DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT SEMENTARA
KOMISI VI DPR RI
Tahun Sidang : 2018-2019
Masa Persidangan : V
Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP)
Hari, Tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
Waktu : Pukul 10.15 s.d. 13.20 WIB
Sifat Rapat : Terbuka
Pimpinan Rapat : H. Dito Ganinduto, MBA
Sekretaris Rapat : Dewi Resmini, S.E., M.Si.
Kabag Sekretariat Komisi VI DPR RI
Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI
Gedung Nusantara I Lt. 1,
Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270
Acara : Membahas kesiapan Pemerintah dan BUMN dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pangan pokok di bulan Ramadhan dan menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1440 H.
Daftar Anggota : PIMPINAN : 1. Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si. (Ketua/F-PAN) 2. MOHAMAD HEKAL, MBA. (Wakil Ketua/F-
P.Gerindra) 3. Ir. H. AZAM AZMAN NATAWIJANA (Wakil
Ketua/F-P.Demokrat) 4. H. DITO GANINDUTO, M.BA. (Wakil Ketua/F-
P.Golkar) 5. H. INAS NASRULLAH ZUBIR BE, S.E. (Wakil
Ketua/F-P.Hanura)
ANGGOTA : FRAKSI PDI-P
6. NYOMAN DHAMANTRA,S.E.
7. Ir. ERIKO SOTARDUGA B.P.S
8. RIEKE DIAH PITALOKA, M.Hum.
9. DRS. ERWIN TPL TOBING
10. ADISATRYA SURYO SULISTO
11. H. IRMADI LUBIS
12. M. R. IHSAN YUNUS, BA,B,Comm, ME.Con
13. JULIARI P. BATUBARA
14. DARMADI DURIANTO
15. DANIEL LUMBAN TOBING
FRAKSI PARTAI GOLKAR
16. GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E.
17. Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.
18. HARDISOESILO
19. Ir. H.M. IDRIS LAENA
20. DWIE AROEM HADIATIE, S.I.Kom.
21. EKA SASTRA, SE, M.Si.
22. BOWO SIDIK PANGARSO, S.E.
FRAKSIP.GERINDRA
23. FADHLULLAH
24. H. NURZAHEDI, SE
25. KHILMI
26. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H.
27. STEVEN ABRAHAM
28. ABDUL WACHID
FRAKSI P.DEMOKRAT
29. HJ. MELANI LEIMENA SUHARLI
30. LINDA MEGAWATI, SE., M.Si.
31. H. WAHYU SANJAYA, S.E.
32. SARTONO, SE., MM.
FRAKSI PAN
33. PRIMUS YUSTISIO, S.E.
34. H. NASRIL BAHAR, S.E.
35. MOHAMMAD HATTA
36. DAENG MUHAMMAD, SE, M.Si.
FRAKSI PKB
37. SITI MUKAROMAH, S.Ag, M. AP.
38. Ir. M. NASIM KHAN
39. H. YAQUT CHOLIL QOUMAS
40. H. LUKMANUL KHAKIM, M.Si.
FRAKSI PKS
41. Drs. H. ADANG DARADJATUN
42. H.M. MARTRI AGOENG, S.H.
43. drh. SLAMET
FRAKSI PPP
44. H. MUSTOFA ASSEGAF, M.Si.
45. H. ISKANDAR DZULKARNAIN SYAICHU, S.E.
46. H. MUKHLISIN
47. H. ABDUL AZIZ, S.E.
FRAKSI P.NASDEM
48. AKBAR FAIZAL
49. Drs. H. NYAT KADIR
50. H. HAMDHANI, S.IP.
Hadir Undangan : 1. Deputi Bidang Usaha Industri Agro Farmasi
Kementerian BUMN;
2. Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana
Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN;
3. Direktur Utama Perum Bulog beserta jajaran;
4. Direktur PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia
beserta jajaran;
5. Direktur Utama PT. Rajawali Nusantara
Indonesia beserta jajaran;
6. Direktur Utama PT. Berdikari beserta jajaran;
7. Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara III
Holding beserta jajaran.
JALANNYA RAPAT:
KETUA RAPAT:
Yang saya hormati Anggota Komisi VI DPR RI;
Yang terhormat Deputi Bidang Usaha Industri Agro Farmasi Kementerian
BUMN beserta jajaran;
Yang terhormat Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana Prasarana
Perhubungan Kementerian BUMN beserta jajaran;
Yang terhormat Direktur Utama Perum Bulog;
Yang terhormat PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia;
Yang terhormat Rajawali Nusantara Indonesia;
Yang terhormat PT. Berdikari dan Perkebunan Nusantara III Holding beserta
jajaran.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan RDP
Komisi VI DPR RI dengan Kepala Deputi Kementerian BUMN dan para Direktur
Utama BUMN pada hari ini dalam keadaan sehat wal’afiat.
Untuk laporan dari Sekretariat Komisi VI DPR RDP hari ini telah dihadiri dan
ditanda tangani oleh Anggota Komisi VI DPR RI yang kurang dari 50%. Oleh karena
itu mungkin kita skors dahulu 5 menit Pak, setelah nanti skors 5 menit kita jalan,
karena sekarang bulan puasa jadi banyak yang agak terlambat, kemudian yang
kedua juga setelah Pileg kemarin sudah ada yang semangat dan sudah ada tidak
semangat. Pak Adang ini selamat masih semangat kemudian juga Pak Slamet, jadi
kita skors dahulu 5 menit Pak. Terima kasih.
(RAPAT DISKORS 5 MENIT)
(SKORS DICABUT)
KETUA RAPAT:
Anggota Komisi VI yang lain mungkin kita lanjutkan. Terima kasih kami
ucapkan kepada para Deputi serta para Direktur Utama BUMN atas ketersediaan
waktunya untuk menghadiri RDP pada hari ini, guna membahas persiapan dalam
menjaga stabilitas pasokan dan harga barang pokok di Bulan Ramadhan dan
menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1440 H.
Bapak-ibu dan hadirin yang berbahagia,
Perlu kami sampaikan bahwa seperti biasa pada Bulan Ramadhan Hari Raya
Idul Fitri, sejumlah harga pangan pokok seperti beras, gula, pasir, daging, ayam,
sapi, ikan, minyak goreng, margarin, susu, telor, minyak tanah, garam, dan sayur
buah-buahan, menunjukan tren kenaikan harga di seluruh wilayah Indonesia. Terkait
hal tersebut, sebagaimana kita ketahui bersama dalam Pasal 55 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan bahwa Pemerintah
berkewajiban melakukan stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok ditingkat
produsen dan konsumen, stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok dilakukan
untuk melindungi pendapatan dan daya beli petani, nelayan, pembudidaya ikan, dan
pelaku usaha pangan mikro dan kecil, serta menjaga keterjangkauan konsumen
terhadap pangan pokok.
Sejalan dengan itu Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang
Perdagangan dalam Pasal 27 mengamanatkan bahwa “Dalam rangka pengendalian
ketersediaan stabilisasi harga dan distribusi barang kebutuhan pokok dan barang
penting, Pemerintah dapat menunjuk BUMN”, sementara Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang BUMN dalam Pasal 2 ayat 1 bahwa “maksud dan tujuan
pendirian BUMN antara lain selain mengejar keuntungan juga menyelenggarakan
kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan
memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak”.
Menindak lanjuti Undang-Undang tersebut Peraturan Presiden nomor 48
tahun 2016 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
2017 dalam Pasal 2 mengatur bahwa “dalam rangka mewujudkan ketahanan
nasional, pemerintah menugaskan BUMN untuk menjaga ketersediaan pangan dan
stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen, pangan tersebut
terdiri atas jenis pangan pokok yaitu beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng,
tepung terigu, bawang merah, cabe, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam”.
Dalam menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada
tingkat konsumen dan produsen, pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk jenis
pangan pokok beras, jagung dan kedelai, sedangkan untuk jenis pangan pokok lain
pemerintah melalu menteri dapat menugaskan kepada Perum Bulog atau PMN lain
dengan persetujuan Menteri BUMN dan berdasarkan keputusan rapat koordinasi,
selanjutnya dalam Pasal 14 mengatur bahwa “dalam rangka pelaksanaan
penugasan Perum Bulog Menteri BUMN melakukan pembinaan dan pengawasan
koperasi terhadap penyelenggaraan penugasan dimaksud, dan mengkoordinasikan
BUMN lainnya untuk mendukung penugasan dimaksud.
Berdasarkan peraturan Perundang-Undangan di atas, Komisi VI DPR RI ingin
mengetahui peran BUMN Pangan dalam stabilisasi pasokan dan harga bahan pokok
dibulan Ramadhan dan Idul Fitri 1440 H, terutama dalam menjaga keterjangkauan
konsumen terhadap bahan pokok agar tidak meresahkan masyarakat, sehubungan
dengan hal tersebut kami persilahkan kepada Deputi serta para Direktur Utama
BUMN untuk menyampaikan penjelasan mengenai hal tersebut diatas, kami
persilahkan.
DEPUTI BUMN:
Yang kami hormati Bapak Pimpinan, Ibu-Bapak Anggota Komisi VI;
Yang kami hormati Direktur Utama BUMN yang hadir dalam kegiatan pada pagi
hari ini.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Terima kasih Pimpinan atas undangan yang disampaikan kepada kami untuk
membahas persiapan pemerintah dan BUMN, dalam menjaga stabilitas pasokan
dan harga pokok di Bulan Ramadhan dan menyambut Idul Fitri 1440 H sebagaimana
surat undangan dari Pimpinan Sekjen DPR RI.
Bapak-Ibu sekalian,
Mungkin sebelum kami mulai, ada baiknya kami perkenalkan diri terlebih
dahulu beberapa Dirut dan Direksi yang hadir pada pagi hari ini, meskipun tadi Pak
Pimpinan juga sudah mengabsen kita satu persatu, mungkin kami mulai dari sebelah
kiri kami yang sudah tidak asing bagi Bapak-Ibu sekalian Pak Budi Waseso selaku
Dirut Perum Bulog, kemudian di sebelahnya ada Pak Tri salah satu Direktur di Bulog
yang mendamping Pak Dirut juga didamping 2 Direktur Bulog ada Pak Triyana dan
Pak Imam Subowo, jadi Bulog ini ber-4 hadir dari 6 Direksi yang ada Pak untuk yang
2 untuk Komisi IV, Kemudian yang paling kiri Pak Agus Andiani beliau Dirutnya PPI,
kemudian sebelah kanan kami Pak Doli Bulungan beliau Dirutnya PTPN III Holding
ditemani oleh Pak Kadek Direktur Pemasaran.
Kemudian sebelah kanannya Pak Didik Prasetyo Dirutnya PT.RNI ditemani
oleh Pak Aditya Direktur Keuangannya PT.RNI, kemudian sebelahnya Pak Eko ini
Dirutnya Berdikari Pak beliau ditemani oleh Direktur Berdikari Pak Oksan. Jadi
lengkap kami hadir disini untuk berdiskusi dengan Bapak-Ibu sekalian terkait dengan
kesiapan BUMN untuk menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri, sebelum kami masuk
ke materi perlu kami sampaikan bahwa sebenarnya BUMN ini kami bagi 2 yang
produsen begitu banyak, ini teman-teman PTPN dan RNI dia terkait bahan pokok ini
memproduksi gula Pak, jadi sebenarnya tidak terlalu terkait dengan komoditi yang
lain, PTPN III ini minyak goreng baru sedikit ya tapi terutama gula yang paling
banyak, kemudian RNI juga gula fokusnya untuk yang pangan.
Untuk Berdikari itu sedikit punya daging Pak tapi sedikit, fokus utamanya
bahasan kita pagi hari ini saya pikir tentang Bulog ini, Bulog walaupun tidak produksi
juga tapi tugas pokok dan fungsinya untuk stabilisasi dan ketersediaan terutama
bahan pokok sebagaimana disampaikan Pak Ketua, meliputi beras, jagung, dan
kedelai, ini mungkin nampaknya inflasi ini sensitifitasnya sangat tinggi dengan
ketersediaan dari beras terutama.
Bapak-Ibu sekalian,
Mungkin kami akan mencoba mengawali persiapan Pemerintah khususnya,
jadi kami juga beberapa kali diundang oleh Kemenko Perokonomian untuk
berkoordinasi di Pemerintah terkait dengan persiapan pangan untuk Bulan
Ramadhan dan Idul Fitri, kami memberikan gambaran data dari BPS bahwa dari sisi
angka-angka inflasi ini nampaknya cukup terkendali, 5 tahun terakhir ini nampaknya
inflasi yang terkecil menjelang Bulan Ramadhan dan hari raya. Jadi berdasarkan
data historis inflasi yang kami sampaikan di halaman 2 ini kami dapat dari BPS,
kontribusi inflasi dibulan-bulan Ramadhan di 5 tahun terakhir itu sebenarnya banyak
di kontribusikan oleh angkutan udara, kemudian tarif angkutan antar kota, harga
daging ayam dan harga telur ayam.
Umumnya kenaikan harga pada beberapa jenis komoditas pangan seiring
dengan meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri,
jadi ini secara makro saja kami sampaikan gambaran tentang saran inflasi selama 5
tahun terakhir dan awal tahun 2019 ini, jadi nampaknya dari angka-angka inflasi
cukup terkendali. Kemudian di halaman berikutnya kami mencoba mengambil data
juga, ini sumber datanya dari pusat informasi harga pangan strategis nasional atau
PIHPS yang biasanya memang dikeluarkan oleh BI untuk acuan tentang harga-
harga komiditi pangan menjelang puasa ramadhan, berdasarkan pantauan dari data
tersebut ini data kami ambil perkemarin Pak tanggal 14 Mei ini memang ada
beberapa kenaikan tapi ada juga yang stabil.
Terutama misalkaan gula pasir ini naik 9,3% kemudian bawang merah ukuran
sedang juga naik, bawang putih terutama yang paling tinggi kenaikannya ini juga
sudah menjadi perhatian Pemerintah bahwa harga bawang putih relatif lebih tinggi
dibandingkan harga acuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, cabai, minyak goreng
sedikit naik 2,25% dan daging sapi juga relatif stabil 1,5% kenaikannya dan gula
pasir kualitas premium sedikit naik 0,34%. Berikutnya kami juga menampilkan masif
data ini perkembangan harga pokok yang khusus untuk DKI dihalaman 4 ini kami
coba bandingkan antara target stabilisasi yang dahulu dikeluarkan oleh Kementerian
Perdagangan dan realisasi beberapa komoditi di pasar wilayah DKI.
Ini ada beras IR64 ini rata-rata masih dikisaran Rp9.600,00 perkilo, gula pasir
Rp13.000,00 kemudian daging sapi ini yang cukup tinggi Rp124.000,00 lalu
kemudian bawang putih masih Rp50.000,00 data perkemarin, kemudian bawang
merah Rp37.000,00 daging ayam Rp36.000,00 perekor dan minyak goreng
Rp10.000,00 perkilogram relatif stabil juga. Jadi bapak-Ibu sekalian sebagaimana
kami sampaikan didepan upaya-upaya pengendalian inflasi ini oleh Pemerintah juga
sudah dilakukan, Pak Menko sudah bersurat kepada seluruh Kepala Daerah selaku
ketua TPID yang menghimbau supaya melakukan monitoring dimasing-masing
daerahnya, memantau pergerakan harga, memastikan ketersediaan stok kemudian
melakukan langkah-langkah korektif.
Juga menghimbau tentang kelancaran distribusi, pengaturan tarif, kemudian
koordinasi pelaksanaan kebijakan dan upaya-upaya lain yang dibutuhkan yang
intinya untuk stabilisasi harga pangan. Yang terakhir sebagai pengantar kami
sampaikan posisi persediaan beberapa komiditi pangan yang nanti kiranya bisa
bapak-ibu dalami ini data kami himpun per 13 Mei 2 hari yang lalu, khusus untuk
dikomoditi beras ini bulog saat ini per 13 Mei persediaan berasnya 2 Juta Ton jadi
saya pikir persediaan yang sangat tinggi, nanti Pak Buwas bisa memberikan
gambaran kepada Bapak-Ibu sekalian apakah 2 Juta Ton ini mampu meredam
kebutuhan menjelang hari raya.
Kemudian bawang merah ini ada 31 Ton tidak begitu banyak ini, bawang
putih juga relatif tidak punya hanya 0,27 Ton, gula pasir ini terdiri dari gula pasir
miliknya Bulog sendiri, milik PTPN, milik RNI, total per 13 Mei ada 64 Ribu Ton.
Kemudian jagung ada 100 Ribu Ton, daging sapi 10 Ton ini ada di Berdikari, daging
kerbau masih 11.291 Ton dan minyak goreng ada 1.637 Kilo Liter.
Bapak-ibu sekalian,
Posisi persediaan bahan pangan pokok yang di BUMN adalah seperti ini
Pimpinan serta Bapak-Ibu Anggota Komisi VI yang kami hormati, indikasi tentang
angka inflasi kemudian harga juga relatif stabil khususnya untuk beras ini yang
selalu terus dipantau oleh Pemerintah terhadap stabilisasi harga beras yang ada
dipasaran. Mungkin sebagai pengantar Pak Pimpinan yang bisa kami sampaikan,
mohon izin kalau nanti diperkenankan teman-teman dari Dirut BUMN-BUMN yang
hadir bisa menyampaikan penjelasan apabilan dibutuhkan. Demikian yang dapat
kami sampaikan, terima kasih kami kembalikan ke Bapak Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Baik terima kasih Pak Deputi, Pak Wahyu. Silahkan selanjutnya dari Pak Dirut
Bulog untuk mencapaikan paparannya silahkan.
DIRUT PERUM BULOG:
Bismillahirahmannirahim,
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi salam sejahtera untuk kita sekalian.
Yang kami hormati Ketua Komisi VI DPR RI dan seluruh Anggota Komisi VI
DPR RI;
Yang kami hormati Bapak Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi
Kementerian BUMN;
Yang kami hormati para Dirut yang hadir pada kesempatan ini.
Izinkanlah kami untuk menyampaikan sebagai tambahan gambaran bahwa
stok beras yang ada di Bulog secara keseluruhannya itu adalah 2.095.405 Ton
tepatnya, ini tersebar diseluruh Indonesia dengan kesiapan kita untuk menghadapi
lebaran sesuai dengan prediksi kebutuhan diseluruh wilayah Indonesia, ini sudah
kami persiapkan bapak-ibu sekalian jauh hari untuk masalah beras, tentunya jumlah
beras sebanyak ini akan terus bertambah Pak perlu kami laporkan karena setiap
harinya kami rata-rata menyerap membeli gabah dan beras itu rata-rata untuk
berasnya 10.000 Ton Pak rata-rata jadi akan bertambah, dan prediksi kami sampai
tahun ini kita bisa menyimpan atau mempunyai stok kurang lebih 3 Juta Ton Pak, ini
memang yang sudah kita siapkan sehingga prediksi Bulog untuk tahun ini kita tidak
perlu impor Pak.
