Download - DIAN EKA PRATIWI-FPSI.pdf
HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KETERLIBATAN KONSUMEN
WANITA TERHADAP OBAT PELANGSING
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
••• 111 ijitcrin. •1 ::ri . _,..,~~-.
t '''/f""~"'"'" I l . gl, ; 1.::i.. .. ~ .. v.:b:·;."'i)'iA"''"'''''"" '0. Inuuk , .R.l0 _ I' ...... :J. ....... t-··
Oleh , , ,,·~i . • .......... ,,k,;,, .. f\,.L.Q ~ -· t;h.1 {:is1 : ............................................ ,...-
DIAN EKA PRATIWI
105070002275
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2009M/1430 H
HUBUNGAN ANT ARA CITRA TUBUH DENGAN KETERLIBATAN KONSUMEN WANITA TERHADAP
OBAT PELANGSING
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
DIAN EKA PRATIWI
NIM. 105070002275
Di Bawah Bimbingan
o .. ~~M.s; NIP. 1956 1223 1983 032001
FAKUL TAS PSIKOLOGI
Pembimbing II
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN
KETERLIBATAN KONSUMEN WANITA TERHADAP OBAT PELANGSING
telah diujikan dalarn sidang rnunaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Desernber 2009. Skripsi ini
telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana
Psikologi.
Jakarta, 3 Desernber 2009
Sidang Munaqasyah,
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota,
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Penguji I
Drs. Rahmat Mulvono, M.Si NIP. 150 293 240
Pembimbing I
Anggota
Dra.b~M.Si NIP. 1956 1223 1983 032001
Pembantu Dekanf Sekretaris Merangkap Anggota,
Ora. adhilah Sura aga, M.Si NIP. 1956 1223 1983 032001
Penguji II
Dra.l~M.Si NIP. 195612231983 032001
Pembimbing II
,~vVLL~ Mui a Sari Dewi M.Si NIP. 150 408 702
K.upflfsembghl:~ro kttYg sedtlfbtn~g i:r.>i tmtuk 'Mmt1 Jgo 'Pgpg
tflfsgygo~ ygo~ tewh meoeurtJhktJo se~w hsfh sgytJD'jpyg
YtJrJ~ t;gk; btlfojtm~ ptJdtJku.. tJdfk-gJfkku, temt10-temt1oku Jgo
e>ft!D~-offD~ ttlfdekt1tku YtJD~ tewh merJjgJi peD~ur Ji
ktJW peDtJtku.. 1°"e u tJLL A_ A
dengan reliabilitas alpha cronbach pada penelitian sebelumnya sebesar 0,842 dan 0,942. Sedangkan untuk skala keterlibatan konsumen menggunakan skala yang telah diadaptasi dari Persona/ Involvement Inventory (Pll). Skala ini berbentuk beda semantik (semantic differential) yang dikembangkan oleh Zaichkowsky (1987) terdiri dari 10 item yang mempunyai tujuh penilaian dari dua kutub kata sifat yang berlainan atau juga disebut skala bipolar. Pada penelitian sebelumnya didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,898.
Untuk menguji hipotesa peneliti menggunakan teknik statistik korelasi Pearson, hasil penelitian menunjukkan: Bahwa nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel yang berarti Ho diterima yaitu sebesar 0,025 < 0,329.
Diterimanya Ho ini berarti tidak terdapat Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Keterlibatan Konsumen Wanita Terhadap Obat Pelangsing. Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah responden yang terbatas dan kecilnya ruang lingkup penelitian serta alat tes Pll yang berbentuk semantic differential yang kurang familiar sehingga responden sulit menginterpretasikan instrumen ini. Mungkin ketidakcocokan ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan budaya antara Timur dan Barat. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah responden yang nantinya dapat lebih banyak dan untuk populasi yang lebih luas sehingga penyebaran dari analisa jawaban setiap pernyataan bisa lebih baik. Dan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan skala yang berbentuk semantic differential, karena dikhawatirkan responden salah menginterpretasikan setiap item-item pernyataannya.
(G) Daftar Bacaan 36 (1985- 2009)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang pemlfik jiwa dan raga ini, yang senantiasa mencurahkan Rahmat dan Kasih SayangNya serta hidayahNya yang tak terhingga nilainya, karena Dia-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabat dan pengikutnya
Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalarn penulisan skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat maka penulis ingin menyarnpaikan ucapan terirnakasih yang tak terhingga kepada:
1. Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Ora. Fadhilah Suralaga, M.Si dan Mulia Sari Dewi, M.Psi sebagai dosen pembimbing skripsi, yang dengan tutus ikhlas dan kesabarannya telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.
3. Kedua orangtuaku Kolonel Inf. H.Toto Sugardo dan Hj. Cut Asnani Afriyani yang tidak pernah lelah memberikan sernangat, baik moril, spirituil dan materiil. Adik-adikku Nurul dan Wira yang selalu menghibur penulis di kala pen at.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih tak terhingga untuk ilrnu pengetahuan yang telah diberikan.
5. Seluruh staff akademik, dan petugas perpustakaan, Bu Syariah, Bu Sri, Bu Faujah, Bu Nur, Mas Ayung, Pak Baidowi, Pak Haidiri serta bapakbapak dan ibu-ibu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, sernoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu.
6. Seluruh anggota senam aerobik dan fitness yang rnenjadi responden dalam penelitian ini, dan juga kepada seluruh karyawan (baik resepsionis, instruktur senam aerobik mba Anika dan mba Rani, instruktur yoga mba Vivi) yang bekerja di Club Ade Rai dan Vitaliano Fitness Center. Terutama mba Vivi yang telah menceritakan hal-hal yang dapat membangkitkan motivasi dalam menempuh hidup yang lebih baik dan sabar lagi.
7. Sahabat-sahabatku yang telah menemaniku dalam suka dan duka sejak kelas 1 SMA yaitu Dian Setyo, Tri Hari dan Nurmalina. Terimakasih kalian telah mendengarkan keluh kesah-ku (keep our friendship till the end, ok .. )
8. Teman-temanku dari kelas B (lndah, Lia, Arsy, Tania, Eka,Ria, Lela, Nala, Hana, Widad, Fifa, Putri, lcha, Kiki,Rizal, Krisna,Lutft, Latif dll), dan seluruh anak psikologi kelas B yang tidak dapat kusebutkan satu persatu. Terima kasih atas kerja sama dan kekompakannya selama ini, senang tel ah mengenal kalian ..
9. Teman seperjuanganku dalam pembuatan skripsi, Risti Anggraeni. Dan Mutia (terima kasih atas "sharing" nya tentang citra tubuh), serta Arini (Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN '05). Terima kasih atas bantuan dan saran-saran yang diberikan, dan keceriaan serta pencerahan yang diberikan pada saat-saat stres menghadapi skripsi ..
10. Teman-teman KKL-ku, Lina, Wahyu, Nisa dan Rahmi. Terima kasih atas kekompakannya selama masa KKL. Serta pembimbing KKL Pak Seta dan Mas Taufik, yang telah sabar membimbing kami selama masa KKL.
11. Dan terakhir, untuk "someone who special" yaitu Adam Rahmadan,ST. Terima kasih atas perhatian, kesabaran yang luar biasa, kasih sayang dan "lawakan" nya yang selalu memberikan motivasi dan semangat di saat penulis mulai jenuh mengerjakan skripsi.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan.
Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.
Jakarta, 18 November 2009
Penulis
DAFTAR ISi
HALAMAN JUDUL .................................................................................... . HALAMAN PERSETUJUAN ........... ... ..... .......... .................................... ..... ii MOTTO ....................................................................................................... iii ABSTRAKSI .. . .. . . . . ...... ..... ... . . . .. .... ...... .. .. . .. . . . .. . . .. ...... .. .. . .. .. ... . .. . . . ... . ... ..... ... .. iv KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFT AR ISi ................................................................................................ viii DAFT AR LAMPIRAN .................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .. . .. .. . .. . .. ... .. . . . ... . .. . ..... .. ..... .. . .. .. . ....... ... .. . ..... 1
1.2. ldentifikasi Masai ah .......................................................... 15
1.3. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................ 16
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 17
1.5. Sistematika Penulisan ....................................................... 18
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................... 19 2.1 Wanita Dewasa Awai ......................................................... 19
2.1.1 Pengertian Wanita Dewasa Awai ........................... 19
2.1.2 Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awai ...................................................................... 20
2.1.3 Perkembangan Fisik Dewasa Awai ...................... 21
2.2 Citra Tubuh ........................................................................ 23 2.2.1 Pengertian Citra Tubuh .......................................... 23
2.2.2 Komponen-komponen Citra Tubuh ....................... 25
2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh ..... 26
XI
2.2.4 Pengukuran Citra Tubuh ....................................... 31
2.3 Keterlibatan Konsumen Terhadap Obat Pelangsing .......... 33
2.3.1 Obat Pelangsing Tubuh ........................................ 33
2.3.1.1 Pengertian Obat Pelangsing .................... 33
2.3.1.2 Jenis-jenis Obat Pelangsing .................... 33
2.3.1.3 Dampak Jangka Panjang Dari
Ob at Pelangsing ........................................ 35
2.3.2 Keterlibatan Konsumen .......................................... 36
2.3.2.1 Pengertian Keterlibatan Konsumen ........ 36
2.3.2.2 Jenis-jenis Keterlibatan Konsumen ......... 38
2.3.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Keterlibatan Konsumen ............................ 43
2.3.2.4 Keterlibatan Konsumen dan
Pembuatan Konsumen ............................. 46
2.3.2.5 Pengukuran Keterlibatan Konsumen ......... 49
2.4 Kerangka Berfikir ............................................................... 51
2.5 Hipotesis ........................................................................... 54
BAB Ill. MET ODE PENELITIAN ................................................................ 55 3.1 Jen is Penelitian .................................................................... 55
3.1.1 Pendekatan Penelitian ................................................ 55
3.1.2 Metode Penelitian ....................................................... 56
3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel ................. 56
3.1.3.1 Definisi Variabel ............................................. 56
3.1.3.2 Definisi Operasional Variabel .......................... 57
3.2 Pengambilan Sampel ............................................................ 58
3.2.1 Populasi ...................................................................... 58
xii
DAFTAR LAMPIRAN
lampiran 1 : Skala Penelitian (MBSRQ & Pll}
lampiran 2 : Validitas dan Reliabilitas Item Skala Citra
Tubuh dan Keterlibatan Konsumen
lampiran 3 : Data Mentah Skafa Citra Tubuh dan Keterlibatan
Konsumen
lampiran 4 : Data Responden
lampiran 5 : Uji Normalitas dan Korelasi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema hubungan antar variabel
Gambar 4.1 Scatterplot Skala Citra Tubuh
Gambar 4.2 Scatterplot Skala Keterlibatan Konsumen
BABI
PENDAHULUAN
1.1 LA TAR BELAKANG
Tuntutan dan kesadaran untuk berpenampilan fisik menarik di zaman
sekarang sudah semakin meluas bagi setiap orang. Karena berpenampilan
merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Penampilan
fisik merupakan salah satu dimensi dimana seseorang dinilai menarik atau
tidak bagi orang lain. Penilaian terhadap kecantikan dan ketampanan
seseorang dipengaruhi oleh ukuran, berat dan bentuk tubuh individu tersebut.
Pandangan dan pendapat mengenai kecantikan dan penampilan fisik yang
menarik diidentifikasikan dengan bentuk tubuh yang ideal.
Apabila berbicara mengenai penampilan, wanita dapat dikatakan lebih jeli
memperhatikan penampilannya. Karena penampilan merupakan bentuk
kontrol sosial yang memengaruhi bagaimana wanita melihat dirinya dan
bagaimana ia dilihat oleh orang lain. Patzer berpendapat bahwa daya tarik
fisik juga cukup berpengaruh dalam hubungan interpersonal (dalam
Matsumoto, 2004). Daya tarik fisik wanita menjadi hal utama untuk mengukur
kebanggaan dalam hal memperoleh teman kencan, teman perkumpulan,
pekerjaan dan pujian. Maka ketika wanita berpenampilan fisik menarik, hal ini
juga merupakan usaha untuk menampilkan diri, agar di mata orang lain
mendapatkan kesan bahwa dirinya memang pantas menikmati berbagai
macam situasi yang menguntungkan dalam pergaulan.
Dalam perjalanan tumbuh kembang, setiap wanita memiliki tugas
perkembangan tersendiri yang harus dialaminya. Begitupun bagi wanita
dewasa awal. Pada usia ini, tugas perkembangan wanita adalah
menyelesaikan pendidikannya dan masuk ke dunia kerja. Kemudian wanita
akan menikah dan menjadi orang tua. Tugas perkembangan lainnya adalah
wanita akan melakukan klarifikasi nilai yang dipercayainya, membuat
keputusan-keputusan penting dalam hidup, merencanakan bagaimana hidup
akan dijalani dan bagaimana cara wanita itu mengevaluasi diri. Pada saat
yang bersamaan, wanita juga mengembangkan kemampuan untuk mengerti
siapa dirinya dan siapa individu lain juga kelebihan dan kekurangan setiap
individu. Wanita mampu membuat impian-impian yang akan diraihnya dan
akan bertanggung jawab atas segala pilihan dan konsekuensi yang mungkin
timbul dari pilihan tersebut (Turner&Helms, 1998).
Menurut Hurlock (1991). minat untuk meningkatkan penampilan mulai
berkurang menjelang umur tiga puluhan, ketika ketegangan dalam pekerjaan
dan rumah tangga terasa kuat. Namun minat akan penampilan muncul lagi
jika mulai ada tanda-tanda ketuaan. Selain bertambah gemuk, tanda-tanda
ketuaan lainnya adalah mengendornya dagu, beruban dan perut membesar.
Bagi sebagian orang, perubahan dalam penampilan ini menimbulkan
keresahan. Namun banyak pula yang menerima tanda-tanda tersebut
sebagaimana adanya, tanpa berusaha untuk menutupi atau memperbaikinya.
Papalia dkk (2001) menyatakan wanita usia dewasa muda memiliki sifat dan
tipe kepribadian relatif stabil tetapi sifat dan tipe kepribadian ini bisa berubah
karena dipengaruhi kejadian dalam kehidupan. Mereka memiliki kemampuan
untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari lingkungan dengan
kapasitas hampir mencapai maksimal, sehingga mereka juga memiliki
kemampuan mengevaluasi apa yang benar dan wajar. Dan pada usia ini,
wanita rentan terhadap masalah citra tubuh.
Pernyataan diatas dapat menjelaskan mengapa wanita yang mengalami
berat badan yang berlebih pada usia dewasa awal seperti berlomba-lomba
untuk menjadi kurus dengan mendatangi tempat yang menawarkan program
menguruskan badan, dimulai dari suntik untuk menghilangkan lemak,
pembungkusan tubuh dengan pakaian tertentu untuk menghilangkan lapisan
lemak yang dipadukan dengan mandi uap sampai meminum obat-obatan
untuk menguruskan badan agar dirinya sesuai dengan citra kesempurnaan
yang ada dalam masyarakat.
Saat sekarang ini, menurut Melliana (2006) tubuh ideal yang biasanya
ditampilkan dalam media massa adalah yang menggambarkan sosok wanita
ideal sebagai figur wanita yang langsing, berkaki indah, paha, pinggang dan
pinggul ramping, payudara cukup besar, dan kulit putih mulus. Wanita yang
merasa tidak memiliki kriteria ideal tersebut, akan mengalami ketidakpuasan
terhadap tubuhnya. Pengaruh media massa dalam hal ini pun menjadi sangat
berperan penting. Terkadang, apa yang orang lihat dan dengar akan diikuti
oleh banyak orang. Masyarakat tidak bisa betul-betul bebas dari intervensi
media massa. Selama orang menonton TV, membaca koran, mendengarkan
radio, lewatjalan raya, surfing di internet, selama itu pula orang akan
mengalami realitas langsung atau tidak langsung yang dibentuk oleh media
massa.
Media massa merupakan alat komunikasi yang menyampaikan pesan atau
informasi kepada masyarakat luas. Media mempermudah masyarakat
memperoleh pengetahuan dan informasi apapun. Beberapa informasi yang
terkesan terlalu "hiperbola" dalam mengiklankan produknya, sehingga orang
yang melihat menjadi tertarik dan adanya keinginan untuk mencoba produk
tersebut. Namun, konsumen harus jeli dalam menyeleksinya, karena tidak
semua yang disuguhkan media bersifat positif (Aprilia, 2005).
Bahkan menurut Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton, media juga
mempunyai fungsi narcosisting dysfunction (racun pembius). Meskipun istilah
ini sangat ekstrim, tetapi tidak bisa dipungkiri media massa yang tidak
dikelola secara bijak atau bahkan hanya mengejar keuntungan materi bisa
menjadi "racun" bagi masyarakat (Nuruddin, 2005).
Sebagai contoh penelitian di Amerika mengenai efek negatif dari media
massa yang berpengaruh pada citra tubuh, bahwa pada umumnya sewaktu
seorang gadis Amerika lulus SMA telah menonton TV selama lebih dari dari
22.000 jam, dan selama sebagian besar dari waktu tersebut, ia dihujani
dengan gambar-gambar tentang wanita glamour yang bertubuh "sempurna",
karena terus menerus melihat gambar-gambar itu, kaum wanita mengaitkan
tubuh yang ideal itu dengan prestise, kebahagiaan, cinta, dan keberhasilan.
