaimana pertimbangan soal kesenjangan, gini indeks, itu
adalah bahasa-bahasa DPD RI, tidak ada itu bahasa DPR selama ini. Jadi asumsi itu penting
sekarangpun sudah dimasukan juga IPM indeks, gini indeks, itu bahasanya DPD.Saya
membicarakan itu tetapi bagaimana detailnya tentu antara pemerintah dan DPR. Nah itulah
makanya di Komite IV juga sudah ada perubahan. Benar kata Pak Bahar kalau kita mau lebih
mau teknis ya mari masing-masing kita memberikan masukannya. Jadi ini catatan. Apa yang
kita lakukan itu terasakan benarnya. Di tahun 2012 saudara-saudara sekalian, bagaimana
DPD memberikan pertimbangan sisa anggaran 20 trilyun kemudian dari Komite IV
mengusulkan supaya sisa anggaran itu diserahkan kepada provinsi yang IP-nya rendah itu
dilaksanakan oleh Presiden SBY. Betulkan Komite IV? Iya, 6 provinsi terbawah. Maluku,
Maluku Utara, itu bisa diberikan pemerintah atas kesepakatan kita dari DPD ya. Nah itulah,
ya karena kita ini berada di hulunya, kebijakan kita ini bukan berada di hilir daripada
kebijakan. Kalau kita ingin langsung di hilir jadi camat kita, jadi bupati kita, jadi walikota
atau kepala desa ya. Jadi kalau Anggota DPD ya kita berada di tingkat kebijakan yang atas.
Nah ini saya ingin meluruskan saudara-saudara sekalian, jangan merasa seolah-olah kita ini
tidak berperan, sangat berperan dan saya, sebentar dengar saya dulu, saya juga bicara .
Jangan anda saja bicara. Jadi kita harus saling memahami, begitu lho. Saya merasakan, saya
juga tidak mau membuang waktu juga 15 tahun di sini. Jadi teman-teman untuk itu kita harus
meningkatkan terus kinerja kita secara bertahap , Komite IV sudah ada. Kenapa kita tidak
undang karena memang APBN ini kita serahkan ke DPR. Kalau memang ada inspirasi kita
undang, nanti kita undang. Waktu dekat ini kita ada konsultasi dengan pemerintah. Nah
selama ini hubungan kita baik. Kita baru 10 tahun, kita tingkatkan, kita tingkatkan tapi kita
jangan melemahkan diri kita, itu yang saya tidak mau, jangan dong ya. Kita bukan untuk sia-
sia di sini. Jadi kita juga harus meng-appreciate kita dan saya juga sebagai seorang ekonom ,
seorang sarjana memang dibidang bisnis, saya melihat banyak perubahan terhadap kebijakan
terhadap APBN kita ya. Alokasi yang terutama adalah wilayah timur, yang tertinggal dan
sebagainya dan itu kita amati, begitu. Jadi mohon juga kita juga mengapresiasi, memberikan
juga insentif pada diri kita, itu harapan saya teman-teman sekalian dan kita buktikan dalam
kesehariannya kita hadir siap sidang. Ini juga catatan buat kita baru 4 bulan supaya betul-
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 14
betul kita dihargai oleh publik dan masyarakat kita. Itulah harapan saya, untuk itu silakan
Komite IV untuk bisa menjawab. Sebentar ya, coba Pimpinan Komite IV untuk menjawab.
PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL)
Pak Ketua, jadi begini, ini rupanya tidak nyambung. Bukan tidak bermanfaat, ini tugas
kita kenapa itu tidak berani membuat suatu gebrakan. Di Komite IV kan ada budget office ,
usulan-usulan kepentingan daerah langsung kita buat dalam bentuk apa kepentingan daerah,
bukan cuma seperti ini. Jadi Pak Ketua jangan marah, ini usulan dari anggota.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Saya tidak marah Pak Bahar, saya cinta betul sama kita semua.
PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL)
Tidak boleh ada marah-marah di sini. Ini harus aspirasi daerah kita tampung, setiap
sekarang di DPR sedang bagi-bagi daerah mana yang mau dapat, daerah mana mau dapat.
Kenapa kita tidak berani juga secara kelembagaan mengajukan setiap daerah. Kita kan
ketemu bupati, ketemu gubernur, ketemu rakyat, ini usulan-usulannya ini banyak Pak.
Maksud saya di Komite IV kan ada Budget Office.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Ada lagi?
PEMBICARA : BENNY RHAMDANI (SULUT)
Pak Ketua. B-96, Benny Rhamdani dari Sulawesi Utara.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Oke, habis itu saya minta Komite IV menjawab ya. Silakan.
PEMBICARA : BENNY RHAMDANI ( SULUT)
Begini Pak Ketua, mohon dengan cermat Pak Ketua memimpin Paripurna hari ini kita
sedang melaksanakan Paripurna berkaitan dengan pertimbangan DPD terhadap Rancangan
Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Secara materi tadi komite sudah menyampaikan
disampaikan oleh Pak Ajieb yang mewakili Pimpinan dan Anggota dan tadi Pak Ketua
memberi kesempatan setiap anggota untuk memberikan koreksi berkaitan dengan materi
yang disampaikan oleh Pak Ajiep. Hal-hal yang berkaitan dengan usulan-usulan seperti
seperti Pak Bahar itu menyangkut teknis proses politik kelembagaan. Usulan saya hal-hal
tadi kita sampaikan nanti setelah kita mengesahkan. Silakan Pak Ketua memimpin kembali
meminta pendapat koreksi atas materi yang disampaikan Pak Ajiep. Jika pada akhirnya kita
mengesahkan dalam bentuk persetujuan nanti sebelum acara paripurna ini ditutup Pak Ketua
tentu ya membuka ruang untuk anggota memberikan masukan-masukan berkaitan dengan
teknis.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 15
Terima kasih Pak Ketua.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Terakhir Pak Cholid sebagai Ketua Komite IV
PEMBICARA : H. CHOLID MAHMUD, ST., MT. (KETUA KOMITE IV)
Terima kasih Pimpinan.
