Download - Dialog Bulan Puasa 6
1
DIALOG
BULAN PUASA
6
Keterangan :
Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.
Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.
2
LAKSANAKAN :
SHALAT FARDU, PUASA DAN
BANYAK ZAKAT
DG. NABA : Kenapa ini Pak Kiay belum datang, sudah waktu
belum datang. Lebih baik saya bacakan surat-surat
dulu sambil menunggu Pak Kiay. Ini surat baru,
kami dengan identitas, nama Arifin Rasang alamat
Jl. Nuri 23B Ujung Pandang. Surat Sdr. Sudah
diterima Dengan. Nab. Selanjutnya dari Ati
Abdruryatum Hidayat, ini agak lucu sayang Pak
Kiayai tidak ada. Kan Kiay dan Babe Nab, dari
Abduryatum Jl. Belibis L No. 5. Selanjutnya
Syamsir B. Ujung Pandang. Kemudian
Mallamebasang Dengan. Gassing, di S. Minasa
Surat anda sudah kami terima. Muslimin K. Ujung
Pandang. Dari Siregar Muhammad Jl. Eteran 291
Uj. Pandang. Surat Anda sudah diterima.
Selanjutnya dari Murtin Anis, Mah. Fak. Sospol
Univ Hasanuddin UP. Selanjutnya Saleh H. Bellu
Jl. S. Walanae Uj. Pandang Dari U. Pandang lagi
dari Sr. Mangguluan UP. Surat anda sudah
diterima, jawaban bersabar. Selanjutnya dari kami
Temanggambari bapaknya Ude. Ini rupanya surat
dari Palopo Luwu. Selanjutnya Muslimin Kawasi,
td sudah ada lagi Muslimin, Uj. Pandang Surat
anda sudah diterima. Sekarang Sdr. Saut dari
Selayar. M. Hasan Zainuddin Pekalongan Jawa
Tengah. Ini sudah juga saya rasa dulu. Kenapa Pak
Kiayai belum datang ini. Mi’ra Dengan. Tapala Jl.
3
Tarakan 102 Uj. Pandang. Kemudian dari
Enrekang, Sdr. Muh. Ridwan. Selanjutnya surt dari
Kahar Masbh Campalagian daerah Mandar. Sulsel.
Dari Hajrah Uj. Pandang. Surat anda sudah
diterima. Selanjutnya dari R.H. Edy Said Jawatan
Hukum Kodam XIV HN Uj. Pandang. Surat Bapak
sudah diterima.
PAK KIAY : Assalamu'alaikum
DG. NABA : Wa alaikummusalam
PAK KIAY : Sd ada Dengan. Naba ?
DG. NABA : Ia, kenapa terlambat Pak Kiay.
PAK KIAY : Ketiduran sedikit Dengan. Naba.
DG. NABA : Tapi Pak Kiay sempat makan sahur ?
PAK KIAY : Alhamdulillah.
DG. NABA : Tidak apa-apa Pak Kiay. Disini tidak disediakan
makan sahur Pak Kiay. Dg. Naba sudah setengah
mati dari td tunggu-tunggu, sudah cemas.
Andaikata Pak Kiay tidak datang, ni surat saya
baca semua. Ini surat-surat yang saya telah baca
Pak Kiay, yang itu belum
PAK KIAY : Biar, nanti lain kali lagi.
DG. NABA : Ini terakhir dari Arif Gaffar di Uj. Pandang. Tadi
ada surat yang aneh Pak Kiay ?
PAK KIAY : Apa yang aneh ?
4
DG. NABA : Diundang makan sahur dari Afriatum Jl. Belibis,
tapi bukan Pak Kiay dia panggil.
PAK KIAY : Siapaji ?
DG. NABA : Kan Kiay dan babe Naba.
PAK KIAY : Bagus juga ya. Rupanya beliau dari mana itu.
DG. NABA : Kira-kira dari Jawa kira-kira Pak Kiay Ini Pak
Kiay jawab pertanyaan dulu. Ini minta jawaban
Pak Kiay. Ini dari Limau manis dari Blitung. Ini
pertanyaannya Pak Kiay. Bagaimana menurut
pendapat Pak Kiay jika kita ummat Islam ini ada
yang mengerjakan ibadahnya misalnya mereka
mengerjakan puasa cukup dalam sebulan,
mengerjakan sembahyang Idul Fitri dan Idul Adha
dan lain-lain amal bakti lainnya. Tetapi mereka ini
tidak mengerjakan sembahyang Fardhu. Ini Pak
Kiay bagaimana itu.
PAK KIAY : Jawabannya Dg. Naba, menjalankan ibadah puasa,
sholat, zakat Fitrah, terutama bulan puasa, selesai
puasa, ibadah sholat tidak lagi dikerjakan. Bagian
Dg. Naba mereka belum mencapai derajat taqwa.
Jadi ibadah puasanya kalau ditanya sahkan itu atau
tidak, tentu sah saja. Cuma tidak akan tercapai
keampunan dosa keseluruhannya. Karena ibadah
sholat tarawih dan sholat Fardu, itu tidak bisa
dipisah-pisahkan Dg. Naba.
DG. NABA : Dengan kata lain Pak Kiay, perbuatan itu tidak
betul. Begitukah ?
PAK KIAY : Betul
5
DG. NABA : Yang betul bagaimana Pak Kiay
PAK KIAY : Harus dia laksanakan sholat Fardu, puasa, bayar
zakat begitu Dg. Naba.
DG. NABA : Dg. Naba agak lain sedikit.
PAK KIAY : Bagaimana Dg. Naba
DG. NABA : Bukan bayar zakat, tapi terima zakat. Ini lagi Pak
Kiay (No. 2) Ada beberapa orang disekitar daerah
kami yang melakukan perkawinan. Mula-mulanya
laki-laki agama Islam perempuan agama lain.
Tetapi berhubung untuk melakukan perkawinan,
terpaksalah si perempuan ini masuk agama Islam.
Setelah mereka ini akad nikah dan sah menjadi
suami isteri, kemudian si isteri ini kembali lagi
keagamanya semula, tapi mereka ini tidak bercerai,
masih terus sebagai suami isteri. Yang ingin saya
tanyakan kepada Pak Kiay, bagaimana hukumnya
kepada mereka itu menurut pandangan Islam.
Terutama mereka bila sudah punya anak.
Bagaimana hukumnya kepada si Anak tadi apakah
anak itu dianggap anak haram, anak jadah, anak
diluar nikah.
PAK KIAY : Bagian Dg. Naba. Bila wanita masuk agama Islam,
kalau terpaksa, itu tidak benar sebab dalam agama
tidak boleh ada paksaan. Jadi dia sudah masuk
agama Islam kemudian mereka melakukan akad
nikah, sah perkawinannya. Anak yang lahir dari
perkawinan tadi, adalah anak sah. Tetapi Dg. Naba
bila si wanita kembali kepada agama yang dianut
semula, (sebelum agama Islam), itu murtad
namanya.
6
DG. NABA : O. ia. Sudah Islam, lalu keluar lagi, itu namanya
murtad. Dengan sendirinya Dg. Naba,
perkawinannya jadi batal.
DG. NABA : Perkawinannya batal, secara otomatis karena
murtadnya tadi.