Bahkan perlu kami laporkan Pak, Bulog berusaha karena kelebihan dari pada
kami menyerap Pak, jadi ini karena hilirnya ini kami sudah kecil sekali Pak hilirnya
sudah kecil karena rasta sudah mulai kecil maka kami sebenarnya harus mencari
jalan keluar untuk bagaimana beras yang ada dikami ini bisa keluar Pak, tentunya ini
harus ada solusinya yang pertama adalah kita harus ekspor Pak sudah ada 4
negara yang sudah kita hubungi tapi belum satupun yang deal Pak karena memang
kendalanya adalah harga pasar internasional beras kita termahal Pak, jadi kita
bersaingnya dinegara asian penghasil beras itu kita tidak bisa bersaing Pak, jadi
mereka pasti cenderung ngambil dari Vietnam, Thailand, yang relatif lebih murah
dibandingkan beli di Indonesia.
Namun demikian ada beberapa negara diantaranya adalah Timor Leste Pak
juga akan mengambil kita dengan harga yang sesuai dengan ada yang di Indonesia,
karena mereka cost nya lebih murah menurut mereka dan ini juga sedang kita
dekati, InsyAllah bisa kita lakukan ini Pak. Kemudian yang kedua juga perlu kami
laporkan kepada Bapak-Ibu sekalian bahwa memang kedepan untuk mengatasi
permasalahan di Bulog dengan jumlah beras CBP yang banyak dan beras yang kita
serap dari Petani dalam negeri cukup banyak Pak, maka memang harus ada hilirnya
atau penyalurannya dan ini yang kemarin oleh Bapak Presiden tanggal 3 itu beliau
memberikan gambaran bahwa untuk BPNT dengan kartu sembako, termasuk nanti
TNI, Polri, dan ASN Pak itu dikembalikan lagi itu natural untuk beras Pak ini sedang
kita jajaki hitung kembali Pak.
Apabila ini bisa Pak maka permasalahan beras dinegara kita khususnya di
Bulog Pak sudah akan selesai kita tidak akan menghadapi lagi beras yang turun
mutu Pak, atau seperti sekarang Pak kita harus ada beberapa ribu ton yang harus
kita disposal Pak, ini juga permasalahan kita Pak karena memang beras ini sudah
tidak mungkin dipakai lagi Pak ini harus dimusnahkan sama sekali, ini yang masih
kita koordinasikan dengan Menteri Keuangan untuk dapat izin itu menjadi tanggung
jawab biaya negara Pak.
KETUA RAPAT:
Pak intrupsi sebentar Pak, ini yang menggantikan BPNT ya Pak? Jadi BPNT
akan digantikan dengan raskin lagi?
DIRUT PERUM BULOG:
Betul Pak inikan nanti kedepan itu BPNT itu digabungkan dengan sembako
bantuan sembako Pak, itukan kartu sembako Pak sehingga itu nanti berasnya yang
supply kita Pak untuk kebutuhan beras yang kebutuhan lain itukan ada telor itu
telornya bisa bebas Pak, tapi berasnya karena kami sudah menjamin dari kualitas
dan kami ambil beras dari dalam negeri berati tidak ada masalah Pak, karena itu
beras itu sudah sesuai dengan taste atau seleranya masyarakat Indonesia jadi kita
tidak menjadi masalah karena yang impor itu salah satu permasalahannya Pak
adalah rasanya atau seleranya tidak sesuai dengan masyarakat kita, jadi itu yang
harus di mix di campur sehingga menjadi beban tambahan dari Bulog khususnya
Pak, ini juga menjadi permasalahan Pak ini mengenai beras Pak.
Mengenai daging Pak kami mempunyai stok untuk menjelang lebaran ini Pak,
daging kami ada 11.170 Ton Pak ini sangat cukup untuk oprasi pasar menghadapi
lebaran ini sehingga kami bisa punya keyakinan bahwa harga daging puasa sampai
lebaran ini akan stabil Pak, karena ini sudah cukup dan kemungkinan minggu ini
juga ada tambahan dari daging yang akan datang dari India. Mengenai gula pasir
yang ada di Bulog itu ada 35.281 Ton Pak itu cukup untuk kita mengantisipasi
kemungkinan kebutuhan puasa lebaran ini Pak, kemudian minyak goreng yang ada
dikami adalah 1.637 Kilo Liter karena ini yang ada dikami yang ditempat lain di
BUMN ada juga Pak minyak goreng ini.
Jadi ini juga menurut kami cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak
supaya tidak ada kejolak daging ayam dengan telor Pak, kita punya stok jagung
100.307 Ton Pak ini saya kira juga cukup untuk produksi pakan ternak selama ini,
jadi antisipasi untuk kenaikan telor dengan daging ini sudah bisa kita atasi Pak.
Tepung terigu yang ada di Bulog 359 Ton, telor ayam yang ada dikami 11,33 Ton ini
kita caranya supaya telor ini tidak kadar luarsa kami memang sudah kontrak dengan
beberapa produsen ayam petelor atau memproduksi telor peternak telor, yang kita
beli jauh hari untuk kita ambilnya bulan ini untuk menghadapi puasa lebaran, jadi
harganya tetap harga lama tetap stabil Pak ini juga untuk intervensi kita dalam
menghadapi lebaran.
Saya kira itu tambahan yang untuk melengkapi apa yang disampaikan Bapak
Deputi, pada prinsipnya Pak kami Bulog siap untuk menghadapi ini hanya memang
satu hal bawang putih yang kami memang tidak sempat menyetok karena saat itu
kami tidak jadi mendapatkan peluang untuk impor yang 100.000 Ton. Saya kira
demikian Pak Ketua, terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Walaikum’salam Warahmatullahi Wabarakatuh,
Terima kasih pada Pak Dirut Bulog. Selanjutnya siapa Pak Wahyu? Mungkin
saya serahkan Pak Wahyu biar Pak Wahyu yang mengatur silahkan Pak Wahyu.
DEPUTI BUMN:
Silahkan Pak Agus.
DIRUT PT. PPI:
Pimpinan dan Anggota Dewan yang saya hormati Komisi VI;
Pak Deputi dan rekan-rekan Dirut.
Saya menambahkan sedikit dari Pak Buwas tadi, karena Pak Buwas adalah
bicara mengenai stok. Kalau PPI ini bicara mengenai men-deliver ke retail-retail ke
pasar maupun ke masyarakat. Ada 2 hal yang kita lakukan sejak bulan Februari, kita
juga men-deliver daging ke beberapa daerah, baik di sekitar Jakarta maupun di
Sumatra dan Sulawesi serta Kalimantan untuk daging. Kemudian berkaitan dengan
men-deliver barang ketika nanti menjelang lebaran maupun selama Ramadhan ini
kami juga telah berkoordinasi dengan Pemprov dan Pemkot untuk melakukan
operasi pasar murah di beberapa puluh kota, di beberapa ratus titik dan dengan
jadwal-jadwal yang seperti telah kami sampaikan.
Yang terkait dengan beberapa barang yang tadi disebutkan juga oleh Pak
Buwas , beras, gula, minyak goreng, tepung terigu, dan produk-produk lainnya, yang
diharapkan nanti menjelang lebaran masyarakat juga bisa mendapatkan barang-
barang itu secara langsung dengan harga yang memadai, saya kira itu saja
tambahannya Pak, terima kasih.
DEPUTI BUMN:
Baik Pak Agus mungkin lanjut Pak.
DIRUT PT.PN III:
Terima kasih Pak Deputi,
Para Pimpinan Komisi VI dan Anggota yang saya hormati.
Kami hanya menyampaikan sekilas mengenai neraca Bapak Ketua dan para
Anggota Komisi VI bahwa saldo awal di bulan Mei itu ada stok gula 340.483 Ton, itu
terdiri dari 25.800 milik PT. Bulog sisanya dari pedagangan dan milik PTPN 6.000
Ton, ditambah produksi dibulan Mei itu maka jumlah produksi kita ada sekitar
355.423, kebutuhan perbulan adalah 250.000 Ton sehingga bulan Mei ini saya rasa
untuk gula insyaAllah tidak perlu melakukan impor karena kita surplus, juga bulan
Juni Pak Ketua bahwa dengan jumlah produksi stok awal 340.483 dengan jumlah
produksi dengan sistem SPT ini.
Maka jumlah produksi kita dibulan Juni 2019 adalah 525.675 sehingga ada
surplus dari kebutuhan setiap bulannya 250.000 Ton, sehingga untuk stok gula kami
rasa PTPN, RNI, dan Bulog, bisa men-support sebaik mungkin Pak. Diinfokan Pak
bahwa PT. PPP sudah mengoperasikan bahwa minyak goreng per Februari 2019 di
Medan IML siap untuk memproduksi minyak goreng sebesar 600.000 Ton, ini nanti
mudah-mudahan bisa membantu Bulog mensuply minyak goreng produk PT. PPP
Grup.
Itu Pak Ketua, terima kasih.
DEPUTI BUMN:
Baik terima kasih Pak Dolly, Pak Didik.
DIRUT PT. RNI:
Terima kasih Pak Deputi.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua.
Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota Komisi VI DPR RI;
Pak Deputi yang kami hormati, rekan-rekan Direksi dan seluruh jajaran.
Menambahkan apa yang sudah disampaikan baik oleh Pak Buwas selaku
Dirut Bulog dan Pak Dolly selaku Dirut PTPN, RNI pada prinsipnya hanya
memproduksi gula sebenarnya Pak. Jadi kalau kita lihat dari stok RNI yang ada
sebagaimana tadi disampaikan oleh Pak Dolly Dirut PTPN III, RNI tahun 2019 ini
rencana akan memproduksi sebanyak 294.000 Ton gula lebih, 294.554 Ton ini
dibulan Mei InsyaAllah sebagaimana disampaikan oleh Pak Dolly tadi kita karena
sudah giling seminggu yang lalu dari tanggal 8,9, dan 10 ini kemungkinan menjelang
lebaran ini stok gula kita tersedia untuk memenuhi kebutuhan Ramadhan dan
Lebaran. Disamping itu RNI juga telah melakukan beberapa pasar murah
dibeberapa titik dibeberapa kota yang dilakukan oleh anak perusahaan RNI yakni
PT. Rajawali Nusindo.
Barang kali demikian Pak, terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
DEPUTI BUMN:
Baik mungkin yang terakhir Pak Eko dari berdikari.
DIRUT PT. BERDIKARI:
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi;
Yang terhormat Pak Deputi serta rekan-rekan Direksi BUMN lainnya.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan bahwa Berdikari sebenarnya
fokus pada sisi hulu produksi, namun dalam rangka persiapan menjelang lebaran ini
kami juga menyiapkan beberapa stok yang bisa langsung diserap oleh masyarakat,
dan kami fokuskan untuk di Jakarta ada beberapa titik lebih. Dari 40 titik kami akan
lakukan semacam bazar dan beberapa titik pendukung, sehingga paling tidak untuk
pasar Jakarta ini kami bisa ikut menjaga kestabilan pasokan dari sisi beberapa
bahan pokok seperti daging, ayam, telor, dan produk-produk barang jadi seperti
bakso dan produk-produk ayam turunan maupun daging seperti sosis dan lain-lain.
Saya kira itu dan kami juga koordinasi dengan PD Pasar Jaya dan food
station sebagai yang menjaga stabilisasi pasokan di DKI khususnya, saya kira itu
dari Berdikari. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
DEPUTI BUMN:
Baik terima kasih Pak Eko.
Pak Pimpinan Bapak-Ibu Anggota Komisi VI yang kami hormati,
Demikian yang dapat kami sampaikan pokok-pokok persiapan khususnya
pangan menghadapi puasa dan lebaran tahun ini, kami kembalikan kepada Bapak
Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Baik, terima kasih kepada Pak Deputi, Direktur Utama Bulog, Direktur Utama
PPI, PTPN, RNI, kemudian Berdikari.
Selanjutnya kami persilahkan kepada Anggota Komisi VI DPR RI untuk
memberikan pendalaman lebih lanjut, waktu kami persilahkan. Pak Slamet lalu siap-
siap Pak Wahyu Sanjaya.
F-PKS (Drh. SLAMET):
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yang saya hormati Pimpinan beserta Anggota rekan-rekan Komisi VI;
Yang saya hormati mitra kerja Komisi VI.
Pertama saya sampaikan bagi yang menjalankan selamat menunaikan
Ibadah Ramadhan, mudah-mudahan puasa kita tahun ini diterima oleh Allah SWT.
Ada beberapa mungkin yang ingin kita saya sampaikan dan mungkin juga
perlu klarifikasi, terkait dengan yang pertama tadi disampaikan oleh Pak Wahyu
kalau tidak salah terkait dengan jumlah stok, apakah jumlah stok itu gabungan dari
seluruh BUMN yang ada atau dari mana sumbernya? Jadi misalnya ada bawang
putih sekian ton lalu gula pasir sekian ton, sementara tadi kita lihat RNI punya stok
dan yang lain punya stok, itu apakah menjadi gabungan?
Yang berikutnya informasi saja kalau tadi di Jakarta bawang merahnya sekitar
50 di Dapil saya itu informasi terakhir sekitar Rp 90.000,00 Pak bawang merah per
kemarin, sehingga ini juga perlu menjadi catatan. Ada hal yang juga mungkin perlu
klarifikasi ini dari Pak Buwas mohon maaf Pak, tadi kalau tidak salah dengar Bulog
ini sedang dalam proses mau ekspor hanya belum deal begitu ya tadi disebut begitu.
Jadi kemarin-kemarin kita rame dengan impor tapi hari ini justru Bulog mau ekspor,
pertanyaan saya itu penyebab ekspornya itu karena over supply atau memang
produksi beras dari Petani kita ini memang sudah over sehingga layak untuk di
ekspor atau bagaimana? Mungkin perlu penjelasan lebih detail penyebab dari
ekspor. Kalau penyebabnya bahwa Petani kita produksinya sudah swasembada ini
kita luar biasa, tapi kan kemarin-kemarin kita ribut dengan itu dan itu mungkin kita
perlu klarifikasi tentang itu, mungkin kita perlu klarifikasi tentang itu.
Sementara itu saja beberapa pertanyaan dan catatan dari saya dan terima
kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Walaikum’salam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selanjutnya Pak Wahyu kalau ada misalnya yang minta interaksi langsung
silahkan kalau ada yang mau interaksi, silahkan Pak Wahyu Sanjaya.
F-PD (WAHYU SANJAYA, SE):
Terima kasih Ketua.
Yang saya hormati Pimpinan Komisi VI serta Kawan-kawan Anggota Komisi VI;
Yang saya hormati Deputi BUMN Bidang Agro dan jajaran Direksi BUMN.
Pertanyaan saya untuk Bulog Pak, izin interaksi Ketua, maksudnya untuk di
disposal itu bagaimana Pak dari rencananya Pak itu, karena saya ini jujur agak
bingung dengan urusan disposal ini Pak, karena sebelum itu akan bapak disposal
sepertinya di tempat saya banyak sekali yang didisposal Pak. Saya jujur banyak
berharap dengan Pak Budi Waseso Pak, saya berharap Bapak bisa memperbaiki
serta membenahi Bulog yang konon kabarnya kalau menurut Pak Azam itu kiamat
kurang 2 detik itu tidak akan benar-benar Pak.
Saya sudah berkirim beberapa kali termasuk dengan salah satu direksi
Bapak waktu itu terkait masalah pengadaan beras di Sumatera Selatan. Dimana
pada saat itu terjadi temuan pada saat sidak dan RDP dengan Anggota DPRD di
kabupaten itu dimana waktu itu menghadirkan Kadivre III, OKU, beserta jajarannya
dan Anggota DPRD untuk konsep DPR itu supplier. Saya akan membacakan sedikit
kutipan tentang apa yang disampaikan oleh supplier beras kepada Bulog untuk
beras yang tadi ditanyakan oleh Pak Dito Ketua Komisi VI terkait raskin Pak, serta
Kepala Bulog Subdivre III OKU beserta jajarannya memohon perlindungan kepada
Komisi II DPRD Kabupaten OKU karena mereka merasa diintimidasi oleh supplier
dengan berkata “jika bapak tidak mau menerima beras kami dan akan saya
pindahkan” dan supplier berkata “anda jangan takut DPRD kawan kami, Jaksa,
Polisi, Bupati, Gubernur, juga kawan kami” itu salah satu kata supplier.
Hal ini kemudian sudah ditindak lanjuti oleh kawan-kawan DPRD ke
Kejaksaan Tinggi, dan saya merasa agak aneh dengan jawaban Jaksa Tinggi waktu
itu yang mengatakan bahwasannya “mengapa pada saat Bapak menemukan beras
yang busuk itu Bapak tidak langsung disita?” Bagaimana mungkin Anggota DPRD
bisa menyita beras busuk? Bapak pernah menjadi Polisi, Bapak tahu bahwasanya
hal itu tidak mungkin dilakukan Pak.
Kemudian pada saat kunjungan Komisi III DPR RI ke Sumatera Selatan
waktu itu kebetulan saya BKO ke Komisi III, saya tanyakan dengan Kapolda
Sumatera Selatan pada saat itu, Kapolda Sumatera Selatan bercerita bahwasanya
hal itu sudah dilaporkan dan sudah diproses oleh Dirintel, dan masalah itu sudah
selesai karena ternyata beras busuk itu adalah beras yang digunakan untuk pakan
ternak.
Saya menjadi bingung juga apakah salah satu cara mendisposal itu adalah
menjual beras tersebut menjadi pakan ternak? Bagaimana perhitungan Bulog pada
saat membeli beras yang dijadikan untuk pakan ternak, karena hal-hal inilah yang
akhirnya akan merugikan Bulog sebagai suatu perusahaan, pertanyaan berikutnya
adalah Pak mengapa Bulog harus membeli beras petani ini melalui supplier, kenapa
tidak membeli beras ini langsung kepada petani? Bapak bisa memutus mata rantai
bisa memberikan harga yang lebih baik kepada petani. Hal yang kemudian terjadi
lagi Pak dan terus terulang-ulang, permasalahan ini terjadi dan terulang kemudian
perusahaan itu tetap ditunjuk sebagai supplier Bulog Pak.
Mereka adalah pemenang juara bertahan mungkin selama 20 tahun berturut-
turut tidak pernah terkalahkan, saya tidak tahu kalau di OKU Timur saja itu konon
kabarnya 6.000 Ton, kalau kalkulator saya yang jelek ini mengkalkulasi 90 Miliar
pertahun ekuivalen, mungkin kalau tidak tahu untung beras berapa karena saya
tidak pernah berdagang beras yang tahu hanya makan beras, mungkin Bapak bisa
terjemahkan terkait masalah itu makanya saya tadi tanyakan masalah itu, kalau di
satu kabupaten terjadi hal seperti yang apa terjadi di Sumatera Selatan, saya tidak
terbayang berapa kerugian yang harus ditanggung Bulog di 34 Provinsi Pak.
Seperti yang saya sampaikan Pak kalau ada 1 orang yang saya banggakan
dan saya harapkan bisa membenahi Bulog itu adalah Pak Budi Waseso dan saya
berharap bapak bisa memperbaiki hal-hal ini, terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT:
Baik terima kasih Pak Wahyu Sajaya, selanjutnya Pak Adang kemudian Ibu
Linda.
F-PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):
Terima kasih.
Pimpinan Anggota Komisi VI dan Bapak-bapak dari BUMN,
Kebetulan saya juga hampir sama dengan pertanyaan yang ke-2 ya untuk
Bulog, tapi saya lebih agak di luar teknis ya karena tadi tidak bisa dioleh disposal itu.
Apakah tidak ada cara lain andai kata yang disposal itu menjadi sesuatu yang bisa
dimanfaatkan untuk hal-hal lain. Saya rasa dengan teknologi yang baru dan
sebagainya tidak menjadi suatu yang merugi begitu saja yang pertama.