Pertama apa yang disampaikan oleh Pak Bahar ini adalah keinginan kita semuanya.
Dan kita sudah menyepakati mekanisme itu melalui perdoman pemberian pertimbangan
untuk APBN maupun APBNP. Nah mekanisme yang sudah kita buat itu sudah memberi
ruang kepada setiap daerah untuk mengusulkan itu. Nah pada masa reses kemarin Komite IV
sudah membagikan draft usulan-usulan yang akan diberikan oleh daerah masing-masing
termasuk untuk APBN-P 2015. Sayangnya bahwa dari sekian banyak anggota itu tidak ada
10 persen yang masuk. Nah padahal sebenarnya itu adalah kita gunakan untuk kita
melakukan pembahasan-pembahasan bersama pemerintah, bukan untuk pertimbangan resmi
kepada DPR tetapi sebagai lampiran yang kita berikan kepada pemerintah ketika kita
melakukan proses pembahasan, baik di setiap komite maupun melalui Komite IV dalam
fungsi sebagai panitia anggarannya DPD itu. Nah oleh karena itu saya berharap bahwasannya
mekanisme yang sudah kita buat dengan cukup baik itu pada masa yang akan datang akan
lebih efektif dengan keterlibatan yang lebih baik dari kita bersama.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Dari Pak Ajiep ada tambahan? Cukup ya dan dijelaskan oleh Pak Ghazali. Soal
Budget Officenya coba.
PEMBICARA : Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (NAD)
Baik, terima kasih Pimpinan.
Saya menambah lagi apa yang disampaikan oleh Ketua Komite IV Mas Chalid.
Memang sejatinya kita terlibat full kita secara personal ataupun daerah. Suaranya kecil. Nah
sudah besar. Oke ya.
Baik saya ulangi, saya ini ya menambah apa yang diutarakan oleh Ketua Komite IV
Mas Chalid dari Yogyakarta. Kita sudah membuat edaran memang kepada semua teman-
teman ini untuk memberi masukan hasil resesnya dalam rangka persiapan kita buat yang
dibacakan Bapak Ajiep tadi tapi nyatanya memang tidak banyak yang merespon. Okelah itu
masa lalu yang kita lupakan. Ke depan saya kira tidak boleh seperti itu lagi, kalau kita minta
masukan dari teman-teman tolong proaktif memberikannya dan yang kita sampaikan tadi
juga masukan dari teman-teman kita juga mengundang kemarin para representatif komite,
wakil-wakil komite untuk ikut terlibat dalam pembahasan dengan eksekutif tapi ternyata
ketika itu tidak banyak yang juga memberi respon terhadap keinginan Komite IV. Ini saya
anggap pengalaman lagilah untuk masa yang akan datang ini boleh evaluasi tapi sejatinya
kita evaluasi diri kita terlebih dahulu dan ini apa yang komite sudah sampaikan ini sudah
maksimal, hasil kerja keras kita bersama hasil dari BO dan hasil juga dari teman-teman
sekalian. Oleh karena itu saya harap dengan hormat kepada teman-teman, kita membuka
peluang kepada siapapun untuk memperbaiki apa yang telah sampaikan. Saya sepakat juga
usul dari pada saudara saya dari Sulawesi Utara kita terima dulu yang ini kalau ada perbaikan
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 16
nanti setelah baru kita sampaikan dengan cara yang lebih santun, lebih cerdas dan lebih apa
namanya ya, lebih mewakililah kita semuanya sehingga apa yang kita sampaikan itu
bermakna. Janganlah kita mau menihilkan usaha kita bersama ini. Kalau itu kita lakukan
bermakna kita nihilkan diri kita sendiri. Saya kira demikian hasil kesepakatan dari teman –
teman dari Komite IV.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Bapak Ibu sekalian. Sudah jelas penjelasan Pimpinan Komite IV tadi semuanya.
Ada lagi?
PEMBICARA : Ir. H. MUHAMMAD MAWARDI, MM., M.Si (KALTENG)
Pak Ketua.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Silakan.
PEMBICARA : Ir. H. MUHAMMAD MAWARDI, MM., M.Si (KALTENG)
Terima kasih Pak Ketua. Mawardi, B-83.
Apa yang di sampaikan oleh Komite IV sebenarnya sudah merupakan gambaran yang
harus kita dukung dan itu hasil dari rekan-rekan kita yang membidangi masalah keuangan.
Dan menyangkut pemahaman-pemahaman teknis, saya berharap kita sendiri juga harus
memahami secara pribadi salah satu yang ingin saya sampaikan adalah ketika tadi fokus
kepada Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa. Jadi harus dipahami rekan-rekan
bahwa sumber anggaran itu memang ada beberapa anggaran. Kalau yang dikatakan
berdasarkan dana perimbangan 10 persen itu adalah untuk ADD. Tetapi ada juga dalam Pasal
72 itu bersumber dari APBN yang kita harapkan 1-1,4 milyar kemudian dana desa itu juga
ada yang bersumber dari bagi hasil pajak setiap tahun di daerah. Pak Aceng sebagai bupati
saya pikir juga kita selalu membagikan kepada desa bagi hasil dari PBB dan lain-lain. Nah
kemudian ada lagi sumber yang dari APBD Provinsi maka mari kita memahami secara utuh
Pasal 72 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 itu sehingga kita tidak perlu mengkhawatirkan
seperti TPAD itu. Harusnya mereka wajib menganggarkan kepada desanya. Jadi ini sudah
Undang-Undang kita cukup bagus saya lihat untuk membantu pemerataan pembangunan di
desa. Saya pikir demikian Pak Ketua.
Terima kasih.