PAK KIAY : Betul. Bila terjadi hubungan sex, jelas akan
dimasukkan kepada hukum zina karena
perkawinannya sudah batal.
DG. NABA : Ia, lalu hubungan sex juga berarti zina itu.
PAK KIAY : Ia, karena dia tidak ceraikan isterinya. Pada hal
istilahnya sudah otomatis cerai dengan murtadnya.
Bila lahir sesudah murtad ini, anak itu dimasukkan
dalam hukum anak zina.
DG. NABA : Anak zina, begitu ya? Tidak ada lagi Pak Kiay ?
PAK KIAY : Tidak ada lagi.
DG. NABA : Itulah jawaban Pak Kiay terhadap pertanyaan Sdr.
Nrudin tadi. Sekarang ada lagi pertanyaan Pak
Kiay, dari Yunus Ibrahim Uj. Pandang. Tapi
pertanyaannya adalah :
1. Apakah sah menurut hukum Islam seorang
perempuan Islam kawin dengan seorang laki-
laki yang bukan Islam.
PAK KIAY : Jawabnya singkat saja itu Dg. Naba, tidak sah.
DG. NABA : Tidak sah, kalau Dg. Naba, lain lagi, tidak boleh
PAK KIAY : Ini sudah banyak pertanyaan semacam ini. Sudah
banyak kita jawab.
7
DG. NABA : Kalau dibalik, bagaimana, yaitu laki-laki Islam.
PAK KIAY : Itu kita kembali kepada surat Muntahina Dg. Naba.
Sebab Tuhan memerintahkan selidiki dulu.
DG. NABA : Yang kedua, bagaimana hukumnya kalau ada
muballig Islam turut mengawinkan / merestui atau
turut menghadiri perkawinan semacam itu.
PAK KIAY : Perkawinan yang tidak sah ikut direstui, berarti
ikut berestui yang tidak dihalalkan Tuhan.
DG. NABA : Dengan kata lain merestui yang salah, tentu kita
salah. Pintar orangnya yang bertanya ini Pak Kiay,
macam-macam ditanya. Yang ketiga Pak Kiay, di
dalam dialog bulan puasa, pada kekafiran. Nabi
katakan, An Aroos Qala s.a.w. KADAL FAKRU
AYYAKUNA KUFRAN RAWAAHU AL
BAIHAQIJ. Adalah kemiskinan itu dekat kepada
kekafiran. Jadi jelas orang Islam tidak mau jadi
Kafir, dekat dari kafir tidak mau. Janganlah
dikatakan kafir, tidak mau, mendekati kekafiran
dia tidak mau. Kalau tidak mau dikatakan
mendekati kekafiran, berarti tidak mau miskin.
Kalau tidak mau miskin, harus kerja keras.
DG. NABA : Ia, kalau sudah kerja keras, harus hidup sederhana.
Yang ketiga apalagi Pak Kiay.
PAK KIAY : Yang ketiga Dg. Naba, itu ada pernah nasehat Nabi
kepada Said bin Abi Wakas. Beliau diwaktu itu
harap meninggal dunia, sudah keras. Tapi orang
kaya beliau ini, mempunyai seorang naka putri.
Diwaktu itu beliau mau mensedekahkan seperdua
hartanya, seperdua untuk anaknya dan itu sudah
8
cukup untuk seumur hidup. Nabi mencegah.
Karena nabi mencegah, dia minta seprtiga. Nabi
katakan, itu boleh. Oleh sebab itu Nabi
memberikan fatwa begini : Agar engkau
meninggalkan anakmu dalam kecukupan itu lebih
baik dari pada anakmu jadi pengemis setelah
engkau tak ada di dunia ini.
DG. NABA : O, jadi sepertiga untuk ditinggalkan boleh …
PAK KIAY : Seperti yang diambil untuk disedekahkan. Nah dua
pertiga jatuh kepada anak perempuannya itu. Pada
hal maunya terbalik. Duapertiga untuk
disedekahkan, sepertiga untuk anaknya. Nabi tidak
izinkan, akhirnya sepertiga yang disedekahkan.
DG. NABA : O .. begitu. Bagaimana bunyi peringatan itu Pak
Kiay.
PAK KIAY : Itu hadistnya tidak usaha saya bacakan, tetapi
adalagi Al Qur'an yang memberikan penjelasan
lebih jauh. Bunyi ayatnya begini :
WALYAKHSYALLA DZIENA LAUT ARAKUU
MIN HALFIHIM DZURRIYYATAN
DHI’AAFAA KHAAFUU ALAIHIM,
FALYATTAQILLAAHA WAQ UULUU
QAULAN SADIEDA”. Hendaklah kamu takut
meninggalkan orang-orang yang dibelakang kamu,
anak-anak cucu yang lemah-lemah. Lemah-lemah
disini dapat diterjemahkan Dg. Naba, lemah dalam
bidang ekonomi. Takutlah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah kata yang benar. Ini Dg. Naba.
9
DG. NABA : O o. begitu. Jadi takutlah kamu nanti
meninggalkan anak cucu yang lemah ekonominya.
Makan dengan demikian pemalas…
PAK KIAY : Tidak ada mungkin lagi, dari orang-orang yang
menjalankan agama Islam dengan sebaik-baiknya.
Karena begitu banyak dorongan-dorongan untuk
kita bekerja. Dorongan untuk diri-sendiri,
dorongan untuk keturunan, dorongan untuk
bersedekah seperti yang dikemukakan oleh Said
bin Abi Wakas tadi, dengan dasar itu Dg. Naba
tidak mungkin orang Islam jadi pemalas. Klui dia
pemalas, mungkin dia tidak menjalankan ajaran
Islam yang sesempurna.
DG. NABA : Jadi kalau sesungguhnya, tidak bisa malas. Kalau
orang malas, artinya tidak sesungguhnya. Baik Pak
Kiay, sudah waktu, sampai disini saja Pak Kiay
saya permisi dulu, Assalamu Alaikum.
PAK KIAY : Alaikummussalam w.w.
10
PEMINDAHAN ARAH ORANG YANG
BERBEDA AGAMA
PAK KIAY : Assalamu Alaikum
DG. NABA : Alaikummussalam w.w.
PAK KIAY : sudah lm Dg. Naba.
DG. NABA : Ia, saya baca-baca ini surat Pak Kiay, banyak lagi
yang datang Pak Kiay.
PAK KIAY : Coba dari mana-mana
DG. NABA : Ini Pak Kiay dari Abd. Rahman Syarif Lasangka
dari Uj. Pandang. Ada lagi ini dari Abubakar M.
Yacub Uj. Pandang. Ini Kartu Pos, M.Hasan
Zainuddin Pekalongan Jawa Tengah. Kemudian ini
lagi dari Uj. Pandang, Burhanuddin, qside. Dan
selanjutnya M. Ali Ashar. Uj. Pandan pencinta
siaran sahur. Ini lagi Pak Kiay Alimuddin Dengan.
Ma’puji dari Luwu Malili. Selanjutnya dari Abd.
Rahman Syarif Lasangka lagi Uj. Pandang (Ini
surat kedua). Ini Saharuddin Kab. Luwu. Ada lagi
ini dari Sdr. Kaharuddin M. dari Rappang Ini lagi
dari Sultra Kendari, Muh. Syarif Dengan. Laila.