Lalu yang kedua ini lebih saran kepada Pimpinan, saya tidak tahu akan ada
kunjungan kerja itu minimal pendampingan dari Bulog ini sangat penting sekali,
kalau yang lain saya sudah dengar ada beberapa perbedaan harga tidak usah saya
tanyakan kembali, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik terima kasih Pak Adang.
Ada Pak, jadi kita nanti minggu depan itu Jawa Timur, Jawa Barat, sama
Banten, jadi karena ini untuk pangan Pak tentunya Bulog pasti harus mendampingi,
dan silahkan Ibu Linda Megawati yang kelihatan cerah hari ini.
F-PD (LINDA MEGAWATI,SE, M.Si):
Terima kasih.
Pimpinan serta teman-teman Komisi VI yang saya hormati, serta disini juga
ada deputi bersama jajaran direksi yang saya hormati.
Tadi bapak-bapak ini sudah mempresentasikan harga untuk pasokan bulan
puasa dan lebaran nanti, tetapi saya suka mendapat informasi dari konstituen atau
saya suka turun langsung ke pasar bahwa harga itu kita tidak bisa terkendali dengan
harga-harga, apalagi adanya bulan puasa atau menjelang lebaran itu harga bisa
tiba-tiba mahal sekali. Kadang orang yang di bawah sampai tidak sanggup untuk
belinya Pak. Jadi mohon kepada Bapak-bapak ini menginformasikan juga ke seluruh
publik bahwa siapapun pedagang yang berspekulasi untuk menaikan harga tanpa
ada standar dari Pemerintah, mohon ditindak lanjuti, itu yang pertama.
Kemudian yang kedua untuk RNI ya saya kebetulan orang Subang, Dapil
saya Subang, Sumedang, Majalengka juga, di sana banyak sekali tanah perkebunan
tebu dan bahkan pabrik gula yang ada di Subang tutup Pak. Ya itu sudah kayak jadi
museum. Kenapa demikian Pak? Padahal di sana potensi untuk menanam tebu itu
sangat bagus sekali Pak. Jadi kalau bisa dilanjutkan karena di sini juga banyak
pertanyaan dari konstituen saya “Ibu kenapa itu RNI tutup untuk pabrik gulanya
padahal kita masih perlu kerja di sini ya” ini mohon informasinya bagaimana
kelanjutannya, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Cukup Ibu Linda? Baik terima kasih Ibu Linda Megawati. Selanjutnya Pak
Primus.
F-PAN (PRIMUS YUSTISIO, S.E):
Terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bapak-ibu yang saya hormati.
Saya mohon maaf karena terlambat tadi jadi tidak mengikuti pemaparan dari
Bulog, tapi terus terang memang pas ada undangan dari kemarin emang ingin
tertujunya sama Bulog. Mohon maaf kepada Bapak Dirut yang lain karena Dirut yang
ini agak bernyali dibandingkan yang sebelum-sebelumnya. Apa yang disampaikan
Dirut Bulog ini sehati dengan keinginan masyarakat pada umumnya sebenarnya,
Menteri impor dia tolak seperti itu dan ini sebetulnya seperti ini dan saya berharap
Pak Buwas ini istiqomah dan konsisten, mungkin tidak mendapatkan di dunia tapi
diakhirat dijanjikan Insya Allah.
Tadi menarik sekali melihat interaksi antara Pak Adang dengan Pak Buwas
membicarakan soal pangan, dari background yang sama membicarakan hal yang
berbeda ini menarik, ini seperti putra-putra bangsa ini memang harus memberikan
kontribusi, saat ini kita butuh pemimpin di tempat-tempat strategis itu yang bernyali
dan sedikit-sedikit premanlah. Ini hanya pembuka saja ya dan begini Pak saya
sempat bertanya katanya tidak ada kebutuhan pangan kita itu yang impor selama
Ramadhan, dalam satu tahun ke depan menurut Bapak bagaimana? Inikan
Ramadhan saja, inikan kita harus berbicara satu tahun ke depan menurut Bapak
bagaimana? Kalau ada apa saja dan kenapa seperti itu? Kalau impor itu menurut
Bapak juga sebaiknya kapan? Karenakan kita juga tahu bahwa impor itu jangan
sampai membunuh para Petani kita, itu yang paling pertama.
Saya rasa perlu Bapak ini sedikit exercise artinya di sini berbicara ke depan
hanya begini yang menguntungkan petani dan Indonesia untuk rakyat Indonesia
pemenangnya seperti itu, ini penting jadi apa yang harus dilakukan serta dukungan
politik apa ini lah gunanya kita bermitra ini seperti ini, terkait tadi Bapak mengekspor
ya saya berharap ada kelebihan stok pangan kita, tapi bapak juga jangan lupa ada
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Bapak mungkin sudah
tahu ya tapi saya ingin mengingatkan Pasal 34 ayat 1 nya mengatakan “ekspor
pangan dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan konsumsi pangan di
dalam negeri dan kepentingan nasional” pasti di situ sudah menjadi.
Kemudian yang kedua adalah ekspor pangan pokok hanya dapat dilakukan
setelah terpenuhi kebutuhan konsumsi pangan pokok dan cadangan pangan
nasional, ini ada pangan kita ini yang kalau kita diamkan akhirnya menjadi mubazir
tidak terpakai nantinya, akhirnya yang diambil ya lebih baik kita ekspor sekarang
apakah ada seperti itu? Untuk pertimbangannya apa saja dan saya berharap
memang kebutuhan nasional itu di atas segalanya dan mohon penjelasannya.
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Walaikum’salam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terima kasih Pak Primus Yustisio, selanjutnya ada lagi yang lain? Pak
Hardisoesilo silahkan Pak Hardi.
F-PG (HARDISOESILO):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pimpinan dan Para Anggota yang terhormat;
Bapak-bapak dari pejabat yang hadir yang saya hormati.
Sejak saya melek huruf Pak, tidak ada lebaran itu tidak naik, kalau tidak naik
saya khawatir Presiden nanti memutuskan THR itu dihapus Pak, jadi Tunjangan Hari
Raya tidak ada. Yang saya maksud adalah bahwa kenaikan bahan-bahan pokok
menghadapi lebaran Idul Fitri yang hanya ada di Indonesia, tidak ada di tempat lain.
Itu sudah budaya Pak, jadi tidak usah dilawan macem-macem menurut Saya. Tapi
saya bersyukur bahwa yang penting Pemerintah sebagaimana disampaikan tadi
menyediakan stok yang cukup itu saja, bahwa soal naik turun itu mainannya
pedagang pasar lah apalagi kalau itu dicabut, kemudian THR dicabut, itu lebih berat
lagi itu. Itu yang pertama.
Dengan kata lain saya ingin menyampaikan bahwa dalam setiap kegiatan ini
yang penting adalah supaya kenaikan itu tidak berlebihan, Menteri Perdagangan
kalau tidak salah membuat patokan-patokan harga tertinggi dan lain sebagainya,
tapi itukan sekedar patokan Pak yang dagang di pasar itu pedagang, jadi kalau ada
kesempatan naik pasti dinaikan dan sebagainya dengan segala macam alasannya,
itu yang pertama.
Saya ingin menyampaikan yang kedua mungkin tidak langsung
berhubungan dengan ini tapi berhubungan dengan Bulog Pak. Begini Pak, tadi
disampaikan sebentar lagi Pegawai Negeri akan menerima beras natura dari pada
uang bulanan yang sudah dilakukan, sekarang inikan mau akhir jabatan Presiden
sama juga akhir jabatan saya Anggota DPR Pak, kalah saya Pak, jadi mungkin
berhenti Pak.
Ada saatnya sekarang menurut saya kita sudah mengevaluasi lagi tentang
kebijaksanaan tentang angka-angka yang ditetapkan apakah melalui kebijaksanaan
rapat Menteri Menko atau memang sudah ada keputusan-keputusan sektoral lainya,
yaitu mengenai bagaimana Bapak mengatakan bahwa cukup 2,5 Juta Ton? Kita
mempunyai beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Pangan misalnya, bahwa
ada beras untuk stabilisasi nasional untuk stabilisasi harga, untuk beras cadangan
pemerintah dan lain-lain, pertanyaan saya angka-angka ini apakah menghadapi ke
depan perlu kita evaluasi apa tidak? Misalnya saja angka sasaran rumah tangga
yang ditetapkan oleh BPS itu tidak pernah lewat dari angka 15 itu, menurut saya
saatnya inilah mungkin melalui Bapak Budi Waseso “salam pramuka Pak” beliau ini
menjadi Ketua Kwarnas Pramuka sekarang Pak. Mengapa saya sampaikan mohon
maaf, dahulu saya komandan yang memegang pataka waktu Presiden Soekarno
melantik Pramuka Pak jadi saya ingat, dengan demikian maka ke depan kita
mungkin bisa memberikan itu. Dalam kaitan ini saya kebetulan mengikuti betul Pak
dialog antara Kepala Bulog dengan Menteri Perdagangan Pak Enggar dengan Pak
Budi Waseso, waktu itu menyangkut masalah impor beras dan lain sebagainya tapi
menurut saya yang Bapak sampaikan itu waktu itu mencerminkan apa yang ada di
Undang-Undang Pangan, yaitu pembentukan Badan Pangan Nasional. Persis dialog
Bapak itu karena saya membantu Undang-Undang itu, jadi saya mengaminin betul
apa yang disampaikan oleh Pak Budi Waseso itu memang betul harus ditangani oleh
sebuah lemabaga independen.
Saya kira Undang-Undang 12 bagaimana tadi yang disampaikan oleh
sebagian kawan kita, kalau menurut saya BPN ini yang harus dijadikan karena
sekarang ekonomi Indef kemudian IPB sudah melontarkan, bahwa dalam situasi
sekarang ke depan ini mungkin pembentukan Badan Pangan yang menurut Undang-
Undang itu yang diserahkan oleh Presiden dan DPRD serta DPR itu katakannya
“bukan dapat” tapi “harus dibentuk”, dan sudah lewat 15 tahun selama itu tapi sudah
tidak ada salahnya melalui evaluasi yang bapak sampaikan Budi Waseso bisa
disampaikan bahwa mungkin kita bisa mendorong Pemerintah untuk
mempertimbangkan untuk ini.
Saya ingat betul waktu kita mendesak supaya dibentuknya badan ini, pada
waktu itu Menteri Keuangan sedang mengevaluasi badan-badan, struktural komisi-
komisi yang tidak efektif, kalau menurut saya BPN ini bukannya prioritas kalau
menurut saya, bukan karena saya ikut membuat Undang-Undang nya tapi setelah
saya diyakinkan dialog antara Pak Budi Waseso dengan Pak Enggar itu meyakinkan
saya bahwa badan ini perlu, melalui Pak Budi Waseso mungkin juga melalui Komisi
VI kalau berkenan untuk meminta kepada Pemerintah bisa memberikan Undang-
Undang pembentukan badan nasional yang diwajibkan oleh Undang-Undang 18
2012 ini. Saya kira dari saya demikian Pak, terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Baik Pak Hardisoesilo terima kasih, ada lagi yang lain? Pak Ihsan silahkan
Pak.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat siang salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati Ketua Komisi beserta rekan-rekan Anggota Komisi VI, Pak
Wahyu, Pak Buwas, Pak Doly, Pak Didi, dan seluruh Direksi yang hadir pada
hari ini.
Sebetulnya tadi saya tidak mau bertanya Pak Ketua tapi karena melihat yang
datang serta hadir ini memang orang-orang penting dan memang ini orang-orang
yang sangat menetukan harga bahan pokok kita, maka kita harus ikut memastikan
bahwa Bapak-bapak di depan ini menjalankan tugasnya dengan baik. Pertanyaan
yang pertama saya sebetulnya bukan buat Bapak-bapak yang di depan tapi ini
sangat berhubungan, apakah Menteri Perdagangan sudah mengeluarkan penetapan
harga baru? Karena saya lihat terakhir penetapan harga baru itu sudah lewat dari 4
bulan Pak dan itu harusnya sudah dikeluarkan. Saya mau tanya perkembangannya
seperti apa kalau tidak salah itu bulan 11 atau bulan 12 2018 itu terakhir dikeluarkan.
Sesuai dengan Undang-Undang Perdagangan seharusnya setiap 4 bulan
sekali harga eceran tertinggi dalam rangka menjaga stabilisasi harga bahan pokok
dan barang penting itu sudah dikeluarkan, ini apakah sudah ada atau belum? Itu
yang pertama, kemudian yang kedua tentunya ini Pimpinan yang kemarin kenapa
saya usulkan agar dari Kementerian Perdagangan diundang karena memang ini
salah satu leading sektor yang akan menentukan kinerja teman-teman dilapangan
BUMN yang bergerak dibidang pangan, yang kedua saya mau tanya mengenai
dengan Pak Budi Waseso di Bulog bahwa kalau dilihat dari Perpres terakhir tentang
Bulog itu Pak Budi bahwa punya kewenangan luar biasa ini.
Salah satunya di Pasal 6 itu maksud didirikannya Bulog adalah dihuruf b
“dalam hal tertentu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh
pemerintah dalam pengamanan harga bahan pokok, harga pangan pokok,
pengelolaan cadangan pangan pemerintah, dan distribusi pangan pokok kepada
golongan masyarakat tertentu”, pertanyaan saya Pak Budi ataupun kawan-kawan
yang lain adalah waktu pertama kali Pak Budi ini dilantik menjadi Kabulog itu sempat
ada wacana dari pemerintah tentang pemutahiran data, kemudian nanti subsidi itu
disalurkan melalui kartu, ini sebetulnya suatu trobosan yang sangat baik dan ini
sangat kita tunggu-tunggu karena ini akan berpengaruh kepada seluruh subsidi baik
itu bicara pupuk, baik itu bicara agen gas 3 Kg, baik itu bicara bahan pokok maupun
barang penting.
Sehingga tidak ada lagi Insya Allah penyelewengan itu akan semakin sedikit,
pertanyaan saya apakah sudah ada kemajuan dari situ Pak Budi? Karena ini juga
berpengaruh kepada keberlangsungan Perum Bulog, yang dipaksa secara tidak
langsung untuk melakukan kegiatan komersil yang menurut saya masih terlalu dini,
karena pembinaan SDM itu yang paling sulit dilakukan karena sudah berpuluh-puluh
tahun teman-teman di Bulog sudah dimanjakan dengan subsidi, ini juga bisa
diceritakan sedikit sudah sejauh mana pergerakan komersilnya Bulog, karena waktu
itu kita sama-sama takut ini jangan-jangan hanya 3 bulan langsung bankruptcy ini
jangan-jangan Bulog ini, karena sudah tidak ada lagi itu yang namanya pembelian
rastra waktu itu, jadi semua masyarakat bisa beli ketempat lain tidak harus dengan
Bulog.
Itu saya mau juga ini Pak Budi ini karena sesuai dengan nomenklatur kita
salah satu yang kita wajib awasi itu di BUMN adalah kinerja perusahaan dan kinerja
keuangan, jangan nanti asik-asik Bulog terima penugasan akhir tahun nanti
bankruptcy Pak ini tidak bisa juga, karena salah satu tujuan bapak selain
memberikan jasa produk yang baik kepada masyarakat, tapi juga ada mengambil
keuntungan sesuai Undang-Undang 19 tahun 2003, jadi mungkin itu Pak Budi
pertanyaan tadi sampai sejauh mana data ini sudah dilakukan oleh pemerintah,
sehingga bisa kita laksanakan dalam waktu dekat harga keekonomisan tidak harus
lagi di subsidi langsung tapi melalui distribusi tertutup melalui kartu-kartu yang sudah
ada sesuai dengan programnya Pak Jokowi.
Kemudian juga ada kewajiban bapak apabila dan ini saya mau tanya apakah
sudah turun penugasan-penugasan yang sesuai dengan Perpres itu, pasti sudah
ada beberapa tapi yang terbaru ini bapak juga harus diwajibkan memberikan
lapporan keuangan dan rencana kerja yang terpisah dengan rencana kerja dan
laporan keuangan Perum Bulog, ini terpisah Pak ini saya minta Pimpinan mungkin
selama ini kita belum pernah minta laporan itu, saya selama hampir 4 tahun
setengah sementara Pak kalau hasil pemilihan belum resmi tapi Insya Allah mungkin
kita bisa bertemu lagi kalau diizinkan oleh yang maha kuasa, Aamiin.
Kita belum pernah selama 4 tahun setengah saya di Komisi VI meminta
laporan khusus padahal ini dalam Perpres tercantum, khusus untuk Perum Bulog
apabila mendapatkan penugasan itu rencana kerja dan laporan keuangnya terpisah
dengan rencana kerja dan laporan keuangan perusahaan seperti umumnya, ini
mungkin Pak Ketua kita harus juga meminta bukan artinya kemudian mencurigai
tapi untuk tingkat kewaspadaan kita ingin lihat karena selama ini yang sangat rawan
akan dikorupsi atau mungkin ada permainan didalam adalah tempat-tempat yang
bersubsidi Pak Budi, sekian dari saya terima kasih Pimpinan.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Walaikum’salam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Terima kasih Pak Ihsan Yunus, Pak Nyat Kadir ada? Ibu Meliani belum? Dari
meja Pimpinan silahkan Pak Teguh.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Terima kasih Pak Dito.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pak Deputi, Pak Dirut, beserta seluruh jajaran saya mohon maaf terlambat
serta Bapak-Ibu Anggota demikian juga.
Saya ada 2 hal yang ingin saya tanyakan, pertama terkait soal pertanyaan
yang mungkin naif yaitu soal operasi pasar dalam Undang-Undang nomor 7 tahun
2016 tentang Perdagangan dipasal 26, operasi pasar ini adalah menjadi tanggung
jawab atau tugas Kementerian Perdagangan secara lebih spesifik, saya ingin tahu
karena saya lihat saat ini peran tersebut justru dilakukan oleh Kementerian
Pertanian, tentu dengan perspektif yang positif sebagai bentuk tanggung jawab
bersama dikabinet, langkah ini mungkin bentuk inisiatif namun tentu kita ingin tahu
ada dasar hukum disana, dan apakah teman-teman di BUMN dilibatkan soal ini?
Saya sekedar ingin mendudukan persoalan ini saja sekaligus juga ingin klarifikasi
apabila memang ada hal yang kurang pas.
Karena Kementerian Perdagangan adalah salah satu mitra kami tentu
kewajiban kami juga untuk mengingatkan atau menegur mereka apabila peran ini
tidak dilakukan. Kemudian yang kedua terkait dengan komoditas bawang putih, ini
sempat mencuat saya lihat dilaporan Bulog Pak Dirut Bulog disitu menyampaikan
bahwa harga bawang putih hari ini sudah menyentuh angka 48.000, kalau tadi
malam saya lihat di Hypernart sebetulan nganterin istri 43.500 relatif masih tinggikan
Pak harga itu, karena kalau kita ketahui dari impor harganya bisa ditekan
sebenarnya tapi point saya bukan disitu, sempat ada polemik bahwa Rakorta sudah
menugaskan Bulog untuk mengimpor tapi yang menjadi persoalan kemudian
Kementerian perdagangan tidak segera menerbitkan izin impornya.