PEMBICARA : MESAKH MIRIN (PAPUA)
Pak Ketua ini yang terakhir. Mesakh Mirin, B-126 ya.
Oke, terima kasih Pak Ketua.
Ini hanya sifatnya hanya masukan dan koreksi saja untuk Komite IV, hal teknis
sebenarnya. Beberapa waktu yang lalu kan saya sempat protes ke Pak Ketua dan Sesjen
tentang hal teknis yang Nomor 3 tentang surat edaran itu ya. Jadi Komite IV itu harus lihat
hal-hal mana yang harus dilihat, apa yang kewenangan dan tidak seperti kemarin kita punya
perjalanan dinas yang pernah saya itu, itu harus selektif betul diluar dari itu, itu satu.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 17
Yang kedua, unsur pimpinan tidak boleh intervensi masalah hal-hal lain, masalah
untuk anggaran Komite IV. Jadi itu saya lihat terlalu banyak intervensi, itu juga harus
diperhatikan baik-baik. Kalau memang, kita ini kan Anggota DPD yang batas ininya Cuma
kecil DPR RI di sana yang lebih banyak. Jadi kita ini jangan dikira diri sendiri. Itu hanya
saya masukan saja untuk Pak Ketua sama Komite IV. Komite IV punya surat 03 yang
kemarin kita protes dari Komite II. Saya yang protes, tidak boleh dilakukan hal-hal seperti
itu.
Terima kasih Ketua.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik Saudara- saudara sekalian..
PEMBICARA : MUH. ASRI ANAS (SULBAR)
Izin Ketua
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Silakan Pak Asri.
PEMBICARA : MUH. ASRI ANAS (SULBAR)
Iya, terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saya hanya mencoba bertanya saja Ketua kepada Komite IV. Pada poin 7 itu
menjelaskan tentang dana transfer ke daerah. Jadi begini Ketua, Pimpinan dan para Anggota
yang kami hormati, saya tentu sangat berapresiasi terhadap pertimbangan yang diberikan
oleh DPD terhadap terutama RAPBN. Hanya menurut saya suara-suara teman-teman yang
mau melihat tentang eksistensi kita dalam membaca kontribusi kita terhadap pertimbangan
APBN terutama yang diberikan kepada daerah saya pikir itu wajar karena ini kan juga
kegelisahan-kegelisahan. Sekarang pertanyaan saya sebenarnya begini, dalam belanja APBN
kita kan hanya mengenal dua Ketua. Yang pertama itu adalah belanja pusat dan belanja
daerah. Kalau di poin 7 di sini saya saya membaca dana transfer ke daerah diperoleh dari
dana perimbangan terdiri atas DBH, DAU dan Dana Alokasi Khusus. Kalau Dana Alokasi
Khusus memang membacanya itu sangat gampang karena dia selalu menyatu dengan dana
alokasi ke daerah DAU yang kemudian disusun oleh kabupaten menjadi APBD. Sekarang
pertanyaan saya kepada Komite IV adalah bagaimana memberikan pertimbangan strategis
terhadap dana-dana transfer yang ke daerah, apakah dia masuk menjadi kategori belanja
departemen yang ditransfer ke daerah? Tetapi kadang-kadang tidak proposional oleh
pemerintah pusat dalam memberikan. Saya memberikan contoh Ketua. Saya ambil contoh
saja saya sudah membaca list dana trasfer ke daerah untuk pokok 2015 yang di keluarkan
oleh Departemen Dalam Negeri jumlahnya 600 milyar. Dia disebut dana TP (Tugas
Pembantuan) yang diberikan langsung kepada daerah melalui departemen. Hitungan
kalkulatifnya saya tidak menemukan apa rumusnya. Kan harusnya Tugas Pembantuan itu
diberikan kepada daerah-daerah yang memiliki kualifikasi khusus. Keputusan Presiden sudah
mengeluarkan 183 daerah miskin di Indonesia, yang mendapatkan TP itu hanya 63 kabupaten
dan hanya 9 provinsi yang mendapatkan dana TP Pokok 2015.
Maksud saya anasir-anasir seperti ini yang harusnya bisa diberikan pertimbangan
karena saya yakin bahwa melihat uraian-uraian ini misalnya. Dana alokasi khusus tidak susah
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 18
membacanya, dia saatu kesatuan dengan APBD nanti dibahas oleh DPRD Kabupaten tetapi
dana Tugas Pembantuan yang langsung diberikan kepada daerah tanpa melalui pembahasan
DPR ini kalau ada mantan bupati ya menurut saya bisa mungkin agak bisa mendalami atau
mantan gubernur, itu kadang-kadang indikator-indikatornya yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat itu tidak jelas dan saya tidak melihat ada asumsi pertimbangan-
pertimbangan yang harusnya kita menjadi kontribusi terbesar kita ada di sini. Jadi ini hanya
menjadi catatan Ketua, saya melihat bahwa pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh
teman-teman Komite IV ini kelihatannya memang harus lebih mendalamlah supaya kita bisa
rasakan ini untuk teman-teman yang ada di daerah. Itu saja Ketua.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik. Jadi menurut saya ada apa yang disampaikan tsadi untuk catatan supaya nanti
pertimabngan kita lebih strategis dan lebih dalam lagi.
Saudara-saudara sekalian, masih ada 3 yang kita putuskan, waktu sudah hampir 15.
Sepakatkah kita untuk menyetujui putusan terhadap pertimbangan DPD RUU tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Anggaran Tahun
2015? Setuju?
Baik, terima kasih dan tepuk tangan buat kita semua. Terima kasih kepada Pimpiann
dan Anggota Komite IV telah bekerja keras dalam hal ini. Mudah-mudahan ke depan kita
semua kita semua harus lebih proaktif supaya betul-betul pertimbangan yang sangat strategis
ini dirasakan betul oleh kita semua.
PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (WAKIL KETUA KOMITE
IV)
Pimpinan, interupsi.
Terima kasih kepada Pimpinan. Saya bicara setelah diterima.
Karena kan Bapak Ibu sekalian saya melihat ini saran kepada Pimpinan DPD dan
kepada semua. Ada dua hal pertama kita perlu kembali sama-sama belajar tentang apa itu
struktur dan postur APBN. Kedua apa fungsi kewenangan kita pada APBN. Ini saran kepada
Pimpinan dewan mungkin ada sebuah forum untuk kita berdiskusi ya dan kami menghimbau
kalau ada undangan Komite IV kepada semua teman-teman di Komite ya tolong dihadiri atau
diikuti. Itu saja Pak.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, bagus kita terima. Jadi kita buat acara khusus supaya semua kita kenal
bagaimana itu APBN.
Baiklah Bapak Ibu sekalian. Baik untuk itu kita berangkat ke selanjutnya kepada
Pimpinan PPUU untuk dapat menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.
Mohon waktunya dikelola dengan baik supaya sebelum jam 12.30 bisa kita selesaikan.
Kami persilahkan Pimpinan PPUU.
KETOK 2X
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 19
PEMBICARA : Ir. ANANG PRIHANTORO (WAKIL KETUA PPUU)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang.
Shalom.
Salam sejahtera.
Om swasti astu
Saudara Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang saya hormati,
Saudara-saudara Anggota DPD RI, Sekretariat Jenderal. Mestinya yang menyampaikan
laporan perkembangan tugas Panitia Perancang Undang-Undang adalah Ketua PPUU Pak
Gede Pasek. Beliau kelihatan agak lesu karena suaranya habis untuk kegiatan lain. Mungkin
izinkan kami atas nama Anggota dan Pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang.
Bapak Ibu sekalian untuk menyampaikan laporan terkait pelaksanaan tugas PPUU
dalam penyusunan Prolegnas prioritas 2015 dan juga prioritas 2015-2019. Dalam sidang
yang terhormat ini kami sampaikan bahwa Program Legislasi Nasional 2015 telah disahkan
pada masa sidang yang lalu. Namun usulan perubahan dari Komite IV sebagaimana surat
yang masuk dari Komite IV Nomor 030 tanggal 13 Januari lalu perihal pergantian RUU
inisiatif yang semula RUU tentang perubahan atas undang-undang No. 28 Tahun 2009
tentang PDRD atau Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diganti menjadi RUU tentang
perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan. Menindaklanjuti permintaan tersebut dalam rapat gabungan antara PPUU dengan
komite pada tanggal 20 Januari yang lalu dengan agenda pembahasan Prolegnas 2015-2019
telah disepakati usul pergantian tersebut. Semula dengan usul Prolegnas 5 Tahunan 2015-
2019 terinventarisir 105 RUU namun setelah dilakukan penyesuaian substansi RUU oleh
PPUU ditetapkan sebanyak 84 RUU. Dari 84 RUU tersebut 12 diantaranya adalah prioritas
tahun 2015 sehingga untuk tahun 2016-2019 tersisa 72 rancangan undang-undang.
Dapat kami sampaikan juga bahwa masih ada komite yang belum merumuskan
konsepsi tentang RUU sebagaimana ketentuan Pasal 19 Ayat 2 Undang-Undang P3 yang
meliputi latar belakang, sasaran yang ingin diwujudkan dan jangkauan serta arah pengaturan.
Kedua komite yang belum menyelesaikan ini adalah Komite III dan Komite IV. Tentu saja
bukan semua yang kurang tapi ada beberapa yang kurang, nanti kita bisa cek di dokumen
yang kita sudah miliki ini. Melalui forum yang terhormat ini maka kiranya kami minta
kekurangan tersebut dapat dipenuhi, usahakan untuk hari ini.
Bapak Ibu sekalian yang kami hormati, Rapat Pansus 27 Januari yang lalu, Pimpinan
DPD juga menyampaikan mengenai RUU perubahan atas Otsus Papua yaitu Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2001 untuk dimasukkan juga dalam Prolegnas tahun 2015-2019. Pada
kesempatan ini kami juga mohon untuk Sidang Paripurna ini dapat memutuskan agar RUU
perubahan atas Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua apakah dapat
dimasukkan dalam Prolegnas Tahun 2015-2019 dan apakah dapat dijadikan prioritas tahun
2015 sekaligus menetapkan alat kelengkapan yang mana yang nanti akan membahas.
Hadirin yang kami hormati, sehubungan dengan pembahasan Prolegnas bersama DPR
dan pemerintah untuk kami mendapatkan informasi bahwa pembahasan oleh DPR dan
pemerintah akan dilakukan besok pada hari Kamis tanggal 29 Januari di Baleg DPR.
Sehubungan dengan itu maka PPUU telah membentuk tim kerja untuk melakukan
pembahasan oleh Prolegnas di DPR dan sejumlah 12 orang anggota yang kesemuanya
mencerminkan unsur masing-masing komite yang tergabung dalam DPD.