47 % gadis yang disurvey merasa harus menurunkan berat badan, meski
hanya 29 % yang dianggap terlalu gemuk (Nicolash, 2005).
Menurut Rice (dalam Sukamto, 2005), citra wanila yang digambarkan oleh
media memberikan pengaruh yang membahayakan bagi remaja dan wanita
dewasa muda yang menginlernalisasi pesan-pesan mengenai pentingnya
penampilan terhadap idenlilas dan harga diri wanila serta sering bertindak
sesuai dengan pesan-pesan tersebut. Selanjutnya ia menambahkan, bahwa
wanila yang telah melihat model-model bertubuh kurus akan merasa lebih
depresi, sires, bersalah, malu, tidak aman dan tidak puas.
Melihat fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwa wanita lebih mudah
terpengaruh dengan "doktrin" yang dilelapkan oleh media, dan wanita harus
mempunyai krileria ideal lersebut. Kriteria ideal ini dikaitkan dengan citra
tubuh. Apabila ditinjau lagi, citra lubuh adalah gambaran mental seseorang
terhadap benluk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi
dan memberikan penilaian alas apa yang dia pikirkan dan rasakan lerhadap
ukuran dan benluk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang
lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum
tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih
merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Atwater, 1999).
Menurut Melliana (2006), citra tubuh terbagi dalam dua macam, yaitu citra
tubuh positif dan negatif. Citra tubuh positif tergambar ketika wanita memiliki
gambaran mental yang akurat dan benar tentang tubuhnya, beserta
perasaan, pengukuran, dan hubungan dengan tubuh kita sendiri secara
positif, percaya diri, dan peduli pada tubuhnya, mungkin memiliki citra tubuh
yang sehat dan konsep diri yang positif. Sedangkan citra tubuh negatif
diindikasikan karena adanya ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body
dissatisfaction) dan distorsi citra tubuh. Ketidakpuasan berarti ketidaksukaan
individu terhadap tubuhnya atau bagian-bagian tubuh tertentu.
Para psikolog dan konselor menyetujui bahwa citra tubuh negatif terkait
langsung dengan self esteem. Semakin negatif persepsi wanita tentang
tubuhnya, maka semakin negatif perasaan wanita tersebut tentang dirinya.
Citra tubuh memengaruhi perilaku, self esteem, dan keadaan psikologis. Jika
wanita yang terus menerus berusaha memperbaiki bentuk tubuhnya, maka
perasaan terhadap dirinya pun kurang sehat, karena hilangnya rasa percaya
diri akan kemampuan yang dimiliki (Melliana, 2006).
Ketika seorang wanita merasa citra tubuhnya negatif, dan adanya dukungan
dari iklan di media massa dan pengaruh orang-orang terdekat mengenai
produk pelangsing yang dapat menurunkan berat badan, lalu mereka
mencoba untuk membeli dan mengkonsumsi obat pelangsing yang
merupakan altematif prioritas. Bentuk dari produk pelangsing ini pun
bervariasi, ada pil, kapsul, serbuk nutrisi dan gel. Karena cara
penggunaannya yang instan, dan dalam iklan dijanjikan dapat menghasilkan
bentuk tubuh yang memuaskan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena
itu, banyak para wanita yang mengambil keputusan untuk mengkonsumsi
obat pelangsing saja dibandingkan dengan diet pola makan sehat ataupun
berolahraga (Marius, 2009).
Namun perlu diingat, bahwa sebenamya penggunaan produk pelangsing
tubuh merupakan langkah terakhir apabila usaha lain menemukan jalan buntu
dan harus adanya pengawasan dari dokter. Penyeleksian terhadap produk
yang legal dan mendapat ijin dari BPOM pun diprioritaskan. Karena, apabila
tidak, bisa jadi akan membahayakan kesehatan.
Beberapa pakar seperti Mccann M.D, dari lnstitut Nasional Kesehatan
Mental, Bethesda, Dr. Seiden dari Universitas Chicago, dan Dr. Ricaurte dari
Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins telah meneliti mengenai efek
penggunaan obat pelangsing yang ilegaL Hasil penelitiannya menyebutkan
bahwa obat pelangsing dapat mengurangi selera makan dengan cara
memperpanjang masa kerja serotonin (yaitu memberikan efek penenang dan
penekan selera makan) melalui dua cara yaitu meningkatkan jumlah
serotonin yang meninggalkan tempat penyimpanannya (dengan kata lain
meningkatkan pelepasan serotonin) dan menjaga agar serotonin tidak terlalu
cepat kembali ke dalam sel tempat serotonin disimpan. Efek itu berupa
kerusakan saraf otak (brain serotonin neuron damage), kenaikan tekanan
darah paru (hipertensi pulmonalis), dan kerusakan katup jantung (Hartono,
2000).
Sebagai contoh dari penggunaan obat pelangsing yang ilegal seorang warga
Jepang berusia 30 tahun meninggal akibat serangan jantung, seorang warga
Singapura meninggal dunia dan 13 pasien yang dirawat di rumah sakit
dengan kasus sama yaitu menderita kerusakan fungsi hati. Pria malang
tersebut diperkirakan menelan pil pelangsing tubuh yang mengandung
fenfluramine, zat yang telah ditarik dari pasaran Amerika Serikat sejak tahun
1997. Pil yang mengandung fenfluramine ditengarai mengakibatkan
kerusakan pada katup jantung ketika dikonsumsi dengan produk peramping
tubuh yang lain (Ida Diana, 2009).
melihat bahwa produk yang memiliki konsekuensi relevan secara pribadi
dikatakan terlibat dengan produk dan memiliki hubungan dengan produk
tersebut. Jika keterlibatan terhadap suatu produk tinggi, seseorang akan
mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat seperti emosi atau perasaan
yang kuat (Peter&Olson, 1999).
Menurut Zaichkowsky (1985), keterlibatan merupakan suatu kondisi yang
ditentukan oleh derajat dimana seseorang mempersepsikan bahwa suatu
produk atau peristiwa memiliki arti yang bermakna secara pribadi bagi dirinya.
Jadi keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, didasarkan pada
seberapa besar konsumen tersebut memiliki anggapan bahwa produk
tersebut memiliki makna secara pribadi bagi dirinya, yang bisa berkaitan
dengan fungsi produk itu sendiri, konsep diri atau penerimaan sosial.
Mowen dan Minor (2001} berpendapat terdapat beberapa faktor penting yang
mempengaruhi tingkat keterlibatan adalah: (1) jenis produk yang menjadi
pertimbangan, (2) karakteristik komunikasi yang diterima konsumen, karena
terkadang dapat meningkatkan keterlibatan seiring seiring dengan naiknya
emosi konsumen, (3) karakteristik situasi dimana konsumen beroperasi,
misalnya tujuan pembelian adalah untuk melangsingkan tubuh bagi
konsumen wanita yang tubuhnya gemuk, maka keterlibatan konsumen dalam
pembelian otomatis meningkat, (4) kepribadian konsumen, menentukan
keterlibatan dalam beberapa hal, yaitu mengapa konsumen yang berbeda
dapat memiliki reaksi yang berlainan terhadap produk, situasi dan
komunikasi yang sama.
Engel dkk (1994) membagi teori keterlibatan ini terbagi dalam dua tingkatan,
yaitu keterlibatan tingkat tinggi (high involvement) dan keterlibatan tingkat
rendah (/ow involvement). Dengan semakin meningkatnya keterlibatan,
konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan,
memahami dan mengelaborasi informasi tentang pembelian. Apabila
keterlibatan konsumen terhadap pembelian suatu barang tinggi, terjadi suatu
pencarian dan pengolahan informasi yang bersifat aktif dan lebih mendalam.
Sehingga, kenaikan pemrosesan informasi ini umumnya juga akan
meningkatkan tingkat rangsangan. Konsumen mungkin akan lebih berpikir
keras tentang keputusan yang dilakukan pada situasi keterlibatan tinggi
dimana proses keputusan dilakukan secara ekstensif dan bergerak melalui
setiap tahapan keputusan secara lebih berhati-hati.
konsep diri dan mengurangi kecemasan, serta depresi dan meningkatkan
percaya diri (King, dalam Santrock 1998).
Dengan adanya standar tubuh kurus yang dibuat oleh masyarakat dan media,
maka banyak cara yang dilakukan konsumen untuk menutupi citra tubuh
negatif yang ada dalam dirinya, yaitu salah satunya adalah keputusan
membeli obat pelangsing. Karena, ketika seseorang sudah membuat
keputusan untuk membeli sesuatu maka akan timbul motivasi dalam diri dan
adanya keterlibatan secara emosional untuk membeli produk tersebut. Kadar
dan bentuk keterlibatan ini bisa dikategorikan dalam tingkat keterlibatan tinggi
dan rendah (Engel, 1994). Sehingga, menarik untuk diteliti apakah citra tubuh
berhubungan dengan keterlibatan konsumen terhadap obat pelangsing. Maka
penulis tertarik membuat penelitiannya dengan judul:
"Hubungan antara Citra Tubuh dengan Keterlibatan Konsumen Wanita
terhadap Obat Pelangslng"
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk lebih mengarahkan
pembahasan serta pemecahan masalah, maka penulis
mengidentifikasikannya sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara citra tubuh dengan keterlibatan
konsumen wanita terhadap obat pelangsing?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlibatan konsumen?
3. Apakah citra tubuh yang negatif berhubungan dengan keterlibatan
rendah?
4. Apakah citra tubuh yang positif berhubungan dengan keterlibatan
tinggi?
5. Seberapa besar pengaruh media massa terhadap citra tubuh dan
keterlibatan konsumen terhadap obat pelangsing?
1.3 BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
1.3.1 Batasan Masalah
1 . Keterlibatan konsumen
Yang dimaksud dengan keterlibatan konsumen dalam penelitian ini
adalah derajat/tingkat motivasi konsumen terhadap perolehan,
konsumsi, dan pembelian obat pelangsing.
2. Citra tubuh
Penilaiannya dilihat dari derajat kepuasan/ketidakpuasan individu
karena kesesuaian terhadap karakteristik atau bagian-bagian dari
tubuhnya
3. Wanita
Wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita
dewasa awal dengan rentang usia 20- 40 tahun yang menjadi anggota
senam aerobik dan fitness di beberapa tempat Fitness Center di
wilayah Cibubur, Jakarta Timur.
1.3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
permasalahan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah :
"Apakah ada hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan
konsumen wanita terhadap obat pelangsing?"
1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang diajukan di atas, tujuan yang ingin peneliti capai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana signifikansi
hubungan antara kepuasan atau ketidakpuasan terhadap citra tubuh dengan
keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing
1.4.2 Manfaat Penelitian
1. Dengan menemukan jawaban dari permasalahan yang diajukan,
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang berarti
bagi para wanita khususnya, dan masyarakat pada umumnya, serta
sebagai sumbangan bagi penelitian mengenai citra tubuh dan konsep
konsep yang terkait di dalamnya.
2. Melalui penulisan skripsi ini, para wanita yang memandang negatif
terhadap citra tubuhnya diharapkan dapat melakukan penanganan
yang lebih baik dan bijaksana dalam menghadapinya.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam sistematika penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan
metode penulisan APA style (American Psychology Association). Dan untuk
mempermudah pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab,
yaitu:
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian pustaka. Bab ini membahas teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian ini yakni teori tentang wanita dewasa awal, citra
tubuh, keterlibatan konsumen, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian
BAB Ill Metodologi penelitian. Bab ini mengurai tentang metodofogi
penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan
data dan teknik analisa data
BAB IV Presentasi dan analisis data. Bab ini menguraikan tentang
gambaran umum responden penelitian, presentasi data dan hasil
penelitian
BAB V Kesimpulan, diskusi dan saran
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 WANITA DEWASA AWAL
2.1.1 Pengertian Wanita Dewasa Awai
Menurut Hurlock (1991), Orang dewasa adalah individu yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa awal
merupakan masa reproduktif, yakni suatu masa yang penuh dengan masalah
dan ketegangan emosional, periode komitmen dan masa ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, penyesuaian diri pada pola hidup yang baru dan juga
sebagai periode isolasi sosil. Di samping berbagai hal tersebut di atas, pada
masa ini juga sebagai masa dimana individu mempunyai kesempatan untuk
memilih sendiri jalan hidupnya. Sehingga dalam pengambilan keputusan tidak
hanya berpengaruh pada kehidupannnya sekarang, tapi juga pada tahap
perkembangannya nanti.
Ada berbagai pendapat yang berbeda tentang rentang usia saat seseorang
dikatakan berada dalam kelompok usia dewasa muda. Menurut Hurlock
(1991), masa usia dewasa muda adalah antara 18-40 tahun. Menurut Papalia
dkk (2002), rentang usia dewasa muda adalah usia 20-40 tahun. Dari
berbagai rentang yang dipaparkan tersebut, peneliti memutuskan untuk
menggunakan batasan dari Papalia (2002), yaitu 20-40 tahun. .
2.1.2 Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal (Havigust dalam
Hurlock, 1991) tugas-tugas ini dipusatkan pada harapan-harapan
masyarakat, yakni mencakup:
1. Mulai bekerja
2. Memilih seorang teman hidup
3. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri
4. Membentuk suatu keluarga
5. Mengasuh dan membesarkan anak-anak
6. Mengelola rumah tangga
7. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara
8. Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.
Sebagian besar orang pada masa dewasa awal memiliki perhatian yang
besar pada penampilan. Namun demikian, banyak di antara mereka yang
kegemukan. Resiko tertinggi untuk mengalami kegemukan - yang tidak
hanya mempengaruhi penampilan tetapi juga kesehatan, berada pada
rentang usia 25-34 tahun {Williamson, Kahn, Remington & Anda, dalam
Papalia 2001 ).
Minat untuk meningkatkan penampilan mulai berkurang menjelang umur tiga
puluhan, ketika ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat.
Namun minat akan penampilan muncul lagi jika mulai ada tanda-tanda
ketuaan {Hurlock, 1991). Selain bertambah gemuk, tanda-tanda ketuaan
lainnya adalah mengendornya dagu, beruban dan perut membesar. Bagi
sebagian orang, perubahan dalam penampilan ini menimbulkan keresahan.
Namun banyak pula yang menerima tanda-tanda tersebut sebagaimana
adanya, tanpa berusaha untuk menutupi atau memperbaikinya. Meskipun
demikian, sebagian besar orang muda ini menyadari bahwa penampilan
memegang peran penting dalam dunia usaha, pergaulan sosial, profesional
dan kehidupan keluarga, dan mereka sering kali mengatasi masalah ini
dengan diet atau dengan pakaian dan alat-alat kecantikan untuk menutupi
tanda-tanda ketuaan tersebut (Hurlock, 1991). Hal ini menunjukkan adanya
keterkaitan dengan konsep diri mengenai bentuk fisiknya, yang dalam hal ini
dapat terkait dengan citra tubuh, yang akan dijelaskan dalam bahasan di
bawah ini.
2.2 CITRA TUBUH
2.2.1 Pengertian Citra tubuh
Ketika kebanyakan orang berpikir tentang citra tubuh, mereka berpikir tentang
aspek-aspek penampilan fisik, daya tarik fisik dan kecantikan. Tetapi definisi
citra tubuh lebih dalam daripada itu, merefleksikan lebih dari sekadar
perhatian atau kepedulian tentang ukuran dan bentuk tubuh.
Menurut Rice (dalam Melliana 2006), citra tubuh adalah pengalaman
individual tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang yang
mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi
fisik, kesadaran dan perilaku mengenai penampilan dan bentuk tubuhnya
yang dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di masyarakat, dan hal ini
terbentuk dari interaksi sosial seseorang sepanjang waktu dalam
lingkungannya, yang berubah sepanjang rentang kehidupan dalam
responnya terhadap umpan balik (feedback) dari lingkungan.
Dalam sudut pandang yang tidak jauh berbeda, Hurlock (dalam Melliana,
2006) pun mengungkapkan bahwa citra tubuh merupakan cara seseorang
mempersepsikan tubuhnya dengan konsep ideal yang dimilikinya pada pola
kehidupan setempat dan dalam hubungannya dengan cara orang lain menilai
tubuhnya.
Demikian juga, dalam ilmu sosial dikatakan bahwa citra tubuh timbul melalui
interaksi sosial. Seseorang memperoleh konsep mengenai tubuhnya melalui
interpretasi status diri menurut pandangan orang lain. Oleh karena itu,
penilaian tergantung pada hal-hal misalnya relasinya dengan orang lain,
penerimaannya dalam lingkungan dengan peran yang baru, pemenuhan
terhadap kebutuhan diri, rasa aman atau pun frustasi.