Kemudian ini dari M. Ronggawaseli Ternate
Maluku Utara. Ini M. Hamzah Saidin, Kab.
Takalar. Muhy. Basrin Hamzah Uj. Pandang Jl.
Belibis Nuraedah Bahyus Irjaya. Surat anda sudah
diterima, sudah sampai ditangan Dg. Naba,
sekarang suratnya, belum diberikan sama Pak
Kiay. Selanjutnya Kamaluddin M. di Ambon,
11
Skomdak 20 Maluku. Sahardi Tandelau
Samarinda. Kemudian dari Sayhruddin Kab.
Mamuju. Yang ini, Yasin Monowarta Biak Irjaya.
Kemudian Hasan Sandiri Uj. Pandang Kemudian
M. Sultan M.S. Manipi Sinjai Barat. Kemudian
Lase’da IRjaya (Sorong) Kemudian dari Sdr. M.
Alim Bahri Kab. Gowa Kemudian M. Ali Ashar
Uj. Pandang (sudah dua kali suratnya). Kemudian
dari Hasidin Mamente Uj. Pandang. Ini lagi Baso
Al Bin Pampang, dari Kab. Luwu Kec. Wara Luwu
Palopo. Selanjutnya dari Sudriman Fasla (dulu ada
juga ini) Uj. Pandang. Kemudian dari A. Zainuddin
S. Uj. Pandang. Husni Jl. Soma Opu Uj. Pandang.
Masih ada satu lagi Pak Kiay dari Syahruddin
Rasjid Jl. Rusa UP. Begitu surat yang diterima Pak
Kiay, barangkali besok ada lagi. Ini Pak Kiay
pertanyaan dari Biak. Dari Yasin Monowarfa, dari
Biak Irian Jy. 1. Masalah donor darah yang
berlainan agama. Misalnya si A. Beragama Islam,
sedangkan si B bukan agama Islam. Sekali waktu
si A mendapat kecelakaan yang mengakibatkan
kekurangan darah. Sedangkan darah yang akan
diberikan, adalah darah B padahal lain agama. 2.
Bagaimana pandangan menurut agama dalam hal
tersebut di atas. Dengan ini kami minta penjelasan
dari Bapak dan atas perhatian Bapak sebelumnya
kami ucapkan banyak terima kasih.
PAK KIAY : Jadi donor darah ini apakah boleh pemindahan
darah sedangkan agamanya berlainan. Perpindahan
darah Dg. Naba, karena berlainan agama, tidak
terlarang. Yang tidak boleh, pemindahan masalah
keyakinan.
12
DG. NABA : O. ia. Ia. Jadi yang menjadi masalah ialah masalah
keyakinan, bukan masalah darah. Darah itu sama
saja, tetapi keyakinan tidak sama.
PAK KIAY : Jadi agamanya berlainan, berarti keyakinan yang
berbeda. Adapun darahnya karena darah si A
cocok dengan darah si B yang sakit, hanya
agamanya berlainan, boleh pemindahan darah.
DG. NABA : Tapi Dg. Naba tambahkan, perlu diperiksa
golongan darahnya Pak Kiay. Jadi tidak asal
dipindah saja. Tapi tidak menghalangi berlainan
agama.
DG. NABA : Terima kasih Pak Kiay. Ini lagi dari Baturu 21
Agustus 75. Masalah sudah lm sekali. Ini dari Sdri.
Asli Lani. Inilah jawaban surat anda dari Pak Kiay.
Pertannyaannya dulu, sahkah puasa apabila kita
tidak melakukan shalat tarawih.
PAK KIAY : Jawabnya singkat saja Dg. Naba. Dia mengerjakan
shalat puasa, tapi tidak shalat tarwih, apakah sah
puasanya, jawabnya sah. Tetapi baru sempurna
dihapuskan Allah segala dosa-dosanya jika ia
melakukan ibadah puasa sekaligus dengan
melakukan shalat tarawih.
DG. NABA : B. Bolehkah kita melakukan shalat tarwih hanya 9
rakaat saja ? yaitu 8 rakaat tarwih tamah 1 rakaat
witir ?. Ini singkatnya saja pertanyaan saya ambil
Pak Kiay.
PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba, bagian, sekiranya kesempitan
waktu, maka kita boleh witir satu rakaat karena
kalau dibikin tiga rakaat, mungkin masuk waktu
13
subuh. Sedangkan witir itu harus sebelum masuk
waktu subuh. Untuk itu dapat dilakukan witir satu
rakaat, jadi jumlah rakaatnya 9.
DG. NABA : Dengan kata lain, kalau kesempitan waktu. Kalau
begitu kalau tidak kesempitan waktu, tidak boleh.
Jadi sebaiknya jangan begitu.
c. lagi, pada waktu buka puasa, dimanakah waktu
yang paling tepat ? apakah kita berbuka pada
waktu persis tenggelamnya matahari, atau liwat
sedikit.
PAK KIAY : Kalau tadi keringat keluar, ini keringat masuk.
DG. NABA : Artinya Pak Kiay, kalau keringat masuk, berarti
orangnya sakit.
PAK KIAY : jadi masuk angin
DG. NABA : Ia, lg. bolehkah orang memanah ikan dengan
berselam masuk ke dalam air di dalam keadaan
berpuasa ?
PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba, menyelam, memanah ikan di
dalam air, tidaklah membatalkan puasa. Asal
jangan menyelam sambil minum air.
DG. NABA : O. ia. Ia.. dengan kata lain minum air sambil
menyelam dilarang. Tetapi menyelam memanah
ikan, boleh. Selesai ini Pak Kiay. Demikian Sdri.
Asli jawaban Pak Kiay terhadap surat anda.
Mudah-mudahan lain kali ada lagi surat anda yang
lain.
PAK KIAY : Ini saja dulu Dg. Naba ?
14
DG. NABA : Ia, itu saja dulu Pak Kiay Begini, ini yang lalu
tentang Remaja.
PAK KIAY : O… puasa kaitannya dengan pembinaan remaja.
Apanya Dg. Naba mau tanyakan.
DG. NABA : Apakah pada masa remaja, semacam itu (semacam
yang lalu Pak Kiay saya sudah kemukakan) sudah
diwajibkan puasa.
PAK KIAY : O, ya karena ada perobahan-perobahan tubuhnya
ini, perobahan mental.
DG. NABA : Perobahan-perobahan macam – macam ….
PAK KIAY : Jawabnya begini Dg. Naba. Sebaiknya begitu
matahari tenggelam, kita berbuka. Jangan
diliwatkan. Kalau liwat sedikit-dikit, itu biasa.
Tapi dalam Hadist Nabi, Layasuluhumma Ibhi
Maajril Fitra. Senantiasa ummat saya dalam
kebaikan sekiranay mereka segera berbuka.
Artinya tenggelam matahari, dia berbuka. Liwa
sedikit itu tidak ada soal, boleh.
DG. NABA : Ia, liwat sedikit boleh, artinya kurang sedikit juga
boleh ?
PAK KIAY : Tidak boleh kurang sedikit.