Sidang yang terhormat, sebagaimana surat komite dalam rangka pembahasan RUU
tentang perubahan kedua terhadap Undang-Undang MD3 dan RUU tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah, komite telah menyampaikan beberapa nama untuk masuk dalam
keanggotaan Pansus RUU tersebut. Oleh karena itu dalam sidang yang terhormat ini kami
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 20
juga meminta pengesahan terhadap pembentukan Pansus RUU tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang MD3 dan perubahan dan pembentukan Pansus RUU tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 33 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Berkenaan dengan
hal tersebut kami mohon untuk diambil dalam Sidang Paripurna ini keputusan 4 hal Pak
Ketua. Kalau tadi Pak Ketua menyampaikan 3 hal, atas 4 hal. Yang pertama adalah RUU
Perubahan Otsus Papua, yang kedua RUU.. Maaf, yang kedua Rancangan Keputusan DPD
RI tentang Prolegnas DPD RI tahun 2015-2019. Kemudian rancangan keputusan DPD RI
tentang pembentukan Pansus RUU tentang perubahan kedua atas Undang-Undang MD3 dan
yang keempat Rancangan Keputusan DPD RI tentang pembentukan Pansus RUU perubahan
atas Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
Hadirin yang kami hormati, demikian laporan yang dapat kami sampaikan dalam
Sidang Paripurna ini dan sebelum kami menyampaikan karena hari ini tanggal 28 Januari, di
meja saya dan meja kita semua ada pantun, ada buku pantun, oleh karena itu saya tidak mau
menghilangkan kesempatan dan kehormatan kepada pembuat pantun, pantun untuk hari ini
demikian. “Budak-budak mendorong meja. Meja disusun hidangan makan. Mendapatkan
hadiah tanpa bekerja. Ibarat hidup tanpa dilahirkan”
Terima kasih Pak.
Selamat, Hardi Hood.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baiklah Bapak Ibu sekalian, tadi memang tiga karena ada missing satu ya? Ini
kemarin sebenarnya itu sudah ada disampaikan dalam draft di panitia Panmus. Jadi
sesungguhnya sudah jelas itu disepakati bahwasanya pansus dimasukan jadi prioritas tapi
dibahasnya di Komite I kalau tidak salah. Pimpinan Komite I yang hadir kemarin Pak
Mukowam ya? Baiklah, saya bacakan dulu yang sudah kita agendakan. Pertama, sepakatkah
kita untuk memutuskan tentang Prolegnas (Program Legislasi Nasional) di DPD prioritas
tahun 2014 dan prioritas tahun 2015-2019? Yang pertama. Yang kedua, apakah kita
mengkesepakati pembentukan pansus tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No. 17
Tahun 2014 tentang MD3? Yang ketiga, dapatkah kita menyetujui untuk pembentukan
pansus tentang perubahan atas Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah? Yang terakhir, dapatkah kita juga memasukkan RUU Otsus
Papua untuk dijadikan Prolegnas tahun 2015 dan tahun 2019 dan ini menjadikan prioritas
kita di tahun 2015? Bisakah kita sepakati?
PEMBICARA : M. SYUKUR, SH (JAMBI)
Interupsi Ketua. Jambi, M. Syukur, Ketua.
Pak Ketua, saya setuju soal Pansus tetapi mungkin perlu digarisbawahi Pak Ketua
dalam keputusannya perlu memberi waktu Pansus itu berapa lama. Itu saja Pak Ketua.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, apakah 3 bulan atau 6 bulan? Ya sebenarnya maksimal 6 bulan ya tentu ini bisa
diperpanjang ya.
Baiklah, kalau begitu kita sepakati semua, setuju?
KETOK 2X
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 21
Baik, terima kasih. Tepuk tangan buat kita semua.
Sidang dewan yang mulia, pada kesempatan ini ingin kami menyampaikan pada
tanggal 26 Maret 2015, DPD RI akan melaksanakan diplomatic gathering. Ini pernah kita
laksanakan juga di tahun 2010 dengan tema “Peran DPD RI dalam peningkatan investasi di
daerah melalui pembangunan regional”. Melalui pertemuan ini kita harapkan terjadi
komunikasi yang efektif antara kita sebagai senator, gubernur, bupati, walikota dan seluruh
pimpinan daerah dengan para duta besar negara sahabat sebagai entry point untuk kita
mengenalkan berbagai potensi perdagangan, investasi, industri untuk daerah-daerah di
Indonesia sehingga ini akan tentu memberikan dampak terhadap pembangunan daerah. Jadi
teman-teman sekalian ini penting sekali diplomatic gathering supaya kita nanti menyiapkan
diri waktu sudah kembali reses untuk berbicara dengan para bupati walikota karena kita akan
ada pertemuan internasional ya, artinya melibatkan para duta besar pada tanggal 26 Maret
2015.
Yang kedua, pada kesempatan ini kami ingin juga menyampaikan ya, pertemuan kami
secara informal dengan Presiden dimana Pimpinan DPD tentu akan melibatkan juga para
pimpinan alat kelengkapan ya tergantung nanti berapa kursi yang bisa disediakan untuk
dalam waktu dekat apakah minggu ini atau minggu depan untuk mengadakan pertemuan
konsultasi pertama antara DPD dan Presiden dan kami dan kita Sekjen lagi menunggu jadwal
yang ditetapkan. Untuk itu kami minta kepada semua anggota melalui alat kelengkapannya
untuk dapat menginterveresi berbagai persoalan yang ini menjadi bahan buat kami untuk
bicarakan dengan tingkat Presiden. Tentu hal ini tidak bicara soal yang teknis tapi hal-hal
yang strategis yang menjadi prioritas yang kita ingin sampaikan.
Selain itu kami ingin sampaikan pula pada tanggal 23 Januari yang lalu telah
dilaksanakan 2 agenda yang perlu kita tindaklanjuti ya dimana DPD telah melakukan
penandatanganan nota kesepahaman dengan PGRI di Padang sebagai tindaklanjut kerjasama
pada periode sebelumnya yang ini nanti akan ditindaklanjuti oleh Komite III.
Yang kedua, kita telah menerima kunjungan dari Gubernur Papua, MRP dan DPR
Papua yang mengharapkan agar Undang-Undang Otonomi Khusus plus di Papua ini dapat
kita tindaklanjuti yang nanti akan dilakukan pembahasannya oleh Komite I bersama PPUU..