Hasil suatu penelitian menyatakan bahwa citra tubuh menyatakan bahwa
citra tubuh merupakan produk dari pengalaman yang nyata ataupun yang
berupa fantasi yang sebagian berasal dari perkembangan fisik, dari atribut
yang telah dipakai di kalangan teman sebaya, dan kesadaran akan harapan
budaya setempat. Gambaran tentang tubuh tersebut memainkan peran
penting dalam cara seseorang mengevaluasi dirinya sendiri, di mana citra
tubuh ini muncul untuk memengaruhi cara seseorang merasakan tubuhnya
sendiri. Citra tubuh merupakan suatu pengalaman psikologis yang difokuskan
pada sikap dan perasaan individu terhadap keadaan tubuhnya, dan citra
tubuh ini tidak selalu sama dengan keadaan tubuh yang sebenarnya atau
yang nyata (Melliana, 2006).
2.2.2 Komponen-komponen Citra Tubuh
Menurut Thompson, Penner dan Altabe (1996), citra tubuh berkaitan dengan
tiga komponen, yaitu:
a. Komponen persepsi
Merupakan ketetapan individu dalam memperkirakan ukuran tubuhnya.
Dalam hal ini berkaitan dengan kepuasan tubuh (body satisfaction) yaitu
kepuasan terhadap aspek·aspek pada tubuh seseorang seperti dada,
perut, pinggang, paha, lengan
b. Komponen sikap
Komponen ini berhubungan dengan kepuasan individu terhadap
tubuhnya, perhatian individu, kognisi, evaluasi dan kecemasan individu
terhadap penampilan tubuhnya (appearance satisfaction)
c. Komponen tingkah laku
Lebih memfokuskan kepada bagaimana individu enghindari situasi yang
menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan penampilan fisik. Hal ini juga bisa dilihat dari kepuasan berat
badan (weight satisfaction) yang merupakan kesenjangan antara berat
badan yang dimiliki dengan berat badan yang tidak dimiliki.
Citra tubuh merupakan pengalaman multidimensional yang selalu
melibatkan komponen-kompnen di atas, karena terdiri dari berbgai
dimensi yang saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, dalam
melakukan pembahasan tentang citra tubuh diperlukan pemah jaman
yang menyelurtuh terhadap komponen-komponennya (Thompson, 1996).
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh
Menurut Melliana (2006), citra tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang
berkaitan dengan sifat fisik dibentuk oleh banyak faktor, antara lain:
a. Penilaian atau komentar orang lain
Reaksi atau pandangan dari orang lain yang memiliki arti bagi individu
(significant othet') misalnya orang tua, teman, dan lain-lain , akan
memengaruhi citra tubuh yang dimiliki individu tersebut. Dalam hal ini,
misalnya pandangan teman-teman terhadap individu sebagai seseorang
yang gemuk, langsing, cantik, seksi dan sebagainya.
b. Pembandingan dengan orang lain
Citra tubuh yang terbentuk sangat tergantung pada bagaimana cara
individu membandingkan dirinya dengan orang lain, biasanya pada
orang-orang yang hampir serupa dengan dirinya. Misalnya, individu yang
sering kali membandingkan dirinya dengan saudaranya yang lebih
menarik penampilannya secara terus menerus akan mengalami suatu
kondisi, dimana ia menganggap dirinya tidak memiliki daya tarik fisik
c. Peran seseorang
Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Di dalam setiap
peran tersebut, individu diharapkan akan bertindak sesuai dengan
tuntutan dari perannya masing-masing. lndividu yang berprofesi sebagai
fotomodel atau guru akan memiliki tuntutan yang berbeda dalam hal
penampilan. Akibatnya, jika terjadi gangguan pada kondisi fisik, akan
timbul efek yang berbeda terhadap citra tubuh yang dimiliki individu.
Misalnya, kenaikan berat badan akan terasa lebih mengganggu citra
tubuh separng fotomodel daripada seorang guru. Jadi, tampak bahwa
harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan perannya akan
memengaruhi citra tubuh yang dimilikinya.
d. ldentifikasi terhadap orang lain
lndividu yang mengagumi satu tokoh yang dianggapnya ideal sering kali
menitunya seperti cara berdandan, cara berpakaian, potongan rambut,
PERPUST A KAAN UT AMA UIN SYAHID JAKARTA
dan lain-lain. Dengan bertindak demikian, ia merasa telah memiliki
beberapa ciri dari tokoh yang dikaguminya.
e. Pelecehan rasial dan seksual
f. Stigmatisasi
g. Nilai-nilai sosial yang paling berlaku
h. Perubahan fisik dalam tubuh wanita selama masa pubertas, kehamilan
dan menopause.
i. Sosialisasi
j. Cara individu merasakan dirinya
k. Kekerasan verbal, fisikal atau penyiksaan seksual
I. Kondisi aktual tubuh seperti penyakit atau kecacatan.
m. lnternalisasi mitos kecantikan
Kebanyakan petunjuk mengenai bagaimana seharusnya penampilan kita
berasal dari media, orang tua, dan teman-teman sepergaulan. Bagaimana
kita mempersepsi dan menginternalisasi pesan-pesan tersebut tentang tubuh
kita semasa masa kanak-kanak, menentukan kemampuan kita untuk
membangun penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem) dan
kepercayaan diri kita tentang penampilan kita. Karena citra tubuh lebih
banyak dipengaruhi oleh self esteem individu daripada bentuk fisik itu sendiri,
citra tubuh yang merupakan cara pandang mempunyai dua komponen cara
berpikir, yaitu cara berpikir positif dan cara berpikir negatif.
Melliana (2006), mengungkapkan citra tubuh terbagi dalam dua macam,
yaitu:
1. Citra tubuh positif
Ketika wanita memiliki gambaran mental yang akurat dan benar tentang
tubuh kita, beserta perasaan, pengukuran, dan hubungan kita dengan tubuh
kita sendiri secara positif, percaya diri, dan peduli pada tubuh kita, kita
mungkin memiliki citra tubuh yang sehat dan konsep diri yang positif. Self
esteem dibentuk oleh banyak faktor, termasuk bagaimana seseorang dinilai
oleh orang lain, dan citra tub uh yang sehat telah menjadi kunci self esteem
yang positif, terutama bagi wanita. Sebab, kita hidup dalam budaya yang
memberikan penekanan lebih pada penampilan dan bentuk tubuh wanita.
Citra tubuh yang sehat lebih dari sekedar ketiadaan perlawanan atau
pergumulan dengan makanan, berat tubuh atau penampilan fisik.
2. Citra tubuh negatif
Dari berbagai permasalahan citra tubuh, yang paling umum adalah masalah
ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body dissatisfaction) dan distorsi citra
2.2.4 Pengukuran Citra Tubuh
Pengukuran citra tubuh pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner, yaitu dengan Multi-Dimensional Body-Self Relations Questionnaire
{MBSRQ) yang dikembangkan oleh Thomas F. Cash pada tahun 1989, terdiri
dari 69 item. Kuesioner ini telah diadaptasi dari Jihan Kemala (2000), dan
diadaptasi kembali oleh Titi Sari (2007). MBSRQ ini merupakan alat ukur
mengenai sikap terhadap citra tubuh yang paling menyeluruh, sebab meliputi
elemen kognitif, afektif, dan tingkah laku
Ala! ini mempunyai 10 subskala yang terdiri dari:
1. Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation): Subskala yang
mengukur perasaan menarik atau tidaknya, kepuasan atau
ketidakpuasan terhadap penampilan individu.
2. Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation): Mengukur derajat
perhatian individu terhadap penampilannya.
3. Evaluasi Kebugaran Fisik (Fitness Evaluation): Mengukur derajat
kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya.
4. Orientasi Kebugaran Fisik (Fitness Orientation): Subskala ini mengukur
derajat perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya.
2.3 KETERLIBA TAN KONSUMEN TERHADAP
OBA T PELANGSING
2.3.1 Obat Pelangsing Tubuh
2.3.1.1 Pengertian Obat Pelangsing
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), pelangsing didefinisikan
sebagai obat untuk membuat langsing (ramping badannya) .
2.3.1.2 Jenis Obat Pelangsing
1. Obat tradisional (herbal)
2. Obat modern adalah obat-obatan kimiawi yang bekerja pada susunan
syaraf pusal Contohnya adalah obat golongan Anorexan, golongan ini
adalah amphetamine, dektroamphetamine, metamphetamine,
detilpropion, mazindol dan benzfetamine. Obat lainya yang banyak dijual
adalah deksenfenflutamin (www.sweetadvice02.blogspot.com/mei/2009).
Dalam alamat website www.sayanginanda.com (2009), obat pelangsing
dikelompokkan ke dalam em pat jenis, yaitu :
1. Obat digitalis, sebenarnya adalah obat untuk jantung, tetapi memang bisa
menurunkan berat badan karena dapat menekan nafsu makan, namun
sering disalahgunakan penggunaannya. Obat semacam ini memiliki efek
samping paling berat terhadap jantung. Lama kelamaan pemakai bisa
menderita anoreksia.
2. Obat antispasmodik, membuat perut kembung seakan kenyang dan
malas makan. Membuat tubuh lemas dan tidak berenergi sehingga
membuat malas beraktivitas.
3. Obat diuretik adalah obat yang menimbulkan keinginan seseorang untuk
sering buang air kecil. Berat badan memang turun sesuai keinginan.
Namun cairan tubuh yang keluar berlebih. Ancamannya, tak hanya
dehidrasi, elektrolit tubuh juga akan hilang sehingga mengakibatkan kerja
ginjal dan jantung terganggu.
4. Obat pencahar yang bersifat laksatif atau menguras perut yang membuat
orang ingin membuang air besar dan kerap digunakan untuk menurunkan
berat badan. Perut menjadi bersih, lemak berkurang, otomatis berat
badan menjadi turun. Akan tetapi, jika digunakan tidak tepat dan terus
menerus akan berbahaya karena dapat mengakibatkan infeksi
pencernaan karena merangsang kerja usus besar sehingga menimbulkan
efek samping perut terasa melilit, hingga dehidrasi
2.3.1.3 Dampakjangka panjang dari obat pelangsing
Dalam alamat website sayanginanda.com (2009), disebutkan beberapa
dampak negatif jangka panjang dari penggunaan obat pelangsing, yaitu:
a. Sebagian besar obat pelangsing dapat menimbulkan dampak yang
negatif, seperti; gangguan emosi, hiperaktivitas, sulit tidur, perut kembung
atau perih, keletihan terus-menerus, depresi, ketagihan, mual, muntah,
dan tubuh gemetar. Ada juga yang mengganggu kesuburan dan sirkulasi
menstruasi.
b. Menggunakan obat pelangsing yang bersifat pencahar atau laksatif dapat
menyebabkan usus bereaksi lebih aktif menyerap makanan. Sehingga
membuat makanan yang dikonsumsi cepat dibuang sebelum diserap.
Akibatnya, bila konsumsi obat itu dihentikan, tubuh makin bertambah
gemuk karena usus jadi lebih efisien dalam menyerap makanan.
c. Obat yang bersifat diuretik menyebabkan tubuh mengalami kekurangan
cairan. Bila berlangsung lama, akan menyebabkan gangguan ginjal.
d. Obat-obatan yang bersifat memacu pembakaran kalori dapat
merangsang jantung. Detak jantung terpacu cepat sehingga
menimbulkan gangguan pada jantung.
2.3.2 Keterlibatan Konsumen
Motivasi untuk memproses informasi dikonseptualisasikan oleh kebanyakan
para ahli perilaku konsumen dengan istilah keterlibatan (involvement)
konsumen dengan stimulus yang bersifat informasi, seperti atribut dari
produk. Keterlibatan secara umum dikenal sebagai "personal relevance" dan
dianggap sebagai suatu variabel dasar yang sangat penting dalam
menentukan bagaimana seorang konsumen dalam mengolah informasi
(Zaichkowsky, 1985). Artinya, tingkatan dari keterlibatan konsumen dengan
suatu objek, situasi atau tindakan ditentukan oleh derajat dimana seseorang
mempersepsikan bahwa suatu produk atau peristiwa memiliki arti yang
bermakna secara pribadi bagi dirinya.
2.3.2.1 Pengertian keterlibatan konsumen
Mowen dan Minor (2001) mengungkapkan bahwa keterlibatan konsumen
(consumer involvement) adalah pribadi yang dirasakan penting dan minat
konsumen terhadap perolehan, konsumsi dan disposisi barang, jasa, atau
ide. Pengertian dalam pandangan yang sama pun diungkapkan oleh Engel
dkk (1995) mengenai keterlibatan (involvement) yaitu tingkat kepentingan
pribadi yang dirasakan dan /atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di
dalam situasi spesifik. Dari definisi yang diungkapkan di atas dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek dari manusia, produk dan situasi,
keseluruhannya saling berkombinasi dalam menentukan motivasi seorang
konsumen untuk memproses informasi-informasi yang berkaitan dengan
produk yang diberikan dalam satu waktu.
Zaichkowsky's (1985) pun mendefinisikan keterlibatan sebagai:
"a person's perceived relevance of the object based on inherent needs,
values and interests''.
( penerimaan seseorang yang relevan terhadap suatu obyek, berdasarkan
kebutuhan bawaannya, nilai-nilai dan minatnya).
Keterlibatan individu terhadap suatu objek didorong oleh adanya penerimaan
secara relevan dari individu terhadap objek yang didasarkan pada kebutuhan,
r1ilai serta minat pada dirinya untuk mencapai objek tersebut. Sehingga
motivasi merupakan langkah pertama yang mendorong timbulnya keterlibatan
pada diri konsumen untuk mengetahui, memahami dan menilai
informasi/pesan yang sesuai.
Dengan demikian, definisi keterlibatan konsumen adalah suatu kondisi yang
ditentukan oleh derajat dimana seseorang mempersepsikan bahwa suatu
produk atau peristiwa rnerniliki arti yang berrnakna secara pribadi bagi dirinya.
Jadi, keterlibatan konsumen terhadap suatu produk, didasarkan pada
seberapa besar konsumen tersebut rnerniliki anggapan bahwa produk yang
digunakan tersebut rnerniliki rnakna secara pribadi bagi dirinya, yang bisa
berkaitan dengan konsep diri, fungsi produk atau penerirnaan sosial.
2.3.2.2 Jenis-jenis keterlibatan
Mowen dan Minor (2001), telah rnengidentifikasi beberapa jenis keterlibatan
yang berbeda. Disini perbedaan yang penting adalah antara keterlibatan
situasional dan abadi.
1. Keterlibatan situasional (situasional involvement), terjadi selarna periode
waktu yang pendek dan diasosiasikan dengan situasi yang spesifik,
seperti kebutuhan untuk rnengganti sebuah produk yang telah rusak
(rnisalnya, kendaraan berrnotor)
2. Keterlibatan tahan lama (enduring involvement), terjadi ketika konsurnen
menunjukkan rninat yang tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk
dan seringkali menghabiskan waktunya untuk memikirkan tentang produk
tersebut.
Selain tipe keterlibatan abadi (enduring involvemenf) dan keterlibatan
situasional (situasional involvemenf), menurut Engel (1994) ada dua proses
pilihan konsumen yang digolongkan dalam keterlibatan tinggi dan rendah
(yang menjadi fokus tingkatan keterlibatan konsumen) yaitu :
a. Keterlibatan tinggi (high involvement)
Menurut kondisi keterlibatan tinggi, konsumen bertindak seolah-olah
menggunakan model kompensatori. Menurut model kompensatori pilihan
(compensatory models of choice), orang menganalisis setiap alternatif
dengan cara evaluatif yang luas sehingga penilaian yang tinggi atas salah
satu atribut dapat mengkompensasi penilaian atribut lainnya. Dalam jenis
proses evaluatif ini, semua informasi mengenai atribut suatu merek digabung
ke dalam penilaian merek secara keseluruhan. Prosesnya akan diulang untuk
setiap alternatif merek, dan merek yang mempunyai preferensi keseluruhan
tertinggi dipilih (Engel dkk, 1994).
Konsumen dimotivasi untuk mencari informasi yang relevan dan
mengolahnya secara lebih tuntas dan lebih mungkin dipengaruhi oleh
kekuatan argumentasi (adanya daya tarik yang diekspresikan dan
divisualisasikan). Konsumen juga dapat menjadi terlibat dengan produk (atau
merek). Konsumen lebih mungkin melihat perbedaan dalam sifat yang
ditawarkan oleh pelbagai produk atau merek, dan hasil yang lazim adalah
loyalitas yang lebih besar ketika preferensi di dasarkan atas keterlibatan yang
dirasakan tinggi.
Proses pengumpulan informasi pada keterlibatan tinggi berasal dari sumber
sumber eksternal individu. Pencarian informasi merupakan bagian yang
paling penting karena individu mempunyai motivasi yang tinggi untuk
mendapatkan kebutuhan tersebut. Pengolahan informasi pun bersifat aktif.
tnformasi diproses dan disimpan dalam ingatan. Sewaktu-waktu informasi
yang telah disimpan tersebut dapat digunakan lembali guna mengevaluasi
produk di masa yang akan datang.