DG. NABA : Tidak boleh, Begini lagi, bolehkah atau boleh
sajakah kita mengidam-idamkan sesuatu makanan
yang kita ingin pada siang hari waktu kita puasa,
sehingga mengakibatkan tertelan air liur.
PAK KIAY : Begini, karena dibayang-bayangkan makanan,
akibatnya air liur tertelan, akhirnya dia telan untuk
15
tidak jatuh. Jawabnya menelan air liur tidak salah.
Jadi mengidam-idamkan makanan atau dengan
kata lain menghayal-hayalkan makan yang enak itu
rupanya dorongan-dorongan setan yang selalu
bisik-bisik sama dia, itu Dg. Naba, tidak usah
menghayal-hayalkan ganti itu hanyalah dengan
membaca Al Qur'an.
DG. NABA : F. lagi, benarkah bagi seseorang pekerja berat
(dimaksudkan adalah orang petani) dalam
menggarap kebunnya yang mana sudah terlampau
banyak peluhnya (keringatnya), memagrukkan
pausanya. Jadi ini orang bekerja Pak Kiay, sudah
banyak keringatnya keluar, apakah keringat keluar
itu memakruhkan puasa ?
PAK KIAY : Jawabnya tidak. Sebab keringat keluar itu tidaklah
membatalkan puasa atau memakruhkannya.
DG. NABA : Kalau keringat masuk Pak Kiay ?
PAK KIAY : bagian Dg. Naba, bahwa pada remaja sudah
memang diwajibkan menjalankan ibadah puasa.
Malah sebelum masa remaja, sudah diperintahkan
menjalankan ibadah puasa, sebagai latihan untuk
pembiasaan Dg. Naba.
DG. NABA : O, begitu, artinya masa kanak-kanak, sudah harus
dibiasakan mengerjakan ibadah puasa. Soalnya
sekarang Pak Kiay, pada umur berapa
diperintahkan berpuasa.
PAK KIAY : Didalam menjalankan puasa, tidak secara, tidak
secara konkrit dari Nabi mengenai umur, berbeda
dengan ibadah shalat Dg. Naba.
16
DG. NABA : O begitu, kalau didalam ibadah puasa, tidak ada
perintah Nabi secara konkrit. Kalau ibadah shalat,
sudah ditentukan umur dimulai menjalankan
shalat. Tentu begitu.
PAK KIAY : bentuk Dg. Naba
DG. NABA : Umur berapa ?
PAK KIAY : O, ya, didalam hadist riwayat Tarmisyi, berbunyi
begini : Muruu aoladakum fisshalaa, wahum
abanaum abanaum sab’in, wadribuhum alaiha,
wahum abanaum asri, wa farriku bainahum
filmadaji. Artinya, suruh anakmu sembahyang
dalam usia 7 tahun, pukul mereka bila
meninggalkan sembahyang dalam usia 10 tahun
Pisahkan mereka di tempat tidur.
DG. NABA : Pisah-pisahkan mereka di tempat tidur, artinya ini
bagaimana Pak Kiay.
PAK KIAY : Artinya jangan mereka setempat tidur antara anak
yang sudah usia 10 tahun dengan ibunyakah,
dengan saudaranya yang perempuan, begitu.
PAK KIAY : Betul Dg. Naba. Kalau mendidik, membiasakan
sesuatu yang baik untuk diulang-ulang sampai
tertanam jadi sifat pada diri anak didik. Sedangkan
mengajar, memberikan se-mata-mata pengetahuan.
Bersifat yang baik itu harus pula dicontohkan oleh
guru kepada Murid itu Dg. Naba.
DG. NABA : Ia, pantas ada orang bilang kalau guru kencing
berdiri, murid kencing berlari.
17
PAK KIAY : Ya ada kebenaran demikian Dg. Naba. Inilah salah
satu faktor daripada kenakalan anak-anak remaja
itu guru tidak dapat memberikan percontohan yang
baik.
DG. NABA : Itu saja itu ? Tidak ada faktor lain lagi Pak Kiay ?
PAK KIAY : Tentu ada.
DG. NABA : Apa lagi Pak Kiay ?
PAK KIAY : Faktor kelima yang menjadi sebab kenakalan
anak2 , adalah faktor masyarakat Dg. Naba.
DG. NABA : Faktor masyarakat, maksud Pak Kiay bagaimana ?
PAK KIAY : Begini Dg. Naba, bila di dalam suatu masyarakat
banyak contoh2 yang kurang baik,…
DG. NABA : Ia, kalau Dg. Naba, dalam masyarakat banyak
contoh2 tidak baik, bukan kurang baik, tidak baik
memang.
PAK KIAY : Banyak yang tidak baik. Ini pangkal Dg. Naba,
pangkal terciptanya kenakalan anak2. Karena di
dalam masyarakat, tidak dapat diberikan contoh
baik, tapi contoh yang tidak baik. Apalagi Dg.
Naba bila ada kesempatan bagi anak2 remaja untuk
meniru contoh2 yang tidak baik itu tadi, itu
bahaya.
DG. NABA : Antara lain contoh yang tidak baik dan yang baik
bagaimana Pak Kiay ?
PAK KIAY : Begini Dg. Naba
DG. NABA : Umpamanya ini ?
18
PAK KIAY : Saya lanjutkan dulu Dg. Naba. Ada kesempatan
bagi remaja meniru contoh2 yang tidak baik.
Apalagi remaja yang datang dari keluarga yang
memang tidak ada perhatian dari orang tua
membinanya atau dengan kata lain dari keluarga
yang kurang terbina, segeralah contoh2 tadi, dia
ikut dan dia jadi pengedar yang buruk itu ke –
tengah2 masyarakat.
DG. NABA : Ya betul, betul. Nah sekarang apa contoh yang
tidak baik Pak Kiay ? Dengan kata lain apa contoh
yang buruk itu.
PAK KIAY : Contoh2 Dg. Naba yang dalam keadaan tidak baik,
banyak saja. Tapi yang kita ambil yang dapatlah
kita lihat se-hari2. Antara lain film cabul, poster2
yang terpampang dimuka umum dengan adegan2
ciuman dan sebagainya. Bacaan2 cabul, tablet2
perangsang, yang st menarik bagi remaja yang
goncang jiwanya sebagai tapi pelarian Dg. Naba.
DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay, contoh2 yang Pak Kiay
buat, yang Pak Kiay kemukakan, umumnya difilem
cabul itu, bukan remaja Pak Kiay, tetapi yang tua2.
PAK KIAY : Walaupun Dg. Naba Filem2 cabul itu dibatasi
umur yaitu 17 tahun ke atas, tetapi kadang-kadang
yang 17 tahun ke atas itu, kurang terjaga, kurang
tertib. Tetapi kadang-kadang masih dapat lolos
nonton, ini disi Dg. Naba. Begitu juga persoalan
ini tentu bukan lagi persoalan masyarakat tok,
tetapi semua yang berkompeten dalam persoalan
ini tentu ikut serta.
19
DG. NABA : Memang Pak Kiay, seharusnya integrasi semua
Pak Kiay . Pak Kiay kasih penerangan baik2, tetapi
orang lain merusak, bagaimana bisa.
PAK KIAY : Itulah Dg. Naba ..
