perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN KEDUDUKAN DAN NILAI PEMBUKTIAN
SAKSI MAHKOTA SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PEMBUKTIAN
TINDAK PIDANA KORUPSI
(STUDI KASUS NO.REG.PERK : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010
BERKAIT KORUPSI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan Untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
SEPTIAN TRI YUWONO
E 1106047
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Septian Tri Yuwono
NIM : E1106047
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul:
KAJIAN KEDUDUKAN DAN NILAI PEMBUKTIAN SAKSI MAHKOTA
SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA
KORUPSI (STUDI KASUS NO.REG.PERK : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010
BERKAIT KORUPSI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA)
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 4 Juni 2011
yang membuat pernyataan
Septian Tri Yuwono
NIM. E1106047
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
SEPTIAN TRI YUWONO, E 1106047, KAJIAN KEDUDUKAN DAN NILAI
PEMBUKTIAN SAKSI MAHKOTA SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS
NO.REG.PERK : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 BERKAIT KORUPSI DI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA), FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET.
Penulisan penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum
menurut jaksa penuntut umum digunakannya saksi mahkota serta kedudukan dan
nilai pembuktian saksi mahkota dalam pandangan hakim sebagai alat bukti dalam
kasus perkara No. Reg. Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010. Pengertian saksi
mahkota dalam putusan Mahkamah Agung RI No.1986 K/Pid/1989 adalah teman
terdakwa yang dilakukan secara bersama-sama yang diajukan sebagai saksi untuk
membuktikan dakwaan penuntut umum dalam hal ini perkaranya dipisah
dikarenakan kurangnya alat bukti. Tetapi dalam perkembangannya di dalam
Putusan Mahkamah Agung RI No. 1174/K/Pid/1994 tanggal 3 Mei 1995, Putusan
Mahkamah Agung RI No. 1590/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 dan Putusan
Mahkamah Agung RI No. 1592/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 tidak
membenarkan adanya penggunaan saksi mahkota. Menurut putusan ini saksi
mahkota juga pelaku yang diajukan sebagai terdakwa dalam dakwaan yang
terpisah sehingga hal ini dianggap sebagai pelanggaran hak asasi terdakwa. Pada
kenyataannya dalam praktek peradilan di Indonesia masih sering digunakannya
saksi mahkota dalam mengatasi masalah kurangnya alat bukti saksi.
P e n u lisa n H u k u m in i te rm asu k da la m je n is p en e litia n h u k u m e m p iris
a ta u non doctrinal ya itu pe n e litia n ya n g d ilak u ka n se ca ra la n gsu n g de n ga n
m e m ba n d in gk a n h u k u m da la m ha l te o ritis de n ga n m e n ga m ati pe rila k u ya n g
te rjad i d ida la m m a sya rak a t. Penulisan hukum ini bersifat deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bahwa selain dari Putusan
Mahkamah Agung RI tidak ada dasar hukum mengenai saksi mahkota dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
penggunaan saksi mahkota dalam perkara No.Reg.Perk : PDS-
01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
dibenarkan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yaitu terdapat kekurangan alat
bukti, dalam perkara delik penyertaan (Deelneming), diperiksa dengan mekanisme
pemisahan (Splitsing). Saksi mahkota dalam kasus ini berkedudukan murni
sebagai saksi karena memenuhi syarat sebagai saksi sesuai Pasal 1 angka 26
KUHAP maka sah untuk dapat diperiksa sebagai saksi, sehingga majelis hakim
akan menerima dan mengakui kesaksian dari saksi mahkota ini dan akan digunakan
sebagai pertimbangkan dalam menyusun putusan.
Kata kunci : saksi mahkota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
SEPTIAN TRI YUWONO, E 1106047, A STUDY ON POSITION AND
AUTHENTICATION VALUE OF CROWN WITNESS AS THE
EVIDENCE IN AUTHENTICATING THE CORRUPTION CRIME (A
CASE STUDY NO. REG.PERK: PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010
CONCERNING THE CORRUPTION IN SURAKARTA LOCAL MENTAL
HOSPITAL), LAW FACULTY OF SEBELAS MARET UNIVERSITY.
Legal writing research aims to know the legal basic used by the public
prosecutor and and the status of crown witness and evidentiary value in view of
the judge as evidence in case No. Reg. Perk: PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010. The
definition of crown witness is the verdict of RI’s Supreme Court No. 1986
K/Pid/1989 is the defendant’s friend simultaneously proposed as the witness to
authenticate the public prosecutor’s indictment in this case the case is separated
because of inadequate evidence. However, in its development in the verdict of
RI’s Supreme Court No. 1174/K/Pid/1994 on May 3, 1995, the verdict of RI’s
Supreme Court No. 1590/K/Pid/1995 on May 3, 1995 and the verdict of RI’s
Supreme Court No. 1174/K/Pid/1994 on May 3, 1995 do not justify the existence
of main witness use. According to this decision, the crown witness and the doer
are proposed as the defendant in the separate indictment, so that it can be
considered as the violation of the defendant’s basic right. In fact, in Indonesian
judicature practice, the crown witness is still used frequently in copying with the
problem of witness evidence inadequacy.
Legal writing is included in this type of empirical legal research or non
doctrinal research is conducted directly by comparing the theoretical with
the law in terms of observing the behavior that occurs in society. This writing is
descriptive in nature using qualitative approach.
The result obtained from this research is that beside in the verdict of RI’s
Supreme Court there is no legal foundation concerning the crown witness and the
use of crown witness in the case No. Reg.Perk: PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
concerning the corruption in Surakarta Local Mental Hospital is justified based on
certain principles: There is evidence inadequacy, in the attending case indictment
(Deelneming), it is examined using separation mechanism (Splitsing).
Crown witness in this case positioning purely as a witness because the crown
witness meets the condition as the witness according to the Article 1 number 26 of
KUHAP, so that is legal to be examined as the witness, so that the chamber of
judge will accept and recognize the testimony from this crown witness and will be
used as the deliberation in making verdict.
Key words : crown witness.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamutelah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh(urusan) yang lain. (Q.S. Alam Nasyroh (94) : 6-7)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib seseorang hambanyakecuali ia sendiri berusaha untuk mengubahnya (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Ketika ku mohon kepada Allah kekuatan
Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat
Ketika ku mohon kepada Allah kebijaksanaan
Allah memberiku masalah untuk kupecahkan
Ketika ku mohon kepada Allah kesejahteraan
Allah memberiku akal untuk berfikir
Ketika ku mohon kepada Allah keberanian
Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi
Ketika ku mohon kepada Allah sebuah cinta
Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk ku tolong
Ketika ku mohon kepada Allah bantuan
Allah memberiku kesempatan
Aku tidak selalu menerima apa yang kupinta
Tapi…
Aku menerima segala yang aku butuhkan
Doaku terjawab sudah
(History of prayer)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan dan kebanggaan hati, Penulis
mempersembahkan skripsi ini kepada :
1.Allah SWT.2. Kedua orang tuaku Bapak Joko Sutono dan
Ibu Sri Sukarti
3. Kakakku Aris Nugroho, Hesti Budhi Safitri
dan Didik Ismu Praptono
4. Keponakanku Zaidan dan Safira
6. Keluarga besar Sastrodijojo dan Hadi
Sunarto
5. Teman-teman dan Sahabat-sahabatku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur dan sembah sujud penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya, serta shalawat serta
salam kepada Nabi junjungan Muhammad S.A.W, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan hukum dengan judul KAJIAN KEDUDUKAN DAN
NILAI PEMBUKTIAN SAKSI MAHKOTA SEBAGAI ALAT BUKTI
DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS
NO.REG.PERK : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 BERKAIT KORUPSI DI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA)
Penyusunan penulisan hukum ini mempunyai tujuan yang utama untuk
melengkapi salah satu syarat dalam mencapai derajat sarjana (S1) dalam bidang
ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan penulisan hukum ini penulis banyak memperoleh
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan penulisan
hukum ini.
3. Wasis Sugandha, S.H., M.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan bagi tersusunnya penulisan hukum ini dan
bimbingan-bimbingan yang berkenaan dengan perkuliahan.
4. Bapak Kristiyadi, S.H., M.Hum., selaku pembimbing 1 dan Bapak
Muhammad Rustamaji, S.H., M.H., selaku pembimbing 2 penulisan hukum
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan
bimbingan dan arahan bagi tersusunnya penulisan hukum ini.
5. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku kepala bagian hukum Acara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis sehingga dapat
menjadi bekal bagi penulis dalam penulisan hukum ini.
7. Bapak dan Ibu staf karyawan kampus Fakultas Hukum UNS yang telah
membantu dan berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar mengajar
dan segala kegiatan mahasiswa di Fakultas Hukum UNS.
8. Hakim Pengadilan Negeri Surakarta Bapak Johny Aswar S.H., dan Jaksa
Kejaksaan Surakarta Bapak M. Arief K. S.H., Bapak Syafruddin S.H., dan
Bapak Johar Arifin S.H., yang telah meluangkan waktu sebagai narasumber
dalam penelitian hukum ini.
9. Bapak Joko Sutono dan Ibu Sri Sukarti selaku kedua orang tua penulis yang
selalu memberikan cinta dan kasih, dorongan bantuaan serta doa yang tiada
henti kepada penulis.
10. Kakak-kakakku Aris Nugroho, Hesti Budhi Safitri dan Didik Ismu Praptono
sebagai suri tauladan dan panutanku.
11. Keponakanku Zaidan dan Safira yang membuatku merasa sudah tua.
12. Keluarga besar Sastrodijojo dan Hadi Sumarto, penulis bangga menjadi
bagian dari kalian.
13. Sahabat, teman seperjuangan di Fakultas Hukum Agus Klaten, Agus
Wonogiri, Budhi Anduk, Deni, Ditya Unyil, Adit, Adjeng, Novia, Demmy,
Beta, Agus Hao-hao, Gilang, adik-adik tingkat yang tidak dapat di sebutkan
satu-persatu penulis dan semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan yang terlahir dari
satu tujuan untuk menyambut kehidupan dan masa depan yang cerah, semoga
jalinan persahabatan kita abadi selamanya.
14. Teman-teman angkatan 2006 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas
segala pengalaman dan motivasinya.
15. Teman-teman magang di Kantor Kejaksaan Surakarta Anton, Eko, Umar,
Dwi, Tejo, Rusdi, Agus, Yoga dan Terry terima kasih atas kebersamaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
sewaktu magang dan sehingga penulis dapat menemukan judul penulisan
hukum ini.
16. Teman-teman wisma Aryo, Eko, Tembe, Lutfy, Slamet, Tepe, Titus, Tunang,
Ryan, Farel, Endot, Bayu, terima kasih atas kebersamaan yang terjalin selama
ini.
17. Teman-teman Karang Taruna Muda Siaga Dk Yagan terima kasih atas
dukungan dan kebersamaan dalam bersosialisasi di masyarakat.
18. Teman-Teman Ndeso Mandra, Kebow, Fajar, Suneo, Bontot, Cepot, Garong,
Sindhu, Antok dan teman-teman bolaku serta teman-teman lain yang tidak
bisa disebut satu-persatu terima kasih dukungan dan kebersamaannya.
19. Teman-teman satu kawasan yang kuliah di Universitas Sebelas Maret Sigit,
Seto, Awang, Lilik ternyata aku dapat menyelesaikan masalah kalian lulus
sebagai sarjana.
20. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih
atas segala bantuan dan dukungannya sehingga penulisan hukum ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan hukum ini masih
jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya karena keterbatasan dan
kemampuan penulis. Namun demikian, penulis berharap agar karya ini dapat
memberikan manfaat bagi semuanya. Sehingga segala kritik dan saran yang
bersifat membangun merupakan hal yang sangat penulis harapkan.
Surakarta, 4 Juni 2011
Penulis
Septian Tri Yuwono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT..................................................................................................... vi
MOTTO ....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah .…………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian...…………………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 7
E. Metode Penelitian ..…………..………………………………………… 7
F. Sistematika Penulisan ………………………………………………..... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori…………………………………………………………. 14
1. Tinjauan Tentang Pembuktian dan Alat Bukti
a). Pengertian Pembuktian……………………………………… .. 14
b). Sistem Pembuktian……………………………………………. 15
c). Prinsip Pembuktian…………………………………………… 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
d). Asas-asas Pembuktian………………………………………… 19
e). Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian…………………………. 20
2. Tinjauan Tentang Tindak Pidan Korupsi…………………………. 31
3. Tinjauan Tentang Saksi Mahkota………………………………… 33
B. Kerangka Pemikiran ………………………………………………….. 37
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian…………………………………………………………. 39
B. Pembahasan……………………………………………………………... 58
1. Dasar hukum digunakannya saksi mahkota sebagai alat bukti dalam
perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta………………………………. 58
2. Kedudukan dan nilai pembuktian saksi mahkota sebagai alat bukti
dalam perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait
korupsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta……………………. 63
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………………… 68
B. Saran …………………………………………………………………...... 69
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN…………………………………………………………………
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu faktor penghambat pembangunan Nasional adalah tindak
pidana korupsi. Mengingat secara kasat mata tindak pidana korupsi di
Indonesia telah tumbuh dan berkembang dengan leluasa di dalam kehidupan
masyarakat. Perkembangannya itu dari tahun ke tahun terus meningkat, baik
dari segi kualitas kasus yang terjadi dan kuantitas kerugian keuangan negara
maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan pelaku cenderung
semakin sistematis serta luas lingkupnya yang merasuk ke dalam setiap lini
kehidupan masyarakat.
Tindak pidana korupsi yang tidak terkendali kemungkinan besar
akan membawa bencana. Disamping itu, tindak pidana korupsi yang meluas
dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan
hak-hak ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu, tindak pidana korupsi tidak
dapat lagi dikategorikan sebagai kejahatan biasa, melainkan telah menjadi
suatu kejahatan yang luar biasa maka dalam upaya pemberantasannya tidak
lagi dapat dilakukan secara biasa, melainkan harus dituntut dengan cara-cara
luar biasa pula, termasuk putusan pengadilan yang harus setimpal agar
mempunyai efek jera, sehingga akan terlihat efektifitas hukum dan undang-
undang yang ada relevansinya dengan tindak pidana korupsi tersebut.
Penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana harus benar-benar
diprioritaskan. Masalah korupsi memang merupakan masalah yang besar
dan menarik sebagai persoalan hukum yang menyangkut jenis kejahatan
yang rumit penanggulangannya, karena korupsi mengandung aspek yang
majemuk dalam kaitannya dengan politik, ekonomi, dan so sia l-b u da ya yang
dilakukan oleh orang-orang berda si ya n g m e m ilik i in te lek tua lita s tin g g i
(white collar crime). B erba ga i u pa ya pem be ra n ta sa n se ja k d u lu te rn y a ta
tida k m a m p u m eng ik is hab is ke jaha tan k oru psi. H a l in i m enuru t B in to ro
T jokroam id jo jo disebabkan karena 1) Persoalannya memang rumit, 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Sulitnya menemukan bukti, 3 ) A da n ya ke k ua ta n ya n g ju stru m e n g ha la n g i
pe m be rsiha n itu (B in to ro T jo kroam id jo jo da la m N in ik M a riya n ti,1986 :
200).
Masalah pem b u k tia n d a lam tin da k p ida na k o rup si m e ru p a ka n
m a sa la h ya n g ru m it, k a re na p e la k u tin da k p ida na ko ru p si m ela k u ka n
ke ja ha ta n n ya de n ga n ra p i da n sa n ga t m e n ja ga ke ra ha sia n n ya . S u litny a
pem bu k tian da lam perk ara ko rup si in i m erupa kan tan tangan bag i pa ra
apara t penegak hukum dalam mencari dan memperoleh atau setidak-tidaknya
mendekati kebenaran materiil sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Bagian Penjelasan Umum disebutkan bahwa pembuktian terbalik bersifat
terbatas atau berimbang, yakni terdakwa mempunyai hak untuk
membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib
memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda
istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi yang
diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang bersangkutan, dan jaksa
penuntut umum tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya sesuai asas
yang ditegaskan dalam Pasal 189 ayat (4) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) : “Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain”. Asas ini
merupakan penegasan dari prinsip batas minimum pembuktian yang diatur
dalam Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Asas pembuktian dalam Pasal 183 ini menentukan bahwa untuk
menjatuhkan hukuman pidana terhadap seorang terdakwa, kesalahannya
harus dapat dibuktikan “sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti yang
sah”. Dengan tolok ukur sistem pembuktian tergantung kepada eksistensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
alat-alat bukti yang diatur secara ekplisit dalam undang-undang, maka alat
bukti inilah yang dipakai dan sebagai landasan hakim untuk memutus
terbukti atau tidaknya perkara yang di adili.
Dalam hal jaksa penuntut umum tetap berkewajiban membuktikan
dakwaannya maka penyusunan teknik pembuktian oleh jaksa penuntut
umum sangatlah penting. Tindak pidana korupsi yang terjadi di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan terdakwa Drs. Ambar Kuato selaku
ketua tim Pemeriksa Verifikasi Dana Askeskin Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta berdasarkan Surat Tugas Inspektur Jenderal Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal
02 Januari 2006 bersama-sama dengan Adi Buntaran, SH dan Naman, SH
yang keduanya sebagai anggota tim Pemeriksa Verifikasi Dana Askeskin
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (yang dilakukan penuntutan secara
terpisah) dan juga bersama dengan dr. Siti Nuraini Arief, .SpKj binti
Munadji, dr. Dwi Priyo Hartono, SpKj, dr. Rukma Astuti dan dr. Hendrina
A.K, SpKj (yang perkaranya sudah disidangkan) sangat sulit dalam
pembuktiannya sehubungan dengan kurangnya alat bukti saksi, maka
jaksa penuntut umum menggunakan kewenangannya untuk melakukan
pemisahan berkas perkara (splitsing) berdasarkan Pasal 142 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sejak proses di tingkat penyidikan
guna menguatkan pembuktian jaksa penuntut umum di muka persidangan.
Splitsing pada umumnya dikualifikasi dari kualitas pelaku yaitu rekanan dan
pejabat negara. Pemisahan itu dikarenakan melibatkan beberapa orang
tersangka, peran masing-masing terdakwa berbeda (tindak pidana
penyertaan), serta bisa juga dilihat dari locusnya.
Dengan dilakukannya pemisahan berkas perkara oleh jaksa penuntut
umum dalam upaya menghindari kekurangan alat bukti saksi, dalam praktek
peradilan di Indonesia jaksa penuntut umum ada yang menghadirkan
terdakwa sebagai saksi. Terdakwa harus saling bersaksi dalam perkara
masing-masing baik sebagai saksi maupun terdakwa hal inilah yang sering
disebut dengan saksi mahkota. Saksi mahkota ini hanya ada dalam perkara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pidana yang merupakan delik penyertaan. Hal ini berdasarkan pada Pasal
168 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang
prinsipnya menjelaskan bahwa pihak yang bersama-sama sebagai terdakwa
tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai
saksi. Tinjauan pemahaman tentang saksi mahkota sebagai alat bukti dalam
perkara pidana diatur dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 1986
K/Pid/1989 tanggal 21 Maret 1990. Pengertian saksi mahkota dalam
putusan Mahkamah Agung RI No.1986 K/Pid/1989 adalah teman terdakwa
yang dilakukan secara bersama-sama yang diajukan sebagai saksi untuk
membuktikan dakwaan penuntut umum dalam hal ini perkaranya dipisah
dikarenakan kurangnya alat bukti. Di dalam Putusan ini memang
membenarkan adanya pengajuan saksi mahkota yang mana keterangannya
dipergunakan sebagai alat bukti bersama dengan keterangan saksi yang lain.