Menurut Solomon (2004), apabila keterlibatan seorang konsumen tinggi
terhadap produk bisa terjadi bila produk dipersepsikan sebagai sesuatu yang
merefleksikan self-image (gambaran diri). Keterlibatan tersebut bisa tinggi
bila alternatif produk yang dipertimbangkan berkaitan dengan 'harga'
(pengeluaran) dan resiko yang dipersepsikan tinggi oleh konsumen jika
terjadi pengambilan keputusan yang salah. Keterlibatan yang tinggi juga bisa
disebabkan bila adanya tekanan sosial untuk bertingkah laku dengan cara
tertentu dan konsumen termotivasi untuk memenuhi tuntutan tersebut.
b. Keterlibatan rendah (low involvement)
Menurut keterlibatan rendah konsumen umumnya bertindak seolah-olah
mereka menggunakan model pilihan nonkompensatori (noncompensatory
models of choice). Menurut model ini, penilaian yang tinggi atas beberapa
atribut tidak perlu mengkompensasi penilaian yang rendah atas atribut
lainnya. Apabila konsumen dalam situasi keterlibatan rendah, mereka tidak
mau terlibat dengan sejumlah besar pemrosesan informasi yang dibutuhkan
oleh model nonkompensatori (Engel dkk, 1994).
Loudon & Della Bitta (1993) mengatakan bahwa pada konsumen dengan
tingkat keterlibatan rendah cenderung bertindak pasif pada saat mengolah
informasi-informasi dalam proses berfikirnya. Smith (dalam Yunita, 2002}
pun menambahkan bahwa informasi-informasi yang berasal dari luar diadopsi
secara pasif karena individu lebih mempercayai informasi yang bersumber
dari sumber internal, yaitu pengetahuan yang dimilikinya tentang kebutuhan
tersebut. Apabila kebutuhan terhadap produk yang diinginkan ini mendesak,
maka konsumen pun akan memenuhinya untuk menutupi rasa kebutuhan ini.
Pengetahuan individu sangat dominan daripada informasi yang datang dari
luar sehingga respondentifitas individu sangat dominan dalam memberikan
penilaian terhadap produk tersebut. Jika manfaat produk tersebut sudah
dirasakan sangat berkurang, maka konsumen akan mencoba produk yang
baru.
Untuk memperkenalkan produk-produk baru sejenis dengan yang sudah
digunakan perlu dilakukan pengulangan-pengulangan dengan tujuan
menumbuhkan motivasi dan membentuk persepsi konsumen. Pengulangan
pesan merupakan suatu cara yang penting karena individu mempunyai
motivasi yang rendah untuk menerima informasi tersebut bukan sesuatu yang
penting. Jangka waktu penggunaan yang lama dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam melihat keberhasilan penyampaian pesan, kualitas produk dan
tingkat loyalitas konsumen terhadap produk.
Menurut Solomon (2004), derajat dari keterlibatan bisa disusun sebagai suatu
garis 'continum' rentangnya mulai dari kekurangan absolut akan ketertarikan
terhadap stimulus-stimulus pemasaran pada satu sisi dan obsesi terhadap
produk pada sisi lainnya. Konsumsi pada keterlibatan yang rendah
dikarakteristikkan sebagai 'inersia', dimana keputusan dibuat berdasarkan
kebiasaan karena konsumen kurang motivasi untuk memikirkan alternatif lain.
Dalam penelitian ini, jenis keterlibatan yang dihubungkan dengan variabel
citra tubuh adalah tingkatan keterlibatan tinggi dan keterlibatan rendah.
Keterlibatan konsumen tergolong tinggi, apabila terjadi suatu pencarian dan
pengolahan informasi yang bersifat aktif. Begitupun sebaliknya, ketika
keterlibatan rendah, tahap pencarian dan pengolahan informasi pun bersifat
pasif. lnformasi yang masuk ini kemudian diproses dan disimpan dalam
ingatan. Sewaktu-waktu informasi yang telah disimpan tersebut dapat
digunakan kembali guna mengevaluasi produk dimasa yang akan datang.
2.3.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan
konsumen
Engel (1994) mengatakan, bahwa penelitian mengenai faktor-faktor yang
menghasilkan keterlibatan bersifat ekstensif. Oleh karena itu, Engel dkk
hanya menyoroti beberapa pokok, Engel dkk (1994) dengan penjelasan
sebagai berikut :
1) Faktor-faktor pribadi.
Menurut Engel (1994) tanpa adanya pengaktifan kebutuhan dan dorongan,
maka tidak akan ada keterlibatan, dan ini paling kuat bila produk atau jasa
dipandang sebagai citra diri yang mempertinggi.
2) Faktor-faktor Produk
Produk tidak menimbulkan keterlibatan dalam dan dari diri sendiri.
Sepertinya, cara konsumen berespon terhadap produk itulah yang akan
menentukan tingkat keterlibatan mereka. Meskipun begitu, karakteristik
produk dapat membentuk keterlibatan konsumen. Secara umum, keterlibatan
lebih besar untuk produk yang memenuhi kebutuhan dan nilai yang penting.
Selain itu, keterlibatan dapat meningkat karena alternatif pilhan dipandang
secara lebih dibedakan di dalam penyajian mereka.
Prociuk atau merek juga dapat menimbulkan keterlibatan bila ada semacam
resiko yang dirasakan dalam pembelian dan pemakaian. Raymond Bauer
(dalam Engel, 1994) mengatakan perilaku konsumen melibatkan resiko
dalam pengertian bahwa setiap tindakan konsumen akan menimbulkan akibat
yang tidak dapat ia antisipasikan dengan apa saja yang mendekati kepastian,
dan sebagian mungkin tidak menyenangkan.
Banyak jenis risiko yang disadari telah diidentifikasikan, termasuk risiko fisik
{risiko yang membahayakan tubuh), psikologis {khususnya efek negatif pada
citra diri/tubuh), unjuk kerja {takut bahwa produk tidak akan bekerja
sebagaimana yang diharapkan), dan keuangan {risiko bahwa hasil akan
menyebabkan hilangnya pendapatan).
Apabila dipikirkan secara logis, semakin besar risiko yang disadari, semakin
besar kemungkinan keterlibatan yang tinggi. Bila risiko yang disadari menjadi
sangat tinggi, ada motivasi entah untuk menghindari pembelian dan
pemakaian sama sekali atau meminimumkan risiko melalui pencarian dan
tahap evaluasi alternatif di dalam pemecahan masalah yang diperluas.
Sehingga, nilai hedonik/pengalaman (respondentiflemosionaf) dari produk
juga merupakan faktor yang menentukan, yaitu, daya tarik emosionalnya dan
kemampuannya yang disadari untuk memberikan kesenangan yang sangat
terlepaskan dart manfaat objektifnya. Hingga tingkat dimana pertimbangan
respondent ini penting, keterlibatan akan meningkat.
3) Faktor Situasi.
Walaupun keterlibatan yang tahan lama (enduring involvemenf) dapat
dianggap sebagai ciri keterlibatan yang stabil, keterlibatan situasi (situational
involvemenf) berubah sepanjang waktu. Keterlibatan situasional bersifat
operasional atas dasar temperer dan memudar segera sesudah hasil
pembelian didapatkan. Sebagai contoh, pada mode busana seperti busana
yang trendy dimana keterlibatan tinggi pada awalnya, tetapi dengan cepat
berkurang segera sesudah barang tersebut dikenakan dan mode mulai
terlibat atau tidak terhadap suatu produk ditentukan oleh apakah dia merasa
penting atau tidak dalam pengambilan keputusan pembelian produk.
Assael (dalam Simamora, 2003) mengidentifikasi kapan konsumen
mempunyai keterlibatan tinggi terhadap suatu produk, sebagai berikut:
a. Apakah produk itu penting bagi konsumen?
b. Apakah produk itu secara terus menerus menarik bagi konsumen?
c. Apakah produk itu membawa atau menimbulkan resiko?
d. Apakah produk itu mempunyai daya tarik emosional?
Loudon dan Bitta (1993) menjelaskan dalam setiap pengambilan keputusan
membeli, setiap individu memiliki peranan seperti:
1. Initiator
Pihak pencetus ide yang pertama kali atau pemberi inisiatif untuk
menggunakan atau membeli barang
2. Influencer
Pihak yang mempengaruhi pengambilan keputusan melalui sikap ataupun
perkataannya
3. Buyer
Pihak yang mengeluarkan uang untuk membeli suatu produk, bisa untuk
dirinya ataupun orang lain.
4. User
Pihak yang terlibat langsung dalam mengkonsumsi atau menggunakan
barang yang dibeli.
Dalam hal ini, konsumen wanita yang berperan adalah sebagai user dan
buyer yang menggunakan dan membeli produk pelangsing. Berdasarkan
penjelasan di atas bahwa tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu
pembelian dipengaruhi oleh kepentingan primer yang dilandaskan atas
kebutuhan masing-masing individu. Dengan perkataan lain, apakah
seseorang merasa terlibat atau tidak terhadap suatu produk maka ditentukan
oleh apakah dia merasa penting atau tidak dalam pengambilan keputusan
pembelian produk. Dalam keputusan membeli produk pada mulanya
konsumen terbiasa pada pengalaman suatu produk yang digunakan
sebelumnya sebagai bahan perbandingan dalam menentukan pembelian
produk berikutnya secara berkelanjutan.
Tabel 1. Skala Pll
Bagi saya (objek yang akan dinilai), itu:
1. Penting - - - - - - - tidak penting*
2. Membosankan menarik - - - - - - -3. Relevan tidak relevan* - - - - - - -4. Menyenangkan - - - - - - - tidak menyenangkan*
5. Tidak berarti sama sekali - - - - - - - sangat berarti bagi saya
6. Punya daya tarik - - - - - tidak punya daya tarik* - -7. Mengesankan - - - . - - - - tidak mengesankan*
8. Tidak berharga - - - - berharga - - -9. Melibatkan saya . . . . . . tidak melibatkan saya* - - - - - - -10. Tidak diperlukan - - - - - - - diperlukan
CATATAN: Jumlahkan 10 item ini dengan memberikan skor dari yang
terendah 10 hingga yang tertinggi 70.
*menunjukkan butir diberi skor kebalikan. Sebagai contoh, skor pada level ke-
7 pada nomor 1 (penting/tidak penting) akan dibalik menjadi skor pada level
ke-1.
2.4 Kerangka Berpikir
Dalarn perjalanan turnbuh kernbang, setiap wanita rnerniliki tugas
perkernbangan tersendiri yang harus dialarninya. Wanita usia dewasa rnuda
rnerniliki sifat dan tipe kepribadian relatif stabil tetapi sifat dan tipe kepribadian
ini bisa berubah karena dipengaruhi kejadian dalam kehidupan. Pernyataan
ini dapat rnenjelaskan rnengapa wanita yang rnengalami berat badan yang
berlebih dan rnernandang negatif terhadap tubuhnya di usia dewasa awal ini,
seperti berlornba-lornba untuk rnenjadi kurus. Keinginan untuk menjadi lebih
kurus ini, dapat menimbulkan citra tubuh yang negatif terhadap dirinya.
Ketika wanita merasa citra tubuhnya negatif, maka ia berusaha keras untuk
mendapatkan bentuk tubuh ideal walaupun dengan berbagai macam cara.
Ditarnbah dengan usaha media rnassa dalam menstandarkan wanita cantik
adalah yang mempunyai proporsi tubuh yang langsing, maka para wanita
menjadi terpengaruh dengan produk pelangsing yang ditawarkan. Dengan
iming-iming hasil tubuh yang menjanjikan akan berkurang dalam relatif
singkat, dan ditambah dengan pemilihan model dari kalangan selebritis atau
wanita yang bertubuh langsing, hal ini akan semakin memperkuat keinginan
wanita untuk membeli obat pelangsing tersebut.
Apabila keinginan membeli obat pelangsing tersebut muncul, wanita sebagai
konsumen berada dalam proses keterlibatan atau yang lebih dikenal dengan
"keterlibatan konsumen". Tingkat keterlibatan ini terbagi dua jenis yaitu level
tinggi dan rendah. Dalam tingkat keterlibatan tinggi, pandangan konsumen
tentang obat pelangsing dan keputusan membeli didasarkan atas proses
pencarian informasi yang bersifat aktif, karena konsumen dapat
mengarahkan semua energinya untuk membuat suatu evaluasi dan membuat
keputusan akhir pada saat menentukan atau mengevaluasi produk yang akan
dibeli. Sumbernya pun dari eksternal,dan adanya resiko-resiko yang
kompleks seperti resiko keuangan, resiko sosial dan psikologis yang tinggi.
Sehingga dalam proses pembelian suatu produk dilakukan dengan
membandingkan antara kebutuhannya dan alternatif-alternatif yang dapat
dipilih.
Sedangkan dalam keterlibatan rendah, proses pencarian informasi bersifat
internal, yaitu pengetahuan yang dimilikinya tentang kebutuhan tersebut.
Ketika adanya kebutuhan yang mendesak untuk dibeli, dan karena faktor
pengaruh orang-orang sekitar, maka pembelian pun kerap terjadi. Pada
individu dengan keterlibatan yang rendah cenderung bertindak pasif pada
saat mengolah informasi-informasi dalam proses berfikirnya. Dan
[-----------· --·1 PERPUSTl\f\AAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
digolongkan sebagai inerlia, dimana keputusan dibuat berdasarkan
kebiasaan karena konsumer kurang motivasi untuk memikirkan alternatif lain.
Pada umumnya, seorang wanita dapat membeli obat pelangsing ini dengan
usaha mencari informasi lebih banyak bila ia tidak terlalu merasa mendesak
kebutuhannya, dalam hal ini orang yang memiliki citra tubuh positif.
Sebaliknya, bila citra tubuhnya negatif, seorang wanita akan merasakan
kebutuhan mendesak dan akhirnya membeli kemudian menggunakan obat
pelangsing sehingga keterlibatannya rendah.
Dengan demikian, diduga bahwa semakin positif citra tubuh semakin tinggi
keterlibatan pembeliannya. Sebaliknya, semakin negatif citra tubuhnya maka
semakin rendah keterlibatannya dafam pembelian dan penggunaan terhadap
obat pelangsing.
Kerangka berfikir ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:
Citra Tubuh Positif I
Tinggi I >~-~ /
Citra Tubuh Wanita mempengaruhi Keterlibatan Konsumen
DewasaAwal fc:========::::::::> Terhadap Obat Pelangsing
\ Citra T"b"h Negatil \===:::;:,.. _I _R_e_n_d-ah-~1/
2.5 HIPOTESIS
Dalam penelitlan ini. hipotesis yang penulis ajukan adalah:
Ha Ada hubungan positifyang signifikan antara citra tubuh dengan
keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing
Ho Tidak Ada hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh
dengan keterlibatan konsumen wanita terhadap obat
pelangsing.
BAB Ill
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
3.1.1 Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Azwar (2005), penelitian dengan pendekatan kuantitatif
menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah
dengan metode statistika. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok/signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti. Data penelitian hanya akan diinterpretasikan dengan lebih objektif
apabila diperoleh lewat suatu pengukuran yang lebih reliabel.
Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antar
variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari
hubungan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen wanita terhadap
obat pelangsing.
3.1.2 Metode penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan antara dua variabel maka
metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Menurut Fox
dalam Sevilla (1993) penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang
untuk menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang berbeda
dalam suatu populasi. Pengukuran ini digunakan untuk menentukan besarnya
arah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain (Sevilla, 1993).
Makin tinggi korelasi antar dua variabel, maka makin akurat prediksi
berdasarkan hubungan kedua variabel tersebut (Sutarlinah, 2000).
3.1.3 Definisi Variabel dan Operasional Variabel
3.1.3.1 Definisi Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Menurut
Kerlinger (2000), variabel adalah simbol atau lambang yang padanya
dilekatkan bilangan atau nilai. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
a. Independent variabel (IV) atau variabel bebas, yaitu citra tubuh
b. Dependent variabel (DV) atau variabel terikat, yaitu keterlibatan
konsumen wanita terhadap obat pelangsing.
3.1.3.2 Definisi Operasional Variabel
Kerlinger (dafam Sevilla, 1993), mendefinisikan operasional variabel adalah
melekatkan arti pada konstruk atau variabel dengan cara menetapkan
kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur pada
variabel tersebut Adapun definisi operasional masing-masing variabel pada
penelitian ini adalah:
a. Citra tubuh adalah derajat kepuasan/ketidakpuasan individu karena
kesesuaian terhadap karakteristik atau bagian-bagian dari tubuhnya, baik
berupa ukuran tubuh, berat badan, maupun bagian tubuh yang fainnya
yang diukur dengan evaluasi penampilan fisik, orientasi penampilan fisik,
evaluasi kebugaran fisik, orientasi kebugaran fisik, evaluasi kesehatan ,
orientasi kesehatan, orientasi tentang penyakit, kepuasan area tubuh ,
pengkategorian ukuran tubuh, dan kecemasan menjadi gemuk. fndikator
indikator tersebut diperoleh dari skala Multidimensional Body Self
Relations Questionnaire (MBSRQ) yang dikembangkan oleh Thomas F.