DG. NABA : Ia Dg. Naba bilang begini yang lain bilang begini,
ah rusak, tidak cocok Pak Kiay. Kalau begitu Pak
Kiay begini. Soal remaja bukan se-mata2 soal
orang tua. Dan soal remaja, bukan hanya soal
remaja tetapi soal orang tua juga.
PAK KIAY : Itu satu sama lain mempunyai kaitan. Disamping
orang tua, terlibat guru. Disamping guru, terlibat
masyarakat, itu otomatis…
PAK KIAY : Memang benar demikian Dg. Naba. Soal orang tua,
soal masyarakat dengan kata lain soal pemerintah.
Karena itu Dg. Naba di dalam Undang-undang
Pendidikan No. 5 tahun 1950 disebut ada tiga pusat
pendidikan.
DG. NABA : Ia ada tiga pusat pendidikan.
PAK KIAY : Ia yang di dalam kalimatnya, disitu dinyatakan
membentuk manusia susila, yang cakap, percaya
kepada diri sendiri, bertanggung jawab kepada
masyarakat.
DG. NABA : A. a.… tujuan pendidikan disitu dikatakan,
membentuk manusia susila, artinya yang tidak
susila perlu disingkirkan.
PAK KIAY : Ia, yang tidak susila, harus disingkirkan, perlu
dibentuk manusia susila.
20
DG. NABA : Lalu cakap, percaya kepada diri sendiri,
bertanggung jawab kepada masyarakat. Kalau
begitu tiga tujuan pendidikan, mana yang tiga itu.
Itu tadi kan tujuannya Pak Kiay ?
PAK KIAY : Dg. Naba, tadi kita sudah kemukakan di atas,
ketiga pusat pendidikan itulah : rumah tangga,
sekolah, masyarakat.
DG. NABA : O. ia.. ia.. sekolah, artinya anak-anak dididik di
sekolah, di rumah tangga.
PAK KIAY : Tapi satu sama lain Dg. Naba merupakan kaitan
kesatuan yang tidak dipisah-pisahkan Dg. Naba.
DG. NABA : Artinya ketiganya itu saling berhubungan.
PAK KIAY : Betul Dg. Naba.
DG. NABA : A. apa isi dan tujuan pendidikan di rumah tangga
Pak Kiay sebaiknya.
PAK KIAY : Tadi sudah ditunjukkan tujuan pendidikan menurut
negara kita. Sekarang isi dan tujuan pendidikan
rumah tangga itu apa. Sebenarnya Dg. Naba, isi
dan tujuan pendidikan rumah tangga itu, dapat
disimpulkan kepada tiga pula. Pertama isi
pendidikan itu ialah pemantapan iman, dan
menjauhkan kemusyrikan. Itu harus dididik di
rumah tangga. Yang kedua Dg. Naba,
melaksanakan Ibadah. Jadi pendidikan di rumah
tangga, dimulai dengan menjalankan ibadah. Dan
yang ketiga, Dg. Naba, ialah pembentukan
kebiasaan yang baik atau dengan istilah akhlakul
Karima. Ini isi pendidikan rumah tangga.
21
DG. NABA : O, ia Jadi tiga. Yang pertama pemantapan iman,
dan menjauhkan kemusyrikan. Yang kedua,
menjalankan ibadah, dan yang ketiga menjalankan
akhlak yang baik.
PAK KIAY : Betul Dg. Naba.
DG. NABA : A. a. ia. Tapi kurang Pak Kiay, yaitu dimana
letaknya hormat sama orang tua.
PAK KIAY : Itu Akhlak,
DG. NABA : Hormat kepada guru.
PAK KIAY : Akhlak..
DG. NABA : A. a…. disitu ?
PAK KIAY : Pokoknya Dg. Naba bisa bercerita apa ditanya
terjawab pada soal yang tiga itu. Itu isi pendidikan
rumah tangga Dg. Naba. Supaya anak tidak jadi
anak nakal.
DG. NABA : Bagaimana cara yang ditempuh dalam pematangan
iman ?
PAK KIAY : Ini Dg. Naba bertanya bagaimana cara yang
ditempuh oleh rumah tangga di dalam pemantapan
dan mematangkan iman seorang anak di rumah
tangga. Begini Dg. Naba. Contoh-contoh
pendidikan rumah tangga, itu telah digambarkan
oleh Allah s.w.t di dalam Al Qur'an. Seperti surat
Lukman ayat 12 dan banyak lagi ayat-ayat lain
seperti surat Yusuf, surat Ibrahim dan sebagainya.
DG. NABA : Nah sekarang Pak Kiay perlu diterangkan azas-
azas pendidikan Lukman di rumah tangga itu.
22
PAK KIAY : Azas-azasnya,
DG. NABA : Ia, bunyi ayatnya itu bagaimana
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Di dalam surat itu, azas-azas
pendidikan Lukman terhadap anaknya di rumah
tangga.
DG. NABA : Ini Lukman, siapa ini Pak Kiay ?
PAK KIAY : Ini Lukmanul Hakim, tersebut di dalam Al Qur'an
DG. NABA : O, yang masuk namanya dalam Al Qur'an.
PAK KIAY : Betul
DG. NABA : O, bukan Lukman yang dekat sana itu.
PAK KIAY : Bukan Lukman pegawai itu, tetapi yang tersebut
dalam Al Qur'an. Di dalam ayat itu berbunyi
begini: Wa ideqaala luqmaanu libnihi nahua
yaidhuhu, yaa bunaya laatasyrik billaah,
inasysyirka lachulmun adhim. Suatu ketika berkata
Lukman kepada anaknya
DG. NABA : Satu saja anaknya ?
PAK KIAY : Disebutkan disini anaknya saja. Apakah atau atau
dua, Sekarang apa yang dilakukan oleh Lukman ?
Wahua Yaidhuhu Ia pengajarnya, menasehatinya.
Diantaranya, Ya Bunayya : Hai anakku, jangan kau
persekutukan Allah. Sesungguhnya
mempersekutukan Allah dengan sesuatu, adalah
sesuatu keqaliman yang amat besar.
DG. NABA : Inilah dasar-dasar pengajaran Lukman di rumah
tangganya.
23
PAK KIAY : Ia. Jadi pada ayat ini dapat kita tarik bahwa
pengajaran (azas) pendidikan rumah tangga
mengajar anaknya tentang iman, dan menjauhkan
Tuhan dipersekutukan dengan sesuatu.
DG. NABA : Saya belum dapat memahami apa yang
sesungguhnya isi dari pendidikan rumah tangga
dari ayat tersebut.
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Kalau itu belum dapat Dg. Naba
fahami, baiklah saya berikan keterangan yang lebih
jauh. Pertama, bahwa pendidikan di rumah tangga
dalam pemantapan iman menurut ayat ini Dg.
Naba, ialah pengajaran, nasehat, penjelasan tentang
iman kepada ke Esaan Allah. Jadi dimantapkan ini.
Harus diyakinkan bahwa Allah itu Maha Esa, Esa
zatnya, Esa sifatnya, Esa Af alnya atau
perbuatannya. Ini diberikan penjelasan-penjelasan.
Yang kedua lagi, kemudian pemantapan iman itu
dijalankan melalui ibadah. Semuanya itu dilakukan
oleh orang tua di rumah tangga terhadap anaknya.