Dalam Kitab Undang‐Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
definisi otentik mengengenai saksi mahkota belum diatur namun
berdasarkan perspektif empirik maka saksi mahkota didefinisikan sebagai
saksi yang berasal atau diambil dari salah seorang tersangka atau terdakwa
lainnya yang bersama-sama melakukan perbuatan pidana, dan kepada saksi
tersebut diberikan mahkota. Adapun mahkota yang diberikan kepada saksi
yang berstatus terdakwa tersebut adalah dalam bentuk ditiadakan
penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya suatu tuntutan yang
sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke pengadilan atau dimaafkan
atas kesalahan yang pernah dilakukan.
Tetapi dalam perkembangannya di Putusan Mahkamah Agung RI
No. 1174/K/Pid/1994 tanggal 3 Mei 1995, Putusan Mahkamah Agung RI
No. 1590/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 dan Putusan Mahkamah Agung
RI No. 1592/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 tidak membenarkan adanya
penggunaan saksi mahkota. Menurut putusan ini saksi mahkota juga pelaku
yang diajukan sebagai terdakwa dalam dakwaan yang sama oleh terdakwa
yang diberikan kesaksian. Sebagaimana ketentuan untuk menjadi seorang
saksi adalah ia harus melihat, mendengar ataupun mengalami sendiri karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
apabila diketahui bahwa keterangannya adalah palsu, maka ia dapat
dikenakan dengan pidana atas kesaksiannya tersebut.
Pada kenyataannya dalam praktek peradilan di Indonesia masih
berlangsung dan masih sering digunakannya saksi mahkota dan tidak dapat
di pungkiri lagi penggunaan saksi mahkota dapat mengatasi masalah
kurangnya alat bukti saksi dalam kasus tindak pidana umum maupun tindak
pidana korupsi. Dalam menetapkan putusan, hakim berhak untuk
mempertimbangkan atau tidak mengenai keterangan yang diberikan oleh
saksi mahkota.
Berdasarkan pada pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang membahas permasalahan tentang penggunaan
saksi mahkota sebagai alat bukti dalam tindak pidana korupsi. Hal tersebut
penulis sajikan dalam bentuk penelitian penulisan hukum yang berjudul
”KAJIAN KEDUDUKAN DAN NILAI PEMBUKTIAN SAKSI
MAHKOTA SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PEMBUKTIAN
TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS NO.REG.PERK : PDS-
01/SKRTA/Ft.1/03/2010 BERKAIT KORUPSI DI RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA)”
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang penting dalam suatu
penelitian karena dengan adanya perumusan masalah berarti seorang
peneliti telah mampu mengidentifikasikan persoalan yang diteliti sehingga
sasaran yang hendak dicapai akan menjadi jelas, terarah, dan mencapai
sasaran yang diharapkan sebagai sebuah konsepsi permasalahan yang akan
dicari jawabannya.
Berdasarkan pada hal tersebut, maka penulis merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah yang menjadi dasar hukum menurut jaksa penuntut umum
digunakannya saksi mahkota sebagai alat bukti dalam perkara
No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Bagaimana kedudukan dan nilai pembuktian saksi mahkota dalam
pandangan hakim sebagai alat bukti dalam perkara No.Reg.Perk : PDS-
01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah, dimana berbagai data dan
informasi dikumpulkan, dirangkai dan dianalisis yang bertujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 2006 : 3). Suatu
penelitian dilakukan uktuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Adapun tujuan
dari penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui dasar hukum menurut jaksa penuntut umum
digunakannya saksi mahkota sebagai alat bukti dalam perkara
No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
b. Untuk mengetahui kedudukan dan nilai pembuktian saksi mahkota
dalam pandangan hakim sebagai alat bukti dalam perkara
No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis di bidang
hukum serta pemahaman aspek yuridis pada teoritik dan praktik dalam
lapangan hukum khususnya terhadap penerapan saksi mahkota dalam
pembuktian perkara tindak pidana korupsi.
b. Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
c. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh
agar dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi masukan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya, dalam ilmu hukum pada umumnya dan khususnya hukum
pidana yang berkaitan dengan pembuktian.
b . H a sil pene litian in i dapat m enam bah lite ra tu r, refe rensi dan ba han -
bahan informasi ilmiah serta pengetahuan bidang hukum yang telah
ada sebelumnya, khususnya untuk memberikan suatu deskripsi yang
je las m en gena i pen ggu na an saksi m ahk o ta seba ga i a la t buk ti.
2. Manfaat Praktis
a. M em berikan jaw a ban a tas pe rm a sa lahan yang d ite liti penu lis ya itu
bagaimana penggunaan saksi mahkota dalam proses pembuktian perkara
tindak pidana korupsi di Pengadilan Negeri Surakarta serta bagaimana
kedudukan dan nilai pembuktiannya sebagai alat bukti.
b. D e n g a n p e n u lisa n sk rip si in i d ih a ra p k a n d a p a t m e n in g k a tk a n
d a n m e ngem ban gka n k em am puan pen u lis da lam b idang h uk um
sebaga i bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya
c. H a sil pe ne litia n in i d iha ra p ka n da pa t m e m b an tu p iha k -p iha k
ya n g terkait dengan masalah yang diteliti.
E. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan denga
analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan
konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,
sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak
adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka teori tertentu
(Soerjono Soekanto, 2006 : 42).
Metode penelitian dapat dirumuskan dengan kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 2006 : 5)
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melaksanakan prosedur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang dikemukakan diatas,
maka dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris atau
non doctrinal yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung dengan
membandingkan hukum dalam hal teoritis dengan mengamati perilaku
yang terjadi di masyarakat ( Soerjono Soekanto, 2006 : 52). Dalam
penelitian ini penulis melakukan penelitian pada data primer di lapangan
yaitu di Kejaksaan Negeri Surakarta dan Pengadilan Negeri Surakarta.
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, bentuk penelitian yang dilakukan oleh
penulis termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang dimaksudkan untuk memberi data seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya dengan cara
mengumpulkan data, menyususan, mengklasifikasi, menganalisis, dan
menginterpretasikannya (Soerjono Soekanto, 2006 : 10). Dalam
penelitian ini gejala yang diklarifikasi adalah penggunaan saksi mahkota.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif, yaitu merupakan tata cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden
atau narasumber secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.
4. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih dua lokasi penelitian untuk
menjawab kedua rumusan masalahnya. Untuk menjawab rumusan
masalah pertama lokasi penelitian berada di Kejaksaan Negeri Surakarta,
dan untuk menjawab rumusan masalah kedua lokasi penelitian berada di
Pengadilan Negeri Surakarta.
5. Jenis Data
Jenis data yang akan dikumpulkan bisa dinyatakan secara jelas
terutama mengenai kelompoknya. Jenis data ini sangat berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
arah pemilihan yang tepat mengenai sumber datanya. Penjelasan jenis
data ini akan menunjukkan tingkat pemahaman peneliti mengenai apa
yang diperlukan untuk digali dan dianalisis untuk menemukan
kesimpulan yang tepat (H.B Sutopo, 2002 : 180).
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh
dari sumber data untuk tujuan penelitian dan mendapat hasil yang
sebenarnya pada objek yang diteliti yaitu dari hasil wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data atau fakta yang digunakan oleh
seseorang secara tidak langsung dan diperoleh melalui bahan-bahan,
dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan, laporan, teori-
teori, bahan-bahan kepustakaan, dan sumber-sumber tertulis lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
6. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat
melalui penelitian (Soerjono Soekanto, 2006 : 12). Dalam penelitian
ini data langsung diperoleh melalui wawancara dengan Jaksa
Penuntut Umum dan Hakim yang terlibat langsung dalam
penanganan kasus perkara No.Reg.Perk : PDS-
01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh tidak
secara langsung dari masyarakat melainkan dari bahan dokumen,
peraturan perundang-undangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil
penelitian lainnya yang mendukung sumber data primer (Soerjono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Soekanto, 2006 : 12). Sumber data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Sumber Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu semua bahan atau materi
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, misalnya peraturan
perundang-undangan.
2) Sumber Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berisi
penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari
hasil-hasil penelitian sebelumnya, makalah, artikel, buku, dan
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
3) Sumber Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus, ensiklopedi,
dan lain-lain.
7. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini,
maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:
a. Wawancara mendalam
Wawancara yang dilakukan dengan cara terbuka, tidak
berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dapat dilakukan
berulang pada informan yang sama, teknik ini akan dilakukan pada
semua informan. Informan dalam penelitian hukum ini adalah:
1) Jaksa Penuntut Umum di lingkup Kejaksaan Negeri Surakarta
yang menangani kasus perkara No.Reg.Perk : PDS-
01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait korupsi di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta.
2) Hakim di lingkup Pengadilan Surakarta yang mengadili kasus
perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait
korupsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan
sebagainya.
c. Penelitian Kepustakaan
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari
buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, hasil penelitian
terdahulu dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian penting agar data-data yang
sudah terkumpul dapat dianalisis, sehingga dapat menghasilkan jawaban
untuk memecahkan masalah-masalah yang telah dikemukakan di atas.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis kualitatif dengan
interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data
dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data
terkumpul maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan
dirasakan kurang maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali
mengumpulkan data lapangan (H.B. Sutopo, 2002 : 8). Menurut H.B.
Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak
penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
penelitian dapat dilakukan.
b. Penyajian Data
Merupakan suatu realita organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian data
dapat meliputi berbagai jenis matrik, gambar atau skema, jaringan
kerja, kaitan kegiatan dan tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Kesimpulan atau verifikasi
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti
berbagai hal yang ditemui, dengan melakukan pencatatan peraturan-
peraturan, pola-pola, pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, arahan sebab akibat dan berbagai preposisi kesimpulan
yang diverifikasi
Adapun skema teknik analisis kualitatif dengan interaktif model
adalah sebagai berikut :
Gambar 1 : Skema Analisis Interaktif
Ketiga komponen tersebut (proses analisis interaktif) dimulai pada
waktu pengumpulan data penelitian, peneliti membuat reduksi data dan sajian
data. Setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti mulai
melakukan usaha menarik kesimpulan dengan memverifikasikan berdasarkan
apa yang terdapat dalam sajian data. Aktivitas yang dilakukan dengan siklus
antara komponen-komponen tersebut akan didapat data yang benar-benar
mewakili dan sesuai dengan masalah yang diteliti.
F. Sistem Penulisan Hukum
Untuk memberi gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum maka
penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika
penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang tiap-tiap bab terbagi dalam
sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap
keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan hukum tersebut adalah
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
Reduksi DataPenyajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian
dan sistematika penulisan hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang pengertian
pembuktian, sistem pembuktian, prinsip pembuktian, asas-asas
pembuktian dan alat bukti beserta kekuatan pembuktian yang sah
menurut KUHAP, tinjauan umum tentang tindak pidana korupsi dan
tinjauan umum tentang saksi mahkota.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan
yang telah ditentukan sebelumnya : Pertama, dasar hukum menurut
jaksa penuntut umum digunakannya saksi mahkota sebagai alat bukti
dalam perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 berkait
korupsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Kedua, kedudukan
dan nilai pembuktian saksi mahkota dalam pandangan hakim sebagai
alat bukti dalam perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010
berkait korupsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini berisi simpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi
obyek penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Pembuktian dan Alat Bukti
a. Pengertian Pembuktian
K ita b U n da n g-U n da n g H u k u m A cara P ida na (K U H A P )
m em berika n rua n g ba g i pem b u k tia n , te ta p i tida k m e m be rika n
def in is i ya n g se ca ra k h u sus m e n ge n a i pe m b u k tia n . S e h in g ga
m u n c u l be be ra p a defin is i da ri be be ra p a a h li ya n g mencoba
memberikan definisi mengenai pembuktian, diantaranya :
P e m b u k tia n se ca ra e tim o lo g i be ra sa l da ri b u k ti ya n g b e ra rti
se sua tu ya n g m e n ya ta k an ke b e na ra n sua tu pe ris tiw a , K a ta b u k ti
jika m e n da pa t a w a la n pe - d a n a k h ira n -a n m ak a be ra rti p ro ses,
pe rb ua ta n , da ri m e m b u k tika n , seca ra te rm in o lo g i pe m b u k tia n
be ra rti u sa ha u n tu k m e n u n ju k ka n b e na r a ta u sa lah n ya si te rda k w a
da la m s ida n g d i pe n ga d ilan (A n sh o ru d d in 2 0 0 4 : 2 5 ).
P e m b u k tia n a d a la h ke te n tua n -k e te n tu a n y an g be ris i
pe n g ga risa n da n pe d o m a n te n ta n g ca ra -c a ra ya n g d ib en a rka n
u n da n g -u n d a n g m e m b u k tika n ke sa la h a n ya n g d id a k w a k a n k e pa da
te rda k w a . P e m b u k tia n ju ga m e ru pa ka n ke te n tu an ya n g m e n ga tu r
a la t-a la t b u k ti y a n g d ibe na rk a n o le h u n da n g -u n da n g d a n b o le h
d ip e rgu n a k a n h a k im m e m b u k tika n ke sa la ha n ya n g d ida k w a ka n
(M .Y a h ya H a ra ha p , 2 0 0 6 : 2 7 3 ).
H u k u m pe m b u k tia n itu se be na rn ya m e ru pa k a n sua tu ba g ia n
da rip a da h u k u m a ca ra , k a re n a ia m e m be rika n a tu ra n -a tu ra n te n ta n g
ba ga im a n a be rla n gsu n g n ya su a tu p e rk a ra d im u ka ha k im (Law of
Procedure) (R . S u b e k ti, 2 0 0 7 : 2 ).
H u k u m pe m b u k tia n a da la h k ese lu ru ha n a tu ra n h u k u m a ta u
pe ra tu ra n u n da n g -u n d a n g m e n ge n a i ke g ia ta n u n tu k re k o n stru k si
sua tu ke n ya taa n ya n g b en ar da ri se tia p ke ja d ia n m a sa la lu ya n g
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
re le va n de n ga n pe rsa n gk aa n te rha d a p o ra n g ya n g d id u ga
m ela k u ka n pe rb ua ta n p ida na da n pe n ge sa ha n se tia p sa ra na b u k ti
m e n u ru t ke te n tua n h u k u m ya n g b e rla k u u n tu k ke p e n tin ga n
pe ra d ila n da la m p e rka ra p id a na (B a m ba n g P oe rn o m o , 1 9 8 8 : 3 8 ).
b. Sistem Pembuktian
Sistem pembuktian bertujuan untuk mengetahui bagaimana
meletakkan hasil pembuktian terhadap perkara yang sedang
diperiksa, hasil, kekuatan dan nilai pembuktian yang bagaimana
yang dapat dianggap cukup memadai membuktikan kesalahan
terdakwa. Ada beberapa macam sistem pembuktian yaitu :
1. Conviction-in Time (Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan
hakim saja)
H ak im da lam m en ja tuhka n p u tu san tidak te rika t
dengan a la t b uk ti y ang ada . T idak m en jad i m asa lah
keyak inan hak im te rseb u t d ipe ro leh dari m ana . H ak im hanya
m eng iku ti ha ti n u ran i saja dan semua tergantung kepada
kebijaksanaan hakim. Kesan hakim sangat subjektif untuk
menentukan seorang terdakwa bersalah atau tidak. Jadi putusan
hakim dimungkinkan .tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti
yang diatur oleh undang-undang. P a da h a l h a k im se n d iri y a k in
h a n y a la h se o ra n g m a n u sia b ia sa , ten tunya da pa t sa lah da lam
m enen tukan keyak inan te rsebu t. S e seo ra n g b isa d in ya takan
bersa la h den gan ta n pa bu k ti ya n g mendukungnya, dan dapat
pula seseorang dibebaskan dari dakwaan m esk ip u n b u k ti-b u k ti
ya n g a da m e n u n ju k ka n ba hw a te rda kw a bersalah melakukan
tindak pidana. Sistem pembuktian conviction in time
dipergunakan dalam sistem pe ra d ila n ju ri ( jury rechtspraak )
m isa ln ya d i In g g ris da n Amerika Serikat.
2. Conviction Raisonnee (S is te m P e m b u k tia n b e rda sa rka n
K e ya k in a n H a k im )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
M e nuru t teo ri siste m pem b uk tian in i pe ranan
keyak inan ha k im sa n g a t pe n tin g . N am u n ha k im baru da pa t
m en g h u k u m seorang terdakwa apabila ia telah meyakini bahwa
perbuatan yang bersangkutan terbukti kebenarannya. Keyakinan
tersebut harus d ise rta i de ngan a lasa n -a lasan yan g berda sa rkan
a tas sua tu rangkaian pemikiran (logika). Hakim wajib
menguraikan dan menjelaskan alasan-alasan apa yang mendasari
keyakinannya atas kesalahan terdakwa. Alasan tersebut harus
benar-benar dapat diterima oleh akal.
Sistem pembuktian ini mengakui adanya alat bukti tertentu
tetapi tidak ditetapkan oleh undang-undang. Banyaknya alat bukti
yang d ig unakan un tu k m enen tukan be rsa lah a tau tidakn ya
te rda k w a m e ru pa ka n w e w e na n g ha k im se pe n u h n ya . T e n tu sa ja
hak im haru s b isa m en je laskan a la san -a lasan m e n gena i pu tu san
yang diambilnya.
3. Positif Wettelijke Bewijstheorie (S is te m pem bu k tian
berda sa rkan undan g -u n d an g seca ra positif )
Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem Conviction
in Time (sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim saja)
keyak inan hak im dike sam pingkan da lam siste rn in i. M enuru t
sis tem in i, u nda n g -u nda n g d ite tap kan seca ra lim ita tive a la t-a la t
buk ti m ana yang b o leh d ipaka i hak im . C ara -ca ra bagaimana
hakim menggunakan alat-alat bukti serta kekuatan pem bu k tian
dari a la t-a la t buk ti sede m ik ian rupa . Jika a la t-a la t bukti tersebut
telah dipakai secara sah seperti yang ditetapkan oleh undang-
undang, maka hakim harus menetapkan keadaan sah terbukti.
Menurut D. Simons, sistem pembuktian menurut undang-
undang positif ini berusaha untuk menyingkirkan semua
pertim ba n gan sub jek tif h ak im dan m en g ika t h uk u m seca ra ke ta t
menurut peraturan-peraturan pembuktian yang keras. Hati
nurani hakim tidak ikut hadir dalam menentukan salah tidaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
terdakwa. T e o ri in i u m u m n ya d ia n u t d i n e ga ra -ne ga ra E ro pa
pa da w a k tu b e rla k u n ya asas in k u isito r da la m acara p id an a .
H a k im d i sin i se o la h -o lah ha n ya be rsika p sebagai robot
pelaksana undang-undang yang tidak memiliki hati nurani.
Hakim hanya sebagai suatu alat pelengkap pengadilan saja
(Simons dalam Andi Hamzah, 2002 : 247).