Salah satu argumen yang disampaikan yang saya baca di media yang juga
ditanggapi oleh para importir bawang putih yang lain adalah dalam ketentuan kalau
tidak keliru Permentan ya, ada ketentuan harus menanam ya untuk bibit? Saya ingin
tahu apakah Bulog juga mendapatkan kewajiban yang sama untuk menanam ini?
Karena setahu saya Bulogkan ya bisa saja kerja sama tapikan yang punya tanah
saya tahu justru BUMN-BUMN, seperti Pertani atau PTPN ya tapi PTPN tanam
bawang tidak ya tidak tahu mungkin bisa saja kalau ditugaskan, sama satu lagi Sang
Hyang Sri yang punya lahan yang kondisinya juga menjadi perhatiannya Pak Deputi
untuk bagaimana agar bisa di sembuhkan untuk Sang Hyang Sri.
Soal ini saya kira perlu diklarifikasi Pak Deputi maupun Pak Dirut, agar
kemudian simpang siur ini juga tidak berkepanjangan, tapi secara prinsip konsen
kami dikomisi kami semua bersepakat bahwa kita tidak ingin bahwa harga-harga
terus memberatkan konsumen, karena memang kita tahu soal bawang putih ini
memang istilahnya produksi di Indonesia bawang putih memang tidak mudah, kalau
bawang merah mungkin masih lumayan di Brebes masih boleh produksi bawang
merah. Itu soal bawang ya kemudian soal komoditi satu lagi khusus kepada Pak
Deputi saya ingin klarifikasi yaitu soal daging, dahulu Berdikari dapat kuota
kemudian PPI dapat juga ya Pak tapi kenapa sekarang semua kebulog.
Ada apa ini Pak mau membantu Bulog tapi tidak bantu Berdikari dan PPI
begitu? Karena dengan segala hormat kita ingin tahu dasar kebijakan ini, kebetulan
karena mereka ada bukan saya membela mereka tapi juga kita memahami bahwa
peran ini juga bisa untuk menjaga kinerja teman-teman BUMN tersebut, mungkin 2
itu saya ingin minta tanggapan dari bapak-bapak terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik terima kasih Pak Teguh.
Ada lagi yang lain? Kalau tidak ada terima kasih sampaikan kepada Pimpinan
dan yang terhormat Anggota Komisi VI DPR RI yang telah mengajukan pertanyaan
dasarnya, kami persilahkan Deputi BUMN maupun para Direksi BUMN untuk
memberikan tanggapan atas pertanyaan dari yang terhormat Anggota Komisi VI
DPR RI, silahkan Pak.
DEPUTI BUMN:
Baik Pak Pimpinan.
Bapak-Ibu Anggota Komisi VI yang kami hormati.
Mungkin kami akan mencoba mengawali penjelasan Pak, kami catat semua
yang menjadi konsen bapak-ibu sekalian, yang pertama yang tadi dari Pak Slamet
ini kebetulan juga ditujukan kekami, Pak Slamet paling tidak 2 hal tanya kekami
tentang data-data yang kami sajikan Pak Slamet, data yang kami sajikan yang stok
Pak Slamet itu memang kami punya format standar ketika kami harus
menyampaikan data-data yang dimiliki oleh BUMN ke pemerintahan, jadi kami
punya templet seperti itu dan ini kami gabungkan dari data-data yang punya teman-
teman yang berproduksi maupun yang treading, jadi tadi kalau kita jumlahkan
misalnya gula begitu yang Bulog, PTPN III, RNI, itu menjadi total yang kami sajikan
Pak Slamet.
Kemudian yang data tentang harga Pak Slamet, ini yang tadi kami sampaikan
kami menyajikan 2 hal data yang secara makro ini diambil sampling diseluruh
Indonesia yang sumbernya dari pusat informasi harga pangan strategis nasional, ini
PIHPS ini standar dipakai oleh Kemenko untuk mengacu tentang harga-harga yang
terjadi di nasional. Kemudian data berikutnya kami ambil dari info pangan yang
khusus untuk DKI, tadi yang bapak masalahkan tentang harga bawang merah, harga
bawang merah yang kami kutip dari info pangan ini ada website nya bisa diakses
secara terbuka, ini kami ambil tanggal 14 Mei kemarin jam 2 itu posisi rata-rata
bawang merah itu memang rata-ratanya itu 37.000 Pak.
Jadi kami memahami kalau ini coba kita bandingkan dimasing-masing daerah
tentunya akan berbeda dan kami coba nanti akan konfirmasi, tadi Pak Slamet
sampaikan di Dapil bapak sampai 90.000 harga bawang merah, sementara data
yang diinfo pangan ini dicatat harga tertinggi di DKI itu dipasar Johar Baru itu 50.000
kemudian harga terendah di pasar Pademangan Timur itu 25.000 dan rata-rata per
14 Mei itu 37.000 ini Pak Slamet, ini mungkin nanti kami coba akan konfirmasi juga
ke Perdagangan kira-kira deviasi yang sangat besar ini seperti apa mengakomodir
ke data, jadi memang sekali lagi data ini memang nampaknya masih terus menerus
perlu di verifikasi.
Kemudian mungkin izin kami juga akan lompat karena tadi Pak Ketua
menanyakan kekami khususnya tentang importasi daging Pak Pimpinan, memang
semua kebijakan impor ini diputusnya di Kemenko jadi Pak Menko rutin
mengadakan rapat dengan antar Menteri yang terkait Pak, ada Pak Mentan, Pak
Mendag, kemudian Menteri kami dan Menteri Perindustrian, untuk memutuskan kira-
kira apa-apa saja komoditi yang harus diimpor. Ini seperti daging memang kondisi
putusan di rapat tingkat Menko itu berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana
tahun 2018 itu memang PPI dapat alokasi, kuota secara nasional itu 100.000 Ton
Pak waktu itu Bulog dapat 60.000 Ton kemudian 20.000-20.000 PPI dan Berdikari
itu posisi 2018.
Kemudian awal tahun 2019 kembali diputuskan oleh Rakortas untuk kuotanya
100.000 Ton menghadapi puasa ini dan lebaran, memang rapat terakhir itu
memutuskannya di Bulog mungkin pertimbangannya Pak inikan ketika teman-teman
bertiga ini importasi inikan kemudian menjadikan berbeda-beda posisi harga
pokoknya, memang mungkin 1 pintu hanya nanti kami juga akan usulkan supaya
Bedikari maupun PPI bisa tetap ikut disana Pak, itu supaya nanti teman-teman
diaudit ketika mereka melaksanakan importasi ini nanti ada BPK dan yang lain, nanti
PPI berbeda dengan Bulog kemudian berbeda juga dengan Berdikari, ini yang
mungkin kita akan coba hindarkan supaya tidak terjadi dualisme harga yang nanti
justru menimbulkan pertanyaan.
Padahal sumber dari daging ini berbeda-beda di India, ada yang supplier
besar kemudian ada yang mungkin disub sehingga menjadikan konstruksinya beda,
ini yang mungkin kalau tataran teknis barang kali nanti kami akan coba usul kepada
Kemenko supaya meskipun Bulog yang diputuskan tapi implementasinya teman-
teman bisa tetap ikut Pak, mungkin sementara itu yang.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Spesifik terkait tentang ini, jadi keputusan rakor di Kemenko itu secara
spesifik memang menunjuk Bulog tidak BUMN begitu secara umum? Karena
biasanyakan ditunjuk ke BUMN, maka kemudian Menteri BUMN dengan
kewenangannya menugaskan para BUMN ini.
DEPUTI BUMN:
Barang kali kami ceritakan dahulu yang 2018 yang lalu itu memang dari
putusan di Rakortas tingkat Menko itu memang ada usulan dari Menteri kami untuk
mengikutkan Berdikari dan PPI Pak, sementara yang kemarin situasinya itu memang
diputuskan oleh Pak Menko bahwa Bulog yang mengkoordinir untuk improtasi
daging ini di 2019 ini Pak.
F-PG (HARDISOESILO):
Pak ketua saya sama sedikit Pak.
Oleh karena itu tadi saya menyarankan Undang-Undang Pangan saja dibuat
itu Pak, dengan demikian independen jadi masa regulator bikin toko pangan dan
sebagainya tidak lucu lah, dengan Undang-Undang itu maka sebetulnya independen
dia, terima kasih.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Sedikit Pimpinan.
Pak Wahyu ini kalau untuk harga ini diaksesnya bisa lewat internet atau ada
aplikasinya atau bagaimana? Karena kalau Pak Darmadi sama Pak Eriko itukan di
HP nya itu pasti ada harga saham, kalau kita memang seharusnya bulan puasa ini
harga cabe harga yang lain kalau ada aplikasinya lebih baik.
DEPUTI BUMN:
Baik Pak Ihsan, itu sebenarnya webnya bisa langsung diakses ketika kita
langsung browsing begitu info pangan begitu langsung masuk ke websitenya DKI ini
Pak, jadi langsung semua akan detail mereka dimana disurveinya, pasar mana,
kemudian dihalaman depannya ada tanggalnya jadi kami seperti itu.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Itu real time Pak Wahyu ya harganya?
DEPUTI BUMN:
Soalnya dia bergerak setiap kita lihat, statusnya kami ambil di 14 Mei jam 2 ini
Pak bisa berubah ini harganya.
Pak Pimpinan mohon izin terutama Pak Buwas barang kali karena tadi
banyak pertanyaan yang ditanyakan ke Bulog mungkin nanti terkait dengan Badan
Pangan Nasional barang kali kami nanti akan bantu untuk menjelaskan, kami
persilahkan Pak Buwas.
DIRUT PERUM BULOG:
Terima kasih.
Pak Deputi dan Pak Pimpinan DPR RI.
Mohon izin kami menyampaikan dari yang pertama Pak Slamet, mohon izin,
kami mengekspor beras ini memang karena ini pertanggung jawaban kami juga Pak,
kami juga akan harus menyerap dari produk petani Pak. Mau tidak mau Bulog yang
harus diandalkan menyerap, namun kami juga harus ada hilirnya untuk meneruskan
ini menjual ini, sekarang ini Bulog bisa kelebihan stok Pak, sedangkan sebenarnya
tanggung jawab ini mungkin ada ditangan Menteri Perdagangan dan Menteri
Perindustrian yang bisa mengekspor, ini sudah kami bicarakan sebenarnya diantara
Menteri-Menteri ini hanyakan tidak ada respon pada akhirnya masyarakat larinya ke
Bulog, kita tetap konsisten harus kita ambil, ini masalah untuk Bulog sebenarnya
Pak, maka kita harus bisa melepas ini satu-satunya karena ini over supply Pak.
Kalau tidak kita keluarkan masalahnya tetap di Bulog Pak dan kami jujur saja
kebijaksanaan sekarang kami mengambilnya bentuk gabah Pak, tidak bentuk beras.
Kenapa itu karena kalau gabah kita bisa menyimpan relatif lama Pak kalau beras ini
sebentar Pak. Kita ambil kebijakan ini supaya kita bisa menyetok dengan kualitas
yang stabil Pak.
Kalau yang lalukan ini nanti yang beredar nanti dengan Pak Wahyu Pak
yang masalah yang ada 6.800 Ton beras kita yang sudah tidak bisa diapa-apakan
Pak, ini dahulu karena disiapkan untuk raskin tapi dibatalkan Pak karena beras
sudah didorong ke sana Pak, kalau kita tarik lagi biaya sangat tinggi Pak tidak
mungkin lagi pada saat itu Pak. Akhirnya kita biarkan dahulu untuk menjaga siapa
tahu ada kebijakan baru yang bisa kita dorong dari situ, tiba-tiba terlalu lama
akhirnya busuk Pak rusak, ini Pak memang tidak bisa kita apa-apakan Pak jadi
yang menjadi dilema karena ini sudah kita karantina Pak hari ini sudah kita karantina
disuatu gudang yang tidak pernah keluar Pak, waktu itu mendadak ada yang melihat
barang kemudian di blow up Pak seolah-olah ini beras yang akan diedarkan oleh
Bulog padahal sudah jelas ini sudah kita segel Pak, akhirnya ini rame di berita Pak
dengan kata-kata “ini beras yang akan yang akan disalurkan untuk Rastra dan
macam-macam” padahal jelas itu jelas beras yang sudah akan masuk daftar untuk di
disposal Pak.
Disposal ini sedang kita ajukan Pak, kalau dari Mentan sudah mempersetujui
untuk disposal Pak, yang menjadi hambatan ini adalah dari Menteri Keungan Pak
karena ini harus ada perubahan peraturannya lagi dan lain-lainnya Pak, sehingga ini
terus tapi bagaimanapun kalau ini tidak didisposal ini masalah Pak untuk kita, karena
ini menimbulkan kutu dan macam-macam inikan akan menyebar Pak, makanya
harus segara kita disposal apa yang disampaikan bapak tadi itu betul. Saya sedang
berfikir Pak waktu itu kalau kita disposal Pak kita butuh biaya juga rupanya Pak, kita
juga harus cari lahan kita keduk dengan kedalaman tertentu baru kita masukan
kemudian kita bakar lalu kita tutup, biaya lagi ternyata Pak.
Saya sedang berfikir Pak akhirnya kita menemukan orang yang mau
mengambil itu untuk diproses menjadi etanol, kalau dijadikan makanan ternak tidak
mungkin juga Pak karena sudah rusak Pak, jadi untuk binatang saja tidak mungkin
apalagi untuk orang Pak, satu-satunya memang ini harus dimanfaatkan sehingga
tidak total loss sama sekali tidak ada nilainya Pak, ini sedang kita lego dengan salah
satu perusahaan yang akan mengambil ini secara keseluruhannya untuk diproses
menjadi etanol Pak, dan ini InsyaAllah dalam waktu dekat Pak kita mau cepat-cepat
juga supaya ini tidak menjadi polemik seolah-olah ini barangnya sewaktu-waktu bisa
keluar Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Pak itu berapa banyak Pak?
DIRUT PERUM BULOG:
6.800 Ton Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Posisi dimana itu?
DIRUT PERUM BULOG:
Di Oku Timur.
Namun perlu kami laporkan Pak, yang akan rusak memang di beberapa
daerah juga ada Pak, karena kita menyimpannya terlalu lama Pak dan gudang kita
merupakan gudang yang memang belum memenuhi standar persyaratan untuk kita
menyimpan beras. Sebenarnya ini belum standar Pak gudang yang kita miliki. Jujur
saja ini bukan standar gudang untuk beras Pak, hanya sebatas sementara Pak. Jadi
kita harus moderinasasi gudang sebenarnya Pak, sehingga kita menyimpan beras
paling tidak setahun itu tidak ada perubahannya Pak. Kalau hari ini Pak, setiap bulan
turun Pak mutunya kalau tidak kita balik itu beras yang paling bawah rusak pasti Pak
karena bobotnya terlalu berat Pak.
Kalau kita bongkar itu cost lagi Pak, ini memang sedang kita perhitungkan
bagaimana caranya Pak itulah sebabnya kita sedang berfikir untuk membuat gudang
modern, artinya ini akan dengan sendirinya bisa kita mudah dibalik Pak tidak lagi
dengan tenaga konvensional yang sekarang ini Pak, kalau kita mau rubah harus
dengan konvensional lagi lama waktunya, ini sedang kita mau buat gudang
percontohannya dan Insya Allah bulan depan kita sudah bisa akan membuat satu
gudang percontohan di Kelapa Gading, yang nanti kalau itu memang bagus efisien
Pak maka kita akan gunakan mulai bertahap gudang-gudang dengan sistem itu Pak.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Izin Pimpinan sedikit.
Pak Budi Waseso, kalau tidak salah dulu kami di Komisi VI itu pernah
memberikan PMN untuk membuat gudang-gudang selo-selo itu bagaimana
ceritanya?
DIRUT PERUM BULOG:
Betul Pak mohon izin Pak nanti.
Begini Pak, karena itu besarnya 2 Triliun mohon maaf, pada saat baru
kepakai 10 Miliar Pak, baru kepakai. Mohon izin dalam prosesnya kami kan harus
tahu waktu kami sudah menjadi Dirut Pak, kami lihat dana PMN ini jangan dipakai
untuk asal-asalan menurut saya Pak, yang sebenarnya dibutuhkan apa? Kami
evaluasi Pak ternyata ini kalau kita paksakan harus diserap ini tidak banyak
manfaatnya Pak, maka kami harus menghitung ulang serta merencanakan ulang
supaya lebih bermanfaat untuk apa sebenarnya Pak dana ini, yang dibutuhkan oleh
Bulog itu apa Pak. Jadi tidak lagi membuat seperti kemarin gudang kedelai
sedangkan kita tidak memproduksi kedelai Pak.
Kemudian ada penentuan di satu tempat yang sebenarnya tidak perlu dibuat
karena itu tidak ada produksi apa-apa Pak, tapi sudah menjadi keputusan Pak dan
ini akan merugikan Pak untuk negara, jadi saya pikir kita harus evaluasi tidak boleh
sampai sedemikian dan ini kami evaluasi kembali kami sedang ajukan untuk
perubahan-perubahan kembali Pak, kami melalui Kementerian BUMN ke Ibu Menteri
kami ajukan Pak untuk nanti dibahas kembali dan nanti kami ajukan kembali Pak
untuk persetujuannya penggunaan itu, karena jujur saja Pak sebenarnya lebih efektif
kita gunakan gudang modern Pak karena bagaimanapun kita ini perlu yang utama
adalah gudang Pak.
Gudang kita sudah banyak yang rusak dan tidak memenuhi persyaratan, itu
sebabnya beras yang kita simpan itu relatif lebih cepat rusak Pak karena kita tidak
memenuhi standar internasional yang sebenarnya gudang itu ada persyaratan
termasuk temperatur, tatanan didalamnya, itu semua ada ketentuan baku Pak. Kalau
kita tidak Pak yang penting kita simpan dalam ruangan tertutup tidak kena hujan
tidak kena panas langsung sudah, kalau gabah mungkin Pak tapi kalau beras tidak
mungkin, ini sedang kami ajukan nanti Pak perubahannya Insya Allah kita
secepatnya nanti mohon persetujuan dari Bapak-bapak sekalian nanti.
F-PKS (Drh. SLAMET):
Mohon maaf Pak sebentar.
Terkait dengan tadi karena memang harus tersalurkan sehingga harus
diekspor, berarti dalam posisi kebijakan pemerintah beras rastra hari ini Bulog tidak
kebagian itu ya? Betul-betul diserahkan kepada pasar, sehingga ini konsekuensinya
akan ada 2 bahwa estimasi stok Bulog juga akan tidak menjadi stok pemerintah
yang murni data ini karena ada stok-stok swasta yang tidak terdeteksi oleh
pemerintah, ini konsekuensi dari stok itu. Kemudian yang kedua kebijakan ini yang
mungkin juga harus disinkronkan lagi oleh Pak BUMN sehingga harusnya Bulog
menjadi penentu, karena memberikan kebebasan kepada penerima akhirnya Bulog
harus kemudian membuat saluran pembuangankan begitu ini mungkin nampaknya
menjadi catatan kita, terima kasih Pak.
DIRUT PERUM BULOG:
Baik Pak Slamet.
Jadi mohon izin Pak. Jadi memang itu juga satu permasalahan apalagi
seperti sekarang panen raya Pak, kita harus menyerap padi stok kita pasti banyak
Pak tapi disisi lain Pak.