Cash (1987).
b. Keterlibatan konsumen dinilai dari variabel derajat/tingkat keterlibatan
terhadap produk yang didapat dari perhitungan pada variabel produk yang
menggunakan Skala Personal Involvement Inventory (Pll) yang
dikembangkan oleh Zaichkowsky (1985). Alat ini mengukur sejauh mana
Adapun fitness center yang dijadikan populasi penelitian antara lain Ade Rai
Club Fitness Center dan Vita/iano Fitness Center,Aerobik&Body Language
yang semuanya terletak di wilayah Cibubur, Jakarta Timur.
3.2.2 Sampel
Menurut Ferguson (dalam Sevilla, 1993), sampel adalah beberapa bagian
kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi, atau porsi dari populasi.
Kegunaan memilih sampel adalah mendapatkan informasi mengenai populasi
(Sutarlinah, 2000).
Sampel yang digunakan sebagai responden penelitian adalah anggota
senam aerobik dan fitness yang berjumlah 36 orang. Hal ini karena
diasumsikan bahwa anggota senam aerobik dan fitness memiliki karakteristik
sebagai responden penelitian ini. Sarnpel yang digunakan sebagai objek
penelitian berada di wilayah Cibubur karena pertimbangan jarak, waktu dan
diperkirakan di wilayah-wilayah tersebut terdapat beberapa Fitness Center.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengarnbilan sarnpel yang dilakukan dalarn penelitian ini yaitu non probability
sampling, dirnana tidak sernua anggota populasi rnendapatkan kesernpatan
yang sarna rnenjadi sarnpel penelitian. Secara spesifik, teknik yang
digunakan dalarn pengarnbilan sarnpel adalah teknik purposive sampling,
yaitu sarnpel dipilih berdasarkan kriteria atau karakteristik tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian (Sevilla dkk, 1993).
Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Jenis kelarnin wanita
Alasan pemilihan sarnpel karena adanya tuntutan dari rnasyarakat dan
media untuk berpenarnpilan rnenarik, sehingga penarnpilan fisik yang
tidak rnenarik, akan menirnbulkan citra tubuh yang negatif yang nantinya
akan berdampak pada penghargaan diri yang rendah (Melliana, 2006).
Adapun karakteristik urnur yang ditetapkan adalah 20-40 tahun, dirnana
pada usia tersebut digolongkan dalam wanita dewasa awal.
2. Anggota aerobik dan fitness (yang mengkonsurnsi dan membeli obat
pelangsing) yang berada di wilayah Cibubur. Jakarta Timur.
3.3 PENGUMPULAN DATA
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala
pengukuran yang berbentuk kuesioner. Responden akan diberikan skala
yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima
kasih peneliti.
2. Bagian inti, be_risi dua alat ukur penelitian ini yaitu alat ukur citra tubuh
yang dikenal dengan Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire
(MBSRQ) dan alat ukur keterlibatan konsumen terhadap suatu produk
dengan Personal Involvement Inventory (Pll). Di bagian skala Pll,
terdapat tambahan pertanyaan untuk menambah informasi tentang
keterlibatan berkaitan upaya pencarian informasi dan pertimbangan
resiko-resiko penggunaan obat pelangsing.
3. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data responden seperti nama,
usia, tinggi badan, berat badan, pendidikan, dan pekerjaan.
Angket pengumpulan data terdiri dari dua bentuk skala yang berbeda, yaitu
skala model likert (yang mempunyai beberapa alternatif jawaban dan
kemungkinan jawaban dipersempit dan diberi pola atau kerangka susunan
terlebih dahulu) dan skala beda semantik (semantic differentia~ yang
menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara verbal dan
terdapat dua kutub kata sifat yang berlainan atau juga disebut skala bipolar.
3.3.2 lnstrumen Pengumpulan Data
1. Skala Citra Tubuh (MBSRQ)
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur citra tubuh dalam penelitian ini
adalah kuesioner Multidimensional Body Self Relations Questionnaire
{MBSRQ) yang diadaptasi oleh Jihan Kemala {2000) dengan nilai reliabilitas
sebesar O, 8402 dan diadaptasi kembali oleh Titi Sari (2007) dengan nilai
reliabilitasnya sebesar 0,9432. Alat ini dikembangkan pertama kali oleh
Thomas F. Cash pada tahun 1989. MBSRQ adalah salah satu instrumen
yang paling komprehensif untuk mengukur berbagai komponen dari citra
tubuh dari elemen kognisi, afeksi dan tingkah laku (Thompson, 1996). Alat ini
juga termasuk salah satu alat yang cukup banyak digunakan dalam berbagai
pengukuran citra tubuh.
MBSRQ memiliki 69 item pernyataan mengenai citra tubuh yang dimiliki
seseorang. MBSRQ mengukur tiga domain somatik, yaitu penampilan fisik
(appearance), kebugaran (fitness) dan kesehatan (health/illness) yang terbagi
menjadi tujuh subskala. Selain tiga domain tersebut, masih ada tiga subskala
khusus yang mengukur kepuasan area tubuh (body areas satisfaction), skala
kecemasan terhadap kegemukan (overweight preoccupation scale) dan skala
pengelompokkan berat badan diri (self classified weight scale).
MBSRQ adalah skafa dengan tipe skoring Likert dimana subyek memilih
jawaban sesuai dengan urutan angka yang diberikan. MBSRQ mempunyai
fima kemungkinan jwaban, yang mefiputi sangat tidak setuju (STS), tidak
setuju (TS), ragu-ragu (R), setuju (S), sangat setuju (SS). Khusus pada
subskala pengelompokkan berat badan, pilihan kemungkinan jawaban yang
ada adalah:kekurangan berat badan tingkat berat (1) sampai kelebihan berat
badan tingkat berat (5). Keseluruhan item yang digunakan adalah 69 item.
Adapun subskala dalam kuesioner ini mewakili satu dari sembilan domain
citra tubuh. Subskala tersebut adalah:
1. Evaluasi Penampilan Fisik (Appearance Evaluation). Subskala ini
mengukur puas tidaknya seseorang terhadap penampilan fisiknya. Skor yang
tinggi berarti ia memiliki perasaan puas dan menarik tentang penampilannya,
sedangkan skar yang rendah menggambarkan ketidakpuasan secara umum
terhadap penampilan fisik yang dimiliki.
2. Orientasi Penampilan Fisik (Appearance Orientation). Subskala ini
mengukur tingkat perhatian individu terhadap penampilannya. Skar yang
tinggi berarti individu menempatkan penampilan sebagai hal yang penting
bagi dirinya, yang diwujudkan dalam bentuk merawat tubuh dan menata
penampilan fisiknya.skar yang rendah berarti individu bersikap apatis, tidak
menganggap penampilan sebagai hal yang panting sehungga mereka tidak
memerlukan waktu dan tenaga khusus agar tampil menarik.
3. Evaluasi Kebugaran Fisik (Fitness Evaluation): Mengukur derajat
kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya. Subskala ini
mengukur kebugaran yang dirasakan individu terhadap tubuhnya. Skar tinggi
pada subskala ini berarti individu merasa fisiknya bugar, mempunyai
kampetensi fisik da kemampuan atletik yang tinggi. Skar rendah berarti
individu merasa tidak bugar secara fisik dan merasa tidak mampu secara fisik
4. Orientasi Kebugaran Fisik (Fitness Orientation): Subskala ini
mengukur derajat perhatian individu terhadap kebugaran fisiknya. Subskala
ini mengukur tingkat perhatian individu terhadap kebugaran tubuh atau
seberapa penting kebugaran tubuh bagi individu. Subskala ini mengukur
tingkat perhatian individu terhadap kebugaran tubuh atau seberapa penting
kebugaran tubuh bagi individu. Skar tinggi pada subskala ini berarti individu
sangat menghargai kebugaran tubuh dan secara aktif terlibat dalam kegiatan
fisik untuk mempertahankan dan meningkatkan kebugaran tubuhnya. Skar
yang rendah berarti individu tidak menganggap kebugaran sebagai sesuatu
yang penting sehingga ia tidak melakukan usaha untuk mengikuti olahraga
atau latihan kebugaran
5. Evaluasi Kesehatan (Health Evaluation): Mengukur penilaian individu
tentang kesehatan tubuhnya. Subskala ini mengukur penilaian seseorang
tentang kesehatan tubuhnya atau penilaian tentang perasaan bebas dari
penyakit Skor tinggi pada subskala ini berarti individu merasa bahwa
tubuhnya dalam keadaan sehat dan bebas dari penyakit. Skor yang rendah
berarti individu tidak merasa sehat atau sedang merasakan gejala-gejala
penyakit atau merasa tubuhnya rentan terhadap penyakit.
6. Orientasi Kesehatan (Health Orientation): Mengukur derajat
pengetahuan dan kesadaran individu tentang pentingnya kesehatan tubuh.
Subskala ini mengukur tingkat pengetahuan dan kesadaran individu terhadap
pentingnya kesehatan tubuh secara fisik. Subskala ini mengukur tingkat
pengetahuan dan kesadaran individu terhadap pentingnya kesehatan tubuh
secara fisik. Skor tinggi pada subskala ini berarti individu sangat peduli
terhadap kesehatan tubuhnya dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang
kesehatan sehingga selalu berusaha mengembangkan gaya hidup yang
sehat. Skar yang rendah pada subskala ini menggambarkan bahwa individu
tidak perduli pada kesehatan tubuhnya dan tidak memiliki pengetahuan yang
cukup tentang kesehatan. Hal ini membuat individu bersikap apatls terhadap
kesehatan tubuhnya.
7. Orientasi tentang Penyakit (Illness Orientation): Subskafa ini
mengukur derajat pengetahuan dan reaksi individu terhadap berbagai
masafah penyakit yang dirasakan tubuhnya. Subskara ini mengukur tentang
kesadaran individu tentang tubuhnya bifa sedang sakit atau akan sakit,
rnengukur pengetahuan dan reaksi terhadap berbagai masafah dan penyakit
yang dirasakan ofeh tubuh. Subskafa ini rnengukur tentang kesadaran
individu tentang tubuhnya bila sedang atau akan sakit, mengukur
pengetahuan dan reaksi terhadap berbagai masalah dan penyakit yang
dirasakan oleh tubuh. Skor yang tinggi berartl individu snagat sadar terhadap
berbagai gejala penyakit yang dirasakan dan segera berusaha mencari
penjefasan dna pengobatan. Skor yang rendah berarti individu tidak
mempunyai kesadaran terhadap keadaan tubuhnya bila terserang penyakit.
8. Kepuasan Area Tubuh (Body Area Satisfaction Scale/BASS):
Mengukur secara spesifik tingkat kepuasan individu terhadap berbagai
bagian tubuhnya. Subskala ini lebih spesifik dalam mengukur tingkat
kepuasan dan ketidak puasan berbagai area tubuh individu. Subskala ini
hampir sama dengan subskala evaluasi penampilan, hanya saja subskala ini
lebih spesifik dalam mengukur tingkat kepuasan dan ketidakpuasan berbagai
area tubuh individu. Skor tinggi pada subskala ini menggambarkan bahwa
pada umumnya individu merasa puas dan bahagia dengan sebagian besar
area tubuhnya. Skor yang rendah menggambarkan bahwa individu merasa
tidak puas dengan ukuran atau tampilan dari beberapa area tubuhnya.
9. Pengkategorian Ukuran Tubuh (Self Classified Weightlkategori diri
=KO). Subskala khusus yang menggambarkan bagaimana seseorang
mempersepsikan dan melabel berat badannya sendiri, dari yang sangat kurus
sampai dengan yang sangat gemuk.
1 o. Kecemasan Menjadi Gemuk (Overweight Preoccupation): Subskala
yang menggambarkan kecemasan akan kegemukan, perhatian akan berat
badan, kecenderungan melakukan diet penurunan berat badan dan
membentuk pola makan yang dibatasi.
Setiap subskala pada kuesioner ini mempunyai 5 alternatif jawaban. Untuk
subskala evaluasi penampilan fisik, evaluasi kebugaran fisik, evaluasi
kesehatan, dan kecemasan akan kegemukan menggunakan 5 pilihan
jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), R (Ragu-ragu),
S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Sedangkan, untuk skala pengkategorian
ukuran tubuh digunakan 5 pilihan jawaban yaitu 1 (kekurangan berat badan
tingkat berat), 2 (kekurangan berat badan tingkat ringan), 3 (berat badan
normal), 4 (kelebihan berat badan tingkat ringan), 5 (kelebihan berat badan
tingkat berat). Untuk skala kepuasan area tubuh juga digunakan 5 pilihan
jawaban yaitu STP (Sangat Tidak Puas), TP (Tidak Puas), N (Netral), P
(Puas), dan SP (Sangat Puas).
Data yang didapat dari kuesioner ini berupa skala 1 - 5. Untuk jawaban item
item positif atau favorable STS diberi skor 1, TS diberi skor 2, R diberi skor 3,
S diberi skor 4, dan SS diberi skor 5. Khusus untuk item- item negatif atau
unfavorable, skala tersebut dibalik sehingga jawaban STS diberi skor 5, TS
diberi skor 4, R diberi skor 3, S diberi skor 2, dan SS diberi skor 1.
Perhitungan untuk tiap responden dilakukan dengan cara menjumlahkan
keseluruhan skor yang didapat sehingga menghasilkan skor total responden.
Tabel 3.1 Blue Print Skala Citra Tubuh (Pasca Try Out)
--------No Subskala Item
Favorabel Unfavorabel
1 Evaluasi Penampilan Fisik 5, 11, 21*, 30, 42,48
39•
2 Orientasi Penampilan Fisik 1, 2*, 12, 13*, 23*, 32, 40*, 49*
22, 31, 41*, 50*
3 Evaluasi Kebugaran Fisik 24, 51 33
4 Orientasi Kebugaran Fisik 3*, 4*, 14*, 26*, 6*, 15*, 16, 25, 34,
35*, 44*, 53 43*
5 Evaluasi Kesehatan 7,27*, 54 17, 36,45*
6 Orientasi Kesehatan 8, 9*, 18*, 19*, 28*, 38
29,52*
7 Orientasi Tentang Penyakit 46, 55*, 56 37,47
8 Kepuasan Area Tubuh 61*, 62*, 63, 64,
65, 66, 67, 68,
' 169 '
Pengkategorian Ukuran 159*, 60 -- -----·-
9
Tubuh I
10 Kecemasan Menjadi Gemuk 10,20,57,58
* Merupakan skor yang gugur
2. Skala Keterlibatan Konsumen (Pll)
Pengukuran keterlibatan konsumen pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan skala yang berupa kuesioner, yaitu dengan Personal
Involvement Inventory (Pll) yang diadaptasi oleh Benny Noverdi Afrizal
(1995) dengan hasil nilai reliabilitas sebesar 0.898, hal ini menunjukkan
bahwa skala yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ini secara
konsisten akan mengukur hasil yang sama.
Skala Pll ini dikembangkan oleh Judith Lynne Zaichkowsky pada tahun 1985.
Skala ini merupakan skala beda semantik (semantic differential scale)
dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang menyatakan secara
verbal dan terdapat dua kutub kata sifat yang berlainan atau juga disebut
skala bipolar. Skala Pll digunakan untuk mengukur keterlibatan konsumen
terhadap suatu produk yang berisi 1 o item pernyataan. Berdasarkan jawaban
yang diberikan, konsumen dapat digolongkan pada dua derajat keterlibatan
yang berbeda, yaitu keterlibatan tinggi (high involvement) dan keterlibatan
rendah (/ow involvement).
Pada setiap item, subyek diminta untuk memberikan penilaiannya terhadap
produk sesuai dengan pendapat dan pikirannya. Penilaian subyek didasarkan
pada kata sifat yang ditemui dalam setiap skala dan subyek diminta
menuliskan kategori penilaiannya dalam skala yang dinyatakan dengan
angka 1 sampai 7. Makna dari angka-angka tersebut menujukkan gradasi
dari kata sifat didekatnya, yaitu untuk kata sifat sebelah kiri (1 = sangat, 2 =
agak, 3 =cukup), bagian tengah (4= ragu-ragu), dan untuk kata sifat sebelah
kanan (5 = cukup, 6 = agak, 7= sangat). Misalnya, pada item :
Penting _ :_ : _ : _ : _ : _ : _ tidak penting
1 berarti sangat penting, 2 berarti penting, 3 berarti agak penting, 4 ragu
ragu, 5 berarti agak penting, 6 berarti tidak penting, 7 berarti sangat penting
Skor yang diberikan pada masing-masing pernyataan diberi nilai dari angka 1
sampai dengan 7, sesuai dengan yang paling dekat dengan yang dirasakan
responden. Pernyataan yang diberi tanda asterisk (*) merupakan skor terbalik
yakni penilaiannya mulai dari angka 7 sampai dengan 1. Nantinya, dengan
menjumlahkan ke-1 o butir tersebut diperoleh skor dari yang terendah 1 o
hingga yang tertinggi 70.
Untuk membagi derajat keterlibatan subyek (tinggi dan rendah), pertama
dilakukan perhitungan total skor maksimal yang bisa diperoleh konsumen.
Kemudian dibagi menjadi dua berdasarkan median. Sehingga diperoleh
konsumen dengan skor di atas median dan konsumen dibawah median.