Saudara-saudara sekalian, para anggota yang saya hormati, menyikapi perkembangan
situasi nasional beberapa minggu terakhir, DPD meminta kepada Presiden untuk berperan
aktif dalam penyelesaian gesekan antara KPK dan Kepolisian. Sebagai sesama lembaga
penegakan hukum, KPK dan Kepolisian dapat secara sinergi dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dengan mengedepankan prinsip keadilan. DPD berharap setiap proses hukum
dapat dijalankan untuk menjunjung penegakan kedaulatan hukum, bukan justru untuk
memenuhi kepentingan kelompok atau golongannya. Untuk itu DPD meminta bahwa selain
menjadi lembaga penegak hukum, KPK dan Kepolisian harus mampu menjadi contoh bagi
masyarakat dalam upaya penegakan hukum dengan menghormati setiap proses hukum yang
ada.
Untuk itu kami dari Pimpinan merespons apa yang terjadi antara KPK dan Kepolisian
ya hasil dari itu Pak Farouk mewakili kami semua datang ke KPK dan juga hadir di
Kepolisian untuk mencoba ya memahami persoalan dan juga memberikan kontribusi
bagaimana kita ingin supaya lembaga ini ya kita save KPK, kita save Kepolisian dari hal-
hal yang dipolitisasi dan DPD terus mengawal dan memantau dan juga memberikan
pandangan-pandangannya sebagaimana hari ini kalau dibaca di halaman utama Kompas ya
kita juga diberikan ruang untuk memberikan positioning DPD terhadap dua masalah ini.
Meningkatnya pelanggaran kasus pelanggaran hukum yang dipicu oleh penyalahguna
narkoba juga jadi perhatian kita bersama. DPD mengapresiasi ketegasan pemerintah dalam
menjalankan eksekusi kepada pengedar narkoba baik yang berasal dari dalam maupun luar
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 22
negeri. Namun kami meminta agar pemerintah tidak hanya mengedepankan upaya
penindakan dalam pengentasan masalah penyalahgunaan narkoba tapi lebih diutamakan
upaya preventif untuk menyelamatkan generasi muda kita dari dampak buruk narkoba ini.
Pada kesempatan ini pula kami ingin mengimbau agar setiap Anggota DPD dapat
secara maksimal menjalankan tugas-tugas konstitusionalnya dalam menyikapi aspirasi
masyarakat dan daerah. Kami mengharapkan agar setiap anggota terus kita bersama menjaga
semangat kerja dan untuk itu secara aktif untuk terus menyikapi berbagai perkembangan
kondisi masyarakat yang berkaitan dengan tugas kita sebagaimana tadi yang saya sampaikan.
Kami mohon setiap anggota harus mengambil peran yang aktif ya di setiap kesempatan di
alat kelengkapan dimanapun menyampaikan pandangannya kalau tidak lisan secara tertulis
dan sebagainya. Jadi kesadaran kita bersama untuk menghadiri setiap kegiatan ini menurut
saya wajib untuk kita tunaikan, di sinilah adalah kesempatan sejarah buat kita buat dalam
kehidupan kita ini.
Selanjutnya Bapak Ibu sekalian, kami sampaikan juga untuk memenuhi amanah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme bahwa setiap penyelenggara negara wajib untuk
menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dan untuk itu sekali lagi dan
terakhir ini kami imbau kepada setiap anggota segera menyerahkan LHKPN ini kepada
Sekretariat Jendral untuk kemudian secara kolektif kita serahkankan kepada KPK. Jadi kita
telah menerima surat yang terakhir dari Ketua KPK, ya mudah-mudahan sebelum akhir bulan
ini semua kita telah menyerahkan. Tradisinya Bapak Ibu sekalian ya pada periode yang lama
itu semuanya menyerahkan tidak ada kecualinya bahkan ditambah lagi dengan Eselon I Pak
Sekjen, II, III ya. Kita harapkan tradisi yang telah kita lakukan ini bisa kita lakukan bersama.
Jadi kita akan undang nanti Pimpinan KPK ya ke sini dan semua kita akan menyampaikan
laporannya dan sebagainya sebagai bentuk wujud kebudayaan kita ya dalam meningkatkan
good governance dan juga anti terhadap korupsi dan KKN.
Sebelum menutup Sidang Paripurna kali ini, kami perlu mengingatkan pula bahwa
Sidang Paripurna ke-9 Masa Sidang II akan berlangsung pada tanggal 18 Februari 2015
dengan agenda laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan dan pengesahan Keputusan DPD
RI. Jadi saudara-saudara sekalian inilah yang ingin kita sampaikan dan barangkali kalau
memang ada waktu kita 15 menit ada beberapa hal yang ingin kita sampaikan tapi mohon ya
to the point ya apa saja dan ini menjadi catatan kita untuk ke depan ya, maksimal tiga. Ada?
Baik, Pak Ajiep, silakan. Pak Fatwa. Pak Fatwa dulu. Sebentar Pak Ajiep.
PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)
Saudara Ketua, Pimpinan.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kita mendapatkan sudah informasi bahwa Panglima TNI mengirim satu peleton
penjagaan ke KPK. Ini pelanggaran Undang-Undang yang prinsipil. KPK sendiri tentu juga
melanggar Undang-Undang kenapa minta bantuan kepada kepada TNI. TNI ini tugasnya
adalah pertahanan negara, hanya bisa turun di dalam soal pengamanan kalau diminta oleh
Polri. Jadi ini juga sudah pelecehan kepada Polri. Nah ini sudah komplikatif sekali. Jadi saya
pikir DPD atau siapa saja kita perorangan ini harus memberikan reaksi atas pelanggaran
Undang-Undang itu.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Silakan Pak Ajiep.
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 23
PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (SULSEL)
Terimakasih Bapak Ketua.
Bapak Pimpinan, para anggota dewan, Anggota DPD yang saya hormati, saya ingin
pada forum ini mengusulkan kepada Pimpinan dewan dan kita semua para senator
perkembangan menunjukkan setelah kita 3 bulan lebih di sini. Memang kelihatan mendesak
untuk dilakukan perubahan tata tertib DPD. Jadi hanya saya sampaikan lisan kemudian
mungkin saya tambah mencoba menggagas dengan teman-teman yang sepaham untuk
melakukan perubahan tata tertib terutama perlunya penyesuaian tugas pokok fungsi
kewenangan alat kelengkapan dewan dan kemitraannya dengan pemerintah, berhubung
karena adanya penyesuaian nama dan struktur kelembagaan pada pemerintah itu sendiri.