(REKAMAN TERPUTUS)
Kalau seperti kemarin Pak dirapat Bulog akan mengembalikan untuk
mensupply Pak untuk BBMT, Kartu Sembako, dan next nanti kita akan cek kembali
itu untuk kepentingan TNI, Polri, dan ASN, maka kalau ini terjadi Pak satu hal bahwa
siklus dari pada penyerapan Bulog ini bisa terus Pak, dan kita tidak akan lagi ada
beras yang turun mutu pasti Pak karena hari ini kami mempertahankan bagaimana
kami ingin kualitas baik tapi beras ini tidak bisa kita apa-apakan. Karena CBP ini
harus penugasan ini memang banyak permasalahan di Bulog Pak tentang beras ini
Pak, masalahnya kami ini penugasan dari negara untuk CBP waktu itu malah
perintahnya kita harus siapkan 3 juta.
Kami berhasil ini Pak, karena memang perintah tapi kemudian yang dijamin
oleh negara itu hanya 1-1,5 Juta Pak dan kita tidak bisa Pak menjual beras itu tanpa
ada penugasan. Inikan konsekuensinya beras ini mutunya turun Pak dan di satu sisi
karena kita menggunakan dana pijaman Pak, bunganya berjalan terus Pak, di sisi
lain bunga menjadi beban dari kita berpengaruh pada harga beras, di satu sisi mutu
mempengaruhi dari kualitas beras dan harga beras Pak. Jadi ini dilematis buat Bulog
Pak ini yang sudah kami laporkan juga kepada Kementerian Perekonomian
termasuk Pak Presiden pada saat itu sudah kami sampaikan Pak.
Oleh sebab itu kami minta supaya bagaimana karena Bulog ini adalah untuk
kepentingan negara dan pemerintah, maka fungsinya harus seperti tadi Pak, stabilan
dan untuk supply juga kepada pemerintah juga. Tapi untuk saat ini karena kami tidak
menunggu seperti itu Pak karena kecepatan dan menurut kami lebih baik kita
sekarang ekspor saja dahulu Pak, sehingga beras yang ada di kami segera bisa
keluar Pak. Sementara kami tiap hari terus menyerap dari produksi pertanian dalam
negeri.
Tadi Pak Primus juga sampaikan tadi Pak, itu memang pertanian kita
sebenarnya kalau kita mau teliti ke lapangan kita ini surplus Pak, surplus betul-betul
Pak. Buktinya sampai hari ini pun lumbung-lumbung padi di petani itu banyak sekali
Pak bahkan seperti di pasar cipinang. Itu sudah jenuh Pak yang namanya beras itu
jumlahnya sudah melebihi kapasitas yang normal tidak bisa lagi masuk.
Bulog juga tidak bisa supply ke Cipinang karena memang dalam kondisi
sudah jenuh, sementara pasar di luar juga banyak Pak dan inikan kita memang
belum ada data yang persis tapi BPS sudah menyampaikan bahwa kita memang
surplus Pak. Ini yang sekarang kita pedomani adalah data satu dari BPS Pak,
sehingga saya berhitung dari situ Pak maka saya berani memberanikan diri untuk
kita ekspor, walaupun sebenarnya Pak itukan bukan tanggung jawab kami kalau
dihitung-hitung sudah cukup sebarnya, karena buktinya di pasar sudah banyak Pak
dan sekarang drop harga beras Pak, tadi kalau Pak Primus sampaikan sebenarnya
apakah kita memang waktunya ekspor? Saya kira kalau kita menghitung dengan
benar dengan kebutuhan kita dan kondisi supply kita produksi sebenarnya kita bisa
ekspor Pak.
Kalau Pak Primus sampaikan tadi apa kira-kira yang bisa kita ekspor pangan
tapi kita belum butuh hari ini, sebenarnya dari survei dan penelitian kita punya
cadangan pangan yang luar biasa yang kita sebenarnya kita belum membutuhkan
Pak, dahulu dibutuhkan oleh sebagian Saudara-Saudara kita yaitu sagu Pak. Sagu
di Papua itu ada stok nya Pak, hari ini kalau diproduksi itu setiap tahunnya kita bisa
menghasilkan 450 Juta Ton Pak itu sagu tapi hari ini tidak dikelola dengan baik
sedangkan pasarnya ada Pak yaitu China, Vietnam, dengan Korea, itu sangat butuh
banyak Pak ini juga kami sampaikan kepada Menteri Pertanian, Menteri
Perindustrian, serta Menteri Perdagangan, dan ini merupakan hasil penelitian
betulan ini Pak sudah ada rekomendasinya maka ini sebenarnya Pak Primus bisa
kita jadikan komoditi ekspor kita unggulan pangan untuk sagu Pak.
Karena kalau saya lihat dari pertanian kalau kita seriusi kitakan selalu surplus
Pak. Kadang-kadang bawang merah sampai naik, petani semangat bawang merah
banyak tapi kita yang tidak menangani begitu produksinya banyak harganya jatuh,
petani ribut karena uangnya pinjam Pak. Bulog tidak mungkin mampu untuk
menyerap begitu banyak Pak dan ini juga menjadi permasalahan Pak, demikian juga
untuk jagung sebanarnya.
F-PAN (PRIMUS YUSTISIO, S.E):
Izin Pimpinan mendalami soal sagu itu.
Sangat menarik tapi apakah kalau kita mengekspor memproduksi sagu itu,
pohon bagaimana Pak, tandus tidak? Ada dampak tidak untuk alam sekitar itu
menjadi bahan pertimbangan artinya, tapi kalau itu sudah dipikirkan jauh matang
dan harganya juga kalau misalnya kita barter dengan kereta cepat itu lebih baik
sebenarnya.
F-PAN (MOHAMMAD HATTA):
Nyambung sedikit.
Tadi Pak Buwas mengatakan mau ekspor nih untuk beras, saya ingin tahu
kira-kira harga seperti apa Pak? Masalahnya harga di dunia lebih murah di kita dan
kira sekarang impor dari Thailand 5.600 kalau tidak salah, sedangkan pasar
Indonesia kalau tidak salah sekitar 10.000 ini berartikan dumping dong, atau
bagaimana ada nya Pak Buwas? Terima kasih.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Sebentar sebelum Pak Buwas menanggapi ini, saya ingin karena buat saya
statement Dirut Bulog ini menarik. Selama ini kami di Komisi VI ini sadar betul
bahwa beras ini adalah komoditas strategis yang sangat strategis bahkan sangat
politis, sehingga kita sadar dalam satu titik pemerintah menggunakan bahasa at all
cost harus menjaga stabilitas artinya ketersediaan dan sebagainya. Tetapi isu
swasembada inikan sudah lama selalu menjadi hal yang simpang siur, di satu sisi
Kementerian Pertanian menyatakan surplus ini kita dengar tadi Pak Buwas Dirut
Bulog menyatakan kalau kita cermati kita sebenarnya surplus produksi pada masa-
masa panen raya, tapi di sisi yang lain kita mendapatkan informasi khususnya dari
Kementerian Perdagangan.
Bukan kita ingin mengadu ini Pak, tapi karena ini Anda sama-sama
Pemerintah begitu, hanya kita akan klarifikasi karena kita akan mengundang juga
Kementerian Perdagangan pekan depan, kita menemukan salah satu indikatornya
adalah ketika kemudian harga naik, itu ukuran sederhana karena ketika harga naik
ya Presiden pasti marah, pokoknya kalau Pak Presiden tahunya bagaimana harga
stabil. Nah di sini yang kemudian menjadi konsen kami adalah ya tadi soal data, kita
sekarang ini bagaimana memastikan bahwa data yang disampaikan oleh kalau kita
sepakat BPS ya BPS yang harus kita jadikan rujukan, karena data 2 Kementerian
sering kali berbeda Kementerian Perekonomian pun tidak secara meyakinkan berani
merilis bahwa data inilah yang sebenarnya kita pegang, khususnya untuk pertama
komoditas beras lalu yang kedua juga yang sering menjadi pembahasan karena
seksi juga adalah gula.
Ini sebenarnya bagaimana ini Pak Wahyu? Karena kita tahu kalau seperti
Bulog dan teman-teman PTPN itukan para pelaku sebenarnya, Bulog memang yang
paling depan yang sering dijadikan tanggung jawab besar, dan kalau kita lihat dari
beban ekspetasinyakan terlalu beras diminta menjadi penyangga tapi tidak diberi
uang, atau dikasih duit tapi seperti Pak Buwas ceritakan hanya separuh harga ya
pusing. Ini kita mohon tanggapan Pak agar untuk ini agar jangan terus seperti ini
karena kita seperti lempar-lemparan melihat pemerintah ini kok tidak satu suara
begitu.
F-PD (WAHYU SANJAYA,SE):
Ketua izin menambahkan masalah data Ketua.
Itu bukan sering kali tidak sinkron Pak Ketua, tapi pemerintah itu tidak pernah
sinkron. Dalam kita membahas APBN pun itu ada 2 data yang dipakai contohnya
orang miskin, orang miskin ada versi BPS, ada versi Kementerian Sosial. Sekarang
kita mau lihat versi mana yang benar, biasanya yang banyak miskinnya itu yang
benar karena kalau banyak miskin banyak bansosnya Pak Ketua, biasanya seperti
itu, makanya itu tidak pernah selesai kalau data itu kalau kita mau bercerita data itu
nanti kalau bisa itu disepakati saja di komisi misalnya menjadi acuan oleh
Kementerian BUMN itu data yang akan kita pakai itu adalah data siapa. Itu kita saja
yang buat kalau kita tanya sama mereka hari ini bilang BPS besok beda lagi misal,
karena kalau kita Raker dengan Menkonya saja begitu, yang satu bilang
berdasarkan data BPS dan data yang satunya lagi mengenai data Kementerian
Sosial, terima kasih Ketua.
KETUA RAPAT:
Baik dilanjutkan mungkin Pak, sudah selesai dari Bulog? Silahkan dilanjut
Pak.
DIRUT PERUM BULOG:
Terima kasih Pak.
Jadi kalau data Pak kami memang mengacu kepada BPS Pak, biar tidak
simpang siur Pak. Jadi kami pedomani hari ini adalah data-datanya BPS Pak,
karena sesuai dengan Pak Wapres sampaikan pedoman ini data satu saja, kita
sudah mempedomani data BPS Pak. Jadi kembali kepada masalah tadi Pak, kenapa
termasuk disampaikan soal harga Pak, kita mau ekspor itu permasalahannya
harganya kita paling tinggi Pak. Jujur saja kalau kita mau lihat fakta di lapangannya
beras ekspor sama impor Pak kualitasnya memang bagus beras impor Pak, kalau
kita bicara harga memang lebih murah beras impor Pak, tapi persoalannya kita
harus berpihak kepada petani Pak karena kita berproduksi Pak.
Kenapa itu jadi mahal dikita memang cost nya mahal kita memproduksi
pangan kita Pak, karena kita masih konvensional, kalau di negara lain seperti di
Vietnam Pak sudah mekanisasi dan modernisasi, semua peralatan bahkan sudah
komputerisasi jadi cost nya rendah, produksinya lebih tinggi Pak. Bayangkan
disekarang dipertanian kita 1 hektar sawah itu rata-rata hanya 4-5 Ton Pak beras
atau gabah, tapi kalau di Vietnam 10-12 Ton Pak itu di Myanmar sama Pak, di
Thailand sama Pak, hanya di Indonesia yang produksinya rendah Pak. Ini memang
banyak permasalahan yang harus kita benahi di Indonesia.
Tapi apapun yang terjadi Pak yang penting adalah bagaimana kita berpihak
kepada petani Pak. Jadi kita harus mensejahterakan petani, kita mengambil hasil
petani walaupun kalau kita sandingkan memang kualitasnya memang kualitasnya
memang masih rendah Pak, karena Pak beras yang kita ambil dari impor itu Pak
memang lebih bertahan Pak 6 bulan perubahannya sedikit Pak, kalau yang dari
dalam negeri 6 bulan sudah rusak Pak begitu, karena memang prosesnya Pak ini
memang dilematis ini harus kita semua yang berbuat baru kita jaga kualitas, itulah
sebabnya kami berusaha ekspor tadi karena bagaimanapun kelebihan ini harus bisa
kita tangani, maka saya harus lego-lego sama negara-negara yang memang butuh
walapun dia tahu harganya lebih mahal tapi dia butuh Pak.
Ini mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa terealisasi Pak sehingga ada
sedikit pemecahan permalahan yang ada di Bulog karena nunggunya penyerapan ini
Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Pak Dirut saya mohon maaf.
Untuk yang aspek ini saya melihat ada kontradisi antara apa yang Pak Dirut
sampaikan dengan apa yang akan dilakukan, maksud saya begini ketika kualitas
produksi beras kita bagaimana anda sampaikan kalah bagus dengan produk
Vietnam, Myanmar, Thailand, maka kemudian kita mau mengekspor itu semacam
pekerjaan yang 2 kali lipat repotnya, saya condong Pak Deputi atau Kementerian
BUMN meyakinkan pemerintah agar distribusi raskin dihidupkan lagi Pak, kalau
menurut saya salah satu langkah yang kemudian membuat perputaran atau stok
beras di Bulog ini tidak berputar dengan cepat adalah memang distribusi raskin
sudah ditiadakan, atau ini yang BPNT kartu sembako karena kebebaskan
mengambil dimana-mana.
Menurut saya lebih baik kita konsentrasi di dalam negeri Pak yang artinya
sebenarnya dalam kontek keuangan kita bisa kita kerjakan begitu, kami di Komisi VI
walaupun tidak berkaitan langsung tetapi kita juga ikut konsen, menurut kami kalau
itu konteksnya untuk kepentingan dalam negeri masih bisa kita lakukan, tapi kalau
bapak harus susah payah ekspor saya khawatir biaya Bapak loby-loby malahan
kedodoran, karena sudah diujung nanti ditimpah sama Vietnam, Myanmar, Thailand,
kita kalah Pak karena saya tahu betul karena mereka istilahnya seperti yang Anda
ceritakan memang sudah jauh lebih maju, ini mungkin Pak Deputi PR teman-teman
Kementerian BUMN ini Pak.
F-PD (WAHYU SANJAYA,SE):
Ketua izin Ketua sebelum Pak Wahyu menjawab.
Masalah BPNT tadi saya memahami kesulitan Bapak-bapak ini. BPNT itu
produk Kementerian Sosial yaitu Bantuan Pangan Non Tunai, dimana itu nantinya E-
Warung yang menunjuk supply beras itu adalah Kepala Daerah setempat melalui
dinas, disitu akhirnya ketidak mungkinan Bulog mengambil alih disitu menjadi rente
orang boleh mensupply beras asal memberikan sesuatu kepada Kepala Dinas bla-
bla dan jumlahnya itu luar biasa, mereka tidak bisa keputusan itu harus diambil
dilevel Menteri menjadi tugasnya Pak Wahyu, hanya pertanyaan saya Pak Buwas
bapak tadi mengatakan bahwasannya bagaimana agar Bulog ini adalah tetap
berpihak kepada petani.
Pertanyaaanya bukankah ini kontradiksi dengan apa yang dilakukan di
lapangan di mana Bulog masih membeli beras melalui supplier, sekarang saya ingin
konsistensi Bulog kalau bisa ke depan itu berhenti beli beras lewat supplier itu Pak.
Jadi mereka ini tidak membeli beras ke petani saja. Jadi nanti jual dahulu misalnya
jual ke Ihsan baru Ihsan jual ke Bulog, tidak mungkin Ihsan gratisan dan
permasalahannya Ihsan tidak beli beras saya itu masalahnya apalagi supply ke
Bulog tidak mungkin itu terjadi.
F-PG (HARDISOESILO):
Intrupsi Pak.
Mohon dijawab Pak berapa persen dari satgas serta berapa persen yang
dipunyai oleh Pak Wahyu tadi.
DIRUT PERUM BULOG:
Jadi mohon izin Pak.
Yang lalu memang Pak kita pakai pihak ketiga Pak, itulah sebabnya waktu
saya jadi Dirut pertama saya evaluasi dan Bulog sangat dirugikan Pak, karena dari
pihak ketiga itu yang sisa tidak laku Pak, oleh mereka dikasihkan ke Bulog karena
kita sudah kontrak Pak, kita sudah putus mulai saya dari Dirut Bulog kita putus itulah
timbul gejolak meraka Pak artinya memusuhi Bulog karena selama ini mereka
mencari makannya Bulog, tapi kita dikerjain Pak. Beras kita kualitasnya rendah
karena memang dari pihak ketiga Pak dan sekarang kita galakan dengan on-farm
Pak, kita terjun langsung dengan para kelompok-kelompok petani, kita ambil
langsung Pak dan sekarang kita tidak lagi ambil beras tapi kita ambil gabah.
Karena Bulog sudah membuat rice mill Pak yang nanti pertaruhan kami untuk
ekspor itu kita yang memproduksi beras itu, bahkan alat yang kita buat ini Pak sudah
bisa menghasilkan premuim plus Pak alat yang kita punya di beberapa tempat Pak.
Nanti bisa Bapak lihat juga salah satunya di Legong Majalengka, kami menyerap
beras di situ sebanyak mungkin Pak dan kami memproduksi sendiri di situ
menghasilkan beras yang bagus berkualitas dengan kualitas premium plus, di situ
juga kita bisa mendapatkan plus tambahan karena dedaknya kita ambil Pak, bisa
jadikan komoditi untuk kita jual juga Pak, kemudian sekamnya dengan teknologi
yang baru Pak kita bisa gunakan sekam itu untuk penerangan Pak, jadi kita tidak
pakai solar tidak lagi pakai bahan bakar lain Pak, pakai sekam Pak kulitnya dari padi
itu Pak.
Hasilnya kulitnya padi itu Pak arangnya hasil pembakarannya kita proses lagi
jadi pupuk Pak ini udah kita kerja sama, ini proyek percontoh kami yang akan kita
kembangkan tadi salah satunya kami akan menggunakan tadi uang PMN tadi Pak
untuk mengembangkan seperti ini Pak ternyata itu lebih efektif Pak, supaya kita juga
memotong mata rantai para tengkulak-tengkulak Pak yang selama ini kita memang
kalah sama tengkulak Pak. Kita sudah sama-sama teman-teman di BUMN untuk kita
kuatkan lagi Pak kepada para petani-petani, insya Allah karena kami konsen dan
apa yang disampaikan Pak Wahyu tadi Pak tentang permasalahan-permasalahan
memang itu Pak yang lalu memang demikian adanya Pak, kita melalui pihak ketiga
dan teman-teman sebagian di Bulog itu masih senang dengan itu Pak karena kalau
dipihak ketiga kita dapat fee dari pihak ketiga Pak.
Dengan kita beli kita dapat ceperannya Pak jujuran saja memang iya Pak kita
harus jujur Pak, kita rubah sekarangkan bukan begitu karena kita sudah dibayar
sudah digaji kita punya tanggung jawab potong mata rantai itu, sekarang kita sudah
melalui on-farm Pak dan kita sudah instruksikan secara keseluruhan jajaran untuk
kalau panen raya seberapapun harus kita ambil dengan standar tertentu. Dan
kamikan juga diaudit oleh BPK dan BPKP Pak, jadi kami juga tetap konsen pada
sesuai dengan aturan kami juga tidak mau sembarangan juga Pak untuk melakukan
hal itu di lapangan.
F-NASDEM (Drs. NYAT KADIR):
Izin Pimpinan, Pak Dirut saya mau tanya ya.