Jadi disuruh anak sembahyang, dia sendiri
sembahyang. Supaya realisasi dari pada iman tadi,
dapat dibuktikan melalui ibadah.
DG. NABA : Jadi kalau begitu Pak Kiay, kalau mendidik anak
bersembahyang, orang tua sembahyang.
PAK KIAY : Betul
DG. NABA : Jadi kalau begitu orang tua tidak sembahyang,
otomatis anak tidak sembahyang.
PAK KIAY : Ia, sulit
24
DG. NABA : O, ia.. ia.. jadi tidak boleh hanya menyuruh saja
PAK KIAY : Betul. Itu sudah kita jelaskan tadi, menyuruh itik
masuk air, cocok. Tetapi menyuruh kambing
masuk sungai, itu susah. Jadi diikat lehernya,
terjun dulu baru jadi. Begitu Dg. Naba….
DG. NABA : Begitu pula mendidik sembahyang.
Kalau begitu Pak Kiay nanti saja kita lanjutkan,
Assaamu Alaikum.
PAK KIAY : Alaikummussalam.
25
HAID DAN PUASA
PAK KIAY : Ah.. segar-segar perasaan Pak Kiay hari ini, eh e e
mana Dg. Naba ini belum datang juga, baiklah
saya bacakan surat-surat masuk.
Yang pertama Dg. Naba sudah pernah bacakan.
Yang kedua, ialah pertanyaan dari Sdr. Muh.
Yahya TDK, Moncobalang Gowa. Aiklah saya
bacakan pertanyaannya. Biasa saya mendengar dari
orang ataukah dari insan yang akan meninggal
dunia, bahwa sebelum sakratul maut datang, atau
sebelum nyawanya dicabut, lebih dahulu ada
tanda-tanda alamat yang dibawa langsung dari
guru tarekatnya. Bila tanda alamat sudah datang,
maka ia sudah memastikan bahwa ia akan
meninggal dunia. Karena apa yang dipelajari dari
guru, sudah ada. Mohon adfis.
Adapun tanda-tanda dari guru itu, tidak bisa kita
berpegangi, karena persoalan ini adalah persoalan
agama. Agama, bukan ajaran guru, Agama adalah
ajaran dari Allah dan Rasul. Jadi ajaran dari Allah
dan Rasul itu, berhak dipegang. Kalau ada
ketentuan dari Allah dan Rasul ,itulah yang kita
pegang. Sdr. Muh. Yahya TDK, di dalam Hadist
dinyatakan : innanafse lan tufaariqidduniya hatta
tara mag dahu til jannati au tumar. Sesungguhnya
nyawa sebelum dipisahkan dari badannya, akan
diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga atau di
neraka. Jadi berdasarkan hadist itu, seseorang yang
berada sebelum nyawanya dicabut, dari badannya,
maka diperlihatkan tempatnya dahulu, surga
26
tempatnya atau neraka. Barulah sesudah itu
nyawanya dicabut. Antara tanda ini, ada jarak yang
panjang ada jarak yang pendek. Jadi inilah satu
tanda yang akan datang kepada orang-orang yang
akan mati. Itulah tanda yang datang dari Hadist,
yang penjelasannya dari Rasulullah. Adapun tanda-
tanda dari guru tarekat, umpamanya, belum dapat
kita benarkan sebelum dia mengemukakan
dasarnya dari Al Qur'an atau Hadist. Sebab agama
dua pendapat. Ada yang mewajibkan hukum hitan
ada pula yang memandang hukumnya cuma sunat.
Diantara ulama2 besar yang memandang hukum
hitan itu wajib, baik laki2 atau terhadap wanita.
Imam Syu’bi Aou Sa’bi, Imam Malik, Imam Syafii
termasuk Imam Achmad.
DG. NABA : Hambali tidak ?
PAK KIAY : Betul Imam Achmad bin Hambali. Malah ada satu
penetapan dari Imam Malik dan Imam Achmad,
begini : “ Ma lam Yah;tatim Lam-tajus
Imamatuhu, Faltu’bal Sahadatuhu”. Itu bukan
hadist, tetapi pendapat beliau2 itu.
DG. NABA : Artinya Pak Kiay bagaimana
PAK KIAY : Siapa2 yang tidak dihitan, tidak sah imamannya
atau Imamnya kalau dia jadi imam, dan tidak
diterima sahadatnya. Itu penetapan beliau tadi,
tetapi ini bukan hadist.
DG. NABA : ia, sekarang yang kedua Pak Kiay.
PAK KIAY : Yang kedua Dg. Naba, hitan itu sunat hukumnya
menurut pendapat Imam Abuhanipa. Ini Dg. Naba
27
sampai terjadi pendapat yang berbeda-beda itu,
karena memang ada beberapa hadist yang
membuka masalah itu.
DG. NABA : ia, bagaimana bunyi hadistnya Pak Kiay.
PAK KIAY : Diantaranya Hadist Imam Achmad dan Abu Daud
berbunyi begini : “Angka Sahri wal qufri
Wachtatin”. Artinya, cukurlah oleh engkau rambut
Jahiliyah, dan berhitanlah engkau.
DG. NABA : Cukurlah rambut Jahiliyah ? dan berhitanlah
engkau
PAK KIAY : itu hadist yang pertama. Hadist yang kedua “Man
aslama Falyahtatim” Artinya, siapa2 yang masuk
Islam, hendaklah dihitan. Dan hadist yang ketiga,
“Alhitanu sunnah firjali, mukramatun finnisa’i.
hadist riwayat Achmad dan Baihaki.
DG. NABA : Artinya Pak Kiay ?
PAK KIAY : Hitan itu sunnah pada laki2, dan kemuliaan bagi
wanita.
DG. NABA : A.A.A. kalau wanita disunnat mulia, kalau tidak
disunnat, tidak mulia.
PAK KIAY : Tidak apa2, sebagai penghormatan saja. Nah
bertolak dari hadist itu, rupanya Syafii, Syu’bii
Ausyai, Maliki dan Hambali berpegang dengan
dua hadist tadi. Sehingga beliau memandang wajib
hukum hitan. Tetapi Imam Abu Hanifah,
berpegang pada hadist yang kedua, hitan itu Cuma
sunnah.
28
DG. NABA : Sunnah bagi laki2 dan penghormatan bagi wanita.
PAK KIAY : Begitu, oleh karena itu beliau juga dizaman
Rasulullah banyak orang2 Rumawi masuk Islam
Nabi tidak perintahkan untuk sekaligus dihitan.
Nah sekarang Dg. Naba terhadap pertanyaan
Martinus, Delopes D.G. Rola, kalau kita berpegang
dengan Abu Hanifa, tentu saudara punya puasa
sudah syah. Karena hukum sunat itu Cuma sunnah
se-mata2. Tetapi kita juga lebih baik memegang
yang paling baik.
DG. NABA : Ya tentu begitu, cocok itu Pak Kiay
PAK KIAY : Ya.. tentu yang paling biak diusahakan kelak,
bagaimana supaya bisa dilaksanakan kalau kita
mencari yang paling baik.
DG. NABA : Itu yang paling baik, memang seharusnya begitu,
yang paling baik yang dicari Pak Kiay. Yang
paling baik ialah disunat. Artinya tidak usah
sekarang, kapan ada kesempatan.