Oleh karena itu kami sarankan kepada Pimpinan dewan tidak gegabah menetapkan kemitraan
baru masing-masing komite karena pernah kami diminta atau diberi informasi untuk
mengajukan usulan kemitraan komite-komite. Ini perlu kita bicarakan lebih matang, lebih
bijak supaya tidak ada semacam egoisme masing-masing kelompok atau pengelompokan
yang ada di lembaga kita. Selain itu memang perlu ada semacam revitalisasi alat kelengkapan
kita dan pendukungnya seperti kami di Komite IV dengan keberadaan BO (Budget Office)
berkait malah dengan struktur kesekjenan DPD RI. Saya kira ini semua membutuhkan suatu
kajian, suatu perumusan yang bijaksana untuk kepentingan meletakkan fungsi, meletakan
wewenang, fungsi DPD RI ke depan. Sekali terima kasih Bapak Pimpinan.
Sekian.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, terakhir Pak Benny.
PEMBICARA : BENNY RHAMDANI ( SULUT)
Iya terima kasih Pak Ketua.
Pimpinan yang saya sangat hormati, Saudara-saudaraku para Anggota Senator Se-
Indonesia yang hadir. Pak Ketua, kita baru saja mengambil keputusan yang berkaitan dengan
pertimbangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN. Tentu dengan keputusan-keputusan yang
lainnya yang baru kita setujui dan kita sahkan di forum Rapat Paripurna siang hari ini.
Saya ingin memulai dengan pertanyaan, mudah-mudahan ini menjadi catatan batin kita
semua. Setelah Pak Ajiep tadi menyampaikan materi kemudian kita mengesahkan dan itu
menjadi keputusan DPD, pertanyaan besar kita adalah setelah itu kita apa? Apakah cukup ini
menjadi dokumen resmi DPD kemudian suatu saat ini menjadi koleksi dalam sebuah gudang
di kantor ini ataukah melalui delegasi jika kita menyampaikannya ke DPR sebagaimana
amanat konstitusi? Tentu kita tidak menyalahkan kondisi ini karena inilah takdir DPD yang
dibatasi oleh apa yang kita sebut tentang kewenangan tapi minimal saya ingin mengusulkan
mudah-mudahan ini menjadi catatan penting Ketua atau Pimpinan dan juga kita semua,
minimal kita ingin sedikit mengisi marwah sebuah rapat paripurna karena kita paham
paripurna itu adalah pengambilan keputusan tertinggi dalam proses politik kelembagaan
DPD. Saya tidak mengatakan bahwa paripurna seperti ini kita telah kehilangan kewibawaan
karena jika saya melakukan itu atau mengatakan itu saya telah menghina diri saya sendiri tapi
kita ingin mendorong atau menambah sedikit kewibawaan dalam paripurna-paripurna seperti
ini.
Yang kedua, saya ingin memberikan apresiasi kepada Komite IV. Saya mencatat
dengan seksama bahwa apa yang menjadi materi Komite IV dan itu menjadi keputusan kita
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 24
hari ini benar-benar sangat kritis, DPD telah mengambil garis tegas posisi yang jelas sebagai
alat kontrol terhadap kekuasaan dalam ini pemerintah dan juga materi-materi yang sangat
konstruktif yang mampu memotret ekonomi makro dan satu sisi kekinian maupun
memberikan solusi-solusi terhadap masa depan. Saya cukup bangga terhadap Komite IV.
Saya memberikan apresiasi. Namun ada hal yang kering karena ini paripurna yang hanya
menghadirkan kita dengan kita yang diawali cipika-cipiki antara pimpinan dengan anggota
dan anggota dengan anggota kita merasa bahwa ini adalah acara-acara ceremonial yang
kehilangan sakralitas dari sebuah ya panggung politik dimana hari ini sebetulnya publik
dimana hari ini sebetulnya media harus tahu persis apa sikap politik kita tentang kondisi
ekonomi dan masa depan bangsa ini. Kritik saya kepada Pusdatin tidak ada media lain yang
hadir di sini kecuali media yang memang disiapkan oleh kesekjenan, tidak ada pihak-pihak
yang mewakili publik di sini. Minimal saya menginginkan suatu saat rektor-rektor dari
kalangan perguruan tinggi hadir, publik yang direpresentasi oleh para tokoh, para pakar juga
hadir di sini. Kita tidak ingin apa yang menjadi materi dan sikap politik kita hari ini
kemudian kita kirim atas nama konstitusi ke DPR dan itu diklaim menjadi sikap politik DPR.
Ini memang memiriskan, ini memang memprihatinkan sehingga saya ingin mencoba
menangkap kegelisahan Pak Habib tadi. Saya ingin menangkap kegelisahan Pak Bahar. Pak
Ketua, Pak Bahar tidak marah tapi memang suaranya seperti itu dan saya juga menangkap
Pak Ketua sedang tidak marah. Pak Ketua sedang mengekspresikan bagaimana kecintaan
terhadap lembaga ini seperti Pak Farouk dan juga Ibu Ratu yang terhormat. Kita percaya itu.