Mungkin yang menghidupkan peran Bulog ini Bantuan Pangan Non Tunai tadi
yang akan beralih ke raskin rencana ya atau rastra begitu, tapi BPNT ini tetap ya
melalui Bantuan Pangan Non Tunai tapi diarahkan kepada Bulog supply berasnya,
karena kebetulan ini saya ada pengalaman istri sayakan Kadissos kesehariannya itu
memang serba salahkan dengan Bantuan Pangan Non Tunai inikan ada kebebasan
untuk membeli beras terserah mana yang lebih baik, saya kira ini solusi yang terbaik
ini sebenarnya Pak kalau tadi Pak Dirut bilang untuk ekspor segala macam ini
sementara ini mengatasi masalah diusahakan segala macam, tapi jangka panjang
mungkin kita bisa ekspor kan itu kemandirian pangan Pak.
Saya ingin tanya itu saja Pak nanti mekanisme saja mana on farm tadi yang
Bapak. Sebab ini begini, di lapangan itu beras Bulog ini ada kesan kurang bagus
seperti yang Bapak sampaikan tadi, kalau beras yang bukan beras Bulog yang dapat
itu tadi saya mengarahkan kepada Ibu saya karena saya di sini mitrakan, beliau ini
sangat setuju misalnya sudah mengarahkan Pak ini ambil yang Bulog saja tapi tetap
tidak mau tsk-tsk itu, kan ada istilah tsk bukan tersangka itu tapi TKSK tapi mereka
tidak mau karena dapat fee nya dari itu. Saya kira itu yang terbaik mungkin kalau
kembali kepada bukan non tunai seperti dahulu tetap dikhawatirkan ada
penyelewengan oleh lurah segala macam kalau pejabat daerah yang membagikan.
Saya kira begitu Pak perlu dimantapkan dengan pemerintah untuk
menghidupkan peran Bulog itu, beras Bulog yang bagus hari ini dibeli oleh TNI,
Polri, ASN, dan PKH tadi, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Apakah masih ada?
DIRUT PERUM BULOG:
Masih Pak, mohon izin saya menjelaskan kembali Pak.
Jadi oleh sebab itu tadi yang bapak sampaikan Pak kami tanggal 3 kemarin
Pak dengan Pak Presiden kami sampaikan permasalahan itu, maka ke depan kami
berharap BPNT dengan kartu sembako termasuk TNI, Polri, dikembalikan berasnya
dari Bulog Pak, karena faktanya dilapangan beras yang dibeli oleh masyarakat yang
menerima itu BPNT itu harganya lebih mahal Pak kualitasnya juga tidak baik bahkan
ada beberapa tempat itu kasusnya berasnya jelek Pak yang dia sebutkan dari Bulog,
setelah kita telusuri tidak ada Pak beras Bulog, dan mohon izin kami selama menjadi
Dirut kami sudah berkomitmen Bulog dahulu jatuhnya karena trust kita turun karena
kita mengabaikan kualitas Pak.
Sehingga kesannya beras Bulog itu bau, berkutu, beras kualitas rendah,
itulah sebabnya kamikan pengalaman pada saat saya di kepolisian Pak kamikan
menerimakan natural beras dari Bulog dan begitu kita terima pasti berasnya tidak
bisa dipakai, kita mau tukar dipasar tidak bisa Pak mau dijual berapa perakpun
digratisin tidak mau Pak itulah akibatnya kita tidak lagi TNI, Polri, bentuk beras Pak.
Ini akan kami minta kembali dengan konsekuensi kami yang menjaga mutu,
insyaAllah bisa Pak karena kalau kata kita sudah komitmen Pak terutama Bulog
saya yakin bisa Pak, buktinya hari ini saya juga memproduksi beras-beras kualitas
Pak yang sudah diakui juga produksi-produksi Bulog itu, hanya memang image
masih ada di masyarakat sebagian itu bahwa beras Bulog itu adalah beras raskin
beras yang kualitasnya rendah.
Ini sudah kita perbaiki Insya Allah mohon juga nanti bantuan dari Bapak-Ibu
sekalian dari Komisi VI untuk mendorong Pak karena memang dengan Pak Presiden
menyatakan bahwa BPNT, Kartu Sembako, dan TNI, Polri, ASN, untuk dikembalikan
natural dari Bulog banyak yang tidak setuju karena tadi Pak banyak kehilangan mata
pencaharian tadi Pak, mata pencaharian yang sekarang sudah menjadi budaya
kalau kita dapat dari situ bukan soal kualitasnya yang penting ada bagiannya buat
kita buat saya kan begitu dan ini yang harus kita lawan Pak. Saya punya keyakinan
jejaring atau jaringan mafia beras apa bila ini sudah dikembalikan Bulog habis
dengan sendirinya dia rontok, karena dia tidak punya pasar lagi Pak untuk
permainkan itu dia tidak bisa main-main lagi Pak.
Inilah yang saya sudah pelajari mudah-mudahan ini segera bisa terealisasi
untuk Bulog menjadi supplier dari pada beras-beras BPNT, Kartu Sembako, TNI,
Polri, dan ASN Pak kalau itu saya yakin Pak itu kekuatan negara untuk ketahanan
pangan serta kedaulatan pangan bisa betul-betul tercapai Pak, saya kira itu Pak
untuk apa yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini saya kembalikan kepada
Ketua, terima kasih.
F-PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):
Pimpinan untuk Bulog.
Saya mendengar bahwa yang disposal dikubur diselesaikan, tapi sebenarnya
pertanyaan saya lebih panjang apakah tidak mungkin bahwa yang disposal itu akan
menjadikan sesuatu yang lebih baik, walaupun tadi Kabulog sudah menyampaikan
bahwa biaya mahal dan sebagainya apakah tidak ada pemikiran tentang ada
tehnologi baru sehingga jangan terbuang begitu saja, itu saya ingin dengar.
DIRUT PERUM BULOG:
Jadi tadi saya sudah sampaikan Pak, kamikan tadi mau kami kubur kami
bakar berarti hilang sekali Pak walaupun penggantiannya belum jelas Pak, tapi dari
pada itu menjadi masalah mau kami lakukan, ternyata saya pikir-pikir ada peluang
yang seperti Bapak sampaikan, kami sudah cari Pak beberapa ternyata ada yang
mau mengambil itu semuanya Pak, 6.800 Ton itu akan diambil akan dioleh menjadi
etanol Pak. Jadi ini ada nilainya sudah akan dibeli dengan harga murah Pak tapikan
tidak sama sekali.
(REKAMAN TERPUTUS)
F-PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):
Itu Pak Budi kalau etanol bisa kontek sama Pak Doly juga ahli etanol juga itu
Pak Doly itu, hanya saya tidak tahu dari tebu ke beras bisa tidak itu kira-kira.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Tapi Pak untuk tidak ada Pak Lily nanti dipersoalkan.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Maaf sebentar Pak, kalau nasi bisa jadi bubur tapi kalau beras tidak bisa Pak
ya sedih juga ya.
Pak Dirut saya mau klarifikasi ini mohon maaf karena ini juga simpang siur, ini
tidak ada urusannya dengan dulu beras impor yang sempat nyangkut sehingga kena
demoris cukup besar Pak ya?.
DIRUT PERUM BULOG:
Tidak Pak itu yang baru kemarin Pak, itu masih baru.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Kalau yang masih sangkut di pelabuhan itu ada berapa banyak Pak? Sudah
clear ya itu, akhirnya issu demorasion bayarnya bagaimana Pak? Itukan besar Pak
akhirnya dibebankan ke Bulog ya bukan ke importinya ya, terakhir soal bawang Pak
tadi saya belum dijawab.
DIRUT PERUM BULOG:
Baik Pak mohon izin Pak soal bawang putih Pak sebenarnya 3 bulan yang
lalu kami sudah diputus dengan Rakortas Pak. Kami mendapatkan 100.000 Ton dan
khusus untuk Bulog penugasan tidak perlu tanam Pak karena tugasnya untuk
penugasan stabilisasi Pak, dan perintah Presiden adalah menghadapi puasa lebaran
ini Pak yang kecenderungannya naik. Kita sudah siapkan semua Pak bahkan kami
sudah mendekati ke China langsung untuk dapat yang paling murah karena pada
saat itu sudah mulai naik Pak di China, tapi ada broker disana yang bisa kita dekati
Pak karena saya kenal pada saat saya di BNN Pak, jadi jaringan saya bisa dapat
sejumlah itu hanya kita menunggu Pak perintah ekspor yang dikeluarkan oleh
Mendag Pak.
Kami kejar-kejar terus ini waktu berjalan Pak 3 bulan terus tidak jalan Pak
sampai pada akhirnya kami dinyatakan dibatalkan oleh Pak Mendag, saya waktu itu
tanya Pak Menko “Pak Menko kenapa dibatalkan karena itu keputusan Rakortas?”
Kalau membatalkan harus melalui Rakortas tidak bisa dibatalkan sepihak, waktu itu
saya tanya tidak ada penyelesaian akhirnya sama Pak naik harga itu bahkan Pak
Presiden waktu itu sempat negor saya karena Pak Presiden tahunya Bulog sudah
dapat perintah untuk impor, saya ditegur oleh Presiden kenapa ini harga sampai 40-
60 waktu itu di Kalbar sama di Kaltim 105 sekilo ini beliau yang mengecek Pak telfon
kepada kami.
Saya bilang “Pak kami tidak bisa intervensi kami tidak punya barangnya Pak,
tidak punya bawang putih” lalu ditanya “kenapa bisa?” “yakan kami tidak dikasih
perintah ekspornya Pak atau impornya Pak jadi mau bagaimana”, lalu ditanya “kok
bisa begitu?” lalu saya bilang “itu nyatanya bisa Pak saya bilang begitu”. Jadi
perintah Presiden dibatalkan oleh Mendag Pak ya kami mau bilang apa karena kami
di bawahnya Menteri tidak bisa apa-apa Pak, tapi ya sudah saya tidak bisa
dimarahin Pak Presiden Pak, yang penting saya sudah punya kemauan tapi
dibatalkan sepihak dan katanya Pak Mendag sudah ada barangnya, sudah terlanjur
barangnya sudah terlanjur dibagi-bagi kuota kepada pengusaha-pengusaha importir
yang ada.
Kalau sekarang saya diperintahkan impor maka waktunya sudah habis Pak,
begitu barangnya saya datangkan sini sudah selesai harga Pak, karena saya tahu
persis Pak bahwa ini sudah dikuasai kartel-kartel ini Pak, bawang putih ini sudah
ada Pak di para mafia-mafia ini, saya kemarin bilang Pak Kapolri.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Sebentar Pak bapak menggunakan satu terminologi yang peka buat kami Pak
“kartel” Pak Buwas sebagai penyidik saya percaya insting Bapak, tapi maksud saya
kalau memang betul itu bisa menjadi bahan bagi kami untuk merekomendasikan
KPPU untuk melakukan penyelidikan Pak. Bapak meyakini untuk bawang putih?
DIRUT PERUM BULOG:
Yakin Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Begitu Pak ya? Ini kita note Pak Pimpinan, agar nanti dengan KPPU kita akan
minta mereka untuk tindak lanjuti.
DIRUT PERUM BULOG:
Iya Pak kami menyampaikan Pak, mohon izin Pak.
Kami menyampaikan kepada Kepolisian, kan ada datanya importir-importir itu
Pak. Yang sudah merealisasikan impornya Pak, bisa di cek gudangnya Pak, ada
dimana itu barang ada Pak. Tinggal dicek saja Pak gampang Pak saya tidak sulit
Pak, kewajiban dia untuk memasukan pasar tidak Pak. Memang ini kesempatan
untuk mencari lebih Pak, itu yang saya bilang tadi kartel Pak karena mereka kompak
Pak.
F-PAN (PRIMUS YUSTISIO, S.E):
Pimpinan sedikit mendalami.
KETUA RAPAT:
Silahkan Pak Primus.
F-PAN (PRIMUS YUSTISIO, S.E):
Pak Buwas ini menarik terkait kartel, hanya bisa nanti cuma mau awalannya
saja Bapak hanya menyebut bawang putih tapi kalau saya pribadi menyebut
semuanya, menurut Bapak beda kalau saya ngomong sama yang keluar dari mulut
Bapak. Saya mau dengar itu saja apakah menurut bapak apakah semua pangan kita
dikuasai oleh kartel?
DIRUT PERUM BULOG:
Kalau boleh saya bicara jujur iya Pak. Mau bicara beras, gula, terigu, karena
memang dikuasai oleh kelompok-kelompok tertentu saja Pak. Kan Bulog ini hanya
punya bangsa pasarnya 6%, selebihnya pasar bebas, ini selalu bertahan Pak karena
memang mereka mau bertahan Pak ya contohnya saja BPNT ini saja banyak yang
tidak mau tidak setuju karena itu merusak kartelnya dia, sekarang bawang putih
kalau mereka kompak kalau mereka WA hari ini naik Rp 10.000 dari Sabang-
Merauke naik Rp 10.000 itu kompak Pak, itu hebatnya mereka kompak Pak
sedangkan kita tidak kompak Pak begitu. Itu bedanya Pak, jadi memang kita harus
betul-betul kunci ini Pak asal kita memang konsisten menghadapi ini, saya kira tidak
ada persoalan Pak tentang harga malah kita kalau komit nya untuk negara bangsa
ini Pak, saya yakin seyakin-yakinnya Pak.
KETUA RAPAT:
Baik selesai Pak?
F-PKS (Drh. SLAMET):
Kita tunggu masih diperpanjang tidak jabatannya nanti ini.
F-PAN (PRIMUS YUSTISIO, S.E):
Pimpinan mungkin terlewatkan, tadikan Pak Buwas hanya menjawab sampai
ramadhan tidak impor 1 tahun ke depan prediksi.
DIRUT PERUM BULOG:
Kalau untuk beras Pak khususnya saya konsen pada beras saja karena
memang saya bilang sama teman-teman kita konsen pada beras saja, dan
persoalan saya juga sudah saya sampaikan kepad Pak Presiden sampai akhir tahun
saya yakin tidak perlu impor Pak. Sampai saya pernah menyampaikan kalau dalam
kondisi normal dan memang tidak perlu impor, saya dipercaya impor lebih baik saya
mundur dari Dirut Bulog karena ini harga diri Pak bagi saya, seperti itu Pak. Saya
yakin seyakin-yakinnya sampai akhir tahun ini kita tidak perlu impor Pak, terima
kasih.
KETUA RAPAT:
Pak hardi masih ada?
F-PG (HARDISOESILO):
Tadi Pak Deputi agak menyinggung sedikit tentang usulan saya untuk Badan
Pangan Nasional, tidak lupa mungkin Pak Deputi ya, terima kasih.
DEPUTI BUMN:
Baik Pak Pimpinan.
Mungkin yang pertama terkait dengan BPNT dahulu, tadi Pak Pimpinan juga
menyampaikan tentang BPNT, tadi Pak Wahyu Sanjaya sudah menyampaikan
secara persis memang jadi Bulog ini memang dikurangi kewenangannya untuk
Bansosnya, jadi skema untuk bantuan kepada rakyat yang prasejahtera itu ada 2
yaitu Bantuan Pangan Non Tunai dan Beras Natura secara langsung, jadi jumlah
penerima manfaatnya KPM namanya Keluarga Penerima Manfaat itukan ditentukan
oleh TNT2K jumlahnya 15,6 Juta. 15,6 Juta itu setiap bulan dapat Rp 110.000 kira-
kira setara 10 Kg beras kalau itu dapat beras semua tapi dapatnya beras dan telur,
skema ini sampai dengan saat ini sebenarnya masih ada 2 skema itu karena belum
15,6 Juta belum semuanya pakai BPNT baru 10 Juta sisanya masih di supply oleh
Bulog hanya tahun ini tahun yang terakhir kira-kira jumlahnya tidak sampai 300.000
Ton.
Ketika Bulog diminta untuk menyediakan cadangan beras pemerintah yang
jumlahnya 1,5-2 Juta putusannya di Rakor itu, sementara dari sisi penyaluran itu
tahun ini saja hanya 300.000 tahun depan sudah dipastikan sudah tidak ada lagi, ini
memang masih belum imbang antara tugas untuk menstabilkan harga ditingkat
petani dengan mekanisme bagaimana mengeluarkan beras ini dari Bulog Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Sebentar maksudnya yang tahun depan tidak ada lagi itu?
DEPUTI BUMN:
Semua sudah BPNT 15,6 Juta.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Artinya diserahkan kepada mekanisme pasar ya.
DEPUTI BUMN:
Memang ada wacana untuk mengembalikan Bulog sebagai penyedia
berasnya, itu semua balik tadi yang Pak Wahyu Sanjaya sampaikan kasusnya DOKI
tadi, dahulu Bulog itu memang menjadi supplier pertama kali itu Pak, jadi Bulog
membuat kemasan-kemasan berasnya itu 5 Kg kemudian didistribusikan ke seluruh
titik-titik yang 15,6 Juta tadi Pak, pada akhirnya itukan ada yang dibatalkan sehingga
yang sudah di kemas dan dihandling titik-titik BPNT berada itu tidak terjadi
penyerapan sehingga beras itu rusak, ini memang pada waktu itu masih masa
percobaan masih masa transisi seingat saya dicoba di 200 kota, sekarang sudah 10
Juta dan tahun depan dipastikan 15,6 semuanya menggunakan mekanisme bantuan
BPNT.
Ini memang kami baru sekali akan di undang dari Kementerian PMK untuk
mencoba membahas ini Pak, jadi belum tahu konsepnya seperti apa mungkin nanti
kalau sudah mulai mengkerucut bagaimana nanti link antara berasnya Bulog dengan
E-Warung tadi yang Pak Wahyu Sanjaya sampaikan bahwa saat ini yang
memberikan approval itu lebih banyak ke pemerintah daerah tersebut Pak, tinggal
nanti bagaimana Bulog bisa supaya nanti semua suppliernya itu menggunakan
berasnya Bulog ini yang akan coba kita bahas, mungkin akan ada rapat ditempatnya
Ibu Puan Pak, itu untuk BPNT.
Kemudian yang terkait dengan Badan Pangan Nasional memang amanah
Undang-Undang kalau tidak salah Undang-Undang 2012 dan disitu disebutkan 3
tahun setelah diundangkan itu Badan Pangan Nasional harus terbentuk, seharusnya
2015 harus terbentuk tapi nyatanya sampai dengan saat ini belum bisa Pak
Pimpinan, jadi masalahnya adalah Badan Pangan Nasional ini akan
menyelenggarakan fungsi-fungsi dari Lembaga Kementerian yang ada, jadi semua
diwadahi dalam Badan Pangan Nasional ini, misalnya kewenangan importasi ditaruh
di Badan Pangan Nasional kemudian kewenangan untuk produksi dari Kementan
dilimpahkan kepada Badan Pangan Nasional.
Sehingga pembahasan di Kementerian Lembaga ini tidak pernah
mendapatkan kata “kesepakatan”, karena kaitannya menurut teman-teman
Kementerian teknis itu Undang-Undang Pangan melanggar Undang-Undang kami,
misalkan Undang-Undang Perdagangan jadi Undang-Undang Perdagangan itu
mengatur kalau importasi itu kewenangannya Menteri Perdagangan, tapi Badan
Pangan tapi diberi kewenangan harus kesitu itu, karena kita sampai di fasilitasi
berapa kali dari Kementerian Sekneg dan Sekab masih belum bisa mekanismenya
bagaimana melimpahkan kewenangan Menteri-Menteri teknis yang notabene pakai
Undang-Undang kedalam Badan Pangan Nasional, dan tertunda sampai disitu Pak.