Konsumen yang memiliki skor di atas median akan digolongkan sebagai "high
involvement" sedangkan konsumen yang memiliki skor di awah median akan
digolongkan sebagai "low involvement''. Skor-skor konsumen yang tepat
berada di garis batas median tidak digunakan dalam penelitian untuk
menghindari keragu-raguan dalam pembagian.
Pada bagian ini, skala semantic differential didahului oleh beberapa item
pertanyaan untuk menambah informasi tentang keterlibatan berkaitan dengan
upaya pencarian informasi dan pertimbangan resiko-resiko penggunaan obat
pelangsing.
Tabet 3.2 Blue print skala keterlibatan konsumen terhadap produk
No lndikator Item
1. Pen ting Penting - tidak penting
2. Membosankan Membosankan - menarik
3 Relevan Relevan - tidak relevan
4 Menyenangkan Menyenangkan - tidak menyenangkan*
5 Berarti Tidak berarti - sangatberartibagisaya
6 Daya tarik Punya daya tarik - tidak mempunyai daya tarik
7 Mengesankan Mengesankan - tidak mengesankan
8 Berharga Tidak berharga - berharga*
9 Melibatkan Melibatkan saya - tidak melibatkan saya
10 Diperlukan Tidak diperlukan - diperlukan . * Merupakan tanda item yang gugur
3.4 TEKNIK ANALISA DA TA
Untuk pengolahan data, data dikumpulkan dengan menggunakan statistik
deskriptif menggunakan SPSS 13.0. Untuk variabel keterlibatan konsumen
yang terfokus pada produk, konsumen dipisahkan ke dalam segmentasi
dengan menggunakan skala Pll (Personal Involvement lnventorjl) dalam
tingkat keterlibatan konsumen pada obat pelangsing. Kemudian dilakukan
teknik sorting untuk memisahkan kelompok keterlibatan tinggi, sedang dan
rendah. Sedangkan untuk variabel citra tubuh, responden terbagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu citra tubuh positif, cukup positif dan negatif.
Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa data dari hasil
penelitian korelasional, besar dna tingginya hubungan antara variabel yang
dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Teknik yang digunakan:
1. Uji normalitas
Uji asumsi (persyaratan) statistik yang menggunakan uji normalitas
berfungsi untuk melihat normal atau tidaknya distribusi data dalam
variabel yang diteliti
2. Uji hipotesis.
Pengujian hipotesis untuk menjawab pertanyaan utama penelitian ini,
digunakan metode korelasi Pearson. Rumus korelasi Pearson
dimaksudkan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi
hipotesis dalam penelitian ini.
3.5 PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dan
dikerjakan dalam suatu penelitian, yang terdiri dari:
1. Tahap Perencanaan
a. Dimulai dengan perumusan masalah
b. Menentukan variabel penelitian
c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan
landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian
d. Menentukan dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu kuesioner tentang citra tubuh (instrumen yang dipakai
yaitu MBSRQ), dan keterlibatan konsumen (instrumen yang dipakai yaitu
Pll).
e. Menentukan lokasi penelitian dan menyelesaikan administrasi perizinan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mencari informasi jumlah sampel yang akan dijadikan objek penelitian dan
calon subjek penelitian
b. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan subjek penelitian untuk rnengisi kuesioner
c. Melaksanakan pengarnbilan data subjek dengan rnernberikan kuesioner
yang telah disiapkan pada subjek penelitian
3. Tahap analisa data
Setelah penelitian dilaksanakan, rnaka peneliti menganalisa data yang telah
diperoleh. Tahapan untuk rnenganalisa data adalah:
a. Melakukan skoring terhadap kusioner yang telah diisi oleh subjek
penelitian
b. Menghitung dan rnernbuat tabulasi data yang telah diperoleh
c. Mernbuat tabel data
d. Melakukan analisa data dengan menggunakan rnetode statistik untuk
menguji instrumen dan hipotesis penelitian.
BABIV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Fitness Center di Cibubur, Jakarta Timur.
Yang dilakukan pada tanggal 25 Oktober sampai 1 November 2009. Sesuai
dengan karakteristik sampel penelitian responden yang digunakan pada field
study yaitu wanita dewasa awal yang berusia antara 20-40 tahun dan menjadi
anggota senam aerobik dan fitness sebanyak 36 orang. Segala sesuatu
mengenai gambaran secara umum responden penelitian berdasarkan
beberapa aspek, akan dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Usia
Tabel 4.1 Gambaran Usia Responden
Frequency Percent(%)
Valid 20-26 thn 24 166,67
27-32 thn 8 122,32
33-38 thn 4 11, 11
Total 36 (1~' I '• "-; 100
I '
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 36 orang responden yang berusia
antara 20-26 tahun sebanyak 24 orang (66,67%), usia 27-32 tahun sebanyak
8 orang (35.5%), dan responden yang berusia 33-38 tahun sebanyak 4 orang
(11,11%).
2. Tinggi Badan
Tabet 4.2 Gambaran Tinggi Badan Responden
Frequency Percent(%)
Valid 150-160 cm 26 72.2
161-175 cm 10 27.8
Total 36 100
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa, jumlah responden dengan
rentang tinggi badan antara 150-160 cm sebanyak 26 orang (72,2%).
Sedangkan responden dengan rentang tinggi badan antara 161-175cm
sebanyak 10orang (27,8%).
.~'" ·-· -·~-------·-'"""'" \ PERPUSTl\KAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
3. Berat Badan
Tabel 4.3 Gambaran Berat Sadan Responden
Frequency Percent(%)
Valid 45-50 kg 13 36.1
51-58 kg 10 27.8
59-65 kg 9 25.0
> 66 kg 4 11.1
Total 36 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan rentang berat
badan 45-50 kg sebanyak 13 orang (36,1%), berat badan 51-58kg
sebanyak 10 orang (27,8%), berat badan 59-65kg sebanyak 9 orang (25%),
dan berat badan lebih dari 66kg sebanyak 4 orang (11 %).
4. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.4 Gambaran Pendidikan Terakhir Responden
Frequency Percent(%)
Valid SMP 1 2.8
SMA 14 38.9
Diploma 8 I 22.2 I I
i
j
Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah responden dengan
pekerjaan sebagai pegawai negeri sebanyak 1 orang (2,8%), pegawai swasta
sebanyak 8 orang (22,32%), ibu rumah tangga sebanyak 7 orang (19,4%),
dan mahasiswa sebanyak 20 orang (55,6%)
6. lnformasi mengenai obat pelangsing
Tabel 4.6 Gambaran informasi mengenai obat pelangsing
Frekuensi Percent(%)
1. Sumber informasi dari: 1. lklan tv/majalah 21 58,3 2. Teman/kerabat dekat 9 25 3. Keluarga 6 16,67
2. Ketertarikan mengkonsumsi karena: 1. Ajakan teman/kerabat dekat 2 5,56 2. Pengaruh promosi/iklan di TV/majalah 14 38,9 3. Tidak percaya diri dengan bentuk 20 55,56 badan
3. lntensitas mengkonsumsi obat pelangsing sebanyak: 1. < 3 (kapsul/tablet/sachet) perhari 16 44,45 2. 1- 3 {kapsul/tablet/sachet) perhari 16 44,45 3. 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari 4 11, 11
4. Motivasi mengkonsumsi obat pelangsing: 1. lngin menurunkan berat badan 33 91,67 2. Terpengaruh ajakan teman/kerabat 1 2,78
dekat 2 5,56 3. Terpengaruh iklan/promosi yang ada
5. Hal yang membuat yakin ketika mengkonsumsi: 1. lklan di 1V terlihat sangat meyakinkan 6 16,67 2. Teman/kerabat terdekat yang sudah 7 19,4
merasakan hasilnya 3. Keinginan untuk kurus 23 63,89
6. Hal yang dilakukan ketika membeli obat pelangsing: 1. Langsung membeli tanpa 2 5,56
pertimbangan resiko 2. Menanyakan informasi kandungan 13 36, 11
bahan dan efek negatif terlebih dahulu 3. Membeli dengan pertimbangan harga, 21 58,3
manfaat dan efek samping serta jangka waktu hasilnya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subyek yang sumber informasinya dari
iklan lV/majalah sebanyak 21 orang (58,3%), dari teman/kerabat terdekat
sebanyak 9 orang ( 25%) dan dari keluarga sebanyak 6 orang (16,67%).
Sedangkan alasan ketertarikan mengkonsumsi obat pelangsing yang berasal
dari ajakan teman/kerabat terdekat sebanyak 2 orang (5,56%), adanya
pengaruh promosi/iklan di lV/majalah sebanyak 14 orang (38,9%) dan
karena tidak percaya diri dengan bentuk badan sebanyak 20 orang (55,56%).
Dilihat dari jumlah intensitas konsumsi obat pelangsing yang berjumlah < 3
(kapsulftablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang (44,45%), yang berjumlah
1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang (44,45%) dan yang
berjumlah 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 4 orang (11, 11 %).
Adapun motivasi responden yang mengkonsumsi obat pelangsing karena
ingin menurunkan berat badan sebanyak 33 orang (91,67%), karena
terpengaruh ajakan teman/kerabat dekat sebanyak 1 orang (2,78%) dan
karena terpengaruh iklan/promosi yang ada sebanyak 2 orang (5,56%). Dan
hal yang membuat subyek yakin mengkonsumsi obat pelangsing yang
meliputi iklan di TV terlihat sangat meyakinkan sebanyak 6 orang (16,67%),
teman/kerabat dekat yang sudah merasakan hasilnya sebanyak 7 orang
(19,4%), dan adanya keinginan untuk kurus sebanyak 23 orang (63,89%).
Dan yang terakhir hal yang dilakukan subyek ketika membeli meliputi subyek
fangsung membeli saja tanpa mempertimbangkan resiko yang ada sebanyak
2 orang 95,56%), subyek yang menanyakan informasi mengenai kandungan
bahan dan efek negatifterlebih dahulu sebanyak 13 orang (36,11%), dan
subyek yang membeli dengan pertimbangan harga, manfaat dan efek
samping serta jangka waktu hasilnya sebanyak 21 orang (58,3%)
4.2. Presentasi Data
4.2.1 Deskripsi Statistik
Di bawah ini akan dipaparkan deskripsi umum hasil perhitungan statistik dari
skala yang dibagikan kepada responden penelitian.
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik
I Statistic Std. Error
Citra Tubuh Mean 143.6944 3.38386
Median 141.500
Variance 412.218
Std. Deviation 20.30316
Minimum 103.00
Maximum 188.00
Keterlibatan Mean 37.1667 1.31626 Konsumen
Median 36.5000
Variance 62.371
Std. Deviation 7.89756
Minimum 13.00
Maximum 53.00 I I
b. Skor citra tubuh cukup positif = (M - 1 SD) < X < (M + 1 SD)
(143,6944 - 20,30316} < x < (143,6944 + 20,30316)
123,39214 < x < 163,99756
Rentangan skor citra tubuh cukup positif = 123 - 163
c. Skor citra tubuh negatif = X :> (M - 1 SD)
x:;; (143,6944 -20,30316) = x:;; 123, 39214
Rentangan skor citra tubuh negatif = < 123
Berikut ini tabel distribusi kategorisasi skor citra tubuh :
Tabel 4.5. Distribusi Kategorisasi Skor Citra Tubuh
Kategori Skor Frekuensi %
Positif 164-188 7 19,44 %
Cukup positif 123 -163 23 63,89 %
Negatif < 123 6 16,67 %
Dari tabel distribusi di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah responden
yang memiliki citra tubuh positif sebanyak 7 orang (19,44 %), citra cukup
positif sebanyak 23 orang (63,89 %), dan citra tubuh negatif sebanyak 6
orang (16,67 %).
Adapun untuk kategorisasi skor keterlibatan konsumen, peneliti membagi tiga
kategori skor, yaitu tingkat keterlibatan tinggi, sedang, dan rendah.
Perhitungan kategorisasi skor menggunakan mean data field study, maka
perhitungan kategorisasi skor sebagai berikut:
a. Skor keterlibatan tinggi = X ~ (M + 1 SD)
X ~ (37,1667 + 7,89756) = 45,06426, dibulatkan menjadi 45
Rentangan skor tinggi = 45 - 53
b. Skor keterlibatan sedang = (M - 1 SD) < X < (M + 1 SD)
(37, 1667 - 7,78756) < x < (37, 1667 + 7,89756)
45,06426 < x < 29,26914
Rentangan skor keterlibatan sedang = 29 - 44
c. Skor keterlibatan rendah = X :> (M - 1 SD)
37, 1667 - 7,89756 = 29,26914, dibulatkan menjadi 29
Rentangan skor keterlibatan rendah < 29
Berikut tabel distribusi kategorisasi skor keterlibatan konsumen
Tabet 4.6. Distribusi Kategorisasi Skor Keterlibatan Konsumen
Kategori Skor Frekuensi Persentase
Tinggi 45-53 6 16,67 %
Sedang 29-44 27 75 %
Rendah <29 3 8,33%
TOTAL 36 100%
Dari tabel distribusi skor keterlibatan konsumen dapat diketahui bahwa
sebanyak 6 orang (16,67%) yang berada pada kategori tingkat keterlibatan
yang tinggi, sebanyak 27 orang (75%) yang berada pada tingkat keterlibatan
yang sedang, dan sebanyak 3 orang (8,33%) yang berada pada tingkat
keterlibatan yang rendah.
4.2.3 Uji Persyaratan
4.2.3.1 Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang terdistribusi
secara normal dapat menggunakan perhitungan uji hipotesis dengan metode
statistik parametrik. Sedangkan data yang tak terdistribusi secara normal
perhitungan uji hipotesisnya menggunakan metode statistik non-parametrik.
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
Shapiro-Wilk, dengan menggunakan program pengolah data SPSS 13.0.
Hipotesis yang dapat diajukan adalah :
Ho = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 4.6 Normalitas Citra Tubuh (MBSRQ)
Kolmogorov-Smirnov( a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df I Sig.
Citra Tubuh .094 36 .200(*) .981 36 .763
* This 1s a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
Dari tabel di alas dapat diketahui uji normalitas data pada MBSRQ diperoleh
angka probabilitas sebesar 0,763 dengan menggunakan taraf signifikansi 5%,
maka dapat diketahui bahwa nilai probabilitas 0,763 > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Berikut ini adalah
gambar diagram scatterplot MBSRQ keluaran SPSS 13.
Gambar4.1
Normal Q-Q Plot of Cltra Tubuh
' / • -. • P ,-·c ..
/ . .;•
. ~-
. 0 off ..
o·
J ,•
.~ 9•
.j .r,• 1! l :....-·. .n .,
100 "" "" 160 "" Obwrved Value
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel MBSRQ
berada disekitar garis uji yang mengarah dari kiri bawah ke kanan atas.
Dengan demikian data tersebut dapat dikatakan normal.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS versi
13.0 diperoleh hasil uji normalitas data pada skala keterlibatan konsumen
sebagai berikut:
Tabet 4. 7 Normalitas Keterlibatan Konsumen (Pll)
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk ~----·-· ----
Statistic Of Sig. Statistic Of Sig.
Keterlibatan .103 36 .200(*) .962 36 .250 Konsumen
I I I ' ' ' I I I
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil uji normalitas data pada keterlibatan
konsumen diperoleh angka probabilitas sebesar 0,250 dengan
menggunakan taraf signifikansi 5%, maka dapat diketahui bahwa nilai
probabilitas 0,250 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal. Berikut ini gambar diagram scatterplot keterlibatan
konsumen keluaran SPSS 13.0
Garn bar 4.2 Scatterplot Keterlibatan Konsumen (PU)
Normal Q·Q Plot of Ketertibatan Konsumen
.· /a
o/
Observed Value
4.3 HASIL UTAMA PENELITIAN
4.3.1 Uji Hipotesis
Analisis statistik untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan
rumus korelasi Pearson. Dalam perhitungannya, peneliti menggunakan
program SPSS 13.0. Adapun hasil uji hipotesis diperoleh nilai koefisien
korelasi antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen terhadap obat
pelangsing sebesar 0,025. Korelasi tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.8
Correlations
MBSRQ Pll MBSRQ Pearson Correlation 1 ,025
Sig. (2-tailed) ,884 N 36 36
Pll Pearson Correlation ,025 1 Sig. (2-tailed) ,884
N 36 36
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa nilai korelasi sebesar 0,025
sementara nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% adalah 0,329 adapun
hipotesis yang diajukan adalah:
Ho
Ha
Tidak terdapat hubungan positif antara citra tubuh dengan
keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing
Terdapat hubungan positif antara citra tubuh dengan
keterlibatan konsumen wanita terhadap obat pelangsing
Keputusan yang akan diambil adalah hipotesis nihil diterima jika r hitung < r
tabel. Karena nilai r hitung yang didapat (0,025) < r table (Sig. 5% ; 36 =
0.329), maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen
pada obat pelangsing diterima.
Adapun hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen terhadap
obat pelangsing ditolak.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN.
Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesis yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan keterlibatan konsumen
wanita terhadap obat pelangsing. Hal ini ditunjukkan dari hasil perolehan nilai
koefisien sebesar 0,025 yang tidak signifikan pada fever significancy 0,05.