4 . Negatief Wettelljke Stelsel (S istem pem b uk tian m enuru t
unda ng -un dang seca ra nega tif)
S iste m pe m b u k tia n in i m e ru p a ka n pe n g ga b u n g an a n ta ra
sistem pembuktian menurut undang undang secara positif dengan
sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim belaka. Sistem
pembuktian menurut undang-undang secara negatif merupakan
suatu sistem keseimbangan antara sistem yang saling bertolak
belakang secara ekstrim (M. Yahya Harahap, 2006 : 278).
Untuk menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa
menurut sistem pembuktian undang-undang secara negatif, dapat
dinyatakan terdapat dua komponen, yaitu :
1. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat
bukti yang sah menurut undang-undang.
2. Keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara dan
dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.
Sistem ini memadukan unsur “objektif” dan “subyektif”
dalam menentukan salah atau tidaknya terdakwa. Tidak ada yang
dominan diantara kedua unsur tersebut jika salah satu diantara dua
unsur itu tidak ada tidak cukup mendukung keterbuktian kesalahan
terdakwa.
Sistem pembuktian negatif sangat mirip dengan sistem
pembuktian Conviction in time (sistem pembuktian berdasarkan
keyakinan hakim saja) hakim dalam mengambil keputusan tentang
salah atau tidaknya seorang terdakwa terikat oleh alat bukti yang
ditentukan oleh undang-undang dan keyakinan (nurani) hakim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sendiri. Alat bukti yang telah ditentukan undang-undang tidak bisa
ditambah dengan alat bukti lain, serta berdasarkan alat bukti yang
diajukan di persidangan seperti yang ditentukan oleh undang-undang
belum bisa memaksa seorang hakim menyatakan terdakwa bersalah
telah melakukan tindak pidana yang didakwakan (Hari Sasangka dan
Lily Rosita, 2003 : 16).
Dalam perkembangannya selain sistem-sistem pembuktian di
atas, dalam teori modern dikenal juga sistem pembuktian terbalik
(omkeering van het bewujs theori), d im ana teo ri in i m em be ban kan
pem b uk tian k e pa da te rd ak w a . S iste m in i m u la i d igu n a ka n da la m
pe ru n da n g -undangan, khusus d i Ind onesia , an ta ra la in U nda n g
U n dan g N o m or 3 l Tahun 19 9 9 jo U nda n g -U n dan g N om o r 20
T a hu n 2 0 0 1 ten tan g pem beran tasan T in dak P idana K o ru psi da n
U n d a n g -U n d a n g N o m o r 1 5 T a h u n 20 0 2 jo Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2003 ten ta n g T indak P idana P encuc ian U an g .
Dilihat dari penjelasan sistem-sistem pembuktian diatas maka
dapat diambil kesimpulan bahwa sistem yang dianut Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana adalah sistem Negatief
WettelljkeStelsel (S iste m pem bu k tian m enuru t undan g -un dang
secara nega tif). D im ana d iliha t da ri pasal yang berkaitan dengan
pembuktian yaitu Pasal 183 KUHAP yang berbunyi :”Hakim tidak
boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Dimana dalam sistem
pembuktian ini, merupakan penggabungan antara sistem convictionin
time (sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim saja) dengan
positief wettelijk stelsel (sistem pembuktian menurut undang-undang
secara positif) (M. Yahya Harahap, 2006 : 280).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Prinsip minimum pembuktian
Prinsip minimum pembuktian adalah suatu prinsip yang
harus dipedomani dalam menilai cukup atau tidaknya alat bukti
membuktikan salah atau tidaknya terdakwa (M. Yahya Harahap,
2006 : 283). Artinya sampai “batas minimum” pembuktian mana
yang dapat dinilai cukup membuktikan kesalahan terdakwa. Dalam
menentukan minimum pembuktian tersebut tetap harus berpegang
pada Pasal 183 serta Pasal 184 ayat (1) KUHAP, dari rumusan Pasal
183 serta Pasal 184 ayat (1) KUHAP maka prinsip minimum
pembuktian yang dianggap cukup memadai untuk menurut sistem
pembuktian yang diatur dalam Pasal 183 KUHP yaitu :
a. Sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti yang sah, atau paling
minimum kesalahan terdakwa harus dibuktikan dengan dua alat
bukti yang sah.
b. Dengan demikian tidak dibenarkan dan dianggap tidak cukup
kesalahan terdakwa jika hanya dengan satu alat bukti saja. Pasal
183 tidak membenarkan pembuktian kesalahan terdakwa hanya
dengan satu alat bukti yang berdiri sendiri.
d. Asas-Asas dalam Pembuktian
Pembuktian didalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana dikenal adanya asas-asas sebagai pedoman yang harus
dipatuhi dalam pembuktian, yaitu diantaranya :
1. Pengakuan tidak melenyapkan kewajiban pembuktian, karena
pengakuan terdakwa tidak menghilangkan syarat minimum
pembuktian, jadi, meskipun terdakwa mengaku, penuntut umum
dan persidangan tetap wajib membuktikan kesalahan terdakwa
dengan alat bukti yang lain, karena yang dikejar adalah
kebenaran materiil (Pasal 189 ayat (4) KUHAP).
2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu
dibuktikan/notoire feiten (Pasal 184 ayat (2) KUHAP).
3. Menjadi saksi adalah kewajiban (Pasal 159 ayat (2) KUHAP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya
sendiri, sehingga hanya mengikat dirinya sendiri (Pasal 189 ayat
(3) KUHAP).
5. Satu saksi bukan saksi / unus testis nullus testis (Pasal 185 ayat
(2) KUHAP).
e. Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian
Alat bukti memegang peranan penting dalam pembuktian, Bukti
dalam pengertian sehari-hari merupakan segala hal yang
dipergunakan untuk meyakinkan pihak lain dimana macamnya tidak
terbatas asalkan bukti tersebut bisa meyakinkan pihak lain tetang
pendapat, peristiwa dan keadaan. Alat bukti adalah segala sesuatu yang
ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat
bukti te rsebu t, dapa t d ipe rg unakan sebaga i bahan pem buk tian
guna m en im b u lka n ke y ak inan hak im a tas kebe naran adan ya sua tu
tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa (Hari Sasangka dan Lily
Rosita, 2003 : 11).
Macam-macam alat bukti yang sah dalam Hukum Acara
Pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) Pasal 184 urut-urutan alat bukti itu adalah :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa.
Jadi keterangan saksi disini adalah alat bukti yang utama
karena seseorang didalam melakukan kejahatan tentu akan berusaha
menghilangkan jejaknya, sehingga dalam perkara pidana, pembuktian
akan di titikberatkan pada keterangan saksi.
Perluasan pengertian alat bukti yang sah dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sesuai dengan
perkembangan teknologi telah diatur dalam pasal 26 A Undang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu alat bukti
yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
188 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
khususnya untuk tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh dari :
1. Alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim,
diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau
yang serupa dengan itu dan;
2. Dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang
dilihat, dibaca, dan atau didengar, yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang
diatas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang
terekam secara elektronik yang berupa tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka atau perforasi yang
memiliki makna.
Berikut adalah penjelasan alat bukti yang sah dalam Hukum
Acara Pidana yang dirumuskan dalam Pasal 184 KUHAP Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu :
a. Keterangan Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang
suatu perkara yang ia dengar, ia lihat dan ia alami sendiri (Pasal
1 angka 26 KUHAP). Sedangkan pengertian keterangan saksi
sebagai alat bukti adalah salah satu alat bukti yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri dengan menyebut
alasan dari pengetahuannya itu (Pasal 1 angka 27 KUHAP). Pada
umumnya, alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang
paling utama dalam perkara pidana, dapat dikatakan tidak ada
perkara pidana yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan
saksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Agar keterangan saksi mempunyai nilai dan kekuatan
pembuktian atau the degree of evidence maka harus memenuhi
beberapa pokok ketentuan, yaitu :
1) Harus mengucapkan sumpah atau janji
Dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP dikatakan bahwa
sebelum memberikan keterangan, saksi wajib mengucapkan
sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing,
bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya
dan tidak lain dari yang sebenarnya. Seorang saksi yang
menolak bersumpah atau berjanji tidak dianggap sebagai
alat bukti, melainkan hanya sebagai keterangan yang
menguatkan keyakinan hakim sesuai dengan ketentuan
Pasal 1 angka 27 KUHAP.
2) Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti
Berdasarkan Pasal 1 angka 27 KUHAP, keterangan
saksi dianggap bernilai sebagai alat bukti dalam perkara
pidana ialah keterangan saksi mengenai suatu peristiwa
pidana:
a. yang saksi lihat sendiri,
b. saksi dengan sendiri,
c. saksi alami sendiri dan;
d. menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu.
3) Keterangan saksi harus diberikan di persidangan
Saksi dapat dinilai sebagai alat bukti sesuai dengan
Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang berbunyi :”Keterangan
saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan”. Keterangan saksi yang dinyatakan
diluar sidang pengadilan (outside the court) bukan alat
bukti, tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan
kesalahan terdakwa meskipun hakim, jaksa penuntut umum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
terdakwa atau penasehat hukum ada mendengar keterangan
seseorang yang berhubungan dengan peristiwa pidana yang
sedang diperiksa, Keterangan yang demikian tidak dapat
dinilai sebagai alat bukti karena itu tidak dinyatakan di
persidangan.
4) Keterangan satu saksi saja tidak dianggap tidak cukup
Hal ini terdapat dalam Pasal 185 ayat (2) KUHAP
yang berbunyi :”Keterangan seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap
perbuatan yang didakwakan kepadanya”. Meskipun
keterangan saksi tunggal itu sedemikian jelasnya, tetapi
terdakwa tetap mungkir serta kesaksian tunggal itu tidak
dicukupi dengan alat bukti lain, kesaksian ini harus
dinyatakan tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian
atas alasan unus testis nullus testis. Apabila jika terdakwa
memberikan keterangan yang mengakui kesalalahan yang
didakwakan kepadanya. Maka dalam hal ini seorang saksi
sudah cukup membuktikan keslahan terdakwa, karena
disamping keterangan saksi tunggal itu telah dicukupi alat
bukti keterangan terdakwa. Tetapi dalam pemeriksaan acara
cepat, keyakinan hakim cukup didukung oleh satu alat bukti
yang sah seperti yang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP.
5) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri
Masih sering terjadi kekeliruan dimana ada pendapat
yang beranggapan dengan adanya beberapa saksi dianggap
keterangan saksi yang banyak itu telah cukup membuktikan
kesalahan terdakwa. Tetapi pendapat tersebut keliru
sekalipun saksi yang dihadirkan dan didengar
keterangannya di sidang pengadilan secara “kuantitatif”
telah melampui batas minimum pembuktian, belum tentu
keteranagan mereka secara “kualitatif” sebagai alat bukti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang sah membuktikan kesalahan terdakwa. Tidak ada
gunanya menghadirkan saksi yang banyak jika secara
kualitatif keterangan mereka saling berdiri sendiri tanpa
adanya saling hubungan antara yang satu dengan yang lain
yang dapat mewujudkan suatu kebenaran akan adanya
kejadian atau keadaan tertentu.
Satu keterangan saksi yang berdiri sendiri tidak dapat
membuktikan seluruh dakwaan, tetapi satu keterangan saksi
dapat membuktikan suatu keadaan tersendiri (Andi Hamzah
2002 : 161). Pendapat D. Simons tersebut sejalan dan tidak
bertentangan dengan Pasal 185 ayat (2) dan Pasal 185 ayat (4)
KUHAP. Jika satu keterangan saksi berdiri sendiri dipakai
sebagai bukti untuk suatu keadaan atau suatu unsur delik.
Nilai Kekuatan Pembuktian yang melekat pada
Keterangan Saksi sebagai alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu :
1) Mempunyai kekuatan pembuktian bebas.
Pada alat bukti kesaksian “tidak melekat sifat
pembuktian yang sempurna” (volledig bewijskracht), dan
juga tidak melekat di dalamnya sifat kekuatan pembuktian
yang mengikat dan menentukan (beslissende bewijskracht).
Tegasnya, alat bukti kesaksian sebagai alat bukti yang sah
mempunyai nilai kekuatan pembuktian “bebas”. Oleh
karena itu, alat bukti kesaksian sebagai alat bukti yang sah,
tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan
juga tidak memiliki kekuatan pembuktian yang
menentukan. Atau dapat dikatakan bahwa alat bukti
kesaksian sebagai alat bukti yang sah adalah bersifat bebas
dan “tidak sempurna” dan tidak “menentukan” atau”tidak
mengikat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Nilai kekuatan pembuktiannya tergantung pada penilaian
hakim.
Alat bukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang
bebas yang tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian
yang sempurna dan tidak menentukan, sama sekali tidak
mengikat hakim. Hakim bebas untuk menilai kesempurnaan
dan kebenarannya. Tergantung pada penilaian hakim untuk
menganggapnya sempurna atau tidak. Tidak ada keharusan
bagi hakim untuk menerima kebenaran setiap keterangan
saksi. Hakim bebas menilai kekuatan atau kebenaran yang
melekat pada keterangan itu, dan “dapat menerima” atau
“menyingkirkannya” (M. Yahya Harahap, 2006 : 294-295).
b. Keterangan Ahli
P a sa l 1 a n g k a 2 8 K U H A P d ise b u tk a n k e te ra n g a n a h li
a da la h ke te ran gan yan g d iberikan o leh se seoran g yan g
m em ilik i keah lian k h u su s ten tan g h a l yan g d ip erlu k an
u n tu k m e m b u a t te ra n g su a tu p e rk a ra p id a n a g u n a
k e p e n tin g a n pem erik saan . S edan gkan da lam P asa l 18 6
K U H A P d isebu tkan K e te ran ga n ah li ia lah a pa ya n g se o ra n g
ah li n ya takan d i s ida n g p en gad ila n .
P erlu d ip e rha tika n b ah w a K U H A P m e m be da ka n
ke te ran gan seoran g ah li d i pen gad ilan sebag a i a la t bu k ti
“ke te rangan ah li” (P asa l 186 K U H A P ) dan k e te rangan ah li
sec a ra te rtu lis d i lua r s ida n g pe n ga d ila n se ba ga i a la t b u k ti
“su ra t” . A pab ila ke te rang an d ib e rikan pada w ak tu
p e m erik aa n o le h p e n y id ik a ta u p e n u n tu t u m u m , y a n g
d ituangkan da lam sua tu ben tuk lapo ran , dan d ibua t de n g a n
m e n g in g a t su m p a h se w a k tu ia m e n e rim a ja b a ta n a tau
pekerjaan , m aka ke te rangan ah li te rsebu t sebaga i a la t b u k ti
su ra t. C o n to h ya n g pa lin g ba ik m e n ge na i ke d u a ha l te rseb u t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dia ta s ada lah “visum et repertum” yan g d ib ua t o le h se o ra n g
d o k te r.
Nilai Kekuatan Pembuktian yang melekat pada
Keterangan Ahli sebagai alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu :
1) Mempunyai nilai kekuatan pembuktian “bebas” atau “vrij
bewijskracht”. Di dalam dirinya tidak ada melekat nilai
kekuatan pembuktian yang sempurna dan menentukan.
Terserah pada penilaian hakim. Hakim bebas menilainya
dan tidak terikat kepadanya. Tidak ada keharusan bagi
hakim untuk mesti menerima kebenaran keterangan ahli
yang dimaksud. Akan tetapi, hakim dalam menggunakan
wewenang kebebasan dalam penilaian pembuktian, harus
benar-benar bertanggung jawab, atas landasan moral demi
terwujudnya kebenaran sejati dan demi tegaknya hukum
serta kepastian hukum.
2) Di samping itu, sesuai dengan prinsip minimum pembuktian
yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP, keterangan ahli yang
berdiri sendiri saja tanpa didukung oleh salah satu alat bukti
yang lain, tidak cukup dan tidak memadai membuktikan
kesalahan terdakwa. Apalagi jika Pasal 183 KUHAP
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 185 ayat (2), yang
menegaskan, seorang saksi saja tidak cukup untuk
membuktikan kesalahan terdakwa. Prinsip ini pun, berlaku
untuk pembuktian keterangan ahli. Bahwa keterangan
seorang ahli saja tidak cukup untuk membuktikan kesalahan
terdakwa. Oleh karena itu, agar keterangan ahli dapat
dianggap cukup membuktikan kesalahan terdakwa harus
disertai dengan alat bukti yang lain (M. Yahya Harahap,
2006 : 304-305).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Surat
Surat adalah segala sesuatu yang mengandung tanda-
tanda bacaan yang dapat dibaca, dimengerti, dimaksud untuk
mengeluarkan isi pikiran (Sudikno Mertokusumo, 2006 : 100).
Seperti alat bukti keterangan saksi dan alat bukti keterangan
ahli, alat bukti surat ini pun hanya diatur dalam satu pasal saja,
yaitu Pasal 187 KUHAP. Menurut ketentuan ini, suatu surat
yang dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah menurut Undang-
Undang, yaitu:
1) surat yang dibuat atas sumpah jabatan,
2) surat yang dikuatkan dengan sumpah.
Kemudian pasal itu sendiri telah memperinci secara luas
bentuk-bentuk surat yang dapat dianggap mempunyai nilai
sebagai alat bukti, yaitu :
1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat
dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian
atau keadaan dilihat atau dialaminya sendiri, disertai dengan
alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu.
2) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu
hal atau sesuatu keadaan.
3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya menenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
4) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
Nilai Kekuatan Pembuktian yang melekat pada Surat
sebagai alat bukti dalam Pasal 184 KUHAP Kitab Undang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu :
1) Ditinjau dari segi formal
Ditinjau dari segi formal, alat bukti surat yang
disebut pada Pasal 187 huruf a, b, dan c adalah alat bukti
yang sempurna. Karena bentuk surat-surat yang disebut
didalamnya dibuat secara resmi menurut formalitas yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dengan
dipenuhinya ketentuan formal dalampembuatannya serta
dibuat dan berisi keterangan resmi dari seorang pejabat
yang berwenang, dan pembuatan serta keterangan yang
terkandung dalam surat dibuat atas sumpah jabatan maka
ditinjau dari segi formal alat bukti surat seperti yang disebut
pada Pasal 187 huruf a, b, dan c adalah alat bukti yang
bernilai “sempurna”. Oleh karena itu, alat bukti surat resmi
mempunyai nilai pembuktian formal yang sempurna.
2) Ditinjau dari segi materiil
Dari sudut materiil, semua bentuk alat bukti surat
yang disebut dalam Pasal 187,”bukan alat bukti yang
mempunyai kekuatan mengikat”. Pada diri alat bukti surat
itu tidak melekat kekuatan pembuktian yang mengikat.
Nilai kekuatan pembuktian alat bukti surat, sama halnya
dengan nilai kekuatan pembuktian keterangan saksi dan
keterangan ahli, sama-sama mempunyai nilai kekuatan
pembuktian yang bersifat bebas. Hakim bebas untuk
menilai kekuatan pembuktiannya.
d. Petunjuk
Yang dimaksud dengan petunjuk adalah suatu kejadian-
kejadian atau keadaan atau hal lain, yang keadaannya dan
persamaannya satu sama lain maupun dengan peristiwa itu
sendiri, nyata menunjukkan, bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana (Moch. Faisal Salah, 2001: 300).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pasal 188 ayat (1 ) K U H A P m e n g a ta ka n ba h w a
pe tu n ju k a da lah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain maupun
dengan tindak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pe laku nya . D alam aya t
se lan ju tnya d iseb u tka n bahw a pe tu n juk seba ga im ana
d im ak su d da la m a ya t (1 ) han ya dapa t d ipe ro leh da ri
ke te rangan sak si, su ra t a tau ke te rangan te rdak w a . A pa b ila a la t
b u k ti y an g m e n ja d i su m ber da ri pe tu n ju k tid ak a da dalam
persidangan pengadilan, maka dengan sendirinya tidak akan ada
alat bukti petunjuk.