F-PG (HARDISOESILO):
Waktu kami membahas itu Pak sederhana sekali Pak, kembalikan bahwa
Kementerian itu pegangnya regulasi sudah itu misalkan Badan Pangan akan nurut
regulasinya Kementerian.
DEPUTI BUMN:
Baik Pak nanti kami coba akan ingatkan kembali, inikan memang sudah
dikordinasi berbagai macam Kementerian ini Pak, jadi kemarin di Menko
Perekonomian dibahas, di Menpan beberapa kali dibahas, di Seskab juga dibahas,
dan Alhamdullilah sampai sekarang belum ada jalan keluarnya ini Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Pak Deputi soal Badan Pangan mau tidak mau harus politikal milik Pak
Presiden ya saya kira, karena apakah harus dikeluarkan Perpu atau bagaimana
khusus untuk Badan Pangan, karena memang kelihatannya sulit masing-masing
pasti akan berkutak pada kewenangan ya namanya kita tahu kalau kewenangan
ditarik pasti segala cara apalagi kalau kewenangannya itu yang selama ini menjadi
kewenangan andala ya begitu, saya masih konsen soal Bulog ini saya terus terang
kepikiran ini mohon maaf ya karena saya maaf ya bentuk kepedulian, artinya situasi
ini harus Bulog hadapi terus ya apa paling tidak belum yang pasti hari ini ada yang
Bulog kena cost of money karena harus menyerap dari masyarakat atau gabah,
disisi yang lain over supply yang ada belum bisa dibuang secara optimal begitu.
Terobosan yang diharapkan tadikan misalkan kayak raskin saya jadi ingat
salah satu isu raskin dahulu juga ditarik karena memang problem realisasi
dilapangan, makanya sekarang diganti dengan BPNT ini memang hal yang
kelihatannya menjadi Presiden buat Pak Dirut Bulog ini sampai paling tidak tahun ini
ya itu cukup berat, mudah-mudahan saja tidak sampai segini Pak terutama di sisi
financial nya, ini menjadi konsen kita Pak Wahyu.
F-NASDEM (Drs. NYAT KADIR):
Ada yang harus kita ingat BPNT ini sudah stabil itu Pak kalau dilapangan
saya selalu ikut, pada satu sisi memang peran Bulog ini harus dihidupkan ini dalam
hanya sekedar hanya saran bikinan saja. Jadi peralihan antara by pass tadi membeli
beras melalui TKSK ini yang harus diinikan jangan sampai ada gejolak baru disini, ini
harus betul-betul benar untuk Bulog mengaturnya seperti berasnya berkualitas dan
baik, ini masalah menghidupkan peran Bulog kalau BPNT ini sudah tidak bisa
diganggu lagi sudah akrab sekali masyarakat ini dengan Bantuan Pangan Non
Tunai, ini masalah barangnya saja supply-nya saja ini yang harus jangan sampai
ada gejolak lain, tapi satu sisi kita mengharapkan Bulog ini hidup benar-benar hidup
dan mungkin ada gagasan-gagasan lain.
Kita perlu sampaikan kepada pemerintah bagaimana yang disampaikan oleh
Pak Dirut tadi beliau inikan sensitif karena pernah di Bareskrim tahu semua itu
dimana kartel-kartel itu, di satu sisi kita juga melihat dikita juga mitra kerja kita KPPU
itu sudah begini atau tidak, sementara Undang-Undang kita revisi Undang-Undang
kita sampai sekarang apa kabarnya, ini yang harus diitukan sekedar saran ya.
KETUA RAPAT:
Kalau sudah selesai dari Pak Bulog mungkin dari PPI ingin memberikan
masukan ada? Cukup ya kemudian dari RNI ada?
DIRUT PT. RNI:
Baik terkait dengan RNI tadi pertanyaan dari Ibu Linda Megawati Pak, terkait
dengan penutupan pabrik gula Subang, perlu kami jelaskan bahwa beberapa tahun
terakhir ini memang pabrik gula RNI yang ada di Jawa Barat yang tadinya berjumlah
4 kemudian tahun 2018 kami putuskan untuk menutup salah satu pabrik gula yaitu
Pabrik Gula Subang, salah satunya karena kekurangan bahan baku tebu Pak jadi
disana ada HGU untuk HGU nya seluas 4.900, disamping itu pabrik gula terdekat
Subang itu ada juga milik RNI pabrik gula jadi 7 jaraknya relatif lebih dekat dengan
Subang luasnya 12.000 dan kebetulan tahun 2017-2018 ini banyak gangguan
okupasi masyarakat yang mencapai hampir 4.000, sehingga untuk memenuhi
kapasitas 2 pabrik gula tersebut menurut hemat kami sangat kurang sehingga 1
kami tutup untuk kita optimalkan salah satu pg saja Jati 7.
Jadi bahan baku tebu yang ada di Subang digiling di pabrik gula Jati 7 itu
pertimbangannya, kemudian yang kedua pertimbangan yang lain adalah RUTR di
kawasan industri di kawasan Subang ini sudah lagi berubah menjadi non-
perkebunan sehungga perlu kami siapkan nanti untuk Subang ini menjadi area yang
dipergunakan untuk non-perkebunan, yang ketiga kami juga untuk menghidupkan
pabrik gula beberapa kali kami ingin memanfaatkan mesin-mesin pabrik yang ada itu
dengan mengajukan impor low sugar, namun beberapa tahun ini kami tidak
memperoleh kuatanya sehingga terpaksa tetap kami tutup, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Baik dari Berdikari ada? Cukup dari PTPN.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Klarifikasi saja, untuk PTPN III Pak Dirut sama penutupan pabrik gula di Tegal
itu bagaimana kebijakannya saya dapat pengaduan juga itu, apa saja yang ditutup
disana?
DIRUT PTPN III:
Barang kali sedikit untuk latar belakang ini Pak, sebenarnya beberapa kali
kami sempat paparkan ke Pak Deputi juga bahwa kita BUMN ini punya kurang lebih
43 pabrik gula yang terpapar dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tadi pertanyaan
Ibu Linda tentang Subang Pak mungkin kami jawab dahulu yang Subang, untuk
Subang ini ada HGU 5.000 Hektar sebenarnya di Subang, produktivitasnya sangat
rendah selalu...(rekaman tidak jelas)...
Daerah Subang Pak Didi punya pabrik gula yang tidak jauh dari Subang Pak
namanya Jati 7, dahulu kami membuat klaster begitu jarak antar pabrik gula itu kita
coba batasi antara 60-80 Kilo karena selama alamiah supply tebunya itu semakin
hari semakin berkurang, kemudian juga kondisi pabrik gulanya juga sudah kurang
terpelihara dengan baik, sehingga pada akhirnya secara alamiah kembali lagi karena
supply tebunya kurang petani tebu yang ada di sekitar subang itu akan tetap tanam
tebunya hanya tebunya akan dibawa ke Jati 7 Majalengka dengan radius 80 Kg.
Nanti Pak Didi memberikan subsidi petani-petani sekitar Subang. Jadi intinya tidak
akan merugikan petani tersebut.
Ini hal yang sama yang pangkalan lagi Pak karena di pantai utara Jawa
Tengah itu kita punya Sumberharjo, Selagi, Pangkas, sama ada 4 pabrik gula di
Brebes, 4 pabrik gula ini letaknya sangat berdekatan jadi selama alamiah supply-nya
mereka antar pabrik gula juga akan berebut, makanya kita coba itu mana yang
paling efisien itu yang akan kita pertahankan. Beberapa pabrik gula yang Jawa
Timur pun sudah kita akan lakukan yang sama sebenarnya tidak ada niatan kita
menutup kalau supply bahan baku tebunya ada Pak, tapi mereka alamiah karena
tidak ada kebunnya kemudian kapasitasnya sudah dibangun katakan 3.000 Ton itu
perhari tapi tebunya tidak ada, jadi kalau kita paksa mereka beroperasi itu juga
menjadikan harga pokok kita tinggi, ini hal-hal seperti ini yang masih mewarnai
pabrik-pabrik di BUMN Pak.
F-PG (HARDISOESILO):
Ketua, mumpung ada Pak Deputi Pak.
Kami terakhir ada kunjungan spesifik ke Pabrik Nusa Asam Bagus, satu
pabrik yang direnovasi tapi tidak selesai-selesai menyelesaikan masalah, itu
direturnya beda tapi koordinator direktur dirutnya beda tapi koordinator direkturnya
Nasimkam namanya Pak didapil saya disana Pak di Situbondo Pak, pertanyaannya
adalah apakah ada kebijaksanaan kita tentang untuk memodernkan pabrik-pabrik
gula yang sekarang sudah tua-tua dan sebagainya, kebijaksanaan umumnya
bagaimana Pak? Terima kasih.
DIRUT PT. RNI:
Baik izin Pak Ketua.
Pak Hardisoesilo jadi memang kita punya program sebenarnya sudah aman
kira-kira bisa seperti Komisi VI juga yaitu revitalisasi perkebunan, salah satunya
Asem Bagus Pak jadi Asem Bagus itu satu diantara 16 pabrik gulanya PTPN 11
yang di Jawa Timur posisinya ada di Situbondo, disitu ada 5 pabrik gula sekitar situ
jumlah ada 6 pabrik gula, ada pabrik gula yang mungkin kapasitasnya terkecil
didunia disitu dibawah 1.000. Makanya kita menjadikan Asem Bagus itu menjadi
Championnya dia akan kita besarin kapasitasnya menjadi 6.000 Ton tebu perhari
jadi sebelumnya kalau tidak salah 4.000 jadi kita tinggikan, sebagaian dana PMN
yang diberikan ke PTPN III tahun 2015 kita dapat 3,5 Triliun Pak dibagikan ke PTPN
nya Jawa Tengah dapat 1 Triliun, Jawa Timur 1,5 Triliun, salah satunya untuk
merevitalisasi Asam bagus ini.
Memang kita ada dilematik Pak, jadi tahun lalu tidak bisa giling karena belum
selesai pekerjaannya, tahun ini tanggal 17 hari Jum’at ini 17 Mei kita akan rapat
nanti kami akan ...(suara tidak jelas).. jadi Pak hardisoesilo untuk Asam Bagus ini
InsyaAllah tahun ini kita akan gilling, kita combine maksudnya revitalisasi kapasitas
eksistingnya 3.000 Ton tebu perhari kita eksten menjadi 6.000 Ton tebu perhari, ada
beberapa part utamanya yang kita ganti baru jadi boilernya yang membangun itu
Wijaya Karya (WIKA) konsosium dengan Barata itu BUMN juga, beberapa teman-
teman yang dapil disana juga sudah melihat disana, kami masih meyakini untuk bisa
memberikan kontribusi yang cukup bagus untuk wilayah Situbondo dan sekitarnya
itu Pak, jadi kapasitasnya menjadi 6.000 Ton Tebu perhari, jadi penjelasan
sementara demikian.
Jadi memang apa yang disampaikan Pak Deputi benar Pak, ada
keterlambatan waktu tapi sekarang sudah selesai semua Pak termasuk nanti
mengenai jadi nanti transparan dalam pengeluaran men dengan sistem sekualitas
dengan gula rose sugar tapi kritalnya diatas 1,1 sehingga nanti ini bisa membawa
produk premiumnya gula BMN Pak, InsyaAllah tanggal 17 seperti yang disampaikan
Pak Deputi kemudian 20 Mei kita giling pertama dan itu sepakat dengan APTR
bahwa kita tidak terlambat lagi untuk giling tebu Pak, dan tebunya akan diambil oleh
BUMN juga yang kita atur supaya nanti tidak jadi deadlock antara PG satu dan
lainnya terkait dengan supply bahan bakunya Pak, terima kasih Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Singkat saja Pak Dwi pengen tahu saja, kalau PTPN pabrik tebunya tidak ada
yang main rafinasi ya?
DIRUT PT. RNI:
Belum ada Pak tapi proses bisa dari raw sugar dirubah bisa, tapi kalau ini
belum kita Pak nanti kita pabrik gula kristal.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Oh kristal putih jadi menyerap tebu masyarakat?
DIRUT PT. RNI:
Tapi kalau raw sugar dengan 1.200 Hk kita bisa convert jadi gula kristal putih
bisa Pak.
KETUA RAPAT:
Baik kalau sudah tidak ada lagi mungkin terima kasih kami sampaikan kepada
Deputi BUMN Bidang Industri Pangan Agro dan kepada Direktur Utama dan Direksi
Bulog PPI, RNI, Berdikari dan PTPN, yang telah memberikan jawaban atas
pertanyaan dari yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi VI DPR RI.
Selanjutnya kita masuk ke kesimpulan ya, draft kesimpulan Rapat Dengar
Pendapat RDP Komisi VI DPR RI dengan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan
Farmasi, Deputi Bidang Usaha Konstruksi Sarana dan Prasarana Perhubungan
Kementerian BUMN, serta para Direktur Utama Perum Bulog, PT.PPI, PT.RNI, PT.
Berdikari dan PTPN III Holding Persero, masa sidang V tahun 2018 -2019 Rabu 15
Mei.
(REKAMAN TERPUTUS)
...Menghadapi Idul Fitri 1440 H khusus dalam menjaga keterjangkauan konsumen
terhadap pangan pokok.
Kita setujui satu persatu saja ya biar cepat, untuk yang pertama setuju ya?
Kemudian yang.
(2) “Komisi VI DPR RI meminta Kementerian BUMN untuk meningkatkan pembinaan
dan pengawasan korporasi terhadap penyelengara penugasan kepada BUMN
Pangan dan mengkoordinasikan BUMN lainnya untuk mendukung penugasan
dimaksud sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan, khususnya
dibulan suci ramadhan dan menghadapi Idul Fitri 1440 H.”
Setuju ya?
(3) “Komisi VI DPR RI meminta BUMN Pangan agar dalam melakukan ekspor
pangan dengan tetap memperhatikan terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan
pokok dan cadangan pangan nasional, sebagaimana diatur Peraturan Perundang-
Undangan”.
Setuju Pak?
Kemudian.
(4) “Komisi VI DPR RI meminta BUMN Pangan agar dalam melakukan impor pangan
dengan tetap memperhatikan produksi pangan dalam negeri dan cadangan pangan
nasional tidak mencukupi sebagaimana diatur Peraturan Perundang-Undangan”.
Setuju ya tadi yang ekspor ini yang impor, setuju Pak ya?
(5) “Komisi VI DPR RI meminta Perum Bulog dalam rangka pembelian pengadaan
gabah dan beras dibeli langsung dari petani”.
Setujukan usulannya bapak tadikan.
(6) “Komisi VI DPR RI meminta agar Perum Bulog menyampaikan usulan dan kajian
realokasi penyertaan modal negara pada Perum Bulog dalam APBN tahun anggaran
2016, kepada Kementerian BUMN dan selanjutnya segera disampaikan kepada
Komisi VI DPR RI untuk mendapatkan persetujuan”
Setuju ya?
Kemudian catatan
“Komisi VI DPR RI telah merencanakan melakukan kunjungan kerja pada masa
sidang V tahun sidang 2018-2019 tanggal 23-25 Mei 2019 untuk melihat secara
langsung pelaksanaan stabilisasi pasokan dan harga pangan oleh BUMN Pangan
ketiga provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, dan Provinsi Jawa Timur”.
F-PG (HARDISOESILO):
Pak Ketua tadi ada pembicaraan mengenai Undang-Undang Pangan tapi
dalam keputusannya tidak disinggung sama sekali, tadi direspon oleh Bapak Deputi
saya mengusulkan ada satu kesimpulan apa bunyinya bagaimana, tapi kalau prinsip
saya bahwa kita sepakat untuk maksudnya Komisi VI dengan pemerintah BUMN
untuk melaksanakan pembentukan Badan Pangan Nasional sesuai dengan Undang-
Undang Pangan.
KETUA RAPAT:
Kalau begitu masukan saja tambahin saja, masuk ke nomor 7 yah usulnya
Pak Hardisoesilo kita untuk membuat Badan Pangan Nasional sesuai Undang-
Undang, Pak Wahyu kalau Badan Pangan itu nanti langsung ke Presiden ya berarti
bukan ke BUMN lagi ya?
DEPUTI BUMN:
Bunyi persisnya Pak, di salah satu pasal itu pemerintah membentuk Badan
Pangan Nasional dan Badan Pangan Nasional tersebut bisa menugaskan BUMN.
Jadi bukan Bulognya nanti karena fungsinya sebagai regulator dia mengatur
kebutuhan impor, mengatur ini dan itu, implementasinya itu dapat menugaskan
BUMN begitu.
KETUA RAPAT:
Berarti bukan Bulog dijadikan Badan Pangan tapi Badan Pangan dibentuk
sendiri kemudian bisa atau bagaimana?
DEPUTI BUMN:
Kalau pemahanan kami itu memang dia Badan Pangan Nasional di bawah
Presiden begitu, nanti implementasinya dapat menugaskan BUMN soalnya. Jadi
tidak sebagai operator langsung.
KETUA RAPAT:
Begini saja.
“Komisi VI DPR RI meminta pemerintah untuk dapat mengkaji lebih lanjut
terbentuknya Badan Pangan Nasional”.
Begitu saja ya?
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Saya rasa ini juga Pimpinan, karena tadi saya mencoba melihat status Badan
Pangan ini sendiri kalau tadi Pak Hardi bilang dari Undang-Undang Pangan memang
inikan di luar dari BUMN kita bukan dari Komisi VI, tapi bukannya tidak mungkin kita
bisa mengajukan ini melihat kondisi yang sudah ada, apakah dan ini harus direspon
dari teman-teman Komisi VI begitu Pimpinan. Apakah saya tidak tahu, apakah kita
bisa melakukan itu menjadikan satu hasil keputusan rapat yang memang bukan
dibidang kita walaupun ini berhubungan begitu.
KETUA RAPAT:
Jadi bagaimana Pak Hardi mungkin karena bukan tupoksi kita bagaimana?
F-PG (HARDISOESILO):
Sebenarnya banyak hal yang bukan kewenangan Komisi VI, tapi bagian dari
pada pembahasan Komisi VI kita jadikan sebuah keputusan juga tidak ada masalah.
KETUA RAPAT:
Saya kira tidak masalah saya kira, jadi usulkan saja bahwa
(7) “Komisi VI meminta kepada pemerintah untuk mengkaji terbentuknya Badan
Pangan Nasional sebagaimana..”
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Mungkin itu Pimpinan yang usulan saya kita berangkat dari permasalahan
BUMN kita dalam hal ini Bulog yang punya penugasan khusus, dan dirasa masih
kurang kewenangannya dari situ kemudian kita mengusulkan untuk dibentuknya
Badan Pangan agar koordinasi dan segala macam, jadi bukan dari Undang-Undang
Pangan mungkin itu ya kalau mau diambil dari sisi kita perspektif nam itu.
F-PG (HARDISOESILO):
Kalau saya mengusulkan Undang-Undang Pangan, kita berbicara Undang-
Undang Pangan kebetulan Ibu Deputinya yang membidangi masalah ini.
DEPUTI BUMN:
Kami tidak masalah hanya ketika nanti ada catatan itu ini pemerintah yang
mana yang mesti menginisiasi yang kami pertanyakan, inikan kami tidak bisa sendiri
untuk ini.