PAK KIAY : Bgtl Dg. Naba.
DG. NABA : Cocokmi Pak Kiay. Tiga pertanyaan terjawab
sekaligus. Atas perhatian anda bertiga, kami
ucapkan banyak terima kasih. Juga Dg. Naba
mengucapkan terima kasih pada Pak Kiay. Terima
kasih Pak Kiay.
PAK KIAY : sama-sama
DG. NABA : Sekarang lanjutan yang lalu Pak Kiay. Tentang
binatang yang disembelih. Itu binatang disembelih
29
dengan membaca Bismillah. Kenapa bisa haram
Pak Kiay.
PAK KIAY : Ia padahal sudah dibaca Bismillah ini ?
DG. NABA : Ya.. kan ayatnya menyatakan apa yang disembelih
selain nama Allah. Nah itu sudah disembelih
dengan Bismillah artinya halalmi.
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Walaupun dibaca Bismillah Dg.
Naba, tetapi maksud penyembelihan bukan yang
dikehendaki Allah. Yang penting dan ikut
menentukan hukum Dg. Naba, ialah caranya dan
tujuannya. Karena ditanya Dg. Naba, kenapa Dg.
Naba menyembelih kerbau ?
DG. NABA : karena kepalanya mau ditanam.
PAK KIAY : O begitu ? itu jawabnya toh ? Dg. Naba
menyembelih kerbau karena kepalanya mau
ditanam.
DG. NABA : Ya kalau hubungannya dengan itu, kalau tidak
dengan itu, lain kali bicaranya itu.
PAK KIAY : Ini masalahnya karena menanam kepala kerbau. Ini
kita tanya. Tadi Dg. Naba menyembelih kerbau,
kenapa ? jawabnya, kepalanya mau ditanam. Jadi
tidak akan ada penyembelian kalau tidak akan kita
tanam kepala kerbau. Itu begitu kesimpulannya.
DG. NABA : Ia begitu.
PAK KIAY : sekarang, untuk apa ditanamkan kepala kerbau ?
30
DG. NABA : Untuk makhluk2 halus yang ada di wilayah kita
supaya dia tidak marah sama orang-orang yang
lalu lintas begitu maksud Dg. Naba.
PAK KIAY : O, begitu. Sekarang Dg. Naba, kalau makhluk alus
di tempat itu marah, mau apa dia, kenapa ?
DG. NABA : Nanti diganggunya kita.
PAK KIAY : O ya, ya. Kalau di mengganggu apa akibatnya.
DG. NABA : Dia bisa bikin sakit2, pekerja2 nanti, atau
bangunan bangunan atasnya itu tidak selamat.
PAK KIAY : O begitu. Jadi gangguannya nanti ialah bisa bikin
sakit, pekerjaan atau mengganggu bagi
keselamatan bangunan. Tentu timbul pertanyaan
lagi.
DG. NABA : ia apa pertanyaannya ?
PAK KIAY : Apakah ada yang lebih berkuasa bikin sakit selain
Allah ?
DG. NABA : Kalau dihubungkan dengan iman, tidak ada Pak
Kiay
PAK KIAY : Tidak ada, disinilah nampak kemusyrikan. Itu Dg.
Naba, yang dimaksud sembelian bukan karena
Allah. Kalau bukan karena makhluk2 alus, dia
tidak menyembelih. Makhluk2 yang dikhayalkan,
mempunyai kekuasaan. Sembelian semacam itu
Dg. Naba. Walaupun dibaca Bismillah, tidak
membawa sah binatang yang disembelih. Sama
saja binatang yang dicuri kemudian disembelih,
31
dibaca Bismillah tetapi tidak sah Dg. Naba, karena
caranya, tujuannnya turut menentukan hukum.
DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay keterangan Pak Kiay, ini
Dg. Naba agak berpikir sedikit Pak Kiay mengenai
pertanyaan ini. Pertanyaan Muh. Idris dari Bara2
dan Takalar sudah terjawab. Kan dulu ada
pertanyaannya itu Pak Kiay.
PAK KIAY : Bagaimana pertanyaannya.
DG. NABA : Ini pertanyaan dari M. Idris. Apakah termasuk
orang yang menyembelih binatang karena Allah
tetapi yang punya binatang tadi, niatnya untuk
berhala. Dan apakah keduanya mendapat dosa ?Itu
pertanyaan yang dahulu.
PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Pertanyaan d sdr. M. Idris dari
Bone2 Takalar, penyembelihan yang diniatkan
untuk berhala, itu sudah sama dengan yang diatas
tadi. Kalau di atas tadi, makhluk halus. Disini
berhala. Jadi hukumnya sama Dg. Naba.
DG. NABA : sama ya.
PAK KIAY : sama
DG. NABA : Apakah termasuk musyrik orang yang
menyembelih binatang dengan nama Allah tetapi
diperuntukkan kepada berhala.
PAK KIAY : memang begitu Dg. Naba, sudah benar itu.
DG. NABA : jadi sudah benar itu.
PAK KIAY : Jadi termasuklah kepada hukum musyrik orang2
yang melakukan menyembelian terhadap berhala
32
atau diuntukkan terhadap makhluk2 halus, jelas
Dg. Naba dilarag. Oleh agama.
DG. NABA : jadi dilarang yang begitu itu.
PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, tahayyul2 semacam itulah jangan
sampai termakan oleh anak2 di rumah tangga. Oleh
sebab itu Dg. Naba, harus diberikan penjelasan
bahwa iman harus bersih dari bentuk tahayul,
hurafat. Karena tahayyul dan hurafat bertentangna
dengan iman. Bagi Dg. Naba.
DG. NABA : Nah, dulu Pak Kiay menerangkan bahwa
pendidikan rumah tangga ialah kemantapan iman,
menjauhkan pintu2 kemusyrikan antara lain
tahayyul dan hurafat. Tentang nujum, tentang
asima, sihir, Pak Kiay telah menjelaskan tahayyul,
walaupun atau contoh, tapi saya cukup mengerti.
Sekarang yang menjadi masalah yang ingin saya
ketahui nujum, ramalan2 tenung, itu apa ?
PAK KIAY : O. o. begitu, jadi mengenai tahayyul dan hurafat
Dg. Naba, sudah puas, sudah cukup. Jadi tidak
usah dijelaskan tahayyul binatang lain lagi ?
DG. NABA : Ia cukup ini. Sekarang yang menjadi, tentang
nujum, tentang ramalan, tentang tenung. Pak Kiay
PAK KIAY : Nah begini Dg. Naba, di dalam memantapkan iman
anak2 agar menjadi mu’min yang sempurna, harus
jauh dari kepercayaan tenung nujum, ramalan. Nah
sekarang Dg. Naba tanya, nujum, tenung, ramalan,
batas pengertian itu apa ?
DG. NABA : Ya, itu yang ditanay Pak Kiay
33
PAK KIAY : Batas pengertiannya, begini Dg. Naba, tenung,
nujum atau ramalan alah memberitakan sesuatu
masalah yang tidak atau dilarang oleh agama
memberitakan, serta masih itu tidak dibawa
jangkauan ilmu dan akal manusia itulah.