Nilai Kekuatan Pembuktian yang melekat pada Petunjuk
sebagai alat bukti dalam P asa l 184 KUHAP Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu :
1) Hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian yang
diwujudkan oleh petunjuk, oleh karena itu, hakim bebas
menilai dan mempergunakannya sebagai upaya pembuktian,
2) Petunjuk sebagai alat bukti, tidak bisa berdiri sendiri
membuktikan kesalahan terdakwa, dia tetap terikat kepada
prinsip batas minimum pembuktian. Oleh karena itu, agar
petunjuk mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang
cukup, harus didukung dengan sekurang kurangnya satu alat
bukti yang lain (M. Yahya Harahap, 2006 : 317).
e. Keterangan Terdakwa
Dalam Pasal 1 angka 15 terdakwa adalah seorang
tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang
pengadilan. Sedangkan keterangan terdakwa adalah apa yang
terdakwa nyatakan di depan sidang pengadilan tentang perbuatan
yang telah ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau ia alami
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Bertitik tolak dari tujuan mewujudkan kebenaran sejati
mendekati kebenaran materiil, undang-undang tidak dapat
menilai keterangan atau pengakuan terdakwa sebagai alat bukti
yang memiliki nilai pembuktian yang sempurna, mengikat dan
menentukan
Nilai Kekuatan Pembuktian yang melekat pada
Keterangan Tredakwa sebagai alat bukti dalam Pasal 184
KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
yaitu:
1) Sifat nilai kekuatan pembuktian adalah bebas
Hakim tidak terikat pada nilai kekuatan pembuktian alat
bukti keterangan terdakwa. Dia bebas untuk menilai
kebenaran yang terkandung di dalamnya. Hakim dapat
menerima atau menyingkirkannya sebagai alat bukti dengan
jalan mengemukakan alasan-alasannya.
2) Harus memenuhi batas minimum pembuktian
Hakim harus memperhatikan ketentuan yang dirumuskan
pada Pasal 189 ayat (4), yang menentukan “keterangan
terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia
bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang
lain”. Dari ketentuan ini jelas dapat disimak keharusan
mencukupkan alat bukti keterangan terdakwa dengan
sekurang-kurangnya satu lagi alat bukti yang lain, baru
mempunyai nilai pembuktian yang cukup.
3) Harus memenuhi asas keyakinan hakim
Asas keyakinan hakim harus melekat pada putusan yang
diambilnya sesuai dengan sistem pembuktian yang dianut
Pasal 183 KUHAP adalah :”pembuktian menurut undang-
undang secara negatif”. Artinya di samping dipenuhi batas
minimum pembuktian dengan alat bukti yang sah maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dalam pembuktian yang cukup tersebut harus dibarengi
dengan keyakinan hakim bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.
2. Tinjauan Tentang Korupsi
a. Pengertian Korupsi
Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat dijumpai
dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap negara
dihadapkan pada masalah korupsi. Tidak berlebihan jika pengertian
korupsi selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan
zaman.
Mengenai asal usul perkataan korupsi tersebut yakni dan
bahasa latin “Corruptio” atau “Corruptus”. Dari bahasa latin lalu
diturunkan dalam bahasa Inggris sebagai “Corruption”, “Corrupt”,
dan menurut bahasa Belanda “Corruptie” yang selanjutnya menurut
bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “Korupsi”.
Arti harfiah dan kata corrupt sebagaimana ditemukan dalam
The Lexion Webster Dictionary diartikan kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian (The Lexion Webster Dictionary, 1978
: 76), sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Korupsi
adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 462).
Menurut Transparency Internasional, Korupsi adalah perilaku
pejabat publik, maupun politikus atau pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengan dirinya, dengan cara menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Korupsi termasuk dalam tindak pidana khusus diatur dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
mempunyai kekhususan atau keistimewaan antara lain :
1) Unsur “secara melawan hukum” mencakup perbuatan melawan
hukum dalam arti formil dan dalam arti materiil, artinya
meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan
perundang-undangan, manun jika perbuatan tersebut dianggap
tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-
norma kehidupan social dalam masyarakat, maka perbuatan
tersebut dapat dipidana. (penjelasan Pasal 2 ayat (1)).
2) Percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana melakukan delik selesai/delik sui generis
(Pasal 15).
3) Perampasan barang bukti diperluas tidak hanya hal-hal yang
ditentukan oleh Pasal 39 KUHAP (Pasal 18).
4) Jika Penyidik tidak menemukan cukup bukti, sedangkan secara
nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka Penyidik
segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan kepada
Jaksa Pengacara Negara atau kepada instansi yang dirugikan
untuk melakukan gugatan perdata (Pasal 32).
5) Pembebasan dari kewajiban menjadi saksi dibatasi hanya
terhadap mereka yang mempunyai hubungan keluarga dalam
garis lurus ke atas dan ke bawah, saudara kandung dan istri atau
suami (Pasal 35).
6) Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta
bendanya, harta benda keluarganya dan setiap orang atau
korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara
yang bersangkutan (Pasal 37 ayat (3)).
7) Terdakwa berhak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan
tindak pidana korupsi, tanpa mengurangi kewajiban Penuntut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Umum untuk membuktikan kesalahan terdakwa (Pasal 37 ayat
(1)).
8) Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah dan tidak hadir di
persidangan tanpa alasan yang sah, maka perkara dapat
diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya/in absentia (Pasal 38).
Menurut ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa hak-hak seorang terdakwa berdasarkan asas
praduga bersalah terasa agak di kurangi, alasan yang dipergunakan
oleh pembentuk undang-undang adalah karena sulitnya pembuktian
perkara korupsi dan bahaya yang di akibatkan oleh perbuatan
korupsi tersebut.
Sesuai dengan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menyebutkan
“penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara
pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
ini”, dengan demikian sifat hukum acara dalam pembuktian tindak
pidana korupsi bersifat lex specialis derogat lex generalis terhadap
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
3. Tinjauan Tentang Saksi Mahkota
Perdebatan kontroversial tentang saksi mahkota (kroongetuide)
dalam due-process of law telah lama terjadi, sebenarnya saksi mahkota
hanyalah istilah yang digunakan untuk menyebut saksi yang juga
berkedudukan sebagai terdakwa dalam tindak pidana penyertaan.
Perdebatan itu muncul dikarenakan adanya dua Yurisprudensi
yang berbeda mengenai penggunaan saksi mahkota, berdasarkan pada
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 1986 K/Pid/1989 tanggal 21
Maret 1990 yang menjelaskan penggunaan saksi mahkota dibenarkan
didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yaitu dalam perkara delik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
penyertaan, terdapat kekurangan alat bukti, diperiksa dengan mekanisme
pemisahan (splitsing). serta apabila dalam perkara pidana bentuk
penyertaan tersebut masih terdapat kekurangan alat bukti, khususnya
keterangan saksi hal ini tentunya bertujuan agar terdakwa tidak terbebas
dari pertanggung jawabannya sebagai pelaku perbuatan pidana. Dalam
Yurisprudensi disebutkan saksi mahkota adalah teman terdakwa yang
melakukan tindak pidana be rsam a-sam a, d ia jukan sebaga i sak si
un tuk m em buk tikan d ak w aa n jak sa p e n u n tu t u m u m . T e tap i da lam
perkem bangann ya muncul Putusan Mahkamah Agung RI No.
1174/K/Pid/1994 tanggal 3 Mei 1995, Putusan Mahkamah Agung RI No.
1590/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 dan Putusan Mahkamah Agung RI
No. 1592/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 yang menjelaskan bahwa
pemecahan terdakwa menjadi saksi mahkota terhadap terdakwa lainnya
secara yuridis adalah bertentangan dengan Hukum Acara Pidana yang
menjunjung tinggi prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM)
(Muhammad Rustamaji, 2011 : 86).
M e n u ru t S e tiy o n o d a lam a rtike l E K S IS T E N S I S A K S I
MAHKOTA SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PIDANA
walaupun tidak diberikan suatu definisi otentik dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana mengenai sak si m ahk o ta . B erdasa rkan
perspek tif em p irik m aka saksi mahkota didefinisikan sebagai saksi yang
berasal atau diambil dari sa lah seo ran g te rsan gka a tau te rdak w a la in n ya
ya n g be rsam a-sam a melakukan perbuatan pidana, dan kepada saksi
tersebut diberikan mahkota. Adapun mahkota yang diberikan kepada saksi
yang berstatus terdakwa tersebut adalah dalam bentuk ditiadakan
penuntutan terhadap perkaranya atau diberikannya suatu tuntutan yang
sangat ringan apabila perkaranya dilimpahkan ke pengadilan atau
dimaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Menurut Loebby
Loqman, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan saksi mahkota adalah
kesaksian sesama terdakwa, yang biasanya terjadi dalam peristiwa
penyertaan (www. MMS Consulting Advocates & Counselorsat Law -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
EKSISTENSI SAKSI MAHKOTA SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
PERKARA PIDANA.htm).
Jika dicermati lebih mendalam apabila penggunaan saksi mahkota
dipaksakan dalam praktek peradilan akan terjadi bentuk-bentuk
pelanggaran sebagai berikut :
a. Bahwa saksi mahkota pada esensinya adalah berstatus sebagai
terdakwa. Karena sebagai terdakwa ia mempunyai hak untuk diam
atau bahkan hak untuk memberikan jawaban yang bersifat ingkar
atau bohong. Hal ini sebagai konsekwensi yang melekat akibat tidak
diwajibkannya terdakwa untuk bersumpah dalam memberikan
keterangan. Pasal 66 KUHAP juga mengatur bahwa terdakwa tidak
dibebani pembuktian.
b. Bahwa terdakwa tidak dikenakan kewajiban untuk bersumpah maka
terdakwa bebas untuk memberikan keterangannya di persidangan.
Sebaliknya, dalam hal terdakwa diajukan sebagai saksi mahkota
tentunya terdakwa tidak dapat memberikan keterangan secara bebas
karena terikat dengan sumpah. Kosekuensi terhadap pelanggaran
sumpah ini adalah ia bisa diancam melanggar Pasal 242 KUHPidana.
Adanya keterikatan dengan sumpah tersebut tentunya akan
menimbulkan tekanan psikologis bagi terdakwa karena ia tidak dapat
menggunakan haknya untuk ingkar atau berbohong. Oleh karena itu,
pada hakikatnya kesaksian yang diberikan saksi mahkota tersebut
disamakan dengan pengakuan yang didapat dengan menggunakan
kekerasan dalam hal ini kekerasan psikis. Sehubungan dengan status
tersebut, maka secara teoretik akan mengalami tekanan a tau
se tidak -tidak nya tekanan p sik is, seh in gga ke te rangannya da pa t
d irag u k an se rta a pa b ila d i pe rsida n ga n sa k si-sa k si te rse b u t
sem ua n ya m e n ca b u t ke te ra n ga n ya n g te rm ua t da la m B e rita
A ca ra P e m erik saa n , ba ik ke te ran gan se ba ga i saksi m au pu n
te rdak w a , seh in gga hakim tidak memperoleh kebenaran Berita Acara
Pemeriksaan Penyidik (Lilik Mulyadi, 2007 : 45).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. Bahwa sebagai pihak yang bersatus sebagai terdakwa walaupun
dalam perkara lainnya berperan sebagai saksi maka pada prinsipnya
keterangan yang diberikan oleh terdakwa atau saksi mahkota hanya
dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan dalam Pasal 185 ayat (3) KUHAP.
d. Bahwa seringkali keterangan terdakwa dalam kapasitasnya sebagai
saksi mahkota yang terikat oleh sumpah digunakan sebagai dasar
alasan untuk membuktikan kesalahan terdakwa dalam perkaranya
sendiri apabila terdakwa berbohong. Hal ini tentunya bertentangan
dan melanggar asas non-self incrimination (Setiyono, 2008).
Apabila dicermati penggunaan dan pengajuan saksi mahkota
merupakan hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip peradilan yang
adil dan tidak memihak (fair trial) dan juga merupakan pelanggaran
terhadap kaidah HAM sebagaimana dikenal dalam KUHAP sebagai
instrumen nasional maupun International Covenant on Civil and
Political Rights (ICCPR).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
P ada saa t te rjad i tindak p idana k o rup si se sua i yang d ia tu r da lam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang d ilakukan o leh
Tindak Pidana Korupsi
Pembuktian di Pengadilan
Keterbatasan Alat bukti
Penggunaan Saksi Mahkota
Nilai Kekuatan Pembuktiandalam Putusan hakim
Pasal 183 KUHAP
Diatur dalamPutusan MA RI No.1986 K/Pid/1989
Dilarang dalamPutusan MA RINo.1174 K/Pid/1994,No.1592K/Pid/1995danNo.1592/K/Pid/1995
Tidak diaturdalam KUHAP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pejaba t-pe jaba t pem erin tahan a tau sua tu ko rpo rasi d im ana pe lakunya leb ih
dari seo rang , m aka penanganan pe rk a ra d a la m p ersid a n g a n a d a la h d e n g a n
p e m b u k tia n pa d a p ro se s d i pe ngad ilan . S eba ga im ana ke ten tuan da lam P asa l
183 K U H A P , bah w a “H ak im tidak bo leh m en ja tuh kan p idana kepada
se se o ra n g k ec u a li a p a b ila d e n g a n se k u ra n g k u ra n g n y a d u a a la t b u k ti ya n g
sa h” da n P a sa l 1 8 4 K U H A P , ba h w a a la t b u k ti ya n g sa h ialah : ke te ra n g a n
sa k si, ke te ra n g a n a h li, su ra t, p e tu n ju k , ke te rangan te rdak w a .
T in d a k p id a n a k o ru p si m e ru p a k a n tin d a k p id a n a y a n g su lit d a la m
p e m b u k tia n n y a , k are n a se rin g te rja d i k e k u ra n g a n a la t b u k ti. D a la m h a l in i
se rin g m u n c u l y a n g d in a m a k a n sa k si m a h k o ta . S a k si m a h k o ta ad a lah adalah
teman terdakwa yang melakukan tindak pidana bersam a-sam a, d ia jukan sebaga i
sak si u n tu k m em buktikan d a k w aa n jak sa p e n u n tu t u m u m , dan saksi mahkota
ini hanya ada dalam perkara pidana yang merupakan delik penyertaan ya n g
be rka s pe rk a ra n ya d ip isah ka re na kurangnya alat bukti. P en ga tu ran m en gena i
peng gu naan dari saksi m ahko ta send iri tidak d ia tu r seca ra tegas da lam
K U H A P . T e tap i d ia tu r da lam P u tusan M ahkam ah A gung N o . 198 6
K /P id /1 98 9 yang m em perb o leh kan pen gg un aan sak si M ahk o ta , te tap i da lam
perkem ban gann ya ke lua r P u tu sa n M ah kam ah A gun g RI No : 1174/K/Pid/1994
tanggal 3 Mei 1995, Putusan Mahkamah Agung RI No : 1590/K/Pid/1995 tanggal
3 Mei 1995 dan Putusan Mahkamah Agung RI No : 1592/K/Pid/1995 tanggal 3
Mei 1995 da lam pu tu san in i tidak d ipe rb o leh kann ya p en g g u n aan sak si m ah k o ta
d a lam p em b u k tian p erk ara p id an a ka re na m e lan g ga r ha k a sa si te rda k w a .
D alam prak teknya m asih se rin g d ig u n ak an n y a sak si m ah k o ta da lam
p em b u k tian d ip en g ad ilan m e sk ip u n tida k a da da sa r h u k um ya n g k ua t
m engena i peng gu naan sak si m ahk o ta te rsebu t. U n tu k m e ne n tu k a n k e k ua ta n
pe m b u k tia n da ri sa k si m a h k o ta in i te rga n tu n g d ari p e rtim b a n g a n m aje lis
h a k im y a n g te rm u a t d a la m p u tu sa n , a p a b ila h a k im m e n g a n g g a p sa k s i
m a h k o ta te la h d in y a takan sah u n tu k d ip erik sa seb ag a i sak si seh in g g a
ke te rangannya dapa t d ipe rgu nakan .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kasus Posisi
Pada hari Selasa tanggal 7 Pebruari 2006 sampai dengan tanggal 20
Februari 2006 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam Bulan Februari
Tahun 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam Tahun 2006,
bertempat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Jalan Ki Hajar Dewantoro
XII Jebres Surakarta atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, terdakwa Drs.
AMBAR KUATO selaku Ketua Tim Pemeriksa Verifikasi Dana Askeskin
pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta berdasarkan Surat Tugas
Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal 02 Januari 2006 secara bersama sama
dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH yang keduanya sebagai
Anggota Tim Pemeriksa Verifikasi Dana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta (yang dilakukan penuntutan secara terpisah) dan juga
bersama dengan dr. Siti Nuraini Arief, .Sp.Kj binti Munadji, dr.Dwi Priyo
Hartono, SpKj, dr. Rukma Astuti dan dr. Hendrina A.K, SpKj (yang
perkaranya sudah disidangkan) secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan Negara atau Perekonomian Negara.
2. Identitas Terdakwa
Nama lengkap :: Drs. AMBAR KUATO
Tempat lahir :: Purwokerto
Umur/tgl lahir :: 58 tahun / 28 Mei 1952
Jenis kelamin :: Laki-laki
Kebangsaan :: Indonesia
Tempat tinggal :: Kompleks Departemen Kesehatan RI Jl. Iman
Bonjol No. 9 Karawaci Tangerang Banten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Agama :: Islam
Pekerjaan :: Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Departemen
Kesehatan RI
Pendidikan :: S-1
3. Dakwaan
KESATU
PRIMAIR
Bahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO selaku Ketua Tim PemeriksaVerifikasi Dana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakartaberdasarkan Surat Tugas Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan RepublikIndonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal 02 Januari 2006 secarabersama sama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH yangkeduanya sebagai Anggota Tim Pemeriksa Verifikasi Dana Askeskin padaRumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (yang dilakukan penuntutan secaraterpisah) dan juga bersama dengan dr. Siti Nuraini Arief, .Sp.Kj binti Munadji,dr.Dwi Priyo Hartono, SpKj, dr. Rukma Astuti dan dr. Hendrina A.K, SpKj(yang perkaranya sudah disidangkan) sebagai orang yang melakukan, atauturut serta melakukan pada hari Selasa tanggal 7 Pebruari 2006 sampai dengantanggal 20 Februari 2006 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam BulanFebruari Tahun 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam Tahun 2006,bertempat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Jalan Ki Hajar DewantoroXII Jebres Surakarta atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masihtermasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, secara melawan hukummelakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatukoorporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau PerekonomianNegara, perbuatan terdakwa tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bermula dari adanya surat Departemen Kesehatan RI Direktorat JenderalPelayanan Medik Nomor : PR.03.02.1.1.4060 tertanggal 16 September 2005perihal Permintaan isian Form Verifikasi RS/BP4/BKMM yang salah satuitemnya berupa daftar isian pengajuan dana penggantian defisit ProgramKompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM)Bidang Kesehatan Tahun 2004 yang ditujukan kepada pihak Rumah SakitJiwa Daerah (RSJD) Surakarta. Atas surat dari Direktur Jenderal PelayananMedik DEPKES RI tersebut, meskipun di RSJD Surakarta tidak mengalamidefisit dalam pengelolaan dana Program Kompensasi Pengurangan SubsidiBahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan (PKPS BBM Bid Kes) tetapi Wakil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Direktur Adminstrasi dan Keuangan RSJD Surakarta Dr. DWI PRIYOHARTONO Sp.Kj. atas nama Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakartadengan surat nomor : 460/3414/10/2005 tanggal 11 Oktober 2005mengusulkan defisit penggantian dana untuk PKPS BBM Bid Kes tahun2004 sebesar Rp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empatjuta lima ratus lima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah) kepada MenteriKesehatan RI di Jakarta untuk pelayanan kesehatan pasien miskin di RSJDSurakarta dengan cara yang tidak benar, yaitu memasukkan data pasienmiskin yang sudah dirawat dari tanggal 27 Nopember 2002 s/d 31 Desember2002, tanggal 1 Januari 2003 s/d 31 Desember 2003, tanggal 1 September2004 s/d 31 Desember 2004 dengan pembiayaan APBD Propinsi JawaTengah yang diusulkan kembali untuk mendapatkan penggantian danadefisit dari PKPS BBM tahun 2004.