KETUA RAPAT:
Jadi bagaimana ini?
“Komisi VI DPR RI meminta kepada pemerintah untuk mengkaji terbentuknya Badan
Pangan Nasional, yang sesuai dengan Undang-Undang”.
Begitu saja?
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Mohon maaf Pak Hari dengan segala hormat, bahwa memang kemudian ini
kesimpulannya terlalu luas karenakan kita ini rapat kerjanya dengan BUMN memang
yang membidangi pangan, maksud saya kesimpulannya juga harus karena ini
mengikat kedua belah pihak, kalau “pemerintah” ini jadi memang tidak spesifik
mungkin isinya.
“Komisi VI meminta kepada Kementerian BUMN untuk mengkaji.”
KETUA RAPAT:
‘Mengkaji’ tidak apa-apa,
“kepada Kementerian BUMN untuk mengkaji terbentuknya Badan Pangan Nasional
sesuai dengan Undang-Undang”.
Saya kira tidak apa-apa itukan bagian dari pada rapat kita. Inikan untuk
masukan Pak Deputi juga ke Ibu Menteri kemudian nanti kepada pemerintah dalam
rapat ini ada usulan dari Komisi VI untuk dapat membentuknya Badan Pangan
Nasional. Jadi kita dalam kesimpulannya hanya kita sampaikan bahwa Komisi VI
DPR RI meminta kepada Kementerian BUMN untuk mengkaji terbentuknya Badan
Pangan Nasional, sesuai dengan perundangan yang berlaku.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Pimpinan.
Mungkin saya mau tanya juga kepada Pak Deputi, ini sebetulnya ini,
sebetulnya Pak Deputi sendiri merasa urgensinya ada tidak dibentuknya Badan
Pangan Nasional ini sendiri, dengan kondisi BUMN kita yang ada dimana sering
dikasih PSO bahkan seperti Bulog hampir seluruhnya PSO dengan kewenangan
yang tidak cukup untuk melaksanakan penugasan-penugasan ini, itu mungkin dari
situ Pimpinan berangkatnya ide untuk bentuk Badan Ketahanan Pangan, tapi kalau
dirasa cukup dengan koordinasi yang baik tadi kata Pak Budi Waseso tadi “Pak di
luar kompak, kalau kita sendiri kompak demi bangsa dan negara, harga saja kita
bisa pastikan dan tidak ada impor begitu”.
DEPUTI BUMN:
Baik Pak Ihsan.
Kalau menurut pandangan kami inikan koordinasi antar Kementerian untuk
menentukan kebijakan pangan. Jadi Bulog ini yang mengatur banyak sekali Pak.
Jadi Kementerian Pertanian mengatur dari sisi produksinya, kemudian Menteri
Perdagangan dari sisi kebijakan perdagangannya distribusi, kemudian ada Menteri
Perindustrian, kemudian ada tempat kami juga selaku pemilik modal dan belum
Kementerian-Kementerian yang lain. Dengan adanya Badan Pangan Nasional ini
sebenarnya mau mewadahi semua kewenangan Kementerian tersebut ditaruh di
Badan Pangan Nasional tersebut, sehingga Bulog nanti hanya berkoordinasi hanya
1 institusi saja tidak harus kesana kemari.
Untuk impor misalnya begitu ya inikan Bulog ini rekomendasi Kementan yang
mengizinkan Kemendag, yang memutuskan Kemenko, yang mengizinkan sisi
korporasinya kita begitu ini sudah setengah mati ini, entah Bulog senang dengan
seperti itu atau tidak saya tahu itu Pak Buwas. Kalau ada 1 badan begitu mungkin
sudah one stop shopping saja asal kebijakannya dari Pak Presiden apa ke Badan
Pangan tinggal nanti dibaginya entah ke Bulog entah ke Badan Pangan yang lain,
begitu Pak Ihsan.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Berarti itu hasilnya itu Pimpinan, tadi sudah disampaikan kira-kira itulah
alasannya kemudian kita jadikan kesepakatan berdua.
F-PAN (MOHAMMAD HATTA):
Satu lagi Pak Ketua.
Saya tadi tertarik dengan yang disampaikan Pak Buwas bahwasanya beliau
akan swasembada pangan dengan produk on-farm nya beliau, saya kira Komisi VI
perlu mendukung jadi Bulog untuk mencapai swasembada beras ini. Jadi dukungan
politik dari Komisi VI untuk supaya Bulog bisa tercapai swasembada, artinya Komisi
VI mendukung kegiatan on-farm yang dilakukan oleh Bulog demi tercapainya
swasembada pangan dan garam. Saya kira perlu itu dukungan politik itu supaya
tidak ada campur tangan lagi untuk pihak-pihak yang berkepentingan supaya Bulog
tidak sampai swasembada, artinya Komisi VI mendorong itu ya terima kasih
Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Jadi “Komisi VI DPR RI mendukung kegiatan on-farm oleh Perum Bulog
dalam mencapai swasembada pangan” begitu maksudnya setuju?
F-PG (HARDISOESILO):
Pak Ketua on-farm itu bukan urusan swasembada pangan Pak, bahwa Bulog
akan mengambil beras gabah langsung dari Petani dahulu namanya Satgas
sekarang on-farm lebih maju lagi.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Tadi Pak Buwas sampaikan bahwasannya Perum Bulog yang melakukannya
begitukan? Perum Bulog yang melakukan jadi kita dukung secara politis kepada
Perum Bulog dukungan politis saja ini dari Komisi VI.
F-PAN (MOHAMMAD HATTA):
Kalau itu sudah kita bunyikan di point 5, kalau pengertian saya on-farm itu
artinya berproduksi maksudnya kontek on-farm nya itu.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Artinya membeli langsung dari Petani pada tingkat harga yang baik begitukan,
saya kira dengan kesimpulan nomor 5 sudah ini, karena dahulu juga tadi diakui oleh
Dirut Bulog bahwa dahulu pakai pihak ketiga yang malah merugikan Bulog.
KETUA RAPAT:
Kita kembalikan kepada pemeritah dahulu, bagaimana ininya silahkan Pak.
DEPUTI BUMN:
Mungkin izin kalau digabungkan dengan nomor 5 sudah bisa barang kali Pak.
Jadi selain Bulog membeli langsung kepada Petani, Bulog juga diminta untuk
memberikan support kepada Petani untuk meningkatkan intensi untuk menanam
padi dengan produktivitas yang tinggi misalnya begitu, jadi satu konteks kalimat
begitu Pak.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Saya menangkap konsennya Pak Charli, tetapi salah satu indikatornya
Kementerian Pertanian itu Pak.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Pimpinan kalau saya melihat kesimpulan ini menang kita harus balik lagi ke
dalam fungsi dan tujuan didirikannya Bulog begitu ya, fungsi utamanya itu ada 2
kestabilan harga dan ketersediaan bahan pokok ini. Artinya apapun itu yang
dilakukan oleh Bulog selama itu dalam menunjang ini kita dukung habis begitu.
Misalnya seperti dibilang beli beras langsung tidak juga sebenarnya buktinya tadi
Pak Buwas bilang beli gabah, nanti kalau dibilang beli beras langsung di sini tekstual
berarti harus beli beras ini kan tidak juga ya. Artinya segala sesuatu yang dilakukan
itu kita dukung untuk mencapai efektivitas efisiensi, termasuk tadi saya mau tanya
juga selama ini permasalahan beli langsung dari Petani itu karena sudah dikuasai
oleh para tengkulak ini.
Bulog selama ini tidak punya kekuasaan atau kemampuan karena mungkin
tidak diberikan ruang untuk itu, mungkin sekarang sudah dan itu yang kita dukung
begitu Pimpinan. Jadi dalam rangka menjaga stabilisasi harga dan ketersediaan
bahan pangan khususnya beras Komisi VI meminta forum Bulog untuk
melaksanakan tugasnya sebaik mungkin dengan cara-cara yang mungkin out of the
box yang sudah dilakukan oleh Pak Budi, selama itu tidak melanggar Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku begitu.
KETUA RAPAT:
Jadi yang nomor 5 tetap ya? Kemudian nomor 6 dirubah..
“Komisi VI DPR RI mendukung Perum Bulog dalam rangka menjaga stabilisasi
harga dan ketersediaan beras serta swasembada pangan”.
Begitu ya, setuju ya?
F-PG (HARDISOESILO):
Pak Ketua.
Terlalu jauh mungkin kalau mewujudkan swasembada pangan dari Bulog Pak
ya, kebutuhannya adalah untuk Bulog.
KETUA RAPAT:
Iya terlalu jauh ya sudah hilangkan saja cukup begitu ya.
“Komisi VI DPR RI mendukung Perum Bulog dalam rangka menjaga stabilisasi
harga dan ketersediaan beras”.
Begitu ya cukup ya? Jadi 1-8 dapat kita setujui?
DEPUTI BUMN:
Izin Pak Pimpinan.
Untuk Point 7 barang kali Pak Pimpinan, inikan memang PMN nya Bulog
yang 2 Triliun di 2016 inikan memang faktanya sampai dengan saat ini belum bisa
teralisasi sebagaimana mestinya, tadi Pak Dirut menyampaikan beliau ketika
ditugaskan Dirut Bulog kemudian melakukan review terhadap rencana-rencana yang
akan dibangun, semula PMN itukan akan dipakai untuk rice milling unit yang modern
terintegrasi seperti 3 pilarnya yang di Karawang, kemudian Pak Dirut ingin mencoba
membuat yang kecil-kecil begitu, dan mohon masukan Pak ini apakah memang
mekanismenya kami harus mendapatkan persetujuan kembali ke Komisi VI? Kalau
kami mencoba menganalogikan PMN-PMN yang lain begitu, nampaknya kalau
perubahan peruntukan tanpa mengurangi esensi dari dahulu diberikannya.
Dahulu mau membuat yang besar begitu supaya bisa menyimpan beras
jangka panjang, sekarang mungkin kecil-kecil ditempat central-central produksi
beras yang kira-kira ada 7 provinsi begitu, jadi mungkin fokusnya beda tapi
sebenarnya sama untuk buat rice milling unit begini juga Pak Pimpinan. Kami mohon
pencerahannya Pak.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Pimpinan izin Pimpinan.
Ini sebetulnya yang kita belum dapat kesepahaman dengan Kementerian
BUMN selama ini Pimpinan. Jadi kita harus balik lagi ke dalam rapat kita waktu
persetujuan PMN bahwa ada satu klausul yang menyatakan pemberian PMN ini
harus sesuai dengan penggunaannya yang kita sepakati bersama, hanya kemudian
ditafsirkan oleh Kementerian BUMN dan teman-teman BUMN bahwa selama itu
sama atau mirip itu tidak harus lapor kepada kita, ini yang kemarin saya sempat
protes kepada BUMN-BUMN Karya yang ada jalan tol sama-sama jalan tol satu di
Jawa Timur dan satu di Jawa Tengah, ini pasti menurut saya secara pribadi ini pasti
mulai dari perancangan awalnya kemudian realisasinya kemudian kalau bicara
keuangan itu rate of return-nya segala macam kan berbeda.
Maka menurut saya tetap kalau itu berubah sedikit pun baik itu lokusnya
maupun cara membuatnya dan seterusnya itu tetap harus diajukan kepada Komisi
VI dan mendapatkan persetujuan Pimpinan, ini usulan saja supaya kita sama-sama
mengawasi dan inilah tidak ada kecurigaan diantara kita. Itu Pimpinan, terima kasih.
F-PKS (Drh. SLAMET):
Setuju Pimpinan dengan usul itu karena ketika yang diajukan berbeda baik
yang lain-lainnya pasti berubah total, sehingga pengajuan awal tidak sesuai
sehingga harus kita minimal harus mengetahui penggunaannya, setuju dengan usul
Pak Ihsan.
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Bukan, maaf tadi Pak Dito pas lagi dapat telfon dari Ketum. Jadi terkait
dengan PMN saya kira kesepakatan kita yang ini akan kami sampaikan juga nanti
dalam raker dengan Ibu Menteri atau yang menggantikan/mewakili atau yang ditujuk
oleh Presiden, bahwa terkait dengan PMN ini memang kita ada kesimpulan yang
menyatakan salah satunya misalkan bahwa harus ditaruh dalam rekening khusus
PMN ini, ketika ini belum terserap kalau ada bunganya ya bunganya ada di situ dan
seterusnya, maka terkait perubahan peruntukan atau perubahan rencana yang
berbeda dengan perencanaan yang ada agar disampaikan kembali kepada Komisi
untuk ya kita ingin persulit tapi kita ingin mendapatkan rasionalisasi itu bahwa
memang tujuan besarnya dapat.
Sehingga kontrol kita tetap bertanggung jawab jadi mohon kalau Pak Buwas
mau melakukan perubahan atau relokasi tolong disampaikan, karena kami akan
sandingkan lagi dengan dahulu perencanaannya karenakan dengan mudah kami
bisa mengatakan dahulu bagaimana perencanaannya Pak Wahyu mengawasinya
misalkan begitu, kitakan tidak mau juga kalau memang untuk tujuan yang ternyata
lebih tepat Komisi dalam posisi tidak akan mempersulit, begitu saja Pak.
KETUA RAPAT:
Jadi baik ya?
DEPUTI BUMN:
Tanya sedikit Pak, misalnya nanti ini seperti ini nanti bagaimana dengan
PMN-PMN yang sudah terlanjur berubah? Pak Ihsan bagaimana Pak.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Pimpinan, menurut saya memang harus dilaporkan, kita tahu sama tahu tidak
apa-apa kalau sudah dilaksanakan ada perubahan peruntukan ya sudah tetapi tetap
tugas kami adalah mengawasi dan kami ingin tahu sudah sampai mana, tapi kalau
bisa ke depannya itu yang bisa dicairkan kalau ada perubahan peruntukan harus
dibicarakan dahulu Pak Wahyu, karena harus ya Pak wajib hukumnya dibicarakan
karena memang saya tidak tahu ya waktu itu saya ingat betul waktu kita PMN 2016-
2017 kita waktu itu dipaksa keras kerja keras untuk meloloskan ini sampai 2 minggu,
ada katanya sampai diusir sama yang punya rumah tidak boleh masuk kamarnya
karena tiap hari pulang pagi waktu itu.
Kemudian untuk apa kita lakukan itu semua tapi dalam prakteknya itu banyak
sekali yang kemudian hanya 10%, 20% dilakukan, kemudian ada perubahan
peruntukan karena ini tidak sesuai dan seterusnya kemudian untuk apa kita buat
perencanaan itu Pak Wahyu, Pak Wahyu tahu sendiri bahwa banyak sekali ini yang
sampai sekarang belum tercapai dan itu Kementerian Keuangan sudah menegur,
artinya memang perencanaan pengusulan PMN oleh BUMN itu tidak matang waktu
itu, waktu itu Menterinya bagaimana nunjuknya? Itu berdasarkan apa? Ini jangan
sampai terjadi lagi Pimpinan. Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Akhirnya tidak apa-apa Pak Wahyu?
F-PAN (Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si.):
Pak Dito izin maaf aku potong.
Kalau begitu Pak Wahyu di forum ini karena langsung ke Pak Wahyu, terkait
dengan Bulog yang akan melakukan realokasi atau perubahan terhadap
perencanaan mohon disampaikan, sedangkan yang di bawah Pak wahyu teman-
teman yang dapat PMN didalam peruntukannya ada perubahan tolong dilaporkan,
karena saya khawatir nanti BPK juga jadi temuan antara perencanaan berubah
apalagi saya kira BPK termasuk yang paling teliti, jadi agar kami juga dalam posisi
terupdate. Memang sebenarnya soal PMN inikan kita juga pernah rapatkan secara
khusus kemudian melihat progresnya, mungkin perlu ada 1 sesi lagi terkait dengan
PMN.
DEPUTI BUMN:
Usul Pak Pimpinan.
Kalau tidak salah masih ada Panja PMN, bisa tidak misalnya untuk ini supaya
untuk mempermudah. Jadi kalau dilaporkan pasti kami akan laporkan, jadi kami ini
juga di audit BPK bahkan kita ketika misalnya Bulog ini akan merubah peruntukan
kami minta ada rekomendasi dari BPKP pasti binding di dokumen kita, ini kenapa
lama mau dirubah dari A ke B kita wajibkan ada rekomendasi dari BPKP. Jadi kalau
dilaporkan pasti kami akan laporkan hanya kami juga ingin mencoba memahami
kalau nanti mekanismenya persetujuan takut juga merepotkan Bapak-Ibu semua,
bagaimana kalau Panja PMN mengundang kita sekaligus disitu kita akan ceritakan
perubahannya itu dari ini ke ini.
Jadi akan lebih simple sekaligus kami laporkan teman-teman yang dapat
PMN, nanti bisa perdeputian atau kementerian, kalau boleh usul nanti masukannya
ke Panja PMN nanti kita akan selesaikan ke situ Pak.
KETUA RAPAT:
ini di drop saja ini.
DEPUTI BUMN:
Artinya tidak harus melalui persetujuan, mungkin dibahas melalui Panja PMN
atau apa begitu Pak.
F-PDIP (M.R.IHSAN YUNUS, BA,B,Comm,ME.Con):
Setelah lebaran atau sesudan lebaran dibahasnya? Karena sebelum lebaran
sudah penuh itu agendanya Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Jadi untuk. “Komisi VI DPR RI meminta agar Perum Bulog menyampaikan
usulan dan kajian realokasi penyertaan modal negara pada Perum Bulog dalam
APBN tahun 2016 kepada Kementerian BUMN dan selanjutnya segera disampaikan
kepada Komisi VI DPR RI untuk dibahas dalam Panitia Kerja Pengawasan PMN
Komisi VI DPR RI”.
Setuju Pak ya?
Terus tadi itunya catatannya nambah lagi apa itu? Itu nomor 2 tidak ada itu.
Jadi selesai semua ya 1-9 dengan catatan. Dengan demikian dapat kita terima
kesimpulan rapat.
(KETOK PALU 1X)
Baik terima kasih kami ucapkan kepada Deputi BUMN, kepada seluruh
Direksi Perum Bulog, PPI, RNI, dan Berdikari, serta seluruh yang terhormat Anggota
Komisi dan Pimpinan Komisi VI DPR RI yang telah mengikuti Rapat Dengar
Pendapat pada sore hari ini, sebelum kami tutup kami persilahkan kepada Deputi
BUMN untuk mewakili para undangan untuk dapat menjadi penutup sebagai closing
statement-nya, terima kasih.
DEPUTI BUMN:
Baik.
Bapak Pimpinan, Anggota Komisi VI dan Bapak-Ibu sekalian, Bapak Dirut.
Terima kasih atas diskusinya kami sudah catat semua yang menjadi konsen
Bapak-Ibu sekalian, kami juga akan laporkan ke Ibu Menteri untuk bisa ditindak
lanjutin dan mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan.
Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Walaikum’salam Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan mengucapkan hamdalah Alhamdullilah hirabbil’Alamin, Rapat Dengar
Pendapat pada hari ini kita tutup.
(KETOK PALU 3X)
(RAPAT DITUTUP PUKUL 13.20 WIB)
Jakarta, Mei 2019
a.n Ketua Rapat
SEKRETARIS RAPAT,
TTD.
Dewi Resmini, S.E., M.Si.
NIP. 19600525 198303 2 004