Artinya, citra tubuh positif tidak diikuti secara signifikan dengan keterlibatan
yang tinggi dan citra tubuh negatif tidak diikuti secara signifikan dengan
keterlibatan yang rendah.
5.2 DISKUSI
Pada penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Mega Soraya Anggasari (2008)
yang berjudul "Hubungan antara sikap terhadap citra tubuh wanita dalam
tayangan iklan produk kecantikan di TV dengan minat bedah estetik pada
wanita klien klinik kecantikan" didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang
signifikan antara sikap terhadap citra tubuh wanita dalam tayangan iklan
produk kecantikan di TV dengan minat bedah estetik pada wanita klien klinik
kecantikan. Dengan hasil r hitung 0,641, dibandingkan dengan r tabel (2-
tailed) sebesar 0,475 berdasarkan taraf signifikansi sebesar 0,01 dengan
responden sebesar 86 orang.
Menurut Fisher (dalam Melliana, 2006), kehidupan wanita lebih terpusat p<1da
soal fisik atau tubuh mereka. Maka wanfta menjadf lebih sadar dan sensitif
terhadap fungsi dan perubahan tubuh. Konsep diri wanita lebih terfokus pada
diri mereka dibandingkan pria. Sebab, wanita febih banyak mengafami
perubahan fisik secara dramatis dalam kehidupan mereka. Perubahan fisik
meliputi menstruasi, kehamilan, melahirkan, menyusui, mengurus dan
merawat anak-anak, menopause. Perubahan fisik dalam tubuh wanita dapat
mempengaruhi bagaimanan wanita memandang dirinya. Hal ini juga
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Jackson, Sullivan dan
Rostker (dalam Kemala, 2000) yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap
tubuhnya dibandingkan dengan pria, sehingga lebih sering menilai tubuhnya
secara negatif dan selalu menganggap penampilan fisik sebagai suatu hal
yang sangat penting.
Apabila seorang wanita memandang citra tubuhnya secara negatif, berarti ia
merasakan ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang nantinya dapat
menyebabkan makin kuatnya keinginan untuk melakukan segala cara untuk
memperbaiki penampilan fisiknya agar dirinya sesuai dengan citra
kesempumaan yang ada dalam masyarakat. Salah satu usaha yang
mungkin dilakukan adalah dengan mengkonsumsi obat pelangsing.
Akan tetapi, penelitian Mega Soraya Anggasari dan teori mengenai citra
tubuh dan usaha instan yang dilakukan untuk menutupi rasa tidak percaya
dirinya, seperti yang dikemukakan di atas tidak sejalan dengan penelitian ini.
Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor, yaitu karena jumlah responden
yang berbeda dan lebih sedikit, perbedaan variabel yang diukur, interpretasi
yang sulit terhadap skala semantic diffrerential ini, dan adanya perbedaan
institusi responden serta tempat penelitian yang hanya di dua tempat fitness
center.
Dalam penelitian ini, responden sebanyak 36 orang yang semuanya berjenis
kelamin wanita. Pada tabel persebaran skor citra tubuh (MBSRQ) didapatkan
7 orang (19,44%) memiliki skor memandang positif pada citra tubuhnya , 23
orang (63,89%} yang masuk dalam kategori cukup positif memandang citra
tubuhnya, dan 6 orang (16,67%) yang memiliki kategori memandang negalif
pada citra tubuhnya . lni menunjukkan bahwa pada responden konsumen
wanita sebanyak 23 orang menyatakan bahwa mereka cukup positif
memandang citra tubuhnya. Yang berarti, responden memiliki rasa percaya
diri, self esteem dan konsep diri yang cukup positif dalam memandang citra
tubuhnya sehingga keadaan psikologisnya tidak menuntutnya untuk merubah
bentuk tubuhnya.
Sedangkan pada label persebaran skor keterlibatan konsumen (PU) dari 36
orang responden, 6 orang (16,67%) masuk kategori dalam keterlibatan
tinggi, 27 orang (75%} masuk ke dafam kategori keterlibatan sedang, dan 3
orang (8,33%) masuk ke dalam kategori keterlibatan rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa wanita paling banyak termasuk ke dafam keterlibatan
sedang, yang berarti tidak tinggi dan tidak rendah pula. Artinya, dalarn
pencarian informasi mengenai obat pelangsing ini responden tidak terfafu
detail, hanya sekedar mengetahui informasi tersebut narnun belum tentu
mengkonsumsi obat pelangsing tersebut.
Pada distribusi skor berdasarkan usia, didapatkan hasil data wanita dewasa
awal yang berusia 20-26 tahun sebanyak 24 orang (66,67%), sedangkan
yang berusia 27-32 tahun sebanyak 8 orang (22,32%) dan yang berusia 33-
38 tahun sebanyak 4 orang (11, 11 %). Dari hasil data tersebut menunjukkan
bahwa wanita usia 20-26 tahun yang paling banyak mendominasi dalam
penelitian inL Karena pada usia ini, wanita biasanya belum menikah dan
masih terfokus pada karir. Di ruang lingkup dan masa pencarian pasangan
inilah, wanita lebih jeli memperhatikan setiap bagian di tubuhnya dan dapat
rentan terhadap masalah citra tubuh (Papalia, 2001).
Pada persebaran skor berdasarkan berat badan, wanita yang berat badannya
45-50 kg sebanyak 13 orang (36, 1 %), berat badannya 51-58 kg sebanyak 1 o
orang, berat badannya 59-65 kg sebanyak 9 orang (25%), dan yang berat
badannya di atas 66 kg (yang termasuk kategori sangat gemuk) sebanyak 4
orang (11, 1%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa wanita dengan berat
badannya 45-50 kg menempati urutan terbanyak dari jumlah responden
lainnya. Apabila diamati, berat badan 45-50 kg termasuk kategori ideal,
namun para wanita tersebut merasa kurang puas dengan bentuk tubuhnya
dan dapat dikategorikan ke dalam citra tubuh negatif.
Pada persebaran skor mengenai pencarian informasi obat pelangsing (yang
merupakan tambahan data kontrol dalam skala Pll), didapatkan hasil subyek
yang sumber informasinya dari iklan TV/majalah sebanyak 21 orang (58,3%),
dari teman/kerabat terdekat sebanyak 9 orang( 25%) dan dari keluarga
sebanyak 6 orang (16,67%) . Artinya, wanita lebih terpengaruh dengan iklan
yang disampaikan oleh TV/majalah, yang sejalan dengan latar belakang
penelitian ini.
Sedangkan alasan ketertarikan mengkonsumsi obat pelangsing yang berasal
dari ajakan teman/kerabat terdekat sebanyak 2 orang (5,56%), adanya
pengaruh promosiliklan di TV/majalah sebanyak 14 orang (38,9%) dan
karena tidak percaya diri dengan bentuk badan sebanyak 20 orang (55,56%).
Dari data tersebut, dihasilkan data terbanyak alasan wanita mengkonsumsi
obat pelangsing berdasarkan karena tidak percaya diri dengan bentuk badan.
Adapun motivasi responden yang mengkonsumsi obat petangsing karena
ingin menurunkan berat badan sebanyak 33 orang (91,67%), karena
terpengaruh ajakan teman/kerabat dekat sebanyak 1 orang (2,78%) dan
karena terpengaruh iklan/promosi yang ada sebanyak 2 orang (5,56%).
Dihasilkan jawaban dari motivasi responden yang mengkonsumsi obat
pelangsing karena ingin menurunkan berat badan sebanyak 33 orang
(91,67%).
Dan hal yang membuat subyek yakin mengkonsumsi obat pelangsing yang
meliputi iklan di TV terlihat sangat meyakinkan sebanyak 6 orang (16,67%),
teman/kerabat dekat yang sudah merasakan hasilnya sebanyak 7 orang
(19,4%), dan adanya keinginan untuk kurus sebanyak 23 orang (63,89%).
Dari data yang telah dikemukakan tersebut, hal yang membuat subyek yakin
mengkonsumsi obat pelangsing adalah karena ingin kurus.
Dari tiga data yang telah dipaparkan di atas, dalam hat alasan ketertarikan ,
motivasi yang timbul dan hal yang membuat yakin para responden untuk
mengkonsumsi obat pelangsing adalah karena !idak percaya diri dengan
bentuk badan dan adanya keinginan yang kuat untuk menurunkan berat
badan agar terlihat lebih kurus. Apabila wanita merasa tidak percaya diri
dengan bentuk tubuhnya, hal ini dapat terkait dengan persepsi terhadap citra
tubuhnya secara negatif. Teori ini sejalan dengan Melliana (2006), yang
menyebutkan bahwa semakin negatif persepsi wanita tentang tubuhnya,
maka semakin negatif perasaan wanita tersebut tentang dirinya. Citra tubuh
memengaruhi perilaku, self esteem, dan keadaan psikologis. Jika wanita
yang terus menerus berusaha memperbaiki bentuk tubuhnya, maka perasaan
terhadap dirinya pun kurang sehat. karena hilangnya rasa percaya diri akan
kemampuan yang dimiliki.
Persebaran skor berdasarkan jumlah intensitas konsumsi obat pelangsing
yang meliputi < 3 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang (44,45%),
yang berjumlah 1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 16 orang
{44,45%) dan yang berjumlah 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari sebanyak 4
orang (11, 11 %). Dari data tersebut, responden yang mengkonsumsi kurang
dari 3 dan 1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari mempunyai hasil skor yang
sama, yaitu berjumlah 16 orang (44,45%). Hal ini menunjukkan, dalam
mengkonsumsi obat pelangsing, responden wanita ini termasuk dalam
kategori keterlibatan sedang.
Dan yang terakhir, persebaran data skor berdasarkan hal yang dilakukan
subyek ketika membeli meliputi subyek langsung membeli saja tanpa
mempertimbangkan resiko yang ada sebanyak 2 orang {5,56%), subyek
yang menanyakan informasi mengenai kandungan bahan dan efek negatif
terlebih dahulu sebanyak 13 orang (36, 11 %), dan subyek yang membeli
dengan pertimbangan harga, manfaat dan efek samping serta jangka waktu
hasilnya sebanyak 21 orang (58,3%). Artinya dalam pencarian informasi
tentang obat pelangsing , subyek yang berjumlah 21 orang (58,3%) ini
digolongkan ke dalam keterlibatan tinggi .
Dari semua data yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
wanita yang menjadi responden dalam penelitian ini termasuk cukup positif
menilai citra tubuhnya dari hasil skor sebanyak 23 orang (63,89%), dan
termasuk kategori ketertibatan sedang dalam pembelian dan konsumsi obat
pelangsing dari hasil skor sebanyak 27 orang (75%).
Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah kecilnya lingkup
penelitian, yaitu hanya di dua tempat club fitness center di Jakarta dan
terbatasnya jumlah responden penelitian, serta karakteristik responden yang
kurang tepat. Sebaiknya, dalam penelitian ini, karakteristik respondennya
tidak hanya ditujukan kepada wanita yang membeli dan mengkonsumsi obat
pelangsing saja, namun responden yang tidak menggunakan juga dapat
dijadikan sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk melihat variasi penilaian
dalam instrumen skala keterlibatan konsumen (Pll).
Keterbatasan hasil penelitian lain karena kurangnya kondusif situasi tes,
karena perbedaan tempat dalam pengisian kuesioner dan pengaruh faktor
fisik yang kelelahan setelah fitness dan aerobik.
Dan penggunaan skala semantic differential pada variabel keterlibatan
konsumen (skala Pll) yang mungkin tidak cocok dengan budaya instrumen
penelitian ilmu psikologi di Indonesia. Karena dari pengalaman peneliti
menyebarkan kuesioner, responden banyak yang kurang mengerti sehingga
harus dijelaskan berulang kali. Dan butir-butir item yang terdapat dalam skala
Pll ini cukup sulit mengintepretasikannya. Sehingga peneliti membuat
tambahan informasi mengenai obat pelangsing yang berupa instrumen data
kontrol yang berjumlah enam pertanyaan.
5.3 SARAN
Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan di dalamnya dikarenakan adanya beberapa
hambatan dan rintangan yang dialami. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa
saran yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan
berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa saran teoritis
dan saran praktis.
5.3.1. Saran Teoritis
1. Sebaiknya pada penelitian yang akan datang jumlah responden lebih
banyak dan untuk populasi yang lebih luas sehingga penyebaran dari
analisa jawaban setiap pernyataan bisa lebih baik.
2. Responden ini hanya terbatas dilakukan pada wanita yang menjadi
anggota club fitness center. Untuk penelitian selanjutnya ada baiknya
mengambil sampel pada responden yang terlibat membeli obat
pelangsing secara langsung dan merasakan efek dari penggunaan obat
pelangsing, untuk memperkaya penelitian sejenis.
3. Karena dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan, diharapkan bagi
peneliti selanjutnya yang hendak menggunakan skala baku yang
berbentuk semantic differential dan membahas mengenai keterlibatan
I rr: RP UST AKA.AN uT /\MA L UIN SYAHID "IAKARTA
3. Apabila seorang wanita yang merasa citra tubuhnya negatif, jangan
berpikir secara instan untuk mengkonsumsi obat pefangsing. Karena di
balik promosi dan pengemasan yang terlihat menarik, belum tentu obat
pelangsing yang akan dikonsumsi aman untuk kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, M.(2006). Menje/ajah tubuh perempuan dan mitos kecantikan. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara
Atwater, E. & Duffy, K.G .(1999). Psychology for living: adjustment growth and behavior today. Edisi kedelapan. New jersey : Prentice hall
Azwar, S. (2003). Penyusunan ska/a psikologi. Jakarta : Pustaka Pelajar
Bilson, S.(2003). Membongkar kotak hitam konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
David, L. & Albert, B. (1998). Consumer behavior. Edisi ketiga. New York : Mc Graw Hill Book Company
Engel, James.F.(1994). Peri/aku konsumen. Edisi keenam. Alih bahasa: Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara
Hurlock, E. (1991). Psiko/ogi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga
Kerlinger, F.(2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University
Matsumoto, D.(2004). Pengantar psiko/ogi lintas budaya. Alih bahasa : Anindito. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mowen, M & Minor, M. (2002). Perilaku konsumen. Jilid 2. Alih bahasa: Yahya. Jakarta: Erlangga
Nuruddin. (2005). Pengantar komunikasi massa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persad a
Papalia, dkk. (2001). Human developmental. Edisi ketujuh. Boston: Mc Graw Hill
Paul, Peter & Jerry C.Olson. (1996). Consumer behavior: Perilaku konsumen dan strategi pemasaran. Edisi keernpat. Jakarta : PT.Gelora Aksara Pratama
Rice, F. (1990). The adolescent: development, relationship, and culture. Edisi keenam. Allyn and Bacon: USA
Santrock, J.W. (1998). Adolescence. USA. McGrawhill Companies, Inc
Sevilla, C.G. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta : UI Press
Solomon, M. (2004). Consumer behavior: buying, having and being. Sixth edition. Pearson Prentice Hall
Sukaji Sutarlinah.(2000). Menyusun dan mengevaluasi laporan penelitian. Jakarta : UI Press
Thompson, K. J. (1999). Exacting Beauty: Theory, Assessment, and Treatment of Body Image Disturbance. American Psychological Association, Washington DC.
Thompson, K. J. (1996). Eating Disorders, Body Image & Obesity: an Integrative Guide for Assessment and Treatment. USA: American Psychology Association
Tim peneliti. (2000). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Turner, J & Helms, D. (1995). Lifespan development. Edisi kelima. USA: Harcourt Brace College Publisher
SKRIPSI & JURNAL:
Altabe, M.Thompson, J.K. (1990). Size estimation versus figural ratings of body image of body image disturbance: Relation to body dissatisfaction and eating dysfunction. International journal of eating disorder, 11 , 397-403
Dwi Ratna Aprilia. (2005). lklan dan budaya popular : pembentukan identitas ideologis kecantikan perempuan oleh iklan (analisis semiotika iklan
cetak WRP body shape & prolene). Jumal ilmu komunikasi FISIP Universitas Atmajaya Yogyakarta. Vol.2, no.1, hal 41-66
Elizabeth Sukamto. (2005). Citra tubuh perempuan di media massa. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol.21, no.3, hal 299-305.
Mega Soraya, A. (2008). Hubungan antara sikap terhadap citra tubuh wanita dalam tayangan iklan produk kecantikan di TV dengan minat bedah estetik pada wanita klien klinik kecantikan. Jakarta : Fakultas Psikologi UIN
Jihan Kemala. (2000). Kepuasan citra tubuh pada wanita peserta senam body language. Depok: Fakultas Psikologi UI
Sari Yunita(2002). Strategi komunikasi pemasaran, pengaruhnya terhadap keinginan membeli (analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan membeli produk kosmetika PUTERI dari Mustika Ratu). Jurusan Manajemen, Fakultas llmu Komunikasi, Universitas Indonesia.
Zaichkowsky, Judith,L. (1985). Measuring the involvement profiles. Journal of consumer research. Vol. 12, no.3, hal. 341-352.