Bahwa pengajuan penggantian dana defisit PKPS BBM Bid Kes Tahun2004 yang diajukan oleh Dr. DWI PRIYO HARTONO Sp.Kj atas namaDirektur RSJD Surakarta tersebut kemudian disetujui oleh MenteriKesehatan RI dengan Surat Keputusan Nomor : 02/Menkes/ SK/I/2006tanggal 4 Januari 2006 tentang penggantian defisit dana ProgramKompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM)Bidang Kesehatan untuk Pelayanan Pasien Miskin tahun 2004, yangmenyebutkan bahwa RSJD Surakarta mendapatkan dana sebesarRp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empat juta lima ratuslima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah). Untuk mencairkan danatersebut diperlukan data pendukung berupa data jumlah pasien miskin yangtelah dilayani oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telahdiverifikasi oleh Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal Departemen KesehatanRepublik Indonesia (Itjen Depkes RI).
Bahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO selaku Ketua Tim PemeriksaVerifikasi Dana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yangtelah mendapatkan surat tugas dari Inspektorat Jenderal DepartemenKesehatan Republik Indonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal02 Februari 2006 dengan tugas untuk melakukan pemeriksaan verifikasidana askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta di lingkunganDinas Kesehatan propinsi Jawa Tengah dan menyusun Laporan HasilPelaksanaan Tugas tersebut.
Bahwa atas dasar Surat Tugas dari Inspektorat Jenderal DepartemenKesehatan Republik Indonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal02 Februari 2006 tersebut pada sekitar tanggal 7 Pebruari 2006 sampaidengan tanggal 20 Februari 2006, terdakwa Drs. AMBAR KUATObersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH datang ke RSJDSurakarta dengan tugas untuk melakukan verifikasi data pendukung usulanpengajuan dana penggantian defisit PKPS BBM Bidang Kesehatan Tahun2004 sebagaimana yang telah diusulkan sebelumnya oleh dr. Dwi PriyoHartono Sp.KJ selaku Wadir Administrasi dan Keuangan RSJD Surakarta.
Bahwa dalam melaksanakan tugas verifikasi di RSJD Surakarta yaitupengecekan data-data pendukung yang diberikan oleh pihak RSJD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Surakarta, terdakwa selaku Ketua Tim Verifikasi bertugas mengkoordinirdan memantau kerja anggota Tim (yaitu ADI BUNTARAN, SH. danNAMAN, SH.).
Bahwa pada saat itu terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama dengan ADIBUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi Itjen Depkes RImelakukan Verifikasi telah bersama-sama dengan dr. Siti Nur Aini AriefSp.KJ., dr. Rukma Astuti dan dr. Hendrina AK, Sp. Kj membuat rekapandata pasien miskin yang telah ditangani RSJD Surakarta yang ternyata tidakbenar yaitu :1. Data nama-nama pasien miskin yang telah dibayarkan atau dibiayai oleh
anggaran APBD Propinsi Jawa Tengah tahun 2002, tahun 2003 dantahun 2004,
2. Data pasien miskin yang mendapat keringanan biaya pengobatan sampaidengan 50% (lima puluh persen) yang seharusnya tidak berhakmendapatkan biaya PKPS BBM Bid Kes selaku pasien miskin, yaitu :
N
O.
BULAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
UANGGAKI
N
JUMLA
H Rp
GAKI
N
HAR
I
JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Nopember2
002
175
org
4.777.80
0
14
org
673 21.735.789 26.513.589
2. Desember2
002
186
org
5.276.37
5
103
org
4.94
9
162.437.26
0
167.713.63
5
3. Januari
2003
192
org
5.564.02
5
114
org
4.66
5
161.040.51
5
166.604.54
0
4. Pebruari
2003
171
org
4.959.79
5
89
org
3.48
5
118.572.89
0
123.532.68
5
5. Maret 2003 214
org
6.160.69
0
125
org
5.28
4
174.506.30
0
180.666.99
0
6. April 2003 222
org
6.415.45
8
119
org
5.17
0
173.495.45
0
179.910.90
8
7. Mei 2003 194
org
5.505.16
0
97
org
3.40
6
114.464.01
5
119.969.17
5
8. Juni 2003 220 6.101.57 111 3.88 144.398.76 150.500.33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
org 5 org 7 0 5
9. Juli 2003 232
org
6.700.51
0
94
org
3.28
0
117.436.50
0
124.137.01
0
10. Agustus
2003
228
org
6.367.40
5
99
org
4.12
7
138.082.40
0
144.449.80
5
11. September2
003
211
org
6.175.49
0
123
org
4.37
9
147.081.40
0
153.256.89
0
12. Oktober
2003
224
org
6.287.14
5
128
org
4.45
9
150.398.80
0
156.685.94
5
13. Nopember2
003
187
org
5.374.99
0
101
org
3.64
1
115.423.71
5
120.798.70
5
14. Desember
2003
240
org
6.706.97
5
118
org
4.63
8
150.354.70
0
157.061.67
5
15. September2
004
230
org
6.466.75
0
30
org
891 27.331.610 33.798.360
16. Oktober
2004
229
org
6.886.07
5
105
org
2.31
5
72.85.150 78.971.225
17. Nopember2
004
218
org
6.316.43
5
111
org
2.47
3
79.428.950 85.745.385
18. Desember
2004
238
org
6.743.44
5
1
01org
2.02
3
66.610.675 73.354.120
Jumlah 3.811
org
108.736,
098
1.782
org
63.7
45
2.134.884.
879
2.243.670.
977
Perbuatan terdakwa memasukkan data pasien yang mendapat keringanan
sampai dengan 50 % tersebut, bertentangan dengan SK Menkes RI
No.553/MenKes/SK/IV/2003 tertanggal 22 April 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan PKPS-BBM BIDKES karena mengambil data yang sudah
dibayarkan oleh APBD Propinsi Jawa Tengah.
Bahwa setelah melalui verifikasi data data pasien miskin yang ditanganioleh Rumah Sakit Jiwa Surakarta selanjutnya terdakwa Drs. AMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
KUATO bersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selakuTim Verifikasi Itjen Depkes RI tersebut membuat rekapan data data pasienmiskin Rumah Sakit Jiwa Surakarta untuk data pasien miskin yang sudahdirawat dari tanggal 27 Nopember 2002 s/d 31 Desember 2002, tanggal 1Januari 2003 s/d 31 Desember 2003, tanggal 1 September 2004 s/d 31Desember 2004 selanjutnya dari data rekapan pasien RSJD Surakarta yangtelah diverifikasi oleh terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama denganADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi ItjenDepkes RI, kemudian menyusun Laporan hasil verifikasi dana PKPS BBMBidang Kesehatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Propinsi JawaTengah Tahun Anggaran 2004 Nomor : 03.R.PS.02.0125.06.25.33 tanggal21 Februari 2006 yang tidak benar, yaitu menyatakan bahwa dalammelayani pasien miskin dari Nopember 2002 s/d Desember 2002, Januari2003 s/d Desember 2003 dan September 2004 s/d Desember 2004, pihakRSJD Surakarta telah mengalami defisit sebesar Rp.2.243.670.977,00 (duamilyard dua ratus empat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribusembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah), dan pada kolom B jugamenyebutkan “Tidak terdapat dana dari Sumber lain (untuk pelayananpasien miskin)” tersebut.
Bahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama dengan ADIBUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi Itjen Depkes RIjuga menyebutkan dalam laporannya bahwa terjadi selisih sebesarRp.90.834.357,- (sembilan puluh juta delapan ratus tiga puluh empat ributiga ratus lima puluh tujuh rupiah) dari dana penggantian defisit PKPS BBMBid Kes yang diajukan RSJD Surakarta sebelumnya yaitu sebesarRp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empat juta lima ratuslima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah). Atas temuan Tim VerifikasiItjen Depkes RI tersebut, kemudian pada tanggal 20 Juni 2006, dengansepengetahuan dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ., RSJD Surakartamengembalikan kelebihan dana penggantian defisit PKPS BBM Bid KesTahun 2004 sebesar Rp.90.834.357,00 (sembilan puluh juta delapan ratustiga puluh empat ribu tiga ratus lima puluh tujuh rupiah) ke kas Negaramelalui kantor Bank BRI Cabang Solo.
Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama denganADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi ItjenDepkes RI yang telah menyusun Laporan Hasil Verifikasi Dana PKPS BBMBidkes Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta Propinsi JawaTengah Tahun Anggaran 2004 Nomor : 03.R.PS.02.0125.06.25.33 tanggal21 Februari 2006 tersebut, akhirnya pihak RSJD Surakarta dapatmencairkan dana yang seharusnya merupakan dana penggantian defisitPKPS BBM Bidang Kesehatan Tahun 2004 sebesar Rp. 2.243.670.977,00(dua milyard dua ratus empat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribusembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah).
Bahwa setelah dilakukan verifikasi oleh terdakwa bersama tim Itjen yanghasilnya menyebutkan RSJD Surakarta benar-benar difisit sebesarRp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empat puluh tiga juta enam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) sertamenyebutkan tidak terdapat dana dari Sumber lain (untuk pelayanan pasienmiskin), kemudian pada tanggal 16 Mei 2006 dr. Siti Nuraini A. Sp.Kjselaku Direktur RSJD Surakarta telah memerintahkan kasir penerima yaituNur Rosyid untuk mencairkan dana pengganti defisit PKPS BBM Bid Kessebesar Rp. 2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empat puluh tiga jutaenam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) diBank Britama BRI Surakarta, selanjutnya dr. Siti Nur Aini AriefSp.KJ.melalui memo atau surat tanggal 4 Mei 2006 kepada Nur Rosyid,agar dana tersebut disetorkan ke kas Daerah Pemda Propinsi Jawa Tengahsebagai Pendapatan RSJD Surakarta, dengan surat tanda setoran Nomor :109/RSJD/Slo/ 2006 Bank BPD Jateng dengan Nomor Rekening :1034.01503.7 sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empatpuluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuhrupiah). Padahal dana sejumlah tersebut bukan merupakan PendapatanRSJD Surakarta.
Dari penyetoran dana Penggantian Defisit PKPS BBM Bid Kes tahun2004 sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empat puluh tigajuta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) keKas Daerah Propinsi Jawa Tengah yang oleh dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ.diakui sebagai pendapatan RSJD Surakarta tersebut, pihak RSJD Surakartamenerima pengembalian dari Kas Daerah Propinsi Jawa Tengah sebesar30% sejumlah Rp. 673.101.293,00 (enam ratus tujuh puluh tiga juta seratussatu ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah) sebagai uang jasapelayanan, yang semestinya sesuai ketentuan pasal 23 ayat (1) PeraturanDaerah Propinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2003 tentang RetribusiPelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah yang berbunyi kepadaInstansi pemungut Retribusi diberikan uang perangsang sebesar 5 % (limapersen) dari realisasi Retribusi yang disetorkan ke kantor Kas DaerahPropinsi Jawa Tengah, tidak dibenarkan menerima pengembalian uangsebesar 30% tersebut karena uang sebesar Rp.2.243.670.977,00 (duamilyard dua ratus empat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribusembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) yang disetorkan tersebut bukanmerupakan hasil pendapatan RSJD Surakarta. Selain menerimapengembalian yang tidak benar sejumlah Rp.673.101.293,00 (enam ratustujuh puluh tiga juta seratus satu ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah),RSJD Surakarta juga menerima jasa pelayanan rutin yang resmi dari KasDaerah Propinsi Jawa Tengah untuk bulan Mei 2006 sebesarRp.58.139.640,00 (lima puluh delapan juta seratus tiga puluh sembilan ribuenam ratus empat puluh rupiah) diterima melalui transfer ke rekeningDirektur RSJD Surakarta yang total seluruhnya sejumlah Rp.731.240.933,00(tujuh ratus tiga puluh satu juta dua ratus empat puluh ribu sembilan ratustiga puluh tiga rupiah).
Berdasarkan memo atau surat dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ. selakuDirektur RSJD Surakarta tanggal 17 Juni 2006 kepada Tim PKPS BBM /JPS tahun 2002, 2003 dan 2004 yaitu Kusdiah, Handayani, dan Nur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Rosyid untuk menyisihkan uang sebesar Rp.495.820.495,00 (empat ratussembilan puluh lima juta delapan ratus dua puluh ribu empat ratussembilan puluh lima rupiah) dan pada tanggal 19 Juni 2006 dana tersebutditransfer ke Bank BRI Britama atas nama Direktur RSJD Surakarta,sedangkan sisanya sebesar Rp. 235.420.438,00 (dua ratus tiga puluh limajuta empat ratus dua puluh ribu empat ratus tiga puluh delapan rupiah)diambil oleh Sri Handayani staf pada bagian keuangan RSJD Surakarta,dan pada tanggal 20 Juni 2006 oleh Sri Handayani atas perintah dr. Siti NurAini Arief Sp.KJ. dibagikan secara cuma-cuma kepada seluruh pegawaiRSJD Surakarta termasuk pensiunan Pegawai Rumah Sakit Jiwa Surakartayang berjumlah lebih kurang 507 (lima ratus tujuh) orang.
Kemudian dana sebesar Rp.495.820.495,00 (empat ratus sembilan puluhlima juta delapan ratus dua puluh ribu empat ratus sembilan puluh limarupiah) atas memo atau surat dr. Siti Nuraini Arief Sp.Kj tanggal 17 Juli2006, uang tersebut pada tanggal 27 Juli 2006 dibagikan lagi ke seluruhPegawai RSJD Surakarta termasuk pensiunan pegawai RSJD Surakarta.Disamping dari uang Rp.495.820.495,00 (empat ratus sembilan puluh limajuta delapan ratus dua puluh ribu empat ratus sembilan puluh lima rupiah)yang dicampur dengan uang Jasa Pelayanan Rutin yang resmi untuk bulanJuni 2006 sebesar Rp.177.280.798,00 (seratus tujuh puluh tujuh juta duaratus delapan puluh ribu tujuh ratus sembilan puluh delapan rupiah ),sehingga keseluruhan berjumlah sebesar Rp.673.101.293,00 (enam ratustujuh puluh tiga juta seratus satu ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah)dan uang tersebut dibagikan secara cuma cuma kepada seluruh pegawaiRSJD Surakarta termasuk pensiunan Pegawai Rumah Sakit Jiwa Surakartayang berjumlah lebih kurang 507 (lima ratus tujuh) orang.
Perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara sebesar Rp.
673.101.293,00 (enam ratus tujuh puluh tiga juta seratus satu ribu dua ratus
sembilan puluh tiga rupiah) sesuai Hasil Perhitungan Kerugian Keuangan
Negara dari BPK RI Nomor : 23/S/II-X/08/2007 tertanggal 07 Agustus 2007
atau sekitar jumlah itu.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidanadalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubahdengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atasUndang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan TindakPidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
SUBSIDAIRBahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO selaku Ketua Tim
Pemeriksa Verifikasi Dana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa DaerahSurakarta berdasarkan Surat Tugas Inspektur Jenderal DepartemenKesehatan Republik Indonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal02 Januari 2006 secara bersama sama dengan ADI BUNTARAN, SH danNAMAN, SH yang keduanya sebagai Anggota Tim Pemeriksa VerifikasiDana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (yang dilakukanpenuntutan secara terpisah) dan juga bersama dengan dr. Siti Nuraini Arief,.Sp.Kj binti Munadji, dr.Dwi Priyo Hartono, SpKj, dr. Rukma Astuti dandr. Hendrina A.K, SpKj (yang perkaranya sudah disidangkan) sebagaiorang yang melakukan atau turut serta melakukan pada hari Selasa tanggal 7Pebruari 2006 sampai dengan tanggal 20 Februari 2006 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam Bulan Februari Tahun 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam Tahun 2006, bertempat di Rumah SakitJiwa Daerah Surakarta Jalan Ki Hajar Dewantoro XII Jebres Surakarta atausetidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk daerah hukumPengadilan Negeri Surakarta, dengan tujuan menguntungkan diri sendiriatau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukanyang dapat merugikan keuangan Negara atau Perekonomian Negara,perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut :
Bermula dari adanya surat Departemen Kesehatan RI Direktorat JenderalPelayanan Medik Nomor : PR.03.02.1.1.4060 tertanggal 16 September2005 perihal Permintaan isian Form Verifikasi RS/BP4/BKMM yangsalah satu itemnya berupa daftar isian pengajuan dana penggantian defisitProgram Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPSBBM) Bidang Kesehatan Tahun 2004 yang ditujukan kepada pihakRumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta. Atas surat dari DirekturJenderal Pelayanan Medik DEPKES RI tersebut, meskipun di RSJDSurakarta tidak mengalami defisit dalam pengelolaan dana ProgramKompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak BidangKesehatan (PKPS BBM Bid Kes) tetapi Wakil Direktur Adminstrasi danKeuangan RSJD Surakarta Dr. DWI PRIYO HARTONO Sp.Kj. atasnama Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan surat nomor :460/3414/10/2005 tanggal 11 Oktober 2005 mengusulkan defisitpenggantian dana untuk PKPS BBM Bid Kes tahun 2004 sebesarRp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empat juta limaratus lima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah) kepada MenteriKesehatan RI di Jakarta untuk pelayanan kesehatan pasien miskin diRSJD Surakarta dengan cara yang tidak benar, yaitu memasukkan datapasien miskin yang sudah dirawat dari tanggal 27 Nopember 2002 s/d 31Desember 2002, tanggal 1 Januari 2003 s/d 31 Desember 2003, tanggal 1September 2004 s/d 31 Desember 2004 dengan pembiayaan APBD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Propinsi Jawa Tengah yang diusulkan kembali untuk mendapatkanpenggantian dana defisit dari PKPS BBM tahun 2004.
Bahwa pengajuan penggantian dana defisit PKPS BBM Bid Kes Tahun2004 yang diajukan oleh Dr. DWI PRIYO HARTONO Sp.Kj atas namaDirektur RSJD Surakarta tersebut kemudian disetujui oleh MenteriKesehatan RI dengan Surat Keputusan Nomor : 02/Menkes/ SK/I/2006tanggal 4 Januari 2006 tentang penggantian defisit dana ProgramKompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM)Bidang Kesehatan untuk Pelayanan Pasien Miskin tahun 2004, yangmenyebutkan bahwa RSJD Surakarta mendapatkan dana sebesarRp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empat juta limaratus lima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah). Untuk mencairkandana tersebut diperlukan data pendukung berupa data jumlah pasienmiskin yang telah dilayani oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yangtelah diverifikasi oleh Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal DepartemenKesehatan Republik Indonesia (Itjen Depkes RI).
Bahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO selaku Ketua Tim PemeriksaVerifikasi Dana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakartayang telah mendapatkan surat tugas dari Inspektorat JenderalDepartemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor :01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal 02 Februari 2006 dengan tugas untukmelakukan pemeriksaan verifikasi dana askeskin pada Rumah Sakit JiwaDaerah Surakarta di lingkungan Dinas Kesehatan propinsi Jawa Tengahdan menyusun Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas tersebut. Bahwaberdasarkan Program Kerja Verifikasi periode Tahun Anggaran 2002sampai dengan tahun 2004, Tim Verifikasi memiliki tugas pokok danfungsi antara lain :1. Mendapatkan dan mempelajari :
Data Umum Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta; Dokumen usulan klaim dana PKPS BBM; Petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, pedoman pengelolaan
PKPS BBM;2. Melakukan observasi sekilas dan pembicaraan pendahuluan dengan
pejabat terkait dan mencatat masalah-masalah yang dihadapi;3. Mendapatkan dan mempelajari dokumen verifikasi klaim dana PKPS
BBM Tahun 2002-2004 RSJD Surakarta;4. Melakukan pengumpulan dokumen verifikasi klaim dana PKPS BBM
RSJD Surakarta sesuai yang diusulkan kepada Dirjen PelayananMedik Depkes RI;
5. Mendapatkan dokumen-dokumen klaim dan mempelajari data pasienmiskin per pasien, per bulan dan jenis pelayanan yaitu pasien rawatjalan dan pasien rawat inap;
6. Melakukan verifikasi terhadap dokumen-dokumen tersebut diatassesuai persyaratan pasien miskin yang telah ditetapkan;
7. Mengkoreksi dan meneliti kembali kebenaran angka-angka dan carapenjumlahan hasil verifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Bahwa atas dasar Surat Tugas dari Inspektorat Jenderal DepartemenKesehatan Republik Indonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117tanggal 02 Februari 2006 tersebut pada sekitar tanggal 7 Pebruari 2006sampai dengan tanggal 20 Februari 2006, terdakwa Drs. AMBARKUATO bersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SHdatang ke RSJD Surakarta dengan tugas melakukan verifikasi datapendukung usulan pengajuan dana penggantian defisit PKPS BBMBidang Kesehatan Tahun 2004 sebagaimana yang telah diusulkansebelumnya oleh dr. Dwi Priyo Hartono Sp.KJ Wadir Administrasi danKeuangan RSJD Surakarta, antara lain yang dilakukan adalah meneliti,mendata dan merekap pasien miskin yang dimintakan penggantian defisitserta mengecek kebenaran ada tidaknya defisit PKPS BBM BidangKesehatan di RSJD Surakarta, namun kenyataannya terdakwa bersamaTim tidak menanyakan kepada pihak RSJD Surakarta mengenaipembiayaan yang telah dikeluarkan untuk penanganan pasien miskinsejak tahun 2002, 2003 dan tahun 2004 jika dana PKPS BBM belum cairserta terdakwa tetap memasukan data-data pasien miskin yangsebenarnya telah dibiayai dari anggaran rutin RSJD Surakarta setiaptahunnya baik sejak tahun 2002, 2003 maupun tahun 2004, yaitu berasaldari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi JawaTengah, guna mendapatkan dana pengganti defisit PKPS BBM TA 2004.
Bahwa dalam melaksanakan tugas verifikasi di RSJD Surakarta yaitupengecekan data-data pendukung yang diberikan oleh pihak RSJDSurakarta, terdakwa selaku Ketua Tim Verifikasi bertugas mengkoordinirdan memantau kerja anggota Tim (yaitu ADI BUNTARAN, SH. danNAMAN, SH.)
Bahwa pada saat itu terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama denganADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi ItjenDepkes RI melakukan Verifikasi, menyalahgunakan kewenangan dankesempatan yang ada padanya yang seharusnya meneliti usulanpenggantian defisit yang sebelumnya diajukan oleh pihak RSJDSurakarta, namun yang bersangkutan justru telah bersama-sama dengandr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ., dr. Rukma Astuti dan dr. Hendrina AK,Sp. Kj membuat rekapan data pasien miskin yang telah ditangani RSJDSurakarta yang ternyata tidak benar yaitu :1. Data nama-nama pasien miskin yang telah dibayarkan atau dibiayai
oleh anggaran APBD Propinsi Jawa Tengah tahun 2002, tahun 2003dan tahun 2004,
2. Data pasien miskin yang mendapat keringanan biaya pengobatansampai dengan 50% (lima puluh persen) yang seharusnya tidak berhakmendapatkan biaya PKPS BBM Bid Kes selaku pasien miskin, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
NO
.
BULAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
UANGGAKI
N
JUMLAH
Rp
GAKI
N
HARI JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Nopember
2002
175 org 4.777.800 14 org 673 21.735.789 26.513.589
2. Desember
2002
186 org 5.276.375 103 org 4.949 162.437.260 167.713.635
3. Januari
2003
192 org 5.564.025 114 org 4.665 161.040.515 166.604.540
4. Pebruari
2003
171 org 4.959.795 89 org 3.485 118.572.890 123.532.685
5. Maret 2003 214 org 6.160.690 125 org 5.284 174.506.300 180.666.990
6. April 2003 222 org 6.415.458 119 org 5.170 173.495.450 179.910.908
7. Mei 2003 194 org 5.505.160 97 org 3.406 114.464.015 119.969.175
8. Juni 2003 220 org 6.101.575 111 org 3.887 144.398.760 150.500.335
9. Juli 2003 232 org 6.700.510 94 org 3.280 117.436.500 124.137.010
10. Agustus
2003
228 org 6.367.405 99 org 4.127 138.082.400 144.449.805
11. September
2003
211 org 6.175.490 123 org 4.379 147.081.400 153.256.890
12. Oktober
2003
224 org 6.287.145 128 org 4.459 150.398.800 156.685.945
13. Nopember
2003
187 org 5.374.990 101 org 3.641 115.423.715 120.798.705
14. Desember
2003
240 org 6.706.975 118 org 4.638 150.354.700 157.061.675
15. September
2004
230 org 6.466.750 30 org 891 27.331.610 33.798.360
16. Oktober 229 org 6.886.075 105 org 2.315 72.85.150 78.971.225
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2004
17. Nopember
2004
218 org 6.316.435 111 org 2.473 79.428.950 85.745.385
18. Desember
2004
238 org 6.743.445 1 01org 2.023 66.610.675 73.354.120
Jumlah 3.811
org
108.736,0
98
1.782
org
63.74
5
2.134.884.8
79
2.243.670.97
7
Perbuatan terdakwa memasukkan data pasien yang mendapat keringanan
sampai dengan 50 % tersebut, bertentangan dengan SK Menkes RI
No.553/MenKes/SK/IV/2003 tertanggal 22 April 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan PKPS-BBM BIDKES karena mengambil data yang sudah
dibayarkan oleh APBD Propinsi Jawa Tengah.
Bahwa setelah melalui verifikasi data data pasien miskin yang ditanganioleh Rumah Sakit Jiwa Surakarta selanjutnya terdakwa Drs. AMBARKUATO bersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SHselaku Tim Verifikasi Itjen Depkes RI tersebut membuat rekapan datadata pasien miskin Rumah Sakit Jiwa Surakarta untuk data pasien miskinyang sudah dirawat dari tanggal 27 Nopember 2002 s/d 31 Desember2002, tanggal 1 Januari 2003 s/d 31 Desember 2003, tanggal 1 September2004 s/d 31 Desember 2004 selanjutnya dari data rekapan pasien RSJDSurakarta yang telah diverifikasi oleh terdakwa Drs. AMBAR KUATObersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku TimVerifikasi Itjen Depkes RI, kemudian menyusun Laporan hasil verifikasidana PKPS BBM Bidang Kesehatan pada Rumah Sakit Jiwa DaerahSurakarta Propinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2004 Nomor :03.R.PS.02.0125.06.25.33 tanggal 21 Februari 2006 yang tidak benar,yaitu menyatakan bahwa dalam melayani pasien miskin dari Nopember2002 s/d Desember 2002, Januari 2003 s/d Desember 2003 danSeptember 2004 s/d Desember 2004, pihak RSJD Surakarta telahmengalami defisit sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratusempat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuhpuluh tujuh rupiah), dan pada kolom B juga menyebutkan “Tidakterdapat dana dari Sumber lain (untuk pelayanan pasien miskin)”tersebut.
Bahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama dengan ADIBUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi Itjen DepkesRI juga menyebutkan dalam laporannya bahwa terjadi selisih sebesarRp.90.834.357,- (sembilan puluh juta delapan ratus tiga puluh empat ribu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tiga ratus lima puluh tujuh rupiah) dari dana penggantian defisit PKPSBBM Bid Kes yang diajukan RSJD Surakarta sebelumnya yaitu sebesarRp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empat juta limaratus lima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah). Atas temuan TimVerifikasi Itjen Depkes RI tersebut, kemudian pada tanggal 20 Juni2006, dengan sepengetahuan dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ., RSJDSurakarta mengembalikan kelebihan dana penggantian defisit PKPSBBM Bid Kes Tahun 2004 sebesar Rp.90.834.357,00 (sembilan puluhjuta delapan ratus tiga puluh empat ribu tiga ratus lima puluh tujuhrupiah) ke kas Negara melalui kantor Bank BRI Cabang Solo.
Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersamadengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim VerifikasiItjen Depkes RI yang telah menyusun Laporan Hasil Verifikasi DanaPKPS BBM Bidkes Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) SurakartaPropinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2004 Nomor :03.R.PS.02.0125.06.25.33 tanggal 21 Februari 2006 tersebut, akhirnyapihak RSJD Surakarta baru dapat mencairkan dana yang seharusnyamerupakan dana penggantian defisit PKPS BBM Bidang KesehatanTahun 2004 sebesar Rp. 2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empatpuluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluhtujuh rupiah).
Bahwa setelah dilakukan verifikasi oleh terdakwa Drs. AMBAR KUATObersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku TimVerifikasi Itjen Depkes RI yang hasilnya menyebutkan RSJD Surakartabenar-benar difisit sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratusempat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuhpuluh tujuh rupiah) serta menyebutkan tidak terdapat dana dari Sumberlain (untuk pelayanan pasien miskin), kemudian pada tanggal 16 Mei2006 dr. Siti Nuraini A. Sp.Kj selaku Direktur RSJD Surakarta telahmemerintahkan kasir penerima yaitu Nur Rosyid untuk mencairkandana pengganti defisit PKPS BBM Bid Kes sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empat puluh tiga juta enamratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) di BankBritama BRI Surakarta, selanjutnya dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ.melaluimemo atau surat tanggal 4 Mei 2006 kepada Nur Rosyid, agar danatersebut disetorkan ke kas Daerah Pemda Propinsi Jawa Tengahsebagai Pendapatan RSJD Surakarta, dengan surat tanda setoran Nomor :109/RSJD/Slo/ 2006 Bank BPD Jateng dengan Nomor Rekening :1034.01503.7 sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratusempat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuhpuluh tujuh rupiah). Padahal dana sejumlah tersebut bukan merupakanPendapatan RSJD Surakarta.
Dari penyetoran dana Penggantian Defisit PKPS BBM Bid Kes tahun2004 sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empat puluhtiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuhrupiah) ke Kas Daerah Propinsi Jawa Tengah yang oleh dr. Siti Nur Aini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Arief Sp.KJ. diakui sebagai pendapatan RSJD Surakarta tersebut, pihakRSJD Surakarta menerima pengembalian dari Kas Daerah Propinsi JawaTengah sebesar 30% sejumlah Rp. 673.101.293,00 (enam ratus tujuhpuluh tiga juta seratus satu ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah)sebagai uang jasa pelayanan, yang semestinya sesuai ketentuan pasal23 ayat (1) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2003tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerahyang berbunyi kepada Instansi pemungut Retribusi diberikan uangperangsang sebesar 5 % (lima persen) dari realisasi Retribusi yangdisetorkan ke kantor Kas Daerah Propinsi Jawa Tengah, tidak dibenarkanmenerima pengembalian uang sebesar 30% tersebut karena uang sebesarRp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empat puluh tiga juta enamratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) yangdisetorkan tersebut bukan merupakan hasil pendapatan RSJD Surakarta.Selain menerima pengembalian yang tidak benar sejumlahRp.673.101.293,00 (enam ratus tujuh puluh tiga juta seratus satu ribu duaratus sembilan puluh tiga rupiah), RSJD Surakarta juga menerima jasapelayanan rutin yang resmi dari Kas Daerah Propinsi Jawa Tengah untukbulan Mei 2006 sebesar Rp.58.139.640,00 (lima puluh delapan jutaseratus tiga puluh sembilan ribu enam ratus empat puluh rupiah) diterimamelalui transfer ke rekening Direktur RSJD Surakarta yang totalseluruhnya sejumlah Rp.731.240.933,00 (tujuh ratus tiga puluh satu jutadua ratus empat puluh ribu sembilan ratus tiga puluh tiga rupiah).
Berdasarkan memo atau surat dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ. selakuDirektur RSJD Surakarta tanggal 17 Juni 2006 kepada Tim PKPSBBM / JPS tahun 2002, 2003 dan 2004 yaitu Kusdiah, Handayani, danNur Rosyid untuk menyisihkan uang sebesar Rp.495.820.495,00 (empatratus sembilan puluh lima juta delapan ratus dua puluh ribu empat ratussembilan puluh lima rupiah) dan pada tanggal 19 Juni 2006 danatersebut ditransfer ke Bank BRI Britama atas nama Direktur RSJDSurakarta, sedangkan sisanya sebesar Rp. 235.420.438,00 (dua ratustiga puluh lima juta empat ratus dua puluh ribu empat ratus tiga puluhdelapan rupiah) diambil oleh Sri Handayani staf pada bagiankeuangan RSJD Surakarta, dan pada tanggal 20 Juni 2006 oleh SriHandayani atas perintah dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ. dibagikan secaracuma-cuma kepada seluruh pegawai RSJD Surakarta termasukpensiunan Pegawai Rumah Sakit Jiwa Surakarta yang berjumlah lebihkurang 507 (lima ratus tujuh) orang.
Kemudian dana sebesar Rp.495.820.495,00 (empat ratus sembilan puluhlima juta delapan ratus dua puluh ribu empat ratus sembilan puluh limarupiah) atas memo atau surat dr. Siti Nuraini Arief Sp.Kj tanggal 17 Juli2006, uang tersebut pada tanggal 27 Juli 2006 dibagikan lagi ke seluruhPegawai RSJD Surakarta termasuk pensiunan pegawai RSJD Surakarta.Disamping dari uang Rp.495.820.495,00 (empat ratus sembilan puluhlima juta delapan ratus dua puluh ribu empat ratus sembilan puluh limarupiah) yang dicampur dengan uang Jasa Pelayanan Rutin yang resmi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
untuk bulan Juni 2006 sebesar Rp.177.280.798,00 (seratus tujuh puluhtujuh juta dua ratus delapan puluh ribu tujuh ratus sembilan puluhdelapan rupiah ), sehingga keseluruhan berjumlah sebesarRp.673.101.293,00 (enam ratus tujuh puluh tiga juta seratus satu ribu duaratus sembilan puluh tiga rupiah) dan uang tersebut dibagikan secaracuma cuma kepada seluruh pegawai RSJD Surakarta termasukpensiunan Pegawai Rumah Sakit Jiwa Surakarta yang berjumlah lebihkurang 507 (lima ratus tujuh) orang.
Perbuatan terdakwa telah merugikan keuangan negara sebesar Rp.
673.101.293,00 (enam ratus tujuh puluh tiga juta seratus satu ribu dua ratus
sembilan puluh tiga rupiah) sesuai Hasil Perhitungan Kerugian Keuangan
Negara dari BPK RI Nomor : 23/S/II-X/08/2007 tertanggal 07 Agustus 2007
atau sekitar jumlah itu.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 3 jo Pasal 18 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang
Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
A T A U
KEDUA
Bahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO selaku Ketua TimPemeriksa Verifikasi Dana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakartaberdasarkan Surat Tugas Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan RepublikIndonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal 02 Januari 2006 secarabersama sama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH yangkeduanya sebagai Anggota Tim Pemeriksa Verifikasi Dana Askeskin padaRumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (yang dilakukan penuntutan secaraterpisah) dan juga bersama dengan dr. Siti Nuraini Arief, .Sp.Kj binti Munadji,dr.Dwi Priyo Hartono, SpKj, dr. Rukma Astuti dan dr. Hendrina A.K, SpKj(yang perkaranya sudah disidangkan) sebagai orang yang melakukan atau turutserta melakukan pada hari Selasa tanggal 7 Pebruari 2006 sampai dengantanggal 20 Februari 2006 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam BulanFebruari Tahun 2006 atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam Tahun 2006,bertempat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Jalan Ki Hajar Dewantoro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
XII Jebres Surakarta atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masihtermasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, sebagai pegawai negeriatau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatanumum secara secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengansengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaanadministrasi, perbuatan tersebut terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut:
Bermula dari adanya surat Departemen Kesehatan RI Direktorat JenderalPelayanan Medik Nomor : PR.03.02.1.1.4060 tertanggal 16 September 2005perihal Permintaan isian Form Verifikasi RS/BP4/BKMM yang salah satuitemnya berupa daftar isian pengajuan dana penggantian defisit ProgramKompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM)Bidang Kesehatan Tahun 2004 yang ditujukan kepada pihak Rumah SakitJiwa Daerah (RSJD) Surakarta. Atas surat dari Direktur Jenderal PelayananMedik DEPKES RI tersebut, meskipun di RSJD Surakarta tidak mengalamidefisit dalam pengelolaan dana Program Kompensasi Pengurangan SubsidiBahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan (PKPS BBM Bid Kes) tetapi WakilDirektur Adminstrasi dan Keuangan RSJD Surakarta Dr. DWI PRIYOHARTONO Sp.Kj. atas nama Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakartadengan surat nomor : 460/3414/10/2005 tanggal 11 Oktober 2005mengusulkan defisit penggantian dana untuk PKPS BBM Bid Kes tahun2004 sebesar Rp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empatjuta lima ratus lima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah) kepada MenteriKesehatan RI di Jakarta untuk pelayanan kesehatan pasien miskin di RSJDSurakarta dengan cara yang tidak benar, yaitu memasukkan data pasienmiskin yang sudah dirawat dari tanggal 27 Nopember 2002 s/d 31 Desember2002, tanggal 1 Januari 2003 s/d 31 Desember 2003, tanggal 1 September2004 s/d 31 Desember 2004 dengan pembiayaan APBD Propinsi JawaTengah yang diusulkan kembali untuk mendapatkan penggantian danadefisit dari PKPS BBM tahun 2004.