Tapi persoalannya Pak Habib, tapi persoalannya juga Pak Bahar, tata tertib mengatur seperti
itu. Maka benar seperti Pak Ajiep sampaikan ini usulan saya, mudah-mudahan didukung juga
oleh semua pihak, mudah-mudahan koreksi kita terhadap proses paripurna hari ini dan apa
yang menjadi harapan-harapan kita yang terbentur pada wilayah tata tertib ini menjadi pintu
masuk DPD untuk melakukan perubahan tata tertib ya dan saya ingin ingatkan kepada
Pimpinan jika anggota sudah mewacanakan perubahan tata tertib saya pikir tidak perlulah
Pimpinan kemudian merasa khawatir seolah-olah ini menyangkut juga tata tertib tentang
kekuasaan Pimpinan. Saya pikir tidaklah. Kita sudah bersepakat tentang 3 ya, pimpinan
untuk tetap memimpin kita selama 5 tahun kecuali ada hal-hal yang tentu ya extraordinary-
lah ya tapi saya yakin tidaklah. Jadi kegelisahan tentang siapa yang harus hadir ya akan
menambah kewibawaan paripurna, pakaian yang akan digunakan dalam paripurna ya tidak
seperti kita sebagaimana dijemput di tengah jalan kemudian hadir di acara kemudian juga
skenario acara ini semua diatur oleh tata tertib. Saya mengusulkan mendukung Pak Ajiep dan
mudah-mudahan didukung oleh semua anggota demi kesempurnaan dan menambah sedikit
kewibawaan paripurna hari ini dengan harapan-harapan tadi kiranya Pimpinan DPD segera
mengagendakan untuk perubahan tata tertib DPD.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, terakhir ini. Pak Djasarmen.
PEMBICARA : DJASARMEN PURBA (KEPULAUAN RIAU)
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang dan salam sejahtera buat kita semua.
Om swasti astu
Paripurna ini saya ambil kesempatan untuk DPD mendesak pemerintah. Berdasarkan
Undang-Undang Kelautan Nomor 32 Tahun 2014 pada Pasal 10 ayat (4) izinkan saya baca
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 25
untuk menjadikan kelautan sebagai basis pembangunan ekonomi bangsa sebagaimana
dimaksud pemerintah wajib menyertakan luas wilayah laut sebagai dasar pengalokasian
anggaran pembangunan kelautan yang diambil dari APBN. Nah daerah yang berwawasan
laut menunggu undang-undang kelautan ini tetapi yang mau didesak adalah peraturan
pemerintah segera dibentuk oleh pemerintah. Ini harapan kami melalui format ini karena
daerah sedang menunggu-nunggu sampai sekarang tapi nyatanya PP nya belum diterbitkan .
Harapan kami jangan berlama-lama lagi pemerintah untuk menerbitkan PPnya karena ini
sangat besar sekali gunanya bagi daerah-daerah secara khusus dari sisi keluar. Itu harapan
kami.
Terima kasih Pimpinan.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
Baik, terima kasih.
Saudara-saudara sekalian, ini untuk evaluasi kita juga. Saya disampaikan oleh Ketua
Badan Kehormatan untuk bisa menyampaikan pointer saja dimana menyampaikan terhadap
kehadiran daripada kita semua untuk alat kelengkapan tapi secara individu nanti Badan
Kehormatan akan menyampaikan. Saya kira presentasinya begini, bahwasannya tingkat
kehadiran kita yang paling tinggi itu adalah pada paripurna sejumlah 87,60%. Tepuk tangan
buat kita semua. Lumayan, itu pada Masa Sidang I, yang tadi belum tahu. Panmus itu 72,6%,
itu yang kedua. Kemudian selanjutnya per komite itu yang tertinggi itu adalah Komite IV
77,7%, Komite III 71,58%, Komite II 67,88% dan Komite I 63,88%. Kemudian alat
kelengkapan lain kami ingin bacakan yang tertinggi itu adalah Badan Akuntabilitas Publik
83%, kemudian Badan Kehormatan 83,82% kemudian PPUU 80% dan Badan Kerjasama
Parlemen yang masih terendah 67 koma sekian persen.
Harapannya teman-teman sekalian tentu yang per anggota akan serahkan langsung dan
mudah-mudahan tentu tidak ingin saya per anggota ini nanti dapat peringatan sampai 3 kali
yang itu tentu menyangkut integritas kita untuk anak cucu, tidak mau kita kan. Mudah-
mudahan ini catatan dari BK ini ya untuk memperbaiki kita karena masih ada 5 tahun lagi ke
depan untuk kita bersama.
Silakan Pak Fatwa.
PEMBICARA : DR (HC) A. M. FATWA (DKI JAKARTA)
Sedikit penjelasan bahwa misalnya kalau BKSP itu di situ terendah, itu tidak usah
harus dianggap bahwa di sana paling malas karena kalau BKSP itu paling rajin justru
menimbulkan pertanyaan ya. Itu harus didudukkan demikian ya. Nah kemudian sebenarnya
ini secara rutin nanti tiap anggota akan diberitahukan tingkat kehadirannya tapi secara
tertutup. Jadi ini untuk kita saling menghormati, katakanlah itu ya privasi masing-masing ya.
Saya kira kita tidak ingin saling mencari-cari kesalahan dan banyak keberatan-keberatan
pengajuan-pengajuan antara kita itu yang disampaikan secara lisan itu tidak bisa kami proses.
Silakan kalau ada itu lewat pimpinan, pimpinan meneruskan kepada BK atau lewat
masyarakat di luar yang mengajukan. Ada juga yang kami masukkan di laci saja karena itu
saya kira ya tidak proporsional lewat BK dan kadang-kadang kami approach untuk ini agar
bisa diselesaikan secara kekeluargaan saja.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)
SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MS II TS 2014-2015
RABU, 28/01/2015 26
Baik, Bapak Ibu sekalian, biasanya BK itu pamungkas saja terakhir. Jadi tidak ada lagi
ya bicara setelah Badan Kehormatan. Untuk itu izinkan kami dengan mengucapkan
alhamdulillah Sidang Paripurna ini kami tutup.
Wabilahitaufik walhidayah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Om santi santi om
SIDANG DITUTUP PUKUL 12:16 WIB
KETOK 3X