INTERNET:
Andriansyah. (2009). Persepsi sa/ah mengenai obat pelangsing. www.sayanginanda.com. Artikel kesehatan Diambil pada tanggal 24 Mei 2009, pukul 16.33 WIB
Hartono, Andy. (2009).Jangan sembarang makan obat pelangsing. www.indomedia.com . artikel kesehatan. Diambil pada tanggal 30 Agustus 2009, pukul 15.35 WIB
Ida Diana Sari, dkk. (2009). Penelitian ldentifikasi Zat-Zat Berbahaya yang Terkandung di dalam Produksi Pelangsing yang Beredar di Jakarta. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan.www.depkes.com. Diambil pada tanggal 6 Juni 2009, pukul 16.34
Nicolash, Ronald. (2005). Jika anda terobsesi dengan kecantikan. www. [email protected]. Diambil pada tanggal 25 Maret 2009, pukul 21.00WIB
Marius. (2009). Hati-hati memilih obat pelangsing. www.jadilangsing.com. Diambil pada tanggal 25 Maret 2009, pukul 21.00 WIB
Wilya. (2009). "Ku/it juga per/u workout /ho!". www.hanyawanita.com. Diambil pada tanggal 21 Agustus 2009. Pukul 16.33 WIB
Zulfikar. (2009). Produk pelangsing tubuh. www.sweetadvice02.blogspot.com. Artikel kesehatan. Diambil pada tanggal 11 Mei 2009, pukul 13.50
LAMPIRAN 1 (SKALA PENELITIAN PII & MBSRQ)
Assalamualaikum ...
Saya Dian Eka Pratiwi, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikotogi UtN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang melakukan penelitian. Penelitian ini merupakan kelengkapan penyusunan skripsi saya, yang saya lakukan sebagai syarat untuk dapat menempuh ujian Sarjana Psikologi.
Untuk keperluan ini, saya mohon kesediaan anda untuk menjadi responden dan mengisi kuesioner terlampir, yang berisi pemyataan-pemyataan. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini, serta akan diolah sebagai data kelompok dan bukan data perorangan, sehingga kerahasiaan anda akan terjamin.
Saya harapkan dalam mengisi kuesioner ini, anda memberikan pendapat apa adanya sesuai pribadi masing-masing karena tidak ada jawaban benar atau salah. Tidak perlu memberikan pendapat yang seharusnya atau yang sebaiknya terjadi. Pada awal bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang anda berikan sesuai dengan apa yang diminta.
Bantuan dan partisipasi anda merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi penelitian ini. Untuk kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih sebesar-besamya.
Jakarta, Oktober 2009
Peneliti,
3. Seberapa sering anda menggunakan obat pelangsing? (lingkari salah
satu jenis obat pelangsing yang digunakan, misal: kapsul, maka
lingkari kata "kapsul")
a. < 3 (kapsul/tablet/sachet) perhari
b. 1-3 (kapsul/tablet/sachet) perhari
c. 3-6 (kapsul/tablet/sachet) perhari
4. Apa motivasi anda mengkonsumsi obat pelangsing?
a. lngin menurunkan berat badan
b. Terpengaruh ajakan teman/kerabat dekat
c. Terpengaruh iklan dan promosi yang ada
5. Apa yang membuat anda yakin mengkonsumsi obat pelangsing?
a. lklan di TV/majalah terlihat sangat meyakinkan
b. Teman/kerabat dekat yang sudah merasakan hasilnya
c. Keinginan yang kuat dalam diri untuk menurunkan berat badan
agar terlihat lebih kurus
6. Ketika saya membeli obat pelangsing, yang saya lakukan adalah ....
a. Langsung membeli saja, tanpa mempertimbangkan resiko-resiko
yang ada karena ingin lebih instan turunnya berat badan
b. Menanyakan informasi mengenai kandungan bahan dan efek
negatifnya terlebih dahulu
c. Membeli dengan pertimbangan harga, manfaat dan efek samping
serta jangka waktu hasil dari produk tersebut
Petunjuk pengisian :
Berikut ini terdapat sejumlah kata sifat yang memiliki arti berlawanan pada 1
skala. Anda diminta untuk memberikan penilaian pada skala tersebut sesuai
dengan pendapat anda mengenai obat pelangsing. Anda bisa menempatkan
penilaian anda pada skala yang dinyatakan dengan angka 1 sampai 7,
masing·masing angka memiliki makna yang berbeda.
Misalnya:
Bagi saya obat pelangsing adalah sesuatu yang :
Penting _ _ ....:L Tidak Penting
1 2 3 4 5 6 7
1. Sangat penting 5. Agak tidak penting
2. Pen ting 6. Tidak penting
3. Agak penting 7. Sangat tidak penting
4. Ragu-ragu
Bila anda memilih angka 1, artinya anda berpendapat bahwa obat pelangsing
adalah sesuatu yang sangat penting bagi anda, sedangkan bila anda
memilih angka 7, maka anda berpendapat bahwa obat pelangsing adalah
sesuatu yang sangat tldak penting bagi anda, dan seterusnya.
Anda diminta memberikan penilaian pada setiap skala yang tersedia,
jawaban yang anda berikan tidak dinilai benar atau salah. Oleh sebab itu,
anda bebas mengemukakan pendapat anda sesuai dengan keadaan anda
pribadi
1. Panting
2. Mambosankan
3. Ralavan
4. Manyanangkan
5. Tidak bararti sama sakali
6. Punya daya tarik
7. Mangasankan
8. Tidak barharga
9. Malibatkan saya
IO. Tidak diparlukan
KUESIONER BAGIAN II
Bagi saya obat pelangsing itu ...
1 2 34567
. . . . .. -------- . - . - . - . - . -· -
. . . . .. -------
. . . . . . -------- . - . - . - . - . -· -
. . . . . . -------- . - . - . - . - . -· -
. . . . .. -------
. . . . .. -------- . - . - . - . - . -- -
tidak panting
manarik
tidak ralavan
tidak manyanangkan
sangatbarartibagisaya
tidak punya daya tarik
tidak mangasankan
barharga
tidak malibatkan saya
diparlukan
Untuk parnyataan no.1 - 57, barilah tanda silang (x) pada :
STS : Bila anda sangat tidak setuju dangan pernyataan tersebut
TS : Bila anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut
R : Bila anda antara setuju dan tidak setuju dengan parnyataan tarsabut
S : Bila anda setuju dangan pernyataan tarsebut
SS : Bila anda sangat setuju dangan parnyataan tarsabut
12. ] Saya memeriksa I mencek penampilan I saya di cermin kapanpun saya ada
kesempatan 13. Sebelum keluar rumah atau bepergian,
say a biasanya memerlukan banyak waktu untuk bersiap-siap
14. Ketahanan fisik saya tergolong baik 15. Mengikuti kegiatan olahraga tidak
penting bagi saya 16. Say a tidak secara aktif mefakukan
usaha untuk men jag a ketahanan I kebugaran fisik saya
17. Kesehatan saya adalah hal yang tidak dapat diperkirakan kondisinya, kadang-kadang baik atau kadang-kadang buruk
18. Kesehatan yang baik adalah salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan say a
19. Say a tidak melakukan hal-hal yang say a tahu dapat mengancam kesehatan saya
20. Say a sangat sadar akan segala perubahan berat badan saya, sekecil apapun
21. Kebanyakan orang menganggap bahwa penampilan tubuh saya menarik I cantik
22. Penting bagi saya untuk selalu tampil menarik
23. Say a sedikit sekali menggunakan produk perawatan tubuh
24. Say a mudah mempefajari berbagai keterampilan fisik
25. Kebugaran fisik yang baik bukan merupakan prioritas utama dalam kehidupan saya
26. Saya melakukan berbagai hal untuk meningkatkan kekuatan fisik saya
27. · Saya jarang sakit 28. Saya yakin akan kesehatan saya 29. Say a sering membaca buku dan
majalah yang berhubungan dengan kesehatan
30. Saya menyukai penampilan tubuh saya ketika tanpa busana
31. Saya menyadari jika dandanan saya tidak sesuai
32. Saya biasanya memakai pakaian yang paling mud ah say a dapat tan pa memperdulikan bagaimana penampilan saya jadinya
33. Saya kurang mampu dalam olahraga dan permainan yang mefibatkan kemampuan fisik
34. Saya jarang memikirkan kernampuan atletik saya
35. Say a berusaha untuk meningkatkan stamina fisik saya
36. Dari hari ke hari saya tidak pernah tahu apa yang akan dirasakan oreh tubuh say a
37. Bila say a sedang sakit, saya tidak terlalu memperhatikan simptom-simptom atau gejala yang saya rasakan
38. Saya tidak melakukan usaha khusus untuk makan-makanan yang seimbang
' dan bergizi 39. Saya menyukai pasnya baju saya pada
tubuh saya 40. Sa ya tidak pedulikan apapun yang
orang lain pikirkan mengenai penampilan saya
41. Say a memberikan perhalian khusus pada perawatan rambut saya
42. Saya tidak menyukai penampilan tubuh say a
43. Saya tidak berniat untuk meningkatkan kemampuan saya dalam aktivitas fisik
44. Saya berusaha untuk aktif secara fisik 45. Saya sering merasa rentan terhadap
penyakit 46. Saya memperhatikan dengan seksama
tub uh saya terhadap segala tanda-tanda adanya penyakit
47. Bila saya merasa lidak enak badan, saya lidak akan memperdulikannya dan tetap melakukan aktivitas seperti biasa
48. Menurut saya, tubuh saya tidak menarik 49. Saya tidak pernah memikirkan tentang
penampilan tubuh saya 50. Say a selalu berusaha untuk
memperbaiki penampilan fisik saya 51. Say a dapat mengatur hid up say a
dengan baik 52. Saya mengetahui banyak hal tentang
kesehatan dan kebugaran tubuh 53. Say a melakukan olahraga secara
teratur sepanjang tahun 54. Saya adalah orang yang sehat secara
fisik 55. Saya sangat sadar akan perubahan
sekecil apapun dalam kesehatan tubuh say a
56. Segera setelah saya merasakan gejala penyakit, say a langsung mengkonsultasikan kesehatan saya
57. Saya sedang menjalani program diet untuk menurunkan berat badan
Untuk pernyataan di bawah ini (no. 58), berilah tanda silang (x) pada angka
1. Bila anda tidak pernah melakukan pernyataan tersebut
2. Bila anda jarang melakukan pernyataan tersebut
3. Bila anda kadang-kadang melakukan pernyataan tersebut
4. Bila anda sering melakukan pernyataan tersebut
5. Bila anda sangat sering melakukan pernyataan tersebut
58. Saya telah mencoba menurunkan berat 1 2 3 4 5
badan dengan berpuasa atau dengan
melakukan diet ketat
Untuk pernyataan no. 59-60 berilah tanda silang (x) pada huruf di depan
jawaban yang paling menggambarkan diri anda masing-masing.
59. Saya pikir saya termasuk: a. Kekurangan berat badan tingkat berat b. Kekurangan berat badan tingkat ringan c. Berat badan normal d. Kelebihan berat badan tingkat ringan e. Kelebihan berat badan tingkat berat
67. Beratbadan
68. Tinggi badan
69. Penampilan keseluruhan
LAMPIRAN 2. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ITEM
RELIABILITAS SKALA CITRA TUBUH (MBSRQ)
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S A)
S CA L E
Statistics for SCALE
Mean Variance 238.3333 498.6857
Item-total Statistics
VAROOOOl VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAROOOOS VAR00006 VAR00007 VAR00009 VAR00009 VAR00010 VAROOOll VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAROOOl 7 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024
Scale Mean
if Item Deleted
235.3333 233.9444 234.9444 233.9167 234.5933 235.3611 234.6399 234.5000 234. 6111 234.2778 234.7222 234.6389 234. 3611 234.5278 234. 6111 235.2500 235.8611 233.9722 234.3889 234.6944 234. 4722 235 .2779 235.2500 234.9444
Scale Variance if Item Deleted
472.6296 494.2254 490. 9111 495.1071 494.5357 488.4087 477.9516 485.5143 488.9302 504. 2635 475. 6349 477.3230 502.6373 489.4563 489.6730 478.8214 480.9802 490.5992 486.8159 479.1325 503. 7421 476.7206 484.1357 484.7968
N of Std Dev Variables 22.3313 69
Corrected ItemTotal
Correlation
.5360
.1411
.2004
.1326
.3216
.1534
.5133
.4130
. 2986 -.1550
.5442
.4123 - .1311
.277S
.2110
.3343
.3585
.2002
.2811
.3917 -.1453
.4032
.2819
.3051
(A L P H
Alpha if Item Deleted
.8799
.8843
.8839
.8843
.8826
. 8852
.8806
.8821
.8830
. 8878
.8801
.8814
.8868
. 8832
.8838
.8825
.8821
.8839
.8831
.8817
.8875
.8815
.8831
.8828
RELIABILITAS SKALA KETERLIBATAN KONSUMEN (Pll)
****** Method 1 (space saver} will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S A)
S C A L E
Statistics for SCALE
Mean Variance 45.4167 76.4786
Item-total Statistics
Scale Scale Mean Variance
if Item if Item Deleted Deleted
VAROOOOl 40.4444 65. 3968 VAR00002 41.2500 60.2500 VAR00003 41.0556 59.8825 VAR00004 41.6399 69.8373 VAR00005 41. 0556 61. 0825 VAR00006 40.2500 60.2500 VAR00007 40. 7222 66. 6063 VAR00008 40.9444 68.7397 VAR00009 40. 6667 63.5429 VAR00010 40. 7222 59. 9206
Reliability Coefficients N of Cases 36.0 Alpha .7671
N of Std Dev Variables
8.7452 10
Corrected Item-Total
Correlation
.5344
.4853
.5472
.1633
.5442
.5990
.3499
.2604
.3345 . 5649
N of Items 10
(ALP H
Alpha if Item Deleted
.7397
.7399
.7307
.7823
.7322
. 7250
.7577
.7678
.7638 . 7285
, MENTAH SKALA KETERLIBATAN l<ONSUMEN TERHADAP OBAT PELANGSING (Pll)
I NOMOR ITEM I
IALL~~~~~~~~-~~~~:~~-:~~~~~~-~~~~:0-----'TOTAL 5
5
6
5
6
5
3
6
3
6
5
5
6
3
5
5
5
4
5
7
5
5
4
5
5
6
5
6
6
3
5
7
2
5
6
4
5
5
5
5
1
3
1
3
4
5
4
3
7
6
3
7
1
5
5
6
6 4
5
3 6
1
3
6
3
6
3
6
1
4
4
5
5 4 5 5 3 4 36 sedang
4 3 5 4 4 5 35 sedang
5 5 5 3 3 5 37 sedang
1
2
5
3 5
1
2
4
4
4
1
5
6
5 3
5
6
7
5
5
5
5
4
5
5
5 6
6
6
1
5
7
4
3
3
3
3
3
1
6
4
4
6
7
3
6
6
4
3
7
6
3
5
3
7
6 4
6
4
5
4
6
2
5
4
3
2
6
5
5
5
4
7
4
7
7
3
5
7
5
4
7
6
7
5
5 5
3
6
3 6
6
6
6
7
1
5
7
4
6 6 5 33 sedang
4 6 1 29 sedang
5 5 3 34 sedang
5 6 5 31 sedang
6 5 3 36 sedang
6 5 1 25 rendah
6 6 6 44 sedang 4 7 5 37 sedang
5 6 4 38 sedang
6 7 7 50 tinggi
4 2 4 30 sedang
1 2 3 27 sedang
6 6 7 SO tinggi
5 5 3 35 sedang
4 4 4 32 sedang
6 1 7 39 sedang
7 7 7 53 tinggi
6 7 6 50 tinggi
5 5 3 35 sedang
4 2 5 35 sedang
5 5 5 36 sedang
4 6 6 42 sedang
6 5 5 39 sedang
4 4 4 32 sedang
5 5 6 45 tinggi
6 6 6 42 sedang
5 4 5 40 sedang
5 6 4 39 sedang
1 7 7 47 tinggi
2 1 3 13 rendah
5 5 4 38 sedang
5 6 4 43 sedang
3 1 7 31 sedang
1338
LAMPIRAN6
Uji Normalitas Citra Tubuh (MBSRQ)
Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic Df Citra Tubuh
.094 36
* This 1s a lower bound of the true s1gmficance. a Lilliefors Significance Correction
Sig.
.200(*)
Shapiro-Wille
Statistic Df
.981 36
Uji Normalitas Keterlibatan Konsumen (PII)
Kolmogorov-Smimov( a) Shapiro-Wille
Statistic Df Sig. Statistic Df Keterlibatan
.103 36 .200(*) .962 36 Konsumen
Sig.
.763
Sig.
.250
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Scatterplot plot skala Citra Tubuh
Normal Q-Q Plot of Citra Tubuh
Observed Value
1
\. PERPUSTA~A;~\ UIN SY AH ID JAKARTA
Gambar4.2 Scatterplot plot skala Keterlibatan Konsumen
Normal Q-Q Plot of Keterlibatan Konsumen 2
/.D 1 D/a
,,';/ 0 / ro
E /6D .... 0 -1 . /,,a z -0 /aD (])
0 (]) / a. >< LU -2 D .
10 20 30 40 50 60
Observed Value