Bahwa pengajuan penggantian dana defisit PKPS BBM Bid Kes Tahun2004 yang diajukan oleh Dr. DWI PRIYO HARTONO Sp.Kj atas namaDirektur RSJD Surakarta tersebut kemudian disetujui oleh MenteriKesehatan RI dengan Surat Keputusan Nomor : 02/Menkes/ SK/I/2006tanggal 4 Januari 2006 tentang penggantian defisit dana ProgramKompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM)Bidang Kesehatan untuk Pelayanan Pasien Miskin tahun 2004, yangmenyebutkan bahwa RSJD Surakarta mendapatkan dana sebesarRp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empat juta lima ratuslima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah). Untuk mencairkan danatersebut diperlukan data pendukung berupa data jumlah pasien miskin yangtelah dilayani oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telahdiverifikasi oleh Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal Departemen KesehatanRepublik Indonesia (Itjen Depkes RI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Bahwa Terdakwa Drs. AMBAR KUATO selaku Ketua Tim PemeriksaVerifikasi Dana Askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yangtelah mendapatkan surat tugas dari Inspektorat Jenderal DepartemenKesehatan Republik Indonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal02 Februari 2006 dengan tugas untuk melakukan pemeriksaan verifikasidana askeskin pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta di lingkunganDinas Kesehatan propinsi Jawa Tengah dan menyusun Laporan HasilPelaksanaan Tugas tersebut. Bahwa berdasarkan Program Kerja Verifikasiperiode Tahun Anggaran 2002 sampai dengan tahun 2004, Tim Verifikasimemiliki tugas pokok dan fungsi antara lain :1. Mendapatkan dan mempelajari :
Data Umum Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta; Dokumen usulan klaim dana PKPS BBM; Petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, pedoman pengelolaan PKPS
BBM;2. Melakukan observasi sekilas dan pembicaraan pendahuluan dengan
pejabat terkait dan mencatat masalah-masalah yang dihadapi;3. Mendapatkan dan mempelajari dokumen verifikasi klaim dana PKPS
BBM Tahun 2002-2004 RSJD Surakarta;4. Melakukan pengumpulan dokumen verifikasi klaim dana PKPS BBM
RSJD Surakarta sesuai yang diusulkan kepada Dirjen Pelayanan MedikDepkes RI;
5. Mendapatkan dokumen-dokumen klaim dan mempelajari data pasienmiskin per pasien, per bulan dan jenis pelayanan yaitu pasien rawat jalandan pasien rawat inap;
6. Melakukan verifikasi terhadap dokumen-dokumen tersebut diatas sesuaipersyaratan pasien miskin yang telah ditetapkan;
7. Mengkoreksi dan meneliti kembali kebenaran angka-angka dan carapenjumlahan hasil verifikasi.
Bahwa atas dasar Surat Tugas dari Inspektorat Jenderal DepartemenKesehatan Republik Indonesia Nomor : 01T.PS.02.00.214.06.117 tanggal02 Februari 2006 tersebut pada sekitar tanggal 7 Pebruari 2006 sampaidengan tanggal 20 Februari 2006, Terdakwa Drs. AMBAR KUATObersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH datang ke RSJDSurakarta dengan tugas melakukan verifikasi data pendukung usulanpengajuan dana penggantian defisit PKPS BBM Bidang Kesehatan Tahun2004 sebagaimana yang telah diusulkan sebelumnya oleh dr. Dwi PriyoHartono Sp.KJ Wadir Administrasi dan Keuangan RSJD Surakarta, antaralain yang dilakukan adalah meneliti, mendata dan merekap pasien miskinyang dimintakan penggantian defisit serta mengecek kebenaran adatidaknya defisit PKPS BBM Bidang Kesehatan di RSJD Surakarta, namunkenyataannya terdakwa bersama Tim tidak menanyakan kepada pihak RSJDSurakarta mengenai pembiayaan yang telah dikeluarkan untuk penangananpasien miskin sejak tahun 2002, 2003 dan tahun 2004 jika dana PKPS BBMbelum cair serta terdakwa tetap memasukan data-data pasien miskin yangsebenarnya telah dibiayai dari anggaran rutin RSJD Surakarta setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tahunnya baik sejak tahun 2002, 2003 maupun tahun 2004, yaitu berasaldari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi JawaTengah, guna mendapatkan dana pengganti defisit PKPS BBM TA 2004.
Bahwa dalam melaksanakan tugas verifikasi di RSJD Surakarta yaitupengecekan data-data pendukung yang diberikan oleh pihak RSJDSurakarta, terdakwa selaku Ketua Tim Verifikasi bertugas mengkoordinirdan memantau kerja anggota Tim (yaitu ADI BUNTARAN, SH. danNAMAN, SH.).
Bahwa pada saat itu terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama dengan ADIBUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi Itjen Depkes RImelakukan Verifikasi, menyalahgunakan kewenangan dan kesempatan yangada padanya yang seharusnya meneliti usulan penggantian defisit yangsebelumnya diajukan oleh pihak RSJD Surakarta, namun yang bersangkutanjustru telah bersama-sama dengan dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ., dr. RukmaAstuti dan dr. Hendrina AK, Sp. Kj membuat rekapan data pasien miskinyang telah ditangani RSJD Surakarta yang ternyata tidak benar yaitu :1. Data nama-nama pasien miskin yang telah dibayarkan atau dibiayai oleh
anggaran APBD Propinsi Jawa Tengah tahun 2002, tahun 2003 dantahun 2004,
2. Data pasien miskin yang mendapat keringanan biaya pengobatan sampaidengan 50% (lima puluh persen) yang seharusnya tidak berhakmendapatkan biaya PKPS BBM Bid Kes selaku pasien miskin, yaitu :
NO
.
BULAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
UANGGAKI
N
JUMLAH
Rp
GAKI
N
HARI JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Nopember
2002
175
org
4.777.800 14 org 673 21.735.789 26.513.589
2. Desember
2002
186
org
5.276.375 103 org 4.949 162.437.260 167.713.635
3. Januari 2003 192
org
5.564.025 114 org 4.665 161.040.515 166.604.540
4. Pebruari
2003
171
org
4.959.795 89 org 3.485 118.572.890 123.532.685
5. Maret 2003 214
org
6.160.690 125 org 5.284 174.506.300 180.666.990
6. April 2003 222 6.415.458 119 org 5.170 173.495.450 179.910.908
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
org
7. Mei 2003 194
org
5.505.160 97 org 3.406 114.464.015 119.969.175
8. Juni 2003 220
org
6.101.575 111 org 3.887 144.398.760 150.500.335
9. Juli 2003 232
org
6.700.510 94 org 3.280 117.436.500 124.137.010
10. Agustus
2003
228
org
6.367.405 99 org 4.127 138.082.400 144.449.805
11. September
03
211
org
6.175.490 123 org 4.379 147.081.400 153.256.890
12. Oktober
2003
224
org
6.287.145 128 org 4.459 150.398.800 156.685.945
13. Nopember
2003
187
org
5.374.990 101 org 3.641 115.423.715 120.798.705
14. Desember
2003
240
org
6.706.975 118 org 4.638 150.354.700 157.061.675
15. September
04
230
org
6.466.750 30 org 891 27.331.610 33.798.360
16. Oktober
2004
229
org
6.886.075 105 org 2.315 72.85.150 78.971.225
17. Nopember
2004
218
org
6.316.435 111 org 2.473 79.428.950 85.745.385
18. Desember
2004
238
org
6.743.445 1 01org 2.023 66.610.675 73.354.120
Jumlah 3.811
org
108.736,0
98
1.782
org
63.74
5
2.134.884.8
79
2.243.670.97
7
Perbuatan terdakwa memasukkan data pasien yang mendapat keringanan
sampai dengan 50 % tersebut, bertentangan dengan SK Menkes RI
No.553/MenKes/SK/IV/2003 tertanggal 22 April 2003 tentang Pedoman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pelaksanaan PKPS-BBM BIDKES karena mengambil data yang sudah
dibayarkan oleh APBD Propinsi Jawa Tengah.
Bahwa setelah melalui verifikasi data data pasien miskin yang ditanganioleh Rumah Sakit Jiwa Surakarta selanjutnya terdakwa Drs. AMBARKUATO bersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selakuTim Verifikasi Itjen Depkes RI tersebut membuat rekapan data data pasienmiskin Rumah Sakit Jiwa Surakarta untuk data pasien miskin yang sudahdirawat dari tanggal 27 Nopember 2002 s/d 31 Desember 2002, tanggal 1Januari 2003 s/d 31 Desember 2003, tanggal 1 September 2004 s/d 31Desember 2004 selanjutnya dari data rekapan pasien RSJD Surakarta yangtelah diverifikasi oleh terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama denganADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi ItjenDepkes RI, kemudian menyusun Laporan hasil verifikasi dana PKPS BBMBidang Kesehatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Propinsi JawaTengah Tahun Anggaran 2004 Nomor : 03.R.PS.02.0125.06.25.33 tanggal21 Februari 2006 yang tidak benar, yaitu menyatakan bahwa dalammelayani pasien miskin dari Nopember 2002 s/d Desember 2002, Januari2003 s/d Desember 2003 dan September 2004 s/d Desember 2004, pihakRSJD Surakarta telah mengalami defisit sebesar Rp.2.243.670.977,00 (duamilyard dua ratus empat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribusembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah), dan pada kolom B jugamenyebutkan “Tidak terdapat dana dari Sumber lain (untuk pelayananpasien miskin)” tersebut.
Bahwa terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama dengan ADIBUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi Itjen Depkes RIjuga menyebutkan dalam laporannya bahwa terjadi selisih sebesarRp.90.834.357,- (sembilan puluh juta delapan ratus tiga puluh empat ributiga ratus lima puluh tujuh rupiah) dari dana penggantian defisit PKPS BBMBid Kes yang diajukan RSJD Surakarta sebelumnya yaitu sebesarRp.2.334.505.334,00 (dua milyard tiga ratus tiga puluh empat juta lima ratuslima ribu tiga ratus tiga puluh empat rupiah). Atas temuan Tim VerifikasiItjen Depkes RI tersebut, kemudian pada tanggal 20 Juni 2006, dengansepengetahuan dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ., RSJD Surakartamengembalikan kelebihan dana penggantian defisit PKPS BBM Bid KesTahun 2004 sebesar Rp.90.834.357,00 (sembilan puluh juta delapan ratustiga puluh empat ribu tiga ratus lima puluh tujuh rupiah) ke kas Negaramelalui kantor Bank BRI Cabang Solo.
Bahwa akibat perbuatan terdakwa Drs. AMBAR KUATO bersama denganADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku Tim Verifikasi ItjenDepkes RI yang telah menyusun Laporan Hasil Verifikasi Dana PKPS BBMBidkes Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta Propinsi JawaTengah Tahun Anggaran 2004 Nomor : 03.R.PS.02.0125.06.25.33 tanggal21 Februari 2006 tersebut, akhirnya pihak RSJD Surakarta baru dapatmencairkan dana yang seharusnya merupakan dana penggantian defisitPKPS BBM Bidang Kesehatan Tahun 2004 sebesar Rp. 2.243.670.977,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(dua milyard dua ratus empat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribusembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah).
Bahwa setelah dilakukan verifikasi oleh terdakwa Drs. AMBAR KUATObersama dengan ADI BUNTARAN, SH dan NAMAN, SH selaku TimVerifikasi Itjen Depkes RI yang hasilnya menyebutkan RSJD Surakartabenar-benar difisit sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratusempat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluhtujuh rupiah) serta menyebutkan tidak terdapat dana dari Sumber lain (untukpelayanan pasien miskin), kemudian pada tanggal 16 Mei 2006 dr. SitiNuraini A. Sp.Kj selaku Direktur RSJD Surakarta telah memerintahkankasir penerima yaitu Nur Rosyid untuk mencairkan dana pengganti defisitPKPS BBM Bid Kes sebesar Rp. 2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratusempat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluhtujuh rupiah) di Bank Britama BRI Surakarta, selanjutnya dr. Siti Nur AiniArief Sp.KJ.melalui memo atau surat tanggal 4 Mei 2006 kepada NurRosyid, agar dana tersebut disetorkan ke kas Daerah Pemda Propinsi JawaTengah sebagai Pendapatan RSJD Surakarta, dengan surat tanda setoranNomor : 109/RSJD/Slo/ 2006 Bank BPD Jateng dengan Nomor Rekening: 1034.01503.7 sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empatpuluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuhrupiah). Padahal dana sejumlah tersebut bukan merupakan PendapatanRSJD Surakarta.
Dari penyetoran dana Penggantian Defisit PKPS BBM Bid Kes tahun2004 sebesar Rp.2.243.670.977,00 (dua milyard dua ratus empat puluh tigajuta enam ratus tujuh puluh ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) keKas Daerah Propinsi Jawa Tengah yang oleh dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ.diakui sebagai pendapatan RSJD Surakarta tersebut, pihak RSJD Surakartamenerima pengembalian dari Kas Daerah Propinsi Jawa Tengah sebesar30% sejumlah Rp. 673.101.293,00 (enam ratus tujuh puluh tiga juta seratussatu ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah) sebagai uang jasapelayanan, yang semestinya sesuai ketentuan pasal 23 ayat (1) PeraturanDaerah Propinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2003 tentang RetribusiPelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah yang berbunyi kepadaInstansi pemungut Retribusi diberikan uang perangsang sebesar 5 % (limapersen) dari realisasi Retribusi yang disetorkan ke kantor Kas DaerahPropinsi Jawa Tengah, tidak dibenarkan menerima pengembalian uangsebesar 30% tersebut karena uang sebesar Rp.2.243.670.977,00 (duamilyard dua ratus empat puluh tiga juta enam ratus tujuh puluh ribusembilan ratus tujuh puluh tujuh rupiah) yang disetorkan tersebut bukanmerupakan hasil pendapatan RSJD Surakarta. Selain menerimapengembalian yang tidak benar sejumlah Rp.673.101.293,00 (enam ratustujuh puluh tiga juta seratus satu ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah),RSJD Surakarta juga menerima jasa pelayanan rutin yang resmi dari KasDaerah Propinsi Jawa Tengah untuk bulan Mei 2006 sebesarRp.58.139.640,00 (lima puluh delapan juta seratus tiga puluh sembilan ribuenam ratus empat puluh rupiah) diterima melalui transfer ke rekening
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Direktur RSJD Surakarta yang total seluruhnya sejumlah Rp.731.240.933,00(tujuh ratus tiga puluh satu juta dua ratus empat puluh ribu sembilan ratustiga puluh tiga rupiah).
Berdasarkan memo atau surat dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ. selakuDirektur RSJD Surakarta tanggal 17 Juni 2006 kepada Tim PKPS BBM /JPS tahun 2002, 2003 dan 2004 yaitu Kusdiah, Handayani, dan NurRosyid untuk menyisihkan uang sebesar Rp.495.820.495,00 (empat ratussembilan puluh lima juta delapan ratus dua puluh ribu empat ratussembilan puluh lima rupiah) dan pada tanggal 19 Juni 2006 dana tersebutditransfer ke Bank BRI Britama atas nama Direktur RSJD Surakarta,sedangkan sisanya sebesar Rp. 235.420.438,00 (dua ratus tiga puluh limajuta empat ratus dua puluh ribu empat ratus tiga puluh delapan rupiah)diambil oleh Sri Handayani staf pada bagian keuangan RSJD Surakarta,dan pada tanggal 20 Juni 2006 oleh Sri Handayani atas perintah dr. Siti NurAini Arief Sp.KJ. dibagikan secara cuma-cuma kepada seluruh pegawaiRSJD Surakarta termasuk pensiunan Pegawai Rumah Sakit Jiwa Surakartayang berjumlah lebih kurang 507 (lima ratus tujuh) orang.
Kemudian dana sebesar Rp.495.820.495,00 (empat ratus sembilan puluhlima juta delapan ratus dua puluh ribu empat ratus sembilan puluh limarupiah) atas memo atau surat dr. Siti Nuraini Arief Sp.Kj tanggal 17 Juli2006, uang tersebut pada tanggal 27 Juli 2006 dibagikan lagi ke seluruhPegawai RSJD Surakarta termasuk pensiunan pegawai RSJD Surakarta.Disamping dari uang Rp.495.820.495,00 (empat ratus sembilan puluh limajuta delapan ratus dua puluh ribu empat ratus sembilan puluh lima rupiah)yang dicampur dengan uang Jasa Pelayanan Rutin yang resmi untuk bulanJuni 2006 sebesar Rp.177.280.798,00 (seratus tujuh puluh tujuh juta duaratus delapan puluh ribu tujuh ratus sembilan puluh delapan rupiah ),sehingga keseluruhan berjumlah sebesar Rp.673.101.293,00 (enam ratustujuh puluh tiga juta seratus satu ribu dua ratus sembilan puluh tiga rupiah)dan uang tersebut dibagikan secara cuma-cuma kepada seluruh pegawaiRSJD Surakarta termasuk pensiunan Pegawai Rumah Sakit Jiwa Surakartayang berjumlah lebih kurang 507 (lima ratus tujuh) orang.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidanadalam Pasal 9 jo Pasal 18 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UndangUndang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi joPasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Pembahasan
1. Dasar Hukum Menurut Jaksa Penuntut Umum di Gunakannya
Saksi Mahkota Sebagai Alat Bukti dalam Perkara NO.REG.PERK :
PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 Berkait Korupsi di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta
Tindak pidana korupsi merupakan suatu hal yang sangat sulit
diberantas, tidak jarang para koruptor lolos dari jeratan hukum karena
dalam proses pembuktian di pengadilan sulit untuk membuktikan
kesalahannya karena kurangnya alat bukti terutama alat bukti saksi. Hal
ini di karenakan tindak pidana korupsi dilakukan oleh orang-orang ya n g
m e m ilik i in te le k tua lita s tin g g i (white collar crime). A g a r
m e n da pa tka n sa k si d a n m e m e n u h i a sa s prinsip batas minimum
pembuktian yang diatur dalam Pasal 183 Kitab Undang-Undang Acara
Hukum Pidana (KUHAP) maka jaksa penuntut umum untuk
menguatkan dakwaannya memisah berkas perkara (splitsing) sejak
penyidikan sehingga dapat menghadirkan terdakwa menjadi saksi yang
secara umum di istilahkan dengan saksi mahkota. Saksi mahkota
acapkali muncul sebagai konsekuensi logis ketika penyidik mengalami
keterbatasan untuk mendapatkan alat bukti, sehingga pada akhirnya
hadirlah saksi mahkota yang notabene juga berstatus sebagai terdakwa
dalam penuntutan terpisah.
B erdasa rka n pe rspek tif em p irik m aka saksi mahkota
didefinisikan sebagai saksi yang berasal atau diambil dari sa lah seo ran g
te rsan gka a ta u te rdak w a la inn ya ya n g be rsam a -sa m a melakukan
perbuatan pidana, dan kepada saksi tersebut diberikan mahkota. Adapun
mahkota yang diberikan kepada saksi yang berstatus terdakwa tersebut
adalah dalam bentuk ditiadakan penuntutan terhadap perkaranya atau
diberikannya suatu tuntutan yang sangat ringan apabila perkaranya
dilimpahkan ke pengadilan atau dimaafkan atas kesalahan yang pernah
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
A dapun sya ra t a taup u n a lasan un tu k d apa t m e n g h a d irk a n
sa k si m a h k o ta d a la m p ersid a n g a n a d a la h be rd a sa rk a n a la sa n yu rid is
ya kn i da la m Putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1986 K/Pid/1989
tanggal 21 Maret 1990 yang m em perbo leh kan d ipergu nakann ya sa ksi
m ahko ta . N am un , da lam perkem bangannya de n ga n d ike lua rka n
P u tu sa n M a h kam a h A g u n g RI No : 1174/K/Pid/1994 tanggal 3 Mei
1995, Putusan Mahkamah Agung RI No : 1590/K/Pid/1995 tanggal 3
Mei 1995 dan Putusan Mahkamah Agung RI No : 1592/K/Pid/1995
tanggal 3 Mei 1995 penggu naan sak si m ahk o ta da lam pem b u k tia n
perka ra p ida na tida k m em perb o le h ka n ka re n a d ia n g ga p m elan g ga r
ha k a sa si te rd ak w a .