DG. NABA : jadi apakah ada larangan agama memberitakan
masalah gaib.
PAK KIAY : Memang Dg. Naba, karena itu ada satu firman
Allah dalam surat Jin ayat 26.
DG. NABA : Ya bagaimana bunyinay Pak Kiay ?
PAK KIAY : Bunyi firman Tuhan begini : “Alimul gaibi, Fala
Yusiru Ala gaibihi ahada Illah manir Tadanirrasuli.
Artinya, Allah yang tahu masalah gaib. Maka tidak
diberi tahukan gaibnya sesuatu itu kepada seorang,
kecuali orang yang diridoi oleh Allah sendiri dari
pada Rasul2-Nya saja. Jadi masalah gaib, hanya
Allah bukan kepada Rasul, kepada manusia lain
yang bukan Rasul, Allah tidak membukakan
persoalan yang gaib.
DG. NABA : Mana macam2 gaib itu Pak Kiay ?
PAK KIAY : Sekarang Dg. Naba bertanya, mana yang termasuk
macam2 yang gaib di dalam Al Qur'an dikatakan :
Innalaha Indahu Ilmusha. Termasuk masalah gaib
yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu manusia.
Kalau tidak ada keterangan dari Tuhan kita tidak
akan tahu ialah tentang kapan dari hari kiamat,
tidak bisa diketahui dan diramalkan oleh manusia
itu.
34
DG. NABA : Ia, kapan hari kiamat, tidak bisa ditentukan, sekian
tahun, sekian ribu tahun, sekian juta tahun, tidak
bisa manusia ramalkan. Kalau ada ramalan begitu,
tidak betul.
PAK KIAY : Yang kedua Dg. Naba, dalam Al Qur'an juga
dikatakan WAMA Tadhrina psun maataksibun
gada.
DG. NABA : Artinya ?
PAK KIAY : Kamu atau diri manusia tidak akan tahu apa yang
akan dikerjakannya besok pagi. Yang kedua Dg.
Naba, didalam Al Qur'an dikatakan ”Wama tadhir
nafsi ma ta’sibun qada.
DG. NABA : Artinya Pak Kiay ?
PAK KIAY : Kamu atau diri manusia tidak tau apa yang akan
dikerjakannya besok pagi dia membikin rencana,
tapi dia tidak bisa tahu apakah rencana itu bisa atau
tidak.
DG. NABA : O, ya itu yang dimaksud Pak Kiay, rencana di
tangan kita, tapi ketentuan di tangan Tuhan.
PAK KIAY : Betul Dg. Naba, tetapi itu sering2 juga salah2
Sengaja rapatnya ditunda baru dia bilang rencana
di tangan kita, ketentuan di tangan Tuhan. Padahal
dia sendiri putuskan ditunda rapatnya. Ini salah
memperalatkan kalimat yang tujuannya tidak tepat.
Berdasarkan ayat ini pula Dg. Naba termasuk
masalah nasib dan rezeki. Manusia tidak bisa
meramalkan bagaimana nasib seseorang, akan kaya
atau tidak, tidak bisa diramalkan.
35
DG. NABA : O. begitu Pak Kiay ? Kita tidak tahu nasib
seseorang, akankah dia, akan miskinkan dia
selama2nya, tidak bisa.
PAK KIAY : Tidak bisa.
DG. NABA : Lalu ?
PAK KIAY : Oleh sebab itu Dg. Naba, biasa orang mengatakan
kalau si A kawin dengan si A nasibnya baik.
DG. NABA : Bukan si A dengan si A Pak Kiay
PAK KIAY : Si A kawin dengan si B atau si Achm
DG. NABA : A.a.ie, kelegaan jiwa Ia,kelegaan jiwa,tidak akan
terjadi tindakan-tindakan yang menyimpang atau
kenakalan, tidak Akan membawa pelarian kepada
morvin, narkotika dan sebagainya Dg. Naba
DG. NABA : nah begini, sekarang saya sudah dapat mengambil
kesimpulan ibadat puasa kaitannya
Dengan pembiasan remaja, ialah:
1. Mengikuti suara hati menurut yang dikehendaki
Allah.
2. Dapat menahan dan mengendalikan nafsu
menurut yang dikehendaki Allah.
3. Dapat mengembalikan segala persoalan-
persoalan yang sulit kepada Tuhan dengan
mohon hidayat Tuhan sendiri.
Jadi jiwa pemuda diisi dengan jiwa keimanan.
Sekarang pertanyaan saya Pak Kiay , apakah
tidak menyuruh anaknya sadakah, dan lain-lain
kebaikan tidak disuruh.
36
PAK KIAY : Begini Dg. Naba, pasti berdosa orang tua yang
tidak menyuruh anaknya beribadah. Karena Allah
memerintahkan agar anak/isterinya diperintahkan
bershalat, dan ibadah lain. Firman Allah : Wa’nur
ah laka bishalati, Washabir alaiha : Suruhlah
keluarga engkau menjalkan shalat, dan sabarlah
engkau atas kelakuan-kelakuannya. Jadi
meninggalkan apa yang diperintahkan Allah dan
Rasulnya, tentu akan berdosa Dg. Naba.
DG. NABA : O. ada perintah Tuhan, wa’mur : Suru anakmu
sembahyang. Kalau tidak disuruh, salah kita.
PAK KIAY : Ie, jelas
DG. NABA : Ia. Ia. A… apakah ada akibat – akibatnya di dunia
Pak Kiay ? Kalau kita tidak suruh anak kita
sembahyang.
PAK KIAY : Kalau tidak menjalankan perintah Allah, pasti ada
akibat bahaya di Akhirat. Sekarang apakah di
dunia juga menimbulkan akibat-akibat kalau tidak
menjalankan perintah Tuhan Rasulnya, benar Dg.
Naba.
DG. NABA : Benar ada, bagaimana akibatnya.
PAK KIAY : Di dunia akan menerima akibat buruk, di akhirat
akan mendapat azap.
DG. NABA : Ia, di dunia akan menerima akibat buruk di akhirat
mendapat azab. Apakah akibat buruknya di dunia.
PAK KIAY : Akibat buruknya, begini Dg. Naba. Anak, isteri
yang tidak mengenal Tuhan Dg. Naba, itu tidak
akan dapat hatinya ditundukkan kepada kodrat
37
Allah. Dengan kata lain Dg. Naba, tidak
terbentuknya suatu kebiasaan yang baik, menurut
yang dikehendaki Allah. Ini berbahaya Dg. Naba.
Bahayanya di dunia, kalau di a miskin atau ditimpa
musibah, biasanya orang yang semacam ini
kehilangan pegangan, cepat jadi gila. Kalau
ditimpa nikmat, juga berbahaya.
DG. NABA : Kalau ditimpa nikmat, berbahaya juga.
PAK KIAY : Terjadilah kesombongan sebagaimana karung.
DG. NABA : O. ia. Ia. Kalau ditimpa musibah, putus asa,
jiwanya goncang, akhirnya penyakit jiwa. Kalau
diberi nikmat yang banyak, akhirnya congkak.
Baiklah Pak Kiay saya rasa waktunya telah selesai,
Assalamu Alaikum.
PAK KIAY : Wa’ Alaikummussalam w.w.