Tetapi dalam praktek peradilan di Indonesia m asih se rin g
d ig u nakan sak si m ah k ota da lam pro se s pe m b u k tia n pe rka ra ya n g
ke k u ra n ga n a la t b u k ti te ru tam a da la m ka su s k o ru p si ya n g sa n ga t su lit
da la m pe m b u k tian n y a k a re na ke k u ra n ga n a la t b u k ti sa k si. M e n ge na i
an g ga pa n b ah w a pe n g g u naa n sa k si m a h k o ta be rte n ta n ga n de n ga n
ha k a sa si m a n u sia , ja k sa pe n u n tu t u m u m be rpe n da pa t ke be na ra n
se ja ti ha ru s d iteg ak a n se rta bertujuan agar terdakwa tidak terbebas dari
pertanggung jawabannya sebagai pelaku perbuatan pidana maka hak
a sa si te rda k w a ha ru s sed ik it d i k u ra n g i ka re na ja k sa pe n u n u n tu t
u m u m leb ih m e n g u ta m aka n ha k a sa si ra k ya t b an ya k (ha k so sia l da n
ha k e k o n o m i ra k ya t) ya n g ua n g n ya d ik o ru p si o le h pa ra pe ja ba t,
ka re na ua n g N e ga ra a da lah ua n g ra ky a t.
Kitab Undang-Undang Acara Hukum Pidana (KUHAP) yang
bersifat pemahaman (reqoknisi) sehingga ketentuan Pasal 168 huruf c
Kitab Undang-Undang Acara Hukum Pidana (KUHAP) menjadi dasar
pengaturan terhadap eksistensi saksi mahkota. Penggunaan saksi
mahkota dibenarkan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yaitu:
1. Terdapat kekurangan alat bukti,
2. Dalam perkara delik penyertaan (Deelneming),
3. Diperiksa dengan mekanisme pemisahan (Splitsing).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan prinsip-prinsip penggunaan saksi mahkota dalam
kasus perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 dapat
ditemukan fakta-fakta yang memenuhi prinsip-prinsip penggunaan
saksi mahkota tersebut.
Pembuktian dalam tindak pidana korupsi sangat sulit karena
kekurangan alat bukti terutama alat bukti saksi. Kasus korupsi Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta (RSJD) bermula dari data laporan
pengajuan dana penggantian defisit Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) Bidang Kesehatan Tahun
2004 yang dikembangkan menjadi sebuah kasus dan dikembangkan
lagi menjadi beberapa kasus yang melibatkan beberapa pihak. Hal
kasus yang menyangkut Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Itjen Depkes RI) dalam
kasus perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 dengan
terdakwa Drs. Ambar Kuato selaku Ketua Tim Verifikasi Inspektorat
Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Itjen Depkes RI)
alat bukti saksi yang dapat membuktikan kesalahan terdakwa adalah
anggota Tim Verifikasi tersebut yaitu Adi Buntaran, SH dan Naman,
SH karena mereka adalah orang-orang yang mendengar sendiri,
melihat sendiri dan mengalami sendiri.
Bahwa ditemukan fakta adanya perbuatan yang saling berkaitan
antara dr. Rukma Astuti (sebagai Ketua Pengelola PKPS BBM 2004),
Hendrina AK, Sp. Kj (sebagai ketua Tim Verifikasi internal RSJD
Surakarta) dan dr. Siti Nur Aini Arief Sp.KJ (Direktur RSJD Surakarta
selaku penanggung jawab pengelolaan PKPS BBM Surakarta) bersama
Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Republik
Indonesia yaitu terdakwa Drs. Ambar Kuato selaku Ketua Tim,
bersama sama dengan Adi Buntaran, SH (anggota Tim Verifikasi) dan
Naman, SH (anggota Tim Verifikasi), yaitu :
1. Terdakwa bersama Tim Verifikasi telah memasukan data pasien
yang mendapat keringanan biaya pengobatan sampai dengan 50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kedalam data pasien miskin. Hal tersebut tidak dibenarkan, sebab
pasien keringanan 50% bukan merupakan pasien miskin, serta
berhak mendapatkan pembiayaan dari APBN berkaitan dengan
program pemerintah memberikan kompensasi atas pengurangan
subsidi bahan bakar minyak;
2. Terdakwa bersama Tim Verifikasi telah memasukan data pasien
2002, 2003 dan 2004 yang telah dibiayai oleh APBD Propinsi Jawa
Tengah, namun tetap diusulkan ke Menteri Kesehatan RI untuk
mendapatkan dana penggantian PKPS BBM yang berasal dari dana
APBN 2004. Bahwa hasil kerja Terdakwa bersama Tim Verifikasi
(yaitu Adi Buntaran, SH. dan Naman, SH.) tersebut kemudian
dibuatkan rekapan yang ditandatangani oleh dr. Siti Nuraini, Sp.Kj
selaku Direktur, dr. Hendrina AK, SpKj. Selaku Ketua Verifikasi
internal dan dr. Rukma, SpKj selaku Ketua Pengelola PKPS BBM
tahun 2004, dan hasil rekapan tersebut kemudian dituangkan atau
di jadikan lampiran dalam Laporan Hasil Pemeriksaan yang dibuat
dan ditanda tangani oleh Terdakwa bersama Tim untuk kemudian
dilaporkan kepimpinan Depkes RI.
Bahwa dari fakta-fakta tersebut di atas dapat disimpulkan tindak
pidana korupsi yang di sangkakan terhadap terdakwa Drs. Ambar Kuato
selaku Ketua Tim, serta Adi Buntaran, SH (anggota Tim Verifikasi) dan
Naman, SH (anggota Tim Verifikasi) berperan yaitu membuat laporan
atau rekapitulasi daftar-daftar nama pasien miskin yang tidak benar
pada saat dilakukan verifikasi oleh Tim dari Itjen Depkes RI di RSJD
Surakarta, sedangkan peran dr. Dwi Priyo Hartono Sp, Kj berperan
mengusulkan penggantian dana defisit PKPS BBM Bidkes di RSJD
Surakarta pada Departemen Kesehatan RI di Jakarta secara tidak benar,
yaitu sebenarnya Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tidak mengalami
defisit dalam pelayanan pasien miskin, selanjutnya perbuatan tersebut
diteruskan atau dilanjutkan oleh Dr. Siti Nuraini Arief, Sp, KJ, dengan
cara menyetorkan dana penggantian defisit tersebut ke Kas Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Propinsi Jawa Tengah dengan maksud agar mendapat Jasa Pelayanan
sebesar 30% untuk selanjutnya dibagi-bagikan pada seluruh pegawai
dan dokter di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Dengan demikian
unsur yang melakukan, yang menyuruh melakukan, yang turut serta
melakukan (penyertaan/deelneming) secara sah dan meyakinkan
terpenuhi.
Kasus korupsi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (RSJD)
yang melibatkan Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Itjen Depkes RI) diperikasa dalam
mekanisme pemisahan berkas perkara (splitsing) menjadi kasus perkara
No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 dengan terdakwa Drs.
Ambar Kuato selaku Ketua Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Itjen Depkes RI) dan kasus
perkara No.Reg.Perk : PDS-02/SKRTA/Ft.1/03/2010 dengan terdakwa
Adi Buntaran, SH dan dan Naman, SH selaku Anggota Tim Verifikasi
Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Itjen
Depkes RI) berdasarkan Pasal 142 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) sehingga mereka mempunyai status kedudukan
sendiri–sendiri dalam dakwaannya walaupun dalam satu perkara,
karena di dalam satu perkara pelaku memiliki dua status kedudukan
baik sebagai saksi maupun terdakwa. Dalam hal ini Adi Buntaran, SH
dan dan Naman dapat di ajukan menjadi saksi (saksi mahkota) di kasus
perkara No.Reg.Perk : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 dengan terdakwa
Drs. Ambar Kuato selaku Ketua Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Itjen Depkes RI).
Mengenai dua status kedudukan baik sebagai saksi maupun terdakwa
berkonsekuensi yuridis terhadap hak dan kewajibannya pembuktian
akan sumpah dan beban pembuktian. Pada akhirnya akan terjadi
tumbukan kepentingan dan tumbukan peraturan di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) atas diri saksi
mahkota. Hal inilah yang sering menjadi perbincangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pertentangan para praktisi hukum tetapi bagaimana pun kedudukan dan
nilai kekuatan pembuktian saksi mahkota tersebut diserahkan kepada
penilaian hakim, karena hakim yang mempunyai kewenangan tersebut.
2. Kedudukan dan Nilai Pembuktian Saksi Mahkota dalam
Pandangan Hakim Sebagai Alat Bukti dalam Perkara
NO.REG.PERK : PDS-01/SKRTA/Ft.1/03/2010 Berkait Korupsi di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) dikenal berbagai macam saksi yaitu saksi yang mengalami
tindak pidana (saksi korban), saksi yang mendengar dari orang lain
tentang suatu tindak pidana (saksi testimonium de auditu), dan saksi
yang melihat atau melapor suatu tindak pidana (saksi pelapor), serta
saksi yang memberikan pendapat tentang keahliannya di depan sidang
pengadilan (saksi atau keterangan ahli). Namun dalam praktek di
peradilan sering di hadirkan saksi yang juga berstatus sebagai terdakwa
yang dikenal dengan istilah saksi mahkota.
Pengertian secara umum mengenai Saksi mahkota adalah teman
terdakwa yang melakukan tindak pidana bersama-sama diajukan
sebagai saksi untuk membuktikan dakwaan penuntut umum, yang
perkara diantaranya dipisahkan karena kurangnya alat bukti (Putusan
Mahkamah Agung RI No. 1986 K/Pid/1989).
Pada dasarnya definisi dari saksi itu sendiri diatur dalam Pasal 1
angka 26 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang
menerangkan bahwa saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan
ia alami sendiri.
Menjadi saksi merupakan kewajiban hal ini di jelaskan dalam
Pasal 159 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) menentukan bahwa saksi memberikan keterangan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
persidangan merupakan suatu kewajiban hukum, artinya apabila saksi
telah dipanggil secara patut dan sah untuk dihadirkan sebagai saksi
tidak bersedia hadir tanpa alasan yang sah, maka terhadapnya dapat
diperintahkan atau upaya paksa untuk hadir di persidangan dengan
suatu penetapan hakim. Oleh karenanya pada Pasal 224 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 522 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) ditegaskan bila seseorang tidak memenuhi
kewajiban tersebut, kepadanya dapat dikenakan sanksi pidana berupa
hukuman penjara dan/atau hukuman denda.
Tetapi dalam Pasal 168 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) juga mengatur mengenai orang-orang yang tidak
dapat di dengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri :
a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke
bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa;
b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa,
saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai
hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa
sampai derajat ketiga;
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang
bersama-sama sebagai terdakwa.
Dengan demikian bagi orang yang disebut pada Pasal 168 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak mutlak dilarang
memberikan keterangan sebagai saksi. Apabila mereka sendiri
menghendaki dan penuntut umum serta terdakwa secara tegas
menyetujui dapat memberikan keterangan di bawah sumpah sesuai
ketentuan Pasal 169 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP). Tanpa persetujuan penuntut umum serta terdakwa
mereka diperbolehkan memberikan keterangan tanpa sumpah sesuai
ketentuan Pasal 169 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pidana (KUHAP) yang nanti keterangannya hanya dianggap sebagai
keterangan biasa guna menambah keyakinan hakim.
Pengajuan saksi mahkota sebagai alat bukti dalam perkara
pidana didasarkan pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu dalam bentuk
penyertaan dan terhadap perbuatan pidana bentuk penyertaan tersebut
diperiksa dengan mekanisme pemisahan (splitsing), serta apabila dalam
perkara pidana bentuk penyertaan tersebut masih terdapat kekurangan
alat bukti, khususnya keterangan saksi. Hal ini tentunya bertujuan agar
terdakwa tidak terbebas dari pertanggung jawabannya sebagai pelaku
perbuatan pidana.
Sedangkan mengenai hal keterangan saksi di anggap sah
menurut hukum, apabila ia telah memenuhi syarat untuk menjadi saksi.
Pertama, bahwa saksi adalah orang yang melihat secara langsung,
mendengar ataupun mengalami sendiri peristiwa tersebut. Kedua,
bah w a sak si tidak m em pun ya i hub un gan ke lua rga , se dara h , se m e n da
m a u p u n pe ke rjaa n de n ga n te rsang ka a tau te rdakw a . Terakhir,
bahwa saksi telah disumpah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing dan ketika memberikan sumpah maupun keterangannya
tidak dibawah tekanan dalam artian saksi tersebut dalam keadaan bebas
dan sadar.
Saksi mahkota diajukan di muka persidangan karena mekanisme
pemisahan berkas perkara (splitsing) yang diatur dalam Pasal 142 Kitab
Undang-Undang Acara Pidana (KUHAP). Dengan pemecahan berkas
perkara menjadi beberapa perkara yang berdiri sendiri, antara seorang
terdakwa dengan terdakwa yang lain, masing-masing dapat dijadikan
sebagai saksi secara timbal balik. Sedang apabila mereka digabung
dalam suatu berkas dan pemeriksaan persidangan, antara yang satu
dengan yang lain tidak dapat saling dijadikan menjadi saksi yang timbal
balik. Maka Apabila Adi Buntaran, SH dan dan Naman, SH selaku
Anggota Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Itjen Depkes RI) yang dalam kasus perkara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
No.Reg.Perk : PDS-02/SKRTA/Ft.1/03/2010 berstatus sebagai
terdakwa diajukan menjadi saksi di kasus perkara No.Reg.Perk : PDS-
01/SKRTA/Ft.1/03/2010 dengan terdakwa Drs. Ambar Kuato selaku
Ketua Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (Itjen Depkes RI) maka kedudukan saksi mahkota
tersebut murni sebagai saksi karena memenuhi definisi mengenai saksi
yang di atur dalam Pasal 1 angka 26 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) karena mereka adalah orang-orang yang
mendengar sendiri, melihat sendiri dan yang mengalami sendiri.
Pandangan hakim mengenai nilai pembuktiaan saksi mahkota
yang di ajukan dan memberi keterangan di muka persidangan akan
memenuhi unsur-unsur penilaian mengenai saksi sesuai ketentuan Pasal
185 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sehingga
hakim dapat m en ja tuhan p idana ka rena te lah m em enuh i ke ten tuan
P a sa l 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (K U H A P )
yang m e nerang kan ba h w a hak im tidak b o leh m en ja tuhkan p idana
kepada seseo rang kecua li apab ila dengan seku rang -ku rangnya
dua a la t buk ti yang sah ia m em pero leh keyak inan bahw a suatu
tindak p idana b ena r-b ena r te rjad i dan bahw a te rdak w alah y a n g
b e rsa la h m e la k u k a n n y a . Berdasarkan hal-hal tersebut, maka saksi
mahkota ini memiliki kekuatan pembuktian yang sah.
Dalam kasus ini yang telah benar-benar cukup alat bukti
berdasarkan keterangan saksi, kebebasan hakim menilai kebenaran dan
keterangan saksi-saksi harus berpedoman pada tujuan mewujudkan
kebenaran sejati. Pada perwujudan kebenaran sejati, maka tanggung
jawab moral kebebasan penilaian diletakkan hakim. Agar hakim
terhindar dari sifat kecongkakan dan kesewenangan maka kekuatan
pembuktian keterangan saksi makota sama dengan keterangan saksi
sebagai alat bukti yang sah, yaitu bahwa saksi mahkota tidak
mempunyai nilai pembuktian yang sempurna dan mengikat, hakim
mempunyai kebebasan untuk menilainya, mempunyai nilai kekuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pembuktian yang bebas, dapat di lumpuhkan terdakwa dengan alat bukti
yang lain berupa saksi a decharge maupun dengan keterangan ahli atau
alibi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
B erdasarkan pem baha san te rhadap ha sil pene litian , m aka dapat
dirumuskan 2 (dua) simpulan sebagai berikut :
1. A lasan u n tu k dapa t m e n g h a d irk a n sa k si m a h k o ta d a la m
p e rsid a n g a n a d a la h b e rd a sa rk a n P u tu sa n M a h kam a h A g u n g
R I N o . 1 9 8 6 /K /P id /1 9 8 9 tanggal 21 Maret 1990 yang
m em perbo lehkan d iperguna kann ya sak si m ahko ta . N am un
de n ga n d ike lua rka n n ya P u tu sa n M a h ka m a h A gu n g R I N o .
1174/K/Pid/1994 tanggal 3 Mei 1995, Putusan Mahkamah Agung
RI No. 1590/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 dan Putusan
Mahkamah Agung RI No. 1592/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995
peng gu naan sak si m ah k o ta da lam pem b u k tia n perka ra p ida na
tida k d iperb o le h ka n k are na d ian g ga p m e la n g ga r ha k a sa si
te rda k w a . S e be n arn ya tida k ad a da sa r h u k u m ya n g k ua t
m e n ge na i pe n g g un aa n sak si m ah k o ta da la m u n da n g -u n da n g
m a na p u n d i In d o ne sia . Penggunaan saksi mahkota dibenarkan
didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu yaitu : (1) Terdapat
kekurangan alat bukti, (2) Dalam perkara delik penyertaan
(Deelneming), (3) Diperiksa dengan mekanisme pemisahan
(Splitsing).
2. Saksi mahkota dalam kasus perkara No.Reg.Perk : PDS-
01/SKRTA/Ft.1/03/2010 dengan terdakwa Drs. Ambar Kuato
selaku Ketua Tim Verifikasi Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (Itjen Depkes RI) berkedudukan
murni sebagai saksi karena memenuhi syarat sebagai alat bukti
dan memenuhi definisi saksi dalam Pasal 1 angka 26 yang
menjelaskan bahwa saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri. Dalam kasus ini hakim
memperbolehkan penggunaan saksi mahkota dan mendengarkan
keterangannya di muka sidang pengadilan maka dapat dijadikan
sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan dan
penilaian pembuktian oleh hakim.
B. Saran
1. Amandemen Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau
dalam Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP) perlu di justifikasikan
istilah saksi mahkota, karena istilah ini sudah sangat
memasyarakat dalam praktek peradilan dan perlu diatur dasar
hukum dari saksi mahkota sebagai alat bukti yang sah di masukan
dalam keterangan saksi. Karena dalam prakteknya penggunaan
saksi mahkota merupakan kebutuhan hukum dalam pembuktian
kasus perkara yang kekurangan alat bukti saksi.
2. Diperlukan dokumentasi terhadap Putusan Mahkamah Agung RI
mengenai penggunaan saksi mahkota. Dari Putusan-Putusan
Mahkamah Agung RI tersebut dapat diketahui kedudukan dan
nilai pembuktian dari saksi mahkota, sehingga berguna sebagai
pedoman para hakim dalam pembuktian yang menggunakan saksi
mahkota.